evaluasi medication error terhadap mutu pelayanan …

77
EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI SALAH SATU RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DI KOTA BANDUNG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Oleh : WITRI MARTINI D1A151144 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG 2019

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

19 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI SALAH SATU RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan

Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Oleh :

WITRI MARTINI

D1A151144

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

BANDUNG

2019

Page 2: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI SALAH SATU RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DI KOTA BANDUNG

PENYUSUN : WITRI MARTINI

NIM : D1A151144

Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami telah

memenuhi persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi

Bandung, Agustus 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Nova Suliska, M.Si.,Apt Sri Setiatjahjati, S.Si., M.Mkes.,Apt

Page 3: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumnWarohmatullahi Wabarokatuh

Dengan mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil’alamin, puji syukur kami

panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta

pertolongannya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al-Ghifari. Adapun judul skripsi ini adalah “EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU

PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI SALAH SATU RUMAH SAKIT

IBU DAN ANAK DI KOTA BANDUNG”. Penulis menyadari sepenuhnya akan

segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga masih

banyak kekurangan dan hasil yang masih jauh dari kesempurnaan. Dukungan dari

banyak pihak sangatlah berarti bagi penulis, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Didin Muhafidin, S.I.P., M.Si selaku Rektor Universitas Al-

Ghifari Bandung.

2. Bapak Ardian Baitariza, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari.

3. Ibu Ginayanti Hadisoebroto, M.Si.,Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

4. Ibu Sri Maryam,Msi.,Apt Selaku dosen wali A11A di Universitas Al-

Ghifari

5. Ibu Nova Suliska, M.Si.,Apt selaku Pembimbing I di Universitas Al-

Ghifari yang telah meluangkan waktu kepada kami dalam rangka

penyelesaian skripsi.

4. Ibu Sri Setiatjahjati, S.Si., M.Mkes.,Apt selaku Pembimbing II di

Universitas Al-Ghifari yang telah meluangkan waktu kepada kami dalam

rangka penyelesaian skripsi.

Page 4: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Farmasi Universitas Al-Ghifari.

6. Orang tua, keluarga besar, teman dan sahabat tercinta yang selalu setiap

saat memberi dukungan, semangat dan do’a yang tulus dan selalu

membantu baik moril maupun materil selama penyusunan skripsi

berlangsung dengan penuh kesabaran dan ketulusan yang sangat berarti

bagi penulis.

7. Teman-teman Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari khususnya angkatan 2015.

terima kasih untuk kebersamaannya, motivasi, dan semangat selama ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis mengharapkan ada kritik dan saran dari semua

pihak demi kesempurnaan dari skripsi ini. Harapan dari penulis semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi dan

pembaca.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Bandung, Agustus 2019

Penulis

Page 5: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

i

ABSTRAK

Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam

penanganan tenaga kesehatan yang terjadi pada fase prescribing, transcribing, dispensing dan

administration di rumah sakit yang sebetulnya dapat dicegah. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui Medication Error yang terjadi dan pengaruhnya terhadap mutu pelayanan. Penelitian

ini merupakan observasional dengan desain cross sectional terhadap data-data resep di instalasi

farmasi salah satu di rumah sakit ibu dan anak di Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan

secara Konkuren dimulai pada bulan mei sampai juli 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terjadi medication error pada fase prescribing 64%, transcribing 17,48%, dispensing 11,16%, dan

administration 7,36%. Dari total populasi sampel ditemukan presentase potensi medication error

yang terjadi sebanyak 55% sedangkan yang tidak berpotensi sebanyak 45%. Berdasarkan standar

pelayanan minimal farmasi mengenai mutu pelayanan salah satu indikatonya adalah tidak adanya

kesalahan pemberian obat yaitu 100%. Medication error ini dapat mempengaruhi mutu pelayanan

secara signifikan dan perlu di evaluasi lebih lanjut.

Kata kunci : Medication Error, Prescribing, Transcribing, Dispensing, administration.

Page 6: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

ii

ABSTRACT

Medication error is an adverse event for patients due to drug use during the handling of health

personnel that occurs in the prescribing, transcribing, dispensing and administration phases in

hospitals which can actually be prevented. The purpose of this study was to determine the

Medication Error that occurred and the effect on service quality. This study was an observational

cross-sectional design of prescription data in a pharmaceutical installation in a maternal and

child hospital in Bandung. Konkuren data collection began in May to July 2019. The results

showed that medication errors occurred in the prescribing phase of 64%, transcribing 17.48%,

dispensing 11.16%, and administration 7.36%. From the total sample population, it was found

that the percentage of potential medication error occurred as much as 55% while the non-

potential was 45%. Based on the minimum pharmaceutical service standards regarding the quality

of service, one of the indicators is the absence of drug administration, which is 100%. Therefore

this can significantly affect the quality of service and needs further evaluation.

Keyword : Medication Error, Prescribing, Transcribing, Dispensing, administration

Page 7: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK ............................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................3

1.4.1 Bagi Rumah Sakit ................................................................................3

1.4.2 Bagi Masyarakat .................................................................................3

1.4.3 Bagi Peneliti ........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4

2.1 Medication Error .................................................................................................. 4

2.1.1 Definisi medication error ........................................................................... 4

2.1.2 Kategori Medication Error ..................................................................5

2.1.3 Prevalensi Medication Error ................................................................... 10

2.1.4 Faktor – Faktor Penyebab Medication Error ........................................ 10

2.1.5 Upaya Pencegahan Medication Error .................................................... 14

2.2 Medication Error Pada Prescribing .................................................................. 15

2.2.1 Prevalensi Medication Error pada Prescribing ..................................... 17

2.2.2 Definisi Resep ...................................................................................17

2.2.3 Persyaratan Resep .............................................................................18

2.3 Medication Error pada Transcribing ............................................................... 21

2.3.1 Definisi ............................................................................................21

Page 8: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

iii

2.3.2 Prevalensi Medication Error pada transcribing ...................................... 21

2.4 Medication Error Pada Dispensing...............................................................21

2.4.1 Definisi Dispensing.............................................................................21

2.4.2 Kategori Kesalahan Dispensing ..........................................................22

2.4.3 Prosedur Dispensing ...........................................................................23

2.4.4 Faktor yang mempengaruhi proses Dispensing ................................26

2.4.5 Prevalensi Medication Error pada Dispensing...................................31

2.5 Medication Error pada Administration ........................................................31

2.5.1 Definisi Administration error ............................................................31

2.5.2 Prevalensi Administration Error ........................................................32

2.6 Rumah Sakit .................................................................................................33

2.6.1 Definisi Rumah Sakit .........................................................................33

2.7 Pelayanan Kefarmasian ................................................................................33

2.7.1 Definisi Pelayanan Kefarmasian........................................................33

2.7.2 Pelayanan Farmasi Klinik ..................................................................34

2.8 Obat ..............................................................................................................34

2.8.1 Definisi Obat ......................................................................................35

2.8.2 Definisi Obat Rasional .......................................................................35

2.9 Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian ........................................................35

2.9.1 Definisi Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian ..............................35

2.9.2 Tujuan Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian ...............................35

2.9.3 Metode Mutu Pelayanan ..................................................................36

2.9.4 Indikator Evaluasi Mutu ...................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................38

3.1 Design Penelitian .................................................................................38

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ..............................................................38

3.3 Alat dan Bahan ....................................................................................39

3.4 Populasi dan Sampel............................................................................39

3.4.1 Populasi ......................................................................................39

3.4.1.1 Kriteria Inklusi ...................................................................39

3.4.1.2 Kriteria Eksklusi.................................................................39

3.5 Sample ................................................................................................. 42

Page 9: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

iii

3.6 Jalan Penelitian .....................................................................................41

3.6.1 Tahap Persiapan ............................................................................41

3.6.2 Tahap Pengumpulan Data .............................................................41

3.6.3 Tahap Pengolahan Data ................................................................42

3.6.4 Teknik Analisi Data .....................................................................43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................44

4.1 Hasil Penelitian .........................................................................................44

4.1.1 Hasil Analisa Data ...........................................................................44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................55

5.1 Kesimpulan ................................................................................................55

5.2 Saran ..........................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA… ...................................................................................... 56

Page 10: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

DAFTAR GAMBAR

vi

Grafik 4.1 Hasil pengamatan pada fase prescribing ......................................... 44

Grafik 4.2 Hasil pengamatan pada Fase transcribing ...................................... 47

Grafik 4.3 Hasil pengamatan pada fase dispensing ......................................... 50

Grafik 4.4 Hasil pengamatan pada fase administration .................................... 52

Grafik 4.5 presentase potensi Medication Error ............................................... 54

Page 11: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

DAFTAR TABEL

vii

Table 2.1 Kategori Medication error .................................................................. 5

Tabel 2.2 Jenis kejadiaan Medication error secara umum ................................. 8

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan pada fase prescribing .......................................... 43

Tabel 4.2 Hasil pengamatan pada Fase transcribing ........................................ 46

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan pada fase dispensing ........................................... 49

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan pada fase administration. .................................... 51

Page 12: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

DAFTAR LAMPIRAN

viii

Lampiran I Surat ijin penelitian dari rumah sakit ............................................. 59

Lampiran II Form kajian resep .......................................................................... 60

Lampiran III Tabel distribusi Medication Error ............................................... 61

Lampiran IV Contoh resep potensi Medication Error ...................................... 62

Page 13: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan

bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

kehidupan pasien. Salah satu tujuan pelayanan kefarmasian yaitu melindungi

pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam

rangka keselamatan pasien (PMK RI No 58, 2014).

Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat

pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya

dapat dicegah (KepMenKes No 1027, 2004).

Terdapat data angka kematian karena medication error pada pasien

rawat inap di Amerika berjumlah 33,6 juta per tahun, atau berkisar 44.000-

98.000 per tahun (Depkes RI, 2006). Perhimpunan Seluruh Rumah Sakit

Indonesia (PERSI) tahun 2007 menyimpulkan bahwa kesalahan dalam

pemberian obat menduduki peringkat pertama yaitu berkisar 24,8% dari 10

besar insiden yang dilaporkan (Depkes RI, 2008)

Page 14: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

2

Pada studi prospektif yang dilakukan oleh Perwitasari et al., (2010) di

rumah sakit pemerintah di Yogyakarta pada bulan Juni-September 2009

menunjukkan bahwa terjadi medication errors sebanyak 226 resep dari 229

resep yang diteliti antara lain 99,12% prescribing errors, 3,02%

pharmaceutical errors dan 3,66% dispensing errors.

Kesalahan pengobatan dapat terjadi pada fase peresepan (prescribing

error) kesalahan penerjemahan resep (transcribing erorr), kesalahan

menyiapkan dan meracik obat (dispensing erorr), dan kesalahan penyerahan

(Administration error) (Andrini TM, 2015).

Berdasarkan berbagai temuan medication error di atas, maka peneliti

ingin mengetahui bagaimana dan anak di Kota Bandung yang dapat

menurunkan mutu pelayanan kefarmasian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah kejadian medication error dapat berpengaruh terhadap mutu

pelayanan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian medication error

yang terjadi dan mengetahui pengaruhnya terhadap mutu pelayanan.

Page 15: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

3

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai informasi dan evaluasi mutu

pelayanan instalasi farmasi. Sehingga rumah sakit dapat meminimalisir

medication error yang terjadi.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini akan mengevaluasi medication error yang

terjadi sehingga masyarakat mendapatkan mutu layanan yang paripurna

dari dokter, apoteker dan tenaga kesehatan lainya, serta meningkatkan

kepercayaan dan kepuasan masyarakat.

1.4.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini akan menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti

dan menjadi bahasan atau materi untuk penelitian selanjutnya.

Page 16: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Medication Error

Medication error adalah suatu kejadiaan yang tidak hanya dapat

merugikan pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien

yang dilakukanoleh petugas kesehatan khususnya dalam hal pelayanan

pengobatan pasien ( NCCMERP, 2014)

Medication error adalah sesuatu yang tidak benar, dilakukan melalui

ketidak tahuan atau ketidak sengajaan, kesalahan, misalnya dalam

perhitungan, penghakiman, berbicara, menulis, tindakan, dll atau

kegagalan untuk menyelesaikan tindakan yang direncanakan sebagaimana

dimaksud, atau penggunaan yang tidak benar rencana tindakan untuk

mencapai tujuan tertentu (Aronson, 2009).

2.1.1 Definisi Medication Error

Medication error adalah setiap kejadian yang sebenarnya

dapat dicegah yang dapat menyebabkan atau membawa kepada

penggunaan obat yang tidak layak atau membahayakan pasien,

ketika obat berada diluar kontrol (Windarti, 2008).

Page 17: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

5

5

Medication error merupakan suatu kesalahan pengobatan

sebagai kegagalan dalam proses pengobatan yang memiliki potensi

membahayakan bagi pasien dalam proses perawatan (Aronson,

2009).

Berdasarkan keputusan Mentri kesehatan

NO.1027/MENKES/SK/ IX/2004 medication error adalah

kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama

dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat

dicegah. Kesalahan pengobatan biasa terjadi di rumah sakit dan

kesalahan dapat terjadi pada setiap tahap. dari peresepan (dokter),

melalui dispensing (apoteker atau staf dispensing), untuk

administrasi (staf keperawatan atau pasien sendiri) (Muhtar, 2003).

2.1.2 Kategori Medication Error

Menurut National Coordinating Council for Medication error

Reporting and Prevention (NCC MERP), kategori medication error

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kategori Medication error

Error Kategori Hasil

No error A Kejadian atau yang berpotensi untuk

terjadinya kesalahan

Error , no

harm

B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai

pasien

Page 18: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

6

6

C Terjadi kesalahan dan obat sudah

diminum/digunakan pasien tetapi tidak

membahayakan pasien

D Terjadinya kesalahan, sehingga

monitoring ketat harus dilakukan tetapi

tidak membahayakan pasien

Error,Harm

Terjadi kesalahan, hingga terapi dan

intervensi lanjut diperlukan dan

kesalahan ini memberikan efek yang

buruk yang sifatnya sementara

Terjadi kesalahan dan mengakibatkan

pasien harus dirawat lebih lama di rumah

sakit serta memberikan efek buruk yang

sifatnya sementara

G Terjadi kesalahan yang mengakibatkan

efek buruk yang bersifat permanen

H Terjadi kesalahan dan hampir merenggut

nyawa pasien contoh syok anafilaktik

Error,

death

I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal

dunia

Timbulnya kejadian yang tidak sesuai dengan tujuan

(incidence) dikatakan sebagai drug misadventuring, terdiri dari

medication errors dan adverse drug reaction. Ada beberapa

pengelompokan medication

Page 19: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

7

7

error sesuai dengan dampak dan proses. Konsistensi

pengelompokan ini penting sebagai dasar analisa dan

intervensi yang tepat.

Medication Error adalah kejadian yang dapat dicegah

akibat penggunaan obat, yang menyebabkan cedera.

Contohnya adalah peresepan obat yang tidak rasional.

Kesalahan perhitungan dosis pada peracikan. Ketidakpatuhan

pasien sehingga terjadi dosis berlebih. Indeks medication errors

untuk kategorisasi errors (berdasarkan dampak).

Tabel 2.2 Jenis kejadiaan Medication Error secara umum

Tipe Keterangan

Prescribing error

(kesalahan dalam

peresepan)

Kesalahan pemilihan obat

(berdasarkan indikasi, kontra indikasi,

alergi yang tidak diketahui, terapi obat

yang sedang berlangsung, dan faktor

lainya) dosis, bentuk sediaan obat,

kuantitas, rute, konsentrasi, kecepatan

pemberian, atau instruksi untuk

penggunaan obat, penulisan resep

yang tidak jelas, dan lain-ain yang

menyebabkan terjadinya kesalahan

pemberian obat kepada

pasien.

Page 20: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

8

8

Omission error

(kesalahan karena

kurang stok obat)

Kegagalan memberikan dosis obat

kepada pasien sampai pada jadwal

berikutnya.

Wrong time error (salah

waktu

pemberian)

Memberikan obat diluar waktu, dari

interval waktu yang telah ditentukan.

Unauthorized drug

error (kesalahan

pemberiaan obat

diluar kuasa)

Memberikan obat yang tidak

diinstruksikan oleh dokter

Wrong patient (salah

pasien)

Memberikan obat kepada pasien yang

salah

Improper dose error

(kesalahan karena dosis

yang tidak

tepat)

Memberikan dosis obat kepada pasien

lebih besar atau lebih kecil dari pada

dosis yang diinstruksikan oleh dokter,

atau memberikan

dosis duplikasi.

Wrong dosage from

eror (kesalahan dari

dosis yang salah)

Memberikan obat dengan bentuk

sediaan yang tidak sesuai

Page 21: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

9

9

Wrong drug

preparation error

(kesalahan dari

persiapan obat)

Mempersiapkan obat dengan bentuk

sediaan yang tidak sesuai.

Wrong administration

thecnequi error

(kesalahan dari teknik

adminstrasi

yang salah)

Prosedur atau teknik yang tidak layak

atau tidak benar saat memberikan obat.

Deteriorated drug error

(kesalahan pemberian

obat yang

aktifitasnya menurun)

Memberikan obat yang telah

kadaluarsa atau yang telah mengalami

penurunan.

Monitoring error

(kesalahan dalam

pemantauan)

Kegagalan untuk memantau kelayakan

dan deteksi problem dari regimen

yang diresepkan, atau kegagalan untuk

menggunakan data klinis atau

laboratorium untuk asesmen respon

pasien

terhadap terapi obat yang diresepkan.

Page 22: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

10

10

Compliance error Sikap pasien yang tidak layak berkaitan

(kesalahan kepatuhan dengan ketaatan penggunaan obat yang

penggunaan obat oleh diresepkan

pasien)

2.1.3 Prevalensi Medication Error

Terdapat data angka kematian karena medication error

pada pasien rawat inap di Amerika berjumlah 33,6 juta per

tahun, atau berkisar 44.000-98.000 per tahun (Depkes RI,

2006). Perhimpunan Seluruh Rumah Sakit Indonesia

(PERSI) tahun 2007 menyimpulkan bahwa kesalahan dalam

pemberian obat menduduki peringkat pertama yaitu

berkisar 24,8% dari 10 besar insiden yang dilaporkan

(Depkes RI, 2008)

2.1.4 Faktor – Faktor Penyebab Medication Error

Penelitian di Amerika yang memperhitungkan kematian

akibat kesalahan obat, kebanyakan terjadi pada saat fase

prescribing atau peresepan yang diakibatkan dari kurangnya

dalam pengetahuan, komunikasi yang buruk, dan kurangnya

mempertimbangkan informasi penting pasien. Pada tingkat

dispensing, kesalahan mungkin timbul karena nama obat-

obatan yang serupa, dan penampilan bahan kemasan,

Pemberian obat tidak teratur, karena beban kerja lebih dan

gangguan. Dispensing dosis obat tinggi, dan bentuk sediaan

Page 23: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

11

11

yang tidak benar, dapat menyebabkan kondisi yang

mengancam jiwa (Muhtar, 2003).

Selain pada saat prescribing atau dispensing, kesalahan

juga dapat terjadi pada saat administration. Kekurangan

kinerja, kurangnya komunikasi perawat dengan profesional

kesehatan lainnya, tekanan pekerjaan yang berlebihan dan

sering adanya gangguan adalah faktor yang paling dominan

terkait dengan kesalahan administrasi. Kesalahan pengobatan

tidak dapat dihindari, tetapi kesalahan tersebut dapat

diminimalkan secara signifikan dengan adanya pengawas,

manajemen rumah sakit, pabrik farmasi, resep, apoteker atau

staf pemberian obat dan perawat bekerja sama untuk

mengidentifikasi kesalahan pengobatan dan mengadopsi

strategi untuk menguranginya (Muhtar, 2003).

Menurut Kepmenkes 2004 faktor-faktor lain yang

berkontribusi pada medication error antara lain :

1. Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam

berkomunikasi) Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan

sumber utama terjadinya kesalahan. Institusi

pelayanan kesehatan harus menghilangkan hambatan

komunikasi antar petugas kesehatan dan membuat SOP

bagaimana resep/permintaan obat dan informasi obat lainnya

dikomunikasikan. Komunikasi baik antar apoteker maupun

Page 24: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

12

12

dengan petugas kesehatan lainnya perlu dilakukan dengan

jelas untuk menghindari penafsiran ganda atau ketidak

lengkapan informasi dengan berbicara perlahan dan jelas.

Perlu dibuat daftar singkatan dan penulisan dosis yang

berisiko menimbulkan kesalahan untuk diwaspadai.

2. Kondisi lingkungan

Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi

lingkungan, area dispensing harus didesain dengan tepat dan

sesuai dengan alur kerja, untuk menurunkan kelelahan

dengan pencahayaan yang cukup dan temperatur yang

nyaman. Selain itu, area kerja harus bersih dan teratur untuk

mencegah terjadinya kesalahan. Obat untuk setiap pasien

perlu disiapkan dalam nampan terpisah.

3. Gangguan/ interupsi pada saat bekerja

Gangguan/ interupsi harus seminimum mungkin dengan

mengurangi interupsi baik langsung maupun melalui telepon.

4. Beban kerja

Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting

untuk mengurangi stres dan beban kerja berlebihan sehingga

dapat menurunkan kesalahan.

5. Edukasi staf

Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup

Page 25: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

13

13

kuat dalam menurunkan insiden/kesalahan, tetapi mereka

dapat memainkan peran penting ketika dilibatkan dalam

sistem menurunkan insiden/kesalahan (Muchid, 2008).

2.1.5 Upaya Pencegahan Medication Error

Berbagai metode pendekatan organisasi sebagai upaya

menurunkan medication error yang jika dipaparkan menurut

urutan dampak efektifitas terbesar menurut depkes RI (2008)

adalah :

1. Mendorong fungsi dan pembatasan (forcing

function& constraints) : suatu upaya mendesain

sistem yang mendorong seseorang melakukan hal

yang baik, contoh : sediaan potasium klorida siap

pakai dalam konsentrasi 10% Nacl 0.9%, karena

sediaan di pasar dalam konsentrasi 20% (>10%) yang

mengakibatkan fatal (henti jantung dan nekrosis pada

tempat injeksi)

2. Otomasi dan komputer (Computerized Prescribing

Order Entry) : membuat statis/ robotisasi pekerjaan

berulang yang sudah pasti dengan dukungan

teknologi, contoh: komputerisasi proses penulisan

resep oleh dokter diikuti dengan tanda “ atau tanda

peringatan jika di luar standar (ada penanda otomatis

ketika digoxin ditulis 0.5g)

Page 26: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

14

14

3. Standar dan protokol, standarisasi prosedur :

menetapkan standar berdasarkan bukti ilmiah dan

standarisasi prosedur (menetapkan standar pelaporan

insiden dengan prosedur baku). Kontribusi apoteker

dalam Panitia Farmasi dan Terapi serta pemenuhan

sertifikasi/ akreditasi pelayanan memegang peranan

penting.

4. Sistem daftar tilik dan cek ulang : alat kontrol berupa

daftar tilik dan penetapan cek ulang setiap langkah

kritis dalam pelayanan. Untuk mendukung efektifitas

sistem ini diperlukan pemetaan analisis titik kritis

dalam sistem.

5. Peraturan dan Kebijakan : untuk mendukung

keamanan proses manajemen obat pasien. contoh :

semua resep rawat inap harus melalui supervisi

apoteker.

6. Pendidikan dan Informasi : penyediaan informasi

setiap saat tentang obat, pengobatan dan pelatihan

bagi tenaga kesehatan tentang prosedur untuk

meningkatkan kompetensi dan mendukung kesulitan

pengambilan keputusan saat memerlukan informasi.

7. Lebih hati-hati dan waspada : membangun

lingkungan kondusif untuk mencegah kesalahan,

Page 27: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

15

15

contoh : baca sekali lagi nama pasien sebelum

menyerahkan.

2.2 Medication Error Pada Prescribing

2.2.1 Definisi

Prescribing adalah peresepan obat. Kesalahan terjadi karena

tidak ada nama dokter penulis resep, SIP dokter, status dokter , tidak

ada berat badan pasien, tinggi badan serta usia pasien, tidak ada

bentuk sediaan, tidak ada paraf dokter, tidak ada no kamar pasien,

tidak ada jenis kelamin pasien, tidak ada no RM pasien, tidak ada

satuan dosis, tidak ada rute , tidak ada dosis sediaan, tidak ada aturan

pakai obat, tidak ada jumlah pemberian, tidak ada tanggal permintaan

resep, nama obat tidak jelas/ berupa singkatan, resep tidak terbaca

dengan jelas.

Kesalahan meresepkan dan kesalahan resep merupakan

masalah utama di antara kesalahan pengobatan. Prescribing Error

terjadi baik di rumah sakit umum maupun di rumah sakit khusus,

meskipun kesalahan jarang terjadi hingga fatal namun dapat

mempengaruhi keselamatan pasien dan kualitas kesehatan

(Giampaolo, 2009).

Penggunaan singkatan istilah dan satuan ukuran sering

terdapat dalam resep dan order obat. Beberapa istilah diambil dari

bahasa latin karena sejarah penggunaanya dalam obat-obatan dan

farmasi, sementara istilah lain berkembang melalui penyingkatan

Page 28: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

16

16

penulisan oleh pembuat resep. Sayangnya, kesalahan pengobatan

dapat terjadi akibat kesalahan pemakaian, kesalahan penafsiran,

penulisan singkatan yang tidak terbaca, sebab penggunaan

singkatan khusus atau buatan. Kesalahan pengobatan dapat

dihindari melalui penggunaan kosakata yang terkendali,

pengurangan pemakaian singkatan, berhati-hati dalam menulis

angka desimal, dan penulisan angka nol diawal dan di akhir secara

tepat (Ansel, 2006).

Kesalahan resep mencakup segala hal yang terkait dengan

tindakan menulis resep, sedangkan kesalahan peresepan meliputi

peresepan irrasional, peresepan obat yang berlebih, peresepan obat

yang kurang, dan peresepan yang tidak efektif, yang timbul dari

penilaian medis atau keputusan mengenai perawatan atau

pengobatan dan pemantauan yang keliru (Giampaolo, 2009).

Apoteker hanya mencatat kesalahan resep dengan dampak

klinis potensial atau yang terlihat di rumah sakit. Untuk kesalahan

peresepan

administrasi misalnya, tempat peresepan itu tidak sempurna tapi

pada dasarnya tidak berarti dengan perawatan yang berkaitan

pasien, seperti kesalahan ejaan atau kegagalan untuk menunjukkan

rute tempat pemberian ini tidak dicatat. Tempat risiko potensial

klinis itu diidentifikasi, diklasifikasikan kedalam kategori

berpotensi serius, sangat serius, hanya signifikansi klinis relatif

Page 29: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

17

17

kecil (Dobrzanski, 2002).

2.2.2 Prevalensi Medication Error pada Prescribing

Hasil penelitian kajian penulisan resep di Kota Madya

Yogyakarta menunjukkan bahwa resep yang memenuhi

persyaratan yang berlaku adalah 39,8 %. Ketidaklengkapan

tersebut disebabkan antara lain karena tidak adanya paraf, nomor

ijin praktek dokter, tanggal resep. Tulisan tangan dokter yang

kurang dapat dibaca sangat menyulitkan sehingga berpotensi

menimbulkan kesalahan interpretasi terutama pada nama obat,

dosis, aturan pakai, dan cara pemberian, yang selanjutnya dapat

menyebabkan kesalahan pengobatan (Rahmawati, 2002).

2.2.3 Definisi Resep

Berdasarkan kepmenkes (2004) Resep adalah permintaan

tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker

untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2.4 Persyaratan Resep

Kepmenkes (2004) menyebutkan bahwa pada resep harus

dicantumkan : (1) Nama dan alamat penulis resep, serta nomor izin

praktek (2) Tanggal penulisan resep. (3) Tanda R/ pada bagian kiri

setiap penulisan resep. (4) Dibelakang lambang R/ harus ditulis

nama setiap obat atau komposisi obat.(5) Tanda tangan atau paraf

Page 30: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

18

18

penulis resep (6) Jenis hewan, nama serta alamat pemiliknya untuk

resep dokter hewan.

Menurut kepmenkes (2004) Pelayanan resep meliputi:

a) Skrining resep

1. Persyaratan administratif

a. Nama, SIP, dan alamat dokter.

b. Tanggal penulisan resep.

c. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.

d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan

pasien.

e. Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta.

f. Cara pemakaian yang jelas.

2. Kesesuaian farmasetis bentuk sediaan, dosis, potensi,

stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

3. Pertimbangan klinis adanya alergi, efek samping,

interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat) Jika ada

keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan

kepada dokter penulis resep dengan memberikan

pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu

menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

b) Penyiapan obat

1. Peracikan

Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,

Page 31: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

19

19

mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Dalam

melaksanakan peracikan obat, harus diabuat suatu prosedur

tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat

serta penulisan etiket yang benar.

2. Etiket

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

3. Kemasan obat yang diserahkan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang

cocok sehingga terjaga kualitasnya.

4. Penyerahan obat

Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan

pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan

resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai

pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan

tenaga kesehatan.

5. Informasi obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan

mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan

terkini, informasi obat kepada pasien sekurang-kurangnya

meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan

minuman yang harus dihindari selama terapi.

Page 32: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

20

20

6. Konseling

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan

farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya,

sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang

bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau

penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan

kesehatan lainnya.

7. Monitoring penggunaan obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus

melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk

pasien tertentu seperti kardiovarkular, diabetes, TBC, asma,

dan penyakit kronis lainya.

2.3 Medication Error pada Transcribing

2.3.1 Definisi

Transcribing error adalah kesalahan terjadi pada saat

pembacaan resep untuk proses dispensing, antara lain salah

membaca resep karena tulisan yang tidak jelas, informasi

tidak jelas atau penggunaan singkatan tidak tepat (Charles

dan Endang, 2006).

2.3.2 Prevalensi Medication Error pada Transcribing

Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden

Keselamatan Pasien (Konggres PERSI Sep 2007),

Page 33: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

21

21

kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat

pertama (24.8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan. Jika

disimak lebih lanjut, dalam proses penggunaan obat yang

meliputi prescribing, transcribing, dispensing dan

administering, dispensing menduduki peringkat pertama

(Depkes,2008).

2.4 Medication Error Pada Dispensing

2.4.1 Definisi Dispensing

Dispensing obat adalah kegiatan atau proses untuk

memastikan kelayakan atau order resep obat, seleksi suatu

obat zat aktif yang memadai dan memastikan bahwa

penderita atau perawat mengerti penggunaan dan pemberian

obat yang tepat dari obat tersebut (Siregar, 2003).

Dispensing adalah proses menyiapkan dan menyarahkan

obat kepada orang yang namanya tertulis pada resep.

Dispensing merupakan tindakan atau proses yang

memastikan ketepatan resep obat, ketepatan seleksi zat aktif

yang memadai dan memastikan bahwa pasien atau perawat

mengerti penggunaan dan pemberian yang tepat (Siregar,

2006).

Dispensing error adalah perbedaan antara obat yang

diresepkan dengan obat yang diberikan oleh farmasi kepada

pasien atau yang di distribusikan ke bangsal x, meliputi

Page 34: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

22

22

pemberian obat dengan kualitas informasi yang rendah

(Cheung, 2009).

Dispensing yang baik adalah suatu proses praktik yang

memastikan bahwa suatu bentuk obat yang benar dan efektif

dihantarkan pada penderita yang benar, dalam dosis dan dari

obat yang tertulis kuantitasnya, dengan instruksi yang jealas,

dan dalam suatu kemasan yang memelihara potensi obat.

Dispensing termasuk semua kegiatan yang terjadi antara

waktu resep/order dan obat diterima. Atau suplai lain yang

ditulis disampaikan kepada penderita (Siregar, 2003).

2.4.2 Kategori Kesalahan Dispensing

Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik

Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen

Kesehatan RI (2008) kategori kesalahan dalam pemberian obat

adalah:

1. Pasien mengalami reaksi alergi.

2. Kontraindikasi.

3. Obat kadaluwarsa.

4. Bentuk sediaan yang salah.

5. Frekuensi pemberian yang salah.

6. Label obat salah / tidak ada / tidak jelas.

7. Informasi obat kepada pasien yang salah / tidak jelas.

8. Obat diberikan pada pasien yang salah.

Page 35: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

23

23

9. Cara menyiapkan (meracik) obat yang salah.

10. Jumlah obat yang tidak sesuai.

11. Advers Drug Reaction (jika digunakan berulang).

12. Rute pemberian yang salah.

13. Cara penyimpanan yang salah.

14. Penjelasan petunjuk penggunaan kepada pasien yang salah.

2.4.3 Prosedur Dispensing

Good Pharmacy Practice (GPP) menurut Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia dengan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker

Indonesia (2011) adalah:

a. Skining Resep (dilakukan oleh Apoteker)

1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep

yaitu nama dokter, nomor ijin praktek, alamat, tanggal

penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter serta nama,

alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.

2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu

bentuk sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas,

inkompatibilitas, cara, dan lama pemberian obat.

3. Mengkaji aspek klinis dengan cara melakukan patient

assessment kepada pasien yaitu adanya alergi, efek samping,

interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumtah obat dan kondisi

khusus lainnya), keluhan pasien dan hal lain yang terkait

Page 36: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

24

24

dengan kajian aspek klinis.

4. Menetapkan ada tidaknya DRP dan membuat keputusan

profesi (komunikasi dengan dokter, merujuk pasien ke sarana

kesehatan terkait).

5. Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep

apabila diperlukan.

b. Penyiapan sediaan farmasi (dilakukan oleh apoteker)

1. Menyiapkan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai

dengan permintaan pada resep.

2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis

maksimum.

3. Mengambil obat dan pembawanya dengan menggunakan

sarung tangan alat/ spatula/ sendok.

4. Menutup kembali wadah obat setelah

pengambilan dan mengembalikan ke tempat semula (untuk

tablet dalam kaleng).

5. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok.

6. Menyiapkan etiket warna putih untuk obat dalam atau warna

biru untuk obat luar.

7. Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara

pakai sesuai permintaan pada resep serta petunjuk dan

informasi lain.

Page 37: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

25

25

c. Penyerahan sediaan farmasi (dilakukan oleh Apoteker)

1. Melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan

penyerahan (kesesuaian antara penulisan etiket dengan

resep).

2. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf

oleh Apoteker.

3. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.

4. Memeriksa identitas dan alamat pasien.

5. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.

6. Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah

disampaikan.

7. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan.

8. Mendokumentasikan semua tindakan apoteker dalam PMR.

9. Monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping.,

2.4.4. Faktor yang mempengaruhi proses Dispensing

Siregar (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

proses dispensing adalah:

1. Lingkungan.

Lingkungan harus bersih karena kebanyakan obat

dikonsumsi secara internal. Bebas kontaminan sehingga

dispensing dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Page 38: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

26

26

Lingkukan dispensing termasuk staf, sekeliling fasilitas fisik,

rak, dan ruang penyimpanan, peracikan, permukaan yang

digunakan selama bekerja, peralatan dan bahan pengemas.

Alat dispensing yang digunakan untuk meracik, seperti

lumpang alu, gelas takar, timbangan serta anak timbangan,

sendok obat, spatula, alat penghitung tablet atau kapsul,

papan alas pembungkus sediaan serbuk, semuanya harus

selalu bersih dan kering, sebelum digunakan untuk peracikan

produk yang berbeda dan pada akhir kerja. Timbangan harus

ditera (kaliberasi) sesuai dengan peraturan pemerintah.

Semua wadah persediaan harus secara jelas dan akurat diberi

etiket guna memastikan pemilihan yang aman dari sediaan

yang benar dan meminimalkan risiko kesehatan.

2. Personel

Tanggung jawab untuk kebenaran dan mutu obat yang

diserahkan terletak seluruhnya pada apoteker pengawas

proses dispensing, apoteker, dan asisten apoteker yang

langsung mengerjakan resep /oder obat. Selain membaca,

menulis, menghitung dan menuang, personil atau tim

dispensing, memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap untuk menyempurnakan proses dispensing, termasuk:

3. Pengetahuan tentang obat yang sedang didispensing, yaitu

penggunaan umum, dosis umum, peringatan tentang metode

Page 39: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

27

27

penggunaan, efek samping yang umum, interaksi yang umum

dengan obat lain atau makanan, mekanisme kerja obat, dan

persyaratan penyimpanan.

4. Keterampilan kalkulasi dan aritmatik yang baik. Keterampilan

dalam mengakses mutu sediaan.Bersifat bersih, teliti, dan

jujur.Sikap dan keterampilan di perlukan untuk berkomusikasi

secara efektif dengan penderita dan profesional kesehatan.

2.4.5 Proses Dispensing

a. Tahap pertama: Menerima dan memvalidasi

order atau resep dengan mengidentifikasi

penderita dan menegaskan nama penderita.

b. Tahap kedua :

Mengkaji order/ resep untuk kelengkapan resep

meliputi:

1. Nama penderita

2. Ruang, kamar, nomor penderita

3. Nama obat, kekuatan, bentuk sediaan,

kuantitas, aturan pakai

4. Tanggal dan jam penulisan order/resep

5. Tanda tangan dokter penulis dan Jika perlu,

instruksi lain dari dokter.

c. Tahap ketiga:: Mengerti dan menginterpretasi order/resep.

Harus dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker senior

Page 40: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

28

28

yang telah terlatih untuk tahap ini

a) Membaca order/resep

b) Menginterpretasi setiap singkatan yang digunakan

dokter penulis resep secara benar

c) Menegaskan bahwa dosis yang ditulis berada

dalam rentang yang normal bagi penderita (jenis

kelamin dan umur perlu diperhatikan)

d) Melakukan perhitungan dosis dan kuantitas secara

benar

e) Mengkaji ketidak tepatan yang tertera pada resep,

antara lain kontra indikasi, interaksi, duplikasi dan

inkompatibilitas. Order obat secara lisan hanya

diberikan dalam situasi luar biasa dan darurat.

d. Tahap keempat : Menapis profil pengobatan penderita.

Apoteker memasukkan semua data obat yang tertulis pada

order/resep formula kedalam profil formulir pengobatan

penderita (terkomputerisasi). Suatu profil pengobatan

penderita mengandung dua jenis informasi, yaitu pertama

informasi khusus penderita atau disebut juga data base

yaitu umur dan bobot tubuh dihubungkan dengan

kesesuaian dosis yang ditulis dokter dan kedua informasi

terapi penderita.

e. Tahap kelima: Menyiapkan, membuat, atau meracik

Page 41: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

29

29

sediaan obat. Beberapa langkah dalam penyiapan atau

peracikan sediaan obat yang diminta dokter yaitu :

1. Menemukan atau memilih wadah obat persediaan

2. Formulasi (membuat, menghitung, mengukur dan

menuang)

3. Proses memberikan etiket

4. Penghantaran atau distribusi

f. Tahap keenam : Menyampaikan atau mendistribusikan

obat kepada penderita. Untuk rawat jalan obat harus

diberikan kepada penderita yang namanya tertera pada

resep atau perwakilannya. Untuk penderita rawat inap,

obat didistribusikan sesuai dengan sistem distribusi obat.

2.4.6 Prevalensi Medication Error pada Dispensing

Dalam penelitian Sekhar dkk di india (2011) Penelitian

ini merupakan prospektif yang melibatkan resep rawat inap

dari periode Desember 2007 hingga September 2008. Resep

dari pasien dirawat di bangsal umum dilibatkan dalam

penelitian ini. Kesalahan yang dilaporkan oleh perawat,

yang didokumentasikan oleh apoteker dalam bentuk laporan

kesalahan Dispensing. Semua kesalahan didokumentasikan

dikumpulkan, dianalisis dan dikategorikan ke dalam

berbagai jenis. Frekuensi terjadinya berbagai jenis

Page 42: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

30

30

kesalahan pengeluaran dihitung. Insiden kesalahan

dispensing ditemukan menjadi 4,8% dan jenis yang paling

sering ditemukan adalah dispensing obat yang salah

(43,1%).

Dalam penelitian silvia dkk di Brazil 2011 disebutkan lebih

dari satu kesalahan dalam peresepan, total 1.632 kesalahan,

ditemukan dalam obat yang perlu waspada tinggi (high-alert)

sebanyak 632 (89,6%) dari 705 obat yang diresepkan dan

dibagikan. Kemudian mengidentifikasi setidaknya satu

kesalahan dispensing dalam setiap obat high alert yang di

keluarkan, sejumlah 1.707 kesalahan. Di antara kesalahan

dispensing, sebanyak 723 (42,4%) terjadi pada kesalahan isi

yang bersamaan dengan kesalahan resep.

2.5 Medication Error pada Administration

2.5.1 Definisi Administration error

Administration error merupakan perbedaan apa yang

diterima pasien dengan apa yang seharusnya diterima atau apa yang

dimaksudakn oleh penulis resep pada urutan awal (Zed et al, 2008)

2.5.2 Prevalensi Administration Error

Sebagian besar kesalahan ini melibatkan kelalaian dosis

(42%) atau kesalahan pada administrasi waktu (50%) (Fontan et

al, 2003. National Patien Safety Agency di Inggris

mengungkapkan bahwa kesalahan administrasi pengobatan terjadi

Page 43: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

31

31

50% dari semua administrasi obat-obatan di rumah sakit (Cousin

et al, 2007). Di Amerika Serikat , administering error terjadi 5 -

20% dari semua administrasi obat dengan biaya sistem kesehatan

tambahan $ 380 juta dan diperkirakan membahayakan

setidaknya 1,5 juta pasien per tahun, dengan adanya sekitar

400.000 efek samping yang dapat dicegah (Apsden et al, 2006).

Administering error di Afrika Timur unmum terjadi dan tingkat

kesalahanya 9,4 - 80% dari semua administrasi pengobatan

(Atsulami et al, 2012)

Administration Erorr memiliki dampak yang signifikan

pada pasien da;lam hal morbiditas, mortalitas, lama tinggal di

rumah sakit. Selain itu,meningkatkan biaya untuk dokter dan

ssitem kesehatan (Pospescu et al, 2011)

Faktor yang paling umum berkontribusi pada kejadian

administration error adalah kegagalan untuk memeriksa

identifikasi pasien sebelum pemberian, penyimpanan, dan faktor

lingkungan serta gangguan perawat saat melakukan putaran obat

(Wiliam,2007). Dokumentasiyang tidak akurat dan komunikasi

yang buruk selama peruabahan shift di rumah sakit juga

berkontribusi dalam administering error (Kane-Gill et al, 2008).

Page 44: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

32

32

2.6 Rumah Sakit

2.6.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat (Permenkes 72, 2016).

2.7 Pelayanan Kefarmasian

2.7.1 Definisi Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung

dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti

untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes 73,

2016 ).

2.7.2 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan Farmasi klinik merupakan pelayanan bagian dari

pelayanan kefarmasianyang langsung dan bertanggungjawab

kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Permenkes 73, 2016 ).

Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud meliputi:

a. pengkajian dan pelayanan Resep;

b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;

c. rekonsiliasi Obat;

Page 45: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

33

33

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);

e. konseling;

f. visite;

g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);

j. dispensing sediaan steril; dan

k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

2.8 Obat

2.8.1 Definisi Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk

biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. (Permenkes 72,2016).

2.8.2 Definisi Obat Rasional

Penggunaan obat dikatakan rasiona menurut WHO

apabilapasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan

klinis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan untuk jangka

waktu yang cukup,dan dengan biaya yang terjangkau baik

individu maupun masyarakat.

Page 46: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

34

34

2.9 Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian

2.9.1 Definisi Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian

Kegiatan yang dapat dilakukan terhadap kegiatan yang

sedang berjalan maupun yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat

dilakukan melalui monitoring dan evaluasi.

2.9.2 Tujuan Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian

Untuk menjamin pelayanan kefarmasian sesuai dengan rencana

dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang (Permenkes 72,

2016).

2.9.3 Metode Mutu Pelayanan

a. Audit

Audit dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil

monitoring terhadap proses dan hasil pelayanan farmasi klinik.

Contoh:

1. audit penyerahan Obat kepada pasien oleh Apoteker

2. audit waktu pelayanan

b. Review

Review dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil

monitoring terhadap pelayanan farmasi klinik dan seluruh sumber

daya yang digunakan.

Contoh: review terhadap kejadian medication error

Page 47: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

35

35

c. Survei

Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan

kuesioner. Survei dilakukan oleh Apoteker berdasarkan

hasil monitoring terhadap mutu pelayanan dengan

menggunakan angket/kuesioner atau wawancara langsung

Contoh: tingkat kepuasan pasien

d. Observasi

Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses

dengan menggunakan cek list atau perekaman. Observasi

dilakukan oleh berdasarkan hasil monitoring terhadap seluruh

proses pelayanan farmasi klinik.

Contoh : observasi pelaksanaan SPO pelayanan

2.9.4 Indikator Evaluasi Mutu

Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu

pelayanan adalah:

a. Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero deffect dari

medication error;

b. Standar Prosedur Operasional (SPO): untuk menjamin

mutu pelayanan sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

c. Lama waktu pelayanan Resep antara 15-30 menit;

d. Keluaran Pelayanan Kefarmasian secara klinik berupa

kesembuhan penyakit pasien, pengurangan atau

Page 48: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

36

36

hilangnya gejala penyakit, pencegahan terhadap

penyakit atau gejala, memperlambat perkembangan

penyakit.

Page 49: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Design Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian observasi deskriftif dengan

pendekatan cross sectional dan Pengambilan data dilakukan secara konkuren.

Yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau

observasi data dalam satu kali pada satu waktu.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan disalah satu instalasi farmasi rumah sakit ibu

dan anak di Kota Bandung selama bulan mei - juli 2019.

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah resep pasien dan data rekam

medik disalah satu rumah sakit di Kota Bandung bulan mei - juli 2019.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah, ditetapkan generalisasi terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu , ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. sedangkan

Page 50: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

38

sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristitik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. (Sugiono, 2018)

3.4.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah resep fisik yang berpotensi

medication error.

3.4.1.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.

(Notoatmodjo, 2010)

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Resep fisik resmi dari dokter yang praktek di rumah sakit ibu dan

anak Di Kota Bandung.

2. Resep fisik yang sudah di skrining dan berpotensi medication

error.

3. Rekam medis pasien.

3.4.1.2 Kriteria Ekslusi

Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sampel. (Notoatmodjo, 2010)

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

Page 51: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

39

1. Resep dari dokter yang tidak praktek di rumah sakit tersebut.

2. Resep fisik yang sudah di skrining dan tidak ada medication error.

3. Resep yang tidak diambil/tidak ditebus pasien.

4. Resep elektronik.

3.4.2 Sampel

Penarikan sampel diambil dengan menggunakan Teknik purposive

sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu. dengan

kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus

slovin (sevilla.c.G.,1993 dalam prasetyo,B.,013)

Rumus slovin :

Dimana :

n = besaran sampel

N = besaran populasi

E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan.

Sample : 324 / (1 + (324 x 0,05)2

324 / (1 + (324 x 0,0025)

324 / (1 + 0,81)

324 / 1,81 = 179 sample.

Page 52: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

40

3.5 Jalan Penelitian

3.5.1 Tahap Persiapan

Tahapan dimulai dengan menghubungi direksi disalah satu

rumah sakit ibu dan anak Di Kota Bandung untuk meminta izin

melakukan penelitian dengan membawa surat rekomendasi dari

fakultas MIPA UNFARI.

3.5.2 Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi resep

dan memisahkan resep yang berpotensi medication error pada fase

prescribing seperti (kontraindikasi, duplikasi obat, tidak terbaca,

intruksi tidak jelas, intruksi keliru, intruksi tidak lengkap, terapi

tanpa indikasi, indikasi belum di terapi, dosis terlalu kecil, dosis

berlebih, obat tidak tepat, lama pengobatan terlalu pendek, lama

pengobatan terlalu lama, reaksi obat merugikan, interaksi obat).

Fase transcribing (coppy error, dibaca keliru, ada intruksi yang

terlewatkan, miss stamped/ ketidaklengkapan identitas dokter,

intruksi tidak dikerjakan, intruksi diterjemahkan salah). Fase

dispensing (dosis yang disiapkan berlebih, dosis yang disiapkan

kurangnya persediaan obat, intruksi pengunaan obat tidak jelas,

salah menghitung dosis, salah memberi label, kegagalan

menterjemahkan inruksi, pemberian obat diluar intruksi, intruksi

dijalankan keliru, kesalahan pengambilan obat, kesalahan

Page 53: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

41

pengambilan jumlah obat). fase administration (tidak mengecek

identitas pasien, tidak mengecek intruksi, obat tertinggal,

pemberian obat diluar intruksi, dosis yang diberikan terlalu

besar,dosis yang diberikan terlalu kecil, salah menulis intruksi,

intruksi dijalankan keliru.

3.5.3 Tahap Pengolahan Data

Resep diamati dan dokumentasikan dengan mengikuti alur

resep, kemudian dilakukan skrining resep pada fase prescribing,

transcribing, dispensing dan administration berdasarkan cek list

dalam formulir penelitian. di data dan di cek list pada formulir

monitoring medication error untuk masing-masing pasien.

Selanjutnya data di tabulasi dalam bentuk % (persen) dari masing-

masing bentuk kejadian medication error.

3.5.4 Teknik Analisi Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan diperoleh

dengan cara mengolah hasil dan menghitung setiap kejadian pada

tiap kategori dari total resep yang telah diobservasi. Standar untuk

tidak adanya kesalahan pemberian obat berkisar 100%.

% ME = �����ℎ ��������

�����ℎ ����� ����� x 100%

Page 54: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 179 resep fisik dari rawat inap dan

rawat jalan. Penelitian ini dilakukan pada fase prescribing, transcribing,

dispensing, administration.

4.1.1 Hasil Analisa Data

Tabel 4.1 Hasil pengamatan pada fase prescribing

KODE Jenis prescribing error Jumlah

Persentas

Keterangan 0 : tidak ditemukan kejadian

42

kejadian (%)

A1 Kontraindikasi 1 0,55

A2 Duplikasi 14 7,82

A3 Tidak terbaca 27 15,08

A4 Intruksi tidak jelas 55 30,72

A5 Intruksi keliru 8 4,46

A6 Intruksi tidak lengkap 130 72,62

A7 Terapi tanpa indikasi 0 0

A8 Indikasi belum diterapi 4 2,23

A9 Dosis terlalu kecil 6 3,35

A10 Dosis berlebih 7 3,91

A11 Obat tidak tepat 4 2,23

A12 Lama pengobatan terlalu pendek 3 1,67

A13 Lama pengobatan terlalu lama 1 0,55

A14 Reaksi obat merugikan 1 0,55

A15 interaksi obat 43 24,02

Page 55: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

43

140

Prescribing error

72,62% 12

0

10

0

80

60

30,72%

24,02%

40 15,08

% 20

7,82%

0,55%

4,46%

0 2,23%

3,91%

3,35% 2,23%

0,55%

1,67%0,55% 0

Grafik.4.1 hasil pengamatan pada tahap prescribing.

Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap 15 komponen,

berdasarkan hasil penelitian pada tabel diatas ditemukan kejadian

paling banyak terdapat pada intruksi yang kurang lengkap sebanyak

72,62%.

Intruksi yang dimaksudkan berupa ketidaklengkapan nama obat,

kekuatan/dosis obat, jumlah obat, bentuk sediaan dan cara penggunaan

obat. Hal ini dapat mengakibatkan medication error yang akan

berpengaruh kepada rasionalitas penggunaan obat kepada pasien

(Rahmawati, 2002).

Page 56: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

44

Medication error selanjutnya adalah intruksi tidak jelas.

Berdasarkan Kepmenkes (2004) bahwa tulisan dalam resep harus

ditulis dengan jelas. Akan tetapi pada penelitian kali ini terdapat

sebanyak 30,72% intruksi yang tidak jelas salah satu contohnya adalah

obat yang memiliki 2 rute pemberian seperti obat “x” yang bisa

diberikan oral/vaginal, akan tetapi tidak tercantum dalam resep/tidak

dapat terbaca oleh trancriber yang hal ini sangat mempengaruhi

dalam ketepatan pemberian obat untuk pasien. jika terjadi kesalahan

dalam memberikan obat maka bisa berakibat fatal. Dimana rute

pemberian sangat berpengaruh terhadap metabolisme obat dalam

tubuh.

Interaksi obat merupakan medication error selanjutnya, dari hasil

penelitian ditemukan sebanyak 24,02% salah satu interaksi yang

sering terjadi yaitu ferro sulphate dengan calcium carbonate dimana

calcium carbonate akan menurunkan efek dari ferro sulphate hal ini

terjadi di karenakan calcium carbonate dapat meningkatkan kadar

asam lambung (Medscape).

Berdasarkan contoh diatas interaksi obat dapat menyebabkan obat

kurang efektif, meningkatkan /menurunkan reaksi kandungan obat,

dan menyebabkan efek samping yang tidak terduga.

Resep obat tidak terbaca ditemukan sebanyak 15,08%, resep obat

seharusnya ditulis jelas dan mudah dimengerti. Apoteker harus

menghindari penulisan resep yang dapat menimbulkan ketidakjelasan,

Page 57: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

45

keraguan atau salah pengertian mengenai nama obat serta takaran

yang harus diberikan (Ika , 2013)

Duplikasi obat dalam penelitian ini adalah adanya pemberian atau

penggunaan dua atau lebih obat untuk indikasi yang sama padahal

tidak atau belum diperlukanya kombinasi. Duplikasi ditemukan

sebanyak 7,82% terjadi pada penelitian ini salah satu contohnya satu

resep diberikan 2 obat paracetamol dengan merk yang berbeda dan

dosis yang berbeda. Menurut Badan Administrasi Makanan dan Obat

Amerika Serikat (FDA.) dan yang jika seseorang mengkonsumsi

terlalu banyak paracetamol dapat merusak hati (liver). Dalam kasus

yang parah overdosis paracetamol dapat menyebabkan gagal hati

hingga kematian.

Duplikasi obat adalah salah satu kesalahan dalam peresepan yang

memicu penggunaan terapi obat tidak tercapai dan tidak rasional.

Tabel 4.2 Hasil pengamatan pada faseTranscribing error

KODE Jenis Transcribing error Jumlah

Persentase

(%)

B1 Kesalahan membuat salinan resep 1 0,55

B2 Dibaca keliru 11 6,14

B3 Ada instruksi yang terlewatkan 5 2,79

B4

Ketidak lengkapan resep (miss

stamped)

39

21,78

B5 Instruksi tidak dikerjakan 10 5,58

Page 58: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

46

B6 Instruksi diterjemahkan salah 17 9,49

Grafik 4.2 hasil pengamatan pada tahap transscribing

Pada tahap ini terdapat 6 komponen yang dinilai. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa kesalahan terbanyak yang

berpotensi menimbulkan medication error terjadi karena miss

stamped/ ketidaklengkapan resep sebanyak 21,78%. Hasil penelitian

serupa dengan kajian penulisan resep di Kota madya Yogyakarta

bahwa resep yang memenuhi persyaratan yang berlaku adalah 39,8%.

Ketidaklengkapan tersebut disebabkan antara lain karena tidak adanya

nama, paraf dan nomor ijin praktek dokter yang menjadikan resep itu

sah dan ditulis oleh dokter yang berwenang (Rahmawati, 2002)

Selanjutnya ada kesalahan dalam penulisan salinan resep sebanyak

0,55%. Salinan resep adalah Salinan yang dibuat oleh seorang apoteker,

Page 59: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

47

yang memuat semua keterangan dalam resep (Kepmenkes, 2004). Pada

kasus ini trancriber lupa menuliskan aturan pakai dalam salinan resep

sehingga ketika pasien menebus ditempat lain pasein harus menelpon

kembali untuk menanyakan aturan pakai obat nya, jika tidak pasien

akan meminum obat tanpa tahu apa yang di intruksikan oleh dokter.

Hal ini akan memicu pada pengobataa tidak rasional karna tidak tepat

dosis dan aturan pakai.

Dibaca keliru atau kesalahan pada saat pembacaan resep terjadi

sebanyak 6,14%, antara lain salah membaca resep karena tulisan yang

tidak jelas. ketika resep masuk ke farmasi kemudian salah di

terjemahkan sehingga diberikan obat/ aturan pakai yang tidak sesuai

dengan apa yang di resepkan (Charles, 2005). Sebagai contoh dokter

meresepkan obat diare 2 tab prn, akan tetapi trancriber

menterjemahkan 2x1 tablet, dosis attapulgite nya itu minimal 2 tablet

dan max 12 tablet/ hari setiap diare (Medscape.) Hal ini mnyebabkan

dosis yang yang diminum pasien kurang dan efek terapi nya tidak

tercapai.

Intruksi yang terlewatkan 2,79% seperti contoh obat

methylprednisolone di instruksikan diminum pada pagi dan malam hari

akan tetapi oleh transcriber hanya di tuliskan 2x1 tablet. Pengobatan

pasien tidak sesuai dengan apa yang diintruksikanoleh dokter. Hal ini

menyebabkan mengurangi kepatuhan pasien dalam mememinum obat

yang sah untuk pasien.

Page 60: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

48

Intruksi yang tidak dikerjakan 5,58% contohnya obat antibiotik di

intruksikan untuk 5 hari akan tetapi tidak di tulis dalam etiket sehingga

pasien meminum antibiotik selama 7 hari/sampai obat habis. Lama

pengobatan ini tidak sesuai dengan apa yang di resepkan dokter

sehingga bisa memicu resisten pada antibiotik tersebut.

Intruksi di terjemahkan salah 9,49% contohnya obat mucera drop di

terjemahkan mucera syr yang mana usia pasien masih di bawah 2

tahun dan dosis dari mucera syr dan drop pun berbeda sehingga pasien

tidak mendapatkan obat dengan dosis kurang dan efek yang diinginkan

tidak tercapai sehingga pengobatan tidak rasional.

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan pada fase dispensing

KODE jenis transcribing error Jumlah

Persentase

kejadian (%)

C1 Dosis yang disiapkan berlebih 5 2,79

C2 Dosis yang disiapkan kurang 4 2,23

C3 Kurangnya persediaan obat 7 3,91

C4 Intruksi penggunaan obat tidak jelas 12 6,70

C5 Salah menghitung dosis 1 0,55

C6 Salah memberi label 3 1,67

C7 Kegagalan menterjemahkan intruksi 9 5,02

C8 pemberian obat diluar intruksi 3 1,67

C9 Intruksi di jalankan keliru 5 2,79

C10 Kesalahan pengambilan obat 3 1,67

C11 Kesalahan pengambilan jumlah obat 1 0,55

Page 61: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

49

Grafik 4.3 hasil pengamatan p ada tahap dispensing

ada tahap dispensing

Pada tahap ini ada 11 komponen yang dinilai, berdasarkan tabel

dan grafik diatas bahwa pada tahap dispensing kejadian paling banyak ada

pada intruksi penggunaan obat tidak jelas sebanyak 6,70%. Hal ini

dikarenakan banyak ditemukan ya ketidakjelasan mengenai aturan

penggunaan obat di label atau etiket. Menurut (Permenkes 2014) di

jelaskan intruksi atau penulisan dalam etiket harus jelas.

Selanjutnya ditemukan kegagalan dalam menterjemahkan intruksi

sebanyak 5,02% dalam resep di di tulisakan obat anastesi 8 ampul, akan

tetapi oleh trancriber di input 1 ampul kemudiaan disiapkan sesuai

dengan resep 8 ampuil dan tidak melihat dari inputan . Hal ini

mengakibatkan terjadinya kerugian untuk pihak rumah sakit.

Medication error selanjutnya dosis yang disiapkan lebih 2,23 %

Page 62: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

50

seperti peresepan obat racikan pulveres, dokter menginginkan diracik

menjadi 24 bungkus akan tetapi di buat 20 bungkus Hal ini

mengakibatkan pasien mendapatkan dosis obat yang lebih tinggi sehingaa

pengobatan menjadi tidak rasional dalam ketepatan dosis

(Kemenkes,2011)

Kurangnya persediaan obat 3,91% seperti dokter menginginkan

obat homon untuk menunda haid karna pasien akan umroh , akan tetapi

karna persediaan obat habis , pasien diberikan copy resep dan tidak

mendapatkan obat nya di apotek lain. Sehingga pasien tidak berhasil

melakukan program penundaan haid dikarenakan persediaan obat

kurang/kosong. Berdasasrkan (Permenkes, 2014) Rumah sakit harus

memiliki mekanisme yang mencegagah kekosongan stok obat yang yang

tersedia di rumah sakit.

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan pada fase administration.

KODE Jenis Administration

error Jumlah

kejadian

Presentase

(%)

D1 k mengecek identitas pasien 2 1,11

D2 k mengecek Instruksi 16

8,93

D3 t tertinggal 2

1,11

D4 berian obat diluar instruksi 2

1,11

D5 s yang diberikan terlau besar 3

1,67

D6 s yang diberikan terlalu kecil 1

0,55

D7 h menulis intruksi

5

2,79

D8 ksi dijalankan keliru 4 2,23

Page 63: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

51

Grafik 4.4 hasil pengamatan pada tahap Administration.

Pada tahap ini ada 8 komponen yang dinilai, berdasarkan tabel

administration error di diatas bahwa pada tahap administration kejadian

paling banyak ditemukan adalah tidak mengecek instruksi sebanyak

8,93 % satu contohnya adalah dokter meresepkan obat stesolid rectal tube

10 mg sebanyak 2 tube akan tetapi disiapkan 1 tube, dan kemudian obat di

serahkan kepada pasien. Diazepam digunakan untuk pencegahan kejang

dan demam yang mugkin terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun

Akibatnya jika pasien tidak menggunakanya bisa terjadi serangan

kembali. Dosis diberikan 10 mg tiap 8 jam untuk BB lebih dari 10 kg bila

suhu pasien lebih dari 38,5 C (Rozman dkk, 2010). Sebelum Obat

diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai

penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah

Obat/kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep (Permenkes, 2014)

Page 64: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

52

Medication error yang selanjutnya adalah tidak mengecek

intruksi sebanyak 0,14% salah satu contohnya adalah pada saat transcriber

mnginput permintaan resep dari rawat inap dengan menginput identititas

pasien berdarkan nama depan bukan rekam medis sehingga terjadi

kesalahan pada etiket dan pembayaran. Hal ini mengakibatkan kerugian

rumah sakit seharusnya pada saat serah terima kepada perawat dilakukan

pengecekan ulang identitas lengkap pasien (Permenkes, 2014) Hasil

penelitian diatas menunjukkan bahwa terjadi medication error pada fase

prescribing 64%, transcribing 17,48%, dispensing 11,16%, dan

administration 7,36%. Hasil penelitian ini serupa dengan studi prospektif

yang dilakukan perwitasari et al.,(2010) di rumah sakit pemerintah

Yogyakarta pada bulan juni-september 2009 menunjukan bahwa terjadi

medication error sebanyak 226 dari 229 resep yang di teliti antara lain

prescribing error 99,12%, Trancribing error 3,02 % dan dispensing error

3,66%

Medication error dapat menyebabkan efek samping yang

membahayakan dan potensi memicu resiko fatal dari suatu penyakit hingga

menyebabkan terjadi kematian. Medication error merupakaj jenis medical

error yang paling sering dan banyak terjadi (Kohn L et al.,2000)

Page 65: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

53

Grafik 4.5 presentase potensi medication error

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan disalah satu rumah sakit

ibu dan anak di kota Bandung. Dari total populasi sampel ditemukan

presentase potensi medication error yang terjadi sebanyak 55% sedangkan

yang tidak berpotensi sebanyak 45%. Berdasarkan standar pelayanan

minimal farmasi mengenai mutu pelayanan salah satu indikatonya adalah

tidak adanya kesalahan pemberian obat (medication error) yaitu 100%

(Kepmenkes, 2008)

Medication error yang terjadi dapat mempengaruhi mutu secara

signifikan dan perlu di evaluasi lebih lanjut. Untuk keberhasilan

pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di instalasi farmasi diperlukan

komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan. Hal tersebut akan

menjadikan Pelayanan Kefarmasian di apotek semakin optimal dan dapat

dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang pada akhirnya dapat

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Kepmenkes, 2014)

Page 66: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi medication error pada fase

prescribing 64%, transcribing 17,48%, dispensing 11,16%, dan administration

7,36% Dan potensi medication error yang terjadi sebanyak 55% sedangkan

yang tidak berpotensi sebanyak 45% yang berpengaruh terhadap mutu

pelayanan kefarmasian.

5.2 Saran

1. Kepada dokter, farmasi, maupun tenaga kesehatan lainya di harapkan lebih

memperhatikan hal-hal yang yang menimbulkan potensi medication error.

2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai medicatyion error hingga pada tahap penilaian potensi cedera.

54

Page 67: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

DAFTAR PUSTAKA

Ainaini R. 2011. Pengukuran Mutu Pelayanan Farmasi di Unit Rawat

Jalan Instalasi Farmasi RSUD Sleman (Tesis). Yogyakarta:

Program Pasca Sarjana Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.

Aronson, JK. 2009. Medication errors: what they are, how they

happen ,and how to avoid them: from

http://qjmed.oxfordjournals.org/ by guest on januari 19,2019

Aryani Perwitasari, Dyah., Jami’ul Abror, dan Iis Wahyuningsih.

(2010). Medication error in outpatient of a government

hospital in Yogyakarta Indonesia. International Journal of

Pharmaceutical Sciences Review and Research Volume 1; 8-10

Bayang, A. T, Syahrir Pasinringi, & Sangkala, 2013, Faktor

Penyebab Medication Error di RSUD Anwar Makkatutu

Kabupaten Bantaeng, Makasar, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin

Benjamin, David M. (2003). Reducing Medication Errors and

Increasing Patient Safety: Case Studies in Clinical

Pharmacology. J Clin Pharmacol vol. 43 no. 7 768-783

Charles & Kumolosasi. (2006). Farmasi Klinik Teori dan Penerapan.

Jakarta: Buku kedokteran EGC, 380-417

Page 68: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

Cheung, Ka-Chun at al. 2009. Medication errors: the importance of

safe dispensing: british journal of clinical pharmacology. P

(676-680)

Cohen, M.R. (1991). Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R.,

(Ed), Medication Error, Washington, DC: American

Pharmaceutical Association. Dalam: Hartayu, Titien Siwi &

Widayati Aris. (2005). Kajian Kelengkapan Resep Pediatri

Yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error Di 2

Rumah Sakit Dan 10 Apotek Di Yogyakarta. Yogyakarta:

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen kesehatan RI.

2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan

Pasien (Patient Safety)

Hidayat,Anwar. cara perhitungan rumus slovin.,

https://www.statistikian.com/2017/hitung-rumus-slovin-

sampel.html/amp (diakses pada tgl 16 maret 2019).

IOM (Institute of Medicine). 2004. Patient Safety: Achieving a New

Standard for Care. Washington, DC: The National Academies

Press.

Kaushal R, Bates DW, Landrigan C, McKenna K, Clapp MD,

Federico F, Goldmann DA. (2010). Medication Errors and

Adverse Drug Events in Pediatric Inpatients. JAMA.

285(16); 2114-2120

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan

Farmasi di Rumah Sakit

Page 69: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

National Coordinating Council for Medication Error Reporting and

Prevention (2011). Medication Error.

http://www.nccmerp.org/aboutMedErrors.html, diunduh , 15

maret 2019 jam 22.30.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. h 27,

23-24, 8-11

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. h 28-

3

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. h 26-28

Rahmawati, fita & oetari, R.A. 2002. kajian penulisan resep:

tinjauan aspek legalitas dan kelengkapan resep di apotek-

apotek kotamadya yogyakarta : majalah farmasi indonesia

13(2)

Velo, Giampaolo & Minuz, Pietro. 2009. Medication errors:

prescribing faults and prescription errors: british journal of

clinical pharmacology.

Williams. (2007). Medication Error. R Coll Physicians Edinb. Vol 37:

343–346.

Windarti, M.I.(2008) Strategi Mencapai Keamanan Pemberian Obat

Dalam Buku Suharjo Dan Cahyono.. Membangun Budaya

Keselamatan Pasien Dalam Praktik Kedokteran. Kanisius

(Anggota Ikappi): Yogyakarta

Page 70: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

LAMPIRAN

Page 71: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

LAMPIRAN I

58

SURAT UIN PENELITIAN DARI RUMAH SAKIT

Bandung, 20 Juoi 2019

Nomor : 089/EES/DJR/RSGB/VI/2019 :P&Tal, : *''rat Jaw^h*n Permohonan Izin Penelitian dan P‹ ainbihn

ttepada Ytli : DekaA Universitas Al-Gifhan B

..apa

..k.

Ardian Baitariza, let.Si.,Apt

Dcn$sn hoñn/t,

âemoga Tu.han SME senantiass melimpahkan rahmat serta hidayah•Nya kepada kita, serta Bapak ada'da1am keadaan sehat.

Page 72: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

LAMPRAN II

59

FORM KAJIAN RESEP

RUANOPRRAWATV'

BB?T»em ’ ]

1 1 1 I

Aturan pakai obat

ROTD

Page 73: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

60

LAMPIRAN IU

TABEL DISTRIBIJSI MEDICA TION ERROR

Page 74: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

61

CONTOR RESEP POTENSI fSDJCN' fON2fRROA

Contob kesalahan penginputan identitas pasien

Page 75: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

62

Kesalahan penginputan sediaan obat

. -. ..

( ' e.< W m . -

latruksi Tidak lengkap

Page 76: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

63

Duplikasi obat

Page 77: EVALUASI MEDICATION ERROR TERHADAP MUTU PELAYANAN …

64

Interaksi Obat

Kekurangan obat racikan