bab 1-4 tes.doc
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses penuaan secara degeneratif dialami dengan bertambahnya umur pada
manusia diikuti penurunan kemampuan pada perubahan fisiologi tubuh dan
peningkatan terserang penyakit serta mengakibatkan kematian (Azizah, 2011).
Beberapa penurunan fisiologi tubuh lansia diketahui dengan kulit menjadi lebih tipis
kering, keriput dan elastisitas menurun, rambut rontok, warna rambut menjadi putih,
tulang mengalami penurunan kadar kapur (kalsium), akibat tulang menjadi keropos,
produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan bertambahnya umur,
jumlah sel otot berkurang, volume otot secara keseluruhan menyusut, pembuluh
darah di jantung dan otak mengalami kekakuan, serta lapisan intima menjadi kasar
akibat merokok, kadar kolestrol tinggi dan hal lain yang menyebabkan penggumpalan
darah (Maryam, 2008). Kolestrol menjadi berbahaya karena bisa mengakibatkan
pembuluh darah terhambat dalam mengalirkan aliran darah dari dan menuju jantung.
Terhambatnya dan terganggunya pembuluh darah tentu mengakibatkan banyak
masalah seperti aterosklerosis (penyumbatan pada pembuluh darah), koagulasi
(penggumpalan pembuluh darah), dislipidemia (penyakit lemah dalam darah).
Munculnya masalah pada pembuluh darah yang disebabkan adanya peningkatan
jumlah lemak dalam darah atau kolestrol merupakan faktor resiko pemicu terjadinya
penyakit jantung koroner, stroke dan tekanan darah tinggi (Ramadhan, 2010). Dari
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007) diketahui bahwa penyebab
kematian lansia di Indonesia adalah stroke (15,4%), hipertensi (6,8%), diabetes
mellitus (5,7%), penyakit jantung iskemik (5,1%). Menurut penelitian dari
Framingham Heart Study ditemukan korelasi positif antara kadar kolesterol LDL
yang tinggi dengan stroke dan penyakit jantung (Durstine, 2012). Hiperkolesterol
merupakan salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) ditandai
dengan kadar kolesterol total dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterol
berhubungan erat dengan peningkatan kolesterol total, peningkatan kolesterol LDL,
peningkatan kadar trigliserida serta penurunan kolesterol HDL. 5 Faktor yang
menyebabkan terjadinya hiperkolesterol antara lain faktor genetik, usia, jenis kelamin
dan pola konsumsi makanan. Tingginya konsumsi makanan yang mengandung lemak
jenuh dapat menyebabkan peningkatan kandungan kolesterol dalam darah (Dewi &
Probosari, 2012) Hasil pengambilan data awal yang dilakukan peneliti bulan april
2013, didapatkan 52% dari 25 lansia di Panti Asuhan Anugerah Surabaya mengalami
hiperkolestrol dan 48% tidak mengalami hiperkolestrol, maka hiperkolestrol menjadi
hal penting yang harus menjadi perhatian khusus agar tidak terjadi peningkatan
ditahun berikutnya.
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima
besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia. Data Badan
Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun
2010 sebanyak 18.043.712 juta orang atau 7,59 persen dari keseluruhan penduduk.
Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup, jumlah penduduk lansia cenderung
meningkat dalam jumlah besar secara mendadak telah memberikan implikasi khusus
bagi keperawatan dan perawatan kesehatan (Stanley & Beare, 2007). Semakin
meningkatnya usia harapan hidup lansia maka dapat diperkirakan bahwa insidensi
penyakit degeneratif akan meningkat dan Dapat diprediksi penyakit degeneratif juga
akan makin sering dijumpai (Rastati, 2006). WHO melaporkan pada bulan Februari
2012 lalu bahwa jumlah penderita penyakit jantung di negara-negara berkembang
seperti Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 137% pada tahun 2020,
sedangkan di negara-negara maju hanya 48% (Harnowo, 2012).
Kurangnya aktivitas fisik dan olahraga sekarang dianggap sebagai faktor resiko
utama untuk sakit jantung sama halnya dengan kolestrol darah yang tinggi atau
Hiperkolestrol (Sharkey, 2003). Pada umumnya masyarakat khususnya lansia masih
jarang melakukan olahraga, tapi sebenarnya mereka memiliki waktu luang untuk
berolahraga (Yayasan Jantung Indonesia, 2006). Seiring dengan kemajuan jaman
yang membawa dampak perubahan gaya hidup, baik dikota besar maupun
dipedesaan, olahraga telah menjadi bagian hidup bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
(Darmojo, 2002)
Penatalaksanaan kolestrol menurut (Nilawati et.al, 2008) dapat diatasi dengan
gaya hidup dan kebiasaan yang baik seperti yang dianjurkan diantaranya sebagai
berikut: a) mengurangi konsumsi garam dan lemak, khususnya lemak jenuh yang
bersumber dari bahan-bahan hewani. b). Jauhi dan hindari stres. c) Membiasakan
hidup semangat dan dinamis d) Menjaga berat badan agar tetap stabil dan
menghindari obesitas e) Hentikan kebiasaan merokok f) Melakukan olahraga dan
latihan jasmani secara teratur dengan kualitas dan kuantitas yang terkontrol.
Menurut penelitian framingham Heart Study, program terapi perubahan gaya
hidup dan pengobatan penurunan lipid yang dikombinasikan dengan olahraga,
penurunan berat badan, dan pengurangan makanan berlemak semuanya itu
menimbulkan perubahan positif didalam profil lipid darah dan lipoprotein (Durstine,
2012).
Panti Werdha Anugerah Surabaya telah melaksanakan senam lansia dengan
frekuensi sekali dalam per minggu yaitu setiap hari minggu, tetapi hal ini belum
sesuai dengan anjuran American College of Sport Medicine untuk melakukan latihan
sedang dengan frekuensi tiga atau lima kali dalam per minggu, berselang satu hari
dalam zona latihan (Pudjiastuti & Utomo, 2003).Ling Tien Kung merupakan salah
satu latihan sedang yang bersifat aerobik (Rahmi, 2011). Aerobik suatu program
latihan fisik yang berlangsung lama dengan intensitas yang rendah (Fox, 1993).
tehnik pelatihan charge accu manusia dua kutub yaitu pusar (kutub negatif/kathode)
dan anus (kutub positif/anode). Semua gerakan Ling Tien Kung ini berbasis pada
gerakan-gerakan pelatihan anus dan biasa dikenal sebagai empet-empet anus/senam
dubur yang dapat membebaskan dari segala macam penyakit, termasuk kolestrol
dengan melakukan secara rutin dan benar dalam berlatih (Sweet, 2007). Tetapi
sampai saat ini belum ada penelitian tentang pengaruh gerakan terapi Ling Tien Kung
terhadap penurunan kadar kolestrol dalam darah pada lansia.
Gerakan terapi Ling Tien Kung dapat dipilih sebagai alternatif untuk menurunkan
kadar kolestrol dalam darah pada lansia. Ling Tien Kung adalah pelatihan pelatihan
tehnik gerakan charge accu manusia dan kunci rahasianya adalah empet-empet anus.
Gerakan terapi Ling tien kung dapat menurukan kadar kolestrol pada lansia dengan
hiperkolestrol melalui rangsangan (chi) dan melibatkan kontraksi otot berupa tenaga
uap/hawa panas yang menstimulasi hipotalamus untuk meningkatkan CRH
(corticotropin-releasing hormone) yang merangsang hipofisis anterior untuk
mengeluarkan ACTH (adrenocorticotropic hormone, atau kortikotropin) yang
selajutnya merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol. Hormon terakhir
dalam sistem ini, kortisol, menghambat hipotalamus untuk mengurangi sekresi CRH
dan juga mengurangi kepekaan sel penghasil ACTH terhadap CRH dengan bekerja
langsung pada hipofisis anterior. Melalui pendekatan ganda ini, kortisol membentuk
kontrol umpan balik negatif untuk menstabilkan konsentrasi plasmanya sendiri
setelah itu asam amino meningkat akan merangsang penguraian protein dan asam
lemak darah juga akan meningkat dengan itu dapat merangsang lipolisis/pemecahan
lemak (Sherwood, 2012)
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan kadar kolestrol
pada lansia ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan kadar
kolestrol pada lansia
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi kadar kolestrol lansia sebelum dilakukan terapi ling tien
kung
2. Mengidentifikasi kadar kolestrol lansia sesudah dilakukan terapi ling tien
kung
3. Menganalisis pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan kadar
kolestrol pada lansia
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya dalam
penalataksanaan terapi alternatif pada lansia yang memiliki kadar kolestrol tinggi,
dengan diketahuinya pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan kadar
kolestrol pada lansia. Hasil dari penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh terapi
ling tien kung terhadap penurunan kolestrol sehingga dapat digunakan sebagai upaya
pengembangan Ilmu Keperawatan Komplementer yang berhubungan dengan
penurunan kolestrol dan dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perawat sebagai terapi
komplementer dalam pemberian asuhan keperawatan yang berhubungan
dengan penanganan kadar kolestrol yang tinggi
2. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat terutama
petugas panti dalam penanganan kadar kolestrol yang tinggi pada lansia
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Pengertian
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap ( Azizah,
2011 )
Pengertian lansia beragam tergantung kerangka pandang individu. Orang tua
yang berusia 35 tahun dapat (dianggap tua bagi anaknya dan tidak muda lagi. Orang
sehat aktif berusia 65 tahun mungkin menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan
lanjut usia (Brunner dan Suddart, 2001). Menurut ( Surini dan Utomo, 2003), lanjut
usia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Menurut ( Stanley dan
Beare (2007), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang
menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi
melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam
kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah
tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir.
Dalam masyarakat kepulauan Pasifik, seseorang dianggap tua ketika ia berfungsi
sebagai kepala dari garis keturunan keluarganya. Menurut ( Stanley dan Beare 2007),
menganalisis kriteria lanjut usia dari 57 negara didunia dan menemukan bahwa
kriteria lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan
perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional
seseorang.
2.1.2 Klasifikasi usia lanjut
Klasifikasi lansia menurut WHO dan Depkes RI adalah sebagai berikut (Mubarak,
2009):
1. Menurut WHO :
1) Usia pertengahan ( Middle Age ) antara usia 45 sampai 59 tahun
2) Lanjut usia ( Elderly ) antara 60 sampai 74 tahun
3) Lanjut usia tua (Old ) antara 75 sampai 90 tahun
4) Lanjut usia sangat tua ( Very Old ) diatas 90 tahun
2. Menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia :
1) Kelompok pertengah umur lebih dari 45 sampai 55 tahun merupakan masa
Virilitas atau masa mulai masuk lansia
2) Kelompok usia dini ( 55-64 tahun )
3) Usia lanjut ( 65 tahun ke atas ) merupakan masa senium
4) Kelompok lansia dan resiko tinggi ( 70 tahun ke atas )
2.1.3 Teori proses menua (Ageing Process)
Teori penuan secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan
secara biologi dan teori penuaan psikososial.
1. Teori Penuaan Secara Biologi
1) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel-sel tubuh "diprogram" untuk membelah 50 kali. Jika sebuah
sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu
diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan
membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Watson, 1992). Hal
ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis
dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
2) Teori genetik clock
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-
species tertentu. Tiap species mempunyai di dalam nuclei (inti selnya) suatu
jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi
menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia,
meskipun tanpadisertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal.
3) Sintesis protein
Jaringan seperti Seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada
lansia. Proses kehilangan elastisitas ni dinubungkan dengan adanya perubahan
kimia pada komponen perotein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa
protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh
dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein yang lebih muda.
Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada klulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia. Oortora & anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah
dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan
elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas
dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.
4) Keracunan oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh
untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan
kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidak mampuan
mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel
mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik, (Tortora &
anagnostakos, 1990) Membran sel tersebut merupakan alat untuk
memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga
mengontrol proses pengambilan nutrien dengan proses ekskresi zat toksik di
dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat
pentrng bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel
oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan
organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem
tubuh.
5) Sistem imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem
limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinyasendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya
kelainan pada antigen perrnukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan
sistem imun tubuh menganggap sel yang megalami perubahan tersebut sebagi
sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun (Gekistein, 1989)
6) Mutasi somatik ( Teori Error Catastrophe)
Mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat sub seluler dan molekular
yang bisa disebut juga hipotesis "Error Catastrophe” menurut hipotesis
tersebut menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang bcruntun.
Sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DMA -> RNA) maupun dalam
proses translasi (RNA -> potein/enzim) kesalahan tersebut akan menyebabkan
terbentuknya enzim yang salah. Kesalahan tersebut dapat berkembang secara
eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabdlisme yang
salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Apalagi jika terjadi puia
kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein), maka terjadi kesalahan
yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop (Constantinides, 1994
dikutip oleh Oarmojo & Martono, 2000).
7) Teori menua akibat metabolisme
Menurut MC Kay et all (1935) yang dikutlp Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan "intake" kalori pada rodentta muda akan menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah
kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau
beberapa proses metaboisme. Terjadi penurunan pengeiuaran hormon yang
merangsang pruferasi sei misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.
Modifikasi cara hidup yang kurang bergerak menjadi (ebih banyak bergerak
munkin dapat juga meningkatkan umur panjang. Hal ini menyerupai hewan
yang hidup dialam bebas yang banyak bergerak dibanding dengan hewan
laboratorium yang kurang bergerak dan banyak makan. Hewan dialam bebas
lebth panjang umurnya daripada hewan laboratorium (Suhara, 1994 dikutip
oieh Darmojo & Martono, 2000).
8) Kerusakan akibat radikal bebas
Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan di dalam tubuh di
fagosit (pecah), dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pemalasan di
dalam mitokondria. Untuk organisasi aerobik radikal bebas terutama terbentuk
pada waktu nespSrasi (aerob) di dalam mitokondria. Karena 90 % oksigen
yang diambil tubuh termasuk di dalam mitokondria. Waktu tejadl proses
respirasi tersebut oksigen dilibatkan dalam mengubah bahan bakar menjadi
ATP, melalui enzlm respirasi di dalam mitokondria, maka radikal bebas (RB)
akan dihasilkan sebagai zat antara. RB yang terbentuk tersebut adalah:
superoksida O2, radikal hidroksi (OH), dan juga peroksida hidrogen (H2O2).
RB bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel, dan dengan
gugus SH. Walaupun telah ada sistem penangkal, namun sebagian RB tetap
lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak RB terbentuk sehingga proses
pengerusakan terus terjadi, kerusakan Orgenal sel semakin banyak dan
akhimya sel mati.
2. Teori Penuaan Secara Psikologis
1. Teori pembebasan (Disengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya (Nugroho, 2000). Teori ini menyatakan
bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya.
2. Aktivitas atau kegiatan (Actvity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa
mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia (Nugroho,
2000).
3. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di
masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe Personality yang dimilikinya (Kuntjoro,
2002)
3. Teori Penuaan Secara Sosial
1. Teori perkembangan (Development Theory )
Teori ini diungkapkan oleh hanghurst (1972) yang menyatakan bahwa
setiap individu harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik
pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan
sukses. Tugas perkembangan pada dewasa tua adalah penerimaan adanya
penurunan kekuatan fisik dan kesehatan (Mubarak, 2009)
4. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan
(Maryam. 2008).
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi penuaan
Faktor yang mempengaruhi penuaan seseorang dibagi menjadi 6 menurut
( Darmojo & Martono, 2004 ) yaitu :
1. Genetik ( keturunan )
2. Asupan gizi
3. Kondisi mental
4. Lingkungan
5. Pola hidup
6. Pekerjaan sehari-hari
2.1.5 Perubahan- perubahan anatomi/fisiologi akibat proses menua
Beberapa perubahan fungsi sistem organ akibat proses penuaan menurut
(Darmojo, 2010) dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1 Perubahan Anatomi/Fisiologi Lansia Akibat Proses Menua
No. Sistem Organ Morfologi dan Fungsi
1 Keseluruhan Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to lean body, mass ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.
2 Sistem Integumen
Kulit kering dan kurang elastik karena menurunnya cairan, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, fungsi kulit sebagai proteksi menurun.
3 Temperatur Tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. Tidak dapat memproduksi panas yang banyak diakibatkan
oleh rendahnya aktivitas otot.
4 Sistem Muskular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletalberkurang, pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, namun pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
5 SistemKardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% per tahun, dan berkurangnya curah jantung. Berkurangnya heart rate terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, bertambah panjang dan lekukan, arteria termasuk aorta intima bertambah tebal, serta fibrosis di media arteri
6 Sistem perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke Perkemihan ginjal menurun sampai 50%, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang mampu memekatkan urine, BJ urine menurun, kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya retensi urine meningkat, bertambahnya glomeruli yang abnormal, berkurangnya creatine clearance, berkurangnya aliran darah kerenal, berkurangnya osmolalitas urine maksimal, berat ginjal menurun 30-50%, jumlah nefron menurun, dan kemampuan memekatkan atau mengencerkan urine oleh ginjal menurun
7 Rangka Tubuh Hilangnya zat pembentuk tulang (bone substance).
8 Sistem Persarafan
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikal dan kemunduran fungsi saraf otonom.
9 Sistem Endokrin
Produksi hormon hampir semua menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, berkurangnya ACTH. Menurunnya produksi aldosteron,bertambahnya norepinefrin dan vasopresin
2.2 Konsep Kolesterol
2.2.1 Pengertian
Kolestrol merupakan salah satu unsur lemak ( lipid ) di dalam darah yang
dibentuk oleh hati dan ditemukan di setiap sel tubuh ( Setiati, 2009). Merupakan
substansi yang lembut seperti lilin, dan sebagian besar dibuat dalam tubuh kita sendiri
( didalam hati ). Lipid plasma yaitu kolestrol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak
bebas berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen). Kolestrol
dan trigliserida adalah dua jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis penting
sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma, sehingga lipid
terikat pada protein sebagai mekanisme transport dalam serum (Price & wilson,
2006). Diperlukan untuk menjalankan fungsi tubuh kita (misalnya membentuk bagian
penting dari lapisan tiap-tiap sel tubuh kita), tetapi bila kelebihan dapat menyebabkan
Aterosklerosis (Povey, 2002). Kolestrol dibuat dalam hati dan usus halus, tapi
“rumahnya” ada di darah. Kolestrol terangkum dalam ikatan lipoprotein (Selamiharja,
1999).. lipoprotein memiliki tiga komponen utama yang diberi nama berdasarkan
densitas proteinnya dibandingkan dengan lemaknya terdiri atas: 1) VLDL ( Very Low
Density Lipoprotein ) memiliki protein paling sedikit dan lemak paling banyak, tetapi
lemak yang dikandungnya adalah lemak netral bukan kolestrol, 2) LDL ( Low Density
Lipoprotein ) memiliki protein lebih sedikit dan kolestrol lebih banyak, dan 3) HDL (
High Density Lipoprotein ) mengandung paling banyak protein dan paling sedikit
kolestrol (Sherwood, 2012).
Sejumlah senyawa kimia dalam makanan dan dalam tubuh diklasifikasikan
sebagai lipid. Lipid ini meliputi : lemak netral trigliserida, fosfolipid, kolestrol dan
beberapa lipid lain yang kurang peting. Trigliserida digunakan dalam tubuh terutama
untuk menyediakan energi untuk berbagai proses metabolik, satu fungsi yang hampir
sama dengan karbohidrat, akan tetapi beberapa lipid terutama kolestrol, fosfolipid,
dan sejumlah kecil trigliserida dipakai di seluruh tubuh untuk membentuk membran
dari semua sel dan untuk melakukan fungsi-fungsi seluler yang lain ( Guyton, 2006)
Kolesterol terdapat dalam diet semua orang dan dapat diabsorbsi dengan
lambat dari saluran pencemaan ke dalam limfe usus. Kolesterol sangat larut dalam
lemak tetapi hanya sedikit larut dalam air, dan mampu membentuk ester dengan asam
lemak. Sebenarnya hampir 70% kolesterol dalam lipoprotein plasma adalah dalam
bentuk ester kolesterol (Guyton, 2006). Kolesterol juga diabsorbsi setlap hari dari
saluran pencernaan, yang disebut dengan kolesterol eksogen, suatu jumlah yang
bahkan lebih besar dibentuk dalam sel tubuh disebut kolesterol endogen. Semua
kolesterol endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi
semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai dengan
kenyataan bahwa banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun oleh zat
ini (Guyton, 2006). Struktur dasar kolesterol adalah sterol, inti sterol seluruhnya
dibentuk dari molekul asetil-KoA, sebaliknya inti sterol dapat dimodifikasi dengan
berbagai rantai samping untuk membentuk a) kolesterol, b) asam kolat, yang
merupakan dasar dari asam empedu yang dibentuk dalam hati, c) beberapa hormon
steroid yang penting yang disekresi oleh korteks adrenal, ovarium, dantestis (Guyton,
2006).
2.2.2 Profil Lipid
Untuk mempertahankan kesehatan, maka kadar lipida darah perlu
dipertahankan dalam kondisi normal. Lipida darah antara lain adalah Trigliserida,
Kolesterol, HDL, LDL Sharkey (2003). mengemukakan bahwa : (1) kadar total
kolesterol disarankan < 200 mg/dl dari rentang yang diperbolehkan 200-239 mg/dl,
apabila kadar total kolesterol >240 mg/dl, maka akan berisiko tinggi untuk mengidap
penyakit degeneratif, (2) kadar LDL yang disarankan 130 mg/dl, rentang yang
diperbolehkan 130-159 mg/dl, (3) HDL disarankan >60 mg/dl, rentang yang
diperbolehkan 59-35 mg/dl.
a. Trigliserida
Trigliserida terdiri dari tiga molekul asam lemak bebas dan satu gliserol. Bila
tenaga dibutuhkan, trigliserida dipecah dan molekul asam lemak bebas masuk
kedarah untuk dibawa ke otot. Hormon epinephrine mengaktifkan enzim lipase.
Lipase memecah molekul trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas, yang
kemudian memasuki sirkulasi darah (Sharkey, 2003)
1. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Trigliserida
Kadar trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung, obesitas
dan hipertensi. Aktivitas fisik yang teratur merupakan salah satu cara untuk
menurunkan trigliserida. Tingkat sirkulasi berkurang beberapa jam setelah latihan dan
efeknya bertahan 1 hingga 2 hari (Guyton, 1996). Kadar trigliserida tergantung pada
makanan, intensitas dan durasi latihan serta kecenderungan faktor genetik seseorang.
Latihan fisik secara teratur dan tidak berlebihan dapat mengurangi kadar trigliserida
(Sharkey, 2003).
2. Struktur Kimia Trigliserida
Menurut Guyton (1996), trigliserida dipakai dalam tubuh untuk menyediakan
energi bagi berbagai proses metabolik, fungsinya hampir sama dengan karbohidrat.
Akan tetapi, beberapa lipida, terutama kolesterol, phosfolipid dan sejumlah kecil
trigliserida, dipakai di seluruh tubuh untuk membentuk membran sel dan untuk
melakukan fungsi seluler yang lain.
Gambar 2.1 : Struktur kimia Trigliserida
b. Kolesterol
Total kolesterol terdiri dari dua bentuk utama, lipoprotein berdensitas rendah
(low-density lipoprotein atau LDL) dan kolesterol berdensitas tinggi (high-density
lipoprotein atau HDL).
Gambar 2.2 : Struktur kimia Cholesterol
Aktivitas yang teratur dapat menghasilkan total kolesterol yang rendah. Low Density
Lipoprotein adalah bentuk kolesterol yang berbahaya yang ditemukan dalam plak
yang menyumbat arteri koroner. Aktivitas fisik dan diet dapat mengurangi berat
badan dan menurunkan LDL. Aktivitas fisik meningkatkan kadar HDL, bentuk
kolesterol menguntungkan yang mengumpulkan kolesterol dari arteri-arteri dan
memindahkannya ke hati untuk dimetabolisme. Aktifitas fisik mengurangi total
kolesterol (khususnya LDL) dan meningkatkan HDL, yang pengaruhnya adalah
mengurangi resiko penyakit jantung (Sharkey, 2003)
1. Pembentukan Kolesterol
Kolesterol diserap setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut kolesterol
eksogen, yang dibentuk didalam sel disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua
kolesterol endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi
semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol untuk menyusun
struktur membran dari seluruh sel. Seperti pada Gambar 2.2 struktur dasar kolesterol
adalah inti sterol. Inti sterol seluruhnya dibentuk dari molekul asetil-KoA.
Sebaliknya, inti sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai, untuk membentuk
(a) kolesterol, (b) asam kolat, yang merupakan dasar dari empedu, dan (c) beberapa
hormon steroid (Guyton, 1996).
2. Pengaruh aktivitas Fisik Terhadap Kolesterol
Aktivitas yang teratur dapat menurunkan total kolesterol, menurunkan LDL
(Low Density Lipoprotein) adalah bentuk kolesterol yang berbahaya yang ditemukan
dalam plak yang menyumbat arteri koroner. Aktivitas fisik juga meningkatkan kadar
HDL (High Density Lipoprotein) adalah bentuk kolesterol yang menguntungkan
berfungsi untuk mengumpulkan kolesterol dari arteri-arteri dan memindahkannya ke
hati untuk dimetabolisme. Jadi olahraga mengurangi total kolesterol (khususnya
LDL) dan meningkatkan HDL, yang pengaruhnya adalah mengurangi resiko penyakit
jantung (Sharkey, 2003)
3. Metabolisme Kolestrol
Kolesterol adalah prekursor hormon-hormon steroid dan asam lemak dan
merupakan unsur pokok yang penting di membran sel, karena membran ini terdiri
dari lipid, protein dan memiliki sifat semipermeabel. Zat ini hanya ditemukan pada
hewan. Sterol yang serupa ditemukan pada tumbuhan, tetapi sterol tumbuhan
normalnya tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Kebanyakan kolesterol dalam diet
terkandung di dalam kuning telur dan lemak hewani.
Kolesterol diabsorpsi dari usus dan dimasukkan ke dalam kilomikron yang
dibentuk di dalam mukosa. Setelah kilomikron mengeluarkan trigliseridanya di
jaringan adiposa, kilomiron sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati. Hati dan
jaringan-jaringan lain juga menyintesis kolesterol. Sebagian kolesterol di hati
diekskresi di empedu, baik dalam bentuk bebas maupun sebagai asam empedu.
Sebagian kolesterol empedu direabsorpsi dari usus. Kebanyakan kolesterol di hati
digabungkan ke dalam VLDL, dan semuanya bersirku-lasi dalam kompleks-kompleks
lipoprotein. Biosintesis kolesterol dari asetat. Kolesterol memberikan umpan balik
menghambat sintesisnya sendiri dengan menghambat HMG-KoA reduktase, enzim
yang mengkonversi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA menjadi asam mevalonat. Jadi,
kalau intake kolesterol dari diet tinggi, smtesis kolesterol oleh hati menurun, dan
sebahknya. Akan tetapi, kompensasi umpan-balik ini tidak sempurna karena diet yang
rendah kolesterol dan lemak jenuh hanya menyebabkan penurunan
Kadar kolesterol plasma menurun karena hormon-hormon tiroid, yang
meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati, dan oleh estrogen, yang meningkatkan
HDL plasma dan menurunkan LDL. Estrogen meningkatkan katabolisme LDL
sirkulasi, mungkin dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati.
Kolesterol plasma meningkat kalau ada obstruksi empedu dan pada diebetes melitus
yang tidak terobati. Kalau reabsorpsi asam empedu di usus menurun akibat resin
seperti kolesterol, lebih banyak kolesterol yang dibelok kan ke pembentukan asam
empedu. Akan tetapi, penurunan kolesterol plasma relatif kecil karena ada
kompensasi peningkatan sintesis kolesterol. Lovastatin dan statin terkait lain
menghambat sintesis kolesterol secara langsung dengan menghambat HMG-KoA
reduk- tase. Obat lain yang sering digunakan untuk menurunkan kolesterol plasma
adalah vitamin niasin, di mana dalam dosis besar obat ini menghambat mobilisasi
asam lemak bebas dari simpanan lemak perifer sehingga terjadi penurunan sintesis
VLDL di hati. Yang ketiga adalah klofibrat, yang bekerja melalui suatu mekanisme
rumit untuk meningkatkan oksidasi asam lemak di otot dan hati sehingga terjadi
penurunan sekresi lipoprotein dari hati. Namun, obat golongan statin saat ini adalah
obat yang paling luas digunakan dan sangat efektif (Ganong, 2003)
2.2.3 Sumber kolestrol
Terdapat dua sumber kolestrol bagi tubuh menurut (Sherwood, 2012) yaitu
1) Asupan dari makanan, dengan produk hewani misalnya kuning telur, daging
merah, dan mentega merupakan bahan yang banyak mengandung lemak ini
(lemak hewan mengandung kolesterol sementara lemak nabati biasanya tidak)
2) Pembentukan kolestrol oleh sel, khususnya sel hati
2.2.4 Fungsi kolestrol
Fungsi kolesterol adalah membantu hati menghasilkan empedu yang
diperlukan untuk mengemulsikan lemak. Kolesterol adalah bahan pembentuk asam
empedu dan garam empedu. Kolesterol juga menjadi prekursor atau bahan
pembentukan berbagai jenis hormon steroid di antaranya estrogen, progesteron dan
androgen. Kolesterol juga membentuk provitamin D (Ergosterol) yang terdapat di
jaringan bawah kulit. Provitamin D yang terpapar sinar matahari akan diubah menjadi
vitamin D. Kolesterol berfungsi juga sebagai komponen penting pada membran sel
dengan fungsi mengurangi fluiditas membran dengan pergerakan fosfolipid pada
suhu sedang dan menghambat pembekuan pada suhu rendah. Fungsi-fungsi tersebut
dapat berjalan normal selama level kolesterol dalam tubuh berada dalam kisaran
normal. Kelebihan ( hiper) atau defisiensi ( hipo) kolesterol berdampak buruk
terhadap kelangsungan homeostasis tubuh. Dalam keadaan normal, kelebihan
kolesterol akan dikembalikan ke hati. Kolesterol dalam jumlah yang seimbang sangat
penting bagi tubuh. Level kolesterol darah yang terlalu tinggi menimbulkan risiko
terjadinya aterosklerosis (Majid, 2009).
2.2.5 Manfaat kolestrol
Manfaat kolcsterol yang paling banyak dalam tubuh adalah untuk membentuk
asam kolat di dalam hati, sebanyak 80% kolcsterol dikonversi mcnjadi asam kolat.
Kolestrol berkonjungasi dengan zat lain untuk membentuk garam empedu yang
membantu pencernaan dan absorsi lemak. Sebagian kecil kolestrol dipakai oleh a)
kelenjar adrenalin untuk membentuk hormon Adrenokortikoid, b) ovarium untuk
membentuk Estrogen dan Progresterone, c) testis untuk membentuk Testosterone.
Kelenjar-kelenjar ini juga bisa membentuk sterol sendiri. Sejumlah kolestrol
diendapkan dalam lapisan korneum kulit. Hal ini bersama dengan lemak lainnya
membentuk kulit lebih resisten terhadap absorsi zat yang larut dalam air. Kolestrol
dan lemak sangat tidak berdaya terhadap zat-zat seperti asam lemak dan berbagai
pelarut, yang bila tidak dapat lebih menembus tubuh. Zat lemak ini juga membantu
mencegah evaporasi air dari kulit. Tanpa proteksi ini jumlah evaporasi ( seperti pada
pasien dengan luka bakar ) dapat mencapai 5 sampai 10 liter setiap hari sedangkan
kehilangan yang biasa hanya 300 sampai 400 mililiter ( Guyton, 2006 ).
2.2.6 Faktor penyebab kolestrol
Penyebab umum terjadinya peningkatan kadar kolesterol antara lain adalah
(Setiati, 2009):
1. Faktor keturunan
2. Faktor makanan
3. Kurangnya aktifitas fisik dan olahraga
4. Kebiasaan merokok
Terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan kadar kolesterol darah meningkat,
yaitu : faktor genetik dan faktor makanan (Siswono, 2001).
1. Faktor Genetik
Tubuh terlalu banyak memproduksi kolesterol. Kolesterol di dalam ,
darah 80% diproduksi oleh rubuh sendiri. Terdapat sebagian orang yang
'memproduksi kolesterol lebih banyak dibanding yang lain. Hal ini disebabkan
|karena faktor keturunan. Orang tersebut meskipun hanya sedikit saja
mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh, tetapi
tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak.
2. Faktor Makanan
Asupan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Konsumsi lemak yang kurang mengakibatkan tubuh kekurangan energi,
sebaliknya konsumsi lemak berlebih mengakibatkan kerusakan pembuluh
darah. Lemak dalam makanan berasal dari daging, tetapi di Indonesia sumber
asupan jenis lemak dapat dibedaan menjadi 2 yaitu : lemak jenuh berasal dari
daging, minyak kelapa, dan lemak tidak jenuh terdiri dari : asam lemak omega
6 dan asam lemak omega 9.
2.2.7 Kadar kolestrol normal
Menurut National Cholestrol Education Program Audit Panel III (NECP-
ATP) telah membuat satu batasan yang dapat secara umum sebagai patokan kadar
lipid dalam batas normal.
Tabel 2.2 kadar lipid serum normal
Klolestrol KategoriKolestrol total: <200mg/dl Normal 200-239 mg/dl Ambang batas tinggi ≥ 240 mg/dl TinggiKolestrol LDL:<100 mg/dl Optimal 100-129 mg/dl Mendekati optimal 130-159 mg/dl Garis batas tinggi 160-189 mg/dl Tinggi ≥ 190 mg/dl Sangat tinggiKolestrol HDL:<40 mg/dl Rendah ≥60 mg/dl Tinggi Trigliserida:>150 mg/dl Optimal 150-199 mg/dl Ambang batas tinggi200-499 mg/dl Tinggi ≥500 mg/dl Sangat tinggi
Sumber : Tjokroprawiro, 2007
2.3 Konsep Gerakan Terapi Ling Tien Kung
2.3.1 Pengertian
Berdasarkan filosofi yang ditemukan oleh Fu Long Swee selaku Lao Se ( Arti
guru dalam bahasa mandarin) dan yang menciptakan gerakan terapi Ling Tien Kung.
Ling tien kung ( diterjemahkan ilmu titik nol) adalah terapi penyembuhan dengan
gerakan yang sangat sederhana dengan menggunakan sumber energi kehidupan yang
ada didalam tubuh manusia itu sendiri yang fungsinya menyerupai accu. Ling Tien
Kung merupakan pelatihan tehnik gerakan charge accu manusia dan kunci rahasinya
adalah empet-empet anus. Inti dari ling tien kung adalah berpusat pada pelatihan
anus, yakni Empet-empet anus alias Fu kang (Empet-empet anus ala Fu Long Sweet)
dan Charge Accu Manusia.
2.3.2 Sejarah
Power Full Long Sweet adalah pencipta ilmu Ling Tien Kung, Beliau lahir
pada 25 Oktober 1935 di Singaraja, Bali. pada waktu itu. Beliau merasakan kondisi
badan mulai menurun mengingat kaki kiri yang mengalami "spearbreaking" otot
beliau kaku sehingga tidak bisa jongkok, ditambah beliau menderita asma yang
menurut keterangan dokter merupakan penyakit keturunan, dan penyakit ini tidak ada
obatnya. Kondisi ini sangat menghambat beliau yang saat itu harus mencari nafkah
untuk menghidupi keluarga, sehingga beliau lupa berolahraga berhubung waktu yang
banyak saya habiskan untuk menafkahi keluarga. Pada suatu hari pada 1985, waktu
itu belaiu sedang menyebrang jalan, tiba-tiba saja sebuah mobil lewat beliau harus
lari dan lompat naik ke atas trotoar, mungkin karena beliau lama tidak berolahraga,
sehingga begitu beliau sampai di atas trotoar, beliau hanya bisa jongkok menahan
sakit dari kaki yang kejang tadi, beliau tidak berani berdiri, takut otot bisa putus.
Setelah lama baru beliau bangun dan berjalan pulang dan mencari dokter untuk
mencari tahu bagaimana mengobati kakinya, disanalah beliau tahu bahwa tidak ada
cara mengobatinya selain mengasuh. Saya tidak habis pikir, asma tidak ada obatnya,
kaki tidak ada obatnya juga, olahraga juga sudah tidak bisa. Lalu timbul pikiran lucu
namun positif, kenapa di buku-buku kungfu atau cerita-cerita silat banyak diceritakan
ilmu-ilmu tenaga dalam, taichi yoga, meditasi, ilmu pernapasan, Ji Gong dan banyak
ilmu lain yang canggih yang dikatakannya dapat menyembuhkan penyakit. Ini adalah
jalan keduanya, mulailah beliau terjun ke buku-buku yang berkaitan dengan cerita-
cerita ilmu tsb. Beliau rajin membaca. mempelajari dan segala macam tulisan baik
dari Indonesia maupun dari Tiongkok. Lama kelamaan beliau menjadi langganan
dengan siapa saja yang mempunyai buku-buku tentang ini beliau beli, spinjam, dan
pesan.
Akhirnya, setelah berjalan sekian tahun kemudian, tepatnya 20 tahun, beliau
mendapat gambaran bahwa segala buku yang saya baca tsb, semuanya bermuara dari
1 kitab suci, yang dinamakan "Tao De Ching '(itu pendapat pribadi beliau). Dari Tao
De Ching di bab ke 6, tertulis 24 kata yang merupakan cikal bakal Ling Tien Kung,
bunyinya "Ku Sheng Bu Shi, Shi Wei Xien Ping Zhi Men, Wei Tian Ti Gen, Mian
mian Zho Zhen, Yong Zhi wu Ching", banyak dalam naskah-naskah orang, buku ini
ditulis oleh Lao Zi, pada jaman 500 SM, jadi tepatnya jaman peperangan Great Wall
di beijing. Penafsiran orang dan pengertiannya macam-macam karena kalau dilihat
dari tulisan-tulisannya bahasa Tionghoa, karena jamanya lain, maka artinya bisa
bermacam-macam pula. Buku Tao De Ching tsb jaman ini sering dikenal dengan
Taoisme. Banyak pencari ilmu-ilmu atau memperdalam ilmu Taoisme, baik dan
Tiongkok, mendapat satu pengertian yang tidak sama tapi tidak ada satupun yang
nantinya bisa dijadikan panutan. Apa tujuannya beliau? Tapi bagi beliau sendiri,
setelah membaca kitab Tao De Ching ini saya hanya memilih 1 bab saja, ialah bab ke
6 yang beliau tulis di atas tadi. Penafsiran beliau bahwa itu adalah sama dengan aki
mobil jaman sekarang, jelasnya, daya kerjanya sama dengan aki mengeluarkan strom
untuk menghidupkan mesin mobil itu. Kalau itu aki mobil, disamakan dengan daya
kerjanya hidup manusia, jadi dalam tubuh manusia pun ada akinya. Dimana letak aki
tsb? Itulah penemuan saya yang kedua. Jadi aki mempunyai 2 kenop / Spool, yang
pertama adalah anus sebagai spool positif, pusar sebagai spool negative. Anusnya
longgar, karena sudah bertahun-tahun dipakai, otot di bagian anus longgar, artinya
ikatan di kontak aki ini sudah ionggar. Kalau di aki, hanya tinggal diseratkan saja
kontaknya, maka sudah benar. Namun jika sudah soak, harus dicas, cas ini adalah
empet-empet anus. Sekarang, penyakit beliau pun telah sembuh, istri beliau yang
menderita penyakit hipertensi, juga sembuh.
Maka dari itu, beliau perlu merencanakan, berangan-angan mempunyai satu
padepokan Ling Tien Kung di suatu tempat, atau yang dapat dinamai Ling Tien Kung
education centre di tempat yang sejuk, yang cocok bagi kita bernaung di masa-masa
penuaan. Jalan ini belum terwujudkan, mudah-mudahan di tahun 2015, di kala Ling
Tien Kung berumur 10 tahun nanti sudah ada titik terang.
2.3.3 Prinsip kerja Ling Tien Kung
Sepeti yang telah diterangkan oleh Lao Se Fu Long Swee bahwa accu
manusia sama halnya accu pada umumnya. Accu manusia juga mennghasilkan arus
listrik (setrum). Arus listrik (setrum) dikarenakan adanya tegangan. Tegangan timbul
karena ada 2 muatan kutub, yaitu kutub positif (anoda) dan kutub negatif (katoda).
Berdasarkan hukum alam ini, maka manusia juga mempunyai 2 kutub yaitu anus
sebagai kutub positif dan pusar sebagai kutub negatif. Anus merupakan kunci
terpenting accu manusia, karena dari sinilah listrik mengalir menuju kutub negatif
atau pusar (Sweet, 2007):.
Otot-otot di sekitar anus/dubur memegang peranan sebagai pengikat "bidang
kontak" dari kutub positif (anus) accu manusia. Seiring bertambahnya usia, otot-otot
yang membentuk anus dan otot-otot di sekitar anus ini akan mengendur. Pengenduran
dari otot ini disebabkan terutama karena tidak pernah mengolahragakan anus
tersebut. Seperti halnya pada accu, akibat dari pengenduran pengikat "bidang
kontak" tersebut, maka tegangan akan turun (drop). Konsekuensinya adalah aliran
listrik yang berkurang dan turunnya tegangan pada tubuh manusia ini yang biasa
menyebabkan sakit pada organ-organ tubuh tertentu yang kekurangan suplai tenaga.
Tegangan accu manusia akan berkurang jika aliran listrik yang terdapat didalamnya
hanya digunakan saja tanpa disertai dengan proses charge accu. Jadi sebaiknya
sebuah accu manusia jugaharus dapat discharge kembali yaitu dengan empet-empet
anus dan charge accu manusia. Secara singkat penemuan tersebut dapat dirangkum
sebagai berikut (Sweet, 2007):
1. Sumber energi kehidupan di dalam tubuh manusia berfungsi menyerupai accu.
2. Kutub-kutub accu manusia terletak di :3. Tehnik pelatihan anus (senam dubur) dipatenkan dengan nama ”empet-
empet anus”.4. Charge accu manusia
2.3.4 Mekanisme gerakan terapi Ling Tien Kung terhadap penurunan kadar
kolestrol
Gerakan terapi Ling Tien Kung dapat menimbulkan rangsangan (chi) berupa
tenaga/uap.dikarenakan adanya Tegangan gerakan empet-empet anus dan charge accu
manusia akhirnya menimbulkan rangsangan chi. Chi akan terus naik melalui lubang
anus (mengencangkan bidang kontak), ulu hati (jalan api), tulang ekor (memperbaiki
produksi sel darah disumsung tulang, disebut juga jalan chi), dan tulang
selangkang/tulang dewa (jalan air). Selanjutnya akan diteruskan menuju ke otak dan
merasang hipotalamus.
2.3.5 Tehnik gerakan Ling Tien Kung
Gambar dan cara melakukan gerakan terapi Ling Tien Kung akan
diberikan dalam lampiran skripsi ini. Berikut adalah cara melakukan gerakan terapi
Ling Tien Kung sccara umum (Sweet, 2007):
1. Pengencangan kembali "bidang kontak" dari accu, terdiri dari empet-empet anus
(Fu Kang] sebanvak 100 kali dan jinjil-jinjit (Uk Thi Tien-Tien) scbanyak 20 kali.
Empet-empct anus dapat dilakukan scndiri (tanpa disertai gerakan yang lain)
maksimal 1500 kali/hari yaitu sckitar 25 menit (1 kali/detik). Tujuan empet-empet
anus dan jinjit-jinjit adalah:
1) Mengencangkan kembali pengikat "bidang kontak".
2) Mencharge accu tubuh kita kembali.
2. Charge accu manusia (Chung Dien Kung), terdiri dari gerakan buka jendela langit
(Khai Thien Chuang) dan gerak legong (Legong Kung). Gerakan buka jendela langit
terdiri dari: buka jendela langit 30 hitungan dan cap kepala 20 hitungan.
3. Gerakan kocok-kocok (Chen Tan Kung) terdiri dari gerakan kocok len atas bawah
(Sang Sia-Chen Tang\ gerakan kocok lengan maju mundur (Chien Ho-Chen Tang),
gerakan kocok lengan kanan kiri (Con Yu-Chen Tang) gerakan buka dada (Can
Siung-Chen Tang), gerakan buka dada atas (Sang Fang-Chen Tang), gerakan buka
dada bawah (Sia Fang-Chen Tang), gerakan kocok jari-jari (Sou Tzi Sai Swee-Chen
Tang) gerakan kocok kaki bagian lutut (Siek Kai-Chen Tang), dan gerakan kocok
seluruh badan (Chuen Sen-Chen Tang). Tujuan dari gerakan kocok-kocok adalah
menata kembali organ-organ tubuh; memperlancar peredaran sirkulasi darah dan
metabolisme; menampung udara dalam rongga dada; melatih kelincahan tubuh; dan
melawan kemalasan.
4. Gerakan transisi (Fu Cu Ktmg), terdiri dari gerakan buka jendela langit (Khai
Tien Chuang).
5. Penggunaan tenaga titik nol (Chin Tong Kung\ terdiri dari gerakan kaki bangau
titik nol (Sien Hok Sen Cen). Tujuan dari gerakan kaki bangau adalah untuk menjaga
keseimbangan tubuh dengan tenaga titik nol (terletak di dalam perut di belakang
pusar). Secara abstrak dapat diartikan menggunakan setrum.
6. Gerakan cooling Jown/frengendapan emosi (Chang SuoKung), terdiri dari jinjit
iepas/berdiri (Lik Thi Sang Sia), jongkok bangunfterdiri (Sia Tuen Sang Sia), goyang
pinggang (You You Chien Ho) gaya kodok (Ching Wa Yung Sek), dan gaya belalang
(Thong Long U Too). Pada gerakan cooling down yang perlu diperhatikan adalah:
1) Gerakan serasi dengan lagu, rileks dan bebas (nafas bebas/tidak diatur).2) Gerakan berkesinambungan, tidak putus-putus dan mengikuti lagu.3) Anus tetap diempet.4) Gerakan ini bukan merupakan ilmu pernafasan.
TG
Asam lemak bebas
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELETIAN
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian pengaruh gerakan Terapi Ling Tien Kung terhadap penurunan kadar kolestrol pada lansia (Menurut Sherwood,2012; Sweet, 2007; Guyton & Hall, 2008; Ganong, 2003; Ian, 2012)
Faktor yang mempengaruhi kadar kolestrol meningkat:
Faktor keturunan; faktor makanan; kebiasaan merokok;
kurang aktivitas fisik dan olahraga
Hiperkolestrol
Peregangan
Gerakan Terapi Ling Tien Kung
Rangsangan (Chi)
Proses metabolisme
Cerebral Cortex
CRH
Hypothalamus Kontraksi otot
Hipofisis anterior
Cortisol
Adrenal cortex
ACTH
Kolestrol
kapasitas oksidatif
Asetil KoA
ATP
HDL secara aktif membawa kolestrol ke hati
Lansia
LPL
Medula adrenal
Epinefrin
Pada olahraga ini metabolisme energi yang bekerja terutama adalah sistem
metabolisme aerobik, sedangkan bahan bakar yang digunakan terutama adalah
karbohidrat dan lemak (Pate, 1984). Untuk ketahanan aerobik selain diperlukan
jantung dan paru untuk mengangkut oksigen yang banyak maka kemampuan sel
untuk menggunakan oksigen juga lebih tinggi. Dalam aktivitas aerobik persediaan
lemak diotot harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan lemak dalam otot
diperlukan latihan aerobik yaitu dengan beban ringan untuk jangka waktu yang
lama.
Apabila suatu latihan dilakukan sesuai denga prinsip - prinsip dasarnya,
akan dapat meningkatkan kualitas fisik.Akan terjadinya perubahan-perubahan
yang baik terhadap tubuh, antara lain; perubahan kimia, perubahan pada sistem
kardio-respiratory, perubahan serabut otot dan lain sebagainya (Fox, 1993).
Perubahan-perubahan yang terjadi secara umum meliputi: 1) perubahan kimia,
2) peningkatan volume sekuncup, 3) peningkatan volume semenit, 4)
peningkatan volume darah dan hemoglobin
Peregangan meningkat-kan kapasitas oksidasi karbohidrat dan lemak,
meningkatkan jumlah dan diameter mitokondria, meningkatkan berbagai aktifitas
ensim yang diperlukan untuk siklus Kreb (creb cycle) dan transfer elektron serta
ensim untuk lipolisis (Fox,1993), dan secara khusus dapat berpengaruh pada
perubahan lipid darah.
mekanisme terjadinya peningkatan HDL-kolesterol darah akibat latihan
fisik adalah meningkatkan aktifitas ensim LPL pada jaringan otot dan jaringan otot
dan jaringan lemak, yang mengakibatkan katabolisme VLDL meningkat,
sehingga akhirnya akan meningkatkan kadar HDL dalam plasma, karena
komponen hasil katabolisme VLDL merupakan salah satu pembentuk HDL; (2)
Latihan fisik akan menurunkan aktifitas ensim Hepatic-Trigliserida- hidrolase
dalam hati, sehingga menghambat katabolisme HDL.
Ling Tien Kung adalah pelatihan pelatihan tehnik gerakan charge accu
manusia dan kunci rahasianya adalah empet-empet anus. Gerakan terapi Ling tien
kung dapat menurukan kadar kolestrol pada lansia dengan hiperkolestrol melalui
rangsangan (chi) berupa tenaga uap/hawa panas yang menstimulasi hipotalamus
untuk meningkatkan CRH (corticotropin-releasing hormone) yang merangsang
hipofisis anterior untuk mengeluarkan ACTH (adrenocorticotropic hormone, atau
kortikotropin) yang selajutnya merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan
kortisol. Hormon terakhir dalam sistem ini, kortisol, menghambat hipotalamus untuk
mengurangi sekresi CRH dan juga mengurangi kepekaan sel penghasil ACTH
terhadap CRH dengan bekerja langsung pada hipofisis anterior. Melalui pendekatan
ganda ini, kortisol membentuk kontrol umpan balik negatif untuk menstabilkan
konsentrasi plasmanya sendiri setelah itu asam amino meningkat akan merangsang
penguraian protein dan asam lemak darah juga akan meningkat dengan itu dapat
merangsang lipolisis/pemecahan lemak (Sherwood, 2012).
3.2 Hipotesis peneleitian
H1: Gerakan terapi Ling Tien Kung dapat menurunkan kadar kolestrol pada
lansia di panti asuhan anugerah Surabaya.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara penyelesaian masalah dengan menggunakan
metode ilmiah, dalam bab ini akan diuraikan tentang : 1) Desain penelitian, 2)
Populasi, sampel, dan tehnik sampling, 3)Variabel Penelitian, 4) Definisi
Operasional, 5) Instrumen penelitian, 6) Lokasi dan Waktu Penelitian, 7)
Pengumpulan Data, 8) Kerangka Operasional, 9) Analisis Data dan 10) Etik
Penelitian.
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang
memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
akurasi suatu hasil (Nursalam, 2008).
Jenis penelitian ini adalah Pra-eksperimental dengan menggunakan one
group pra-post test design. Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek
diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah
observasi (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini, intervensi yang diberikan berupa
terapi ling tien kung.
Subyek Pra-tes Perlakuan Pasca-tesK O
Waktu 1
I
Waktu 2
O1
Waktu 3
Tabel 4.1 Desain Penelitian Pengaruh Terapi Ling tien kung Terhadap Penurunan Kadar Kolestrol Pada Lansia
Keterangan :
K : subjek perlakuan ( lansia dengan hiperkolestrol )
O : Observasi kadar kolestrol sebelum terapi ling tien kung
I : intervensi ( gerakan terapi ling tien kung)
O1 : Observasi kadar kolestrol setelah intervensi
4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
4.2.1 Populasi
Populasi merupakan subyek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
lansia yang berada di panti asuhan anugerah Surabaya. Jumlah lansia secara
keseluruhan ada 25 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Setelah
mendapatakan populasi penelitian, yaitu lansia yang tinggal di panti asuhan
“Anugerah” maka peneliti mengambil sebagian dari populasi tersebut untuk menjadi
sampel dalam penelitian.
Kriteria Sampel Penelitian :
1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti ( Nursalam, 2008 ). Kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah:
1) Subyek penelitian lansia dengan hasil pemeriksaan kadar kolestrol > 200 mg/dl
sebelum dilakukan intervensi
2) Lansia yang mampu melakukan seluruh gerakan
3) Mampu melakukan latihan secara kontinyu sesuai dengan program latihan
4)
2. Sedangkan kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab ( Nursalam, 2008 ). Kriteria eksklusi
pada penelitian ini adalah:
1) Lansia yang sedang dalam keadaan mobilitas terganggu
2) Lansia yang psikologisnya terganggu
3) Pasien tidak mampu berjalan dan beraktivitas mandiri
4)
4.2.3 Besar sampel
Populasi terjangkau responden yang memenuhi kriteria inklusi ada 22 orang.
Berdasarkan uraian tersebut maka besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 12 responden.
4.2.4 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi. Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode Non
probability sampling tipe purposive sampling yaitu suatu tehnik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki, sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya
(Nusralam, 2008).
4.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu ( benda, manusia , dll ) ( Putra dan Haryanto, 2000 ). Dalam
penelitian, variabel dikarakteristikan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan
(Nursalam, 2008 ).
4.3.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel
lain( Nursalam, 2008 ). Variabel dalam penelitian ini adalah gerakan terapi ling tien
kung
4.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
( Nursalam, 2008 ). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kolestrol dalam
darah.
4.4 Definisi Operasional
Variabel yang telah didefinisikan perlu dijelaskan secara operasional, sebab
istilah ( variabel ) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan
( Nursalam, 2008 ). Definisi operasional dalam penelitian ini sebagaimana yang
tercantum dalam tabel sebagai berikut
Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan
kadar kolestrol pada lansia
Variabel DefinisiOperasioanal
Parameter Alat ukur Skala Skor
Independen :Terapi Ling Tien Kung
Terapi ling tien kung adalah terapi penyembuhan yang berpusat pada pelatihan anus dengan menggunakan gerakan yang sangat sederhana
Mengikuti gerakan Ling Tien Kung dari awal hingga akhir dan Dilakukan 2x semingu selama 2 minggu
SAK - -
Dependen :Penurunan kadar kolestrol
Kolestrol adalah salah satu komponen lemak. penurunan kolestrol merupakan keadaan berkurangnya nilai kadar kolestrol saat ini dari kadar kolestrol sebelumnya.
Kadar kolestrol normal < 200 mg/dl
Glukotes 3 in 1
Rasio Normal < 200mg/dl
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu ukur yang digunakan dan dipilih dalam penelitian,
kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih
mudah ( Nursalam, 2008 ).
Untuk pengumpulan data, peneliti membuat instrumen sebagai pedoman
pengumpulan data berupa pemeriksaan kadar kolestrol dalam darah darah dengan
menggunakan glukotes 3 in 1 diawal program terapi ling tien kung ( pra-test )
sebelum diberikan intervensi terapi, kemudian diberikan intervensi terapi ling tien
kung 2x seminggu selama 2 minggu, setelah itu diperiksa ulang kadar kolestrol di
akhir program terapi ling tien kung ( post-test ). Selama program terapi, responden
dianjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung tinggi kolestrol, misalnya
santan, goreng-gorengan, cumi-cumi, jeroan. Serta mencatat hasil observasi yang
telah dilakukan, yaitu : kadar kolestrol normal < 200 mg/dl.
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian : Panti asuhan anugerah Surabaya
Waktu : Mei 2013
4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Pelaksanaan penelitian ini diawali oleh peneliti dengan melakukan langkah-
langkah dalam pengumpulan data sebagai berikut :
1. Langkah awal untuk melaksanakan penelitian ini adalah mengurus surat
kelengkapan surat ijin penelitian.
2. Menghubungi kantor kelurahan setempat untuk memohon ijin sebagai tempat
penelitian dan memberikan persetujuan
3. Menghubungi tokoh masyarakat yang dapat membantu pendekatan pada
warga
4. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan dimulai dengan
mengidentifikasi sampel, dengan mengumpulkan responden sesuai kriteria
inklusi atau disebut populasi terjangkau dengan menggunakan tehnik
purposive sampling.
5. Setelah klien terpilih menjadi responden, peneliti memberikan informed
consent kepada responden sebagai tindakan persetujuan untuk dijadikan
sampel penelitian dan membagi responden menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
6. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden
7. Membuat kesepakatan dengan responden bahwa kegiatan terapi ling tien kung
dilakukan 2x semingu selama 2 minggu.
8. Kemudian dilakukan pengukuran awal kadar kolestrol dalam darah responden
dengan menggunakan alat glukotes 3 in 1. Hasil pengukuran tersebut
merupakan data awal sampel sebelum dilakukan intervensi ( pre-test ).
9. Melatih responden melaksanakan terapi ling tien kung 1x, setelah itu minggu
selanjutnya melakukan terapi ling tien kung sesuai program.
10. Setelah diberikan terapi ling tien kung selama 2x seminggu dalam 2 minggu
dan selanjutnya akan dilakukan pengukuran lagi kadar kolestrol dalam darah
( post-test ) dengan menggunakan alat glukotes 3 in 1. Hasil pengukuran
dicatat kemudian dianalisis,
4.8 Kerangka Operasional
Kerangka kerja merupakan suatu alur Kerangka kerja adalah hubungan antara
konsep yang ingin diteliti atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmomodjo, 2002). Kerangka kerja merupakan suatu alur penelitian sehingga
dapat diketahui secara jelas gambaran tentang proses dan jalannya penelitian.
Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut
Kelompok perlakuan
Pemilihan sampel sesuai kriteria inklusi
Purposive sampling
Intervensi : Gerakan terapi Ling Tien Kung2x per minggu selama 4 minggu
Observasi kolestrol akhir
Pemeriksaan kadar kolestrol awal
Pelatihan gerakan terapi Ling Tien Kung
Populasi terjangkau : Lansia di Panti asuhan Anugerah Surabaya
Gambar 4.1 Kerangka operasional pengaruh terapi Ling Tien Kung terahadap penurunan kadar kolestrol pada lansia
4.9 Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan tujuan mengetahui pengaruh
pemberian terapi ling tien kung terhadap penurunan kadar kolestrol pada lansia.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji statisitik Paired T test dan
Independent dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Dalam
pengolahan data ini bertujuan mengetahui pengaruh antara variabel independen dan
dependen dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Bila hasil perhitungan ρ < 0,05 berarti
hipotesis yang diterima yaitu ada pengaruh terapi ling tien kung terhadap penurunan
kadar kolestrol pada lansia.
4.10 Etika Penelitian (Ethical Clearance)
Menurut Yurisa (2008), etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip,
namun terdapat empat prinsip utama yang perlu dipahami, yaitu:
(1) Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
(2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy
and Confidentiality).
(3) Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).
Analisa statistik :Uji Paired t test
Hasil
Kesimpulan
(4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms
and benefits).
4.10.1 Lembar Persetujuan ( Informed Consent )
Tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian selama
pengumpulan data. Responden yang telah bersedia untuk diteliti harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden menolak untuk diteliti maka
tidak akan memaksa dan menghormati haknya.
4.10.2 Anonimity (tanpa nama)
Nama responden tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data, namun
hanya kode untuk setiap responden, hal ini bertujuan untuk menjaga kerahasiaan
responden.
4.10.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Informasi dari responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya
pada kelompok tertentu saja yang akan peneliti sajikan, terutama dilaporkan pada
hasil riset.
4.11 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian
(Nursalam,2001). Beberapa keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian
antara lain:
1. Pengumpulan data Peneliti tidak melakukan uji coba sehingga masih perlu
diuji validitas dan realibilitasnya.
2. Sampel
1) Sampel yang diambil dalam penelitian ini dengan tehnik purposive
sampling yang mengakibatkan semua sampel hasil penelitian kurang
sempurna
2) Peneliti tidak bisa memantau variabel perancu (diet tinggi kolesterol)
3. Dalam penelitian ini, waktu yang tersedia sangat singkat yaitu 2 minggu.
Keterbatasan waktu bisa mempengaruhi hasil penelitian sehingga hasil
penelitian ini tidak bisa di generalisasikan.
4. Terbatasnya kemampuan peneiiti untuk menjabarkan permasalahan sehingga
kedalaman isi penelitian kurang sempurna
5. Biaya
Keterbatasan dana untuk melakukan penelitian