hemofilia sent
DESCRIPTION
defisiensiTRANSCRIPT
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK R E F E R A TFAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2015UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
HEMOFILIA
Oleh :
Satriani 10542 0224 10
Pembimbing :dr. A. Indriaty Syaiful, Sp A
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015
1
“HEMOFILIA”
PENDAHULUAN
Sebenarnya hemofilia telah ditemukan sejak lama sekali, dan belum memiliki nama.
Talmud, yaitu sekumpulan tulisan para rabi Yahudi, 2 abad setelah masehi menyatakan bahwa
seorang bayi laki-laki tidak harus di khitan jika dua kakak laki-lakinya mengalami kematian
akibat di khitan. Seorang dokter asal Arab, Albucasis, yang hidup pada abad ke 12 telah menulis
tentang sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah terjadi perdarahan
akibat luka kecil. Kemudian pada tahun 1803, Dr. John Conrad Otto, seorang dokter asal
Philadelphia menulis sebuah laporan mengenai perdarahan yang terjadi pada suatu keluarga
tertentu saja. Ia menyimpulkan bahwa kondisi tersebut diturunkan hanya pada pria. Ia menelusuri
penyakit tersebut pada seorang wanita dengan tiga generasi sebelumnya yang tinggal dekat
Plymouth, New Hampshire pada tahun 1780.(1)
Defisiensi herediter sebagian besar prokoagulan menyebabkan perdarahan. Gen untuk faktor
VIII dan faktor IX berada pada kromosom X, sedangkan hampir semua faktor pembekuan lain
dikode di kromosom autosomal. Defisiensi faktor VIII dan faktor IX merupakan kelainan
perdarahan berat yang diturunkan tersering.(1),(2)
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI HEMOFILIA
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kelainan faal koagulasi yang bersifat
herediter dan diturunkan secara X-linked recessive sehingga hanya bermanifestasi pada laki-
laki, sedangkan wanita hanya menjadi karier atau pembawa sifat penyakit ini. Hemofilia
juga didefinisikan sebagai penyakit atau gangguan perdarahan yang bersifat herediter akibat
kekurangan faktor pembekuan VIII atau IX.(2),(3)
Dikenal tiga tipe hemofilia yaitu hemofilia A, B, dan C yang secara klinis ketiganya tidak
dapat dibedakan. Hemofilia terjadi oleh karena adanya defisiensi atau gangguan fungsi salah
satu faktor pembekuan yaitu faktor VIII pada hemofilia A serta kelainan faktor IX pada
hemofilia B dan faktor XI pada hemofilia C. Hemofilia A disebut juga hemofilia klasik
merupakan suatu gangguan pembekuan darah yang diturunkan secara sex linked resesif.(3)
B. EPIDEMIOLOGI
Hemofilia A merupakan bentuk yang paling sering dijumpai (hemoflia A 80-85%,
hemofilia B 15-20%). Prevalensi hemofilia sebesar 5000-10.000 penduduk laki laki yang
lahir hidup, Hemofilia A adalah yang paling umum mewarisi gangguan perdarahan dengan
keparahan klinis yang signifikan, mempengaruhi sekitar 1 dari 10.000 Total kelahiran.
Acquired hemofilia A memiliki insiden 1,34 kasus per juta penduduk per tahun. Ada 5.424
pasien dengan hemofilia A di Inggris pada tahun 2011 (prevalensi 8,66 per 100.000
penduduk), di antaranya 1.057 pasien berusia 0-13 tahun. Di Asia Tenggara, angka kejadian
berdasarkan ratio 1 : 10.000 penderita. Dengan insiden hemofilia A di Indonesia sampai
pertengahan 2001 disebutkan sebanyak 314 kasus. Hemofilia A (Hemofilia klasik)
merupakan ganguan perdarahan yang paling banyak ditemukan dan diperkirakan insidennya
3
1 diantara 5000 laki-laki. Kejadian di Indonesia secara tepat belum diketahui namun
diperkirakan dengan populasi 200 juta lebih terdapat sekitar 10.000 penderita.(2),(4)
Hemofilia A merupakan bentuk yang terbanyak dijumpai sebanyak 80-85% dan sekitar
10-15% adalah hemofilia B.(5)
C. KLASIFIKASI HEMOFILIA
Klasifikasi hemofilia bergantung pada faktor VIII atau faktor IX dalam plasma. Pada
keadaan normal kadar faktor VIII dan faktor IX berkisar di antara 50-150U/dl atau 50-
150%.(2)
1. Hemofilia berat : bila kadar faktor VIII atau IX kurang dari 1%
2. Hemofilia sedang : bila kadarnya di antara 1-5%
3. Hemofilia ringan : bila kadarnya di antara 5-30%
D. PENYEBAB HEMOFILIA
Pria dan wanita masing-masing memiliki 23 pasang kromosom. Wanita memiliki
dua kromosom X; pria memiliki 1 kromosom X dan 1 kromosom Y. Hemofilia
merupakan penyakit genetik terpaut X, yang berarti penyakit ini diwariskan dari ibu ke
anak laki-laki pada kromosom X. Jika si ibu membawa gen hemofilia pada salah satu
kromosom X-nya, setiap anak laki-lakinya memiliki peluang 50% untuk menderita
hemofilia.(5),(6)
Walaupun anak perempuan jarang sekali menunjukkan gejala hemofilia, mereka
dapat menjadi pembawa penyakit ini. Pada beberapa kasus, anak perempuan yang
pembawa dapat mengalami gejala perdarahan ringan. Bagi anak perempuan untuk
menderita hemofilia, mereka harus mendapat kromosom dari ayahnya yang hemofilia,
4
dan juga kromosom X dari ibunya yang merupakan pembawa. Walaupun sangat kecil
kemungkinannya untuk terjadi.(5),(6)
E. PATOFISIOLOGI
Ketika seseorang mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu
saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh. Pembuluh
darah mengerut/ mengecil. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang- benang fibrin) yang akan
menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh.(3),(5)
Ketika penderita hemofilia mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh
darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari
pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil. Keping darah (trombosit) akan menutup
luka pada pembuluh. Kekurangan jumlah faktor pembeku darah tertentu, mengakibatkan
anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna, sehingga darah tidak berhenti mengalir
keluar pembuluh. (3),(5)
Penyakit hemofilia ditandai oleh perdarahan spontan maupun perdarahan yang sukar
berhenti. Selain perdarahan yang tidak berhenti karena luka, penderita hemofilia juga bisa
mengalami perdarahan spontan di bagian otot maupun sendi siku. (3),(5),(8)
Pada orang normal, ketika perdarahan terjadi maka pembuluh darah akan mengecil
dan keping-keping darah (trombosit) akan menutupi luka pada pembuluh. Pada saat yang
sama, trombosit tersebut bekerja membuat anyaman (benang-benang fibrin) untuk menutup
luka agar darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh. Pada penderita hemofilia, proses
tersebut tidak berlangsung dengan sempurna. (3),(5),(8)
5
Kurangnya jumlah faktor pembeku darah menyebabkan anyaman penutup luka tidak
terbentuk sempurna sehingga darah terus mengalir keluar dari pembuluh yang dapat
berakibat berbahaya. Perdarahan di bagian dalam dapat mengganggu fungsi sendi yakni
mengakibatkan otot sendi menjadi kaku dan lumpuh, bahkan kalau perdarahan berlanjut
dapat mengakibatkan kematian pada usia dini. (3),(5),(8)
F. MANIFESTASI KLINIK
Secara klinis tanda dan gejala hemofilia A dan B sulit dibedakan, kecuali dengan
pemeriksaan laboratorium khusus.(2),(7)
Perdarahan yang umum di jumpai ialah hematoma
Hematoma setelah suntikan dan perdarahan dari sirkumsisi adalah hal lazim.
Hematoma intramuskuler timbul karena trauma kecil
Ciri khas hemofilia adalah hemartrosis
Perdarahan kedalam sendi siku, lutut, dan pergelangan kaki menyebabkan rasa
nyeri dan pembengkakan dan pembatasan gerakan sendi
Perdarahan berulang
Dapat menyebabkan perubahan degeneratif, dengan osteoporosis, atrofi otot
dan akhirnya sendi yang tidak dapat digunakan tidak dapat digerakkan.
Untuk memudahkan diagnosis, ada beberapa kriteria yang dapat membantu
Kecenderungan terjadi perdarahan yang sukar berhenti
Riwayat keluarga
Masa pembekuan memanjang
Masa Protrombin normal, masa tromboplastin parsial memanjang
Masa pembekuan tromboplastin (thromboplastin generation test) abnormal
6
G. DIAGNOSIS
1. Anamnesis(7),(9)
o Saat lahir biasanya terjadi perdarahan dari tali pusat
o Pada anak yang lebih besar biasanya terjadi perdarahan sendi sebagai akibat jatuh
pada saat belajar berjalan, riwayat timbulnya, riwayat timbulnya biru-biru bila
terbentur (perdarahan abnormal)
o Riwayat perdarahan keluarga
o Adanya keluhan perdarahan spontan yang biasanya berlangsung lama
2. Pemeriksaan fisik(7),(9)
Ditemukan perdarahan berupa:
Hematom di kepala atau tungkai atas/bawah
Hemartrosis
Sering dijumpai perdarahan interistial yang akan menyebabkan atrofi otot,
pergerakan akan terganggu dan terjadi kontraktur sendi. Sendi yang paling sering
terkena adalah siku, lutut, pergelangan kaki, paha, dan sendi bahu. Sering
dijumpai perdarahan di rongga mulut, kerongkongan, hidung, perdarahan
retroperineal, hematuri.
3. Laboratorium (2),(7),(9)
Temuan laboratorium adalah jumlah trombosit memanjang, jumlah trombosit,
waktu perdarahan dan waktu protrombin normal. Masa tromboplastin parsial
teraktifkan memanjang. Diagnosis pasti ialah dengan memeriksa kadar faktor VIII
untuk hemofilia A dan kadar faktor IX untuk hemofilia B.
7
Diagnosis molekuler yaitu dengan memeriksa petanda gen hemofilia pada
kromosom X dapat lebih memastikan diagnosis hemofilia. Pemeriksaan ini juga untuk
melakukan diagnosis antenatal.
H. DIAGNOSIS BANDING
Pada bayi muda dengan manifestasi pendarahan berat, yang termasuk diagnosis
banding yaitu trombositopenia berat; gangguan fungsi trombosit berat, seperti sindrom
Bernard-Soulier dan Glanzmann tromboastenia; Penyakit von Willebrand; dan
kekurangan vitamin K. Tes skrining hemostatik dapat dilakukan untuk membedakan hal
tersebut.(2),(3)
I. PENATALAKSANAAN
Seperti halnya penyakit genetis lain, sampai saat ini masih belum ada terapi yang
dapat menyembuhkan penyakit hemofilia secara total. Penanganan ditujukan untuk
pencegahan dan pengobatan jika terjadi perdarahan.
1. Pengobatan dasar(2)
Pengobatan definitif yang bisa dilakukan oleh penderita Hemofilia adalah dengan
metode RICE. Berikut penjabarannya:
o Rest yaitu penderita harus senantiasa beristirahat.
o Ice yaitu jika terjadi luka, perdarahan itu dibekukan dengan mengkompresnya
dengan es.
o Compression, dalam hal ini, luka itu juga harus dibebat atau dibalut dengan perban.
o Elevation yaitu berbaring dan meninggikan luka tersebut lebih tinggi dari posisi
jantung.
8
Selanjutnya dalam waktu 2 jam setelah perdarahan, penderita hemofilia sudah harus
mendapatkan faktor pembekuan yang diperlukan.
Untuk hemofilia A diberikan transfuse kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII
dengan dosis 0,5 x BB (kg) x kadar yang diinginkan (%). Suatu kantong
kriopresipitat mengandung sekitar 80 U faktor VIII. Dapat juga dipakai dosis
rumatan empiris yaitu untuk faktor VIII 20-25 U/kg setiap 12 jam.
Untuk hemofilia B diberikan faktor IX 40-50 U/kg setiap 24 jam.
2. Perawatan komprehensif(9),(10)
Agar kondisi terjaga dengan baik beberapa hal perlu mendapat perhatian yaitu :
Senantiasa menjaga berat tubuh tidak berlebihan serta mengkonsumsi
makanan dan minuman yang sehat. Karena berat badan berlebihan dapat
mengakibatkan perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki (terutama
hemofilia berat).
Melakukan kegiatan olah raga teratur. Olah raga akan membentuk kondisi otot
yang kuat, sehingga bila berbentuk otot maka tidak mudah terluka, sehingga
perdarahan dapat dihindari. Olah raga yang dipilih hendaknya jangan yang
beresiko kontak fisik seperti sepak bola, karate, gulat. Olahraga yang paling
dianjurkan adalah renang dan bersepeda.
Peran seorang ahli rehabilitasi medik adalah melatih otot-otot terutama
melatih otot pasca perdarahan. Melakukan pemeriksaan kesehatan gigi secara
rutin sangat membantu mengurangi perdarahan yang terjadi. Menghindari
penggunaan obat aspirin merupakan salah satu perawatan umum penderita
hemofilia karena obat ini dapat meningkatkan perdarahan. Perawatan umum
9
yang tak kalah pentingnya adalah memberi informasi kepada pihak tertentu
seperti: sekolah, dokter di mana penderita berobat dan teman-teman
lingkungan terdekat sekaligus mendapat suasana lingkungan yang mendukung
timbulnya kepribadian yang sehat agar tetap optimis menyongsong masa
depan.
3. Terapi gen(10)
Penelitian tentang transfer gen telah dilakukan pada hemofilia A dan B dengan
beberapa metode transfer gen. Walau menggunakan bermacam metode kebanyakan
dari percobaan ini belum memuaskan. Telah dapat dideteksi/diperiksa kadar FVIII
dan IX dalam sirkulasi. Namun kadar faktor ini hanya bersifat sementara/transien dan
tidak diproduksi terus menerus ini berarti transfer gen belum mampu”mengkoreksi”
fenotip penderita hemofilia. terapi gen adalah bidang yang memperluas minat dan
adanya bukti awal keberhasilan translasi klinis. Tujuannya adalah untuk memberikan
gen berfungsi (FVIII atau FIX) ke inti sel target, memungkinkan host untuk terus-
menerus menghasilkan faktor pembekuan yang cukup untuk mencegah keluar darah.
4. Penanganan inhibitor(11)
Timbulnya inhibitor diduga ada korelasi antara terjadinya mutasi pada gen
FVIII, respon imun dan epitop antibodi FVIII. Ciri-ciri secara klinis terbentuknya
inhibitor
timbul perdarahan pada penderita yang sedang dalam pengobatan profilaksis
penderita dengan terapi ”on demand “ kemudian tidak berespon lagi
Setelah inhibitor terdeteksi, dilakukan pemeriksaan titer inhibitor kemudian penderita
dapat digolongkan kedalam 3 katagori yaitu :
10
Low titer inhibitor, low responder : titer inhibitor tidak lebih dari 5 BU setelah
diberikan terapi pengganti.
Low titer inhibitor, high responder : titer inhibitor meningkat lebih dari 5BU
setelah pemberian terapi pengganti.
High titer inhibitor, high responder : titer inhibitor lebih dari 5 BU dan
kemudian meningkat setelah diberikan terapi pengganti.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi ini, dilakukan imunisasi hepatitis dan
pemberian konsentrat FVIII heat treatment.
Penanganan penderita hemofilia dengan inhibitor bertujuan untuk menghilangkan
inhibitor, terdiri dari 2 komponen yaitu penanganan perdarahan akut dan immune
tolerance induction. Penanganan perdarahan akut diberikan berdasarkan titer
inhibitor.Terapi pengganti yang bisa diberikan pada perdarahan yang sedang
berlangsung antar lain high purity faktor VIII concentrates, konsentrat porcine faktor
VIII, prothrombin complex concentrates (PCCs) dan activated prothrombin complex
concentrates (aPCCs), recombinant human faktor VIIa, terapi immune tolerance
induction, terapi gen10,21-23 Immune tolerance induction dilakukan dengan cara
penderita diberikan faktor VIII dosis tinggi secara berulang dengan atau tanpa obat
sitostatika.
J. PROGNOSIS
Prognosis untuk hemofilia baik jika terapi diberikan dini, dan pengobatan yang
diberikan sesuai standar. Pengobatan yang tidak memadai atau tidak benar dari
hemartrosis berulang dan hematoma dapat menyebabkan kerusakan motorik dengan cacat
berat yang berhubungan dengan kekakuan, deformasi sendi dan paralysis. Pengobatan
11
yang tidak memadai juga dapat menyebabkan peningkatan risiko kematian akibat
pendarahan internal yang mendalam sampai otot, kerusakan sendi dan infeksi.(2),(3),(5)
K. PENCEGAHAN
Hemofilia tidak dapat dicegah. Namun ada beberapa hal sebagai tindakan
preventif yaitu pencegahan terjadinya perdarahan akibat trauma disamping pencegahan
terhadap terjadinya trauma sendiri. Kalau seseorang mengidap hemofilia maka beberapa
hal yang harus diperhatikan (12)
Pencegahan terhadap penggunakan aspirin dan nonsteroid anti-inflammatory
drugs (NSAIDs).
Vaksinasi tetap dilakukan pada semua orang termasuk pada bayi, terutama untuk
vaksin hepatitis B.
Disamping itu jika diketahui adanya riwayat hemofili dalam keluarga maka selama
masa kehamilan harus diperiksa kemungkinan adanya defek genetik pada ibu hamil untuk
mengetahui adanya carrier pada ibu. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan antara lain
amniocentesis dan chorionic villus sampling (CVS), dengan pemeriksaan ini dapat
diketahui adanya defek genetik pada fetus yang menyebabkan terjadinya hemofilia. Jika
diketahui fetus memiliki hemofilia, maka tindakan terpilih yang dapat dilakukan adalah
melakukan terminasi kehamilan, walau ini masih kontroversial pada beberapa negara
terutama untuk kehamilan trimester II dan III. Jika ibu tetap menginginkan untuk
melanjutkan kehamilannya maka harus diberikan penjelasan mengenai keadaan bayinya
nanti dan tindakan persalinan yang akan dilakukan.
12
KESIMPULAN
1. Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah (faktor
VIII dan faktor IX) yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom
X.
2. Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi
sekurang – kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1
di antara 50.000 orang.
3. Hemofilia diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu hemofilia berat, (jika kadar aktivitas faktor
kurang dari 1 %), hemofilia sedang (jika kadar aktivitas faktor antara 1-5 %), hemofilia
ringan (jika kadar aktivitas faktor antara 6-30 %)
4. Sampai saat ini masih belum ada terapi yang dapat menyembuhkan penyakit hemofilia
secara total. Penanganan ditujukan untuk pencegahan dan pengobatan jika terjadi
perdarahan.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. David Hull & Derek I. Johnston. 2008. Dasar-Dasar Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC. Hlm.
201-204
2. Bambang H. Permono, dkk. 2010. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak Cetakan Ketiga.
Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hlm. 174-178
3. Kliegman. M. Robert. dkk. Nelson ilmu kesehatan anak edisi 15, 2009. Jakarta: EGC. Hlm.
1376-1741
4. Anonym. Efraloctocog alfa (eloctate) for haemophilia A in adults and children. National
institute for health research. http:/www.hsc.nihr.ac.uk Diakses 7 januari 2015
5. Kliegman. M. Robert. dkk. Nelson textbook of pediatrics 19th edition 2011. United States of
America: Elsevier. Hlm 1609-1704
6. Sara J Grethlein. Aquired Hemofilia. Medscape Reference. www.eMedscape.com. Diakses
pada 5 Januari 2015
7. Anonym. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 2014. Bagian ilmu kesehatan anak FK-
UNHAS. Makassar. Sul-sel
8. Sherwood, lauralee.2009. Fisiologi Manusia dari sel ke system ed.6.Jakarta: EGC. Hlm.360-
371
9. Antonius H. Pudjiadi, dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia
Jilid I. Hlm. 92-97
10. Branchford. Brian R.dkk. New depelopments in the treatment of pediatric hemophilia and
bleeding disorders. www.co-pediatrics.com. Diakses pada 7 januari 2015
14
11. Ugrasena. I Dewa Gede, dkk. tatalaksana terkini hemofilia klasik (recent advance on
hemophilia a treatment). SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair – RSU Dr. Soetomo. www.
http://old.pediatrik.com/pkb/20060220-7yrt6j-pkb.pdf. Diakses 7 januari 2015
12. Giordano. Paola dkk. Issues in pediatric haemophilia care. Italian journal of pediatrics.
www.ijponline.net/content/39/1/24. Diakses 5 Januari 2015
15