eritroderma
DESCRIPTION
Ilmu Kesehatan KulitTRANSCRIPT
ERITRODERMA
Pengertian
Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema di seluruh tubuh atau hampir seluruh
tubuh, biasanya disertai skuama. Pada definisi tersebut yang mutlak harus ada ialah eritema,
sedangkan skuama tidak selalu terdapat, misalnya pada eritroderma karena alergi obat secara
sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul
skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan
hiperpigmentasi.
Etiologi
1. Eritrodarma eksfoliativa primer
Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis
konginetalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum(5–0%).
2. Eritroderma eksfoliativa sekunder
Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan derivatnya , sulfonamide ,
analgetik / antipiretik dan ttetrasiklin.
Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , dapat terjadi pada liken planus , psoriasis ,
pitiriasis rubra pilaris , pemflagus foliaseus , dermatitis seboroik dan dermatitis atopik.
Penyakit sistemik seperti Limfoblastoma.
Patofisiologi
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling
luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan
nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas
akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan
kult sel-sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel-sel yang baru terbentuk
bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis
yang profus.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik
(alergik) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee imunologik,
alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat
tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak
lengkap (hapten ). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan
protein misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat
dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.
Gejala Klinis
I. Eritroderma akibat alergi obat biasanya secara sistemik
Untuk menentukannya diperlukan anamnasis yang teliti; yang dimaksudkan alergi obat
secara sistemk ialah masuknya obat kedalam badan dengan cara apa saja, misalnya melalui
mulut, melalui hidung, dengan cara suntikan/infus, melalui rektum dan vagina. Selain itu alergi
dapat pula terjadi karena obat mata, obat kumur, tapal gigi, dan melalui kulit sebagai obat luar.
Banyak obat yang dapat menyebabkan alergi, menurut pengalaman penulis yang sering ialah :
penisilin dan derifatnya (ampisilin, amoksisilin, kloksasilin), sulfonamid, golongan
analgetik/antipiretik(misalnya : asam salisilat, metamisol, metampiron, parasetamol,
fenilbutason, piramidon, dan tetrasiklin).
Pada umumnya alergi ini timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Seperti telah
disebutkan, pada mulanya kelainan kulitnya hanya berupa eritema yang universal tanpa disertai
skuama, pada waktu penyembuhan barulah timbul skuama.
II. Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit
Yang sering terjadi ialah akibat psoriasis dan dermatitis seboroikpada bayi (penyakit
Leiner), oleh karena itu hanya kedua penyakit ini yang akan diuraikan.
1. Eritroderma karena psoriasis
Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena 2 hal : disebabkan oleh penyakit nya sendiri
atau karena pengobatan yang terlalu kuat, misalnya pengobatan topikal dengan ter dengan
konsentrasi yang terlalu tinggi. Pada anamnesis hendaknya ditanyakan, apakah pernah
menderita psoriasis. Penyakit tersebut bersifat menahun dan residif , kelainan kulit
berupa skuama yang berlapis-lapis dan kasar di atas kulit yang eritematosa, berbatas
tegas.
Umumnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat
ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak mninggi dari pada disekitarnya dan
skuama ditempat itu lebih tebal. Kuku juga perlu dilihat, dicari apakah ada pitting nail
berupa lekukan miliar, tanda ini hanya menyokong dan tidak patognomonis untuk
psoriasis. Jika ragu-ragu, pada tempat yang meninggi tersebut dilakukan biosi untuk
pemeriksaan histopatologik. Kadang-kadang biopsi sekali tidak cukup dan harus
dilakukan beberapa kali.
Sebagian penderita tidak menunjukkan kelainan semacam itu, jadi terlihat hanya eritema
yang menyeluruh dan skuama. Pada penderita demikian kami baru mengetahui bahwa
penyebabnya psoriasis setelah diberi terapi dengan kortikosteroid. Pada saat
eritrodermanya mengurang, maka mulailah tampak gejala psoriasis.
2. Penyakit Leiner
Sinonim penyakit ini ialah eritroderma deskuamativum. Etiologinya belum diketahui
pasti, tetapi menurut pendapat penulis umumnya penyakit ini disebabkan dermatitis
seboroika yang meluas, karena pada para penderita penyakit ini hampir selalu terdapat
kelainan yang khas untuk dermatitis seboroika.
Usia penderita antara 4 minggu sampai 20 minggu. Keadaan umum penderita baik,
biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritema universal disertai skuama yang
kasar.
III. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam dapat menyebabkan kelainan kulit berupa
eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk golongan I dan II harus dicari
penyebabnya, yang berarti harus diperiksa secara menyeluruh, apakah ada penyakit pada alat
dalam dan harus dicari pula apakah ada infeksi dalam dan infeksi fokal. Termasuk di dalam
golongan ini ialah sindrome Sezary .
Komplikasi
Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :
Abses
Limfadenopati
Furunkulosis
Hepatomegali
Konnjungtivitis
Rinitis
Stomatitis
Kolitis
Bronkitis
Penatalaksanaan
Hentikan semua obat yang mempunyai potensi menyebabkan terjadinya penyakit ini .
1. Rawat pasien di ruangan yang hangat.
2. Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah medis sekunder (misalnya dehidrasi, gagal
jantung, dan infeksi)
3. Biopsi kulit untuk menegakkan diagnosis pasti.
4. Berikan steroid sistemik jangka pendek(bila pada permulaan sudah dapat didiagnosis adanya
psoriasis, maka mulailah mengganti dengan obat-obat anti-psoriasis.
5. Mulailah pengobatan yang diperlukan untuk penyakit yang melatarbelakanginya.
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang
disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3 x 10 mg- 4 x 10 mg.
Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari – beberapa minggu.
Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis
mula prednison 4 x 10 mg- 4 x 15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan
dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika
eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus
dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat. Lama penyembuhan
golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak secepat seperti
golongan I.
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortokosteroid memberi hasil yang baik. Dosis
prednison 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrome Sezary pengobatannya terdiri atas kortikosteroid dan
sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari.
Pada eritroderma yang lama diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama
mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk mengurangi
radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, misalnya dengan salep lanolin 10%.
Prognosis
Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara sistemik,
prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan golongan yang
lain. Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid hanya
mengurangi gejalanya, penderita akan mengalami ketergantungan kortikosteroid. Sindrome
Sezary prognosisnya buruk, penderita pria umumya akan meninggal setelah 5 tahun, sedangkan
penderita wanita setelah 10 tahun. Kematian disebabkan oleh infeksi atau penyakit berkembang
menjadi mikosis fungoides.