draft skripsi fixxx terakhir 2

89
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki sumber energi non fosil yang relatif besar, namun pemanfaatannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan potensi yang ada. Sedangkan untuk energi fosil jumlahnya semakin sedikit dan pemakaiannya sangat besar. Tabel 1 menunjukkan sumber cadangan dan penggunan energi fosil dan non fosil di indonesia. Tabel 1. Sumber Cadangan dan Penggunan Energi Fosil dan Non Fosil Di Indonesia tahun 2008 POTENSI ENERGI NASIONAL 2008 Energi Fosil Sumber Daya Cadangan (Cad) Produksi (Prod) Rasio Cad/Prod (%) Minyak Bumi 56,6 miliar barel 8,2 miliar barel 357 juta barel 23 Gas Bumi 334,5 TSCF 170 TSCF 2,7 TSCF 63 Batubara 104,8 miliar ton 18,8 miliar ton 229,2 juta ton 82 Coal Bed Methane (CBM) 453 TSCF - Energi Non Fosil Sumber Daya (SD) Kapasitas Terpasang (KT) Rasio KT/SD (%) Tenaga Air 75.670 MW (e.q. 845 juta SBM) 4.200 MW 5,55 Panas Bumi 29.038 MW (e.q. 219 juta SBM) 1.052 MW 3,62 Mini/Micro 500 MW 86,1 MW 17,22

Upload: silvi

Post on 07-Jul-2016

241 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

contoh draft skripsi, merupakan skripsi yang hampir fix

TRANSCRIPT

Page 1: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki sumber energi non fosil yang

relatif besar, namun pemanfaatannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan

potensi yang ada. Sedangkan untuk energi fosil jumlahnya semakin sedikit dan

pemakaiannya sangat besar. Tabel 1 menunjukkan sumber cadangan dan

penggunan energi fosil dan non fosil di indonesia.

Tabel 1. Sumber Cadangan dan Penggunan Energi Fosil dan Non Fosil Di Indonesia tahun 2008

POTENSI ENERGI NASIONAL 2008Energi Fosil Sumber Daya Cadangan

(Cad)Produksi (Prod) Rasio

Cad/Prod (%)Minyak Bumi 56,6 miliar barel 8,2 miliar barel 357 juta barel 23

Gas Bumi 334,5 TSCF 170 TSCF 2,7 TSCF 63Batubara 104,8 miliar ton 18,8 miliar ton 229,2 juta ton 82

Coal Bed Methane (CBM)

453 TSCF -

Energi Non Fosil Sumber Daya (SD) Kapasitas Terpasang

(KT)

Rasio KT/SD (%)

Tenaga Air 75.670 MW (e.q. 845 juta SBM) 4.200 MW 5,55

Panas Bumi 29.038 MW (e.q. 219 juta SBM) 1.052 MW 3,62

Mini/Micro Hydro 500 MW 86,1 MW 17,22Biomass 49.810 MW 445 MW 0,89Tenaga Surya 4,80 kWh/m2/hari 12,1 MW <0,5Tenaga Angin 9.290 MW 1,1 MW <0,5

Sumber : BP-Energi Nasional 2010-2025.

Bioetanol (C2 H 5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai

bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan.

Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di

Indonesia, sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena

bahan bakunya sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk

Page 2: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

2

menghasilkan bioetanol antara lain adalah tanaman yang memiliki kadar

karbohidrat tinggi, seperti tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete

(limbah), garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami dan

bagas. Banyaknya variasi tumbuhan sumber bioetanol ini memberi pilihan yang

luas untuk memilih jenis yang sesuai dengan kondisi lingkungan yang ditumbuhi

tumbuhan yang mengandung karbohidrat tinggi. Sebagai contoh ubi kayu dapat

tumbuh di lahan yang kurang subur, memiliki daya tahan yang tinggi terhadap

penyakit dan dapat diatur waktu panennya. Penyediaan bioetanol sebagai bahan

pencampur minyak fosil beberapa tahun belakangan ini menandakan dimulainya

era bahan bakar hijau (green transport fuels).

Pembuatan bioetanol dari bahan yang mengandung gula relatif lebih mudah

dan murah dibandingkan bahan berpati dan berselulosa, hal ini disebabkan karena

pada bahan yang mengandung gula tidak perlu perlakuan pendahuluan

(pretreatment) seperti proses liquifikasi, pemasakan, sakarifikasi dan hidrolisis.

Bioetanol dapat dihasilkan melalui proses sakarifikasi (pemecahan gula

komplek menjadi gula sederhana), fermentasi, dan destilasi, bahan-bahan tersebut

(bahan yang mengandung sukrosa, bahan yang berpati, dan bahan

berselulosa/lignoselulosa) dapat dikonversi menjadi bahan bakar bioetanol.

Bioetanol merupakan produk minyak yang sangat ramah lingkungan dan

produk minyak ini lebih populer disebut gasohol. Gasohol diharapkan mampu

menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan meningkatkan kesejahteraan petani

yang menanam tanaman untuk bahan baku bioetanol, terutama tanaman nipah.

Keunggulan dari penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar ialah diproduksi dari

tanaman yang bersifat renewable.

Page 3: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

3

Pembuatan bioetanol dari nira nipah dapat membantu petani untuk

memberikan ide atau wawasan baru bahwa selain tanaman nipah tidak hanya

dapat dikonsumsi tetapi juga dapat diolah menjadi bioetanol. Saat ini di tingkat

petani belum dilakukan proses pengolahan nira nipah menjadi bioetanol. Apabila

pembuatan bioetanol dilakukan ditingkat petani maka akan mampu menambah

nilai jual atau nilai ekonomi dari tanaman nipah tersebut dan mampu menambah

penghasilan petani.

Bailey (1986) menyatakan harga petroleum yang semakin naik

menyebabkan orang mulai melirik kembali proses fermentasi etanol sebagai bahan

bakar. Etanol mempunyai empat karakteristik yang sesuai sebagai bahan bakar

yaitu bentuknya cairan sehingga mudah bergerak, nilai kalor 2/3 nilai kalor

gasolin, dapat dicampurkan sampai 10% pada bensin untuk meningkatkan angka

oktan, dan dapat meningkatkan angka oktan bensin tanpa timbal. Oleh karena itu,

dibeberapa negara etanol digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak

impor. Khairani (2007) menyatakan bioetanol dapat juga diartikan sebagai bahan

kimia yang memiliki sifat kesamaan dengan minyak premium, karena terdapatnya

unsur-unsur seperti Karbon (C) dan Hidrogen (H).

Tamunaidu (2011) menyatakan nira nipah berpotensi untuk menghasilkan

15.600 liter bioetanol per hektar, atau 2 kali lipat hasil yang diperoleh dari tebu,

dan 6 kali lipat hasil dari jagung. Penggunaan gasohol dapat menurunkan emisi

gas rumah kaca (Karbon Dioksida (CO2), Metana, dan Nitrogen Oksida),

pembakaran tidak menghasilkan partikel timbal dan benzene yang bersifat

karsinogenik (penyebab kanker), mengurangi emisi fine-particulates (partikel

Page 4: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

4

halus) yang membahayakan kesehatan manusia, mudah larut dalam air dan tidak

mencemari air permukaan dan air tanah.

Molindo Raya Industrial pada tahun (2010) menyatakan kebutuhan etanol di

dunia untuk berbagai penggunaan semakin bertambah beberapa tahun belakangan

ini. Pada tahun 2010, konsumsi etanol di dunia diperkirakan mencapai 82,13 juta

liter dan ditahun 2015 diperkirakan meningkat 171,23 juta liter. Oleh karena itu

peluang bagi petani untuk dapat memenuhi kebutuhan etanol di pasaran sangat

besar. Sedangkan untuk kebutuhan etanol ditingkat nasional sendiri menurut

Surendro (2006) menyatakan produksi etanol nasional pada tahun 2006 mencapai

200 juta liter. Kebutuhan etanol nasional pada tahun 2007 diperkirakan mencapai

900 juta liter.

Rumusan Masalah

Permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini adalah karena naiknya

harga BBM (Bahan Bakar Minyak) serta dampak yang ditimbulkannya, yakni ikut

naiknya harga bahan makanan, biaya transportasi, harga jasa, dan lain sebagainya.

Minyak merupakan salah satu sumber alam yang sangat dibutuhkan

terutama untuk kebutuhan sehari–hari sebagai sumber energi mesin, kendaraan,

atau penerangan. Akan tetapi, produksi bahan bakar minyak tidak sebanding

dengan konsumsinya atau sumber minyak terbarukan terbatas. Sehingga pada

suatu saat bahan bakar minyak akan menjadi langka, hal ini akan berdampak pada

biaya produksi yang akan semakin tinggi, bahan bakar kian mahal, dan

masyarakat kecil juga akan semakin kesulitan.

Ketidakseimbangan produksi dan konsumsi bahan bakar minyak ini tidak

dapat terus dibiarkan. Sehingga perlu dicari sumber bahan bakar selain minyak

Page 5: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

5

bumi. Salah satu alternatifnya adalah bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang

diproduksi dari tumbuhan. Bioetanol tidak saja menjadi alternatif yang sangat

potensial untuk substitusi bensin, namun juga mampu menurunkan emisi CO2.

Dalam hal performa mobil, bioetanol dan gasohol (kombinasi bioetanol dan

bensin) tidak kalah dengan bensin. Pada dasarnya pembakaran bioetanol tidak

menciptakan CO2 ke lingkungan karena zat yang sama akan diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman sebagai bahan baku bioetanol.

Bioetanol bisa diproduksi dari tanaman nipah, penelitian ini dilakukan

karena selama ini belum ada produksi bioetanol yang menggunakan bahan baku

dari nira nipah. Berlimpahnya jumlah nipah di rawa-rawa sepanjang kawasan

pasang surut Nusantara memastikan ketersediaan bahan baku.

Penggunaan tanaman nipah sebagai bahan baku bioetanol tidak akan

menimbulkan konflik kepentingan seperti tanaman pangan tebu atau jagung. Jika

menggunakan tebu atau jagung dalam jumlah besar sebagai bahan baku bioetanol,

dikhawatirkan akan berimbas pada ketahanan pangan di Indonesia. Namun, hal ini

tidak berlaku untuk nipah yang selama ini pemanfaatannya masih tergolong

sedikit. Bioetanol menggunakan nipah, sangat memungkinkan diproduksi di Desa

Pantai Harapan, Kecamatan Bumi Makmur, Kabupaten Tanah Laut karena bahan

bakunya yang berlimpah dan pembuatan bioetanol juga sangat sederhana yaitu

bahan baku berupa nira terfermentasi kemudian dilakukan destilasi untuk

menghasilkan bioetanol.

Bioetanol dari nira nipah belum pernah dilakukan analisis kelayakan finansial

usaha ditingkat petani. Hal ini dapat berpengaruh besar terhadap pendapatan atau

penghasilan petani di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Bumi Makmur,

Page 6: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

6

Kabupaten Tanah Laut karena dengan dilakukannya analisis kelayakan finansial

usaha produksi bioetanol dari nira nipah maka dapat diketahui layak atau tidak

nya produksi bioetanol dari nira nipah untuk dijalankan ditingkat petani. Dengan

banyaknya tanaman nipah yang tumbuh di pesisir maka petani dapat

memanfaatkannya sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dan dapat menambah

nilai jual atau nilai ekonomi dari nira nipah.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah memberikan rekomendasi kelayakan usaha

melalui analisis kelayakan finansial usaha produksi bioetanol dari nira nipah

ditingkat petani dengan menggunakan kriteria NPV, IRR, B/C Ratio, dan BEP.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan di atas maka

manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bagi Petani

Mengetahui kelayakan finansial usaha dan sebagai bahan pertimbangan untuk

menjalankan atau memulai usaha produksi bioetanol dari nira nipah ditingkat

petani.

2. Bagi Investor dan Lembaga Keuangan

Dapat dijadikan sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam penanaman

modal pada usaha produksi bioetanol dari nira nipah.

Page 7: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

7

3. Bagi Penulis

Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dan menambah

pengalaman serta wawasan ilmu pengetahuan, khususnya studi analisis

kelayakan finansial usaha.

4. Bagi Pembaca

Memberikan bahan referensi dan acuan untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

Page 8: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

8

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Tanaman Nipah

Nipah (nypha fruticans wurmb) merupakan jenis tanaman palmae yang

tumbuh di lingkungan hutan mangrove di pantai. Nipah adalah anggota suku

Palma, tumbuh disepanjang sungai yang terpengaruh pasang surut air laut dan

tumbuhan ini dikelompokkan pula dalam ekosistem hutan mangrove. Jenis ini

tumbuh rapat berkelompok, seringkali membentuk komunitas murni yang luas

disepanjang sungai dekat muara hingga sungai dengan air payau (Kitamura et al,

1997).

Nipah (Nypa fruticans wurmb) adalah salah satu hasil hutan. Nipah tergolong

tanaman dataran rendah yang menyukai iklim pantai dan tumbuh liar pada

ketinggian 0-10 m dari permukaan laut. Oleh karena itu, nipah hanya tumbuh

subur disepanjang daerah pasang surut dekat dengan pantai dan di tepi muara

sungai atau rawa-rawa yang berair payau. Ciri-ciri fisik dari tanaman nipah adalah

akarnya serabut, ukuran biji nipah 8-13 Cm, berbentuk kerucut, dan memiliki

tempurung yang keras jika sudah tua. Jumlah buah untuk setiap tangkainya

berkisar antara 30-50 butir yang tumbuh berdekatan sehingga terlihat menjadi

bundar. Tanaman nipah memiliki batang yang sangat pendek sehingga tidak

terlihat. Setiap batang nipah biasanya terdiri atas 3-5 tangkai dengan panjang

antara 5-7 m. Bunga nipah terdiri atas dua macam bunga yaitu bunga jantan dan

bunga betina. Letaknya menjadi satu pohon yang sama. Bunga jantan berwarna

kuning orange dan keluar dari bagian samping tangkai yang menggantung,

memiliki panjang mencapai 5 Cm. Sedangkan bunga betina berbentuk bulat

Page 9: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

9

peluru, tumbuh bengkok, dan mengarah ke samping. Bila tangkai tandan bunga

dipotong sebelum buahnya masak, maka akan keluar getah manis yang dikenal

dengan nira nipah (Baharudin, 2009).

Batang pohon nipah membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Akar

serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Panjang anak daun dapat mencapai 100

Cm dan lebar daun 4-7 Cm. Daun nipah yang sudah tua berwarna kuning,

sedangkan daunnya yang masih muda berwarna hijau. Banyaknya anak daun

dalam tiap tandan mencapai 25–100 helai (Vernandos, 2008).

Nipah telah dimanfaatkan oleh masyarakat dan sudah diusahakan secara

turun temurun. Atap daun nipah banyak digunakan masyarakat Sumatera Selatan

untuk atap rumah tradisional di kampung-kampung, untuk bedeng, kandang

ternak, atau untuk membuat gubuk di sawah. Tangkai daun dan pelepahnya juga

dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar, dan pulp (bubur kertas). Lidinya dapat

digunakan untuk pembuatan sapu lidi dan dapat digunakan sebagai anyaman dan

tali (Alrasyid, 2001).

Nipah dapat juga disadap niranya, yaitu cairan manis yang diperoleh dari

tandan buah yang belum tua. Selama ini pemanfaatan nira nipah yang dilakukan

masyarakat belum maksimal. Sebagian masyarakat di pesisir pantai, seperti di

Kabupaten Rokan Hilir memanfaatkan nira nipah untuk pembuatan asam cuka,

konsentrat nira namun rasa asin masih kental. Hal ini medorong pemanfaatan nira

nipah untuk lebih meningkatkan nilai tambah menjadi produk lain yaitu bioetanol,

dengan bantuan proses fermentasi menggunakan bantuan khamir (Saccharomyces

cerevisiae), diharapkan nira nipah dapat menghasilkan etanol oleh khamir

(Prihandana et al, 2007).

Page 10: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

10

Cairan manis yang dikandung nipah memiliki kadar gula (sucrose) antara 15-

17% brix (jumlah zat padat semu yang larut (dalam gr) setiap 100 gr larutan).

Dengan kandungan itu, maka nira nipah berpotensi untuk dikembangkan menjadi

bahan baku industri bioetanol. Satu tangkai bunga nipah mampu memproduksi

sekitar 3 liter nira per hari, setiap tangkai dapat dipanen terus menerus selama

sekitar 20 hari. Setiap rumpun pohon nipah mampu menghasilkan sekitar 4

tangkai pada waktu bersamaan. Dengan demikian, satu pohon nipah dapat

menghasilkan 12 liter nira per hari (Riyadi, 2010).

Kelebihan nipah dibandingkan tanaman penghasil bioetanol yang lain antara

lain tanaman nipah dapat memproduksi nira 20 ton/hektar atau 14.300 liter etanol

per hektar dua kali lebih besar dibandingkan tebu (Smith, 2006). Tanaman nipah

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman Nipah

Page 11: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

11

Klasifikasi tumbuhan nipah adalah sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Division : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Ordo : Arecales

Familia : Arecaceae

Genus : Nypa

Spesies : Nypa Fruticans Wurmb

(Direktorat Jendral Perkebunan, 2006).

Tabel 2. Karakteristik Nira NipahKomposisi % (w/v)

Sukrosa 13-17

Glukosa 0,2-0,5

Air 75-82

Abu dan Bahan Lainnya 0,3-0,7

(Dahlan et al, 2009).

Bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku nabati. Bioetanol

merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan

menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dapat dibuat dari tiga

kelompok bahan baku yaitu bahan yang mengandung gula seperti tebu dan nira,

bahan berpati seperti jagung dan ubi-ubian, serta bahan berserat berupa limbah

pertanian yang saat ini terus dikembangkan di negara maju (Dahlan et al,2009).

Pembuatan bioetanol dari bahan yang mengandung gula relatif lebih mudah

dan murah dibandingkan bahan berpati dan berselulosa, hal ini disebabkan karena

Page 12: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

12

pada bahan yang mengandung gula tidak perlu perlakuan pendahuluan

(pretreatment) seperti proses liquifikasi, pemasakan, sakarifikasi dan hidrolisis.

Salah satu alternatif pemanfaatan tanaman nipah adalah sebagai bahan baku

pembuatan bioetanol. Nira nipah mengandung sukrosa sebanyak 13-17%, ini

merupakan suatu bahan yang sangat potensial untuk diolah menjadi bioetanol.

Bioetanol merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat

menggantikan atau sebagai campuran bahan bakar fosil, banyak digunakan pada

minuman, kosmetik, pada bidang kesehatan sebagai zat antiseptik, solvent, serta

sebagai bahan baku industri (Dahlan et al, 2009).

Harga petroleum yang semakin naik menyebabkan orang mulai melirik

kembali proses fermentasi etanol sebagai bahan bakar. Etanol mempunyai empat

karakteristik yang sesuai sebagai bahan bakar yaitu bentuknya cair sehingga

mudah bergerak, nilai kalor 2/3 nilai kalor gasolin, dapat dicampurkan sampai

10% pada bensin untuk meningkatkan angka oktan, dan dapat meningkatkan

angka oktan bensin tanpa timbal. Oleh karena itu, dibeberapa negara, etanol

digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak impor (Bailey, 1986).

Page 13: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

13

Tabel 3.Standar Dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Jenis Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Lain Yang Dipasarkan Di Dalam Negeri

No. Sifat Unit, min/max Spesifikasi1 Kadar Etanol %-v, min 99,5 (sebelum

denaturasi)94,0 (setelah denaturasi)

2 Kadar Methanol mg/L, max 3003 Kadar Air %-v, min 14 Kadar Denaturan %-v, min

%-v, max25

5 Kadar Tembaga (Cu) mg/kg, max 0,16 Keasaman Sebagai CH3COOH mg/L, max 307 Tampakan Jumlah dan terang,

tidak ada endapan dan kotoran

8 Kadar Ion Klorida (CI) mg/L, max 409 Kandungan Belerang (S) mg/L, max 5010 Kadar Getah (Gum), Dicuci mg/100 ml, max 5,011 pHe 6,5 – 9,0(Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2008).

Gambar 2. Diagram Alir Proses Produksi Bioetanol

Nira Nipah

Didestilasi

Difermentasi

Bioetanol

Ditambahkan NPK, Urea dan Ragi

Page 14: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

14

Analisis Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha merupakan gambaran kegiatan usaha yang

direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari

berbagai aspek.

Dengan demikian dalam menyusun sebuah studi kelayakan bisnis harus

meliputi sekurang kurangnya aspek-aspek berikut, diantaranya :

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Pasar adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas

suatu produk. Aspek pasar bertujuan untuk mengetahui harga produk, dan

strategi pemasaran dari produk bersangkutan, sehingga dapat diketahui

layak atau tidaknya rencana pembuatan suatu usaha dilihat dari aspek

pasar (Umar, 2001).

Pemasaran sebagai suatu proses tempat individu dan kelompok

memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui menciptakan

dan mempertukarkan produk dan nilai dengan orang lain. Dua sasaran

pemasaran yang utama adalah menarik konsumen baru dengan

menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan konsumen saat ini

dengan memberikan kepuasan (Kotler, 2004).

2. Aspek Teknis Produksi dan Teknologis

Tujuan aspek teknis ialah (a) agar perusahaan dapat menentukan

lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun

kantor pusat, (b) agar perusahaan bisa menentukan layout yang sesuai

dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi,

(c) agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam

Page 15: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

15

menjalankan produksinya, (d) agar perusahaan dapat menentukan metode

persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang

usahanya, (e) agar perusahaan bisa menentukan kualitas tenaga kerja yang

dibutuhkan sekarang dan dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar,

2007).

3. Aspek Organisasi dan Manajemen

Dalam aspek organisasi dan manajemen, yang perlu diuraikan adalah

bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari gagasan usaha atau proyek yang

direncanakan secara efisien. Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah

dapat ditentukan secara teknis (jenis pekerjaan yang diperlukan) dan

berdasarkan pada kegiatan usaha, disusun bentuk struktur organisasi yang

cocok dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut. Berdasarkan pada

struktur organisasi yang ditetapkan, kemudian ditentukan jumlah tenaga

kerja serta keahlian yang diperlukan (Ibrahim, 2009).

4. Aspek Keuangan dan Ekonomi

Menurut Kasmir dan Jakfar (2007), dalam aspek keuangan dan

ekonomi terdapat enam kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan

kelayakan suatu usaha atau investasi, yaitu Payback Period (PBP), Net

Present Value (NPV), Average Rate of Return (ARR), Internal Rate of

Return (IRR), Profibility Index (PI), serta berbagai rasio keuangan seperti

rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas.

Analisis Kelayakan Finansial

Kelayakan suatu finansial usaha dapat ditinjau dari berbagai hal, salah

satunya melalui kriteria kelayakan investasi. Beberapa kriteria investasi yang

Page 16: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

16

umum dikenal diantaranya analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value), Net

Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), tingkat pengembalian investasi (Internal

Rate of Return), masa pengembalian investasi (Payback Period), dan titik pulang

pokok (Break Even Point)

Kadariah, (1999) menyatakan analisis kelayakan finansial dilakukan untuk

membantu pengembangan usaha kedepan berdasarkan kondisi masa depan

sebagai referensi. Analisis kelayakan finansial digunakan untuk membantu

pengusaha agroindustri agar mengetahui prediksi keuntungan yang diperoleh serta

meminimalkan atau menghindari resiko kerugian keuangan yang penuh

ketidakpastian dimasa yang akan datang, baik resiko yang dapat dikendalikan

maupun yang tidak dapat dikendalikan agar penanaman investasi yang dilakukan

pada usaha tersebut tidak sia-sia.

Komponen penting dalam penilaian kelayakan finansial pada sebuah usaha

dapat dilihat dari beberapa hal yaitu adalah :

a. Perkiraan Investasi

Jumlah dan jenis investasi apa saja yang diperlukan dalam rencana

kegiatan usaha atau proyek yang akan dikerjakan harus jelas, baik

mengenai jumlah dan jenisnnya maupun harga dari masing-masing

investasi dan dibentuk dalam sebuah tabel. Harga dari masing-masing

investasi sedapat mungkin harus sesuai dengan harga pada saat pengadaan

investasi sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam perhitungan

(Ibrahim, 2009).

Page 17: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

17

b. Biaya operasi dan Pemeliharaan

Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya tetap (fixed cost)

dan biaya tidak tetap (variable cost). Perhitungan biaya ini harus disusun

dan dihitung sedemikian rupa sehingga tidak ada unsur biaya yang

tertinggal. Hal ini sangat perlu karena keadaan ini akan mempengaruhi

perhitungan analisis kriteria investasi yang digunakan sebagai indikator

dalam menentukan layak tidaknya rencana usaha atau proyek yang akan

dikembangkan. Disamping perhitungan tersebut, penentuan unsur biaya

yang dihitung dari semua unsur biaya berhubungan dengan perhitungan

harga pokok produksi yang akan digunakan dalam menentukan harga jual

dari produk yang dihasilkan (Ibrahim, 2009).

Biaya tetap terdiri dari gaji karyawan tetap, bunga bank,

pengembalian pokok pinjaman, penyusutan, asuransi, dan biaya tetap

lainnya yang harus dapat ditentukan besarnya setiap tahun selama umur

ekonomis dari proyek atau usaha yang direncanakan. Biaya tidak tetap,

yaitu biaya yang diperlukan untuk membiayai proses produksi, dimana

besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk membiayai proses produksi,

dimana besar kecilnya biaya ini tergantung pada besar kecilnya jumlah

produksi. Dalam hal ini harus ditentukan biaya-biaya apa saja yang

diperlukan dan jenis serta jumlah biaya. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya

bahan baku, biaya upah tenaga kerja langsung, biaya bahan bakar, biaya

pengangkutan, sewa gedung, dan lain sebagainya. Dalam membuat biaya

ini hendaknya dibuat suatu rekapitulasi biaya, baik biaya tetap maupun

biaya tidak tetap dalam bentuk tabel (Ibrahim, 2009).

Page 18: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

18

c. Sumber Pembiayaan

Sumber pembiayaan baik biaya investasi maupun modal kerja harus

direncanakan secara jelas dan terperinci. Dalam hal ini harus dapat

ditentukan komposisi modal kerja secara jelas, berapa persen sumber

modal yang berasal dari pengusaha atau investor maupun saham, dan

berapa persen pula yang berasal dari pinjaman luar (kredit) (Ibrahim,

2009).

d. Perkiraan Pendapatan

Perkiraan pendapatan atau benefit yang diterima dari usaha atau

proyek yang akan dikembangkan juga harus benar-benar dapat

diperkirakan secara benar sehingga keputusan yang diambil benar-benar

dapat dipertanggungjawabkan. Perkiraan benefit dalam bentuk finansial

direncanakan sesuai dengan rencana produksi dan rencana penjualan.

Bentuk penerimaan ini dapat digolongkan atas 2 bagian, yaitu penerimaan

yang berasal dari hasil penjualan berang-barang yang ada diproses dan

penerimaan yang berasal dari luar barang-barang yang diproses (Ibrahim,

2009).

e. Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi yang dimaksudkan disini adalah

mengadakan perhitungan mengenai layak tidaknya usaha atau proyek yang

dikembangkan dilihat dari segi kriteria investasi. Analisis ini sangat

diperlukan apabila usaha yang sedang direncanakan dalam bentuk jenis

kegiatan produksi, sekurang-kurangnya dilihat dari segi Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR), maupun Net Benefit Cost Ratio (Net

Page 19: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

19

B/C Ratio). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan disini adalah perkiraan

investasi, modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan, serta perkiraan

pendapatan (Ibrahim, 2009).

f. Proyeksi Laba Rugi dan Aliran Kas

Proyeksi laba rugi dan aliran kas dibentuk dalam jangka waktu

tertentu untuk melihat prospek keuangan dari usaha atau proyek yang

direncanakan. Dengan adanya proyeksi laba rugi dan aliran kas dapat

diketahui posisi keuangan dimasa yang akan datang, disamping itu dapat

digunakan sebagai pedoman atau indikator bagi pengusaha dalam

menjalankan usaha atau proyek (Ibrahim, 2009).

Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan

bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau

menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Pengertian

layak dalam penilaian studi kelayakan adalah kemungkinan dari gagasan usaha

atau proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam

arti finansial maupun dalam arti sosial benefit (Ibrahim, 2009).

Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang

bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak

dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial,

yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang

didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau

perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber

tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut (Kadariah, 1999).

Page 20: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

20

Kriteria investasi yang biasa digunakan dalam analisis kelayakan finansial

adalah:

1. Net Present Value (NPV)

NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam

mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Perhitungan NPV

merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan Social

Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai diskon faktor. Secara

singkat, formula untuk NPV adalah sebagai berikut :

NPV = ∑i=1

n

NBi(1+i)−n

Dimana : NB = Net Benefit = Benefit – CostCost = Biaya Tetap + Biaya Tidak TetapBenefit = Harga Jual x Estimasi Penjualan

t = tahun kegiatan bisnis (t = 0,1, 2, 3, . . . , n) i = diskon rate (%)

n = tahun (waktu)

Untuk menghitung NPV di dalam sebuah gagasan usaha atau proyek,

diperlukan data perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan

serta perkiraan biaya benefit dari proyek yang direncanakan. Apabila hasil

perhitungan NPV lebih besar dari 0 (nol) dikatakan usaha atau proyek

tersebut feasible (go) untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari 0 (nol)

tidak layak untuk dilaksanakan. Hasil perhitungan net present value sama

dengan 0 (nol) ini berarti proyek tersebut berada dalam keadaan break

event point (BEP) dimana TR=TC dalam bentuk present value (Ibrahim,

2009).

Page 21: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

21

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR atau internal rate of return adalah suatu tingkat discount rate

yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol). Dengan

demikian apabila hasil perhitungan IRR lebih besar dari Social

Opportunity Cost of Capital (SOCC) dikatakan proyek atau usaha tersebut

feasible, bila sama dengan SOCC berarti pulang pokok dan dibawah

SOCC proyek tersebut tidak feasible (Ibrahim, 2009).

Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung nilai NPV1 dan

NPV2 dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV1 telah menunjukkan

angka positif maka discount factor yang kedua harus lebih besar dari

SOCC dan sebaliknya apabila NPV1 menunjukkan angka negatif maka

discount factor yang kedua berada dibawah SOCC atau discount factor.

Formula untuk IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :

IRR = i1 + NPV1 . (i2 -i1) NPV1 + NPV2

Dimana :i1 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

i2 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV positifNPV2 = NPV negatif

(Ibrahim, 2009).

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Dalam kaitannya dengan usaha, Benefit cost ratio dapat dikatakan

sebagai ratio perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan

biaya yang dikeluarkan dalam usaha. Jika ratio menunjukan hasil nol maka

dapat dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan finansial.

Demikian juga jika ratio menunjukan angka kurang dari 1 maka usaha

Page 22: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

22

yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan yang

dilaksanakan. Perhitungan Net B/C Ratio merupakan perbandingan antara

penerimaan total dan biaya total, yang menunjukkan nilai penerimaan

yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Proyek ini dinyatakan

layak apabila ratio B/C ≥ 1 (Surahman et al, 2007).

Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang

telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount

negative (-), dengan formula sebagai berikut :

Net B/C = ∑i=1

n

N Bi (+)

∑i=1

n

N Bi (-)

Dimana :Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakanNet B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat

sehingga terserah kepada pengambilan keputusan untuk dilaksanakan atau tidak

Net B/C Ratio < 1, maka proyek tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan

4. Payback Period (PBP)

Payback Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang

menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flow) secara kumulatif

sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis

Payback Period dalam studi kelayaakan perlu juga ditampilkan untuk

mengetahui berapa lama usaha atau proyek yang dikerjakan baru

mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya

investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin

lancar perputaran modal. Dipihak lain, dengan adanya perkembangan

teknologi yang begitu cepat akhir - akhir ini, semakin cepat pengembalian

Page 23: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

23

biaya investasi semakin mudah dalam pengembalian aset baru.

Terlambatnya pengembalian investasi dari proyek yang dikerjakan bisa

menyebabkan kerugian bagi perusahaan kerena aset lama, kendatipun

masih baik dilihat dari segi teknis, dari segi ekonomi kurang

menguntungkan lagi karena adanya perusahaan sejenis telah menggunakan

aset baru dengan menggunakan teknologi baru yang bisa menyebabkan

harga pokok bertambah rendah dan kualitas produksi bertambah tinggi.

PBP = Investasiawal

Penerimaan periodex 1tahun

(Ibrahim, 2009).

5. Break Even Point (BEP)

Break even point adalah suatu titik pulang pokok dimana total

revenue = total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek,

terjadinya titik pulang pokok atau TR=TC tergantung pada lama arus

penerimaan sebuah proyek. Sebelum memproduksi suatu produk,

perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang

diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan

biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada

waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak

menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan

harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan.

BEP unit =FC

P−VC atau BEP rupiah = FC

1−VC / p

Dimana : FC = Biaya tetap P = harga jual per unit

VC = Biaya variable per unit

Page 24: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

24

(Ibrahim, 2009).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – November 2015 di Desa Pantai

Harapan, Kecamatan Bumi Makmur, Kabupaten Tanah Laut dan Laboratorium

Analisis Kimia dan Lingkungan Industri Fakultas Pertanian Universitas Lambung

Mangkurat Banjarbaru.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi, diskusi terfokus dan

wawancara yang dilakukan dengan berbagai pihak terkait (petani nipah) dalam

topik penelitian, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai literatur seperti

(jurnal-jurnal penelitian kelayakan finansial usaha, buku penunjang kelayakan

suatau usaha, skripsi penelitian kelayakan finansial usaha dan artikel-artikel yang

relevan, dan sumber-sumber lain guna memperoleh data sekunder).

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara atau interview secara

langsung kepada pihak terkait. Dalam hal ini (petani nipah) dan observasi

dilakukan dengan cara mengamati secara langsung di lapangan dengan

menggunakan seluruh alat indera.

Page 25: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

25

Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.

Pengumpulan Data :- Biaya Investasi (Pengaduk, Pompa Air,

Alkoholmeter, Kompor Gas, Tabung Gas, Destilator, Jerigen, Drum Plastik, Gayung, dan Corong)

- Biaya Variable (Nira Nipah, NPK, Urea, Bakteri, Botol Produk, Gas Elpiji, Listrik, dan Upah Pegawai)

- Biaya Tetap (Biaya Pemeliharaan, dan Biaya Penyusutan Alat)

- Kapasitas Produksi (Bioetanol)- Bunga Bank (BRI)

Kesimpulan dan Saran

Interpretasi Hasil

Hasil

Analisis Kelayakan :- NPV- IRR- Net B/C Ratio- BEP

Mulai

Perhitungan Biaya :- Biaya Operasional- Estimasi Penjualan- Benefit - Net Benefit

Page 26: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

26

Gambar 3. Diagram Alir Tahapan Penelitian

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam tahapan penelitian ini yaitu adalah :

a. Biaya Investasi- Pengaduk (Rp/unit)- Pompa air (Rp/unit)- Alkoholmeter (Rp/unit)- Kompor gas (Rp/unit)- Tabung gas (Rp/unit)- Alat destilasi (Rp/unit)- Galon harga (Rp/unit)- Gayung (Rp/unit)- Jerigen (Rp/unit)- Corong (Rp/unit)

b. Biaya Variable- Nira nipah (Rp/liter)- NPK (Rp/kilogram)- Urea (Rp/kilogram)- Bakteri (Rp/kilogram)- Botol produk (Rp/botol)- Listrik (Rp/bulan)- Gas elpiji (Rp/tabung)- Upah pegawai (Rp/bulan)

c. Biaya Tetap- Biaya Pemeliharaan (Rp/bulan)- Biaya Penyusutan Alat (Rp/tahun)

d. Kapasitas Produksi- Bioetanol (Liter/hari)

e. Bunga Bank- BRI bunga bank (sekunder BRI)

2. Perhitungan Biaya

a. Biaya Operasional = Biaya tetap + Biaya tidak tetap

b. Estimasi Penjualan = 100% Produk yang dihasilkan – Produk yang

terjual (%)

c. Net Benefit = Total benefit – Total cost

Page 27: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

27

d. Benefit = Harga jual x Estimasi penjualan

3. Analisis Kelayakan

a. Net Present Value (NPV)

NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam

mengukur apakah suatu proyek layak atau tidak. Perhitungan NPV

merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan Social

Opportunity Of Capital (SOCC) sebagai diskon faktor.

Menurut Nurmalina et al (2009), kelayakan suatu bisnis dinilai

dari total manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan.

Bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol (NPV>0) yang

berarti bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. NPV atau

nilai sekarang manfaat bersih adalah selisih antara total present value

manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari

manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Secara singkat rumus

NPV dapat dinyatakan sebagai berikut:

NPV = ∑i=1

n

NBi(1+i)−n

Dimana :NB = Net Benefit = Benefit – CostCost = Biaya Tetap + Biaya Tidak TetapBenefit = Harga Jual x Estimasi Penjualan t = tahun kegiatan bisnis (t = 0,1, 2, 3, . . . , n)

i = diskon rate (%)n = tahun (waktu)

Untuk menghitung NPV di dalam sebuah gagasan usaha atau

proyek, diperlukan data perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan

Page 28: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

28

pemeliharaan serta perkiraan biaya benefit dari proyek yang

direncanakan. Apabila hasil perhitungan NPV lebih besar dari 0 (nol)

dikatakan usaha atau proyek tersebut feasible (layak untuk dijalankan)

untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari 0 (nol) tidak layak untuk

dilaksanakan. Hasil perhitungan net present value sama dengan 0 (nol)

ini berarti proyek tersebut berada dalam keadaan break event point

(BEP) dimana TR = TC dalam bentuk present value (Ibrahim, 2009).

b. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Nurmalina et al (2009) IRR adalah tingkat discount rate

yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV=0). Sebuah bisnis

dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost of

Capital (SOCC).

Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung nilai NPV 1

dan NPV 2 dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV 1 telah

menunjukkan angka positif maka discount factor yang kedua harus

lebih besar dari SOCC dan sebaliknya apabila NPV 1 menunjukkan

angka negatif maka discount factor yang kedua berada di bawah SOCC

atau discount factor. Formula rumusan untuk IRR adalah sebagai

berikut :

IRR = i1 + NPV1 . (i2 -i1) NPV1 + NPV2

Dimana:i1 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

i2 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV positifNPV2 = NPV negatif.

c. Net Benefit – Cost ratio (Net B/C)

Page 29: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

29

Perhitungan Net B/C Ratio merupakan perbandingan antara

penerimaan total dan biaya total, yang menunjukkan nilai penerimaan

yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Proyek ini

dinyatakan layak apabila ratio B/C ≥ 1 (Surahman et al, 2007).

Rumus dari Net B/C Ratio adalah sebagaiberikut:

Net B/C = ∑i=1

n

N Bi (+)

∑i=1

n

N Bi (-)

Dimana :Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakanNet B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat

sehingga terserah kepada pengambilan keputusan untuk dilaksanakan atau tidak

Net B/C Ratio <1, maka proyek tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan

d. Break Even Point (BEP)

Break even point adalah suatu titik pulang pokok dimana total

revenue = total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah

proyek, terjadinya titik pulang pokok atau TR=TC tergantung pada lama

arus penerimaan sebuah proyek (Ibrahim, 2009). Sebelum memproduksi

suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba

yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan

mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat

diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan

tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan

dengan harga yang bersaing pula tanpa mengesampingkan laba yang

diinginkan.

Page 30: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

30

BEP unit = FC

P−VC atau BEP rupiah = FC

1−VC / pDimana : FC = Biaya tetapP = Harga jual per unit

VC = Biaya variable per unit

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam industri pembuatan bioetanol dengan

bahan baku nira nipah di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Bumi Makmur,

Kabupaten Tanah Laut adalah nira, yaitu cairan bening yang didapat dari

penyadapan pohon nipah dengan perlakuan 9-15 hari terlebih dahulu sebelum

akhirnya pada batang buah nipah dipotong dan mengeluarkan nira. Tahap awal

perlakuan yaitu dengan memilih tanaman yang akan disadap, dimana yang perlu

diperhatikan dalam pemilihan tanaman ini yaitu yang berbuah besar dan tempat

tumbuhnya berada di daerah yang tidak terendam air saat pasang, hal ini bertujuan

agar apabila nira telah disadap dan ditampung, air pasang tidak merendam nira

hasil tampungan tersebut. Setelah itu tahap berikutnya melemaskan batang buah

agar menunduk kebawah, untuk memudahkan nira keluar dan masuk kedalam

botol penampungan. Teknik pelemasan disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pelemasan Batang Buah

Page 31: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

31

Setelah dilakukan pelemasan, kemudian dilakukan penggoyangan dengan

cara mendorong buah kearah bawah beberapa kali. Dilakukan setiap hari pagi dan

sore hari selama 9-15 hari tergantung besar kecilnya buah. Buah yang lebih besar

dan berat lebih cepat mengeluarkan nira setelah dipotong dibandingkan dengan

buah yang ukurannya lebih kecil. Setelah itu buah yang sudah diberikan perlakuan

siap untuk disadap dengan teknik sadap potong miring pada ujung batang dekat

buah.

Setelah buah dipotong dan dilakukan penyadapan (dengan teknik khusus),

maka nira yang keluar dari batang ditampung di dalam tempat yang sudah

disiapkan.

Penyadapan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 pagi dan sore hari pukul

18.00 sore. Banyak sedikitnya nira yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh

jumlah pohon yang disadap dan jumlah buah nipah yang tumbuh. Setiap satu

pohon nipah biasanya dapat menghasilkan 0,5-1,2 liter setiap harinnya, dengan

lama penyadapan per pohon sekitar 6-8 minggu tergantung dari kondisi pohon

nipah tersebut.

Pengadaan bahan baku utama ini dilakukan untuk tiga (3) kali produksi,

artinya dalam satu hari dilakukan tiga kali proses produksi, yaitu bertahap

(continue). Nira yang dipakai sudah dilakukan perlakuan fermentasi selama 3 hari

dan setelah itu diproses menjadi bioetanol. Nira Nipah disajikan pada Gambar 5.

Page 32: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

32

Gambar 5. Nira Nipah

B. Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang digunakan pada industri pembuatan bioetanol dengan

bahan baku nira nipah di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Bumi Makmur,

Kabupaten Tanah Laut ini adalah ragi, NPK, dan urea, dimana ragi atau khamir

(Saccharomyces cerevisiae) berfungsi untuk memfermentasi kandungan gula yang

ada pada nira nipah menjadi etanol, NPK berfungsi sebagai nutrisi atau makanan

khamir yang bekerja dalam proses fermentasi, hal ini dikarenakan pupuk NPK

banyak mengandung unsur N, dan P yang dibutuhkan oleh khamir, urea berfungsi

sebagai nutrisi untuk khamir yang bekerja pada proses fermentasi karena pupuk

urea mengandung unsur N yang dibutuhkan untuk makanan khamir.

Besar kecilnya jumlah penggunaan bahan pembantu ini dipengaruhi oleh

jumlah nira yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah nira yang dihasilkan, maka

semakin besar pula jumlah bahan pembantu yang digunakan. Pengadaan dari

NPK, urea dan ragi sendiri dengan cara membeli di pasar. Ragi, Urea dan NPK

disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Ragi, Urea dan NPK

Page 33: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

33

C. Peralatan dalam Proses Produksi Bioetanol

Produksi bioetanol yang berbahan baku nira nipah di Desa Pantai Harapan,

Kecamatan Bumi Makmur, Kabupaten Tanah Laut selain membutuhkan bahan

baku dan bahan pembantu untuk menjalankan usahanya, juga memerlukan

peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Peralatan yang digunakan dalam

industri pembuatan bioetanol yang berbahan baku nira nipah di Desa Pantai

Harapan, Kecamatan Bumi Makmur, Kabupaten Tanah Laut antara lain sebagai

berikut:

a. Drum Plastik

Berfungsi sebagai tempat untuk fermentasi nira nipah. Drum plastik ini

memiliki kapasitas 80 liter.

b. Pengaduk

Yaitu alat yang terbuat dari stainless berbentuk seperti baling-baling.

Berfungsi untuk mengaduk nira saat difermentasi didalam drum plastik.

c. Destilator

Yaitu alat yang terbuat dari alumunium yang berfungsi untuk mendestilasi

nira nipah menjadi bioetanol.

d. Pemanas

Yaitu alat yang terdiri dari kompor, regulator dan tabung gas LPG yang

berfungsi untuk memanaskan destilator.

e. Jerigen

Page 34: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

34

Yaitu alat yang terbuat dari plastik dan berfungsi untuk menampung

bioetanol hasil dari proses destilasi.

f. Alkoholmeter

Yaitu alat yang berfungsi sebagai indikator atau alat ukur untuk mengetahui

kadar etanol yang terkandung dari hasil proses destilasi.

g. Gayung

Yaitu alat yang terbuat dari plastik yang berfungsi untuk mengambil nira

hasil fermentasi ke dalam destilator.

h. Corong

Yaitu alat yang terbuat dari plastik yang berfungsi sebagai alat untuk

memasukkan nira hasil fermentasi ke destilator dan untuk memasukkan

bioetanol ke botol kemasan (produk).

D. Proses Produksi Bioetanol

Bahan baku utama pembuatan bioetanol adalah nira nipah, sehingga nira

tersebut harus benar-benar dalam keadaan sudah difermentasi, yaitu nira yang

sudah ditambahkan NPK, urea dan ragi. Setelah itu didiamkan selama tiga (3) hari

untuk proses fermentasi.

Proses produksi bioetanol yang dilakukan oleh produsen dalam

kesehariannya meliputi fermentasi nira nipah, destilasi dan pengemasan bioetanol.

Penyadapan nira nipah sendiri dilakukan oleh petani nipah untuk dijual kepada

produsen bioetanol. Secara lebih rinci, dijelaskan sebagai berikut :

a. Fermentasi

Page 35: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

35

Nira nipah hasil dari penyadapan ditambahkan NPK, urea dan ragi,

kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik dan didiamkan selama tiga

(3) hari untuk proses fermentasi.

b. Destilasi

Setelah proses fermentasi, nira hasil dari fermentasi dimasukkan ke

dalam alat destilator untuk diproses menjadi bioetanol dengan suhu 87-

89°C selama 2 jam.

c. Pengemasan

Setelah bioetanol sudah dihasilkan dari proses destilasi maka bioetanol

diukur kadar etanolnya dan kemudian dikemas ke dalam botol kemasan

(produk) untuk selanjutnya akan dipasarkan.

Proses fermentasi nira nipah hingga hasil produk bioetanol disajikan pada

Gambar 7 sampai dengan Gambar 9.

Page 36: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

36

Gambar 7. Proses Fermentasi

Gambar 8. Proses produksi bioetanol

Page 37: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

37

Gambar 9. Bioetanol

Aspek Finansial

A. Analisis Kelayakan Finansial

Preferensi masyarakat akan berkembang seiring dengan waktu, mengingat

bahwa naiknya harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dikalangan masyarakat dan

berkaitan erat dengan dampak yang akan ditimbulkan, yakni ikut naiknya harga

bahan makanan, biaya transportasi, harga jasa, dan lain sebagainya.

Minyak merupakan salah satu sumber alam yang sangat dibutuhkan

terutama untuk kebutuhan sehari–hari sebagai sumber energi mesin, kendaraan,

atau penerangan. Akan tetapi, produksi bahan bakar minyak tidak sebanding

dengan konsumsinya atau sumber minyak terbarukan terbatas.

Ketidakseimbangan produksi dan konsumsi bahan bakar minyak ini tidak dapat

terus dibiarkan. Sehingga perlu dicari sumber bahan bakar selain minyak bumi,

salah satu alternatifnya adalah bioetanol.

Bioetanol bisa diproduksi dari tanaman nipah. Nipah sangat mudah

dikembangkan mengingat berlimpahnya bahan baku yang didapat dari tumbuhan

nipah liar di sepanjang pesisir pantai daerah pasang surut, masa panen yang

panjang dari tanaman nipah juga sangat menguntungkan bagi usaha produksi

bioetanol dengan bahan baku nira nipah ini yakni sekitar 6 sampai 8 minggu

untuk satu pohon nipah dengan masa perlakuan 9-15 hari dan dapat menghasilkan

0,5-1,2 liter nira perharinya untuk satu pohon.

Page 38: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

38

Analisis kelayakan finansial usaha bioetanol dari nira nipah ini

menggunakan beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut:

1. Periode analisis usaha adalah 5 tahun .

2. Usaha dimulai pada Juni 2015 (tahun nol) dan berakhir pada Desember

2021.

3. Investasi dimulai pada tahun ke-0 (2015) dan industri mulai berproduksi

pada tahun ke-1 (2016).

4. Hari kerja dalam 1 tahun adalah 300 hari (25 hari dalam 1 bulan)

5. Target produksi sebesar 45 liter bahan baku/hari dan menghasilkan 3,8

liter produk bioetanol

6. Bahan baku yang digunakan adalah nira nipah yang dibeli dari petani

dengan harga Rp. 1.000,- /liter.

7. Harga jual bioetanol dari nira nipah sebesar Rp. 38.910,- /liter dengan

presentase kenaikan 7% setiap tahun (mengikuti kenaikan biaya variable).

8. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga pinjaman rata-rata

bank yaitu sebesar 7%.

9. Nilai sisa dihitung dengan asumsi pada akhir periode usaha nilai sisanya

sebesar 10% dari nilai belinya.

10. Kenaikan biaya variable berdasar pada tingkat inflasi rata-rata sebesar 7%.

B. Modal Kerja

Page 39: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

39

Usaha bioetanol dari bahan baku nira nipah di Desa Pantai Harapan,

Kecamatan Bumi Makmur, Kabupaten Tanah Laut dan dikelola oleh pemilik

secara langsung serta dibantu oleh 1 orang karyawan yang berasal dari daerah

sekitar pabrik. Karyawan bertanggung jawab atas kegiatan produksi harian yang

dilakukan dipabrik sehingga diperlukan deskripsi pekerjaan yang jelas untuk

karyawan. Modal kerja dalam usaha produksi bioetanol dari nira nipah ini terdiri

dari biaya investasi, dan biaya operasional (biaya tetap dan biaya variable)

C. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dapat digunakan dalam waktu yang

relatif lama (lebih dari satu tahun). Biaya investasi dikeluarkan dari persiapan

proyek sampai dengan kegiatan operasional perusahaan dimulai.

Biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha produksi bioetanol dari nira

nipah ditingkat petani ini meliputi pembelian pengaduk, pompa air, alkoholmeter,

pemanas (kompor gas dan regulator), destilator, jerigen, tabung gas, drum plastik,

gayung dan corong. Masing–masing alat hanya terdiri dari 1 unit, kecuali drum

plastik dan pengaduk yang terdiri dari 3 unit, hal itu terjadi karena drum plastik

dan pengaduk digunakan untuk proses fermentasi yang memakan waktu sampai 3

hari. Komponen-komponen biaya investasi beserta harganya disajikan pada

Tabel 4.

Tabel 4. Komponen Biaya Investasi dan HarganyaJenis Jumlah (unit) Harga Satuan (Rp) Total (Rp)

Pengaduk 3 80.000 240.000Pompa air 1 245.000 245.000Alkoholmeter 1 60.000 60.000Pemanas (kompor+regulator) 1 133.000 133.000Destilator 1 1.700.000 1.700.000Jerigen 1 15.000 15.000Tabung gas 1 125.000 125.000

Page 40: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

40

Drum plastik 3 80.000 240.0005.000

Gayung 1 5.000Corong 1 2.000 2.000

Jumlah 2.765.000

Jumlah investasi pada tahun ke-0 (nol) yang diperlukan untuk memulai

usaha produksi bioetanol dari nira nipah ditingkat petani adalah sebesar

Rp. 2.765.000,-. Sumber dana yang digunakan untuk menjalankan usaha ini

seluruhnya dari modal sendiri. Investasi dimulai dari tahun ke-0 untuk

menyiapkan peralatan–peralatan yang dibutuhkan untuk memulai usaha produksi

bioetanol dari nira nipah. Pada tahun ke-3 usaha produksi bioetanol dari nira

nipah di tingkat petani akan mengeluarkan biaya untuk penggantian peralatan

yang umur ekonomisnya 3 tahun, yaitu yang terdiri dari pengaduk, alkoholmeter,

jerigen, drum plastik, gayung dan corong. Hal tersebut dilakukan karena alat-alat

tersebut hanya mampu bertahan selama 3 tahun.

D. Biaya Produksi

Biaya produksi atau biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk

proses produksi dalam menghasilkan etanol. Biaya produksi terdiri dari biaya

tetap dan biaya tidak tetap.

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan komponen biaya yang dikeluarkan setiap

tahunnya sama dan tidak tergantung dengan jumlah hasil produksi yang

dihasilkan. Biaya tetap terdiri dari biaya pemeliharaan.

Total biaya tetap usaha produksi bioetanol dari nira nipah di tingkat

petani pertahun adalah sebesar Rp. 250.000,-. Dalam komponen biaya tetap

terdiri dari biaya pemeliharaan. Komponen biaya tetap disajikan pada Tabel 5.

Page 41: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

41

Tabel 5. Komponen Biaya TetapJenis Jumlah (unit) Biaya Pertahun (Rp)

Biaya Pemeliharaan   250.000 Jumlah 250.000

Biaya pemeliharaan dikeluarkan untuk pemeliharaan alat apabila terjadi

kerusakan. Adapun biaya pemeliharaan yang dikeluarkan yaitu sebesar

Rp. 250.000,-.

2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Biaya tidak tetap merupakan biaya yang diperlukan untuk membiayai

proses produksi. Besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk membiayai

proses produksi, tergantung pada besar kecilnya jumlah produksi. Adapun

biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya berbeda karena tergantung dengan

jumlah produk yang dihasilkan.

Biaya tidak tetap (variable cost) adalah semua pengeluaran yang

berhubungan langsung dengan operasi pengolahan, seperti pembelian dan

penanganan bahan baku dan bahan pembantu, serta upah pekerja (Salengke,

2012).

Komponen yang termasuk dalam biaya tidak tetap meliputi bahan baku,

bahan bakar, biaya utilitas dan upah pekerja. Bahan baku yang digunakan

untuk usaha produksi bioetanol dari nira nipah ini adalah nira nipah, NPK,

urea, dan ragi. Bahan bakar yang digunakan adalah gas LPG 3 Kg. Nira nipah

diasumsikan didapatkan dengan membeli dari petani nipah dengan harga

Rp. 1.000,- /liter dengan alasan untuk efisiensi waktu kerja dan tenaga kerja.

Produksi bioetanol dalam 1 (satu) bulannya memerlukan bahan baku nira

nipah sebanyak 1.125 liter, NPK sebanyak 937,5 gram, urea sebanyak 750

gram, dan ragi sebanyak 16.500 gram, gas LPG 12 Kg dan 95 botol produk.

Page 42: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

42

Komponen biaya tidak tetap dapat dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan

akumulasi biaya tidak tetap dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5 disajikan pada

Tabel 6.

Tabel 6. Biaya Tidak Tetap (Variable cost)Biaya variabel Total (Rp)

Tahun 1 41.994.600Tahun 2 44.934.222Tahun 3 48.079.618Tahun 4 51.445.191Tahun 5 55.046.354

Dari tabel dapat dilihat bahwa biaya tidak tetap setiap tahunnya

mengalami peningkatan dan pada tahun ke-1 sampai ke-5 jumlah produksinya

yaitu sebanyak 1140 liter (100%). Dengan produksi bioetanol dari awal

sebanyak 100% maka hal tersebut dapat mempengaruhi pendapatan yang akan

diperoleh, dengan semakin banyak produk yang dihasilkan maka akan

semakin cepat pula usaha tersebut bisa mendapatkan keuntungan dan

mencapai titik impas (balik modal). Peningkatan biaya tidak tetap juga

disebabkan karena kenaikan harga bahan baku, bahan pendukung, bahan

penunjang dan upah tenaga kerja. Kenaikan biaya tidak tetap diasumsikan 7%

setiap tahunnya. Perincian kenaikan harga bahan baku atau biaya tidak tetap

terangkum pada Lampiran 3. Harga bahan baku disesuaikan dengan harga

bahan baku yang ada di pasaran saat ini.

E. Pendapatan

Pendapatan adalah merupakan penghasilan dari penjualan produk, barang

dagangan, jasa dan perolehan dari setiap transaksi yang terjadi. Agar pendapatan

yang akan diterima dari hasil penjualan bioetanol dari nira nipah dapat dihitung,

Page 43: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

43

maka perlu terlebih dahulu ditentukan harga jual produk dan estimasi produk yang

terjual.

Harga jual produk didapatkan dengan menggunakan cara metode full

costing dan harga jual produk juga dapat menutupi seluruh biaya produksi

bioetanol yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut. Untuk harga jual

produk disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Harga Jual Produk

Dari tabel di atas dapat dilihat harga bioetanol dari nira nipah mengalami

peningkatan, dari tahun pertama hingga tahun ke-5. Hal tersebut terjadi karena

biaya variable setiap tahunnya mengalami kenaikan sebesar 7% dan hal tersebut

dapat mempengaruhi meningkatnya biaya produksi atau biaya operasional dan

bahan baku pembuatan bioetanol dari nira nipah. Pada tahun ke-1 estimasi jumlah

produk yang terjual yaitu adalah sebanyak 100% atau 1140 liter bioetanol dan

untuk tahun ke-2 sampai ke-5 estimasi jumlah produk yang terjual yaitu adalah

sebanyak 100% atau 1140 liter.

Pendapatan (benefit) yang diperoleh setiap tahun mengalami peningkatan.

Pada tahun ke-1 pendapatan yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 44.356.830,-

kemudian pada tahun ke-2 pendapatan yang diperoleh yaitu sebesar

Rp. 47.443.433,- kemudian pada tahun ke-3 pendapatan yang diperoleh yaitu

sebesar Rp. 50.746.098,- kemudian pada tahun ke-4 pendapatan yang diperoleh

yaitu sebesar Rp. 54.279.950,- dan pada tahun ke-5 pendapatan yang diperoleh

Tahun Harga Bioetanol (Rp/liter)1 38.9102 41.6173 44.5144 47.6145 50.931

Page 44: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

44

yaitu sebesar Rp. 58.061.172,-. Untuk Benefit atau pendapatan usaha produksi

bioetanol dari nira nipah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Benefit Atau Pendapatan Usaha Produksi Bioetanol Dari Nira NipahUmur Proyek Jumlah Produksi

(liter)Jumlah Produk

yang Terjual (liter)

Harga Produk (liter)

Benefit (Rp ,00)

Tahun 1 (100%) 1140 1140 38.910 44.356.830Tahun 2 (100%) 1140 1140 41.617 47.443.433Tahun 3 (100%) 1140 1140 44.514 50.746.098Tahun 4 (100%) 1140 1140 47.614 54.279.950Tahun 5 (100 %) 1140 1140 50.931 58.061.172

F. Laba Bersih (Net Benefit)

Laba bersih dapat diperoleh dari seluruh pendapatan dikurangi seluruh

biaya. Jika nilai selisih tersebut adalah positif, maka nilai tersebut sebagai

keuntungan perusahaan, sedangkan   nilai   yang   negatif   menandakan kerugian

perusahaan. Besarnya   laba  bersih   yang  dapat   dicapai   akan menjadi   ukuran

sukses bagi perusahaan.

Laba bersih atau net benefit adalah keuntungan yang diperoleh dari proses

produksi yang diterima dari hasil penjualan produk yang telah dikurangkan

dengan total cost. Usaha produksi bioetanol dari nira nipah pada tahun ke-0 tidak

mendapatkan keuntungan karena pada tahun ke-0 proses produksi belum berjalan.

Pada tahun ke-1 usaha produksi bioetanol dari nira nipah sudah

mendapatkan keuntungan karena pendapatan yang diperoleh lebih besar dari biaya

produksi atau total cost yaitu sebesar Rp. 2.112.230,- pada tahun ke-2 usaha

produksi bioetanol dari nira nipah mendapatkan keuntungan yaitu sebesar

Rp. 2.259.211,- pada tahun ke-3 usaha produksi bioetanol dari nira nipah

mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1.854.481,- pada tahun ke-4 usaha produksi

bioetanol dari nira nipah mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 2.584.760,- dan

Page 45: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

45

pada tahun ke-5 usaha produksi bioetanol dari nira nipah mendapatkan

keuntungan sebesar Rp. 3.041.318,-. Keuntungan pada tahun ke-3 mengalami

penurunan karena pada tahun ke-3 ada beberapa alat yang harus diganti

(pengaduk, alkoholmeter, jerigen, drum plastik, gayung dan corong). Maka dari

itu keuntungan pada tahun ke-3 mengalami penurunan. Untuk lebih rincinya

perhitungan net benefit dapat disajikan pada Lampiran 5.

Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha

Analisis suatu finansial usaha dapat ditinjau dari berbagai hal, salah satunya

melalui kriteria kelayakan investasi. Beberapa kriteria investasi yang umum

dikenal diantaranya analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value), Net Benefit

Cost Ratio (Net B/C Ratio), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of

Return), dan titik pulang pokok (Break Event Point).

Penentuan kelayakan suatu proyek diukur dengan kriteria-kriteria investasi.

Kriteria-kriteria investasi dihitung menggunakan present value yang telah

didiskonkan pada arus benefit dan biaya selama umur proyek tersebut (Salengke,

2012). Perhitungan kriteria investasi didasarkan pada net cash flow, yaitu nilai

yang diperoleh dari penjumlahan laba bersih dengan penyusutan. Nilai ini

merupakan penerimaan riil proyek agar kriteria investasi yang digunakan dapat

dihitung, perlu dilakukan penyusunan laporan rugi laba dan laporan pengeluaran

dan penerimaan kas.

Laporan rugi laba merupakan ringkasan penerimaan dan pembiayaan

perusahaan setiap periode akuntansi dan memberikan suatu gambaran tentang

kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu. Sedangkan laporan penerimaan dan

pengeluaran kas menunjukkan transaksi uang tunai yang berlangsung selama

Page 46: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

46

periode akuntansi tertentu. Selain itu nilai sisa pada akhir periode atau akhir tahun

operasi juga masuk kedalam hasil pendapatan. Nilai sisa ini akan menambah

jumlah penerimaan kas yang diterima pada akhir tahun umur proyek. Hasil

perhitungan analisis kelayakan finansial usaha produksi bioetanol dari nira nipah

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Produksi Bioetanol Dari Nira Nipah

No Kriteria Investasi Hasil Keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp 6.836.456 Layak2 Internal Rate of Return (IRR) 75% Layak3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 3,47 Layak

A. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah nilai hasil analisis yang menghitung perbedaan

antara nilai sekarang dari semua kas masuk (income atau benefit) dengan nilai

sekarang dari semua kas keluar (cost atau expenditure) dari suatu proyek atau

suatu investasi. Dengan kata lain, nilai NPV merupakan total nilai sekarang dari

semua aliran kas yang terjadi selama life cycle suatu proyek atau investasi yang

telah didiskon dengan menggunakan Social Opportunity Cost Of Capital sebagai

diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada

masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Analisis investasi

memungkinkan kita menilai apakah suatu proyek atau peluang investasi layak

dilaksanakan atau tidak (Salengke, 2012).

Untuk menghitung NPV di dalam sebuah gagasan usaha atau proyek,

diperlukan data perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta

perkiraan biaya benefit dari proyek yang direncanakan. Apabila hasil perhitungan

NPV lebih besar dari 0 (nol) dikatakan usaha atau proyek tersebut feasible (layak

Page 47: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

47

untuk dijalankan) untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari 0 (nol) tidak layak

untuk dilaksanakan. Hasil perhitungan net present value sama dengan 0 (nol) ini

berarti proyek tersebut berada dalam keadaan Break Event Point (BEP) dimana

TR = TC dalam bentuk present value (Ibrahim, 2009).

Untuk mencari NPV terlebih dahulu harus diketahui komponen biaya

investasi, biaya tetap, biaya tidak tetap, benefit, net benefit dan discount factor.

Discount factor adalah suatu bilangan untuk menilai nilai uang dalam bentuk

present value (nilai sekarang) (Salengke, 2012). Besar kecilnya jumlah uang di

masa yang akan datang maupun jumlah uang pada saat ini tergantung pada besar

kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan.

Bunga bank yang digunakan untuk menghitung discount factor adalah

bunga deposito. Bunga deposito yang berlaku pada saat ini adalah 7%. Discount

factor dihitung mulai tahun ke-0 sampai tahun ke-5 proyek. Setelah discount

factor didapat baru bisa dihitung present value. Perhitungan present value

merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan SOCC atau biasa

disebut bunga deposito sebagai discount factor. Nilai NPV didapat dari

penjumlahan keseluruhan dari present value, jadi present value dari tahun ke-0

sampai tahun ke-5 ditotalkan semua dan total dari present value tersebut adalah

nilai NPV. Total investasi produksi bioetanol dari nira nipah selama 5 tahun yaitu

sebesar Rp. 3.327.000,- dan setelah dilakukan penghitungan selisih antara

pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan SOCC

sebagai discount factor didapatkan NPV sebesar Rp. 6.836.456,- dan itu artinya

usaha ini akan menerima keuntungan sebesar Rp. 6.836.456,- selama 5 tahun

Page 48: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

48

menurut nilai waktu sekarang. Nilai NPV usaha produksi bioetanol dari nira nipah

ini diatas nol (0) maka itu artinya usaha tersebut layak untuk dijalankan.

B. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate yang

menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV=0). Sebuah bisnis dikatakan layak

apabila IRR lebih besar dari (SOCC) (Nurmalina et al, 2009). Dengan demikian

apabila hasil perhitungan IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost Of Capital

(SOCC) dikatakan proyek atau usaha tersebut layak untuk dijalankan, bila sama

dengan SOCC berarti pulang pokok atau tidak mendapatkan keuntungan dan tidak

juga mendapat kerugian, sedangkan jika dibawah SOCC maka usaha tersebut

tidak layak dijalankan.

Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung nilai NPV 1 dan NPV 2

didapatkan dengan cara coba-coba untuk mendapatkan discount factor yang nilai

NPV negatif (-). Tujuan mencari NPV negatif (-) adalah untuk mengetahui batas

dimana nilai discount factor menunjukkan usaha tersebut tidak layak. Apabila

nilai NPV 1 telah menunjukkan angka positif maka discount factor yang kedua

harus lebih besar dari SOCC dan sebaliknya apabila NPV 1 menunjukkan angka

negatif maka discount factor yang kedua berada dibawah SOCC atau discount

factor.

Dari perhitungan analisis kelayakan finansial usaha produksi bioetanol dari

nira nipah ditingkat petani ini didapat nilai NPV2 adalah -Rp. 13.393,- dengan

discount factor atau tingkat suku bunga 75%. Setelah didapat nilai NPV1 dan

NPV2 maka discount factor untuk NPV1 dan NPV2 diketahui nilai IRR dari

perhitungan analisis finansial usaha produksi bioetanol dari nira nipah ini adalah

Page 49: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

49

sebesar 75%. Nilai IRR ini lebih besar dari SOCC yaitu sebesar 7% yang artinya

proyek atau usaha tersebut layak untuk dijalankan dari pada dengan dananya

disimpan di bank yang hanya mendapatkan return sebesar 7% setiap tahunnya.

Tetapi jika dana tersebut diinvestasikan untuk usaha produksi bioetanol dari nira

nipah maka akan mendapatkan keuntungan (return) sebesar 75%.

C. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah

didiscount positif (+) dengan net benefit yang telah didiscount negatif (-). Dalam

kaitannya dengan usaha, Benefit-cost ratio dapat dikatakan sebagai rasio

perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan

dalam usaha. Jika rasio menunjukan hasil nol maka dapat dikatakan bahwa usaha

tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian juga jika rasio menunjukkan

angka kurang dari 1 maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan

dari kegiatan yang dilaksanakan.

Perhitungan Net B/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan

total dan biaya total, yang menunjukkan nilai penerimaan yang diperoleh dari

setiap rupiah yang dikeluarkan. Proyek ini dinyatakan layak apabila ratio B/C ≥ 1

(Surahman et al, 2007). Benefit atau pendapatan yang diperoleh dari usaha

produksi bioetanol ini adalah sebesar Rp. 9.601.456,- dan untuk biaya cost atau

pengeluaran yaitu sebesar Rp. 2.765.000,- sehingga didapat nilai Net Benefit Cost

Ratio dari perhitungan perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran usaha

produksi bioetanol dari nira nipah yaitu ialah sebesar 3,47 yang artinya setiap

Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memberikan atau menghasilkan keuntungan

sebesar Rp. 3,47,-. Dengan nilai Net Benefit Cost Ratio yang lebih dari 1 maka itu

Page 50: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

50

artinya usaha produksi bioetanol dari nira nipah ditingkat petani layak untuk

dijalankan.

D. Break Even Point (BEP)

Break even point adalah suatu titik pulang pokok dimana total revenue =

total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya titik

peluang pokok atau TR=TC tergantung pada lama arus penerimaan sebuah

proyek. Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu

merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha

maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik

impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang

dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan

dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan.

Semakin besar keuntungan yang diterima, maka akan semakin cepat pula

waktu untuk pengembalian biayanya. Pada perhitungan analisis kelayakan

finansial usaha produksi bioetanol dari nira nipah dihitung nilai BEP nya per

tahun karena biaya tidak tetap (variabel cost) yang setiap tahunnya berbeda dan

juga harga jual yang setiap tahunnya tidak sama atau berbeda sehingga BEP nya

harus dihitung per tahun.

Jumlah produk yang dihasilkan yaitu pada tahun ke-1 (100%) sampai ke-5

(100%). Volume penjualan pada tahun ke-1 yaitu sebanyak 121 liter dan nilai

penjualannya sebesar Rp. 4.694.381,-. Pada tahun ke-2 volume penjualan untuk

mencapai titik impas turun menjadi 114 liter dan nilai penjualannya sebesar

Rp. 4.726.927,-. Pada tahun ke-3 volume penjualan turun menjadi 107 liter dan

nilai penjualannya sebesar Rp. 4.757.778,-. Pada tahun ke-4 volume penjualan

Page 51: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

51

turun menjadi 101 liter dan nilai penjualannya sebesar Rp. 4.786.998,-. Pada

tahun ke-5 volume penjualan turun menjadi 95 liter dan nilai penjualannya

sebesar Rp. 4.814.650,-. Untuk lebih jelasnya perhitungan BEP disajikan pada

Tabel 10.

Tabel 10. BEP pada tahun ke-1 sampai tahun ke-5Titik Impas Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Volume (Liter) 121 114 107 101 95

Nilai Penjualan (Rp) 4.694.381 4.726.927 4.757.778 4.786.998 4.814.650

Dengan naiknya nilai penjualan secara tidak signifikan (Rp) pada tahun ke-

1 sampai tahun ke-5 dan turunnya volume penjualan yang signifikan yaitu

dipengaruhi oleh harga penjualan dari produk bioetanol. Untuk lebih jelasnya

disajikan pada Lampiran 9.

KESIMPULAN

Page 52: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

52

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk

dijalankan ditingkat petani. Dengan kriteria layak berdasarkan nilai :

1. NPV diatas nol (Rp. 6.836.456)

2. IRR (75%) lebih besar dari SOCC (7%)

3. Net B/C ratio lebih besar dari 1 (3,47)

4. Nilai titik impas (BEP) pada tahun ke-1 yaitu sebanyak 121 liter, pada tahun

ke-2 sebanyak 114 liter, pada tahun ke-3 sebanyak 107 liter, pada tahun ke-4

sebanyak 101 liter, dan pada tahun ke-5 sebanyak 95 liter.

DAFTAR PUSTAKA

Page 53: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

53

Alrasyid, H. 2001. Pedoman Pengelolaan Hutan Nipah (Nypa fruticans) Secara Lestari. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogar. [http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6126/UNTUK%20REPOSITORY%20SKRIPSI%20ROSDIANA%20NATSIR%20L11108307%20ILMU%20KELAUTAN.pdf?sequence=1]. Diakses tanggal 17 April 2015

Ardana, K.B., Pramudya, M.H., Tambunan, A.H. 2008. Pengembangan tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) mendukung kawasan mandiri energi di Nusa Penida, Bali . Jurnal Littri 14 (4) : 155-161. [http://www.jurnal - agritech.tp.ugm.ac.id/ojs/index.php/agritech/article/viewFile/398/505]. Diakses tanggal 9 Maret Maret 2015

Baharudin., Taskirawati. 2009. Hasil Hutan bukan Kayu. Buku Ajar Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makasar. [http://download.portalgaruda.org/article.php?article=264965&val=6451&title=Fermentasi%20Nira%20Nipah%20Skala%2050%20Liter%20Menjadi%20Bioetanol%20Menggunakan%20Saccharomyces%20Cerevisiae]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Bailey., James, E., David, F., Ollis. 1986. Biochemical Engineering Fundamentals, 2nd edition, McGraw-Hill Book Co., Singapore. [http://core.ac.uk/download/pdf/11713652.pdf]. Diakses pada tanggal 22 Juni 2015.

BP-Energi Nasional 2010-2025. 2008. www.esdm.go.id

Dahlan., Muhammad, H., Sari., Dewi, D., Ismadyar. 2009. Pemekatan Nira Nipah Menggunakan Membran Selulosa Asetat. Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya : Palembang. [http://download.portalgaruda.org/article.php?article=129538&val=2281]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

[Ditjendbun]. 2006. Daftar komoditi binaan direktorat jendral perkebunanberdasarkan keputusan menteri pertanian nomor 511/KPTS/PD 310/9/2006. [http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6126/UNTUK%20REPOSITORY%20SKRIPSI%20ROSDIANA%20NATSIR%20L11108307%20ILMU%20KELAUTAN.pdf?sequence=1]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. PT Rineka Cipta : Jakarta.

Idham, A., Lestari, T., Adriani, D. 2010. Analisis finansial sistem usaha tani terpadu (integrated farming system) berbasis ternak sapi di kabupaten

Page 54: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

54

oganilir. Jurnal Pembangunan Manusia 6 .http://balitbangdasumsel.net/ data/download/ 20100414125413.pdf . [3 April 2011]. [http://www.jurna - lagritech.tp.ugm.ac.id/ojs/index.php/agritech/article/viewFile/398/505]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Kadariah, K. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.

Kasmir., Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 2. Kencana, Jakarta. [http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artikel_10205041.pdf]. Diakses pada tanggal 6 April 2015.

Khairani, R. 2007. Tanaman jagung sebagai bahan bio-fuel. http://www.macklintmip-unpad.net/Bio-fuel/Jagung/Pati.pdf. diakses tanggal 25 Maret 2009. [http://www.pustekolah.org/data_content/attachment/NEW-PROSPEK_BIOETANOL_SEBAGAI_PENGGANTI_MINYAK_TANAH.pdf]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Kitamura, S., Anwar, C., Chaniago, A., Baba, S. 1997. Handbook of mangroves in Indonesia : Bali and Lombok. Ministry of Indonesia and JICA,Jakarta. [http://forda-mof.org/files/02.Heriyanto-Potensi_dan_Sebaran_Nipah_.pdf]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Kotler, P., Amstrong, G. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi 9. Alih Bahasa; Alexander Sindoro. PT Indeks, Jakarta. [http://mfile.narotama.ac.id/files/Umum/JURNAL%20IPB/ANALISIS%20KELAYAKAN%20PENGEMBANGAN%20USAHA%20RANSEL%20LAPTOP%20DI%20UMKM%20YOGI%20TAS%20DESA%20LALADON%20KECAMATAN%20CIOMAS%20KABUPATEN%20BOGOR.pdf]. Diakses pada tanggal 6 April 2015.

Kusuma, P.T.W.W., Hidayat, D.D., Indrianti, N. 2012. Analisis kelayakan finansial pengembangan usaha kecil menengah (UKM) nata de coco di Sumedang, Jawa Barat. Jurnal Teknotan 6: 670-676. [http://www.jurnal-agritech.tp.ugm.ac.id/ojs/index.php/agritech/article/viewFile/398/505]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Nurmalina, R., Sarianti, T., Karyadi, A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis.Bogor: Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. [http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCc

Page 55: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

55

QFjAB&url=http%3A%2F%2Fjournal.ipb.ac.id%2Findex.php%2Ffagb%2Farticle%2Fdownload%2F8895%2F6965&ei=R0YpVaX3JYK2uASt5oCYAQ&usg=AFQjCNGhRXgDb194KgeX0CSzXGbnz8SZrA&sig2=Ju3GQWhudfGE5YXpVJ53w&bvm=bv.90491159,d.c2E]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Peters, M.S., Timmerhause, K.D. 1991. Plant Design and Economics for Chemical Engineers, Fourth edition. Mc Graw-Hill Inc, New York.

Prihandana, R.K., Noerwijari., Adinuraini, P.G., Setyianingsih, D., Setiadi, S., Hendroko, R. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan bakar Masa Depan, Agromedia, Jakarta. [http://download.portalgaruda.org/article.php?article=264965&val=6451&title=Fermentasi%20Nira%20Nipah%20Skala%2050%20Liter%20Menjadi%20Bioetanol%20Menggunakan%20Saccharomyces%20Cerevisiae]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015

Pujawan, I.N. 2004. Ekonomi Teknik. Penerbit Guna Widya, Surabaya. [http://www.jurnal-agritech.tp.ugm.ac.id/ojs/index.php/agritech/article/viewFile/398/505]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Riyadi, A. 2010. Nipah Membawa Berkah. http://jurnalenergi.com/news/55-nipah-membawa -berkah. [http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6126/UNTUK%20REPOSITORY%20SKRIPSI%20ROSDIANA%20NATSIR%20L11108307%20ILMU%20KELAUTAN.pdf?sequence=1]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Salengke. 2012. Engineering Economy: Techniques For Project and Business Feasibility Analysis. Cetakan Pertama. Identitas Unhas . Makassar.

Smith, D. 2006. Nypa Palm: Etanol Super-Crop? Biofuel Review. Singapore. 15 Juni 2006. [http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6126/UNTUK%20REPOSITORY%20SKRIPSI%20ROSDIANA%20NATSIR%20L11108307%20ILMU%20KELAUTAN.pdf?sequence=1]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Surahman, D.N., Astro, H.M., Priyatna, H. 2007. Business Plan: Kajian Bisnis Agroindustri, Studi Kasus Usaha Kecil Menengah Nanas. LIPI Press, Jakarta. [http://www.jurnal-agritech.tp.ugm.ac.id/ojs/index.php/agritech/article/viewFile/398/505]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Surendro, H. 2006. ”Biofuel”, DJLPE , Jakarta. [http://www.pustekolah.org/data_content/attachment/NEW-PROSPEK_BIOETANOL_SEBAGAI_PENGGANTI_MINYAK_TANAH.pdf]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Page 56: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

56

Tamunaidu., Pramila., Kakihira, T., Miyasaka, H., Saka, S. 2011. “Prospect Of Nipa Sap For Bioethanol Production.” In Ed. Takeshi Yao. Springer Japan, P. 159–164. [http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:WT5xDy1vdRsJ:jom.unri.ac.id/index.php/JOMFTEKNIK/article/download/4080/3973+&cd=4&hl=en&ct=clnk&gl=id]. Diakses pada tanggal 12 Juni 2015.

Molindo Industrial. 2010. IPO Update Molindo Raya Industrial. Mega Capital Indonesia [http://repository.unri. ac.id/xmlui/bitstream/ handle/ 123456789/2632/JURNAL.pdf?sequence=1]. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015.

Umar, H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [http://jurnalonline.itenas.ac.id/index.php/rekaintegra/article/viewFile/226/510]. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Vernandos, A., Huda, N. 2008. Fermentasi Nira Nipah Menjadi Etanol menggunakan Saccharomyces Cerevceae. Universitas Riau : Pekanbaru. [http://download.portalgaruda.org/article.php?article=129538&val=2281]. Diakses tangal 17 April 2015.

Page 57: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

57

LAMPIRAN

Lampiran 1. Biaya Investasi

No Nama Unit Jumlah Unit Harga Satuan Total

1 Pengaduk 3 Rp80.000 Rp240.000

Page 58: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

58

2 Pompa Air 1 Rp245.000 Rp245.0003 alkoholmeter 1 Rp60.000 Rp60.000

4Pemanas (kompor) + regulator 1 Rp133.000 Rp133.000

5 Destilator 1 Rp1.700.000 Rp1.700.0006 Jerigen 1 Rp15.000 Rp15.0007 Tabung Gas 1 Rp125.000 Rp125.0008 Drum plastik 3 Rp80.000 Rp240.0009 Gayung 1 Rp5.000 Rp5.000

10 Corong 1 Rp2.000 Rp2.000  Jumlah Investasi     Rp 2.765.000

Lampiran 2. Biaya Tetap

No Nama Unit Jumlah/Tahun Total1 Biaya Pemeliharaan Rp250.000 Rp250.000

Lampiran 3. Biaya Tidak Tetap

No Nama Unit Jumlah/Bulan   Harga Satuan   Total1 Nira Nipah 1125 liter Rp 1.000 Per liter Rp 1.125.0002 NPK 937.5 gram Rp 1,6 Per gram Rp 1.5003 Urea 750 gram Rp 1,4 Per gram Rp 1.0504 Ragi 16500 gram Rp 70 Per gram Rp 1.155.0005 Botol Produk 95 botol Rp 1.000 Per botol Rp 95.0006 Listrik 1   Rp 150.000  - Rp 150.0007 Gas elpiji 12 Kg Rp 6.000 Per Kg Rp 72.0008 Upah Pegawai 1 orang 900.000 Per bulan Rp 900.000

Biaya Produksi/Bulan         Rp 3.499.550Biaya Produksi/Tahun 12     Tahun 1 Rp 41.994.600

Tahun 2 Rp 44.934.222Tahun 3 Rp 48.079.618Tahun 4 Rp 51.445.191Tahun 5 Rp 55.046.354

Lampiran 4. Kenaikan Harga Bahan Baku Setiap Tahun

Biaya variabel Kenaikan harga setiap tahun Pertahun Per produkTahun 1 0% Rp 41.994.600 Rp 36.837 Tahun 2 7% Rp 44.934.222 Rp 39.416

Page 59: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

59

Tahun 3 7% Rp 48.079.618 Rp 42.175 Tahun 4 7% Rp 51.445.191 Rp 45.127 Tahun 5 7% Rp 55.046.354 Rp 48.286

Lampiran 5. Nilai Perhitungan Net Benefit

Umur Ekonomis (tahun)

Investasi Biaya Operasi Total Cost Scrap Value Benefit Total Benefit Net Benefit

0Rp2.765.000 Rp 0 Rp2.765.000   Rp0 Rp0 - Rp2.765.000

1   Rp42.244.600 Rp42.244.600   Rp44.356.830 Rp44.356.830 Rp2.112.2302   Rp45.184.222 Rp45.184.222   Rp47.443.433 Rp47.443.433 Rp2.259.2113 Rp562,000 Rp48.329.618 Rp48.891.618   Rp50.746.098 Rp50.746.098 Rp1.854.4814   Rp51.695.191 Rp51.695.191   Rp54.279.950 Rp54.279.950 Rp2.584.760

5   Rp55.296.354 Rp55.296.354Rp276.500 Rp58.061.172 Rp58.337.672 Rp3.041.318

Lampiran 6. Nilai Perhitungan NPV

DF 7% (suku bunga BRI per Januari) PV DF 75% PV1,00 -Rp2.765.000 1,00 -Rp2.765.0000,93 Rp1.974.047 0,57 Rp1.206.9890,87 Rp1.973.282 0,33 Rp737.7020,82 Rp1.513.809 0,19 Rp346.0260,76 Rp1.971.901 0,11 Rp275.5930,71 Rp2.168.417 0,06 Rp185.298NPV1 Rp 6.836.456 NPV2 -Rp 13.393

Lampiran 7. Nilai Perhitungan IRR

i1 (%) i2 (%) NPV1 NPV2 IRR IRR (%)7 75 Rp 6.836.456 Rp (13.393,06) 0,748670441 75

Lampiran 8. Nilai Perhitungan B/C ratio

b c b/c (Rp) Rp 9.601.456 Rp 2.765.000 3,47

Lampiran 9. Nilai Perhitungan BEP

Keterangan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5Biaya Tetap (Rp) Rp 250.000 Rp 250.000 Rp 250.000 Rp 250.000 Rp 250.000

Page 60: Draft Skripsi Fixxx TERAKHIR 2

60

Biaya Variabel (Rp) Rp 41.994.600 Rp 44.934.222 Rp 48.079.618 Rp 51.445.191 Rp 55.046.354 Biaya Variabel/Produk (Rp) Rp 36.837 Rp 39.416 Rp 42.175 Rp 45.127 Rp 48.286 Harga Jual (Rp) Rp 38.910 Rp 41.617 Rp 44.514 Rp 47.614 Rp 50.931Jumlah Produksi (liter) 1140 1140 1140 1140 1140Titik Impas a. Volume penjualan (liter) 121 114 107 101 95b. Nilai penjualan (Rp) Rp 4.694.381 Rp 4.726.927 Rp 4.757.778 Rp 4.786.998 Rp 4.814.650