bab 1-4 epidemiologi.docx

57
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada anak. Yang dimaksud dengan infeksi respiratori adalah mulai dari infeksi respiratori atas dan adneksanya hingga parenkim paru. Infeksi respiratori atas meliputi rhinitis, faringitis, tonsillitis, rinosinusitis, dan otitits media. Sedangkan, infeksi respiratori bawah terdiri atas epiglotitis, croup, bronchitis, bronkiolitis, dan pneumonia. Sebagian besar ISPA terbatas pada ISPA atas saja, namun sekitar 5% melibatkan ISPA bawah. Insiden ISPA di Negara berkembang adalah 2 sampai 10 kali lebih banyak dari Negara maju, perbedaan tersebut berhubungan dengan etiologi dan faktor risiko. Di Negara maju, ISPA didominasi oleh virus, sedangkan di Negara berkembang oleh bakteri, seperti S. pneumonia dan H. Influenzae. Di Negara berkembang, ISPA dapat menyebabkan, 10 - 25% kematian, dan bertanggung jawab 1

Upload: deaaannnnnn

Post on 09-Nov-2015

242 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangInfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada anak. Yang dimaksud dengan infeksi respiratori adalah mulai dari infeksi respiratori atas dan adneksanya hingga parenkim paru. Infeksi respiratori atas meliputi rhinitis, faringitis, tonsillitis, rinosinusitis, dan otitits media. Sedangkan, infeksi respiratori bawah terdiri atas epiglotitis, croup, bronchitis, bronkiolitis, dan pneumonia. Sebagian besar ISPA terbatas pada ISPA atas saja, namun sekitar 5% melibatkan ISPA bawah.Insiden ISPA di Negara berkembang adalah 2 sampai 10 kali lebih banyak dari Negara maju, perbedaan tersebut berhubungan dengan etiologi dan faktor risiko. Di Negara maju, ISPA didominasi oleh virus, sedangkan di Negara berkembang oleh bakteri, seperti S. pneumonia dan H. Influenzae. Di Negara berkembang, ISPA dapat menyebabkan, 10 - 25% kematian, dan bertanggung jawab terhadap 1/3 -1/2 kematian pada balita. Pada bayi, angka kematiannya dapat mencapai 45 per 1000 kelahiran hidup.Di Indonesia, kasus ISPA menempati urutan pertama dalam jumlah pasien rawat jalan terbanyak. Hal ini menunjukkan angka kesakitan akibat ISPA masih tinggi yaitu lebih kuran 5 per 1000 balita. Pemerintah telah merencanakan untuk menurunkannya 3 per 1000 balita pada tahun 2010. Akan tetapi keberhasilannya tergantung pada banyaknya faktor risiko, terutama yang berhubungan dengan strategi baku, penatalaksanaan kasus, imunisasi, dan modifikasi faktor risiko. Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupkan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Sebanyak 40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA. Penyebab ISPA paling berat disebabkan infeksi S. pneumonia dan H. Influenzae. Banyak kematian diakibatkan ole pneumonia terjadi dirumah, diantaranya setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Program pemberantasan ISPA secara khusus dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khusunya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian masih tetah tinggi.ISPA paling sering terjadi pada anak. kasus ISPA merupakan 50% dari seluruh penyakit pada anak berusia dibawah 5 tahun, dan 30% pada anak berusia 5 - 12 tahun. Anak berusia 1 - 6 tahun dapat mengalami episode ISPA sebanyak 7 sampai 9 kali pertahun, tetapi biasanya ringan. Puncak insiden biasanya terjadi pada usia 2 - 3 tahun. Data tahun 2014 di Puskesmas Tapen menunjukkan bahwa, dari 10 besar penyakit terbanyak, infeksi saluran pernafasan atas menjadi urutan teratas sebesar 3339 (20%) dari total kunjungan selama satu tahun.1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui gambaran epidemiologi ISPA Pneumonia di Wilayah Puskesmas Tapen.1.2.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi ISPA berdasarkan waktu..2. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi ISPA berdasarkan usia.3. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi ISPA berdasarkan Jenis kelamin.4. Untuk menentukan intervensi ISPA yang dilakukan di Puskesmas Tapen.5. Untuk menentukan pencegahan terjadinya insiden ISPA di lingkungan Puskesmas Tapen.6. Mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya angka kejadian ISPA di Tapen.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Saluran Pernapasan AkutISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa InggrisAcuteRespiratoryInfections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut:1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuhmanusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.3. Infeksi akut adalah infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapapenyakityangdapatdigolongkandalamISPAprosesinidapatberlangsung lebih dari 14 hari.ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan parut termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak dapat menderita pneumonia bila infeksi paru ini tidak diobati, dan dapat mengakibatkan kematian.Selama bertahun-tahun ISPA merupakan masalah kesehatan anak dan penyumbang terbesar penyebab kematian balita (Said, 2006). Jumlah tiap tahunnya kejadian ISPA di Indonesia 150.000 kasus atau seorangbalita meninggal tiap5menitnya. PenelitianMyrnawatijugamenemukanbahwa 20-30% kematian balita disebabkan oleh ISPA. Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan rikcetsia. Penularannya melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara pernapasan. Gejala umumnya adalah batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga, dan demam (Depkes RI, 2006). Salah satu faktor yang mempengaruhi ISPA adalah defisiensi Vitamin A.Penyakit ini bisa di kenali dengan tanda atau gejala yangditimbulkan yaitu:1. Suara nafas lemas bahkan hilang dan seperti ada cairan sehingga terdengar keras, ada gejala sesak hingga kebiruan, nafas cuping hidung, retraksi dan sistem pernafasan yang tidak teratur serta cepat.2. Gagal jantung, hipotensi, hipertensi, denyut jantung bisa menjadi cepat atau lambat.3. Kejang dan koma, bingung, sakit kepala, mudah terangsang, sering gelisah yang menyerang di sistem saraf.4. Letih dan sering berkeringat banyak.5. Untuk anak dengan umur 2 bulan hingga 5 tahun, yaitu kejang, intensitas kesadaran menurun,stridor, gizi buruk dan tidak bisa minum. Sedangkan untuk anak di bawah 2 bulan yaitu kemampuan minum yang menurun secara drastis yang biasanya kurang dari setengah volume dari setiap kebiasaan,mendengkur,demam, dingin danintensitas kesadaran menurun.Ada 3 cara penyebaran ISPA, yaitu:1. Melalui aerosol (partikel halus)yang lembut, terutama oleh karenabatuk-batuk.2. Melalui aerosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk danbersin.3. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad renik.WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul, dan telah ditetapkan dalam lokakaryaNasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut:a. ISPA ringan, ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut: Batuk Pilek dengan atau tanpa demamb. ISPAsedang, meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu ataulebih gejala berikut: Pernafasan cepat.Umur < 1 tahun : 50 kali / menit atau lebih.Umur 1-4 tahun : 40 kali / menit atau lebih. Wheezing(mengi). Sakit/keluar cairan dari telinga. Bercak kemerahan (campak). Khusus untuk bayi 40-50 kali, serta penegakan diagnosis berdasarkan Pedoman Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Mensosialisasikan tanda dini ISPA Pneumonia kepada kader posyandu dan seluruh penduduk.2. Pembatasan cacat (disability limitation) Penyeragaman pengobatan awal ISPA Pneumonia berupa beri antibiotik yang sesuai, beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman, jika batuk >3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan dan bila terjadi pneumonia berat.3. Tertiary Level of Prevention Rehabilitasi dengan perbaikan gizi dan kontrol perkembangan kesembuhan penyakit.

BAB 4KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:1. Distribusi penyakit ISPA Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Tapen Jombang berdasarkan variabel waktu (bulan) menunjukkan pergerakan grafik yang fluktuatif, dipengaruhi musim pancaroba, peningkatan tertinggi terjadi pada Bulan September 2014 dan distribusi penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Tapen Jombang berdasarkan variabel tempat (desa) menunjukkan desa dengan jumlah penderita ISPA terbesar adalah Kelurahan Sidokaton pada tahun 2014.2. Distribusi penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Tapen Jombang berdasarkan variabel orang (kelompok umur) menunjukkan jumlah penderita ISPA terbesar adalah penderita pada kelompok balita yaitu usia 1 tahun sampai 4 tahun pada tahun 2014 dan angka kesakitan ISPA berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2014 didapatkan penderita terbanyak adalah jenis kelamin laki laki. 3. Faktor resiko tingginya kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Tapen Jombang antara lain cakupan imunisasi yang rendah, masih banyaknya angka kejadian BBLR, masih rendahnya balita yang datang ke Posyandu, serta masih banyaknya warga yang merokok di dalam rumah 4. Untuk melakukan pencegahan penyakit ISPA dapat dilakukan dengan tiga tingkat pencegahan penyakit (three level of prevention), yakni pertama yaitu dengan pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahaan tersier. Melalui salah satu strategi program pemberantasan penyakit ISPA (P2 ISPA) dengan 8 kegiatan pokok yaitu promosi penanggulangan pneumonia balita, kemitraan, peningkatan penemuan kasus, peningkatan kualitas tatalaksana kasus ISPA, peningkatan kualitas sumber daya, surveilans ISPA, pemantauan evaluasi dan pengembangan program ISPA. 4.2 Saran4.2.1. Bagi instansi terkait (Puskesmas Tapen)Hendaknya petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, dapat pula dilakukan kegiatan penyuluhan untuk memotivasi masyarakat dalam PHBS dan pemberian ASI Eksklusif. Upaya penyuluhan dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas hendaknya dilakukan secara terus menerus sampai masyarakat betul-betul mamahami akan pentingnya pemberian ASI eksklusif, PHBS, selain itu juga penyuluhan tentang ISPA, faktor risiko, mengenali tanda dan gejala, cara pencegahan serta pertolongan pertama pada penderita ISPA.4.2.2. Bagi masyarakata) Meningkatkan kesadaran kepada orang tua balita agar lebih memperhatikan pola gizi, imunisasi, dan rutin datang ke Posyandu.b) Meningkatkan kesadaran kepada orang sekitar yang merokok, sebagai upaya pencegahan terjadinya ISPA.c) Meningkatkan kesadaran untuk menggunakan masker bila dalam keadaan sakitd) Meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya peningkatan kasus ISPA.1