evaluasi medication error pada peresepan rawat inap di
TRANSCRIPT
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
17
Evaluasi Medication Error pada Peresepan Rawat Inap di Salah Satu Rumah
Sakit Kota Bandung
Nurbaity*, Yohanes Susanto Dea Anita Ariani K.
Program Studi D3 Farmasi, Akademi Farmasi YPF, Bandung
*Corresponding author : [email protected]
Abstrak
Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat. Keselamatan pasien merupakan upaya pelayanan
kesehatan yang mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error yang
sering menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan.
Medication error dapat merugikan pasien karena menyebabkan kegagalan terapi, bahkan
dapat timbul efek obat yang tidak diharapkan. Angka kejadian medication error belum
terdata secara akurat dan sistematis, tetapi angka kejadian medication error sangat sering
kita jumpai di berbagai institusi pelayanan kesehatan di Indonesia. Tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui angka kejadian, jenis dan penyebab medication error yang terjadi
pada fase prescribing, transcribing, dispensing dan administration terhadap peresepan
rawat inap di salah satu rumah sakit Kota Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif retrospektif. Sampel diambil dengan menggunakan “teknik sampel jenuh” pada
kejadian insiden report di instalasi farmasi rawat inap periode Juli 2016 – Juni 2019. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terjadi medication error pada keempat fase tersebut yaitu
prescribing (73,8%) , transcribing (9,2%), dispensing (11,6%) dan administration
(6,2%). Kejadian tertinggi Medication error pada setiap fase adalah fase prescribing
karena tulisan resep tidak terbaca dengan jelas (43,2%); fase transcribing karena
kesalahan pembacaan resep (55,9%); fase dispensing terjadi karena kesalahan
pengambilan obat (41,9%) dan fase administration terjadi karena obat tertinggal (73,9%).
Kata Kunci: Medication Error, Prescribing, Transcribing, Dispensing dan
Administration
Abstract
Hospital is a health care institution that conducts complete individual health services for
inpatient, outpatient and emergency services. Patient safety is a health service effort
which prioritizes reporting, analysis, and prevention of medical errors that often lead to
unexpected events (KTD) in health services. Medication errors are detrimental to patients
because they cause therapeutic failure, and unexpected drug effects. The incidence of
medication error has not been recorded accurately and systematically, but often
encountered among various Indonesian health service institutions. The purpose of this
study was to determine the incidence, types and causes of medication errors that occur
during prescribing, transcribing, dispensing and administration phases for inpatients in
one of the hospitals in Bandung. This is a retrospective descriptive study. Samples were
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
18
collected between July 2016-June 2019 using the "saturation sample technique" from an
incident report in the inpatient pharmaceutical installation. The results showed that
medication errors are most common during prescribing (73.8%), transcribing (9.2 %),
dispensing (11.6%) and administration (6.2%). The highest incidence was in the
prescribing phase because the prescription writing was unreadable (43.2%); the
transcribing phase due to misreading of the prescriptions (55.9%); dispensing phase due
to giving the wrong drug (41.9%) and administration phase occurred due to drug lagging
(73.9%).
Keywords: Medication Error, Prescribing, Transcribing, Dispensing dan
Administration
PENDAHULUAN
Manajemen risiko merupakan metode
yang sistematis untuk mengidentifikasi,
menganalisis, mengendalikan,
memantau, mengevaluasi dan
mengkomunikasikan risiko yang ada
pada suatu kegiatan, tidak terkecuali di
Rumah Sakit. Manajemen risiko di
rumah sakit diantaranya adalah di
pelayanan kefarmasian. Manajemen
risiko di pelayanan kefaramasian
bertujuan untuk mencegah terjadinya
kejadian medication error. Manajemen
risiko di rumah sakit merupakan bagian
dari patient safety.
Patient safety merupakan prioritas utama
yang harus dilaksanakan rumah sakit
terkait dengan asuhan kepada pasien.
Tujuan dari pelaksanaan patient safety di
rumah sakit adalah untuk melindungi
pasien dari kejadian yang tidak
diharapkan yang berasal dari proses
pelayanan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan melalui program- program
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit
(DepKes RI, 2006).
Keselamatan pasien (Patient
safety) merupakan suatu upaya untuk
mencegah bahaya yang terjadi pada
pasien yang mengutamakan pelaporan,
analisis, dan pencegahan medical
error yang sering menimbulkan
Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam
pelayanan kesehatan. Kegiatan skrining
resep yang dilakukan tenaga
kefarmasian untuk mencegah terjadinya
keselahan pengobatan (Medication
error) (Depkes RI, 2008).
Medical error merupakan kejadian yang
menyebabkan atau berakibat pada
pelayanan kesehatan yang tidak tepat
atau membahayakan pasien yang
sebenarnya dapat dihindari.
Konsep medication safety mulai menjadi
perhatian dunia sejak November 1999
setelah Institute of Medication (IOM)
melaporkan adanya kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) pada pasien rawat
inap di Amerika sebanyak 44.000
bahkan 98.000 orang meninggal
karena medical error (kesalahan dalam
pelayanan medis) dan 7.000 kasus
karena medication error (ME). Terjadi
atau tidaknya suatu kesalahan dalam
pelayanan pengobatan terhadap pasien
telah menjadi indikator penting dalam
keselamatan pasien. Medication
error merupakan jenis medical
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
19
error yang paling sering dan banyak
terjadi (Kohn L et al., 2000). Medical
error adalah kejadian yang merugikan
pasien akibat pemakaian obat selama
dalam penanganan tenaga kesehatan
yang sebetulnya dapat dicegah
Medication error adalah suatu kejadian
yang tidak hanya dapat merugikan
pasien tetapi juga dapat membahayakan
keselamatan pasien yang dilakukan oleh
petugas kesehatan khususnya dalam hal
pelayanan pengobatan pasien
(NCCMERP, 2014). Kesalahan
pengobatan (medication error) dapat
terjadi pada 4 fase, yaitu kesalahan
peresepan (prescribing error), kesalahan
penerjemahan resep (transcribing
erorr), kesalahan menyiapkan dan
meracik obat (dispensing erorr), dan
kesalahan penyerahan obat kepada
pasien (administration error) (Adrini
TM, 2015).
Secara umum, faktor yang paling sering
mempengaruhi medication error adalah
faktor individu, berupa persoalan
pribadi, pengetahuan tentang obat yang
kurang memadai, dan kesalahan
perhitungan dosis obat (Mansouri et al.,
2014). Kesalahan pada salah satu tahap
akan menimbulkan kesalahan pada tahap
selanjutnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati,
Nike Herpianti Lolok, Achmad Fudholi,
Satibi, menunjukkan Hasil bahwa
kejadian medication error terbesar pada
pasien ICU RSUD Kota Baubau berupa
administration error dengan 144
kejadian (46,91%), kemudian dispensing
error dengan 119 kejadian (38,76%), dan
kejadian terkecil adalah prescribing error
dengan 44 kejadian (14,33%). Demikian
pula pada pasien ICU di RS Santa Anna
Kendari, angka kejadian medication
error tertinggi berupa administration
error, yaitu 81 kejadian (42,6%), diikuti
prescribing error, yaitu 71 kejadian
(37,4%), dan dispensing error, yaitu 38
kejadian (20%). Faktor-faktor yang turut
mempengaruhi kejadian medication
error adalah persoalan sistem (minimnya
kelengkapan fasilitas di rumah sakit),
profesional (sumber daya manusia,
meliputi dokter, tenaga farmasis, serta
perawat), dan dokumentasi.
RS X merupakan rumah sakit swasta
khusus di Kota Bandung, dengan
akreditasi kategori paripurna, terus
berupaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Peralatan, sarana
dan prasarana, serta sumber daya
manusia selalu di perbaiki mutunya
secara maksmimal untuk meningkatkan
mutu pelayanan. Kesungguhan dalam
peningkatan mutu ini dibuktikan dengan
telah terbentuknya tim patient safety.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui masih adakah angka
kejadian medication error pada pasien
RS X serta faktor-faktor yang
menyebabkan kejadian medication error
tersebut.
ALAT DAN BAHAN
1) Lembar untuk pengamatan dan
lembar pengumpulan data.
2) Formulir kejadian insiden report
yang diteliti di instalasi farmasi
rawat inap salah satu rumah sakit
Kota Bandung periode Juli 2016 –
Juli 2019
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
20
kuantitatif, untuk mengetahui angka
kejadian medication error pada
peresepan rawat inap di salah satu rumah
sakit Kota Bandung. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif
retrospektif.
Populasi penelitian ini adalah semua
kejadian insiden report di instalasi
farmasi rawat inap salah satu rumah sakit
Kota Bandung periode Juli 2016 – Juli
2019. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik sampel jenuh.
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah
212 kejadian insiden report di instalasi
farmasi rawat inap salah satu rumah sakit
Kota Bandung periode Juli 2016 – Juli
2019. Pada penelitian ini sampel
diperoleh dengan menggunakan teknik
sampel jenuh. Pada proses pengambilan
sampel, akan dilakukan pengambilan
jumlah sampel dengan mengambil
semua anggota populasi menjadi sampel.
Penelitian ini dilakukan pada 4 fase
medication error yaitu prescribing,
transcribing, dispensing dan
administration, yang kemudian dinilai
berdasarkan formulir medication error.
Pengumpulan data dilakukan dengan
mencatat data kejadian insiden report di
instalasi farmasi rawat inap untuk setiap
temuan medication error pada fase
prescribing, transcribing, dispensing
dan administration. Data yang didapat di
tabulasi dalam bentuk persentase dari
masing-masing bentuk kejadian
medication error. Kemudian dan diamati
dan didokumentasikan kejadian insiden
report dengan menilai kelengkapan
resep dan faktor penyebab medication
error pada fase prescribing,
transcribing, dispensing dan
administration berdasarkan formulir
penelitian.
Tabel 1 Hasil Penilaian Medication Error pada Fase Prescribing Periode
No. Jenis Penilaian Juli 2016 -
Juni 2017
Juli 2017 -
Juni 2018
Juli 2018 -
Juni 2019
Rata-
rata
1 Tulisan resep tidak terbaca
dengan jelas 37,5% 61,4% 29,9% 43,0%
2 Tidak ada nama dokter
penulis resep 16,7% 9,6% 13,4% 13,7%
3 Tidak ada SIP dokter 16,7% 9,6% 7,5% 12,2%
4 Stiker registrasi pasien
tertukar 4,2% 12,0% 11,9% 8,5%
5 Tidak ada stiker registrasi
pasien 10,8% 6,0% 14,9% 10,4%
6 Tidak jelas nama pasien 4,2% 0,0% 3,0% 2,6%
7 Nama obat berupa singkatan 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
8 Tidak ada aturan pakai 0,0% 1,2% 4,5% 1,5%
9 Tidak ada bentuk sediaan 3,3% 0,0% 0,0% 1,5%
10 Tidak ada berat badan pasien 6,7% 0,0% 14,9% 6,7%
Jumlah 100% 100% 100% 100%
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
21
Grafik 1. Hasil Penilaian Medication Error pada fase prescribing
Ada 10 komponen dalam fase
prescribing yang berpotensi
menyebabkan terjadinya medication
error. Kesepuluh komponen tersebu
adalah tulisan resep tidak terbaca dengan
jelas, tidak ada nama dokter penulis
resep, tidak ada SIP dokter, stiker
registrasi pasien tertukar, tidak ada stiker
registrasi pasien, tidak jelas nama pasien,
nama obat berupa singkatan, tidak ada
aturan pakai, tidak ada bentuk sediaan,
tidak ada berat badan pasien.
Selama 3 tahun kesalahan terbanyak
yang berpotensi menyebabkan
terjadinya medication error pada fase
prescribing disebabkan oleh tulisan
resep yang tidak terbaca dengan jelas
dengan rata-rata kejadian sebesar 43,0%,
Pada periode Juni 2017-Juli 2018 terjadi
peningkatan kasus sebesar 13,3% dari
periode sebelumnya dan terjadi
penurunan pada periode Juli 2018 – Juni
2019 sebesar 60,8% dari tahun
sebelumnya. Penyebab terjadinya
kejadian tersebut adalah banyaknya
dokter senior yang praktik di rumah sakit
tersebut. Jika resep tidak terbaca dengan
jelas akan menimbulkan kesalahan pada
tahap transcribing, yaitu kesalahan pada
saat menerjemahkan nama obat,
konsentrasi, dosis pemberian obat,
durasi pemberian, rute pemberian,
bentuk sediaan, dan tanggal permintaan
resep. Sejak periode Juli 2017-Juni 2018
rumah sakit menerapkan sistem
electronic prescribing sehingga semua
peresepan dilakukan secara
komputerisasi, walau belum dilakukan
secara menyeluruh, hal tersebut
berdampak pada penurunan angka
kejadian sebesar 60,8% dari tahun
sebelumnya.
Kejadian medication error yang
disebabkan karena singkatan nama obat
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Tulisanreseptidak
terbacadengan
jelas
Tidak adanamadokterpenulisresep
Tidak adaSIP
dokter
Stikerregistrasi
pasientertukar
Tidak adastiker
registrasipasien
Tidakjelasnamapasien
Namaobat
berupasingkatan
Tidak adaaturanpakai
Tidak adabentuksediaan
Tidak adaberatbadanpasien
Hasil Penilaian Fase Prescribing
2017 2018 2019
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
22
(0%) tidak pernah terjadi dalam 3
periode tersebut. Dan kejadian
medication error yang terjadi dengan
jumlah penyebab terkecil ada komponen
tidak ada aturan pakai (1,5%) dan tidak
ada bentuk sediaan (1,5%). Hal ini
berkaitan dengan kejadian karena
prescriber/dokter penulis resep yang
tidak menuliskan secara lengkap aturan
pakai dan bentuk sediaan. Hal tersebut
terjadi karena dokter jaga atau dokter
visite mengganggap perawat dan petugas
farmasi telah mengetahui riwayat
pengobatan pasien.
Grafik 2. Hasil Rata-rata Kejadian Medicatien Error Fase Prescibing
Penyebab lain terjadinya medication
error dari sisi pembuat resep adalah tidak
penulisan SIP (Surat Izin Praktek) dokter
(13,7%). Penulisan SIP dalam resep
diperlukan untuk menjamin keamanan
pasien, bahwa dokter yang bersangkutan
mempunyai hak dan dilindungi undang-
undang dalam memberikan pengobatan
kepada pasien. Dari analisa tersebut
terjadi penurunan kasus di periode Juli
2018 – Juni 2019, hal ini terjadi karena
efek positif dari sistem electronic
prescribing. Secara otomatis nama
dokter, SIP dokter, nama pasien akan
terinput dalam resep tersebut. Sistem
electronic prescribing tersebut hanya
dilakukan pada peresepan awal saat
pasien berobat di poliklinik dan
ditetapkan untuk di rawat jalan. Untuk
pelayanan peresepan di rawat inap masih
menggunakan sistem peresepan manual
oleh dokter jaga maupun dokter visite.
Secara rata-rata, terjadinya medication
error pada fase prescribing, karena
Tidak ada stiker registrasi pasien
(10,4%), stiker registrasi pasien tertukar
(8,5%) dan tidak jelas nama pasien
(2,6%) cukup sering terjadi. Hal ini
disebabkan karena kelalaian perawat
dalam menempelkan stiker registrasi
pasien pada resep, sehingga saat obat
diantar ke ruangan rawat inap, baru
43.00%
13.70% 12.20%8.50%
10.40%
2.60%0.00% 1.50% 1.50%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
Tulisanresep tidak
terbacadengan
jelas
Tidak adanamadokterpenulisresep
Tidak adaSIP dokter
Stikerregistrasi
pasientertukar
Tidak adastiker
registrasipasien
Tidak jelasnamapasien
Nama obatberupa
singkatan
Tidak adaaturanpakai
Tidak adabentuksediaan
Hasil Rata-rata Kejadian Medicatin Error Fase Prescribing
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
23
disadara bahwa pasien tersebut tidak
mendapatkan obat yang diresepkan.
Terjadinya kelalaian penempelan stiker
dikarenakan beban pekerjaan perawat
yang berlebihan saat jumlah pasien rawat
inap banyak.
Pada tahap transcribing terdapat 5
komponen yang menjadi faktor
penyebab terjadinya medication error,
yaitu kesalahan pembacaan resep,
kesalahan pembuatan copy resep,
kesalahan penulisan aturan pakai,
kesalahan penulisan dosis dan kesalahan
bentuk sediaan. Selama 3 periode, pada
fase transcribing, kesalahan terbesar
terjadi pada pembacaan resep dengan
rata-rata sebesar 55,9%. Pada periode
Juni 2016-Juli 2017 dan Periode Juni
2017-Juli 2018 kesalahan pembacaan
resep mencapai 50% dan pada periode
Juni 2018 - Juli 2019 terjadi peningkatan
sebesar 50%. Kesalahan pembacaan
resep lebih disebabkan karena penulisan
resep yang tidak terbaca, tidak ada
bentuk sediaan dan aturan pakai pada
fase prescribing.
Tabel 2. Hasil Penilaian Medication Error pada Fase Transcribing
No Jenis Penilaian Juni 2016 - Juli
2017
Juni 2017 -
Juli 2018
Juni 2018 -
Juli 2019
Rata-
rata
1 Kesalahan pembacaan resep 50,0% 50,0% 100% 55,9%
2 Kesalahan pembuatan copy
resep 0,0% 0,0% 0% 0,0%
3 Kesalahan penulisan aturan
pakai 15,0% 0,0% 0% 8,8%
4 Kesalahan penulisan dosis 25,0% 20,0% 0% 20,6%
5 Kesalahan bentuk sediaan
obat 10,0% 30,0% 0% 14,7%
Jumlah 100% 100% 100% 100,0%
Grafik 3. Hasil Penilaian Medication Error pada Fase Transcribing
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
Kesalahanmembaca resep
Kesalahanmembuat copy
resep
Kesalahanpenulisan aturan
pakai
Kesalahanpenulisan dosis
Kesalahan bentuksediaan
Hasil Penilaian Pada Fase Transcribing
2017 2018 2019
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
24
Kejadian kesalahan penulisan dosis
secara rata-rata mencapai 20,6%, dimana
setiap tahun mengalami penurunan, dan
pada periode Juni 2018-Juli 2019 dapat
ditekan menjadi 0% kejadian.
Kesalahan bentuk sediaan pada tahun
2018 mengalami peningkatan sebesar
200% dan pada tahun 2019 dapat
ditekan menjadi 0% kejadian. Kesalahan
penulisan bentuk sediaan secara rata-rata
mencapai 8,8%, dimana kejadian pada
tahun 2017 mencapai 15% sedangkan
pada tahun 2018 dan 2019 kejadian
dapat ditekan mencapai 0%.
Dalam fase transcribing tidak ditemukan
kejadian kesalahan dalam pembuatan
copy resep. Kejadian pada fase
transcribing di atas disebabkan karena
tidak jelasnya penulisan dosis pada resep
oleh prescriber dan kesalahan membaca
dosis serta kelalaian penulisan oleh
petugas farmasi. Kesalahan penulisan
dosis dapat berakibat fatal dan dapat
menyebabkan kegagalan terapi
pengobatan. Untuk mengurangi
kesalahan penulisan dosis petugas
farmasi harus selalu melakukan sistem
baca ulang dan mengkonfirmasi dosis
yang tidak jelas kepada perawat. Apabila
perawat tidak dapat membantu, maka
petugas farmasi berhak untuk
mengkonfirmasikan dosis ke dokter
penulis resep.
Tabel 3. Distribusi Hasil Penilaian Medication Error pada Fase Dispensing
No Jenis Penilaian Juni 2016 - Juli
2017
Juni 2017 - Juli
2018
Juni 2018 -
Juli 2019
Rata-
rata
1 Kesalahan
pengambilan obat 29,4% 58,8% 33,3% 41,9%
2 Salah pasien 5,9% 0,0% 0,0% 2,3%
3 Salah perhitungan
dosis 35,3% 11,8% 33,3% 25,6%
4 Pemberian etiket tidak
lengkap 17,6% 0,0% 22,2% 11,6%
5 Jumlah obat ada yang
kurang 11,8% 29,4% 11,1% 18,6%
Total 100% 100% 100% 100%
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
25
Grafik 4. Hasil Penilaian Medication Error pada Fase Dispensing
Grafik 5. Hasil Penilaian Medication Error Pada Fase Dispensing
Pada fase dispensing terdapat 5 faktor
penyebab terjadinya medication error
yaitu kesalahan pengambilan obat,
kesalahan pasien,kesalahan perhitungan
dosis, pemberian etiket yang tidak
lengkap dan jumlah obat kurang.
Pada fase ini secara rata-rata kejadian
tertinggi adalah kesalahan pengambilan
obat yang mencapai 41,9%. Pada periode
Juli 2017 – Juni 2018 kesalahan
pengambilan obat meningkat dan
periode Juni 2018 – Juli 2019 terjadi
41.90%
2.30%
25.60%
11.60%
18.60%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
Kesalahanpengambilan obat
Salah pasien Salah perhitungandosis
Pemberian etikettidak lengkap
Jumlah obat adayang kurang
Penilaian Rata-rata Fase Dispensing
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Kesalahanpengambilan obat
Salah pasien Salah perhitungandosis
Pemberian etikettidak lengkap
Jumlah obat adayang kurang
Hasil Penilaian Fase Dispensing
2017 2018 2019
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
26
penurunan sebesar 43,3%.
Kejadian ini merupakan kesalahan
mutlak petugas farmasi dalam pelayanan
resep rawat inap. Kelalaian tersebut
sering dilakukan oleh petugas baru
karena beban kerja yang cukup tinggi
akibat banyaknya pasien rawat inap
menyebabkan mereka terkadang tidak
mengidentifikasi dan membaca ulang
resep yang dating. Kesalahan
pengambilan obat dapat berakibat fatal
karena selain dapat menyebabkan
kegagalan terapi, dapat menyebabkan
kesalahan terapi obat yang dapat
menyebabkan efek samping yang tidak
diinginkan.
Kejadian kedua adalah salah perhitungan
dosis, secara rata-rata kejadian salah
perhitungan dosis mencapai 25,6%, Pada
periode Juli 2016-Juni 2017 kesalahan
pengambilan obat mencapai 35,3%, dan
pada periode Juli 2017-Juni 2018 terjadi
penurunan sebesar 66,6% tetapi
meningkat sebesar 183% pada periode
Juli 2018-Juni 2019. Hal ini terjadi pada
saat penyiapan sediaan racikan
dikarenakan petugas farmasi rawat inap
hanya dilakukan oleh 1 petugas per shif.
Kurangnya jumlah SDM menyebabkan
beban kerja petugas farmasi rawat inap
sejak menginput resep, penyediaan obat,
etiket dan penyerahan obat hanya
dilakukan oleh 1 petugas.
Jumlah obat yang kurang saat pelayanan
farmasi rawat inap secara rata-rata
terjadi sebanyak 18,6%. Pada periode
Juli 2017-Juni 2018 terjadi peningkatan
kasus sebesar 149% dari periode
sebelumnya, dan pada periode Juli 2018-
Juni 2019 dapat diturunkan sebesar
62,2%. Jumlah obat yang kurang
disebabkan kelalaian petugas farmasi
dan perawat yang tidak melakukan cek
ulang saat serah terima obat.
Pemberian etiket yang tidak lengkap
secara rata-rata terjadi sebanyak 11,6%,
Pada tahun periode Juli 2016 -Juni 2017
terjadi 17,6% dan dapat ditekan pada
periode Juli 2017-Juni 2018 tanpa
kejadian , tetapi meningkat kembali
sebesar 22,2% pada periode Juli 2018 -
Juni 2019. Hal ini terjadi karena
kelalaian dari perawat saat penempelan
stiker, dan kelalaian petugas farmasi
yang tidak melakukan cek ulang saat
serah terima kepada perawat hingga saat
penyerahan obat kepada pasien yang
dilakukan oleh perawat ruangan.
Tabel 4. Hasil Penilaian Medication Error pada Fase Administration
No Jenis Penilaian Juli 2016 -
Juni 2017
Juli 2017 -
Juni 2018
Juli 2018 -
Juni 2019 Rata-rata
1 Kesalahan waktu
pemberian obat 0,0% 0% 16,7% 8,7%
2 Kesalahan teknik
pemberian obat 11,1% 0% 0% 4,3%
3 Kesalahan aturan pakai 22,2% 0% 0% 8,7%
4 Obat tertukar 11,1% 0% 0% 4,3%
5 Obat tertinggal 55,6% 100% 83,3% 73,9%
Jumlah 100% 100% 100% 100%
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
27
Grafik 6. Hasil Penilaian Medication Error pada Fase Administration
Grafik 7. Hasil Penilaian Rata-rata Medication Error pada Fase Administration
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
Kesalahan waktupemberian obat
Kesalahan teknikpemberian obat
Kesalahan aturanpakai
Obat tertukar Obat tertinggal
Fase Administration
2017 2018 2019
8.70%4.30%
8.70%4.30%
73.90%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Kesalahan waktupemberian obat
Kesalahan teknikpemberian obat
Kesalahan aturanpakai
Obat tertukar Obat tertinggal
Fase Administration
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
28
Medication error pada fase
administration meliputi kesalahan
waktu pemberian obat, kesalahan
Teknik pemberian obat, kesalahan
aturan pakai, obat tertukar dan obat
tertinggal. Kejadian terbanyak pada
Obat tertinggal, secara rata-rata
mencapai 73,9%. Selama 3 tahun
kejadian tersebut berfkutuasi, terjadi
peningkatan sebesar 79,9% pada
periode Juli 2017 - Juni 2018 dibanding
periode sebelumnya, dan terjadi
penurunan sebesar 16,7%, pada periode
Juli 2018-Juni 2019. Terjadinya
peningkatan pada tahun 2018
disebabkan pada awal tahun 2018 mulai
diberlakukan sistem One Day Dose
(ODD) untuk pelayanan resep rawat
inap. Obat pasien yang disimpan di
instalasi farmasi tertinggal saat pasien
pulang dikarenakan tidak adanya
konfirmasi perawat rawat inap dengan
petugas farmasi.
Kesalahan waktu pemberian obat secara
rata-rata mencapai 8,7%. Kejadian
tersebut timbul pada tahun 2019.
Kesalahan tersebut terjadi saat
penyiapan obat ketika sistem One Day
Dose (ODD) sudah diterapkan.
Kesalahan aturan pakai secara rata-rata
mencapai 8,7%, Pada tahun 2017 terjadi
kasus sebesar 22,2% dan dapat ditekan
menjadi 0% kejadian pada tahun 2018
dan 2019. kesalahan aturan pakai terjadi
secara rata-rata mencapai 8,7%. Hal ini
dikarenakan kelalaian petugas farmasi
dalam penulisan aturan pakai.
Kesalahan tersebut sering terjadi ketika
penyiapan obat dengan sistem One Day
Dose (ODD) dilakukan.
Kesalahan teknik pemberian obat dan
obat tertukar terjadi sebesar 4,3%.
Kedua faktor tersebut hanya terjadi pada
periode Juli 2018 – Juni 2017, pada 2
periode berikutnya, kejadian dapat
ditekan hingga tercapai kejadian 0%.
Terjadinya kasus tersebut pada periode
Juli 2016-Juni tahun 2017 lebih
disebabkan oleh kelalaian perawat
dalam pemberian obat kepada pasien
dan kesalahan saat penyiapan obat
Ketika pasien pulang. Hal ini dapat
berdampak buruk bagi citra rumah sakit
karena pasien mengetahui kesalahan
tersebut.
Tabel 5. Distribusi Hasil Penilaian Rata-Rata Medication Error Seluruh Aspek
No Fase Medication Error Juli 2016 -
Juli 2017
Juli 2017 -
Juli 2018
Juli 2018 -
Juli 2019 Rata-rata
1 Prescribing 72,3% 74,1% 72,8% 73,0%
2 Transcribing 12,0% 8,9% 4,3% 9,2%
3 Dispensing 10,2% 15,2% 9,8% 11,6%
4 Administration 5,4% 1,8% 13,0% 6,2%
Jumlah 100% 100% 100% 100%
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
29
Grafik 8. Hasil Penilaian Medication Error
Grafik 9. Hasil Penilaian Rata-Rata Medication Error
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Prescribing Transcribing Dispensing Administration
Hasil Penilaian Medication Error
2017 2018 2019
73.00%
9.20%11.60%
6.20%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Prescribing Transcribing Dispensing Administration
Rata-rata Hasil Penilaian Medicational Error
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
30
Secara keseluruhan kejadian medication
error ini merupakan Dari keempat fase
medication error, angka kejadian
terbesar sampai terkecil adalah fase
prescribing (73,8%), Dipensing 11,6%,
transcribing 9,2% dan fase
administration 6,2%. Kejadia medication
error pada pasien yang berada dalam
pengawasan dan tanggung jawab profesi
kesehatan seharusnya dapat dicegah.
Dari keseluruhan kejadian medication
error yang terjadi di RS X, disebabkan
karena
1. Terhambatnya komunikasi antara
petugas Kesehatan terutama pada
jam-jam sibuk.
Hambatan dalam komunikasi antar
petugas Kesehatan harus dicegah,
untuk menghindari penafsiran dan
kurangnya informasi.
2. Pengetahuan dan ketrampilan
petugas kesehatan tidak merata.
3. Beban kerja, Ratio antara beban
kerja dan SDM cukup penting untuk
mengurangi stress dan beban kerja
berlebihan sehingga dapat
menurunkan kesalahan.
4. Adanya perubahan SOP pelayanan
baik yang baru, sehingga petugas
Kesehatan perlu beradaptasi
melakukan perubahan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini, medication
error yang terjadi pada rumah sakit
tersebut meliputi 4 fase yaitu prescribing
(73,8%) , transcribing (9,2%),
dispensing (11,6%) dan administration
(6,2%).
Kejadian tertinggi Medication error pada
setiap fase adalah
1. Fase prescribing karena tulisan
resep tidak terbaca dengan jelas
(43,2%);
2. Fase transcribing karena kesalahan
pembacaan resep (55,9%)
3. Fase dispensing terjadi karena
kesalahan pengambilan obat
(41,9%)
4. fase administration terjadi karena
obat tertinggal (73,9%).
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, D.T., Sukohar, A. 2014.
Rational drug prescription
writing. Juke Unila. 4(7):22 - 30.
American Hospital Association. 1999.
Medication errors: Hospital
Statistics.Chicago.
Aronson, J.K. 2009. Medication errors:
Definitions And Classification.
Aspden, P., et al. 2006. Committee on
Identifying and Preventing
Medication Errors. National
Academies. 24(2):89 – 95.
Bawelle, S.C., et al. 2013. Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Perawat
dengan Pelaksanaaan
Keselamatan Pasien (Patient
Safety) di Ruang Rawat Inap
RSUD Liun Kendage Tahuna.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi, ejournal
keperawatan (e-Kp). 1(1).
Cheung, M.Y., et al. 2009. Credibility of
Electronic Word Of Mouth:
Informational and Normative
Determinants of On-Line
Consumer Recommendations.
International Journal of
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
31
Electronic Commerce. 13(4):9 -
38.
Cohen, M.R. 1999. Medication errors:
American pharmacist Acociation.
Cousins, D., et al. 2007. The Fourth
Report From The Patient Safety
Observatory. Safety in Doses:
Medication Safety Incidents in
the NHS. London: National
Patient Safety Agency.
Depkes RI. 2006. Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2008. Upaya Peningkatan
Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
(Konsep Dasar dan Prinsip).
Jakarta: Depkes RI.
Dwiprahasto, I., Kristin, E. 2008.
Masalah dan Pencegahan
Medication Error. Bagian
Farmakologi dan
Toksikologi/Clinical
Epidemiology & Biostatistics
Unit.Fak. Kedokteran UGM/RS.
Dr. Sardjito. Yogyakarta.
Hajibabaee, F., et al. 2014. Medication
error reporting in Tehran: a
survey.Journal of Nursing
Management.
Hartayu, T. S., Aris, W. 2005. Kajian
Kelengkapan Resep yang Berpotensi
Menimbulkan Medication Error
di 2 Rumah Sakit dan 10 Apotek di
Yogyakarta.
Hussin, A., et al. 2013. Medication errors
among nurses in government
hospital. Jurnal Nursing Health
Sci. 18 – 23.
Jas, A. 2009. Perihal resep & dosis serta
latihan menulis resep.
Universitas Sumatera Utara. 2:1 -
15.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Karthikeyan, M., et al. 2015. A
Systematic Review on
Medication Errors. International
Journal of Drug Development
and Research. 7(4):9 - 10.
NCCMERP. 2012. Medication errors.
Diunduh 09 September 2019.
Tersedia
dari:http://www.nccmerp.org/abo
ut-medication-errors.
Permenkes RI. No. 1691 Tahun 2011
Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Perwitasari, D.A., et al. 2010.
Medication errors in outpatients
of a goverment hospital in
Yogyakarta Indonesia.
Rahmawati, F., Oetari, R.A. 2002.
Kajian penulisan resep: Tinjauan
Aspek Legalitas dan
Kelengkapan Resep di Apotek-
apotek Kotamadya Yogyakarta.
Majalah Farmasi Indonesia.
13(2):86 - 94.
Sekhar, et al. 2011. Study on dispensing
errors of inpatient prescriptions in
a tertiary care hospital. Der
Pharmacia Sinica. 14-18.
Siregar, C.J.P. 2003. Farmasi Rumah
Sakit Teori & Penerapan. Jakarta
Fita Pro Pharmacy
Vol. 2 No. 1
1 Maret 2020
e-ISSN : 2656-1042
32
: EGC Siregar, C.J.P.,
Kumolosasi, E. 2006. Farmasi
Klinik Teori dan Penerapan,
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Solanki, N., et al. 2018. Study of
Medication Error in Hospitalised
Patients in Tertiary Care
Hospital. Indian Journal of
Pharmacy Practice. Vol. 11.
Velo, C.P., Minuz, F. 2009. Medication
Errors: Prescribing and
Prescription Errors. British
Journal of Clinical
Pharmacology. 624 - 628.
Williams, D.J.P. 2007. Medication
Errors. JR Call Physicians Edinb.
343 - 346. Windarti, M.I. 2008.
Membagun Budaya Keselamatan
Pasien Dalam Praktik
Kedokteran. Ikappi: Yogyakarta.
Yaghoobi, M., et al. 2016. Investigating
the Causes of Medication Errors
and Strategies to Prevention of
Them from Nurses and Nursing
Student Viewpoint. Global
Journal of Health Science.
Zyoud, A.H., Abdullah, N.A. 2016. The
Effect of Individual Factors on
the Medication Error. Global
Journal of Health Science. Vol. 8.