gizi 1.docx

57
GIZI IBU HAMIL Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat-zat gizi (baik makro dan mikro) yang dibutuhkan oleh seorang ibu yang sedang hamil baik pada trimester I, trimester II, dan trimester III dan harus cukup jumlah dan mutunya dan harus dipenuhi dari kebutuhan makan sehari-hari sehingga janin yang dikandungnya dapat tumbuh dengan baik serta tidak mengalami gangguan dan masalah. Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi selama kehamilan berlangsung. Resiko akan kesehatan janin yang sedang dikandung dan ibu yang mengandung akan berkurang jika ibu hamil mendapatkan gizi dan nutrisi yang seimbang. Oleh karena itu, keluarga dan ibu hamil haruslah memperhatikan mengenai hal ini. Gizi atau nutrisi ibu hamil kondisinya sama saja dengan pengaturan gizi mengenai pola makan yang sehat. Cuman saja, ibu hamil harus lebih hati-hati dalam memilih makanan karena mengingat juga kesehatan janin yang sedang dikandungnya. Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi dari pada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain. Demikian pula, bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat bersalin dapat mengakibatkan persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain yang mungkin memerlukan pembedahan. Sebaliknya, makanan yang berlebihan dapat mengakibatkan kenaikan BB yang berlebihan, bayi besar, dan dapat pula mengakibatkan terjadinya preeklampsi (keracunan kehamilan). Bila makanan ibu kurang,

Upload: alfian-fahrosi

Post on 14-Feb-2015

133 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

gizi

TRANSCRIPT

Page 1: GIZI 1.docx

GIZI IBU HAMIL

Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat-zat gizi (baik makro dan mikro) yang dibutuhkan oleh

seorang ibu yang sedang hamil baik pada trimester I, trimester II, dan trimester III dan harus cukup jumlah

dan mutunya dan harus dipenuhi dari kebutuhan makan sehari-hari sehingga janin yang dikandungnya dapat

tumbuh dengan baik serta tidak mengalami gangguan dan masalah.

Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi selama kehamilan

berlangsung. Resiko akan kesehatan janin yang sedang dikandung dan ibu yang mengandung akan

berkurang jika ibu hamil mendapatkan gizi dan nutrisi yang seimbang. Oleh karena itu, keluarga dan ibu

hamil haruslah memperhatikan mengenai hal ini. Gizi atau nutrisi ibu hamil kondisinya sama saja dengan

pengaturan gizi mengenai pola makan yang sehat. Cuman saja, ibu hamil harus lebih hati-hati dalam

memilih makanan karena mengingat juga kesehatan janin yang sedang dikandungnya.

Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi dari pada wanita yang tidak hamil,

karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu

terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi

rusak, rambut rontok dan lain-lain. Demikian pula, bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan

terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat

mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat bersalin dapat

mengakibatkan persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain yang mungkin memerlukan

pembedahan. Sebaliknya, makanan yang berlebihan dapat mengakibatkan kenaikan BB yang berlebihan,

bayi besar, dan dapat pula mengakibatkan terjadinya preeklampsi (keracunan kehamilan). Bila makanan ibu

kurang, kemudian diperbaiki setelah bayi lahir, kekurangan yang dialami sewaktu dalam kandungan tidak

dapat sepenuhnya diperbaiki.

Bersama dengan usia kehamilan yang terus bertambah, makan bertambah pula kebutuhan gizi dan

nutrisi ibu hamil, khususnya ketika usia kehamilan memasuki trimester kedua. Pada saat trimester kedua,

janin tumbuh dengan sangat pesat, khususnya mengenai pertumbuhan otak berikut susunan syarafnya. Ibu

hamil memerlukan makanan yang bermutu, tidak berlebihan dan kekurangan. Keinginan atau selera dari ibu

hamil belum tentu sesuai dengan kebutuhan tubuh ibu dan si anak sehingga dibutuhkan menu makanan yang

seimbang. Menu seimbang adalah menu yang semua zat gizinya dibutuhkan tubuh setiap hari. Zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh jumlahnya tidaklah sama, ada yang dibutukhkan dalam jumlah yang sedikit dan ada

pula yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Dalam menu seimbang, perbandingan antara karbohidrat,

protein, dan lemak dalam menu harian harus senantiasa sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berat badan bayi baru lahir dan ditentukan atau

dipengaruhi oleh status gizi ibu pada waktu melahirkan dan konsepsi. Faktor yang mempengaruhi gizi ibu

hamil antara lain :

1. Umur

Page 2: GIZI 1.docx

2. Berat badan

3. Suhu lingkungan

4. Pengetahuan ibu hamil dan keluarga tentang zat gizi dalam makanan

5. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan

6. Aktivitas

7. Status kesehatan

8. Status ekonomi

Selain harus memenuhi kebutuhan gizi yang cukup selama kehamilan, ibu hamil juga harus

memperhatikan pengaturan makanan yang baik selama kehamilan agar kebutuhan gizi dapat terpenuhi

dengan tepat. Tabel berikut menjelaskan tentang frekuensi penggunaan bahan makanan serta porsi yang

harus terpenuhi oleh ibu hamil dalam sehari.

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah Bahan Makanan/Hari

Makanan pokok (beras,

kentang, makroni, mie)

2 piring nasi (@200-250 gram)

80 gram roti

100 gram kentang

Protein hewani (daging,

ikan, telur, ayam)

90 gram daging/ikan

1 butir telur

Protein nabati (tahu, tempe,

kacang-kacangan)

60 gram kacang-kacangan

100 gram tahu

100 gram tempe

Sayuran 3 mangkuk

Buah-buahan 2 porsi @ 100-150 gram

Mentega/margarine/

minyak

2 sdm mentega/margarine

3 sdm minyak

Susu/yoghurt 1 gelas

9. Sumber: Kasdu, 2004

Hal yang perlu diperhatikan ibu hamil dalam mengatur menu makanan selama hamil, antara lain:

1. Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan, susu berlemak dan

makanan yang sudah tidak segar.

2. Ibu hamil sebaiknya makan teratur sedikitnya tiga kali sehari.

3. Hidangan yang tersusun dari bahan makanan bergizi.

4. Mempergunakan aneka ragam makanan yang ada.

5. Memilih dan membeli berbagai macam bahan makanan yang segar.

6. Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas, seperti sawi, kool, kubis dan lain-lain.

7. Mengurangi bumbu yang merangsang, seperti pedas, santan kental.

Page 3: GIZI 1.docx

8. Menghindari merokok dan minum-minuman keras.

Tujuan penataan gizi pada ibu hamil adalah menyiapkan:

1. Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral, dan cairan untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi ibu, janin, dan plasenta.

2. Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak.

3. Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat badan selama hamil.

4. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan mempertahankan

status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi

dengan potensi fisik dan mental yang baik, dan memperoleh cukup energi untuk menyusui serta

merawat bayi kelak.

5. Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan, seperti

mual dan muntah.

6. Perawatan gizi yang membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama masa kehamilan (diabetes

gestasional).

7. Mendorong ibu hamil untuk sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik

yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup.

Dibandingkan ibu yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%, asam

folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-300%. Kebuthan zat gizi ibu hamil yang dihitung berdasarkan

persentase peningkatan asupan gizi atas kebutuhan wanita tidak hamil menurut National Academy of

Sciences sebagai berikut:

Zat Gizi % Zat Gizi %

Kalori

Protein

Vitamin D

Vitamin E

Vitamin K

Vitamin C

Thiamin

Riboflavin

Niacin

Vitamin B6

14%

68%

100%

25%

8%

17%

36%

23%

13%

27%

Folate

Vitamin B12

Kalsium

Fosfor

Magnesium

Besi

Seng

Yodium

Selenium

122%

10%

50%

50%

14%

100%

25%

17%

18%

Agar perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat menjalani hari-hari

kehamilannya dengan sehat, makan konsumsi ibu hamil harus mengandung gizi sebagai berikut:

1. Kalori

Page 4: GIZI 1.docx

Selama kehamilan konsumsi kalori haruslah bertambah dikisaran 300-400 kkal perharinya. Kalori yang

di dapat haruslah berasal dari sumber makanan yang bervariasi, dimana pola makan 4 sehat 5 sempurna

harus sebagai acuannya. Baiknya, 55% kalori di peroleh dari umbi-umbian serta nasi sebagi sumber

karbohidrat, lemak baik nabati maupun hewani sebanyak 35%, 10% dari protein dan sayuran serta

buahan bisa melengkapi.

2. Asam Folat

Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak guna pembentukan sel dan sistem syaraf.

Selama trimester pertama janin akan membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per

harinya. Jika janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini akan membuat perkembangan

janin menjadi tidak sempurna dan dapat membuat janin terlahir dengan kelainan seperti mengalami

anenchephaly (tanpa batok kepala), mengalami bibir sumbing dan menderita spina bifida (kondisi

dimana tulang belakang tidak tersambung). Asam folat yang bisa di dapat pada buah-buahan, beras

merah dan sayuran hijau.

3. Protein.

Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun, pembentukan darah dan sel merupakan salah

satu fungsi protein. Protein dibutuhkan oleh ibu hamil dengan jumlah sekitar 60 gram setiap harinya

atau 10 gram lebih banyak dari biasanya. Protein bisa didapatkan dari kacang-kacangan, tempe, putih

telur, daging dan tahu.

4. Kalsium

Berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang janin. Dengan ada kalsium yang cukup

selama kehamilan, ibu hamil dapat terhindar dari penyakit osteoporosis. Ini disebabkan karena jika ibu

hamil tidak memiliki kalsium yang cukup, maka kebutuhan janin akan kalsium akan diambil dari tulang

ibunya. Sumber kalsium yang baik terdapat pada susu, kacang-kacangan dan sayuran.

5. Vitamin A

Sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan kulit. Selain itu vitamin A

juga berfungsi sebagai imunitas dan pertumbuhan janin. Namun meskiun vitamin A sangat dibutuhkan

oleh ibu hamil, namun jangan sampai berlebih dalam mengkonsumsinya, karena jika ibu hamil

mengalami kelebihan vitamin A hal ini dapat membuat janin terganggu pertumbuhannya dan dapat

menimbulkan cacat bawaan. Isotretinoin (asam 13-cic-retinoat) yaitu suatu analog vitamin A telah

dibuktikan menyebabkan pola kelainan yang khas yaitu embriopati isotretinoin/embriopati vitamin A

dengan ciri-ciri antara lain celah langit-langit, hidrosefali, cacat tuba neuralis dan cacat jantung.

6. Vitamin B12

Vitamin B12 bersama dengan asam folat berperan dalam sintesis DNA dan memudahkan pertumbuhan

sel. Vitamin ini juga penting untuk keberfungsian sel sumsum tulang, sistem persarafan, dan saluran

cerna. Bahan makanan yang merupakan sumber vitamin B12 adalah hati, telur, ikan, kerang, daging,

unggas, susu, dan keju.

7. Zat Besi

Page 5: GIZI 1.docx

Berfungsi di dalam pembentukan darah terutama membentuk sel darah merah hemoglobin dan

mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia. Zat besi akan diperlukan pada saat kehamilan memasuki

usia 20 minggu. Kebutuhan akan zat besi sebanyak 30 mg per harinya. Zat besi dapat diperoleh pada

hati, daging atau ikan.

8. Vitamin C

Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat besi. Selain itu vitamin C sangat baik guna

kesehatan gusi dan gigi. Fungsi lain dari vitamin C adalah melindungi jaringan dari organ tubuh dari

berbagai macam kerusakan serta memberikan otak berupa sinyal kimia, hal terjadi karena vitamin C

banyak mengandung antioksidan.

9. Vitamin D

Dapat menyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat dalam pembentukan dan pertumbuhan tulang

bayi. Vitamin D dapat di dapat dari sumber makanan, susu, kuning telur atau hati ikan.

10. Yodium

Yodium dapat diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan laut. Kekurangan yodium pada ibu

hamil akan mengakibatkan janin mengalami hipotiroid yang selanjutnya berkembang menjadi

kretinisme. Kerusakan saraf sebagai akibat dari hipotiroid dapat menyebabkan retardasi mental.

Kekurangan yodium juga dapat mengakibatkan bayi lahir mati, serta aborsi. Kebutuhan yodium dapat

dipenuhi dengan mengkonsumsi garam beryodium serta konsumsi bahan makanan yang bersumber dari

laut.

Jika ibu hamil tidak mengalami berbagai macam gejala seperti anemia, gusi berdarah dan gejala

lainnya, maka ibu hamil tersebut dapat dikatakan telah mencukupi kebutuhan akan gizi dan nutrisinya. Hal

yang lebih penting untuk mengecek kecukupan nutrisi selama kehamilan adalah tentunya melalui

perkembangan berat badan selama kehamilan.

GIZI PADA IBU MENYUSUI

1. Pengertian

Gizi ibu menyusui adalah makanan sehat selain obat yang mengandung protein, lemak, mineral, air dan

karbohidrat yang dibutuhkan oleh ibu menyusui dalam jumlah tertentu selama menyusui.

2. Prinsip Gizi bagi Ibu Menyusui

Gizi pada ibu menyusui memiliki kaitan yang erat dalam produksi ASI. Bila pemberian ASI berhasil

baik, maka akan mempengaruhi gizi bayi pula seperti kenaikan berat badan bayi, integritas kulit bayi

yang baik, kebiasaan makan bayi yang baik, dan mendukung perkembangan otak bayi.

3. Manfaat Gizi untuk Ibu Menyusui

Page 6: GIZI 1.docx

Gizi diperlukan ibu menyusui untuk :

a) Pemulihan energi setelah persalinan

b) Kesehatan ibu menyusui

c) Menghasilkan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibu Menyusui

a). Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang diproduksi per hari.

b). Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20 gram protein sehari.

c). Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan kecuali jika kekurangan

satu atau lebih zat gizi.

d). Aktivitas, aktivitas yang berat akan meningkatkan penggunaan energi pada wanita yang

menyusuai sehingga akan memmpengaruhi gizi yang dibutuhkan

e). Penyakit, Pada keadaan sakit akan meningkatkan kebutuhan gizi yang dibutuhkan ibu menyusui

agar tidak mengganggu proses menyusui yang sedang berlangsung

5. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan

a. Gizi atau makanan bergizi

b. Minum air lebih banyak dari biasanya

Berguna agar ASI-nya mencukupi, setiap hari ibu perlu minum air 6-8 gelas/hari atau lebih banyak

dari biasanya.

c. Support Suami

Suami juga ikut mendorong memberikan dukungan agar istri yang sedang menyusui selalu makan

secara teratur, sehingga gizi ibu dan anak dapat terpenuhi.

d. Sayuran Hijau Tua dan buah berwarna

Konon, sayuran hujau tua dan buah berwarna, seperti daun katuk, daun papaya, daun mengkudu,

dianggap dapat memperlancar ASI.

e. Vitamin A dan Pil Penambah Darah

Vitamin A dan penambah darah digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pengembalian kekuatan

ibu setelah persalinan.

6. Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Secara umum kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan ibu menyusui adalah sebagai berikut:

a. Kalori

Selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi

selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan

nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang

dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/ hari

Page 7: GIZI 1.docx

selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi

2300-2700 kal ketika menyusui

b. Protein

Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya16 %

dari tambahan5 00 kal yang dianjurkan

c. Cairan.

Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan ibu menyusui minum 2-3

liter per hari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah.

d. Vitamin dan mineral

Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi dari pada selama hamil.

Menurut sumber lain, kebutuhan gizi bagi ibu menyusui, dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1) Kebutuhan Zat Gizi Ibu Menyusui

Sudah jelas bahwa seorang ibu menyusui memerlukan zat gizi lebih banyak dibanding sewaktu tidak

menyusui. Tambahan zat gizi yang dianjurkan untuk ibu menyusui adalah sebagai berikut :

a. 825 kilo kalori

b. 25 gram protein

c. 500 miligram zat besi

d. 2500 satuan internasional vitamin A

e. 0,4 miligram vitamin B1

f. 30 miligram vitamin C

2) Kebutuhan gizi tambahan pada ibu menyusui menurut hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

tahun 1998 adalah:

3) Bahan makanan yang menjadi sumber zat gizi

Gizi yang

baik pada

ibu hamil

juga

meningkatkan kuantitas dan kualitas ASI. Banyak ragam bahan makanan di sekitar kita yang dapat

menjadi sumber zat gizi. Contoh sumber kalori yang dianjurkan :

a. Bahan makanan yang mengandung banyak hidrat arang/karbohidrat :

Menyusui 0 – 6 bulan 7 – 12 bulan

Kalori + 700 kal + 500 kal

Protein +16 gr + 12 gr

Ca + 400 mg + 400 mg

Fe + 2 mg + 2 mg

Vitamin A + 350 RE + 300 RE

Thiamin + 0,3 mg + 0,3 mg

Riboflavin + 0,4 mg + 0,3 mg

Niacin + 3 mg + 3 mg

Vitamin C + 25 mg + 10 mg

Vitamin D -/+ 10 µg + 10 µg

Page 8: GIZI 1.docx

1. Beras Mie

2. Ketela Kentang

3. Jagung Minyak

4. Gandum

b. Bahan makanan yang mengandung banyak protein :

1. Protein hewani : susu daging, telur ikan

2. Protein nabati : kacang-kacangan,tempe,tahu

c. Bahan makanan yang mengandung banyak zat kapur :

1. Susu

2. Sayuran hijau

3. Teri kering

4. Kacang-kacangan

d. Bahan makanan yang mengandung banyak zat besi :

1. Hati

2. Kuning telur

3. Kacang-kacangan

4. Daging

5. Sayuran hijau (bayam,daun ketela,dll)

e. Bahan makanan yang mengandung banyak vitamin A :

1. Kuning telur

2. Minyak ikan

3. Hati

4. Susu

5. Sayuran hijau

6. Buah-buahan kuning

Kecuali itu sayuran dan buah-buahan pada umumnya mengandung vitamin dan mineral

terutama dalam bentuk segar.

4) Susunan Makanan yang Dianjurkan Selama Menyusui.

Susunan makanan yang dianjurkan adalah yang memenuhi persyaratan gizi baik. Adapun jumlah

makanan yang dianjurkan sebagai berikut (untuk sehari):

a. Beras 500 gram (3 ½ gelas nasi)

b. Daging 75 gram (1 ½ potong sedang)

c. Tempe 125 gram (2-3 potong sedang)

d. Sayuran 300 gram (3 gelas sayur)

e. Pepaya 200 gram (2 potong sedang)

f. Susu 200 cc (1 gelas)

Page 9: GIZI 1.docx

Jenis makanan ini dapat diganti dengan jenis makanan lain yang sama nilai gizinya sesuai dengan

selera ibu, misalnya :

a. Beras dapat diganti dengan roti, mie, kentang, atau tepung-tepungan lain.

b. Daging dapat diganti dengan ikan, ayam, telur, dsb.

5) Bahan makanan yang dapat merangsang ASI.

Contoh beberapa jenis makanan yang dapat merangsang ASI : Bayam, Kedelai, Daun singkong,

Pepaya, Daun katuk, Mangga, Daun papaya, Jeruk, Kacang tanah, Pisang, Kacang merah, Jambu air,

Kacang hijau.

7. Masalah gizi yang ditemui pada ibu menyusui antara lain :

1) Anemia gizi

Anemia gizi dapat terjadi bila kekurangan Fe (zat besi) dan asam folat. Sumber makanan yang

mengandung zat besi yang mudah diabsorpsi tubuh manusia adalah sumber protein hewani seperti

ikan, daging, telur, dsb. Sayur-sayuran seperti daun singkong, kangkung, bayam dsb juga mengandung

zat besi akan tetapi lebih sulit absorpsinya di dalam tubuh.

2) Kekurangan vitamin A

Pada ibu menyusui, vitamin A berperan penting untuk memelihara kesehatan ibu selama masa

menyusui. Buta senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi karena Kurang Vitamin A

(KVA). Namun KVA dapat ditanggulangi dengan berbagai cara, seperti forfikasi berbagai produk

makanan, peningkatan ketersediaan dan konsumsi makanan yang me-ngandung vitamin A. Vitamin A

ditemukan pada makanan yang biasa dikonsumsi, seperti telur, hati, buah-buahan berwarna oranye,

seperti mangga dan papaya masak, serta sayuran berdaun hijau.

3) Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI)

Gangguan akibat kekurangan yodium mengakibatkan terjadinya gondok atau pembengkakan kelenjar

tiroid di leher dan kretinisme. Yodium merupakan nutrisi penting untuk memastikan perkembangan

normal dari otak dan sistem saraf pada bayi dan anak-anak muda. Pada ibu menyusui, kekurangan

yodium dapat mengakibatkan pengaruh negatif pada sistem otak dan saaraf bayi dan menghasilkan IQ

lebih rendah. Asupan harian yodium ibu menyusui yang harus dipenuhi adalah 250 mg per hari. Ibu

menyusui dianjurkan makan makanan laut, seperti ; ikan, udang dan karang.

4) Kekurangan energi protein (KEP)

Merupakan penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama. Prevalensi

tinggi terjadi pada balita ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/ meneteki (buteki). Pada derajat ringan

Page 10: GIZI 1.docx

pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition). Derajat

berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tipe marasmik-kwashiorkor.

5) Kekurangan vitamin D

Vitamin D diperoleh tubuh melalui sinar matahari dan makanan. Kekurangan vitamin D lebih

mungkin terjadi di negara yang tidak selalu mendapat sinar matahari. Pada ibu menyusui dianjurkan

makan makanan hewani yang merupakan sumber utama vitamin D dalam bentuk kolekalsiferol, yaitu

kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak hati-ikan. Seorang ibu menyusui membutuhkan 300-

500 kalori tambahan setiap hari untuk dapat menyusui bayinya dengan baik.

GIZI BAYI

1. Pengertian

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal

melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang

tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi.

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat

gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam

seluler tubuh (Supariasa, 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,

penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke

status gizi memuaskan. Sebaiknya jika kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk

jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih

(Supariasa, 2002).

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang

diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status

kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck dalam

creasoft, 2008). Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan

manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis

zat gizi dan sejak akhir tahun 1980an dikelompokkan keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energi

berupa karbohidrat, lemak, dan protein dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral (Supariasa, 2002).

Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh jenuh oleh semua zat

gizi maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan

mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang

dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan zat

gizi (Supariasa, 2002).

Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok umur yang rentan terhadap

penyakit-penyakit kekurangan gizi, oleh sebab itu indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi

Page 11: GIZI 1.docx

masyarakat adalah dengan melalui pengukuran status gizi balita (Supariasa, 2002). Kurang gizi pada anak

balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah atau masyarakat bahkan keluarga. Artinya andaikata disuatu

desa terdapat sejumlah anak yang menderita gizi kurang dan tidak segera menjadi perhatian karena anak

tampak tidak sakit. Faktor timbulnya gizi kurang pada anak balita lebih kompleks, maka upaya

penanggulangannya memerlukan pendekatan dari berbagai segi kehidupan anak secara terintegrasi.

Artinya tidak hanya memperbaik aspek makanan saja tetapi juga lingkungan hidup anak seperti pada

pegasuhan, pendidikan ibu, air bersih dan kesehatan lingkungan, mutu layanan kesehatan dan sebagainya

(Supariasa, 2002).

2. Kebutuhan Zat Gizi pada Bayi Cukup Bulan

Konsumsi energi bayi sehat yang diberi ASI pada umur 2 minggu kira-kira 90 kkal per

kilogram berat badan per hari dan meningkat menjadi 100 kkal per kilogram berat badan per hari pada

umur 1 bulan. Pada tingkat konsumsi sebesar 100 kalori per kilogram berat badan per hari selama enam

bulan pertama kehidupan kira-kira tersedia 1,65 gram protein per kilogram berat badan per hari.

Kebutuhan protein lambat laun akan menurun selama 12 bulan pertama. Kebutuhan energi pada saat

kecepatan pertumbuhan badan juga melambat. ASI mengandung 14-15% lemak sebagai asam linoleat.

Kandungan kolesterol pada ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi.

Asam askorbat (vitamin C) sangat esensial bagi bayi. Vitamin-vitamin yang larut dalam air

yaitu vitamin C dan vitamin B terdapat dalam air susu ibu sehat dalam jumlah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan bayi cukup bulan yang baru lahir. Apabila ibu menderita malgizi atau bayi lahir

prematur, ASI mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Vitamin-vitamin yang larut dalam

lemak yaitu vitamin A dan E cukup tersedia tetapi vitamin D dan K terbatas. Kandungan vitamin D pada

ASI hanya 25 IU per liter tetapi 70% diantaranya terdapat dalam bentuk 25 hidroksi-vitamin D3. (25-OH-

D3) yaitu vitamin D yang dapat digunakan lebih efisien oleh bayi daripada vitamin D3. Kandungan

vitamin K pada ASI hanya 2 μg per liter atau kira-kira 40% dari perkiraan kebutuhan bayi jika

dibandingkan dengan susu sapi yang mengandung 15-20 μg per liter. Oleh sebab itu, bayi yang baru lahir

harus mendapat suplementasi vitamin D dan K karena mempunyai resiko tinggi akan defisiensi vitamin-

vitamin tersebut

Kecepatan metabolisme dalam keadaan istirahat lebih tinggi pada bayi tidak cukup bulan

dibandingkan bayi cukup bulan pada berat badan yang sama. Keadaan dingin dapat meningkatkan

pemakaian energi (Budianto, 2009).

3. Memenuhi Kebutuhan Zat Gizi Pada Masa Bayi: Pemberian Makan Pada Bayi Cukup Bulan

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru lahir

dan pada umur selanjutnya apabila diberikan dalam jumlah yang cukup. ASI dapat menjadi sumber

utama zat gizi bagi bayi sampai usia 1 tahun. ASI mengandung sejumlah faktor-faktor non gizi yaitu

Page 12: GIZI 1.docx

zat-zat yang tidak mempunyai peran terhadap perbaikan status gizi bayi. Faktor-faktor tersebut

seperti faktor pertumbuhan untuk Lactobacillus bifidus yang dapat membantu dalam penentuan

pertama gram positif koloni flora nonpatogenik. Makrofag (memproduksi lisozim) dan laktoferin

( pada ASI terdapat dalam konsentrasi tinggi) dapat memberi perlindungan antibakteri yang tidak

spesifik.

Konsentrasi besi dalam ASI sangat rendah yaitu 0,6 mg per liter pada 2 minggu pertama

laktasi dan akan terus menurun sampai kira-kira 0,3 mg per liter pada 20 minggu masa laktasi. Bayi

dilahirkan dengan membawa persediaan besi yang banyak yaitu kira-kira 75 mg besi per kg berat

badan terutama dalam bentuk hemoglobin, maka hanya sedikit absorpsi besi diperlukan pada umur 4-

6 bulan pertama kehidupan untuk mencegah defisiensi besi. Absoprsi sebanyak 0,1-0,2 mg besi dari

750 ml ASI yang dikonsumsi setiap hari mencukupi untuk mencegah defisiensi sampai bayi berumur

lebih dari 6 bulan walaupun persediaan besi dalam tubuh semakin terdeplesi.

b. Makanan formula

Makanan yang lebih sering dikatakan sebagai pendamping ASI yang biasa diberikan pada usia bayi

4-6 bulan. Jenis makanan formula biasanya terdiri dari bubuk, konsentrat air, dan siap makan.

c. Formula komersial

Formula tersebut menyediakan 40% energi sebagai laktosa. Lemak seluruhnya berasal dari minyak

nabati untuk mencapai derajat absorpsi lemak seperti ASI. Seluruh formula standar tidak

mengandung kolesterol. Vitamin dan mineral ditambahkan untuk memenuhi standar yang telah

ditentukan. Hampir semua formula tersedia tanpa fortifikasi besi (kira-kira 1,4 mg per liter) atau

dengan fortifikasi ( 12 mg per liter). Formula bayi komersial dianggap sebagai alternatif terbaik

selain ASI dan Komite Gizi dari American Academy of Pediatrics telah menganjurkan agar formula

yang difortifikasi dengan besi harus terus diberikan dari umur 6 sampai 12 bulan. Susu skim tidak

dianjurkan untuk bayi karena rendahnya densitas energi dan kurang akan asam lemak esensial serta

kemungkinan akan kehilangan darah dalam usus.

d. Makanan padat (Budianto, 2009).

ebutuhan Energi Bayi

a. Umur 0-3 bulan pertama pemanfaatan ASI adalah sekitar 850ml/hari yaitu 120 kalori/kg berat badan

b. Umur 3 bulan penghisapan ASI oleh bayinya per kilogram berat badan akan berlangsung lebih

rendah daripada sebelumnya.

c. Setelah umur 6 bulan bayi tidak menerima energi penuh hanya dari ASI. Kebutuhan individu sangat

tergantung pada keaktifan bayi (Budianto, 2009).

4. Kebutuhan Zat Gizi Bayi Prematur

Permasalahan medis bayi prematur yang mungkin ditemukan yaitu ketidakstabilan keadaan umum

bayi, bayi sulit menjalani masa transisi pada saat tidur ke keadaan bangun maupun sebaliknya, henti

napas, daya tahan yang terbatas, inkoordinasi refleks mengisap, menelan, dan bernafas, serta kurang

Page 13: GIZI 1.docx

baiknya kontrol fungsi oral motor. Akibatnya, bayi prematur berisiko mengalami kekurangan gizi.

Kekurangan ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya kecepatan pertumbuhan dan kebutuhan

metabolisme yang tinggi, cadangan yang tidak cukup, sistem fisiologi tubuh yang belum sempurna, atau

karena bayi dalam keadaan sakit( Buku Indonesia Menyusui,2009).

Pada bayi prematur, kebutuhan hampir semua mineral melebihi bayi cukup bulan. Kebutuhan akan

natrium harus ditingkatkan pada bayi prematur yang beratnya sangat rendah (kurang dari 1500 g).

Formula dengan bahan dasar kacang kedele kadang-kadang dipakai untuk memberi makan bayi prematur

dengan tujuan untuk menggunakan formula yang bebas laktosa (Budianto, 2009).

5. Prinsip Gizi pada Bayi

Kebutuhan gizi pada bayi berbeda dengan kebutuhan gizi pada masa pertumbuhan yang lain.

Bayi membutuhkan karbohidrat dengan bantuan amilase yang digunakan untuk mencerna bahan makanan

yang berasal dari zat pati. Protein yang diperlukan bayiberasal dari ASI yaitu dengan kadar 4-5% dari

total kalori dalam ASI, sedangkan lemak yang diperlukan 58%dari total kalori dalam susu matur. Mineral

yang dibutuhkan pada bayi terdiri dari kalsium, fosfor, klor, kalium dan natrium yang dapat menunjang

pertumbuhan dan perkembangan bayi, dan kandungan vitamin yang dibutuhkan nayi begitu beragam

sesuai dengan diet ibu (Proverawati, 2010).

Bayi yang berumur enam bulan atau lebih akan membutuhkan makanan tambahan berupa

makanan lunak yang bergizi yang disebut MP-ASI (Makanan Pendamping ASI). MP-ASi tersebut

diberikan sebagai tambahan pemberian ASi, sehingga ASI tetap diberikan pada bayi. Pengenalan dan

pemberian makanan tambahan ini harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya yang

disesuaikan dengan kondisi pencernaan bayi (Proverawati, 2010).

Makanan pendamping ASI dibuat dari makanan pokok yang mengandung gizi yang seimbang

bagi bayi yang dapat diberikan 2-3 kali sehari sebelum anak berusia 12 bulan dan dapat meningkat

menjadi 3-5 kali sehari sebelum berusia 24 bulan. Bentuk dari makanan tambahan pada bayi tersebut

disesuaikan dengan usia bayi (Proverawati, 2010).

acam-macam Makanan Bayi

Makanan tambahan ASI (MP-ASI) yang diberikan pada bayi untuk memenuhi kebutuhan

pertumbuhan dan perkembangan pada bayi sebagai pendamping dari pemberian ASI. Makanan tambahan

tersebut diberikan pada bayi dalam bentuk yang disesuaikan dengan usia atau pertumbuhan bayi. Jenis

dari makanan tambahan tersebut, yaitu:

a. Makanan saring

Makanan saring merupakan makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan

bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus. Contoh dari makanan saring ini adalah bubur susu,

bubur sumsum, buah-buahan yang disaring seperti papaya saring, nasi tim saring, dan lain-lain.

b. Makanan lunak

Page 14: GIZI 1.docx

Makanan lunak merupakan makanan yang dimasak dengan kandungan air yang banyak (tampak

berair). Contoh dari makanan lunak seperti bubur ayam, bubur nasi, nasi tim, dan lain sebagainya.

c. Makanan padat

Makanan padat merupakan makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasa disebut dengan

makanan keluarga. Contohnya adalah lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, dan lain-lain

(Proverawati, 2010).

6. Cara Pengelolaan Makanan Bayi

Pengelolaan makanan bayi disesuaikan dengan usia bayi. Hal tersebut dikarenakan

penyesuaian dengan kemampuan sistem pencernaan bayi yang berbeda pada setiap masa perkembangan.

Pengelolaan bahan makanan berdasarkan umur yaitu:

a. Pemberian makanan bayi umur 6–9 bulan dengan cara melanjutkan pemberian ASI. Usia 6 bulan bayi

diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari, hal ini dikarenakan karena fungsi alat cerna yang

sudah dapat digunakan.

b. Pemberian makanan bayi umur 9–12 bulan. Pada umur 10 bulan mulai diperkenalkan dengan nasi tim

yang kepadatannya diatur sesuai usia. Bayi juga diperkenalkan dengan menu makanan selingan

seperti bubur kacang hijau, pemberian buah dan sayuran sehingga menambah nafsu makan bayi.

Pengenalan tersebut perlu dilakukan untuk membiasakan bayi menyukai makanan yang sehat sejak

dini.

c. Pemberian makanan bayi umur 12–24 bulan, masih tetap diberikan ASI namun sedikit demi sedikit

frekuensinya dikurangi dengan cara penyapihan, memberikan MP-ASI sekurang – kurangnya 3 kali

sehari, serta memberikan selingan makanan seperti sayuran dan buah-buahan guna meningkatkan

nafsu makan dengan cara mempercantik pengemasan saat pemberian makanan (Proverawati, 2010).

aktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi menjadi 2 meliputi faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, yang

meliputi status kesehatan, umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh. Status kesehatan berkaitan dengan

adanya hambatan reaksi imunologis dan berhubungan dengan terjadinya prevalensi dan beratnya penyakit

infeksi, seperti kwashiorkor atau marasmus sering didapatkan pada taraf yang sangat berat. Infeksi

sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare (Santosa,

2004). Faktor umur merupakan faktor yang sangat menentukan banyaknya kebutuhan protein terutama

pada golongan balita yang masih dalam masa pertumbuhan. Terkait dengan faktor jenis kelamin, jenis

kelamin wanita lebih banyak kasusnya Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu faktor

yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi pendidikan, pengetahuan, infeksi dan

pendapatan. (Radiansyah, 2007).

Berdasarkan Almatsier (2002) Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi meliputi:

Page 15: GIZI 1.docx

a. Program pemberian makanan tambahan merupakan program untuk menambah nutrisi pada balita ini

biasanya diperoleh saat mengikuti posyandu. Adapun pemberian tambahan makanan tersebut berupa

makanan pengganti ASI yang biasa didapat dari puskesmas setempat.

b. Tingkat Pendapatan Keluarga, di Negara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian

rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan

terutama makanan yang bergizi

c. Pemeliharaan kesehatan.

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour),

misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan

penyakit (health prevention behavior) yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan

penyakit.

d. Pola Asuh Keluarga adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Setiap

anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan

fisik, mental dan emosional.

e. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model penilaian status gizi. Tujuan pengukuran

sangat diperhatikan dalam memilih metode, seperti tujuan ingin melihat fisik seseorang. Maka

metode yang digunakan adalah antropemetri. Supariasa (2002) menyebutkan bahwa faktor yang

mempengaruhi status gizi anak meliputi faktor pejamu, agens dan lingkungan. Faktor pejamu

meliputi fisiologi, metabolisme dna kebutuhan zat gizi. Faktor agens meliputi zat gizi yaitu zat gizi

makro seperti karbohidrat, protein dan lemak, serta zat mikro seperti vitamin dan mineral. Faktor

lingkungan meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienitas serta

sanitasi makanan.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi bayi terbagi menjadi (Supariasa, 2002):

a. Faktor langsung

1) Keadaan infeksi

Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2002) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara

infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi

yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi. Mekanisme patologisnya dapat

bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat

gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan pada

saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual atau muntah dan

perdarahan terus menerus serta meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat

sakit dan parasit yang terdapat dalam tubuh.

2) Konsumsi makan

Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh

masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet

yang dapat menyebabkan malnutrisi.

Page 16: GIZI 1.docx

b. Faktor tidak langsung

1) Pengaruh budaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan,

penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan,

masih terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan

menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit,

terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah

anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi

keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan

disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.

2) Faktor sosial ekonomi

Faktor sposial ekonomi dibedakan berdasarkan:

a) Data sosial

Data sosial ini meliputi keadaan penduduk di suatu masyarakat, keadaan keluarga, pendidikan,

perumahan, penyimpanan makanan, air dan kakus.

b) Data ekonomi

Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan yang terlihat seperti tanah,

jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan dan sebagainya serta harga makanan yang

tergantung pada pasar dan variasi musim.

3) Produksi pangan

Data yang relevan untuk produksi pangan adalah penyediaan makanan keluarga, sistem pertanian,

tanah, peternakan dan perikanan serta keuangan.

4) Pelayanan kesehatan dan pendidikan

Pelayanan kesehatan meliputi ketercukupan jumlah pusat-pusat pelayanan kesehatan yang terdiri

dari kecukupan jumlah rumah sakit, jumlah tenaga kesehatan, jumlah staf dan lain-lain. Fasilitas

pendidikan meliputi jumlah anak sekolah, remaja dan organisasi karang tarunanya serta media

masa seperti radio, televisi dan lain-lain.

7. Penilaian Status Gizi

Penilaian Status Gizi dapat dibagi 2 (dua) (Arif, 2008):

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian Status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:

1) Antropometri

Pengertian :

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandangan gizi,

maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Page 17: GIZI 1.docx

Penggunaan :

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan

energi. Keterseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

2) Klinis

Pengertian :

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.

Penggunaan:

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys).

Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan

salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan. Fisi yaitu tanda (sign)

dan gejala (symptom) atau riwayat hidup.

3) Biokimia

Pengertian :

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secra laboratories

yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Penggunaan :

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan dapat terjadi keadaan

malnutrisi iyang lebih parah lagi. Banyak gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali

dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4) Biofisik

Pengertian :

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan cara melihat

kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Penggunaan :

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja (epidemic of nigh

blindnees). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Bachtiyar, 2002).

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian Status gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1) Survey Konsumsi Makan

Pengertian :

Survey konsumsi makana nadalah metode penentuan khusus gizi secara tidak langsung dengan

melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Penggunaan :

Page 18: GIZI 1.docx

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai

zat gizi pada masyarakat keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan

kekurangan zat gizi.

2) Statistik Vital

Pengertian :

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberata statistik

kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat

penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaan :

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status

gizi masyarakat.

3) Faktor Ekologi

Pengertian :

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa

faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Penggunaan :

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di

suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

Almatsier (2002) berpendapat bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi status gizi salah

satunya adalah pola asuh keluarga berkaitan dengan gizi dan pola makan.

KEBUTUHAN GIZI PADA ANAK

1. Prinsip Nutrisi

Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan pergerakan

badan, untuk mempertahankan tubuh dan untuk menyediakan material mentah untuk fungsi enzim,

pertumbuhan, penempatan kembali dan perbaikan sel. Metabolisme mengacu pada semua reaksi biokimia

dalam sel tubuh. Proses metabolik dapat menjadi anabolik (membangun) atau katabolik (merusak). Makanan

dimakan, dicerna dan diserap untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk reaksi ini. (Potter, 2005).

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan

dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses

pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi

dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi kalium dan lain-

lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi dan

anak diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat

meningkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas. (Alimul Azis,2009).

Menurut Behrman dalam Alimul Azis (2009) selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu

dalam aktivitas sehari-hari karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam

tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Sebagai sumber tenaga nutrisi

Page 19: GIZI 1.docx

dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-55 %, lemak sebanyak 30-35% dan protein sebanyak 15 %.

Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang di antara zat gizi lain, mengingat banyak sekali

ditemukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka

makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal yang tidak disukai makanan tersebut

mengandung zat gizi seimbang, sehingga harapan dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan seimbang

tidak terlaksana, disamping itu pada anak sakit dapat di jumpai masalah masukan nutrisi yang kurang

sedangkan kebutuhan dalam tubuh semakin meningkat sehingga akan membutuhkan makanan tambahan

seperti kalori, vitamin, dan mineral.

Kebutuhan energi individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kebutuhan energi seseorang ketika

istirahat disebut laju metabolisme basal (Basal Metabolic rate) adalah energi yang diperlukan pada tingkat

terendah fungsi seluler. Persamaan umumnya digunakan untuk memperkirakan penggunaan energi basal

(Basal Energy Expenditure, BEE). Sejumlah faktor seperti aktivitas, penyakit, ceder, demam, infeksi,

pemasukan makanan, dan kelaparan dapat mengakibatkan BEE. Kebutuhan energi untuk anak yang berusia

dibawah enam tahun dihitung berdasarkan berat badan dan usia. Kebutuhan energi juga dapat diperkirakan

dengan mengukur konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida dengan alat-alat pedati pengukuran

metabolisme. (Potter, 2005).

Pada umumnya, ketika kebutuhan energi dipenuhi lengkap oleh asupan kalori pada makanan, maka

berat badan tidak berubah. Jika pemasukan kalori melebihi kebutuhan energi, maka berat seseorang akan

bertambah. Ketika pemasukan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan energi, maka seseorang akan

kehilangan berat badan. (Potter, 2005).

2. Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Toddler dan usia Prasekolah

Anak usia toddler mempunyai karakteristik yang khas, yaitu bergerak terus, tidak bisa diam dan sulit

untuk diajak duduk dalam waktu yang relatif lama. Selain itu, pada usia 12 sampai 18 bulan pertumbuhan

sedikit lambat sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori. Kebutuhan kalori kurang lebih 100 kKal per Kg berat

badan (BB). Karakteristik terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler:

1) Anak sukar atau kurang mau makan;

2) Nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari ini makannya cukup banyak

dan pada hari berikutnya makannya sedikit;

3) Biasanya anak menyukai jenis makanan tertentu;

4) Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalam waktu lama.

Anjurkan untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut:

1) Ciptakan lingkungan makan yang menyenangkan, misalnya memberi makan sambil

mengajaknya bermain;

2) Beri kesempatan anak untuk belajar makan sendiri. Jangan berharap anak dapat makan

dengan rapi sebagaimanan anak yang lebih besar karena usia toddler belum mampu

melakukannya;

Page 20: GIZI 1.docx

3) Jangan menuruti kecenderungan anak untuk hanya menyukaisatu jenis makanan tertentu.

Kenalkan selalu dengan jenis makanan baru;

4) Berikan makanan pada saat masih hangat dengan porsi yang tidak terlalu encer;

5) Kurangi frekuensi minum susu. Anjurkan untuk memberikan 2 kali sehari saja

Kecepatan perkembangan turun ketika usia toddler (usia 1 sampai 3 tahun). Kebutuhan anak akan

kalori lebih rendah tetapi terdapat peningkatan jumlah protein dalam hubungan dengan berat badan. Kalsium

dan fosfor penting untuk perkembangan tulang. Toddler lebih tertarik dalam lingkungan dan meningkatkan

keterampilan motorik dibanding dengan makanan. (Potter, 2005).

Usia toddler memerlukan minimum dua porsi (480 gram) kelompok susu setiap hari untuk

memberikan protein, kalsium, riboflavin, dan vitamin A dan B12. Susu yang diperkaya memberikan vitamin

D dan tambahan vitamin A. Keseluruhan susu harus digunakan sampai toddler mencapai usia 2 tahun untuk

membantu meningkatkan asupan asam lemak yang cukup. Separuh dari asupan protein toddler harus

mengandung nilai protein biologi tinggi. Toddler yang mengonsumsi lebih dari 720 gram susu sehari

daripada makanan lain dapat menimbulkan anemia susu. Seluruh padi-padian, sereal yang diperkaya dan roti

adalah sumber yang baik akan zat besi dengan tambahan pada daging. Ketika daging tersebut akan diberikan

pada anak usia toddler, maka makanan harus dipotong kecil untuk menghindari kemungkinan tersedak.

Makanan tettentu seperti permen, kacang, anggur dan popcorn merupakan jenis makanan yang lebih sering

diimplikasikan pada kematian karena tersedak dan hal tersebut harus dihindari. (Potter, 2005).

Toddler harus menerima empat porsi setiap hari dari kelompok buah dan sayuran. Satu porsi harus

mengandung sumber vitamin C yang baik. Sayuran berdaun hijau dan buah kuning harus sering disajikan.

Toddler menyukai sayuran mentah tetapi jangan memberikan wortel yang mentah karena bahaya tersedak.

(Potter, 2005).

Empat porsi toddler mulai dari roti dan sereal dan termasuk seluruh padi-padian atau roti yang

diperkaya nilai gizinya, sereal, dan pasta. Toddler sering menyukai sereal kering tetapi sereal yang

mengandung gula harus dihindari. Selain empat dasar kelompok makanan, anak harus memiliki 1 hingga 2

sendok teh margarin atau mentega untuk vitamin A. (Potter, 2005).

Anak usia pra sekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85

kKal/kgBB. Beberapa karakteristik yang yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu

diperhatikan pada anak usia pra sekolah adalah sebagai berikut:

1) Nafsu makan berkurang;

2) Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya dari pada

makan;

3) Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru;

4) Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi

dengan keluarga

Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut adalah:

Page 21: GIZI 1.docx

a) Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak mengenal nutrisi,

misalnya dengan menggambar atau melakukan aktivitas bermain yang lain;

b) Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan dengan frekuensi lebih sering,

yakni 4 sampai 5 kali sehari. Apabila memberikan makanan padat, seperti nasi 3 kali sehari,

berikan makanan ringan di antara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1-2 kali

sehari;

c) Izinkan anak untuk membantu orang tua menyiapkan makanan dan jangan terlalu banyak

berharap anak dapat melakukannya dengan tertib dan rapi;

d) Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan baru tidak harus yang berharga

mahal, yang penting dapat memenuhi kebutuhan gizi seimbang;

e) Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran serta perasaannya saat makan

bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara efektif dengan anggota keluarga lainnya.

Pada anak usia pra sekolah memerlukan kira-kira 480 gram susu setiap hari, 30 hingga 90 gram dari

kelompok daging, empat hingga lima porsi dari kelompok buah dan sayuran (termasuk sumber vitamin C

setiap hari dan porsi sayuran serta buah-buahan berdaun hijau dan kuning tua), tiga porsi seluruh padi-

padian atau makanan yang diperkaya gizinya dari kelompok roti dan sereal, dan 3 hingga 4 sendok teh

margarin atau mentega. (Potter, 2005).

Menurut Alimul Azis (2009) pada usia ini kemampuan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan

nutrisi sudah mulai muncul, sehingga segala peralatan yang berhubungan dengan makan seperti garpu,

piring, sendok dan gelas semuanya harus dijelaskan pada anak atau diperkenalkan dan dilatih tentang

penggunaan, sehingga dapat mengikuti aturan yang ada. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia ini

sebaiknya penyediaan bervariasi menunya untuk mencegah kebosanan, berikan susu dan makanan yang di

anjurkan antara lain daging, sup, sayuran, dan buah-buahan, pada anak ini juga perlu makanan padat sebab

kemampuan mengunyah sudah mulai kuat.

3. Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah mempunyai lingkungan sosial yang lebih luas selain keluarganya, yaitu

lingkungan sekolah tempat anak belajar mengembangkan kemampuan kognitif, interaksi sosial, nilai moral

dan budaya dari lingkungan kelompok teman sekolah dan guru. Bahkan bermain dengan sekolah dirasakan

anak sebagai sesuatu yang lebih menyenangkan dari pada bermain di lingkungan rumah. Pertumbuhan anak

tidak banyak mengalami perubahan yang berarti, sehingga kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85

kKal/ KgBB.

Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan

pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut:

1) Anak mengatur pola makannya sendiri;

Page 22: GIZI 1.docx

2) Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan di lingkungan luar rumah

serta adanya reklame atau iklan makananan tertentu di televisi yang dapat mempengaruhi

pola makan atau keinginannya untuk mencoba makanan yang belum dikenalnya;

3) Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur-angsur hilang;

4) Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginan yang lebih besar pada aktivitas

bermain dari pada makan.

Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karaktristik tersebut:

1) Motivasi orang tua untuk membiasakan anak dengan pola makan yang baik;

2) Motivasi anak untuk tetap menyukai jenis makanan yang baru;

3) Jelaskan pada anak bahwa waktu makan bersama keluarga adalah lebih baik dari pada

bermain karena saat itu dapat menjadi kesempatan bagi anak untuk berkonsultasi dengan

orang tua dan bagi oang tua untuk mengetahui pengalaman yang diperoleh anak di sekolah

dan di lingkungannya;

4) Fasilitasi orag tua untuk tidak membiasakan anak mendapat jajanan di sekolah ataupun di

lingkungan luar rumah karena belum tentu sehat dan hal itu bukan pola kebiasaan yang baik

bagi anak. Anjurkan untuk selalu menyediakan makanan kecil untuk dibwa ke sekolah

maupun disediakan di rumah.

Anak-anak usia sekolah, 6 hingga 12 tahun berkembang pada rata-rata yang rendah dan terus

menerus, dengan penurunan bertahap dalam kebutuhan energi per unit berat badan. Anak usia sekolah

mencapai 3 hingga 5 kg dalam berat badan dan 6 cm dalam tinggi badan per tahun hingga pubertas. Nafsu

makan anak-anak usia sekolah lebih besar daripada mereka yang lebih muda, dan asupan makanan lebih

bervariasi. Asupan yang direkomendasi termasuk dua porsi dari kelompok susu, 60 hingga 90 gram

kelompok makanan daging, empat porsi atau lebih dari kelompok buah dan sayuran (dengan sumber vitamin

C sehari dan sumber vitamin A setiap hari yang lain), tiga hingga empat porsi dari seluruh padi-padian dan

roti yang diperkaya gizinya dan sereal, dan 1 hingga 2 sendok teh margarin atau mentega. (Potter, 2005).

Walaupun nafsu makan lebih baik dan makanan yang dimakan lebih bervariasi, diet anak usia

sekolah harus hati-hati di kaji untuk kecukupan protein, vitamin A dan C. Asupan susu biasanya melebihi

rekomendasi. Kendati demikian, anak usia sekolah seringkali gagal untuk makan sarapan yang tepat dan

memiliki asupan di sekolah yang sumber nutrien yang baik. Lemak, gula, dan garam yang tinggi akibat

terlalu bebas asupan makanan kudapan. (Potter, 2005).

Pada masa kanak-kanak pertengahan biasanya pemenuhan kebutuhan kalori berkurang dalam

kaitannya dengan ukuran tubuh, dan sumber-sumber kalori telah ditetapkan untuk memenuhi peningkatan

kebutuhan pertumbuhan pada masa remaja. Sangat pening untuk menekankan anak dan orang tua tentang

nilai diet yang seimbang untuk meningkatkan pertumbuhan. Karena anak-anak biasanya makan makanan

yang dimakan keluarganya, kualitas diet mereka bergantung pada luasnya rentang pola makan keluarga.

(Wong, 2008)

Page 23: GIZI 1.docx

Rasa suka dan tidak suka terhadap makanan terbentuk pada usia-usia awal yang berlanjut pada masa

kanak-kanak pertengahan, walaupun kecenderungan terhadap suatu pilihan makanan mulai berakhir dan

anak-anak mulai merasakan banyak makanan yang beragam. Namun demikian, dengan tersedianya restoran

siap saji, pengaruh media masa serta godaan keberagaman makanan “junk food” yang sangat besar,

memudahkan anak untuk mengkonsumsi makanan tanpa kalori yang tidak meningkatkan pertumbuhan,

seperti gula, zat tepung, dan lemak yang berlebihan. Mudahnya ketersediaan makanan tinggi kalori,

dikombinasikan dengan kecenderungan aktivitas yang kurang melibatkan gerak tubuh, menjadi faktor-faktor

yang berperan dalam peningkatan prevalensi obesitas pada maa kanak-kanak. (Wong, 2008)

Menurut Wong (2008) menyebutkan bahwa orang tua tidak mengetahui apa yang dimakan oleh

anaknya ketika mereka berada diluar rumah. Orang tua mungkin memberi anak bekal makan siang untuk di

sekolah tetapi tidak menyadari berapa banyak makanan yang dimakan, ditukar, dijual, atau dibuang.

Pendidikan nutrsisi dapat dan sebaiknya diintegrasikan dalam pendidikan di kelas seperti pelajaran lainnya

selama masa sekolah anak. Di sekolah, pedoman piramida makanan dan elemen-elemen makanan sehat

dipelajari begitu pula dengan cara produk makanan dikembangkan, diproses dan diolah. Perawat sekolah

dapat berperan aktif dalam pendidikan nutrisi bekerja sama dengan guru sekolah untuk merencanakan dan

mengimplementasikan unit-unit pada pengajaran nutrisi dan bekerja sama dengan orang tua dan anak-anak

untuk memberikan pedoman nutrisi.

Kebutuhan energi anak per hari menurut Alimul Azis,2009

Umur Berat badan (kg) Tinggi Badan (cm) Energi (kkal)

0-6 blan 5,5 60 560

7-12 bulan 8,5 71 800

1-3 tahun 12 89 1220

4-6 tahun 18 108 1720

7-9 tahun 23,5 120 1860

10-12 tahun pria 30 135 1950

13-15 tahun pria 40 152 2200

16-19 tahun pria 53 160 2360

10-12 tahun wanita 32 139 1750

13-15 tahun wanita 42 153 1900

16-19 tahun wanita 46 154 1850

Kebutuhan protein per hari Alimul Azis,2009

Umur Berat badan (kg) Tinggi Badan (cm) Protein (gr)

0-6 blan 5,5 60 12

7-12 bulan 8,5 71 15

Page 24: GIZI 1.docx

1-3 tahun 12 89 23

4-6 tahun 18 108 32

7-9 tahun 23,5 120 36

10-12 tahun pria 30 135 45

13-15 tahun pria 40 152 57

16-19 tahun pria 53 160 62

10-12 tahun wanita 32 139 49

13-15 tahun wanita 42 153 47

16-19 tahun wanita 46 154 47

Kebutuhan cairan bayi dan anak Alimul Azis,2009

Umur Rata-rata berat badan Jumlah air dalam 24 jam (ml) Jumlah air per

kilogram BB

dalam 24 jam (ml)

3 hari 3,0 250-300 80-100

10 hari 3,2 400-500 125-150

3 bulan 5,4 750-850 140-160

6 bulan 7,3 950-1100 130-155

9 bulan 8,6 1100-1250 125-145

1 tahun 9,5 1150-1300 120-135

2 tahun 11,8 1350-1500 115-125

4 tahun 16,2 1600-1800 100-100

6 tahun 20,0 1800-2000 90-100

10 tahun 28,7 2000-2500 70-85

14 tahun 45,0 2200-2700 50-60

18 tahun 54,0 2200-2700 40-50

4. MASALAH GIZI PADA ANAK

Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan

keluaran zat gizi, yaitu asupan yang melebihi keluaran atau seebaliknya, disamping kesalahan dalam

memilih bahan makanan untuk disantap. Akibat dari ketergangguan ini berupa penyakit kronis, berat badan

lebih dan kurang, pica, karies dentis serta alergi.

1. Anemia defisiensi besi

Page 25: GIZI 1.docx

Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan  masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di seluruh

dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya

zat besi dalam tubuh penderita. 

Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak

diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang

disertai  rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar besi

kurang.

Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB . Angka kejadian anemia defisiensi besi (ADB)

pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%.  Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001

menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar

61,3%, 64,8% dan 48,1%.

Penyebab defisiensi besi menurut umur:

a. Bayi kurang dari 1 tahun

Cadangan besi kurang, karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI ekslusif tanpa

suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan.

Alergi protein susu sapi

b. Anak umur 1-2 tahun

Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih.

Obesitas

Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/kronis.

Malabsorbsi.

c. Anak umur 2-5 tahun

Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau minum susu

berlebihan.

Obesitas

Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/kronis baik bakteri, virus ataupun parasit).

Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel/poliposis dan sebagainya).

 Penanganan anak dengan anemia defisiensi besi yaitu :

1) Mengatasi faktor penyebab.

2) Pemberian preparat besi Oral

2. Karies dentis

Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada

jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi yang dapat dicegah. Pada umumnya anak mempunyai

risiko terkena karies karena anak terlalu sering makan cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula.

Tindakan pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi meliputi modifikasi kebiasaan anak

(kebersihan mulut dan diet konsumsi gula) dan perlindungan gigi (penggunaan silen, fluor dan

Page 26: GIZI 1.docx

klorheksidin). Pada anak di bawah umur 5 tahun, usaha untuk melakukan pencegahan primer diberikan

kepada ibu seperti meningkatkan pengetahuan ibu tentang menjaga kebersihan mulut anak, pola makan anak

yang baik dan benar serta tindakan perlindungan terhadap gigi anak yang dapat diberikan. Hal ini

berhubungan karena kemampuan anak terbatas dan anak lebih dekat kepada ibunya. Pada anak 6 tahun ke

atas, dokter gigi harus lebih menekankan kepada anak mengenai tanggung jawabnya untuk memelihara

kesehatan mulut.

3. Penyakit kronis

Penyakit yang tidak menguras cadangan energi sekalipun jika berlangsung lama akan mengganggu

pertumbuhan karena menghilangkan nafsu makan anak. Disamping itu, ada pula jenis penyakit yang

menguras cadangan zat gizi misalnya campak yang menghabiskan cadangan vitamin A.

4. Berat badan berlebih

Jika tidak teratasi, berat badan berlebih (apalagi telah mencapai obesitas) akan berlanjut sampai remaja

dan dewasa. Sama seperti orang dewasa, kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidakseimbangan

antara energy yang masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga atau keduanya.

Berbeda dengan dewasa, kelebihan berat badan pada anak tidak boleh diturunkan karena penyusutan berat

akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Laju pertambahan berat

sebaiknya dihentikan atau diperlambat sampai proporsi berat terhadap tinggi badan kembali normal.

Perlambatan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil memperbanyak olahraga.

5. Pica

Kebiasaan anak yang mengonsumsi benda-benda asing yang kotor disebut Pika (Pika). Pica juga

merupakan perilaku eating disorder yang terjadi pada anak kecil. Anak kecil memiliki kebiasaan makan

benda yang sama sekali tidak memiliki nilai gizi dan manfaat melainkan justru membahayakan kesehatan.

Menurut beberapa penelitian, sebagian besar kejadian pica berkaitan dengan defisiensi zat besi. Sehingga

anak-anak yang mempunyai gangguan makan tersebut pasti memiliki masalah dengan penyakit yang

berhubungan dengan zat besi dan hemoglobin. Sebenarnya kasus-kasus eating disorder bisa dihilangkan,

apalagi pica yang terjadi pada anak asalkan orang tua berperan secara aktif. Sebenarnya pica adalah suatu

praktik yang tidak dianggap sebagai kebiasaan yang memiliki patologis, artinya konsumsi zat-zat non-

nutritive pada anak adalah suatu kelainan yang umum dan bukan patologis, mungkin karena anak merasa

nyaman atau suka dengan rasa dan struktur benda-benda tersebut. Kebiasaan itu jika berlangsung lebih dari

1 bulan maka anak sudah dikategorikan memiliki pica eating disorder.

Untuk melihat apakah anak tergolong pica, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu; perilaku makan non

pangan tidak sesuai dengan perkembangan individu, perilaku tersebut bukan karena adanya penyakit lain

melainkan murni karena kebiasaan anak dan kesukaan anak, dan pica terjadi bukan secara eksklusif karena

adanya gangguan mental pada anak misalnya pada anak skizofrenia.

Page 27: GIZI 1.docx

Cara efektif untuk mencegah agar anak tidak memiliki perilaku pica tidak lain adalah peran orang tua.

Orang tua harus aktif menjaga anaknya yang masih dalam tahap pengenalan dari benda-benda yang

berbahaya, dan mengenalkannya dengan benda-benda yang aman untuk anak seusia tersebut. Hal seperti itu

sangat perlu sebagai upaya pencegahan agar pica tidak terjadi pada anak. Orang tua juga sebaiknya rutin

memeriksakan anak untuk mengecek apakah tidak ada bahan berbahaya yang pernah ditelan oleh anak.

6. Berat badan kurang

Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi

ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk. Berat badan anak kurang bisa disebabkan oleh berbagai

kemungkinan seperti kurangnya asupan makanan, menderita sakit, stress, kurangnya nafsu makan dan lain

sebagainya. Anak yang kurang asupan makan akan mudah terserang penyakit, cepat lelah saat melakukan

kegiatan, dan bermasalah dalam fokus dan konsentrasi.

Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja karena akan menghambat pertumbuhan dan

perkembangan anak. Orang tua harus berupaya supaya anak tumbuh dan berkembang secara normal supaya

hidupnya lebih berkualitas. Bila perlu, orang tua berkonsultasi kepada ahlinya untuk mendapatkan

rekomendasi cara meningkatkan berat badan anak, baik melalui pengaturan asupan makanan, maupun

olahraga atau kegiatan fisik apa yang sebaiknya dilakukan anak.

Asupan makanan yang dikonsumsi, sangat mempengaruhi berat badann anak. Bagaimana orang tua

mengatur makan di rumah, akan mempengaruhi perilaku makan anak. Untuk mendapatkan berat badan yang

normal, tentu saja diperlukan pengaturan pola makan yang tepat. Apa yang disajikan di meja makan

keluarga, sangat mempengaruhi pola makan anak terbentuk. Orang tua hendaknya mengatur menu makan

keluarga dengan sebaik-baiknya karena akan sangat berpengaruh dalam perilaku makan anak dan juga

kualitas hidupnya.

7. Alergi

Alergi makanan diartikan sebagai respon tidak normal terhadap makanan yang orang biasa dapat

menoleransinya. Alergi makanan sering terlihat pada anak (5-8%) dan dewasa (1-2%), terutama mereka

yang memiliki riwayat keluarga penderita alergi. Angka kejadian ini akan terus meningkat, sama seperti

kasus alergi lain misalnya atopik atau asma.

Tabel 1. Makanan yang cenderung menyebabkan alergi

Bayi Anak >2 tahun Anak besar/dewasa

Susu sapi Susu sapi

Cokelat/cola

Susu sapi

Cokelat/cola

Terigu Tomat, kacang polong, sitrun

Jagung Babi, putih telur, ikan, kacang

Page 28: GIZI 1.docx

5. DETEKSI DINI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan.

Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya

pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-

masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan

anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal. Penilaian pertumbuhan dan

perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan.

Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri.

Untuk menilai pertumbuhan fisik dapat menggunakan pengukuran secara atropometri. Sedangkan untuk

menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan. Salah satu instrumen skrining yang

dipakai secara internasional untuk menilai perkembangan anak adalah DDST II (Denver Development

Screening Test). DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan

perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun.

6. PENILAIAN STATUS GIZI ANAK BALITA

1. Antropometri

Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian status gizi

secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi yaitu kurang gizi protein dan obesitas pada semua

kelompok umur. Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin mendapat perhatian karena

dapat digunakan secara luas dalam program-program perbaikan gizi di masyarakat.

Dalam menilai status gizi anak balita dapat digunakan indikator antropometri. Indeks antropometri yang

umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U) tinggi badan menurut

umur (TB/U) dan beran badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat

badan temasuk air, lemak, tulang dan otot. Indeks tinggi badan menurut umur adalah pertumbuhan linier.

a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh

sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,

menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

parameter antroprometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal dimana kesehatan baik,

keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti

pertumbuhan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan,

yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks

berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat

karakteristik berat badan, maka indeks BB/U menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

1) Kelebihan Indeks BB/U

Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum

Baik untuk status gizi akut atau kronis

Page 29: GIZI 1.docx

Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil

Dapat mendeteksi kegemukan.

2) Kelemahan Indeks BB/U

Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit di taksir secara tepat

karena pencatatan umur yang belum baik.

Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia lima tahun.

Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada

saat penimbangan.

b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan

tinggi badan relatif sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh

defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama. Indeks TB/U

disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status

sosial ekonomi.

a. Keuntungan IndeksTB/U

Baik untuk menilai status gizi masa lampau

Ukuran panjang dapat dibuat sendiri murah dan mudah dibawa

b. Kelemahan Indeks TB/U

Tinggi badan tidak cepat naik

Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua

orang untuk melakukannya

Ketepatan umur sulit didapati

c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan

Dalam keadana normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi

badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status

gizi saat kini (sekarang).

1) Keuntungan Indeks BB/TB

Tidak memerlukan data umur

Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus)

2) Kelemahan Indeks BB/TB

Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau

kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan.

Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran tinggi badan

kelompok balita

Membutuhkan dua orang dalam melakukan pengukuran

Page 30: GIZI 1.docx

Sering terjadi kesalahan dalam pembacan hasil pengukuran (Arisman, 2009).

PADA LANSIA

1. Proses menua

Pada dasarnya makhuk hidup yang hidup didunia ini membutuhkan makanan untuk tetap hidup

karena di dalam makanan terkandung berbagai macam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan

metabolisme. Fungsi zat-zat makanan selain untuk metabolisme juga berguna untuk memperbaharui sel-sel

yang rusak akibat penuaan.

Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Namun seiring dengan

bertambahnya usia, sistem tubuh manusia mengalami penuaan. Seiring dengan bertambahnya usia kalori

yang dibutuhkan oleh makhluk hidup juga akan berkurang, menurut WHO dikatakan usia pertengahan (45-

59 tahun), usia lanjut (60-74 tahun), usia tua (75-90 tahun), usia sangat tua (>90 tahun). Sedangkan di

Indonesia sendiri menurut undang-undang No. 13 tahun 1998 dikatakan usia lansia dimulai ketika

seseorang berusia 60 tahun keatas.

Penuaan bukan merupakan suatu patologis tetapi merupakan suatu proses fisiologis tubuh.

Tambayong (2009) mendefinisikan penuaan sebagai suatu proses multidimensional yaitu suatu mekanisme

perusakan dan perbaikan di dalam tubuh atau sistem tersebut terjadi secara bergantian pada kecepatan dan

saat yang berbeda-beda. Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh

dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat

mempengaruhi status gizi pada masa tua. Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan

menurunnya aktivitas biologis tubuhnya.

Ketika seseorang menginjak usia lanjut ada beberapa perubahan yang akan terjadi terkait dari

beberapa aspek diantaranya biologis, psikologis, sosio ekonomi yang nantinya perubahan tersebut akan

mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia (Tamher, 2009). Masalah gizi pada lansia sebagian besar

merupakan rangkaian dari masalah gizi yang telah ada sebelumnya dan manifestasinya timbul setelah

menjadi tua. Menurut fatmah (2010) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada

lansia diantaranya adalah usia, jenis kelamin, faktor lingkungan, aktivitas fisik dan perubahan fisiologi tubuh

akibat penuaan.

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi pada lansia

Keadaan fisiologis lansia :

1. Keadaan fisik menjadi tua atau proses menua adalah proses alami yang secara fisiologis dan biologis

akan terjadi pada seluruh organ dan sel tubuh.

2. Berkurangnya kemampuan sensitifitas indra penciuman dan perasa pada lansia akan mengakibatkan

selera makan menurun sehingga menimbulkan masalah kekurangan gizi.

3. Kekuatan, ketahanan dan kelenturan otot rangka berkurang yang nantinya akan berdampak pada

kepala dan leher fleksi ke depan, ruas tulang belakang mengalami kifosis, panggul dan lutut juga

fleksi sedikit, keadaan tersebut menyebabkan postur tubuh terganggu (Arisman, 2004).

Page 31: GIZI 1.docx

Perubahan fisiologi yang berhubungan dengan aspek gizi pada lansia :

1. Akibat proses penuaan yang berpengaruh pada penurunan sensitifitas indra penciuman dan perasa

maka pada umumnya lansia kurang dapat menikmati makanan dengan baik, akibat hal tersebut

terkadang para lansia cenderung menggunakan kecap atau garam yang berlebihan yang mana hal

tersebut akan berdampak kurang baik bagi kesehatan.

2. Sekresi saliva pada lansia juga akan bserkurang sehingga menimbulkan kesulitan dalam menelan

3. Kehilangan gigi yang terjadi pada lansia mengakibatkan lansia kesulitan dalam mengkonsumsi

makanan yang memiliki tekstur keras.

4. Menurunnya sekresi HCL, kekurangan HCL sendiri dapat menyebabkan lansia mudah terkena

osteoporosis, defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia sehingga oksigen tidak dapat diangkut

dengan baik.

5. Menurunnya sekresi pepsin dan enzim proteolitik yang mengakibatkan pencernaan protein tidak

efisien.

6. Menurunnya sekresi garam empedu

7. Menurunnya motilitas usus sehingga memperpanjang lama makanan di perut yang nantinya

mengakibatkan pembesaran perut dan konstipasi.

8. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.

9. Gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.

10. Penyerapan makanan di usus menurun

11. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori tubuh menurun, status gizi lansia cenderung

mengalami kegemukan/obesitas

12. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung

kegemukan/obesitas

13. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu penyerapan

vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi efisiensi zat-zat gizi mikro

14. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan yang

menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati

15. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan sendiri dan

menjadi kurang gizi

16. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan menurun dan

menjadi kurang gizi

17. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi kurang gizi

18. Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat menyebabkan

kegemukan atau pun kurang gizi

3. Kebutuhan nutrisi pada lansia

Kalori

Page 32: GIZI 1.docx

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut

menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari

lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-

25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan  kalori untuk lansia laki-

laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi

berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya,

bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.

Protein

Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat

badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak

berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa

nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien).

Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar

12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan

kacang-kacangan.

Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi

lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit

atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak

tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan

sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.

Karbohidrat dan serat makanan

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan

terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan

tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula

tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikhawatirkan

konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat

sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan

menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang

berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.

Vitamin dan mineral

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6,

niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E. Umumnya kekurangan ini terutama disebabkan karna dibatasinya

Page 33: GIZI 1.docx

konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita

lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi yang

bisa menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu

metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber

vitamin, mineral dan serat.

Air

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk mengganti yang

hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal

(membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

4. Masalah gizi pada lansia :

a. Kehilangan berat badan

Pada lansia sendiri proses kehilangan berat badan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian

diantaranya adalah :

1. Wasting, kehilangan berat badan yang tidak disadari, pada umumnya karena asupan yang tidak

adekuat. Asupan yang tidak adekuat disebabkan oleh penyakit maupun faktor psikososial.

2. Cachexia, kehilangan massa tubuh bebas lemak yang tidak disadari yang disebabkan oleh proses

katabolisme, ditandai oleh peningkatan rate metabolik dan peningkatan pemecahan protein.

3. Sarcopenia, kehilangan massa otot yang tidak disadari sebagai bagian dari proses menua.

Kadang-kadang tidak ada penyakit yang mendasari.

Faktor resiko terjadinya malnutrisi pada lansia antara lain beberapa faktor medis seperti selera

makan rendah, gangguan gigi, gangguan fungsi pada indera penciuman dan pengecap, pernafasan,

saluran cerna, neurologi, infeksi, cacat fisik dan penyakit lain sepeti kanker.

Kurangnya pengetahuan mengenai asupan makanan yang baik bagi lansia, kesepian karena terpisah

dari sanak keluarga dan kemiskinan juga menentukan status gizi lansia. Adanya faktor psikologis

seperti depresi, kecemasan dan demensia yang nantinya akan berdampak besar dalam menentukan

asupan makanan dan zat gizi lansia.

b. Kehilangan Massa Otot

Pada dasarnya ketika usia tubuh bertambah maka lama kelamaan massa otot pun juga akan

berkurang hal itu akan lebih terlihat khususnya pada lansia perempuan. Penurunan kekuatan massa otot

merupakan penyebab ketidakmampuan lansia dalam melakukan beberapa aktifitas diantaranya

kemampuan berjalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan massa otot adalah kurangnya

aktivitas fisik dan hormon pertumbuhan yang disertai kekurangan gizi (terutama kekurangan energy dan

protein) serta penyakit dan proses menua.

Page 34: GIZI 1.docx

c. Obesitas

Masalah yang sering timbul pada orang usia lanjut adalah kelebihan berat badan dan obesitas.

Perubahan komposisi tubuh yang terjadi pada lansia memberikan dampak terjadinya berbagai penyakit,

terutama obesitas. Proporsi lemak intra abdominal meningkat progresif dengan bertambahnya usia.

Penurunan asupan energi menurun karena penurunan aktifitas fisik terutama pada lansia yang sakit dan

BMR. Peningkatan aktifitas fisik pada lansia dapat memperbaiki kekuatan otot dan kesehatan lansia

secara keseluruhan. Kegemukan pada lansia dapat dicegah melalui olahraga secara teratur dan

membatasi makanan yang padat energi.

d. Osteoporosis

Setelah usia 30 tahun, seorang individu mulai kehilangan massa tulangnya. Pada wanita,

kehilangan massa tulang akan semakin meningkat setelah menopause, sehingga lansia perempuan

mempunyai resiko tinggi untuk patah tulang (osteoporosis tipe I). Pada lansia laki-laki, juga

mempunyai resiko untuk menderita patah tulang pada usia sangat lanjut, yaitu setelah 70 tahun

(osteoporosis tipe II).

Osteoporosis dapat dicegah dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup, olahraga dan

menghindari merokok dan minum-minuman beralkohol. Bila sudah terjadi osteoporosis,

penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain menurunkan resorpsi tulang dengan terapi sulih

hormon dan biphosponat atau menstimuli pembentukan tulang dengan pemberian fluorida, calcitonin,

dan calcitriol.

e. Anemia Gizi

Anemia gizi dapat terjadi pada lansia karena asupan makanan yang menurun atau efek samping

obat-obatan. Pada umumnya lansia yang mempunyai berat badan rendah juga menderita anemia.

Anemia gizi yang terjadi pada lansia pada umumnya adalah anemia defisiensi besi, meskipun anemia

vitamin B12 (anemia perniciosa) juga sering ditemui. Suplementasi besi dan vitamin B12 dapat

diberikan pada lansia, diberikan mulai dosis rendah dan dapat dinaikkan secara bertahap untuk

menghindari efek samping obat. Pemberian makanan sumber zat besi dan vitamin B12 dengan asupan

kalori dan protein yang cukup membantu mengatasi anemia defisiensi besi dan vitamin B12.

f. Gizi berlebih

Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan

makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalagi pada lansia penggunaan

kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun

Page 35: GIZI 1.docx

disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,

misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.

g. Gizi kurang

Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan

penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang

dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel

yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,

kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

h. Kekurangan vitamin

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein

dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan

menjadi lesu dan tidak bersemangat. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk

kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun.

4. Pemantauan status nutrisi lansia

Penimbangan Berat Badan

Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau

penurunan BB lebih dari 0.5 kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 kg dalam 1 minggu beresiko

terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 kg /minggu menunjukkan

kekurangan berat badan.

5. Pemecahan masalah pada masalah gizi lansia

1. Menciptakan pola makan yang baik, kemudian bersahabat dengannya. Cobalah menciptakan suasana

yang menyenangkan di meja makan semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan selera makan.

2. Memperkuat daya tahan tubuh. Makanlah makanan yang mengandung zat gizi yang mengandung zat

gizi yang penting untuk kekebalan, seperti : biji-bijian utuh, sayuran berdaun hijau, makanan laut.

3. Mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut. Santaplah makanan yang mengandung

vitamin D. Pada usia diatas 60 tahun kemampuan penyerapan kalsium menurun, vitamin D

membantu penyerapan kalsium dalam tubuh, contoh makanan sumber vitamin D adalah susu.

4. Memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan teratur. Karena itu harus makan

sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung serat, seperti biji-bijian, jeruk dan sayuran yang

berdaun hijau tua.

5. Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak. Santaplah makanan yang

mengandung vitamin C, E dan β karoten (antioksidan), seperti : sayuran berwarna kuning dan hijau,

jeruk sitrun dan buah lain.

Page 36: GIZI 1.docx

6. Mengurangi resiko penyakit jantung yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang banyak

mengandung kolesterol dan natrium dan harus banyak makan makanan yang kaya vitamin B6, B12,

asam folat, serat yang larut, kalsium, seperti biji-bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang kering daging

tidak berlemak, buah, termasuk nanas dan sayuran.

7. Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan vitamin B6, B 12 dan

asam folat.

8. Mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif secara fisik, makan rendah lemak dan

kaya akan karbohidrat kompleks. Menjaga agar nafsu makan tetap baik dan otot tetap lentur.

9. Dengan jalan melakukan olah raga aerobik (berjalan atau berenang). Olah raga dilakukan menurut

porsi masing-masing usia serta tingkat kebugaran setiap orang.

10. Tetaplah berlatih setiap harinya.

6. Menu harian untuk lansia

Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk lansia yang sehat, menu sehari-hari hendaknya :

1. Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan persyaratan kebutuhan lansia.

2. Bervariasi jenis makanan dan cara olahnya

3. Membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel pada bahan pangan, terutama pangan

hewani)

4. Membatasi konsumsi gula dan minuman yang banyak mengandung gula

5. Menghindari konsumsi garam yang terlalu banyak, merokok dan minuman beralkohol

6. Cukup banyak mengkonsumsi makanan berserat (buah-buahan, sayuran dan sereal) untuk

menghindari sembelit atau konstipasi

7. Minum yang cukup.

7. Makanan Sehat Bagi Lansia

Makanan yang sehat bagi lansia antara lain mencakup empat sehat lima sempurna dengan porsi yang

kurang dari orang dewasa kecuali asupan protein dan vitamin serta mineral, dimana kalsium dan zat besi

juga memerankan peranan yang penting untuk metabolisme tubuh. Berikut ini disajikan beberapa contoh

makanan sehat untuk manula yang telah dikelompokkan:

a. Sumber karbohidrat : nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie instan, mie kering, roti tawar,

singkong, talas, ubi jalar, pisang nangka, macaroni.

b. Sumber protein hewani : daging ayam, daging sapi, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan mas,

ikan kembung, ikan sarden, bandeng, baso daging.

c. Sumber protein nabati : kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, tahu, tempe,

oncom.

d. Buah-buahan : pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, pisang ambon,

sawo, semangka, sirsak, tomat.

Page 37: GIZI 1.docx

e. Sayuran : bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang panjang,

kecipir, sawi, wortel, selada

f. Kue : bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia, kue putu, risoles.

g. Susu : susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim

8. Perencanaan Makanan Untuk Lansia

Berikut akan dijelaskan perencanaan makan secara umum pada lansia:

1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yangn terdiri dari : zat

tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata

dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.

Contoh menu :

Pagi : bubur ayam

Jam 10.00 : roti

Siang : nasi, pindang telur, sup, pepaya

Jam 16.00 : nagasari

Malam : nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang

3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa

makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta

mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.

4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan,

mentega, dan lain sebagainya.

5. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a. Makanlah makanan yang mudah dicerna

b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng-gorengan

c. Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus

lunak/lembek atau dicincang

d. Makan dalam porsi kecil tetapi sering

e. Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan

6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk

merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.

7. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam,

dan sayuran hijau.

8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi

makanan yang digoreng.

Page 38: GIZI 1.docx