gang.kognitif geriatri (1) (1)

Upload: rangga-tagari

Post on 02-Jun-2018

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    1/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar, meningkat

    dari sekitar 6.5 milyar di tahun 2006. Peningkatan jumlah penduduk tersebut diikuti

    dengan peningkatan jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas; antara tahun 1970

    sampai tahun 2025, jumlah mereka diperkirakan akan meningkat 223% atau bertambah

    sekitar 694 juta jiwa. Di tahun 2025 akan terdapat sekitar 1.2 milyar penduduk dunia

    berusia 60 tahun ke atas, yang akan menjadi 2 milyar di tahun 2050; 80% di antaranyatinggal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Jumlah lanjut usia di

    Indonesia diperkirakan 18.575.000 jiwa. (Riyanto,2014)

    Salah satu masalah utama para lanjut usia adalah kemunduran fungsi kognitif.

    Kemunduran fungsi kognitif tersebut. Selanjutnya mempengaruhi pola interaksi mereka

    dengan lingkungan tempat tinggal, dengan anggota keluarga lain, juga pola aktivitas

    sosialnya,sehingga akan menambah beban keluarga, lingkungan dan masyarakat.

    Penurunan fungsi kognitif pada lansia merupakan penyebab terbesar terjadinya

    ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, dan juga merupakan

    alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan terhadap orang lain untuk

    merawat diri sendiri.(Riyanto,2014)

    Gangguan kognitif merupakan masalah yang cukup serius untuk para usia lanjut,

    karena dapat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan kemandirian. Kondisi ini

    adalah tantangan karena masalah penyakit degeneratif akibat proses penuaan yang

    sering menyertai para lansia. Kondisi gangguan kognitif ini bervariasi antara ringan,

    sedang dan berat. Proses penuaan otak merupakan bagian dari proses degenerasi yang

    dapat menimbulkan gangguan neuropsikologis, salah satunya yang paling umum

    terjadi pada lansia adalah demensia. (Riyanto,2014)

    Sebagai calon dokter, sudah seharusnya mahasiswa mengetahui dan memahami

    gangguan tersebut agar setelah menjadi dokter dapat melakukan penatalaksanaan

    terhadap gangguan tersebut secara komprehensif. Salah satu strategi pembelajaran di

    Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang adalah adanya tugas

    pengenalan profesi (TPP). Tugas ini merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dalam

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    2/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 2

    blok yang mengharuskan mahasiswa secara kelompok untuk turun langsung ke

    masyarakat. Tugas pengenalan profesi yang dilakukan pada blok XVI kali ini adalah

    Gangguan Kognitif pada Orang Tua (Panti Werdha) 2.

    I.2 Rumusan Masalah

    1. Apa saja gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha?

    2. Apa saja gejala dari gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha ?

    3.

    Bagaimana cara mendiagnosis gangguan kognitif pada orang tua di Panti

    Werdha ?

    4.

    Bagaimana tatalaksana gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha ?5.

    Bagaimana ADL pada orang tua di Panti Werdha ?

    I.3 Tujuan

    I.3.1 Tujuan Umum

    Untuk dapat mengidentifikasi dan memahami penyakit gangguan kognitif pada

    orang tua di Panti Werdha.

    I.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui gangguan kognitif yang ada pada orang tua di Panti

    Werdha.

    2. Untuk mengetahui gejala dari gangguan kognitif pada orang tua di Panti

    Werdha.

    3. Untuk mengetahui cara mendiagnosis gangguan kognitif pada orang tua di

    Panti Werdha.

    4. Untuk mengetahui tatalaksana gangguan kognitif pada orang tua di Panti

    Werdha.

    5.

    Untuk mengetahui ADL pada orang tua di Panti Werdha.

    1.4 Manfaat

    Adapun manfaat dari makalah yang dibuat agar:

    1. Mahasiswa mampu mengetahui gangguan kognitif yang ada pada orang tua di

    Panti Werdha .

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    3/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 3

    2. Mahasiswa mampu mengetahui gejala dari gangguan kognitif pada orang tua di

    Panti Werdha.

    3. Mahasiswa mampu mengetahui cara mendiagnosis gangguan kognitif pada orang

    tua di Panti Werdha.

    4. Mahasiswa mampu mengetahui tatalaksana gangguan kognitif pada orang tua di

    Panti Werdha .

    5. Mahasiswa mampu mengetahui ADL pada orang tua di Panti Werdha.

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    4/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Fungsi Kognitif

    Konsep kognitif (dari bahasa Latin cognosere, untuk mengetahui atau

    untuk mengenali) merujuk kepada kemampuan untuk memproses informasi,

    menerapkan ilmu, dan mengubah kecenderungan. Kognisi juga mengacu padasuatu lingkup fungsi otak tingkat tinggi, termasuk kemampuan belajar dan

    mengingat; mengatur merencana dan memecahkan masalah; fokus, memelihara

    dan mengalihkan perhatian seperlunya; memahami dan menggunakan bahasa;

    akurat dalam memahami lingkungan, dan melakukan perhitungan .

    (Riyanto,2014)

    Kognisi adalah suatu konsep yang kompleks yang melibatkan sekurang-

    kurangnya aspek memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa dan

    fungsi psikomotor. Bahkan, memori sendiri meliputi proses encoding,

    penyimpanan dan pengambilan informasi serta dapat dibagikan menjadi ingatan

    jangka pendek, ingatan jangka panjang dan working memory. Perhatian dapat

    secara selektif, terfokus, terbagi atau terus-menerus, dan persepsi meliputi

    beberapa tingkatan proses untuk mengenal objek yang didapatkan dari

    rangsangan indera yang berlainan (visual, auditori, perabaan, penciuman).

    Fungsi eksekutif melibatkan penalaran, perencanaan, evaluasi, strategi berpikir,

    dan lain-lain. Pada sisi lain, aspek kognitif bahasa adalah mengenai ekspresi

    verbal, perbendaharaan kata, kefasihan dan pemahaman bahasa. Fungsi

    psikomotor adalah berhubungan dengan pemrograman dan eksekusi motorik.

    Tambahan pula, semua fungsi kognitif di atas ini dipengaruhi oleh berbagai

    faktor, seperti suasana hati (sedih atau gembira), tingkat kewaspadaan dan

    tenaga, kesejahteraan fisik dan juga motivasi. (Riyanto,2014)

    Oleh sebab itu, secara sederhananya fungsi kognitif ini dapat disimpulkan

    sebagai semua proses mental yang digunakan oleh organisme untuk mengatur

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    5/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 5

    informasi seperti memperoleh input dari lingkungan (persepsi), memilih

    (perhatian), mewakili (pemahaman) dan menyimpan (memori) informasi dan

    akhirnya menggunakan pengetahuan ini untuk menuntun perilaku (penalaran dan

    koordinasi output motorik). (Riyanto,2014)

    2.1.1 Klasifikasi Gangguan Kognitif

    a. Forgetfullness (Mudah Lupa)

    Mudah lupa merupakan fenomena yang paling sering ditemukan dalam

    kehidupan sehari-hari warga usia lanjut. Adapun kriteria mudah lupa

    (forgetfulness) adalah:

    - Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya

    -

    Terdapat gangguan dalam mengingat kembali (recall).

    - Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan

    dalam memori (retrieval).

    -

    Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu apabila diberi isyarat

    (clue) (recognition).

    -

    Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk daripada menyebutkan namanya.

    (Kurniawan,2013)

    Mudah lupa masih dianggap normal dan gangguan ini sering dialami subyek

    usia lanjut. Frekuensinya meningkat sesuai peningkatan umur. Lebih kurang 39%

    pada umur 50-60 tahun dan angka ini menjadi 85% pada umur di atas 80 tahun.

    Istilah yang sering digunakan dalam kelompok ini adalah Benign Senescent

    Forgetfulness (BSF) atau Age Associated Memory Impairment (AAMI). Ciri-ciri

    kognitifnya adalah proses berfikir melambat; kurang menggunakan strategi memori

    yang tepat; kesulitan memusatkan perhatian; mudah beralih pada hal yang kurang

    perlu; memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar sesuatu yang baru;

    memerlukan lebih banyak petunjuk/isyarat untuk mengingat kembali.

    (Riyanto,2014)

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    6/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 6

    b. MCI

    1. Pengertian

    Mild Cognitive Impairment merupakan suatu keadaan transisi antara kognisi pada

    proses penuaan yang normal dengan demensia ringan.

    2. Epidemiologi

    Pada penelitian Canadian Study of Health and Aging, didapati angka prevalensi dari

    MCI sekitar 17%. Angka prevalensi untuk gangguan memori yang berhubungandengan usia didapati berkisar antara 17% sampai 34%. Seseorang dengan MCI

    mempunyai resiko untuk menjadi AD dengan kecepatan setiap tahunnya 10-12%,

    dan semakin cepat progresifitasnya bila MCI ini disertai dengan kelainan pada

    APOE4 dan hasil MRI hipokampus.

    Diagnosis

    Pada umumnya, diagnosisMild cognitive Impairment dibuat apabila pada seseorang

    ditemukan beberapa kriteria: ada gangguan memori, fungsi memori abnormal untuk

    usia dan pendidikan, aktivitas sehari-hari normal, fungsi kognisi umum normal dan

    tidak dijumpai demensia.

    Diagnosis MCI dapat dibagi atas 4 subtipe klinis;

    1. Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan memori dengan tidak adanya

    gangguan dari area fungsi kognitif yang lain seperti atensi, orientasi, bahasa dan

    visuospatial.

    2.Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan memori ditambah satu atau lebihgangguan dari area fungsi kognitif yang lainnya.

    3.Non Amnestic MCI -single domain: terdapat gangguan pada satu area fungsi kognitif

    tanpa adanya gangguan dari area fungsi memori.

    4.Non Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan pada dua atau lebih area

    fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area fungsi memori

    Ke empat subtipe klinis tersebut berbeda dalam hal etiologi dan outcome nya.

    Amnestic MCI (single domain lebih baik dari yang multiple domain) mempunyai

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    7/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 7

    kemungkinan yang lebih besar mengalami progresifitas menjadi penyakit demensia

    Alzheimer. Sedangkan subtipe non-Amnestic mempunyai kemungkinan mengalami

    progresifitas menjadi penyakit demensia non-Alzheimer.

    Untuk evaluasi diagnosis dari MCI diperlukan wawancara klinis terhadap pasien dan

    informan yang dapat dipercaya seperti pengasuh, pasangan hidup ataupun rekan

    kerja. Selain itu dilakukan pemeriksaan neurologi, pemeriksaan status mental, test

    neuropsikologi, tes laboratorium, pemeriksaan imaging dan penilaian kondisi

    komorbid psikiatri seperti depresi. (Riyanto,2014)

    c. DemensiaPengertian Demensia

    Demensia merupakan kerusakan progresif fungsi-fungsi kognitif tanpa disertai

    gangguan kesadaran. (Sadock, 2010)

    Demensia adalah sindrom penyakit akibat kelainan otak bersifat kronik / progresif

    serta terdapat gangguan fungsi luhur (kortikal yang multiple) yaitu ; daya ingat , daya

    fikir , daya orientasi , daya pemahaman , berhitung , kemampuan belajar, berbahasa ,

    kemampuan menilai kesadaran tidak berkabut .Biasanya disertai hendaya fungsi

    kognitif , dan ada kalanya diawali oleh kemerosotan (detetioration) dalam pengendalian

    emosi, perilaku sosial atau motivasi sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer, pada

    penyakit kardiovaskular, dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder

    mengenai otak. (Julianti, 2008)

    Demensia ialah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan daya kognitif

    global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun bergandengan dengan

    perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak atau sedikit demi sedikit

    pada tiap orang dari semua golongan usia. .(Mardjono dkk,2009).

    Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindroma klinis dengan gejala

    menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya. Definisi demensia

    menurut Unit Neurobehavior pada Boston Veterans Administration Medical Center

    (BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek yang didapat dan bersifat menetap, dengan

    adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5 komponen fungsi luhur yaitu gangguan bahasa,

    memori, visuospasial, emosi dan kognisi. (Japardi, 2010)

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    8/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 8

    Etiologi dan Epidemiologi Demensia

    Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzheimer (50-60%) dan

    kedua oleh cerebrovaskuler (20%). Diperkirakan penderita demensia terutama penderita

    alzheimer pada abad terakhir ini semakin meningkat jumlah kasusnya sehingga akan

    mungkin menjadi epidemi seperti di Amerika dengan insidensi demensia 187 populasi

    /100.000/tahun dan penderita Alzheimer 123/100.000/tahun serta penyebab kematian

    keempat atau kelima. (Japardi,2002)

    Pada kelompok usia diatas 65 tahun prevalensi demensia sedang hingga berat mencapai5 persen, sedangkan pada kelompok usia diatas 85 tahun prevalensinya mencapai 20

    hingga 40 persen. Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50 hingga 60 persen

    diantaranya menderita jenis demensia yang paling sering dijumpai, yaitu demensia tipe

    Alzheimer (Alzheimers diseases). Prevalensi demensia tipe Alzheimer meningkat

    seiring bertambahnya usia. Untuk seseorang yang berusia 65 tahun prevalensinya adalah

    0,6 persen pada pria dan 0,8 persen pada wanita. Pada usia 90 tahun, prevalensinya

    mencapai 21 persen. Pasien dengan demensia tipe Alzheimer membutuhkan lebih dari

    50 persen perawatan rumah (nursing home bed). (Sadock,2010)

    Jenis demensia yang paling lazim ditemui berikutnya adalah demensia vaskuler, yang

    secara kausatif dikaitkan dengan penyakit serebrovaskuler. Hipertensi merupakan faktor

    predisposisi bagi seseorang untuk menderita demensia. Demensia vaskuler meliputi 15

    hingga 30 persen dari seluruh kasus demensia. Demensia vaskuler paling sering ditemui

    pada seseorang yang berusia antara 60 hingga 70 tahun dan lebih sering pada laki-laki

    daripada wanita. Sekitar 10 hingga 15 persen pasien menderita kedua jenis demensia

    tersebut. (Sadock,2010)

    Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang berusia diatas 65

    tahun adalah (1) penyakit Alzheimer, (2) demensia vaskuler, dan (3) campuran antara

    keduanya. Penyebab lain yang mencapai kira-kira 10 persen diantaranya adalah

    demensia jisim Lewy (Lewy bodydementia), penyakit Pick, demensia frontotemporal,

    hidrosefalus tekanan normal, demensia alkoholik, demensia infeksiosa (misalnya human

    immunodeficiency virus (HIV) atau sifilis) dan penyakit Parkinson. Banyak jenis

    demensia yang melalui evaluasi dan penatalaksanaan klinis berhubungan dengan

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    9/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 9

    penyebab yang reversibel seperti kelaianan metabolik (misalnya hipotiroidisme),

    defisiensi nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat), atau

    sindrom demensia akibat depresi. (Sadock,2010)

    Klasifikasi Demensia

    Demensia dapat dibagi dalam demensia yang reversibel dan yang tak reversibel.

    Pembagian dalam demensia yang senilis dan presenilis menyesatkan karena demensia

    dikaitkan dengan usia. Batas usia lanjut dan kurang lanjut itu samar. Lagipula sebutan

    senilis dan presenilis bersifat deskriptif, sehingga diagnosis senilis dan presenilis

    mudah dibuat tanpa menghiraukan patologinya. .(Mardjono dkk,2009).Pada demensia yang reversibel, daya kognitif global dan fungsi luhur lainnya

    terganggu oleh karena metabolisme neuron-neuron kedua belah hemisferium tertekan

    atau dilumpuhkan oleh berbagai sebab. Apabila sebab ini dihilangkan, maka

    metabolisme kortikal akan berjalan sempurna kembali. Dengan demikian fungsi luhur

    dalam keseluruhannya akan pulih kembali. Apabila sebab ini sudah menimbulkan

    kerusakan infrastruktur neuron-neuron kortikal, tentu fungsi kortikal tidak akan pulih

    kembali dan demensia menetap (Mardjono dkk,2009).

    Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur, perjalanan penyakit,

    kerusakan struktur otak,sifat klinisnya dan menurut Pedoman Penggolongan dan

    Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).

    1. Menurut Umur:

    a.

    Demensia senilis (>65th),

    b. Demensia prasenilis (

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    10/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 10

    3. Menurut kerusakan struktur otak

    a.

    Tipe Alzheimer,

    b.

    Tipe non-Alzheimer,

    c. Demensia vaskular,

    d.

    Demensia Jisim Lewy (Lewy Body Dementia),

    e. Demensia Lobus frontal-temporal,

    f. Demensia terkait dengan HIV-AIDS,

    g.

    Morbus Parkinson,

    h. Morbus Huntington,

    i.

    Morbus Pick,j.

    Morbus Jakob-Creutzfeldt,

    k. Sindrom Gerstmann-Strussler-Scheinker,

    l. Prion disease,

    m.

    Palsi Supranuklear progresif,

    n. Multiple sklerosis,

    o. Neurosifilis,

    p.

    Tipe campuran

    4. Menurut sifat klinis:

    a. Demensia proprius,

    b. Pseudo-demensia. (Julianti,2008)

    Berdasarkan PPDGJ III demensia termasuk dalam F00-F03 yang merupakan

    gangguan mental organik dengan klasifikasinya sebagai berikut ;

    F 00 Demensia pada penyakit Alzheimer

    F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan Onset Dini,

    F00.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan Onset Lambat,

    F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan, tipe tidak khas atau tipe campuran,

    F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer YTT (Yang Tidak Tergolongkan),

    F 01 Demensia Vaskular

    F01.0 Demensia Vaskular Onset akut,

    F01.1 Demensia Vaskular Multi-Infark,

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    11/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 11

    F01.2 Demensia Vaskular Sub Kortikal,

    F01.3 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal,

    F01.8 Demensia Vaskular lainnya,

    F01.9 Demensia Vaskular YTT,

    F02 Demensia pada penyakit lain,

    F02.0 Demensia pada penyakit PICK,

    F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob,

    F02.2 Demensia pada penyakit Huntington,

    F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson,

    F02.4 Demensia pada penyakit HIV,F02.8 Demensia pada penyakit lain YDT YDK (Yang Di-Tentukan-Yang Di

    Klasifikasikan ditempat lain),

    F03 Demensia YTT

    Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00-F03 sebagai

    berikut :

    1. .X0 Tanpa gejala tambahan

    2. .X1 Gejala lain, terutama waham

    3. .X2 Halusinasi

    4. .X3 Depresi

    5. .X4 Campuran lain. (Julianti, 2008)

    1. Demensia Tipe Alzheimer

    Alois Alzheimer pertama kali menggambarkan suatu kondisi yang selanjutnya

    diberi nama dengan namanya dalam tahun 1907, saat ia menggambarkan seorang wanita

    berusia 51 tahun dengan perjalanan demensia progresif selama 4,5 tahun. Diagnosis

    akhir Alzheimer didasarkan pada pemeriksaan neuropatologi otak; meskipun demikian,

    demensia Alzheimer biasanya didiagnosis dalam lingkungan klinis setelah penyebab

    demensia lain telah disingkirkan dari pertimbangan diagnostik. ( Sadock,2010)

    Pada proses penuaan yang normal, sel saraf dalam otak tidak hilang dalam jumlah

    yang besar. Sebaliknya, Alzheimer mengganggu tiga proses penting yaitu hubungan

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    12/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 12

    antara sel saraf, metabolisme dan proses perbaikan. Gangguan ini akhirnya

    menyebabkan banyak sel saraf yang tidak berfungsi, kehilangan kontak dengan sel saraf

    lain dan mati. Awalnya, Alzheimer merusak saraf pada bgain otak yang mengatur

    memori khususnya pada hipokampus dan struktur yang berhubungan dengannya. Saat

    hipokampus berhenti kemudian terjadi kegagalan daya ingat jangka pendek dilanjutkan

    dengan melakukan perbuatan mudah dan tugas biasa. (Price, 2012)

    Alzheimer juga mengenai korteks serebri khususnya daerah yang bertanggung

    jawab terhadap bahasa dan pemikiran sehingga kemampuan bahasa hilang, menurunkan

    kemampuan seseorang untuk membuat keputusan dan timbul perubahan kepribadian.

    Emosi yang meledak ledak dan gangguan perilaku seperti berjalan tanpa tujuan danagitasi mulai timbul. Akhirnya banyak daerah otak yang terlibat, bagian yang atrofi, dan

    pasien Alzheimer hanya dapat terbaring di tempat tidur , inkontinensia, tak mampu

    berinteraksi dengan orang lain dan sangat bergantung dengan orang lain untuk

    melakukan tugas pribadi yang paling mendasar , seperti makan, mandi BAB dan BAK.

    (Price,2012)

    Sel otak pada Alzheimer dibandingkan dengan sel otak normal

    2. Demensia Vaskular

    Penyebabnya adalah penyakit vaskuler serebral yang multipel yang menimbulkan

    gejala berpola demensia. Ditemukan umumnya pada laki-laki, khususnya dengan

    riwayat hipertensi dan faktor resiko kardiovaskuler lainnya. Gangguan terutama

    mengenai pembuluh darah serebral berukuran kecil dan sedang yang mengalami infark

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    13/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 13

    dan menghasilkan lesi parenkhim multiple yang menyebar luas pada otak. Penyebab

    infark berupa oklusi pembuluh darah oleh plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari

    tempat lain( misalnya katup jantung). Pada pemeriksaan akan ditemukan bruit karotis,

    hasil funduskopi yang tidak normal atau pembesaran jantung. (Julianti,2008)

    Serangan terjadinya DVa terjadi secara mendadak, dengan didahului oleh transient

    ischemic attack (TIA) atau stroke, risiko terjadinya DVa 9 kali pada tahun pertama

    setelah serangan dan semakin menurun menjadi 2 kali selama 25 tahun kemudian.

    Adanya riwayat dari faktor risiko penyakit sebero vaskular harus disadari tentang

    kemungkinan terjadinya DVa. Gambaran klinik penderita DVa menunjukkan kombinasi

    dari gejala fokal neurologik, kelainan neuropsikologik dan gejala neuropsikiatrik.Gejala fokal neurologik dapat berupa gangguan motorik, gangguan sensorik dan

    hemianopsia. Kelainan neuropsikologik berupa gangguan memori disertai dua atau lebih

    kelainan kognitif lain seperti atensi, bahasa, visuospasial dan fungsi eksekutif.

    Manifestasi Klinis Demensia

    Gejala Demensia adalah :

    1. Bingung

    2. Perubahan kepribadian

    3. Apatis dan menyendiri

    4. Kehilangan kemampuan melakukan tugas seharihari

    5. Kehilangan ingatan yang mempengaruhi kegiatan sehari-hari

    6. Kesulitan melakukan tugas-tugas yang sudah terbiasa.

    7. Bingung tentang waktu dan tempat

    8. Masalah dengan bahasa

    9. Melemah atau menurun pertimbangannya

    10.Masalah salah tempat meletakkan sesuatu

    11.Perubahan dalam kepribadian atau tingkah laku

    12. Kehilangan inisiatif

    (Japardi,2010)

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    14/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 14

    Cara Mendiagnosis Demensia

    Diagnosis demensia ditetapkan dalam DSM-IV-TR. Diagnosis demensia

    berdasarkan pemeriksaan klinis, termasuk pemeriksaan status mental, dan melalui

    informasi dari pasien, keluarga, teman dan teman sekerja. Keluhan terhadap perubahan

    sifat pasien dengan usia lebih tua dari 40 tahun membuat kita harus mempertimbangan

    dengan cermat untuk mendiagnosis demensia. (Sadock,2010)

    Tabel 2.2 Kriteria Diagnostik untuk Demensia Tipe Alzheimer

    A.Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan dengan baik.

    1) Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru

    dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya).

    2) Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut;

    a. Afasia (gangguan bahasa),

    b.

    Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun

    fungsi motorik utuh),

    c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun

    fungsi sensorik utuh,

    d. Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu merencanakan, mengorganisasi,

    mengurutkan dan abstrak).

    B.

    Defisit kognitif dalam kriteria A1dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan

    yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu

    penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya.

    C.Perjalanan penyakit ditandai oleh onset yang bertahap dan penurunan kognitif yang

    terus menerus.

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    15/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 15

    D.Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 bukan karena salah satu berikut :

    1) Kondisi sistem saraf pusat lain yang menyebabkan deficit progresif dalam

    daya ingat kognisi misalnya penyakit serebrovaskuler, penyakit Parkinson,

    penyakit Huntington, hematoma subdural , hidrosefalus tekanan normal, tumor

    otak.

    2) Kondisi sistemik yang diketahui menyebabkan demensia misalnya,

    hipotiroidisme,

    defisiensi vitamin B12 atau asam folat, defisiensi niasin, hiperkalsemia,

    neurosifilis,infeksi HIV.

    3)

    Kondisi yang berhubungan dengan zat.

    E.Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium.

    F.

    Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis lainnya (misalnya,

    gangguan depresif berat,skizofrenia).

    Kondisi akibat zat

    Kode didasarkan pada tipe onset dan ciri yang menonjol;

    1)

    Tanpa gangguan perilaku : Jika gangguan kognitif tidak disertai dengan

    gangguan perilaku yang bermakna secara klinis

    2) Dengan gangguan perilaku ; Jika gangguan kognitif disertai gangguan perilaku

    yang bermakna secara klinis (misalnya keluyuran, agitasi).

    Subtipe yang spesifik;

    1) Dengan onset dini : jika onset pada umur < 65 tahun

    2)

    Dengan onset lanjut ; jika onset pada usia > 65 tahun

    Catatan cara ; Penyakit Alzheimer ditulis pada aksis 3. Gejala klinis lain yang

    menonjol yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer didiagnosis pada aksis I (

    misalnya

    gangguan mood yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer, dengan depresi yang

    menonjol, dan perubahan kepribadian yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer,

    tipe agresif ). (Sadock,2010)

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    16/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 16

    F00 demensia pada penyakit Alzheimer PPDGJ III

    Pedoman diagnostik

    Terdapatnya gejala demensia.

    Onset bertahap ( insidious onset ) dengan deteriorasi lambat.

    Onset biasanya sulit ditentukan waktunya yang persis, tiba-tiba orang lain

    sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Dalam perjalanan penyakitnya

    dapat terjasi suatu taraf yang stabil ( palteau ) secara nyata.(Maslim, 2001).

    Tidak adanya bukti klinis, ataupun temuan dari pemeriksaan khusus, yang

    menyatakan kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak yang

    lainnya dapat menimbukan demensia ( misalnya hipotiriodisme, hiperkalsemia,

    defisiensi vitamin b12, defisiensi niasin, neorosifilis, hidrosefalus bertekanan

    normal, atau hematoma subdural ). (Maslim, 2001).

    Tidak adanya serangan apopletik mendadak, atau gejala neurologik kerusakan

    otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan

    pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari gangguan itu

    ( walaupun fenomena ini di kemudian hari dapat bertumpang tindih ). (Maslim,

    2001).

    Diagnosis banding :

    -Gangguan defresif ( f30-f39 )

    -Delirium ( f05 )

    -Sindrom amnestik organik ( f04 )

    -

    Demensia primer penyakit lain ydk ( f02.- )

    -Demensia sekunder penyakit lain ydk ( f02.8 )

    -Retardasi mental ( f70-f72 )

    -Demensia alzheimer + vaskuler ( f00.2 ) (Maslim, 2001).

    Tabel.2.3. Kriteria Diagnosis untuk Demensia Vaskuler 2

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    17/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 17

    A. Perkembangan defisit kognitif multipel yang bermanifestasi oleh baik.

    1) Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi

    baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya),

    2) Satu atau lebih gangguan kognitif berikut ;

    a. Afasia ( gangguan bahasa)

    b. Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motoric walaupun

    fungsi motorik utuh),

    c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun

    fungsi sensorik utuh,

    d.

    Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu merencanakan, mengorganisasi,mengurutkan dan abstrak).

    B. Defisit dalam kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan

    gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan

    suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya

    C. Tanda dan gejala neurologis fokal (misalnya; peningkatan refleks tendon dalam,

    respon ekstensor palntar, palsi pseudobulbar, kelainan gaya berjalan, kelemahan

    pada satu ekstremitas) atau atau tanda-tanda laboratorium adalah indikatif untuk

    penyakit serebrovaskuler (misalnya infark multipel yang mengenai korteks dan

    subtansia putih dibawahnya) yang dianggap berhubungan secara etiologi dengan

    gangguan.

    D.

    Kode didasarkan pada ciri yang menonjol

    Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium,.

    Dengan delirium : Jika delirium menumpang pada demensia

    Dengan waham : Jika waham merupakan ciri yang menonjol

    Dengan mood depresi : jika mood depresi ( termasuk gambaran yang memenuhi

    kriteria gejala lengkap untuk episode depresif adalah ciri yang menonjol. Suatu

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    18/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 18

    diagnosis terpisah gangguan mood karena kondisi medis umum tidak diberikan

    Tanpa penyulit : jika tidak ada satupun diatas yang menonjol pada gambaran

    klinis sekarang

    Sebutkan jika :

    Dengan gangguan perilaku.

    Catatan penulisan ; juga tuliskan kondisi serebrovaskuler pada aksis III. (Sadock,2010)

    F01 demensia vaskularPedoman diagnostik

    Terdapat gejala demensia.

    Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata ( mungkin terdapat hilangnya

    daya ingat, ganggan daya pikir, gejala neurologis fokal ). Daya tilik diri (

    insight ) dan daya nai ( judgment ) secara relatif tetap baik. (Maslim, 2001).

    Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya

    gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensiavaskuler.

    Pada beberapa kasus, penempatan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan

    ct-scan atau pemeriksaan neuropatologis. (Maslim, 2001).

    Diagnosis banding :

    -

    Delirium ( f05.- )

    -Demensia alzheimer ( f00.- )

    -Gangguan afektif ( f30-f39 )

    -

    Retardasi mental ringan & sedang ( f70-f71 )

    -Perdarahan subdural ( traumatik = s06.5, nontraumatik = 162.0 )

    -Demensia vaskular + alzheimer ( f00.2 ) (Maslim, 2001)

    2.2 ADL

    Aktivitas merupakan salah satu penilaian dalam kehidupan sehari -hari

    orangtua dalammelakukan tindakan yang perlu dilakukan secara benar. Aktivitas sehari-

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    19/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 19

    hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap harinya. Aktivitas

    ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. Aktivitas sehari hari adalah

    kegiatan yang dilakukan sehari- hari dan sifatnya berulang. (Napitupulu,2011)

    Aktivitas Keterampilan Sehari-haru adalah keterampilan dasar dan fungsi

    okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang

    dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi atau berhubungan

    dengan perannya sebagai pribadi ,dalam keluarga dan masyarakat. (Setiahardja, 2005)

    Menurut Stanley (2007) mengemukakan bahwa lansia mengalami penuaan yang

    optimal akan tetap aktif dan tidak mengalami penyusutan dalam kehidupan sehari-hari.

    Adapun macam-macam aktivitas sehari-hari adalah aktivitas fisik, aktivitas fisikmerupakan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga dimana

    sangat penting bagi kesehatan mental.

    Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti

    dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly

    People adalah berbelanja, melakukan aktivitas ringan, membersihkan rumah, mencuci

    pakaian, dan lain-lain. Aktivitas fisik merupakan bagian dari aktivitas produktif hal ini

    dikarenakan aktivitas fisik pada lansia mengarah pada aktivitas lansia yang dilakukan

    menghasilkan keuntungan-keuntungannya tersendiri atau bernilai positif bagi daya

    tahan tubuh seorang lansia. (Napitupulu, 2011)

    Kemudian aktivitas mental,contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan

    aktivitas mental pada lansia seperti dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities of

    Daily Living Scale for Elderly People adalah mengelola keuangan secara baik, akt

    ivitas keagamaan bersama sesama lansia, meluangkan waktu untuk melakukan satu hal

    yang digemari. Pada aktivitas mental cenderung mengarah kepada aktivitas pribadi, hal

    ini dikarenakan sifatnya yang memiliki keleluasaan pribadi.(Napitupulu,2011)

    Beberapa macam aktivitas sehari-hari yang terakhir adalah aktivitas sosial,

    aktivitas sosial pada lansia diperkirakan memberikan kontribusi paling besar terhadap

    masa tua yang sukses. Lansia mempertahankan aktivitas pada usia dewasa pertengahan

    selama mungkin kemudian menemukan pengganti aktivitas yang sudah tidak dapat

    dilakukan lagi. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas sosial

    seperti dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for

    Elderly People adalah lansia mampu berinteraksi denganlingkungan sekitarnya bersama

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    20/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 20

    lansia lainnya atau orang-orang terdekat, menjalankan hobi atau aktif dalam aktivitas

    kelompok. Aktivitas sosial adalah kemampuan lansia untuk menerima perubahan-

    perubahan yang terjadi dalam hidupnya. (Napitupulu,2011)

    Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum,

    toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telephone, menulis,

    mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur,

    bangun dan duduk, transfer atau bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat

    ke tempat lain) . (Setiahardja,2005)

    2.3.2 Klasifikasi ADL (Activity Daily Living)

    1) ADL dasar, sering disebutADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki

    seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting,

    mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air

    kecil dalam kategoriADLdasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan

    kemampuan mobilitas.

    2) ADLinstrumental, yaituADLyang berhubungan dengan penggunaan alat atau

    benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan

    telefon, menulis, mengetik, mengelola uang

    3)

    ADLvokasional, yaituADLyang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan

    sekolah.

    4) ADLnon vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi

    waktu luang. (Setiahardja, 2005)

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    21/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 21

    Cara Pengukuran ADL

    ADLmencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategori

    atau domain seperti berpakaian, makan minum, toileting atau higieni pribadi, mandi,

    berpakaian, transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi, instrumental

    ADLdasar, sering disebutADLsaja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki

    seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting,

    mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air

    kecil dalam kategoriADLdasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan

    kemampuan mobilitas . (Setiahardja, 2005)

    PengkajianADLpenting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya

    bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran

    kemandirianADLakan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif degan

    sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai penulisADLdasar, sering

    disebutADLsaja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat

    dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang

    memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADLdasar

    ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas. (Setiahardja, 2005)

    Tabel 2.1 Beberapa Indeks Pengukuran ADL (Activity Daily Living) menurut

    Setiahardja (2005)

    Skala Deskripsi &

    Jenis skala

    Kehandalan,

    Kesahihan &

    Sensivitas

    Waktu &

    Pelaksanaan

    Komentar

    Indeks barthel Skala ordinal

    dengan skor 0

    (total

    dependent)-

    100(total

    independent) : 10

    Sangat handal &

    sangat sahih, dan

    cukup sensitif.

    < 10 menit,

    sangat sesuai

    untuk

    skrining,

    penilaian

    formal,

    SkalaADLyang

    sudah diterima

    secara luas,

    kehandalan dan

    kesahihan

    sangat baik.

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    22/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 22

    item : makan,

    mandi, berhias,

    berpakaian,

    kontrol kandung

    kencing,dan

    kontrol anus,

    toileting, ransfer

    kursi atau tempat

    tidur, mobilitas

    dan naik tangga.

    pemantauan

    &

    pemeliharaan

    terapi.

    Indeks Katz Merupakan

    peniliankemandirian

    yang diukur

    dependensi yang

    hierarkis : mandi,

    berpakaian,

    toileting,

    berpindah

    tempat, dan

    makan.Penilaiandari A (mandiri

    pada kelima

    item) sampai G

    (dependentpada

    kelimam item).

    Kehandalan &

    kesahihan cukup;kisaran ADL

    sangat terbatas (6

    item)

    < 10 menit,

    sangat sesuaiuntuk

    skrining,

    penilaian

    formal,

    pemantauan

    &

    pemeliharaan

    terapi.

    SkalaADLyang

    sudah diterimasecara luas,

    kehandalan dan

    kesahihan

    cukup, menilai

    keterampilan

    dasar, tetapi

    tidak menilai

    berjalan & naik

    tangga

    FIM

    (Functional

    Independence

    Measure)

    Skala ordinal

    dengan 18 item,

    7 level dengan

    skor berkisar

    antara 18-126;

    area yang

    dievaluasi;

    perawatan diri,

    kontrol stingfer,

    transfer,

    lokomosi,

    komunikasi, dan

    kognitif sosial.

    Kehandalan &

    kesahihan baik,

    sensitif dan dapat

    mendeteksi

    perubahan kecil

    dengan 7 level.

    < 20 menit,

    sangat sesuai

    untuk

    skrining,

    penilaian

    formal,

    pemantauan

    &

    pemeliharaan

    terapi serta

    evaluasi

    program.

    SkalaADLyang

    sudah diterima

    secara luas.

    Pelatihan untuk

    petugas pengisi

    lebih lama

    karena item

    banyak.

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    23/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 23

    1) Indeks Barthel (IB)

    Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi

    mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat

    juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-

    pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. (Setiahardja, 2005)

    menggunakan 10 indikator, yaitu :

    Tabel 2.2 Instrument Pengukuran ADL (Activity Daily Living) dengan Indeks Barthel

    menurut Setiahardja, 2005).

    No. Item yang dinilai Skor Nilai

    1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu

    1 = Butuh bantuan memotong, mengoles

    mentega dll.

    2 = Mandiri

    2. Mandi (Bathing) 0 =

    Tergantung orang lain

    1 =

    Mandiri

    3. Perawatan diri

    (Grooming)

    0 = Membutuhkan bantuan orang lain

    1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,

    gigi, dan bercukur

    4. Berpakaian

    (Dressing)

    0 = Tergantung orang lain

    1 = Sebagian dibantu (misal mengancing

    baju)

    2 =

    Mandiri

    5. Buang air kecil

    (Bowel)

    0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak

    terkontrol1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)

    2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7

    hari)

    6. Buang air besar

    (Bladder)

    0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu

    enema)

    1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)

    2 = Kontinensia (teratur)

    7. Penggunaan toilet 0 =

    Tergantung bantuan orang lain

    1 =

    Membutuhkan bantuan, tapi dapat

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    24/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 24

    melakukan beberapa hal sendiri

    2 = Mandiri

    8. Transfer 0 = Tidak mampu

    1 =

    Butuh bantuan untuk bisa duduk (2

    orang)

    2 = Bantuan kecil (1 orang)

    3 = Mandiri

    9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)

    1 = Menggunakan kursi roda

    2 = Berjalan dengan bantuan satu orang

    3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat

    bantu seperti, tongkat)

    10. Naik turun tangga 0 =

    Tidak mampu1 =

    Membutuhkan bantuan (alat bantu)

    2 =

    Mandiri

    Interpretasi hasil :

    20 : Mandiri

    12-19 : Ketergantungan Ringan

    9-11 : Ketergantungan Sedang

    5-8 : Ketergantungan Berat

    0-4 : Ketergantungan Total

    2) Indeks Kats

    Indeks katz adalah suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian yang

    didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-

    hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasikan

    kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang

    tepat . (Setiahardja, 2005)

    Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktivitas kehidupan

    sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    25/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 25

    dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB atau BAK), 3) berpindah, 4) ke kamar kecil, 5)

    mandi dan berpakaian . (Setiahardja, 2005)

    Tabel 2.3 Penilaian Indeks Katz

    Skore Kriteria

    AKemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),

    berpindah, ke kamar kecil mandi dan berpakaian.

    BKemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi

    tersebut.

    CKemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi

    tambahan.

    DKemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan

    satu fungsi tambahan.

    EKemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke

    kamar kecil dan satu fungsi tambahan.

    FKemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke

    kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

    G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.

    LainLain

    Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat

    diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

    Keterangan:

    Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang

    lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan

    fungsi, meskipun sebenarnya mampu. (Setiahardja, 2005)

    (1) Mandi

    Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstermitas

    yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.

    Bergantung:bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari

    bak mandsi, serta tidak mandi sendiri.

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    26/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 26

    (2) Berpakaian

    Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian,

    mengancingi atau mengikat pakaian.

    Tergantung:tidak dapat memakai baju sendiri atau baju hanya sebagian.

    (3) Ke Kamar Kecil

    Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia sendiri.

    Tergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot.

    (4) Berpindah

    Mandiri:berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri.

    Tergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak

    melakukan satu, atau lebih berpindah.

    (5) Kontinen

    Mandiri: BAK dan BAB seluruh dikontrol sendiri.

    Tergantung: Inkontinensia parsial atau lokal; penggunaan kateter, pispot, enema, dan

    pembalut (pampres).

    (6) Makan

    Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.

    Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya,

    tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT). (Setiahardja, 2005)

    Tabel 2.4 Modifikasi Indeks Kemandirian Katz

    No. AktivitasMandiri

    Nilai (1)

    Tergantung

    (Nilai 0)

    1 Mandi di kamar mandi (menggosok,

    membersihkan, dan mengeringkan badan).

    2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan

    menggunakannya.

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    27/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 27

    3 Memakan makanan yang telah disiapkan.

    4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan

    diri (menyisir rambut, mencuci rambut,

    mengosok gigi, mencukur kumis).

    5 Buang air besar di WC (membersihkan dan

    mengeringkn daerah bokong).

    6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja).

    7 Buang air kecil di kamar mandi

    (membersihkan dan mengeringkan daerah

    kemaluan).

    8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih.

    9 Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke

    luar ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.

    10 Menjalankan agama sesuai agama dan

    kepercayaan yang dianut.

    11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti:

    merapikan tempat tidur, mencuci pakaian,

    memasak, dan membersihkan ruangan.

    12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau

    kebutuhan keluarga.

    13 Mengelola keuangan (menyimpan dan

    menggunakan uang sendiri).

    14 Mengguanakan sarana transfortasi umum

    untuk berpergian.

    15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai

    dengan aturan (takaran obat dan waktu

    minum obat tepat).

    16 Merencanakan dan mengambil keputusan

    untuk kepentingan keluarga dalam hal

    penggunakan uang, aktivitas sosial yang

    dilakukan dan kebutuhan akan pelayanankesehatan.

    17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan

    keagamaan, sosial, rekreasi, olah raga dan

    menyalurkan hobi.

    JUMLAH POIN MANDIRI

    Analisi Hasil :

    Point : 1317 : Mandiri

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    28/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 28

    Point : 012 : Ketergantungan

    2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL

    ADL(Activities Daily Living) terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan

    volunter yang terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang

    dilakukan.

    Menurut Sugiarto (2005), ADL dasar dipengaruhi oleh :

    1)

    ROM sendi

    2) Kekuatan otot

    3) Tonus otot

    4) Propioseptif

    5) Persepti visual

    6) Kognitif

    7)

    Koordinasi

    8) Keseimbangan tubuh yang jelek. (Setiahardja, 2005)

    Faktor yang mempengaruhi penurunan ADL (Activities Daily Living)adalah:

    1)

    Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga

    2) Kapasitas mental

    3)

    Status mental seperti kesedihan dan depresi

    4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh

    5) Dukungan anggota keluarga. (Setiahardja, 2005)

    Faktor lain yang mempengaruhi penurunan ADL (Activities Daily Living)adalah:

    1) Kurangnya bergerak (Immobilisasi)

    2)

    Kepikunan yang berat (Dementia)

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    29/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 29

    3) Beser buang air kecil atau buang air besar (Inkontinensia)

    4) Asupan makanan dan minuman yang kurang

    5)

    Lecet dan borok pada tubuh akibat berbaring yang lama (Decubitus)

    6)

    Patah tulang

    7)

    Persendian yang kaku

    8) Pergerakan yang terbatas

    9) Waktu beraksi yang lambat, keadaan tidak stabil bila berjalan

    10)

    Keseimbangan tubuh yang jelek

    11) Gangguan peredaran darah

    12) Gangguan penglihatan, gangguan pendengaran

    13)

    Gangguan pada perabaan

    14)

    Gangguan status mental seperti kesedihan atau depresi. (Setiahardja, 2005)

    2.3 Penilaian Fungsi Kognitif

    Berbagai macam instrumen screening fungsi kognitif dilakukan untuk untuk menilai

    individu dengan sangkaan mengalami gangguan fungsi kognitif, seperti Mini-Mental

    Status Examination, Mayo Short Test of Mental Status, Clock Drawing Test, Clinical

    Dementia Rating, MoCa Ina dan tes lainnya.Mini-Mental Status Examination (MMSE)

    merupakan salah satu dari sekian banyak tes yang sering digunakan secara luas untuk

    mendeteksi gangguan kognitif.

    Gangguan faal kognitif bisa timbul mulai derajat yang ringan sampai yang berat. Hal

    tersebut memerlukan pendekatan diagnosis dan terapi tersendiri. Berbagai instrumen

    untuk mendiagnosis telah dikembangkan dengan variasi yang luas. Variasi tersebut

    mulai dari instrumen yang singkat dan dapat dikerjakan

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    30/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 30

    Mental Test (AMT) yang memuat sepuluh pertanyaan dan dapat digunakan sebagai

    penapis. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci dapat digunakan Mini Mental

    State Examination (MMSE).

    Setelah dilakukan penilaian, skor dijumlahkan dan didapatkan hasil akhir. Hasil

    yang didapatkan diintrepetasikan sebagai dasar diagnosis. Ada beberapa interpretasi

    yang bisa digunakan. Metode yang pertama hanya menggunakan single cutoff, yaitu

    abnormalitas fungsi kognitif jika skor

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    31/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 31

    No. Nama Respoden:

    Umur Responden :

    Pendidikan :

    Nama pewawancara:

    Tanggal wawancara :

    Jam mulai :

    Nilai

    maks

    ORIENTASI

    1 Sekarang (tahun), (musim),(bulan), (tanggal), hari apa? 5

    2 Kita berada dimana? (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai/kamar) 5

    REGISTRASI

    3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1

    detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk

    setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan

    dengan benar dan catat jumlah pengulangan

    3

    ATENSI DAN KALKULASI

    4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan

    setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU (nilai

    diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2

    nilai)

    5

    MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

    5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3

    BAHASA

    6 Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil,

    buku)

    2

    7 Pasien disuruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila 1

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    32/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 32

    8 Pasien disuruh melakukan perintah: ambil kertas ini dengan tangan

    anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai

    3

    9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah pejamkanlah mata

    anda

    1

    10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1

    11 Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini 1

    TOTAL 30

    Gambar 1.Mini Mental State Examination(MMSE)

    Skor Nilai 24-30 = normal

    Nilai 17-23 = gangguan kognitifprobable

    Nilai 0-16 = gangguan kognitif definit

    Tabel 1. Interpretasi MMSE

    Metode Skor Interpretasi

    Single Cutoff

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    33/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 33

    Untuk memeriksa gangguan kognitif sa-lah satunya adalah dengan

    menggunakan Mon-treal Cognitif Assesment (MoCA) yang diguna-kan untuk

    mengetahui adanya mild cognitive Impairment MoCa terdiri dari 30 poin yang akan di

    ujikan dengan menilai beberapa domain kog-nitif, yaitu :

    a. Fungsi eksekutif : dinilai dengan trail-ma-king B (1 poin), phonemic fluency tast (1

    poin), dan two item verbal abtraction (1 poin).

    b. Visuospasial : dinilai dengan clock drawing tast (3 poin) dan menggambarkan kubus

    3 dimensi (1 poin)

    c. Bahasa: menyebutkan 3 nama binatang (singa, unta, badak ; 3 poin), mengulang 2

    kalimat (2 poin), kelancaran berbahasa (1 poin)

    d. Delayed recall: menyebutkan 5 kata (5 poin), menyebutkan kembali setelah 5 menit

    (5 poin)

    e. Atensi: menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin), digit fordward

    and backward (masing-masing 1 poin)

    f. Abstaksi: menilai kesamaan suatu benda (2 poin)

    g. Orientasi: menilai menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat dan kota (ma-

    sing-masing 1 poin). (Panentu,2013)

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    34/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 34

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    35/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 35

    NILAI TOTAL:

    Nilai maksimal sebesar 30

    Nilai total akhir 26 atau lebih dianggap normal

    Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai pendidikan formal selama 12

    tahun atau kurang (tamat Sekolah Dasar-tamat Sekolah Menengah Atas), jika total nilai

    kurang dari 30.

    2.6Tata Laksana

    Langkah pertama untuk tatalaksana demensia adalah verifikasi diagnosis. Tindakan

    preventif penting dilakukan, terutama pada demensia vaskular. Tindakan tersebut

    meliputi diet, olahraga, serta pengendalian diabetes dan hipertensi. Obat farmakologis

    dapat mencakup obat antihipertensi, antikoagulan, antiplatelet. Pengendalan tekanan

    darah harus bertujuan mencapai batas yang lebih tinggi dari kisaran normal. Pilihan obat

    antihipertensi dapat sangat signifikan mengingan agen penyekat- dikaitkan dengan

    hendaya kognitif yang lebih besar. Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACEI)

    dan diuretik tidak dikaitkan dengan hendaya kognitif yang lebih berat dan dianggap

    dapat menurunkan tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran darah cerebral.

    Pendekatan pengobatan pada pasien demensia secara umum adalah memberikan

    pelayanan medis suportif, dukungan emosional untuk pasien dan keluarga, serta terapi

    farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk perilaku yang menganggu.

    Klinisi dapat meresepkan benzodiazepine untuk insomnia dan ansietas,

    antidepresan untuk depreso , dan obat antipsikotik untuk waham dan halusinasi, namun

    harus waspada akan kemungkinan efek idiosinkratik obat pada lansia ( seperti eksitasi

    paradoksal, kebingungan, dan peningkatan sedasi). Secara umum, obat dengan aktivitas

    antikolinergik yang tinggi seaiknya dihindari.

    Donepezil, rivastigmin, galantamin dan takrin adalah penghambat kolinesterase

    yang digunakan dalam pengobatan kognitif ringan sampai sedang pada penyakit

    Alzheimer. Obat-obat tersebut mengurangi inaktivitas neurotransmitter asetilkolin

    sehingga menghasilkan perbaikan yang sedang pada memori dan pemikiran yang

    bertujuan. (Sadock,2010)

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    36/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 36

    BAB III

    METODE PELAKSANAAN

    3.1Lokasi Pelaksanaan

    Tugas pengenalan profesi ini dilaksanakan di Panti Werdha .

    3.2Waktu Pelaksanaan

    Tugas pengenalan profesi ini dilaksanakan pada

    Hari, tanggal : , Januari 2015

    Pukul :

    3.3Subjek Tugas Mandiri

    Subjek tugas mandiri pada tugas pengenalan profesi ini adalah melakukan

    observasi dan wawancara terhadap penyakit kulit di Panti Wreda .

    3.4Alat dan bahan

    1.

    Alat tulis

    2. Checklist

    3. Kamera

    3.5Langkah Kerja

    Tahapan kegiatan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

    1.

    Tahap persiapan

    a. Membuat proposal.

    b. Melakukan konsultasi kepada pembimbing tugas pengenalan

    profesi.

    c. Mendapatkan izin atau ACC dari pembimbing tugas pengenalan

    profesi.

    2. Tahap pelaksanaan

    a. Melakukan observasi terhadap kasus struma yang berpedoman pada

    kuesioner.

    b.

    Mencatat hasil observasi.

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    37/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 37

    3. Tahap Penyelesaian

    a.

    Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisis dan

    menyimpulkan.

    b. Menyusun laporan hasil pengamatan dan pemeriksaan.

    c.

    Mendapatkan ACC laporan hasil pengamatan dan pemeriksaan dari

    pembimbing tugas pengenalan profesi.

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    38/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 38

    DAFTAR PUSTAKA

    Agung, Purnomo. 2010. Penilaian Status Kognitif Pada Lanjut Usia. Surabaya :Universitas Airlangga

    Japardi, Iskandar. 2010. Gangguan Fungsi Luhur. Medan : Universitas Sumatera

    Utara

    Julianti. Riri, Budiono, Ari. 2008.Demensia.Pekanbaru : FK Univ RIAU

    Mardjono,2009, Neurologi Klinis Dasar,Jakarta : Penerbit Dian Rakyat. Hal 210-

    214

    Maslim,Rusdi,2011,Diagnosis gangguan jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III,ilmu

    kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,Jakarta.Hal22-27.

    Napitupulu, Y.M.N.2011.Hubungan Aktivitas Sehari-hari dan Successful Aging

    pada Lansia. Malang : Universitas Brawijaya.

    Panentu1, Doddy, M. Irfan, 2013. Uji Validitas dan Reliabilitas Butur Pemeriksaandengan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia(MoCA-INA) pada insan

    pasca Stroke Fase Recovery.Jurnal Fisioterapi Volume 13 Nomor 1 , April 2013

    Price, SA dan Wilson, LM. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit Edisi 6 . Jakarta: EGC.

    Riyanto, Budi. 2014. Beberapa Kondisi Fisik Dan Penyakit Yang Merupakan

    Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif. Jakarta : Universitas Atmajaya.

    Sadock,Benjamin, 2010,Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan & Sadock. Ed.2, Jakarta:Penerbit EGC.

    Setiahardja, Andi Sugiarto . 2005.Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas

    Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia. Semarang : Universitas Diponegoro.

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    39/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 39

    LAMPIRAN

    MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

    No. Nama Respoden:

    Umur Responden :

    Pendidikan :

    Nama pewawancara:

    Tanggal wawancara :

    Jam mulai :

    Nilai

    maks

    ORIENTASI

    1 Sekarang (tahun), (musim),(bulan), (tanggal), hari apa? 5

    2 Kita berada dimana? (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai/kamar) 5

    REGISTRASI

    3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1

    detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk

    setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan

    dengan benar dan catat jumlah pengulangan

    3

    ATENSI DAN KALKULASI

    4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan

    setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU (nilai

    diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2

    nilai)

    5

    MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    40/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 40

    5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3

    BAHASA

    6 Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil,

    buku)

    2

    7 Pasien disuruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila 1

    8 Pasien disuruh melakukan perintah: ambil kertas ini dengan tangan

    anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai

    3

    9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah pejamkanlah mata

    anda

    1

    10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1

    11 Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini 1

    TOTAL 30

    Skor Nilai 24-30 = normal

    Nilai 17-23 = gangguan kognitifprobable

    Nilai 0-16 = gangguan kognitif definit

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    41/42

    TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 41

    Instrument Pengukuran ADL (Activity Daily Living) dengan Indeks

    Barthel

    No. Item yang dinilai Skor Nilai

    1. Makan (Feeding) 3 = Tidak mampu

    4 = Butuh bantuan memotong, mengoles

    mentega dll.

    5 =

    Mandiri

    2. Mandi (Bathing) 2 = Tergantung orang lain

    3 = Mandiri

    3. Perawatan diri

    (Grooming)

    2 = Membutuhkan bantuan orang lain

    3 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,

    gigi, dan bercukur

    4. Berpakaian

    (Dressing)

    3 = Tergantung orang lain

    4 = Sebagian dibantu (misal mengancing

    baju)

    5 = Mandiri

    5. Buang air kecil

    (Bowel)

    3 =

    Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak

    terkontrol

    4 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)

    5 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7

    hari)

    6. Buang air besar

    (Bladder)

    3 =

    Inkontinensia (tidak teratur atau perlu

    enema)

    4 =

    Kadang Inkontensia (sekali seminggu)

    5 =

    Kontinensia (teratur)

    7. Penggunaan toilet 3 =

    Tergantung bantuan orang lain4 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat

    melakukan beberapa hal sendiri

    5 = Mandiri

    8. Transfer 4 = Tidak mampu

    5 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2

    orang)

    6 = Bantuan kecil (1 orang)

    7 = Mandiri

    9. Mobilitas 4 =

    Immobile (tidak mampu)

  • 8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)

    42/42

    5 = Menggunakan kursi roda

    6 = Berjalan dengan bantuan satu orang

    7 = Mandiri (meskipun menggunakan alat

    bantu seperti, tongkat)

    10. Naik turun tangga 3 = Tidak mampu

    4 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)

    5 = Mandiri

    Interpretasi hasil :

    20 : Mandiri

    12-19 : Ketergantungan Ringan

    9-11 : Ketergantungan Sedang

    5-8 : Ketergantungan Berat

    0-4 : Ketergantungan Total