Download - AB 1 One 1 Ha ( Gaharu Kakao ) Fixxx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan pengelolaan sumberdaya alam hutan di Indonesia tidaklah
terletak pada suatu sisi pandang saja, tetapi justru saling terkait mulai dari sektor
hulu yaitu eksploitasi hutan baik secara Illegal maupun “Legal” = pemberian ijin
berdasarkan kepentingan ekonomi semata yang berdampak rusaknya Nilai
Ekologi yang berdampak sistemik terhadap Alam dan Manusia. Permasalahan
penataan ruang dan kawasan yang masih tumpang tindih, adanya kesenjangan
sosial ekonomi masyarakat sekitar atau dalam hutan, sampai ke hilir berupa
akses pasar produk-produk sektor kehutanan. Keterkaitan antara sektor dan
tahapan pengelolaan sumberdaya hutan menjadi suatu dasar bagi kebijakan
strategis dan tidak bersifat parsial dalam pemecahan masalah pengelolaan
sumber daya hutan.
Beberapa penelitian dan pengalaman empiris telah menunjukkan bahwa
hutan dan kehutanan di Indonesia sangatlah terkait dengan kemiskinan. Temuan
Center for Economic and Social Studies (CESS, 2005) dari hasil pengolahan
data Podes (Potensi Desa, 2003: letak desa terhadap hutan), data BKKBN
(2003: jumlah KK miskin) dan data SUSENAS (2002: jumlah KK miskin),
memperlihatkan bahwa persentase rumah tangga miskin per desa yang terletak
di dalam dan sekitar hutan, ternyata lebih besar angkanya dibandingkan dengan
1
rumah tangga miskin yang tinggal di desa luar hutan.
Sekitar 20 juta orang lagi tinggal di desa-desa dekat hutan dimana enam
juta orang diantaranya memperoleh sebagian besar penghidupannya dari hutan
(CIFOR 2004). Jika dikaitkan dengan jumlah keseluruhan penduduk miskin
Indonesia yang tinggal di pedesaan (14,6 juta penduduk pada tahun 2004), maka
jumlah kaum miskin yang tinggal di lingkungan hutan adalah hampir mencapai
sepertiga dari keseluruhan kaum miskin di Indonesia.
Adapun penyebab utama angka kemiskinan pada masyarakat disekitar
hutan yang tinggi adalah: Laju pertumbuhan penduduk disekitar kawasan hutan
yang tinggi tidak diiringi dengan alternatif sumber mata pencarian dan
keterampilan teknis yang memadai. Masyarakat disekitar hutan rata-rata memiliki
mata pencaharian dengan mengelola sumber daya alam yang dimiliki/dikuasai.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi memunculkan konsekuensi kebutuhan
akan lahan perkebunan yang tinggi. Kondisi ini dapat dipenuhi ketika masih
banyak lahan terlantar yang belum dikelola, namun kondisi akan berbeda jika
lahan yang belum dikelola tersebut terbatas. Kondisi ini memaksa masyarakat
untuk membuka lahan untuk kebun mereka didalam kawasan hutan.
2
B. Ide Penanggulangannya
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu adanya Ide Proyek Sosial
Ekonomi dalam menanggulangi masalah kehutanan Indonesia yang dalam
keterpurukan ialah “One Man One Hectare”. One Man One Hectare adalah
Pemberian lahan 1 Hektar kepada 1 Kepala Keluarga yang berada disekitar atau
dalam hutan untuk dikelola secara lestari. Sehingga masyarakat sekitar hutan
berperan aktif dalam menjaga, melestarikan dan memanfaatkan hasil hutan yang
dikelolanya.
C. Tujuan Proyek
Adapun tujuan proyek kebijakan sosial ekonomi “One Man One Hectare”
ini adalah untuk mengurangi perambahan, Illegal logging dan mensejahterakan
masyarakat sekitar/dalam hutan yang selama ini termarginalkan. Adapun tujuan
ekologisnya mampu menciptakan pabrik-pabrik oksigen yang
berkesinambungan.
3
BAB II
SUMBER SEKUNDER ANALISA PROYEK
Deskripsi Gaharu
Gaharu merupakan substansi aromatik berupa gumpalan yang terdapat diantara sel kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian dari pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami maupun budidaya dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami maupun buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp.Menurut SNI 01-5009.1-1999 gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna khusus, dengan memiliki damar wangi alami yang berasal dari pohon atau bagian dari pohon yang tumbuh secara alami dan mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang baik melalui alam atau produk pada suatu birch, yang pada umumnya terjadi di Aquilaria sp. pohon ( nama daerah : Karas, Alim, Garu, Bokhor, Garu dan lain-lain).
Pohon Penghasil GaharuPohon penghasil gaharu (Aquilaria sp) adalah spesies asli Indonesia, beberapa spesies gaharu komersial yang sudah mulai dibudidayakan adalah : Aquilaria malaccensis, A.microcarpa, A.beccariana,A.hirata, A.Filaria, dan Grynops verteggi, serta A.cresna asal Kamboja.
Kegunaan GaharuGaharu merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat dinegara-negara timur tengah yang digunakan sebagai dupa untuk ritual keagamaan. Gaharu juga merupakan bahan baku yang sangat mahal dan terkenal untuk industri kosmetik seperti parfum, sabun, lotions, pembersih muka, serta obat-obatan seperti obat hepatitis, liver, alergi, obat batuk, penenang sakit perut, rhematik, malaria, asma, TBC, kanker, tonikum, dan Aroma terapi.
Prospek ekonomi gaharuDalam perdagangan,gaharu dikenal dengan agarwood/eaglewood. Rata-rata kuota yang dimiliki Indonesia sekitar 300 Ton/Tahun. Kuota ini diperoleh dari pembagian permintaan pasar oleh negara-negara produsen gaharu, tetapi pada saat ini produksi kayu gaharu Indonesia baru 10% terpenuhi atau sekitar 30 Ton/Tahun sehingga masih sangat jauh dari kuota ekspor. Kondisi ini sangat berdampak terhadap harga jual gaharu yang sanagat ini berkisar Rp.10.000,- sampai dengan 40 Juta/Kg tergantung kwalitasnya, bahkan diluar negeri bisa mencapai $10.000, harga disamping itu juga ditentukan oleh faktor manfaat gaharu yang sangat banyak.(Benny Satria,UNAND 2007).
Gaharu dipasaran di kelompokkan kedalam beberapa kelas :-Gaharu DOUBLE SUPER 30 -40 Juta/Kg-Gaharu SUPER TANGGUNG 15-30 Juta/Kg-Gaharu AB 5 Juta-15jt/Kg-Kemedangan 2-10 Juta/Kg-Gaharu TERI 1-2 Juta/Kg-Abu/Bubuk Gaharu Rp 20.000-40.000,-/Kg
4
Persyaratan Tumbuh
Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, pohon penghasil gaharu perlu ditanam pada kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya di alam. Tempat tumbuh yang cocok untuk tanaman penghasil gaharu adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit sampai ketinggian 750 meter di atas permukaan laut .Jenis Aquilaria sp tumbuh sangat baik pada tanah-tanah liat (misalnya podsolik merah kuning), tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan kelembaban sekitar 80%. Suhu udara antara 22-28 derajat celcius dengan curah hujan berkisar antara 2.000 s/d 4.000 mm/tahun. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah: (1) lahan yang tergenang secara permanent, (2) tanah rawa, (3) lahan dangkal (yang mempunyai kedalaman kurang dari 50 cm), (4) pasir kuarsa, (5) lahan yang mempunyai pH kurang dari 4,0. PenanamanPenanaman bibit penghasil gaharu dapat dilakukan secara agroforesty (tumpangsari) dengan tanaman jagung, singkong, pisang atau ditanam di sela-sela tanaman pokok yang telah tumbuh terlebih dahulu, seperti karet, akasia, sengon, kelapa sawit, dan lain-lain. Pada tahap awal pertumbuhan di lapangan bibit penghasil gaharu memerlukan naungan. Dengan mengatur jarak tanam yang tepat, maka tanaman penghasil gaharu tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.Apabila tanaman penghasil gaharu akan ditanam pada hamparan lahan yang luas dan masih kosong, maka jarak tanam dapat dibuat 3 m x 5 m, 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m. Waktu penanaman diusahakan pada musim hujan agar bibit mendapatkan air yang cukup pada awal pertumbuhannya. Media tanam dapat berupa tanah dan kompos. Pada setiap lubang tanam dianjurkan untuk diberikan pupuk kompos minimum 1 kg setiap lubang. Pada tahap ini perlu perhatian mengenai pencegahan gangguan hama dan penyakit terutama pada akar.
PemeliharaanTanaman penghasil gaharu pada umur 1-3 tahun perlu dipelihara secara intensif, terutama mengurangi gangguan dari gulma. Karena tanaman penghasil gaharu telah bermikoriza, maka penggunaan pupuk kimia dapat diminimalisir. Setelah tanaman berumur 4-5 tahun, barulah tanaman penghasil gaharu siap untuk diinduksi secara buatan dengan menggunakan jamur pembentuk gaharu.
InokulasiPenyuntikan (Inokulasi) yang dimaksudkan disini adalah memasukan bibit gubal gaharu untuk memacu pembentukan gubal gaharu. Bibit gubal gaharu berupa jamur (Fusarium sp) yang ditumbuhkan pada medium khusus (Parman et al, 1996)
Teknik induksi jamur pembentuk gaharu dilakukan pada batang pohon penghasil gaharu. Reaksi pembentukan gaharu akan dipengaruhi oleh daya tahan inang terhadap induksi jamur dan kondisi lingkungan. Respon inang ditandai oleh perubahan warna coklat setelah beberapa bulan disuntik. Semakin banyak jumlah lubang dan inokulum dibuat maka semakin cepat pembentukan gaharu terjadi. Proses pembusukan batang oleh jamur lain dapat terjadi apabila teknik penyuntikan tidak dilakukan sesuai prosedur.
PEMANENANAda 2 cara pemanenan :1. Pemanenan TotalPemanenan ini dilakukan dengan cara menebang habis tanaman penghasil gaharu yang sudah diinokulasi dan menunjukan tanda-tanda pohon tersebut sudah terbentuk gubal gaharu antara lain :-Daun pada tajuk menguning, dan rontok-Ranting-ranting mulai mengering-Secara fisik pertumbuhan telah berhenti
5
-Kulit batang mulai mengering-Kulit kupasan apabila dibakar akan berbau aroma harum khas.2. Pemanenan BerkalaPemanenan ini dilakukan dengan mengeruk, mengerok, mengupas bagian pohon yang telah terinfeksi dan menghasilkan damar wangi (gaharu) dan hasilnya biasanya berbentuk serpihan-serpihan kecil. Setelah dilakukan pemanenan maka dilakukan proses inokulasi lagi.
Analisa Budidaya Gaharu
Analisa biaya dan keuntungan dari budidaya gaharu, pada luasan 2.000 m2, jangka waktu 10 tahun, dengan jarak tanam 3 x 4 luas tanah 2.000mý (Asumsi 50 m x 40 m) cukup ideal ditanami gaharu sebanyak 180 Batang Gaharu. Berikut ini adalah perincian biaya dan keuntungan dari budaidaya penghasil gaharu :1.BiayaBiaya sendiri dibedakan menjadi 3 tahap :a.Biaya tahap 1 (pengadaan bibit, penanaman, dan perawatan ditahun pertama)b.Biaya tahap 2 ( Perawatan tanaman pada tahaun ke 2 sampai tahun ke 7)c.Biaya tahap 3 (inokulasi dan perawatan pasca inokulasi tahun ke-8 sampai tahun ke-10)Biaya Tahap 1-Pembelian bibit 180 batang @ Rp 25.000 = Rp. 4.500.000-Pembelian Pupuk kandang 360 Kg @ Rp.500,- = Rp. 180.000-Pestisida (furudan,stiko,dll) = Rp. 150.000 -Tenaga Penanaman 180 Bibit @1.000 = Rp. 180.000, hanya Rp. 1000,- ,-Tenaga Perawatan = Rp. 1.000.000JUMLAH = Rp. 6.010.000Biaya Tahap 2-Pupuk Kandang 1080 Kg @ Rp.500,- = Rp. 540.000-Pupuk pabrik = Rp. 1.000.000-Pestisida = Rp. 1.000.000-Tenaga Perawatan = Rp. 6.000.000JUMLAH = Rp.8.540.000
Biaya Tahap 3-Pembelian fusarium inokulasi = Rp. 24.300.000 harga satuan 135.000,- ;;; 180 x 300.000,- = 54.000.000,- ada juga 300.000,--Tenaga Inokulasi = Rp. 36.000.000 berarti biaya tenaga untuk inokulasi perpohon Rp. 200.000,--Biaya pemeliharaan 3 Tahun = Rp. 3.000.000 berarti tenaga pelihara satu pohon dalam 5555, bulatkan 6.000, Tenaga Pemanenan = Rp. 9.000.000 berati biaya 1pohon untuk di panen Rp. 50.000,-JUMLAH = Rp.72.300.000JUMLAH TOTAL Tahap 1+2+3 = Rp. 86.850.000
2.PenerimaanDengan asumsi bahwa tingkat keberhasilan inokulasi adalah 75% saja, dari 180 batang tanaman Cuma menghasilkan 135 batang saja yang bisa dipanen, satu batang pohon gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun menghasilkan rata-rata 1 Kilogram gubal, 5 Kg Kemedangan, dan 20 Kg Abu Gaharu.a.Gubal Gaharu 1 Kilogram @10.000.000 = 10.000.000b.Kemedangan 5 Kilogram @5.000.000 = 25.000.000c.Abu Gaharu 20 Kilogram @ 25.000 = 500.000 JUMLAH = 35.500.000Jadi Penerimaan selurunya adalah 135 x 35.500.000 = Rp 4.792.500.000,-3.Keuntungan Keuntungan adalah Penerimaan - Biaya Rp 4.792.500.000 - Rp. 86.850.000 = Rp 4.705.650.000,- Jadi Pendapatan perhari Rp. 1.289.219,-Jadi dari investasi sebanyak Rp. 86.850.000, berpotensi menghasilkan Rp4.705.650.000,- dalam kurun waktu 10Tahun. Seiring waktu harga jual tanah juga meningkat, Tidak ada ruginya bahkan sangat
6
menguntungkan sekali investasi dikebun dengan gaharu ini bukan?
BAB III
Analisis Kelayakan Usaha Gaharu dan Kakao dalam Areal 1 Hectare
a. Kelayakan Teknis
# Apakah teknologi sudah tersedia?
Ya, Teknologi ini berupa fusarium inokulasi untuk gaharu. Keberlangsungan bibit dan pupuk juga tersedia.
# Apakah teknologi yang akan digunakan dapat terintegrasi dengan teknologi yang sudah ada?
Ya,
# Apakah sistem yang sudah ada dapat dikonversi ke teknologi yang baru?
Ya,# Apakah organisasi memiliki orang yang menguasai teknologi baru ini?
Ya,
b. Kelayakan Operasional
Aspek Teknis
# Apakah sistem dapat memenuhi tujuan organisasi untuk mendapat informasi yang dibutuhkan?
Ya, karena gaharu sudah mempunyai komunitas di Indonesia.
# Apakah sistem dapat diorganisasikan untuk menghasilkan informasi pada saat yang tepat untuk setiap orang yang membutuhkan?
Ya,
7
# Aspek (Psikologis) penerimaan oleh orang-orang yang terlibat didalam organisasi?
Ya,
# Apakah sistem yang baru memerlukan restrukturisasi organisasi dan bagaimana akibat strukturisasi ini terhadap orang-orang yang ada diorganisasi?
# Apakah diperlukan pelatihan atau pelatihan ulang?
# Apakah personil di dalam organisasi dapat memenuhi kriteria untuk sistem yang baru?
c. Kelayakan Ekonomi
Deskripsi Pola Agroforestry Gaharu - Kakao
Pola tanam terdiri atas, bibit Gaharu ditanam pada tahun 1 dengan jarak
tanam 5 x 5 m atau sebanyak 400 pohon/ha, diikuti dengan penanaman tanaman
kakao pada tahun ke 3, dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 atau sebanyak 1.200
pohon/ha (setelah dikeluarkan ruang untuk tanaman Gaharu sebanyak 400
pohon).
Standar biaya yang digunakan mengikuti standar biaya pembangunan
hutan dan beberapa hasil penelitian. Biaya pemanenan Gaharu dan kakao
8
disesuaikan jumlah produksi, dengan biaya rata-rata sebesar 50 kg/HOK. Nilai
satu HOK ditetapkan sebesar Rp. 50.000,-. Biaya-biaya lainnya secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2
Tanaman Gaharu umumnya mulai berproduksi pada tahun ke 8 setelah di
inokulasi pada umur 5 Tahun, satu batang pohon gaharu dengan masa inokulasi
3 tahun menghasilkan rata-rata 1 Kilogram gubal, 5 Kg Kemedangan, dan 20 Kg
Abu Gaharu. Jadi dalam 1 Ha dengan 400 Pohon Gaharu dapat menghasilkan
400 Kg Gubal, 2.000 Kg Kemedangan, dan 8.000 Kg Abu Gaharu. Dengan
asumsi harga pasar 1 Kg Gubal Rp. 10.000.000,- , 1 Kg Kemedangan seharga
Rp. 5.000.000,- , dan 1 Kg Abu Gaharu seharga Rp. 25.000,-.
Tanaman kakao sudah bisa di panen pada umur 8 tahun. Produksi
tanaman kakao didasarkan pada beberapa hasil penelitian produksi kakao yang
ditumpangsari di Kabupaten Maros, seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Biaya Pembangunan Tanaman Gaharu
No. Uraian Kegiatan Tahun ke- Vol. UnitBiaya per unit (Rp)
Total
(Rp)
1 Penyiapan Lahan 1 400 Lubang 5.000 2.000.000
2 Pengadaan Bibit 1 400 Bibit 25.000 10.000.000
3 Pembelian Pupuk Kandang 1 800 Kilogram 500 400.000
4 Penanaman 1 400 Lubang 5.000 2.000.000
5Pemeliharaan Tahun Berjalan
1 1 Paket 4.000.000 4.000.000
6Pemeliharaan Tahun Pertama
2 1 Paket 4.000.000 4.000.000
7 Pembelian Pupuk Kandang 2 800 Kilogram 500 400.000
8 Pemeliharaan Tahun Kedua 3 1 Paket 4.000.000 4.000.000
9 Pembelian Pupuk Kandang 3 800 Kilogram 500 400.000
10 Pemeliharaan Tahun Ke-3 4 1 Paket 4.000.000 4.000.000
11 Pembelian Pupuk Kandang 4 800 Kilogram 500 400.000
12 Pemeliharaan Tahun Ke-4 5 1 Paket 4.000.000 4.000.000
9
13 Pembelian Pupuk Kandang 5 800 Pupuk 500 400.000
14 Pembelian fusarium inokulasi 5 400 Suntik 300.000 120.000.000
15 Biaya Tenaga Inokulasi 5 400 Pohon 200.000 80.000.000
16 Pemeliharaan Tahun Ke-5 6 1 Paket 4.000.000 4.000.000
17 Pembelian Pupuk Kandang 6 800 Kilogram 500 400.000
18 Pemeliharaan Tahun Ke-6 7 1 Paket 4.000.000 4.000.000
19 Pembelian Pupuk Kandang 7 800 Kilogram 500 400.000
20 Pemeliharaan Tahun Ke-7 8 1 Paket 4.000.000 4.000.000
21 Biaya Pemanenan 8 400 Pohon 50.000 20.000.000
22 Penyiapan Lahan 9 400 Lubang 5.000 2.000.000
23 Pengadaan Bibit 9 400 Bibit 25.000 10.000.000
24 Pembelian Pupuk Kandang 9 800 Kilogram 500 400.000
25 Penanaman 9 400 Lubang 5.000 2.000.000
26Pemeliharaan Tahun Berjalan
9 1 Paket 4.000.000 4.000.000
27Pemeliharaan Tahun Pertama
10 1 Paket 4.000.000 4.000.000
28 Pembelian Pupuk Kandang 10 800 Kilogram 500 400.000
29 Pemeliharaan Tahun Kedua 11 1 Paket 4.000.000 4.000.000
30 Pembelian Pupuk Kandang 11 800 Kilogram 500 400.000
31 Pemeliharaan Tahun Ke-3 12 1 Paket 4.000.000 4.000.000
32 Pembelian Pupuk Kandang 12 800 Kilogram 500 400.000
33 Pemeliharaan Tahun Ke-4 13 1 Paket 4.000.000 4.000.000
34 Pembelian Pupuk Kandang 13 800 Pupuk 500 400.000
35 Pembelian fusarium inokulasi 13 400 Suntik 300.000 120.000.000
36 Biaya Tenaga Inokulasi 13 400 Pohon 200.000 80.000.000
37 Pemeliharaan Tahun Ke-5 14 1 Paket 4.000.000 4.000.000
38 Pembelian Pupuk Kandang 14 800 Kilogram 500 400.000
39 Pemeliharaan Tahun Ke-6 15 1 Paket 4.000.000 4.000.000
40 Pembelian Pupuk Kandang 15 800 Kilogram 500 400.000
41 Pemeliharaan Tahun Ke-7 16 1 Paket 4.000.000 4.000.000
42 Biaya Pemanenan 16 400 Pohon 50.000 20.000.000
TOTAL 537.600.000
10
Tabel 2. Biaya Pembangunan Tanaman Kakao
No. Uraian Kegiatan Tahun ke- Vol. UnitBiaya per unit (Rp) Total
(Rp)
1 Penyiapan Lahan 3 85 HOK 50.000 4.250.000
2 Pengadaan Bibit 3 1.200 Bibit 750 900.000
3 Penanaman 3 24 HOK 50.000 1.200.000
4 Pemeliharaan Tahun Berjalan 3 1 Paket 2.000.000 2.000.000
5Pemeliharaan Tahun Pertama
4 1 Paket 2.000.000 2.000.000
6 Pemeliharaan Tahun Kedua 5 1 Paket 2.000.000 2.000.000
7 Pemanenan 6 14 HOK 50.000 700.000
8 Pemanenan 7 14,1 HOK 50.000 705.000
9 Pemanenan 8 15 HOK 50.000 750.000
10 Pemanenan 9 16,2 HOK 50.000 810.000
11 Pemanenan 10 17,1 HOK 50.000 855.000
12 Pemanenan 11 17,2 HOK 50.000 860.000
13 Pemanenan 12 17,8 HOK 50.000 890.000
14 Pemanenan 13 18 HOK 50.000 900.000
15 Pemanenan 14 19,1 HOK 50.000 955.000
16 Pemanenan 15 21 HOK 50.000 1.050.000
17 Pemanenan 16 21 HOK 50.000 1.050.000
Total 21.875.000
Tabel 3. Produksi Gaharu, Umur 8 Tahun
TahunProduksi
Gubal (kg/ha)Harga Satuan
(Rp/kg)
Produksi Kemedangan
(kg/ha)
Harga Satuan (Rp/kg)
Produksi Abu (kg/ha)
Harga Satuan (Rp/kg)
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0
8 400 10.000.000 2.000 5.000.000 8.000 25.000
9 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0
11
11 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0
16 400 10.000.000 2.000 5.000.000 8.000 25.000
8
00 20.000.
000 4.
000 10.000.0
00 16.000
50.000
JUMLAH 16.000.000.0
00 40.000.000.0
00 800.000.0
00
TOTAL(Rp.) 56.800.000.00
0
Tabel 4. Produksi Kakao yang Ditumpangsari dengan Gaharu
TahunProduksi (kg/ha)
Harga Satuan (Rp/kg)
Nilai Produksi
3 - - -4 - - -5 - - -6 696 15.000 10.440.0007 705,5 15.000 10.582.5008 745,5 15.000 11.182.5009 810,5 15.000 12.157.500
10 856,5 15.000 12.847.50011 861 15.000 12.915.00012 888 15.000 13.320.00013 900,5 15.000 13.507.50014 955,5 15.000 14.332.50015 1.048,00 15.000 15.720.00016 745,5 15.000 11.182.500
Jumlah 138.187.500
12
b. Analisis Finansial Agroforestry Pola Gaharu – Kakao
Tabel 5. Cash Flow Agroforestry Gaharu - Kakao
13
TahunBiaya
Penerimaan (Rp)Cash Flow
(Rp)(Rp)1 18.400.000 0 -18.400.0002 4.400.000 0 -4.400.0003 12.750.000 0 -12.750.0004 6.400.000 0 -6.400.0005 206.400.000 0 -206.400.0006 5.100.000 10.440.000 5.340.0007 5.105.000 10.582.500 5.477.5008 24.750.000 14.211.182.500 14.186.432.5009 19.210.000 12.157.500 -7.052.500
10 5.255.000 12.847.500 7.592.50011 5.260.000 12.915.000 7.655.00012 5.290.000 13.320.000 8.030.00013 205.300.000 13.507.500 -191.792.50014 5.355.000 14.332.500 8.977.50015 5.450.000 15.720.000 10.270.00016 25.050.000 14.211.182.500 13.792.580.000
559.475.000 28.538.187.500 27.585.160.000
Tabel 6. Analisis Finansial Agroforestry Gaharu – Kakao
Thn
BiayaPenerimaan
(Rp) Df Penerimaan x Df (Rp)
Biaya x Df (Rp)
Cash Flow (Rp)
(Rp) (i =7%)
1 18.400.0000 0,
934579 - 17.196.261,
68 -17.196.262
2 4.400.0000 0,
873439
- 3.843.130,
40 -3.843.130
3 12.750.0000 0,
816298
- 10.407.797,
93 -10.407.798
4 6.400.0000 0,
762895
- 4.882.529,
36 -4.882.529
5 206.400.0000 0,
712986
- 147.160.347,
45 -147.160.347
6 5.100.00010.440.000 0,
666342 6.956.61
2,82 3.398.345,
34 3.558.267
7 5.105.00010.582.500 0,
622750 6.590.24
9,14 3.179.137,
43 3.411.112
8 24.750.00014.211.182.500 0,
582009 8.271.037.60
1,64 14.404.725,
34 8.256.632.876
919.210.000 12.157.500 0,
543934 6.612.87
4,48 10.448.967,
20 -3.836.093
105.255.000 12.847.500 0,
508349 6.531.01
7,53 2.671.375,
53 3.859.642
115.260.000 12.915.000 0,
475093 6.135.82
3,47 2.498.988,
11 3.636.835
125.290.000 13.320.000 0,
444012 5.914.23
9,30 2.348.823,
26 3.565.416
13205.300.000 13.507.500 0,
414964 5.605.13
2,28 85.192.201,
15 -79.587.069
145.355.000 14.332.500 0,
387817 5.558.39
0,61 2.076.761,
33 3.481.629
15 5.450.00015.720.000 0,
362446 5.697.65
1,43 1.975.330,
81 3.722.321
16 25.050.00014.211.182.500 0,
338735 4.813.819.18
8,35 8.485.301,
67 4.805.333.887
559.475.000 28.538.187.500 8.326.639.
593 320.170.0
24 12.820.288.7
57
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari analisis kelayakan usaha Gaharu-Kakao dalam areal 1 Hektar adalah :
1. Analisis Kelayakan Teknis dan Operasionalnya terpenuhi/layak.
2. Berdasarkan data pada Tabel 1 sampai Tabel 4 dilakukan analisis Cash Flow
seperti disajikan pada Tabel 5, dan analisis kelayakan finansial seperti disajikan
pada Tabel 6. Jangka waktu analisis adalah 16 tahun. Maka diperoleh Analisis
Kelayakan Ekonomi untuk Net Present Value (NPV) = Rp. 12.820.288.757,-/Ha,
artinya NPV > 0 sehingga project ini bagus (sangat layak) jadi usaha tani yang
sangat menguntungkan, nilai Benefit Cost Ratio (BCR) = 26,00 dan Nilai IRR =
142,63 % artinya pada keadaan tingkat suku bunga 142,63 % project ini
mempunyai nilai sama dengan nol/kembali modal.
B. Saran
15
Tugas IndividuAnalisis Ekonomi Proyek Kehutanan
Studi Analisis Kelayakan Teknis, Operasional dan Ekonomi Usaha Gaharu-Kakao dalam Areal Satu Hektar
(Ide Proyek Kebijakan Ekonomi Sosial : One Man One Hectare)
Disusun oleh :
MUH. WARQAH HAMZAHM 121 06 021
FAKULTAS KEHUTANANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
16