ft acra 8+14

40
laporan praktikum Perkecambahan Gelap dan Terang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidka adanya perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Elisa, 2013). Perkembangan memerlukan suhu yang cocok, banyaknya ir yang memadai, dan persediaan oksigen yang cukup. Periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji sebagai contoh, biji buah apel hanya dapat berkecambah setelah masa dingin yang lama. Ada bukti bahwa perkecambahan kimia terbentuk di dalam bijinya ketika terbentuk. Pencegahan ini lambat laun akan dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya membaik (Latunra, 2013). Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara (dalam bentuk uap air ataupun embun). Efek yang terjadi membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji yang melunak (Anonim, 2013). Berdasarkan pernyataan di atas, percobaan mengenai Perkembangan Kecambah Dalam Gelap dan Terang dilaksanakan.

Upload: khalid

Post on 24-Nov-2015

99 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

laporan praktikum Perkecambahan Gelap dan TerangBAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangPada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidka adanya perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Elisa, 2013). Perkembangan memerlukan suhu yang cocok, banyaknya ir yang memadai, dan persediaan oksigen yang cukup. Periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji sebagai contoh, biji buah apel hanya dapat berkecambah setelah masa dingin yang lama. Ada bukti bahwa perkecambahan kimia terbentuk di dalam bijinya ketika terbentuk. Pencegahan ini lambat laun akan dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya membaik (Latunra, 2013).Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara (dalam bentuk uap air ataupun embun). Efek yang terjadi membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji yang melunak (Anonim, 2013).Berdasarkan pernyataan di atas, percobaan mengenai Perkembangan Kecambah Dalam Gelap dan Terang dilaksanakan.I.2 Tujuan PercobaanMempelajari pengaruh cahaya terhadap perkembangan kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus dalam gelap dan terang.I.3 Waktu dan TempatPercobaan ini dilakukan pada hari Selasa, 13 Maret 2012, pukul 14.30 -17.30 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan selama 7 hari di Laboratorium botani.BAB IITINJAUAN PUSTAKAPertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel; dapat pula disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif (Anonim, 2013).Tumbuhan bertambah tinggi dan besar disebabkan oleh dua hal. Pertama, pertambahan jumlah sel sebagai hasil pembelahan mitosis pada meristem (titik tumbuh) di titik tumbuh primer dan sekunder. Kedua, pertambahan komponen-komponen seluler dan adanya diferensiasi sel. Misalnya penyerapan air ke dalam vakuola yang menyebabkan sel membesar serta terbentuknya jaringan, organ, dan individu melalui proses diferensiasi sel dan atau / spesialisasi (Anonim, 2013).Perkecambahan adalah tumbuhnya embrio dalam biji secara perlahan menjadi tumbuhan dewasa. Perkecambahan dipengaruhi oleh faktor eksternal (kadar air, suhu, oksigen, dan cahaya) dan faktor internal (hormon, kematangan embrio, dann sifat dormansi biji) (Suhendar, 2013).Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara (dalam bentuk uap air ataupun embun). Efek yang terjadi membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji yang melunak (Latunra, 2013).Mengukur pertumbuhan diperlukan pengukuran volume pertumbuhan. Volume pertumbuhan sangat bergantung terhadap perubahan status air di dalam pertumbuhan. Dua pertumbuhan yang sama pertumbuhannya, dapat berbeda volumenya jika yang satu diukur dalam keadaan turgor dan yang lain diukur dalam keadaan layu. Oleh karena itu, pengukuran pertumbuhan sering dilakukan dengan mengukur panjang, lebar, dan luas (Latunra, 2013).Perkembangan bakal biji terbagi atas perkembangan endosperm, perkembangan embrio, dan struktur biji yang matang. Pada perkembangan endosperm, endosperm tumbuh dan berkembang lebih dahulu dibandingkan pertumbuhan dan perkembangan embrio. Endosperm kaya akan cadangan makanan. Cadangan makanan tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio (Aryulina, 2007).Pertumbuhan dan perkembangan embrio diawali dengan pembelahan zigot secara mitosis menghasilkan sel basal dan sel terminal. Sel basal berkembang menjadi suspensor yang berfungsi sebagai penghubung antara embrio dan kulit bakal biji, serta mengalirkan nutrisi dari tumbuhan induk atau endosperm. Sel terminal berkembang menjadi proembrio yang melekat pada suspensor. Embrio berkembang membentuk ujung batang dan ujung akar (Aryulina, 2007).Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena jika auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme. Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit qita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah untuk mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan gelap diantaranya (Anonim, 2013).Tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari (Anonim, 2013).Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan dan perkembangan di antaranya adalah faktor genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut leteratur perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auksin, jika melakukan perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auksin sangat peka terhadap cahaya, jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas (Soerga, 2013).Istilah auksin berasal dari bahasa yunani yaitu auxien yang berarti meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kerah cahaya. Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan Ross, 1995). Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole Asetat (IAA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin. Namun tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam 4-kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA) (Dwidjoseputro, 1992). Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu, misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross, 1995).Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari). Kuantitas cahaya berhubungan dengan intensitas tinggi dari cahaya yang dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya), jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya) (Elisa, 2013).Kualitas cahaya berhubungan dengan penyebabkan terjadinya perkecambahan yaitu daerah merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama sekali bertentangan), jika diberikan bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan (Elisa, 2013).Adanya penyinaran sinar matahari akan menimbulkan cahaya. Sedang cahaya sangat dibutuhkan untuk :Pembentukan zat warna hijau (chlorophyll), pertumbuhan tanaman dan kwalitas dari pada produksi. Tanaman yang kurang cahaya matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang. Setiap jenis sayuran menghendaki syarat-syarat yang sangat berlawanan, ada suatu jenis yang menghendaki penyinaran panjang, ada pula yang pendek. Yang dimaksud penyinaran panjang ialah lebih dari 12 jam, sedang penyinaran pendek kurang dari 12 jam (Zhamal, 2013).Ekologi tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya diatur oleh dua hal yaitu penempatan daun dalam posisi dimana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Berarti diatas kanopi dan didalam komunitas yang kompleks sebagian besar daun tesebut tidak dapat mencapainya. Karena itu sebagian besar dari daun akan berada pada intensitas cahaya yang kurang dari yang dibutuhkan. Fotosintesis dimaksimumkan untuk energi yang diterima, dengan anggapan keadaan ini menjadi dibawah titik jenuh cahaya untuk fotosintesis normal, sehingga tetap dalam kesinambungan neto karbon yang positif (pengikatan CO2 untuk fotosintesis lebih besar daripada jumlah yang dikeluarkan pada respirasi dan hasil karbohidrat). Sehelai daun yang berada pada keseimbangan C yang negative akan memerlukan gula yang diambil dari sisa tanaman dan akan mengurangi ketegaran secara menyeluruh (Zhamal, 2013).DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2013, Dormansi Benih dan Pemecahannya, http://pustaka.ut.ac.id//, Diakses pada tanggal 11 April 2013 pukul 19.00 WITA.Aryulina, D., 200,. Biologi 3, Esis, Jakarta.Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Elisa, 2013, Dormansi dan Perkecambahan Biji, http://elisa.ugm.ac.id/, diakses pada tanggal 11 April 2013, pukul 20.53 WITA. Latunra, A.I., 2013, Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan II,Universitas Hasanuddin, Makassar.Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung. Soerga, N., 2013, Pola Pertumbuhan Tanaman, http://soearga.wordpress.com/, diakses pada tanggal 11 April 2013, pukul 20.58 WITA. Suhendar, T., 2013, Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan, http://laporan-praktukum-pertumbuhan-dan.html, Diakses pada tanggal 11 April 2013 pukul 18.00 WITA.Zhamal, 2013, Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Biji Kacang Hijau, http:// catatanzhamal.blogspot.com/, diakses pada tanggal 11 April 2013, pukul 20.37 WITA.1 year ago

Laporan Fistum "Perkecambahan dalam Tempat Gelap dan Terang" PERKEMBANGAN KECAMBAH DALAM TEMPAT GELAP DAN TERANG

TUJUAN:Untuk mempelajari pengaruh cahaya terhadap perkecambahan.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM:HARI :RabuTANGAL :14 November 2007TEMPAT :Lab.Dasar UNJA lantai II

I.LANDASAN TEORY

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang teratur dan berkembang umumnya menuju keadaan yang lebih tinggi,lebih teratur dan lebih kompleks. Perkembangan dikenal juga dengan morfogenesis.Perkembangan meliputi proses tumbuh dan diferensiasi. Selain dengan mengukur volume parameter lain dalam mengukur pertumbuhan adalah dengan mengukur berat basah dan berat kering tumbuhan.Pertumbuhan adalah suatu pertambahan dalam ukuran pertambahan dalam ukuran yang bersifat irreversible. Karna bersifat multi sel maka pertumbuhan bukan saja dalm voume tetapi juga pertambahan dalam hal bobot, jumlah sel, banyaknya proto plasma, dan tinggkat kerumitan.Proses pertumbuhan sebagian besar terjadi dalam fase pembelahan dan pendewasaan sel.Umumya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem apical dari tunas akar.Pada rerumputan dan monokotil lainnya daerah pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku atau nodus. Pertumbuhan jiga terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan cambium.Pertumbuhan bagian pucuk dan akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik (embrionik) pada titk tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi sel-selnya,bila mana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga.(Fahn.A.1992 Hal :1)Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan pekembang biakan suatu species.Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup,tergantung pada tersedianya merisitem,hasil asimilasi,hormone dan substansi pertumbuhan lainnya,serta lingkungan yang mendukung.Secara empiris,pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu fungsi dari genotype X lingkungan (internal dan eksternal).Pertumbuhan itu lebih mudah digambarkan dari pada di defenisikan.Pertumbuhan berarti pembelahan sel dan pembesaran sel.Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik.Proses differensiasi seringkali dianggap pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman memerlukan proses differensiasi.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan secara luas dapat di kategorikan sebagai factor eksternal (lingkungan) dan factor internal (genetic) Dikelompokkan sebagai berikut:

Faktor Eksternal :1.Iklim:Cahaya,temperature,air,panjang hari,angina dan gas.

2.Edafatik (tanah):tekstur,struktur,bahan organic,dan kapasitas pertukaran kation.

3.Biologis:Gulma,serangga,organisme penyebab penyakit,nematode,macam-macam tipe herbivore, dan mikro organisme tanah.

Faktor internal:1.Ketahanan terhadap tekanan iklim,tanah dan biologis.2.Laju fotosintesis.3.Respirasi4.Klorofil,karotein, dan kandungan pigmen lainnya.5.Pembagian hasil asimilasi N.6.Tipe dan letak merisitem.7.Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan.8.Aktivitas enzim.9.Pengaruh langsung gen ( Heterosis,epistasi ).10.Differensiasi.

Pertumbuhan tanaman di tunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik.Pertambahan ukuran dan berat kering dari suatu organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma,yang tejadi karma baik ukuran sel maupun jumlahnya bertambah. Pertambahan ukuran sel mempunyai batas yang diakibatkan hubungan antar voleme dan luas permukaan. Proses-proses pembelahan sel menentukan dasar untuk pertumbuhan akan tetapi pembelahan sel adalah proses-proses yang diatur secara biokimia, dan tidaklah perlu selalu diatur langsung oleh hubungan antara volume dan luas permukaannya. (Harjadi,Sri Setyati.1979 Hal: 91)

REAKSI-REAKSI PERKECAMBAHAN UJUNG DAN ALASFototropisme didalam avena mempunyai dua komponen yang berbeda secara morfologis.Disebut reksi ujung dan reaksi dasar.Kepekaan reaksi ujung lebih besar dari pada kepekaan reaksi dasar.Kinetika pelengkungan berbeda untuk pemberian cahaya untuk diujung dan diatas.Kelengkungan diinduksikan UU(ultra Ungu) banyak sama dengan pelengkungan yang diinduksikan oleh UV(Ultra Violet) oleh pemaparan selama 4 menit atau lebih terhadap cahaya biru yang kuat (Positif Ke 2) sifat-sifat dasar dari pelengkungan alas dan dasar adalah:a. Mereka memerlukan tambahan banyak energi cahaya total dari pada pelengkungan ujung.b. Mulai muncul di sepanjang keseluruhan panjang koleoptil yang meluas Melalui puncak pertama,sedangkan pelengkungan ujung tipikalnya mulai didekat apex dan berpindah secara basipetal.c. Pemberian cahaya pada apex atau alas dengan energi yang cukup,terutama dengan UU memberikan pelengkung alas.Pengamatan tingkat respirasi selama fotosintesis memerlukan penguatan teknik-teknik isotop kerena kedua proses tersebut mengikuti reaksi keseluruhan yang sama dalam arah yang berlawanan.Digunakan dalam fase gas untuk memantau pengambilan respirasi.Didalam pencahayaan lemah penganbilan O2 lebih lemah dan lambat dari pada didalam gelap; pada intensitas tinggi ia akan naik dan dapat melebihi kecepatan didalam gelap 3-4 kalu dengan penyesuaian kembali di dalam ~ 1 menit.Penghambatan parsial pengambilan O2 didalam cahaya lemah terbukti dibuat peka oleh panjang gelombang yang panjang.Ini dianggap berasal dari operasi siklis system yang menghasilkan ATP yang bisa diduga membatasi ADP yang tersedia untuk fosforilasi ini menghambat proses respirasi terakhir.Dipihak lain cahaya gelombang pendek yang paling efektif didalam evolusi secara fotosintesis membuat peka pengambilan oksigen yang meningkat di dalam cahaya kuat.(Wilkins.M.B)Perubahan berat kering. Rasio berat akar terhadap berat pucuk tanaman sangat mudah bersifat plastis,pada tanaman-tanaman yang cukup di tanam di tanah yang tidak subur,rasio akar terhadap bagian pucuk tanaman cenderung sangat besar.Sebab untuk sebagian besar tanaman hijauan,daun merupakan komponen yang besar dari bagian pucuk tanaman,dank arena fungsi batang adalah untuk mendapatkan daun didalam iklim cahaya yang cocok dapatlah diharapkan rasio berat daun (LWR) menjadi sama variasinya.Bukti keadaan ini memanglah belum jelas.LWR hanya peka terhadap perubahan temperature,panjang siang hari,factor-faktor tanah namun tidak peka terhadap intensitas cahaya,iradiasi total harian atau susunan spectrum radiasi.(Fitter A.H 1994)

II.PELAKSANAAN PRAKTIKUMALAT DAN BAHAN:ALAT:1. Tabung reaksi2. Cawan Petri3. Kertas saring4. Pot berisi pasir5. Gelas ukur6. Oven7. Timbangan8. PenggarisBAHAN:1. Aquadest2. 75 Biji kacang hijau

CARA KERJA1. Memilih 60 biji kacang hijau yang homogen.2. Membagi menjadi 3 kelompok,dan menimbang masing-masing kelompoknya3. Kelompok 1 masukkan ke Oven (950C) selama 48 jam lalu didinginkan dan di timbang kebali.4. Menentukan volume biji kelompok 2 dan 3 dengan cara memasukkan kedalam gelas ukur yang berukuran 10 ml ban dimasukkan air dalam volume tertentu.5. Menanam kecambah 2 dan 3 kedalam ruangan terang dan gelap.6. Pada hari ke 14 saat perkecambahan,tanaman dicabut satu persatu secara teratur dan mencuci akarnya untuk menghilangkan pasir yang melekat.7. Menghitung hasil panen yang didapat8. Mengambil 10 tanaman setiap kelompok dan mengukur panjang tunas dan akar primernya.9. Mengukur volume tanaman.10. Membungkus tanaman dengan kertas dan mengoven selama 48 menit.11. Menimbang berat keringnya setelah pengovenan

III.HASIL DAN PEMBAHASANA.HASILKelompok 11.Berat basah : 1,7 gr2.Berat kering : 1 gr

Kelompok 21.Tanaman di tempat terang2.Berat basah Biji :1,7 gr3.Volome Biji :2 ml4.Jumlah panen :25 batang5.Berat Basah tumbuhan:6,7 gr6.Panjang tunas :

No.Tanaman Panjang Tanaman (Cm)1 21,22 21,13 214 195 206 217 228 189 18,510 19,5Jumlah 201,3.Panjang rata-rata : 201,3 Cm : 10 = 20,3 cm7. Panjang Akar :

No.Tanaman PanjangAkar (Cm)1 5,32 73 114 55 106 57 8,48 69 810 10Jumlah 75,7Panjang rata-rata :75,7 Cm /10 = 7,57 cm8.Total Volume Tanaman : 10 Ml9.Berat kering tanaman :0,9 grKelompok 3 :Tanaman di tempat gelap1.Berat basah biji :1,6 gr2.Volume Biji : 1 ml3.Jumlah panen : 16 Batang4.Panjang tunas :

No.Tanaman Panjang Tunas (Cm)1 482 443 48,34 45,65 476 387 408 549 4310 44Jumlah 451,9Panjang Rata-rata :451,9/10 = 45,19 cm5.Panjang akar :No.Tanaman Panjang Akar (Cm)1 62 133 54 95 96 107 98 69 810 9Jumlah 84Panjang rata-rata : 84 cm/10 = 8,4 cm5.Volume total : 8 ml6.Berat kering tanaman : 0.2 gr7.Berat basah tumbuhan:5,7 grB.PEMBAHASANPada biji kelompok satu dapat dikatakan bahwa volume air dalam sel berkurang pada saat pengovenan selama 48 menit sebanyak 0,7 gr.Hal ini menandakan bahwa pada saat proses pengovenan,air yang berada di dalam sel menguap dan di lepaskan.Pada tumbuhan kelompok 2 pertumbuhan terjadi cukup baik,dan dari 20 biji kacang hijau yang di tanam semuanya dapat di panen.Hal ini dapat di jelaskan karena pada tumbuhan kelompok 2 ini mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkannya untuk hidup. Misalnya cahaya matahari dan kelembaban yang baik untuk menunjang factor tumbuh. Hal ini sesuai dengan literature yang menatakan bahwa Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan pekembang biakan suatu species.Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup,tergantung pada tersedianya merisitem,hasil asimilasi,hormone dan substansi pertumbuhan lainnya,serta lingkungan yang mendukung.Secara empiris,pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu fungsi dari genotype X lingkungan (internal dan eksternal).Pertumbuhan itu lebih mudah digambarkan dari pada di defenisikan.Pertumbuhan berarti pembelahan sel dan pembesaran sel.Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik.Proses differensiasi seringkali dianggap pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman memerlukan proses differensiasi.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan secara luas dapat di kategorikan sebagai factor eksternal (lingkungan) dan factor internal (genetic) Dikelompokkan sebagai berikut:

Faktor Eksternal :1.Iklim:Cahaya,temperature,air,panjang hari,angina dan gas.

2.Edafatik (tanah):tekstur,struktur,bahan organic,dan kapasitas pertukaran kation.

3.Biologis:Gulma,serangga,organisme penyebab penyakit,nematode,macam-macam tipe herbivore, dan mikro organisme tanah.

Faktor internal:1.Ketahanan terhadap tekanan iklim,tanah dan biologis.2.Laju fotosintesis.3.Respirasi4.Klorofil,karotein, dan kandungan pigmen lainnya.5.Pembagian hasil asimilasi N.6.Tipe dan letak merisitem.7.Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan.8.Aktivitas enzim.9.Pengaruh langsung gen ( Heterosis,epistasi ).10.Differensiasi.Dari leteratur diatas dapat kita simpulkan bahwa factor cahaya sangat penting dalam proses pertumbuhan pada tanaman.Sedangkan pada tumbuhan kelompok 3 tumbuhan yang dapat dipanen hanya 16 dari 20 bibit yang ditanam.Hal ini dapat dijelaskan karena mungkin pada tanaman yang ditanam pada daerah gelap ini tidak mendapatkan cahaya yang merupakan sumber uatama bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman.Sedangkan pada pengurangan berat basah yang menjadi berat kering saat bproses pengovenan ini terjadi karena pelepasan air dalam sel tumbuhan akibat dari adanya suhu tinggi.Hal ini juga dujelaskan dalam literature yaitu Perubahan berat kering. Rasio berat akar terhadap berat pucuk tanaman sangat mudah bersifat plastis,pada tanaman-tanaman yang cukup di tanam di tanah yang tidak subur,rasio akar terhadap bagian pucuk tanaman cenderung sangat besar.Sebab untuk sebagian besar tanaman hijauan,daun merupakan komponen yang besar dari bagian pucuk tanaman,dank arena fungsi batang adalah untuk mendapatkan daun didalam iklim cahaya yang cocok dapatlah diharapkan rasio berat daun (LWR) menjadi sama variasinya.Bukti keadaan ini memanglah belum jelas.LWR hanya peka terhadap perubahan temperature,panjang siang hari,factor-faktor tanah namun tidak peka terhadap intensitas cahaya,iradiasi total harian atau susunan spectrum radiasi.(Fitter A.H 1994)Selain dari factor tersebut diatas ada tidaknya cahaya yang mengiringi proses pertumbuhan tanaman dapat juga berpengaruh terhapad penyerapan O2. yang mana dikatakan dalam literature yaitu Pengamatan tingkat respirasi selama fotosintesis memerlukan penguatan teknik-teknik isotop kerena kedua proses tersebut mengikuti reaksi keseluruhan yang sama dalam arah yang berlawanan.Digunakan dalam fase gas untuk memantau pengambilan respirasi.Didalam pencahayaan lemah penganbilan O2 lebih lemah dan lambat dari pada didalam gelap; pada intensitas tinggi ia akan naik dan dapat melebihi kecepatan didalam gelap 3-4 kalu dengan penyesuaian kembali di dalam ~ 1 menit.Penghambatan parsial pengambilan O2 didalam cahaya lemah terbukti dibuat peka oleh panjang gelombang yang panjang.Ini dianggap berasal dari operasi siklis system yang menghasilkan ATP yang bisa diduga membatasi ADP yang tersebia untuk fosforilasi ini menghambat proses respirasi terakhir.Dipihak lain cahaya gelombang pendek yang paling efektif didalam evolusi secara fotosintesis membuat peka pengambilan oksigen yang meningkat di dalam cahaya kuat.

JAWABAN PERTANYAAN1.Kadar air pada biji = 1,7 -1 / 1,7 x 100 %=41,172.Kadar air kelompok 2=6,7-0,9/6,7 x 100 %=86,56Kadar air kelompok 3=5,7-0,2/5,7 x 100 %=96,49

3. a.Air yang dapat diserap biji kelompok 2 adalah

b.Air yang dapat diserap biji kelompok 3 adalah

4.Pertambahan volume pada tanaman yang tumbuh dia.Tempat gelap 8ml - 1,9ml=6,1mlb.Tempat terang 10ml - 2ml=8ml

5.Agar kita dapat mengetahui jumlah pertambahan volume pada sample tanaman yang di uji cobakan.

6.Cahaya berpengaruh terhadap perkembangan sel karena cahaya padat mengektifkan ADP yang berada di dalam sel menjadi ATP hingga sel dapat beraktifitas dan menghasilkan energi untuk tumbuh dan berkembang.

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI TUMBUHAN IIPERKEMBANGAN KECAMBAH DALAM TEMPAT GELAP DAN TERANG

OLEHRITA YULIZAA1C405070BIOLOGI B 2005

PROGRAM STUDI BIOLOGIPENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JAMBI2007

DAFTAR PUSTAKA

Fitter.A.H 1994.Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM university:Yogyakarta

Fahn,A.1992.Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3.UGM university:Yogyakarta

Harjadi,Sri Setyadi.1979. Pengantar Agronomi.Garmedia : Jakarta

Wilkins.M.B.1992.Fisiologi Tanaman.Bumi Aksara : Jakarta

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan "Karbohidrat dalam Tanaman" BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangFotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran luar dan membran dalam. Hasil fotosintesis berupa amilum dan oksigen. amilum inilah yang menjadi nutrisi bagi tumbuhan. Amilum digunakan sebagai sumber energi dan bahan untuk membuat senyawa lain yang dibutuhkan tumbuhan. Sebagian dari amilum ini disimpan sebagai cadangan makanan.Pada praktikum ini akan melihat simpanan amilum yang terdapat pada bagian daun tumbuhan. Oleh karena itu, dilakukan percobaan uji simpanan amilum dalam daun dengan metode Sachs.

B. TujuanAdapun tujuan dari praktikum ini yaitu mengamati simpanan amilum dalam daun.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAKarbohidrat merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri dari atau dapat dihidrolisis menjadi polisakarida aldehid dan keton. Karbohidrat dalam tanaman adalah tepung atau amilum atau pati. Amilum adalah homopolimer (suatu polimer yang terbentuk oleh hanya satu macam unit monomerik) dari glukosa yang digabung oleh mata rantai yang sama dengan maltosa. Macam amilum utama adalah amilosa dan amilopektin (bila dilarutkan dengan iodin memberikan warna merah ungu). Sedangkan amilosa memberikan warna biru (Fressenden, 1997).Proses fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat, terutama glukosa. Diantara berbagai karbohidrat yang penting yang dapat dibentuk oleh tumbuhan dari glukosa adalah selulosa, sukrosa dan pati/amilum. Amilum didalam tumbuhan banyak tersimpan dalam akar, umbi ataupun biji-bijian. Butir-butir amilum itu sebenarnya semula terdapat di dalam kloroplas daun sebagai hasil fotosintesis. Pada kebanyakan tumbuhan dikotil juga monokotil, pati mulai terkumpul pada daun segera setelah terjadi proses fotosintesis yang berjalan cepat, sehingga pada tanaman dikotil mempunyai daun pati sedangkan daun monokotil mempunyai daun gula (Loveless, 1994).Hopkins (1995) menyatakan bahwa pembentukan karbohidrat terjadi pada tempat dimana cahaya menyinari bagian yang hijau karena bagian tersebut mangandung klorofil. Kehadiran karbohidrat dapat diketahui dari Iodin-Amilum. Bagian daun yang tertutup ketas alumunium foil dan dikenai sinar matahari, maka setelah dimasukkan dalam alkohol panas dan aquades panas, kemudian ditetesi larutan iodin, maka bagian tersebut tidak akan terbentuk warna ungu, tetapi bagian yang tidak ditutupi nampak berwarna ungu.Pembentukan pati terjadi melalui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa (ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-p. Tentunya warna pada daun yang diuji seharusnya berwarna coklat iodin, sedangkan pada daun yang digunakan sebagai kontrol akan berwarna lebih gelap. Hal ini karena daun yang di beri perlakuan tidak menghasilkan amilum sehingga tidak menimbulkan warna ungu (Dwijosepoetro, 1994).Amilum disusun di dalam kloroplas dan juga di dalam leukoplas sebagai tempat untuk menyimpan. Penyusunan amilum memerlukan bahan berupa glukosa-1-pospat serta bantuan enzim berupa posporilase amilum. Molekul glukosa-1-pospat dapat digandeng-gandengkan dengan pertolongan posporilase ini. Pada penggandengan itu terlepaslah molekul pospat (Dwidjoseputro, 1994).Dwijoseputro (1994) menyatakan bahwa setelah semua klorofil larut, semua bagian daun ditetesi I-KI maka, warna daun yang semula transparan akan berubah menjadi ungu gelap. Hal ini menandakan adanya amilum pada daun tersebut, karena reaksi iodium dalam amilum menimbulkan warna biru kehitam-hitaman. Sedangkan pada daun yang ditutup alumunium foil akan berwarna coklat. Namun dalam percobaan tidak dihasilkan warna ungu. Hal ini dikarenakan larutan IKI yang dipakai sudah tidak berfungsi.Menurut Salisbury dan Ross (1992), pembentukan pati atau amilum terjadi terutama melalui satu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa (ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-fosfat di kloroplas dan plastid lainnya.Karbohidrat yang terbentuk pada tumbuhan dalam bentuk pati atau amilum. Pembentukan amilum pada umumnya berlangsung melalui proses yang sama secara berulang-ulang dengan menggunakan glukosa dari gula nukleosida yang mirip UDPG yang disebut sebagai Adenosin Difosfat (ADPG) (Lakitan, 2000).Pembentukan pati terjadi melaui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa, ADPG. Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa-1-fosfat di kloroplas dan plastid. Molekul amilosa yang sedang tumbuh dengan unit glukosa yang mempunyai gugus reaksi C-4 pada ujungnya, bergabung dengan C-1 glukosa yang ditambahkan dari ADPG. Pati sintetase, yang mengkatalisis reaksi tersebut diaktifkan oleh K+. Cabang pada amilopektin antara C-6 pada rantai utama dan C-1 pada rantai cabang dibentuk oleh berbagai isoenzim dari beberapa enzim Pembentukan pati terjadi melaui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa, ADPG. Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa-1-fosfat di kloroplas dan plastid. Molekul amilosa yang sedang tumbuh dengan unit glukosa yang mempunyai gugus reaksi C-4 pada ujungnya, bergabung dengan C-1 glukosa yang ditambahkan dari ADPG. Pati sintetase, yang mengkatalisis reaksi tersebut diaktifkan oleh K+. Cabang pada amilopektin antara C-6 pada rantai utama dan C-1 pada rantai cabang dibentuk oleh berbagai isoenzim dari beberapa enzim yang secara ringkas disebut enzim percabangan atau enzim Q. Tingkat cahaya yang tinggi dan siang hari yang panjang, menguntungkan fotosintesis dan translokasi karbohidrat. Sehingga menyebabkan penimbunan satu atau lebih butir pati di kloroplas dan penyimpanan pati di amiloplas. Pembentukan pati di kloroplas diuntungkan oleh cahaya terang, sebab enzim yang membentuk ADPG secara alosetrik diaktifkan oleh 3-PGA dan dihambat secara alosetrik Pi (Preiss). Kandungan 3-PGA agak meningkat saat terang sewaktu penambahan CO2 terjadi, tapi kandungan Pi agak turun karena ditambah ADP untuk membentuk ATP selama fosforilasi fotosintesis (Salisbury & Ross,1992).Tanaman jika pada bulan-bulan yang dingin, konsentrasi gula tinggi sedangkan kadar amilum menyusut, bulan-bulan panas keadaan itu berkebalikan. Persediaan air yang berlabihan menambah kegiatan penyusunan amilum. Perubahan pH membawa perubahan kegiatan enzim. pH 7 merupakan pH optimal untuk pembentukan gula, sedang gula akan terbentuk menjadi amilum jika pH sampai dibawan 7 (Kimball, 1989).

BAB IIIMETODOLOGIA. Waktu dan TempatAdapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :Hari / tanggal : Kamis, 14 November 2013Pukul : 15.00 WITA - selesaiTempat : Laboratorium Biodiversity Jurusan Biologi FMIPA UNTADB. Alat dan BahanAdapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut :a. Alat 1. Petridish 2. Gelas Kimia 1000 ml3. Hot Plate4. Pinsetb. Bahan1. Daun Catharantus roseus (Tapak dara)2. Air3. Alkohol 98 % low quality4. Aluminium foil5. Larutan JKJ

C. Prosedur KerjaAdapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :1. Membungkus daun pada tanaman dibagian tengah daun dengan menggunakan alumunium foil selama 22 jam.2. Memanaskan air dan alkohol 98 % pada masing-masing gelas kimia 1000 ml menggunakan hot plate sampai mendidih.3. Memasukkan daun yang sudah dibungkus dengan alumunium foil ke dalam alkohol 98 % mendidih selama 15 menit.4. Membilas daun tanaman dengan menggunakan air yang telah dipanaskan selama 5 menit.5. Merendam daun tersebut menggunakan larutan JKJ selama 10 menit dan membilas daun tersebut menggunakan air mengalir.6. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada daun.

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANA. Hasil PengamatanAdapun hasil pengamatan yang diperoleh dalam praktikum ini yaitu :No.GambarPerlakuanPerubahan Warna

1.Kondisi daun normal, yang ditutupi alumunium foil.

Masih pada keadaan warna awal.

2.Kondisi daun yang telah dicelupkan ke dalam larutan Alkohol panas 95%.Warna daun menjadi hijau pucat.

3.Kondisi daun setelah direndam di air panas.Warna daun hijau pucat.

4.Kondisi daun setelah dicelupkan larutan JKJ.

Warna daun menjadi kecoklatan.

5.Daun ditiriskan beberapa saatWarna daun yang telah di tutupi oleh aluminium foil yang berwarna kecoklatan

B. PembahasanProses fotosintesis merupakan suatu proses mereaksikan karbondioksida dan air (menjadi karbohidrat dengan menggunakan energi cahaya). Proses fotosintesis umunya berlangsung pada tumbuhan berklorofil di siang hari ketika ada cahaya matahari. Fotosintesis juga dapat berlangsung pada malam hari jika ada sumber cahaya misalnya cahaya lampu. Bagian daun yang terkena cahaya akan mengalami reaksi fotosintesis dan membentuk amilum sedangkan bagian daun yang tidak terkena cahaya matahari tidak akan melakukan reaksi fotosintesis sehingga amilum tidak akan terbentuk.Pada praktikum ini mengenai karbohidrat dalam tanaman yaitu untuk mengetahui simpanan amilum dalam daun tapak dara (Catharantus roseus) yang belum diambil dari tanamannya. Daun tapak dara (Catharantus roseus) di-bungkus di bagian tengah daun dengan menggunakan alumunium foil selama 22 jam yang bertujuan untuk menghalangi terjadi fotosintesis yang disebabkan klorofil yang tidak mendapatkan cahaya matahari akibat alumunium foil dan menghalangi pertukaran oksigen dan karbondioksida. Setelah 22 jam daun tersebut dipetik dari tanaman dan alumunium foil pada daun di buka, kemudian daun di masukkan ke dalam alkohol 98% yang sudah mendididh. Hal ini dilakukan untuk mematikan sel-sel tanaman dan melunakkan jaringan daun, selain itu alkohol berfungsi sebagai pelarut yang akan melarutkan dan meluruhkan klorofil pada daun dan alkohol juga dapat mengakibatkan pigmen warna daun menjadi luntur. Warna daun yang berwarna hijau tua menjadi hijau muda sehingga dengan mudah melihat perbandingan amilum pada daun. Daun yang telah direbus dengan alkohol kemudian dicuci dengan air panas agar menghilangkan alkohol pada daun. Setelah daun direbus dalam air, kemudian dicuci dengan menggunakan air, daun dimasukkan kedalam petridish kemudian direndam dengan menggunakan larutan JKJ. Larutan JKJ berfungsi untuk melihat pembentukan amilum dalam daun. Iodium akan berikatan dengan amilum sehingga membentuk warna ungu. Pembentukan warna ungu pada bagian yang tidak ditutupi alumunium foil menunjukkan terjadinya fotosintesis sehingga membentuk amilum sedangkan bagian tengah daun yang ditutup alumunium foil berwarna kekuningan yang menunjukkan tidak adanya amilum yang terbentuk karena fotosintesis tidak terjadi pada bagian tersebut.Karbohidrat utama yang tersimpan pada tumbuhan dalam bentuk pati dan selulosa. Pati atau amilum banyak tersimpan pada kloroplas daun yang juga merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai sistem membran dalam. Membran ini terorganisasi menjadi kantong pipih berbentuk cakram yang disebut tilakoid. Tiap-tiap tilakoid merupakan ruang tertutup dan berfungsi sebagai tempat pembentukan ATP. Di sekeliling tilakoid terdapat cairan yang disebut stroma yang berperan dalam reaksi fotosintesis.Karbohidrat tersimpan dalam bentuk amiloplas yang terbentuk sebagai hasil translokasi sukrosa atau karbohidrat lain dari daun. Pengangkutan amilum dari sel ke sel adalah dalam bentuk gula karena gula larut dalam air. Amilum terdiri atas 2 bagian, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa lebih mudah larut dalam air. Untuk mengetahui adanya karbohidrat dalam tanaman dapat dilakukan suatu pengujian. Amilosa bereaksi dengan Iod (I) menghasilkan perubahan warna komplek merah ungu. Warna ini ditimbulkan oleh ikatan lemah diantara molekul pati atau amilum dan Iod.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanAdapun kesimpulan yang di peroleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :1. Proses fotosintesis memerlukan energi cahaya matahari untuk mereaksikan karbondioksida dan air menjadi karbohidrat.2. Amilum yang terbentuk tersimpan dalam kloroplas dan ketika bereaksi dengan iodium membentuk warna ungu kehitaman.3. Larutan JKJ berfungsi untuk mengikat Iodium sehingga simpanan amilum dalam daun terlihat dengan tanda adanya bagian warna ungu kehitaman.4. Hasil pengamatan yang diperoleh yaitu daun yang tidak tertutupi aluminium foil, warna daunnya berubah menjadi ungu kehitaman. Hal ini disebabkan karena pada daun tersebut terdapat simpanan amilum.

B. SaranDiharapkan kepada praktikan untuk praktikum selanjutnya harus lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan agar hasil yang diperoleh lebih akurat lagi.

DAFTAR PUSTAKADwidjoseputro, D., 1994, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.

Fressenden R. J., 1997, Plant and Introduction to Modern Botany, Macmillan Publishing Co., Inc, New York.

Hopkins, 1995, Biologi, ITB, Bandung.

Kimball, John. W., 1989, Biologi Jilid I Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.

Lakitan, 2000, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta.

Loveless, 1994, Study Guide to Accompany Botany, Chesther Bistane Toronto, Singapore

Salisburry,F. B. dan Ross W. C., 1992, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.

Laporan Praktiku Fisiologi Tumbuahan Karbohidrat Dalam Tanaman BAB I1.1 PendahuluanKarbohidrat adalah polihidroksi aldehid (aldosa) atau polihidroksi keton (ketosa) dan turunannya atau senyawa yang bila dihidrolisa akan menghasilkan salah satu atau kedua komponen tersebut di atas. Karbohidrat berasal dari bahasa Jerman yaitu Kohlenhydrote dan dari bahasa Prancis Hidrate De Carbon. Penamaan ini didasarkan atas komposisi unsur karbon yang mengikat hidrogen dan oksigen dalam perbandingan 2:1.Daun tanaman mempunyai pigmen klorofil yang merupakan pigmen utama untuk aktivitas fotosintesis. Dalam proses fotosintesis akan dihasilkan karbohidrat berupa pati yang untuk sementara ditimbun pada daun. Selanjutnya pada saat gelap akan ditranslokasikan ke organ-organ lain (baik anabolisme maupun katabolisme). Dengan demikian pada saat pagi harnya timbunan pati pada jaringan daun telah habis.Pigmen klorofil tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam alcohol. Dengan demikian gejala klorosis sering terjadi pada tanaman yang system perakarannya mengalami keadaan anaerob (misalnya tergenang air), karena terjadinya proses respirasi anaerob yang menghasilkan alcohol yang diakumulasikan di dalam daun.Pati (amilum) memiliki sifat yang khas, antara lain apabila ditambahkan larutan yodium akan berwarna biru (ungu). Pemindahan energi dari sinar matahari ke dalam tanaman dilaksanakan dengan perantara klorofil. Senyawa tersebut terdapat dalam sebuah organel vital bagi tanaman yaitu khloroplas (Salisbury, 1985).Prose fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat, terutama glukosa. Diantara berbagai karbohidrat yang penting yang dapat dibentuk oleh tumbuhan dari glukosa adalah selulosa, sukrosa dan pati/amilum. Amilum didalam tumbuhan banyak tersimpan dalam akar, umbi ataupun biji-bijian. Butir-butir amilum itu sebenarnya semula terdapat di dalam kloroplas daun sebagai hasil fotosintesis. Menurut Loveless (1994) pada kebanyakan tumbuhan dikotil juga monokotil, pati mulai terkumpul pada daun segera setelah terjadi proses fotosintesis yang berjalan cepat, sehingga pada tanaman dikotil mempunyai daun pati sedangkan daun monokotil mempunyai daun gula.Menurut Hopkins (1995) amilum terdiri dari campuran amilosa dan amilopektin. Amilosa bereaksi dengan Iod (I) menghasilkan perubahan warna komplek merah ungu. Warna ini ditimbulkan oleh ikatan lemah diantara molekul pati/amilum dan Iod.Karbohidrat merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri dari atau dapat dihidrolisis menjadi polisakarida aldehid dan keton. Karbohidrat dalam tanaman adalah tepung atau amilum atau pati. Amilum adalah homopolimer (suatu polimer yang terbentuk oleh hanya satu macam unit monomerik) dari glukosa yang digabung oleh mata rantai yang sama dengan maltosa. Macam amilum utama adalah amilosa dan amilopektin (bila dilarutkan dengan iodin memberikan warna merah ungu). Sedangkan amilosa memberikan warna biru (Fressenden R. J dan Fessenden J. S, 1997)Transformasi karbohidrat itu dipengaruhi oleh beberapa faktor luar. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan amilum menurut Dwijoseputro (1994) diantaranya :

1. TemperaturTemperatur yang rendah itu mempunyai pengaruh baik bagi pengubahan amilum menjadi gula. Pengubahan gula manjadi amilum terjadi pada temperatur sedang yaitu 200C sampai 300C.

2. Pengaruh airDaun yang layu di dalamnya banyak terdapat amilum terubah menjadi gula sukrosa dan beberapa monosakarida. Persediaan air yang agak berlebihan menambah kegiatan penyusunan amilum.

3. Konsentrasi ion-ion H+Perubahan pH membawa perubahan kegiatan enzim. Enzim akan bekerja berlawanan jika lingkungannya mengalami perubahan pH. Pada pH di atas 7 banyak terbentuk gula sedang gula akan terbentuk menjadi amilum lagi jika pH turun sampai di bawah 7.

4. Konsentrasi gulaKeseimbangan antara persediaan gula dan persediaan amilum terdapat di dalam sel. Pembentukan amilum itu tampak giat karena pembentukan gula yang yang giat. Pada malam hari sebagian dari amilum ada yang diubah menjadi gula sekedar untuk menjaga ketetapan konsentrasi.

5. Keadaan pH

6. Intensitas sinarHopkins (1995), menyatakan bahwa pembentukan karbohidrat terjadi pada tempat dimana cahaya menyinari bagian yang hijau karena bagian tersebut mangandung klorofil. Kahadiran karbohidrat dapat diketahui dari Iodin-Amilum. Bagian daun yang tertutup ketas alumunium foil dan dikenai sinar matahari, maka setelah dimasukkan dalam alkohol panas dan aquades panas, kemudian ditetesi larutan iodin, maka bagian tersebut tidak akan terbentuk warna ungu, tetapi bagian yang tidak ditutupi nampak berwarna ungu.Dwijoseputro (1986), menggambarakan hubungan antara amilum dan I-KI dalam reaksi berikut:

C5H8O4 + I KI C5H8O4 + I5- + KIPembentukan pati terjadi melalui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa (ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-p. Tentunya warna pada daun yang diuji seharusnya berwarna coklat iodin, sedangkan pada daun yang digunakan sebagai kontrol akan berwarna lebih gelap. Hal ini karena daun yang di beri perlakuan tidak menghasilkan amilum sehingga tidak menimbulkan warna ungu (Dwijosapoetro, 1994).Amilum disusun di dalam kloroplas dan juga di dalam leukoplas sebagai tempat untuk menyimpan. Penyusunan amilum memerlukan bahan berupa glukosa-1-pospat serta bantuan enzim berupa posporilase amilum. Molekul glukosa-1-pospat dapat digandeng-gandengkan dengan pertolongan posporilase ini. Pada penggandengan itu terlepaslah molekul pospat (Dwidjoseputro, 1994).Praktikum mengenai uji karbohidrat dalam tanaman digunakan daun bayam (Amaranthus spinosus) yang sebagian ditutup dengan alumunium foil untuk mencegah adanya sinar matahari yang mengenai klorofil agar tidak fotosintesis. Bagian yang tidak terkena sinar tidak akan menghasilkan amilum, sedangkan bagian yang tidak ditutup alumunium foil/daun kontrol akan menghasilkan amilum. Setelah daun dibiarkan selama beberapa jam di bawah terik matahari, kemudian daun direbus alkohol. Hal ini bertujuan untuk melarutkan klorofil yang ada pada daun, namun amilum yang ada tidak akan ikut larut karena amilum tidak dapat larut oleh alkohol. Ternyata daun berubah warna menjadi lebih transparan atau kekuningan. Dwijoseputro (1994) menyatakan bahwa setelah semua klorofil larut, semua bagian daun ditetesi I-KI maka, warna daun yang semula transparan akan berubah menjadi ungu gelap. Hal ini menandakan adanya amilum pada daun tersebut, karena reaksi iodium dalam amilum menimbulkan warna biru kehitam-hitaman. Sedangkan pada daun yang ditutup alumunium foil akan berwarna coklat. Namun dalam percobaan tidak dihasilkan warna ungu. Hal ini dikarenakan larutan IKI yang dipakai sudah tidak berfungsi.Menurut Salisbury dan Ross (1992) pembentukan pati atau amilum terjadi terutama melalui satu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa (ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-fosfat di kloroplas dan plastid lainnya. Reaksi berikut merangkum pembentukan pati dari ADPG :ADP + amilosa kecil (unit n-glukosa) amilosa (lebih besar dengan unit n+1glukosa) + ADP.Menurut Lakitan (2000) karbohidrat yang terbentuk pada tumbuhan dalam bentuk pati atau amilum. Pembentukan amilum pada umumnya berlangsung melalui proses yang sama secara berulang-ulang dengan menggunakan glukosa dari gula nukleosida yang mirip UDPG yang disebut sebagai Adenosin Difosfat (ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dalam kloroplas atau plastida lainnya menggunakan Atp dan glukosa-1-p :(n-glukosa) amilosa (n+1 glukosa) amilosaADPG ADPPembentukan pati terjadi melaui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa, ADPG. Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa-1-fosfat di kloroplas dan plastid. Molekul amilosa yang sedang tumbuh dengan unit glukosa yang mempunyai gugus reaksi C-4 pada ujungnya, bergabung dengan C-1 glukosa yang ditambahkan dari ADPG. Pati sintetase, yang mengkatalisis reaksi tersebut diaktifkan oleh K+. Cabang pada amilopektin antara C-6 pada rantai utama dan C-1 pada rantai cabang dibentuk oleh berbagai isoenzim dari beberapa enzim yang secara ringkas disebut enzim percabangan atau enzim Q. Tingkat cahaya yang tinggi dan siang hari yang panjang, menguntungkan fotosintesis dan translokasi karbohidrat. Sehingga menyebabkan penimbunan satu atau lebih butir pati di kloroplas dan penyimpanan pati di amiloplas. Pembentukan pati di kloroplas diuntungkan oleh cahaya terang, sebab enzim yang membentuk ADPG secara alosetrik diaktifkan oleh 3-PGA dan dihambat secara alosetrik Pi (Preiss). Kandungan 3-PGA agak meningkat saat terang sewaktu penambahan CO2 terjadi, tapi kandungan Pi agak turun karena ditambah ADP untuk membentuk ATP selama fosforilasi fotosintesis (Salisbury & Ross,1992).Tanaman jika pada bulan-bulan yang dingin, konsentrasi gula tinggi sedangkan kadar amilum menyusut, bulan-bulan panas keadaan itu berkebalikan. Persediaan air yang berlabihan menambah kegiatan penyusunan amilum. Perubahan pH membawa perubahan kegiatan enzim. pH 7 merupakan pH optimal untuk pembentukan gula, sedang gula akan terbentuk menjadi amilum jika pH sampai dibawan 7 (Kimball, 1989).Bahan-bahan yang digunakan untuk mengetahui adanya amilum dalam daun diantaranya alkohol, larutan I-KI, aquades. Alkohol berfungsi untuk melarutkan klorofil sedangkan larutan I-KI berfungsi sebagai indikator adanya amilum dan aquades berfungsi sebagai pencuci. 1.2 Tujuan Untuk mengamati simpanan amilum dalam daun BAB IIBahan Dan AlatBahan1. Daun tanaman tebu segar yang sebagian telah ditutupi kertas aluminium foil pada saat sore hari sebelum terkena cahaya matahari pagi.2. Alcohol 70%3. Larutan J-KJ4. Air Panas5. Air DinginAlat1. Aluminium foil atau kertas timah2. Penjepit atau klip3. Waterbath4. Petridisk5. Gunting atau pisau curter6. Serbet atau lap tangan7. Tisu gulung8. Gelas piala9. Pinset atau penjepit10. Labu erlemeyerBAB IIICara Kerja1. Daun tanaman tebu yang belum terkena cahaya matahari pagi, sebagian saya tutupi dengan kertas alumunium foil atau kertas timah dan saya jepit rapat dengan menggunakan klip atau penjepit kertas. Sehingga tidak ada kemungkinan cahaya matahari pagi yang masuk ke dalam daun yang telah saya tutupi dengan alumunium foil tadi, lalu saya biarkan selama beberapa jam tersinari cahaya matahari pagi (saya menutupi daun tebu pada hari selasa sore sekitar pukul 15:30 wib tanggal 10 april 2012).2. Pada hari rabu tanggal 11 april 2012 sekitar pukul 09:30 wib daun tebu yang telah saya tutupi dengan menggunakan kertas aluminium foil sebelumnya, saya potong dengan menggunakan pisau curter dari batangnya. Daun tebu yang telah saya potong tadi, saya bawa ke lab. Fisiologi tumbuhan fakultas pertanian universitas jambi dengan keadaan masih terbungkus dengan kertas aluminium foil.3. Daun tebu yang masih terbungkus dengan aluminium foil tadi saya potong keci yang terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian tertutupi dengan kertas aluminium foil dan bagian yang tidak tertutupi, dengan menggunakan gunting agar rapi. Kemudian daun tebu tersebut saya buka aluminium foilnya dan daunnya saya masukkan ke dalam labu erlemeyer yang telah terisi alcohol panas (yang tengah ditangaskan di dalam waterbath) selama 20 menit.4. Daun tebu yang berada di dalam labu erlemeyer tadi saya angkat dan saya keluarkan dari dalam waterbath dengan menggunakan lap tangan atau serbet.5. Daun tebu saya keluarkan dari dalam labu erlemeyer dengan menggunakan pinset atau penjepit. Setelah itu saya masukan daun tebu tersebut ke dalam air panas yang telah di panaskan dengan menggunakan gelas piala sebelumnya, berbarengan dengan memanaskan alcohol.6. Daun tebu yang telah saya masukkan ke dalam air panas tadi langsung saya angkat dengan pinset dan saya masukkan ke dalam larutan J-KJ yang telah kita tuangkan ke dalam petridis selama beberapa menit.7. Kemudian daun tebu yang di masukkan ke dalam larutan J-KJ tadi saya angkat dengan pinset dan saya masukkan ke dalam air dingin yang berada dalam gelas piala, agar larutan J-KJ yang menempel pada permukaan daun tebu tersebut larut, kemudian daun tebu tersebut saya bentengkan pada satu atau dua lembar tisu.8. Kemudian saya mengamati daun tebu yang sudah saya letakkan di atas tisu tadi. Warna ungu tua menunjukkan, adanya kandungan amilum pada daun tersebut (bagian daun yang tertutup berwarna pucat, bagian daun yang terbuka atau terkena cahaya matahari berwarna ungu tua.BAB IVHasil Dan PembahasanHasilAmilum pada daun tebu tidak terlihat.PembahasanPada praktikum ini mengenai tentang karbohidrat dalam tanaman yaitu kita akan melihat adanya kandungan simpanan amilum dalam daun setelah proses fotosintesis terjadi. Daun yang digunakan sebagai sempel adalah daun tebu.Daun tersebut bagian tengahnya ditutup dengan alumunium foil sebelum daun melakukan fotosintesis. Penutupan ini bertujuan untuk menghalangi terjadinya fotosintesis karena klorofil pada bagian daun yang ditutup tidak dapat menangkap cahaya matahari, selain itu alumunium foil juga menghalangi pertukaran oksigen dan karbondioksida melalui stomata.Berdasarkan dari hasil praktikum ini maka dapat disimpulkan :1. Proses fotosintesis memerlukan energi cahaya matahari untuk mereaksikan karbondioksida dan air menjadi karbohidrat.2. Amilum yang terbentuk tersimpan dalam kloroplas dan dapat bereaksi dengan iodium membentuk warna ungu kehitaman.3. Bagian yang tidak terkena cahaya matahari tidak melakukan reaksi fotosintesis sehingga amilum tidak akan terbentuk.4. Umur daun mempengaruhi jumlah kandungan amilum yang tersimpan di daun tersebut.5. Struktur tulang daun dan lama proses perebusan daun di dalam alcohol juga berpengaruh untuk melihat kandungan amilum yang dilakukan pada praktikum kali ini.6. Semakin keras daun dan semakin tua daun maka proses perebusan daun di dalam alcohol juga akan memerlukan waktu yang lebih lama dari waktu yang tercantum di dalam penuntun praktikum fisiologi tumbuhan fakultas universitas jambi.7. Daun yang tua prosesnya pelarutan klorofilnya akan lebih lama di bandingkan dengan daun yang muda.

DAFTAR PUSTAKA

Harran S., dan P.D Tjondronegoro. 1992. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. P A U. IPBSalisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I, II, dan III. Edisi ke empat. Terjemahan: Diah R Lukman dan Sumaryono. ITB, Bandung.Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian UNIBRAW. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.Taiz L and E.Zeiger. 2002. Plant Physiology. Third Edition.Tjondronegoro, P.D., Tjitrosemito, S., Miftahudin., Hamim., Ratnadewi, D., Prawitasari, T., Triadiati. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Matematika dan IPA. IPB. Bogor.Wattimena, G.A. 1997. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas. Bekerjasama dengan Lembaga Informasi IPB. Bogor.Wilkins, M.B. 1984. Advanced Plant Physiology. Pitman Publishing, New Zealand Ltd. wellingtan.http://aepcute.blogspot.com/2011/08/karbohidrat-dalam-tanaman.html di unduh pada hari minggu tanggal 15 april 2012 pukul 13:45:09 wib.http://desainwebsite.net/biologi/karbohidrat-dalam-tanaman di unduh pada hari minggu tanggal 15 april 2012 pukul 14:06:47 wib.http://tyanagbio.blogspot.com/2010/12/karbohidrat-dalam-tanaman.html di unduh pada hari minggu tanggal 15 april 2012 pukul 14:39:07 wib.