bab 1-4 tes.doc

76
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan secara degeneratif dialami dengan bertambahnya umur pada manusia diikuti penurunan kemampuan pada perubahan fisiologi tubuh dan peningkatan terserang penyakit serta mengakibatkan kematian (Azizah, 2011). Beberapa penurunan fisiologi tubuh lansia diketahui dengan kulit menjadi lebih tipis kering, keriput dan elastisitas menurun, rambut rontok, warna rambut menjadi putih, tulang mengalami penurunan kadar kapur (kalsium), akibat tulang menjadi keropos, produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan bertambahnya umur, jumlah sel otot berkurang, volume otot secara keseluruhan menyusut, pembuluh darah di jantung dan otak mengalami kekakuan, serta lapisan intima menjadi kasar akibat merokok, kadar kolestrol tinggi dan hal lain yang menyebabkan penggumpalan darah (Maryam, 2008).

Upload: ayundakarna

Post on 27-Nov-2015

182 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penuaan secara degeneratif dialami dengan bertambahnya umur pada

manusia diikuti penurunan kemampuan pada perubahan fisiologi tubuh dan

peningkatan terserang penyakit serta mengakibatkan kematian (Azizah, 2011).

Beberapa penurunan fisiologi tubuh lansia diketahui dengan kulit menjadi lebih tipis

kering, keriput dan elastisitas menurun, rambut rontok, warna rambut menjadi putih,

tulang mengalami penurunan kadar kapur (kalsium), akibat tulang menjadi keropos,

produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan bertambahnya umur,

jumlah sel otot berkurang, volume otot secara keseluruhan menyusut, pembuluh

darah di jantung dan otak mengalami kekakuan, serta lapisan intima menjadi kasar

akibat merokok, kadar kolestrol tinggi dan hal lain yang menyebabkan penggumpalan

darah (Maryam, 2008). Kolestrol menjadi berbahaya karena bisa mengakibatkan

pembuluh darah terhambat dalam mengalirkan aliran darah dari dan menuju jantung.

Terhambatnya dan terganggunya pembuluh darah tentu mengakibatkan banyak

masalah seperti aterosklerosis (penyumbatan pada pembuluh darah), koagulasi

(penggumpalan pembuluh darah), dislipidemia (penyakit lemah dalam darah).

Munculnya masalah pada pembuluh darah yang disebabkan adanya peningkatan

jumlah lemak dalam darah atau kolestrol merupakan faktor resiko pemicu terjadinya

penyakit jantung koroner, stroke dan tekanan darah tinggi (Ramadhan, 2010). Dari

data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007) diketahui bahwa penyebab

kematian lansia di Indonesia adalah stroke (15,4%), hipertensi (6,8%), diabetes

mellitus (5,7%), penyakit jantung iskemik (5,1%). Menurut penelitian dari

Framingham Heart Study ditemukan korelasi positif antara kadar kolesterol LDL

yang tinggi dengan stroke dan penyakit jantung (Durstine, 2012). Hiperkolesterol

merupakan salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) ditandai

dengan kadar kolesterol total dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterol

berhubungan erat dengan peningkatan kolesterol total, peningkatan kolesterol LDL,

peningkatan kadar trigliserida serta penurunan kolesterol HDL. 5 Faktor yang

menyebabkan terjadinya hiperkolesterol antara lain faktor genetik, usia, jenis kelamin

dan pola konsumsi makanan. Tingginya konsumsi makanan yang mengandung lemak

jenuh dapat menyebabkan peningkatan kandungan kolesterol dalam darah (Dewi &

Probosari, 2012) Hasil pengambilan data awal yang dilakukan peneliti bulan april

2013, didapatkan 52% dari 25 lansia di Panti Asuhan Anugerah Surabaya mengalami

hiperkolestrol dan 48% tidak mengalami hiperkolestrol, maka hiperkolestrol menjadi

hal penting yang harus menjadi perhatian khusus agar tidak terjadi peningkatan

ditahun berikutnya.

Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima

besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia. Data Badan

Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun

2010 sebanyak 18.043.712 juta orang atau 7,59 persen dari keseluruhan penduduk.

Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup, jumlah penduduk lansia cenderung

meningkat dalam jumlah besar secara mendadak telah memberikan implikasi khusus

bagi keperawatan dan perawatan kesehatan (Stanley & Beare, 2007). Semakin

meningkatnya usia harapan hidup lansia maka dapat diperkirakan bahwa insidensi

penyakit degeneratif akan meningkat dan Dapat diprediksi penyakit degeneratif juga

akan makin sering dijumpai (Rastati, 2006). WHO melaporkan pada bulan Februari

2012 lalu bahwa jumlah penderita penyakit jantung di negara-negara berkembang

seperti Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 137% pada tahun 2020,

sedangkan di negara-negara maju hanya 48% (Harnowo, 2012).

Kurangnya aktivitas fisik dan olahraga sekarang dianggap sebagai faktor resiko

utama untuk sakit jantung sama halnya dengan kolestrol darah yang tinggi atau

Hiperkolestrol (Sharkey, 2003). Pada umumnya masyarakat khususnya lansia masih

jarang melakukan olahraga, tapi sebenarnya mereka memiliki waktu luang untuk

berolahraga (Yayasan Jantung Indonesia, 2006). Seiring dengan kemajuan jaman

yang membawa dampak perubahan gaya hidup, baik dikota besar maupun

dipedesaan, olahraga telah menjadi bagian hidup bagi sebagian besar masyarakat

Indonesia untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal

(Darmojo, 2002)

Penatalaksanaan kolestrol menurut (Nilawati et.al, 2008) dapat diatasi dengan

gaya hidup dan kebiasaan yang baik seperti yang dianjurkan diantaranya sebagai

berikut: a) mengurangi konsumsi garam dan lemak, khususnya lemak jenuh yang

bersumber dari bahan-bahan hewani. b). Jauhi dan hindari stres. c) Membiasakan

hidup semangat dan dinamis d) Menjaga berat badan agar tetap stabil dan

menghindari obesitas e) Hentikan kebiasaan merokok f) Melakukan olahraga dan

latihan jasmani secara teratur dengan kualitas dan kuantitas yang terkontrol.

Menurut penelitian framingham Heart Study, program terapi perubahan gaya

hidup dan pengobatan penurunan lipid yang dikombinasikan dengan olahraga,

penurunan berat badan, dan pengurangan makanan berlemak semuanya itu

menimbulkan perubahan positif didalam profil lipid darah dan lipoprotein (Durstine,

2012).

Panti Werdha Anugerah Surabaya telah melaksanakan senam lansia dengan

frekuensi sekali dalam per minggu yaitu setiap hari minggu, tetapi hal ini belum

sesuai dengan anjuran American College of Sport Medicine untuk melakukan latihan

sedang dengan frekuensi tiga atau lima kali dalam per minggu, berselang satu hari

dalam zona latihan (Pudjiastuti & Utomo, 2003).Ling Tien Kung merupakan salah

satu latihan sedang yang bersifat aerobik (Rahmi, 2011). Aerobik suatu program

latihan fisik yang berlangsung lama dengan intensitas yang rendah (Fox, 1993).

tehnik pelatihan charge accu manusia dua kutub yaitu pusar (kutub negatif/kathode)

dan anus (kutub positif/anode). Semua gerakan Ling Tien Kung ini berbasis pada

gerakan-gerakan pelatihan anus dan biasa dikenal sebagai empet-empet anus/senam

dubur yang dapat membebaskan dari segala macam penyakit, termasuk kolestrol

dengan melakukan secara rutin dan benar dalam berlatih (Sweet, 2007). Tetapi

sampai saat ini belum ada penelitian tentang pengaruh gerakan terapi Ling Tien Kung

terhadap penurunan kadar kolestrol dalam darah pada lansia.

Gerakan terapi Ling Tien Kung dapat dipilih sebagai alternatif untuk menurunkan

kadar kolestrol dalam darah pada lansia. Ling Tien Kung adalah pelatihan pelatihan

tehnik gerakan charge accu manusia dan kunci rahasianya adalah empet-empet anus.

Gerakan terapi Ling tien kung dapat menurukan kadar kolestrol pada lansia dengan

hiperkolestrol melalui rangsangan (chi) dan melibatkan kontraksi otot berupa tenaga

uap/hawa panas yang menstimulasi hipotalamus untuk meningkatkan CRH

(corticotropin-releasing hormone) yang merangsang hipofisis anterior untuk

mengeluarkan ACTH (adrenocorticotropic hormone, atau kortikotropin) yang

selajutnya merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol. Hormon terakhir

dalam sistem ini, kortisol, menghambat hipotalamus untuk mengurangi sekresi CRH

dan juga mengurangi kepekaan sel penghasil ACTH terhadap CRH dengan bekerja

langsung pada hipofisis anterior. Melalui pendekatan ganda ini, kortisol membentuk

kontrol umpan balik negatif untuk menstabilkan konsentrasi plasmanya sendiri

setelah itu asam amino meningkat akan merangsang penguraian protein dan asam

lemak darah juga akan meningkat dengan itu dapat merangsang lipolisis/pemecahan

lemak (Sherwood, 2012)

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan kadar kolestrol

pada lansia ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menjelaskan pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan kadar

kolestrol pada lansia

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi kadar kolestrol lansia sebelum dilakukan terapi ling tien

kung

2. Mengidentifikasi kadar kolestrol lansia sesudah dilakukan terapi ling tien

kung

3. Menganalisis pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan kadar

kolestrol pada lansia

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya dalam

penalataksanaan terapi alternatif pada lansia yang memiliki kadar kolestrol tinggi,

dengan diketahuinya pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan kadar

kolestrol pada lansia. Hasil dari penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh terapi

ling tien kung terhadap penurunan kolestrol sehingga dapat digunakan sebagai upaya

pengembangan Ilmu Keperawatan Komplementer yang berhubungan dengan

penurunan kolestrol dan dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perawat sebagai terapi

komplementer dalam pemberian asuhan keperawatan yang berhubungan

dengan penanganan kadar kolestrol yang tinggi

2. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat terutama

petugas panti dalam penanganan kadar kolestrol yang tinggi pada lansia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara

tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya

menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat

diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap

perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang

ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini

seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap ( Azizah,

2011 )

Pengertian lansia beragam tergantung kerangka pandang individu. Orang tua

yang berusia 35 tahun dapat (dianggap tua bagi anaknya dan tidak muda lagi. Orang

sehat aktif berusia 65 tahun mungkin menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan

lanjut usia (Brunner dan Suddart, 2001). Menurut ( Surini dan Utomo, 2003), lanjut

usia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses

kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Menurut ( Stanley dan

Beare (2007), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang

menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut

beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi

melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam

kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah

tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir.

Dalam masyarakat kepulauan Pasifik, seseorang dianggap tua ketika ia berfungsi

sebagai kepala dari garis keturunan keluarganya. Menurut ( Stanley dan Beare 2007),

menganalisis kriteria lanjut usia dari 57 negara didunia dan menemukan bahwa

kriteria lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan

perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional

seseorang.

2.1.2 Klasifikasi usia lanjut

Klasifikasi lansia menurut WHO dan Depkes RI adalah sebagai berikut (Mubarak,

2009):

1. Menurut WHO :

1) Usia pertengahan ( Middle Age ) antara usia 45 sampai 59 tahun

2) Lanjut usia ( Elderly ) antara 60 sampai 74 tahun

3) Lanjut usia tua (Old ) antara 75 sampai 90 tahun

4) Lanjut usia sangat tua ( Very Old ) diatas 90 tahun

2. Menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia :

1) Kelompok pertengah umur lebih dari 45 sampai 55 tahun merupakan masa

Virilitas atau masa mulai masuk lansia

2) Kelompok usia dini ( 55-64 tahun )

3) Usia lanjut ( 65 tahun ke atas ) merupakan masa senium

4) Kelompok lansia dan resiko tinggi ( 70 tahun ke atas )

2.1.3 Teori proses menua (Ageing Process)

Teori penuan secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan

secara biologi dan teori penuaan psikososial.

1. Teori Penuaan Secara Biologi

1) Teori seluler

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan

kebanyakan sel-sel tubuh "diprogram" untuk membelah 50 kali. Jika sebuah

sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu

diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan

membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Watson, 1992). Hal

ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis

dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk

pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.

2) Teori genetik clock

Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-

species tertentu. Tiap species mempunyai di dalam nuclei (inti selnya) suatu

jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan

menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi

menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia,

meskipun tanpadisertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang

katastrofal.

3) Sintesis protein

Jaringan seperti Seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada

lansia. Proses kehilangan elastisitas ni dinubungkan dengan adanya perubahan

kimia pada komponen perotein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa

protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh

dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein yang lebih muda.

Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada klulit yang

kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan

bertambahnya usia. Oortora & anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah

dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan

elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas

dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.

4) Keracunan oksigen

Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh

untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan

kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidak mampuan

mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel

mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik, (Tortora &

anagnostakos, 1990) Membran sel tersebut merupakan alat untuk

memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga

mengontrol proses pengambilan nutrien dengan proses ekskresi zat toksik di

dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat

pentrng bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut.

Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel

oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan

organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem

tubuh.

5) Sistem imun

Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.

Walaupun demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem

limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang

berkontribusi dalam proses penuaan.

Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat

menyebabkan berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali

dirinyasendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya

kelainan pada antigen perrnukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan

sistem imun tubuh menganggap sel yang megalami perubahan tersebut sebagi

sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar

terjadinya peristiwa autoimun (Gekistein, 1989)

6) Mutasi somatik ( Teori Error Catastrophe)

Mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat sub seluler dan molekular

yang bisa disebut juga hipotesis "Error Catastrophe” menurut hipotesis

tersebut menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang bcruntun.

Sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang cukup lama,

terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DMA -> RNA) maupun dalam

proses translasi (RNA -> potein/enzim) kesalahan tersebut akan menyebabkan

terbentuknya enzim yang salah. Kesalahan tersebut dapat berkembang secara

eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabdlisme yang

salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Apalagi jika terjadi puia

kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein), maka terjadi kesalahan

yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop (Constantinides, 1994

dikutip oleh Oarmojo & Martono, 2000).

7) Teori menua akibat metabolisme

Menurut MC Kay et all (1935) yang dikutlp Darmojo dan Martono (2004),

pengurangan "intake" kalori pada rodentta muda akan menghambat

pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah

kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau

beberapa proses metaboisme. Terjadi penurunan pengeiuaran hormon yang

merangsang pruferasi sei misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.

Modifikasi cara hidup yang kurang bergerak menjadi (ebih banyak bergerak

munkin dapat juga meningkatkan umur panjang. Hal ini menyerupai hewan

yang hidup dialam bebas yang banyak bergerak dibanding dengan hewan

laboratorium yang kurang bergerak dan banyak makan. Hewan dialam bebas

lebth panjang umurnya daripada hewan laboratorium (Suhara, 1994 dikutip

oieh Darmojo & Martono, 2000).

8) Kerusakan akibat radikal bebas

Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan di dalam tubuh di

fagosit (pecah), dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pemalasan di

dalam mitokondria. Untuk organisasi aerobik radikal bebas terutama terbentuk

pada waktu nespSrasi (aerob) di dalam mitokondria. Karena 90 % oksigen

yang diambil tubuh termasuk di dalam mitokondria. Waktu tejadl proses

respirasi tersebut oksigen dilibatkan dalam mengubah bahan bakar menjadi

ATP, melalui enzlm respirasi di dalam mitokondria, maka radikal bebas (RB)

akan dihasilkan sebagai zat antara. RB yang terbentuk tersebut adalah:

superoksida O2, radikal hidroksi (OH), dan juga peroksida hidrogen (H2O2).

RB bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan

DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel, dan dengan

gugus SH. Walaupun telah ada sistem penangkal, namun sebagian RB tetap

lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak RB terbentuk sehingga proses

pengerusakan terus terjadi, kerusakan Orgenal sel semakin banyak dan

akhimya sel mati.

2. Teori Penuaan Secara Psikologis

1. Teori pembebasan (Disengagement Theory)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran

individu dengan individu lainnya (Nugroho, 2000). Teori ini menyatakan

bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti

mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya.

2. Aktivitas atau kegiatan (Actvity Theory)

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara

keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa

mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada

lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam

kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup

dari usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan

individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia (Nugroho,

2000).

3. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.

Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara

hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di

masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal. Pada teori ini

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang lanjut usia

sangat dipengaruhi oleh tipe Personality yang dimilikinya (Kuntjoro,

2002)

3. Teori Penuaan Secara Sosial

1. Teori perkembangan (Development Theory )

Teori ini diungkapkan oleh hanghurst (1972) yang menyatakan bahwa

setiap individu harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik

pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan

sukses. Tugas perkembangan pada dewasa tua adalah penerimaan adanya

penurunan kekuatan fisik dan kesehatan (Mubarak, 2009)

4. Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan

individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan

(Maryam. 2008).

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi penuaan

Faktor yang mempengaruhi penuaan seseorang dibagi menjadi 6 menurut

( Darmojo & Martono, 2004 ) yaitu :

1. Genetik ( keturunan )

2. Asupan gizi

3. Kondisi mental

4. Lingkungan

5. Pola hidup

6. Pekerjaan sehari-hari

2.1.5 Perubahan- perubahan anatomi/fisiologi akibat proses menua

Beberapa perubahan fungsi sistem organ akibat proses penuaan menurut

(Darmojo, 2010) dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1 Perubahan Anatomi/Fisiologi Lansia Akibat Proses Menua

No. Sistem Organ Morfologi dan Fungsi

1 Keseluruhan Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to lean body, mass ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.

2 Sistem Integumen

Kulit kering dan kurang elastik karena menurunnya cairan, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, fungsi kulit sebagai proteksi menurun.

3 Temperatur Tubuh

Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. Tidak dapat memproduksi panas yang banyak diakibatkan

oleh rendahnya aktivitas otot.

4 Sistem Muskular

Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletalberkurang, pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, namun pada otot polos tidak begitu terpengaruh.

5 SistemKardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% per tahun, dan berkurangnya curah jantung. Berkurangnya heart rate terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, bertambah panjang dan lekukan, arteria termasuk aorta intima bertambah tebal, serta fibrosis di media arteri

6 Sistem perkemihan

Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke Perkemihan ginjal menurun sampai 50%, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang mampu memekatkan urine, BJ urine menurun, kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya retensi urine meningkat, bertambahnya glomeruli yang abnormal, berkurangnya creatine clearance, berkurangnya aliran darah kerenal, berkurangnya osmolalitas urine maksimal, berat ginjal menurun 30-50%, jumlah nefron menurun, dan kemampuan memekatkan atau mengencerkan urine oleh ginjal menurun

7 Rangka Tubuh Hilangnya zat pembentuk tulang (bone substance).

8 Sistem Persarafan

Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikal dan kemunduran fungsi saraf otonom.

9 Sistem Endokrin

Produksi hormon hampir semua menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, berkurangnya ACTH. Menurunnya produksi aldosteron,bertambahnya norepinefrin dan vasopresin

2.2 Konsep Kolesterol

2.2.1 Pengertian

Kolestrol merupakan salah satu unsur lemak ( lipid ) di dalam darah yang

dibentuk oleh hati dan ditemukan di setiap sel tubuh ( Setiati, 2009). Merupakan

substansi yang lembut seperti lilin, dan sebagian besar dibuat dalam tubuh kita sendiri

( didalam hati ). Lipid plasma yaitu kolestrol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak

bebas berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen). Kolestrol

dan trigliserida adalah dua jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis penting

sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma, sehingga lipid

terikat pada protein sebagai mekanisme transport dalam serum (Price & wilson,

2006). Diperlukan untuk menjalankan fungsi tubuh kita (misalnya membentuk bagian

penting dari lapisan tiap-tiap sel tubuh kita), tetapi bila kelebihan dapat menyebabkan

Aterosklerosis (Povey, 2002). Kolestrol dibuat dalam hati dan usus halus, tapi

“rumahnya” ada di darah. Kolestrol terangkum dalam ikatan lipoprotein (Selamiharja,

1999).. lipoprotein memiliki tiga komponen utama yang diberi nama berdasarkan

densitas proteinnya dibandingkan dengan lemaknya terdiri atas: 1) VLDL ( Very Low

Density Lipoprotein ) memiliki protein paling sedikit dan lemak paling banyak, tetapi

lemak yang dikandungnya adalah lemak netral bukan kolestrol, 2) LDL ( Low Density

Lipoprotein ) memiliki protein lebih sedikit dan kolestrol lebih banyak, dan 3) HDL (

High Density Lipoprotein ) mengandung paling banyak protein dan paling sedikit

kolestrol (Sherwood, 2012).

Sejumlah senyawa kimia dalam makanan dan dalam tubuh diklasifikasikan

sebagai lipid. Lipid ini meliputi : lemak netral trigliserida, fosfolipid, kolestrol dan

beberapa lipid lain yang kurang peting. Trigliserida digunakan dalam tubuh terutama

untuk menyediakan energi untuk berbagai proses metabolik, satu fungsi yang hampir

sama dengan karbohidrat, akan tetapi beberapa lipid terutama kolestrol, fosfolipid,

dan sejumlah kecil trigliserida dipakai di seluruh tubuh untuk membentuk membran

dari semua sel dan untuk melakukan fungsi-fungsi seluler yang lain ( Guyton, 2006)

Kolesterol terdapat dalam diet semua orang dan dapat diabsorbsi dengan

lambat dari saluran pencemaan ke dalam limfe usus. Kolesterol sangat larut dalam

lemak tetapi hanya sedikit larut dalam air, dan mampu membentuk ester dengan asam

lemak. Sebenarnya hampir 70% kolesterol dalam lipoprotein plasma adalah dalam

bentuk ester kolesterol (Guyton, 2006). Kolesterol juga diabsorbsi setlap hari dari

saluran pencernaan, yang disebut dengan kolesterol eksogen, suatu jumlah yang

bahkan lebih besar dibentuk dalam sel tubuh disebut kolesterol endogen. Semua

kolesterol endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi

semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai dengan

kenyataan bahwa banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun oleh zat

ini (Guyton, 2006). Struktur dasar kolesterol adalah sterol, inti sterol seluruhnya

dibentuk dari molekul asetil-KoA, sebaliknya inti sterol dapat dimodifikasi dengan

berbagai rantai samping untuk membentuk a) kolesterol, b) asam kolat, yang

merupakan dasar dari asam empedu yang dibentuk dalam hati, c) beberapa hormon

steroid yang penting yang disekresi oleh korteks adrenal, ovarium, dantestis (Guyton,

2006).

2.2.2 Profil Lipid

Untuk mempertahankan kesehatan, maka kadar lipida darah perlu

dipertahankan dalam kondisi normal. Lipida darah antara lain adalah Trigliserida,

Kolesterol, HDL, LDL Sharkey (2003). mengemukakan bahwa : (1) kadar total

kolesterol disarankan < 200 mg/dl dari rentang yang diperbolehkan 200-239 mg/dl,

apabila kadar total kolesterol >240 mg/dl, maka akan berisiko tinggi untuk mengidap

penyakit degeneratif, (2) kadar LDL yang disarankan 130 mg/dl, rentang yang

diperbolehkan 130-159 mg/dl, (3) HDL disarankan >60 mg/dl, rentang yang

diperbolehkan 59-35 mg/dl.

a. Trigliserida

Trigliserida terdiri dari tiga molekul asam lemak bebas dan satu gliserol. Bila

tenaga dibutuhkan, trigliserida dipecah dan molekul asam lemak bebas masuk

kedarah untuk dibawa ke otot. Hormon epinephrine mengaktifkan enzim lipase.

Lipase memecah molekul trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas, yang

kemudian memasuki sirkulasi darah (Sharkey, 2003)

1. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Trigliserida

Kadar trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung, obesitas

dan hipertensi. Aktivitas fisik yang teratur merupakan salah satu cara untuk

menurunkan trigliserida. Tingkat sirkulasi berkurang beberapa jam setelah latihan dan

efeknya bertahan 1 hingga 2 hari (Guyton, 1996). Kadar trigliserida tergantung pada

makanan, intensitas dan durasi latihan serta kecenderungan faktor genetik seseorang.

Latihan fisik secara teratur dan tidak berlebihan dapat mengurangi kadar trigliserida

(Sharkey, 2003).

2. Struktur Kimia Trigliserida

Menurut Guyton (1996), trigliserida dipakai dalam tubuh untuk menyediakan

energi bagi berbagai proses metabolik, fungsinya hampir sama dengan karbohidrat.

Akan tetapi, beberapa lipida, terutama kolesterol, phosfolipid dan sejumlah kecil

trigliserida, dipakai di seluruh tubuh untuk membentuk membran sel dan untuk

melakukan fungsi seluler yang lain.

Gambar 2.1 : Struktur kimia Trigliserida

b. Kolesterol

Total kolesterol terdiri dari dua bentuk utama, lipoprotein berdensitas rendah

(low-density lipoprotein atau LDL) dan kolesterol berdensitas tinggi (high-density

lipoprotein atau HDL).

Gambar 2.2 : Struktur kimia Cholesterol

Aktivitas yang teratur dapat menghasilkan total kolesterol yang rendah. Low Density

Lipoprotein adalah bentuk kolesterol yang berbahaya yang ditemukan dalam plak

yang menyumbat arteri koroner. Aktivitas fisik dan diet dapat mengurangi berat

badan dan menurunkan LDL. Aktivitas fisik meningkatkan kadar HDL, bentuk

kolesterol menguntungkan yang mengumpulkan kolesterol dari arteri-arteri dan

memindahkannya ke hati untuk dimetabolisme. Aktifitas fisik mengurangi total

kolesterol (khususnya LDL) dan meningkatkan HDL, yang pengaruhnya adalah

mengurangi resiko penyakit jantung (Sharkey, 2003)

1. Pembentukan Kolesterol

Kolesterol diserap setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut kolesterol

eksogen, yang dibentuk didalam sel disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua

kolesterol endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi

semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol untuk menyusun

struktur membran dari seluruh sel. Seperti pada Gambar 2.2 struktur dasar kolesterol

adalah inti sterol. Inti sterol seluruhnya dibentuk dari molekul asetil-KoA.

Sebaliknya, inti sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai, untuk membentuk

(a) kolesterol, (b) asam kolat, yang merupakan dasar dari empedu, dan (c) beberapa

hormon steroid (Guyton, 1996).

2. Pengaruh aktivitas Fisik Terhadap Kolesterol

Aktivitas yang teratur dapat menurunkan total kolesterol, menurunkan LDL

(Low Density Lipoprotein) adalah bentuk kolesterol yang berbahaya yang ditemukan

dalam plak yang menyumbat arteri koroner. Aktivitas fisik juga meningkatkan kadar

HDL (High Density Lipoprotein) adalah bentuk kolesterol yang menguntungkan

berfungsi untuk mengumpulkan kolesterol dari arteri-arteri dan memindahkannya ke

hati untuk dimetabolisme. Jadi olahraga mengurangi total kolesterol (khususnya

LDL) dan meningkatkan HDL, yang pengaruhnya adalah mengurangi resiko penyakit

jantung (Sharkey, 2003)

3. Metabolisme Kolestrol

Kolesterol adalah prekursor hormon-hormon steroid dan asam lemak dan

merupakan unsur pokok yang penting di membran sel, karena membran ini terdiri

dari lipid, protein dan memiliki sifat semipermeabel. Zat ini hanya ditemukan pada

hewan. Sterol yang serupa ditemukan pada tumbuhan, tetapi sterol tumbuhan

normalnya tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Kebanyakan kolesterol dalam diet

terkandung di dalam kuning telur dan lemak hewani.

Kolesterol diabsorpsi dari usus dan dimasukkan ke dalam kilomikron yang

dibentuk di dalam mukosa. Setelah kilomikron mengeluarkan trigliseridanya di

jaringan adiposa, kilomiron sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati. Hati dan

jaringan-jaringan lain juga menyintesis kolesterol. Sebagian kolesterol di hati

diekskresi di empedu, baik dalam bentuk bebas maupun sebagai asam empedu.

Sebagian kolesterol empedu direabsorpsi dari usus. Kebanyakan kolesterol di hati

digabungkan ke dalam VLDL, dan semuanya bersirku-lasi dalam kompleks-kompleks

lipoprotein. Biosintesis kolesterol dari asetat. Kolesterol memberikan umpan balik

menghambat sintesisnya sendiri dengan menghambat HMG-KoA reduktase, enzim

yang mengkonversi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA menjadi asam mevalonat. Jadi,

kalau intake kolesterol dari diet tinggi, smtesis kolesterol oleh hati menurun, dan

sebahknya. Akan tetapi, kompensasi umpan-balik ini tidak sempurna karena diet yang

rendah kolesterol dan lemak jenuh hanya menyebabkan penurunan

Kadar kolesterol plasma menurun karena hormon-hormon tiroid, yang

meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati, dan oleh estrogen, yang meningkatkan

HDL plasma dan menurunkan LDL. Estrogen meningkatkan katabolisme LDL

sirkulasi, mungkin dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati.

Kolesterol plasma meningkat kalau ada obstruksi empedu dan pada diebetes melitus

yang tidak terobati. Kalau reabsorpsi asam empedu di usus menurun akibat resin

seperti kolesterol, lebih banyak kolesterol yang dibelok kan ke pembentukan asam

empedu. Akan tetapi, penurunan kolesterol plasma relatif kecil karena ada

kompensasi peningkatan sintesis kolesterol. Lovastatin dan statin terkait lain

menghambat sintesis kolesterol secara langsung dengan menghambat HMG-KoA

reduk- tase. Obat lain yang sering digunakan untuk menurunkan kolesterol plasma

adalah vitamin niasin, di mana dalam dosis besar obat ini menghambat mobilisasi

asam lemak bebas dari simpanan lemak perifer sehingga terjadi penurunan sintesis

VLDL di hati. Yang ketiga adalah klofibrat, yang bekerja melalui suatu mekanisme

rumit untuk meningkatkan oksidasi asam lemak di otot dan hati sehingga terjadi

penurunan sekresi lipoprotein dari hati. Namun, obat golongan statin saat ini adalah

obat yang paling luas digunakan dan sangat efektif (Ganong, 2003)

2.2.3 Sumber kolestrol

Terdapat dua sumber kolestrol bagi tubuh menurut (Sherwood, 2012) yaitu

1) Asupan dari makanan, dengan produk hewani misalnya kuning telur, daging

merah, dan mentega merupakan bahan yang banyak mengandung lemak ini

(lemak hewan mengandung kolesterol sementara lemak nabati biasanya tidak)

2) Pembentukan kolestrol oleh sel, khususnya sel hati

2.2.4 Fungsi kolestrol

Fungsi kolesterol adalah membantu hati menghasilkan empedu yang

diperlukan untuk mengemulsikan lemak. Kolesterol adalah bahan pembentuk asam

empedu dan garam empedu. Kolesterol juga menjadi prekursor atau bahan

pembentukan berbagai jenis hormon steroid di antaranya estrogen, progesteron dan

androgen. Kolesterol juga membentuk provitamin D (Ergosterol) yang terdapat di

jaringan bawah kulit. Provitamin D yang terpapar sinar matahari akan diubah menjadi

vitamin D. Kolesterol berfungsi juga sebagai komponen penting pada membran sel

dengan fungsi mengurangi fluiditas membran dengan pergerakan fosfolipid pada

suhu sedang dan menghambat pembekuan pada suhu rendah. Fungsi-fungsi tersebut

dapat berjalan normal selama level kolesterol dalam tubuh berada dalam kisaran

normal. Kelebihan ( hiper) atau defisiensi ( hipo) kolesterol berdampak buruk

terhadap kelangsungan homeostasis tubuh. Dalam keadaan normal, kelebihan

kolesterol akan dikembalikan ke hati. Kolesterol dalam jumlah yang seimbang sangat

penting bagi tubuh. Level kolesterol darah yang terlalu tinggi menimbulkan risiko

terjadinya aterosklerosis (Majid, 2009).

2.2.5 Manfaat kolestrol

Manfaat kolcsterol yang paling banyak dalam tubuh adalah untuk membentuk

asam kolat di dalam hati, sebanyak 80% kolcsterol dikonversi mcnjadi asam kolat.

Kolestrol berkonjungasi dengan zat lain untuk membentuk garam empedu yang

membantu pencernaan dan absorsi lemak. Sebagian kecil kolestrol dipakai oleh a)

kelenjar adrenalin untuk membentuk hormon Adrenokortikoid, b) ovarium untuk

membentuk Estrogen dan Progresterone, c) testis untuk membentuk Testosterone.

Kelenjar-kelenjar ini juga bisa membentuk sterol sendiri. Sejumlah kolestrol

diendapkan dalam lapisan korneum kulit. Hal ini bersama dengan lemak lainnya

membentuk kulit lebih resisten terhadap absorsi zat yang larut dalam air. Kolestrol

dan lemak sangat tidak berdaya terhadap zat-zat seperti asam lemak dan berbagai

pelarut, yang bila tidak dapat lebih menembus tubuh. Zat lemak ini juga membantu

mencegah evaporasi air dari kulit. Tanpa proteksi ini jumlah evaporasi ( seperti pada

pasien dengan luka bakar ) dapat mencapai 5 sampai 10 liter setiap hari sedangkan

kehilangan yang biasa hanya 300 sampai 400 mililiter ( Guyton, 2006 ).

2.2.6 Faktor penyebab kolestrol

Penyebab umum terjadinya peningkatan kadar kolesterol antara lain adalah

(Setiati, 2009):

1. Faktor keturunan

2. Faktor makanan

3. Kurangnya aktifitas fisik dan olahraga

4. Kebiasaan merokok

Terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan kadar kolesterol darah meningkat,

yaitu : faktor genetik dan faktor makanan (Siswono, 2001).

1. Faktor Genetik

Tubuh terlalu banyak memproduksi kolesterol. Kolesterol di dalam ,

darah 80% diproduksi oleh rubuh sendiri. Terdapat sebagian orang yang

'memproduksi kolesterol lebih banyak dibanding yang lain. Hal ini disebabkan

|karena faktor keturunan. Orang tersebut meskipun hanya sedikit saja

mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh, tetapi

tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak.

2. Faktor Makanan

Asupan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Konsumsi lemak yang kurang mengakibatkan tubuh kekurangan energi,

sebaliknya konsumsi lemak berlebih mengakibatkan kerusakan pembuluh

darah. Lemak dalam makanan berasal dari daging, tetapi di Indonesia sumber

asupan jenis lemak dapat dibedaan menjadi 2 yaitu : lemak jenuh berasal dari

daging, minyak kelapa, dan lemak tidak jenuh terdiri dari : asam lemak omega

6 dan asam lemak omega 9.

2.2.7 Kadar kolestrol normal

Menurut National Cholestrol Education Program Audit Panel III (NECP-

ATP) telah membuat satu batasan yang dapat secara umum sebagai patokan kadar

lipid dalam batas normal.

Tabel 2.2 kadar lipid serum normal

Klolestrol KategoriKolestrol total: <200mg/dl Normal 200-239 mg/dl Ambang batas tinggi ≥ 240 mg/dl TinggiKolestrol LDL:<100 mg/dl Optimal 100-129 mg/dl Mendekati optimal 130-159 mg/dl Garis batas tinggi 160-189 mg/dl Tinggi ≥ 190 mg/dl Sangat tinggiKolestrol HDL:<40 mg/dl Rendah ≥60 mg/dl Tinggi Trigliserida:>150 mg/dl Optimal 150-199 mg/dl Ambang batas tinggi200-499 mg/dl Tinggi ≥500 mg/dl Sangat tinggi

Sumber : Tjokroprawiro, 2007

2.3 Konsep Gerakan Terapi Ling Tien Kung

2.3.1 Pengertian

Berdasarkan filosofi yang ditemukan oleh Fu Long Swee selaku Lao Se ( Arti

guru dalam bahasa mandarin) dan yang menciptakan gerakan terapi Ling Tien Kung.

Ling tien kung ( diterjemahkan ilmu titik nol) adalah terapi penyembuhan dengan

gerakan yang sangat sederhana dengan menggunakan sumber energi kehidupan yang

ada didalam tubuh manusia itu sendiri yang fungsinya menyerupai accu. Ling Tien

Kung merupakan pelatihan tehnik gerakan charge accu manusia dan kunci rahasinya

adalah empet-empet anus. Inti dari ling tien kung adalah berpusat pada pelatihan

anus, yakni Empet-empet anus alias Fu kang (Empet-empet anus ala Fu Long Sweet)

dan Charge Accu Manusia.

2.3.2 Sejarah

Power Full Long Sweet adalah pencipta ilmu Ling Tien Kung, Beliau lahir

pada 25 Oktober 1935 di Singaraja, Bali. pada waktu itu. Beliau merasakan kondisi

badan mulai menurun mengingat kaki kiri yang mengalami "spearbreaking" otot

beliau kaku sehingga tidak bisa jongkok, ditambah beliau menderita asma yang

menurut keterangan dokter merupakan penyakit keturunan, dan penyakit ini tidak ada

obatnya. Kondisi ini sangat menghambat beliau yang saat itu harus mencari nafkah

untuk menghidupi keluarga, sehingga beliau lupa berolahraga berhubung waktu yang

banyak saya habiskan untuk menafkahi keluarga. Pada suatu hari pada 1985, waktu

itu belaiu sedang menyebrang jalan, tiba-tiba saja sebuah mobil lewat beliau harus

lari dan lompat naik ke atas trotoar, mungkin karena beliau lama tidak berolahraga,

sehingga begitu beliau sampai di atas trotoar, beliau hanya bisa jongkok menahan

sakit dari kaki yang kejang tadi, beliau tidak berani berdiri, takut otot bisa putus.

Setelah lama baru beliau bangun dan berjalan pulang dan mencari dokter untuk

mencari tahu bagaimana mengobati kakinya, disanalah beliau tahu bahwa tidak ada

cara mengobatinya selain mengasuh. Saya tidak habis pikir, asma tidak ada obatnya,

kaki tidak ada obatnya juga, olahraga juga sudah tidak bisa. Lalu timbul pikiran lucu

namun positif, kenapa di buku-buku kungfu atau cerita-cerita silat banyak diceritakan

ilmu-ilmu tenaga dalam, taichi yoga, meditasi, ilmu pernapasan, Ji Gong dan banyak

ilmu lain yang canggih yang dikatakannya dapat menyembuhkan penyakit. Ini adalah

jalan keduanya, mulailah beliau terjun ke buku-buku yang berkaitan dengan cerita-

cerita ilmu tsb. Beliau rajin membaca. mempelajari dan segala macam tulisan baik

dari Indonesia maupun dari Tiongkok. Lama kelamaan beliau menjadi langganan

dengan siapa saja yang mempunyai buku-buku tentang ini beliau beli, spinjam, dan

pesan.

Akhirnya, setelah berjalan sekian tahun kemudian, tepatnya 20 tahun, beliau

mendapat gambaran bahwa segala buku yang saya baca tsb, semuanya bermuara dari

1 kitab suci, yang dinamakan "Tao De Ching '(itu pendapat pribadi beliau). Dari Tao

De Ching di bab ke 6, tertulis 24 kata yang merupakan cikal bakal Ling Tien Kung,

bunyinya "Ku Sheng Bu Shi, Shi Wei Xien Ping Zhi Men, Wei Tian Ti Gen, Mian

mian Zho Zhen, Yong Zhi wu Ching", banyak dalam naskah-naskah orang, buku ini

ditulis oleh Lao Zi, pada jaman 500 SM, jadi tepatnya jaman peperangan Great Wall

di beijing. Penafsiran orang dan pengertiannya macam-macam karena kalau dilihat

dari tulisan-tulisannya bahasa Tionghoa, karena jamanya lain, maka artinya bisa

bermacam-macam pula. Buku Tao De Ching tsb jaman ini sering dikenal dengan

Taoisme. Banyak pencari ilmu-ilmu atau memperdalam ilmu Taoisme, baik dan

Tiongkok, mendapat satu pengertian yang tidak sama tapi tidak ada satupun yang

nantinya bisa dijadikan panutan. Apa tujuannya beliau? Tapi bagi beliau sendiri,

setelah membaca kitab Tao De Ching ini saya hanya memilih 1 bab saja, ialah bab ke

6 yang beliau tulis di atas tadi. Penafsiran beliau bahwa itu adalah sama dengan aki

mobil jaman sekarang, jelasnya, daya kerjanya sama dengan aki mengeluarkan strom

untuk menghidupkan mesin mobil itu. Kalau itu aki mobil, disamakan dengan daya

kerjanya hidup manusia, jadi dalam tubuh manusia pun ada akinya. Dimana letak aki

tsb? Itulah penemuan saya yang kedua. Jadi aki mempunyai 2 kenop / Spool, yang

pertama adalah anus sebagai spool positif, pusar sebagai spool negative. Anusnya

longgar, karena sudah bertahun-tahun dipakai, otot di bagian anus longgar, artinya

ikatan di kontak aki ini sudah ionggar. Kalau di aki, hanya tinggal diseratkan saja

kontaknya, maka sudah benar. Namun jika sudah soak, harus dicas, cas ini adalah

empet-empet anus. Sekarang, penyakit beliau pun telah sembuh, istri beliau yang

menderita penyakit hipertensi, juga sembuh.

Maka dari itu, beliau perlu merencanakan, berangan-angan mempunyai satu

padepokan Ling Tien Kung di suatu tempat, atau yang dapat dinamai Ling Tien Kung

education centre di tempat yang sejuk, yang cocok bagi kita bernaung di masa-masa

penuaan. Jalan ini belum terwujudkan, mudah-mudahan di tahun 2015, di kala Ling

Tien Kung berumur 10 tahun nanti sudah ada titik terang.

2.3.3 Prinsip kerja Ling Tien Kung

Sepeti yang telah diterangkan oleh Lao Se Fu Long Swee bahwa accu

manusia sama halnya accu pada umumnya. Accu manusia juga mennghasilkan arus

listrik (setrum). Arus listrik (setrum) dikarenakan adanya tegangan. Tegangan timbul

karena ada 2 muatan kutub, yaitu kutub positif (anoda) dan kutub negatif (katoda).

Berdasarkan hukum alam ini, maka manusia juga mempunyai 2 kutub yaitu anus

sebagai kutub positif dan pusar sebagai kutub negatif. Anus merupakan kunci

terpenting accu manusia, karena dari sinilah listrik mengalir menuju kutub negatif

atau pusar (Sweet, 2007):.

Otot-otot di sekitar anus/dubur memegang peranan sebagai pengikat "bidang

kontak" dari kutub positif (anus) accu manusia. Seiring bertambahnya usia, otot-otot

yang membentuk anus dan otot-otot di sekitar anus ini akan mengendur. Pengenduran

dari otot ini disebabkan terutama karena tidak pernah mengolahragakan anus

tersebut. Seperti halnya pada accu, akibat dari pengenduran pengikat "bidang

kontak" tersebut, maka tegangan akan turun (drop). Konsekuensinya adalah aliran

listrik yang berkurang dan turunnya tegangan pada tubuh manusia ini yang biasa

menyebabkan sakit pada organ-organ tubuh tertentu yang kekurangan suplai tenaga.

Tegangan accu manusia akan berkurang jika aliran listrik yang terdapat didalamnya

hanya digunakan saja tanpa disertai dengan proses charge accu. Jadi sebaiknya

sebuah accu manusia jugaharus dapat discharge kembali yaitu dengan empet-empet

anus dan charge accu manusia. Secara singkat penemuan tersebut dapat dirangkum

sebagai berikut (Sweet, 2007):

1. Sumber energi kehidupan di dalam tubuh manusia berfungsi menyerupai accu.

2. Kutub-kutub accu manusia terletak di :3. Tehnik pelatihan anus (senam dubur) dipatenkan dengan nama ”empet-

empet anus”.4. Charge accu manusia

2.3.4 Mekanisme gerakan terapi Ling Tien Kung terhadap penurunan kadar

kolestrol

Gerakan terapi Ling Tien Kung dapat menimbulkan rangsangan (chi) berupa

tenaga/uap.dikarenakan adanya Tegangan gerakan empet-empet anus dan charge accu

manusia akhirnya menimbulkan rangsangan chi. Chi akan terus naik melalui lubang

anus (mengencangkan bidang kontak), ulu hati (jalan api), tulang ekor (memperbaiki

produksi sel darah disumsung tulang, disebut juga jalan chi), dan tulang

selangkang/tulang dewa (jalan air). Selanjutnya akan diteruskan menuju ke otak dan

merasang hipotalamus.

2.3.5 Tehnik gerakan Ling Tien Kung

Gambar dan cara melakukan gerakan terapi Ling Tien Kung akan

diberikan dalam lampiran skripsi ini. Berikut adalah cara melakukan gerakan terapi

Ling Tien Kung sccara umum (Sweet, 2007):

1. Pengencangan kembali "bidang kontak" dari accu, terdiri dari empet-empet anus

(Fu Kang] sebanvak 100 kali dan jinjil-jinjit (Uk Thi Tien-Tien) scbanyak 20 kali.

Empet-empct anus dapat dilakukan scndiri (tanpa disertai gerakan yang lain)

maksimal 1500 kali/hari yaitu sckitar 25 menit (1 kali/detik). Tujuan empet-empet

anus dan jinjit-jinjit adalah:

1) Mengencangkan kembali pengikat "bidang kontak".

2) Mencharge accu tubuh kita kembali.

2. Charge accu manusia (Chung Dien Kung), terdiri dari gerakan buka jendela langit

(Khai Thien Chuang) dan gerak legong (Legong Kung). Gerakan buka jendela langit

terdiri dari: buka jendela langit 30 hitungan dan cap kepala 20 hitungan.

3. Gerakan kocok-kocok (Chen Tan Kung) terdiri dari gerakan kocok len atas bawah

(Sang Sia-Chen Tang\ gerakan kocok lengan maju mundur (Chien Ho-Chen Tang),

gerakan kocok lengan kanan kiri (Con Yu-Chen Tang) gerakan buka dada (Can

Siung-Chen Tang), gerakan buka dada atas (Sang Fang-Chen Tang), gerakan buka

dada bawah (Sia Fang-Chen Tang), gerakan kocok jari-jari (Sou Tzi Sai Swee-Chen

Tang) gerakan kocok kaki bagian lutut (Siek Kai-Chen Tang), dan gerakan kocok

seluruh badan (Chuen Sen-Chen Tang). Tujuan dari gerakan kocok-kocok adalah

menata kembali organ-organ tubuh; memperlancar peredaran sirkulasi darah dan

metabolisme; menampung udara dalam rongga dada; melatih kelincahan tubuh; dan

melawan kemalasan.

4. Gerakan transisi (Fu Cu Ktmg), terdiri dari gerakan buka jendela langit (Khai

Tien Chuang).

5. Penggunaan tenaga titik nol (Chin Tong Kung\ terdiri dari gerakan kaki bangau

titik nol (Sien Hok Sen Cen). Tujuan dari gerakan kaki bangau adalah untuk menjaga

keseimbangan tubuh dengan tenaga titik nol (terletak di dalam perut di belakang

pusar). Secara abstrak dapat diartikan menggunakan setrum.

6. Gerakan cooling Jown/frengendapan emosi (Chang SuoKung), terdiri dari jinjit

iepas/berdiri (Lik Thi Sang Sia), jongkok bangunfterdiri (Sia Tuen Sang Sia), goyang

pinggang (You You Chien Ho) gaya kodok (Ching Wa Yung Sek), dan gaya belalang

(Thong Long U Too). Pada gerakan cooling down yang perlu diperhatikan adalah:

1) Gerakan serasi dengan lagu, rileks dan bebas (nafas bebas/tidak diatur).2) Gerakan berkesinambungan, tidak putus-putus dan mengikuti lagu.3) Anus tetap diempet.4) Gerakan ini bukan merupakan ilmu pernafasan.

TG

Asam lemak bebas

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELETIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian pengaruh gerakan Terapi Ling Tien Kung terhadap penurunan kadar kolestrol pada lansia (Menurut Sherwood,2012; Sweet, 2007; Guyton & Hall, 2008; Ganong, 2003; Ian, 2012)

Faktor yang mempengaruhi kadar kolestrol meningkat:

Faktor keturunan; faktor makanan; kebiasaan merokok;

kurang aktivitas fisik dan olahraga

Hiperkolestrol

Peregangan

Gerakan Terapi Ling Tien Kung

Rangsangan (Chi)

Proses metabolisme

Cerebral Cortex

CRH

Hypothalamus Kontraksi otot

Hipofisis anterior

Cortisol

Adrenal cortex

ACTH

Kolestrol

kapasitas oksidatif

Asetil KoA

ATP

HDL secara aktif membawa kolestrol ke hati

Lansia

LPL

Medula adrenal

Epinefrin

Pada olahraga ini metabolisme energi yang bekerja terutama adalah sistem

metabolisme aerobik, sedangkan bahan bakar yang digunakan terutama adalah

karbohidrat dan lemak (Pate, 1984). Untuk ketahanan aerobik selain diperlukan

jantung dan paru untuk mengangkut oksigen yang banyak maka kemampuan sel

untuk menggunakan oksigen juga lebih tinggi. Dalam aktivitas aerobik persediaan

lemak diotot harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan lemak dalam otot

diperlukan latihan aerobik yaitu dengan beban ringan untuk jangka waktu yang

lama.

Apabila suatu latihan dilakukan sesuai denga prinsip - prinsip dasarnya,

akan dapat meningkatkan kualitas fisik.Akan terjadinya perubahan-perubahan

yang baik terhadap tubuh, antara lain; perubahan kimia, perubahan pada sistem

kardio-respiratory, perubahan serabut otot dan lain sebagainya (Fox, 1993).

Perubahan-perubahan yang terjadi secara umum meliputi: 1) perubahan kimia,

2) peningkatan volume sekuncup, 3) peningkatan volume semenit, 4)

peningkatan volume darah dan hemoglobin

Peregangan meningkat-kan kapasitas oksidasi karbohidrat dan lemak,

meningkatkan jumlah dan diameter mitokondria, meningkatkan berbagai aktifitas

ensim yang diperlukan untuk siklus Kreb (creb cycle) dan transfer elektron serta

ensim untuk lipolisis (Fox,1993), dan secara khusus dapat berpengaruh pada

perubahan lipid darah.

mekanisme terjadinya peningkatan HDL-kolesterol darah akibat latihan

fisik adalah meningkatkan aktifitas ensim LPL pada jaringan otot dan jaringan otot

dan jaringan lemak, yang mengakibatkan katabolisme VLDL meningkat,

sehingga akhirnya akan meningkatkan kadar HDL dalam plasma, karena

komponen hasil katabolisme VLDL merupakan salah satu pembentuk HDL; (2)

Latihan fisik akan menurunkan aktifitas ensim Hepatic-Trigliserida- hidrolase

dalam hati, sehingga menghambat katabolisme HDL.

Ling Tien Kung adalah pelatihan pelatihan tehnik gerakan charge accu

manusia dan kunci rahasianya adalah empet-empet anus. Gerakan terapi Ling tien

kung dapat menurukan kadar kolestrol pada lansia dengan hiperkolestrol melalui

rangsangan (chi) berupa tenaga uap/hawa panas yang menstimulasi hipotalamus

untuk meningkatkan CRH (corticotropin-releasing hormone) yang merangsang

hipofisis anterior untuk mengeluarkan ACTH (adrenocorticotropic hormone, atau

kortikotropin) yang selajutnya merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan

kortisol. Hormon terakhir dalam sistem ini, kortisol, menghambat hipotalamus untuk

mengurangi sekresi CRH dan juga mengurangi kepekaan sel penghasil ACTH

terhadap CRH dengan bekerja langsung pada hipofisis anterior. Melalui pendekatan

ganda ini, kortisol membentuk kontrol umpan balik negatif untuk menstabilkan

konsentrasi plasmanya sendiri setelah itu asam amino meningkat akan merangsang

penguraian protein dan asam lemak darah juga akan meningkat dengan itu dapat

merangsang lipolisis/pemecahan lemak (Sherwood, 2012).

3.2 Hipotesis peneleitian

H1: Gerakan terapi Ling Tien Kung dapat menurunkan kadar kolestrol pada

lansia di panti asuhan anugerah Surabaya.

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara penyelesaian masalah dengan menggunakan

metode ilmiah, dalam bab ini akan diuraikan tentang : 1) Desain penelitian, 2)

Populasi, sampel, dan tehnik sampling, 3)Variabel Penelitian, 4) Definisi

Operasional, 5) Instrumen penelitian, 6) Lokasi dan Waktu Penelitian, 7)

Pengumpulan Data, 8) Kerangka Operasional, 9) Analisis Data dan 10) Etik

Penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang

memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi

akurasi suatu hasil (Nursalam, 2008).

Jenis penelitian ini adalah Pra-eksperimental dengan menggunakan one

group pra-post test design. Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan

sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek

diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah

observasi (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini, intervensi yang diberikan berupa

terapi ling tien kung.

Subyek Pra-tes Perlakuan Pasca-tesK O

Waktu 1

I

Waktu 2

O1

Waktu 3

Tabel 4.1 Desain Penelitian Pengaruh Terapi Ling tien kung Terhadap Penurunan Kadar Kolestrol Pada Lansia

Keterangan :

K : subjek perlakuan ( lansia dengan hiperkolestrol )

O : Observasi kadar kolestrol sebelum terapi ling tien kung

I : intervensi ( gerakan terapi ling tien kung)

O1 : Observasi kadar kolestrol setelah intervensi

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi merupakan subyek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

lansia yang berada di panti asuhan anugerah Surabaya. Jumlah lansia secara

keseluruhan ada 25 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Setelah

mendapatakan populasi penelitian, yaitu lansia yang tinggal di panti asuhan

“Anugerah” maka peneliti mengambil sebagian dari populasi tersebut untuk menjadi

sampel dalam penelitian.

Kriteria Sampel Penelitian :

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti ( Nursalam, 2008 ). Kriteria inklusi pada

penelitian ini adalah:

1) Subyek penelitian lansia dengan hasil pemeriksaan kadar kolestrol > 200 mg/dl

sebelum dilakukan intervensi

2) Lansia yang mampu melakukan seluruh gerakan

3) Mampu melakukan latihan secara kontinyu sesuai dengan program latihan

4)

2. Sedangkan kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab ( Nursalam, 2008 ). Kriteria eksklusi

pada penelitian ini adalah:

1) Lansia yang sedang dalam keadaan mobilitas terganggu

2) Lansia yang psikologisnya terganggu

3) Pasien tidak mampu berjalan dan beraktivitas mandiri

4)

4.2.3 Besar sampel

Populasi terjangkau responden yang memenuhi kriteria inklusi ada 22 orang.

Berdasarkan uraian tersebut maka besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 12 responden.

4.2.4 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode Non

probability sampling tipe purposive sampling yaitu suatu tehnik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki, sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya

(Nusralam, 2008).

4.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu ( benda, manusia , dll ) ( Putra dan Haryanto, 2000 ). Dalam

penelitian, variabel dikarakteristikan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan

(Nursalam, 2008 ).

4.3.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel

lain( Nursalam, 2008 ). Variabel dalam penelitian ini adalah gerakan terapi ling tien

kung

4.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain

( Nursalam, 2008 ). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kolestrol dalam

darah.

4.4 Definisi Operasional

Variabel yang telah didefinisikan perlu dijelaskan secara operasional, sebab

istilah ( variabel ) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan

( Nursalam, 2008 ). Definisi operasional dalam penelitian ini sebagaimana yang

tercantum dalam tabel sebagai berikut

Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan

kadar kolestrol pada lansia

Variabel DefinisiOperasioanal

Parameter Alat ukur Skala Skor

Independen :Terapi Ling Tien Kung

Terapi ling tien kung adalah terapi penyembuhan yang berpusat pada pelatihan anus dengan menggunakan gerakan yang sangat sederhana

Mengikuti gerakan Ling Tien Kung dari awal hingga akhir dan Dilakukan 2x semingu selama 2 minggu

SAK - -

Dependen :Penurunan kadar kolestrol

Kolestrol adalah salah satu komponen lemak. penurunan kolestrol merupakan keadaan berkurangnya nilai kadar kolestrol saat ini dari kadar kolestrol sebelumnya.

Kadar kolestrol normal < 200 mg/dl

Glukotes 3 in 1

Rasio Normal < 200mg/dl

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu ukur yang digunakan dan dipilih dalam penelitian,

kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih

mudah ( Nursalam, 2008 ).

Untuk pengumpulan data, peneliti membuat instrumen sebagai pedoman

pengumpulan data berupa pemeriksaan kadar kolestrol dalam darah darah dengan

menggunakan glukotes 3 in 1 diawal program terapi ling tien kung ( pra-test )

sebelum diberikan intervensi terapi, kemudian diberikan intervensi terapi ling tien

kung 2x seminggu selama 2 minggu, setelah itu diperiksa ulang kadar kolestrol di

akhir program terapi ling tien kung ( post-test ). Selama program terapi, responden

dianjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung tinggi kolestrol, misalnya

santan, goreng-gorengan, cumi-cumi, jeroan. Serta mencatat hasil observasi yang

telah dilakukan, yaitu : kadar kolestrol normal < 200 mg/dl.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian : Panti asuhan anugerah Surabaya

Waktu : Mei 2013

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian ini diawali oleh peneliti dengan melakukan langkah-

langkah dalam pengumpulan data sebagai berikut :

1. Langkah awal untuk melaksanakan penelitian ini adalah mengurus surat

kelengkapan surat ijin penelitian.

2. Menghubungi kantor kelurahan setempat untuk memohon ijin sebagai tempat

penelitian dan memberikan persetujuan

3. Menghubungi tokoh masyarakat yang dapat membantu pendekatan pada

warga

4. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan dimulai dengan

mengidentifikasi sampel, dengan mengumpulkan responden sesuai kriteria

inklusi atau disebut populasi terjangkau dengan menggunakan tehnik

purposive sampling.

5. Setelah klien terpilih menjadi responden, peneliti memberikan informed

consent kepada responden sebagai tindakan persetujuan untuk dijadikan

sampel penelitian dan membagi responden menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

6. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden

7. Membuat kesepakatan dengan responden bahwa kegiatan terapi ling tien kung

dilakukan 2x semingu selama 2 minggu.

8. Kemudian dilakukan pengukuran awal kadar kolestrol dalam darah responden

dengan menggunakan alat glukotes 3 in 1. Hasil pengukuran tersebut

merupakan data awal sampel sebelum dilakukan intervensi ( pre-test ).

9. Melatih responden melaksanakan terapi ling tien kung 1x, setelah itu minggu

selanjutnya melakukan terapi ling tien kung sesuai program.

10. Setelah diberikan terapi ling tien kung selama 2x seminggu dalam 2 minggu

dan selanjutnya akan dilakukan pengukuran lagi kadar kolestrol dalam darah

( post-test ) dengan menggunakan alat glukotes 3 in 1. Hasil pengukuran

dicatat kemudian dianalisis,

4.8 Kerangka Operasional

Kerangka kerja merupakan suatu alur Kerangka kerja adalah hubungan antara

konsep yang ingin diteliti atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmomodjo, 2002). Kerangka kerja merupakan suatu alur penelitian sehingga

dapat diketahui secara jelas gambaran tentang proses dan jalannya penelitian.

Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut

Kelompok perlakuan

Pemilihan sampel sesuai kriteria inklusi

Purposive sampling

Intervensi : Gerakan terapi Ling Tien Kung2x per minggu selama 4 minggu

Observasi kolestrol akhir

Pemeriksaan kadar kolestrol awal

Pelatihan gerakan terapi Ling Tien Kung

Populasi terjangkau : Lansia di Panti asuhan Anugerah Surabaya

Gambar 4.1 Kerangka operasional pengaruh terapi Ling Tien Kung terahadap penurunan kadar kolestrol pada lansia

4.9 Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan tujuan mengetahui pengaruh

pemberian terapi ling tien kung terhadap penurunan kadar kolestrol pada lansia.

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji statisitik Paired T test dan

Independent dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Dalam

pengolahan data ini bertujuan mengetahui pengaruh antara variabel independen dan

dependen dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Bila hasil perhitungan ρ < 0,05 berarti

hipotesis yang diterima yaitu ada pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan

kadar kolestrol pada lansia.

4.10 Etika Penelitian (Ethical Clearance)

Menurut Yurisa (2008), etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip,

namun terdapat empat prinsip utama yang perlu dipahami, yaitu:

(1) Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

(2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy

and Confidentiality).

(3) Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).

Analisa statistik :Uji Paired t test

Hasil

Kesimpulan

(4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms

and benefits).

4.10.1 Lembar Persetujuan ( Informed Consent )

Tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian selama

pengumpulan data. Responden yang telah bersedia untuk diteliti harus

menandatangani lembar persetujuan dan jika responden menolak untuk diteliti maka

tidak akan memaksa dan menghormati haknya.

4.10.2 Anonimity (tanpa nama)

Nama responden tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data, namun

hanya kode untuk setiap responden, hal ini bertujuan untuk menjaga kerahasiaan

responden.

4.10.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Informasi dari responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya

pada kelompok tertentu saja yang akan peneliti sajikan, terutama dilaporkan pada

hasil riset.

4.11 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian

(Nursalam,2001). Beberapa keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian

antara lain:

1. Pengumpulan data Peneliti tidak melakukan uji coba sehingga masih perlu

diuji validitas dan realibilitasnya.

2. Sampel

1) Sampel yang diambil dalam penelitian ini dengan tehnik purposive

sampling yang mengakibatkan semua sampel hasil penelitian kurang

sempurna

2) Peneliti tidak bisa memantau variabel perancu (diet tinggi kolesterol)

3. Dalam penelitian ini, waktu yang tersedia sangat singkat yaitu 2 minggu.

Keterbatasan waktu bisa mempengaruhi hasil penelitian sehingga hasil

penelitian ini tidak bisa di generalisasikan.

4. Terbatasnya kemampuan peneiiti untuk menjabarkan permasalahan sehingga

kedalaman isi penelitian kurang sempurna

5. Biaya

Keterbatasan dana untuk melakukan penelitian