4. bab 1-4

133
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan.

Upload: dayatpettasiri

Post on 26-Jan-2016

234 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugassssssss

TRANSCRIPT

Page 1: 4. BAB 1-4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG1

Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di

indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya

perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang

optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya

pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-

kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut.

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam

sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan

beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,

tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat.

Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan

terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan

pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber

daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat mempengaruhi pelayanan

kesehatan.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari survey puskesmas ini yaitu untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi masalah-masalah yang ada pada Puskesmas Perawatan

Poasia pada tahun 2013.

C. METODE

Adapun metode pengambilan data dalam survey puskesmas ini yaitu dengan

metode observasi dan wawancara.

Page 2: 4. BAB 1-4

BAB II

KEADAAN DAN MASALAH

A. KEADAAN

1. Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Perawatan Poasia2

Puskesmas perawatan Poasia merupakan puskesmas yang terbaik di seluruh

puskesmas Kota Kendari, dimana target dan cakupan standar pelayanan minimal yang

berlaku secara Nasional dari semua indikator telah mencapai target bahkan sebagian

indikator melebihi dari target. Hal ini membuktikan bahwa petugas kesehatan

puskesmas Poasia telah bekerja dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab

disamping dari kesadaran penduduknya yang cukup tinggi akan pentingnya masalah

kesehatan baik kesehatan pribadi, keluarga, lingkungan dan masyarakat. Berikut akan

dipaparkan mencapaian target dari masing-masing standar pelayanan minimal yang

berlaku secara nasional tersebut.

Tabel 1. Target dan cakupan standar pelayanan minimal puskesmas perawatan Poasia

No Indikator SPM

Definisi Operasional

Cara pengukuran Target

Cakupan

1 Cakupan kunjungan Ibu hamil K4

Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar _______________X 100%Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun

95% 115,6 %,

2 Cakupan komplikasi kebidanan

Ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada

Jumlah komplikasi kebidanan yang

2

Page 3: 4. BAB 1-4

yang ditangani

kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan definitive sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin, RSB, RSU, RSU PONEK).

mendapatkan penanganan definitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu ______________ X 100%Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pd kurun waktu yg sama

80% 100%

3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenagakesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

Jumlah persalinan yang

ditolong oleh tenaga

kesehatan kompeten           

_______________

_X100%

Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

90% 113%

4 Cakupan pelayanan nifas

Cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca

Jumlah ibu nifas yang telah

memperoleh 3 kali

pelayanan nifas sesuai

standar oleh tenaga

kesehatan disuatu wilayah

90% 120%

3

Page 4: 4. BAB 1-4

bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

kerja pada kurun waktu

tertentu       

_______________X 100%

Jumlah sasaran ibu nifas

di suatu wilayah kerja

dalam kurun waktu yang

sama

5 Cakupan neonatus dengan komplikasi yangDitangani

Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah neonatus dengan komplikasi yg tertangani_______________X 100%Jumlah seluruh neonatus dgn komplikasi yang ada

80%100%

6 Cakupan kunjungan bayi

Cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan

Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu_______________X 100%Jumlah seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja

90%100%

4

Page 5: 4. BAB 1-4

dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

dalam kurun waktu yg sama

7 Cakupan Desa/Kelurahan Universal ChildImmunization (UCI)

Desa kelurahan di mana ≥ 80% dari jumlah bayi yg ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu 1 tahun

Jumlah desa / kelurahan UCI______________ X 100%Seluruh desa/ kelurahan

100% 100%

8 Cakupan pelayanan anak balita

Cakupan anak balita (12–59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun, pemberian vitamin A 2x setahun

Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu________________X100%Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam waktu yang sama

90% 78%

5

Page 6: 4. BAB 1-4

9 Cakupan pemberian makanan pendamping ASIpada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari

Jumlah anak usia 6-24 bulan keluarga miskin yg mendapat MP-ASI_______________ X 100%Jumlah seluruh anak usia 6-24 bulan keluarga miskin

100%66,3%

10 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

Bayi gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan disatu wilayah kerja pd kurun waktu tertentu_______________x 100 %Jumlah seluruh balita gizi buruk yg ditemukan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yg sama

100%100 %

11 Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD danSetingkat

Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat yg diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah

Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat yg diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan bersama tenaga terlatih disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu_______________x 100%Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat disatu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama

100% 71,46 %

6

Page 7: 4. BAB 1-4

kerja pada kurun waktu tertentu

12 Cakupan peserta KB aktif

Cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu_______________x 100 %Seluruh Pasangan Usia Subur di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama

70% 102,12 %

13 Cakupan penemuan dan penanganan penderitaPenyakita. Acute

Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

b. Penemuan Penderita

a. Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk < 15 tahun pertahun di satu wilayah kerja tertentu

b. Persentase balita dengan Pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di

a. Jumlah kasus AFP non Polio yang dilaporkan   ____________X 100.000Jumlah Penduduk < 15 tahunb.

b. Jumlah penderita pneumonia balita yang ditangani di 1 wilayah kerja pd kurun waktu 1 tahun ______________X100 %Jumlah perkiraan penderita Pneumonia balita di satu Wilayah

100%a. tiap

tahun: ≥ 2/100.000 penduduk dibawah 15 tahun

b. 100%

100%

7

Page 8: 4. BAB 1-4

Pneumonia Balita

c. Penemuan pasien baru TB BTA Positif

d. Penderita DBD yang ditangani

Sarana Kesehatan di satu wilayah dalam waktu satu tahun

c. Angka penemuan pasien baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR) adalah persentase jumlah penderita baru TB BTA positif yang ditemukan dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus baru TB BTA positif dalam wilayah tertentu dalam waktu satu tahun

d. Persentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam waktu 1 (satu) tahun

kerja pada kurun waktu yg sama.

c. Jumlah pasien baru TB BTA (+) yang ditemukan dan diobati dalam 1 wilayah selama 1 tahun ______________X 100%Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA positif dalam satu wilayah dalam waktu satu tahun

d. Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP di satu wilayah dalam waktu 1 tahun ______________X 100%Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam waktu satu tahun yang sama

c. 100%

d. 100%

101%

90,38%

100%

8

Page 9: 4. BAB 1-4

e. Penemuan penderita diare

dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama

e. Penemuan penderita diare adalah jumlah penderita yang datang dan dilayani di Sarana Kesehatan dan Kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun

e. Jumlah penderita diare yang datang dan dilayani di sarana Kesehatan dan Kaderdi suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun______________X 100%Jumlah perkiraan penderita diare pd satu wilayah tertentu dalam waktu yg sama (10% dari angka kesakitan diare x jumlah penduduk)

e. 100%

151%

14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakatMiskin

Jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu

Jumlah kunjungan pasien maskin di Sarkes strata 1 ______________ x 100 %Jumlah seluruh maskin di kab/kota 100% 36,7

%

Sumber: Data Sekunder puskesmas Poasia Tahun 2013

2. Analisis Penyebab Masalah Kunjungan Ibu hamil K4

9

Page 10: 4. BAB 1-4

Analisis masalah dilakukan untuk menentukan kemungkinan penyebab masalah dengan metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan, dan output). Pendekatan input meliputi 5M (Man, Money, Methode, Material, Machine) yang akan dibahas sebagai berikut

a. Analisis Input

Tabel 2. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)

dan koordinator program yang kompeten untuk pelayanan kunjungan ibu hamil di puskesmas

- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program kunjungan ibu hamil K4

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program K4

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program kunjungan ibu hamil K4, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemeriksaan K4

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemeriksaan kunjungan ibu hamil di puskesmas

- Pemberian tablet Fe pada semua ibu hamil

- Imunisasi TT ibu hamil

Tidak ada masalah

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada ibu hamil (Tensi, alat pengukur tinggi badan dan berat badan, lenec, meteran dll )

- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil (misalnya USG)

10

Page 11: 4. BAB 1-4

- Tersedianya peralatan untuk persalinan (partus set dll)

- kepatuhan ibi hamil dalam melakukan ANC

b. Analisis Proses Tabel 3. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program kunjungan ibu hamil K4 bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)

Tidak ada masalah

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan khusus untuk ibu hamil misalnya, pengukuranTD, BB,TB, LiLa, Lingkar perut, lingkar pinggul, DJJ dll .

- Penggalian tentang riwayat kehamilan ibu cukup memadai

- Pemberian imunisasi TT ibu hamil

- Pemberian tablet SF

- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga ibu hamil

- Masih adanya ibu hamil yang beresiko tinggi (usia bumil < 20 tahun dan > 35 tahun serta jarak kelahiran )

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program Kunjungan ibu hamil K4 dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan kunjungan ibu hamil K4 rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang

Tidak ada masalah

11

Page 12: 4. BAB 1-4

pentingnya pemeriksaan ibu hamil (ANC)

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan kunjungan ibu hamil K4 Puskesmas perawatan Poasia selama

periode 2013 adalah sebesar 115,6 %, sudah melebihi dari target pencapaian yang

ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 95%.

Dari pencapaian skor ini bukan menjadi menjadi masalah karena telah mencapai

target bahkan melebihi target dinas kesehatan nasional.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan kunjungan ibu hamil K4 Puskesmas perawatan Poasia selama

periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana

didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian ibu

selama dalam kurun waktu satu tahun adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi

yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup)

dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada

tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan karena telah

mencapai target MDGs.

3. Analisis Penyebab Masalah Program Komplikasi Kebidanan yang Ditangania. Analisis Input

Tabel 4. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)

dan koordinator program yang kompeten untuk pelayanan komplikasi kebidanan

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penanganan komplikasi kebidanan

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program penanganan komplikasi kebidanan, misalnya ada dana untuk petugas

12

Page 13: 4. BAB 1-4

tiap kali melalkukan penanganan komplikasi kebidanan

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penanganan komplikasi kebidanan di puskesmas

- Penyuluhan individu dilakukan tiap pelaksanaan posyandu

- Penjaringan bumil Resti- Pemberian tablet Fe pada setiap

ibu hamil- Imunisasi TT ibu hamil

- Penyuluhan dilakukan jika terdapat tanda-tanda komplikasi kebidanan

- Masih adanya pertolongan persalinan oleh tenaga nonmedis

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan komplikasi kebidanan (tensi meter, termometer, dll)

- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk pemantauan tumbuh kembang janin (misalnya USG)

b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 5. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan komplikasi kebidanan yang ditangani bekerja sama lintas program (Promkes,KIA, Gizi, atau pengobatan)

Tidak ada masalah

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan khusus untuk ibu dengan komplikasi kebidanan.

- Penjaringan bumil resti

- Masih adanya ibu hamil yang beresiko tinggi (usia bumil < 20 tahun dan > 35 tahun serta jarak kelahiran )

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

- Laporan program komplikasi kebidanan yang ditangani dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten

Tidak ada masalah

13

Page 14: 4. BAB 1-4

) tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan ibu hamil (ANC)

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan bumil risti / komplikasi kebidanan yang ditangani di wilayah kerja

Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100 % (tertangani

130 bumil risti / komplikasi kebidanan dari 130 kasus), dimana target pencapaian

yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar

80%. Dari pencapaian skor ini membuktikan bahwa keberhasilan tenaga kesehatan

dalam hal promosi, preventif dan pengobatan di masyarakat.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada yaitu tidak ditemukannya kasus ibu dengan

komplikasi kebidanan hal ini berarti bahwa tenaga kesehatan berhasil dalam

pelayanan kesehatan masyarakat baik dari segi promosi kesehatan maupun

pengobatan. Dalam hal ini memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi

dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka

kematian ibu selama dalam kurun waktu satu tahun adalah 0. Sedangkan angka

kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620

kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000

14

Page 15: 4. BAB 1-4

kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan

karena telah mencapai target MDGs.

4. Analisis Penyebab Masalah Program Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanana. Analisis Input

Tabel 6. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)

dan koordinator program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan prtolongan persalinan

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas

- Penyuluhan individu dilakukan tiap pelaksanaan posyandu

- Masih adanya pertolongan persalinan oleh tenaga nonmedis

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, dukun terlatih

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang dampak persalinan yang tidak steril (misal: poster, pamflet dll)

Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan komplikasi kebidanan (tensi meter, termometer, dll)

- Tersedianya alat untuk persalinan (missal partus set dll)

- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk pemantauan tumbuh kembang janin (misalnya USG)

b. Analisis Proses

15

Page 16: 4. BAB 1-4

Tabel 7. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bekerja sama lintas program (Promkes,KIA, Gizi, atau pengobatan)

Tidak ada masalah

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan ibu hamil untuk pertolongan persalinan

- Bidan melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar pada APN

- Masih adanya ibu hamil yang memilih ke dukun untuk bersalin

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Tidak ada masalah

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan di wilayah kerja Puskesmas perawatan Poasia selama periode

16

Page 17: 4. BAB 1-4

2013 adalah sebesar 113 % dimana target pencapaian yang ditetapkan Dinas

Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 90%. Dari pencapaian

skor ini bukan menjadi masalah karena telah mencapai target bahkan melebihi target

dinas kesehatan nasional.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 memilki

outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan selama dalam

kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian ibu selama dalam kurun waktu

satu tahun adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup

(2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target MDgs angka

kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu 102 per

100.000 kelahiran pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah

kesehatan karena telah mencapai target MDGs.

5. Analisis Penyebab Masalah Program Pelayanan Nifasa. Analisis Input

Tabel 8. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)

dan koordinator program pelayanan nifas

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pelayanan nifas

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pelayanan nifas, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pelayanan nifas

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan di puskesmas

- Masih adanya ibu nifas yang tidak ikut serat dalam pelayanan nifas

17

Page 18: 4. BAB 1-4

- Penyuluhan individu dilakukan tiap ada ibu nifas

- Penyuluhan pemberian ASI eksklusif

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, dukun terlatih

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang pelayanan nifas (misal: poster, pamflet dll)

- Penyuluhan dilakukan hanya pada ibu nifas yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan) sehingga ibu nifas yang tidak diolong bidan tidak mengetahui pentingnya pelayanan nifas

Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik untuk ibu nifas (tensi meter, termometer, dll)

b. Analisis Proses Tabel 9. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

- Rencana program pelayanan nifas bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)

Tidak ada masalah

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan dan pelayanan ibu nifas

- Bidan melakukan penyuluhan idndividu tentang pentingnya pelyanan nifas dan pemberian ASI eksklusif

- Masih adanya ibu hamil yang tidak ikut serta dalam pelayanan nifas

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program pelyanan nifas dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan

Tidak ada masalah

18

Page 19: 4. BAB 1-4

pelyanan nifas yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pelyanan nifas

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan program pelyanan nifas di wilayah kerja Puskesmas perawatan

Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 120% dimana target pencapaian yang

ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 90%.

Dari pencapaian skor ini bukan menjadi masalah karena telah mencapai target bahkan

melebihi target dinas kesehatan nasional.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan program pelyanan nifas Puskesmas perawatan Poasia selama periode

2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan

selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian ibu selama dalam

kurun waktu satu tahun adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000

kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target

MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian

ibu 102 per 100.000 kelahiran pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu

masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs

6. Analisis Penyebab Masalah Program Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangania. Analisis Input

Tabel 10. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)

dan koordinator program - SDM puskesmas sudah cukup

besar, kecuali dokter umum yang

19

Page 20: 4. BAB 1-4

cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali penanganan komplikasi neonatus

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani oleh tenaga kesehatan di puskesmas

- Penyuluhan individu dilakukan jika ditemukan kasus komplikasi neonatus

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang komplikasi neonatus (misal: poster, pamflet dll)

Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada neonatus (stetoskop, termometer, dll)

- belum semua kasus dengan komplikasi neonatus langsung ke pusat pelayanan kesehatan

b. Analisis Proses Tabel 11. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

- Rencana program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)

Tidak ada masalah

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (bidan) melakukan penanganan awal pada komplikasi neonatus

- Melakukan rujukan kasus yang tidak dapat ditanagani di puskesmas

- Penyuuhan dilakukan jika ditemukan kasus

P3 - Laporan program cakupan Tidak ada masalah

20

Page 21: 4. BAB 1-4

(Pengawasan dan

Pengendalian)

neonatus dengan komplikasi yang ditangani dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya komplikasi neonatus

c. Analisis Output Penyebab MasalahBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja neonatus dengan komplikasi yang ditangani di wilayah kerja Puskesmas

perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100% dimana target

pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu

sebesar 80%. Dari pencapaian skor ini bukan menjadi masalah karena telah

mencapai target bahkan melebihi target dinas kesehatan nasional

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan program neonatus dengan komplikasi yang ditangan di Puskesmas

perawatan Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan

bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka

kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620

kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 2015.

7. Analisis Penyebab Masalah Program Cakupan Kunjungan Bayi

21

Page 22: 4. BAB 1-4

a. Analisis Input Tabel 12. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)

dan koordinator program kunjungan bayi

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program kunjungan bayi

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program kunjungan bayi, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali pelayanan kunjungan bayi

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya kunjungan bayi di puskesmas

- Penyuluhan dilakukan setiap posyandu

- Karena penyuluhan hanya dilakukan di posyandu maka Ibu yang tidak datang posyandu tidak mengetahui pentingnya kunjungan bayi di pusat kesehatan masyarakat

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang manfaat kunjungan bayi (misal: poster, pamflet dll)

Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada bayi (stetoskop, termometer, timbangan, meteran dll)

- Belum semua bayi ke pusat pelayanan kesehatan

b. Analisis Proses Tabel 13. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

- Rencana program kunjungan bayi bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)

Tidak ada masalah

P2 - Petugas (dokter, bidan, - Tidak semua bayi datang ke

22

Page 23: 4. BAB 1-4

(Pelaksanaan)

perawat dan kader posyandu) melakukan pemeriksaan pada bayi tiap ada kunjungan bayi baik di puskesmas, posyandu, pustu dll

- Penyuluhan individu dilakukan setiap kunjungan

posyandu- Masih banyaknya bayi yang

tidak mendapatkan ASI eksklusif

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program cakupan kunjungan bayi dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan kunjungan bayi yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan pentingnya kunjungan bayi

Tidak ada masalah

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja program cakupan kunjungan bayi di wilayah kerja Puskesmas perawatan

Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100% dimana target pencapaian yang

ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 90%.

Dari pencapaian skor ini bukan menjadi masalah karena telah mencapai target

bahkan melebihi target dinas kesehatan nasional.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja program cakupan kunjungan bayi Puskesmas perawatan Poasia selama

23

Page 24: 4. BAB 1-4

periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan bayi dimana didapatkan

selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian bayi yaitu 3 per

1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana

target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun

2015.

8. Analisis Penyebab Masalah Program Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)a. Analisis Input

Tabel 14. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan

(dokter, bidan, perawat) dan koordinator program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI), misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan imunisasi

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Universal Child Immunization (UCI)

- Penyuluhan dilakukan setiap posyandu

- Tidak semua ibu-ibu ingin anaknya diberikan imunisasi dengan alasan kepercayaan keagamaan

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang manfaat desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (misal: poster, pamflet dll)

Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada bayi dan balita (stetoskop, termometer, timbangan, meteran dll)

- Belum semua bayi dan balita ke pusat pelayanan kesehatan untuk medapatkan imunisasi

24

Page 25: 4. BAB 1-4

- Tersedianya KMS

b. Analisis Proses Tabel 15. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

- Rencana program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)

- Hanya menunggu anak datang ke pusat pelayanan kesehatan untuk melakukan imunisasi pada waktu tertentu

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (dokter, bidan, perawat) melakukan pemeriksaan fisis pada tiap bayi yang ingin diimunisasi

- Penyuluhan individu dilakukan setiap kunjungan

- Pencatatan semua hasil pemeriksaan fisis dan imunisasi yang telah didapatkan anak

- Tidak semua bayi datang ke posyandu untuk imunisasi

- Masih adanya KLB varicella di sekolah dasar

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan pentingnya Universal Child Immunization (UCI)

Tidak ada masalah

25

Page 26: 4. BAB 1-4

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja program cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) di

wilayah kerja Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar

100% kecuali imunisasi HB0 cakupannya hanya 63,7% dimana target pencapaian

yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar

100%. Pencapaian skor ini merupakan suatu masalah karena tidak mencapai target

dinas kesehatan nasional.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Puskesmas

perawatan Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan

bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka

kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620

kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 2015.

9. Analisis Penyebab Masalah Program pelayanan anak balitaa. Analisis Input

Tabel 16. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan

dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program pelayanan anak balita di puskesmas

- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program pelayanan anak balita

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah - Tidak adanya dana khusus

26

Page 27: 4. BAB 1-4

untuk program pelayanan anak balita

(reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pelayanan anak balita, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan pertumbuhan anak balita dan pemberian vitamin

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemberian pelayanan anak balita di puskesmas

- Pemberian pelayanan anak balita pada setiap bayi dan balita

- Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita

- Pemberian vitamin A pada anak balita

Tidak ada masalah

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada anak balita (Tensi, alat pengukur tinggi badan dan berat badan,pengukur lengan, meteran dll )

- Tersedianya peralatan untuk persalinan (partus set dll)

- kepatuhan ibi hamil dalam melakukan ANC

- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk pelayanan anak balita

b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 17. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program pelayanan anak balita bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau

-

27

Page 28: 4. BAB 1-4

pengobatan)

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan khusus anak balita misalnya, pengukuran BB,TB, LiLa, Lingkar perut, dll .

- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

- Pemberian vitamin A

- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua

- Masih adanya ditemukan bayi dengan pertumbuhan dibawah normal dan juga melebihi

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program pelayanan anak balita dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan pelayanan anak balita rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan anak balita

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan pelayanan anak balita yang memperoleh pemantauan pertumbuhan

minimal 8 kali disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Puskesmas perawatan

Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 78 %, belum mencapai target pencapaian

yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar

90%. Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai target dinas

kesehatan nasional.

28

Page 29: 4. BAB 1-4

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan pelayanan anak balita Poasia selama periode 2013 memilki output

yang tidak mencapai target tapi secara keseluruhan memiliki outcome yang baik bagi

kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun

didapatkan angka kematian ibu selama dalam kurun waktu satu tahun adalah 0 karena

dilihat bahwa derajat kesehatan itu dilihat dari berbagai faktor. Sedangkan angka

kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620

kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan

karena telah mencapai target MDGs.

10. Analisis Penyebab Masalah pada Program pemberian makanan

pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

a. Analisis Input pelayanan anak balita

Tabel 18. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan

dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin di puskesmas

- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan

29

Page 30: 4. BAB 1-4

pemantauan dan penyuluhan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin di puskesmas

- pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin pada setiap bayi

- Pemantauan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

Machine - Tersedianya alat untuk memperkenalkan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

- kepatuhan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

- Masih minimnya alat dalam memperkenalkan pentingnya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 19. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)

tidak ada masalah

30

Page 31: 4. BAB 1-4

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (bidan) melakukan perkenalan dan penjelasan tentang pentingnya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

-

- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua

- Masih adanya ditemukan bayi dengan pertumbuhan dibawah normal dan juga melebihi

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

tidak ada masalah

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan

keluarga miskin Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar

66,3 %, belum mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan

31

Page 32: 4. BAB 1-4

Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini

menjadi masalah karena tidak mencapai target dinas kesehatan nasional.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan pemberian makanan pendamping ASI Poasia selama periode 2013

memilki outcome yang kurang baik bagi kesehatan bayi dimana didapatkan selama

dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kejadian ISPA dan diare masih

cukup tinggi dan menjadi sepuluh penyakit terbesar di wilayah puskesmas.

Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang

meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu

24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu

masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs.

11. Analisis Penyebab Masalah pada Program balita gizi buruk mendapat

perawatan

a.Analisis Input balita gizi buruk mendapat perawatan

Tabel 20. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan

(perawat dan dokter) dan koordinator program yang kompeten untuk program balita gizi buruk mendapat perawatan di puskesmas

- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program balita gizi buruk mendapat perawatan

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program balita gizi buruk mendapat perawatan

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program balita gizi buruk mendapat perawatan, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan penyuluhan tentang bagaimana apabila terdapat nalita gizi buruk

32

Page 33: 4. BAB 1-4

dan perawatan yang dilakukanMethode - Terdapat SOP untuk

melaksanakan upaya balita gizi buruk mendapat perawatan di puskesmas

- balita gizi buruk mendapat perawatan pada setiap balita

- Pemantauan balita gizi buruk mendapat perawatan

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program balita gizi buruk mendapat perawatan

- kepatuhan ibu dan petugas dalam perawatan balita gizi buruk mendapat perawatan

- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam perawatan balita gizi buruk mendapat perawatan

b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 21. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program balita gizi buruk mendapat perawatan bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)

-

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (dokter dan bidan) melakukan perawatan terhadap balita gizi buruk mendapat perawatan

- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

- Penggalian tentang riwayat dalm keluarga

- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua

- Masih adanya ditemukan bayi dengan gizi buruk

33

Page 34: 4. BAB 1-4

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program balita gizi buruk mendapat perawatan dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemantauan gizi dan tumbuh kembang anak balita

Tidak ada masalah

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Puskesmas perawatan Poasia

selama periode 2013 adalah sebesar 66,3 %, belum mencapai target pencapaian yang

ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%.

Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai target dinas

kesehatan nasional.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas Poasia

selama periode 2013 memilki outcome yang kurang baik bagi kesehatan bayi dimana

didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kejadian gizi

kurang dan gizi buruk yang masih cukkup tinggi. Sedangkan prevalensi gizi kurang

tela menurun secara signifikan,dari 31,0% pada tahun 1989 menjadi 17,9% pada

34

Page 35: 4. BAB 1-4

tahun 2010. Pada tahun ini prevalensi gizi buruk turun dari 12,8% pada tahun 1995

menjadi 4,9% pada tahun 2010.

12. Analisis Penyebab Masalah pada Program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

a. Analisis Input Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

Tabel 22. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan

(perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat di puskesmas

- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

- Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat pada setiap siswa SD dan sederajat

- Pemantauan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

35

Page 36: 4. BAB 1-4

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

- kepatuhan petugas dan ibu di rumah terhadap Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 23. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)

-

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (perawat) melakukan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga

- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua

- Masih adanya ditemukan kesehatan yang kurang pada siswa SD dan sederajat

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan

36

Page 37: 4. BAB 1-4

praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan terhadap anak SD dan sederajat

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat Puskesmas perawatan

Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 71,46 %, belum mencapai target

pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu

sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai

target dinas kesehatan nasional.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat Poasia selama periode

2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan anak dimana didapatkan selama

dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka penderita pada anak SD dan

setingkat masih kurang.

13. Analisis Penyebab Masalah pada Program Peserta KB aktifa. Analisis Input Peserta KB aktif

Tabel 24. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)

dan koordinator program yang kompeten untuk program Peserta KB aktif di puskesmas

- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Peserta KB aktif

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Peserta KB aktif

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Peserta

37

Page 38: 4. BAB 1-4

KB aktif, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap Peserta KB aktif

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Peserta KB aktif

- Pendataan Peserta KB aktif pada setiap ibu usia produktif

- Pemantauan Penjaringan Peserta KB aktif

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

- kepatuhan petugas dan ibu di rumah terhadap Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat

b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 25. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program KB aktif bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)

-

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (perawat) melakukan Penjaringan KB aktif

- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

- Penggalian tentang riwayat

- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua

- Masih adanya ditemukan ibu usia produktif tidak sebagai peserta KB aktif

38

Page 39: 4. BAB 1-4

dalam keluargaP3

(Pengawasan dan

Pengendalian)

- Laporan program Penjaringan KB aktif dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan Penjaringan pengguna KB aktif rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan KB aktif

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan pengguna KB aktif Puskesmas perawatan Poasia selama periode

2013 adalah sebesar 102,12 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan

Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 70%. Dari

pencapaian skor ini tidak menjadi masalah karena mencapai target dinas kesehatan

nasional.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan pengguna KB aktif Poasia selama periode 2013 memilki outcome

yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu

satu tahun didapatkan angka kematian ibu selama dalam kurun waktu satu tahun

adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi

yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi

yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu

masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs.

39

Page 40: 4. BAB 1-4

14. Analisis Penyebab Masalah pada Program penemuan dan penanganan penderita Penyakit

a. Penemuan pasien baru TB BTA Positif1) Analisis Input pasien TB BTA positif

Tabel 26. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan

(dokter dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program Penemuan pasien baru TB BTA Positif di puskesmas

- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Penemuan pasien baru TB BTA Positif

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap Penemuan pasien baru TB BTA Positif

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Penemuan pasien baru TB BTA Positif

- Pendataan Penemuan pasien baru TB BTA Positif pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas

- Pemantauan Penjaringan Penemuan pasien baru TB BTA Positif

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

40

Page 41: 4. BAB 1-4

Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penemuan pasien baru TB BTA Positif

- kepatuhan petugas dan ibu di rumah terhadap Penemuan pasien baru TB BTA Positif

- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam Penemuan pasien baru TB BTA Positif

2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 27. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)

-

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (perawat) melakukan Penemuan pasien baru TB BTA Positif

- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga

- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua

- Masih adanya ditemukan kasus pasien baru TB BTA Positif

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan Penjaringan Penemuan pasien baru TB BTA Positif masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan dan menghindari

41

Page 42: 4. BAB 1-4

penyakit TB 3) Analisis Output

Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja Penemuan pasien baru TB BTA Positif Puskesmas perawatan Poasia

selama periode 2013 adalah sebesar 90,38 %, tidak mencapai target pencapaian

yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar

100%. Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai target

dinas kesehatan nasional.

4) Analisis Outcome

Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan Penemuan pasien baru TB BTA Positif Poasia selama periode

2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan

selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka Penemuan pasien baru

TB BTA Positif mencapai sasaran. Sedangkan angka penemuan kasus TB (CDR)

dan angka keberhasilan TB (SR) tahun 2009 sudah melampaui target MDGs tahun

2015.

b. Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15

tahun

1) Analisis Input Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk <

15 tahun

Tabel 28. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter

dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

42

Page 43: 4. BAB 1-4

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

- Pendataan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas

- Pemantauan Penjaringan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

43

Page 44: 4. BAB 1-4

2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 29. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)

-

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (perawat) melakukan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga

- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua

- Masih adanya ditemukan kasus Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan Penjaringan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan

44

Page 45: 4. BAB 1-4

penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan menngindari kasus Acute Flacid Paralysis (AFP)

3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk

< 15 tahun Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100 %, telah mencapai target

pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu

sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini tidak menjadi masalah karena telah

mencapai target dinas kesehatan nasional.

4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk

< 15 tahun di Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang baik bagi

masyarakat.

c. Penemuan Penderita Pneumonia Balita

1) Analisis Input Penderita Pneumonia Balita

Tabel 30. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter

dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program penemuan Penderita Pneumonia Balita di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program penemuan Penderita Pneumonia Balita

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penemuan Penderita Pneumonia Balita

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program

45

Page 46: 4. BAB 1-4

penemuan Penderita Pneumonia Balita, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap penemuan Penderita Pneumonia Balita

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penemuan Penderita Pneumonia Balita Pendataan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas

- Pemantauan Penjaringan penemuan Penderita Pneumonia Balita

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program penemuan Penderita Pneumonia Balita

- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap penemuan Penderita Pneumonia Balita

- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam penemuan Penderita Pneumonia Balita

2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 31. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program penemuan Penderita Pneumonia Balita bekerja sama lintas program (KIA,kesling,Promkes, Gizi)

-

P2 - Petugas (perawat) - Kurangnya penggalian tentang

46

Page 47: 4. BAB 1-4

(Pelaksanaan)

melakukan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga

riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua

- Masih adanya ditemukan kasus penemuan Penderita Pneumonia Balita

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program penemuan Penderita Pneumonia Balita dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan Penjaringan penemuan Penderita Pneumonia Balita masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan menghindari kasus Penderita Pneumonia Balita

3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan penemuan Penderita Pneumonia Balita Poasia selama periode 2013

adalah sebesar 101 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas

Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian

skor ini tidak menjadi masalah karena telah mencapai target dinas kesehatan

nasional.

4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan pelayanan anak balita Poasia selama periode 2013 memilki outcome

47

Page 48: 4. BAB 1-4

yang baik bagi kesehatan bayi Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000

kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target

MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal

ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs.

d. Penemuan Penderita DBD yang ditangani

1) Analisis Input Penderita DBD yang ditangani

Tabel 32. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter

dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program penderita DBD yang ditangani di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program penemuan penderita DBD yang ditangani

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penemuan Penderita penderita DBD yang ditangani

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program penderita DBD yang ditangani, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap penderita DBD yang ditangani

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penderita DBD yang ditangani setiap penduduk wilayah kerja puskesmas

- Pemantauan penderita diare yang ditangani

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

48

Page 49: 4. BAB 1-4

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program penderita DBD yang ditangani

- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap penderita DBD yang ditangani

- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam penderita DBD yang ditangani

2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 33. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program penemuan penderita DBD yang ditangani bekerja sama lintas program (KIA,kesling,Promkes, Gizi)

-

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (perawat) melakukan Penemuan penderita DBD yang ditangani Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga

- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua

- Masih adanya ditemukan kasus penemuan penderita DBD yang ditangani

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program penemuan penderita DBD yang ditangani kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan Penjaringan penemuan penderita DBD yang ditangani masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan

49

Page 50: 4. BAB 1-4

tentang pentingnya menjaga kesehatan menghindari kasus penderita DBD yang ditangani

3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan penemuan kasus penderita DBD yang ditangani Poasia selama periode

2013 adalah sebesar 100 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas

Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian

skor ini tidak menjadi masalah karena telah mencapai target dinas kesehatan

nasional.

4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan penemmuan kasus penderita DBD yang ditangani Poasia selama

periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan masyarakat. Dengan untuk

target MDGs mengalami peningkatan untuk penyakit menular untuk perawatan

penyakit menular.

e. Penemuan Penderita diare

1) Analisis input

Tabel 34. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter

dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program penderita diare di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program penemuan penderita diare

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penemuan penderita diare

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program

50

Page 51: 4. BAB 1-4

penderita penderita diare, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap penderita penderita diare

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penemuan penderita diare pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas

- Pemantauan Penjaringan penemuan penderita diare

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program penderita diare

- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap penderita diare

2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 35. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program penemuan penderita diare bekerja sama lintas program (KIA,P2M,kesling,Promkes, Gizi)

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (perawat) melakukan Penemuan penderita diare Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga

- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua

- Masih adanya ditemukan kasus penemuan penderita diare pada masyarakat

51

Page 52: 4. BAB 1-4

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program penemuan penderita diare kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan Penjaringan penemuan penderita diare masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan menghindari kasus penderita diare

3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan penemuan kasus penderita diare Poasia selama periode 2013 adalah

sebesar 151 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan

Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini tidak

menjadi masalah karena telah mencapai target dinas kesehatan nasional.

4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan penemuan kasus penderita diare Poasia selama periode 2013 memilki

outcome yang baik bagi kesehatan balita dimana didapatkan angka kematian bayi

yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup)

dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada

tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan karena telah mencapai

target MDGs.

15. Analisis Penyebab Masalah pada Program pelayanan kesehatan dasar

masyarakat miskin

52

Page 53: 4. BAB 1-4

a. Analisis Input program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

Tabel 36. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan dan

petugas puskesmas dan koordinator program yang kompeten untuk program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

- Pemantauan Penjaringan dalam pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat

- Tersedia Toko obat berizin - Tersedia Laboratorium

- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).

Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

- kepatuhan petugas dan ibu di

- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam Penjaringan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

53

Page 54: 4. BAB 1-4

rumah terhadap Penjaringan dalam pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 37. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin bekerja sama lintas program (KIA,P2M,Promkes, Gizi, Kesling,dll)

-

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas (perawat) melakukan Pendataan dalam pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai

- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga

- Kurangnya perhatian terhadap meratanya pelaksanaan program di dalam masyarakat

- Masih adanya ditemukan mamsyarakat yang tidak memperoleh pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

- Jika angka cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan

- Masyarakat yang kurang perhatian dalam mengurus keikutsertaan dalam program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

54

Page 55: 4. BAB 1-4

kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Puskesmas

perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 36,78 %, telah mencapai

target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015

yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini tidak menjadi masalah karena

mencapai target dinas kesehatan nasional.

d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator

kinerja cakupan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Puskesmas

Perawatan Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang kurang baik.

Kemiskinan extreme adalah proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan

perkapita kkurang dari USD 1/ hari, telah menurun dari 20,6% pada tahun 1990

menjadi 5,9% pada tahun 2008.

B. KEGIATAN LUAR GEDUNG

1. Posyandu3,4

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

55

Page 56: 4. BAB 1-4

memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka

kematian ibu, bayi, dan balita.

Pelaksanaan kegiatan Posyandu di tingkat Nasional dilaksanakan setiap satu

bulan satu kali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK

Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu

dilakukan pelayanan masyarakat yaitu :Pendaftaran, Penimbangan, Pengisian KMS,

Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS. Penyuluhan tersebut meliputi:

1) Informasi kesehatan tentang anak balita berdasarkan hasil penimbangan berat

badan, diikuti pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A;

2) Memberikan informasi kepada ibu hamil yang termasuk risiko tinggi tentang

kesehatannya diikuti dengan pemberian tablet tambah darah;

3) Memberikan informasi kepada PUS (Pasangan Usia Subur) agar menjadi

anggota KB lestari diikuti dengan pemberian dan pelayanan alat kontrasepsi.

Pelayanan KB pada posyandu meliputi: Pembagian pil atau kondom,

Pengobatan ringan, Kosultasi KB-Kes.

Posyandu yang ada di Puskesmas Poasia ada 20 Posyandu yang tediri dari 16

posyandu dan 4 posyandu lansia, yang tersebar dalam 4 kelurahan yaitu di Kelurahan

Anduonohu, Rahandouna, Anggoeya, Matabubu. Tempat pelaksanaan Posyandu

tersebut diantaranya di Rumah Kader, Madrasah dan Rumah RW karena belum

mempunyai tempat yang memadai khusus untuk pelaksanaan Posyandu. Pelaksanaan

Posyandu masing-masing dilaksanakan setiap satu bulan satu kali.

Sumber Daya Posyandu di Puskesmas Poasia terdiri dari petugas kesehatan dan

Kader posyandu yang telah terlatih dengan jumlah kader aktif masing-masing

posyandu 5 orang kader. Namun pada kenyataannya di lapangan kader-kader tersebut

kadang tidak datang dikarenakan berbagai alasan.

Dalam kegiatan Posyandu belum menggunakan komputerisasi dalam hal ini

semuanya dilakukan secara manual, sehingga untuk melakukan pendaftaran ataupun

pelayanan masih dalam bentuk kertas sesuai dengan format yang telah ditentukan.

Untuk pendaftarannya dilakukan oleh kader.

56

Page 57: 4. BAB 1-4

Kegiatan pokok Posyandu di Puskesmas Poasia yaitu :

1) Pendaftaran

2) Penimbangan

3) Pencatatan KMS/ buku KIA

4) Penyuluhan

5) Pelayanan Kesehatan, ANC dan KB

Dari tiga posyandu yang kami kunjungi salah satunya hanya memiliki

timbangan bayi sehingga tidak semua balita dapat ditimbang. Pada program

penyuluhan tidak berjalan efektif karena ibu balita datang satu per satu pulang satu

per satu pula sehingga penyuluhan yang diberikan oleh petugas promosi kesehatan

tidak semua didengar oleh ibu-ibu, serta perhatian mereka terhadap petugas promosi

kesehatan kurang karena mereka terfokus kepada petugas kesehatan lainnya yang

akan melakukan tindakan kesehatan kepadanya dan kepada anaknya.

Gambar 1. Pendaftaran Gambar 2. Penimbangan Gambar 3. Pencatatan

57

Page 58: 4. BAB 1-4

Gambar 4. Penyuluhan Kelompok ASI Eksklusif Gambar 5. Penyuluhan Individu Diare

Gambar 6. Pembagian Pamflet Gambar 7. Pelayanan ANC

Gambar 8. Pelayanan Imunisasi Gambar 9. Penjaringan PTM

a. Analisis Penyebab Masalah pada pelaksanaan Posyandu

58

Page 59: 4. BAB 1-4

1) Analisis Input Tabel 38 . Analisis Input Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan,

perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk pelaksanaan posyandu

- Kader posyandunya kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program posyandu

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program posyandu

Methode - Pemeriksaan fisis (penimbangan) - Pencatatan, Penyuluhan - Pelayanan kesehatan (misal:

ANC, imunisasi)

- Penyuluhan pasien masih kurang- Penyuluh tidak menggunakan

media promossi dalam penyuluhan

Material - tersedia tempat posyandu di kantor desa

- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke posyandu lansia

- Masih minimnya media promosi yang tersedia (misal: poster, pamflet).

Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik (tensi meter, meteran dan timbangan)

- tidak tersedia timbangan untuk anak balita sehingga anak balita sebagian tidak ditimbang

2) Analisis Proses Tabel 39. Analisis Proses

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan posyandu bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)

Tidak ada masalah

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas kesehatan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis pada ibu hamil, nifas, bayi dan balita

- Penyuluhan - Imunisasi - Pelayanan KB- Penjaringan penyakit tidak

menular (PTM)

- pengukuran berat badan tidak efisien

- penjaringan PTM tidak sepenuhnya dapat dilakukan karena keterbatasan alat tes gula darah, asam urat, dan kolesterol

- kurangnya perhatian warga terhadap penyuluhan yang diberikan

59

Page 60: 4. BAB 1-4

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program posyandu dilaporkan ke puskesmas tiap bulan dan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan,

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

Tidak ada masalah

3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan posyandu

di wilayah kerja Puskesmas perawatan Poasia pada tanggal 08,09 dan 16 Mei 2014

ibu dan balita yang datang sudah sesuai dengan target puskesmas Dari pencapaian

skor ini membuktikan bahwa keberhasilan tenaga kesehatan dalam hal promosi

kesehatan akan pentingnya posyandu sudah cukup baik.

2. Posyandu Lansia5

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut

di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat

dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan

pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia

yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran

serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam

penyelenggaraannya. Posyandu lansia ini merupakan suatu fasilitas pelayanan

kesehatan yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut.

Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan sistem 5 meja yaitu:

1) Meja 1: Pendaftaran, mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia

tersebut. Lansia yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja

selanjutnya.

2) Meja 2:  Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan

darah

60

Page 61: 4. BAB 1-4

3) Meja 3: Pencatatan (PengisianKMS), kader melakukan pencatatan di KMS

lansia meliputi :IMT, tekanan darah, berat badan, tinggi badan.

4) Meja 4: Penyuluhan, penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan

pemberian makanan tambahan.

5) Meja 5: Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari

Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan

Pelaksanaan posyandu lansia di Kelurahan Anduonohu ini sudah berjalan

sesuai dengan standar nasional yaitu terdiri dari 5 mekanisme pelayanan namun

hanya terdapat 1 meja di mana meja tsb dilakukan yg 5 sistem posyandu tersebut.

Petugas kesehatannya juga kurang (hanya 4 orang) sehingga petugas di bagian

pendaftaran merangkap di pencatatan KMS. Edukasi pasien masih kurang serta

pengukuran BB pasien tidak efisien.

Gambar 10. Pendaftaran Gambar 11. Pemeriksaan Fisis lansia

Gambar 12. Penyuluhan Gambar 13. Pengobatan Ringan

61

Page 62: 4. BAB 1-4

a. Analisis Penyebab Masalah pada pelaksanaan posyandu Lansia

1) Analisis Input Tabel 40. Analisis Input Kemungkinan Penyebab Masalah

Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan,

perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk pelaksanaan posyandu lansia

- Kader posyandunya kurang

Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program posyandu lansia

- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program posyandu lansia

Methode - Pemeriksaan fisis dan anamnesis- Penyuluhan dilakukan sesuai

dengan keluhan- Pemberian pengobatan dasar

sesuai dengan keluhan lansia

- Penyuluhan pasien masih kurang

Material - posyandu lansia di rumah warga- Ada ambulans dan kendaraan roda

dua sebagai alat transportasi ke posyandu lansia

- Masih minimnya media promosi yang tersedia (misal: poster).

Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada usila (tensi meter, meteran dan timbangan)

- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk pemantauan system metabolic misalnya alat pemeriksaan Gula darah, kolesterol dan asam urat

2) Analisis Proses Tabel 41. Analisis Proses Penyebab Masalah

Proses Kelebihan KekuranganP1

(Perencanaan)

Rencana pelaksanaan posyandu lansia bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)

Tidak ada masalah

P2 (Pelaksanaan

)

- Petugas kesehatan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis pada lansia

- Penjaringan penyakit tidak

- pengukuran berat badan tidak efisien

- penjaringan PTM tidak sepenuhnya dapat dilakukan karena keterbatasan alat tes gula

62

Page 63: 4. BAB 1-4

menular (PTM) darah, asam urat,, dan kolesterol

- kesadaran usila akan pentingnya posyandu lansia masih kurang

P3 (Pengawasan

dan Pengendalian

)

- Laporan program posyandu lansia dilaporkan ke puskesmas tiap bulan dan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan,

- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.

Tidak ada masalah

3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan posyandu

lansia kelurahan Anduonohu di wilayah kerja Puskesmas perawatan Poasia pada

tanggal 14 Mei 2014 usila yang datang hanya 13 orang (setengah dari biasanya)

dimana target usila di kelurahan tersebut kurang lebih 23 usila. Dari pencapaian

skor ini membuktikan bahwa keberhasilan tenaga kesehatan dalam hal promosi

kesehatan akan pentingnya posyandu lansia ini masih kurang.

C. MASALAH

Adapun masalah-masalah yang ada selama pelaksanaan program kegiatan

indikator standar pelayanan minimal di puskesmas Poasia yaitu

1. Masih minimnya media promosi kesehatan yang beredar di masyarakat

(misal: poster, pamflet dll) serta penyuluhan dilakukan tanpa menggunakan

media promosi kesehatan

2. Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung

dengan program

3. SDM puskesmas yang masih kurang khususnya SDM dalam bidang Promkes

4. Masih adanya pertolongan persalinan oleh tenaga nonmedis

5. Cakupan ASI Eksklusif yang tidak mencapai target

6. Cakupan HB0 tidak mencapai target (63,7 %)

7. Cakupan pelayanan anak balita tidak mencapai target

63

Page 64: 4. BAB 1-4

8. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan

keluarga miskin tidak mencapai target

9. Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat tidak mencapai target

10. Penemuan pasien baru TB BTA Positif tidak mencapai target

11. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat Miskin tidak mencapai target

12. Salah satu posyandu hanya memiliki timbangan bayi sehingga tidak semua

balita dapat ditimbang

13. Kader posyandu yang kurang

14. Edukasi pasien lansia masih kurang

15. Pengukuran berat badan pasien kurang efisien

BAB III

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS POASIA2

1. Wilayah Kerja Puskesmas Poasia

a. Geografi

Puskesmas Poasia terletak di Kecamatan Poasia Kota kendari, sekitar 9

KM dari Ibukota Propinsi. Sebagian besar wilayah kerja merupakan dataran

rendah dan sebagian merupakan perbukitan sehingga sangat ideal untuk

pemukiman. Di bagian utara berbatasan dengan Teluk Kendari yang sebagian

besar berupa hamparan empang. Pada bagian barat yang mencakup 2 kelurahan

(Kel. Anduonohu dan kel. Rahandouna) merupakan daerah dataran yang ideal

untuk pemukinan sehingga sebagian besar penduduk bermukin di kedua

kelurahan ini. Pada bagian timur merupakan daerah perbukitan.

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo

64

Page 65: 4. BAB 1-4

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu.

Luas wilayah kerja Puskesmas Poasia sekitar 4.175 Ha atau 44.75 Km2

atau

15,12 % dari luas daratan Kota Kendari terdiri dari 4 Kelurahan definitif, Yaitu

Anduonohu luas 1.200 Ha, Rahandouna luas 1.275 Ha, Anggoeya luas 1.400 Ha

dan Mata Bubu luas 300 Ha. dengan 82 RW/RK dengan jumlah penduduk 20.463

jiwa serta tingkat kepadatan penduduk 49 orang/m2

atau 490 orang/Km2

, dengan

tingkat kepadatan hunian rumah rata-rata 5 orang/rumah.

.

Teluk Kendari

Kec. Moramo

65

Kel. Matabubu

KEC. ABELI

Kel. AnggoeyaKEC. KAMBU

Kel. Anduonohu

Kel. Rahandouna

Page 66: 4. BAB 1-4

Gambar 14. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2013

b. Demografi

Penduduk adalah orang atau sejumlah orang yang menempati suatu wilayah

tertentu dalam jangka waktu tertentu. Data tentang kependudukan sangat penting

artinya di dalam menghitung sebaran jumlah penduduk, usia penduduk, pekerjaan,

pendapatan dan pendidikan. Data ini bisa diperoleh dari laporan penduduk, sensus

penduduk dan survei penduduk.

Data yang bisa ditampilkan untuk melihat keadaan demografi di wilayah

kerja Puskesmas Poasia adalah:

1) Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk disini adalah jumlah orang yang menempati suatu

wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu.

Kepadatan penduduk dinyatakan dalam satuan orang / Km

Kepadatan penduduk =

Jumlah PendudukLuas Wilayah

=

25 . 474 Orang /Km2

4 .175 Hax 100

=

25 . 474 orang417 ,5 Km

= 61 Orang/Km2

Tabel.42 Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Poasia

Tahun 2013

No Kelurahan Pria Wanita Total

1 Anduonohu 4750 4665 9415

2 Rahandouna 5252 4964 10216

3 Anggoeya 2383 2272 4655

66

Page 67: 4. BAB 1-4

4 Mata Bubu 608 581 1188

Total 12993 12481 25474

Sumber: Data Sekunder Kecamatan Tahun 2013

2) Natalitas (Kelahiran)

Angka yang menunjukkan laju kelahiran dengan banyaknya bayi yang

dilahirkan untuk setiap 1000 orang penduduk/tahun. Laju kelahiran ini disebut juga

tingkat kelahiran atau fertilitas.

Natalitas (n) =

Jumlah Bayi Lahir HidupJumlah Penduduk

x1000

=

62325 . 474

x 1000

= 24,45

Kriteria Laju Kelahiran:

a. < dari 20 tergolong rendah

b. Antara 20-30 tergolong sedang

c. Di atas 30 tergolong tinggi

Angka kelahiran atau fertilitas di wilayah kerja Puskesmas Poasia sebesar

24,45 per 1000 penduduk, tergolong pada laju kelahiran sedang.

3) Mortalitas (M) atau Kematian

Adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian untuk setiap 1000

orang penduduk per tahun.

Mortalitas (M) =

Jumlah KematianJumlah Penduduk

x 1000

=

1325 . 474

x 1000

= 0,5

Kriteria:

a. < dari 14 tergolong rendah

67

Page 68: 4. BAB 1-4

b. antara 14-18 tergolong sedang

c. diatas 18 tergolong tinggi

Angka kematian diwilayah Puskesmas Poasia sebesar 0,5 per 1000 orang

penduduk per tahun tergolong rendah.

c. Jumlah Sarana Sosial

Sebagian besar penduduk wilayah Kecamatan Poasia adalah suku Muna,

dengan penganut agama Islam sebesar 59,7%, agama Kristen Protestan 0,24%,

Kristen Katolik 0,05% dan agama Hindu 0,01%. Sarana ibadah berupa Mesjid 19

unit, dan gereja 2 unit. Bahasa pengantar sehari-hari yang dipergunakan

masyarakat Kecamatan Poasia adalah Bahasa Indonesia.

Seluruh kelurahan dalam wilayah kerja puskesmas Poasia dapat dijangkau

dengan kendaraan roda empat, kecuali pada beberapa dusun yang agak terpencil

yang hanya bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua.

Puskesmas Poasia dalam melaksanakan kegiatannya baik promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif ditunjang oleh:

1) Puskesmas Pembantu sebanyak 2 unit tediri dari:

a) Pustu Anggoeya

b) Pustu Batumarupa

2) Pondok bidan Kelurahan sebanyak 4 buah, terdapat di Kelurahan:

a) Kelurahan Anduonohu

b) Kelurahan Matabubu

3) Kendaraan roda 5 sebanyak 2 unit

4) Kendaraan roda dua sebanyak 14 unit

5) Posyandu aktif sebanyak 16 unit

6) Posyandu Usia Lanjut sebanyak 4 unit

7) Dukun terlatih sebanyak 4 orang

8) Kader posyandu sebanyak 75 orang

9) Toko obat berizin sebanyak 4 buah

68

Page 69: 4. BAB 1-4

Puskesmas Poasia merupakan Puskesmas Perawatan dengan kapasitas

tempat tidur 17 buah, yang terdiri dari perawatan persalinan dengan kapasitas

tempar tidur 2 buah dan perawatan umum dengan kapasitas tempat tidur 15 buah.

d. Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Poasia, yaitu:

1) Taman Kanak-kanak Sebanyak 9 unit

2) Sekolah Dasar & sederajat sebanyak 11 unit

3) SLTP & sederajat 3 unit

4) SLTA & sederajat 3 unit

5) Perguruan Tinggi 1 unit

B. PERMASALAHAN DI PUSKESMAS POASIA

Dalam pelaksanaan program standar pelayanan minimal puskesmas Poasia

meliliki banyak masalah-masalah terutama di bagian ketenagaan, pembiayaan dan

lain-lain.

1. Minimnya media promosi kesehatan

Media promosi merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk

mempermudah pemahaman masyarakat dalam penyuluhan. Media atau alat peraga

dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan

yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar

komunikasi dan penyebar-luasan informasi. Dimana di puskesmas Poasia media

promosi kesehatan ini sangat terbatas sehingga dalam penyuluhan kesehatan

penyuluh tidak menggunakan media. Hal ini menyebabkan kurangnya minat audiens

dalam mendengarkan penyuluhan tersebut, ditambah lagi jika penyuluhannya kepada

masyarakat yang berpendidikan rendah akan semakin sulit untuk dipahami apa yang

69

Page 70: 4. BAB 1-4

dijelaskan oleh penyuluh. Untuk membuat media promosi seperti pamflet penyuluh

tidak mempunyai dana khusus untuk program tersebut.6

2. Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas

Terbatasnya dana yang tersedia untuk masing-masing program kerja dalam

upaya kesehatan masyarakat di puskesmas Poasia baik dalam pelaksanaan upaya

kesehatan dasar maupun upaya kesehatan pengembangan menjadi salah satu kendala

petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Misalnya kurangnya

dana untuk penyediaan media promosi kesehatan (flipchart) sehingga penyuluhan

dilakukan tanpa media promosi, pada penjaringan penyakit tidak menular tidak

tersedia dana untuk pemeriksaan gula darah, kolesterol dan asam urat sehingga

petugas kesehatan merasa bahwa dalam tugas dan tanggung jawabnya sangat banyak

yang kurang. Karena dana untuk pelaksanaan program kerja yang terbatas

menyebabkan terkadang mereka mengeluarkan uang pribadi untuk kepentingan

program kerjanya.

Menurut Simamora (2002) pada umumnya komponen kompensasi dapat

dibagi menjadi: kompensasi finansial langsung (direct financial compensation) dan

kompensasi finansial tidak langsung (indirect financial compensation). Kompensasi

finansial langsung (direct financial compensation) terdiri dari bayaran (pay) yang

diperoleh seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus dan kompensasi. Kompensasi

financial tidak langsung (indirect financial compensation) yang disebut dengan

tunjangan meliputi semua imbalan finansial yang tidak tercakup dalam kompensasi

langsung”. Kompensasi nonfinansial (nonfinancial compensation) terdiri atas

kepuasan kerja yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri, atau dari

lingkungan psikologis di mana orang itu bekerja. Tipe kompensasi nonfinansial

meliputi kepuasan yang didapat dari pelaksanaan tugas yang signifikan yang

berhubungan dengan pekerjaan. Secara umum, tujuan pemberian imbalan atau

kompensasi yang baik akan memberi beberapa efek positif pada

organisasi/perusahaan sebagai berikut di bawah ini :

a. Mendapatkan tenaga kesehatan/karyawan berkualitas baik

70

Page 71: 4. BAB 1-4

b. Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan meraih prestasi gemilang

c. Memikat pelamar kerja berkualitas dari lowongan kerja yang ada

d. Mudah dalam pelaksanaan dalam administrasi maupun aspek hukumnya

e. Memiliki keunggulan lebih dari pesaing/kompetitor

Dengan sistem imbalan/kompensasi/reward yang baik akan dicapai tujuan-

tujuan, antara lain sebagai berikut :

a. Menghargai prestasi kerja, dengan pemberian kompensasi yang memadai

adalah suatu penghargaan organisasi terhadap prestasi kerja para

karyawannya. Selanjutnya akan mendorong perilaku-perilaku atau

perfomance karyawan sesuai yang diinginkan organisasi.

b. Menjamin keadilan, dengan adanya sistem kompensasi yang baik akan

menjamin terjadinya keadilan di antara karyawan dalam organisasi. Masing-

masing karyawan akan memperoleh imbalan yang sesuai dengan tugas,

fungsi, jabatan dan prestasi kerjanya.

c. Mempertahankan karyawan, dengan sistem kompensasi yang baik, para

karyawan akan betah atau bertahan bekerja pada organisasi itu. Hal ini berarti

mencegah keluarnya karyawan dari organisasi itu untuk mencari pekerjaan

yang lebih baik.

d. Memperoleh karyawan yang bermutu, dengan memperoleh kompensasi yang

baik akan menarik lebih banyak calon karyawan. Dengan banyaknya pelamar

atau calon karyawan akan lebih banyak mempunyai peluang untuk memilih

karyawan yang bermutu tinggi.

e. Pengendalian biaya, dengan sistem pemberian kompensasi yang baik, akan

mengurangi seringnya melakukan rekrutmen, sebagai akibat dari makin

seringnya karyawan yang keluar mencari pekerjaan yang lebih

menguntungkan. Hal ini berarti penghematan biaya untuk rekrutmen dan

seleksi untuk calon karyawan baru.

71

Page 72: 4. BAB 1-4

f. Memenuhi peraturan-peraturan, Sistem administrasi kompensasi yang baik

merupakan tuntutan dari pemerintah (hukum). Suatu organisasi yang baik

dituntut adanya sistem administrasi kompensasi yang baik pula.

3. Sumber Daya Manusia yang masih kurang

SDM puskesmas Poasia yang masih kurang khususnya SDM dalam bidang

Promkes menyebabkan informasi-informasi kesehatan yang didapatkan masyarakat

tidak efisien ditambah lagi dengan kurangnya perhatian masyarakat saat dilakukan

penyuluhan. Tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam promosi kesehatan

hanya satu orang di mana wilayah kerja puskesmas Poasiaterdiri dari 4 Kelurahan

dengan 19 posyandu. Sehingga dengan luas wilayah yang demikian tersebut dan 1

orang promkes sangatlah tidak efektif. Petugas promosi kesehatan tersebut tidak

terfokus kepada masyarakat tertentu karena jadwal posyandu sering bersamaan

sehingga petugasnya terburu oleh jadwal waktu penyuluhan dalam hal ini program

kerjanya yang penting selesai tidak memikirkan hasil yang dicapai,misalnya dalam

hal pemberian ASI eksklusif cakupannya masih sangat rendah dan masih adanya

persalinan oleh tenaga non kesehatan.

Kita ketahui bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap

kegiatan organisasi, karena manusia sebagai perencana, pelaku dan penentu

terwujudnya tujuan organisasi. Perencanaan tenaga kesehatan harus tepat sesuai

dengan beban kerja puskesmas karena merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan

yang fungsinya sangat menunjang pencapaian visi Indonesia sehat.7

Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) haruslah lebih dititikberatkan pada

pemberian tanggung jawab dan kemandirian dari pada usaha perolehan tambahan

gelar secara formal ataupun peningkatan strukturalisasi. Pemberdayaan birokrasi

haruslah diikuti oleh pemberdayaan aparatur sebagai SDM di daerah. Birokrasi yang

sarat dengan fungsi, membutuhkan SDM yang tidak saja hanya dapat melaksanakan

fungsi tersebut, namun lebih dapat menerjemahkan dan berimprovisasi terhadap

fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. dilakukan agar tercipta kenyamanan

lingkungan kerja dan kepuasan kerja karyawan di Puskesmas. Semangat dan gairah

72

Page 73: 4. BAB 1-4

kerja ditentukan oleh ada tidaknya perasaan tidak puas dalam bekerja yang akan

berdampak pada produktivitas kerja para petugas kesehatan8

4. Masih adanya pertolongan persalinan oleh tenaga nonmedis

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan strategi untuk

menangani masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Persalinan yang aman

memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan,

ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta

memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. Tenaga yang dapat memberikan

pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tenaga profesional dan

dukun bayi. Berdasarkan indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak,

pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

kebidanan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan

perawat bidan) tidak termasuk olehdukun bayi.9

Menurut Green, perilaku tersebut dipengaruhi oleh faktor predisposisi

(pengetahuan, sikap masyarakat, tradisi dan kepercayaan, sistem nilai yang dianut,

tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi), faktor pendukung (ketersediaan

sarana dan prasarana kesehatan), dan faktor penguat (sikap dan perilaku tokoh

masyarakat serta petugas kesehatan). Penelitian yang dilakukan oleh Efi Yuliarti di

wilayah kerja Puskesmas Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir Riau, menunjukkan

bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh

dukun bayi adalah faktor predisposisi, yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan,

pendapatan dan pendidikan serta faktor penguat yaitu orang tua, makcik (adik

mamak), dukun bayi dan reference group.9

5. Cakupan ASI Eksklusif yang tidak mencapai target

Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Poasia

tidak mencapai target. Dimana ibu-ibu masing-masing memiliki alasan yang berbeda

misalnya, alasan pekerjaan, kuliah, ASI tidak keluar dan ASI kurang. Padahal telah

diketahui bahwa pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal

baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu

73

Page 74: 4. BAB 1-4

mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat

terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah: (1) komitmen

ibu untuk menyusui, (2) dilaksanakan secara dini (early initiation), (3) posisi

menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi, (4) menyusui atas permintaan bayi

(on demand), dan (5) diberikan secara eksklusif. ASI Eksklusif atau lebih tepat

disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa

tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi

ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan.10

ASI jauh lebih sempurna dibandingkan susu formula mana pun yang biasanya

berbahan susu sapi. Kandungan protein dan laktosa pada susu manusia dan susu sapi

itu berbeda. Susu sapi kadar proteinnya lebih tinggi, yakni 3,4 persen sedangkan susu

manusia hanya 0.9 persen. Kadar laktosa susu manusia lebih tinggi yakni 7 persen

sedangkan susu sapi hanya 3,8 persen. Fungsi dari kedua zat gizi ini bertolak

belakang. Laktosa sangat penting dalam proses pembentukan myelin otak. Myelin

atau pembungkus saraf ini bertugas mengantarkan rangsangan yang diterima si bayi.

Saat menyusu rangsangan yang diterima oleh si bayi seperti mencium bau ibunya

serta mendengar dan merasakan napas sang bunda. Sementara susu sapi, kandungan

protein yang tinggi diperlukan untuk membantu pembentukan otot. Sapi, memang

butuh otot kuat untuk melakukan pekerjaan berat, seperti menarik gerobak.11

Hasil penelitian dari Oxford University dan Institute for Social and Economic

Research sebagaimana dilansir Daily Mail, menyebutkan bahwa anak bayi yang

mendapat ASI Eksklusif akan tumbuh menjadi anak yang lebih pintar dalam

membaca, menulis, dan matematika. Salah satu peneliti, Maria Iacovou

mengemukakan asam lemak rantai panjang (long chain fatty acids) yang terkandung

di dalam ASI membuat otak bayi berkembang.11

6. Cakupan HB0 tidak mencapai target

74

Page 75: 4. BAB 1-4

Cakupan imunisasi HB0 di wilayah kerja puskesmas Poasia tidak mencapai

target. Hal tersebut dikarenakan ketidak aktifan bidan-bidan desa yang bertugas di

wilayah-wilayah terpencil untuk pengambilan vaksin HB di puskesmas, tidak

tersedianya vaksin HB di puskesmas dan dinas kesehatan Kota Kendari.

Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. Pemerintah, bertanggung jawab menetapkan sasaran jumlah penerima

imunisasi, kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan

program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.

Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi

persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Di

Indonesia pelayanan imunisasi dasar/ imunisasi rutin dapat diperoleh pada:

a) Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu,

Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin

b) Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya

pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, pekan

Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari rumah ke rumah.

c) Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta, dokter praktik

swasta atau rumah sakit swasta.

Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin meliputi, pada bayi: hepatitis B,

BCG, Polio, DPT, dan campak. Pada usia anak sekolah: DT (Difteri Tetanus),

campak dan Tetanus Toksoid. Imunisasi aktif hepatitis B dilakukan dengan suntikan

3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara

suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung

pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan

aman dan tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan

kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.12

Vaksin hepatitis B sangat efektif dalam mencegah infeksi. Vaksin ini

dianjurkan untuk:

a) Semua anak saat lahir dan pada usia dua, empat dan enam bulan.

75

Page 76: 4. BAB 1-4

b) Vaksin diberikan di rumah sakit tempat lahir dan juga oleh dokter atau klinik

setempat

c) Semua anak berusia 12 tahun yang tidak diimunisasi saat masih bayi. 12

7. Cakupan Pelayanan Anak Balita

Pelayanan balita yaitu pemantauan balita dalam 8 kali pengunjungan

kesehatan dalam setahun. Pemantauan yang dilakukan seperti pemantauan tumbuh

kembang balita (berat badan, tinggi badan, status gizi dan mental dan imunisasi)

memiliki target nasional 100% namun pada wilayah kerja puskesmas perawatan

Poasia hanya mencapai 78%. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dan

pengtahuan ibu terhadap pentingnya melakukan kunjungan balita ke sarana

kesehatan. Selain itu, jauhnya jarak jangkauan rumah dan sarana kesehatan menjadi

salah satu kendala keikutsertaan peran masyarakat.

Permasalahan tingginya angka kematian bayi dan balita harus segera ditangani

salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan

bagi bayi baru lahir, bayi, dan anak balita. Pada tahun 1992 World Health

Organization (WHO) mulai mengembangkan cara yang cukup efektif serta dapat

dikerjakan untuk mencegah sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita, yakni

melalui program “Integrated Management of Childhood Illness (IMCI)” atau dikenal

sebagai program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk diterapkan dan

direplikasikan di negara-negara yang mempunyai AKB di atas 40 per 1000 kelahiran

hidup. Hal inilah yang menyebabkan WHO merekomendasikan untuk melaksanakan

program MTBS yang diadaptasikan sesuai dengan permasalahan kesehatan bayi dan

balita di Indonesia. Indonesia telah mengadopsi pendekatan MTBS sejak tahun 1996

dan implementasinya dimulai tahun 1997. Di dalam model MTBS pemberi pelayanan

adalah Puskesmas.

Program MTBS dilakukan pada bayi usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun.4

Selanjutnya untuk menunjang program MTBS, WHO memperkenalkan 1 set buku

pedoman MTBS. Buku Pedoman MTBS ini menggunakan suatu bagan yang

76

Page 77: 4. BAB 1-4

memperlihatkan langkah-langkah serta penjelasan cara pelaksanaannya, sehingga

dapat menilai, membuat klasifikasi, memberi pengobatan, konseling, kunjungan

ulang serta pelayanan tindak lanjut.6 Inti dari kegiatan MTBS adalah melihat balita

secara utuh (komprehensif) sehingga petugas bisa menentukan diagnose apakah balita

sakit atau tidak serta melaksanakan kebiasaan petugas dalam berfikir terpadu dan

menyeluruh.

8. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Anak Usia 6 - 24 Bulan Keluarga Miskin

Pemberian Makanan pendamping ASI pada usia 6-24 bulan keluarga miskin

dalam setahun tidak mencapai target. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya dana

pelaksanaan program pelayanan pemberian makanan pendamping ASI sehingga tidak

semua anak mendapatkan makanan pendamping ASI dari puskesmas. Minim

pengetahuan masyarakat khususnya ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI

juga mengambil peran dalam terbatasnya pelaksanaan program sehingga pelayanan

pemberian makanan pendamping ASI tidak menyeluruh dan tidak mencapai target.

Bayi Bawah Garis Merah (BGM) keluarga miskin adalah bayi usia 6-11 bulan

yang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.

Keluarga Miskin (Gakin) adalah keluarga yang dtetapkan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK) dengan

melibatkan Tim Desa dalam mengiden-tifikasi nama dan alamat Gakin secara tepat,

sesuai dengan Gakin yang disepakati.

MP-ASI dapat berbentuk bubur, nasi tim dan biskuit yang dapat dibuat dari

campuran beras, dan atau beras merah, kacang-kacangan, sumber protein

hewani/nabati, terigu, margarine, gula, susu, lesitin kedele, garam bikarbonat dan

diperkaya dengan vitamin dan mineral.

77

Page 78: 4. BAB 1-4

9. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat

Cakupan pemeriksaan anak SD adalah jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat

yang diperiksa kesehatannya melalui program penjaringan kesehatan oleh tenaga

kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/ Dokter kecil) disatu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu.

Masalah pada puskesmas tidak memenuhi cakupan dari penjaringan kesehatan

siswa SD dan setingkat, karena tidak terpenuhinya syarat kesehatan lingkungan SD

dikalangan Puskesmas Poasia. Disebabkan kurangnya perhatian dari pihak sekolah

terhadap kebersihan sekolah dan perhatian siswa terhadap pentingnya menjaga

fasilitas untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Banyak sekolah yang

menerapkan system PHBS tetapi tidak memenuhi kriteria terpenuhinya syarat-syarat

kebersihan.

10. Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif

Cakupan penemuan pasien baru TB BTA positif tidak mencakupi target

karena perhatian dan pengetahuan masyarakat yang terbatas tentang TB dan tidak ada

perhatian yang khusus terhadap penderita TB dan kesadaran masyarakat untuk

mengobati dan membawa ke pusat pelayanan kesehatan.

Pasien baru TB BTA positif adalah jumlah supek yang diperiksa dahaknya

diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini

digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu,

dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan).

Proporsi Pasien TB BTA positif di antara Suspek adalah prosentase pasien BTA

positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini

menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan

menetapkan kriteria suspek

11. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin

78

Page 79: 4. BAB 1-4

Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin hal ini tidak

memenuhi cakupan dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat terhadap

pentingnya peran masyarakat dalam membangun kesehatan dasar, dalam hal ini

masyarakat yang berada didaerah sangat pedalaman. kurangnya juga pengetahuan

dasar terhadap pentingnya kesehatan membuat kurangnya pasrtisipasi masyarakat.

Penduduk miskin yang dimaksud disini adalah sesuai dengan kreteria

kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS (kemiskinan dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun

non makanan yang bersifat mendasar). Di wilayah UPT. Puskesmas Petang II

masyarakat miskin yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah

sebanyak 123 orang ( 34,84 % ) dari seluruh masyarakat miskin.

C. MASALAH KEGIATAN DI LUAR GEDUNG

1. Timbangan dan cara pengukuran Berat Badan balita13

Pada kegiatan posyandu didapatkan pengukuran berat badan bayi dan balita

kurang efisien dimana setiap penimbangan yang dilakukan pada bayi/balita tidak

berpakaian minimal sedangkan dalam petunjuk pengukuran berat badan itu

diharuskan berpakaian minimal. Selain itu bayi yang ditimbang juga sebagian besar

tidak tenang (menangis) sehingga pembacaan hasil pengukuran berat badan kurang

tepat. Pada salah satu posyandu yang kami kunjungi hanya terdapat timbangan bayi

sehingga tidak semua anak balita dapat ditimbang. Sementara telah diketahui bahwa

balita merupakan usia terbanyak dalam angka kejadian gizi kurang. Olehnya itu hal

tersebut seharusnya segera dilaporkan ke puskesmas agar pihak puskesmas segera

mengadakan kekurangan alat tersebut.

Pengukuran berat badan, tinggi badan/panjang badan dimaksudkan untuk

mendapatkan data status gizi penduduk.

79

Page 80: 4. BAB 1-4

a) Petunjuk Pengukuran berat badan

Penyiapan alat ukur :

1) meletakkan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras

2) Jika berada di atas rumput yang tebal atau karpet tebal atau permadani, maka

pasang kaki tambahan pada alat timbangan untuk bisa mengatasi daya pegas

dari alas yang tebal

3) Pastikan alat timbang menunjukkan angka “00.00” sebelum melakukan

penimbangan dengan menekan alat timbang tersebut.

Persiapan sebelum melakukan pengukuran :

1) Jelaskan kepada ibu/pengasuh tujuan dari pengukuran berat badan dan berikan

kesempatan untuk bertanya

2) Pastikan bahwa anak tidak menggunakan pakaian tebal, pampers, popok,

selimut, dan lain-lain, agar mendapatkan berat badan anak seakurat mungkin

Cara pengukuran berat badan :

b) Anak bisa berdiri

1. Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah anak tersebut

untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.

2. Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus ke

arah depan, kaki tidak menekuk. Pewawancara dapat membantu anak tersebut

berdiri dengan baik di atas timbangan dan untuk mengurangi gerakan anak yang

tidak perlu yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan.

3. Setelah anak berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan

menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah anak tersebut untuk turudulu

dari timbangan dan pewawancara harus segera mencatat hasil penimbangan

tersebut

c) Bayi/Anak belum bisa berdiri

1) Jika anak belum bisa berdiri, maka minta ibu/pengasuh untuk

menggendongtanpa selendang. Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka

80

Page 81: 4. BAB 1-4

00.00 mintalah ibu dengan menggendong sang anak untuk berdiri di tengah-

tengah alat timbang.

2) Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus ke depan, kaki tidak menekuk dan

kepala idak menunduk ke bawah. Sebisa mungkin bayi/anak dalam keadaan

tenang ketika ditimbang.

3) Setelah ibu berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan

menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah ibu tersebut untuk turun dulu

dari timbangan dan pewawancara harus segera mencatat hasil penimbangan

tersebut

4) Ulangi proses pengukuran, kali ini hanya ibu saja tanpa menggendong anak

2. Kader Posyandu yang Kurang

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan

diselengarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan

kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,

utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Oleh sebab

itu, untuk mendukung pembinaan Posyandu diperlukan langkah-langkah edukasi

kepada masyarakat antara lain dengan upaya peningkatan kapasitas kader melalui

pelatihan kader Posyandu. Kader posyandu di wilayah kerja puskesmas sebagian

sudah tidak aktif dikarenakan kader-kadernya sudah punya kesibukan masing-masing

dan ditambah lagi tidak ada reward bagi mereka sehingga tidak ada penyemangat

buat mereka. Kader posyandu yang aktif butuh keikhlasan dan suka rela dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawa yang diberikan kepada mereka.14

3. Masalah Edukasi Pasien Lansia

Bagi pengedukasi harus banyak belajar tentang apa yang akan diedukasikan

kepada pasien karena pasien cenderung akan percaya dan mengikuti apa saja yang

dikatakan petugas kesehatan apa lagi pada pasien usila mereka beranggapan apa yang

dikatakan petugas kesehatan harus dilakukan. Sehingga mengingat hal ini petugas

kesehatan harus benar-benar belajar dan mengetahui apa yang akan diedukasikan

81

Page 82: 4. BAB 1-4

kepada pasien agar edukasi yang diberikan sejalan dengan apa yang dikeluhkan

pasien. Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi/edukasi

kesehatan puskesmas adalah tenaga (Sumber Daya Manusia atau SDM),

sarana/peralatan termasuk media komunikasi, dan dana atau anggaran. Pengelolaan

promosi kesehatan hendaknya dilakukan oleh coordinator yang mempunyai kapasitas

di bidang promosi kesehatan. Koordinator tersebut dipilih dari tenaga khusus promosi

kesehatan (yaitu pejabat fungsional penyuluh kesehatan masyarakat atau PKM). Jika

tidak tersedia tenaga khusus promosi kesehatan tersebut dapat dipilih dari semua

tenaga kesehatan puskesmas yang melayani pasien/klien (dokter, perawat, bidan,

sanitarian, dan lain-lain). Semua tenaga kesehatan yang ada di puskesmas hendaknya

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan informasi atau konseling.

Jika keterampilan ini ternyata belum dimiliki, maka harus diselenggarakan program

pelatihan.14

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil survey puskesmas Poasia, dapat disimpulkan beberapa hal

yaitu:

1. Minimnya media promosi kesehatan, Sumber Daya Manusia yang masih

kurang, cakupan ASI Eksklusif, imunisasi HB0, penjaringan kesehatan siswa

SD dan setingkat, penemuan pasien baru TB BTA positif yang tidak mencapai

target.

2. Timbangan, edukasi pasien lansia dan cara pengukuran Berat Badan balita yang

kurang efisien

3. Hasil out put yang perlu mendapat perhatian adalah Program pemberantasan

penyakit menular (Campak, Diare, DBD, Typhes dan ISPA) serta program

perbaikan gizi pada bayi dan balita.

82

Page 83: 4. BAB 1-4

B. SARAN

Adapun saran yang dapat kami anjurkan yaitu:

1. Sebaiknya dilakukan pengadaan media promosi kesehatan agar penyuluhan

dilakukan dengan baik dan mudah dipahami oleh audiens

2. Sebaiknya dilakukan perekrutan sumber daya manusia khususnya untuk

pelaksanaan program promkes, serta kader posyandu yang benar-benar ingin

dengan sukarela membantu kalau perlu diberikan reward bagi mereka agar

menarik perhatian kader untuk ikut aktif dalam kegiatan posyandu

3. Penemuan pasien baru TB BTA positif sebaiknya tidak hanya ditunggu datang

sendiri di poli tetapi juga dilakukan kunjungan rumah.

4. Promosi kesehatan tentang faktor-faktor pemicu terjadinya penyakit menular

dan ASI eksklusif harus lebih ditingkatkan

83