Download - gang.kognitif geriatri (1) (1)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
1/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar, meningkat
dari sekitar 6.5 milyar di tahun 2006. Peningkatan jumlah penduduk tersebut diikuti
dengan peningkatan jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas; antara tahun 1970
sampai tahun 2025, jumlah mereka diperkirakan akan meningkat 223% atau bertambah
sekitar 694 juta jiwa. Di tahun 2025 akan terdapat sekitar 1.2 milyar penduduk dunia
berusia 60 tahun ke atas, yang akan menjadi 2 milyar di tahun 2050; 80% di antaranyatinggal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Jumlah lanjut usia di
Indonesia diperkirakan 18.575.000 jiwa. (Riyanto,2014)
Salah satu masalah utama para lanjut usia adalah kemunduran fungsi kognitif.
Kemunduran fungsi kognitif tersebut. Selanjutnya mempengaruhi pola interaksi mereka
dengan lingkungan tempat tinggal, dengan anggota keluarga lain, juga pola aktivitas
sosialnya,sehingga akan menambah beban keluarga, lingkungan dan masyarakat.
Penurunan fungsi kognitif pada lansia merupakan penyebab terbesar terjadinya
ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, dan juga merupakan
alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan terhadap orang lain untuk
merawat diri sendiri.(Riyanto,2014)
Gangguan kognitif merupakan masalah yang cukup serius untuk para usia lanjut,
karena dapat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan kemandirian. Kondisi ini
adalah tantangan karena masalah penyakit degeneratif akibat proses penuaan yang
sering menyertai para lansia. Kondisi gangguan kognitif ini bervariasi antara ringan,
sedang dan berat. Proses penuaan otak merupakan bagian dari proses degenerasi yang
dapat menimbulkan gangguan neuropsikologis, salah satunya yang paling umum
terjadi pada lansia adalah demensia. (Riyanto,2014)
Sebagai calon dokter, sudah seharusnya mahasiswa mengetahui dan memahami
gangguan tersebut agar setelah menjadi dokter dapat melakukan penatalaksanaan
terhadap gangguan tersebut secara komprehensif. Salah satu strategi pembelajaran di
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang adalah adanya tugas
pengenalan profesi (TPP). Tugas ini merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dalam
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
2/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 2
blok yang mengharuskan mahasiswa secara kelompok untuk turun langsung ke
masyarakat. Tugas pengenalan profesi yang dilakukan pada blok XVI kali ini adalah
Gangguan Kognitif pada Orang Tua (Panti Werdha) 2.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha?
2. Apa saja gejala dari gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha ?
3.
Bagaimana cara mendiagnosis gangguan kognitif pada orang tua di Panti
Werdha ?
4.
Bagaimana tatalaksana gangguan kognitif pada orang tua di Panti Werdha ?5.
Bagaimana ADL pada orang tua di Panti Werdha ?
I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
Untuk dapat mengidentifikasi dan memahami penyakit gangguan kognitif pada
orang tua di Panti Werdha.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gangguan kognitif yang ada pada orang tua di Panti
Werdha.
2. Untuk mengetahui gejala dari gangguan kognitif pada orang tua di Panti
Werdha.
3. Untuk mengetahui cara mendiagnosis gangguan kognitif pada orang tua di
Panti Werdha.
4. Untuk mengetahui tatalaksana gangguan kognitif pada orang tua di Panti
Werdha.
5.
Untuk mengetahui ADL pada orang tua di Panti Werdha.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah yang dibuat agar:
1. Mahasiswa mampu mengetahui gangguan kognitif yang ada pada orang tua di
Panti Werdha .
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
3/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 3
2. Mahasiswa mampu mengetahui gejala dari gangguan kognitif pada orang tua di
Panti Werdha.
3. Mahasiswa mampu mengetahui cara mendiagnosis gangguan kognitif pada orang
tua di Panti Werdha.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tatalaksana gangguan kognitif pada orang tua di
Panti Werdha .
5. Mahasiswa mampu mengetahui ADL pada orang tua di Panti Werdha.
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
4/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fungsi Kognitif
Konsep kognitif (dari bahasa Latin cognosere, untuk mengetahui atau
untuk mengenali) merujuk kepada kemampuan untuk memproses informasi,
menerapkan ilmu, dan mengubah kecenderungan. Kognisi juga mengacu padasuatu lingkup fungsi otak tingkat tinggi, termasuk kemampuan belajar dan
mengingat; mengatur merencana dan memecahkan masalah; fokus, memelihara
dan mengalihkan perhatian seperlunya; memahami dan menggunakan bahasa;
akurat dalam memahami lingkungan, dan melakukan perhitungan .
(Riyanto,2014)
Kognisi adalah suatu konsep yang kompleks yang melibatkan sekurang-
kurangnya aspek memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa dan
fungsi psikomotor. Bahkan, memori sendiri meliputi proses encoding,
penyimpanan dan pengambilan informasi serta dapat dibagikan menjadi ingatan
jangka pendek, ingatan jangka panjang dan working memory. Perhatian dapat
secara selektif, terfokus, terbagi atau terus-menerus, dan persepsi meliputi
beberapa tingkatan proses untuk mengenal objek yang didapatkan dari
rangsangan indera yang berlainan (visual, auditori, perabaan, penciuman).
Fungsi eksekutif melibatkan penalaran, perencanaan, evaluasi, strategi berpikir,
dan lain-lain. Pada sisi lain, aspek kognitif bahasa adalah mengenai ekspresi
verbal, perbendaharaan kata, kefasihan dan pemahaman bahasa. Fungsi
psikomotor adalah berhubungan dengan pemrograman dan eksekusi motorik.
Tambahan pula, semua fungsi kognitif di atas ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti suasana hati (sedih atau gembira), tingkat kewaspadaan dan
tenaga, kesejahteraan fisik dan juga motivasi. (Riyanto,2014)
Oleh sebab itu, secara sederhananya fungsi kognitif ini dapat disimpulkan
sebagai semua proses mental yang digunakan oleh organisme untuk mengatur
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
5/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 5
informasi seperti memperoleh input dari lingkungan (persepsi), memilih
(perhatian), mewakili (pemahaman) dan menyimpan (memori) informasi dan
akhirnya menggunakan pengetahuan ini untuk menuntun perilaku (penalaran dan
koordinasi output motorik). (Riyanto,2014)
2.1.1 Klasifikasi Gangguan Kognitif
a. Forgetfullness (Mudah Lupa)
Mudah lupa merupakan fenomena yang paling sering ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari warga usia lanjut. Adapun kriteria mudah lupa
(forgetfulness) adalah:
- Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
-
Terdapat gangguan dalam mengingat kembali (recall).
- Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan
dalam memori (retrieval).
-
Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu apabila diberi isyarat
(clue) (recognition).
-
Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk daripada menyebutkan namanya.
(Kurniawan,2013)
Mudah lupa masih dianggap normal dan gangguan ini sering dialami subyek
usia lanjut. Frekuensinya meningkat sesuai peningkatan umur. Lebih kurang 39%
pada umur 50-60 tahun dan angka ini menjadi 85% pada umur di atas 80 tahun.
Istilah yang sering digunakan dalam kelompok ini adalah Benign Senescent
Forgetfulness (BSF) atau Age Associated Memory Impairment (AAMI). Ciri-ciri
kognitifnya adalah proses berfikir melambat; kurang menggunakan strategi memori
yang tepat; kesulitan memusatkan perhatian; mudah beralih pada hal yang kurang
perlu; memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar sesuatu yang baru;
memerlukan lebih banyak petunjuk/isyarat untuk mengingat kembali.
(Riyanto,2014)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
6/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 6
b. MCI
1. Pengertian
Mild Cognitive Impairment merupakan suatu keadaan transisi antara kognisi pada
proses penuaan yang normal dengan demensia ringan.
2. Epidemiologi
Pada penelitian Canadian Study of Health and Aging, didapati angka prevalensi dari
MCI sekitar 17%. Angka prevalensi untuk gangguan memori yang berhubungandengan usia didapati berkisar antara 17% sampai 34%. Seseorang dengan MCI
mempunyai resiko untuk menjadi AD dengan kecepatan setiap tahunnya 10-12%,
dan semakin cepat progresifitasnya bila MCI ini disertai dengan kelainan pada
APOE4 dan hasil MRI hipokampus.
Diagnosis
Pada umumnya, diagnosisMild cognitive Impairment dibuat apabila pada seseorang
ditemukan beberapa kriteria: ada gangguan memori, fungsi memori abnormal untuk
usia dan pendidikan, aktivitas sehari-hari normal, fungsi kognisi umum normal dan
tidak dijumpai demensia.
Diagnosis MCI dapat dibagi atas 4 subtipe klinis;
1. Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan memori dengan tidak adanya
gangguan dari area fungsi kognitif yang lain seperti atensi, orientasi, bahasa dan
visuospatial.
2.Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan memori ditambah satu atau lebihgangguan dari area fungsi kognitif yang lainnya.
3.Non Amnestic MCI -single domain: terdapat gangguan pada satu area fungsi kognitif
tanpa adanya gangguan dari area fungsi memori.
4.Non Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan pada dua atau lebih area
fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area fungsi memori
Ke empat subtipe klinis tersebut berbeda dalam hal etiologi dan outcome nya.
Amnestic MCI (single domain lebih baik dari yang multiple domain) mempunyai
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
7/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 7
kemungkinan yang lebih besar mengalami progresifitas menjadi penyakit demensia
Alzheimer. Sedangkan subtipe non-Amnestic mempunyai kemungkinan mengalami
progresifitas menjadi penyakit demensia non-Alzheimer.
Untuk evaluasi diagnosis dari MCI diperlukan wawancara klinis terhadap pasien dan
informan yang dapat dipercaya seperti pengasuh, pasangan hidup ataupun rekan
kerja. Selain itu dilakukan pemeriksaan neurologi, pemeriksaan status mental, test
neuropsikologi, tes laboratorium, pemeriksaan imaging dan penilaian kondisi
komorbid psikiatri seperti depresi. (Riyanto,2014)
c. DemensiaPengertian Demensia
Demensia merupakan kerusakan progresif fungsi-fungsi kognitif tanpa disertai
gangguan kesadaran. (Sadock, 2010)
Demensia adalah sindrom penyakit akibat kelainan otak bersifat kronik / progresif
serta terdapat gangguan fungsi luhur (kortikal yang multiple) yaitu ; daya ingat , daya
fikir , daya orientasi , daya pemahaman , berhitung , kemampuan belajar, berbahasa ,
kemampuan menilai kesadaran tidak berkabut .Biasanya disertai hendaya fungsi
kognitif , dan ada kalanya diawali oleh kemerosotan (detetioration) dalam pengendalian
emosi, perilaku sosial atau motivasi sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer, pada
penyakit kardiovaskular, dan pada kondisi lain yang secara primer atau sekunder
mengenai otak. (Julianti, 2008)
Demensia ialah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan daya kognitif
global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun bergandengan dengan
perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak atau sedikit demi sedikit
pada tiap orang dari semua golongan usia. .(Mardjono dkk,2009).
Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindroma klinis dengan gejala
menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya. Definisi demensia
menurut Unit Neurobehavior pada Boston Veterans Administration Medical Center
(BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek yang didapat dan bersifat menetap, dengan
adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5 komponen fungsi luhur yaitu gangguan bahasa,
memori, visuospasial, emosi dan kognisi. (Japardi, 2010)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
8/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 8
Etiologi dan Epidemiologi Demensia
Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzheimer (50-60%) dan
kedua oleh cerebrovaskuler (20%). Diperkirakan penderita demensia terutama penderita
alzheimer pada abad terakhir ini semakin meningkat jumlah kasusnya sehingga akan
mungkin menjadi epidemi seperti di Amerika dengan insidensi demensia 187 populasi
/100.000/tahun dan penderita Alzheimer 123/100.000/tahun serta penyebab kematian
keempat atau kelima. (Japardi,2002)
Pada kelompok usia diatas 65 tahun prevalensi demensia sedang hingga berat mencapai5 persen, sedangkan pada kelompok usia diatas 85 tahun prevalensinya mencapai 20
hingga 40 persen. Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50 hingga 60 persen
diantaranya menderita jenis demensia yang paling sering dijumpai, yaitu demensia tipe
Alzheimer (Alzheimers diseases). Prevalensi demensia tipe Alzheimer meningkat
seiring bertambahnya usia. Untuk seseorang yang berusia 65 tahun prevalensinya adalah
0,6 persen pada pria dan 0,8 persen pada wanita. Pada usia 90 tahun, prevalensinya
mencapai 21 persen. Pasien dengan demensia tipe Alzheimer membutuhkan lebih dari
50 persen perawatan rumah (nursing home bed). (Sadock,2010)
Jenis demensia yang paling lazim ditemui berikutnya adalah demensia vaskuler, yang
secara kausatif dikaitkan dengan penyakit serebrovaskuler. Hipertensi merupakan faktor
predisposisi bagi seseorang untuk menderita demensia. Demensia vaskuler meliputi 15
hingga 30 persen dari seluruh kasus demensia. Demensia vaskuler paling sering ditemui
pada seseorang yang berusia antara 60 hingga 70 tahun dan lebih sering pada laki-laki
daripada wanita. Sekitar 10 hingga 15 persen pasien menderita kedua jenis demensia
tersebut. (Sadock,2010)
Penyebab demensia yang paling sering pada individu yang berusia diatas 65
tahun adalah (1) penyakit Alzheimer, (2) demensia vaskuler, dan (3) campuran antara
keduanya. Penyebab lain yang mencapai kira-kira 10 persen diantaranya adalah
demensia jisim Lewy (Lewy bodydementia), penyakit Pick, demensia frontotemporal,
hidrosefalus tekanan normal, demensia alkoholik, demensia infeksiosa (misalnya human
immunodeficiency virus (HIV) atau sifilis) dan penyakit Parkinson. Banyak jenis
demensia yang melalui evaluasi dan penatalaksanaan klinis berhubungan dengan
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
9/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 9
penyebab yang reversibel seperti kelaianan metabolik (misalnya hipotiroidisme),
defisiensi nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat), atau
sindrom demensia akibat depresi. (Sadock,2010)
Klasifikasi Demensia
Demensia dapat dibagi dalam demensia yang reversibel dan yang tak reversibel.
Pembagian dalam demensia yang senilis dan presenilis menyesatkan karena demensia
dikaitkan dengan usia. Batas usia lanjut dan kurang lanjut itu samar. Lagipula sebutan
senilis dan presenilis bersifat deskriptif, sehingga diagnosis senilis dan presenilis
mudah dibuat tanpa menghiraukan patologinya. .(Mardjono dkk,2009).Pada demensia yang reversibel, daya kognitif global dan fungsi luhur lainnya
terganggu oleh karena metabolisme neuron-neuron kedua belah hemisferium tertekan
atau dilumpuhkan oleh berbagai sebab. Apabila sebab ini dihilangkan, maka
metabolisme kortikal akan berjalan sempurna kembali. Dengan demikian fungsi luhur
dalam keseluruhannya akan pulih kembali. Apabila sebab ini sudah menimbulkan
kerusakan infrastruktur neuron-neuron kortikal, tentu fungsi kortikal tidak akan pulih
kembali dan demensia menetap (Mardjono dkk,2009).
Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur, perjalanan penyakit,
kerusakan struktur otak,sifat klinisnya dan menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).
1. Menurut Umur:
a.
Demensia senilis (>65th),
b. Demensia prasenilis (
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
10/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 10
3. Menurut kerusakan struktur otak
a.
Tipe Alzheimer,
b.
Tipe non-Alzheimer,
c. Demensia vaskular,
d.
Demensia Jisim Lewy (Lewy Body Dementia),
e. Demensia Lobus frontal-temporal,
f. Demensia terkait dengan HIV-AIDS,
g.
Morbus Parkinson,
h. Morbus Huntington,
i.
Morbus Pick,j.
Morbus Jakob-Creutzfeldt,
k. Sindrom Gerstmann-Strussler-Scheinker,
l. Prion disease,
m.
Palsi Supranuklear progresif,
n. Multiple sklerosis,
o. Neurosifilis,
p.
Tipe campuran
4. Menurut sifat klinis:
a. Demensia proprius,
b. Pseudo-demensia. (Julianti,2008)
Berdasarkan PPDGJ III demensia termasuk dalam F00-F03 yang merupakan
gangguan mental organik dengan klasifikasinya sebagai berikut ;
F 00 Demensia pada penyakit Alzheimer
F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan Onset Dini,
F00.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan Onset Lambat,
F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan, tipe tidak khas atau tipe campuran,
F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer YTT (Yang Tidak Tergolongkan),
F 01 Demensia Vaskular
F01.0 Demensia Vaskular Onset akut,
F01.1 Demensia Vaskular Multi-Infark,
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
11/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 11
F01.2 Demensia Vaskular Sub Kortikal,
F01.3 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal,
F01.8 Demensia Vaskular lainnya,
F01.9 Demensia Vaskular YTT,
F02 Demensia pada penyakit lain,
F02.0 Demensia pada penyakit PICK,
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob,
F02.2 Demensia pada penyakit Huntington,
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson,
F02.4 Demensia pada penyakit HIV,F02.8 Demensia pada penyakit lain YDT YDK (Yang Di-Tentukan-Yang Di
Klasifikasikan ditempat lain),
F03 Demensia YTT
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00-F03 sebagai
berikut :
1. .X0 Tanpa gejala tambahan
2. .X1 Gejala lain, terutama waham
3. .X2 Halusinasi
4. .X3 Depresi
5. .X4 Campuran lain. (Julianti, 2008)
1. Demensia Tipe Alzheimer
Alois Alzheimer pertama kali menggambarkan suatu kondisi yang selanjutnya
diberi nama dengan namanya dalam tahun 1907, saat ia menggambarkan seorang wanita
berusia 51 tahun dengan perjalanan demensia progresif selama 4,5 tahun. Diagnosis
akhir Alzheimer didasarkan pada pemeriksaan neuropatologi otak; meskipun demikian,
demensia Alzheimer biasanya didiagnosis dalam lingkungan klinis setelah penyebab
demensia lain telah disingkirkan dari pertimbangan diagnostik. ( Sadock,2010)
Pada proses penuaan yang normal, sel saraf dalam otak tidak hilang dalam jumlah
yang besar. Sebaliknya, Alzheimer mengganggu tiga proses penting yaitu hubungan
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
12/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 12
antara sel saraf, metabolisme dan proses perbaikan. Gangguan ini akhirnya
menyebabkan banyak sel saraf yang tidak berfungsi, kehilangan kontak dengan sel saraf
lain dan mati. Awalnya, Alzheimer merusak saraf pada bgain otak yang mengatur
memori khususnya pada hipokampus dan struktur yang berhubungan dengannya. Saat
hipokampus berhenti kemudian terjadi kegagalan daya ingat jangka pendek dilanjutkan
dengan melakukan perbuatan mudah dan tugas biasa. (Price, 2012)
Alzheimer juga mengenai korteks serebri khususnya daerah yang bertanggung
jawab terhadap bahasa dan pemikiran sehingga kemampuan bahasa hilang, menurunkan
kemampuan seseorang untuk membuat keputusan dan timbul perubahan kepribadian.
Emosi yang meledak ledak dan gangguan perilaku seperti berjalan tanpa tujuan danagitasi mulai timbul. Akhirnya banyak daerah otak yang terlibat, bagian yang atrofi, dan
pasien Alzheimer hanya dapat terbaring di tempat tidur , inkontinensia, tak mampu
berinteraksi dengan orang lain dan sangat bergantung dengan orang lain untuk
melakukan tugas pribadi yang paling mendasar , seperti makan, mandi BAB dan BAK.
(Price,2012)
Sel otak pada Alzheimer dibandingkan dengan sel otak normal
2. Demensia Vaskular
Penyebabnya adalah penyakit vaskuler serebral yang multipel yang menimbulkan
gejala berpola demensia. Ditemukan umumnya pada laki-laki, khususnya dengan
riwayat hipertensi dan faktor resiko kardiovaskuler lainnya. Gangguan terutama
mengenai pembuluh darah serebral berukuran kecil dan sedang yang mengalami infark
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
13/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 13
dan menghasilkan lesi parenkhim multiple yang menyebar luas pada otak. Penyebab
infark berupa oklusi pembuluh darah oleh plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari
tempat lain( misalnya katup jantung). Pada pemeriksaan akan ditemukan bruit karotis,
hasil funduskopi yang tidak normal atau pembesaran jantung. (Julianti,2008)
Serangan terjadinya DVa terjadi secara mendadak, dengan didahului oleh transient
ischemic attack (TIA) atau stroke, risiko terjadinya DVa 9 kali pada tahun pertama
setelah serangan dan semakin menurun menjadi 2 kali selama 25 tahun kemudian.
Adanya riwayat dari faktor risiko penyakit sebero vaskular harus disadari tentang
kemungkinan terjadinya DVa. Gambaran klinik penderita DVa menunjukkan kombinasi
dari gejala fokal neurologik, kelainan neuropsikologik dan gejala neuropsikiatrik.Gejala fokal neurologik dapat berupa gangguan motorik, gangguan sensorik dan
hemianopsia. Kelainan neuropsikologik berupa gangguan memori disertai dua atau lebih
kelainan kognitif lain seperti atensi, bahasa, visuospasial dan fungsi eksekutif.
Manifestasi Klinis Demensia
Gejala Demensia adalah :
1. Bingung
2. Perubahan kepribadian
3. Apatis dan menyendiri
4. Kehilangan kemampuan melakukan tugas seharihari
5. Kehilangan ingatan yang mempengaruhi kegiatan sehari-hari
6. Kesulitan melakukan tugas-tugas yang sudah terbiasa.
7. Bingung tentang waktu dan tempat
8. Masalah dengan bahasa
9. Melemah atau menurun pertimbangannya
10.Masalah salah tempat meletakkan sesuatu
11.Perubahan dalam kepribadian atau tingkah laku
12. Kehilangan inisiatif
(Japardi,2010)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
14/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 14
Cara Mendiagnosis Demensia
Diagnosis demensia ditetapkan dalam DSM-IV-TR. Diagnosis demensia
berdasarkan pemeriksaan klinis, termasuk pemeriksaan status mental, dan melalui
informasi dari pasien, keluarga, teman dan teman sekerja. Keluhan terhadap perubahan
sifat pasien dengan usia lebih tua dari 40 tahun membuat kita harus mempertimbangan
dengan cermat untuk mendiagnosis demensia. (Sadock,2010)
Tabel 2.2 Kriteria Diagnostik untuk Demensia Tipe Alzheimer
A.Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan dengan baik.
1) Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru
dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya).
2) Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut;
a. Afasia (gangguan bahasa),
b.
Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun
fungsi motorik utuh),
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun
fungsi sensorik utuh,
d. Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu merencanakan, mengorganisasi,
mengurutkan dan abstrak).
B.
Defisit kognitif dalam kriteria A1dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu
penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya.
C.Perjalanan penyakit ditandai oleh onset yang bertahap dan penurunan kognitif yang
terus menerus.
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
15/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 15
D.Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 bukan karena salah satu berikut :
1) Kondisi sistem saraf pusat lain yang menyebabkan deficit progresif dalam
daya ingat kognisi misalnya penyakit serebrovaskuler, penyakit Parkinson,
penyakit Huntington, hematoma subdural , hidrosefalus tekanan normal, tumor
otak.
2) Kondisi sistemik yang diketahui menyebabkan demensia misalnya,
hipotiroidisme,
defisiensi vitamin B12 atau asam folat, defisiensi niasin, hiperkalsemia,
neurosifilis,infeksi HIV.
3)
Kondisi yang berhubungan dengan zat.
E.Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium.
F.
Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis lainnya (misalnya,
gangguan depresif berat,skizofrenia).
Kondisi akibat zat
Kode didasarkan pada tipe onset dan ciri yang menonjol;
1)
Tanpa gangguan perilaku : Jika gangguan kognitif tidak disertai dengan
gangguan perilaku yang bermakna secara klinis
2) Dengan gangguan perilaku ; Jika gangguan kognitif disertai gangguan perilaku
yang bermakna secara klinis (misalnya keluyuran, agitasi).
Subtipe yang spesifik;
1) Dengan onset dini : jika onset pada umur < 65 tahun
2)
Dengan onset lanjut ; jika onset pada usia > 65 tahun
Catatan cara ; Penyakit Alzheimer ditulis pada aksis 3. Gejala klinis lain yang
menonjol yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer didiagnosis pada aksis I (
misalnya
gangguan mood yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer, dengan depresi yang
menonjol, dan perubahan kepribadian yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer,
tipe agresif ). (Sadock,2010)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
16/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 16
F00 demensia pada penyakit Alzheimer PPDGJ III
Pedoman diagnostik
Terdapatnya gejala demensia.
Onset bertahap ( insidious onset ) dengan deteriorasi lambat.
Onset biasanya sulit ditentukan waktunya yang persis, tiba-tiba orang lain
sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Dalam perjalanan penyakitnya
dapat terjasi suatu taraf yang stabil ( palteau ) secara nyata.(Maslim, 2001).
Tidak adanya bukti klinis, ataupun temuan dari pemeriksaan khusus, yang
menyatakan kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak yang
lainnya dapat menimbukan demensia ( misalnya hipotiriodisme, hiperkalsemia,
defisiensi vitamin b12, defisiensi niasin, neorosifilis, hidrosefalus bertekanan
normal, atau hematoma subdural ). (Maslim, 2001).
Tidak adanya serangan apopletik mendadak, atau gejala neurologik kerusakan
otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan
pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari gangguan itu
( walaupun fenomena ini di kemudian hari dapat bertumpang tindih ). (Maslim,
2001).
Diagnosis banding :
-Gangguan defresif ( f30-f39 )
-Delirium ( f05 )
-Sindrom amnestik organik ( f04 )
-
Demensia primer penyakit lain ydk ( f02.- )
-Demensia sekunder penyakit lain ydk ( f02.8 )
-Retardasi mental ( f70-f72 )
-Demensia alzheimer + vaskuler ( f00.2 ) (Maslim, 2001).
Tabel.2.3. Kriteria Diagnosis untuk Demensia Vaskuler 2
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
17/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 17
A. Perkembangan defisit kognitif multipel yang bermanifestasi oleh baik.
1) Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi
baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya),
2) Satu atau lebih gangguan kognitif berikut ;
a. Afasia ( gangguan bahasa)
b. Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motoric walaupun
fungsi motorik utuh),
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun
fungsi sensorik utuh,
d.
Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu merencanakan, mengorganisasi,mengurutkan dan abstrak).
B. Defisit dalam kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan
gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan
suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya
C. Tanda dan gejala neurologis fokal (misalnya; peningkatan refleks tendon dalam,
respon ekstensor palntar, palsi pseudobulbar, kelainan gaya berjalan, kelemahan
pada satu ekstremitas) atau atau tanda-tanda laboratorium adalah indikatif untuk
penyakit serebrovaskuler (misalnya infark multipel yang mengenai korteks dan
subtansia putih dibawahnya) yang dianggap berhubungan secara etiologi dengan
gangguan.
D.
Kode didasarkan pada ciri yang menonjol
Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium,.
Dengan delirium : Jika delirium menumpang pada demensia
Dengan waham : Jika waham merupakan ciri yang menonjol
Dengan mood depresi : jika mood depresi ( termasuk gambaran yang memenuhi
kriteria gejala lengkap untuk episode depresif adalah ciri yang menonjol. Suatu
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
18/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 18
diagnosis terpisah gangguan mood karena kondisi medis umum tidak diberikan
Tanpa penyulit : jika tidak ada satupun diatas yang menonjol pada gambaran
klinis sekarang
Sebutkan jika :
Dengan gangguan perilaku.
Catatan penulisan ; juga tuliskan kondisi serebrovaskuler pada aksis III. (Sadock,2010)
F01 demensia vaskularPedoman diagnostik
Terdapat gejala demensia.
Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata ( mungkin terdapat hilangnya
daya ingat, ganggan daya pikir, gejala neurologis fokal ). Daya tilik diri (
insight ) dan daya nai ( judgment ) secara relatif tetap baik. (Maslim, 2001).
Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya
gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensiavaskuler.
Pada beberapa kasus, penempatan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan
ct-scan atau pemeriksaan neuropatologis. (Maslim, 2001).
Diagnosis banding :
-
Delirium ( f05.- )
-Demensia alzheimer ( f00.- )
-Gangguan afektif ( f30-f39 )
-
Retardasi mental ringan & sedang ( f70-f71 )
-Perdarahan subdural ( traumatik = s06.5, nontraumatik = 162.0 )
-Demensia vaskular + alzheimer ( f00.2 ) (Maslim, 2001)
2.2 ADL
Aktivitas merupakan salah satu penilaian dalam kehidupan sehari -hari
orangtua dalammelakukan tindakan yang perlu dilakukan secara benar. Aktivitas sehari-
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
19/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 19
hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap harinya. Aktivitas
ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. Aktivitas sehari hari adalah
kegiatan yang dilakukan sehari- hari dan sifatnya berulang. (Napitupulu,2011)
Aktivitas Keterampilan Sehari-haru adalah keterampilan dasar dan fungsi
okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang
dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi atau berhubungan
dengan perannya sebagai pribadi ,dalam keluarga dan masyarakat. (Setiahardja, 2005)
Menurut Stanley (2007) mengemukakan bahwa lansia mengalami penuaan yang
optimal akan tetap aktif dan tidak mengalami penyusutan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun macam-macam aktivitas sehari-hari adalah aktivitas fisik, aktivitas fisikmerupakan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga dimana
sangat penting bagi kesehatan mental.
Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti
dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly
People adalah berbelanja, melakukan aktivitas ringan, membersihkan rumah, mencuci
pakaian, dan lain-lain. Aktivitas fisik merupakan bagian dari aktivitas produktif hal ini
dikarenakan aktivitas fisik pada lansia mengarah pada aktivitas lansia yang dilakukan
menghasilkan keuntungan-keuntungannya tersendiri atau bernilai positif bagi daya
tahan tubuh seorang lansia. (Napitupulu, 2011)
Kemudian aktivitas mental,contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan
aktivitas mental pada lansia seperti dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities of
Daily Living Scale for Elderly People adalah mengelola keuangan secara baik, akt
ivitas keagamaan bersama sesama lansia, meluangkan waktu untuk melakukan satu hal
yang digemari. Pada aktivitas mental cenderung mengarah kepada aktivitas pribadi, hal
ini dikarenakan sifatnya yang memiliki keleluasaan pribadi.(Napitupulu,2011)
Beberapa macam aktivitas sehari-hari yang terakhir adalah aktivitas sosial,
aktivitas sosial pada lansia diperkirakan memberikan kontribusi paling besar terhadap
masa tua yang sukses. Lansia mempertahankan aktivitas pada usia dewasa pertengahan
selama mungkin kemudian menemukan pengganti aktivitas yang sudah tidak dapat
dilakukan lagi. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas sosial
seperti dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for
Elderly People adalah lansia mampu berinteraksi denganlingkungan sekitarnya bersama
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
20/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 20
lansia lainnya atau orang-orang terdekat, menjalankan hobi atau aktif dalam aktivitas
kelompok. Aktivitas sosial adalah kemampuan lansia untuk menerima perubahan-
perubahan yang terjadi dalam hidupnya. (Napitupulu,2011)
Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telephone, menulis,
mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur,
bangun dan duduk, transfer atau bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat
ke tempat lain) . (Setiahardja,2005)
2.3.2 Klasifikasi ADL (Activity Daily Living)
1) ADL dasar, sering disebutADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting,
mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air
kecil dalam kategoriADLdasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas.
2) ADLinstrumental, yaituADLyang berhubungan dengan penggunaan alat atau
benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan
telefon, menulis, mengetik, mengelola uang
3)
ADLvokasional, yaituADLyang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan
sekolah.
4) ADLnon vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi
waktu luang. (Setiahardja, 2005)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
21/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 21
Cara Pengukuran ADL
ADLmencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategori
atau domain seperti berpakaian, makan minum, toileting atau higieni pribadi, mandi,
berpakaian, transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi, instrumental
ADLdasar, sering disebutADLsaja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting,
mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air
kecil dalam kategoriADLdasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas . (Setiahardja, 2005)
PengkajianADLpenting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya
bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran
kemandirianADLakan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif degan
sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai penulisADLdasar, sering
disebutADLsaja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat
dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang
memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADLdasar
ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas. (Setiahardja, 2005)
Tabel 2.1 Beberapa Indeks Pengukuran ADL (Activity Daily Living) menurut
Setiahardja (2005)
Skala Deskripsi &
Jenis skala
Kehandalan,
Kesahihan &
Sensivitas
Waktu &
Pelaksanaan
Komentar
Indeks barthel Skala ordinal
dengan skor 0
(total
dependent)-
100(total
independent) : 10
Sangat handal &
sangat sahih, dan
cukup sensitif.
< 10 menit,
sangat sesuai
untuk
skrining,
penilaian
formal,
SkalaADLyang
sudah diterima
secara luas,
kehandalan dan
kesahihan
sangat baik.
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
22/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 22
item : makan,
mandi, berhias,
berpakaian,
kontrol kandung
kencing,dan
kontrol anus,
toileting, ransfer
kursi atau tempat
tidur, mobilitas
dan naik tangga.
pemantauan
&
pemeliharaan
terapi.
Indeks Katz Merupakan
peniliankemandirian
yang diukur
dependensi yang
hierarkis : mandi,
berpakaian,
toileting,
berpindah
tempat, dan
makan.Penilaiandari A (mandiri
pada kelima
item) sampai G
(dependentpada
kelimam item).
Kehandalan &
kesahihan cukup;kisaran ADL
sangat terbatas (6
item)
< 10 menit,
sangat sesuaiuntuk
skrining,
penilaian
formal,
pemantauan
&
pemeliharaan
terapi.
SkalaADLyang
sudah diterimasecara luas,
kehandalan dan
kesahihan
cukup, menilai
keterampilan
dasar, tetapi
tidak menilai
berjalan & naik
tangga
FIM
(Functional
Independence
Measure)
Skala ordinal
dengan 18 item,
7 level dengan
skor berkisar
antara 18-126;
area yang
dievaluasi;
perawatan diri,
kontrol stingfer,
transfer,
lokomosi,
komunikasi, dan
kognitif sosial.
Kehandalan &
kesahihan baik,
sensitif dan dapat
mendeteksi
perubahan kecil
dengan 7 level.
< 20 menit,
sangat sesuai
untuk
skrining,
penilaian
formal,
pemantauan
&
pemeliharaan
terapi serta
evaluasi
program.
SkalaADLyang
sudah diterima
secara luas.
Pelatihan untuk
petugas pengisi
lebih lama
karena item
banyak.
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
23/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 23
1) Indeks Barthel (IB)
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi
mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat
juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-
pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. (Setiahardja, 2005)
menggunakan 10 indikator, yaitu :
Tabel 2.2 Instrument Pengukuran ADL (Activity Daily Living) dengan Indeks Barthel
menurut Setiahardja, 2005).
No. Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 =
Tergantung orang lain
1 =
Mandiri
3. Perawatan diri
(Grooming)
0 = Membutuhkan bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi, dan bercukur
4. Berpakaian
(Dressing)
0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal mengancing
baju)
2 =
Mandiri
5. Buang air kecil
(Bowel)
0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
terkontrol1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang air besar
(Bladder)
0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 =
Tergantung bantuan orang lain
1 =
Membutuhkan bantuan, tapi dapat
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
24/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 24
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 =
Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0 =
Tidak mampu1 =
Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 =
Mandiri
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
2) Indeks Kats
Indeks katz adalah suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian yang
didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasikan
kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang
tepat . (Setiahardja, 2005)
Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
25/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 25
dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB atau BAK), 3) berpindah, 4) ke kamar kecil, 5)
mandi dan berpakaian . (Setiahardja, 2005)
Tabel 2.3 Penilaian Indeks Katz
Skore Kriteria
AKemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),
berpindah, ke kamar kecil mandi dan berpakaian.
BKemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
tersebut.
CKemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan.
DKemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan.
EKemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
FKemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
LainLain
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Keterangan:
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang
lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun sebenarnya mampu. (Setiahardja, 2005)
(1) Mandi
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstermitas
yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Bergantung:bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari
bak mandsi, serta tidak mandi sendiri.
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
26/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 26
(2) Berpakaian
Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi atau mengikat pakaian.
Tergantung:tidak dapat memakai baju sendiri atau baju hanya sebagian.
(3) Ke Kamar Kecil
Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia sendiri.
Tergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot.
(4) Berpindah
Mandiri:berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri.
Tergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih berpindah.
(5) Kontinen
Mandiri: BAK dan BAB seluruh dikontrol sendiri.
Tergantung: Inkontinensia parsial atau lokal; penggunaan kateter, pispot, enema, dan
pembalut (pampres).
(6) Makan
Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.
Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya,
tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT). (Setiahardja, 2005)
Tabel 2.4 Modifikasi Indeks Kemandirian Katz
No. AktivitasMandiri
Nilai (1)
Tergantung
(Nilai 0)
1 Mandi di kamar mandi (menggosok,
membersihkan, dan mengeringkan badan).
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan
menggunakannya.
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
27/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 27
3 Memakan makanan yang telah disiapkan.
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan
diri (menyisir rambut, mencuci rambut,
mengosok gigi, mencukur kumis).
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan
mengeringkn daerah bokong).
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja).
7 Buang air kecil di kamar mandi
(membersihkan dan mengeringkan daerah
kemaluan).
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih.
9 Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke
luar ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
10 Menjalankan agama sesuai agama dan
kepercayaan yang dianut.
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti:
merapikan tempat tidur, mencuci pakaian,
memasak, dan membersihkan ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau
kebutuhan keluarga.
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan
menggunakan uang sendiri).
14 Mengguanakan sarana transfortasi umum
untuk berpergian.
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai
dengan aturan (takaran obat dan waktu
minum obat tepat).
16 Merencanakan dan mengambil keputusan
untuk kepentingan keluarga dalam hal
penggunakan uang, aktivitas sosial yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanankesehatan.
17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan
keagamaan, sosial, rekreasi, olah raga dan
menyalurkan hobi.
JUMLAH POIN MANDIRI
Analisi Hasil :
Point : 1317 : Mandiri
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
28/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 28
Point : 012 : Ketergantungan
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL
ADL(Activities Daily Living) terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan
volunter yang terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang
dilakukan.
Menurut Sugiarto (2005), ADL dasar dipengaruhi oleh :
1)
ROM sendi
2) Kekuatan otot
3) Tonus otot
4) Propioseptif
5) Persepti visual
6) Kognitif
7)
Koordinasi
8) Keseimbangan tubuh yang jelek. (Setiahardja, 2005)
Faktor yang mempengaruhi penurunan ADL (Activities Daily Living)adalah:
1)
Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga
2) Kapasitas mental
3)
Status mental seperti kesedihan dan depresi
4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
5) Dukungan anggota keluarga. (Setiahardja, 2005)
Faktor lain yang mempengaruhi penurunan ADL (Activities Daily Living)adalah:
1) Kurangnya bergerak (Immobilisasi)
2)
Kepikunan yang berat (Dementia)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
29/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 29
3) Beser buang air kecil atau buang air besar (Inkontinensia)
4) Asupan makanan dan minuman yang kurang
5)
Lecet dan borok pada tubuh akibat berbaring yang lama (Decubitus)
6)
Patah tulang
7)
Persendian yang kaku
8) Pergerakan yang terbatas
9) Waktu beraksi yang lambat, keadaan tidak stabil bila berjalan
10)
Keseimbangan tubuh yang jelek
11) Gangguan peredaran darah
12) Gangguan penglihatan, gangguan pendengaran
13)
Gangguan pada perabaan
14)
Gangguan status mental seperti kesedihan atau depresi. (Setiahardja, 2005)
2.3 Penilaian Fungsi Kognitif
Berbagai macam instrumen screening fungsi kognitif dilakukan untuk untuk menilai
individu dengan sangkaan mengalami gangguan fungsi kognitif, seperti Mini-Mental
Status Examination, Mayo Short Test of Mental Status, Clock Drawing Test, Clinical
Dementia Rating, MoCa Ina dan tes lainnya.Mini-Mental Status Examination (MMSE)
merupakan salah satu dari sekian banyak tes yang sering digunakan secara luas untuk
mendeteksi gangguan kognitif.
Gangguan faal kognitif bisa timbul mulai derajat yang ringan sampai yang berat. Hal
tersebut memerlukan pendekatan diagnosis dan terapi tersendiri. Berbagai instrumen
untuk mendiagnosis telah dikembangkan dengan variasi yang luas. Variasi tersebut
mulai dari instrumen yang singkat dan dapat dikerjakan
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
30/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 30
Mental Test (AMT) yang memuat sepuluh pertanyaan dan dapat digunakan sebagai
penapis. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci dapat digunakan Mini Mental
State Examination (MMSE).
Setelah dilakukan penilaian, skor dijumlahkan dan didapatkan hasil akhir. Hasil
yang didapatkan diintrepetasikan sebagai dasar diagnosis. Ada beberapa interpretasi
yang bisa digunakan. Metode yang pertama hanya menggunakan single cutoff, yaitu
abnormalitas fungsi kognitif jika skor
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
31/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 31
No. Nama Respoden:
Umur Responden :
Pendidikan :
Nama pewawancara:
Tanggal wawancara :
Jam mulai :
Nilai
maks
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim),(bulan), (tanggal), hari apa? 5
2 Kita berada dimana? (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai/kamar) 5
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1
detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk
setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
3
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan
setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU (nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2
nilai)
5
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
BAHASA
6 Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil,
buku)
2
7 Pasien disuruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila 1
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
32/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 32
8 Pasien disuruh melakukan perintah: ambil kertas ini dengan tangan
anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai
3
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah pejamkanlah mata
anda
1
10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
11 Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini 1
TOTAL 30
Gambar 1.Mini Mental State Examination(MMSE)
Skor Nilai 24-30 = normal
Nilai 17-23 = gangguan kognitifprobable
Nilai 0-16 = gangguan kognitif definit
Tabel 1. Interpretasi MMSE
Metode Skor Interpretasi
Single Cutoff
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
33/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 33
Untuk memeriksa gangguan kognitif sa-lah satunya adalah dengan
menggunakan Mon-treal Cognitif Assesment (MoCA) yang diguna-kan untuk
mengetahui adanya mild cognitive Impairment MoCa terdiri dari 30 poin yang akan di
ujikan dengan menilai beberapa domain kog-nitif, yaitu :
a. Fungsi eksekutif : dinilai dengan trail-ma-king B (1 poin), phonemic fluency tast (1
poin), dan two item verbal abtraction (1 poin).
b. Visuospasial : dinilai dengan clock drawing tast (3 poin) dan menggambarkan kubus
3 dimensi (1 poin)
c. Bahasa: menyebutkan 3 nama binatang (singa, unta, badak ; 3 poin), mengulang 2
kalimat (2 poin), kelancaran berbahasa (1 poin)
d. Delayed recall: menyebutkan 5 kata (5 poin), menyebutkan kembali setelah 5 menit
(5 poin)
e. Atensi: menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin), digit fordward
and backward (masing-masing 1 poin)
f. Abstaksi: menilai kesamaan suatu benda (2 poin)
g. Orientasi: menilai menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat dan kota (ma-
sing-masing 1 poin). (Panentu,2013)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
34/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 34
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
35/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 35
NILAI TOTAL:
Nilai maksimal sebesar 30
Nilai total akhir 26 atau lebih dianggap normal
Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai pendidikan formal selama 12
tahun atau kurang (tamat Sekolah Dasar-tamat Sekolah Menengah Atas), jika total nilai
kurang dari 30.
2.6Tata Laksana
Langkah pertama untuk tatalaksana demensia adalah verifikasi diagnosis. Tindakan
preventif penting dilakukan, terutama pada demensia vaskular. Tindakan tersebut
meliputi diet, olahraga, serta pengendalian diabetes dan hipertensi. Obat farmakologis
dapat mencakup obat antihipertensi, antikoagulan, antiplatelet. Pengendalan tekanan
darah harus bertujuan mencapai batas yang lebih tinggi dari kisaran normal. Pilihan obat
antihipertensi dapat sangat signifikan mengingan agen penyekat- dikaitkan dengan
hendaya kognitif yang lebih besar. Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACEI)
dan diuretik tidak dikaitkan dengan hendaya kognitif yang lebih berat dan dianggap
dapat menurunkan tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran darah cerebral.
Pendekatan pengobatan pada pasien demensia secara umum adalah memberikan
pelayanan medis suportif, dukungan emosional untuk pasien dan keluarga, serta terapi
farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk perilaku yang menganggu.
Klinisi dapat meresepkan benzodiazepine untuk insomnia dan ansietas,
antidepresan untuk depreso , dan obat antipsikotik untuk waham dan halusinasi, namun
harus waspada akan kemungkinan efek idiosinkratik obat pada lansia ( seperti eksitasi
paradoksal, kebingungan, dan peningkatan sedasi). Secara umum, obat dengan aktivitas
antikolinergik yang tinggi seaiknya dihindari.
Donepezil, rivastigmin, galantamin dan takrin adalah penghambat kolinesterase
yang digunakan dalam pengobatan kognitif ringan sampai sedang pada penyakit
Alzheimer. Obat-obat tersebut mengurangi inaktivitas neurotransmitter asetilkolin
sehingga menghasilkan perbaikan yang sedang pada memori dan pemikiran yang
bertujuan. (Sadock,2010)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
36/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 36
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1Lokasi Pelaksanaan
Tugas pengenalan profesi ini dilaksanakan di Panti Werdha .
3.2Waktu Pelaksanaan
Tugas pengenalan profesi ini dilaksanakan pada
Hari, tanggal : , Januari 2015
Pukul :
3.3Subjek Tugas Mandiri
Subjek tugas mandiri pada tugas pengenalan profesi ini adalah melakukan
observasi dan wawancara terhadap penyakit kulit di Panti Wreda .
3.4Alat dan bahan
1.
Alat tulis
2. Checklist
3. Kamera
3.5Langkah Kerja
Tahapan kegiatan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Tahap persiapan
a. Membuat proposal.
b. Melakukan konsultasi kepada pembimbing tugas pengenalan
profesi.
c. Mendapatkan izin atau ACC dari pembimbing tugas pengenalan
profesi.
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan observasi terhadap kasus struma yang berpedoman pada
kuesioner.
b.
Mencatat hasil observasi.
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
37/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 37
3. Tahap Penyelesaian
a.
Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisis dan
menyimpulkan.
b. Menyusun laporan hasil pengamatan dan pemeriksaan.
c.
Mendapatkan ACC laporan hasil pengamatan dan pemeriksaan dari
pembimbing tugas pengenalan profesi.
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
38/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 38
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Purnomo. 2010. Penilaian Status Kognitif Pada Lanjut Usia. Surabaya :Universitas Airlangga
Japardi, Iskandar. 2010. Gangguan Fungsi Luhur. Medan : Universitas Sumatera
Utara
Julianti. Riri, Budiono, Ari. 2008.Demensia.Pekanbaru : FK Univ RIAU
Mardjono,2009, Neurologi Klinis Dasar,Jakarta : Penerbit Dian Rakyat. Hal 210-
214
Maslim,Rusdi,2011,Diagnosis gangguan jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III,ilmu
kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,Jakarta.Hal22-27.
Napitupulu, Y.M.N.2011.Hubungan Aktivitas Sehari-hari dan Successful Aging
pada Lansia. Malang : Universitas Brawijaya.
Panentu1, Doddy, M. Irfan, 2013. Uji Validitas dan Reliabilitas Butur Pemeriksaandengan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia(MoCA-INA) pada insan
pasca Stroke Fase Recovery.Jurnal Fisioterapi Volume 13 Nomor 1 , April 2013
Price, SA dan Wilson, LM. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 . Jakarta: EGC.
Riyanto, Budi. 2014. Beberapa Kondisi Fisik Dan Penyakit Yang Merupakan
Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif. Jakarta : Universitas Atmajaya.
Sadock,Benjamin, 2010,Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan & Sadock. Ed.2, Jakarta:Penerbit EGC.
Setiahardja, Andi Sugiarto . 2005.Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas
Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia. Semarang : Universitas Diponegoro.
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
39/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 39
LAMPIRAN
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
No. Nama Respoden:
Umur Responden :
Pendidikan :
Nama pewawancara:
Tanggal wawancara :
Jam mulai :
Nilai
maks
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim),(bulan), (tanggal), hari apa? 5
2 Kita berada dimana? (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai/kamar) 5
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1
detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk
setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
3
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan
setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU (nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2
nilai)
5
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
40/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 40
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
BAHASA
6 Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil,
buku)
2
7 Pasien disuruh mengulang kata-kata namun, tanpa, bila 1
8 Pasien disuruh melakukan perintah: ambil kertas ini dengan tangan
anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai
3
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah pejamkanlah mata
anda
1
10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
11 Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini 1
TOTAL 30
Skor Nilai 24-30 = normal
Nilai 17-23 = gangguan kognitifprobable
Nilai 0-16 = gangguan kognitif definit
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
41/42
TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVI 41
Instrument Pengukuran ADL (Activity Daily Living) dengan Indeks
Barthel
No. Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 3 = Tidak mampu
4 = Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega dll.
5 =
Mandiri
2. Mandi (Bathing) 2 = Tergantung orang lain
3 = Mandiri
3. Perawatan diri
(Grooming)
2 = Membutuhkan bantuan orang lain
3 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi, dan bercukur
4. Berpakaian
(Dressing)
3 = Tergantung orang lain
4 = Sebagian dibantu (misal mengancing
baju)
5 = Mandiri
5. Buang air kecil
(Bowel)
3 =
Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
terkontrol
4 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
5 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang air besar
(Bladder)
3 =
Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
enema)
4 =
Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
5 =
Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 3 =
Tergantung bantuan orang lain4 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
5 = Mandiri
8. Transfer 4 = Tidak mampu
5 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
6 = Bantuan kecil (1 orang)
7 = Mandiri
9. Mobilitas 4 =
Immobile (tidak mampu)
-
8/10/2019 gang.kognitif geriatri (1) (1)
42/42
5 = Menggunakan kursi roda
6 = Berjalan dengan bantuan satu orang
7 = Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 3 = Tidak mampu
4 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
5 = Mandiri
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total