fisika 1.docx

Upload: el2509

Post on 06-Oct-2015

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Bulan atau nama alternatifnya, yaitu Lunac/Selenic merupakan satu-satunya satelit alami bumi dan juga bulan terbesar kelima dalam Tata Surya bersama Ganymede (Jupiter), Titan (Saturnus), Callisto (Jupiter), Io (Jupiter). Berdasarkan ukuran planet, Bulan juga merupakan satelit alami terbesar di Tata Surya. Bulan berada pada rotasi sinkron dengan Bumi, yaitu Penguncian pasang surut terjadi ketika gradien gravitasi membuat salah satu sisi benda langit selalu menghadap benda langit yang lain, sehingga bulan selalu memperlihatkan sisi yang sama pada Bumi, dengan sisi dekat ditandai oleh mare vulkanik gelap yang terdapat di antara dataran tinggi kerak yang terang dan kawah tubrukan yang menonjol. Meskipun Bulan tampak sangat putih dan terang, permukaan Bulan sebenarnya gelap, dengan tingkat kecerahan yang sedikit lebih tinggi dari aspal cair. Sisi jauh bulan atau kadang disebut sisi gelap Bulan adalah bagian dari Bulan yang secara permanen membelakangi dan tidak terlihat dari Bumi. Sisi jauh bulan memiliki permukaan yang tidak rata dengan banyak kawah tabrakan, dan memiliki sedikit mare. Sampai saat ini, belum ada penjelajahan darat dilakukan di sisi jauh bulan. Jika kita lihat dari jauh Bulan tampak indah, sebenarnya, jika kita lihat dari dekat, ternyata Bulan berlubang-lubang atau yang biasa kita sebut sebagai gunung berbentuk cincin. Lubang-lubang ini terbentuk akibat hasil tabrakan meteor yang sangat besar. Karena di Bulan tidak ada air dan udara, maka lubang-lubang tersebut tetap berada dalam kondisi seperti ini.

Mengapa Bulan Seperti Gurun Pasir?Bulan seperti gurun pasir karena perbedaan siang dan malam di Bulan yang terlalu ekstrem, maka proses perubahan batu-batuan dalam sekejap menjadi panas, di satu sisi dalam sekejap menjadi dingin berlangsung berulang-ulang. Pada akhirnya, itu berimplikasi pada terbentuknya retakan di dalam batu tersebut yang akhirnya menyebabkan batu terpecah-belah. Proses ini disebut proses pelapukan batu. Akibat proses pelapukan inilah akhirnya Bulan berubah menjadi gurun pasir

B. ASAL MULA BULANAsal Mula Bulan merujuk pada beberapa penjelasan mengenai proses pembentukan Bulan, satelit alami Bumi. Teori yang paling dikenal adalah hipotesis tubrukan besar. Namun, penelitian terus dilakukan menyangkut hal ini, dan ada beberapa variasi dan alternatif.

a. Hipotesis Tubrukan BesarPenjelasan yang paling banyak diterima mengenai teori pembentukan bulan melibatkan tubrukan antara dua objek protoplanet selama periode awal evolusi tata surya. Hipotesis tubrukan besar yang menjadi populer pada tahun 1984 dapat menjelaskan kondisi orbit Bumi dan Bulan, serta rendahnya inti logam yang terdapat di Bulan. Tubrukan antara planetisimal saat ini diakui sebagai salah satu hal yang mengakibatkan pertumbuhan planet-planet pada awal evolusi tata surya, dan dalam kerangka ini tumbukan antara planet tidak dapat dihindari saat planet-planet terbentuk dalam jarak yang berdekatan. Dalam hipotesis ini, tubrukan terjadi antara objek dengan ukuran 90% ukuran Bumi. Sekarang, dengan objek lain sebesar Mars (setengah dari jari-jari bumi dan sepersepuluh dari massanya). Objek yang menabrak ini sering disebut Theia, ibu dari Selene, Bulan dewi di mitologi Yunani. Rasio ukuran kedua objek ini penting agar tubrukan yang terjadi menghasilkan momentum sudut yang cukup untuk membentuk konfigurasi orbit yang ada saat ini. Dampak yang dihasilkan akan cukup untuk melemparkan materi ke orbit Bumi yang akhirnya terakumulasi membentuk Bulan.

b. Hipotesis TabrakanHipotesis ini mengatakan bahwa Bulan merupakan objek yang ditangkap Bumi. Hipotesis ini terkenal sampai tahun 1980, beberapa hal yang mendukung model ini meliputi ukuran Bulan, orbit, dan penguncian pasang surut. Satu masalah yang sulit dijelaskan adalah memahami mekanisme penangkapan. Objek yang mendekati bumi biasanya akan mengakibatkan tubrukan atau berubahnya lintasan objek. Untuk membenarkan hipotesis ini, diperlukan atmosfer yang sangat luas di bumi primitif, yang mampu memperlambat gerakan Bulan sebelum Bulan tersebut bisa meninggalkan Bumi. Hipotesis ini juga bisa menjelaskan orbit satelit Yupiter dan Saturnus yang tidak teratur. Namun hipotesis ini sulit menjelaskan kemiripan rasio isotop oksigen pada Bumi dan Bulan.

c. Hipotesis PembelahanHipotesis ini mengatakan, pada masa dulu, Bumi yang berputar dengan sangat cepat melontarkan sebagian massanya. Ide ini dikemukakan oleh George Darwin (anak dari ahli biologi yang terkenal Charles Darwin) pada tahun 1800-an dan cukup mendapat popularitas. Seorang geologis Australia Otto Ampherer pada tahun 1925 juga berpendapat bahwa munculnya Bulan yang menyebabkan pergeseran benua. Ia mengatakan bahwa Samudra Pasifik merupakan merupakan hasil dari terlemparnya materi tersebut. Namun saat ini kita mengetahui bahwa kerak lautan yang membentuk samudra ini masih berusia relatif muda, sekitar 200 juta tahun atau kurang, dimana Bulan berusia lebih tua karena tidak terdapat materi kerak lautan di Bulan, namun terdapat materi mantel yang tercipta di dalam proto-Bumi pada eon Prakambrium.

d. Hipotesis AkresiHipotesis ini mengatakan bahwa Bumi dan Bulan terbentuk dalam waktu yang sama sebagai sistem ganda piringan akresi purba pada Tata Surya. Masalah pada hipotesis ini adalah, ketidak mampuannya menjelaskan momentum sudut dalam sistem Bumi-Bulan, atau mengapa bulan memiliki inti besi yang relatif kecil dibandingkan dengan Bumi (25% dari radiusnya, dibandingkan Bumi yang 50% dari radiusnya). Hipotesis ini mengatakan bahwa Bumi dan Bulan terbentuk dalam waktu yang sama sebagai sistem ganda piringan akresi purba pada Tata Surya. Masalah pada hipotesis ini adalah, ketidak mampuannya menjelaskan momentum sudut dalam sistem Bumi-Bulan, atau mengapa bulan memiliki inti besi yang relatif kecil dibandingkan dengan Bumi (25% dari radiusnya, dibandingkan Bumi yang 50% dari radiusnya).

e. Hipotesis Ledakan GeoreaktorHipotesis ini mengatakan bahwa Bumi dan Bulan terbentuk dalam waktu yang sama sebagai sistem ganda piringan akresi purba pada Tata Surya. Masalah pada hipotesis ini adalah, ketidakmampuannya menjelaskan momentum sudut dalam sistem Bumi-Bulan, atau mengapa bulan memiliki inti besi yang relatif kecil dibandingkan dengan Bumi (25% dari radiusnya, dibandingkan Bumi yang 50% dari radiusnya). Hipotesis ini mengatakan bahwa Bumi dan Bulan terbentuk dalam waktu yang sama sebagai sistem ganda piringan akresi purba pada Tata Surya. Masalah pada hipotesis ini adalah, ketidak mampuannya menjelaskan momentum sudut dalam sistem Bumi-Bulan, atau mengapa bulan memiliki inti besi yang relatif kecil dibandingkan dengan Bumi (25% dari radiusnya, dibandingkan Bumi yang 50% dari radiusnya).

C. KARAKTERFISIK PADA BULAN 1. Struktur dalamBulan tergolong benda langit diferensiasi, yang secara geokimia memiliki komposisi kerak, mantel, dan inti yang berbeda dengan benda langit lainnya. Bulan kaya akan besi padat di bagian inti dalam, dengan radius sekitar 240 m, dan fluida di bagian inti luar, terutama yan terbuat dari besi cair, dengan radius sekitar 300 km. Di sekitar bagian inti Bulan terdapat lapisan pembatas berbentuk cair dengan radius sekitar 500 km.Struktur ini diperkirakan terbentuk akibat kristalisasi fraksional pada lautan magma sesaat setelah pembentukan Bulan 4,5 miliar tahun yang lalu. Kristaliasi lautan magma ini akan membentuk mantel mafik, yang juga disebabkan oleh curah hujan dan peluruhan mineral olivin, klinopiroksen, dan ortopiroksen. Setelah tiga perempat lautan magma terkristalisasi, mineral plagioklas berkepadatan rendah akan terbentuk dan mengapung ke bagian atas lapisan kerak.Cairan terakhir yang mengalami proses kristalisasi akan terjebak di antara kerak dan mantel, dengan inkompabilitas dan unsur penghasil panas yang berlimpah. Sesuai dengan proses ini, pemetaan geokimia dari orbit menunjukkan bahwa sebagian besar kerak Bulan bersifat anortosit, dan pengujian yang dilakukan terhadap sampel batuan Bulan yang berasal dari banjir lava di permukaan juga menjelaskan bahwa komposisi mantel mafik Bulan lebih kaya akan besi jika dibandingkan dengan Bumi. Teknik geofisika menjelaskan bahwa ketebalan rata-rata kerak Bulan adalah sekitar 50 km.Bulan adalah satelit terpadat kedua di Tata Surya setelah Io. Aan tetapi, ini dalam Bulan tergolong kecil, dengan radius sekitar 350 km atau kurang, ukuran ini hanya sekitar 20% dari ukuran Bulan secara keseluruhan, berbeda dengan benda langi kebumian lainnya, yang ukuran inti dalamnya hampir 50% dari ukuran keseluruhan. Komposisi Bulan belum diketahui secara pasti, namun diduga perpaduan dari besi metalik dengan sejumlah kecil sulfur dan nikel, analisis mengenai waktu rotasi variabel Bulan menunjukkan bahwa sebagian ini Bulan berbentuk cair.

2. Geologi Permukaan Topografi Bulan telah diukur dengan menggunakan metode altimetri laser dan analisis gambar stereo. Bentuk topografi yang paling jelas terlihat adalan basin Kutib Selatan Aitken di sisi jauh, dengan diameter sekitar 2.240 km, yang merupakan kawah terbesar di Bulan serta kawah terbesar yang pernah ditemukan di Tata Surya. Titik terendah pada permukaan Bulan berada pada kedalaman 13 km. Sedangkan titik tertinggi terdapat di bagian timur laut yang diduga mengalami penebalan akibat pembentukan basin Kutub Selatan Aitken. Basin raksasa lainnya, seperti Imbrium, Serenitatis, Crisium, Smythii, dan Orientale, memiliki lebar dan ketinggian yang lebih rendah. Ketinggian rata-rata sisi jauh Bulan kira-kira 1,9 km lebih tinggi jika dibandingkan dengan sisi dekat.

3. Fitur VulkanisDataran Bulan yang berwarna gelap dan bisa diamati dengan mata telanjang disebut dngan maria (bahasa Latin untuk laut atau mare dalam bentuk tunggal), karena dahulu kala para astronom mengira bahwa dataran ini dipenuhi oleh air. Dataran ini berupa kolam besar yang terbentuk dari lava basal. Meskipun serupa dengan basal kebumian, basal mare memiliki kandungan besi yang lebih tinggi dan kandungan mineral yang kurang.Sebagian besar lava ini meletus atau mengalir melalui proses yang bersamaan dengan pembentukan kawah tubrukan. Beberapa bentuk geologi permukaan Bulan seperti gunung berapi perisai dan kubah vulkanis bisa ditemukan di maria sisi dekat Bulan. Maria bisa ditemukan hampir di keseluruhan sisi dekat Bulan, mencakup 31% dari total permukaan di sisi dekat, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan maria pada sisi jauh yang persentasenya hanya 2%.Hal ini diperkirakan terjadi karena tingginya konsentrasi unsur penghasil panas di bawah kerak di sisi dekat, sebagaimana yang terlihat pada peta geokimia yang diperoleh dari spektrometer sinar gamma Lunar Prospector, yang menyebabkan mantel mengalami pemanasan meleleh kemudian naik ke permukaan dan meletus. Sebagian besar basal mare Bulan meletus pada periode Imbrian sekitar 3,0-3,5 miliat tahun yang lalu, meskipun hasil penanggalan radiometri menjelaskan waktunya lebuh tua 4,2 miliar tahun yang lalu, dan letusan terakhir berdasarkan penanggalan hitungan kawah terjadi sekitar 1,2 miliar tahun yang lalu.Wilayah yang berwarna lebih terang pada Bulan disebut terrae atau dataran tinggi secara umum, karena wilayah ini lebih tinggi dari kebanyakan maria. Berdasarkan penanggalan radiometri, dataran tinngi Bulan terbentuk sekitar 4,4 miliar tahun yang lalu, dan diduga merupakan kumulasi plagioklas dari lautan magma Bulan. Berbeda dengan Bumi, tak ada gunung di bulan yang diyakini terbentuk akibat peristiwa tektonik.

4. Kawah TubrukanProses geologi lainnya yang memengaruhi bentuk permukaan Bulan adalah kawah tubrukan, yaitu ketika kawah-kawah terbentuk akibat tubrukan antara asteroid dan komet dengan permukaan Bulan. diperkirakan terdapat sekitar 300.000 kawah dengan luas lebih dari 1 km di sisi dekat Bukan.Beberapa kawah ini dinamakan menurut nama para pakar, ilmuwan, seniman, dan penjelajah. Skala waktu geologi Bulan didasrkan pada peristiwa tubrrukan yang paling hebat, termasuk Nectaris, Imbrium, dan Orientale, dengan struktur yang dicirikan oleh lingkaran yang terbentuk dari materi yang menguap, biasanya berdiameter ratusan hinggan ribuan kilometer.Kurangnya aktivitas atmosfer, cuaca, dan proses geologi terkini membuktikan bahwa kawah-kawah ini masih dalam kondisi baik. Meskipun hanya sedikit kawah yang diketahui asal usul pembentukannya, kawah-kawah ini tetap berguna untuk menentukan usia relatif Bulan. Karena kawah tubrukan menumpuk pada tingkat yang hampir konstan , menghitung jumlah kawah per satuan luas dapat digunakan untuk memperkirakan usia permukaan Bulan. Usia radiometrik batuan kawah yang dibawa oleh misi Apollo berkisar dari 3,8 sampai 4,1 miliar tahun, ini dilakukan untuk menjelaskan waktu terjadinya tubrukan Penegeboman Berat Akhir.Dataran yang menyelimuti bagian atas kerak Bulan adalah permukaan yang sangat terkominusi (terpecah menjadi partikel yang lebih kecil) dan lapisan permukaan kebun kawah bernama regolith, yang terbentuk akibat proses tubrukan. Regolith yang paling halus, yakni tanah Bulan dari kaca silikon dioksida, memiliki tekstur seperti salju dan berbau seperti mesiu. Regolith di permukaan yang lebih tua umumnya lebih tebal daripada permukaan yang lebih muda; ketebalannya bervariasi, dari 10-20 m di dataran tinggi dan 3-5 m di maria. Di bawah lapisan regolith terdapat megaregolith, lapisan batuan fraktur dengan ketebalan berkilo-kilometer.

5. Ketersediaan AirAir cair tidak bisa bertahan di permukaan Bulan. Saat terkena radiasi Matahari, air dengan cepat akan terurai melalui proses yang dikenal dengan fotodisosiasi dan lenyap ke luar angkasa. Namun, sejak tahun 1960-an, para ilmuwan memperkirakan bahwa air es yang diangkut oleh komet saat terjadinya tubrukan atau yang dihasilkan oleh reaksi batuan Bulan yang kaya oksigen, dan hidrogen dari angin surya, meninggalkan jejak air yang mungkin bisa bertahan di kawah kutub selatan Bulan yang dingin dan gelap secara permanen. Simulasi komputer menunjukkan bahwa hampir 14.000km2 permukaan Bulan berada pada bagian kutub yang gelap permanen. Ketersediaan air di Bulan dalam jumlah yang cukup adalah faktor penting dalam merencanakan proses kolonisasi Bulan karena akan menghemat biaya; rencana altenatif untuk mengangkut air dari Bumi akan menghabiskan biaya yang sangat besar. Bertahun-tahun yang lalu, jejak air telah ditemukan di permukaan Bulan. Pada tahun 1994, eksperimen radar bistatik di wahana Clementine menunjukkan adanya kantong air beku di sekitar permukaan Bulan. Namun, pengamatan radar setelahnya oleh Arecibo menunjukkan bahwa penemuan tersebut mungkin adalah batuan yang terlontar dari kawah tubrukan muda. Pada 1998, spektrometer neutron di wahana Lunar Prospector menemukan adanya konsentrasi hidrogen yang tinggi di lapisan regolith dengan kedalaman satu meter di wilayah kutub. Pada 2008, analisis yang dilakukan terhadap batuan lava vulkanis yang dibawa ke Bumi oleh Apollo 15 menunjukkan adanya kandungan air dalam jumlah kecil pada interior batuan. Pada tahun 2008, wahana Chandrayaan-1 mengonfirmasi keberadaan air es di permukaan Bulan dengan menggunakan Moon Mineralogy Mapper. Spektrometer mengamati adanya garis penyerapan hidroksil di bawah sinar Matahari, yang membuktikan bahwa permukaan Bulan mengandung air es dalam jumlah besar. Wahana tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi air es mungkin mencapai 1.000ppm. Pada tahun 2009, LCROSS mengirim 2.300 kg impaktor ke kawah kutub yang gelap permanen, dan mendeteksi sedikitnya terdapat 100 kg air dalam material ejektor. Analisis data LCROSS lainnya menunjukkan bahwa jumlah air yang terdeteksi mencapai 155 kg. Pada bulan Mei 2011, Erik Hauri melaporkan adanya 615-1410 ppm inklusi leleh air pada sampel Bulan 74220, "tanah kaca jingga" dengan kandungan titanium tinggi yang berasal dari peristiwa vulkanis yang dikumpulkan dalam misi Apollo 17 pada tahun 1972. Inklusi ini tebentuk saat terjadinya letusan besar di Bulan sekitar 3,7 miliar tahun yang lalu. Konsentrasi ini setara dengan magma di mantel atas Bumi.

6. Medan GravitasiMedan gravitasi Bulan telah diukur dengan menggunakan pelacakan pergeseran Doppler pada sinyal radio yang dipancarkan oleh pesawat ruang angkasa yang mengorbit Bulan. Bentuk gravitasi Bulan yang utama adalah konmas, anomali gravitasi positif yang terkait dengan beberapa basin tubrukan besar, sebagian disebabkan oleh aliran lava basaltik mare padat yang memenuhi basin tersebut. Anomali ini sangat memengaruhi orbit pesawat luar angkasa di sekitar Bulan. Terdapat beberapa perdebatan mengenai gravitasi Bulan: lava yang mengalir dengan sendirinya tidak bisa menjelaskan bentuk gravitasi Bulan, dan beberapa konmas yang ada sama sekali tidak terkait dengan vulkanisme mare.

7. Medan MagnetBulan memiliki medan magnet eksternal sekitar 1100 nanotesla, kurang dari seperseratus medan magnet Bumi. Bulan tidak memiliki medan magnet dipolar global, melainkan dihasilkan oleh geodinamo inti logam cair, dan hanya memiliki magnetisasi kerak, yang mungkin sudah ada pada awal sejarah Bulan ketika geodinamo masih beroperasi. Selain itu, beberapa sisa magnetisasi berasal dari medan magnet sementara yang dihasilkan ketika terjadinya peristiwa tubrukan hebat, dengan melalui perluasan plasma yang dihasilkan oleh tubrukan. Hipotesis ini didukung oleh magnetisasi kerak yang berlokasi di dekat antipode basin tubrukan besar.

8. AtmosferBulan memiliki atmosfer yang sangat renggang, bahkan hampir hampa, dengan massa total kurang dari 10 ton metrik. Tekanan permukaannya adalah sekitar 31015atm (0,3nPa); ukurannya bervariasi menurut hari Bulan. Sumber atmosfer Bulan meliputi pelepasan gas dan pelepasan atom akibat bombardemen tanah Bulan oleh ion angin surya. Unsur-unsur yang terkandung pada atmosfer Bulan adalah sodium dan potasium, yang dihasilkan oleh pelepasan atom; unsur ini juga ditemukan pada atmosfer Merkurius dan Io. Unsur lainnya termasuk helium-4 yang dihasilkan dari angin surya; serta argon-40, radon-222, dan polonium-210, yang dilepaskan ke angkasa setelah dihasilkan melalui proses peluruhan radioaktif di dalam kerak dan mantel. Tidak adanya keberadaan spesies netral (atom atau molekul) di atmosfer seperti oksigen, nitrogen, karbon, hidrogen dan magnesium, yang terdapat pada regolith, masih belum terjelaskan. Uap air terdeteksi oleh Chandrayaan-1 dan kandungannya bervariasi menurut garis lintang, dengan titik maksimum ~6070derajat; uap air ini diduga dihasilkan melalui proses sublimasi air es di regolith. Gas-gas ini bisa kembali ke regolith akibat gravitasi Bulan atau lenyap ke luar angkasa, baik melalui tekanan radiasi surya atau, jika terionisasi, tersapu oleh medan magnet angin surya.

9. MusimKemiringan sumbu Bulan terhadap ekliptika hanya 1,5424, jauh lebih kecil dari Bumi (23,44). Karena hal ini, variasi iluminasi surya pada Bulan memiliki musim yang jauh lebih sedikit, dan detail topografi memiliki peran penting dalam efek perubahan musim. Berdasarkan foto yang diambil oleh wahana Clementine pada tahun 1994, terdapat empat wilayah pegunungan di pinggiran kawah Peary di kutub utara Bulan, yang diduga tetap disinari oleh Matahari di sepanjang hari Bulan, menciptakan puncak cahaya abadi. Tidak ada wilayah seperti itu yang terdapat di kutub selatan Bulan. Selain itu, juga terdapat wilayah yang tidak menerima cahaya secara permanen di bagian bawah kawah kutub, dan kawah-kawah gelap ini suhunya sangat dingin; Lunar Reconnaissance Orbiter mencatat suhu musim panas terendah di kawah kutub selatan mencapai 35K (238C) dan hampir 26K saat terjadinya titik balik matahari musim dingin di kawah Hermite di kutub utara. Ini adalah suhu terdingin di Tata Surya yang pernah diukur oleh wahana antariksa, bahkan lebih dingin dari suhu permukaan Pluto.

Ciri-ciri Fisik Pada Bulan:Jari-jari rata-rata1.737,10km (0,273 Bumi)[1][3]

Jari-jari Khatulistiwa1.738,14km (0,273Bumi)[3]

Jari-jari Kutub1.735,97km (0,273 Bumi)

Kepepatan0,00125

Keliling Khatulistiwa10.921km (khatulistiwa)

Luas Permukaan3,793107km2 (0,074 Bumi)

Volume2,19581010km3 (0,020 Bumi)

Massa7,34771022kg (0,012300 Bumi)

Massa jenis Rata-rata3,3464g/cm3[1]

Gravitasi Permukaan di Khatulistiwa1,622m/s2 (0,1654g

Kecepatan Lepas2,38km/s

Hari Sideris27,321582d (sinkron

Kecepatan Rotasi4,627 m/s

Kemiringan Sumbu1,5424 (ke ekliptika)6,687 (ke bidang orbit)[2]

Albedo0,136[4]

Suhu Permukaan Khatulistiwa 85NMinrata-rataMaks

-173 C-53 C116 C

-203C-143 C-43 C

Magnitudo Tampak2,5 sampai 12,9[a]12,74 (rata-rata bulan purnama)[3]

Diameter Sudut29,3 sampai 34,1 menit busur

D. HUBUNGAN BULAN DENGAN BUMI

1. OrbitBulan menyelesaikanorbitlengkap mengelilingi Bumi setiap 27,3 hari sekali (periode sideris). Akan tetapi, karena Bumi bergerak pada orbitnya mengelilingi Matahari pada waktu yang bersamaan, dibutuhkan waktu yang sedikit lebih lama bagi Bulan untuk memperlihatkanfaseyang sama ke Bumi, yaitu sekitar 29,5 hari(periode sinodik).Tidak seperti kebanyakan satelit planet lainnya, orbit Bulan lebih dekat kebidang ekliptikadaripada kebidang khatulistiwaplanet. Orbit Bulandiperturbasioleh Matahari dan Bumi dalam cara yang halus dan kompleks. Misalnya, bidang pergerakan orbit Bulan secara bertahap mengalami pergeseran, yang memengaruhi aspek pergerakan Bulan lainnya. Fenomena ini secara matematis dijelaskan olehHukum Cassini.

Ciri-ciri Orbit Bulan:Perigee363.295km(0,0024SA

Apogee405.503km(0,0027SA)

Sumbu Semi-Mayor384.399km(0,00257SA)

Eksentrisitas0,0549

Periode Orbit27,321582d (27d 7h 43,1min[1])

Periode Sinodis29,530589d (29d 12h 44min 2,9s)

Kecepatan Orbit Rata-rata1,022km/s

Inklinasi5,145 ke ekliptika[2] (antara 18,29 dan 28,58 ke khatulistiwa Bumi)[1]

Bujur Node MenarikMundur satu revolusi dalam 18,6tahun

Argumen PerigeeMaju satu revolusi dalam 8,85tahun

2. Ukuran RelatifUkuran Bulan relatif besar jika dibandingkan dengan ukuran Bumi, yakni seperempat dari diameter dan 1/81 dari massa Bumi. Bulan adalahsatelit alamiterbesar di Tata Surya menurut ukuran relatif planet yang diorbitnya, meskipunCharonlebih besar untuk ukuranplanet kataiPluto, yakni sekitar 1/9 dari massa Pluto.Meskipun demikian, Bumi dan Bulan masih dianggap sebagai sistem planet-satelit, bukannya sistemplanet ganda, karenabarisentrumkedua benda langit ini berlokasi 1.700 km (sekitar seperempat radius Bumi) di bawah permukaan Bumi.

3. Efek Pasang SurutPasang surutdi Bulan umumnya disebabkan oleh adanya kecepatan perubahan intensitas daya tarikgravitasiBulan pada salah satu sisi Bumi terhadap sisi lainnya, atau disebut dengangaya pasang surut. Fenomena ini membentuk dua tonjolan pasang surut di Bumi, yang akan terlihat jelas di permukaan laut setelahair surut.Karena Bumi berputar 27 kali lebih cepat daripada Bulan, tonjolan ini bergerak bersama permukaan Bumi lebih cepat daripada pergerakan Bulan, yang berputar mengelilingi Bumi sekali sehari sebagaimana Bulan berputar pada sumbunya. Pasang surut juga dipengaruhi oleh efek lainnya, di antaranyagaya gesekair terhadap sumbu rotasi Bumi melalui lantai samudra,inersiapergerakan air, basin samudra yang mengalami pendangkalan, dan osilasi antara basin samudra berbeda. Daya tarik gravitasi Matahari terhadap samudra Bumi hampir setengah dari daya tarik gravitasi Bulan, dan gravitasi kedua benda langit ini berperan penting dalam menyebabkanpasang surut perbani dan musim semi. Interaksi gravitasi antara Bulan dan tonjolan di sekitar Bulan berfungsi sebagaitorsipada rotasi Bumi, yang mengurasmomentum sudutdanenergi kinetikrotasi dari perputaran Bumi.Akibatnya, momentum sudut disertakan ke orbit Bulan, yang mempercepat rotasinya dan menyebabkan Bulan naik ke orbit yang lebih tinggi dan dengan periode yang lebih lama. Oleh sebab itu, jarak antara Bumi dengan Bulan juga akan meningkat, dan perputaran Bumi akan melambat. Pengukuran dengan metodeeksperimen rentang Bulanmenggunakan reflektor laser yang dilakukan dalam misiApollomenemukan bahwa jarak Bulan ke Bumi meningkat sekitar 38 mm per tahun (meskipun angka ini hanya 0,10ppb/tahun dari radius orbit Bulan).Jam atom juga menunjukkan bahwa lama hari di Bumi meningkat sekitar 15 mikrodetik per tahun, yang secara perlahan-lahan memperpanjang waktu UTC yang disesuaikan oleh detik kabisat. Tarikan pasang surut Bulan akan terus berlanjut sampai perputaran Bumi dan periode orbit Bulan sesuai. Namun, Matahari akan berubah menjadi raksasa merah dan memusnahkan Bumi jauh sebelum hal tersebut terjadi. Permukaan Bulan juga mengalami pasang surut dengan amplitudo ~10cm, yang berlangsung selama 27 hari lebih. Fenomena ini disebabkan oleh dua hal, yakni karena Bulan dan Bumi berada padarotasi sinkron, dan berbagai hal yang disebabkan olehMatahari. Komponen Bumi yang diinduksi terbentuk karenalibrasi, yang diakibatkan oleh eksentrisitas orbit Bulan; jika orbit Bulan bulat sempurna, maka yang akan muncul hanyalah pasang surut surya. Librasi juga mengubah sudut penampakan Bulan, yang menyebabkan sekitar 59% permukaan Bulan terlihat dari Bumi.Efek kumulatif dari fenomena pasang surut memicu terjadinyagempa bulan. Gempa bulan ini lebih jarang terjadi dan lebih lemah kekuatannya daripadagempa bumi, meskipun gempa ini dapat bertahan hingga satu jam karena ketiadaan air yang berfungsi sebagai peredam getaran seismik. Fenomena gempa bulan ini merupakan penemuan tak terduga dariseismometeryang diletakkan di Bulan olehastronotApollodari tahun 1969 hingga 1972.

E. ROTASI DAN REVOLUSI BULANa. Rotasi BulanPerputaran Bulan pada porosnya disebut rotasi Bulan. Untuk satu kali rotasi, Bulan membutuhkan waktu sebulan (29 hari). Rotasi Bulan tidak memberikan pengaruh apa pun terhadap kehidupan di Bumi. Rotasi Bulan tidak memberi pengaruh apapun pada Bumi.

b. Revolusi BulanBulan tidak memiliki cahaya sendiri. Cahaya Bulan sebenarnya adalah cahaya pantulan dari Matahari. Bagian Bulan yang tampak dari Bumi adalah bagian permukaan Bulan yang terkena sinar Matahari. Saat berevolusi, luas bagian Bulan yang terkena Matahari berubah-ubah. Oleh karena itu, bentuk Bulan dilihat dari Bumi juga berubah-ubah. Perubahan bentuk Bulan itu disebut fase-fase Bulan. Dalam sekali revolusi, Bulan mengalami delapan fase.Fase Bulan yang mudah dilihat sebagai berikut: KonjugasiKedudukan bulan searah dengan matahari. Pada saat itu bagian bulan yang menghadap ke bumi gelap atau tidak tampak.Pada aspek ini dapt terjadi gerhana matahari, karena cahaya matahari yang menuju bumi terhalang bulan. Hingga kita tidak akan melihat bulan bercahaya.

OposisiKedudukan bulan berlawanan arah dengan matahari dilihat dari bumi. Pada saat itu bulan tampak sebagai bulan purnama. Pada kedudukan ini bulan terbit pada saat matahari terbenam dan terbenam pada saat matahari terbit.

KuarterKedudukan bulan tegak lurus terhadap garis penghubungg bumi matahari. Pada aspek kuarter, bulan memperlihatkan fase perbani (setengah bulan yang terang). Dalam sebulan terjadi dua kali kuarter yaitu kuarter pertama ketika bulan tampak bertambah besar dan kuarter kedua ketika bulan tampak kecil.

Apabila diperhatikan, setiap fase Bulan selama kurang lebih 3-4 hari.a. Hari PertamaBulan berada pada posisi 0. Bagian Bulan yang tidak terkena sinar Matahari menghadap ke Bumi. Akibatnya, Bulan tidak tampak dari Bumi. Fase ini disebut Bulan baru.

b. Hari KeempatBulan berada pada posisi 45. Dilihat dari Bumi, Bulan tampak melengkung seperti sabit. Fase ini disebut Bulan sabit.

c. Hari KedelapanBulan berada pada posisi 90. Bulan tampak berbentuk setengah lingkaran. Fase ini disebut Bulan paruh.

d. Hari KesebelasBulan berada pada posisi 135. Dilihat dari Bumi, Bulan tampak seperti cakram. Fase ini disebut Bulan cembung.

e. Hari Keempat BelasBulan berada pada posisi 180. Pada posisi ini, Bulan tampak seperti lingkaran penuh. Fase ini disebut Bulan purnama atau Bulan penuh.

f. Hari Ketujuh belasBulan berada pada posisi 225. Dilihat dari Bumi, penampakan Bulan kembali seperti cakram.

g. Hari Kedua Puluh SatuBulan berada pada posisi 270. Penampakan Bulan sama dengan Bulan pada posisi 90. Bulan tampak berbentuk setengah lingkaran.

h. Hari Kedua Puluh LimaBulan berada pada posisi 315. Penampakan Bulan pada posisi ini sama dengan posisi Bulan pada 45. Bulan tampak berbentuk seperti sabit. Selanjutnya, Bulan akan kembali ke kedudukan semula, yaitu Bulan mati. Posisi Bulan mati sama dengan posisi Bulan baru. Bedanya, Bulan baru menunjukkan fase awal, sedangkan Bulan mati menunjukkan fase akhir.

F. GERHANA BULANGerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5, maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara Matahari dengan bumi.Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.

a. Jenis-Jenis Gerhana Bulan Gerhana Bulan TotalPada gerhana ini, bulan akan tepat berada pada daerah umbra, yaitu bayangan inti yang berada di bagian tengah sangat gelap pada saat terjadi gerhana bulan.

Gerhana Bulan SebagianPada gerhana ini, bumi tidak seluruhnya menghalangi bulan dari sinar matahari. Sedangkan sebagian permukaan bulan yang lain berada di daerah penumbra, yaitu bayangan kabur yang terjadi pada saat gerhana atau terjadinya bayangan pada benda gelap (tidak tembus pandang) bulan. Sehingga masih ada sebagian sinar Matahari yang sampai ke permukaan bulan.

Gerhana Bulan PenumbraPada gerhana ini, seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra. Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.

Saat gerhana terjadi, Matahari, Bumi, dan Bulan terletak pada satu garis lurus. Posisi itu membuat Bumi menutupi cahaya Matahari yang seharusnya sampai ke Bulan. Pada saat itu Bulan seharusnya tak akan tampak, tetapi ternyata saat totalitas gerhana terjadi, Bulan justru berwarna merah sehingga biasa disebut blood moon.Hal ini terjadi, karena cahaya matahari yang mengenai bulan memang tertutup oleh Bumi, tetapi atmosfer Bumi masih membiaskan cahaya merah dari matahari itu sehingga bulan tidak gelap total. Gerhana Bulan Blood Moon telah terjadi 2 kali, yaitu pada tanggal 15 April 2014 dan 8 Oktober 2014. Diperkirakan gerhana ini akan terjadi lagi pada tanggal 4 April 2015 dan 28 September 2015.

G. PENELITIAN DAN PENJELAJAHANa. Penelitian awalPemahaman mengenai siklus Bulan menandai awal perkembangan ilmu astronomi; pada abad ke-5 SM, astronom Babilonia telah mencatat siklus Saros 18 tahunan pada gerhana bulan, dan astronom India telah menjelaskan mengenai fenomena elongasi Bulan. Astronom Tiongkok Shi Shen (abad ke-4 SM) memberi petunjuk yang terkait dengan cara memperkirakan gerhana matahari dan bulan. Kemudian, bentuk fisik Bulan dan sumber cahaya bulan mulai diketahui. Filsuf Yunani kuno Anaxagoras (w. 428 SM) mengemukakan bahwa Matahari dan Bulan merupakan dua buah batu bulat raksasa yang menghasilkan cahaya. Bangsa Tiongkok pada masa Dinasti Han percaya bahwa energi Bulan sama dengan qi, dan teori mereka mengenai pengaruh radiasi Bulan menjelaskan bahwa cahaya Bulan berasal dari Matahari. Jing Fang (7837SM) mencatat kebulatan Bulan untuk pertama kalinya. Pada abad ke-2 M, Lucian menulis sebuah novel yang mengisahkan mengenai seorang pahlawan yang melakukan perjalanan ke Bulan yang berpenghuni. Pada tahun 499 M, astronom India Aryabhata menulis dalam bukunya Aryabhatiya bahwa cahaya Matahari menyebabkan Bulan bersinar.Pada abad yang sama Astronom dan fisikawan Alhazen (965-1039) mengungkapkan bahwa cahaya matahari tidak dipancarkan dari Bulan seperti sebuah cermin, tetapi cahaya tersebut dipancarkan ke segala arah dari setiap bagian permukaan Bulan yang diterangi oleh cahaya matahari. Shen Kuo (10311095) dari Dinasti Song mengemukakan sebuah alegori yang mengumpamakan fenomena bersinar dan memudarnya cahaya Bulan dengan sebuah bola yang berputar; saat dibubuhi dengan bubuk putih dan dilihat dari samping, maka akan terlihat bentuk sabit. Dalam deskripsi alam semesta karya Aristoteles (384-322 SM), Bulan menandai batas antara unsur yang bisa berubah (Bumi, air, udara, dan api) dengan bintang-bintang abadi aether, pemikiran filsafat berpengaruh yang mendominasi sains selama berabad-abad kemudian. Pada abad ke-2 SM, Seleucus dari Seleucia mengemukakan teori bahwa pasang surut terjadi karena daya tarik Bulan, dan ketinggian air pasang ditentukan oleh posisi relatif Bulan terhadap Matahari. Pada abad yang sama, Aristarcus menghitung ukuran dan jarak bulan dari bumi, dengan jarak sekitar 20 kali radius bumi. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Ptolemy (90-168 M), ia berpendapat bahwa jarak rata-rata bulan dari bumi adalah 59kali radius bumi dan diameter 0,292 dari diameter bumi. Angka ini hampir mendekati jarak dan diameter yang sebenarnya, yakni sekitar 60 untuk jarak dan 0,273 untuk diameter. Archimedes (287-212 SM) merancang seuah planetarium yang bisa menghitung laju pergerakan bulan dan objek lainnya di tata surya.Pada abad pertengahan, sebelum ditemukannya teleskop, bulan diyakini sebagai bola batu, meskipun juga banyak yang percaya bahwa permukaan bulan sangat halus. Pada tahun 1609, Galileo Galilei untuk pertama kalinya membuat sebuah gambar teleskopis bulan dalam bukunya yang berjudul Sidereus Nuncius dan menjelaskan bahwa permukaan bulan tidak halus, tetapi memiliki pegunungan dan kawah. Pemetaan teleskopis bulan terus berlanjut disepanjang abad pertengahan. Pada abad ke-17, Giovanni Battista Riccioli dan Francesco Maria Grimaldi berhasil menciptakan sebuah sistem penamaan geologi Bulan yang tetap digunakan hingga saat ini. Mappa Selenographica karya Wilhelm Beer dan Johann Heinrich Madler (1834- 1836), serta buku Der Mond (1837), merupakan buku pertama yang secara akurat menjelaskan penelitian mengenai Bulan dari sudut pandang trigonometri, termasuk ketinggian lebih dari seribu gunung di Bulan, dan memperkenalkan penelitian Bulan dengan tingkat akurasi yang bisa diukur oleh geografi Bumi. Kawah Bulan pertama kali dicatat oleh Galileo, dan awalnya dianggap sebagai gunung berapi sampai tahun 1870-an, dan kemudian Richard Proctor menjelaskan bahwa kawah-kawah tersebut terbentuk akibat tubrukan. Pendapatnya ini didukung oleh eksperimen yang dilakukan oleh geolog Grove Karl Gilbert pada tahun 1892, dan setelah perkembangan studi komparatif pada 1920-an hingga 1940-an, stratigrafi Bulan menjadi cabang ilmu astrogeologi baru pada tahun 1950-an.

b. Penjelajahan Langsung Pertama: 1959-1976 Misi Uni-SovietPerang Dingin mendorong terjadinya Perlombaan Angkasa antara Uni Soviet dan Amerika Serikat, yang menyebabkan adanya akselerasi kepentingan dalam penjelajahan Bulan. Setelah peluncur memiliki kemampuan yang diperlukan, kedua negara ini mengirim wahana tak berawak melalui misi orbit ataupun misi pendaratan di Bulan. Wahana buatan Soviet, Luna, adalah wahana pertama yang berhasil mencapai tujuan. Setelah meluncurkan tiga misi nirawak dan mengalami kegagalan pada tahun 1958, benda buatan manusia pertama yang keluar dari gravitasi Bumi dan melintas di dekat Bulan adalah Luna 1; benda buatan manusia pertama yang menabrak permukaan Bulan adalah Luna 2, dan foto pertama sisi jauh Bulan dipotret oleh Luna 3, semuanya dilakukan pada tahun 1959. Wahana antariksa pertama yang berhasil melakukan pendaratan lunak di permukaan Bulan adalah Luna 9, dan wahana nirawak pertama yang mengorbit Bulan adalah Luna 10, keduanya terjadi pada tahun 1966. Sampel tanah dan batuan Bulan dibawa ke Bumi oleh tiga misi pengembalian sampel Luna, yakni Luna 16 pada 1970, Luna 20 pada 1972, dan Luna 24 pada 1976, yang berhasil membawa 0,3 kg batuan dan tanah Bulan Dua rover robotika perintis mendarat di Bulan pada tahun 1970 dan 1973 sebagai bagian dari program Lunokhod Soviet.

Misi Amerika SerikatAmerika Serikat meluncurkan wahana tak berawak untuk mengembangkan pemahaman mengenai permukaan Bulan demi kepentingan pendaratan berawak di kemudian hari; program Surveyor Jet Propulsion Laboratory mendaratkan wahana pertamanya empat bulan setelah peluncuran Luna 9. Program Apollo berawak NASA dikembangkan secara paralel; setelah serangkaian pengujian tak berawak dan berawak pada wahana Apollo di orbit Bumi, dan didorong oleh rencana peluncuran penerbangan Bulan Soviet, Apollo 8 mengirimkan misi berawak pertama ke orbit Bulan pada tahun 1968. Misi berikutnya berhasil mendaratkan manusia untuk pertama kalinya di permukaan Bulan, yang dipandang oleh banyak pihak sebagai puncak Perlombaan Angkasa. Neil Armstrong menjadi manusia pertama yang berjalan di permukaan Bulan sebagai pemimpin misi Apollo 11 Amerika Serikat; ia menjejakkan langkah pertamanya di permukaan Bulan pada pukul 02:56UTC tanggal 21 Juli 1969. Misi Apollo 11 hingga 17 (kecuali Apollo 13, yang pendaratannya dibatalkan) berhasil kembali ke Bumi dengan membawa 382 kg tanah dan batuan Bulan dalam 2.196 sampel terpisah. Pendaratan Bulan Amerika Serikat dipicu oleh kemajuan teknologi yang cukup pesat pada akhir 1960-an, misalnya kimia ablasi, rekayasa perangkat lunak, dan teknologi penetrasi atmosfer, serta manajemen yang sangat kompeten sehubungan dengan upaya teknis yang besar. Sejumlah instrumen ilmiah dipasang di permukaan Bulan selama misi pendaratan Apollo. Stasiun instrumen berumur panjang, termasuk kapsul beraliran panas, seismometer, dan magnetometer, dipasang di lokasi pendaratan Apollo 12, 14, 15, 16, dan 17. Transmisi data langsung ke Bumi diakhiri pada tahun 1977 karena pertimbangan anggaran, tetapi setelah stasiun rentang laser Bulan menjadi instrumen pasif, transmisi data masih terus dilakukan. Komunikasi jarak di stasiun secara rutin diterima oleh stasiun Bumi dengan akurasi beberapa sentimeter, dan data dari eksperimen ini digunakan untuk menentukan ukuran inti Bulan.

Misi Saat Ini: 1990-sekarangPasca-Apollo dan Luna, semakin banyak negara yang terlibat dalam penjelajahan Bulan secara langsung. Pada tahun 1990, Jepang menjadi negara ketiga yang mengirimkan pesawat luar angkasa ke orbit Bulan dengan meluncurkan wahana Hiten. Wahana ini diluncurkan dengan kapsul yang lebih kecil bernama Hagoromo di orbit Bulan, tetapi transmisi data gagal dilakukan, sehingga misi ini dihentikan. Pada tahun 1994, Amerika Serikat meluncurkan wahana Clementine ke orbit Bulan, yang merupakan misi gabungan antara Departemen Pertahanan dan NASA. Misi ini berhasil memotret peta topografi Bulan dalam jarak dekat dan mengambil foto multispektral permukaan Bulan untuk pertama kalinya. Misi ini diikuti oleh misi Lunar Prospector pada tahun 1998, yang berhasil menemukan adanya kelebihan hidrogen di kutub Bulan, yang diduga disebabkan oleh keberadaan air es beberapa meter di atas regolith di dalam kawah gelap permanen.SMART-1, pesawat luar angkasa Eropa yang merupakan wahana bertenaga ion kedua, berada di orbit Bulan sejak tanggal 15 November 2004, dan dihentikan setelah pengendalinya menabrak Bulan pada tanggal 3 September 2006. Misi ini merupakan misi pertama yang berhasil menyurvei secara rinci unsur kimia di permukaan Bulan. Tiongkok juga sangat berambisi untuk meluncurkan program penjelajahan Bulan, dimulai dengan Chang'e 1, yang berhasil mengorbit Bulan dari tanggal 5 November 2007 hingga akhirnya menabrak Bulan tanggal 1 Maret 2009. Dalam misi selama enam belas bulan, wahana ini berhasil mengambil foto Bulan secara keseluruhan. Tiongkok melanjutkan keberhasilan ini dengan meluncurkan Chang'e 2 pada bulan Oktober 2010, yang mencapai Bulan dua kali lebih cepat daripada Chang'e 1. Misi ini berhasil memetakan Bulan dalam resolusi yang lebih tinggi dalam waktu sekitar delapan bulan, kemudian meninggalkan orbit Bulan untuk mengamati perluasan titik Lagrangian L2 Bumi-Matahari. Wahana ini terbang melintasi asteroid 4179 Toutatis pada 13 Desember 2012, dan kemudian lenyap ke angkasa luar. Pada tanggal 14 Desember 2013, Chang'e 3 melanjutkan misi pendahulunya dengan mengirimkan sebuah pendarat ke permukaan Bulan, yang pada akhirnya meluncurkan sebuah penjelajah Bulan bernama Yutu (Mandarin: ; secara harfiah "Kelinci"). Dengan demikian, Chang'e 3 merupakan wahana pertama yang melakukan pendaratan lunak di permukaan Bulan sejak Luna 24 pada tahun 1976, dan juga misi pertama yang meluncurkan penjelajah sejak Lunokhod 2 pada 1973. Tiongkok berencana untuk meluncurkan misi penjelajah lainnya (Chang'e 4) pada tahun 2015, serta misi pengambilan sampel (Chang'e 5) pada tahun 2017.Antara tanggal 4 Oktober 2007 dan 10 Juni 2009, Badan Penjelajahan Antariksa Jepang meluncurkan misi Kaguya (Selene), pengorbit Bulan yang dilengkapi dengan kamera video berdefinisi tinggi dan dua satelit pemancar radio kecil. Misi ini berhasil memperoleh data geofisika Bulan dan mengambil video berdefinisi tinggi dari luar orbit Bumi untuk pertama kalinya. Misi penjelajahan Bulan pertama India, Chandrayaan I, mengorbit Bulan dari tanggal 8 November 2008 sampai kehilangan kontak pada 27 Agustus 2009, yang melakukan pemetaan fotogeologi dan mineralogi permukaan Bulan dalam resolusi tinggi. Misi ini juga menemukan keberadaan molekul-molekul air di dalam tanah Bulan. Indian Space Research Organisation berencana untuk meluncurkan Chandrayaan II pada tahun 2013, yang juga disertai dengan sebuah robot penjelajah Bulan milik Rusia. Akan tetapi, kegagalan misi Fobos-Grunt Rusia menyebabkan proyek ini mengalami penundaan.Misi Bulan masa depan lainnya adalah Luna-Glob Rusia; yang meliputi sebuah pendarat tak berawak, rangkaian seismometer, dan pengorbit yang serupa dengan misi Fobos-Grunt Mars yang gagal. Penjelajahan Bulan yang didanai swasta dikembangkan oleh Google Lunar X Prize, diumumkan pada 13 September 2007, yang menawarkan uang senilai US$20juta bagi siapa saja yang bisa mendaratkan sebuah robot penjelajah di Bulan dan yang memenuhi kriteria tertentu lainnya. Shackleton Energy Company sedang mengembangkan sebuah program untuk melakukan operasi di kutub selatan Bulan dalam rangka mengumpulkan air untuk memasok Propellant Depot milik mereka. NASA berencana untuk melanjutkan misi berawak setelah adanya seruan dari Presiden AS George W. Bush pada tanggal 14 Januari 2004 untuk meluncurkan misi berawak ke Bulan pada tahun 2019, serta membangun sebuah pangkalan di Bulan pada tahun 2024. Akan tetapi, program tersebut dibatalkan demi rencana pendaratan berawak di sebuah asteroid pada tahun 2025 dan misi pengorbit Mars berawak yang rencananya akan diluncurkan pada tahun 2035. India juga menyatakan niatnya untuk mengirimkan misi berawak ke Bulan pada tahun 2020.

d. Status HukumMeskipun panji-panji Luna Uni Soviet tersebar di Bulan, dan bendera Amerika Serikat secara simbolis ditancapkan di lokasi pendaratan oleh astronot Apollo, tidak satupun negara yang mengklaim kepemilikan atas bagian permukaan Bulan hingga saat ini. Rusia dan Amerika Serikat merupakan dua negara yang menandatangani Perjanjian Luar Angkasa pada tahun 1967, yang menyatakan bahwa Bulan dan keseluruhan luar angkasa adalah "provinsi bagi seluruh umat manusia". Perjanjian ini juga membatasi pemanfaatan Bulan untuk tujuan damai, secara eksplisit melarang instalasi sarana militer dan senjata pemusnah massal di Bulan. Perjanjian Bulan 1979 bertujuan untuk membatasi eksploitasi sumber daya Bulan oleh satu negara, tetapi perjanjian ini belum ditandatangani oleh satupun negara penjelajah luar angkasa. Meskipun beberapa individu telah menyatakan klaimnya atas keseluruhan atau sebagian permukaan Bulan, tidak satupun yang dianggap kredibel.

5