ft immunomodulator

34
IMMUNOMODULATOR A. PENDAHULUAN Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan terjadi induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit, limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme pertahanan seluler. Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung (misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi interferon atau enzim lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan makro (Gambar 1). Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan mungkin terjadi, hingga mempersulit penggunaan imunomodulator, dalam praktek. Tugas Fitoterapi Terapi Herbal Imunomodulator Page 1

Upload: fajar-nour-cholis

Post on 21-Jan-2016

61 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Ft Immunomodulator

IMMUNOMODULATOR

A. PENDAHULUAN

Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme

pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan terjadi induksi non

spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Pertahanan non

spesifik terhadap antigen ini disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan

penginduksi disebut paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit

sekali kerja antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu

meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah

makrofag, granulosit, limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja

menstimulasi mekanisme pertahanan seluler. Mitogen ini dapat bekerja langsung

maupun tak langsung (misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui

produksi interferon atau enzim lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan

makro (Gambar 1). Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya

saling berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan

mungkin terjadi, hingga mempersulit penggunaan imunomodulator, dalam praktek.

Gambar 1.mekanisme stimulant imun non spesifik

Karakteristika imunomodulator dan metode penguji

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 1

Page 2: Ft Immunomodulator

Aktivitas suatu senyawa yang dapat merangsang sistem imun tidak tergantung pada

ukuran molekul tertentu. Efek ini dapat diberikan baik oleh senyawa dengan berat

molekul yang kecil maupun oleh senyawa polimer. Karena itu usaha untuk mencari

senyawa semacam ini hanya dapat dilakukan dengan metode uji imunbiologi saja.

Metode pengujian yang dapat dilakukan adalah metode in vitro dan in vivo, yang akan

mengukur pengaruh senyawa kimia terhadap fungsi dan kemampuan sistem

mononuklear, demikian pula kemampuan terstimulasi dari limfosit B dan T.

Metode uji aktivitas imunomoduator yang dapat digunakan,yaitu:

1. Metode bersihan karbon ("Carbon-Clearance")

Pengukuran secara spektrofluorometrik laju eliminasi partikel karbon dari daerah

hewan. Ini merupakan ukuran aktivitas fagositosis.

2. Uji granulosit

Percobaan in vitro dengan mengukur jumlah sel ragi atau bakteri yang difagositir

oleh fraksi granulosit yang diperoleh dari serum manusia. Percobaan ini dilakukan

di bawah mikroskop.

3. Bioluminisensi radikal

Jumlah radikal 02 yang dibebaskan akibat kontak mitogen dengan granulosit atau

makrofag, merupakan ukuran besarnya stimulasi yang dicapai.

4. Uji transformasi limfosit T

Suatu populasi limfosit T diinkubasi dengan suatu mitogen. Timidin bertanda ( 3

H) akan masuk ke dalam asam nukleat limfosit 1. Dengan mengukur laju

permbentukan dapat ditentukan besarnya stimulasi dibandingkan dengan

fitohemaglutinin A (PHA) atau konkanavalin A (Con A).

Persyaratan imunomodulator

Menurut WHO, imunomodulator haruslah memenuhi persyaratan berikut:

1. Secara kimiawi murni atau dapat didefinisikan secara kimia.

2. Secara biologik dapat diuraikan dengan cepat.

3. Tidak bersifat kanserogenik atau ko-kanserogenik.

4. Baik secara akut maupun kronis tidak toksik dan tidak mempunyai efek

samping farmakologik yang merugikan.

5. Tidak menyebabkan stimulasi yang terlalu kecil ataupun terlalu besar.

Dasar fungsional paramunitas (menurut A. Mayr)

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 2

Page 3: Ft Immunomodulator

1. Terjadinya peningkatan kerja mikrofag dan makrofag serta pembebasan

mediator.

2. Menstimulasi limfosit (yang berperan pada imunitas tetapi belum spesifik

terhadap antigen tertentu), terutama mempotensiasi proliferasi dan aktivitas

limfosit.

3. Mengaktifkan sitotoksisitas spontan.

4. Induksi pembentukan interferon tubuh sendiri.

5. Mengaktifkan faktor pertahanan humoral non spesifik (misalnya sistem

komplemen properdin-opsonin).

6. Pembebasan ataupun peningkatan reaktivitas limfokin dan mediator atau

aktivator lain.

7. Memperkuat kerja regulasi prostaglandin.

IMUNOSUPRESAN

Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun

seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah

hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan

digunakan sebagai antikanker.

Respon imun

Pada mahkluk tingkat tinggi seperti hewan vertebrata dan manusia, terdapat dua

sistem pertahanan (imunitas), yaitu imunitas nonsepesifik (innate immunity) dan

imunitas spesifik ( adaptive imunity).

1. Imunitas nonspesifik

Merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang meliputi komponen fisik berupa

keutuhan kulit dan mukosa; komponen biokimiawi seperti asam lambung, lisozim,

komploment ; dan komponen seluler nonspesifik seperti netrofil dan makrofag.

Netrofil dan makrofag melakukan fagositosis terhadap benda asing dan

memproduksi berbagai mediator untuk menarik sel-sel inflamasi lain di daerah

infeksi. Selanjutnya benda asing akan dihancurkan dengan mekanisme inflamasi.

2. Imunitas spesifik

Memiliki karakterisasi khusus antara lain kemampuannya untuk bereaksi secara

spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan membedakan antigen asing dengan

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 3

Page 4: Ft Immunomodulator

antigen sendiri (nonself terhadap self) ; dan kemampuan untuk bereaksi lebih

cepat dan lebih efesien terhadap antigen yang sudah dikenal sebelumnya. Respon

imun spesifik ini terdiri dari dua sistem imun , yaitu imunitas seluler dan imunitas

humoral. Imunitas seluer melibatkan sel limposit T, sedangkan imunitas humoral

melibatkan limposit B dan sel plasma yang berfungsi memproduksi antibodi.

Aktivitas respon imun spesifik

Aktivitas sistem imun spesifik memerlukan partisipasi kelompok sel yang disebut

sebagai antigen presenting sel

Indikasi imunosupresan

Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ,

penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.

1. transplantasi organ

2. penyakit autoimun

3. pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus

Prinsip umum terapi imunosupresan

Prinsip umum penggunaan imunosupresan untukmencapai hasil terapi yang optimal

adalah sebagai berikut:

1. Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan

dengan respon imun sekunder. Tahap awal respon primer mencakup: pengolahan

antigen oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun.

Tahap ini merupakan yang paling sensitif terhadap obat imunosupresan.

Sebaliknya, begitu terbentuk sel memori, maka efektifitas obat imunosupresan

akan jauh berkurang.

2. Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang

berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu

antigen berbeda dengan dosis untuk antigen lain.

3. Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan

sebelum paparan terhadap antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun

baru bisa dikenal setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif sulit di atasi.

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 4

Page 5: Ft Immunomodulator

IMUNOSTIMULAN

Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-kondisi

imunosupresi. Kelompok obat ini dapat memperngaruhi respon imun seluler maupun

humoral. Kelemahan obat ini adalah efeknya menyeluruh dan tidak bersifat spesifik

untuk jenis sel atau antibodi tertentu. Selain itu efekumumnya lemah. Indikasi

imunostimulan antara lain AIDS, infeksi kronik, dan keganasan terutama yang

melibatkan sistem lifatik. (Widianto B Matildha. 1987)

A. TERAPI HERBAL IMUNOMODULATOR

Nigella sativa L

Gambar 2. Jinten hitam (Nigella sativa L)

Diambil dari www.bh-froe.com/ZC/images/nigella%20sativa.jpg

1. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Ranunculales

Suku : Ranunculaceae

Marga : Nigella

Jenis : Nigella sativa

Nama umum/dagang: Jinten hitam

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 5

Page 6: Ft Immunomodulator

Nama umum : jinten ireng (Jawa), kalonji (India), Haba-ul-sauda (Arab), Black

cumin (Ingris) (Anonim.2000 dan Gillani Anwar-ul Hassan dkk.2004)

2. Deskripsi tanaman

Habitus : semak, semusim, tinggi ± 30 cm

Batang : tegak, lurus, beralur, berwarna hijau kemerahan

Daun : tunggal, lonjong, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi,

pertulangan menyirip, berwarna hijau

Bunga : majemuk, bentuk karang, benang sari banyak, tangkai sari dan

kepala sari kuning, mahkota bentuk corong, berwarna putih

kekuningan

Buah : polong, bulat panjang, berwarna coklat kehitaman

Biji : kecil, bulat, warna hitam

Akar : tunggal, warna coklat (Anonim.2000)

3. Jenis yang ada

Terdapat 14 spesies tersebut diantaranya adalah : Nigella arvensis, Nigella ciliaris,

Nigella damascena, Nigella hispanica, Nigella integrifolia, Nigella nigellastrum,

Nigella orientalis, dan Nigella sativa.

4. Kandungan kimia

Biji jinten hitam mengnadung volatil oil yang berwarna kuning (22,7%), asam amino

seperti albumin, globulin, lysin, leucin, isoleusin, valin, glysin, alanin phenylalanin,

arginin, asparginin, cystine, glutamic acid, aspartic acid, isoleusin, prolin, serin,

treonin, tryptopan, dan tyrosin, gula redusi, musilago, alkaloid, asam organik, tannin,

resin, glukosida toksik, metarbin gykosida saponin, melanthin menyerupai helleborin,

melanthiginin, abu, air dan asam arabik. Dalam biji juga ditemukan lemak, serat,

mineral seperti Fe, Na, Cu, Zn, P,Ca dan vitamin seperti asam ascorbic, thiamin,

niacin, piridoksin, dan asam folat.

Biji jinten hitam mengandung ester asam lemak: seperti asam palmitat, asam oleik,

asam linoleik, dan asam dehidro stearik, terpenoid, alkohol alpipatik, dan ά-β-

hidroksiketon tidak jenuh, sterol bebas, steril ester, steril glukosida dan glukosida

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 6

Page 7: Ft Immunomodulator

steryl terasetilasi. Alkaloid yang telah diisolasi yaitu nigelliene, alkaloid isoquinolin,,

nigellimin, dan alakaloid indazol, nigellidine. Juga mengandung lipase, phytosterol

dan β-sitosterol.

Kandungan aktif biji jinten mencakup volatil oil yang terdiri dari carvone, keton tidak

jenuh, terpen atau d-limonen yang dikenal dengan carvene, ά-pinen dan p- cymene.

Kandungan aktif secara farmakologi pada volatile oil adalah thymoquinone,

ditymoquinone, thymohidroquinone, dan thymol. Kandungan thmoquinone tertinggi

sebesar 57,78% dimana air diberikan selama 12 hari. (Gillani Anwar-ul Hassan dkk,

2004)

5. Rumus Struktur Utama

Gambar 3. Struktur Kimia Utama Jinten hitam (Nigella sativa L)

Diambil dari WHO Monograph volume 1 1999(G63)

6. Khasiat dan kegunaan

Biji jinten hitam umumnya digunakan pada pengobatan tradisional, seperti diuretik,

antihipertensi , memperbaiki proses pencernaan, antidiare, stimulan nafsu makan,

emmenogogue, analgesik, anthelmintik, antibakteri dan digunakan untuk penyakit

kulit. Jinten hitam juga telah dilakukan studi untuk aktivitas biologi dan

memperlihatkan untuk antidiabetes, anticancer dan imunomodulator, analgesik,

antimikroba, anti-inflamasi, spasmolitik, bronchodilatot, hepatoprotektive,

antihipetensi, pelindung ginjal, dan antioksidan. (Gillani Anwar-ul Hassan dkk, 2004)

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 7

Page 8: Ft Immunomodulator

Hasil penelitian Medenica dkk. menunjukkan bahwa Nigella sativa L. mempunyai

aktivitas immunomodulatory kuat dan aktivitas seperti interferon dan mampu

menghambat cancer dan progresi sel endothelial dan menurunnya produksi

angiogenic, faktor pertumbuhan protein fibroblastic oleh sel tumor.

7. Uji imunomodulator

Prinsip kerja

Diuji efek herbal melanin (ekstrak N.sativa) terhadap produksi 3 jenis sitokin: Tumor

Necrosis Factor Alpha (TNF-α); Interleukin 6 (IL-6) dan Vascular Endothelial

Growth Factor (VEGF) pada sel monosit manusia, periferal blood mononuclear cell

(PBMC) dan sel THP-1. Sel mendapat perlakuan melalui berbagai macam variasi

konsentrasi melanin. Diamati ekspresi TNF-2,IL-6,VEGF pada 3 jenis sel. Diamati

sekresi protein pada supernatant kemudian dideteksi dengan RT-PCR dan ELISA

Preparasi dan karakterisasi herbal melanin dari n. Sativa

Melanin diekstraksi dari kulit biji N. sativa melalui solubilisasi alkali dan

agregasi asam. Dimurnikan dengan cara dicuci dengan air destilasi dan vacuum

drying.

Ekstrak dianalisis menggunakan ESR (Electron Spin Resonance),IR,UV-VIS,

NMR, XRD, Fluroscence, uji kelarutan, komposisi asam amino dan analisis

elemental.

Ekstrak kering dilarutkan dalam larutan NaOH 0,1 M pada konsentrasi 1g/L. pH

ekstrak ditetapkan pada 7,4 menggunakan HCl konsentrat dan disaring

menggunakan filter ukuran 0,4µm. Larutan stok melanin untuk penggunaan

eksperimental disiapkan dalam air destilasi pada konsentrasi 0,1-1 g/L.

Kondisi sel kultur

Sel THP-1 monosit diperoleh dari American Type Culture Collection (ATCC,

Rockville,MD,USA)

Sel dipelihara dalam RPMI 1640 diberi nutrisi serum bovine fetal dan 1%

penisilin-streptomicin dengan kelembaban 5% pada suhu 370C. 24 jam sebelum

dipakai medium ditempatkan pada RPMI 1640 bebas serum untuk menghindari

efek serum terhadap ekspresi gen.

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 8

Page 9: Ft Immunomodulator

Isolasi sel darah

Darah dikumpulkan dari sukarelawan sehat (usia 22-45 tahun). Darah diambil

secara aseptis, dikumpulkan dalam tabung steril yang mengandung EDTA.

PBMC dipisahkan melalui Ficoll-paque density gradients.

Monosit murni diperoleh melalui antiCD14-coated microbeads (kolom

separasi)

Dengan tes flowcytometer menggunakan ekspresi antigen CD-14 dan CD-45,

menunjukkan 90% sel merupakan monosit.

Induksi dan analisis pada tingkat mRNA sitokin

Monosit dan PBMC dicampur dengan larutan ekstrak herbal melanin pada

konsentrasi 50 dan 100µg/mL. ekspresi mRNA TNF-alfa, IL-6 dan VEGF

diuji 3 jam berikutnya. Sel THP-1 juga diperlakukan sama, hanya saja ekspresi

mRNA TNF-alfa dilakukan 3 jam berikutnya dan IL-6 serta VEGF dilakukan

setelah 24 jam

Sebagai kontrol positif digunakan E.coli Lipopolisaccharide (LPS).

Total RNA sel diekstraksi dari sel monosit, PBMC, dan THP-1 menggunakan

reagen TRIzol.

Amplifikasi cDNA sitokin menggunakan PCR. Produk yang dihasilkan

dipisahkan pada gel agarose 2% menggunakan elektroforesis dan visualisasi

dengan pengecatan Etidium bromida

Induksi dan analisis pada tingkat protein sitokin

Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan apakah perubahan pada tingkat

mRNA sitokin dikarenakan perlakuan dengan ekstrak sehingga menyebabkan

perubahan juga pada produksi sitokin

Sel ditambahkan ekstrak HM (10,50,100µg/mL) atau LPS (10 mg/mL) selama

24 jam sebelum supernatan diambil. Protein sitokin yang terdapat dalam

supernatan diuji menggunakan ELISA

Media RPMI 1640 digunakan sebagai kontrol negatif

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 9

Page 10: Ft Immunomodulator

Kontrol tambahan diperoleh dengan menginkubasi 100µg HM dalam media

RPMI selama 24 jam pada suhu 370C

Rata-rata absorbansi dari 2x pengulangandihitung mneggunakan kurva

standar. Konsentrasi ditentukan melalui ekstrapolasi kurva standar

.Uji toksisitas selular

Toksisitas HM pada sel THP-1 ditentukan dengan uji proliferasi sel 3-(4,5

dimetiltiazol-2)-2, 5-difeniltetrazolium bromida (MTT).

Sel ditempatkan pada medium dan diinkubasi , kemudian ditambahkan HM

dengan konsentrasi 10,50, 100 µg/mL

24 jam sebelum time point, diberi reagen MTT 10 mL

Setelah 2 jam dibiarkan dalam tempat yang gelap, diukur absorbansi pada 570

nm dengan ELISA (El-Obeid, A.,2006)

8. Uji toksisitas

Tenekoon melaporkan bahwa penggunaan oral N. sativa pada tikus jantan (Sprague–

Dawley) slm 14 hari, menyebabkan peningkatan kadar enzim hepatic dan perubahan

histopathological. Penggunaan campuran minyak N. sativa seeds berpotensi

menimbulkan toksisitas pada mencit dan tikus dengan determinasi nilai LD50,

perubahan biokimia, hematologi dan histopathologi. Toksisitas kronik dapat terjadi

pada penggunaan oral dose 2 ml/kg body selama 12 minggu pada tikus, yang ditandai

dengan terjadinya perubahan kadar enzim hepatic, peningkatan kadar serum

cholesterol, triglyceride dan glucose, sedangkan jumlah leukocytes dan platelets

menurun drastis dibandingkan nilai control, serta terjadi peningkatan kadar hematocrit

dan hemoglobin. Fischer melaporkan bahwa penggunaan N sativa pada 344 tikus

selama 14 minggu tidak menginduksi perubahan patologi liver, ginjal, limpa atau

organ lain

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 10

Page 11: Ft Immunomodulator

Aloe vera (L.)

Gambar 4. Lidah buaya (Aloe vera L)

Diambil dari www. henriettesherbal.com

1. Klasifikasi

Divisi : Plantae

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocots

Bangsa : Asparagales

Suku : Asphodelaceae/Liliaceae

Marga : Aloe

Jenis : Aloe vera

Nama umum/dagang: Lidah buaya

2. Deskripsi tanaman

Habitus : tumbuhan liar di tempat yang berhawa panas

Batang : berbatang pendek tidak kelihatan karena tertutup oleh daun-daun

yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah

Daun : berbentuk pita dengan helaian yang memanjang, berdaging tebal,

tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifaat sukulen

(banyak mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lendir

(gel). Bentuk menyerupai pedang dengan ujung meruncing,

permukaan dilapisi lilin, dengan duri lemas dipinggirnya. Panjang

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 11

Page 12: Ft Immunomodulator

mencapai 50 - 75 cm, berat 0,5 kg - 1 kg, daun melingkar rapat di

sekeliling batang bersaf-saf.

Bunga : berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul,

keluar dari ketiak daun, berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian

berbentuk tandan, panjang mencapai 1 meter. Bunga biasanya

muncul bila ditanam di pegunungan

Akar : akar serabut yang pendek dan berada di permukaan tanah. Panjang

berkisar antara 50 - 100 cm.

3. Jenis yang ada

Aloe barbadensis Mill., Aloe chinensis Bak., A. elongata Murray, A. indica Royle, A.

officinalis Forsk., A. perfoliata L., A. rubescens DC, A. vera L. var. littoralis König ex

Bak., A. vera L. var. chinensis Berger, A. vulgaris Lam

4. Kandungan kimia

Kandunga kimia dari Aloe terdiri dari mono- dan poli sakarida (glucomannan dan

polisakarida yang terdiri dari arabinosa, galaktosa dan xylosa); tannins, sterols,

organic acids, enzymes (terdiri dari cyclooxygenase), saponins, vitamins dan

minerals, serta terdapat juga lemak (kolesterol, asam gamolenat dan asam

arachidonat). Kandungan kimia terpenting adalah hydroxyanthrone derivatives, yang

utama aloe-emodin-anthrone tipe 10-C-glucoside, barbaloin (aloin) (15–40%) (8, 13),

hydroxyaloin (about 3%), Barbaloin (_aloin) campuran dari aloin A (10S) [1] dan B

(10R), aloinoside A dan B.

5. Rumus Struktur Utama

Gambar 5. Struktur Kimia Utama Lidah buaya (Aloe vera L)

Diambil dari WHO monographs on selected medicinal plants)

6. Khasiat dan kegunaan

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 12

Page 13: Ft Immunomodulator

Kandungan polisakarida dari A. vera menunjukkan aktivitas immunostimulant, yang

berperan sebagi aktivasi adjuvant terhadap produksi antibody spesifik dan

meningkatkan pelepasan interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis

factor-a (TNF-a), dan interferon-c (INF-c). Pelepasan/release sitokin menstimulasi

peningkatan mencapai 300% dalam replikasi fibroblast pada kultur jaringan dan

meningkatkan fogositosis macrophage. Proliferasi fibroblasts diketahui memberikan

respon terhadap luka bakar, ulcers, dan gangguan saluran cerna. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa perubahan sedikit dala struktur, berat molekul atau konformasi

dari polisakarida mempunyai efek yang dramatic dalam hal potensiasi. Sebagai

contoh perbedaan aktivitas antiviral pada xylo-mannans dari Nothogenia fastigiata.

7. Uji imunomodulator

Preparasi ekstrak

Daun Aloe vera dicuci dengan air sampai bersih kemudian dipotong-potong

melintang. Bagian epidermis yang tebal dibuang sedangkan bagian gel padat diambil

dan dihomogenkan. Campuran gel yang homogeny diliofiliasi dan diekstraksi dengan

etanol (95%). Filtrat dikumpulkan dan dikeringkan pada rotary evaporator. Residu

disimpan dalam tempat kering yang steril pada suhu 40C sebelum dipakai. Ekstrak

disuspensikan kembali dalam air destilasi pada saat akan digunakan.

Hewan

Mencit Swiss albino dengan berat badan 25±2 gram. Mencit dipelihara pada

lingkungan dengan temperatur 25±20 dengan siklus 12 jam gelap/terang, diberi makan

dengan makanan pellet standar, dan air ad libitum.

Pengujian efek ekstrak terhadap sel darah putih (penghitungan)

Mencit dibagi menjadi 3 kelompok secara random, masing-masing kelompok 6

mencit. Mencit pada kelompok A (kelompok control) diberikan larutan garam (5

ml/kg,i.p). Mencit kelompok B dan C diberikan ekstrak AVG i.p dengan dosis 150

mg/kg dan 300 mg/kg selama 5 hari. Darah diambil pada vena ekor sebelum

pemberian pertama dan setiap hari ketiga setelah dosis kelima sampai 1 bulan. Total

sel darah putih ditentukan dengan menggunakan hemositometer.

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 13

Page 14: Ft Immunomodulator

Pengujian efek ekstrak terhadap produksi antibodi

Tiga kelompok mencit, masing-masing kelompok terdiri dari 6 mencit,diimunisasi

dengan dengan 2,5 x 108 sel darah merah domba secara i.p. Hewan dari kelompok B1

dan C1 diberi ekstrak 150 mg/kg,i.p dan 300 mg/kg, i.p setiap hari selama 5 hari.

Darah diambil dari vena kaudal sebelum dosis pertama dan setiap hari ke tiga setelah

dosis kelima hingga 1 bulan. Titer antibody ditentukan dengan metode hemaglutinasi.

Hewan pada kelompoka diberikan larutan garam (5ml/kg,i.p)

Pengujian efek ekstrak terhadap sel pembentuk plak

Tiga kelompok mencit masing-masing terdiri dari Sembilan mencit diimunisasi

dengan 2,5 x 108 SRBC i.p. Mencit pada kelompok B2 dan C2 diberikan ekstrak 150

mg/kg,i.p dan 300 mg/kg,i.p setiap hari selama 5 hari. Kelenjar limpa diambil,

kemudian diproses, kemudian jumlah sel pembentuk plak ditentukan menggunakan

metode Jerne dan Nordin. Hewan pada kelompok control menerima larutan garam (5

ml/kg,i.p).

Pengujian terhadap aktivitas fagositik makrofag peritoneal

Makrofag peritoneal dengan sodium kaseinat diberikan pada tiga kelompok mencit

yang telah diberi ekstrak AVG (150 mg/kg,i.p atau 300 mg/kg,i.p)setiap hari selama 5

hari berturut-turut, sementara hewan pada kelompok kontrol diberikan larutan garam.

Makrofag kemudian dikultur pada hari kelima dan aktivitas fagosit diuji

menggunakan metode Mehara dan Vaidya menggunakan opsonized SRBC.

8. Uji toksisitas

Gejala-gejala over dosis berupa diare dan kehilangan cairan dan elektrolit terutama

terjadi pada anak-anak dan orang lanjut usia. A. vera dikontraindikasikan bagi pasien

cramps, colic, haemorrhoids, nephritis, atau yang mengalami gangguan abdominal

seperti nyeri, mual atau muntah, wanita hamil dan menyusui karena bersifat

gastrointestinal stimulant anthraquinone suatu komponen yang aktif sebagai laxative.

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 14

Page 15: Ft Immunomodulator

Rhizoma Curcumae Longae

Gambar 4. Kunyit (Rhizoma Curcumae Longae)

Diambil dari From Wikipedia, the free encyclopedia

1. Klasifikasi

Divisi : Plantae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Curcuma

Jenis : Curcuma longa

Nama umum/dagang: Saffron (Inggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia);

Kunir (Jawa), Koneng (Sunda), Konyet (Madura)

2. Deskripsi tanaman

1. Habitus : tanaman herbal tinggi mencapai 1.0 m; tegak, menfleshy, main

rhizome nearly ovoid (about 3 cm in diameter and 4 cm long).

2. Batang : berbatang pendek tidak kelihatan karena tertutup oleh daun-daun

yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah

3. Daun : berbentuk pita dengan helaian yang memanjang, berdaging tebal,

tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifaat sukulen (banyak

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 15

Page 16: Ft Immunomodulator

mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lendir (gel). Bentuk

menyerupai pedang dengan ujung meruncing, permukaan dilapisi lilin, dengan

duri lemas dipinggirnya. Panjang mencapai 50 - 75 cm, berat 0,5 kg - 1 kg,

daun melingkar rapat di sekeliling batang bersaf-saf.

4. Bunga : berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul,

keluar dari ketiak daun, berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian berbentuk

tandan, panjang mencapai 1 meter. Bunga biasanya muncul bila ditanam di

pegunungan

5. Akar : serabut berwarna coklat muda (Anonim. 2001 dan Anonim. 1999)

3. Jenis yang ada

Curcuma domestica Valeton., C. rotunda L., C. xanthorrhiza Naves, Amomum

curcuma ( Anonim. 2001)

4. Kandungan kimia

Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang

terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat- zat

manfaat lainnya Kandungan Zat : Kurkumin : R1 = R2 = OCH3 10 %

Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1 - 5 % Bisdemetoksikurkumin: R1 = R2

= H sisanya Minyak asiri / Volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,

Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil ) Lemak 1 -3 %, Karbohidrat 3

%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam Mineral (Zat besi,

fosfor, dan kalsium).

5. Rumus Struktur Utama

(Anonim. 199)

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 16

Page 17: Ft Immunomodulator

6. Khasiat dan kegunaan

Curcumin menghambat mediated IL-12 (interleukin 12) Th 1 yang tergantung pada

neuronal demyelination dalam model murine model terhadap berbagai sklerosis oleh

targeting Janus kinase 2, tyrosine kinase 2, STAT3 and STAT4. Curcumin secara

spesifik melepaskan cytostatic dan efek cytotoxic terhadap tumor. Curcumin

meningkatkan efek terhadap fungsi utama dari sel T, sel natural killer (NK),

macrophages dan pada splenocytes total in-vivo. Varalakshmi dkk. melaporkan

bahwa terjadi peningkatan efek immunomodulatory dalam hewan coba ascites-

bearing. Studi ini memperkuat bahwa curcumin cukup aman dan dapat digunakan

sebagai immunomodulator untuk system immune.

7. Uji imunomodulator

Uji in vivo efek immunomodulator curcumin dilakukan pada hewan coba tikus betina

berat 100-150 g dengan usia 5-6 minggu. Pemberian curcumin dilakukan dengan

injeksi (40 mg/kg/hari, i.p) selama 30 hari setiap interval 24 jam. Kelompok hewan

coba terdiri dari: curcumin, curcumin+cyclosporine (CsA), CsA dan kelompok

kontrol PBS. Pada hewan coba tikus, curcumin diberikan (40 mg/kg/tikus/24 jam

selama 30 hari), cyclosporin A (10 mg/kg, i.p) diinjeksi 48 jam sebelum dikorbankan.

(Varalakshmi Ch,et al. 2008)

Uji apoptosis sel tumor dengan flow cytomety

Induksi apoptosis pada sel tumor dan sel normal ditentukan dengan flow cytometry

dengan pewarna propidium iodide, menunjukan bahwa induksi apoptosis pada CHO

(Chines Hamster Ovary), rat skin fibroblat (RSF), human corneal epithel sel (HCE),

rat lympohocyte dan hepatocyte yang beri curcumin gagal untuk diinduksi apoptosis,

sedangkan induksi apoptosis pada beberapa cell line mengalami perubahan seperti

MDAMB (breash carcinoma), OVCAR-8 (ovarian carcinoma), HepG2

(hepatocellular carcinoma) dan HL-60 (leukemia cell line). Induksi apoptosis

curcumin pada semua sel tumor memberikan efek pada kultur utama atau tidak

merubah sel pada kondisi yang sama. (Varalakshmi Ch,et al. 2008)

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 17

Page 18: Ft Immunomodulator

Uji lymphoproliferasi

Lymphoproliferasi disiapkan dari limpa kelompok kontrol, curcumin+cyclosporine A

(CsA) dan curcumin atau CsA yang diinjeksi pada hewan coba dengan Ficoll-

Hypaque gradient. 2x105 sel/sumur diinkubasi dengan ConA atau PHA (0,5 – 2,5

g/mL) selama 48 jam diikuti dengan penambahan 3H tymidinie (1Ci/sumur) dan

diinkubasi hingga 24 jam. Sel kemudian di panen dan disatukan dengan radioaktif

diukur dalam suatu Packard liquid scintillation counter. Dari hasil uji

lymphoproliferasi memperlihatkan tidak ada perbedaan yang signifikan 3H tymidinie

antara kelompok perlakuan curcumin dan kontrol yang diamati secara in vitro.

Untuk mengecek kemampuan efek in vivo curcumin terhadap kemampuan proliferasi

sel T, curcumin diinjeksi pada hewan coba (i.p) selama 30 hari dan splenocyte dari

kelompok kontrol dan perlakuan injeksi-curcumin dipanen. Mitogen seperti PHA dan

ConA diketahui secara spesifik dapat menginduksi proliferasi sel T. Lymphocyte dari

kelompok kontrol dan hewan coba yang diinjeksi-curcumin di panen pada hari ke-30,

dan dilakukan dengan perbedaan konsentrasi PHA (0, 1, dan 1.2 g/mL). Hasil

menunjukan peningkatan kemampuan lympoproliferasi sel T yang diamati pada

hewan perlakuan injeksi curcumin. Selanjutnya untuk menkonfirmasi efek proliferasi

curcumin secara in vivo, jumlah splenocyte di stimulasi dengan mitogen lain ConA (0

dan 2.0 g/mL) dari hewan coba yang menerima curcumin hingga hari ke-20 dan 30.

Seperti pada pengamatan dengan PHA, terjadi juga peningkatan efek lympoproliferasi

yang meningkat dengan ConA. Konfirmasi dilakukan juga menggunakan

immunosupresan cyclosporine A (CsA). Injeksi CsA memberikan hasil penurunan

induksi proliferasi ConA sel T pada kelompok injeksi curcumin, juga memberikan

efek yang tidak berarti pada kelompok kontrol. Peningkatan Ag-spesifik proliferasi

sel T diamati juga pada hewan coba tikus yang diberi injeksi curcumin yang diinjeksi

dengan sel tumor AK-5 sebagai sumber tumor Ag. (Varalakshmi Ch,et al. 2008)

Penentuan Reactive Oxygen Species (ROS)

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 18

Page 19: Ft Immunomodulator

Macrophag plate (Ms) 2x106 sel/sumur dalam 150 L phenol-red bebas IMDM dan

anion superoksida ditetapkan dalam 80M sitokrom C dengan/tanpa SOD (300

U/mL). Reduksi superoxide-induced pada ferrisitokrom ditetapkan dengan

spektrofotometri pada 550 nm.

Hasil penentuan jumlah ROS secara ektraselluler tidak memberikan efek pada

kelompok hewan coba yang diinjeksi dengan curcumin dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Efek null pada curcumin ini telah dikonfirmasi dalam isolat

macrophage dari dua lokasi anatomi yang berbeda yaitu ruang peritoneal dan limpa.

Pada hari ke-10 dan 20 terjadi peningkatan jumlah ROS secara intraselluler pada

macrophage peritoneal, dimana pada hari ke-30 tingkatnya sama dengan kelompok

kontrol. Pada macrophage limpa tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan

antara kelompok kontrol dan kelompok injeksi-cucumin. ROS intraselluler yang

tinggi dalam magrophage peritoneal pada hari ke-20 dan 30, memperlihatkan

pencerminkan efek lokal curcumin dalam ruang peritoneal sejak efek yang sama tidak

diamati pada splenic macrophage.

Pengamatan tingkat ROS secara intraselluler dilakukan juga pada hewan coba tikus

dalam magrophage peritonel dan limpa yang mendapatkan curcumin, curcumin+CsA

atau CsA. Dengan adanya CsA, meningkatkan jumlah ROS yang dapat ditemukan

dalam magrophage peritoneal dan limpa pada hari ke-20 tetapi tidak ditemukan pada

hari ke-30. Bagaimanapun peningkatan oksidatif juga diamati dengan CsA pada hari

ke-20, karena data menujukan efek yang sinergis pada curcumin yang dihubungkan

dengan CsA pada hari ke-20.

Evalusi modulasi pada ROS generation dalam Magrophage melalui curcumin dan

tumor, kami mentransplantasi sel tumor AK-5 (i.p) pada kelompok kontrol dan

injeksi curcumin (30 hari diberikan curcumin). Pada hari ke-5 setelah tumor

ditransplantasi, tidak ada efek tumor AK-5 yang diamati ada jumlah ROS dalam

limpa magrophage yang dibandingkan dengan kelompok kontrol. Jadi tingkat ROS

pada transplantasi AK-5 pada injeksi-curcumin, tidak memberi efek perubahan.

(Varalakshmi Ch,et al. 2008)

Penentuan efek Nitric Oxide (NO)

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 19

Page 20: Ft Immunomodulator

Macrophag (Ms) yang dikultur selama 16 jam, 100 L sel bebas supernatan

merupakan aspirat dan mengandung NO yang diukur menggunakan reagen Griess.

Absorbansinya pada 540 nm yang diukur menggunakan ELISA reader. Dari hasil

penentuan efek NO, tidak ada perbedaan signifikan yang terlihat antara kemampuan

sekresi NO antara kelompok kontrol dengan injeksi-curcumin pada kedua

macrophage pertitoneal dan limpa. (Varalakshmi Ch,et al. 2008)

Uji sitotoksik

Pengaruh curcumin terhadap kemampuan sitotoksik sel NK (Natural Killer Cell),

isolat sel NK dari hewan coba kelompok kontrol dan injeksi-curcumin pada hari yang

berbeda (10, 20, dan 30) dan memperlihatkan kemampuan terhadap sel tumor YAC-1

dalam 4 jam dengan 51Cr release assay. Sel NK limpa dari kelompok kontrol dan

injeksi-curcumin membuktikan tingkat yang sama pada sitotoksik terhadap target

YAC-1 pada 100:1. Injeksi CsA menghilangkan fungsi sitotoksik pada isolat sel NK

dari kelompok kontrol dan injeksi-curcumin. (Varalakshmi Ch,et al. 2008)

Enzyme linked immunofiltration assay

Sitokin dalam sera pada kelompok hewan coba kelompok kontrol, curcumin,

curcumin+Cyclosporine (CsA) atau CsA ditetapkan dengan mAbs spesifik

menggunakan enzyme linked immunofiltration assay (ELIFA).

Hasil efek immunomodulator curcumin ditentukan dalam istilah tingkat sitokin dalam

sampel serum kelompok kontrol dan injeksi-curcumin pada hari yang berbeda.

Penentuan dilakukan terhadap IL-2, IL12 dan IFN- dalam sampel serum. Semua,

variasi kurang mempengaruhi tingkat IL-2 dan IFN antara kelompok kontrol dan

injeksi-curcumin. Tingkat yang lebih tinggi ditunjukan pada IL-12 pada kelompok

injeksi-curcumin pada hari ke-10 dan 20 yang dibandingkan dengan kontrol pada hari

ke-30. Kelompok kontrol dan injeksi-curcumin yang diberikan CsA, tidak menujukan

hasil perubahan yang signifikan. Bagaimanapun, injeksi CsA pada kedua kelompok

menyebabkan penurunan yang sama dalam tingkat sirkulasi IL-2 pada dosis curcumin

yang digunakan tidak menginterferensi dengan produk normal IL-2. Profil konsentrasi

IL-12 dan IFN-γ dalam kelompok kontrol yang diinjeksi CsA sama pada CsA dan

injeksi-curcumin yang ditunjukan secara in-vivo tidak memberikan efek pada tingkat

sitokin. (Varalakshmi Ch,et al. 2008)

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 20

Page 21: Ft Immunomodulator

8. Uji toksisitas

Tidak terlihat toksik pada pemberian secara per oral pada dosis tunggal ekstrak etanol

turmerik 0,5; 1 atau 3 g/Kg BB mencit, atau serbuk turmerik 2,5 g/kg atau ekstrak

etanol 300 mg/kg untuk tikus, kelinci dan monyet. Dosis tunggal curcumin 1-5 g/kg

BB mengurangi efek toksik pada tikus.

Tidak ada kematian yang dapat diamati setelah pemberian curcumin pada mencit

untuk dosis tunggal atau intraperitonial pada 2,0 g/kg BB.

Nilai LD50 akut intraperitonial pada mencit untuk fraksi petroleum eter, alkohol dan

air dari turmerik dan pada curcumin ditetapkan pada 0,525; 3,980; 0,430; dan 1,5 g/kg

BB secara berturut-turut. (Anonim. 2003)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Departemen Kesehatan RI.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hal 163-164

Anonim. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2. Departemen Kesehatan

RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hal 103-104

Anonim.2007.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapi ,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 757-766.

Anonim. 1999. WHO monographs on selected medicinal plants. Volume 1.World

Health Organization Geneva.

Anonim. 2003. ESCOP Monographs. The Scientific Foundation for Herbal Medicinal

Products. Second edition completely revised and expanded. European Scientific

Coorperative of Phytoteraphy. Tieme. Halaman: 107-117

Anonim.2009. www.bh-froe.com/ZC/images/nigella%20sativa.jpg

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 21

Page 22: Ft Immunomodulator

Chow Jimmy Tai-Nin,et al. 2005.Chemical characterization of the

immunomodulating polysaccharide of Aloe vera L. Carbohydrate Research 340

(2005) 1131–1142

El-Obeid, A., Al-harbi. S., Al-Jomah, N., Hassib, A. 2006. Herbal Melanin Modulates

tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α), Interleukin 6 (IL-6) and Vascular

Endothelial Growth Factor (VEGF) Production. Phytomedicine 13:324-333

Gilanni Anwar-ul Hassan,Qaiser jabeen dan Muhammad Asad Ullah Khan. 2004. A

Review of Medicinal aand Pharmacological activities of Nigella s. Pakistan

Journal of Biological Science 7 (4): 441-451.2004

Jimmy Tai-Nin Chow et.al. 2004. Chemical characterization of the

immunomodulating polysaccharide of Aloe vera L, 30 September 2004

Mohamed Labib Salem.2005.Review: Immunomodulatory and therapeutic properties

of the Nigella sativa L. seed. International Immunopharmacology 5 (2005)

1749–1770

Swamy S.M.K dan B.K.H. Tan. 2000.Immunomodulatory and therapeutic properties

of the Nigella sativa L. seed. Journal of Ethnopharmacology 70 (2000) 1–7

Widianto B Matildha. 1987. Immnomodulator. Jurusan Farmasi Institute Teknologi

Bandung. Majalah Cermin Dunia Kedokteran. Halaman 44-46

Varalakshmi Ch,et al. 2008. Immunomodulatory effects of curcumin: In-vivo.

International Immunopharmacology (2008) 8, 688–700

Tugas FitoterapiTerapi Herbal Imunomodulator Page 22