konfere ft c

Upload: komang-yudhistira

Post on 15-Oct-2015

161 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Ischialgia merupakan salah satu manisfestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan karena adanya penjepitan nervus ischiadikus. Ischialgia adalah nyeri yang menjalar kebawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadikus. Ischialgia itu sendiri adalah sebuah gejala yaitu bahwa pasien merasakan nyeri pada tungkai yang menjalar dari akar saraf kea rah distal perjalanan nervus ischiadikus sampai tungkai bawah (Cailliet,1994 cit Kurniawati 2010).Pasien Ischialgia sering kali mengeluh nyeri bertambah berat saat melakukan aktivitas seperti duduk lama, membungkuk, mengangkat beban yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan Nyeri ischialgia yang diprovokasi oleh bersin , batuk dan mengejan causanya berasal dari diskus. Sebaliknya causa yang berasal dari non diskus, timbul nyeri ischialgia tidak diprovokasi oleh batuk, bersin dan mengejan. Pada masa lalu, para ahli syaraf menggunakan tanda ini sebagai indikasi untuk melakukan mielografi. Tidak dijumpainya tanda tersebut merupakan dasar alasan untuk menunda intervensi.Fisioterapi merupakan salah satu profesi kesehatan yang bertanggung jawab terhadap gerak dan kemampuan fungsional sangatlah berperan dalam menangani kondisi Ischialgia secara professional sesuai Kepmenkes 1363 tahun 2001 Bab 1 ayat 2.Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui lebih luas tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Ischialgia.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka kami sebagai penulis dapat mengidentifikasikan penatalaksanaan fisioterapi pada penderita Low Back Pain et causa Ischialgia.1.2.1 Pembatasan MasalahBanyaknya jenis dan masalah yang timbul pada kasus Low Back Pain et causa Ischialgia., maka kami akan membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun masalah yang dibahas akan dibatasi yaitu, nyeri dan spasme.

1.2.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:1. Apa Definisi dari Low Back Pain et causa Ischialgia.?2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi dari vertebra dan medula spinalis?3. Bagaimana Etiologi Low Back Pain et causa Ischialgia.?4. Bagaimana Patofisiologi Low Back Pain et causa Ischialgia.? 5. Bagaimana Manifestasi Klinis Low Back Pain et causa Ischialgia.?6. Bagaimana Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Low Back Pain et causa Ischialgia.? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi dua, yakni:a) Tujuan Umum 1. Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir pada Praktek Klinik II di RSUP Persahabatan.2. Untuk mengaplikasikan pengetahuan kami dalam mengatasi masalah pada kasus Low Back Pain et causa Ischialgia

b) Tujuan Khusus Bagi mahasiswa :1. Mengetahui Definisi dari Low Back Pain et causa Ischialgia.2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi vertebrae dan medula spinalis.3. Mengetahui Etiologi Low Back Pain et causa Ischialgia.4. Mengetahui Patofisiologi Low Back Pain et causa Ischialgia.5. Mengetahui Manifestasi Klinis Low Back Pain et causa Ischialgia.6. Mengetahui Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Low Back Pain et causa Ischialgia.

Bagi pasien :Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk membantu proses rehabilitasi sehingga pasien dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan mandiri tanpa keluhan.

1.4 Manfaat penulisan Bagi PenulisMenambah pemahaman mengenai kasus Low Back Pain et causa Ischialgia dan menerapkan penatalaksanaan fisioterapi yang baik dan benar pada kasus tesebut.

Bagi FisioterapisDapat memperkaya atau menambah pengetahuan mengenai Low Back Pain et causa Ischialgia.dan mampu mengembangkan aplikasi latihan di rumah maupun di rumah sakit atau klinik..

1.5 Metode penulisanDalam penyusunan makalah ini, metode yang penulis gunakan adalah metode kepustakaan yaitu dengan membaca buku-buku dan juga literatur dari internet yang berkaitan dengan kasus yang diangkat.

1.6 Sistematika PenulisanDalam sistematika penulisan, BAB I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II merupakan kajian teori yang meliputi definisi, anatomi fisiologi, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Low Back Pain et causa Ischialgia. BAB III merupakan pembahasan status, serta BAB IV yang merupakan penutupan berupa kesimpulan dan saran.

BAB IIKAJIAN TEORI2.1 Definisi IschialgiaIschialgia merupakan salah satu manisfestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan karena adanya penjebitan nerves ischiadicus. Ischialgia adalah nyeri yang menjalar kebawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadikus. Ischialgia itu sendiri adalah Sebuah gejala yaitu bahwa pasien merasakan nyeri pada tungkai yang menjalar dari akar saraf ke arah distal perjalanan nervus ischiadikus sampai tungkai bawah (Cailliet,1994 cit Kurniawati 2010).Ischialgia merupakan suatu mono neuritis, dimana ada rasa nyeri yang menjalar sepanjang perjalanan N. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu N. Peroneus Comunis dan N. Tibialis. Akibat terjadi penekanan pada sarafnya diikuti adanya keterbatasan LGS pada trunk, adanya spasme otot pada vertebrae, adanya kelemahan otot yang disarafinya.2.2 Anatomi dan Fisiologi2.2.1 VertebraMenurut Snell , Richard S. (2006), columna vertebralis terdiri atas 33 vertebra yaitu sebagai berikut :1. 7 vertebra cervikalis,2. 12 vertebra thoracalis,3. 5 vertebra lumbalis,4. 5 vertebra sacralis,5. 4 vertebra coccyges.

Gambar 1 Columna VertebralisDikutip dari : http://www.spineuniverse.com/sites/default/files/legacy-images/spine3-BB.jpg

Dari 33 vertebra tersebut, hanya 24 vertebra yang dapat digerakkan pada orang dewasa, yaitu terdiri dari 7 vertebra cervikalis, 12 vertebra thorakalis, dan 5 vertebra lumbalis. (Moore, Keith L., 2002). Dimana fungsi columna vertebralis (Gambar 1) yaitu sebagai berikut :1. Menyangga berat kepala dan batang tubuh,2. Memungkinkan pergerakan kepala dan batang tubuh,3. Melindungi medulla spinalis,4. Memungkinkan keluarnya nervus spinalis dari canalis spinalis,5. Tempat untuk perlekatan otot-otot. Vertebra yang khas terdiri dari arcus vertebra. Contohnya vertebra lumbalis (Gambar 2). Corpus vertebra adalah bagian ventral yang memberi kekuatan pada columna vertebralis dan mananggung berat badan tubuh. Arcus vertebra adalah bagian dorsal vertebra yang terdiri dari pediculus arcus vertebra dan lamina arcus vertebra. Pediculus arcus vertebra adalah taju pendek yang kokoh dan menghubungkan lengkung pada korpus vertebra; incisura vertebralis superior dan incisura vertebralis inferior pada vertebra yang bertetangga membentuk sebuah foramen invertebralis. Pediculus arcus vertebra menjorok ke arah dorsal untuk bertemu dengan dua lempeng tulang yang lebar dan gepeng, yaitu lamina arcus vertebra. Foramen vertebra yang berurutan pada columna vertebralis yang utuh membentuk canalis vertebralis yang berisi medulla spinalis, meninges, jaringan lemak, akar saraf, dan pembuluh (Moore, Keith L., 2002)

Gambar 2 Korpus Vertebra LumbalisDari : http://anatomy-portal.info/anat/columna-vert/lumbalis/vert-lumb-3.jpg2.2.2Medula SpinalisMenurutMahadewa dan Maliawan (2009) medula spinalis adalah bagian dari susunan saraf pusatyang seluruhnya terletak dalam kanalis vertebralis, dikelilingi oleh tigalapisselaput pembungkusyangdisebutmeningen.

Gambar 3 VertebraLapisan-lapisandan strukturyangmengelilingi medula spinalis dari luar kedalamantaralain:Dinding kanalis vertebralis (terdiri atasvertebraedan ligamen),Lapisan jaringan lemak (ekstradura)yangmengandung anyaman pembuluh-pembuluh darah vena, Duramater, Arachnoid, Ruangan subaraknoid (cavitas subarachnoidealis) yang berisi liquorcerebrospinalis, Piamater, yang kaya dengan pembuluh-pembuluh darah dan yang Langsun membungkus permukaan sebelah luar medula spinalis. Medula spinalis terbagi menjadisedikitnya 30 segmen, yaitu 8 segmen servikal (C),12 segmen thorax(T), 5 segmen lumbar (L), 5 segmen sacral (S), dan beberapa segmencoccygeal (Co). Dari tiap segmen akan keluar beberapa serabut saraf.Medula spinalis lebih pendek daripada kolumna vertebralis sehinggasegmen medula spinalis yang sesuai dengan segmen kolumnavertebralis terletak diatas segmen kolumna vertebralis tersebut(Mahadewa dan Maliawan, 2009)Dibawah ini dijelaskan mengenai penampang melintang medula spinalis menurut Mahadewa dan Maliawan

Gambar 4 Medula Spinalis

Perjalanan serabut saraf dalam medula spinalis terbagi menjadidua, jalur desenden dan jalur asenden. Jalur desenden terdiri daritraktus kortikospinalis lateralis, traktus kortikospinalis anterior,traktus vetibulopsinalis, traktus rubrospinalis, traktus retikulospinalis, traktus tektospinalis, fasikulus longitudinalis medianus(Mahadewa dan Maliawan, 2009).Jalur asenden antara lain sistem kolumna dorsalis, traktus spinothalamikus, traktusspinocerebellaris dorsalis, traktus spinocerebellar ventralis, dantraktus spinoretikularis. Terdapat banyak jalur saraf(traktus)di dalam medula spinalis.

2.2.3 Nervus IschiadicusNervus ischiadicus keluar dari foramen ischiadicus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS ke bagian dari tuberositas ischii. Tengah2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat n. ischiadicus keluar dari gluteus maximus berjalan melalui collum femoris. Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa poplitea. Cakupan dari regio pinggang sebagai berikut :Thoraco lumbal ( Th 12-L1 )Lumbal ( Pinggang Atas )Lumbal sacral ( Pinggang bawah )Sacroiliaca Joint ( tulang pantat )Hip Joint ( Sendi Bongkol Paha )Adapun komponen komponen dari regio pinggang adalah kulit, otot, ruas, tulang sendi, bantalan sendi, facet joint. Dan apabila semuanya ini mengalami gangguan maka sangat berpotensi untuk terkena LBP yang bisa berlanjut menjadi ishialgia.Perjalanan Nervus Ischidicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki percabangan antara lain: N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawahN. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascillesN. Plantaris Yang berada pada telapak kaki N. Ischiadicus mempersarafi: M. SemitendinosusM. SemimbranosusM. Biceps FemorisM. Adduktor Magnus

2.3 Etiologi IschialgiaDiawali dengan proses degeneratif yang ditandai dengan menurunnya sistem metabolik atau sirkulasi darah atau adanya faktor traumatik yang berulang-ulang . Akibatnya terjadi kerusakan (disorders) pada discus intervertebralis. Elastisitasnya menurun diikuti berkurangnya cairan sendi dan penurunan sistem difusi di Cartilago akan mengalami kerusakan yang pada akhirnya akan berkurang. Inter space antar diskus semakin kecil yang berakibat mikro trauma pada kedua fascies corpus vertebra. Keadaan akan diikuti proliferasi jaringan tulang baru yang akan berubah menjadi proses osifikasi dan calsifikasi tulang yang pada akhirnya membentuk osteofit. Adapun penyebab-penyebab dari ischialgia adalah:1. Entrapment Radiculitis/ Radiculitis2.Entrapment Neuritis :a) Neuritis primerb) Terjebak disekitar bursa m. Piriformis3. Entrapment Neuritis yang terjebak di sekitar:a) Tuber Ischib) Artikulatio koksae.c) Spondylosis Dalam analisa klinis LBP yang berlanjut menjadi Ischialgia jika timbul secara tiba- tiba ini akan di kaitkan dengan Neoplasma. Tapi apabila mempunyai hubungan dengan trauma, maka secara simplisik data itu di asosiasikan dengan HNP ( Herpetik Nucleus Pulposus ). HNP merupakan jebolnya nukleus pulposus ke korpus vertebrae di atas atau di bawahnya, dan bisa juga langsung jebol dari nukleus pulposus ke dalam korpus vertebrae. Robekan circumferentia dan radial pada anulus fibrosis discus intervertebralis yang kemudian di susul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iscialgia. Secara etiologi Ischialgia dapat di bagi menjadi 3 perwujudan yaitu: Ischialgia sebagai perwujudan neuritis ischiadicus primer Gejala utama dari neuritis ischiadicus primer adalah nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah antara sacrum dan sendi pangul, tepatnya pada foramen infrapiriformis atau incisura iscidika.dan menjalar sepanjang perjalanan nervus isciadica dan lanjutanya pada nervus poreneus dan tibialis. Selain itu, terjadi pada insicura isciadica dan sepanjang spasium poplitea pada tahap akut. Juga tendon ascilles dan tibialis posterior.

Ischialgia sebagai perwujudan entrapment radiculatisPada ischialgia ini N. Isciadicus terkena proses radang. Dan pada radiks Dorsalis L3,L4, L5,S1 mengalami gangguan karena terjebak akibat jebakan itu, yang dapat bersifat menindih, meregang.

Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis Walaupun pleksus lumbosacralis belum dianggap sebagai nervus, tapi iscialgia akibat jebakan lumbosacralis yang membentuk nervus ischiadicus. Ini sama saja halnya dengan ischialgia akibat jebakan m. Piriformis yang dikenal sebagai Sindroma Piriformis. Ini lebih sering mengenai wanita daripada pria. Nyeri yang dirasakan penderita secara tiba-tiba seperti rasa terbakar atau bersifat tajam dan sakit pada malam hari. Sehingga penderita tidak dapat tidur. Nyeri bertambah apabila saraf tersebut mengalami penekanan saraf. Penyebaran rasa sakitnya dimulai dari daerah lumbal, hip joint kemudian menyebar kearah bawah. Cara berjalan penderita dengan ujung jari kaki plantar flexi ankle, hip dan knee dalam keadaan flexi juga sehingga nampak penderita jalan dalam keadaan pincang. Pasien tidak bisa berdiri lama sehingga terjadi kelainan sikap berdiri pada penderita (pelvic tilting) yang mengakibatkan terjadinya kompensasi lumbal.

2.4. Patofisiologi IschialgiaBangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.

2.5. Manifestasi KlinikYang harus diperhatiakan dalam anamnesa antara lain:1. Lokasi nyeri, sudah berapa lama, mula nyeri, jenis nyeri (menyayat, menekan, dll), penjalaran nyeri, intensitas nyeri, pinggang terfiksir, faktor pencetus, dan faktor yang memperberat nyeri.2. Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan didalam subarachnoid seperti batuk, bersin dan mengedan memprivakasi terasanya ischialgia diskogenik3. Faktor trauma hampir selalu ditemukan kecuali pada proses neoplasma atau infeksiSciaticaatau ischialgiabiasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang bisa menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan menekuk punggung atau duduk.Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah:a. Nyeri punggung bawahb. Nyeri daerah bokongc. Rasa kaku/ terik pada punggung bawahd. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang di rasakan daerah bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit.e. Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.f. Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat.g. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.h. Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.i. Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan Achilles (APR).j. Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.k. Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat2.6 Penatalaksanaan FisioterapiAsesmen merupakan proses pengumpulan data baik data pribadi maupun data pemeriksaan pasien yang kemudian menjadi dasar dari penyusunan program terapi dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien serta lingkungan sekitar pasien. Assesment sangat penting dalam proses fisioterapi. Assesment dapat membantu, fisioterapi mengidentifikasikan permasalahan yang ada. Kemudian hasil dari identifikasi ini akan menjadi dasar untuk menentukan rencana dan program fisioterapi, mengevaluasi perkembangan penderita dan dengan assesmen pula akan diketahui metode yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penderita. Langkah-langkah yang dilakukan dalam asesmen meliputi:2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.5.1 AnamnesisAnamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara terapis dengan sumber data. Dilihat dari segi pelaksanaannya anamnesis dibedakan atas dua yaitu: Autoanamnesis, merupakan anamnesis yang langsung ditujukan kepada pasien yang bersangkutan Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan terhadap orang lain yaitu keluarga, teman, ataupun orang terdekat dengan pasien yang mengetahui keadaan pasien tersebut. Anamnesis yang akan dilakukan berupa 2.5.1.1 Anamnesis Umum Anamnesis ini berisi tentang : 1. Nama, 2. Tempat tanggal lahir(umur), 3. Alamat, 4. Pekerjaan,5. Pendidikan terakhir,6. Hobi,7. Diagnosis medik. Identitas pasien harus diisi selengkap mungkin bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam pemberian tindakan.

2.5.1.2 Anamnesis Khusus1. Keluhan Utama Keluhan utama merupakan alasan pasien datang ke fisioterapi. Keluhan utama pasien dijadikan sebagai acuan dalam menggali informasi lebih dalam, melakukan pemeriksaan, dan pemberian tindakan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang Menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan keluhan utama yaitu perjalanan penyakit sejak timbul keluhan samapai dilakukan intervensi fisioterapi sekarang. Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan utama, yang berisi riwayat perjalanan penyakit secara kronologis dengan jelas dan lengkap serta keterangan tentang riwayat pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya dan hasil yang diperoleh. Hal ini bertujuan sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan serta pemberian tindakan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit yang berhubungan tidak langsung ataupun tidak berhubungan sama sekali dengan keluhan utama. Meliputi penyakit diabetes melitus, hipertensi, gangguan jantung atau penyakit lainnya. Pernah dirawat di rumah sakit atau tidak, dimana, kapan, dan berapa lama. Hal ini perlu diketahui karena ada beberapa penyakit yang sekarang dialami ada hubungannya dengan penyakit yang pernah dialami sebelumnya serta sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan cara dan toleransi latihan.

4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit yang sama seperti pasien yang diderita oleh anggota keluarga lain.

5. Riwayat PsikososialRiwayat psikososial pada kasus neuromuskular meliputi pekerjaan, aktifitas sehari hari, dengan siapa pasien tinggal dan berapa jumlah anggota keluarga pasien, serta biaya pengobatan pasien.

2.5.2 Pemeriksaan 2.5.2.1 Pemeriksaan Umum:1. Cara datang: Mandiri atau menggunakan alat bantu2. Kesadaran Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi : Compos Mentis atau conscious, yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi berupa orang, tempat, waktu, memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal. Somnolen atau Obtundasi, Letargi, yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang atau mudah dibangunkan tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. Stupor atau soporo koma, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri. Coma atau comatos, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun atau tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya.3. Tensi atau Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah meregang. Sedangkan, tekanan diastolik adalah tekanan darah yang digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung dan merupakan nilai terendah yang dicapai. Tabel 1 Tekanan darahSistolikDiastolic

Pada Masa Bayi70 9050

PAda Masa Anak Anak80 - 10060

Selama Masa Remaja90 11060

Dewasa muda110 12560-80

Umur Lebih Tua130 15080 - 90

(Nilai tekanan Darah Normal (dalam mm hg)

4. Nadi Suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa keluar jantung. Mudah di raba di tempat arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Kecepatan denyut jantung berbeda beda sesuai dengan kondisi individu: Pada bayi baru lahir140

1 tahun pertama120

2 tahun110

Umur 5 tahun96-100

Pada umur 10 tahun80-90

Pada orang dewasa 60-80

Tabel 2 Nadi Normal

5. Respiratory RateKecepatan pernafasan diukur pada saat satu kali inspirasi dan ekspirasi. Bernafas secara normal diidentifikasikan dengan ekspirasi yang menyusul inspirasi dan kemudian terdapat jeda sebentar. UmurKecepatan normal pernafasaan tiap menit

Bayi baru lahir30 40

1 tahun30

1-5 tahun24

Orang dewasa10-20

Tabel 3 Respiratori Rate normal

6. Status Gizi Body Mass Index atau BMI atau dalam bahasa Indonesia disebut Index Masa Tubuh atau IMT adalah sebuah ukuran berat terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight yaitu kekurangan berat badan, Overweight yaitu kelebihan berat badan dan Obesitas yaitu kegemukan. Rumus atau cara menghitung BMI sangat mudah, yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter yaitu kg/m.Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Berat badan (Kg) IMT = -----------------------------[Tinggi badan (m)] 2

Gambar 5 Klasifikasi Body Mass Indeks

7. Suhu Badan Pemeriksaan suhu badan bisa menggunakan punggung tangan. Afebris berarti dalam batas normal, subfebris berarti demam yang tidak tinggi atau saat dipalpasi terasa hangat, febris berarti demam.

2.5.2.2 Pemeriksaan Khusus1. InspeksiFase observasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dari penglihatan atau penampilan. Berlangsung mulai dari pasien berjalan dari ruang tunggu sampai masuk dan di periksa di dalam ruangan pemeriksaan. Pada buku orthopaedic Physical Assesment, David Magee mengatakan hal hal yang harus di periksa dalam fase inspeksi adalah: Pola jalan Postur dan alignment Deformitas Luka atau tanda tanda cidera Krepitasi atau bunyi yang tidak normal dari sendi Tanda radang. Ekspresi Pola gerakan abnormal atau tidak

2. Palpasi Suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari-jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi, dan ukutan rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi untuk menemukan yang tidak terlihat

3. Move Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat.Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas. Pemeriksaan gerak dapat di lakukan dengan 2 cara :a. Active Movement Secara aktif dilakukan oleh pasien. Menunjukkan gerakan fisiologi. Hal hal yang di perhatikan dalam pemeriksaan gerak aktif yaitu dimana dan kapan nyeri muncul, gerakan seperti apa yang ameningkatkan rasa nyeri dari pasien, pola gerakan dan gerak kompensasi pasien, ritme gerakan yang dapat di lakukan pasien. Selain itu dapat juga menunjukkan motivasi pasien untuk menggerakkan tubuhnya Gerakan aktif yeng terbatas juga mengidentifikasikan adanya masalah pada sendi.

b. Passive movement Gerak pasif di lakukan oleh terapis atau pemeriksa. Gerakan pasif menunjukkan gerak anatomi. Dengan menggerakkan pasien secara pasif, terapis dapat merasakan hyper atau hypo mobility dari suatu sendi. Dalam pemeriksaan gerak pasif yang harus dinilai oleh terapis adalah kapan dan dimana muncul nyeri dan end feel dari gerakan serta ROM gerakan yang dapat di capai oleh pasien

Dalam pemeriksaan gerak, aspek lain yang di lihat adalah:

1. VAS (Visual Analog Scale)Visual Analog Scale adalah skala yang digunakan untuk menentukan tingkatan nyeri. Pasien diminta mendeskripsikan rasa sakitnnya dengan menentukan nilai dari 1-10. Pasien dapat dengan bebas mengekspresikan rasa nyeri yang mereka rasakan.

2. MMTDerajat dari MMT di nilai dalam angka dari 0 sampai dengan 5. Derajat yang diberikan menggambungkan antara faktor subjektif dan objektif. Faktor subjektif adalah penilaian penguji pada tahanan yang di berikan pada pasien dalam test. Sedangkan faktor objektif adalah kemampuan pasien untuk memenuhi ROM atau melawan tahanan dan gravitasi.

GradeTerbilangKeterangan

0ZeroTidak ada pergerakan otot, baik secara palpasi atau visual

1TracePenguji dapat mendeteksi adanya kontraksi dari satu atau lebih otot yang berpasrtisiapasi dalam menimbulkan sebuah gerakan yang sedang di uji baik secara palpasi atau terlihat. Namun tidak ada pergerakan dari sendinya

2PoorOtot dapat memenuhi full ROM dalam posisi yang gaya gravitasinya minimal. Biasanya dalam posisi horizontal

3FairOtot atau group otot dapat memenuhi ROM penuh dan dapat melawan tahanan dari gravit dari gravitasi saja.

4GoodDapat memenuhi ROM full dan melawan gravitasi serta dapat melawan tahanan tanpa berhenti di tengah tengah ROM.

5NormalDapat mmemenuhi ROM dan melawan tahanan maksimal

Tabel 4 MMT (Worthingham, 2002)

3. ROM Merupakan pemeriksaan dasar untuk menilai pergerakandan mengidentifikasikan masalah gerak untuk intervensi. Ketika sendi bergerak dengan ROM yang full atau penuh, semua struktur dalam region sendi tersebut mulai dari otot, ligament, tulang dan fasia ikut terlibat di dalamnya. Pengukuran ROM di lakukan dengan gonio untuk menilai ROM dalam derajat Range dari otot berhubungan dengan fungsi dari otot itu sendiri, tujuan dari pengukuran ROM adalah untuk: Menentukan lim,itasi dari fungsi atau adanya potensi dari deformitas Menentukan mana range yang harus di tingkatkan Menentukan apakah di perlukannya penunjang atau alat bantu Menegakkan pemeriksaan secara objektif. Merekam peogressif atau regressif dari kelainan sendi

Gambar 6 Range of Motion Tubuh; Evaluation of Joint Range of Motion, Lorraine Williams Pedretti

4. Tes-tes Khususa) Tes SensibilitasSerupakan serangkaian tes yang bertujuan mengenali tanda dan gejala kelainan sensoris, dan mampu melakukan terapi pada defisit sensori.Tes ini berpatokan pada area dermatome untuk menentukan letak defisit sensibilitas.Dermatome adalah daerah pada kulit yang dipersarafi oleh akson sensoris didalam radiks saraf segmental.Level sensoris adalah dermatome terendah dengan sensoris yang normal dan dapat dibedakan pada kedua sisi tubuh. Berikut adalah area dermatome yang dapat dinilai (Dermatome Chart):

Gambar 7 Dermatome ChartTes yang dilakukan adalah : Raba Ringan Raba Tekan Dikriminasi Tajam/TumpulAlat yang harus dipersiapkan dalam rangkaian tes ini adalah, kapas atau tissue halus, klip kertas, dan pulpen yang tidak tajam. Pasien diminta untuk menutup mata dalam melakukan tes ini, dan pasien diminta untuk menggambarkan apa yang ia rasakan selama menjalani tes. Macam macam gangguan sensibilitas:a) Anestesia adalah perasa raba yang hilang sama sekali.b) Hipestesia adalah perasa raba yang berkurang.c) Analgesia perasa nyeri yang hilang sama sekali.d) Hipalgesia adalah perasa nyeri yang berkurang.e) Thermanestesia adalah perasa suhu yang hilang sama sekali.f) Thermhipestesia adalah perasa suhu yang berkurang.

b) Tes Laseque (Straight Leg Raising Test= SLRT)Tungkai penderita diangkat secara perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90.

Gambar 8 Straight Leg test with dorsoflexion ankle

Gambar 9 Straight Leg Raising Test with flexion cervicalc) Tes PattrickDilakukan dengan fleksi, abduksi, eksorotasi, dan ekstensi. Karena gabungan gerakan tersebut, sendi panggul teregang, sehingga jika tindakan Patrick menimbulkan nyeri di daerah bokong atau sepanjang perjalanan nervus iskiadikus atau di coxae, maka proses patologiknya dicari di sendi panggul ipsilateral. (Alfan, M.C., 2010)c) Tes Co-PatrickDilakukan gerakan fleksi, aduksi, endorotasi, dan ekstensi sehingga teregangnya sendi sakroiliaka. Tes Kontra Patrick (-) menandakan tidak adanya kelainan pada sendi sakroiliaka. (Alfan, M.C., 2010)

2.5.3 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Gambaran Radiologik MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf.

2.5.4 1.Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan PrioritasUrutan masalah didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik baik pemeriksaan umum maupun pemeriksaan khusus dan juga keluhan dari pasien itu sendiri berdasarkan prioritas.

2. Diagnosa Fisioterapi Diagnosa fisioterapi ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi yang menyatakan hasil dari proses pertimbangan atau pemikiran klinis dapat berupa pernyataan disfungsi gerak, dapat meliputi kategori kelemahan, limitasi fungsi kemampuan atau ketidakmampuan atau syndrome atau gejala-gejala lainnya.

2.5.5 Program Pelaksanaan Fisioterapi1. Pengumpulan data program Fisioterapi dari dokter Rehabilitasi MedikMerupakan program yang disusun oleh dokter Rehabilitasi Medik yang bersangkutan.

2. Tujuan a. Tujuan Jangka PendekTujuan jangka pendek biasanya dibuat berdasarkan prioritas masalah yang utama.Dalam membuat Tujuan jangka Pendek ini harus disertai dengan bagaimana tujuan/ rencana tersebut akan dicapai,alokasi waktu pencapaian,dan kondisi-kondisi seputar pasien dan lingkungan yang memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai.b. Tujuan Jangka Panjang.Tujuan yang dibuat berdasarkan prioritas masalah,tetapi bukan masalah utama/segera.Tujuan jangka Panjang harus sesuai realistis sesuai dengan patologi dan kondisi pasien.

3. Metode Pemberian FisioterapiBerisikan tentang semua terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan masalah fisioterapi, yang terdapat dalam metoda ini adalah jenis latihan, metoda latihan, dosis (intensitas, durasi, frekuensi) dan keterangan. 4. Uraian Tindakan FisioterapiA. William back exercise 1) PengertianWilliam flexion exercise diperkenalkan oleh Dr. Paul Williams pada tahun 1937. Pada tahun 1937, program latihan ini banyak ditujukan pada pasien-pasien kronik LBP dengan kondisi degenerasi corpus vertebra sampai pada degenerasi diskus. Program latihan ini telah berkembang dan banyak ditujukan pd laki2 dibawah usia 50-an & wanita dibawah usia 40-an yang mengalami lordosis lumbal yang berlebihan, penurunan space diskus antara segmen lumbal, & gejala-gejala kronik LBP.William flexion exercise adalah program latihan yang terdiri atas 7 macam gerak yang menonjolkan pada penurunan lordosis lumbal (terjadi fleksi lumbal). William flexion exercise telah menjadi dasar dalam manajemen nyeri pinggang bawah selama beberapa tahun untuk mengobati beragam problem nyeri pinggang bawah berdasarkan temuan diagnosis. Dalam beberapa kasus, program latihan ini digunakan ketika penyebab gangguan berasal dari facet joint (kapsul-ligamen), otot, serta degenerasi corpus dan diskus.Tn. William menjelaskan bahwa posisi posterior pelvic tilting adalah penting untuk memperoleh hasil terbaik.

2) Tujuan Tujuan william flexion exercise adalah untuk mengurangi nyeri, memberikan stabilitas lower trunk melalui perkembangan secara aktif pada otot abdominal, gluteus maximus, dan hamstring, untuk menigkatkan fleksibilitas/elastisitas pada group otot fleksor hip dan lower back (sacrospinalis), serta untuk mengembalikan/menyempurnakan keseimbangan kerja antara group otot postural fleksor & ekstensor.

3) Indikasi dan KontraindikasiIndikasi dari William Flexion Exercise adalah spondylosis, spondyloarthrosis, dan disfungsi sendi facet yang menyebabkan nyeri pinggang bawah. Kontraindikasi dari William Flexion Exercise adalah gangguan pada diskus seperti disc. bulging, herniasi diskus, atau protrusi diskus.

4) Prosedur PelaksanaanAdapun prosedur pelaksanaan William Flexion Exercise (Paul Hooper, 1999) adalah sebagai berikut :a) Latihan I (pelvic tilting)Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi & kaki datar diatas bed/lantai. Datarkan punggung bawah melawan bed tanpa kedua tungkai mendorong ke bawah. Kemudian pertahankan 5 10 detik.

Gambar 10 Teknik Latihan I William Flexion Exercise

b) Latihan II (single knee to chest)Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi & kaki datar di atas bed/lantai. Secara perlahan tarik knee kanan kearah shoulder & pertahankan 5 10 detik. Kemudian diulangi untuk knee kiri dan pertahankan 5 - 10 detik.

Gambar 11 Teknik Latihan II William Flexion ExerciseSumber : www.backtrainer.com/william-flexion-versus-mckensie-extension-exercise-for-low-back-pain.html

c) Latihan III (double knee to chest)Mulai dengan latihan sebelumnya (latihan II) dengan posisi pasien yang sama. Tarik knee kanan ke dada kemudian knee kiri ke dada dan pertahankan kedua knee selama 5 10 detik. Dapat diikuti dengan fleksi kepala/leher (relatif) kemudian turunkan secara perlahan-lahan salah satu tungkai kemudian diikuti dengan tungkai lainnya.

Gambar 12 Teknik Latihan III William Flexion ExerciseSumber : www.backtrainer.com/william-flexion-versus-mckensie-extension-exercise-for-low-back-pain.html

d) Latihan IV (partial sit-up)Lakukan pelvic tilting seperti pada latihan I. Sementara mempertahankan posisi ini angkat secara perlahan kepala dan shoulder dari bed/lantai, serta pertahankan selama 5 detik. Kemudian kembali secara perlahan ke posisi awal

Gambar 13 Teknik Latihan IV William Flexion Exercise Sumber : www.backtrainer.com/william-flexion-versus-mckensie-extension-exercise-for-low-back-pain.html

e) Latihan VII (squat)posisi kedua kaki paralel dan kedua shoulder disamping badan. Usahakan pertahankan trunk tetap tegak dengan kedua mata fokus ke depan & kedua kaki datar diatas lantai. Kemudian secara perlahan turunkan badan sampai terjadi fleksi kedua knee.

Gambar 14 Teknik Latihan V William Flexion ExerciseSumber : www.backtrainer.com/william-flexion-versus-mckensie-extension-exercise-for-low-back-pain.htmlSumber : www.backtrainer.com/william-flexion-versus-mckensie-extension-exercise-for-low-back-pain.html

B. Stretching HamstringStretching hamstring merupakan salah satu teknik terapi latihan yang dirancang untuk mengulur otot hamstring yang memendek secara patologis yang salah satu tujuannya adalah untuk menambah LGS.Indikasi stretching :1. Menambah LGS karena kontraktur, perlengketan dan pembentukan jaringan parut, timbul pemendekan otot.2. LGS terbatas karena deformitas struktur tulang3. Aktifitas fungsionil yang salah sehingga menyebabkan kontrakturProsedur stretching hamstring : Posisi pasien : tidur telentang Posisi terapis : disisi pasien Aplikasi : terapis melakukan stretching hamstring kearah fleksi hip, handling pada calcaneal, fiksasi pada lutut sisi kontralateral, ditahan 6-8 detik, dilakukan 6-8x bergantian kanan dan kiri.C. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah prosedur modulasi rasa nyeri yang paling efektif. Seluruh syaraf yang berada 4 cm dibawah kulit dapat di stimulasi dengan menggunakan elektroda yang di pasang di permukaan kulit. Elektroda tersebut terhubung dengan alat stimulasi bertenaga baterai yang berukuran kecil dan dapat memberikan aliran listrik yang berkelanjutan. Frekuensi dan durasi dari stimulasi listrik berbeda di tiap alat , tetapi kekuatannya dapat di atur oleh pasiennya sendiri. Pasien dapat meningkatkan kekuatan stimulasi sampai getaran yang cukup nyaman dirasakan pada area syaraf yang sedang di stimulasi. TENS merupakan alat stimulasi yang mengubah arus listrik untuk digunakan dalam terapi. Fungsi TENS adalah sebagai penghilang rasa nyeri, baik nyeri akut maupun nyeri kronis. TENS dapat memodulasi nyeri dengan dua cara, yaitu menstimulasi serabut afferent berdiameter besar dengan mekanisme gerbang control dan memodulasi nyeri melalui mekanisme endogenous opiate. a. Indikasi TENS adalah: Kontrol nyeri akut atau kronik Manajemen nyeri post operasi Mengurangi nyeri akut post trauma

b. Kontraindikasi TENS adalah: Nyeri yang berasal dari pusat Nyeri yang tidak diketahui asalnya Disability cardiac Cancer Infeksi Pendarahan Pasien dengan pacemaker Luka terbuka Gangguan sensoris Pasien menggunakan bahan metal

c. PenempatanElektroda: Disekitarlokasinyeri Penempatan di Dermatome Area trigger pointdanmotor point Penempatan level spinal cord Penempatan kontralateral

d. Cara Kerja TENS : Tingkat analgesia-sensoris yaitu frekuensi50-150Hz, durasipula150mikrodetik Persiapan pasien (kulita harus bersih dan bebas dari lemak, lotion, krim dll), periksa sensasi kulit, lepaskan semua metal di area terapi, jangan menstimulasi pada area dekat/langsung di atas fraktur yang baru/nonunion, di atas jaringan parut baru dan kulit baru Namun tidak semua pasien dapat langsung menggunakan TENS, sebagai pengobatan. Seperti pada pasien sehabis melakukan operasi tendon transverse sebelum 3 minggu tidak boleh di terapi menggunakan TENS.

2.5.6 Evaluasi 2.5.6.1 Evaluasi Hasil Terapi Evaluasi dilakukan sesaat melakukan tindakan, dan setelah dilakukan tindakan fisioterapi. Jika pasien mengalami kemajuan dari sebelumnya maka evaluasi ditulis dalam format Subjektif, Objektif, Assesmen, Planning.2.5.6.2 Jadwal Evaluasi Ke Dokter Jadwal evaluasi ke Dokter 4 atau 6 kali setelah terapi

UNIVERSITAS INDONESIAPROGRAM VOKASIBIDANG STUDI KEDOKTERANPROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FORMULIR FISIOTERAPI

Nama Fisioterapi:Hindun Chotami Sst.FT Peminatan : FT C NeuromuskularNama Dokter : dr. Selly Christina Sp.KFRRuangan:Ruang Tindakan FisioterapiNomer Registrasi : 130 41 25

I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S)Nama Inisial: Ny. USTempat & tgl lahir: Jakarta, 20 Februari 1958 (55 tahun)Alamat: Jakarta Pendidikan Terakhir: SMPPekerjaan: Ibu rumah tanggaHobi: Membaca BukuDiagnosa Medik: IschialgiaTanggal Pemeriksaan: Senin, 17 Februari 2014

II. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)KU : Nyeri pada pinggang menjalar hingga kedua tungkaiRPS : Nyeri pada pinggang sudah dirasakan pasien sejak beberapa tahun lalu namun tidak pernah diperiksa. 1 tahun yang belakangan kedua tungkai terasa sakit didahului oleh nyeri pinggang. Nyeri dirasakan saat duduk, jalan , berdiri lama dan perpindahan posisi lalu os berobat ke RS Persahabatan ke poli saraf. Lalu dikonsulkan ke rehabilitasi medik.Saat ini pasien sudah menjalani terapi yang ke- 6 namun nyeri masih dirasakan setiap hari disertai kesemutan.sensasi nyeri?/

RPD : Jantung sejak 2013 (terkontrol)RPK : Jantung (dari ayah)R.Psi :Pasien tinggal bersama suami dan 3 orang anak. Pasien seorang ibu rumah tangga

III. PEMERIKSAAN (O)a. Pemeriksaan Umum 45

Cara datang : Mandiri Kesadaran :Compos Mentis Kooperatif Tensi : 100/90 mmHg..??? Nadi : 84 x/menit

b. Pemeriksaan KhususINSPEKSI:Pola jalan : short leg gaitPostur pasien : Dari depan : bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri, body arm distance kiri lebih lebar dan clavicula simetrisDari samping kanan / kiri : hyperlordosis lumbalDari belakang : kanan lebih rendah dari bahu kiri scoliosis?Tidak terlihat tanda tanda radang seperti kemerahan dan oedem pada upper extremity dan lower extremity.Pelvic tilt ?besar tungkai?PALPASI :Tidak ada oedema, Suhu lokal di lumbal normal,Terdapat spasme pada otot paralumbal dan hamstring,Nyeri tekan pada otot paralumbal.

RR : 18 x/menit Suhu : Afebris BB: 65 Kg TB: 155 cm IMT=Status Gizi: Kesan Berlebih

MOVE :NOSENDIGERAKVASMMTROMKETERANGAN

AKTIFPASIF

DXSINDXSINDXSINDXSIN

1TrunkFleksi74750750

Ekstensi74300310

Lateral Fleksi8634200350200360

RotasiNTNTNTNTNTNTNTNT

2HipFleksi50441200130012501320

Ekstensi0044300300310320

Abduksi5545300200310220

Adduksi5555120200140210

Endorotasi0055350350370370

Eksorotasi0055450450480480

3KneeFleksi00551300130013501350

Ekstensi005500000000

4AnkleDorso Fleksi0055300250320280

Plantar Fleksi0055400450410480

Inversi0055350300360330

Eversi0055300200310220

Tabel 5 Hasil Pemeriksaan GerakKet.: NT = Not tested (Tidak diukur)

ANTHROPOMETRI :

Panjang tungkai:DextraSinistra

Panjang90 cm88,5 cm

Tabel 6 Hasil Pengukuran Panjang Tungkai

Ket.: Pengukuran dimulai dari umbilicus sampai maleolus lateralis masing2 tungkai.Kesimpulan: Terdapat selisih perbedaan panjang tungkai kanan dan kiri sebesar 1,5 cm.

TES KHUSUSTesLE SinistraLE Dextra

Laseque--

Bragard-+

Neri+-

Patrick-+

Copatrick-+

Tabel 7 Hasil Pemeriksaan Tes KhususKet.: - = Negatif + = Positif

IV. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak Ada1. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN PRIORITAS Nyeri menjalar dari pinggang hingga kedua kaki, Nyeri tekan pada m. paralumbal, Nyeri gerak pada flexi, ekstensi dan lateral flexi dextra serta sinistra pada trunk, Spasme otot paralumbal dan hamstring, Gangguan postur.

2. DIAGNOSA FISIOTERAPIGangguan gerak dan fungsi pada trunk serta kedua tungkai akibat nyeri, spasme otot dan gangguan postur terkait ischialgia ec spinal stenosis.

V. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI (P)1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik30 Desember 2013: Tens L5 dan Dorsum pedis sinistra Static strengthening tungkai bilateral2. Tujuan a. Tujuan Jangka Pendek : Mengurangi nyeri menjalar, Mengurangi nyeri gerak, Mengurangi spasme otot, Correct posture,b. Tujuan Jangka PanjangOs dapat menjalankan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.c. Metode Pemberian Fisioterapi

NOJENISMETODADOSISKETERANGAN

1Modalitas TENSAnalgesia nyeri(Co-planar)

I:Arus bi-symmFase durasi : 160 sFrekuensi : 80 HzIntensitas : 23 mAD:15 menitF: 4 x terapi (seminggu 3 x)Untuk mengurangi nyeri pada tungkai

2ExerciseStretchingHamstringI : 10 x repetisi (tahanan 6 detik)D : 5 menitF : 2 x sehariMengurangi spasme otot hamstring

3ExerciseWilliam back exerciseI:10 x repetisi (6 hitungan)D:10 menitF:2 x sehariMengurangi spasme otot paralumbal, memelihara atau meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan dan menjaga LGS, peregangan , dan koreksi postur.

\

Tabel 8 Metode Pemberian Fisioterapi

d. Uraian Tindakan Fisioterapia) Modalitas TENSPosisi pasien: Terlentang / Supine Lying PositionPosisi terapis: Di sebelah kanan pasienTatalaksana : Cek alat, siapkan alat, bebaskan area tungkai yang akan di terapi. Atur arus bi-symm, Fase durasi : 160 s, Frekuensi : 80 Hz, dan treatment time : 15 menit, pasang dua pad elektroda.

b) Stretching hamstring Posisi Pasien : Telentang di atas bed Posisi Terapis: Berdiri di samping os Tatalaksana: Jelaskan tujuan latiahan dan sensasi yang akan dirasakan pasien, Instruksikan pasien agar tidak menahan nafas selama latihan, Handling terapis berada di ankle os dengan posisi ankle diletakan di bahu terapis, Fiksasi terapis berada di proksimal anterior knee dan tungkai kontralateral, Arahkan gerakan ekstensi knee dan fleksi hip untuk mengulur otot hamstring, Gerakan ditahan selama 6-8 detik dan dilakukan sebanyak 6-8 kali repetisi.

c) William back exercise (kontraindikasi)Posisi pasien : Tidur terlentangPosisi terapis: Di sebelah kanan pasienTatalaksana : Pelvic tilt : Jelaskan tujuan latihan dan yang akan dirasakan OS, Instruksikan agar OS tidak menahan nafas selama latihan, Instruksikan OS untuk menekuk kedua lutut, Lalu instruksikan OS meletakkan tangannya di bawah pinggang OS, Instruksikan OS untuk menekan pinggangnya kebawah menekan tangan OS, Lalu tahan 6-8 detik dan diulangi 6-8 kali repetisi, Knee to chest : Jelaskan tujuan latihan dan yang akan dirasakan OS, Instruksikan agar OS tidak menahan nafas selama latihan, Instruksikan OS untuk tetap menekan pinggangnya kebawah dan menekuk, lutut kirinya ditarik ke arah dada hingga otot paralumbal OS terulur, Di tahan 6-8 detik dan diulangi 6-8 kali repetisi, Lakukan juga pada tungkai kanan.Double knee to chest : Jelaskan tujuan latihan dan yang akan dirasakan OS, Instruksikan agar OS tidak menahan nafas selama latihan, Instruksikan OS untuk tetap menekan pinggangnya kebawah dan menekuk kedua lututnya ditarik ke arah dada hingga otot paralumbal OS terulur, Di tahan 6-8 detik dan diulangi 6-8kali repetisi .

e. Program untuk di rumah1) Mengulangi latihan yang telah diajarkan oleh terapis : 2) Proper Body Mechanic :a) Duduk dengan pola yang baik,b) Tidur dengan pola yang baik,c) Angkat barang berat dengan posisi yang benar,d) Hindari menggendong anak atau cucu yang terlalu lama.3) Edukasi a) Menghindari duduk terlalu lama. Biasakan bergerak beberapa jam sekali seperti berdiri, jalan, dsb,b) Menggunakan pijakan tambahan untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi,c) Memakai sol setebal 1,5 cm pada kaki kiri ketika memakai sepatu.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanIschialgia merupakan salah satu manisfestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan karena adanya penjepitan nervus ischiadicus. Ischialgia adalah nyeri yang menjalar kebawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadikus. Ischialgia itu sendiri adalah Sebuah gejala yaitu bahwa pasien merasakan nyeri pada tungkai yang menjalar dari akar saraf kea rah distal perjalanan nervus ischiadikus sampai tungkai bawah.Intervensi fisioterapi yang dapat diberikan untuk penderita Ischialgia ada 2 macam yaitu dengan menggunakan alat modalitas yaitu TENS yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan terapi latihan yang diberikan adalah stretching hamstring yang bertujuan untuk mengurangi spasme hamstring dan juga william back exercise yang bertujuan untuk meregangkan otot-otot paralumbal.

4.2 SaranDi dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi para pembaca agar penulisan makalah berikutnya dapat lebih baik. Adapun saran tersebut berupa :1. 2. 3. 4. 4.1. 4.2. 4.2.1. Bagi pasienPasien dianjurkan rutin melakukan home program yang sudah disarankan, yaitu active exercise. Home program ditujukan untuk mempercepat tercapainya tujuan terapi, baik tujuan jangka pendek maupun panjang.4.2.2 Bagi keluarga pasienDukungan dan bantuan setiap anggota keluarga sangat dibutuhkan selama proses pelaksanaan home program demi tercapainya tujuan jangka pendek maupun panjang serta meningkatkan semangat pasien dalam melaksanakan home program dan proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfan, M.C. (2010). Nyeri Pinggang Menjalar ke Tungkai. Dipetik 2 Maret 2014 dari http://panmedical.wordpress.com/Anthoy, Amato. (2008). Neuromuscular Disorders. New York: Mc Graw Hill MedicalDe Wolf, A.N. dkk. (1990). Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh; Diagnosis Fisis dalam Praktek Umum. Houten: Hibsat. (2012). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Penderita Ischialgia. Dipetik 19 Februari 2014 dari http://fisioq.blogspot.com/2012/02/penatalaksanaan-fisioterapi-pada.html. Kurniawati. 2010. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Ischialgia Dextra Di Rumah Sakit Dr. Soedjono Magelang. Surkarta: Universitas Muhammadiyah SurakartaMoore, Keith L. (2002). Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.Munandar, A. (1995). Anatomi Alat Gerak dan Ilmu Gerak, Edisi I, cet VII. Jakarta :EGC.Pearce, E. C. (2011). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.Ratnasari, Dian dkk. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi pada SCI Paraplegi terkait Limfoma Non Hodgkin.. Makalah pada Komprehensif Kasus Praktek Klinik I Fisioterapi UI, Jakarta.Ropper, H.A. (2009). Adams and Victor's Principles of Neurology. United States of America: The McGraw-Hill Companies.Snell, R. S. (2006). Clinical Neuroanatomy. Philadelphia: Lippincott Williams and WillkinsAgus Mahadewa, Tjokorda Gde. (2013). Saraf Perifer; Masalah dan Penanganannya.. Jakarta: Kedokteran IndeksWilkinson, Ian dkk. (2005). Essential Neurology. Australia: Blackwell Publishing.