medication error pada penggunaan … · namdar dan ardakani (2008) di salah satu rumah sakit...

37
MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “X” (FASE PREPARASI) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Sekar Larasati NIM : 138114019 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: ledang

Post on 09-Sep-2018

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT “X” (FASE PREPARASI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Sekar Larasati

NIM : 138114019

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

ii

MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT “X” (FASE PREPARASI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Sekar Larasati

NIM : 138114019

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

.

“Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu meyakinkanku bahwa

harapan itu ada dan kasih sayang yang tulus dari kedua orangtuaku serta

semangat yang selalu menyertai dari sahabat – sahabatku merupakan motivasi

terbesarku untuk menyelesaikan karya ini.”

Kupersembahkan karya sederhana ini bagi Tuhan Yesus Kristus

dan Bunda Maria di Surga, kedua orangtuaku, sahabat –

sahabatku, dan Almamaterku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

viii

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Medication Error pada Penggunaan Antibiotika Intravena untuk Pasien

Dewasa Rawat Inap di Rumah Sakit “X” (Fase Preparasi)” dengan baik sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi

Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi ini dengan dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak baik secara spiritual, moril dan materiil. Oleh karena

itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih

kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing skripsi atas perhatian,

kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses

penyusunan skripsi.

2. Ibu W.S. Astuti, S.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing skripsi atas perhatian,

kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses

penyusunan skripsi.

3. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. sebagai dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan

skripsi.

4. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt. sebagai dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan

skripsi.

5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian.

6. Mama dan Bapak tersayang atas doa, kasih sayang, semangat dan dukungannya

bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Budhe Tuti, Bulik Jun, Dede Agus serta Mbah Ndut yang telah memberikan

semangat dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

ix

8. Enggar, teman seperjuangan sekaligus sahabat dalam menempuh perjalan

menuju lokasi penelitian dan dalam menyelesaikan skripsi. Terimakasih untuk

kerjasama, bantuan, semangat serta informasi yang selalu dibagikan dalam

pengerjaan skripsi dari awal hingga akhir.

9. Sahabatku-sahabatku, Tiara, Atika, Tya, Kris dan Rendra terimakasih untuk

canda, tawa dan semangat yang selalu meyertai selama pengerjaan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku Cahyo, Oline, Niken dan Jeje dari tim PKM-M “GRANAT

DARIKU” Gerakan Anak-Anak Tunagrahita Peduli Kesehatan Diri dan

Lingkungan bagi SLB C1 Panti Asih Pakem DI. Yogyakarta. Terimakasih atas

dukungan yang selalu diberikan.

11. Keluarga kos Sari Ayu 1, Sri, Ci Agnes, Kak Niken, Kak Intan, Kak Ines dan

Kak Natia terimakasih atas keceriaan dan kesedihan yang sudah dilewati

bersama di kos Sari Ayu 1.

12. Teman-teman FSM A 2013 dan FKK A 2013, terimakasih atas kebersamaanya

dan pengalaman yang tak terlupakan selama berproses di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis

dapat menyelesaikan skrispi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam naskah

penelitian ini, sehingga penulis dengan terbuka menerima dan mengharapkan kritik

dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga naskah penelitian

ini dapat berguna dikemudian hari untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 1 Januari 2017

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ....................................................................v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..............................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................vii

PRAKATA ..........................................................................................................viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................x

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii

ABSTRAK ..........................................................................................................xiii

ABSTRACT ........................................................................................................xiv

PENDAHULUAN ..............................................................................................1

METODE PENELITIAN ....................................................................................2

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................4

KESIMPULAN ...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................13

LAMPIRAN ........................................................................................................16

BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Subjek Penelitian ............................................................... 4

Tabel II. Jumlah Persentase Tiap Bentuk Eror pada Aspek Farmasetis ............... 4

Tabel III. Contoh Kejadian Eror Volume Pelarut di Kedua Bangsal ................... 5

Tabel IV. Jumlah Persentase Tiap Bentuk Eror pada Aspek Prosedural .............. 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Studi Pendahuluan ........................................................... 16

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian (BAPPEDA) .................................................... 17

Lampiran 3. Ethical Clearance ............................................................................. 18

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian (Rumah Sakit “X”) .......................................... 19

Lampiran 5. Informed Consent ............................................................................. 20

Lampiran 6. Lembar Observasi Medication Error Fase Preparasi ........................ 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

xiii

ABSTRAK

Medication Error (ME) merupakan kegagalan yang dapat menyebabkan

atau berpotensial menyebabkan kerugian pada pasien selama proses pengobatan

berlangsung. Pengobatan intravena memiliki resiko eror yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan rute pengobatan lainnya oleh karena tahap preparasi yang

lebih kompleks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase

bentuk-bentuk ME pada fase preparasi penggunaan antibiotika intravena untuk

pasien dewasa rawat inap di Rumah Sakit “X”. Penelitian ini merupakan penelitian

observasional deskriptif dengan teknik pengambilan subjek penelitian secara

accidental sampling. Subjek penelitian adalah perawat dan mahasiswa profesi ners.

Telah dilakukan pengamatan terhadap 15 subjek penelitian yang melakukan

preparasi antibiotika intravena. Terdapat 33 preparasi yang diamati di bangsal “A”

sedangkan di bangsal “B” 25. Hasil observasi di bangsal “A” menunjukkan bahwa

eror pada aspek farmasetis terbesar yakni eror volume pelarut (84,84%). Eror pada

aspek prosedural termasuk perawat tidak melakukan prosedur labelling, sedangkan

pada prosedur aseptis eror terbesar yakni tidak membersihkan tempat preparasi

(100%). Hasil observasi di bangsal “B” menunjukkan bahwa eror pada aspek

farmasetis terbesar yakni eror volume pelarut (100%). Eror aspek prosedural

terbesar pada prosedur labelling yakni tidak tercantum dosis (100%) serta tidak

terdapat tanggal dan waktu preparasi (100%). Eror aspek prosedural terbesar pada

prosedur aseptis yakni tidak menggunakan sarung tangan (100%) dan tidak

membersihkan tempat preparasi (100%). Eror volume pelarut, prosedur labelling

dan tidak membersihkan tempat preparasi memiliki kontribusi yang tinggi

menyebabkan ME fase preparasi. Untuk meminimalkan kejadian ME maka dapat

dilakukan dengan mengadakan pelatihan khusus terkait prosedur preparasi

antibiotika intravena bagi perawat.

Kata Kunci: Medication Error, antibiotika intravena, fase preparasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

xiv

ABSTRACT

Medication Error (ME) is a failure that leads to, or has the potential to lead

to, harm to the patient during treatment process. Intravenous antibiotic treatment

have a higher risk of error when compared with any other treatment route because

of the more complex stages of preparation. The purpose of this study was to

determine the percentage of ME forms in the preparation phase of the use of

intravenous antibiotics for adult inpatients at “X” Hospital. This research was a

descriptive observational study and subjects chosen by accidental sampling

technique. Subjects were nurses and student nurses profession. Has carried out

observations of 15 research subjects who did the preparation of intravenous

antibiotics. Results of observation on the ward "A" indicates that the largest error

on pharmaceutics aspect was error of diluent volume (84.84%). Error on the

procedural aspects including nurses did not perform the labelling procedure, while

the largest error of aseptic procedures was not cleaning the preparation place

(100%). Results of observation on the ward "B" indicates that the largest of error

on pharmaceutics aspect was error of diluent volume (100%). The largest error on

procedural aspects of the labeling procedure was not listed dose (100%) and there

was no date and time of preparation (100%). The largest error on procedural aspects

of aseptic procedure was nurse did not use gloves (100%) and did not clean the

preparation place (100%). Error of diluent volume, labelling procedure, and did not

clean the preparation place were higher contribution to lead ME preparation phase.

To minimize the incidence of ME, it can be done by conducting special training

related to intravenous antibiotics procedures for nurses.

Keywords: Medication Error, intravenous antibiotics, preparation phase

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

1

PENDAHULUAN

Kejadian Medication Error (ME) dapat menggambarkan pencapaian patient safety

yang utamanya bertujuan untuk mencapai pelayanan medikasi yang aman bagi pasien

(Pertiwi, 2014). Medication Error merupakan peristiwa terjadinya eror dalam proses

prescribing, dispensing, preparing, administering, monitoring atau providing medicine

advice yang dapat membahayakan pasien (Cousins, Dewsbury, Matthew, Nesbitt, Warner,

Chamberlain., et al., 2007).

Sejak Tahun 2000 Food and Drug Administration (FDA) menerima lebih dari 95.000

kasus ME (U.S. Food and Drug Administration, 2016). Kejadian ME tersebut dapat

merugikan pasien karena akan memperpanjang waktu perawatan pasien di rumah sakit serta

meningkatkan biaya pengobatan (Anderson dan Townsend, 2015).

Terapi pengobatan melalui jalur intravena memiliki resiko eror pengobatan yang

lebih tinggi bila dibandingkan dengan rute pengobatan lainnya oleh karena kompleksitas

yang lebih besar dalam tahap preparasi (Westbrook, Rob, Woods dan Parry, 2011).

Meskipun demikian, patient safety tetap dapat ditingkatkan dalam penggunaan antibiotika

intravena dengan melakukan edukasi intervensi yang berfokus pada prosedur preparasi

antibiotika intravena (Nguyen, Nguyen, Heuvel, Ruskamp dan Taxis, 2015).

Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Fahimi, Ariapanah, Faizi, Shafagi,

Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi

prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total 524 preparasi pengobatan intravena

yang diamati terjadi 33,6% eror dalam preparasi. Penelitan systematic review yang dilakukan

oleh Salmasi, Khan, Hong, Ming dan Wong (2015) diketahui bahwa bentuk eror yang umum

terjadi selama preparasi yang ditangani oleh tenaga farmasi dan perawat di Malaysia dan

Vietnam adalah salah teknik dan eror jenis pelarut. Penelitian Ong dan Subasyini (2013)

yang dilakukan di Selayang Hospital Malaysia menunjukan bahwa 341 (97,7%) eror telah

diidentifikasi dari 349 tahap preparasi dan administrasi. Bentuk eror yang paling sering

terjadi adalah vial tidak didesinfeksi dengan menggunakan alcohol swabs selama preparasi.

Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insidensi Keselamatan Pasien yang dilakukan

pada September 2007, eror selama pemberian menduduki peringkat pertama dari 10 besar

insiden yang dilaporkan (Depkes RI, 2008). Di Indonesia sendiri kejadian Medication Error

sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, namun demikian belum ada data yang

akurat mengenai angka kejadian ME tersebut. Dilaporkan bahwa sekitar 3-6,9% kejadian

ME terjadi pada pasien rawat inap di rumah sakit, yang mana 0,03-16,9% terjadi karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

2

peresepan yang tidak sesuai dan salah satu peneliti menemukan bahwa 11% kejadian ME

berhubungan dengan pemberian obat yang salah pasien dan eror selama pemberian dosis

obat (cit. Dwiprahasto, 2006)

Rumah Sakit “X” merupakan Rumah Sakit tipe B. Terdapat bangsal penyakit dalam

yang merupakan bangsal rawat inap untuk pasien dewasa. Di bangsal tersebut penggunaan

antibiotika intravena cukup tinggi dan preparasi sediaan steril atau antibiotika intravena

masih ditangani oleh tenaga perawat berdasarkan kebijakan Rumah Sakit “X”. Namun

demikian, tenaga kesehatan yang sebenarnya memiliki wewenang melakukan dispensing

sediaan steril termasuk preparasi antibiotika intravena adalah tenaga farmasi berdasarkan

PERMENKES Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah

Sakit. Penelitian terkait ME fase preparasi antibiotika intravena belum pernah dilakukan di

Rumah Sakit “X”. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ME di Rumah

Sakit “X” khususnya pada fase preparasi antibiotika intravena untuk pasien dewasa rawat

inap yang dilakukan oleh tenaga perawat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan teknik pengambilan data

menggunakan accidental sampling. Penelitian dilakukan di dua bangsal penyakit dalam di

Rumah Sakit “X” yaitu Bangsal “A” dan Bangsal “B”. Subjek penelitian adalah perawat

ataupun mahasiswa profesi ners yang sedang bertugas di kedua bangsal tersebut.

Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus–September 2016. Ethical Clearance untuk

penelitian ini diterbitkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada sebagai bentuk persetujuan penelitian dapat

dijalankan dengan No. KE/FK/1116/EC/2016.

Kriteria inklusi subjek penelitian adalah perawat atau mahasiswa profesi ners yang

melakukan fase preparasi antibiotika intravena di bangsal penyakit dalam “A” dan “B” serta

bersedia menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi adalah perawat atau

mahasiswa profesi ners yang melakukan fase preparasi antibiotika intravena untuk keperluan

skin test.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi ME fase preparasi

yang disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ong dan Subasyini (2013),

Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril (Depkes RI, 2009a), Pedoman Pencampuran Obat

Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika (Depkes, 2009b) serta prosedur dasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

3

pengobatan yang berasal dari National Health Service (NHS) UK (NHS, 2007). Lembar

observasi ME kemudian diuji coba sehingga instrumen penelitian tersebut dapat digunakan

untuk mencatat yang benar – benar dibutuhkan.

Pengambilan data dilakukan dengan mengamati langsung fase preparasi antibiotika

intravena yang dilakukan oleh subjek penelitian untuk pasien dewasa rawat inap di kedua

bangsal tempat penelitian. Pengamatan dilakukan di Bangsal “A” sekitar pukul 8.30 WIB,

12.30 WIB, 16.30 WIB, dan 20.30 WIB, sedangkan pengamatan yang dilakukan di Bangsal

“B” sekitar pukul 8.30 WIB, 12.30 WB dan 17.30 WIB.

Medication Error (ME) yang diamati dalam penelitian meliputi:

1. Medication Error pada aspek farmasetis

a. Eror jenis pelarut, terjadi ketika pemilihan pelarut tidak tepat sehingga obat tidak

dapat tercampur dengan baik.

b. Eror volume pelarut, adalah ketika jumlah pelarut yang ditambahkan tidak

menghasilkan konsentrasi obat yang tepat.

c. Obat tidak tercampur homogen, ketika obat tidak dicampur dengan baik bersama

pelarutnya sehingga masih terdapat partikel dan gumpalan serbuk obat pada hasil

preparasi.

2. Medication Error pada aspek prosedural

Medication Error aspek prosedural diamati pada prosedur labeling dan pelaksanaan

prosedur aseptis. Medication Error pada aspek prosedural tersebut meliputi:

a. Eror pada prosedur labelling, terjadi bila tidak mencantumkan nama pasien,

nama obat, dosis serta tanggal dan waktu preparasi.

b. Eror pada prosedur aseptis yaitu, tidak mencuci tangan dengan menggunakan

sabun antiseptik atau dengan handrub sebelum preparasi, tidak menggunakan

sarung tangan dan masker, serta tempat preparasi tidak dibersihkan terlebih

dahulu.Vial, ampul atau additive port tidak didesinfeksi dengan menggunakan

alcohol swabs dan tidak melakukan ANTT (Aseptic Non Touch Technique).

Pedoman utama yang digunakan untuk mengetahui ketepatan jenis pelarut yang

dipilih dan volume pelarut yang sesuai adalah leaflet kemasan obat. Pedoman lain yang

digunakan adalah Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika

(Depkes RI, 2009b), AHSF Drug Information Essentials (American Society of Health-

System Pharmacist, 2011), Intravenous Medications: A Handbook for Nurses and Health

Professionals (Gahart dan Nazareno, 2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

4

Pengolahan data dilakukan dengan mengkonfirmasi hasil pengamatan yang

tercantum dalam Lembar Observasi dengan literatur acuan yang digunakan. Analisis data

dilakukan dengan menghitung persentase tiap bentuk eror, dengan persamaan:

Persentase bentuk eror = jumlah tiap bentuk eror selama observasi

total observasi x 100%

Persentase tertinggi menunjukkan bentuk eror tersebut berkontribusi tinggi dalam kejadian

ME fase preparasi antibiotika intravena.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan 15 subjek penelitian yang terdiri dari 14 orang perawat dan

1 orang mahasiswa profesi ners. Berikut adalah karakterisik subjek penelitian yang disajikan

pada Tabel I.

Tabel I. Karakteristik Subjek Penelitian

No Penggolongan Demografi Bangsal “A”

N=10

Bangsal “B”

N=5

1 Sumber Daya

Manusia

Perawat 9 5

Mahasiswa

Profesi Ners 1 0

2 Jenis Kelamin Wanita 8 4

Pria 2 1 N=jumlah subjek penelitian

Tenaga kesehatan yang dilibatkan selama penelitian yakni perawat dan mahasiswa

profesi ners. Jumlah perawat yang bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga akhir di

Bangsal “A” sejumlah 9 orang, sedangkan di Bangsal “B” sejumlah 5 orang. Jumlah

mahasiswa profesi ners yang bersedia dilibatkan dalam penelitian berjumlah 1 orang di

bangsal “A”.

Medication Eror pada Aspek Farmasetis

Tabel II. Jumlah Persentase Tiap Bentuk Eror pada Aspek Farmasetis

Bentuk ME pada Aspek Farmasetis Bangsal “A”(n = 33) Bangsal “B”(n = 25)

Eror jenis pelarut 0 (0%) 0 (0%)

Eror volume pelarut 28 (84,84%) 25 (100%)

Obat tidak tercampur homogen 6 (18,18%) 2 (8%)

n=jumlah pengamatan fase preparasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

5

Berdasarkan Tabel II, eror jenis pelarut tidak ditemukan di Bangsal “A”eror volume

pelarut adalah bentuk eror pada aspek farmasetis yang paling umum terjadi baik di Bangsal

“A” maupun Bangsal “B”, sedangkan untuk kasus eror jenis pelarut tidak ditemukan.

Medication Error pada aspek farmasetis lain yang mucul selama observasi adalah obat tidak

tercampur homogen. Homogenitas obat hasil preparasi yang dapat dinilai adalah obat yang

semula berbentuk serbuk dan melalui tahap preparasi menjadi sediaan injeksi atau infus

intravena. Di Bangsal “A” Terdapat 6 kasus (18,18%) obat tidak tercampur homogen,

sedangkan di Bangsal “B” ditemukan 2 kasus (8%) obat tidak tercampur homogen. Obat

tidak tercampur homogen dengan pelarutnya karena perawat kurang optimal dalam

menggojog vial yang berisi serbuk obat dan aqua pro injection sebagai pelarutnya. Partikel

serbuk obat yang masih terlihat dalam larutan dan gumpalan serbuk obat yang masih

menempel di dinding-dinding vial serta di dasar vial tersebut tentunya dapat mempengaruhi

dosis obat karena tidak semua obat terlarut dengan baik. Obat yang diberikan secara injeksi

dapat menyebabkan emboli bila tidak terlarut dengan sempurna. Partikel obat yang tidak

larut tersebut dapat menempel di pembuluh darah dan dapat menyebabkan sumbatan (Lehne,

2013). Bila darah tidak dapat teralirkan dengan baik ke organ-organ penting karena adanya

sumbatan, maka organ-organ tersebut dapat kehilangan beberapa atau bahkan seluruh

fungsinya. Kondisi paling serius yang dapat disebabkan oleh karena embolisme adalah

stroke dan pulmonary embolism (NHS Choice, 2015).

Tabel III. Contoh Kejadian Eror Volume Pelarut di Kedua Bangsal

Bangsal “A” (n=33)

Antibiotika

Referensi

Volume

Pelarut (mL)

Volume Pelarut

(mL) yang

Ditambahkan

Saat Observasi

Frekuensi Eror

Volume Pelarut

Ceftriaxone 1 g

Ceftriaxone 2 g (infus)

Ceftazidime 1 g (iv bolus)

Ceftazidime 1 g (infus)

Cefotaxime 1 g

Meropenem 1 g

Vicillin-SX® (Ampicillin &

Sulbactam)1500mg

Cebactam®(Cefoperazone &

Sulbactam)1 g

10 *

± 40 *

10 *

100*)

minimal 4*

20*

2,8*

3,4*

< 10

10

5

100

5

< 20

5

5

21

1

2

0

0

2

1

1

Total 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

6

n= jumlah pengamatan fase preparasi

* = Leaflet kemasan obat

*) = AHSF Drug Information Essentials (American Society of Health System Pharmacist, 2011)

**) = Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika (Depkes, 2009b)

Pada Tabel III. pedoman utama yang digunakan untuk melihat volume pelarut obat

adalah leaflet kemasan obat. Leaflet kemasan obat menjadi pedoman utama karena

spesifikasi obat dengan zat aktif yang sama yang dibuat oleh tiap pabrik obat dapat berbeda.

Perbedaan spesifikasi tersebut dapat menghasilkan rekomendasi yang berbeda pula pada

volume pelarut. Apabila peneliti tidak menemukan informasi volume pelarut yang

direkomendasikan di dalam leaflet kemasan obat, maka peneliti melihatnya di pedoman

lainnya seperti AHSF Drug Information Essentials (American Society of Health System

Pharmacist, 2011) atau Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan

Sitostatika (Depkes, 2009b).

Persentase eror volume pelarut di Bangsal “A” mencapai 84,84% dari total 33 fase

preparasi yang berhasil diamati, sedangkan di Bangsal “B” mencapai 100% dari total 25 fase

preparasi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Abbasinaazari, Talasaz, Mousavi dan Toranposhti (2013) di bangsal orthopedic, general

surgery dan gastroenterology Rumah Sakit Pendidikan Tehran yang menunjukkan

persentase eror jenis pelarut dan eror volume pelarut berturut-turut adalah 12,9% dan 8,4%.

Salah seorang perawat di Bangsal “A” menyatakan bahwa volume pelarut yang ditambahkan

kedalam vial yang berisi serbuk obat adalah berdasarkan kebiasaan perawat di bangsal

tersebut. Sebagai contohnya, berdasarkan hasil pengamatan seorang perawat di Bangsal “A”

Bangsal “B”(n=25)

Antibiotika

Referensi

Volume

Pelarut (mL)

Volume Pelarut

(mL) yang

Ditambahkan

Saat Observasi

Frekuensi Eror

Volume Pelarut

Ceftriaxone 1 g

Ceftriaxone 2 g

Zistic® (Azithromycin) 0,5 g

Cefoperazone 1 g

Anbacim® (Cefuroxime

Sodium) 1 g

Vancep®

(Vancomycin) 0,5 g

Fosmicin® (Fosfomycin) 1g

Ceftazidime 1g (iv bolus)

10 *

± 40 *

250 / 500 *

5 *

12 *

9,7 aqua

+100 NS**)

100-500 *

10 *

< 10

100

< 250

7

7

8

8

8

17

1

2

1

1

1

1

1

Total 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

7

terbiasa dengan menambahkan volume pelarut sebanyak 5 mL untuk rekonstitusi antibiotika

ceftriaxone dan Cebactam® (Coperazone & Sulbactam) dengan rute pemberian berupa

injeksi intravena. Hal tersebut tidak sesuai dengan rekomendasi dari leaflet kemasan obat.

Berdasarkan leaflet kemasan obat masing-masing antibiotika direkonstitusi dengan volume

pelarut tertentu. Untuk ceftriaxone dan Cebactam® (Coperazone & Sulbactam), volume

pelarut yang seharusnya ditambahkan berturut-turut adalah 10 mL dan 3,4 mL. Pada saat

observasi di Bangsal “B” ditemukan bahwa Vancep® dengan zat aktifnya adalah vancomycin

dilarutkan dengan aqua pro injection sejumlah 8 mL dan disiapkan sebagai sediaan injeksi

bolus, sedangkan berdasarkan pedoman Depkes vancomycin harus diencerkan terlebih

dahulu dan diberikan dalam sediaan intravena drip intermittent (Depkes RI, 2009b).

Pemberian vancomycin secara injeksi bolus dihindari oleh karena konsentrasi yang tinggi

dari vancomycin dapat menyebabkan iritasi dan rasa sakit pada vena (Levison dan Levison,

2009). Selain itu obat intravena lain dengan osmolaritas yang tinggi dan pH larutan yang

ekstrim dapat menyebabkan ekstravasasi yang dapat menyebabkan rasa sakit (Depkes RI,

2009b). Rasa sakit yang timbul tersebut kemudian dapat merugikan pasien.

Volume pelarut yang melebihi rekomendasi ditemukan baik di Bangsal “A” maupun

Bangsal “B”. Sebagai contohnya, di Bangsal “A” Viccillin-SX® dengan zat aktifnya

ampicillin-sulbactam dilarutkan dengan 5 mL aqua pro injection, sedangkan rekomendasi

dari leaflet kemasan obat adalah dengan menambahkan 2,8 mL SWFI (Sterile Water for

Injection). Di bangsal “B” ditemukan seorang perawat menambahkan 100 mL NS (Normal

Saline) untuk melarutkan 2 gram Ceftriaxone, sedangkan berdasarkan leaflet kemasan obat

volume pelarut yang seharusnya ditambahkan adalah kurang lebih 40 mL. Penambahan

volume yang berlebih tersebut membuat konsentrasi obat menjadi lebih rendah sehingga

dapat menurunkan pula dosis dan aktifitas obat. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh

Kohanski, DePrito dan Collins (2010) diketahui bahwa konsentrasi sublethal dari antibiotika

dapat memicu mutagenesis dengan menstimulasi produksi Reactive Oxygen Species (ROS).

Hal tersebut dapat menghasilkan mutan strain yang sensitif terhadap pemberian antibiotika

tersebut namun menjadi resisten terhadap antibiotika lainnya atau disebut juga dengan

kejadian Multi Drug Resistant (MDR).

Eror yang terjadi dapat diakibatkan oleh karena pengetahuan farmakologi yang

dimiliki perawat masih kurang (Ehsani, Cheraghi, Nejati, Salarai, Esmaeilpoor, dan Nejad,

2013). Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan terjadinya eror dalam penambahan

volume pelarut adalah menyediakan informasi terkait jumlah volume pelarut yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

8

diperlukan untuk masing-masing obat di setiap bangsal. Tenaga farmasis dapat berperan

untuk menyediakan informasi tersebut, dengan demikian perawat dapat dengan mudah

melihat informasi volume pelarut yang sudah dibuat sebelumnya.

Di kedua bangsal, preparasi obat dilakukan tidak hanya untuk antibiotika saja namun

juga dilakukan untuk obat jenis lainnya dan selama observasi berlangsung sering djumpai

perawat harus melakukan preparasi obat intravena dalam jumlah yang cukup banyak serta

memiliki tugas lainnya yang harus segera diselesaikan. Hal tersebut dapat menyebakan

kurangnya konsentrasi selama preparasi berlangsung. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh

Petrova, et al (2010) dan Mahmood, Chaudhury dan Valente (2011) dengan melibatkan

perawat sebagai subjek penelitian didapatkan bahwa kondisi fisik perawat yang lelah

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan Medication Error.

Medication Error Aspek Prosedural

Tabel IV. Jumlah Persentase Tiap Bentuk Eror pada Aspek Prosedural

Bentuk eror pada aspek prosedural Bangsal “A”

(n = 33)

Bangsal “B”

( n = 25)

Prosedur Labelling

1. Tidak ada nama pasien

2. Tidak ada nama obat

3. Tidak tercantum dosis

4. Tidak tercantum tanggal dan waktu

preparasi

33 (100%)

33 (100%)

33 (100%)

33 (100%)

0 (0%)

6 (24%)

25 (100%)

25 (100%)

Prosedur Aseptis

1. Tidak mencuci tangan

2. Tidak menggunakan masker

3. Tidak menggunakan sarung tangan

4. Tidak membersihkan tempat preparasi

5. Vial tidak didesinfeksi menggunakan

alkohol 70 %

6. Tidak melakukan ANTT (aseptic non touch

technique)

4 (12,12%)

10 (30,30%)

1 (3,03%)

33 (100%)

32 (96,97%)

1 (3,03%)

4 (16%)

19 (76%)

25 (100%)

25 (100%)

14 (56%)

4 (16%)

n= jumlah pengamatan fase preparasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

9

Medication Error pada aspek prosedural dalam prosedur labelling termasuk tidak

tercantumnya nama pasien, nama obat, dosis serta waktu dan tanggal preparasi pada syringe

dan kantong infus. Selama observasi berlangsung, perawat di bangsal “A” tidak melakukan

prosedur labelling seperti yang dapat dilihat pada Tabel IV. Syringe atapun kantong infus

yang berisi obat hasil preparasi tidak diberi label. Hasil menunjukkan dari 33 fase preparasi

yang diamati di bangsal “A” terdapat 100% eror yakni perawat tidak mencantumkan nama

pasien, nama obat, dosis serta waktu dan tanggal preparasi pada syringe dan kantong infus.

Di bangsal “A” vial, syringe dan kantong infus diletakan di kotak khusus sesuai dengan

nomor kamar pasien. Dalam melakukan preparasi antibiotika intravena, perawat mengetahui

informasi mengenai obat yang seharusnya dipreparasi dari buku injeksi. Buku injeksi

tersebut memuat informasi mengenai nama pasien, nomor kamar, obat intravena yang akan

dipreparasi dan jam pemberian obat intravena tersebut. Dalam mengadministrasikan

antibiotika intravena, perawat dibantu dengan buku injeksi yang dibawa saat datang ke

ruangan pasien. Antibiotika intravena yang diadministrasikan cukup banyak dan sering pula

diadministrasikan oleh 2 orang perawat atau lebih. Terkadang perawat harus bergantian

untuk melihat buku injeksi. Hal tersebut kurang praktis oleh karena perawat harus berkali-

kali melihat buku injeksi untuk memastikan apakah obat yang diterima oleh pasien benar

saat administrasi antibiotika intravena. Terlebih apabila terdapat beberapa perawat yang

bertugas mengadministrasikan obat maka perawat akan saling bergantian untuk melihat

buku injeksi tersebut. Untuk memudahkan perawat dalam mengadministrasikan antibiotika

intravena, upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan label pada setiap syringe ataupun

kantong infus yang dicantumkan secara lengkap dan jelas.

Selama observasi di Bangsal “B” ditemukan pula bahwa syringe atau pun kantong

infus yang berisi hasil obat preparasi ditempatkan pada suatu kotak khusus sebelum

diadministrasikan kepada pasien. Perbedaanya dengan Bangsal “A” adalah perawat di

bangsal “B” selalu memberikan label yang tertulis nama pasien pada syringe atau pun

kantong infus. ME aspek prosedural pada prosedur labelling yang berhasil diamati di bangsal

“B” adalah 6 kasus (24%) tidak tercantum nama obat, 25 kasus (100%) tidak tercantum dosis

dan 25 kasus (100%) tidak tercantum waktu dan tanggal preparasi. Pada saat pengamatan

ditemukan bahwa obat-obat antibiotika intravena dengan jam pemberian yang berbeda

dipreparasi pada jam yang sama yakni sekitar pukul 17.30 WIB. Obat dengan resiko tinggi

mengalami Medication Error adalah obat yang tidak diadministrasikan dengan segera

setelah preparasi dan resiko tersebut dapat meningkat secara signifikan apabila label yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

10

diberikan tidak cukup jelas (Strbova, Mackova, Miksova dan Urbanek, 2015). Oleh karena

stabilitas antibiotika intravena yang bervariasi, pemberian label yang mencantumkan waktu

dan tanggal preparasi penting untuk mengecek apakah obat yang dipreparasi masih stabil

saat pemberian obat. Sebagai contoh, antibiotika intravena ceftriaxone stabil selama 3 hari

dalam suhu 25o C, sedangkan antibiotika intravena lainnya yang stabil selama 24 jam dalam

suhu 25oC adalah fosfomicin (Depkes RI, 2009b).

Berdasarkan Pedoman Dispensing Sediaan Steril (Depkes, 2009a), prosedur

dispensing sediaan steril dilakukan di LAF (Laminar Air Flow) dan apabila tidak terdapat

fasilitas LAF maka prosedur dispensing sediaan steril dilakukan dalam kondisi khusus

dengan memperhatikan beberapa hal. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah ruag

preparasi yang digunakan merupakan ruang khusus yang paling bersih dan khusus untuk

sediaan steril saja. Namun demikian, berdasarkan pengamatan di Bangsal “A” ruang

preparasi yang digunakan tidak secara khusus untuk sediaan steril saja oleh karena terdapat

peralatan medis yang sebenarnya tidak diperlukan selama proses preparasi berlangsung.

Kemudian hal lainnya yang harus diperhatikan selama dispensing sediaan steril berdasarkan

pedoman (Depkes, 2009a) adalah meja kerja harus jauh dari pintu. Hal tersebut tidak sesuai

dengan praktek dispensing sediaan steril di Bangsal “B” oleh karena preparasi dilakukan di

area yang dekat dengan pintu dan terkadang preparasi dilakukan di ruang dengan area meja

kerja preparasi dekat dengan toilet.

Medication Error pada aspek prosedural lainnya yang diteliti yakni eror pada

prosedur aseptis. Selama observasi di Bangsal “A” eror pada prosedur aseptis meliputi 4

orang perawat tidak mencuci tangan (12,12%), 10 orang perawat tidak menggunakan masker

(30,30%), 1 orang perawat tidak menggunakan sarung tangan (3,03%), 33 orang perawat

tidak membersihkan tempat preparasi (100%), vial obat tidak didesinfeksi dengan

menggunakan alkohol oleh 32 orang perawat (96,97%) dan 1 orang perawat tidak melakukan

ANTT (3,03%). Di Bangsal “B” ditemukan 4 orang perawat tidak mencuci tangan (16%),

19 orang perawat tidak menggunakan masker (76%), 25 orang perawat tidak menggunakan

sarung tangan (100%), 25 orang perawat tidak membersihkan tempat preparasi (100%), vial

obat tidak didesinfeksi dengan menggunakan alkohol oleh 14 orang perawat (56%) dan 4

orang perawat tidak melakukan ANTT (16%).

Baik di Bangsal “A” dan Bangsal “B” tersedia sarung tangan dan masker untuk

perawat. Namun dalam praktek preparasi antibiotika intravena yang memerlukan metode

aseptis, masih terdapat perawat yang tidak menggunakan sarung tangan dan masker. Selain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

11

masker dan sarung tangan, sabun antiseptik maupun handrub juga disediakan di kedua

bangsal yang letaknya mudah dijangkau oleh perawat. Namun demikian, berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian perawat tidak mencuci tangan terlebih dahulu.

Selama pengamatan berlangsung, perawat di kedua bangsal tidak membersihkan

tempat preparasi. Hasil penelitian di kedua bangsal yang menunjukkan bahwa selama fase

preparasi yang diamati perawat tidak membersihkan tempat preparasi, serupa dengan

penelitian yang dilakukan oleh Cousins, Sabatier, Begue, Schmitt, dan Tichy (2005) bahwa

fase preparasi yang dilakukan oleh perawat di enam departemen di Rumah Sakit Inggris

tidak dilakukan dengan terlebih dahulu membersihkan area preparasi. Tempat preparasi yang

digunakan di kedua bangsal adalah suatu kotak khusus yang diletakan diatas sebuah meja.

Biasanya perawat di kedua bangsal menata kotak-kotak tersebut kemudian langsung

membagikan vial obat dan syringe beserta jarumnya di masing-masing kotak. Terkadang di

Bangsal “B”, meja yang digunakan pun penuh dengan bahan medis lainnya yang tidak

diperlukan sehingga membuat meja menjadi penuh dan dapat mengganggu perawat dalam

menyiapkan sediaan antibiotika intravena.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Thompson, Bowdey, Brett, dan Cheek (2015)

yang dilakukan untuk mengobservasi tingkat keamanan pengobatan injeksi pada layanan

kesehatan rawat jalan didapatkan bahwa 78,4% vial obat didesinfeksi dengan menggunakan

alkohol. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di pelayanan kesehatan rawat jalan

tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di kedua bangsal yang menunjukkan

persentase yang lebih besar dari 50% untuk vial obat yang tidak didesinfeksi dengan alkohol.

Salah satu bentuk eror dalam prosedur aseptis yakni tidak melakukan ANTT (Aseptic

Non Touch Technique). Kriteria ANTT yanag dimaksud dalam penelitian adalah tidak

menyentuh syringe-tips, jarum suntik dan bagian atas vial. Di bangsal “A” ditemukan kasus

yang sangat berpotensi untuk menyebabkan kontaminasi. Kasus tersebut adalah seorang

perawat yang menggunakan sarung tangan tertusuk oleh jarum suntik hingga berdarah dan

kemudian jarum suntik tersebut digunakan untuk menyuntikkan obat pada pasien. Di bangsal

“B” ditemukan seorang perawat memukulkan ujung vial ke arah telapak tangan dengan

tujuan supaya serbuk obat dalam vial tercampur secara merata dengan pelarutnya, namun

hal tersebut justru menyebabkan area karet vial yang semestinya tidak tersentuh menjadi

tersentuh oleh tangan. Karet vial yang tersentuh tangan tersebut kemudian bersentuhan

dengan jarum suntik dan memungkinkan kontaminasi dari karet vial akan mengenai jarum

suntik tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

12

Prosedur aseptis penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan ketika perawat sedang

melakukan tahap preparasai antibotika intravena. Jika preparasi dilakukan secara tidak

aseptis besar kemungkinan kontaminasi akan terjadi dan dapat mengancam keselamatan

pasien. Bedasarkan laporan kasus dari Jerman diketahui bawa dua pasien meningitis

meninggal dunia setelah pemberian injeksi suatu obat yang terkontaminasi oleh karena

penanganan metode aseptis yang rendah (cit. Mattner dan Gastmeier, 2004). Faktor-faktor

yang dapat menyebabkan perawat tidak mengikuti prosedur preparasi sediaan intravena

sehingga dapat memicu terjadinya Medication Error adalah beban kerja yang terlalu tinggi

dan masih rendahnya kemampuan perawat dalam menjalankan tugas yang lebih dalam suatu

waktu (Keers, Williams, Cooke dan Ashcroft, 2015).

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu kemungkinan terjadi bias karena subjek

merasa diamati atau diperhatikan selama melakukan preparasi antibiotika intravena yang

dapat mempengaruhi hasil penelitian. Selain itu, penilaian dapat bersifat subjektif terhadap

homogenitas antibiotika hasil preparasi. Penelitian yang dilakukan secara observasional di

dua bangsal yang berbeda juga memiliki kelemahan lainnya yakni peneliti mudah lelah dan

dapat berakibat pada kurangnya konsentrasi selama proses observasi. Penelitian hanya

berfokus pada eror selama proses preparasi antibiotika intravena tanpa mencoba

menganalisis dampak dari setiap eror yang terjadi. Penelitian ini dilakukan tanpa

menganalisis penyebab ME fase preparasi dari aspek perawat sebagai tenaga kesehatan.

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggali lebih lanjut mengenai lembar observasi

Medication Error, seperti misalnya menambahkan informasi yang belum tersedia di dalam

penelitian yaitu terkait data stabilitas obat saat akan diadministrasikan.

KESIMPULAN

Eror volume pelarut, prosedur labelling dan tidak membersihkan tempat preparasi

berkontribusi tinggi menyebabkan Medication Error fase preparasi. Upaya yang dapat

dilakukan untuk meminimalkan kejadian ME fase preparasi yakni tenaga farmasi yang

memiliki kompetensi dalam dispensing sediaan steril dapat melakukan pelatihan ataupun

sosialisasi bagi perawat mengenai prosedur preparasi antibiotika intravena, sehingga

perawat dapat lebih berhati-hati pada langkah-langkah selama preparasi antibiotika intravena

yang berkontribusi tinggi menyebabkan eror.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

13

DAFTAR PUSTAKA

Abbasinaazari, M., Talasaz, A.H., Mousavi, Z., dan Toranposhti, S.Z., 2013. Evaluating the

Frequency of Errors in Preparation and Administration of Intravenous Medication in

Orthopedic, General Surgery and Gastroenterology Wards of a Teaching Hospital in

Tehran. Irianian Journal of Pharmaceutical Research, 12(1), 229-234.

Anderson, P. dan Townsend, T., 2015. Preventing high-alert medication errors in hospital

patients. American Nurse Today, 10(5), 18-23.

Bleich, S., 2005. Medical Errors: Five Years After The IOM Report. Issue brief

(Commonwealth Fund), 830, 1–15.

Cousins, D., Dewsbury, C., Matthew, L., Nesbitt, I., Warner, B., Chamberlain, J., et al.,

2007. Safety in doses: Medication Safety Incidents in the NHS. National Patient

Safety Agency, 9-11.

Cousins, D.H., Sabatier, B., Begue, D., Schmitt, C., dan Tichy, T.H., 2005. Medication

Errors in Intravenous Drug Preparation and Administration: A Multicentre Audit in

The UK, Germany and France. Qual Saf Health, 14, 190-195.

Departemen Kesehatan RI, 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan

Pasien (Patient Safety). Bakti Husada. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2009a. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Bakti

Husada. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2009b. Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan

Sediaan Sitostatika. Bakti Husada. Jakarta.

Dwiprahasto, I., 2006, Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko Medication Error

di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Berkala Ilmu Kedokteran, 38(1), 8.

Ehsani, S.R., Cheraghi, M.A., Nejati, A., Salarai, A., Esmaeilpoor, A.H., dan Nejad E.M.,

2013. Medication Errors of Nurses in The Emergency Department. J Med Ethics

Hist Med, 6(11), 1-7.

Fahimi, F., Ariapanah, P., Faizi, M., Shafagi, B., Namdar, R. dan Ardakani, M.T., 2008.

Errors in Preparation and Administration of Intravenous Medications in The

Intensive Care Unit of a Teaching Hospital: An Observational Study. Elsevier, 21,

110-116.

Ferner, R.E., dan Aronson, J.K., 2006. Clarification of Terminology in Medication Errors:

Definitions and Classification. Drug Saf, 29, 22-1011.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

14

Gahart, B.L., dan Nazareno, A.R., 2014. Intravenous Medications: A Handbook for Nurses

and Health Professionals. Elsevier, 258.

Keers, R.N., Williams, S.D., Cooke J., dan Ashcroft, D.M., 2015. Understanding the Cause

of Intravenous Medication Administration Errors in Hospital: A Qualitative Critical

Incident Study. BMJ OPEN, 1-10.

Kohanski, M.A., DePristo, M.A., dan Collins, J.J., 2010. Sublethal Antibiotic Treatment

Leads to Multidrug Resistance via Radical-Induced Mutagenesis. Molecular Cell,

37, 311-320.

Kementrian Kesehatan RI, 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi

Antibiotik. Bakti Husada. Jakarta.

Lehne, R.A., 2013. Pharmacology for Nursing Care 8th Edition. St. Louis, Missouri:

Elsevier.

Levison, M.E., dan Levison, J.H., 2009. Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of

Antibacterial Agents. Infect Dis Clin North Am, 23(4), 791-815.

American Society of Health-System Pharmacist, 2011. AHSF Drug Information Essentials.

Bethesda, Maryland

Mahmood, A., Chaudhury, H., dan Valente, M., 2011. Nurses’ Perceptions of How Physical

Environment Affects Medication Errors in Acute Care Setting. Applied Nursing

Research, 24, 229-237.

Mattner, F., dan Gastmeier, P., 2004. Bacterial Contamination of Multiple-Dose Vials: A

Prevalence Study. Association for Professionals in Infection Control and

Eidemlogy, Inc, 32(1), 12-16.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Nguyen, H.T., Nguyen, T.D., Heuvel, E.R.V.D., Ruskamp, F.M.H. dan Taxis, K., 2015.

Medication Error in Vietnamese Hospitals: Prevalence, Potential Outcome and

Associated Factors. PLOS ONE, 10(9), 1-12.

NHS Choice, 2015. Embolism.

http://www.nhs.uk/conditions/Embolism/pages/introduction.aspx. Diakses pada

tanggal 17 Desember 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

15

NHS, 2007. Promoting Safer Use of Injectable Medicines.

http://www.npsa.nhs.uk/EasySiteWeb/GatewayLink.aspx?alId=2265. Diakses pada

tanggal 21 April 2016.

Ong, W.M., dan Subasyini, S., 2013. Medication Errors in Intravenous Drug Preparation

and Administration. Med J Malaysia, 68(1), 52–57.

Pertiwi, S.M., 2014. Medication Error Resep Obat Racikan Pasien Pediatri Rawat Inap di

RSUP Dr.Sardjito pada Periode Februari 2014 (Tinjauan Fase Dispensing dan Fase

Administration). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Petrova., et al., 2010. Nurses’ Perceptions of Medication Errors in Malta. Nursing Standard,

24(33), 41-48.

Salmasi, S., Khan, T.M., Hong, Y.H., Ming, L.C. dan Wong, T.W., 2015. Medication

Errors in the Southeast Asian Countries: A Systematic Review. PLOS ONE, 10(9),

1-19.

Strbova, P., Mackova, S., Miksova, Z., dan Urbanek, K., 2015. Medication Errors in

Intravenous Drug Preparation and Administration: A Brief Review. J Nurse Care,

4(5), 1-5.

Thompson, D., Bowdey, Brett, L., dan Cheek J., 2015. Using Medical Student Observers of

Infection Prevention, Hand Hygiene, and Injection Safety in Outpatient Setting: A

Cross-Sectional Survey. American Journal of Infection Control, 1-7.

U.S.Food and Drug Administration (FDA), 2016. Avoiding Medication Mistakes.

http://www.fda.gov/ForConsumers/ConsumerUpdates/ucm048644.htm. Diakses

pada tanggal 17 Maret 2016.

Westbrook, J.I., Rob, M.I., Woods, A., dan Parry, D, 2011. Error in The Administration of

Intravenous Medications in Hospital and The Role of Correct Procedures and Nurse

Experience. BMJ Qual Saf, 20, 1027-1034.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

16

Lampiran 1. Surat Izin Studi Pendahuluan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

17

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian (BAPPEDA)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

18

Lampiran 3. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

19

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian (Rumah Sakit “X”)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

20

Lampiran 5. Informed Consent

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

22

Lampiran 6. Lembar Observasi Medication Error Fase Preparasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Namdar dan Ardakani (2008) di salah satu rumah sakit terbesar di Tehran dengan studi prospektif observasional, menunjukkan bahwa dari total

23

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Medication Error pada

Penggunaan Antibiotika Intravena untuk Pasien Dewasa

Rawat Inap Di Rumah Sakit “X” (Fase Preparasi)”

bernama Sekar Larasati. Anak pertama dari pasangan

Teguh Haryanto dan Agnes Susilowati. Penulis lahir di

Purbalingga, 10 Oktober 1995. Pendidikan formal yang

ditempuh penulis dimulai di TK Santa Maria (1999-

2001). Pendidikan dilanjutkan ke SD Pius Purbalingga

(2001-2007), setelah itu dilanjutkan ke SMP Santo

Borromeus (2007-2010), pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Purbalingga

(2010-2013). Kemudian pendidikan dilanjutkan hingga perguruan tinggi di

Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis terlibat dalam berbagai

kepanitian di dalam kampus, antara lain menjadi anggota divisi dana dan usaha

Seminar Nasional JMKI (2013), anggota divisi dana dan usaha Paingan Festival

2014 (2014), anggota divisi medis Sanata Dharma Championship (2015), anggota

divisi kesekretariatan Kegiatan Pengambilan Sumpah/Janji Apoteker Angkatan

XXVIII (2015) dan anggota divisi konsumsi Donor Darah JMKI 2015 (2015).

Selain itu, penulis juga pernah menjalankan PKM-M yang didanai oleh DIKTI

dengan judul program “GRANAT DARIKU” Gerakan Anak-Anak Tunagrahita

Peduli Kesehatan Diri dan Lingkungan Bagi SLB C1 Panti Asih Pakem Yogyakarta

(2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI