ab 1 one 1 ha ( gaharu kakao ) fixxx

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pengelolaan sumberdaya alam hutan di Indonesia tidaklah terletak pada suatu sisi pandang saja, tetapi justru saling terkait mulai dari sektor hulu yaitu eksploitasi hutan baik secara Illegal maupun “Legal” = pemberian ijin berdasarkan kepentingan ekonomi semata yang berdampak rusaknya Nilai Ekologi yang berdampak sistemik terhadap Alam dan Manusia. Permasalahan penataan ruang dan kawasan yang masih tumpang tindih, adanya kesenjangan sosial ekonomi masyarakat sekitar atau dalam hutan, sampai ke hilir berupa akses pasar produk-produk sektor kehutanan. Keterkaitan antara sektor dan tahapan pengelolaan sumberdaya hutan menjadi suatu dasar bagi kebijakan strategis dan tidak bersifat parsial dalam pemecahan masalah pengelolaan sumber daya hutan. Beberapa penelitian dan pengalaman empiris telah 1

Upload: muhammad-warqah-hamzah

Post on 03-Jul-2015

232 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan pengelolaan sumberdaya alam hutan di Indonesia tidaklah

terletak pada suatu sisi pandang saja, tetapi justru saling terkait mulai dari sektor

hulu yaitu eksploitasi hutan baik secara Illegal maupun “Legal” = pemberian ijin

berdasarkan kepentingan ekonomi semata yang berdampak rusaknya Nilai

Ekologi yang berdampak sistemik terhadap Alam dan Manusia. Permasalahan

penataan ruang dan kawasan yang masih tumpang tindih, adanya kesenjangan

sosial ekonomi masyarakat sekitar atau dalam hutan, sampai ke hilir berupa

akses pasar produk-produk sektor kehutanan. Keterkaitan antara sektor dan

tahapan pengelolaan sumberdaya hutan menjadi suatu dasar bagi kebijakan

strategis dan tidak bersifat parsial dalam pemecahan masalah pengelolaan

sumber daya hutan.

Beberapa penelitian dan pengalaman empiris telah menunjukkan bahwa

hutan dan kehutanan di Indonesia sangatlah terkait dengan kemiskinan. Temuan

Center for Economic and Social Studies (CESS, 2005) dari hasil pengolahan

data Podes (Potensi Desa, 2003: letak desa terhadap hutan),  data BKKBN

(2003: jumlah KK miskin) dan data SUSENAS (2002: jumlah KK miskin),

memperlihatkan bahwa persentase rumah tangga miskin per desa yang terletak

di dalam dan sekitar hutan, ternyata lebih besar angkanya dibandingkan dengan

1

rumah tangga miskin yang tinggal di desa luar hutan. 

Sekitar 20 juta orang lagi tinggal di desa-desa dekat hutan dimana enam

juta orang diantaranya memperoleh sebagian besar penghidupannya dari hutan

(CIFOR 2004).  Jika dikaitkan dengan jumlah keseluruhan penduduk miskin

Indonesia yang tinggal di pedesaan (14,6 juta penduduk pada tahun 2004), maka

jumlah kaum miskin yang tinggal di lingkungan hutan adalah hampir mencapai

sepertiga dari keseluruhan kaum miskin di Indonesia.

Adapun penyebab utama angka kemiskinan pada masyarakat disekitar

hutan yang tinggi adalah: Laju pertumbuhan penduduk disekitar kawasan hutan

yang tinggi  tidak diiringi dengan alternatif sumber mata pencarian dan

keterampilan teknis yang memadai. Masyarakat disekitar hutan rata-rata memiliki

mata pencaharian dengan mengelola sumber daya alam yang dimiliki/dikuasai.

Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi memunculkan konsekuensi kebutuhan

akan lahan perkebunan yang tinggi. Kondisi ini dapat dipenuhi ketika masih

banyak lahan terlantar yang belum dikelola, namun kondisi akan berbeda jika

lahan yang belum dikelola tersebut terbatas. Kondisi ini memaksa masyarakat

untuk membuka lahan untuk kebun mereka didalam kawasan hutan.

2

B. Ide Penanggulangannya

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu adanya Ide Proyek Sosial

Ekonomi dalam menanggulangi masalah kehutanan Indonesia yang dalam

keterpurukan ialah “One Man One Hectare”. One Man One Hectare adalah

Pemberian lahan 1 Hektar kepada 1 Kepala Keluarga yang berada disekitar atau

dalam hutan untuk dikelola secara lestari. Sehingga masyarakat sekitar hutan

berperan aktif dalam menjaga, melestarikan dan memanfaatkan hasil hutan yang

dikelolanya.

C. Tujuan Proyek

Adapun tujuan proyek kebijakan sosial ekonomi “One Man One Hectare”

ini adalah untuk mengurangi perambahan, Illegal logging dan mensejahterakan

masyarakat sekitar/dalam hutan yang selama ini termarginalkan. Adapun tujuan

ekologisnya mampu menciptakan pabrik-pabrik oksigen yang

berkesinambungan.

3

BAB II

SUMBER SEKUNDER ANALISA PROYEK

Deskripsi Gaharu

Gaharu merupakan substansi aromatik berupa gumpalan yang terdapat diantara sel kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian dari pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami maupun budidaya dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami maupun buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp.Menurut SNI 01-5009.1-1999 gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna khusus, dengan memiliki damar wangi alami yang berasal dari pohon atau bagian dari pohon yang tumbuh secara alami dan mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang baik melalui alam atau produk pada suatu birch, yang pada umumnya terjadi di Aquilaria sp. pohon ( nama daerah : Karas, Alim, Garu, Bokhor, Garu dan lain-lain).

Pohon Penghasil GaharuPohon penghasil gaharu (Aquilaria sp) adalah spesies asli Indonesia, beberapa spesies gaharu komersial yang sudah mulai dibudidayakan adalah : Aquilaria malaccensis, A.microcarpa, A.beccariana,A.hirata, A.Filaria, dan Grynops verteggi, serta A.cresna asal Kamboja.

Kegunaan GaharuGaharu merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat dinegara-negara timur tengah yang digunakan sebagai dupa untuk ritual keagamaan. Gaharu juga merupakan bahan baku yang sangat mahal dan terkenal untuk industri kosmetik seperti parfum, sabun, lotions, pembersih muka, serta obat-obatan seperti obat hepatitis, liver, alergi, obat batuk, penenang sakit perut, rhematik, malaria, asma, TBC, kanker, tonikum, dan Aroma terapi.

Prospek ekonomi gaharuDalam perdagangan,gaharu dikenal dengan agarwood/eaglewood. Rata-rata kuota yang dimiliki Indonesia sekitar 300 Ton/Tahun. Kuota ini diperoleh dari pembagian permintaan pasar oleh negara-negara produsen gaharu, tetapi pada saat ini produksi kayu gaharu Indonesia baru 10% terpenuhi atau sekitar 30 Ton/Tahun sehingga masih sangat jauh dari kuota ekspor. Kondisi ini sangat berdampak terhadap harga jual gaharu yang sanagat ini berkisar Rp.10.000,- sampai dengan 40 Juta/Kg tergantung kwalitasnya, bahkan diluar negeri bisa mencapai $10.000, harga disamping itu juga ditentukan oleh faktor manfaat gaharu yang sangat banyak.(Benny Satria,UNAND 2007).

Gaharu dipasaran di kelompokkan kedalam beberapa kelas :-Gaharu DOUBLE SUPER 30 -40 Juta/Kg-Gaharu SUPER TANGGUNG 15-30 Juta/Kg-Gaharu AB 5 Juta-15jt/Kg-Kemedangan 2-10 Juta/Kg-Gaharu TERI 1-2 Juta/Kg-Abu/Bubuk Gaharu Rp 20.000-40.000,-/Kg

4

Persyaratan Tumbuh

Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, pohon penghasil gaharu perlu ditanam pada kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya di alam. Tempat tumbuh yang cocok untuk tanaman penghasil gaharu adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit sampai ketinggian 750 meter di atas permukaan laut .Jenis Aquilaria sp tumbuh sangat baik pada tanah-tanah liat (misalnya podsolik merah kuning), tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan kelembaban sekitar 80%. Suhu udara antara 22-28 derajat celcius dengan curah hujan berkisar antara 2.000 s/d 4.000 mm/tahun. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah: (1) lahan yang tergenang secara permanent, (2) tanah rawa, (3) lahan dangkal (yang mempunyai kedalaman kurang dari 50 cm), (4) pasir kuarsa, (5) lahan yang mempunyai pH kurang dari 4,0. PenanamanPenanaman bibit penghasil gaharu dapat dilakukan secara agroforesty (tumpangsari) dengan tanaman jagung, singkong, pisang atau ditanam di sela-sela tanaman pokok yang telah tumbuh terlebih dahulu, seperti karet, akasia, sengon, kelapa sawit, dan lain-lain. Pada tahap awal pertumbuhan di lapangan bibit penghasil gaharu memerlukan naungan. Dengan mengatur jarak tanam yang tepat, maka tanaman penghasil gaharu tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.Apabila tanaman penghasil gaharu akan ditanam pada hamparan lahan yang luas dan masih kosong, maka jarak tanam dapat dibuat 3 m x 5 m, 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m. Waktu penanaman diusahakan pada musim hujan agar bibit mendapatkan air yang cukup pada awal pertumbuhannya. Media tanam dapat berupa tanah dan kompos. Pada setiap lubang tanam dianjurkan untuk diberikan pupuk kompos minimum 1 kg setiap lubang. Pada tahap ini perlu perhatian mengenai pencegahan gangguan hama dan penyakit terutama pada akar.

PemeliharaanTanaman penghasil gaharu pada umur 1-3 tahun perlu dipelihara secara intensif, terutama mengurangi gangguan dari gulma. Karena tanaman penghasil gaharu telah bermikoriza, maka penggunaan pupuk kimia dapat diminimalisir. Setelah tanaman berumur 4-5 tahun, barulah tanaman penghasil gaharu siap untuk diinduksi secara buatan dengan menggunakan jamur pembentuk gaharu.

InokulasiPenyuntikan (Inokulasi) yang dimaksudkan disini adalah memasukan bibit gubal gaharu untuk memacu pembentukan gubal gaharu. Bibit gubal gaharu berupa jamur (Fusarium sp) yang ditumbuhkan pada medium khusus (Parman et al, 1996)

Teknik induksi jamur pembentuk gaharu dilakukan pada batang pohon penghasil gaharu. Reaksi pembentukan gaharu akan dipengaruhi oleh daya tahan inang terhadap induksi jamur dan kondisi lingkungan. Respon inang ditandai oleh perubahan warna coklat setelah beberapa bulan disuntik. Semakin banyak jumlah lubang dan inokulum dibuat maka semakin cepat pembentukan gaharu terjadi. Proses pembusukan batang oleh jamur lain dapat terjadi apabila teknik penyuntikan tidak dilakukan sesuai prosedur.

PEMANENANAda 2 cara pemanenan :1. Pemanenan TotalPemanenan ini dilakukan dengan cara menebang habis tanaman penghasil gaharu yang sudah diinokulasi dan menunjukan tanda-tanda pohon tersebut sudah terbentuk gubal gaharu antara lain :-Daun pada tajuk menguning, dan rontok-Ranting-ranting mulai mengering-Secara fisik pertumbuhan telah berhenti

5

-Kulit batang mulai mengering-Kulit kupasan apabila dibakar akan berbau aroma harum khas.2. Pemanenan BerkalaPemanenan ini dilakukan dengan mengeruk, mengerok, mengupas bagian pohon yang telah terinfeksi dan menghasilkan damar wangi (gaharu) dan hasilnya biasanya berbentuk serpihan-serpihan kecil. Setelah dilakukan pemanenan maka dilakukan proses inokulasi lagi.

Analisa Budidaya Gaharu

Analisa biaya dan keuntungan dari budidaya gaharu, pada luasan 2.000 m2, jangka waktu 10 tahun, dengan jarak tanam 3 x 4 luas tanah 2.000mý (Asumsi 50 m x 40 m) cukup ideal ditanami gaharu sebanyak 180 Batang Gaharu. Berikut ini adalah perincian biaya dan keuntungan dari budaidaya penghasil gaharu :1.BiayaBiaya sendiri dibedakan menjadi 3 tahap :a.Biaya tahap 1 (pengadaan bibit, penanaman, dan perawatan ditahun pertama)b.Biaya tahap 2 ( Perawatan tanaman pada tahaun ke 2 sampai tahun ke 7)c.Biaya tahap 3 (inokulasi dan perawatan pasca inokulasi tahun ke-8 sampai tahun ke-10)Biaya Tahap 1-Pembelian bibit 180 batang @ Rp 25.000 = Rp. 4.500.000-Pembelian Pupuk kandang 360 Kg @ Rp.500,- = Rp. 180.000-Pestisida (furudan,stiko,dll) = Rp. 150.000 -Tenaga Penanaman 180 Bibit @1.000 = Rp. 180.000, hanya Rp. 1000,- ,-Tenaga Perawatan = Rp. 1.000.000JUMLAH = Rp. 6.010.000Biaya Tahap 2-Pupuk Kandang 1080 Kg @ Rp.500,- = Rp. 540.000-Pupuk pabrik = Rp. 1.000.000-Pestisida = Rp. 1.000.000-Tenaga Perawatan = Rp. 6.000.000JUMLAH = Rp.8.540.000

Biaya Tahap 3-Pembelian fusarium inokulasi = Rp. 24.300.000 harga satuan 135.000,- ;;; 180 x 300.000,- = 54.000.000,- ada juga 300.000,--Tenaga Inokulasi = Rp. 36.000.000 berarti biaya tenaga untuk inokulasi perpohon Rp. 200.000,--Biaya pemeliharaan 3 Tahun = Rp. 3.000.000 berarti tenaga pelihara satu pohon dalam 5555, bulatkan 6.000, Tenaga Pemanenan = Rp. 9.000.000 berati biaya 1pohon untuk di panen Rp. 50.000,-JUMLAH = Rp.72.300.000JUMLAH TOTAL Tahap 1+2+3 = Rp. 86.850.000

2.PenerimaanDengan asumsi bahwa tingkat keberhasilan inokulasi adalah 75% saja, dari 180 batang tanaman Cuma menghasilkan 135 batang saja yang bisa dipanen, satu batang pohon gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun menghasilkan rata-rata 1 Kilogram gubal, 5 Kg Kemedangan, dan 20 Kg Abu Gaharu.a.Gubal Gaharu 1 Kilogram @10.000.000 = 10.000.000b.Kemedangan 5 Kilogram @5.000.000 = 25.000.000c.Abu Gaharu 20 Kilogram @ 25.000 = 500.000 JUMLAH = 35.500.000Jadi Penerimaan selurunya adalah 135 x 35.500.000 = Rp 4.792.500.000,-3.Keuntungan Keuntungan adalah Penerimaan - Biaya Rp 4.792.500.000 - Rp. 86.850.000 = Rp 4.705.650.000,- Jadi Pendapatan perhari Rp. 1.289.219,-Jadi dari investasi sebanyak Rp. 86.850.000, berpotensi menghasilkan Rp4.705.650.000,- dalam kurun waktu 10Tahun. Seiring waktu harga jual tanah juga meningkat, Tidak ada ruginya bahkan sangat

6

menguntungkan sekali investasi dikebun dengan gaharu ini bukan?

BAB III

Analisis Kelayakan Usaha Gaharu dan Kakao dalam Areal 1 Hectare

a. Kelayakan Teknis

# Apakah teknologi sudah tersedia?

Ya, Teknologi ini berupa fusarium inokulasi untuk gaharu. Keberlangsungan bibit dan pupuk juga tersedia.

# Apakah teknologi yang akan digunakan dapat terintegrasi dengan teknologi yang sudah ada?

Ya,

# Apakah sistem yang sudah ada dapat dikonversi ke teknologi yang baru?

Ya,# Apakah organisasi memiliki orang yang menguasai teknologi baru ini?

Ya,

b. Kelayakan Operasional

Aspek Teknis

# Apakah sistem dapat memenuhi tujuan organisasi untuk mendapat informasi yang dibutuhkan?

Ya, karena gaharu sudah mempunyai komunitas di Indonesia.

# Apakah sistem dapat diorganisasikan untuk menghasilkan informasi pada saat yang tepat untuk setiap orang yang membutuhkan?

Ya,

7

# Aspek (Psikologis) penerimaan oleh orang-orang yang terlibat didalam organisasi?

Ya,

# Apakah sistem yang baru memerlukan restrukturisasi organisasi dan bagaimana akibat strukturisasi ini terhadap orang-orang yang ada diorganisasi?

# Apakah diperlukan pelatihan atau pelatihan ulang?

# Apakah personil di dalam organisasi dapat memenuhi kriteria untuk sistem yang baru?

c. Kelayakan Ekonomi

Deskripsi Pola Agroforestry Gaharu - Kakao

Pola tanam terdiri atas, bibit Gaharu ditanam pada tahun 1 dengan jarak

tanam 5 x 5 m atau sebanyak 400 pohon/ha, diikuti dengan penanaman tanaman

kakao pada tahun ke 3, dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 atau sebanyak 1.200

pohon/ha (setelah dikeluarkan ruang untuk tanaman Gaharu sebanyak 400

pohon).

Standar biaya yang digunakan mengikuti standar biaya pembangunan

hutan dan beberapa hasil penelitian. Biaya pemanenan Gaharu dan kakao

8

disesuaikan jumlah produksi, dengan biaya rata-rata sebesar 50 kg/HOK. Nilai

satu HOK ditetapkan sebesar Rp. 50.000,-. Biaya-biaya lainnya secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2

Tanaman Gaharu umumnya mulai berproduksi pada tahun ke 8 setelah di

inokulasi pada umur 5 Tahun, satu batang pohon gaharu dengan masa inokulasi

3 tahun menghasilkan rata-rata 1 Kilogram gubal, 5 Kg Kemedangan, dan 20 Kg

Abu Gaharu. Jadi dalam 1 Ha dengan 400 Pohon Gaharu dapat menghasilkan

400 Kg Gubal, 2.000 Kg Kemedangan, dan 8.000 Kg Abu Gaharu. Dengan

asumsi harga pasar 1 Kg Gubal Rp. 10.000.000,- , 1 Kg Kemedangan seharga

Rp. 5.000.000,- , dan 1 Kg Abu Gaharu seharga Rp. 25.000,-.

Tanaman kakao sudah bisa di panen pada umur 8 tahun. Produksi

tanaman kakao didasarkan pada beberapa hasil penelitian produksi kakao yang

ditumpangsari di Kabupaten Maros, seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Biaya Pembangunan Tanaman Gaharu

No. Uraian Kegiatan Tahun ke- Vol. UnitBiaya per unit (Rp)

Total

(Rp)

1 Penyiapan Lahan 1 400 Lubang 5.000 2.000.000

2 Pengadaan Bibit 1 400 Bibit 25.000 10.000.000

3 Pembelian Pupuk Kandang 1 800 Kilogram 500 400.000

4 Penanaman 1 400 Lubang 5.000 2.000.000

5Pemeliharaan Tahun Berjalan

1 1 Paket 4.000.000 4.000.000

6Pemeliharaan Tahun Pertama

2 1 Paket 4.000.000 4.000.000

7 Pembelian Pupuk Kandang 2 800 Kilogram 500 400.000

8 Pemeliharaan Tahun Kedua 3 1 Paket 4.000.000 4.000.000

9 Pembelian Pupuk Kandang 3 800 Kilogram 500 400.000

10 Pemeliharaan Tahun Ke-3 4 1 Paket 4.000.000 4.000.000

11 Pembelian Pupuk Kandang 4 800 Kilogram 500 400.000

12 Pemeliharaan Tahun Ke-4 5 1 Paket 4.000.000 4.000.000

9

13 Pembelian Pupuk Kandang 5 800 Pupuk 500 400.000

14 Pembelian fusarium inokulasi 5 400 Suntik 300.000 120.000.000

15 Biaya Tenaga Inokulasi 5 400 Pohon 200.000 80.000.000

16 Pemeliharaan Tahun Ke-5 6 1 Paket 4.000.000 4.000.000

17 Pembelian Pupuk Kandang 6 800 Kilogram 500 400.000

18 Pemeliharaan Tahun Ke-6 7 1 Paket 4.000.000 4.000.000

19 Pembelian Pupuk Kandang 7 800 Kilogram 500 400.000

20 Pemeliharaan Tahun Ke-7 8 1 Paket 4.000.000 4.000.000

21 Biaya Pemanenan 8 400 Pohon 50.000 20.000.000

22 Penyiapan Lahan 9 400 Lubang 5.000 2.000.000

23 Pengadaan Bibit 9 400 Bibit 25.000 10.000.000

24 Pembelian Pupuk Kandang 9 800 Kilogram 500 400.000

25 Penanaman 9 400 Lubang 5.000 2.000.000

26Pemeliharaan Tahun Berjalan

9 1 Paket 4.000.000 4.000.000

27Pemeliharaan Tahun Pertama

10 1 Paket 4.000.000 4.000.000

28 Pembelian Pupuk Kandang 10 800 Kilogram 500 400.000

29 Pemeliharaan Tahun Kedua 11 1 Paket 4.000.000 4.000.000

30 Pembelian Pupuk Kandang 11 800 Kilogram 500 400.000

31 Pemeliharaan Tahun Ke-3 12 1 Paket 4.000.000 4.000.000

32 Pembelian Pupuk Kandang 12 800 Kilogram 500 400.000

33 Pemeliharaan Tahun Ke-4 13 1 Paket 4.000.000 4.000.000

34 Pembelian Pupuk Kandang 13 800 Pupuk 500 400.000

35 Pembelian fusarium inokulasi 13 400 Suntik 300.000 120.000.000

36 Biaya Tenaga Inokulasi 13 400 Pohon 200.000 80.000.000

37 Pemeliharaan Tahun Ke-5 14 1 Paket 4.000.000 4.000.000

38 Pembelian Pupuk Kandang 14 800 Kilogram 500 400.000

39 Pemeliharaan Tahun Ke-6 15 1 Paket 4.000.000 4.000.000

40 Pembelian Pupuk Kandang 15 800 Kilogram 500 400.000

41 Pemeliharaan Tahun Ke-7 16 1 Paket 4.000.000 4.000.000

42 Biaya Pemanenan 16 400 Pohon 50.000 20.000.000

TOTAL 537.600.000

10

Tabel 2. Biaya Pembangunan Tanaman Kakao

No. Uraian Kegiatan Tahun ke- Vol. UnitBiaya per unit (Rp) Total

            (Rp)

1 Penyiapan Lahan 3 85 HOK 50.000 4.250.000

2 Pengadaan Bibit 3 1.200 Bibit 750 900.000

3 Penanaman 3 24 HOK 50.000 1.200.000

4 Pemeliharaan Tahun Berjalan 3 1 Paket 2.000.000 2.000.000

5Pemeliharaan Tahun Pertama

4 1 Paket 2.000.000 2.000.000

6 Pemeliharaan Tahun Kedua 5 1 Paket 2.000.000 2.000.000

7 Pemanenan 6 14 HOK 50.000 700.000

8 Pemanenan 7 14,1 HOK 50.000 705.000

9 Pemanenan 8 15 HOK 50.000 750.000

10 Pemanenan 9 16,2 HOK 50.000 810.000

11 Pemanenan 10 17,1 HOK 50.000 855.000

12 Pemanenan 11 17,2 HOK 50.000 860.000

13 Pemanenan 12 17,8 HOK 50.000 890.000

14 Pemanenan 13 18 HOK 50.000 900.000

15 Pemanenan 14 19,1 HOK 50.000 955.000

16 Pemanenan 15 21 HOK 50.000 1.050.000

17 Pemanenan 16 21 HOK 50.000 1.050.000

  Total 21.875.000

Tabel 3. Produksi Gaharu, Umur 8 Tahun

TahunProduksi

Gubal (kg/ha)Harga Satuan

(Rp/kg)

Produksi Kemedangan

(kg/ha)

Harga Satuan (Rp/kg)

Produksi Abu (kg/ha)

Harga Satuan (Rp/kg)

1 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0

8 400 10.000.000 2.000 5.000.000 8.000 25.000

9 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 0 0

11

11 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0

16 400 10.000.000 2.000 5.000.000 8.000 25.000

                           8

00              20.000.

000                        4.

000            10.000.0

00               16.000 

               50.000 

JUMLAH       16.000.000.0

00      40.000.000.0

00        800.000.0

00 

TOTAL(Rp.)   56.800.000.00

0           

Tabel 4. Produksi Kakao yang Ditumpangsari dengan Gaharu

TahunProduksi (kg/ha)

Harga Satuan (Rp/kg)

Nilai Produksi

3 - - -4 - - -5 - - -6 696 15.000 10.440.0007 705,5 15.000 10.582.5008 745,5 15.000 11.182.5009 810,5 15.000 12.157.500

10 856,5 15.000 12.847.50011 861 15.000 12.915.00012 888 15.000 13.320.00013 900,5 15.000 13.507.50014 955,5 15.000 14.332.50015 1.048,00 15.000 15.720.00016 745,5 15.000 11.182.500

    Jumlah 138.187.500

12

b. Analisis Finansial Agroforestry Pola Gaharu – Kakao

Tabel 5. Cash Flow Agroforestry Gaharu - Kakao

13

TahunBiaya

Penerimaan (Rp)Cash Flow

(Rp)(Rp)1 18.400.000 0 -18.400.0002 4.400.000 0 -4.400.0003 12.750.000 0 -12.750.0004 6.400.000 0 -6.400.0005 206.400.000 0 -206.400.0006 5.100.000 10.440.000 5.340.0007 5.105.000 10.582.500 5.477.5008 24.750.000 14.211.182.500 14.186.432.5009 19.210.000 12.157.500 -7.052.500

10 5.255.000 12.847.500 7.592.50011 5.260.000 12.915.000 7.655.00012 5.290.000 13.320.000 8.030.00013 205.300.000 13.507.500 -191.792.50014 5.355.000 14.332.500 8.977.50015 5.450.000 15.720.000 10.270.00016 25.050.000 14.211.182.500 13.792.580.000

  559.475.000              28.538.187.500  27.585.160.000

Tabel 6. Analisis Finansial Agroforestry Gaharu – Kakao

Thn

BiayaPenerimaan

(Rp) Df Penerimaan x Df (Rp)

Biaya x Df (Rp)

Cash Flow (Rp)

(Rp)   (i =7%)      

           

1 18.400.0000 0,

934579                             -               17.196.261,

68  -17.196.262

2 4.400.0000 0,

873439                                 

-             3.843.130,

40  -3.843.130

3 12.750.0000 0,

816298                                 

-           10.407.797,

93  -10.407.798

4 6.400.0000 0,

762895                                 

-             4.882.529,

36  -4.882.529

5 206.400.0000 0,

712986                                 

-         147.160.347,

45  -147.160.347

6 5.100.00010.440.000 0,

666342                6.956.61

2,82           3.398.345,

34  3.558.267

7 5.105.00010.582.500 0,

622750                6.590.24

9,14           3.179.137,

43  3.411.112

8 24.750.00014.211.182.500 0,

582009         8.271.037.60

1,64         14.404.725,

34  8.256.632.876

919.210.000 12.157.500 0,

543934                6.612.87

4,48         10.448.967,

20  -3.836.093

105.255.000 12.847.500 0,

508349                6.531.01

7,53           2.671.375,

53  3.859.642

115.260.000 12.915.000 0,

475093                6.135.82

3,47           2.498.988,

11  3.636.835

125.290.000 13.320.000 0,

444012                5.914.23

9,30           2.348.823,

26  3.565.416

13205.300.000 13.507.500 0,

414964                5.605.13

2,28         85.192.201,

15  -79.587.069

145.355.000 14.332.500 0,

387817                5.558.39

0,61           2.076.761,

33  3.481.629

15 5.450.00015.720.000 0,

362446                5.697.65

1,43           1.975.330,

81  3.722.321

16 25.050.00014.211.182.500 0,

338735         4.813.819.18

8,35           8.485.301,

67  4.805.333.887

  559.475.000 28.538.187.500   8.326.639.

593 320.170.0

24 12.820.288.7

57

14

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari analisis kelayakan usaha Gaharu-Kakao dalam areal 1 Hektar adalah :

1. Analisis Kelayakan Teknis dan Operasionalnya terpenuhi/layak.

2. Berdasarkan data pada Tabel 1 sampai Tabel 4 dilakukan analisis Cash Flow

seperti disajikan pada Tabel 5, dan analisis kelayakan finansial seperti disajikan

pada Tabel 6. Jangka waktu analisis adalah 16 tahun. Maka diperoleh Analisis

Kelayakan Ekonomi untuk Net Present Value (NPV) = Rp. 12.820.288.757,-/Ha,

artinya NPV > 0 sehingga project ini bagus (sangat layak) jadi usaha tani yang

sangat menguntungkan, nilai Benefit Cost Ratio (BCR) = 26,00 dan Nilai IRR =

142,63 % artinya pada keadaan tingkat suku bunga 142,63 % project ini

mempunyai nilai sama dengan nol/kembali modal.

B. Saran

15

Tugas IndividuAnalisis Ekonomi Proyek Kehutanan

Studi Analisis Kelayakan Teknis, Operasional dan Ekonomi Usaha Gaharu-Kakao dalam Areal Satu Hektar

(Ide Proyek Kebijakan Ekonomi Sosial : One Man One Hectare)

Disusun oleh :

MUH. WARQAH HAMZAHM 121 06 021

FAKULTAS KEHUTANANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2010

16