gerd

44
LEARNING TASK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GASTROESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD) OLEH : SGD VII NI PT INDRA SUWARI DEWI (0902105013) NI MADE JUNIARI (0902105014) NI MADE SINTHA PRATIWI (0902105027) NI MADE YUNITA SARI (0902105028) IB PUTU SURYA WEDATAMA (0902105046) NI LUH KUSMA DEWI (0902105053) I GEDE BAYU WIRANTIKA (0902105063) AYU PRAMISWARI (0902105067) MADE DENY WIDIADA (0902105080) NI WAYAN MIRA RIANTY (0902105083) NI PT DIAN SEPTIANA ANDRIANI (0902105086) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Upload: kusma-dewi

Post on 05-Jul-2015

2.262 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: GERD

LEARNING TASK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

GASTROESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)

OLEH : SGD VII

NI PT INDRA SUWARI DEWI (0902105013)

NI MADE JUNIARI (0902105014)

NI MADE SINTHA PRATIWI (0902105027)

NI MADE YUNITA SARI (0902105028)

IB PUTU SURYA WEDATAMA (0902105046)

NI LUH KUSMA DEWI (0902105053)

I GEDE BAYU WIRANTIKA (0902105063)

AYU PRAMISWARI (0902105067)

MADE DENY WIDIADA (0902105080)

NI WAYAN MIRA RIANTY (0902105083)

NI PT DIAN SEPTIANA ANDRIANI (0902105086)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2011

Page 2: GERD

KONSEP DASAR PENYAKIT

GASTROESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)

1. DEFINISI GERD

a) Gastroesophageal reflux disease adalah gerakan terbalik pada makanan dan asam

lambung menuju kerongkongan dan kadangkala menuju mulut. Reflux terjadi ketika

otot berbentuk cincin yang secara normal mencegah isi perut mengalir kembali

menuju kerongkongan (esophageal sphincter bagian bawah) tidak berfungsi

sebagaimana mestinya.

b) GERD adalah suatu kondisi di mana cairan lambung mengalami refluks ke esofagus

sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar, nyeri di dada, regurgitasi dan

komplikasi.

c) Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatu keadaan patologis yang

disebabkan oleh kegagalan dari mekanisme antireflux untuk melindungi mukosa

esophagus terhadap refluks asam lambung dengan kadar yang abnormal dan paparan

yang berulang.

d) Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah penyakit refluks lambung, atau

penyakit kerusakan mukosa yang disebabkan oleh asam lambung yang datang dari

perut ke kerongkongan. GERD biasanya disebabkan oleh perubahan penghalang

antara perut dan kerongkongan, termasuk relaksasi abnormal sphincter esofagus

bagian bawah, yang biasanya memegang penutup bagian atas perut, atau hiatus

hernia. Perubahan ini dapat bersifat permanen atau temporer ("transient").

2. ETIOLOGI

Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi:

1) Menurunnya tonus LES (lower esophageal spinchter)

2) Bersihan asam dari lumen esophagus menurun

3) Ketahanan epitel esophagus menurun

4) Bahan refluksat mengenai dinding esophagus yaitu : PH<2, adanya pepsin, garam

empedu, HCl

5) Kelainan pada lambung (delayed gastric emptying)

6) Infeksi H. pylori dengan corpus predominan gastritis

7) Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas visceral

Page 3: GERD

8) Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks, tetapi

hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.

9) Mengonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat,

alkohol, merokok tembakau, dan obat-obatan yang bertentangan dengan fungsi

esophageal sphincter bagian bawah termasuk apa yang memiliki efek

antikolinergik (seperti berbagai antihistamin dan beberapa antihistamin),

penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat.

10) Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan

3. EPIDEMIOLOGI

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) umum ditemukan pada populasi di negara-

negara barat, namun dilaporkan relatif rendah insidennya di negara-negara Asia-Afrika.

Divisi Gastroenterohepatologi Departemen IPD FKUI- RSUPN Cipto Mangunkusumo

Jakarta, mendapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8% dari semua pasien yang menjalani

pemeriksaan endoskopi atas indikasi dyspepsia, gastroesofageal reflux didapatkan pada

45-89% penderita asma, hal ini mungkin disebabkan oleh refluks esofageal,

refluksesfagopulmoner dan bat relaksan otot polos yaitu golongan betha adrenergik,

aminofilin, inhibitr fosfodiesterase menyebabkan inkompetensi LES esfagus. Pada Bayi

mengalami refluks ringan, sekitar 1 : 300 hingga 1:1000. Gastroesofagus refluks paling

banyak terjadi pada bayi sehat berumur 4 bulan, dengan > 1x episode regurgitas, Pada

umur 6 – 7 bulan, gejala berkurang dari 61% menjadi 21%. Hanya 5% bayi berumur 12

bulan yang masih mengalami GERD.

4. PATOFISIOLOGI

Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD (gastroesophageal reflux

disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus. GERD sering

kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam yang

normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau menimbulkan rasa seperti

terbakar di esophagus.

Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan

melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di dalam lambung yang lebih tinggi

dari esophagus. Dengan kedua mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam bergerak

masuk ke dalam esophagus.

Page 4: GERD

Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esofagus karena adanya

kontraksi sfingter esofagus (sfingter esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi suatu area

yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika gelombang

peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah esofagus. Apabila hal ini terjadi, otot

polos sfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung. Sfingter esofagus

seharusnya tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini, karena banyak organ yang

berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan abdomen lebih besar daripada

tekanan toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan isi lambung terdorong ke dalam

esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau inkompeten, sfingter tidak dapat

mnutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah bertekanan tinggi (lambung) ke daerah

bertekanan rendah (esofagus). Episode refluks yang berulang dapat memperburuk kondisi

karena menyebabkan inflamasi dan jaringan parut di area bawah esofagus.

Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dala keadaan normal, refluks

dapat terjadi jika terdapat gradien tekanan yang sangat tinggi di sfingter. Sebagai contoh,

jika isi lambung berlebihan tekanan abdomen dapat meningkat secara bermakana.

Kondisi ini dapat disebabkan porsi makan yang besar, kehamilan atau obesitas. Tekanan

abdomen yang tinggi cenderung mendorong sfingter esofagus ke rongga toraks. Hal ini

memperbesar gradien tekanan antara esofagus dan rongga abdomen. Posisi berbaring,

terutama setelah makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung

mengiritasi esofagus karena tingginya kandungan asam dalam isi lambung. Walaupun

esofagus memiliki sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak sebanyak atau

seaktif sel yang ada di lambung (Corwin, 2009: 600).

5. KLASIFIKASI

Klasifikasi Los Angeles

Derajat

kerusakan

Gambaran endoskopi

A Erosi kecil-kecil pada mukosa esophagus dengan diameter < 5 mm

B Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter > 5 mm tanpa

saling berhubungan

C Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai/mengelilingi seluruh lumen

D Lesi mukosa esophagus yang bersifat sirkumferensial (mengelilingi

Page 5: GERD

seluruh lumen esophagus)

6. MANIFESTASI KLINIS

a) Rasa panas/ tebakar pada esofagus (pirosis)

b) Muntah

c) Nyeri di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, bahkan menjalar ke leher,

tenggorokan, dan wajah, biasanya timbul setelah makan atau ketika berbaring

d) Kesulitan menelan makanan (osinofagia) karena adanya penyempitan (stricture) pada

kerongkongan dari reflux.

e) Tukak esofageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan kerongkongan, bisa dihasilkan

dari refluks berulang. Bisa menyebabkan nyeri yang biasanya berlokasi di belakang

tulang payudara atau persis di bawahnya, mirip dengan lokasi panas dalam perut.

f) Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada penyempitan pada saluran udara

g) Suara parau

h) Ludah berlebihan (water brash)

i) Rasa bengkak pada tenggorokan (rasa globus)

j) Terjadi peradangan pada sinus (sinusitis)

k) Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga (pada anak)

l) Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan pendarahan yang

biasanya ringan tetapi bisa jadi besar. Darah kemungkinan dimuntahkan atau keluar

melalui saluran pencernaan, menghasilkan kotoran berwarna gelap, kotoran berwarna

ter (melena) atau darah merah terang, jika pendarahan cukup berat.

m) Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks berulang, lapisan

sel pada kerongkongan bisa berubah (menghasilkan sebuah kondisi yang disebut

kerongkongan Barrett). Perubahan bisa terjadi bahkan pada gejala-gejala yang tidak

ada. Kelainan sel ini adalah sebelum kanker dan berkembang menjadi kanker pada

beberapa orang.

Page 6: GERD

Tabel 1. Tanda dan Gejala PRGE pada Bayi dan Anak

Bayi Anak dan Remaja

Tidak mau makan/minum/menetek Nyeri perut

Muntah berulang Rasa terbakar di dada/ulu hati

(heartburn)

Gagal tumbuh (failure to thrive) Muntah berulang

Rewel terus-menerus Kesulitan menelan (disfagia)

Tersedak/apnea (henti napas sesaat)

berulang

Batuk kronik/mengi

Posisi opistotonus Suara serak

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada kasus–kasus dengan gejala klinis GERD yang berdasarkan keyakinan seorang

klinisi diduga kuat menderita penyakit GERD dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan.

Atau juga pada kasus–kasus dengan gejala klinis GERD yang sudah dilakukan

pengobatan tapi tidak memberikan hasil yang memuaskan, pemeriksaan penunjang harus

dilakukan untuk membantu mendiagnosa, mencari penyebab dan melihat apakah telah

terjadi komplikasi akibat GERD. Di bawah ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai

pemeriksaan penunjang yang dilakukan saat ini untuk membantu mendukung suatu

diagnosa GERD.

Barium per oral.

Prinsip pemeriksaan adalah melihat refluks bubur barium. Pemeriksaan ini sangat

berguna untuk melihat adanya kelainan struktural dan kelainan anatomis dari esofagus,

adanya inflamasi dan esofagitis dengan erosi yang hebat (inflamasi berat). Ketika

pemeriksaan ini dilakukan pasien diberi minum bubur barium, baru foto rongen

dilakukan. Pada pemeriksaan ini dapat terlihat adanya suatu ulkus, hiatal hernia, erosi

maupun kelainan lain. Dari pemeriksaan dengan bubur barium dapat dibuat gradasi

refluks atas 5 derajat, yaitu derajat:

1. Refluks hanya sampai didistal esofagus.

Page 7: GERD

2. Refluks sampai di atas karina tapi belum sampai di servikal esofagus.

3. Refluks sampai di servikal esofagus.

4. Refluks sampai di servikal dan disertai dilatasi dari bagian kardia lambung.

5. Refluks dengan aspirasi paru.

Tetapi pemeriksaan ini tidak dapat mendeteksi ulkus ataupun erosi yang kecil. Pada

pemeriksaan ini bisa terjadi positif semu jika pasien menangis selama pemeriksaan,

peningkatan tekanan intraabdomen dan meletakkan kepala lebih rendah dari tubuh. Bisa

juga terjadi negatif semu jika bubur barium yang diminum terlampau sedikit. Kelemahan

lain, refluks tidak dapat dilihat jika terjadi transient low oesophageal sphincter

relaxation (TLSOR).

Manometri esophagus.

Manometri merupakan suatu teknik untuk mengukur tekanan otot. Caranya adalah

dengan memasukkan sejenis kateter yang berisi sejenis transduser tekanan untuk

mengukur tekanan. Kateter ini dimasukkan melalui hidung setelah pasien menelan air

sebanyak 5 ml. Ukuran kateter ini kurang lebih sama dengan ukuran pipa naso-gastrik.

Kateter ini dimasukkan sampai transduser tekanan berada di lambung. Pengukuran

dilakukan pada saat pasien meneguk air sebanyak 10–15 kali. Tekanan otot spingter pada

waktu istirahat juga bisa diukur dengan cara menarik kateter melalui spingter sewaktu

pasien disuruh melakukan gerakan menelan. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui

baik tidaknya fungsi esofagus ataupun SEB dengan berbagai tingkat berat ringannya

kelainan.

Pemantauan pH esophagus.

Pemantauan pH esofagus dilakukan selama 24 jam. Uji ini merupakan cara yang paling

akurat untuk menentukan waktu kejadian asidifikasi esofagus serta frekuensi dan

lamanya refluks. Prinsip pemeriksaan adalah untuk mendeteksi perubahan pH di bagian

distal esofagus akibat refluks dari lambung. Uji memakai suatu elektroda mikro melalui

hidung dimasukkan ke bagian bawah esofagus. Elektroda tersebut dihubungkan dengan

monitor komputer yang mampu mencatat segala perubahan pH dan kemudian secara

otomatis tercatat. Biasanya yang dicatat episode refluks yang terjadi jika terdeteksi pH <

4 di esofagus untuk jangka waktu 15–30 detik. Kelemahan uji ini adalah memerlukan

waktu yang lama, dan dipengaruhi berbagai keadaan seperti: posisi pasien, frekuensi

Page 8: GERD

makanan, keasaman dan jenis makanan, keasaman lambung, pengobatan yang diberikan

dan tentunya posisi elektroda di esofagus.

Uji Berstein.

Uji Berstein termasuk uji provokasi untuk melihat apakah pemberian asam dalam jumlah

kecil ke dalam esofagus dapat membangkitkan gejala GERD. Pemeriksaan ini dapat

menunjukkan bahwa kelainan bersumber pada esofagus jika pemeriksaan lain

memberikan hasil negatif. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan garam

fisiologis melalui pipa nasogastrik sebanyak 7 – 8 ml per menit selama 10 menit diikuti

pemberian 0.1 N larutan asam hidroklorida (waktu maksimal untuk pemeriksaan adalah

20 menit). Kemudian pasien mengatakan setiap keluhan atau gejala yang timbul. Jika uji

Bernstein positif maka pasien dikatakan hipersensitif atau hiperresponsif terhadap

rangsangan asam.

Endoskopi dan biopsy.

Pemeriksaan endoskopi (esofagogastroduodenoskopi atau panendoskopi) memungkinkan

untuk melihat dan sekaligus melakukan biopsi epitel esofagus. Endoskopi dan biopsi

dapat menentukan ada dan beratnya esofagitis, striktura dan esofagitis Barret, serta dapat

menyingkirkan kelainan lain seperti penyakit Crohn. Tapi gambaran normal esofagus

selama endoskopi belum tentu tidak ada esofagitis secara histopatologi. Jika esofagitis

tidak terlihat maka perubahan mukosa menjadi hiperemis maupun pucat harus menjadi

perhatian. Oleh karena itu jika pemeriksaan endoskopi dilakukan, sebaiknya dilakukan

juga biopsi.

Sintigrafi.

Pemeriksaan sintigrafi untuk mendeteksi adanya GERD sudah lama dikenal di kalangan

ahli radiologi. Selain karena sensitivitasnya yang lebih baik dari pemeriksaan barium

peroral, juga mempunyai radiasi yang lebih rendah sehingga aman bagi pasien. Prinsip

utama pemeriksaan sintigrafi adalah untuk melihat koordinasi mekanisme aktifitas mulai

dari orofaring, esofagus, lambung dan waktu pengosongan lambung. Kelemahan

modalitas ini tidak dapat melihat struktur anatomi. Gambaran sintigrafi yang terlihat

pada refluks adalah adanya gambaran spike yang keluar dari lambung. Tinggi spike

menggambarkan derajat refluks sedangkan lebar spike menggambarkan lamanya refluks.

Page 9: GERD

Ultrasonografi.

Pada beberapa sentra pemeriksaan USG sudah dimasukkan ke dalam pemeriksaan rutin

untuk mendeteksi adanya refluks. Malah dikatakan bahwa USG lebih baik dari

pemeriksaan barium per oral maupun sintigrafi. Tetapi beberapa penelitian menyebutkan

bahwa USG tidak mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang baik sehingga tidak

dianjurkan. Kelemahan yang lain adalah lamanya waktu yang diperlukan dalam

pemeriksaan dan pada beberapa kasus terdapat kesulitan untuk melihat bentuk esofagus

(echotexture).

8. KOMPLIKASI

Batuk dan asma

Erosif esofagus

Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner metaplastik.

Pada sebahagian besar kasus merupakan lanjutan dari refluk esofagitis, yang

merupakan faktor risiko terhadap adenokarsinoma esofagusdan adenoma gastro-

esofageal junction.

Esofagitis ulseratif

Perdarahan saluran cerna akibat iritasi

Perdarahan dari refluks esofagitis umumnya ringan, namun kadang kala timbul

perdarahan masif, sehingga tidak jarang terjadi anemia defisiensi besi.

Striktur esophagus / Peradangan esophagus

Peradangan esophagus menyebabkan nyeri selama menelan dan perdarahan yang

biasanya ringan, tetapi bias juga berat. Penyempitan menyebabkan kesulitan menelan

makanan padat bertambah buruk

Aspirasi

Tukak kerongkongan

Tukak esophageal peptic adalah luka terbuka yang terasa nyeri pada lapisan

kerongkongan. Nyeri ini biasanya dirasakan di belakang tulang dada atau tepat

dibawahnya.

9. DIAGNOSA BANDING

a) Dispepsia

Dyspepsia adalah sekumpulan gejala yang berasal dari saluran pencernaan atas. Bisa

berhubungan dengan makan atau minum dan diantaranya berupa rasa terbakar pada

Page 10: GERD

jantung dan nyeri (biasanya “asam”) pada perut atas/dada bawah, “kembung”,

anoreksia, muntah, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan (borborgygmi)

hingga kentut-kentut. Gejala itu bisa akut, berulang, dan bisa juga menjadi kronis.

Disebut kronis jika gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus.

b) Esofagitis Korosif

Esofagitis korosif adalah peradangan di daerah esofagus yang disebabkan oleh luka

bakar karena tertelannya zat kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa

kuat, dan zat organik. Esofagitis korosif mempunyai keluhan gejala sakit ketika

menelan, muntah, dan sakit di lambung.

c) Batu Empedu

Suatu episode ikterus obstruktif, gangguan tes fungsi hati atau pancreatitis akut atau

dilatasi duktus biliaris komunis pada ultrasonografi menunjukkan adanya batu duktus

biliaris komunis. Mempunyai gejala nyeri kolik yang berat pada perut bagian

abdomen bagian atas yang menjalar kesekitar batas iga kanan dengan atau tanpa

muntah.

d) Asma

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel

inflamasi. Proses inflamasi ini menyebabkan peningkatan kepekaan (hipereaktiviti)

saluran napas terhadap berbagai rangsangan sehingga timbul gejala/gejala pernapasan

akibat penyempitan saluran napas difus dengan derajat bervariasi yang dapat

membaik secara spontan atau dengan pengobatan. Tanda dan gejalanya meliputi tidak

bisa menghirup cukup udara, rasa penuh di dada, dada terasa berat, rasa tercekik,

napas pendek dan berat.

e) Angina Pektoris

Angina pektoris merupakan suatu gejala klinik yang disebabkan oleh iskemia miokard

yang sementara. Ini adalah akibat dari tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan

oksigen miokard dengan dan kemampuan pembuluh dara hkoroner menyediakan

oksigen secukupnya untuk kokntraksi mmiokard. Gejalanya adalah sakit dada sentral

atau retrosentral yang dapat menyebar ke salah satu atau kedua tangan, leher atau

punggung.

Angina pektoris di jadikan diagnosis banding karena GERD dapat menimbulkan

keluhan rasa nyeri di dada yang kadang – kadang disertai rasa seperti kejang yang

menjalar ke tengkuk, bahu atau lengan sehinga menyerupai keluhan seperti angina

pektoris. Keluhan ini timbul sebagai akibat rangsangan kemoreseptor pada mukosa.

Page 11: GERD

Mungkin juga rasa nyeri di dada tersebut disebabkan oleh dua mekanisme yaitu

adanya gangguan motor esophageal dan esophagus yang hipersensitif.

10. PENATALAKSANAAN

Target penatalaksanaan GERD adalah menyembuhkan lesi esophagus, menghilangkan

gejala/keluhan, mencegah kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah

timbulnya komplikasi.

1. Modifikasi gaya hidup

Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan GERD,

namun bukan merupakan pengobatan primer. Walaupun belum ada studi yang dapat

memperlihatkan kemaknaannya, namun pada dasarnya usaha ini bertujuan untuk

mengurangi frekuensi refluks serta mencegah kekambuhan.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam modifikasi gaya hidup adalah meninggikan

posisi kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum tidur dengan tujuan

untuk meningkatkan bersihan asam selama tidur serta mencegah refluks asam dari

lambung ke esophagus, berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol karena

keduanya dapat menurunkan tonus LES sehingga secara langsung mempengaruhi

sel-sel epitel, mengurangi konsumsi lemak serta mengurangi jumlah makanan yang

dimakan karena keduanya dapat menimbulkan distensi lambung, menurunkan berat

badan pada pasien kegemukan serta menghindari pakaian ketat sehingga dapat

mengurangi tekanan intraabdomen, menghindari makanan/minuman seperti coklat,

teh, peppermint, kopi dan minuman bersoda karena dapat menstimulasi sekresi

asam, jikan memungkinkan menghindari obat-obat yang dapat menurunkan tonus

LES seperti antikolinergik, teofilin, diazepam, opiate, antagonis kalsium, agonis beta

adrenergic, progesterone.

2. Terapi medikamentosa

Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi medikamentosa

GERD :

Antasid

Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala GERD

tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain sebagai buffer terhadap

HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah.

Kelemahan obat golongan ini adalah rasanya kurang menyenangkan, dapat

menimbulkan diare terutama yang mengandung magnesium serta konstipasi

Page 12: GERD

terutama antasid yang mengandung aluminium, penggunaannya sangat

terbatas pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

Antagonis reseptor H2

Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah simetidin, ranitidine,

famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam, golongan obat ini

efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan dosis

2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus. Golongan obat ini hanya

efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa

komplikasi.

Obat-obatan prokinetik

Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena

penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun, pada

prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung pada penekanan sekresi

asam.

Metoklopramid

Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Efektivitasnya rendah

dalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di

esophagus kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau

penghambat pompa proton. Karena melalui sawar darah otak, maka dapat

timbul efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk, pusing, agitasi,

tremor, dan diskinesia.

Domperidon

Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan efek samping

yang lebih jarang disbanding metoklopramid karena tidak melalui sawar darah

otak.

Walaupun efektivitasnya dalam mengurangi keluhan dan penyembuhan lesi

esophageal belum banyak dilaporkan, golongan obat ini diketahui dapat

meningkatkan tonus LES serta mempercepat pengosongan lambung.

Cisapride

Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat

pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES. Efektivitasnya

dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esophagus lebih baik

dibandingkan dengan domperidon.

Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)

Page 13: GERD

Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki

efek langsung terhadap asam lambung. Obat ini bekerja dengan cara

meningkatkan pertahanan mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di

eesofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan obat ini

cukup aman diberikan karena bekerja secara topikal (sitoproteksi).

Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI)

Golongan obat ini merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD.

Golongan obat-obatan ini bekerja langsung pada pompa proton sel parietal

dengan mempengaruhi enzim H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap

akhir proses pembentukan asam lambung.

Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta

penyembuhan lesi esophagus, bahkan pada esofagitis erosive derajat berat

serta yang refrakter dengan golongan antagonis reseptor H2.

Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu (terapi inisial) yang dapat

dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan (maintenance therapy) selama 4 bulan

atau on-demand therapy, tergantung dari derajat esofagitisnya.

Baik antagonis reseptor histamin (H2) dan penghambat pompa proton (proton pump

inhibitors) dapat mengurangi gejala dan memulihkan mukosa (selaput lendir) saluran

cerna.

Obat Dosis Frekuensi

Antagonis H2

Cimetidine 40 mg/kg/hari 3 – 4 x/hari

Famotidine 1 mg/kg/hari 2 x/hari

Ranitidine 5-10 mg/kg/hari 2 – 3 x/hari

Penghambat Pompa Proton (PPI)

Lansoprazole 0.4-2.8 mg/kg/hari Sekali sehari

Omeprazole 0.7-3.3 mg/kg/hari Sekali sehari

3. Pembedahan dapat mengurangi peradangan berat, perdarahan, penyempitan, tukak

atau gejala yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan apapun. Namun

tindakan pembedahan jarang dilakukan.

4. Terapi endoskopi :

Page 14: GERD

Walaupun laporannya masih terbatas serta msih dalam konteks penelitian, akhir-

akhir ini mulai dikembangkan pilihan terapi endoskopi pada GERD yaitu :

1. penggunaan energi radiofrekuensi

2. plikasi gastric endoluminal

3. implantasi endoskopis, yaitu dengan menyuntikkan zat implan di bawah

mukosa esophagus bagian distal, sehingga lumen esophagus bagian distal

menjadi lebih kecil.

5. Pada anak :

1) Bayi dengan refluks harus diberi makan pada posisi tegak atau setengah

tegak dan kemudian dijaga pada posisi tegak untuk 30 menit setelah makan.

2) Untuk anak yang lebih tua, kepala pada tempat tidur bisa diangkat 6 inci

(kira-kira 15 ¼ cm) untuk membantu mengurangi refluks di waktu malam,

menghindari makan 2 sampai 3 jam sebelum waktu tidur, minum minuman

berkarbonat atau apa yang mengandung kafein, menjauhi asap tembakau.

3) Pada bayi dengan ASI Eksklusif, jangan mengganti/menambahkan ASI

dengan susu formula, dan pada bayi dengan konsumsi susu formula, tidak perlu

mengganti ke jenis susu formula khusus.

11. PROGNOSIS

Gejala GERD biasanya berjalan perlahan-lahan, sangat jarang terjadi episode akut atau

keadaan yang bersifat mengancam nyawa (jarang menyebabkan kematian). Prognosis

dari penyakit ini baik jika derajat kerusakan esofagus masih rendah dan pengobatan yang

diberikan benar pilihan dan pemakaiannya. Pada kasus-kasus dengan esofagitis grade D

dapat masuk tahap displasia sel sehingga menjadi Barret’s Esofagus dan pada akhirnya

Ca Esofagus.

12. HEALTH EDUCATION (HE)

Beri tahu klien mengenai penyebab refluks , cara menghindari refluks dengan

pengobatan antirefluks (medikasi, makanan, dan terapi posisional) dan gejala apa

yang harus dilihat dan dilaporkan.

Minta klien menghindari keadaan apapun yang meningkatkan tekanan

intraabdominal (misalnya membengkokkan badan, batuk, laithan berat, pakaian

ketat, konstipasi dan obesitas) atau substansi apapun yang mengurangi control

Page 15: GERD

sfingter (misalnya kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, makanan

berlemak, dan obat tertentu).

Sarankan klien duduk tegak lurus, terutama setelah makan dan mengkonsumsi

makanan dalam jumlah sedikit namun sering. Minta ia menghindari makanan yang

sangat berbumbu, jus asam, minuman beralkohol, makanan kecil sebelum tidur dan

makanan kaya lemak/ karbohidrat yang bisa menurunkan tekanan sfingter

esophageal bawah. Sarankan ia tidak berbaring dalam 3 jam setelah makan.

Minta klien minum antacid sesuai perintah (biasanya 1-3 jam setelah makan dan

sebelum tidur).

Page 16: GERD

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GASTROESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)

1. PENGKAJIAN

Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh

informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana

asuhan keperawatan klien.

a. Keadaan Umum

Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif

atau GCS dan respon verbal klien.

b. Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan:

Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan

nadi, dan kondisi patologis.

Pulse rate

Respiratory rate

Suhu

c. Riwayat penyakit sebelumnya

Ditanyakan apakah sebelumnya klien pernah menderita penyakit paru yang dapat

menjadi predisposisi GERD.

d. Pola Fungsi Keperawatan

1. Aktivitas dan istirahat

Data Subyektif:

Klien mengatakan agak sulit beraktivitas karena nyeri di daerah

epigastrium, seperti terbakar.

Data obyektif :

Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran.

Tidak terjadi perubahan tonus otot.

2. Sirkulasi

Data Subyektif:

Page 17: GERD

Klien mengatakan bahwa ia tidak mengalami demam.

Data Obyektif:

Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC)

Kadar WBC meningkat.

3. Eliminasi

Data Subyektif:

Klien mengatakan tidak mengalami gangguan eliminasi.

Data obyektif

Bising usus menurun (<12x/menit)

4. Makan/ minum

Data Subyektif:

Klien mengatakan mengalami mual muntah.

Klien mengatakan tidak nafsu makan.

Klien mengatakan susah menelan.

Klien mengatakan ada rasa pahit di lidah.

Data Obyektif:

Klien tampak tidak memakan makanan yang disediakan.

5. Sensori neural

Data Subyektif:

Klien mengatakan ada rasa pahit di lidah.

Data obyektif:

Status mental baik.

6. Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif:

Klien mengatakan mengalami nyeri pada daerah epigastrium.

P : nyeri terjadi akibat perangsangan nervus pada esophagus oleh

cairan refluks.

Q : klien mengatakan nyeri terasa seperti terbakar

R : klien mengatakan nyeri terjadi pada daerah epigastrium.

S : klien mengatakan skala nyeri 1-10.

T : klien mengatakan nyerinya terjadi pada saat menelan makanan. Nyeri

pada dada menetap.

Data Obyektif:

Klien tampak meringis kesakitan.

Page 18: GERD

Klien tampak memegang bagian yang nyeri.

Tekanan darah klien meningkat

Klien tampak gelisah

7. Respirasi

Data Subyektif :

Klien mengatakan bahwa ia mengalami sesak napas.

Klien mengatakan mengalami batuk

Data obyektif:

Terlihat ada sesak napas.

Terdapat penggunaan otot bantu napas.

Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu pada bayi >30-40 x/mnt

dan pada anak-anak > 20-26 x/menit..

Klien terlihat batuk.

8. Keamanan

Data Subyektif :

Klien mengatakan merasa cemas

Data obyektif:

Klien tampak gelisah

9. Interaksi sosial

Data Subyektif:

Klien mengatakan suaranya serak

Klien mengatakan agak susah berbicara dengan orang lain karena suaranya

tidak jelas terdengar.

Data obyektif:

Suara klien terdengar serak

Suara klien tidak terdengar jelas.

e. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

Klien tampak muntah

Klien tampak lemah

Klien tampak batuk-batuk

Klien tampak memegang daerah yang nyeri

Auskultasi :

Page 19: GERD

Suara terdengar serak

a. Bising usus menurun <12x/menit

b. Suara jantung S1/S2 reguler

f. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang

1. Endoskopi

2. Esofagografi dengan barium

3. Monitoring pH 24 jam

4. Tes Perfusi Berstein

5. Manometri esofagus

Page 20: GERD
Page 21: GERD

WOC GERD

Obat-obatan, Hormonal, Pendeknya LES, infeksi H. Pylori dan korpus pedominas gastritis

Hernia Heatus ObesitasPengosongan lambung lambat, dilatasi lambung

Bagian dari lambung atas yang terhubung dengan esophagus akan mendorong ke atas melalui diafragma

Tekanan intra abdomen meningkatTransient LES Relaxation

Kekuatan Lower Esophageal Sphincter (LES) menurun

Penurunan tekanan penghambat refluks

Refluks spontan saat relaksasi LES tidak adekuat

Aliran retrograde yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan

Aliran asam lambung ke esofagus

Kontak asam lambung dan mukosa esophagus dalam waktu lama dan/atau berulang

GASTRO ESOPHAGEAL REFLUK DISEASE (GERD)

Page 22: GERD

GASTRO ESOPHAGEAL REFLUK DISEASE (GERD)

Asam lambung mengiritasi sel mukosa esofagus

Kerusakan sel mukosa esofagus

Peradangan

Hearthburn non cardiac

Nyeri Akut

Odinofagia

Gangguan Menelan

Perubahan status kesehatan anak

Anak gelisah, rewel

Nafas bau asam

Merangsang pusat mual

Mual

Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal

Penurunan nafsu makan

Intake nutrisi inadekuat

Refluks saat malam hari

Aspirasi isi lambung ke tracheobronkial

Refluks cairan masuk ke laring dalam waktu lama

Laringitis

Peradangan terjadi pada permukaan pita suara

Suara serak

Kerusakan Komunikasi Verbal

Refluks berulang

Trauma Mukosa esophagus

Gangguan peristalsis pada esofagus

Risiko Infeksi

PK Perdarahan

Orang tua cemas

Ansietas

Keluarga kurang mendapat informasi mengenai penyakit GERD

Keluarga bertanya-tanya mengenai penyakit anak

Kurang Pengetahuan

BB menurun

Kebutuhan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh

Gangguan pertumbuhan fisik, tidak bersemangat

Keterlambatan Pertumbuhan dan

Perkembangan

Relaksasi dari glotis dan penurunan reflex batuk

Risiko AspirasiRuptur pembuluh darah

Page 23: GERD

Mengganggu istirahat tidur

Gangguan Pola Tidur

Sensasi tersedak

Reflek batuk tidak adekuat

Obstruksi jalan napas

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

Asam lambung terasa pada lidah

Rasa pahit di lidah

Daya kecap menurun

Gangguan Sensori Persepsi Taktil

Page 24: GERD
Page 25: GERD

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (berdasarkan prioritas)

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen kimia (asam lambung) ditandai dengan klien

dikeluhkan mengalami perubahan selera makan, perubahan frekuensi pernapasan,

iritabilitas.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan klien menghindari makan,

kurang minat terhadap makanan, mengeluh gangguan sensasi rasa, pasien mual

muntah.

3. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal, penurunan

reflex batuk, sfingter esophagus bawah inkompeten.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma mukosa esophagus

5. PK perdarahan

6. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan efek

ketunadayaan fisik ditandai dengan penurunan waktu respons, lesu/tidak bersemangat.

3. INTERVENSI

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen kimia (asam lambung) ditandai dengan

klien mengeluh mengalami perubahan selera makan, perubahan frekuensi

pernapasan, iritabilitas.

Tujuan:

Setelah diberikan perawatan dalam waktu .... x 24jam, diharapkan nyeri klien

berkurang dengan kriteria hasil:

1. Klien menyatakan nyerinya berkurang

2. Klien tidak tampak melindungi bagian yang sakit

3. Nadi normal (110 – 180 x/menit) dan RR klien normal (30-60 x/menit)

4. Klien dapat istirahat dengan nyaman

Intervensi

1. Kaji dan catat kondisi keluhan nyeri klien (dengan pola P, Q, R, S, T), yaitu

dengan memperhatikan lokasi, intensitas, frekuensi, dan waktu.

Rasional: Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan komplikasi.

Page 26: GERD

2. Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri dan kepercayaan tentang nyeri.

Rasional: Memudahkan dalam melakukan intervensi, karena kultur atau budaya

klien dapat mempengaruhi persepsi tentang nyeri.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan membatasi pengunjung.

Rasional: Suasana yang tenang dapat mengurangi stimulus nyeri.

4. Kontrol dan kurangi kebisingan

Rasional: Suasana yang tenang dapat mengurangi stimulus nyeri.

5. Ajarkan pasien teknik distraksi

Rasional: Untuk memanajemen atau mengalihkan rasa nyeri pada klien.

6. Kaji riwayat adanya alergi obat.

Rasional: Mengetahui apakah ada alergi terhadap obat analgesik.

7. Pastikan pasien menerima analgesic.

Rasional: Memastikan klien menerima obat pereda rasa nyeri

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan klien menghindari makan,

klien mual muntah, kurang minat terhadap makanan, mengeluh gangguan

sensasi rasa.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan kriteria hasil:

1. Klien tidak menghindari makan

2. Klien tidak mual muntah

3. Klien berminat terhadap makanan

4. Klien tidak mengeluh mengalami gangguan sensasi rasa

Intervensi :

a) Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah makan.

Rasional: Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan

menimbulkan mual.

b) Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi perasaan

tegang pada lambung.

Rasional : Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat mengurangi beban

saluran pencernaan.

Page 27: GERD

c) Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein/kalori yang disajikan pada

saat individu ingin makan.

Rasional: Agar asupan nutrisi dan kalori klien adeakuat.

d) Siapkan dalam kemasan yang menarik dan makanan yang disukai pasien.

Rasional: Dapat meningkatkan selera makan.

e) Timbang berat badan pasien saat ia bangun dari tidur dan setelah berkemih

pertama.

Rasional: Menimbang berat badan saat baru bangun dan setelah berkemih

untuk mengetahui berat badan mula-mula sebelum mendapatkan nutrient.

Kolaborasi

a) Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori harian yang

realistis dan adekuat.

Rasional: Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai

indikasi dan kebutuhan kalorinya.

3. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestial,

penurunan refleks batuk, sfingter esofagus bawah inkompeten

Tujuan:

Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan aspirasi tidak

terjadi dengan kriteria hasil:

1. Tidak mengalami aspirasi

Intervensi:

a) Kaji posisi lidah, pastikan bahwa lidah tidak jatuh ke belakang.

Rasional : Mencegah penyumbatan jalan nafas.

b) Jaga bagian kepala tempat tidur tetap tinggi jika tidak ada kontraindikasi.

Rasional : Membantu mencegah cairan refluks agak tidak teraspirasi ke

saluran pernapasan.

c) Kaji kembali adanya obstruksi benda-benda dalam mulut dan tenggorokan.

Rasional : Benda-benda tersebut dapat teraspirasi dan menyumbat jalan

napas

d) Beri tahu makanan yang harus dihindari anak kecil seperti buah dengan biji,

kacang, permen karet, anggur dan lain-lain

Rasional: Makanan-makanan tersebut cenderung mudah teraspirasi

Page 28: GERD

e) Ajarkan penatalaksanaan kedaruratan obstruksi jalan napas seperti memukul

punggung dan dorongan dada (bayi), maneuver Heimlich (anak-anak)

Rasional: Dengan mengajarkan kedaruratan medic pada orang tua/keluarga

maka diharapkan dapat memberikan pertolongan penyelamatan awal pada

bayi atau anak untuk mengatasi obstruksi jalan napas.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma mukosa esophagus

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .. x 24 jam diharapkan infeksi dapat di

cegah dengan kriteria hasil:

1. Menunjukkan pengendalian resiko, dibuktikan dengan indikator (antara 1-

5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten menunjukkan)

2. Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (Suhu aksila: 36,5 –

37,50 C, Nadi: 110 – 180 x/menit, RR: 30 – 60 x/menit)

3. Menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan

4. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.

Intervensi:

1. Pertahankan tehnik aseptik.

Rasional: menurunkan resiko infeksi nosokomial.

2. Observasi adanya tanda-tanda infeksi.

Rasional: untuk mendeteksi secara dini adanya infeksi.

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan diakukan. Intrusikan

pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi.

Rasional: mengurangi resiko kanstaminasi silang.

4. Pantau tanda-tanda vital, termasuk suhu.

Rasional: adanya proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi atau

pengobatan.

5. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai dengan indikasi.

Rasional: untuk menurunkan terjadinya infeksi.

5. PK Perdarahan

Tujuan:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, perawat dapat

meminimalkan komplikasi yang terjadi dengan kriteria hasil:

Page 29: GERD

Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal (Ht: 36-52%, Hb: 12,0-17,5

gr/100 ml)

Klien tidak mengalami episode perdarahan

Tanda-tanda vital berada dalam batas normal (TD: 87-105/60-69 mm Hg,

Nadi: 110 - 180 x/menit, RR : 30 - 60 x/mnt, Suhu : 36 - 370C ± 0,50C)

Intervensi:

Mandiri:

1. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi

Rasional: Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada klien sehingga

dapat menentukan intervensi selanjutnya

2. Pantau hasil lab b/d perdarahan

Rasional: Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat

membantu menentukan intervensi selanjutnya

3. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika

diperlukan

Rasional: Efek cedera terutama pada cedera tajam umumnya dapat

mengakibatkan perdarahan

Kolaborasi :

4. Kolaborasi pemberian transfusi faktor VIII, IX sesuai indikasi

Rasional: Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan mendukung terapi yang

diberikan pada klien sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal

5. Kolaborasi pemberian transfusi faktor VIII, IX sesuai indikasi

Rasional: Meningkatkan factor koagulasi sehingga menurunkan perdarahan

6. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d efek ketunadayaan fisik

d.d penurunan waktu respons, lesu / tidak bersemangat.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x24 jam diharapkan pertumbuhan

dan perkembangan anak optimal dengan kriteria hasil :

1. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan

Intervensi

1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak

Rasional : mengetahui tingkat tumbuh kembang anak sehingga dapat

menentukan intervensi yang tepat.

Page 30: GERD

2. Berikan stimulasi tumbuh kembang, aktivitas bermain, game, nonton TV,

puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.

Rasional : dengan adanya stimulasi tumbuh kembang dapat menstimulasi otak

sehingga dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan DDST.

3. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat

Rasional : keluarga terutama orang tua merupakan orang-orang terdekat anak,

peran orang tua dan keluarga sangat membantu dalam mengoptimalkan

pemberian tindakan / intervensi yang dilakukan.

4. EVALUASI

1. Nyeri berkurang dengan kriteria hasil:

Rasa nyeri berkurang

Tidak tampak melindungi bagian yang sakit

Nadi normal (110-180 x/menit) dan RR normal (30-60 x/menit)

Klien dapat istirahat dengan nyaman

2. Kebutuhan nutrisi teratasi dengan kriteria hasil:

Tidak menghindari makan

Tidak mual muntah

Berminat terhadap makanan

Tidak mengeluh mengalami gangguan sensasi rasa

3. Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria hasil

Tidak mengalami aspirasi

4. Infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:

Terjadi pengendalian resiko, dibuktikan dengan indikator (antara 1-5: tidak

pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten menunjukkan)

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Suhu aksila: 36,5 – 37,50 C

Nadi: 110 – 180 x/menit

RR: 30 – 60 x/menit

Dapat menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan

Dapat mengubah gaya hidup untuk mengurangi terjadinya resiko infeksi.

5. Perdarahan dapat teratasi dengan kriteria hasil:

Page 31: GERD

Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal (Ht: 36-52%, Hb: 12,0-17,5

gr/100 ml)

Episode perdarahan tidak terjadi.

Tanda-tanda vital berada dalam batas normal (TD: 87-105/60-69 mm Hg,

Nadi: 110 180 x/menit, RR : 30 - 60 x/mnt, Suhu : 36 - 370C ± 0,50C)

6. Pertumbuhan dan perkembangan anak optimal dengan kriteria hasil:

Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan

tinggi badan

Page 32: GERD

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, 3 th ed. Jakarta : EGC.

http://www.totalkesehatananda.com/gerd8.html (akses: 17 april 2011)

http://ilmubedah.info/gastro-esofageal-refluks-disease-gerd-20110214.html (akses: 17 April

2011)

http://www.bantalkesehatan.com/index.php?

option=com_content&view=article&catid=77:kumpulan-artikel&id=71:nyeri-ulu-hati-tak-

sembuh-waspadai-gejala-gerd&Itemid=37 (akses: 17 April 2011)

http://storiku.wordpress.com/2010/04/25/gastroesophageal-refluks-disease-gerd/ (akses: 17

April 2011)

J. Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Wilkinson, J.M, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta.