bab-1-4 fixxx

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Saat ini, kualitas air permukaan di Indonesia mulai mendapat perhatian dari berbagai pihak. Sehingga perlulah meningkatkan kesadaran bagi semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah untuk memperbaiki kualitas air permukaan yang semakin lama semakin menurun. Kualitas air permukaan yang menurun dapat disebabkan oleh kegiatan manusia sehari-hari dalam hal ini berkaitan dengan aktivitas penggunaan air yang dibuang begitu saja ke lingkungan. Kita membuang begitu saja air bekas mencuci yang dapat bersumber dari perumahan, perkantoran, dan lingkungan pendidikan (kampus). Di lingkungan pendidikan khususnya menghasilkan beberapa air limbah khususnya grey water yang berasal dari gedung-gedung perkuliahan, kantin, dan asrama mahasiswa. Untuk di lingkungan kampus perlulah kesadaran dari berbagai pihak juga seperti mahasiswa, dosen, manajemen, pegawai kebersihan dan elemen-elemen lain yang ada di kampus untuk memanfaatkan kembali limbah khususnya limbah grey water tersebut. Grey water, yaitu limbah cair hasil aktivitas dapur, pencucian pakaian, kamar mandi (selain tinja) adalah salah satu pencemar yang paling banyak masuk ke badan air. Meskipun kandungan organik pencemar pada grey water tidak begitu tinggi, namun apabila masuk ke badan air dan terakumulasi dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang cukup berarti. Penanganan grey water di Indonesia 1

Upload: adityafebrynurpratam

Post on 28-Jan-2016

258 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

Page 1: BAB-1-4 Fixxx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Saat ini, kualitas air permukaan di Indonesia mulai mendapat perhatian dari

berbagai pihak. Sehingga perlulah meningkatkan kesadaran bagi semua pihak, baik

masyarakat maupun pemerintah untuk memperbaiki kualitas air permukaan yang

semakin lama semakin menurun. Kualitas air permukaan yang menurun dapat

disebabkan oleh kegiatan manusia sehari-hari dalam hal ini berkaitan dengan

aktivitas penggunaan air yang dibuang begitu saja ke lingkungan. Kita membuang

begitu saja air bekas mencuci yang dapat bersumber dari perumahan, perkantoran,

dan lingkungan pendidikan (kampus). Di lingkungan pendidikan khususnya

menghasilkan beberapa air limbah khususnya grey water yang berasal dari gedung-

gedung perkuliahan, kantin, dan asrama mahasiswa. Untuk di lingkungan kampus

perlulah kesadaran dari berbagai pihak juga seperti mahasiswa, dosen, manajemen,

pegawai kebersihan dan elemen-elemen lain yang ada di kampus untuk

memanfaatkan kembali limbah khususnya limbah grey water tersebut.

Grey water, yaitu limbah cair hasil aktivitas dapur, pencucian pakaian, kamar

mandi (selain tinja) adalah salah satu pencemar yang paling banyak masuk ke badan

air. Meskipun kandungan organik pencemar pada grey water tidak begitu tinggi,

namun apabila masuk ke badan air dan terakumulasi dapat menyebabkan penurunan

kualitas air yang cukup berarti. Penanganan grey water di Indonesia saat ini adalah

langsung dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan sebelumnya. Saluran

drainase penyalur grey water dan air hujan ini akan berujung di badan air permukaan

atau di IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah). Berdasarkan data dari KLH

(Kementerian Lingkungan Hidup) tahun 2004, IPAL Bojongsoang yang berlokasi di

Bandung baru bisa melayani 18.67 % limbah dari 2.250.000 penduduk Bandung,

atau sekitar 420.000 jiwa. Sedangkan kebanyakan masyarakat hanya mengolah

limbah blackwater mereka dengan membuat septic tank , tetapi tidak mengolah

limbah grey water yang mereka timbulkan, sehingga hampir seluruh grey water yang

ditimbulkan di kota Bandung mengalir ke badan air permukaan atau ke IPAL.

Karakteristik grey water pada umumnya banyak mengandung unsur nitrogen,

fosfat, dan potasium (Lindstrom, 2000). Unsur-unsur tersebut merupakan nutrien

1

Page 2: BAB-1-4 Fixxx

bagi tumbuhan, sehingga jika greywater dialirkan begitu saja ke badan air permukaan

maka akan menyebabkan eutrofikasi pada badan air tersebut. Eutrofikasi adalah

sebuah peristiwa dimana badan air menjadi kaya akan materi organik, sehingga

menyebabkan pertumbuhan ganggang yang pesat pada permukaan badan air tersebut

(Metcalf, 1991). Peristiwa eutrofikasi ini dapat menurunkan kualitas badan air

permukaan karena dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam badan air

tersebut. Sebagai akibatnya, makhluk hidup air yang hidup di badan air tersebut tidak

dapat tumbuh dengan baik atau mungkin mati.

Persediaan air tanah yang sudah semakin menipis menyebabkan banyak

orang berpikir untuk mendayagunakan air limbah yang masih layak pakai. Jika

dikelola dengan baik, grey water dapat digunakan sebagai sumber air untuk

keperluan perkebunan, pertanian, atau untuk penggelontoran toilet. Grey water dapat

digunakan sebagai sumber air untuk keperluan perkebunan dan pertanian karena

greywater mengandung fosfat, potasium, dan nitrogen yang merupakan sumber

nutrisi yang baik bagi tumbuhan, Hal tersebut membuat grey water lebih mudah

untuk dimanfaatkan kembali dibandingkan dengan blackwater yang harus melewati

proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan kembali. Untuk dapat

dimanfaatkan kembali, grey water harus memenuhi persyaratan beberapa parameter.

Jika parameter pada grey water sesuai dengan persyaratan parameter grey

water yang harus dipenuhi pada berbagai sektor maka grey water dapat

dimanfaatkan pada beberapa sektor. Jika tidak sesuai maka dapat dilakukan

pengolahan grey water sebelum digunakan pada pemanfaatan untuk sektor lain.

Rata-rata air bersih digunakan 70% untuk kebutuhan pertanian, 8% untuk

kebutuhan domestik, dan 22% untuk kebutuhan industri. Jika sektor pertanian

menggunakan air bersih maka persediaan air akan semakin menipis untuk kebutuhan

domestik manusia. Potensi pemanfaatan grey water ini dapat mengurangi

penggunaan air bersih. Karena kampus POLBAN membutuhkan air dalam jumlah

yang cukup banyak.

1.2. Batasan masalah

Batasan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pengolahan limbah

cair khususnya grey water yang ada di asrama POLBAN serta jenis pengolahan

limbah grey water tersebut.

2

Page 3: BAB-1-4 Fixxx

1.3. Rumusan masalah

1. Apa saja limbah cair yang dihasilkan di kampus POLBAN?

2. Bersumber dari mana saja grey water di kampus POLBAN?

3. Apa saja dampak grey water terhadap lingkungan POLBAN

4. Apa saja manfaat pengolahan grey water di kampus POLBAN?

5. Teknologi apa yang digunakan untuk mengolah grey water di kampus POLBAN

(khususnya asrama POLBAN)?

6. Bagaimana proses pengolahan dengan teknologi tersebut?

7. Apa keunggulan dari teknologi tersebut?

8. Bagaimana perancangan instalasi pengolahan grey water di Asrama POLBAN?

9. Bagaimana pemanfaatan dari pengolahan grey water tersebut?

10. Apa saja kendala mengenai pelaksanaan pengolahan grey water di Asrama POLBAN?

11. Apa saja faktor kunci keberhasilan penerapan pengolahan grey water di Asrama

POLBAN?

1.4. Tujuan

1. Mengetahui limbah cair yang dihasilkan di kampus POLBAN

2. Mengetahui sumber grey water di kampus POLBAN

3. Mengetahui dampak grey water terhadap lingkungan POLBAN

4. Mengetahui manfaat pengolahan grey water di kampus POLBAN

5. Mengetahui teknologi yang digunakan untuk mengolah grey water di kampus

POLBAN (khususnya asrama POLBAN)

6. Mengetahui proses pengolahan dengan teknologi tersebut

7. Mengetahui keunggulan dari teknologi tersebut

8. Mengetahui dan dapat membuat perancangan instalasi pengolahan grey water di

Asrama POLBAN

9. Mengetahui pemanfaatan dari pengolahan grey water tersebut

10. Mengetahui kendala mengenai pelaksanaan pengolahan grey water di Asrama

POLBAN

11. Mengetahui faktor kunci keberhasilan penerapan pengolahan grey water di Asrama

POLBAN

3

Page 4: BAB-1-4 Fixxx

1.5. Metode penulisan

Data-data dalam makalah ini diperoleh dari hasil survey langsung ke lingkungan

yang bersangkutan (Asrama POLBAN dan Pujasera POLBAN), pustaka, dan

internet.

1.6 Manfaat penulisan

Manfaat penulisan ini bertujuan khususnya untuk warga kampus POLBAN agar

lebih sadar terhadap kondisi lingkungan sekitar kampus, lebih dapat menghemat air

serta diharapkan dapat melakukan pengolahan grey water khususnya yang dihasilkan

di Asrama POLBAN sehingga dapat memperkecil pembuangan jumlah limbah (grey

water) ke lingkungan sekitar karena telah termanfaatkannya grey water tersebut

sebagai hasil pengolahan menggunakan teknologi yang memungkinkan diterapkan di

Asrama POLBAN.

1.7 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari 4 BAB diantaranya,

BAB I Pendahuluan : Berisi latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan ini.

BAB II Tinjauan Pustaka : Berisi mengenai materi dan informasi yang mendukung

permasalahan yang dijelaskan di BAB selanjutnya.

BAB III Pembahasan : Berisi pemaparan permasalahan di makalah ini, dan bagaimana

penyelesaian permasalahan tersebut.

BAB IV : Berisi simpulan dan saran dari pemaparan yang sudah dijelaskan di bab

sebelumnya.

4

Page 5: BAB-1-4 Fixxx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri

maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai

jenis limbah akan dihasilkan.

2.2 Pengelompokan Limbah Berdasarkan Wujudnya

2.2.1 Limbah Cair

Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air

beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut

dalam air. Limbah cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :

a) Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil buangan dari

rumahtangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya

air deterjen sisa cucian, air sabun, dan air tinja.

b) Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan

industry. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari industry pengolahan

makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan dari industry tekstil.

c) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari

berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui

rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan. Air limbah dapat

merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang rusak, pecah, atau

bocor sedangkan luapan dapat terjadi melalui bagian saluran yang membuka atau

terhubung ke permukaan. Contoh limbah cair yang dapat merembes dan meluap

ke dalam saluran pembuangan limbah cair adalah air buangan dari talang atap,

pendingin ruangan (AC), tempat parker, halaman, bangunan perdagangan dan

industri, serta pertanian atau perkebunan.

d) Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di

atas permukaan tanah. Aliran air hujan di atas permukaan tanah dapat melewati

dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut

sebagai limbah cair.

5

Page 6: BAB-1-4 Fixxx

2.2.2 Limbah Padat

Merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan. Biasanya limbah padat

disebut sebagai sampah. Klasifikasi limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada

6 kelompok, yaitu :

a) Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa

bahan-bahan organik yang mudah busuk atau terurai mikroorganisme. Sampah ini

umumnya berasal dari sector pertanian dan makanan, misalnya sisa dapur, sisa

makanan, sampah sayuran, dan kulit buah-buahan.

b) Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat

anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme,

sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, plastic, kaca dan logam.

c) Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil

pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angina karena ringan dan tidak mudah

membusuk.

d) Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa

bangkai Hewan/binatang (selain tumbuhan).

e) Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang

berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, seperti dedaunan, kertas, dan

plastic.

f) Sampah industry (industrial waste), semua limbah padat buangan industry.

Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.

2.2.3 Limbah Gas

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil

aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleb sumber alami

sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan

banyaknya polutan udara dan aktivitas ini. Polutan udara sebagai hasil aktivitas

manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan banyaknya, terlebih lagi jika diketahui

jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya aktivitas tersebut, serta

spesifikasi satuan operasi yang digunakan dalam proses maupun pasca prosesnya. Di

udara pada umumnya terkandung unsur-unsur kimia seperti : O2, N2, NO2, CO2, H2

dan lain-lain. Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara alami akan

menurunkan kualitas udara. Tingkat kualitas udara tergantung pada jenis limbah gas,

6

Page 7: BAB-1-4 Fixxx

volume yang lepas, dan lamanya limbah berada di udara. Jangkauan pesebaran limbah

gas melalui udara dapat meluas karena factor cuaca dan iklim turut mempengaruhi.

Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia.

Misalnya, Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen Oksida (NOx),

Sulfur Oksida (SOx), Asam Klorida (HCl), Amonia (NH3), Metan (CH4), Metan

(CH4), Nitrogen Sulfida (NS), Klorin (Cl2).

2.3 Sumber Limbah Cair di Kampus POLBAN

Sumber limbah cair yang yang paling banyak yang ada di kampus POLBAN merupakan

jenis limbah cair domestik. Berikut adalah macam-macam limbah cair di kampus

POLBAN beserta sumbernya:

a) Air kakus (black water)

b) Air bekas mandi dan cuci (grey water)

c) Oli / pelumas

d) Air kondensat

e) Limbah larutan mengandung logam

f) Limbah larutan mengandung mikroorganisme

2.4 Grey Water di Kampus POLBAN

Grey water merupakan air limbah domestik yang berasal dari dapur (tempat cuci

piring), air bekas cuci pakaian (air dari saluran pembuangan mesin cuci misalnya), dan air

mandi (bukan dari toilet). Grey water merupakan bagian dari limbah cair domestik yang

proses pengalirannya tidakmelalui toilet, misalnya seperti air bekas mandi, air bekas

mencuci pakaian, dan air bekas cucian dapur. Sekitar 60 – 85% dari total volume

kebutuhan air bersih akan menjadi limbah cair domestik (Metcalf, 1991). Bagian dari

grey water adalah sekitar 75% dari total volume limbah cair domestik (Hansen &

Kjellerup (1994), dikutip dari Eriksson et al (2001)). Penanganan grey water di Indonesia

saat ini adalah langsung dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan sebelumnya. Grey

water di kampus POLBAN bersumber dari buangan toilet dari setiap asrama, gedung

yang ada dan westafel dari setiap kantin. Grey water ini sebagian besar merupakan

limbah deterjen dan sabun.Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen,

sampo dan bahan pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan

timbulnya buih-buih sabun pada permukaan air.

7

Page 8: BAB-1-4 Fixxx

2.4.1 Sabun

Sabun berasal dari asam lemak (stearat, palmitat atau oleat) yang direaksikan

dengan basa Na(OH) atau K(OH), berdasarkan reaksi kimia berikut ini :

C17H35COOH + Na(OH) → C17H35COONa + H2O

Asam stearat     basa sabun

Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak seperti pada

contoh reaksi di atas. Sedangkan sabun lunak adalah garam kalium asam lemak yang

diperoleh dari reaksi asam lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna yang

menarik dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan antiseptic seperti pada sabun

mandi. Beberapa sifat sabun antara lain adalah sebagai berikut:

a) Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat mengemulsikan kotoran

yang melekat pada badan atau pakaian

b) Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi akan membentuk endapan

(C17H35COO)2Ca) dengan reaksi:

2(C17H35COONa) + CaSO4 → (C17H35COO)2Ca + Na2SO4

c) Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian.

2.4.2 Deterjen

Deterjen adalah bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan tetapi dibuat dari

senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sabun, karena

dapat bekerja pada air sadah.Bahan deterjen yang umum digunakan adalah

dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami ionisasi membentuk

komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau ion Mg pada air sadah.

Komponen bipolar aktif terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat.Untuk dapat

membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan pembentuk yang bersifat

alkalis.Contoh bahan pembentuk yang bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat.

Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air lingkungan akan

mengganggu karena alasan berikut :

8

Page 9: BAB-1-4 Fixxx

a) Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat mengganggu kehidupan organisme

di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air

sampai sekitar 10,5-11.

b) Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu kehidupan

mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan.

c) Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi) oleh

mikro organisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang tentu akan merugikan

lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak digunakan bahan sabun/deterjen yang

dapat didegradasi oleh mikroorganisme.

2.5 Dampak Grey Water di Kampus POLBAN

Grey water yang tidakmenjalani proses pengolahan yang benar tentunya dapat

menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain:

a) Gangguan Kesehatan

Grey water dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit

bawaan air. Adakalanya, grey water yang tidak dikelola dengan baik juga dapat

menjadi sarang penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).

b) Penurunan Kualitas Lingkungan

Grey water yang dibuang langsung ke lingkungan dapat mengakibatkan

pencemaran lingkungan. Sebagai contoh, larutan sabun yang terdapat dalam grey

water bila dibuang langsung ke lingkungan dapat menaikan pH pada tanah.

Dengan demikian kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan

sesuai peruntukannya. Grey water yang dibuang langsung ke lingkungan dapat

menurunkan kualitas lingkungan karena grey water yang mengandung limbah

deterjen diantaranya mengandung fosfat yang walaupun bermanfaat bagi

kesuburan tanaman apabila dalam kadar yang banyak jika bercampur dengan air

tanah yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang ternak maka air

tanah tersebut akan membahayakan kesehatan. Selain itu limbah detergen juga

menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang

mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing

bisa menguraikan limbah organik, non organik & menyuburkan tanah.

c) Gangguan Terhadap Keindahan

Adakalanya grey water mengandung polutan yang tidak mengganggu kesehatan

dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh : grey water yang

9

Page 10: BAB-1-4 Fixxx

mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada

selokan. Walaupun pigmen tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap

kesehatan, tetapi terjadi gangguan keindahan terhadap lingkungan penerima

tersebut. Kadang-kadang grey water dapat juga mengandung bahan-bahan yang

bila terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila grey water ini mencemari

lingkungan, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada lingkungan

tersebut. Untuk menghindari terjadinya gangguan-gangguan diatas, grey water

yang dialirkan ke lingkungan harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum

mengalirkannya ke lingkungan.

2.6 Manfaat Pengolahan Grey Water

Manfaat dari pengolahan limbah cair grey water diantaranya:

a) Mencegah pencemaran pada sumber air tanah.

b) Mencegah pencemaran tanah permukaan.

c) Menghilangkan tempat berkembangnya bibit penyakit.

d) Menghemat penggunaan air.

2.7 Teknologi Biofilter

Proses pengolahan limbah ini terdiri dari paking reaktor, media penyangga,

biofilm, dan aliran air limbah. Media berfungsi sebagai tempat tumbuh mikroorganisme

membentuk film biologis yang terdiri dari bakteri , jamur, ganggang, dan protozoa .

Pengaliran air limbah dalam media penyangga membawa substrat yang berfungsi sebagai

bahan makanan mikroorganisme sehingga air limbah terdegradasi menghasilkan

biomassa, karbondioksida, dan air. Jenis media yang sering digunakan adalah material

yang memiliki permukaan kasar seperti kerikil atau batu kali. Berbagai tipe variasi proses

Biofilter yang telah dikembangkan dapat digunakan untuk mengolah air limbah domestik.

Beberapa proses yang telah dikembangkan adalah proses Biocarbon dengan

menggunakan material Clay (Perancis), proses Biofor dengan menggunakan material

Biolite (Eropa dan Amerika Utara), proses Biostyr dengan media polystyrena (Denmark).

Tipe terakhir yang dikembangkan adalah Fluidized- Bed Bioreactors (FBBR) dengan

menggunakan media pasir atau karbon aktif (Metcal & Eddy, 2004). Pengembangan

teknologi FBBR di Korea digunakan untuk mengolah air limbah rumah sakit

menghasilkan efluen yang sangat baik. Media sebagai tempat pertumbuhan

10

Page 11: BAB-1-4 Fixxx

microorganism sangat berpengaruh pada efisiensi proses pengolahan. Jenis media filter

yang berbeda memberikan luas permukaan total specifik yang berbeda dalam reaktor.

Kerikil atau batu kali pecah memiliki luas permukaan sekitar 100 -200 m2dapat

menurunkan kandungan BOD sampai 95% digunakan untuk mengolah air limbah

domestik (Sugito, 2008), mereduksi sampai 98% untuk mengolah air limbah puskesmas,

(Ifadah &Sugito, 2012)

2.8 Proses Pengolahan Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob 

           Pengolahan dengan biofilter anaerob-aerob ini merupakan pengembangan dari

proses proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak. Pengolahan air limbah

dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak

pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan

jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor.

Air limbah dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

sampah yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah

melalui screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan

partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga

berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang

berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

           Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor

anaerob dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor

anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah

bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan

jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air

limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik. Setelah beberapa

hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-

organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum

sempat terurai pada bak pengendap

           Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di

dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, pasltik

(polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan

11

Page 12: BAB-1-4 Fixxx

udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada

dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.

           Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang

tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal

tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta

mempercepat proses nitrifikasi. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact

Aeration).

           Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini

lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa

kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air

limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini

air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme

patogen.

           Dan setelah air tersebut menjadi bersih lagi dan tidak berbahaya maka air

tersebut bisa digunakan untuk keperluan lain seperti mencuci mobil, menyiram

tanaman sampai air untuk toilet. Di Singapura dan negara-negara maju bahkan diolah

lagi menjadi air minum.. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain

dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi

(SS), phospat dan lainnya. Skema proses pengolahan air limbah dengan sistem

biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob

12

Page 13: BAB-1-4 Fixxx

Proses dengan Biofilter "Anaerob-Aerob" ini mempunyai beberapa keuntungan yakni :

Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter

mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut

juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum

teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses

penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air

limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter

tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat

organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi

BODdan COD, cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau

suspended solids (SS) , deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.

Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini.

Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli

setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan

sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem

aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air

buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar

bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerb ini sangat sederhana, operasinya mudah dan

tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok

digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar

Dengan kombinasi proses "Anaerob-Aerob", efisiensi penghilangan senyawa phospor

menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob

saja. Phenomena proses penghilangan phosphor oleh mikroorganisne pada proses

pengolahan anaerob-aerob dapat diterangkan seperti pada Gambar 3.2. Selama berada

pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel

mikrooragnisme akan keluar sebagi akibat hidrolosa senyawa phospor. Sedangkan

energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap BOD (senyawa organik) yang ada

di dalam air limbah. Efisiensi penghilangan BOD akan berjalan baik apabila

perbandingan antara BOD dan phospor (P) lebih besar 10. (Metcalf and Eddy, 1991).

Selama berada pada kondisi aerob, senyawa phospor terlarut akan diserap oleh

bakteria/mikroorganisme dan akan sintesa menjadi polyphospat dengan menggunakan

13

Page 14: BAB-1-4 Fixxx

energi yang dihasik oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD). Dengan demikian

dengan kombinasi proses anaerob-aerob dapat menghilangkan BOD maupun phospor

dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban

organik yang cukup besar.

Gambar 2.2 Proses Penghilangan Phospor Oleh Mikroorganisme di Dalam Proses

Pengolahan Anaerob-Aerob.

2.8.1 Keunggulan Proses Biofilter "Anaerob-Aerob"

Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerob-aerob

antara lain yakni :

Pengelolaannya sangat mudah.

Biaya operasinya rendah.

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.

Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.

Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.

Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.

Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

14

Page 15: BAB-1-4 Fixxx

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Grey Water yang Dihasilkan Dari Gedung Asrama POLBAN

Pada bahasan kali ini penulis menitikberatkan kepada pengolahan grey water yang

dihasilkan dari gedung asrama POLBAN, dimana dari gedung ini dihasilkan grey water

yang paling banyak dibandingkan gedung lain yang ada di kampus. Setelah dilakukan

survey ke asrama diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3.1 Hasil Survey kondisi pembuangan grey water di Asrama Polban

Gambar Keterangan

Saluran pipa penghubung pembuangan

air dari gedung Asrama C, menuju

gedung A dan B yang kurang terawat.

15

Page 16: BAB-1-4 Fixxx

Saluran pembuangan air dari gedung

Asrama A menuju gedung B, kondisi

tidak terawat. Air limbah meresap ke

tanah dan menuju parit.

Saluran pembuangan air gedung C

Saluran pembuangan air gedung B

Saluran pembuangan air gedung B yang tidak berfungsi

16

Page 17: BAB-1-4 Fixxx

Grey water dari semua gedung hanya

dibuang langsung ke halaman belakang,

tidak ada pengolahan air sebelum

pembuangan akhir dan dapat mencemari

lingkungan. Grey water meresap ke

tanah di belakang gedung dan mengalir

ke bawah menuju parit yang ada di

sebelah komplek Perumahan Setra Duta.

17

Page 18: BAB-1-4 Fixxx

Terdapat instalasi pengolahan air yang

telah rusak dan tidak terawatt di

belakang gedung Asrama B, seharusnya

instalasi ini dapat dimanfaatkan. Tempat

ini bisa digunakan untuk instalasi

pengolahan grey water sesuai teknologi

yang dibahas dalam makalah ini.

Saluran pembuangan air pujasera

POLBAN.

18

Page 19: BAB-1-4 Fixxx

Pambuangan air limbah pujasera

POLBAN. Kondisi : langsung dibuang

ke lingkungan, air limbah bercampur

dengan sampah organik maupun

anorganik.

Dari data hasil survey diatas, air limbah dari asrama dan pujasera sangat berpotensi

mencemari lingkungan, karena tidak adanya pengolahan air lebih lanjut. Dengan volume

air limbah yang cukup besar dalam sehari yang dihasilkan dari kegiatan mandi, mencuci

piring, mencuci baju dan lain-lain. Seharusnya pengolahan grey water dapat menjadi

solusi alternatif untuk pengolahan air limbah di asrama dan pujasera. Grey water dalam

penerapannya pengolahannya tidak memerlukan perawatan, biaya pengoperasian yang

tinggi dan ramah lingkungan, sehingga dapat dikatakan menjadi solusi yang tepat. Air

hasil pengolahan grey water dapat digunakan untuk beberapa aktivitas seperti, mencuci,

mandi ,menyiram tanaman, mengepel lantai, flushing dan lain-lain. Dari kondisi

perpipaan pembuangan air limbah di asrama, sebenarnya telah terhubung dengan baik

antara gedung A,B, dan C hanya perlu dibersihkan saluran –saluran pipa yang mampat

serta perawatan sehari-hari untuk kebersihan pipa. Sehingga perlulah suatu bak

pengumpul dari ketiga gedung sebelum dilakukan pengolahan lanjut. Adanya kolam/bak

pengolahan air di belakang gedung B yang rusak dan tidak terawat, seharusnya dapat

dimanfaatan kembali dalam mendukung diterapkannya instalasi pengolahan grey water di

19

Page 20: BAB-1-4 Fixxx

Asrama POLBAN. Untuk di pujasera seharusnya dapat diterapkan pengolahan grey water

pula.

3.2 Rancang Bangun Unit Pengolahan Grey Water dengan Sistem Pengolahan Biofilter

Anaerob-Aerob di Asrama POLBAN

Dari survey yang telah dilakukan tersebut penulis mencoba melakukan rencana

pengolahan terhadap grey water dari gedung asrama. Limbah grey water dari ketiga

gedung di asrama akan menuju pipa-pipa yang selanjutnya dialirkan ke bak

penampungan awal, untuk pengendapan awal untuk selanjutnya menuju bak pengolahan

lanjutan. Bak pengolahan air limbah ditempatkan di belakang Gedung asrama B,

lokasinya dibagian bawah, sehingga untuk mengalirkan air limbah dari gedung A,B dan

C hanya memanfaatkan gaya gravitasi/tidak perlu pompa. Untuk mensuplai air hasil

pengolahan digunakan pompa. Bak pengolahan air limbah yang telah ada namun

kondisinya rusak, dimanfaatkan kembali sebagai bak penampungan awal. Lokasi

penyimpanan instalasi pengolahan grey water sebagai berikut. Lahan ini terdapat di

belakang gedung asrama B.

Gambar 3.1 Lokasi yang bisa dijadikan tempat pengolahan grey water di Asrama POLBAN

20

Page 21: BAB-1-4 Fixxx

Sedangkan untuk gambar perancangan instalasi penerapan pengolahan grey water sebagai

berikut:

Gambar 3.2 Perancangan Penerapan pengolahan grey water di Asrama POLBAN

3.2.1 Proses Pengolahan

  Seluruh grey water yang dihasilkan oleh kegiatan di asrama POLBAN, yakni

seperti mandi, mencuci piring dan mencuci baju dialirkan ke bak kontrol. Fungsi

bak kontrol adalah untuk mencegah sampah padat misalnya plastik, kaleng, kayu

agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah, serta mencegah padatan yang

tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok dan lainnya agar tidak masuk

kedalam unit pengolahan limbah.

        Dari bak kontrol, grey water dialirkan ke bak pengurai anaerob. Bak pengurai

anaerob dibagi menjadi tiga buah ruangan yakni bak pengendapan atau bak pengurai

awal, biofilter anaerob tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow), serta

bak stabilisasi. Selanjutnya dari bak stabilisasi, grey water dialirkan ke unit

pengolahan lanjut. Unit pengolahan lanjut tersebut terdiri dari beberapa buah

ruangan yang berisi media untuk pembiakan mikro-organisme yang akan

menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam grey water.

21

Page 22: BAB-1-4 Fixxx

           Setelah melalui unit pengolahan lanjut , air hasil olahan dialirkan ke bak

khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi dikontakkan dengan khlor tablet agar seluruh

mikroorganisme patogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air sudah dapat

digunakan kembali baik untuk mencuci kendaraan, mencuci baju maupun flushing

bagi penghuni asrama. Sehingga bisa menghemat konsumsi air, khususnya di

asrama POLBAN.

3.2.2 Bentuk dan Prototipe Alat

Data Penggunaan Air Pada Gedung Asrama Politeknik Negeri Bandung

Jumlah Gedung = 3 (Asrama A, B dan C)

Jumlah Penghuni = 65

Jumlah total penghuni = 65 x 3 = 195 orang

Rincian Penggunaan Air per Hari

- Mandi

Asumsi = 1 kali mandi menggunakan air 40 L

1 hari 2 kali mandi

Total penggunaan air = 40 x 2 Kali mandi x 195 orang

= 15600 L/ hari

- Mencuci piring

Asumsi = 1 orang, menggunakan 5 L dalam 1 hari

Penggunaan air = 195 orang x 3 L/hari = 975 L/hari

- Total penggunaan air = 15600 L/hari + 975 L/hari = 16575 L/hari

Ket: *Penggunaan air untuk mencuci baju tidak dimasukkan karena pencucian baju

dilakukan per minggu sehingga air untuk mencuci sudah dapat memanfaatkan air

hasil pengolahan grey water. Jika ada pencucian yang dilakukan di hari-hari biasa,

menurut narasumber hanya beberapa orang yang melakukan. Sehingga volume air

limbah mencuci baju yang dihasilkan pada hari-hari biasa telah tercover oleh

overdesign bak pengolahan air*

- Volume air = 16575 L/hari

- Untuk design maksimum, ditambahkan 20% dari design awal

(16575 L/hari x 0,2) + 16575 L/hari = 19890L/hari

22

Page 23: BAB-1-4 Fixxx

Konversi volume 19890 liter = 19,89 m3≈ 20m3

Perhitungan Dimensi Bak (Reaktor)

- Untuk Design maksimum, ditambahkan 20% dari design awal

(16575 L/hari x 0,2) + 16575 L/hari = 19890 L/hari

- Asumsi Panjang Bak = 5 meter

Konversi volume 19890 liter = 19,89 m3

Volume = P x L x T

19,89 m3 = 5 m x L x T

L x T = 3,978

Nilai L dan T = √3,978

= 1,99 meter = 2 meter

Dimensi Bak : panjang 5 meter, lebar 2 meter, tinggi 2 meter

Ket: *Data perhitungan dan foto rancangan bak di bawah ini dapat diterapkan.

Diperoleh dari sumber internet yang sama-sama mengolah limbah grey water

sebesar ±15000 L/hari*

Bak Pengurai Anaerob 

Debit Air Limbah = 20 m3/hari = 833,3 lt/jam = 0,833 m3/jam

Dimensi = 1,6 m X 1,6 m X 2,2 m

Volume Efektif = 5 m3

Waktu Tinggal di dalam Bak pengurai awal = 0,96 m3/0,833 m3/jam  = 6 Jam

Gambar penampang bak pengurai awal ditunjukan seperti pada Gambar 3.3

Unit Pengolahan Lanjut 

1. Ruang Pengendapan Awal 

Debit Air Limbah (Q) = 20 m3/hari = 833,3 lt/jam = 0,833 m3/jam

Volume Efektif = 1,6 m x 1,0 m x 0,6 m = 0,96 m3

Waktu Tinggal di dalam ruang pengendapan awal (T1) = 0,96 m3/0,833 m3/jam 

T1 = 1,15 jam 

2. Zona Biofilter Anaerob 

Volume Total Ruang efektif = 1,6 m x 1,0 m x 1,2 m = 1,92 m3

Volume Total Unggun Medium = 2 x [1,2 m x 1 m x 0,6 m] = 1,44 m3

Porositas Medium = 0,45

Volume Medium tanpa rongga = 0,55 x 1,44 m3 = 0,79 m3

23

Page 24: BAB-1-4 Fixxx

Total Volume Rongga dalam Medium = 0,45 x 1,44 m3 = 0,65 m3

Volume Air Limbah Efektif di dalam zona Anareob = 1,92 m3 - 0,79 m3 = 1,13 m3

Waktu Tinggal di dalam Zona Anaerob (T2) = 1,13 m3/0,833m3/jam = 1,35 jam 

Waktu Kontak di dalam medium zona Anaerob = 0,65 m3/0,833 m3/jam = 0,78

jam 

3. Zona Aerob 

Volume Efektif = 1,5 m x 1 m x 0,7 m = 1,05 m3

Volume Unggun Medium = 1,1 m x 0,6 m x 1 m = 0,66 m3

Porositas Medium = 0,45

Volume Rongga = 0,45 x 0,66 m3 = 0,3 m3

Volume Medium Tanpa Rongga = 0,66 m3- 0,3 m3 = 0,36 m3

Waktu Tinggal Total di dalam zona aerob (T3) = [1,05 - 0,36] m3/0,833 m3/jam =

0,83 jam

Waktu Kontak di dalam medium zona aerob = 0,3 m3/0,833 m3/jam = 0,36 jam 

4. Ruangan Pengendapan Akhir 

Volume Efektif = 1,5 m x 0,6 m x 1 m = 0,9 m3

Waktu Tinggal (T4) = 0,9 m3/0,833 m3/jam = 1,08 jam

Waktu Tinggal Total di dalam Unit Pengolahan Lanjut = [1,15+1,35+0,83+0,36]

jam = 3,69 jam

Rancangan prototipe alat dirancang yang digunakan untuk uji coba

pengolahan grey water asrama ditunjukkan seperti pada Gambar 3.4 Prototipe alat

ini secara garis besar terdiri dari bak pengendapan/pengurai anaerob dan unit

pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Bak pengurai anaerob

dibuat dari bahan beton cor atau dari bahan fiber glas (FRP), disesuaikan dengan

kondisi yang ada. Ukuran bak pengurai anaerob yakni panjang 160 cm, lebar 160

cm, dan kedalaman efektif sekitar 200 cm, dengan waktu tinggal sekitar 6 jam.

24

Page 25: BAB-1-4 Fixxx

Gambar 3.3 Penampang Bak Pengurai Anaerob

        Unit pengolahan lanjut dibuat dari bahan fiber glas (FRP) dan dibuat dalam bentuk

yang kompak dan langsung dapat dipasang dengan ukuran panjang 310 cm, lebar 100 cm

dan tinggi 190 cm. Ruangan di dalam alat tersebut dibagi menjadi beberapa zona yakni

ruangan pengendapan awal, zona biofilter anaerob, zona biofilter aerob dan rungan

pengendapan akhir.

Gambar 3.4 Prototipe Alat

25

Page 26: BAB-1-4 Fixxx

Gambar 3.5 Rancangan Prototipe Alat Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter

Anaerob-Aerob

           Media yang digunakan untuk biofilter adalah bisa batu apung atau batu pecah

dengan ukuran 1-2 cm, atau dari bahan lain misalnya zeolit, batubara (anthrasit), plastic,

arang batok dan lainnnya. Selain itu, air limbah yang ada di dalam rungan pengendapan

akhir sebagian disirkulasi ke zona aerob dengan menggunakan pompa sirkulasi dan

blower.

26

Page 27: BAB-1-4 Fixxx

Gambar 3.6 Bak Khlorinator

3.2.3 Contoh Pembuatan

*Foto-foto di bawah ini diperoleh dari sumber internet. Instalasi ini dilakukan di salah

satu rumah sakit di Garut yang sama-sama mengolah limbah grey water sebesar ±

15000 L/hari*

Gambar 3.7 Bak Kontrol

Gambar 3.8 Konstruksi bak pengurai anaerobik

27

Page 28: BAB-1-4 Fixxx

Gambar 3.9 Bak Pengurai Anaerob

Gambar 3.10 Air di Bak Penenang pada Bak Pengurai Anaerob

Gambar 3.11 Konstruksi Reaktor dari Bahan Fiber Glass

28

Page 29: BAB-1-4 Fixxx

Gambar 3.12 Media Filter

Gambar 3.13 Blower dan Pompa Sirkulasi

Gambar 3.14 Instalasi Pengolahan

29

Page 30: BAB-1-4 Fixxx

Gambar 3.15 Air Limbah Sebelum Diolah dan Setelah Diolah

Tabel 3.2 Hasil Analisa Kualitas Air Limbah Sebelum dan Sesudah Pengolahan

3.3 Pemanfaatan Air Olahan Grey Water Asrama POLBAN

Grey water yang telah diolah menggunakan teknologi biofilter anaerob-aerob

bisa dialirkan ke dalam bak penampung. Hasil pengolahan ini memerlukan penelitian

lebih lanjut apaka sudah berkurang kadar fosfat (deterjen) dan bahan-bahan toksiknya

sehingga aman untuk digunakan kembali sebagai air pencuci dan menyiram tanaman.

untuk Untuk selanjutnya air olahan tersebut bisa digunakan penghuni asrama untuk

kebutuhan mencuci seperti untuk mencuci kendaraan, mencuci piring, mencuci baju,

flush toilet, dan untuk menyiram tanaman sekitar asrama. Hasil pengolahan ini pula

memerlukan penelitian lebih lanjut apabila akan digunakan untuk mandi maupun

untuk air minum seperti yang sudah diterapkan di luar negeri. Pemanfaatan grey

water yang bisa diterapkan di Gedung Asrama POLBAN bisa diilustrasikan seperti

gambar di bawah ini.

30

Page 31: BAB-1-4 Fixxx

Gambar 3.16 Pemanfaatan pengolahan grey water

3.4 Memungkinkan atau Tidaknya Penerapan Pengolahan Grey Water dengan

Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob di Asrama POLBAN

Penerapan Pengolahan grey water dengan Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob di

Asrama POLBAN memmberikan kemudahan penerapan dan keuntungan yang didapat.

Dari segi teknis , adanya tenaga ahli yaitu dosen Teknik Kimia, dan teknisi dapat diambil

dari mahasiswa Teknik Kimia ataupun mahasiswa penghuni asrama yang sebelumnya

telah diberikan pelatihan. Dari segi ekonominya, untuk membuat bak-bak pengolahan air

,dapat memanfaatkan bak pengolahan air yang rusak, namun butuh perbaikan, media

filter yang digunakan mudah didapat dan murah (kerikil,arang atau batu apung),

penghematan pemakaian air bersih karena telah menggunakan hasil air olahan

pengolahan grey water. Dari segi lahan, terdapat lahan kosong di belakang asrama

POLBAN yang tidak termanfaatkan dan hanya ditumbuhi tanaman/rumput liar. Dari segi

pencitraan, Politeknik Negeri Bandung, Jurusan Teknik Kimia telah melakukan aksi

nyata dalam upanya pengolahan air limbah di lingkungan kampus, menjadi pelopor

gerakan cinta lingkungan sehingga mengaktivasi munculnya ide/inovasi-inovasi lain dari

mahasiswa Politeknik Negeri Bandung.

3.5 Kesadaran Warga Kampus dan Penghuni Asrama POLBAN Terhadap Limbah

Grey Water

Sejauh ini kesadaran warga POLBAN sendiri khususnya mahasiswa terhadap

penghematan air masih kurang. Limbah hasil cucian masih dibuang begitu saja, bahkan

seperti yang penulis lihat langsung di asrama air limbah deterjen dibuang ke lingkungan

dan meresap langsung ke tanah dan langsung menuju parit yang ada kompleks Setra Duta

31

Page 32: BAB-1-4 Fixxx

tanpa memasuki IPAL terlebih dahulu. Padahal dengan mengolahnya terlebih dahulu,

misalnya dengan pengolahan Biofilter Anaerob-Aerob air tersebut bisa digunakan

kembali untuk kegiatan mencuci seperti mencuci baju, piring, kendaraan penghuni asrama

dan penggelontoran. Dengan ini setidaknya sudah melakukan konservasi air dengan

mengurangi konsumsi air untuk melakukan kegiatan sehari-hari penghuni asrama

khususnya.

3.6 Kendala yang Dapat Menghambat Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN

Tabel 3.3 Kendala Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN

Kendala Ekonomi Keperluan biaya tambahan peralatan seperti:

biaya instalasi, reaktor, blower, pompa

sirkulasi

Perlunya investasi

Penghematan air dari penerapan daur ulang

grey water yang belum nyata terealisasi

Kendala Teknologi Kurangnya informasi mengenai teknologi

untuk melakukan pengolahan

Kurangnya pelatihan penggunaan teknologi

Biofilter Anaerob-Aerob ini

Sistem yang baru ada kemungkinan tidak

sesuai dengan yang diharapkan/malah

menyebabkan gangguan

Kendala SDM Pelaksanaan peraturan yang kaku/kurangnya

komitmen manajemen puncak

Kurangnya komunikasi antar warga kampus

Kurangnya penyebaran informasi

Adanya keengganan untuk melakukan hal baru

Kurangnya pelatihan kepada warga kampus

khususnya penghuni asrama

3.7 Faktor Kunci Penerapan Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN

Untuk menerapkan pengolahan grey water dengan teknologi biofilter perlulah

adanya komitmen manajemen puncak, keterlibatan warga kampus, komunikasi antar

32

Page 33: BAB-1-4 Fixxx

warga kampus, dan perlulah adanya penilaian kinerja apabila pengolahan tersebut sudah

berlangsung. Sehingga diperoleh hasil yang diinginkan dan apabila belum dicapai bisa

dilakukan evaluasi terkait penerapan teknologi tersebut.

3.7 Manfaat Menerapkan Penerapan Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN

Tabel 3.4 Manfaat Penerapan Pengolahan Grey Water di Asrama POLBAN

Aspek Lingkungan Sudah terlibat dalam hal

pelestarian lingkungan sekitar

kampus

Terhindar dari teguran warga

sekitar kampus akibat pencemaran

yang dihasilkan dari limbah grey

water serta berkurangnya volume

limbah yang dibuang langsung

Terciptanya lingkungan kampus

yang bersih , sehat dan bebas akan

pencemar

Aspek Teknis Meningkatnya efisiensi

penggunaan air untuk kegiatan

mencuci di asrama

Berkurangnya jumlah penggunaan

air di lingkungan kampus karena

telah dilakukannya konservasi air

di berbagai sektor kampus yang

menghasilkanl limbah air

Aspek Ekonomi Beban ekonomi dalam hal

konsumsi energi, air berkurang.

Pengolahan kembali grey water di kampus ini bisa dengan alat yang berharga

ratusan juta atau bisa juga menggunakan alat yang sangat sederhana dan mudah dibuat

sendiri dengan bahan-bahan seperti pasir, ijuk, koral, arang, dan sebuah drum. Namun

pembuatan grey water harus ditangani dengan baik, karena jika tidak akan berpengaruh

33

Page 34: BAB-1-4 Fixxx

buruk pada kualitas air dan menimbulkan penyebaran penyakit di lingkungan sekitar

kampus. Namun jika grey water bisa dikelola dengan baik maka bukan tidak mungkin

akan memberikan kontribusi yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar kampus,

khususnya di asrama POLBAN. Pengolahan grey water ini pula bukan hanya bisa

dilakukan di asrama tetapi juga bisa diterapkan di tempat yang tentunya menghasilkan

grey water seperti Pujasera, kantin MKU, Mesjid LH dan gedung-gedung kuliah yang

ada di POLBAN. Sehingga daur ulang ini diharapkan bisa diterapkan di POLBAN

secara terintegrasi dan berkelanjutan sehingga bisa menjadi satu eco-kampus yang bisa

dicontoh oleh kampus-kampus lainnya.Rasanya sangat disayangkan sekali jika ada

alternatif untuk mendaur ulang air sisa pembuangan dan menjadi air bersih yang bisa

dipergunakan kembali seperti grey water ini hanya menjadi wacana saja tanpa ada

pembuktian nyata dari banyak pihak. Satu lagi, diharapkan pilihlah deterjen yang ramah

lingkungan yang sama sekali tidak mengandung fosfat atau yang kadar fosfatnya sangat

rendah. Beberapa deterjen mengandalkan produknya sebagai deterjen berlimpah busa,

sebaiknya pilih saja detergen yang mengandung sedikit busa. Sehingga air yang

digunakan untuk membilas tidak terlalu banyak.Yang paling terpenting adalah

bagaimana kita tetap bisa menjaga kelestarian lingkungan sekitar agar tetap bisa

memberikan kontribusi yang positif untuk kelangsungan hidup manusia. Dengan terus

menjaga bumi ini, bukan hanya kelangkaan air bersih yang bisa kita atasi tapi berbagai

elemen penting lainnya yang dibutuhkan oleh manusia.  

34

Page 35: BAB-1-4 Fixxx

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengawasan kami pada kawasan polban pengaruh dari mengenai

pengolahan grey water terhadap lingkungan polban dari hasil analisi kami

menyumpulkan bahwa:

Pengolahan dapat meperbaiki kandungan air dikawasan pembuangan air

sekitar

Mengurangi penggunaan air karena menggunakan air limbah yang telah diolah

Hasil pengolahan limbah yaitu CH3, air bersih, dan pupuk organik

4.2 Saran

Sebaiknya pada kawasan polban membuat system pengolahan limbah grey water dan

memaksimalkan hasil dari pengeluaran limbah tersebut.

35

Page 36: BAB-1-4 Fixxx

DAFTAR PUSTAKA

Anonim._____“Alat Pengolah Air Limbah Rumah Tangga Semi Komunal "Kombinasi

Biofilter Anaerob dan

Aerob"http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrt/limbahrt.html.

_Diakses tanggal 01 April 2015.

Anonim. “Pencemaran Air”. https://3superelektron.wordpress.com/pencemaran-air/.

Diakses tanggal 04 April 2015.

Anonim._____“Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit 

Dengan Sistem Biofilter Anaerob-

Aerob”.http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrs/limbahrs.html.

Diakses tanggal 01 April 2015.

Fauzia Rahmiyati Yazid, Syafrudin, dan Ganjar Samudro ,”Pengaruh Variasi Konsentrasi

Dan Debit Pada Pengolahan Air artifisial (Campuran Grey Water Dan Black

Water)Menggunakan Reaktor Uasb”diakes tanggal 03 april 2015.

Gunadarma, Rendra. 2013. “Makalah Pengolahan Air Limbah”.

http://rendragunadarma.blogspot.com/2013/04/makalah-pengolahan-air-

limbah.html. Diakses tanggal 04 April 2015.

Imagine, Okty. 2013.”Menghemat Air dengan Sistem Grey Water.

http://oktyimagine.blogspot.com/2013/11/menghemat-air-dengan-sistem-grey-

water.html. Diakses tanggal 03 April 2015.

Indriani, Tika dan Herumurti, Welly. “Grey Water Treatment Using ABR-AF

Reactor”diakes tanggal 03 april 2015.

Lutfifpk11. 2013. “Dampak Limbah Deterjen Terhadap Lingkungan”. http://lutfi-

fpk11.web.unair.ac.id/artikel_detail-73950-Lingkungan-Dampak%20Limbah

%20Detergen%20bagi%20Lingkungan.html. Diakses tanggal 03 April 2015.

Punyanyavika. 2011. “Dampak Penggunaan Deterjen”.

https://punyanyavika.wordpress.com/2011/12/25/dampak-penggunaan-

detergen-sebagai-pembersih-pakaian-dalam-kehidupan/. Diakses tanggal 03

April 2015.

36

Page 37: BAB-1-4 Fixxx

Shimazaki, Haruka. 2014. “Water Conservation.

http://kudanilhamil23.blogspot.com/2014/06/water-conservation.html. Diakses

tanggal 03 April 2015.

Switarto, Bambang dan Sugito. 2012. “Aplikasi Biofilter Aerobik Untuk Menurunkan

Kandungan Detergen Pada Air Limbah Laundry”.

http://digilib.unipasby.ac.id/files/disk1/14/gdlhub--sugito-692-1-aplikasi-n.pdf.

Diakses tanggal 03 April 2015.

Widianti, Dini dan Marisa Handajani. 2009. “Greywater Characterisation To Know The

Potential Utilizationof Greywater Reuse In Bandung City”diakes tanggal 03

april 2015.

http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah . Diakses tanggal 03 April 2015.

37