dialog antaragama dan peran perempuan :...

187
DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : ANALISIS SEMIOTIKA PESAN FILM WHERE DO WE GO NOW’. Skripsi Ditujukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : Lini Zurlia NIM. 107051002539 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

Upload: lamnguyet

Post on 06-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : ANALISIS

SEMIOTIKA PESAN FILM ‘WHERE DO WE GO NOW’.

Skripsi

Ditujukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Lini Zurlia

NIM. 107051002539

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : ANALISIS

SEMIOTIKA PESAN FILM ‘WHERE DO WE GO NOW’

Skripsi

Ditujukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Lini Zurlia

107051002539

Pembimbing

Umi Musyarrofah, MA

197108161997032002

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 3: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan
Page 4: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan gelar strata satu di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil dari jiplakan orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Agustus 2014

Lini Zurlia

Page 5: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

i

ABSTRAK

Dialog Antaragama dan Peran Perempuan : Analisis Semiotika Pesan Film

‘WHERE DO WE GO NOW’

Where Do We Go Now? adalah sebuah film dengan latar Lebanon yang

menggambarkan bagaimana para perempuan desa bekerja keras untuk melindungi

desa dari peperangan antaragama yang terjadi di luar desa. Film ini penting dan

menarik diteliti karena mengandung pesan dialog antaragama dengan peran

perempuan yang besar dalam membangun bina-damai.

Berdasarkan konteks diatas, penulis melakukan penelitian ini untuk

menjawab dan menjelaskan bagaimana pemaknaan pesan dialog keagamaan &

bagaimana pemaknaan peran perempuan dalam film Where Do We Go Now?.

Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi

Nirkekerasan. Sebuah teori yang dipelopori oleh Marshall Rosenberg yang

menekankan pada tiga model yaitu self emphaty, receiving emphatically &

expressing honestly. dan teori feminisme sebagai kerangka perspektif dalam melihat

peran perempuan dalam film ini. Menggunakan metode deskriptif kualitatif dan

teknik observasi film dengan model analisis semiotika Roland Barthes, peneliti

akan menganalisis pemaknaan dialog antar agama & peran perempuan dalam film

balutan sutradara aktris Lebanon ini.

Bina damai dalam situasi konflik memang tidak mudah dilakukan, apalagi

di wilayah yang sumbu konflik sangat pendek dan dapat meledak kapan saja.

Perempuan menjadi elemen yang sangat penting dalam menciptakan persamaian

dalam sebuah konflik. Komunikasi-komunikasi yang persuasif dan menekankan

pada empati & kejujuran menjadi pilihan tepat bagi perempuan untuk berperan

dalam upaya-upaya bina damai. Situasi inilah yang ingin disampaikan oleh Nadine

Labaki melalui film garapannya where do we go now yang menjadi subjek

penelitian penulis.

Nadine Labaki berhasil mengemas film ini sehingga sarat akan pesan. Pesan

ajaran Isalm yang ramah, pluralisme, toleransi, kerja keras dalam peace building

(bina damai). Tidak hanya itu, Nadine Labaki juga ingin menyampaikan bagaimana

bina damai yang terus menerus dibangun diinisiasi oleh para perempuan melalui

dialog non violent communication (komunikasi nirkekerasan). Dialog antar Agama

dan peran perempuan dalam bina damai menjadi vokal poin dalam film ini.

Key Words: Komunikasi Nirkekerasan, Dialog antaragama, Peran Perempuan,

Bina-damai, Konotasi & Denotasi.

Page 6: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa

nikmat sehat yang selalu Allah berikan kepada penulis sehingga penulis masih

bisa merasakan indahnya kehidupan. Sholawat dan salam tak akan lupa penulis

haturkan kepada Nabi Muhammad Saw kekasih setiap hamba yang telah

mengajarkan kepada kita tentang indahnya keberagaman.

Senang sekali akhirnya atas izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan judul : Dialog Antaragama dan Peran Perempuan :

Analisis Semiotika Pesan Film ‘WHERE DO WE GO NOW’. Tahun ketujuh

adalah tahun yang sangat terlambat bagi seroang mahasiswa untuk menyelesaikan

proses perkualiahan jenjang strata satu seperti yang penulis alami. Namun ini

adalah pilihan sadar yang penulis pilih tentunya. Aktif dalam sebuah gerakan

sejak menjadi mahasiswa muda di kampus hingga menjadi aktifis lapangan yang

berniat untuk perjuangan membangun perdamaian atas nama kemanusiaan. Sering

meninggalkan perkuliahan karena mendapat beasiswa short course tantang peace

building for youth peace builder dan Women Issues baik di dalam maupun di luar

negeri atau bahkan melakukan pendampingan terhadap kasus-kasus kekerasan

atasnama agama dan kasus-kasus kekrasan terhadap perempuan.

Aktifitas yang ditempuh tersebut, penulis kira adalah juga pesan pada apa

yang kampus inginkan sesuai dengan Tridarama Universitas. Berangkat dari

aktifitas tesebut juga yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dan penulisan yang menjadi syarat kelulusan seorang mahasiswa strata

Page 7: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

iii

satu.’Where Do We Go Now’ adalah sebuah film yang sarat akan pesan

perdamaian antar sesama. Semoga hasil tulisan ini dapat memberikan insipirasi

bagi mahasiswa lainnya atau para pembaca bahwa penting melakukan upaya-

upaya membangun perdamaian di tengah-tengah suasana konflik tak

berkesudahan atau bahkan di tengah suasana kondusif sekalipun perdamaian harus

terus dan tetap dibangun.

Dapat diselesaikannya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan

semua pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sedalam –

dalamnya kepada:

1. Orang tua tercinta, Mamam & Bapak yang tak lelah memberikan do’a

tulusnya untuk penulis. Sehingga dengan kesabaran yang luar biasa dari

beliau, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah jakarta.

3. Dr. Arif Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi

4. Umi Musyarrofah, MA selaku dosen pembimbing yang dengan sangat

bijaksana memberi motivasi dan arahannya kepada penulis sampai

terselesaikannya penelitian ini.

5. Rachmat Baihaky, MA selaku ketua jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Fita Faturahman, M. Si selaku sekretaris jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam.

Page 8: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

iv

7. Dr. Gun-gun Heryanto, M.Si dan Prof. Dr, Andi Faisal Bakti, M.Si dosen

pengajar yang banyak memberi inspirasi tentang pentingnya komunikasi

dan keragaman, kepada mereka saya berterimakasih atas apa yang sudah

menginspirasi saya sehingga saya menjadi pribadi yang inklusif.

8. Prof. Dr. Musdah Mulia, MA yang secara husus menjadi mentor,

karenanya saya mampu menjadi pribadi yang dapat mengabdikan diri pada

isu-isu keragaman dan isu perempuan.

9. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan banyak ilmu kepada

penulis selama menempuh pendidikan di jursan Komunikasi Penyiaran

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

10. Adik–adik tercinta Siti Rahayu, Endang Rahmawati, Sofwan Tabrani,

Nayla Fitia, Momba Dona Sari Lubis, Zakiatunnisa, Adis Puji Astuti,

Fanny Fatwati Puteri, dan Sri Andriyani yang selalu memberi kasih sayang

dalam segala bentuknya kepada penulis.

11. Byan Rianzi, kekasih hati yang senantiasa memberi support.

12. Teman – teman satu himpunan yang baik suka maupun duka telah

memberikan arti dan warna tersendiri dalam kehidupan penulis.

13. Serta kepada semua pihak yang telah membatu jalannya penelitian ini,

yang tidak penulis sebutkan satu persatu. Namun, tetap tanpa mengurangi

rasa terimakasih penulis.

Page 9: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

v

Semoga Allah SWT selalu menyayangi kalian, dan membalas semua

kebaikan yang kalian berikan untuk penulis. Penulis hanya bisa mendo’akan agar

semua yang diberikan menjadi anugerah yang indah.

Jakarta, 27 Agustus 2014

Lini Zurlia

Page 10: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 6

D. Metodologi Penelitian .......................................................... 7

1. Pendekatan Penelitian Semiotika Roland Barthes

2. Subjek dan Objek Penelitian

E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 14

F. Sistematika Penulisan .......................................................... 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konseptualisasi Komunikasi ................................................ 17

B. Teori Feminisme ................................................................. 21

1. Feminisme ..................................................................... 21

2. Konseptualisasi Gender ................................................... 28

C. Tinjauan Tentang Film ......................................................... 29

1. Pengertian Film .............................................................. 29

2. Unsur – unsur dalam Film .............................................. 31

3. Jenis – jenis Film ............................................................. 32

Page 11: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

vii

BAB III GAMBARAN UMUM FILM WHERE DO WE GO NOW

A. Sinopsis Film Where Do We Go Now ................................... 34

B. Profil Sutradara Film Where Do We Go Now ....................... 36

C. Tim Produksi Film Where Do We Go Now? ......................... 37

D. Deskripsi Karakter Tokoh dalam Film Where do We Go

Now ....................................................................................... 38

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Film ....................................................................... 44

B. Penyajian Data Penelitian ..................................................... 45

1. Makna Denotasi Fillm tentang Dialog Antaragama........ 53

2. Makna Konotasi Fillm tentang Dialog Antaragama ....... 74

3. Makna Denotasi Fillm tentang Peran Perempuan ........... 104

4. Makna Konotasi Fillm tentang Peran Perempuan ........... 119

C. Interpretasi Analisis Data ..................................................... 137

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 144

B. Saran ...................................................................................... 152

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 154

LAMPIRAN

Page 12: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia

sebagai makhluk sosial yang pasti memerlukan manusia lain dalam

keberlangsungan hidupnya. Pengertian tentang komunikasi sendiri telah

benyak dikemukakan oleh banyak ahli. Secara sederhana, komunikasi bisa

dimengerti sebagai proses pengiriman pesan dari komunikan kepada

komunikator. Maka David K. Berlo (1960) menyebutkan proses komunikasi

membutuhkan beberapa aspek yakni sourch, massage, chenel, dan reciver.1

Maka aspek penting dalam proses komunikasi yakni sumber atau pengirim

pesan, pesan, saluran, dan penerima pesan, sedangkan yang menjadi titik

pijaknya adalah pesan itu sendiri. Selain proses pengiriman pesan seperti yang

telah dikemukakan, komunikasi juga diartikan sebagai proses sosial dimana

individu – individu menggunakan simbol – simbol untuk menciptkan dan

mengiterpretasikan makna dalam lingkungan mereka2. Dari pengertian ini

maka dapat kita ketahui bahwa dalam proses komunikasi, yang terpenting

bukan hanya ketika seseorang menyampaikan pesan kepada seorang lain

secara langsung. Di samping itu, simbol – simbol dan interpretasi juga

merupakan hal terpenting dari proses komunikasi. Boleh jadi manusia tidak

secara langsung dan sengaja menyampaikan pesan verbalnya kepada

1Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),

h. 22 - 28 2Richard West dan Lyn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi.

(Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 5

Page 13: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

2

seseorang agar dapat berkomunikasi, namun ketika komunikan menggunakan

sebuah simbol seperti mengerutkan dahi kemudian seseorang menangkap

simbol itu dan menginterpretasikannya sebagai tanda ketidaksukaan si

pengirim pesan, maka itu juga bisa disebut sebagai proses komunikasi.

Proses komunikasi kadang menyebabkan permusuhan sehingga

muncul konflik, akan tetapi komunikasi juga bisa digunakan untuk

membangun proses bina-damai. Komunikasi tersebut menurut Marshall

Roserberg (1960) disebut sebagai nonviolent communication (Komunikasi

nirkekerasan).3 Tujuan daripada komunikasi nirkekerasan adalah untuk

membuat hubungan manusia yang memberdayakan kasih memberi dan

menerimadan membuat struktur pemerintahan/kehidupan dan korporasi yang

mendukung penuh kasih memberi dan menerima.

Komunikasi nirkekerasan tidak berisi sesuatu yang baru. Hal ini

berdasarkan pada cerita utama dari antikekerasan yaitu keadaan alami penuh

belas kasih ketika tidak ada kekerasan hadir dalam hati. Komunikasi

nirkekerasan mengingatkan kita apa yang secara naluriah telah kita ketahui

tentang seberapa menyenangkan rasanya terhubung dengan manusia lain.

Dengan komunikasi nirkekerasan kita belajar untuk mendengar kebutuhan

terdalam diri kita sendiri dan juga orang lain. Melalui pendalaman pada

mendengarkan dengan baik untuk diri kita serta orang lain. Komunikasi

nirkekerasan membantu kita menemukan kedalaman belas kasih kita sendiri.

Bahasa ini mengungkapkan kesadaran bahwa semua manusia hanya berusaha

untuk menghormati nilai-nilai universal dan kebutuhan, setiap menit, setiap

hari.

3 Rosenberg, Marshall , Nonviolent Communication: A Language of Life. (Encinitas:

Puddledancer Press, 2003), h.7-8

Page 14: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

3

Komunikasi nirkekerasan dapat dilihat baik sebagai praktek spiritual

yang membantu kita melihat kemanusiaan kita, menggunakan kekuatan kita

dengan cara yang menghormati kebutuhan semua orang, dan keterampilan

kongkret yang membantu kita menciptakan kehidupan melayani keluarga dan

masyarakat. Komunikasi nirkekerasan adalah komunikasi untuk menciptakan

suasana perdamaian satu sama lain.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu unsur

terpenting dalam proses komunikasi adalah channel atau saluran. Melalui apa

kita menyampaikan pesan atau menyimbolkan sesuatu kepada seseorang,

adalah juga merupakan suatu penentu dalam proses komunikasi. Film

merupakan salah satunya, saluran yang bisa dipakai dalam proses komunikasi.

Manurut UU No. 23 Tahun 2009 tentang perfilman, pasal 1 menyebutkan

bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan

media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi

dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.4 Maka film merupakan

salah satu media penyampaian pesan secara tidak langsung kepada

komunikannya. Disebutkan dalam definisi bahwa film merupakan media

komunikasi massa dengan menggunakan teknologi modern. Seperti juga apa

yang dikemukakan oleh Oey Hong Lee bahwa film sebagai alat komunikasi

massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa pertumbuhannya pada

akhir abad ke- 19, dengan perkataan lain pada waktu unsur – unsur yang

merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap.5Dengan demikian

maka dapat kita ketahui bahwa dari awal permulaannya film telah bebas dari

hal – hal yang merintangi media komunikasi massa sebelumnya, sehingga

4 Teguh Trianto, Film Sebagai Media Belajar ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 1

5 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 126

Page 15: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

4

otomatis film menjadi alat komunikasi yang efektif. Dengan teknologi yang

digunakan daya jangkau film mampu merambah kepada masyarakat luas

secara bersamaan, sehingga film merupakan media komunikasi yang efektif.

Selain itu Onong Uchjana Effendi dalam Kamus Komunikasinya

menyebutkan bahwa film adalah media yang bersifat visual atau audio visual

untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di

suatu tempat.6Selain itu kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak

segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk

memengaruhi khalayak.7Dengan demikian, maka dapat kita mengerti

keefektifitasan film dalam menyampaikan pesan kepada komunikannya.

Menggunakan kekuatan gambar maupun suara, yang dapat disiarkan kepada

banyak orang dengan waktu yang bersamaan. Maka simbol – simbol yang

tertuang dalam gambar mapupun suara dalam film dapat dengan mudah

diinterpretasikan oleh penontonnya sebagai pesan.

Karena keefektifitasannya, tidak mengherankan jika sampai saat ini

banyak sekali para sineas membuat film dan menggunakannya sebagai alat

komunikasi, menyampaikan pesan yang ingin disampaikan lewat sebuah film.

Seperti film dengan judul Where Do We Go Now karya sutradara Nadine

Labaki yang dirilis tahun 2012. Mengambil latar di Lebanon dan

memenangkan penghargaan pada tahun 2011 pada Toronto International Film

Festival8, film ini menceritakan tentang satu desa bernama Lebanese yang

tengah berada dalam desakan konflik antar agama yang melanda Lebanon.

Desa Labanes merupakan desa terpencil di Lebanon yang didalamnya hidup

6 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989),

h. 134 7 Ibid, Alex Sobur, h. 127

8http://www.tribute.ca/movies/where-do-we-go-now/28479/

Page 16: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

5

bermacam agama dengan damai. Namun, desa ini mengalami tekanan dari luar

yang dapat memicu terjadinya konflik antar agama. Mulai dari informasi yang

masuk ke dalam desa melalui media massa mengenai konflik agama yang

terjadi di Lebanon sampai terbunuhnya sanak saudara mereka akibat konflik

tersebut. Ditengah semakin tersulutnya ego kaum pria untuk saling

menyalahkan dan berperang antar agama, sebaliknya kaum perempuan di desa

Labanes justru semakin bersatu untuk memadamkan api permusuhan di sana.

Berbagai macam cara dipikirkan dan dilakukan oleh para perempuan desa,

agar desa yang mereka cintai tetap hidup damai walaupun dengan perbedaan

agama di dalamnya. Film ini penting dan sangat menarik untuk diteliti karena

film ini mengandung dua pesan penting, setidaknya menurut penulis yaitu:

1. Mengandung dialog antaragama sebagai upaya membangun perdamaian

dimana perdamaian menjadi tujuan dari kehidupan bermasyarakat yang

hidup dalam keragaman

2. Peran perempuan sangat kental dalam membangun upaya perdamaian.

Perempuan yang acapkali didomestikasi, dalam film ini perempuan

muncul sebagai aktor utama dalam membangun perdamaian menggunakan

cara-cara nirkekerasan

Film ini sangat sarat makna dan menarik untuk diteliti. Bagaimana

kaum perempuan yang masih banyak dipandang sebagai makhluk tidak

berdaya dan tidak rasional, mampu berpikir jernih dan berani mengambil

resiko demi suatu capaian penting yakni perdamaian. Bagaimana kaum

perempuan yang masih banyak diposisikan dalam tugas domestik mampu

keluar dari zona yang dikonstruksikan untuknya dan mengambil peran besar

dalam masyarakat dengan usaha menciptakan perdamaian. Serta bagaimana

Page 17: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

6

para kaum perempuan mampu mencegah konflik dengan menggunakan

komunikasi nir kekerasan. Dan apakah semua hal tersebut merupakan pesan

dakwah yang ingin disampaikan melalui film ini..

Maka, dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pada film tersebut, dengan mengambil judul “Dialog Antaragama

dan Peran Perempuan : Analisis Semiotika Pesan Film WHERE DO WE

GO NOW’

B. Batasan Dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada simbol–simbol dan

dialog yang menunjukkan tentang pesan–pesan dialog antaragama dan

peran perempuan dalam film „Where Do We Go Now?‟

2. Rumusan Masalah

a. Bagaiman makna denotasi dan konotasi pesan dialog antaragama film

„Where Do We Go Now?‟

b. Bagaimana makna denotasi dan konotasi pesan peran perempuan film

„Where Do We Go Now?‟

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Agar pembaca dapat memahami makna denotasi dan konotasi pesan

film Where Do We Go Now mengenai dialog antaragama melalui

makna denotasi dan konotasi.

Page 18: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

7

b. Agar pembaca dapat makna denotasi dan konotasi memahami pesan

film Where Do We Go Now mengenai peran perempuan melalui

makna denotasi dan konotasi

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya kajian

mengenai dialog antaragama dan peran perempuan melalui analisis

semiotika di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

a. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman

kepada masyarakat tentang pesan–pesan dialog antaragama dan peran

perempuan membangun perdamaian yang ingin disampaikan dalam

film Where Do We Go Now. Dan dapat memperkaya khasanah dakwah

Islam dengan menggunakan media film.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian Semiotika Roland Barthes

Metodologi adalah proses, prinsip dari prosedur yang digunakan

untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain

metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik

penelitian.9Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian

deskriptif kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang

9Deddy Mulyana. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan

Ilmu Sosial Lainnya. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006) cet, ke-5, hal.145

Page 19: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

8

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan buku-buku,

laporan penelitian akan bersifat kutipan-kutipan atau memberi gambaran

penyajian laporan tersebut. Data tersebut berdasarkan dari naskah

wawancara, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.10

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika Roland

Barthes. Semiotik adalah ilmu tentang tanda – tanda. Semiotik

mempelajari sistem – sistem, aturan – aturan, konvensi – konvensi yang

memungkinkan tanda – tanda tersebut mempunyai arti. Tokoh – tokoh

penting dalam bidang semiotik adalah Ferdinand de Saussure seorang ahli

linguistik dari Swiss, dan Charles Sanders Peirce seorang ahli filsafat dan

logika Amerika.11

Keduanya tidak bertemu sama sekali, sehingga kendati

keduanya memiliki kemiripan gagasan, penerapan konsep – konsep dari

masing – masing keduanya, namun seringkali mereka mempunyai

perbedaan. Barangkali keduanya berangkat dari tradisi yang berbeda,

Pierce adalah guru besar filsafat dan logika, sementara Saussure adalah

seorang ahli linguistik.12

Semiotik menurut pemikiran Peirce dibedakan menajdi tiga yakni

lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index). Lambang adalah

adalah tanda yang dibentuk karena adanya konsensus dari pengguna tanda.

Ikon adalah dimana hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan

10

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000), cet. Ke 11, h.3 11

Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006), cet. 3, h. 264 12

Aart Van Zoest, Interpretasi dan Semiotika, (Terj.) oleh Okke K.S Zaimar dan Ida

Sundari Husein dalam Panuti dan Aart Van Zoest, (Ed) Serba Serbi Semiotika, (Jakarta:

Gramedia, 1991), h.1.

Page 20: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

9

kemiripan. Dan indeks adalah suatu tanda yang mempunyai bubungan

langsung (kausalitas) dengan objeknya.

Semiotik menurut pemikiran Ferdinand Saussure, tanda terdiri dari

signifier yakni bunyi – bunyi dan gambar serta signified yakni konsep –

konsep dari bunyi dan gambar. Dalam memeahami tanda, Saussure

menjelaskan apa yang dimaksud kode yakni sistem pengirganisasian tanda.

Dalam semiotik kode dipakai untuk merujuk pada struktur prilaku

manusia. Budaya dapat kita lihat sebagai kumpulan kode. Jika kode sudah

diketahui maka makna akan bisa dimengerti. Saussure merumuskan dua

cara pengorganisasian tanda ke dalam kode, yaitu pragmatig dan

syntagmatic.

Selanjutnya adalah model semiotik Roland Barthes, yang

merupakan penerus dari pemikiran Saussure. Jika Saussure tertarik pada

cara kompleks pembentukkan kalimat dan cara bentuk – bentuk kalimat

menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat

yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda situasinya. Maka

semiotik Roland Barthes menekankan pada interaksi teks dengan

pengalaman personal kultural penggunanya, interaksi antara konvensi

dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh

penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan istilah“order of

signification”.13

Bagi Roland Barthes, “secara prospektif objek semiologi adalah

semua sistem tanda, entah apapun substansinya, apapun batasannya:

13

Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006), cet. 3, h. 270

Page 21: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

10

gambar, gerak tubuh, bunyi, melodis, benda – benda, dan pelbagai

kompleks yang tersusun oleh substansi yang bisa ditemukan oleh ritus,

protokol, dan tontonan sekurangnya merupakan sistem signifikasi

(pertandaan), kalau bukan merupakan „bahasa‟ (langage).14

Pada mulanya Barthes membatasi medan riset semiologi dengan

menetapkan: medan semiologi berisi “sistem – sistem tanda‟. Bagi

Barthes, sistem itu dicirikan oleh fakta bahwa sistem tersebut memiliki

signifikasi atau beberapa signifikasi; tetapi kita juga mengurusi sistem –

sistem yang didalamnya perkara yang sudah diidentifikasi hanyalah

pelbagai kumpulan yang berisi fakta – fakta signifikasi.15

Two orders of signification (signifikasi dua tahap atau dua tahapan

pertandaan) Berthes terdiri dari first Order of signification yaitu denotasi,

dan second order of signification yaitu konotasi. Tatanan yang pertama

mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang

disebut denotasi.16

Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan

antara tanda dan rujukannya pada realaitas, yang menghasilkan makna

yang eksplisit, langsung dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat

pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang

di dalamnya berpotensi makna yang bersifat implisit dan tersembunyi.

14

Janne Martine, Semiologi: Kajian Teori Tanda Saussuran; Antara Semiologi

Komunikasi dan Semiologi Signifikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), cet. 1, h. 3 15

Janne Martine, Semiologi: Kajian Teori Tanda Saussuran; Antara Semiologi

Komunikasi dan Semiologi Signifikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), cet. 1, h. 5 16

M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Denotasi; Teori dan Aplikasi

(Yogyakarta:Gitanyali, 2004), h. 56

Page 22: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

11

Tabel 1. Peta tanda Roland Barthes

1. Signifier (Penanda) 2. Signified (Petanda)

3. Denotative Sign

(Tanda Denotatif)

4. conotattive Signifer

(Penanda Konotatif)

5. Conotative Signified

(Petanda Konotatif)

6. Conotative Sign

(Tanda Konotatif)

Dari peta tanda Roland Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif

(3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan,

tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal

tersebut merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda “sign”

barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi

mungkin.17

Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki

makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang

melandasi keberadaannya. Secara ringkas denotasi dan konotasi dapat

dijelaskan sebagai berikut:18

a. Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign dan

antara sign dengan referent (objek) dalam relaitas eksternal.

b. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan

perasaan atau emosi pembaca atau pengguna dan nilai – nilai budaya

mereka. Maka, menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka

dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi.

17

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 2, h. 69 18

M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Denotasi; Teori dan Aplikasi

(Yogyakarta:Gitanyali, 2004), h. 57

Page 23: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

12

Denotasi adalah kata yang tidak mengandung makna atau perasaan –

perasaan tambahan, maknanya disebut makna denotatif. Makna denotatif

memeiliki beberapa istilah seperti makna denotasional, refrensial, konseptual,

atau makna ideasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung

makna tambahan, perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu disamping makna

dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna

konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.19

Denotasi dan konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri

sendiri. Sebuah tanda yang kita lihat pasti suatu denotasi. Makna denotasi

adalah apa yang terlihat pada gambar, dengan kata lain gambar dengan

sendirinya memunculkan denotasi. Denotasi dengan sendirinya akan menjadi

konotasi dan untuk selanjutnya konotasi justru menjadi denotasi ketika

konotasi tersebut sudah umum digunakandan dipahami bersama sebagai

makna yang kaku.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah film Where Do We Go Now.

b. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah simbol – simbol dan dialog yang ada

dalam film Where Do We Go Now.20

c. Waktu

Penelitian dilakukan selama tiga bulan yakni dari bulan Maret sampai

dengan bulan Juni 2014.

19

AS. Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik; Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik

(Bandung: SimbiosaRekatama Media, 2006)cet. 1, h. 27 - 28 20

Ibid., hal. 129

Page 24: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

13

d. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi Film „Where Do We Go Now‟

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data

yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

pengamatan dan penginderaan.21

Maka, dalam penelitian ini peneliti

melakukan observasi atau pengamatan secara mendalam dengan

menonton film Where Do We Go Now. Kemudian menangkap dan

memahami simbol – simbol serta dialog dari film ini yang menjadi

penanda yang diteliti.

2) Dokumentasi

Metode pengumpulan data dokumentasi adalah dengan

mengumpulkan data – data penelitian atau informasi yang berbentuk

dokumentasi, yaitu seperti otobiografi, kliping, cerita roman, data yang

tersimpan di web site dan sebagainya.22

E. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran terhadap skripsi-skripsi yang ada pada

beberapa perguruan tinggi penulis menemukan skripsi yang membahas

tentang semiotika sosial, yaitu:

1. Semiotika Mati Syahid dalam film Death in Gaza, yang ditulis oleh

Muhammad Dhiyaa Ulhaq NIM. 108051000111, mahasisa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Menggunakan

teori semiotika Roland Barthes peneliti ingin mengetahui bagaimana sign,

code, elemen, dan convention pada adegan tertembaknya tokoh utama

21

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial, ( Jakarta: Prenada Media Grup, 2009), h. 115 22

Ibid, Burhan Bungin, h. 122

Page 25: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

14

dalam film Death in Gaza. Dari skripsi tersebut terdapat kesamaan dalam

penggunaan teori. Namun ada beberapa perbedaan yakni pada subjek dan

objek penelitian. Karena objek penelitian sebelumnya yakni film Death in

Gaza adalah film dokumenter, sedangkan objek skripsi ini adalah film

Where do We Go Now merupakan fiksi denga genre drama.

2. Analisis semiotika film Balibo Five oleh Rahmat Subekti, NIM:

1060511011937, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan

Konsentrasi Jurnalistik. Penelitian ini menggunakan pisau analisis dari

Roland Barthes dengan menggunakan metode penelitian deskriptif

analisis. Peneliti ingin melihat wacana mengenai konsep tentang

jurnalisme damai dan juga konsep peliputan dalam keadaan konflik.

Memiliki kesamaan dalam teori yakni sama – sama menggunakan

semiotika Roland Barthes, namun memiliki perbedaan dalam objek dan

subjek penelitian.

3. Analisis Semiotika Film Turtles Can Fly oleh Istianah NIM.

105051102014 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam. Dengan menggunakan teori semiotika

Roland Barthes, peneliti ingin mengetahui makna denotasi, konotasi dan

mitos mengenai konsep perang menurut Islam. Walaupun menggunakan

teori yang sama yakni teori semiotika Roland Barthes, namun objek dan

subjek dalam skripsi tersebut berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, untuk mempermudah memahami

skripsi ini, maka terbagi lima bab. Sistematika penulisan skripsi ini

berdasarkan buku panduan Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi

Page 26: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tiap bab terdiri dalam beberapa sub bab.

Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan

dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

metodologi penelitian (pendekatan penelitian, metode

penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek

penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data),

tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori dan Kerangka Konseptual yang menjelaskan

tentang dialog antaragama dan peran perempuan.

BAB III : Bab ini difokuskan pada gambaran umum terhadap judul skripsi

“Dialog Antaragama dan Peran Perempuan dalam Pesan Film

Where Do We Go Now: Analisis Semiotika Roland Barthes”.

BAB IV : Merupakan bagian Analisis terhadap pesan dialog antaragama

dan peran perempuan yang ingin disampaikan dalam film

Where Do We Go Now dengan menggunakan pendekatan

semiotika Roland Barthes yang meliputi makna denotasi, dan

konotasi.

BAB V : Merupakan tahap akhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan

dan saran-saran.

Page 27: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

16

Page 28: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konseptualisasi Komunikasi

1. Komunikasi Nirkekerasan Marshall Rosernberg

Non Violent Communication (komunikasi nirkekerasan) atau

disebut komunikasi nirkekerasan. Term Nirkekerasan dalam bahasa

indonesia dipopulerkan oleh Rizal Pangabean dan Ihsan Ali Fauzi dalam

buku yang diterjemahkannya karya Muhammad Abu-Nimer yaitu

Nirkekerasan dan Bina-damai dalam Islam; Teori dan praktik. Istilah

nirkekerasan memang sangat lekat dengan konteks bina damai dan

biasanya melelui metode komunikasi. Oleh karenanya seorang pakar

komunikasi, Dr. Marshall B. Rossenberg mengembangkan metode

komunikasi nirkekerasan. Dia mendirikan sebuah lembaga pelayanan

pendidikan The Center For Non Violant Communication (Pusat

Komunikasi Tanpa Kekerasan). Pusat Komunikasi Tanpa Kekerasan

adalah sebuah organisasi global yang mendukung pembelajaran dan

berbagi komunikasi nirkekerasan, dan membantu orang damai dan efektif

menyelesaikan konflik dalam pengaturan pribadi, organisasi, dan politik.

Komunikasi nirkekerasan mulai berkembang pada awal tahun 1960

dengan kerangka teori. Komunikasi nirkekerasan adalah penyampaian

pesan dengan mengedepankan tiga mode komunikasi yaitu self emphaty,

receiving emphatically dan expressing honestly.23

23

Rosenberg, Marshall , Nonviolent Communication: A Language of Life. (Encinitas:

Puddledancer Press, 2003), h.8

Page 29: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

18

a. Self-emphaty adalah melibatkan perasaan kasih yang tinggi berhubungan

dengan apa yang terjadi di dalam diri kita. Mungkin saja mencakup hal-hal

seperti, tanpa menyalahkan, memperhatikan pikiran dan

mempertimbangkan perasaan ketika mengalami sesuatu, dan yang paling

kritis adalah, menghubungkan dengan kebutuhan yang mempengaruhi

kita.

b. Receiving emphatically, adalah melibatkan hubungan dengan apa hidup

orang lain dan apa yang akan membuat hidup indah bagi mereka. Ini

bukan pemahaman sendiri di mana kita hanya secara mental memahami

apa yang orang lain katakan. Koneksi empatik pemahaman tentang

perasaan di mana kita melihat keindahan pada orang lain, energi ilahi

dalam orang lain, kehidupan yang masih hidup di dalamnya, itu tidak

berarti kita harus merasakan perasaan yang sama seperti orang lain. itu

simpati, ketika kita merasa sedih bahwa orang lain marah ini tidak berarti

kita memiliki perasaan yang sama. Jika perasaan kita mencoba memahami

orang lain, kita tidak perlu dalam keadaan yang sama. Menerima dengan

empati atau empatik melibatkan, mengosongkan pikiran dan

mendengarkan dengan seluruh keberadaan kita komunikasi nirkekerasan

menunjukkan bahwa bagaimanapun orang lain mengekspresikan diri

mereka, kita fokus pada mendengarkan untuk mendasari pengamatan,

perasaan, kebutuhan, dan permintaan. Disarankan bahwa hal itu dapat

berguna untuk mencerminkan sebuah kiasan dari apa yang orang lain telah

katakan. Menyoroti komponen komunikasi nirkekerasan tersirat dalam

pesan mereka, seperti perasaan dan kebutuhan yang diekspresikan.

Page 30: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

19

c. Expressing honestly adalah kemungkinan akan melibatkan

mengekspresikan pengamatan, perasaan, kebutuhan, dan permintaan.

Mengekspresikan kejujuran atas kebutuhan terhadap sesuatu melalui

komunikasi dapat terlihat. Sebuah observasi dapat dihilangkan jika

konteks percakapan jelas. Perasaan A mungkin dihilangkan jika ada

koneksi yang cukup. Dikatakan bahwa penamaan kebutuhan selain

perasaan membuat kecil kemungkinan bahwa orang akan berpikir anda

membuat mereka bertanggung jawab atas perasaan anda

Komunikasi nirkekerasan didasarkan pada prinsip antikekerasan, yakni

keadaan alami belas kasih ketika tidak ada kekerasan hadir dalam hati.

Komunikasi nirkekerasan mulai dengan asumsi bahwa kita semua penuh kasih

dengan alam dan bahwa strategi kekerasan baik perilaku verbal atau fisik

dipelajari, diajarkan dan didukung oleh budaya yang berlaku. Komunikasi

nirkekerasan juga mengasumsikan bahwa kita semua sama, kebutuhan dasar

manusia, dan bahwa setiap tindakan kita adalah strategi untuk memenuhi satu

atau lebih dari kebutuhan ini. Hal tersebut adalam merupakan asumsi dasar

dari apa yang dimaksud komunikasi nirkekerasan dalam kerangka teori.

Berikut penulis akan menyuguhkan asumsi dasar sebagaimana yang

dikemukan oleh Marshall Rosernbeg, Inbal Kashtan, Miki Kashtan melalui

website yaitu: 24

a. All human beings share the same needs. Bahwa semua manusia adalah

memiliki kebutuhan yang sama.

24

http://www.baynvc.org/assumptions_and_intentions.php diakses pada 5 September

2014, pukul 15.54

Page 31: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

20

b. Our world offers sufficient resources for meeting everyone's basic needs.

Dunia ini banyak memiliki sumber untuk membuat titip poin setiap

kebutuhan dasar manusia

c. All actions are attempts to meet needs. Semua tindakan merupakan upaya

untuk memenuhi kebutuhan.

d. Feelings point to needs being met or unmet. Perasaan menunjukkan

kebutuhan terpenuhi atau tidak terpenuhi.

e. All human beings have the capacity for compassion. Semua manusia

memiliki kemampuan untuk berkasih sayang

f. Human beings enjoy giving. Manusia suka saling memberi.

g. Human beings meet needs through interdependent relationships. Manusia

berkebutuhan untuk saling bergantung satu sama lain.

h. Human beings change. Manusia itu akan berubah

i. The most direct path to peace is through self-connection. Jalan yang paling

langsung untuk sebuah perdamaian adalah melalui self-koneksi

Komunikasi nirkekerasan yang mengedepankan pola komunikasi

empati dan mengedepankan kejujuran dengan asumsi dasar sebagaimana yang

telah dikemukan diatas dianggap mampu untuk mengatasi kemungkinan

terjadinya konflik oleh Marshall Rosernberg. Pola komunikasi ini juga dapat

diterapkan dalam membangun upaya-upaya perdamaian. Pola komunikasi

inilah yang banyak diterapkan oleh banyak pendamping dalam menyelesaikan

konflik atau bahkan mencegah konflik terjadi, seperti komunikasi yang

nampak dalam film Where do We Go Now yang menjadi objek penelitian bagi

peneliti.

Page 32: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

21

B. Teori Feminisme

1. Feminisme

Berbagai analisis tentang ketertindasan perempuan ini telah

menghasilkan teori – teori secara akademis yang dikenal dengan teori

feminisme. Feminisme yang didefinisikan sebagai semua usaha untuk

menghadapi manisfestasi sitem patriarkhal. Seperti dikutip dari Chris

Wedons dalam Feminist Practice and Postructuralist Theory bahwa

sistem patriarkhal adalah mengacu pada hubungan kekuatan di mana

kepentingan perempuan dianggap lebih rendah dari laki – laki, yang

memiliki banyak bentuk mulai dari penggolongan jenis kelamin dan

pemberdayaan dalam organisasi sosial, hingga norma feminitas yang

diinternalisasinkan dalam kehidupan kita, kekuatan patriarkhal bertumpu

pada makna sosial yang berdasar pada jenis kelamin.25

Dalam buku

Filsafat Berprespektif Feminis oleh Gadis Arivia, teori – teori feminisme

dikelompokkan menjadi tiga bagian besar dalam rangka untuk

memudahkan pemetaan teori feminisme, yaitu gelombang pertama

feminisme, gelombang kedua feminisme, dan gelombang ketiga

feminisme.26

a. Gelombang pertama feminisme

Feminisme awal dimulai sejak tahun 1800-an merupakan

representasi gelombang feminisme pertama. Landasan – landasan yang

dipakai pada masa ini adalah feminisme liberal, feminisme radikal, dan

feminisme Marxis / Sosialis.

25

Sarah Gambel, Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme, (Jogjakarta:

Jalasutra, 2010), h. 1 26

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), h. 82 – 154.

Page 33: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

22

Feminisme liberal, Alison Jegar dalam bukunya Feminist Politics

and Human Natur mengemukakan pemikiran kaum liberal bahwa secara

naluriah manusia memiliki kemampuan yang unik yakni rasionalitas.

Rasionalitas di sini didefinisikan dalam berbagai aspek yakni moralitas

dan kebijaksanaan.27

Ketika akal didefinisikan sebagai kemampuan untuk

memahami prinsip – prinsip rasional moralitas maka, ada penekanan atas

otonomi individual di sini. Apabila akal didefinisikan sebagai kemampuan

untuk memilih cara guna mendapatkan hasil yang diinginkan maka di sini

ada nilai pemenuhan diri yang ditegaskan. Sebagai konsekuensinya aliran

liberalisme menekankan individu untuk mempraktikkan otonomi dirinya

yang mengisi serta memenuhi dirinya. “Hak” bagi kaum liberal harus

diprioritaskan. Salah satu tujuan dari feminis liberal adalah adanya

kesempatan yang adil. Marry Wollstonecraft (1759 – 1799) yang dikutip

oleh Zillah Einstein dalam bukunya The Radical Future of Liberal

Feminism, banyak menulis tentang posisi perempuan Eropa abad ke-18

yang sangat tidak menguntungkan dalam bidang ekonomi dan sosial.

Ketika kekuatan kapitalisme industrial mulai memindahkan pekerjaan

produktif dari rumah menuju pabrik, mulai dari situlah perempuan

dirumahkan. Hal ini membentuk mentalitas para perempuan menjadi pasif

karena kehilangan otoritasnya sebagai manusia yang setara dengan laki –

laki. Menurutnya jika laki – laki disiapkan menjadi manusia yang tangguh

dengan pendidikan nilai - nilai keberanian, keadilah, dan ketabahan maka

perempuan juga harus mendapatkan pendidikan yang setara dengan itu.

27

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), h. 89

Page 34: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

23

Karena, perempuan bukanlah seperti yang dikatakan Kant sebagai “alat”

untuk memenuhi kebahagiaan orang lain, namun perempuan adalah “hasil

akhir” itu sendiri seorang agen rasional yang mempunyai kemampuan dan

kehendak diri.28

Pada abad ke – 19 Jhon Stuart Mill dan Harriet Taylor Mill

mengkritisi lebih jauh bukan hanya kesetaraan pendidikan, namun juga

masyarakat harus memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan

dalam hal kebebasan sipil dan kesempatan ekonomi sebagaimana yang

dinikmati oleh laki – laki. Juga perjuangan mereka mengenai hak pilih

yang merupakan jalan keluar bagi perempuan untuk mencapai

kesetaraan.29

Pada abad ke – 20, pemikiran Friedan yang tertulis dalam

bukunya The Second Stage melanjutkan usahanya untuk melindungi

“ruang keluarga” dan “ruang pribadi”,30

mengajurkan perempuan untuk

tidak lagi menjadi superior dengan memadukan dunia kerja dengan

menjadi ibu rumah tangga sekaligus, karena menurutnya ini merupakan

juga bentuk penindasan. Maka seharusnya perempuan dan laki – laki

bekerjasama untuk membangun nilai – nilai sosial, gaya kepemimpinan

dan struktur – struktur institusional yang memungkinkan kedua gender

tersebut meraih kepuasan diri baik di ranah publik maupun di ranah

privat.31

Feminisme radikal, pemikiran utama dari feminis radikal dalah

bahwa dasar dari penindasan atas perempuan adalah terletak pada

28

Ibid h. 89 – 91 29

Ibid h. 92 30

Sarah Gambel, Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme, (Jogjakarta:

Jalasutra, 2010), h. 43 31

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, h.98 - 99

Page 35: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

24

seksualitas dan sistem gender. Penindasan menurut paham ini adalah

berakar dari dominasi atas seksualitas perempuan yang ditemui di ranah

privat. Oleh karena itu, kaum feminis memiliki selogan untuk pergerakan

mereka yakni the personal is political.32

Ini artinya berbagai penindasan

yang terjadi di ruang pribadi merupakan juga penindasan yang

berlangsung di ruang publik. Pekerjaan penting bagi kalangan feminis

radikal adalah memperjuangkan isue – isue kesehatan. Mereka mempunyai

keyakinan bahwa pada dasarnya persoalan kesehatan perempuan di bawah

kontrol laki – laki. Millet mempopulerkan frase “politik seksual” dan

perluasan istilah petriarki”, bagi Millet patriarki adalah institusi politik

yang menjadi sebuah penindasan terinstitusi oleh laki – laki kepada

perempuan dan seks adalah sebuah kategori status dengan implikasi

politik.33

Maka usaha yang sangat penting bagi mereka adalah memberi

keyakinan bahwa tubuh perempuan adalah milik perempuan.

Ketidakpahaman atas pemikiran ini berdampak terjadinya kekerasan

terhadap perempuan. Maka, keputusan yang berkaitan dengan ketubuhan

seperti aborsi, alat kontrasepsi dan sebagainya harus berada dalam kuasa

perempuan.

Menurut seorang feminis bernama Kate Miller dalam bukunya

Sexual Polics, berpendapat bahwa sistem gender/seks merupakan akar dari

penindasan perempuan, maka harus dihancurkan dan membentuk

masyarakat baru di mana perempuan dan laki – laki setara di dalamnya.

Kesetaraan dapat tercapai jika ada pemahaman androgini, yaitu ciri – ciri

32

Ibid., h. 101 33

Sarah Gambel, Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme, (Jogjakarta:

Jalasutra, 2010), h. 43

Page 36: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

25

baik maskulinitas maupun feminitas ditemui di dalam diri kedua kelamin

yang ada yang dapat memberikan kontribusi positif bagi laki – laki dan

perempuan.34

Seperti, kepatuhan yang sering dikatakan ciri feminitas yang

identik dengan perempuan bukanlah sesuatu yang negiatif, kenyataan

bahwa sifat tersebut dimiliki juga oleh laki – laki membuat kita tidak bisa

menyangkal.

Feminisme Marxis dan Sosialis, kedua aliran tersebut memiliki

banyak persamaan. Namun memiliki perbedaan, jika feminisme sosialis

lebih menekankan pada penindasan gender di samping penindasan kelas

sebagai salah satu sebab dari penindasan terhadap perempuan. Sedangkan

menurut feminisme Marxis persoalannya hanya terletak pada masalah

kelas yang menyebabkan perbedaan fungsi dan status perempuan.

Kalangan feminisme Marxis mengajak kita untuk mengerti bahwa

penindasan terhadap perempuan bukan disebabkan oleh kesengajaan

individu atau institusi yang merugikan perempuan. Atas dasar itu mereka

tidak percaya akan konsep hukum dan keputusan yang sensitif gender

seperti yang selama ini diyakini oleh kelompik feminis liberal. Mereka

juga tidak setuju dengan penjelasan mengenai seksualitas seperti apa yang

diyakini oleh feminis radikal. Menurut feminisme Marxis, penindasan

perempuan terjadi melalui produk politik, sosial, dan struktur ekonomi

yang berkaitan erat dengan apa yang disebut sebagai sistem kapitalisme.

Menurut feminisme Marxis perempuan tidak akan setara dan tidak akan

membentuk dirinya sendiri jika masih bergantung dengan laki – laki.

34

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, h. 107

Page 37: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

26

Ketertindasan yang dialami perempuan harus dilihat dari status

kerja dan citra dirinya. Perbedaan kelas yang terjadi disini akhirnya dalah

kelas laki – laki dan perempuan. dimana penindasan kelas yang dialami

oleh perempuan disebabkan karena perempuan bekerja di ranah domestik

yang dianggap noncomoditi sehingga tidak bernilai. Dewasa ini teori

feminisme Marxis sering diterapkan untuk persoalan buruh perempuan

berkaitan dengan gaji yang tidak setara, penuntutan hak cuti, dan

kesempatan yang sama. Teori ini memberikan jalan keluar bagi

penindasan perempuan adalah dengan memiliki ekonomi yang baik.35

b. Gelombang Kedua Feminisme

Teori pada gelombang kedua feminisme adalah teori feminisme

eksistensialis oleh Simone de Beauvoir. Pada feminisme gelombang dua,

titik tekan ada pada perbedaan antara laki – laki dan perempuan.

Perbedaan ini dipandang secara netral, bahwa kualitas yang ada pada

perempuan sama pentingnya dengan kualitas yang ada pada laki – laki.36

c. Gelombang Ketiga Feminisme

Gelombang ketiga feminisme ini sangat dipengaruhi oleh

pandangan postmodernisme, maka lahirlah feminisme postmoderen,

feminisme multikultural dan global, serta ekofeminisme.

Feminisme postmoderen, alienasi yang dialami oleh perempuan

disebabkan oleh cara berpikir, berada, dan berbahasa yang tidak

memungkinkan terjadinya keterbukaan, pluralitas, diversifikasi, dan

perbedaan

35

Ibid., h. 118 36

Ibid., h. 120

Page 38: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

27

Feminisme multikultural dan global, penindasan terhadap

perempuan tidak dapat hanya dijelaskan lewat patriarki, tetapi ada

keterhubungan masalah dengan ras, etnisitas, dan sebagainya. Dalam teori

feminisme global bukan hanya ras dan etnisitas tapi juga hasiol

kolonialisme dan dikotomi “dunia pertama” dan “dunia ketiga”.

Feminisme ekofeminisme, sejalan dengan feminisme

multikulturalisme dan global, ingin memberi pemahaman adanya

keterhubungan antara segala bentuk penindasan manusia dan

nonmanusia(alam). Memperlihatkan keterlibatan perempuan dalam

seluruh ekosistem. Adanya kerangka kerja dominasi maskulin dalam

perusakan lingkungan.37

2. Konseptualisasi Gender

Untuk mengistilahkan kesetaraan laki – laki dan perempuan yang

memiliki definisi operasionalnya tersendiri, para ahli menggunakan istilah

gender.38

Gender, secara etimologis berasal dari kata gender yang berarti jenis

kelamin .39

Namun, gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan

disebabkan oleh perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan

diciptakan baik oleh laki-laki maupun perempuan melalui proses sosial

budaya yang panjang. Perbedaan perilaku antara pria dan perempuan, selain

disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar justru terbnetuk melalu proses

37

Ibid., h. 107 38

Syafiq Hasyim, Bebas Dari Patriarkhisme Islam, (Depok: KataKita, 2010) cet ke- 1, h.

153 – 154. 39

Jhon M. Echol, dan Hasan Shadily, Kamus Besar Inggris-Indonesia, (Jakarta Gramedia

Pustaka Utama, 1996), cet.23a

Page 39: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

28

sosial dan kultural. Oleh karena itu gender dapat berubah dari tempat

ketempat, waktu ke waktu, bahkan antar kelas sosial ekonomi masyarakat40

.

Mufidah dalam Paradigma Gender41

mengungkapkan bahwa

pembentukan gender ditentukan oleh sejumlah faktor yang ikut membentuk,

kemudian disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi melalui sosial

atau kultural, dilanggengkan oleh interpretasi agama dan mitos – mitos

seolah – olah telah menjadi kodrat laki-laki dan perempuan.

Gender merupakan analisis yang digunakan dalam menempatkan

posisi setara antara laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan tatanan

masyarakat sosial yang lebih egaliter. Jadi, gender bisa dikategorikan

sebagai perangkat operasional dalam melakukan measure (pengukuran)

terhadap persoalan laki – laki dan perempuan terutama yang terkait dengan

pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu

sendiri. Gender bukan hanya ditujukan kepada perempuan semata, tetapi

juga kepada laki – laki. Hanya saja, yang dianggap mengalami posisi

termarginalkan sekarang adalah pihak perempuan, maka perempuanlah yang

lebih ditonjolkan dalam pembahasan untuk mengejar kesetaraan gender

yang telah diraih oleh laki – laki beberapa tingkat dalam peran sosial,

terutama di bidang pendidikan karena bidang inilah diharapkan dapat

mendorong perubahan kerangka berpikir, bertindak, dan berperan dalam

berbagai segmen kehidupan sosial.

Kerap kita jumpai ketidaksetaraan gender ini dalam kehidupan,

seperti pembedaan peran publik menjadi urusan laki – laki sedangkan

40

Mansour Faqih, Gender Sebagai Alat Analisis Sosial, Edisi 4 November 1996. 41

Mufidah Ch, Paradigma Gender, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), hlm. 4-6.

Page 40: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

29

perempuan hanya bertempat di domestik saja. Hal ini berdampak banyak

bagi kehidupan perempuan yang akhirnya terpinggirkan. Hak memperoleh

pendidikan bagi perempuan akhirnya tidak lebih prioritas dibandingkan

laki-laki. Dalam bidang pekerjaan, perempuan di Negara ini saja masih

dianggap sebagai pencari nafkah kelas dua, sehingga sangat merugikan bagi

mereka perempuan sebagai tulang punggung keluarga. Bahkan dalam

lingkup masyarakat yang paling kecil saja yakni keluarga, ada semacam

pelanggengan bahwa kepala keluarga adalah laki – laki, sehingga

perempuan bukanlah decision making dalam keluarga yang secara otomatis

pendapat perempuan tidak lebih penting ketimbang laki - laki. Inilah

sebabnya mengapa perempuan masih menempati posisi yang lemah.

C. Tinjauan Tentang Film

1. Pengertian Film

Film adalah karya seni dan budaya yang merupakan media

komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas

sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan

video, dan bahan – bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala

hal bentuk, jenis dan ukuran maupun proses kimiawi elektronik atau

proses lainnya dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan

atau ditayangkan dengan sistem proyeksi, mekanik, elektronik atau

lainnya.42

42

Chaidir Rahman, Festifal Film Indonesia, (Medan: Badan Pelaksana FFI, 1983), H. 8

Page 41: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

30

Film merupakan teknologi hiburan massa yang dimanfaatkan untuk

menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dalam skala luas

disamping pers, radio dan televisi.43

Film dimasukkan dalam kelompok komunikasi massa yang

mengandung aspek hiburan, juga memuat aspek edukatif. Namun, aspek

kontrol sosialnya tidak sekuat pada surat kabar, majalah, serta televisi

yang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta film

ditampilkan secara abstrak dimana tema cerita bertolak dari fenomena

yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan dari itu dalam film cerita dibuat

secara imajinatif.44

Film sama dengan abstrak lainnya, yaitu memiliki sifat – sifat

dasar media lainnya yang terjalin dalam suasana yang beragam. Film

memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu,

mengembangkan mempersingkatnya, menggerakmajukan, dan

memundurkannya secara bebas dalam batasan – batasan wilayah yang

cukup lapang. Meski antara media film dan lainnya terdapat kesamaan –

kesamaan, film adalah sesuatu yang unik yang bergerak secara bebas dan

tetap. Penerjemahannya langsung melalui gambar – gambar visual dan

suara yang nyata dan juga memiliki kesanggupan untuk menangani

berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya. Berkat unsur inilah film

merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati oleh

masyarakat.45

43

Sean Mac Bride, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara

Satu Dunia, (Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco, 1983), h. 120. 44

William L. Rievers-Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat

Modern, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 252. 45

Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat

Perfilman H. Usman Ismail, 1993), h. 6.

Page 42: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

31

Salah satu kelebihan yang dimiliki film, baik yang ditayangkan lewat

tabung televisi maupun layar perak, film mampu menampilkan realitas kedua

(The second reality) dari kehidupan manusia. Kisah – kisah yang ditayangkan

lebih bagus dari kondisi nyata sehari – hari, atau sebaliknya bisa lebih buruk.46

Media perfilman kini telah mampu merebut perhatian masyarakat.

Lebih – lebih setelah berkembangnya teknologi komunikasi massa yang dapat

memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia perfilman. Meskipun masih

banyak bentuk – bentuk media massa lainnya, film memiliki efek eksklusif

bagi para penontonnya. Puluhan bahkan ratusan penelitian berkaitan dengan

efek media massa, mengatakan bahwa betapa kuatnya media film bagi

kehidupan manusia sehingga dapat memengaruhi pikiran, sikap, dan tindakan

penontonnya.47

2. Unsur – unsur Film

Terdapat beberapa unsur dalam film, yaitu:

a. Title/ judul film

b. Crident title (meliputi produser, kru, artis, dan lain – lain).

c. Tema film, sebagai inti cerita yang terdapat dalam sebuah film.

d. Intrik, adalah usaha pemeranan oleh pemain dalam menceritakan adegan

yang telah disiapkan dalam naskah untuk mencapai tujuan yang diinginkan

oleh sutradara.

e. Klimaks, puncak dari inti cerita yang disampaikan. Klimaks bisa

berbentuk konflik, atau benturan antar kepentingan para pemain.

46

William L. Rievers-Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat

Modern, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 199. 47

KH. Miftah Farudh, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi,

(Bandung, : Pusdai Pres, 2000), h. 96.

Page 43: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

32

f. Plot, adalah alur cerita yang didesain atau direkayasa untuk mencapai

tujuan tertentu. Maka itu satu topik yang sama bisa dibuat beberapa plot

sesuai dengan sudut pandang yang diambil dan tujuan yang ingin dicapai.

g. Million/setting, yaitu latar belakang kehadiran sebuah film. Latar belakang

ini bisa berbentuk waktu, tempat, perlengkapan, aksesoris, dan lain

sebagainya.

h. Sinopsis, yaitu ringkasan cerita, biasanya berbentuk naskah.

i. Trailer, yaitu bagian film yang menarik.

j. Karakter, yaitu penokohan para pemain.48

3. Jenis – jenis Film

Film – film yang beredar dan dikenal masyarakat memiliki beberapa

jenis, yaitu:

a. Film roman / drama, adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang

hebat, mengandung konflik, pergolakan, clash atau benturan antara dua

orang atau lebih. Sifat drama: romance, tragedi, komedi.

b. Film misteri/ horor, mengupas terjadinya fenomena mistis yang

menimbulkan rasa heran, takjub, dan takut.

c. Film dokumenter, film yang berisi tentang dokumentasi dari kisah

kehidupan nyata, atau juga berisi tentang dokumentasi dari kehidupan di

luar itu, misalnya tentang kehidupan satwa, dokumentasi perang.

d. Film realisme, film yang mengandung relevansi dengan kehidupan sehari

– hari.

e. Film sejarah, melukiskan kehidupan tokoh tersohor dan peristiwanya.

48

Aep Kusnawan et.al, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press,

2004), h. 101.

Page 44: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

33

f. Film perang, menggambarkan peperangan situasi di dalamnya atau

setelahnya.

g. Film futuristik, menggambarkan masa depan secara khayali.

h. Film anak, mengupas tentang dunia anak.

i. Film kartun, cerita bergambar yang diawali dari media cetak, yang diolah

sebagai cerita bergambar, bukan saja sebagai story board melainkan

gambar yang sanggup bergerak dengan teknik animasi atau single stroke

operation.

j. Film advanture, film pertarungan, tergolong film klasik.

k. Film seks/porno, memiliki cerita utama tentang erotisme.49

49

Aep Kusnawan et.al, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press,

2004), h. 101.

Page 45: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

34

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM WHERE DO WE GO NOW

A. Sinopsis Film

Film dengan latar lokasi Lebanon ini hendak menceritakan sebuah

kisah yang mengandung upaya-upaya pembanguna perdamaian. Disutradarai

oleh seorang aktris perempuan Nadine Labaki. Untuk mengetahui lebih detail,

apa yang menjadi latarbelakang pembuatan film ini, Sinopsis Film Where Do

We Go Now

Film ini berlatar di sebuah desa terpencil di Lebanon, meski tidak

disebutkan dengan gamblang. Ditengah peperangan yang sedang melanda

negeri, diceritakan ada satu desa terpencil yang sangat sulit untuk ditempuh

dan dikepung oleh padang ranjau. Dengan damai, komunitas dua keagamaan

yakni Islam dan Kristen hidup bersaudara di desa tersebut, namun konflik atas

nama agama mudah saja tersulut dengan masuknya informasi perang dari luar

desa. Melihat kemungkinan yang sangat riskan itu, beberapa warga desa yang

digawangi oleh kaum perempuan mempunyai gagasan untuk menghalau

masuknya kemungkinan penyebab konflik dari sisi manapun. Bersama masing

– masing imam agama desa, para perempuan ini berkumpul dan mencari taktik

cerdik agar perang tidak terjadi di desanya.

Film dimulai dengan prosesi iring-iringan perempuan membuat jalan

menuju pemakaman desa. Takla, Amale, Yvonne, Afaf dan Saydeh dan

perempuan – perempuan lainnya dengan tenang dan raut sendu menembus

panasnya mentari, sambil mendekap erat foto laki-laki tercinta yang pergi

karna keganasan perang yang sia-sia. Beberapa dari perempuan berkerudung

Page 46: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

35

atau mengenakan salib kayu, tetapi semua berpakaian hitam dan bersatu

dengan rasa duka bersama. Duka mendalam dan pemahaman yang sama

bahwa perang adalah malapetaka. Ketika mereka tiba di gerbang pemakaman,

prosesi terbagi menjadi dua Islam dan Kristen.50

Para perempuan berkumpul secara teratur di kafe untuk menyusun

strategi menjaga orang-orang dari peperangan. Sedangkan imam keagamaan

masing – masing menjaga perdamaian di rumah ibadahnya masing – masing,

dengan menjaga jamaahnya dari provokasi – provokasi apapun. Ketika

pengacau mengirim kambing ke masjid dan air suci di gereja diganti dengan

darah ayam, praktis menyulut terjadinya pertikaian.

Tindakan pertama perempuan adalah untuk menonaktifkan desa dari

sumber informasi melalui televisi yang baru diperbaiki, maupun dari surat

kabar. Yvonne yakni istri dari kepala desa, pada suatu malam berdoa kepada

patung Bunda Maria, dan berpura – pura menjadi wanita suci untuk

menyampaikan wahyu Ilahi kepada orang-orang bahwa perdamaian harus

dijaga. kemudian di tengah malam beberapa wanita menggali tanah tempat

disimpannya senjata perang, untuk dipindahkan dan disembunyikan agar para

kaum pria tidak menemukannya.

Dalam ancaman yang paling serius terhadap perdamaian, Roukoz

tewas dalam baku tembak saat mengendarai sepeda motornya di luar desa. Ibu

dan Saudaranya memilih untuk tidak memberitahu warga desa, karena pasti

akan menggunakan insiden itu sebagai alasan untuk perang. Akhirnya jasad

Roukoz diam-diam dimasukannya ke dalam sumur dan menyebarkan berita

bahwa ia memiliki gondok dan terlalu sakit untuk menerima pengunjung.

50

http://www.festival-cannes.fr/assets/Image/Direct/040899.pdf

Page 47: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

36

Dalam skema yang paling rumit karena peperangan sudah di ujung tanduk.

Akhirnya para perempuan berusaha mengalihkan perhatian orang-orang

dengan mengimpor sekelompok penari Lebanon.51

B. Profil Sutradara Film Where Do We Go Now

Nadine Labaki Lahir di Beirut, Lebanon pada 18 Februari 1974. Lulus

sarjana mudanya di Beirut pada tahun 1993. Dia memperoleh gelar sarjana

dalam studi audiovisual di Saint Joseph Universitas di Beirut (IESAV),

menyutradarai film kelulusannya dengan judul “11 Rue Pasteur”, pada tahun

1997 dan berhasil memenangkan Film Pendek Terbaik Award Biennale of

Cinema Arab di Institut du Monde Arabe (Paris) dalam 1998. Dia kemudian

merambah ke dunia iklan dan banyak video musik untuk penyanyi Timur

Tengah, yang juga memenangkan beberapa penghargaan di tahun 2002 dan

2003. Pada tahun 2004, ia mengambil bagian dalam Festival de Cannes

Residence dan menyelesaikan menulis CARAMEL, fitur film pertamanya

yang dirilis pada tahun 2006. Caramel diputar di Fortnight Direksi di Cannes

pada tahun 2007 dan ini sukses secara komersil di Perancis pada musim panas

tahun itu. Film terjual di seluruh dunia. Kemudian Where Do We Go Now?

merupakan film keduanya52

, disusul dengan film ketiganya “Rock the Casbah”

pada 2013. Nadine Labaki menikah dengan Khaled Mouzannar pada Oktober

2007.53

51

http://www.nytimes.com/2012/05/11/movies/where-do-we-go-now-from-nadine-

labaki.html?_r=0 52

http://www.festival-cannes.fr/assets/Image/Direct/040899.pdf 53

http://www.nytimes.com/2012/05/11/movies/where-do-we-go-now-from-nadine-

labaki.html?_r=0

Page 48: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

37

C. Tim Produksi Film Where Do We Go Now?

Director : Nadine Labaki

Producer : Anne-Dominique Toussaint

Screenplay : Nadine Labaki, Jihad Hojeily, Rodney Al Haddad

With the collaboration of Thomas Bidegain

Music : Khaled Mouzanar

Cinematographer : Christophe Offenstein

Editor : Véronique Lange

Set design : Cynthia Zahar

Costumes : Caroline Labaki

Sound : Michel Casang, Gwennolé Le Borgne, Dominique

Gaborieau

First assistant director : Thierry Guérinel

Production manager : Pascal Bonnet

Executive producers : Lebanon Lara Chekerdjian , Abla Khoury (Ginger

Beirut Productions)

Coproducers : Romain Le Grand , Hesham Abdelkhalek, Tarak

Ben Ammar

Coproduction : France-Liban-Italie-Egypte, Les Films des

Tournelles, Pathé, Les Films de Beyrouth, United

Artistic Group, Chaocorp, France 2 Cinéma, Prima

TVWith the participation of Canal +, Cinécinéma,

France Télévisions, With the support of Ministry of

Culture, Lebanon, Fonds Francophone, Production

Page 49: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

38

Audiovisuelle du Sud In association with The Doha

Film Institute

Distribution : Middle East United Artistic Group 28 International

sales Pathé International54

D. Deskripsi Karakter Tokoh dalam Film Where do We Go Now

1. Amale : Nadine Labaki

Merupakan salah satu tokoh utama dalam film ini, memainkan

peran sebagai perempuan kristen dengan status janda beranak satu. Diam –

diam memiliki perasaan kepada seorang pemuda muslim. Namun,

perasaannya hanya bisa mengembara di pikiran dan angannya. Amale,

memiliki sebuah kafe yang sering digunakan sebagai tempat para

perempuan untuk menyusun strategi mencegah peperangan di desa

tersebut.

2. Takla : Claude Baz Moussawbaa

Merupakan ibu dari Nassim dan Issam, dan memiliki toko

penyedia kebutuhan sehari – hari. Takla adalah perempuan janda yang

tegar, dan berpendirian teguh. Dia berusaha keras mengorbankan

perasaannya agar konflik tidak terjadi. Ketika Nassim wafat, dia lebih

memilih untuk tidak memberitahukan kepada warga desa, agar tidak

memicu pecahnya konflik.

3. Afaf : Layla Hakim

Ibu dari Hammoudi dan Issam dan mereka merupakan keluarga

muslim. Afaf adalah ibu yang tegas dan tidak memanjakan anak – anaknya

54

http://www.festival-cannes.fr/assets/Image/Direct/040899.pdf

Page 50: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

39

atas kesalahan yang diperbuat mereka. Juga saling membantu untuk

menjaga kedamaian desa bersama teman – teman lainnya.

4. Yvonne : Yvonne Maalouf

Seorang kristiani yang adalah istri dari kelapa desa, yang juga

bersama teman – teman perempuan yang lainnya berusaha mencegah

terjadinya konflik agama di desa tersebut. Ny. Yvonne memiliki andil

besar dalam usaha – usaha pencegahan konflik, yakni pernah berpura –

pura menjadi wanita suci yang bisa berinteraksi dengan Bunda Maria, dan

mengatakan pesan perdamaian kepada warga desa.

5. Ssaydeh : Antoinette Noufaily

Merupakan salah satu anggota dari kelompok perempuan desa

yang bersama – sama ikut berperan dalam pencegahan konflik agama di

desa. Salah satu perannya adalah ikut bersama Ny. Afaf, Nassim, dan

Roukoz ke kota untuk mengundang para penari dari Lebanon.

6. Rabih : Julien Farhat

Pemuda muslim yang bekerja mendekorasi rumah Ny. Amale.

Memiliki perasaan terpendam kepada Ny. Amale, namun juga tidak bisa

mengungkapkannya. Rabih adalah pemuda yang keras kepala, dan

merupakan penggerak kelompok pria muslim termasuk andilnya dalam

meletusnya konflik.

7. Roukoz : Ali Haidar

Merupakan keponakan Ny. Takla dan bersama dengan sepupunya

yakni Roukoz, selalu membantu bibiknya dalam menjalankan usahanya di

desa. Nassim sangat menyayangi sepupunya, selalu bersama – sama

Page 51: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

40

menjalankan misi mereka berdua, walaupun harus mengahdapi resiko.

Roukoz adalah pemuda yang memiliki tujuan, sangat bersemangat, dan

berprinsip.

8. Nassim : Kevin Abboud

Merupakan anak dari Ny. Takla, memiliki tugas membantu ibunya

yang memiliki toko yang menyediakan kebutuhan sehari – hari. Setiap

subuh Roukoz dan sepupunya Nassim pergi ke kota untuk mendapatkan

barang – barang yang akan kembali dijualnya di desa dengan melewati

jalur berbahaya karena kerap terjadi perang dan dipenuhi ranjau.

9. Rita : Petra Saghbin

Merupakan keponakan dari Ny. Takla yang tinggal bersama

Nassim dan Ibunya di rumah. Juga memiliki tugas membantu bibiknya

menjalankan usaha tokonya.

10. Hammoudi : Mostafa AL Sakka

Putra dari Ny. Afaf, seorang pemuda desa yang jahil, keras kepala,

sehingga kerap memicu masalah dengan teman sebayanya.

11. Issam : Sasseen Kawzally

Merupakan salah satu putra Ny. Afaf dan saudara dari Hammoudi.

12. Aida : Caroline Labaki

Istri dari Issam dan anak menantu dari Ny. Takla. Aida juga ikut

membantu para perempuan desa dalam usaha menjaga kedamaian desa

tersebut.

13. Fatmeh: Anjo Rihane

Merupkakan seorang muslimah, istri dari Abou Ahmad. Adalah

seorang istri yang tegas dan tidak segan menegur suaminya yang

Page 52: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

41

melakukan kekeliruan. Fatmeh, juga merupakan salah satu perempuan

desa yang mengusahakan terpeliharanya kedamaian di desa tersebut.

14. Abou Ahmad : Mohammad Akil

Sorang muslim, suami dari Fatmeh. Abou Ahmad adalah seorang

yang mudah tersulut emosinya, dan mudah terprovokasi.

15. Mayor Khalil : Bou Khalil

Seorang kristiani suami dari Ny. Yvonne. Mayor adalah kepala

desa yang memiliki harapan agar desanya tetap terpelihara kedamaian,

dan dua kelompok agama yakni Islam dan Kristen dapat hidup rukun

seperti sebelumnya.

16. Boutros : Fouad Yammine

Adalah pemuda kristiani, yang emosional dan mudah

terprovokasi.

17. Sassine : Mounzer Baalbaki

Merupakan ajudan dari sang mayor, seorang yang hanya

menunggu perintah dan seakan tidak perduli terhadap kejadian yang

terjadi di sekitar.

18. Abou Ali : Sami Khorjieh

Seorang pria berusia lanjut yang dengan berani memasuki

kawasan ranjau demi mengambil kambingnya yang mati terkena ranjau,

dan direlakan untuk menjadi suguhan dalam acara perdana nonton TV

bersama warga desa.

19. Istri Boutros : Cendrella Yammine

Merupakan salah seorang dari perempuan desa yang bersama –

sama berusaha untuk mencegah terjadinya konflik di desa tersebut.

Page 53: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

42

20. Youssef : Georges Khoury

Merupakan seorang pemuda kristiani yang mudah terprovokasi

untuk ikut berperang dengan saudara muslimnya.

21. Katia : Oxana Chihane

22. Svetlana : Anneta Bousaleh

23. Anna : Olga Yerofyeyeva

24. Tatiana : Yulia Maroun

25. Olga : Oksana Beloglazova

26. Gisele : Gisèle Smeden

Katia, Svetlana, Anna, Tatiana, Gisele dan Olga merupakan para

penari baik hati yang disewa oleh para perempuan desa dalam rangka

mengalihkan perhatian agar tidak meletus peperangan di desa tersebut.

27. Bus driver : Adel Karam

Adalah seorang pria, yang menajdi supir para penari dari Lebanon

yang mengantarkan mereka menuju desa. Adalah seorang yang banyak

bicara, namun tidak konsisten dan pengecut.

28. Priest : Samir Awad

Pendeta gereja, dan pemuka agma Kristen di desa. Beliau tidak

menginginkan terjadinya konflik antar agam, karena berkeyakinan hal itu

merupakan tindakan dosa. Maka, dengan memberikan khutbah dan

meyakinkan jemaatnya agar tidak terprovokasi serta bersama Kiyai ikut

membantu para perempuan dalam usahanya pencegahan konflik di desa

tersebut.

Page 54: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

43

29. Cheikh : Ziad Abou Absi

Imam masjid dan pemuka agama Islam di desa tersebut. Sang

Imam tidak menginginkan terjadinya perang karena beliau sadar

peperangan atas nama agama adalah menyalahi Wahyu Allah SWT.

Maka, caranya adalah dengan memberikan ceramah dan wejangan

kepada jamaahnya, serta dengan membantu kaum perempuan mencegah

konflik di desa tersebut.55

55

http://www.festival-cannes.fr/assets/Image/Direct/040899.pdf

Page 55: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

44

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Film

Deskripsi film ini diambil dari hasil telaah penulis dalam hasil

wawancara dengan Nadine Labaki dalam sebuah situs internet.56

Cerita ini berlatar tempat di sebuah desa di pegunungan terpencil, di

mana perempuan Muslim dan Kristen hidup bersama, menggunakan berbagai

cara dan berkorban untuk menghentikan para laki-laki dari membunuh satu

sama lain. Hal semacam itu, kedengarannya seperti sebuah drama yang serius,

padahal sebenarnya ada banyak momen lucu. Sungguh ironis, bertahan dari

kemalangan dan menemukan strategi bertahan hidup, adalah cara menemukan

kekuatan untuk bangkit kembali. Dalam suatu kasus, bagi saya itu penting.

Saya ingin film ini menjadi sebuah drama komedi, sehingga akan

menimbulkan banyak tawa dalam emosi.

Perang antara dua agama adalah hal yang sudah biasa kita temui.

Perbedaan yang terjadi antara Sunni dan Syiah, antara kulit hitam dan putih,

antara dua partai, dua klan, dua bersaudara, dua keluarga atau dua desa.

Pengejewantahan dari setiap perang sipil adalah dimana orang di suatu negara

yang sama membunuh satu sama lain, ketika mereka bertetangga dan bahkan

berteman. Hal ini menjadi latar dari pembuatan film bertema pembangunan

perdamaian ini.

56

http://www.festival-cannes.fr/assets/Image/Direct/040899.pdf

Page 56: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

45

Namun demikian film ini bukan cerita tentang perang, sebaliknya, ini

tentang bagaimana untuk menghindari perang. Setiap individu yang hidup di

Lebanon tidak akan bisa hidup dengan tenang tanpa ancaman perang yang

kapan pun bisa terjadi. Oleh karenanya, film ini ingin menampilkan

bagiamana menghadapi dan mencegah perang yang terjadi.

Where Do We Go Now adalah film kedua Nadine Labaki setelah

Caramel, sebuah film bertema perempuan yang juga terbilang sukses. Dalam

film ini sang sutradara sangat menyukai realitas nyata, menempatkan orang-

orang nyata dalam situasi nyata dan membiarkan mereka menciptakan realitas

mereka sendiri adalah jawaban dari mengapa aktor-aktor yang dipilih dalam

film ini adalah aktor non-profesional.

Film ini dibuat di tiga desa yang berbeda: Taybeh, Douma dan

Mechmech. Yang pertama, terletak di Lembah Bekaa, benar-benar sebuah

desa Kristen dan Muslim di mana masjid di samping gereja, seperti dalam

cerita. Sutradara ingin latar tempat sedapat mungkin dekat dengan realitas.

Sebuah desa yang menghabiskan waktu dalam kemiskinan dan terisolir

setelah mengalami perang, dan terputus dari dunia luar, tanpa televisi atau

telepon yang terhubung ke seluruh negara dengan jembatan yang dipenuhi

ranjau dan hancur oleh tembakan. Bersama Cynthia Zahar, ia mengerjakan

banyak material, tekstur dinding, kayu, kain. Nadine juga dibantu oleh

suaminya dalam membuat aransment musik dalam film ini.

B. Penyajian Temuan Data Penelitian

Nadine Labaki menyuguhkan sebuah film yang sarat akan makna.

Where Do We Go Now menjadi judul film garapannya tersebut. Makna –

Page 57: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

46

makna yang terkandung berisi pesa – pesan dialog antaragama di tengah –

tengah kondisi desa yang terisolir akbiat perang antaragama di negara

Lebanon. Dialog antaragama yang dilakukan menggunakan nonviolent

communication (komunikasi nirkekerasan) sebagaimana Marshall Rosenberg

mengungkapkan bahwa komunikasi nirkekerasan efektif untuk menjadi alat

resolusi konflik. Dalam melakukan resolusi konflik agar konflik tidak pecah,

Nadine Labaki ingin menunjukkan bahwa peran perempuan amat penting dan

besar. Hal itulah yang menjadi data penelitian ini adalah menguji teori

komunikasi nirkekerasan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes

yaitu tanda denotatif dan konotatif.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Observasi pada film Where Do We Go Now dan dokumentasi yaitu

data – data yang diperoleh dari artikel – artikel juga catatan transkip, studi

kepustakaan seperti skripsi terdahulu juga jurnal ilmiah. Peneliti tidak

melakukan wawancara dengan pihak terkait, karena dalam semiotika

dokumen berupa hasil karya film lah yang dianalisis secara mendalam

menggunakan penafsiran dari peneliti dengan teknik analisis semiotika

Roland Barthes.

Untuk penelitian ini tidak semua shot akan diteliti, namun hanya shot

– shot tertentu yang dianggap peneliti berisi tanda – tanda dialog antaragama

dan pesan perempuan agar penelitian lebih fokus pada masalah yang ada, baik

audio ( dialog, sound effect, dan suara pendukung lainnya), visual (sudut/tata

letak kamera dalam pengambilan gambar), dan setting (waktu dan tempat).

Untuk mempermudah proses analisis dalam penelitian, dibuatlah tabel

sebagai berikut :

Page 58: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

47

Tabel B.1

Contoh Tabel Analisis

Setting Visual Audio

1. Setting: waktu dan tempat

2. Visual: ide/gagasan yang dituangkan dalam rangkaian kata – kata menjadi

bentuk gambar atau bahan yang bersifat visual.

3. Audio: dialog, Sound effect, dan suara pendukung lainnya.

Peneliti akan menganalisis film melalui setting film, gambaran visual,

dialog serta suara pendukung lainnya. Untuk mempermudah penelitian ini,

peneliti memperoleh 10 Scene petanda dialog antaragama dan 10 Scene

petanda peran perempuan dari pesan film Where do We Go Now yang dapat

diteliti secara semiotika menggunakan pemaknaan denotasi dan sesuai dengan

semiotika Roland Barthes.

Penetapan Scene – Scene ini dilakukan berdasarkan content yang berisi

tanda – tanda terhadap kegiatan yang mengandung unsur komunikasi

nirkekerasan dengan tujuan dialog antaragama serta peran perempuan, agar

kajian penelitian lebih fokus. Adapun Scene-Scene tersebut adalah sebagai

berikut :

Tabel B.2 Tabel Data Penelitian Petanda Dialog Antaragama

No Scene Keterangan

1. Scene a

Prolog film Where do We Go Now

Page 59: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

48

2. Scene b

Gotong royong pemuda

antaragama

3. Scene c

Saat kepala desa berpidato bahwa

Pendeta dan Kiai sangat tinggi

peranannya dalam membangun

perdamaian di desa

4. Scene d

Saat percakapan tentang mana

yang lebih baik antara Islam dan

Kristen, Yvone menenangkan

perdebatan tersebut dengan

menunjuk ke arah Sassine yang

bercakap – cakap dengan seorang

lansia.

5. Scene e

Saat Pendeta menenangkan

jemaatnya yang tengah emosional

akibat kesalahfahaman.

6. Scene f

Saat Kiai menasehati para jemaah

laki – laki yang tersulut emosi

akibat komunikasi yang buruk dan

terpengaruh dengan suasana di

luar desa.

Page 60: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

49

7. Scene g

Saat Ny. Ta‟la meminta Fatmeh

agar tidak memberi tahu suaminya

keributan yang terjadi karena ulah

Issam anaknya, agar tidak terjadi

konflik susulan.

8. Scene h

Saat pemuka agama bekerjasama

dalam menyusun strategi agar

para jemaatnya tidak terperangkap

dalam kemarahan yang memicu

terjadinya konflik

9. Scene i

Saat Ny. Ta‟la dan para ibu – ibu

warga desa berpura – pura

berpindah agama

10. Scene j

Epilog film Where Do We Go

Now.

Page 61: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

50

Gambar B.3 tabel data penelitian petanda peran perempuan

NO Scene Keterangan

1. 1 Scene a

Para perempuan desa sedang

berkumpul di kedai Ny. Amale

untuk mempersiapkan hari

pembaptisan. Sedangkan para laki –

laki sibuk bermain kartu.

2. Scane b

Ny. Amale mengganti channel radio,

setelah mendapatkan kode dari

teman – teman perempuannya.

3. Scene c

Saat penduduk desa sedang

menonton televisi bersama, Abou

Ahmad bersikeras untuk menonton

berita tentang kerusuhan yang

terjadi.

4. Scene d

Ny. Takla menghentikan anaknya

yang menyerang anak kecil muslim.

Page 62: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

51

5. Scene e

Para perempuan menyelidiki apakah

ada sabotase tanda baptis.

6. Scene f

Ny. Yvone berpura – pura menjadi

santo dan mampu berdialog dengan

perawan suci, dibantu Ny.saydeh,

Amale, Takla dan Rieta

7. 7 Scene g

Para perempuan desa berkumpul

untuk menggalang dana untuk

menyewa artis.

8. .

Scene i

Salah seorang artis bersandiwara dan

menjadi mata – mata dengan

meninggalkan jaket berisi recorder

untuk menyelidiki rencana

kelompok laki – laki muslim desa.

Page 63: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

52

9. .

Scene j

Ny. Takla dibantu Rieta dan Rukoz,

menyembunyikan jasad Nassim di

dalam sumur.

10. 1 Scene l

Para perempuan desa berkumpul

untuk membuat kudapan yang akan

disajikan pada acara pertemuan di

desa.

Page 64: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

53

1. Makna Denotasi Fillm tentang Dialog Antaragama

a. Scene a

Gambar 1. Scene a

Tabel B.4.1 tabel analisis Scene a

Setting Visual Audio

Outdoor

Menit ke

00.00-01.29

Sebuah desa yang hidup di dalamnya

dua kelompok, yaitu Islam dan Kristen.

Desa yang terisolir dari informasi paska

perang antar agama di negara Lebanon.

Di desa tersebut hidup rukun diantara

dua kelompok, karena upaya – upaya

bina damai yang dilakukan, sebelumnya

peperangan terjadi, para perempuan

kehilangan anak laki – laki atau suami

Prolog film:

Cerita ini dikisahkan untuk semua

orang yang ingin mendengar.

Kisah tentang mereka yang

berpuasa, kisah tentang mereka

yang berdoa. Kisah tentang kota

kecil yang dikelilingi ladang

ranjau. Terperangkap

peperangan yang jaraknya begitu

Page 65: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

54

akibat konflik yang pecah. Di desa

tersebut terdapat pemakaman dimana

termakam adalah para laki – laki,

sementara perempuan selalu terus

berkabung karena laki – laki yang gugur

satu persatu.

dekat. Dua kelompok yang patah

hati terserang panas matahri.

Tangan mereka bernoda darah

atas nama salib dan bulan

bintang. Dari tempat terpencil

ini ada sebuah kedamaian yang

bisa dipilih. Dari siapa sejarah

bergulir diatanra kawat berduri

dan desingan peluru.

Kisah panjang tentang wanita

bergaun hitam. Tanpa bintang-

bintang berkilau, tanpa bunga-

bunga yang segar. Mata mereka

dikeliligi lingkaran gelap. Wanita

yang dipermainkan takdir. Untuk

menunjukkan keberanian mereka.

Pemaknaan Denotasi

Pada Scene diatas, sutradara menunjukkan latar tempat pembuata film.

Sebuah desa yang hidup dua kelompok yaitu Islam dan Kristen ditandai

dengan berdirinya rumah ibadah, gereja dan masjid yang berdekatan.

Sutradara juga menunjukkan adegan para perempuan yang berkabung berjalan

menyusuri jalanan menuju pemakaman yang di dalamnya adalah para anak

lelaki dan suami mereka, terkubur akibat konflik yang terjadi. Sutradara juga

memperdengarkan prolog film ini.

Page 66: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

55

b. Scene b

Gambar 2. Scene b

Tabel B.4.2 tabel analisis Scene a

Setting Visual Audio

Out door

Menit ke

07.43-8.28

Pemuda, perempuan, pemuka agama

bekerjasama dalam menyelenggarakan

acara nonton bersama untuk warga

desa. Acara ini dilakukan untuk

memperingati hari kebahagiaan desa

karena sudah bertahun – tahun hidup

dalam kerukunan meski perang tetap

terjadi di luar desa.

Roukoz : Ayo kita mencari signal agar

kita dapat menonton bersama semua

warga desa untuk mengenang

kebahagiaan desa kita yang sudah

hidup damai.

Pendeta: dimana orang – orang akan

duduk kalau tidak dengan kursi – kursi

ini.

Ny. Ta’la: Lihat, semangkanya segar-

segar, pasti akan nikmat disajikan nanti

malam

Pemaknaan denotasi

Pada adegan terlihat diatas, bahwa pemuda, pemuka agama,

perempuan sangat antusis bekerjasama untuk mewujudkan keharmonisan

bersama. Mereka bergotong royong untuk melakukan acara nonton bersama

Page 67: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

56

c. Scene c

Gambar 3. Scene c

Tabel B.4.3 tabel analisis Scene a

Setting Visual Audio

Outdoor

Menit ke:

10.33-12.40

Kepala desa meyampaikan sambutan

dalam acara nonton bersama dalam

rangka memperingati kebahagiaan

desa karena telah berhasil hidup

rukun bertahun – tahun paska perang

meskipun perang tetap terjadi di luar

desa. Kepala desa menunjuk pada

Kiai dan Pendeta, bahwa peran

mereka sangat tinggi dalam

membangun perdamaian, mereka

menjadi simbol persatuan di desa

tersebut.

Dialog Pidato Kepala Desa:

Di hari yang bahagia ini dan

bersejarah bagi kampung kita.

Terimakasih untuk pak pendeta dan

pak Kiyai atas kedatangannya.

Simbol perastuan dan perdamaian

kita, kami minta maaf untuk rute

yang jauh dan susah ditempuh,

tetapi seperti yang anda tahu, ini

adalah ssatu-satunya tempat yang

layak. Bapak ibu yang terhormat,

saya senang dan gembira

berkumpul bersama anda disini. Di

bawah langit berbintang pada hari

yang penuh kemenangan, dimana

Page 68: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

57

sebagai satu kesatuan kita semua

bergerak dari abad ke-20 menuju

abad ke-21. Dan bersama persatuan

ini, terimakasih kepada Abou Ali,

dan kita ucapkan Brigitte (domba)

tidak mati sia – sia. Dia

mengorbankan dirinya untuk kita.

Mengorbankan tubuhnya. Setiap

kita disini bisa berjumpa dnegan

takdir yang sama. Ingatlah, hanya

kambing sehatlah yang baik

dikonsumsi. Tuhan memberkatimu

Abou Ali.

Dengan cara yang sama kita

mengatasi konflik dan pertumpahan

darah sesama saudara yang

memisahkan kita. Dan saya harap

semoga sesegera mungkin kita bisa

terjembatani dan hidup damai

seperti kebanyakan orang.

Kita juga ucapkan terimakasih

kepada Ny. Yvone, isteriku tercinta

yang menyumbangkan TV

warisannya.

Page 69: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

58

Pemaknaan denotasi

Dalam Scene ini terlihat adegan Pendeta dan Kiai saling menatap

penuh senyum saat mendengar pidato kepala desa. Kepala desa berterimakasih

atas kehadiran mereka, yang menjadi simbol persatuan di desa yang hidup

berdampingan dua kelompok, Islam dan Kristen.

d. Scene d

Gambar 4. Scene d

Tabel B.4.4 tabel analisis Scene d

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

20.15-20.40

Para ibu – ibu baik muslim maupun

non muslim menyiapkan makanan di

kedai Ny. Amal untuk persiapan acara

pembaptisan. Dalam proses

pembungkusan makanan terjadi

percakapan yang adalah gosip

mengenai relasi antara Ny. Amal

seorang nasrani dan Rabi seorang

muslim, kemudian terjadi sedikit

perdebatan kecil.

Dialog yang terjadi di kedai Ny.

Amal saat ibu-ibu menyiapkan

persiapan acara pembaptisan

sambil bergosip.

Dialog:

Perempuan 1 : „kenapa Rabi

tidak dibaptis saja‟?

Perempuan 2 : banyak loh

keuntungan menjadi kristen.

Page 70: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

59

Fatmeh (muslim) : „memang

kalian lebih baik dari kami?

Yvone : (mendamaikan adu

argumen diantara perempuan

„Lihatlah Sassine (sambil

menunjuk ke pemuda yang

menghibur seorang lansia), dia

bahkan tidak tahu kristen apa

muslim.

Perempuan 1 : tentu saja dia

tidak peduli

Pemaknaan Denotasi

Terlihat dalam adegan pada Scene d ini, sedang bekerjasama

menyiapkan acara pembaptisan. Meskipun acara tersebut adalah untuk ummat

nasrani, namun perempuan-perempuan muslim juga turut membantu

menyiapkan. Dalam percakapan di meja para perempuan, terjadi perdebatan

antara Fatmeh dengan perempuan lain soal kepercayaan yang mereka peluk,

masing-masing orang meyakini bahwa agamanya yang paling benar. Ny.

Yvone kemudian terlihat menenangkan, dia tidak mau terjadi perdebatan yang

memicu pertengkaran, sebagaimana dia menunjuk pada Sassine seorang pria

muslim yang sedang menghibur seorang lansia nasrani. Nampak dalam dialog

Yvone sebagai berikut, „Lihatlah Sassine (sambil menunjuk ke pemuda yang

menghibur seorang lansia), dia bahkan tidak tahu kristen apa muslim

Page 71: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

60

e. Scene d

Gambar 5. Scene e

Tabel B.4.5 tabel analisis Scene d

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

26.35-27.11

Roukoz terjatuh dari kayu salib sebab

ingin mengambil speaker masjid

untuk digunakan dalam acara nonton

bersama. Salib patah dan membuat

kemarahan para jemaat. Para jemaat

berprasangka kalau patahnya salib

karena ulah sabotase kelompok

muslim. Pendeta menenangkan para

jemaat, bahwa patahnya salib bukan

karena ulah sabotase kelompok

muslim.

Dalam adegan ini, pendeta

menenangkan para jemaat yang

tengah berprasangka buruk akibat

patahnya salib. Berikut adalah

dialog:

Dialog:

„Aku membiarkan jendelanya

terbuka, tidak tertutup sama

sekali, angin bertiup dan

membuat salibnya patah. Kenapa

harus ribut?

Page 72: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

61

„sekarang ada salib patah, dan

kalian bertingkah seolah-olah ada

orang jahat? Kau bilang ada yang

merusak itu. Mereka yang

menyebabkan kekacauan di

kampung ini. Jangan biarkan

situasi di luar mempengaruhimu.

Semuanya Cuma gosip, semuanya

baik-baik saja, semunya

terkendali.‟

Pemaknaan Denotasi

Dalam adegan ini, Roukoz yang mematahkan kayu salib tidak mau

mengaku. Sehingga jemaat lainnya berprasangka bahwa yang mematahkan

kayu salib adalah kelompok muslim. Pendeta sempat bertanya pada jemaat

Adakah yang mau mengangkat tangan? Ia bertanya apakah diantara jemaat

ada yang mematahkan kayu salib tersebut? Dan tidak ada yang menjawab.

Maka pendeta mengatakan bahwa “Aku membiarkan jendelanya terbuka, tidak

tertutup sama sekali, angin bertiup dan membuat salibnya patah. Kenapa

harus ribut?.”

Page 73: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

62

f. Scene f

Gambar 6. Scene f

Tabel B.4.6 tabel analisis Scene d

Setting Visual Audio

Outdoor-

indoor

Menit ke:

27.49-30.36

„suara domba dan ayam keluar dari

pengeras suara masjid‟.

Kiai kemudian mendatangi masjid

yang ramai oleh suara domba, dan

mengeluarkan domba-domba tersebut.

Semua warga desa akhirnya keluar

dari rumah dan melihat keramian

yang terjadi di masjid. Kiai mendapati

ruangan masjid yang penuh dengan

kotoran kambing dan ayam.

Abu Ahmad keluar dari masjid

Dialog:

Aboe Ahmad : „satu-satunya

tempat suci yang kita miliki, kau

cari gara – gara. Kau menghina

kami! (sambil menunjuk ke

kelompok pemuda nasrani)

Issam : kau menuduh kami? Kau

menghina kami?

Kiai akhirnya mengumpulkan

para pemuda dan laki-laki muslim

Page 74: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

63

dengan penuh emosi dan menuduh

umat nasrani yang melakukan hal

tersebut Aboe Ahmad kemudian

mengambil sebilah kayu dan merusak

patung Bunda Maria yang terletak di

halaman gereja. Sementara kiai tetap

menenangkan para jemaah yang ikut

tersulut emosi.

Keributanpun terjadi, pertikaian kecil

antara kelompok muslim dan nasrani

pecah karena salah faham.

ke dalam masjid.

Dialog:

Kiai : „kau harus mengabaikan

apa yang terjadi di luar sana. Di

sana ya, di sana. Bertahun-tahun

kita hidup damai dengan saudara

nasrani kita.

Aboe Ahmad : Dan ternak di

dalam masjid?

Kiai : Siapa yang bilang mereka

melakukannya?

Aboe Ahmad : Lalu siapa lagi?

Aku mau membahasnya lagi?

Kiai : Masjidnya memang dibuka,

kambing yang masuk sendiri. Dia

mengagumi karpetnya.

Pemaknaan Denotasi

Dalam adegan pada scene berikut ini adalah, terdengarnya suara

domba dari pengeras suara masjid. Tak lama kemudian terlihat semua warga

desa keluar dari rumah dan mendekat ke sumber suara. Aboe Ahmad dan Kiai

adalah orang pertama yang sampai ke dalam masjid, setelah itu nampak

Page 75: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

64

adegan yang sangat emosional, penuh kemarahan sehingga terjadi kekacauan

karena Aboe Ahmad menuduh pihak nasrani yang memasukan domba –

domba ke dalam masjid. Sementara kiai menenangkan kemarahan para jemaat

yang ikut tersulut kemarahan karena ulah Aboe Ahmad.

g. Scene g

Gambar 7. Scene g

Tabel B.4.7 tabel analisis Scene g

Setting Visual Audio

Outdoor

Menit ke:

31.43-32.53

Seorang jemaat menyaksikan tanda

baptis di kening anaknya bercampur

dengan darah. Terjadi sedikit

keributan karena adanya darah dalam

tinta baptis tersebut.

Issam melampiaskan kemarahan

akibat adanya darah tersebut kepada

Dialog :

Issam: „kemari kau berandal

cilik. Sambil mengejar anak-anak

muslim di depan gereja, dan

kemudian anak-anak lari

berhamburan.

Page 76: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

65

anak-anak muslim yang sedang

menonton di jendela gereja. Anak

Aboe Ahmad dan Fatmeh menjadi

sasaran kemarahan Issam.

Ny. Ta‟la menghampiri sambil

mengatakan „Sudahlah jangan kau

lakukan itu, mereka anak-anak‟. Para

perempuan jemaat pun ikut berteriak

meminta Issam agar berhenti sambil

mengatakan bahwa itu adalah anak-

anak.

Pendeta keluar dan menghentikan aksi

Issam yang kasar sampai anak

tersebut jatuh, Ny. Ta‟la menarik

Issam agar ia berhenti.

Saat Fatmeh mengajak anaknya

pulang, Ny. Ta‟la mengahampiri

sambil meminta agar Fatmeh tidak

melaporkan kejadian tersebut pada

Aboe Ahmad

„keluar kau dari sini, kupathkan

kakimu‟

Fatmeh : „Kau sebut dirimu laki-

laki? Tapi kau hajar anak-anak?

Seharusnya kamu malu‟.

Ny. Ta’la : „Jangan Bilang pada

suamimu Abou Ahmad wahai

Fatmeh‟

Fatmeh : „Jangan khawatir, aku

masih waras‟. Sambil melepaskan

tangan Ny. Ta‟la dan menarik

anaknya pergi dari halaman gereja

sambil berkata pada anaknya

„Jangan bilang Ayah ya

sayang...!‟.

Page 77: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

66

Pemaknaan Denotasi

Dalam adegan ini, seusai ritual pembaptisan di gereja, terjadi sedikit

kekacauan. Issam mendapati tanda baptis yang menempel di kening anaknya

bercampur dengan darah. Semua menjadi terperangah karena hal tersebut.

Issam langsung meninggalkan anaknya dan menuju ke kerumunan anak –

anak muslim yang menonton prosesi ritual bapstis melalui pintu jendela.

Semua anak – anak berlarian, Issam mendapatkan anak Abu Ahmad yang tak

mampu berlari kencang karena menggunakan alat bantu jalan. Issam

menghajar anak tersebut, para ibu – ibu berteriak meminta agar Issam

menghentikan aksinya, kiai pun datang melerai, Ibu Issam, Ny. Takla menarik

tangan Issam.

Ketika kekacauan berhenti, datanglah ibu anak tersebut, Ny. Fatmeh

yang kecewa melihat laku Issam yang menghajar seorang anak. Ny. Takla

menenangkan Ny. Fatmeh sekaligus meminta agar ia tidak mengadu pada

suaminya.

h. Scene g

Gambar 8. Scene h

Page 78: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

67

Tabel B.4.8 tabel analisis Scene h

Setting Visual Audio

Indoor

1.25.16-1.26.02

Pendeta dan Kiai melancarkan

aksinya dalam membangun proses

bina damai dengan mengundang

semua warga desa. Caranya adalah

dengan menyampaikan pengumuman

melalui pengeras suara masjid.

Dialog:

Kiai: Bismilahirrohmanirrohim.

Bapak ibu sekalian, kami

mengundang kalian untuk

berkumpul membicarakan tentang

kekacauan yang kalian lakukan

baru – baru ini. Dan kita

menginginkan untuk berhenti.

Kami mengundang kalian pada

hari kamis jam 6 sore. Di Kedai

Ny. Amal.

Pendeta : untuk semua anak-anak

kristus, diwajibkan kehadirannya.

Biarkan kita bersihkan nurani dan

hati kita dari kekejian kita masing

– masing dan mungkin nanti

ketika tamu kita pergi, mereka

mungkin memiliki pesan – pesan

terakhir untuk disampaikan.

Setelah berhasil mempermalukan

kalian. Menyeret kami ke dalam

Page 79: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

68

lumpur. Seharusnya dirimu malu.

Kiai : Wajib hadir. Sangat

diwajibkan. Wassalamualikum wr

wb.

Pemaknaan Denotasi

Dalam adegan pada Scene ini dapat kita lihat bahwa, dua pemuka

agama bekerjasama dalam menjalankan strategi-strategi bina-damai. Mereka

menggunakan pengeras suara masjid mengundang para warga desa untuk

berkumpul di kedai Ny. Amal. Undangan ini dilakukan demi saling membantu

proses bina-damai yang dibangun oleh elemen perempuan dalam desa

tersebut.

i. Scene i

Gambar 9. Scene i

Page 80: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

69

Tabel B.4.9 tabel analisis Scene i

Setting Visual Audio

Indoor-outdoor

Menit ke:

1.29.48-1.32.31

Para perempuan berpura-pura

berpindah agama ketika mereka

merasa bahwa semua strategi untuk

melakukan resolusi konflik sudah

dalam batas maksimal. Hal ini

dilakukan agar kematian Nassim tidak

mengakibatkan terjadinya konflik.

Dialog:

Kepala desa terbangun dari tidur

pulas akibat obat tidur yang

dikonsumsi melalui makanan dan

mendapati isterinya, Ny. Yvone

dalam keadaan sujud menjalankan

ibadah sholat. Ia melihat hiasan di

dinding bertuliskan kaligrafi Allah

dan kalimat syahadat.

Kepala desa : „Apa kau sedang

Yoga? Itu dia, kita telah

kehilangannya sekarang.

(Sementara Yvone tetap

melanjutkan adegan solatnya).

Ny. Afaf melepaskan pakaian

sehari-harinya yang identik

dengan pakaian muslim, yaitu

jilbabnya dan menggunakan

kalung salib, kemudian

membangunkan Hamoaudi dan

melakukan pemberkatan dengan

Page 81: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

70

menyiram air ke muka Hamoudi

dan mengucapkan salam Maria.

Hamoudi terbangun dan terkaget

mendapati ibunya.

Hamoudi : „Apa yang salah

dengan ibu? Apa ibu baik – baik

saja?

Ny. Afaf : „Sudah jangan berisik,

waktunya misa‟

Fatmeh berteriak pada suaminya

Aboe Ahmad karena suaminya

menegur pakaian Fatmeh yang

berganti layaknya seperti

perempuan non muslim

Fatmeh : Aku memakai ini

sekarang untuk berjalan – jalan di

desa (sambil menunjuk ke daster

berlengan pendek yang ia

kenakan). Ayo semua. lihatlah

aku.

Aboe Ahmad : Apa ini gara-gara

kamus yang kau simpan di bawah

Page 82: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

71

bantal ku (sambil menunjukkan

Injil di tangannya)

Fatmeh : Itu injil, wahyu Tuhan

bodoh. Itu kitab suciku sekarang,

kitab injil.

Aboe Ahmad : Buka pintunya

sekarang atau aku dobrak? Buka

sebelum kudobrak.

Fatmeh : coba saja kalau berani,

seperti tetanggamu, George. Baru

kemarin kau makan humus

bersamanya ha? panggil dia

„George, sobatku, saudaraku.

Dan sekarang kau ingin

membunuhnya? Karena di luar

sana mereka saling baku hantam?

Kau mau melumatkan mereka?

Jadi sekarang aku salah satu

diantara mereka, Aku Georgette.

Mulailah denganku, kemari,

bunuhlah aku.

Page 83: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

72

Pemaknaan Denotasi

Dalam adegan ini, para perempuan yang juga mengambil peran dalam

membangun proses bina-damai melakukan aksinya yaitu berpura-pura

berpindah agama, agar anak laki-laki mereka, suami-suami mereka tidak

tersulut emosi karena mengetahui Nassim, anak Ny. Takla mati terbunuh

sepulang dari membeli dagangan di kota. Nassim terbunuh karena Roukoz

salah mengambil jalan dan masuk ke jalanan yang terjadi peperangan

antaragama. Nassim harus dimakamkan, dan setelah pemakaman diharapkan

tidak terjadi peperangan.

j. Scene j

Gambar 10. Scene j

Tabel B.4.10 tabel analisis Scene j

Setting Visual Audio

Outdoor

Menit ke-

1.36.23-1.37.34

Epilog Film.

Saat para warga kampung mengantar

jenazah Nassim ke pemakaman. Di

langkah terakhir, ketika mereka tiba

di pemakaman, orang-orang yang

memikul jenazah Nassim

Kisahku kini berakhir bagi

siapapun yang mendengarnya. Dari

desa yang tumbuhkan kedamaian,

walau pertikaian berlanjut di

sekitar. Dari seorang anak laki-laki

yang „tidur‟ begitu lelap, dan

Page 84: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

73

kebingungan, apakah dimakamkan di

pemakaman Islam atau di Pemakaman

Nasrani. Where do we go now?

terbangun untuk menemukan

kedamaian abadi. Dari wanita

yang masih mengenakan gaun

hitam. Yang berjuang dengan doa

dan bunga-bunga. Alih-alih

senapan dan api menyala, untuk

melindungi putra putri mereka.

Takdir kemudian menggiring

mereka ke jalan yang belum pernah

mereka lalui.

Pemaknaan Denotasi

Dalam adegan mengahkiri film ini, sang sutradara ingin

menyampaikan bahwa, para warga desa mampu menerima kenyataan Nassim

saudara mereka telah tewas tertembak saat kembali dari kota saat membeli

dagangan untuk dijual di warung mereka. Para warga desa memakamkan

Nassim tanpa diiringi dengan konflik antar saudara meski telah diketahui

Nassim tewas karena perang saudara yang terjadi di luar desa. Namun dalam

adegan terakhir, orang-rang yang memikul jenazah Nassim pada saat tiba di

pemakaman, berbalik arah karena kebingungan mau dimakamkan di

pemakaman Nasrani atau Islam

Page 85: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

74

2. Makna Konotasi Film tentang Dialog Antaragama

a. Scene a

Gambar 1. Scene a

Tabel B.5.1 tabel analisis Scene a

Setting Visual Audio

Outdoor

Menit ke

00.00-01.29

Sebuah desa yang hidup di dalamnya

dua kelompok, yaitu Islam dan Kristen.

Desa yang terisolir dari informasi paska

perang antaragama di negara Lebanon.

Di desa tersebut hidup rukun diantara

dua kelompok, karena upaya-upaya bina

damai yang dilakukan, sebelumnya

peperangan terjadi, para perempuan

kehilangan anak laki-laki atau suami

akibat konflik yang pecah. Di desa

Prolog film:

Cerita ini dikisahkan untuk semua

orang yang ingin mendengar.

Kisah tentang mereka yang

berpuasa, kisah tentang mereka

yang berdoa. Kisah tentang kota

kecil yang dikelilingi ladang

ranjau. Terperangkap

peperangan yang jaraknya begitu

dekat. Dua kelompok yang patah

Page 86: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

75

tersebut terdapat pemakaman dimana

termakam adalah para laki-laki,

sementara perempuan selalu terus

berkabung karena laki-laki yang gugur

satu persatu.

hati terserang panas matahari.

Tangan mereka bernoda darah

atas nama salib dan bulan

bintang. Dari tempat terpencil

ini ada sebuah kedamaian yang

bisa dipilih. Dari siapa sejarah

bergulir diantara kawat berduri

dan desingan peluru.

Kisah panjang tentang wanita

bergaun hitam. Tanpa bintang-

bintang berkilau, tanpa bunga-

bunga yang segar. Mata mereka

dikeliligi lingkaran gelap. Wanita

yang dipermainkan takdir. Untuk

menunjukkan keberanian mereka.

Pemaknaan Konotasi

Pemaknaan konotasi dari prolog ini adalah ingin menyampaikan

kepada penonton bahwa terdapat sebuah desa yang terisolir. Desa yang lepas

dari informasi terjadinya perang di luar desa mereka membuat antar warga

yang dalam perbedaan dapat hidup berdampingan. Dialog yang dilakukan

melalui komunikasi-komunikasi nirkekerasan dapat menjadi salah satu jalan

untuk membangun perdamaian. Gereja dan masjid dapat menjadi sumber

kasih bagi sesama untuk hidup berdampingan.

Page 87: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

76

Para perempuan adalah korban yang berlapis jika terjadi konflik,

mereka harus menanggung beban hidup dalam trauma yang berkepanjangan.

Perempuan-perempuan lelah dengan kondisi konflik yang terus menerus

terjadi, yang memaksa mereka untuk terus berkabung karena kehilangan

anggota keluarga. Perempuan dari dua kelompok tersebut akhirnya

membangun bina-damai antar sesama dan melakukan pencegahan konflik

dengan komunikasi nirkekerasan. Model komunikasi nirkekrasan yang

dibangun adalah self emphaty, receiving emphatically dan expressing honest.

b. Scene b

Gambar 2. Scene b

Tabel B.5.2 tabel analisis Scene a

Setting Visual Audio

Out door

Menit ke

07.43-8.28

Pemuda, perempuan, pemuka agama

bekerjasama dalam menyelenggarakan

acara nonton bersama untuk warga

desa. Acara ini dilakukan untuk

Roukoz : Ayo kita mencari signal

agar kita dapat menonton bersama

semua warga desa untuk

mengenang kebahagiaan desa kita

Page 88: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

77

memeringati hari kebahagiaan desa

karena sudah bertahun-tahun hidup

dalam kerukunan meski perang tetap

terjadi di luar desa.

yang sudah hidup damai.

Pendeta: dimana orang-orang

akan duduk kalau tidak dengan

kursi-kursi ini.

Ny. Ta’la: Lihat, semangkanya

segar-segar, pasti akan nikmat

disajikan nanti malam

Pemaknaan konotasi

Dalam proses bina-damai antaragama, gotong royong merupakan salah

satu cara yang efektif. Setiap agama mengajarkan untuk saling mengasihi satu

sama lain. Marshall Rosernberg mengatakan „Making requests in clear,

positive, concrete action language reveals what we really want‟, 57

bahwa

dalam proses komunikasi nirkekerasan diperlukan aksi-aksi bersama untuk

mengekspresikan perasaan empati agar tujuan hidup harmoni dapat dicapai.

Sebagai sesama makhluk kita memang diberi tanggung jawab untuk

saling menolong. Apalagi kepada sesama manusia yang pada dasarnya

bersaudara meski berbeda, ada tuntutan moral untuk meringankan beban

sesama. Islam juga menyampaikan bahwa manusia hendaknya berlomba-

lomba untuk melakukan kebaikan, sebagaimana dalam al-Qur‟an sebagai

berikut:

57

Rosenberg, Marshall , Nonviolent Communication: A Language of Life. (Encinitas:

Puddledancer Press, 2003), h.69

Page 89: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

78

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap

kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di

mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian

(pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu”.

Pesan damai dan saling tolong menolong menurut agama tersebut

dengan jelas dalam adegan film ini, bagaimana kita harus saling tolong

menolong, bekerjasama dan menghormati satu sama lain.

c. Scene c

Gambar 3. Scene c

Tabel B.5.3 tabel analisis Scene a

Setting Visual Audio

Outdoor

Menit ke:

10.33-12.40

Kepala desa meyampaikan sambutan

dalam acara nonton bersama dalam

rangka memeringati kebahagiaan desa

karena telah berhasil hidup rukun

bertahun-tahun paska perang

meskipun perang tetap terjadi di luar

desa. Kepala desa menunjuk pada

Dialog Pidato Kepala Desa:

Di hari yang bahagia ini dan

bersejarah bagi kampung kita,

Terimakasih untuk pak pendeta dan

pak Kiyai atas kedatangannya.

Simbol peratuan dan perdamaian

kita, kami minta maaf untuk rute

Page 90: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

79

Kiai dan Pendeta, bahwa peran

mereka sangat tinggi dalam

membangun perdamaian, mereka

menjadi simbol persatuan di desa

tersebut.

yang jauh dan susah ditempuh,

tetapi seperti yang anda tahu, ini

adalah ssatu-satunya tempat yang

layak. Bapak ibu yang terhormat,

saa senang dan gembira berkumpul

bersama anda disini. Di bawah

langit berbintang pada hari yang

penuh kemenangan, dimana sebagai

satu kesatuan kita semua bergerak

dari abad ke-20 menuju abad ke-21.

Dan bersama persatuan ini,

terimakasih kepada Abou Ali, dan

kita ucapkan Brigitte (domba) tidak

mati sia-sia. Dia mengorbankan

dirinya untuk kita. Mengorban

tubuhnya. Setiap kita disini bisa

berjumpa dengan takdir yang sama.

Ingatlah, hanya kambing yang

sehatlah yang baik dikonsumsi.

Tuhan memberkatimu Abou Ali.

Dengan cara yang sama kita

mengatasi konflik dan pertumpahan

darah sesama saudara yang

Page 91: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

80

memisahkan kita. Dan saya harap

semoga sesegera mungkin kita bisa

terjembatani dan hidup damai

seperti kebanyakan orang.

Kita juga ucapkan terimakasih

kepada Ny. Yvone, isteriku tercinta

yang menyumbangkan TV

warisannya.

Pemaknaan Konotasi

Pemaknaan konotasi dari scene ini adalah, dalam tradisi theisme

pemuka agama memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika

dalam tradisi masyarakat adat, kepala suku yang memegang peranan penting

dalam melakukan proses resolusi konflik, maka dalam masyarakat beragama,

pemuka agamalah yang memegang peranan tersebut.

Kepala desa menyampaikan bahwa kedua pemuka agama di desa

tersebut merupakan simbol persatuan di desa tersebut. Masing – masing, yang

memiliki pengaruh yang besar untuk masing – masing jamaahnya. Kepala

desa menyampaikan bahwa meski perang saudara terus terjadi di luar desa,

tetapi perdamaian terus menerus diupayakan untuk terwujud di desa tersebut.

Desa kecil yang terletak di negara Lebanon itu, terisolir akibat pecahnya

perang antarsaudara. Sebelum Perang Saudara Lebanon (1975-1990), negara

ini menikmati ketenangan dan kemakmuran yang relatif, didorong oleh sektor

pariwisata, pertanian, dan perbankan dalam ekonominya. Lebanon dianggap

Page 92: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

81

sebagai ibukota perbankan di dunia Arab dan umumnya dianggap sebagai

"Swiss di Timur Tengah” karena kekuatan finansialnya, Lebanon juga

menarik banyak sekali wisatawan, hingga ibukotanya, Beirut, dirujuk oleh

banyak orang sebagai "Parisnya Timur Tengah.

Segera setelah perang, ada banyak upaya untuk menghidupkan

kembali ekonominya dan membangun kembali infrastruktur nasionalnya. Pada

awal 2006, stabilitas yang cukup besar telah tercapai di hampir seluruh negeri,

rekonstruksi Beirut hampir selesai, dan semakin banyak wisatawan asing yang

datang ke resort-resort Lebanon. Namun, Perang Lebanon 2006 menimbulkan

korban sipil dan militer, kerusakan hebat pada infrastruktur sipil, dan

pengungsian besar-besaran dari 12 Juli 2006 hingga gencatan senjata

diberlakukan pada 14 Agustus 2006. Pada September 2006, pemerintah

Lebanon telah memberlakukan rencana pemulihan awal yang ditujukan untuk

membangun kembali properti yang dihancurkan oleh serangan-serangan Israel

di Beirut, Tirus, dan desa-desa lainnya di Lebanon selatan. 58

Melalui film ini, Nadine Labaki ingin menyuguhkan bagaimana

sekelompok masyarakat dapat bertahan dalam suasana konflik tersebut yang

kapan saja dapat pecah kembali. Pemuka agama mendapat porsi tinggi dalam

menyampaikan pesa damai melalui komunikasi nirkekerasan. Sehingga, pesan

damai harus selalu diberikan kepada masing – masing jamaahnya sebagai

mau‟idzotunhasanah agar kerukunan agama bisa terus terjaga di desa tersebut.

Sebagaimana yang Allah firmankan dalam Q.S. 3: 104

58

http://id.wikipedia.org/wiki/Lebanon#Demografi diakses pada 5 September 2014,

pukul 20.53

Page 93: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

82

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,

merekalah orang-orang yang beruntung”.

d. Scene d

Gambar 4. Scene d

Tabel B.5.4 tabel analisis Scene d

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

20.15-20.40

Para ibu baik muslim maupun non

muslim menyiapkan makanan di

kedai Ny. Amal untuk persiapan acara

pembaptisan. Dalam proses

pembungkusan makanan terjadi

percakapan yang adalah gosip tentang

relasi antara Ny. Amal seorang

nasrani dan Rabi seorang muslim,

kemudian terjadi sedikit perdebatan

kecil.

Dialog yang terjadi di kedai Ny.

Amal saat ibu-ibu menyiapkan

persiapan acara pembaptisan

sambil bergosip.

Dialog:

Perempuan 1 : „kenapa Rabi

tidak dibaptis saja‟?

Perempuan 2 : banyak loh

keuntungan menjadi kristen.

Fatmeh (muslim) : „memang

kalian lebih baik dari kami?

Page 94: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

83

Yvone : (mendamaikan adu

argumen diantara perempuan

„Lihatlah Sassine (sambil

menunjuk ke pemuda yang

menghibur seorang lansia), dia

bahkan tidak tahu kristen apa

muslim.

Perempuan 1 : tentu saja dia

tidak peduli

Pemaknaan Konotasi

Melalui makna konotasi, kita dapat melihat pesan yang ingin

disampaikan dalam film ini, pesan inklusifitas terhadap keragaman. Boleh saja

setiap pemeluk keyakinan merasa paling benar, tetapi tidak tepat memaksakan

kebenaran yang kita yakini pada orang lain. Allah SWT menciptakan

perbedaan untuk kita saling menghargai dan mengasihi, karena kalau Allah

menginginkan semua menjadi sama, tak sulit bagi-Nya. Hal ini sebagaimana

yang dituliskan dalam QS. Q.S. Huud :118 – 119

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang

satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat, - kecuali orang-orang

yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan

mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya

aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang

durhaka) semuanya.

Page 95: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

84

Bahwa jika Allah menghendaki maka dijadikannya satu umat saja.

Namun, Allah lebih menginginkan adanya perbedaan agar kita sebagai hamba-

Nya dapat mengambil pelajaran. Namun, terkadang sikap etnosentrisme59

selalu menggoda manusia, bahwa merasa golongannya paling benar sendiri

adalah pemikiran yang masih sering dimiliki oleh sebagian kita. Padahal

sudah jelas bahwa perbedaan adalah keniscayaan, begitupun dengan

keyakinan. Allah dengan tegas menjamin kebebasan hamba-Nya menentukan

keyakinan, yang termaktub dalam Q.S. Al-Baqarah: 256

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama ; Sesungguhnya telah jelas

jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang

ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia

telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

Percakapan bahwa apakah menjadi kristen lebih terpuji, adalah

percakapan yang memiliki kesan negatif yaitu mengolok-olok. Ny. Sayyideh

kemudian menegur percakapan tersebut dengan komunikasi yang tanpa

menyinggung satu sama lain. Dia menunjuk pada Sassine yang sedang

menghibur lansia nasrani, sambil mengatakan „Lihatlah Sassine (sambil

menunjuk ke pemuda yang menghibur seorang lansia), dia bahkan tidak tahu

kristen apa muslim‟.

Sayyideh ingin menyampaikan bahwa agama tak perlu menjadi bahan

untuk saling mengolok, tetapi saling mengasihi. Lebih lanjut Allah

59

Jacky Manuputty Dkk, Carita Orang Basudara : Kisah – Kisah Perdamaian dari

Maluku, (Ambon: Lembaga Antar Iman Maluku, 2014), h. 229.

Page 96: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

85

menerangkan bahwa jangan pernah mengolok – olok golongan lain, karena

mungkin yang direndahkan itu lebih baik. Dalam Q.S. AL-Hujrat: 11

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu suku mengolok – olok suku

yang lain, boleh Jadi yang diolok – olok itu lebih baik dari mereka (yang

mengolok – olok). dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan

kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah

suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang

mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah yang buruk sesudah

iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang

yang zalim”.

Maka, sebagai hamba-Nya kita harus mengikuti perintah Allah untuk

menghargai keyakinan setiap insan tanpa memaksa, tanpa merasa paling benar

sendiri.

e. Scene d

Gambar 5. Scene e

Page 97: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

86

Tabel B.5.5 tabel analisis Scene d

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

26.35-27.11

Roukoz terjatuh dari kayu salib sebab

ingin mengambil speaker masjid

untuk digunakan dalam acara nonton

bersama. Salib patah dan membuat

kemarahan para jemaat. Para jemaat

berprasangka kalau patahnya salib

karena ulah sabotase kelompok

muslim. Pendeta menenangkan para

jemaat, bahwa patahnya salib bukan

karena ulah sabotase kelompok

muslim.

Dalam adegan ini, pendeta

menenangkan para jemaat yang

tengah berprasangka buruk akibat

patahnya salib. Berikut adalah

dialog:

„Aku membiarkan jendelanya

terbuka, tidak tertutup sama

sekali, angin bertiup dan

membuat salibnya patah. Kenapa

harus ribut?

„sekarang ada salib patah, dan

kalian bertingkah seolah-olah ada

orang jahat? Kau bilang ada yang

merusak itu. Mereka yang

menyebabkan kekacauan di

kampung ini. Jangan biarkan

situasi di luar memengaruhimu.

Semuanya cuma gosip, semuanya

baik-baik saja, semunya

terkendali.‟

Page 98: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

87

Pemaknaan Konotasi

Makna konotasi dari scene e ini adalah, bahwa mengekspresikan

kejujuran dalam komunikasi sangatlah penting. Dalam komunikasi

nirkekerasan, expressing honestly merupakan komponen penting agar sebuah

tujuan dan kebutuhan dapat tercapai.60

Karena Roukoz yang tidak berkata

jujur, bahwa dialah yang mematahkan kayu salib, maka komunikasi yang

salah terjadi. Ketidakjujuran memicu terjadinya missing communication yang

bisa berdampak pada pecahnya konflik. Kecurigaan para jemaat dan sikap

emosional menuduh kelompok muslim melakukan sabotase pematahan kayu

salib adalah akibat dari ketidakjujuran.

Ketidakjujuran dari Rukoz akhirnya menimbulkan fitnah yang dapat

memercikkan api kesalahpahaman, sehingga sebagai upaya balas dendam

sengaja membuat kerusuhan di masjid. Hal tersebut akan berdampak pada

kemudhrotan seperti ditunjukkan dalam firman-Nya Q.S. Al-Baqoroh: 191

“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah

mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih

besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka

di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika

mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah

Balasan bagi orang-orang kafir”.

Pendeta dalam hal ini mengambil peranan penting, bisa saja pendeta

mengikuti kecurigaan para jemaat dan menambah suasana semakin kacau.

60

c Rosenberg, Marshall B. Speak Peace in a World of Conflict: What You Say Next Will

Change Your World. (Puddledancer Press, 2005),hal. 240

Page 99: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

88

Namun dalam film ini, pendeta malah melakukan upaya-upaya meredam

kemarahan dengan menggunkan komunikasi nirkekerasan. Self emphaty

menjadi pilihan dalam berkomunikasi menyampaikan pesan kedamaian. Ini

terlihat dalam nasehatnya, dalam dialog „Aku membiarkan jendelanya terbuka,

tidak tertutup sama sekali, angin bertiup dan membuat salibnya patah.

Kenapa harus ribut? „sekarang ada salib patah, dan kalian bertingkah seolah-

olah ada orang jahat? Kau bilang ada yang merusak itu. Mereka yang

menyebabkan kekacauan di kampung ini. Jangan biarkan situasi di luar

memengaruhimu. Semuanya Cuma gosip, semuanya baik-baik saja, semunya

terkendali.‟

Pendeta menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan mereka

menyebabkan kekacauan adalah mereka yang masih melakukan perang

saudara di luar desa, merekalah yang berpotensi menyebarkan konflik.

Hendakanya mereka tidak terpengaruh dengan apa yang terjadi di luar sana.

f. Scene f

Gambar 6. Scene f

Page 100: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

89

Tabel B.5.6 tabel analisis Scene f

Setting Visual Audio

Outdoor-

indoor

Menit ke:

27.49-30.36

„suara domba dan ayam keluar dari

pengeras suara masjid‟.

Kiai kemudian mendatangi masjid

yang ramai oleh suara domba, dan

mengeluarkan domba-domba tersebut.

Semua warga desa akhirnya keluar

dari rumah dan melihat keramian

yang terjadi di masjid. Kiai mendapati

ruangan masjid yang penuh dengan

kotoran kambing dan ayam.

Abu Ahmad keluar dari masjid

dengan penuh emosi dan menuduh

umat nasrani yang melakukan hal

tersebut Aboe Ahmad kemudian

mengambil sebilah kayu dan merusak

patung Bunda Maria yang terletak di

halaman gereja. Sementara kiai tetap

menenangkan para jemaah yang ikut

tersulut emosi.

Keributanpun terjadi, pertikaian kecil

antarakelompok muslim dan nasrani

Dialog:

Aboe Ahmad : „satu-satunya

tempat suci yang kita miliki, kau

cari gara-gara. Kau menghina

kami! (sambil menunjuk ke

kelompok pemuda nasrani)

Issam : kau menuduh kami? Kau

menghina kami?

Kiai akhirnya mengumpulkan

para pemuda dan laki-laki muslim

ke dalam masjid.

Dialog:

Kiai : „kau harus mengabaikan

apa yang terjadi di luar sana. Di

sana ya, di sana. Bertahun-tahun

kita hidup damai dengan saudara

nasrani kita.

Aboe Ahmad : Dan ternak di

dalam masjid?

Page 101: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

90

pecah karena salah faham. Kiai : Siapa yang bilang mereka

melakukannya?

Aboe Ahmad : Lalu siapa lagi?

Aku mau membahasnya lagi?

Kiai : Masjidnya memang dibuka,

kambing yang masuk sendiri. Dia

mengagumi karpetnya.

Pemaknaan Konotasi

Dikutip dari Djohan Efendi dalam buku Merayakan Kebebasan

Beragama (Elza Peldi Taher, 2009-177) bahwa ahli Islam Timur Tengah,

Mark Juergensmeyer dalam salah satu karyanya dalam satu karyanya, Terror

in the Mind of God: The Global Rise of Religious Violence telah

mendokumentasikan dengan baik data-data kekerasan agama kontemporer

yang diwarnai, diinspirasi, dan dilegitimasi oleh „agama-agama dunia‟, untuk

meminjam istilah Max Weber, mulai Islam, Protestan, Katolik, Yahudi,

Budha, Hindu, Sikh, dll. Agama bisa menjadi mesin pembunuh dan perusakan

yang sadis, kata Jurgenmensyer, karena ia memuat teks, ajaran, doktrin,

slogan, jargon, simbol, adat-istiadat, dan lain sebagainya mampu mengilhami,

mendorong dan menggerakkan para pelaku agama untuk melakukan bahkan

kejahatan kemanusiaan yang kejam dan brutal, meskipun ironisnya, para

pelaku kriminalitas itu sendiri menganggapnya sebagai „perbuatan mulia‟

yang berpahala dan berganjar surga. 61

61

Peldi Taher, Elza, Merayakan Kebebasan Beragama; Bunga Rampai 70 Tahun Djohan

Effendi, (Jakarta: ICRP dan Kompas, 2009), hal. 117

Page 102: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

91

Kasus komunikasi penuh kekerasan dengan membentak penuh curiga,

mengancam serta memcahkan simbol agama orang lain adalah salah satu

contoh nyata bagiamana wacana dan ajaran keagamaan serta simbol-simbol

keislaman dirusak. Aboe Ahmad sanggup mengahajar dan menyalahkan orang

lain, sanggup menghancurkan patung bunda Maria yang menjadi simbol

agama Khatolik yang lama hidup berdampingan di desanya untuk

melegitimasi bahwa keyakinannya lah yang benar sehingga menyalahkan

orang lain ketika terjadi satu peristiwa.

Tetapi juga harus dicatat bahwa selain agama memliki “sisi buruk”

atau “dimensi negatif” yang bisa menginspirasi tindakan kejahatan dan

kekerasan, agama juga memuat aspek-aspek baik dan positif yang bisa

dijadikan sebagai pondasi teologis untuk membangun hubungan antaragama

yang lebih sehat, dinamis, berkualitas dan manusiawi yang penuh dengan

semangat toleransi dan pluraslime seperti yang dapat kita lihat apa yang

dilakukan oleh Kiai dalam meredam emosi kemarahan Aboe Ahmad dan

jemaat lainnya. Sang Kiai mengumpulkan para jemaah laki-laki yang tersulut

emosi karena ulah Aboe Ahmad yang menuduh kesalahan sepihak pada

kelompok keyakinan lain atas masuknya domba-domba ke dalam masjid.

Kiai menegur pada jemaah meski para jemaah tetap bersikeras bahwa

yang melakukan tindakan tersebut adalah kelompok nasrani. Kiai

menyampaikan pesan damai dengan komunikasi nirkekerasan, ini terlihat

dalam dialog terakhir kiai yaitu Masjidnya memang dibuka, domba yang

masuk sendiri. Dia mengagumi karpetnya. Kalau kita cerna dengan baik, tidak

mungkin rasanya domba tersebut masuk karena mengagumi karpet masjid,

Page 103: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

92

tetapi demi meredam kemarahan hal itu dilakukan oleh kiai. Tindakan-

tindakan meredam kemarahan untuk bina-damai sebagaimana yang dilakukan

oleh seorang pemuka agama dalam adegan film ini adalah hal yang harus

dilakukan dalam dialog antaragama untuk mencapai tujuan bersama yaitu

hidup berdampaingan dengan perbedaan dalam keadaan harmoni.

g. Scene g

Gambar 7. Scene g

Tabel B.5.7 tabel analisis Scene g

Setting Visual Audio

Outdoor

Menit ke:

31.43-32.53

Seorang jemaat menyaksikan tanda

baptis di kening anaknya bercampur

dengan darah. Terjadi sedikit

keributan karena adanya darah dalam

tinta baptis tersebut.

Issam melampiaskan kemarahan

Dialog :

Issam: „kemari kau berandal

cilik. Sambil mengejar anak-anak

muslim di depan gereja, dan

kemudian anak-anak lari

Page 104: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

93

akibat adanya darah tersebut kepada

anak-anak muslim yang sedang

menonton di jendela gereja. Anak

Aboe Ahmad dan Fatmeh menjadi

sasaran kemarahan Issam.

Ny. Ta‟la menghampiri sambil

mengatakan „Sudahlah jangan kau

lakukan itu, mereka anak-anak‟. Para

perempuan jemaat pun ikut berteriak

meminta Issam agar berhenti sambil

mengatakan bahwa itu adalah anak-

anak.

Pendeta keluar dan menghentikan aksi

Issam yang kasar sampai anak

tersebut jatuh, Ny. Ta‟la menarik

Issam agar ia berhenti.

Saat Fatmeh mengajak anaknya

pulang, Ny. Ta‟la mengahampiri

sambil meminta agar Fatmeh tidak

melaporkan kejadian tersebut pada

Aboe Ahmad

berhamburan.

„keluar kau dari sini, kupathkan

kakimu‟

Fatmeh : „Kau sebut dirimu laki-

laki? Tapi kau hajar anak-anak?

Seharusnya kamu malu‟.

Ny. Ta’la : „Jangan Bilang pada

suamimu Abou Ahmad wahai

Fatmeh‟

Fatmeh : „Jangan khawatir, aku

masih waras‟. Sambil melepaskan

tangan Ny. Ta‟la dan menarik

anaknya pergi dari halaman gereja

sambil berkata pada anaknya

„Jangan bilang Ayah ya

sayang...!‟.

Page 105: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

94

Pemaknaan Konotasi

Sebagaimana yang telah penulis sampaikan diatas pada scene

sebelumnya, bahwa fanatisme agama mendorong pada laku yang kasar dan

mendorong pada kekerasan. Hal itu nampak terlihat dalam adegan kemarahan

Issam yang dilampiaskan pada kelompok lain dan yang lebih parahnya adalah

Issam sanggup menghajar seorang anak. Sikap seperti ini harus diatasi dengan

tindakan-tindakan nirkekerasan, agar tiak mendorong pada pecahnya konflik.

Komunikasi nirkekerasan dilakukan oleh Ny. Takla, dengan

mengedepankan self emphaty dia menyampaikan kepada Fatmeh agar ia tidak

menyampaikan kejadian yang baru saja terjadi pada suaminya. Fatmeh dan

anaknya pun memiliki sikap tersebut, receiving emphaticaaly sikap yang dia

pilih, dia mengajak anaknya agar tidak mengadu pada ayahnya agar tidak

terjadi kekacauan-kekacauan susulan. Sikap ini nampak pada dialog berikut

„Jangan khawatir, aku masih waras‟. (Sambil melepaskan tangan Ny. Ta‟la

dan menarik anaknya pergi dari halaman gereja sambil berkata pada anaknya)

„Jangan bilang Ayah ya sayang...!‟.

Dengan kesabaran yang sangat Ny. Fatmeh menahan rasa sakit

hatinya, dan memilih tidak menceritakan kejadian ini kepada suaminya demi

tidak terjadi kemudhorotan yang lebih besar yakni konflik. Dalam kaidah

ushul fiqh dijelaskan bahwa درء المفاسد أولي من جلب المصالح “ mencegah bahaya

lebih utama dari menarik datangnya kebaikan”. Jika mafsadah dan mashlahah

berkumpul maka yang diutamakan adalah mencegah mafsadah62

. Mungkin

Ny. Fatmeh akan lebih baik untuk menenangkan perasaan sakit hatinya ketika

62

Abdul Haq, ahmad Mubarok dan Agus Ro‟uf, Kaidah Nalar Fiqh: Telaah Kaidah Fiqh

Konseptual, (Surabaya: Khalista Surabaya, 2005), cet. Ke V, h. 237.

Page 106: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

95

melihat buah hatinya mengalami kekerasan dengan menceritakan kepada

orang terdekat yang dicintai yakni suaminya. Namun, jika itu dilakukan maka

hal yang lebih buruk akan terjadi yakni konflik. Maka yang lebih dianjurkan

adalah mengindari konflik.

h. Scene g

Gambar 8. Scene h

Tabel B.5.8 tabel analisis Scene h

Setting Visual Audio

Indoor

1.25.16-1.26.02

Pendeta dan Kiai melancarkan

aksinya dalam membangun proses

bina damai dengan mengundang

semua warga desa. Caranya adalah

dengan menyampaikan pengumuman

melalui pengeras suara masjid.

Dialog:

Kiai: Bismilahirrohmanirrohim.

Bapak ibu sekalian, kami

mengundang kalian untuk

berkumpul membicarakan tentang

kekacauan yang kalian lakukan

baru-baru ini. Dan kita

Page 107: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

96

menginginkan untuk berhenti.

Kami mengundang kalian pada

hari kamis jam 6 sore. Di Kedai

Ny. Amal.

Pendeta : untuk semua anak-anak

kristus, diwajibkan kehadirannya.

Biarkan kita bersihkan nurani dan

hati kita dari kekejian kita

masing-masing dan mungkin nanti

ketika tamu kita pergi, mereka

mungkin memiliki pesan-pesan

terakhir untuk disampaikan.

Setelah berhasil mempermalukan

kalian. Menyeret kami ke dalam

lumpur. Seharusnya dirimu malu.

Kiai : Wajib hadir. Sangat

diwajibkan. Wassalamualikum wr

wb.

Pemaknaan Konotasi

Sejumlah strategi dilakukan dalam melakukan upaya-upaya bina-

damai antaragama. Musdah Mulia dalam buku 11 Tahun ICRP Melawan

Kekerasan Atas Nama Agama (ICRP, 2011-275) menyebutkan sejumlah

solusi ditawarkan dalam membangun bina-damai. Pertama melakukan upaya-

Page 108: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

97

upaya rekonstruksi budaya, mengubah budaya kekerasan menjadi budaya

damai (culture of peace). Kedua, melakukan upaya advokasi-advokasi untuk

reformasi hukum dan peraturan perundang-undangan terkait bidang agama.

Ketiga, melakukan upaya-upaya reinterprtasi ajaran agama, sehingga yang

tersosialisasi adalah sungguh-sungguh ajaran yang ramah terhadap semua

kelompok, kelompok beda agama termasuk kelompok perempuan dan

kelompok marginal lainnya. 63

Sebagaimna strategi yang dipakai oleh dua pemuka agama ini adalah

untuk mengubah budaya kekerasan menjadi budaya yang damai, ramah dan

saling mencintai. Komunikasi nirkekerasan terus menerus dibangun agar

jemaahnya yang mereka bimbing juga meneruskan pesan damai melalui

komunikasi yang baik tanpa kekerasan

i. Scene i

Gambar 9. Scene i

63

Nurcholish, Ahmad dkk, 11 Tahun ICRP Melawan Kekerasan Atas Nama Agama,

(Jakarta:ICRP, 2011), hal. 273

Page 109: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

98

Tabel B.5.9 tabel analisis Scene i

Setting Visual Audio

Indoor-outdoor

Menit ke:

1.29.48-1.32.31

Para perempuan berpura-pura

berpindah agama ketika mereka

merasa bahwa semua strategi untuk

melakukan resolusi konflik sudah

dalam batas maksimal. Hal ini

dilakukan agar kematian Nassim tidak

mengakibatkan terjadinya konflik.

Dialog:

Kepala desa terbangun dari tidur

pulas akibat obat tidur yang

dikonsumsi melalui makanan dan

mendapati isterinya, Ny. Yvone

dalam keadaan sujud menjalankan

ibadah sholat. Ia melihat hiasan di

dinding bertuliskan kaligrafi Allah

dan kalimat syahadat.

Kepala desa : „Apa kau sedang

Yoga? Itu dia, kita telah

kehilangannya sekarang.

(Sementara Yvone tetap

melanjutkan adegan solatnya).

Ny. Afaf melepaskan pakaian

sehari-harinya yang identik

dengan pakain muslim, yaitu

jilbabnya dan menggunakan

kalung salib, kemudian

membangunkan Hamoaudi dan

melakukan pemberkatan dengan

Page 110: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

99

menyiram air ke muka Hamoudi

dan mengucapkan salam Maria.

Hamoudi terbangun dan terkaget

mendapati ibunya,

Hamoudi : „Apa yang salah

dengan ibu? Apa ibu baik-baik

saja?

Ny. Afaf : „Sudah jangan berisik,

waktunya misa‟

Fatmeh berteriak pada suaminya

Aboe Ahmad karena suaminya

menegur pakaian Fatmeh yang

berganti layaknya seperti

perempuan non muslim

Fatmeh : Aku memakai ini

sekarang untuk berjalan-jalan di

desa (sambil menunjuk ke daster

berlengan pendek yang ia

kenakan). Ayo semua. lihatlah

aku.

Aboe Ahmad : Apa ini gara-gara

kamus yang kau simpan di bawah

Page 111: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

100

bantal ku (sambil menunjukkan

Injil di tangannya)

Fatmeh : Itu injil, wahyu Tuhan

bodoh. Itu kitab suciku sekarang,

kitab injil.

Aboe Ahmad : Buka pintunya

sekarang atau aku dobrak? Buka

sebelum kudobrak.

Fatmeh : coba saja kalau berani,

seperti tetanggamu, George. Baru

kemarin kau makan humus

bersamanya ha? panggil dia

„George, sobatku, saudaraku.

Dan sekarang kau ingin

membunuhnya? Karena di luar

sana mereka saling baku hantam?

Kau mau melumatkan mereka?

Jadi sekarang aku salah satu

diantara mereka, Aku Georgette.

Mulailah denganku, kemari,

bunuhlah aku.

Page 112: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

101

Pemaknaan Konotasi

Seluruh agama mengajarkan agar umatnya menyembah kepada Tuhan.

Perjanjian lama menuturkan firman Allah kepada Musa: „Akulah Tuhan, Aku

telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah

Yang Maha Kuasa. 64

Dalam perjanjian baru, dikisahkan bahwa Yesus atau Isa

al-Mmasih pernah ditanya: „Hukum manakah yang paling utama?‟ Yesus

menjawab: „Hukum yang terutama adalah, dengarlah hai orang Israel, Tuhan

Allah kita, Tuhan itu esa‟. Kasihanilah Tuhan, Allahmu dengan, segenap

hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan

dengan segenap kekuatanmu‟. 65

Allah berfirman dalam QS al-Anbiya „Telah

kuwahyukan kepada seluruh rasul sebelum kamu (Muhammad) bahwa tidak

ada tuhan selain Allah, karena itu sembahlah aku‟. 66

Berdasarkan wahyu Tuhan tersebut di atas, para perempuan melakukan

aksi-aksi agar tidak terjadi permusuhan hanya karena perbedaan agama,

karena pada hakikatnya setiap agama mengajarkan kebenaran dan menyembah

pada Ke-Esaan Tuhan yang satu. Atas ide yang dilaksanakan agar para

pemuda dan laki-laki berdamai dan tidak berseteru dalam perbedaan agama,

para perempuan muslim berubah menjadi nasrani dan perempuan nasrani

berubah menjadi muslim. Ny. Ta‟la dengan menggunakan pakaian muslim

mendatangi putranya Issam yang dalam beberapa hari disembunyikan di

dalam kamar dengan tangan terikat dan mulut terikat. (Issam adalah salah

seorang yang emosional yang sensitif terhadap pecahnya konflik dari kalangan

nasrani)

64

Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjanjian Lama, Keluaran 6:12 65

Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjanjian Baru, Markus 12:29-30 66

QS al-Anbiya (21):46

Page 113: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

102

Komunikasi nirkekerasan digunakan menjadi pilihan agar tidak terjadi

konflik yang berkepanjangan. Oleh para perempuan strategi berpura-pura

berpindah agama adalah merupakan cara komunikasi nirkekerasan tersebut.

Hal ini terlihat dalam komunikasi antara Ny. Takla dengan Nissam anaknya

agar ia mau memakamkan adiknya yang terbunuh akibat bentrok yang terjadi

di luar desa. Ny. Ta‟la mengatakan pada anaknya „Sekarang kau hidup dengan

musuhmu.‟ Aku salah satu diantara mereka sekarang. Apalagi yang akan kau

lakukan sekarang? Bangun anakku, kita harus mengubur adikmu. Dialog

tersebut berisi pesan bahwa jika ibumu adalah menjadi bagian dari kelompok

muslim, apakah lantas seorang ibu menjelma menjadi seorang musuh juga.

j. Scene j

Gambar 10. Scene j

Tabel B. B.5.10 tabel analisis Scene j

Setting Visual Audio

Outdoor

Menit ke-

1.36.23-1.37.34

Epilog Film.

Saat para warga kampung mengantar

jenazah Nassim ke pemakaman. Di

langkah terakhir, ketika mereka tiba

di pemakaman, orang-orang yang

Kisahku kini berakhir bagi

siapapun yang mendengarnya. Dari

desa yang tumbuhkan kedamaian,

walau pertikaian berlanjut di

sekitar. Dari seorang anak laki-laki

Page 114: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

103

memikul jenazah Nassim

kebingungan, apakah dimakamkan di

pemakaman Islam atau di emakaman

Nasrani. Where do we go now?

yang „tidur‟ begitu lelap, dan

terbangun untuk menemukan

kedamaian abadi. Dari wanita

yang masih mengenakan gaun

hitam. Yang berjuang dengan doa

dan bunga-bunga. Alih-alih

senapan dan api menyala, untuk

melindungi putra putri mereka.

Takdir kemudian menggiring

mereka ke jalan yang belum pernah

mereka lalui.

Pemaknaan Konotasi

Ada berbagai macam hambatan, politik, budaya, agama dan profesi

dalam penerapan strategi-strategi bina-damai yang lebih luas di masyarakat

muslim. Hambatan-hambatan tersebut tentunya harus terus dihadapi oleh

setiap individu maupun kelompok untuk mengatasi terjadinya konflik

kembali. Dalam epilog film ini Nadine Labaki menyampaikan bahwa dari

seorang laki-laki yang tidur lelap dalam sebuah peti menjadi bahan pelajaran

agar konflik tak lagi terulang. Cara-cara yang anti kekerasan menggunkan

komunikasi nirkekerasan harus terus menerus ditempuh. Hal itu nampak

dalam kalimat terkahir dari epilog film ini yaitu: Dari wanita yang masih

mengenakan gaun hitam. Yang berjuang dengan doa dan bunga-bunga. Alih-

alih senapan dan api menyala, untuk melindungi putra putri mereka.

Page 115: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

104

3. Makna Denotasi Fillm tentang Peran Perempuan

a. Scene a

Gambar 1 scene a

Tabel A.3.1 Tabel Analisis Scene a

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

00:21:00

Para perempuan desa sedang

berkumpul sibuk

mempersiapkan acara

pembaptisan. Sementara itu

beberapa laki – laki terlihat

sibuk bermain kartu.

Pemaknaan Denotasi:

Terlihat para perempuan desa sedang bekerja sama membungkus

coklat, rangkaian bunga, dan gaun untuk persiapan acara pembaptisan di

kedai nyonya Amale. Sedangkan para pria sibuk bermain kartu. Dari gambar

tersebut menunjukkan bahwa acara pembaptisan merupakan salah satu acara

besar yang penting bagi umat kristiani. Maka perlu banyak persiapan agar

acara bisa berjalan sesuai harapan. Maka, para peremuan desa saling

membantu memersiapkan acara pembaptisan tersebut. Namun, para laki –

Page 116: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

105

laki terlihat tidak peduli dengan kesibukan tersebut, mereka justru asik

bermain dan tidak membantu para perempuan desa.

b. Scene b

Gambar 2 scene b

Tabel A.3.2 Tabel Analisis Scene b

Setting Visual Audio

Indoor & outdoor

Menit ke

00:20:57-

00:25:53

Para perempuan desa

sedang berkumpul

mempersiapkan acara

pembaptisan. Kemudian

siaran berita radio

mengabarkan tentang

konflik antaragama yang

telah terjadi dan menelan

korban jiwa. Maka

setelah memastikan para

Siaran berita radio:

“penurunan kerukunan antara

kristen dan muslim, dan

kerusakan fisik diperkirakan

karena baku tembak antara

kedua kubu.”

Head line di surat kabar:

“Pertikaian kecil di Wardeh

meletuskah kerusuhan”

Ny. Afaf:

Page 117: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

106

laki – kali tidak

mendengarkan siaran

tersebut, Ny. Amale

mengganti channel radio

tersebut.

Setelah itu Ny. Amale,

Ny. Afaf dan Ny. Saydeh

berusaha memutuskan

kabel radio.

Setelah kejadian itu

seluruh informasi tentang

perang dari semua media

dihadang masuk oleh para

perempuan desa, mulai

dari radio, surat kabar,

hingga televisi.

“kita pecahkan saja layarnya”

Pemaknaan Denotasi:

Dalam bagian tersebut diperlihatkan para perempuan desa sangat

sensitif terhadap hal – hal yang mungkin saja dapat memicu pecahnya konflik.

Sedikit saja berita mengenai konflik membuat para perempuan ini khawatir

akan diterima oleh para laki – laki sebagai pemicu emosi mereka untuk saling

bertikai atas nama agama. Sehingga yang paling memungkinkan untuk

mencegahnya adalah dengan menutup segala bentuk saluran informasi yang

Page 118: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

107

mungkin saja memuat berita tentang konflik antaragama yang terjadi. Maka

Nadine Labaki menggambarkan dalam film ini bahwa semua media tidak

boleh menyentuh desa. Terlihat dalam beberapa bagian para perempuan desa

memutus saluran radio, televisi, dan membakar surat kabar.

c. scene c

Gambar 3 scene c

Tabel A.3.3 Tabel Analisis Scene c

Setting Visual Audio

Outdor

Menit ke:

00:22:12-00:23:10

Saat para warga desa sedang

menonton televisi bersama – sama,

tiba – tiba siaran berita

mengabarkan tentang perang

antaragama yang meletus di luar

desa. Ny. Afaf meminta untuk

mengganti siaran berita, namun

Abou Ahmad tidak setuju. Dan

akhirnya tayangan televisi tetap di

Ny. Afaf:

“kami tidak ingin nonton berita”

Abou Ahmad:

“berita saja”

Ny. Afaf:

“Hammoudi kau mengupil di

depanku”

Ny. Fatmeh:

“Jangan sampai ayam – ayammu

Page 119: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

108

tayangan berita. Maka, satu persatu

para perempuan membuat keributan

di sana.

buang kotoran di halamanku lagi.”

Ny. Syadeh:

“Memangnya mulutmu tidak

besar?”

Pemaknaan Denotasi:

Dalam bagian ini digambarkan perdebatan yang terjadi antara Ny. Afaf

dan Abou Ahmad dalam memilih siaran televisi. Diawali dari tayangan berita

tentang pecahnya konflik Abou ahmad terlihat sangat tertarik dan penasaran

untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di luar desa. Sebaliknya para

perempuan terlihat menjadi cemas raut wajah mereka tiba – tiba berubah

panik, karena takut berita tentang konflik tersebut akan memancing emosi

rasial para laki – laki. Ny. Afaf meminta untuk mengganti saluran televisinya,

namun tidak dihiraukan. Maka secara spontan Ny. Afaf mengambil sikap

untuk mengalihkan perhatian warga desa dari berita tentang pecahnya konflik

tersebut. Diawali dari Ny. Afaf, para perempuan desa membuat keributan.

Berteriak – teriak mencari masalah sehingga membuat suasana menjadi kacau

tak terkendali. Ternyata terbukti cara tersebut berhasil mengalihkan perhatian

warga desa, mereka lantas menjadi sibuk untuk menenangkan para

perempuan.

Page 120: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

109

d. Scene d

Gambar 4 scene d

Tabel A.3.4 Tabel Analisis Scene d

Setting Visual Audio

Outdor

Menit ke:

00:31:49-00:32:36

Issam meluapkan kemarahan atas

kecurigaannya kepada muslim

terkait tanda salib di kening yang

meleleh seperti darah. Muslim

yang terlihat disekitar gereja

adalah ketiga anak kecil. Maka,

praktis Issam meluapkan

amarahnya kepada mereka.

Tidak lama Ny. Takla mencoba

menghalangi putranya, kemudian

Ny. Fatmeh datang menolong

anaknya dan marah kepada Issam.

Issam:

“Keluar dari sini, kupatahkan

kakimu!”

Ny. Takla:

“hentikan, dia masih bocah”

Ny. Fatmeh:

“yang kau hajar ini masih

bocah”

“seharusnya kau malu.”

Page 121: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

110

Pemaknaan Denotasi:

Terlihat Issam sangat marah karena tanda salib di kening meleleh

seperti darah. Dia lantas mencurigai ini adalah sabotase yang dilakukan oleh

kelompok muslim. Merasa agamanya terhina dia segera melampiaskan

kemarahannya kepada anak – anak muslim yang kebetulan sedang melihat

acara pembaptisan. Tidak menghiraukan bahwa mereka masih anak – anak,

kemarahan terlanjur menguasai Issam pada waktu itu. Ny. Takla tidak tinggal

diam, dia mencegah Issam, dan menjauhkannya dari anak kecil tersebut.

Dengan berlari – lari Ny. Fatmeh menolong anaknya dan menasihati Issam.

Dia terlihat sangat kecewa, sedih, dan marah melihat anaknya yang cacat

diperlakukan tidak layak oleh seorang laki – laki dewasa. Dengan berusaha

menahan emosinya, Ny. Fatmeh menegur Issam tanpa suara keras atau jeritan.

e. Scene e

Gambar 5 scene e

Tabel A.3.5 Tabel Analisis Scene e

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

00:33:15-

Para perempuan desa

menyelidiki apakah benar

tanda salib di kening saat

Ny. Saydeh:

“Ini darah ayam, bodoh!”

Page 122: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

111

00:33:31

acara pembaptisa itu adalah

darah. Untuk itu Ny. Amale

menyicipinya, dan setelah

Ny. Saydeh menemukan

bulu ayam, mereka

menyimpulkan itu adalah

benar darah ayam.

Pemaknaan Denotasi:

Para perempuan desa melakukan penyelidikan atas tanda baptis yang

meleleh seperti darah pasca acara pembaptisan di gereja. Para perempuan ini

tidak mudah terpancing dengan runyam dan panasnya keadaan. Mereka tetap

berpikir rasional untuk menemukan penyebab yang sebenarnya dari kejadian

tersebut. Setelah mereka mendapatkan kejelasan yang sebenarnya, lantas

mereka tidak termakan emosi. Mereka lalu berpikir kembali untuk melakukan

solusi tepat agar permasalahan ini bisa diselesaikan dengan damai.

f. Scene f

Gambar 6 Scene f

Page 123: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

112

Tabel B.5.6 Tabel Analisis Scene f

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

00:34:53-

00:35:56

Ny. Yvone berpura – pura

menjadi Santo, yang bisa

berbicara dengan perawan

suci. Dibantu oleh teman –

teman perempuannya.

Mereka menjalankan misi

ini, dan menyampaikan

pesan kepada para warga

desa.

Ny. Amale:

“Dia berbicara kepada

perawan suci”

Ny. Yvone:

“darah yang menempel di

kening kita adalah karena

Tuhan marah, dia melihat para

pria saling membunuh

kampung ini ribut, para pria

membungkuk di loteng menarik

keluar senjata mereka, dan

merangkak ke tempat tidur”

Pemaknaan Denotasi:

Para perempuan dengan segala cara mengusahakan untuk

mendinginkan kondisi yang memanas di desa akhir – akhir ini. Akhirnya

setelah memikirkan rencana, mereka memutuskan untuk memberanikan diri

berpura – pura menjadi santo yang bisa berkomunikasi dengan perawan suci

(bunda maria). Mereka melakukan hal tersebut dengan tujuan agar para warga

desa percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Ny. Yvone merupakan pesan

yang ingin disampaikan oleh sang perawan susci. Maka, ny. Yvone mulai

memberikan pesan – pesan kedamaian.

Page 124: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

113

g. Scene g

Gambar 7 Scene g

Tabel B.5.7 Tabel Analisis Scene g

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

00:39:26

Outdoor:

00:42:12-00:48:04

Ny. Afaf mengumpulkan para

perempuan desa untuk

menggalang dana. Dana tersebut

dipergunakan untuk

mendatangkan artis ke desa.

Agar perhatian masyarakat desa

bisa teralih kepada para artis.

Ny. Afaf:

“Ayo keluarkan”

Pemaknaan Denotasi:

Dalam bagian ini terlihat Ny. Afaf menggalang dana dari para

perempuan desa. Uang yang terkumpul tersebut akan dipergunakan untuk

mengundang artis datang ke desa mereka. Meskipun beberapa diantara mereka

Page 125: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

114

tidak menyetujui rencana tersebut, namun Ny. Afaf memaksa dan mencoba

meyakinkan mereka bahwa cara ini akan berhasil untuk mencegah terjadinya

konflik di desa mereka. Hal tersebut terihat dari perkataan Ny. Afaf yang

sedikit memaksa dengan nada suara yang keras, meminta agar para perempuan

ikut membantu memberikan sedikit uang mereka. Para artis diundang untuk

bisa mengalihkan perhatian para laki – laki desa dari pikiran tentang konflik.

Dan ternyata berhasil, seluruh warga desa menjadi terfokus kepada para artis

cantik dan menjadi sibuk untuk menyambut mereka. Konflikpun terabaikan

dan terlupakan sejenak, sehingga suasana desa bisa sedikit dikondisikan.

h. Scene h

Gambar 8 Scene h

Page 126: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

115

Tabel B.5.8 Tabel Analisis Scene h

Setting Visual Audio

Indoor

01:01:15-01:02:53

Seorang artis terlihat

menghampiri para laki – laki

yang sedang berkumpul di

rumah Rabih. Artis tersebut

menjadi mata – mata dengan

meninggalkan jaketnya yang

terdapat recorder, di ruangan

tempat para laki – laki itu

berkumpul.

Artis:

“Halo semua, selamat sore,

permisi”

Abou Ahmad:

“kita harus menjemput senjata

kita, tidak lama lagi, kita tidak

punya pilihan.”

Pemaknaan Denotasi:

Salah seorang artis tengah menghampiri sekumpulan laki – laki yang

sedang berbicara serius. Artis tersebut sedang menjankan misi memata – matai

kelompok laki – laki muslim, di rumah Rabih. Ini dilakukan atas kecurigaan

Ny. Amale yang melihat para pria sepertinya mulai merencenakan sesuatu.

Maka, dengan pesona yang dimiliki artis tersebut, Ny. Amale dan Ny. Afaf

memintanya menajdi mata – mata. Terlihat sedikit canggung, karena artis

tersebut adalah perempuan seorang diri di tengah kumpulan laki – laki.

Namun, dia tetap memberanikan diri hadir di antara para laki – laki, mencoba

mengajak bicara dan kemudian dengan sangat halus dan hati – hati dia

melepaskan jaket yang didalamnya sudah disiapkan recorder yang menyala.

Daya tarik artis tersebut ternyata bisa membuat para laki – laki menjadi

ternganga, dan tidak menyadari sedang dimata – matai.

Page 127: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

116

i. Scene i

Gambar 9 Scene i

Tabel B.5.9 Tabel Analisis Scene i

Setting Visual Audio

Outdoor:

Menit ke: 01:06:06

Indoor:

Menit ke:

01:18:32-01:18:58

Ny. Takla menyembunyikan

jasad Nassim di dalam

sumur.

Kemudian Ny. Takla

menembakkan senjata api ke

arah Issam, anaknya.

Ny. Takla:

“aku mohon, mereka bukan berasal

dari desa kita”

Issam:

“apa yang ibu lakukan, apa ibu

sudah gila?.”

Ny. Takla:

“aku juga tidak akan membiarkanmu

mati.”

Pemaknaan Denotasi:

Pada suatu subuh, Ny. Takla sangat shock melihat Rukoz membawa

tubuh Nassim yang sudah tidak bernyawa. Dia terkena tembakan saat

Page 128: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

117

melintasi wilayah meletusnya konflik. Kesedihan yang sangat dalam terlihat

sangat dirasakan Ny. Takla. Namun, langkah yang sangat mengejutkan dia

putuskan, menyembunyikan jasad putranya di dalam sumur agar masyarakat

desa tidak mengetahui. Namun, pada akhirnya Issam, putra pertamanya

mengetahui kematian Nassim. Dengan sangat marah dan curiga dia mencari

senjata api dan akan membalas kematiannya kepada kelompok muslim desa.

Ny. Takla melihat dampak besar yang akan membawa desa pada konflik, jika

hal tersebut terjadi. Maka, Ny. Takla menembakkan senjata api ke kaki Issam

agar anaknya tidak bisa ke mana – mana. Bisa dipastikan suasana yang begitu

memanas dan tidak terduga di dalam desa. Konflik kapan saja bisa meletus di

desa tersebut, apalagi dengan kejadian kematian Nassim. Sehingga, seorang

ibu bisa mengambil langkah ekstrim menembak anaknya sendiri.

j. Scene j

Gambar 10 Scene j

Page 129: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

118

Tabel B.5.10 Tabel Analisis Scene j

Setting Visual Audio

Indoor:

01:20:56-01:21:33

Outdoor:

01:28:14-01:28:46

Para perempuan desa

berkumpul untuk

membuat kudapan yang

akan disajikan pada acara

pertemuan. Namun,

mereka memiliki missi

tersendiri dibalik itu.

Kemudian setelah acara

pertemuan itu

berlangsung, para

perempuan desa mencari

senjata api milik para laki

– laki dan dipindahkan

penyimpanannya ke

tempat yang tidak

diketahui.

Ny. Yvone:

“Dengan sedikit hash, bisa

menidurkan seekor unta”

Ny. Afaf:

“Kita berhasil

menemukannya.”

Pemaknaan Denotasi:

Situasi konflik yang semakin tidak terelakkan membuat para

perempuan desa bekerja sama dengan pemuka agama untuk mencegahnya.

Maka disusunlah pertemuan antara dua kelompok agama di desa tersebut,

yang diikuti oleh para laki – laki. Mengambil kesempatan itu, para perempuan

desa merencanakan cara cerdik. Yakni dengan mencampurkan obat tidur

Page 130: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

119

dalam makanan dan minuman yang akan disajikan. Tujuannya, setelah para

laki – laki desa dari kedua kelompok agama berhasil tertidur, maka para

perempuan bisa mencari tempat senjata yang disembunyikan, dan

memindahkannya. Sehingga jika senjata tidak ada, konsekuensi logisnya

adalah konflik tidak akan bisa terjadi. Dalam scene ini, diperlihatkan perlu

adanya kerjasama dari beberapa pihak agar sebuah missi besar bisa berhasil.

4. Makna Konotasi Fillm tentang Peran Perempuan

a. Scene a

Gambar 1 Scene a

Tabel B.6.1 Tabel Analisis Scene a

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

00:21:00

Para perempuan desa sedang berkumpul sibuk

memersiapkan acara pembaptisan. Sementara

itu beberapa laki – laki terlihat sibuk bermain

kartu.

Pemaknaan Konotasi:

Dalam film ini terlihat dikotomi antara tugas domestik dan publik

antara laki – laki dan perempuan. Bahwa tugas perempuan yang diidentikan

dengan tugas domestik seperti membuat makanan, menjahit, dan membuat

rangkaian bunga seperti yang digambarkan dalam adegan di atas bukanlah

Page 131: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

120

domain pekerjaan laki – laki. Inilah pemahaman yang membudaya disekitar

kita, sehingga laki – laki tidak akan menyentuh apa yang dianggapnya menjadi

tugas perempuan. Nadine Labaki dalam adegan ini ingin menunjukkan bahwa

para perempuan juga memiliki kesetaraan dengan laki – laki dalam hal peran

mereka tidak bisa dipinggirkan dengan pendapat yang mengacu pada peran

perempuan yang kodratiah dan esensial. Konsep gender disini menjadi penting

bahwa peran laki – laki dan perempuan adalah konstruksi sosial budaya dan

bukan berasal dari yang kodratiah.67

Karena pembaptisan adalah acara besar

yang akan diikuti oleh seluruh warga yang beragama kristen baik laki – laki

maupun perempuan. Sehingga kerja untuk mempersiapkan acara ini adalah

kerja publik, dan perempuan mampu untuk melakukannya. Dengan tidak

terpengaruh oleh fanatisme agama, para perempuan ini berbaur untuk

menghasilkan karya besar bagi desanya.

b. Scene b

Gambar 2 Scene b

67

Gadis Arivia, Feminisme Sebuah Kata Hati, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,

2006), h. 96

Page 132: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

121

Tabel A.3.2 Tabel Analisis Scene b

Setting Visual Audio

Indoor dan

outdoor

Menit ke

00:20:57-

00:25:53

Para perempuan desa sedang

berkumpul memersiapkan acara

pembaptisan. Kemudian siaran

berita radio mengabarkan tentang

konflik antaragama yang telah

terjadi dan menelan korban jiwa.

Maka setelah memastikan para

laki – kali tidak mendengarkan

siaran tersebut, Ny. Amale

mengganti channel radio tersebut.

Setelah itu Ny. Amale, Ny. Afaf

dan Ny. Saydeh berusaha

memutuskan kabel radio.

Setelah kejadian itu seluruh

informasi tentang perang dari

semua media dihadang masuk

oleh para perempuan desa, mulai

dari radio, surat kabar, hingga

televisi.

Siaran berita radio:

“penurunan kerukunan

antara kristen dan

muslim, dan kerusakan

fisik diperkirakan karena

baku tembak antara

kedua kubu.”

Head line di surat kabar:

“Pertikaian kecil di

Wardeh meletuskan

kerusuhan”

Ny. Afaf:

“kita pecahkan saja

layarnya”

Pemaknaan Konotasi:

Dalam film ini digambarkan bahwa perempuan sangat tertekan dengan

keadaan yang dialaminya. Selalu merasa khawatir dan was – was dengan

Page 133: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

122

aturan – aturan patriarkhal yang memandang perang adalah satu – satunya

jalan untuk membela agamanya. Selalu mengasosiasikan maskulinitas sebagai

sesuatu yang kuat dan bermartabat. Sehingga Dengan aturan – aturan

demikian, para perempuan seperti tidak memiliki banyak pilihan. Mereka

diposisikan sebagai manusia yang seakan tidak memiliki andil untuk ikut

mencari sebuah penyelesaian masalah. Apapun yang terjadi para perempuan

harus mengikuti aturan – aturan tersebut. Inilah yang dimaksud oleh salah

seorang feminis postmoderen yakni Jacques Lacan bahwa pada titik itulah

perempuan akan sangat kesulitan karena atura – aturan tersebut diekspresikan

dalam bahasa – bahasa cara berpikir maskulin.68

Keadaan yang semacam ini menuntut para perempuan untuk berpikir

cerdas bagaimana para laki – laki tidak terpancing emosinya. Maka memutus

aliran informasi yang masuk ke desa adalah cara yang paling aman, agar para

laki – laki terhindar dari informasi yang berkaitan dengan konflik agama. Arus

informasi terebut bisa dari media televisi, radio, surat kabar ataupun

sebagainya. Karena media massa adalah alat penyampaian pesan, dan

memiliki fungsi untuk memengaruhi khalayak (to infuence). Bahkan dalam

teori kultifasi disebutkan, khalayak yang mendapatkan informasi secara

kontinu dari media dalam beberapa waktu, bisa memengaruhi kognitif dan

sikapnya.

68

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), hal. 129

Page 134: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

123

c. Scene c

Gambar 3 Scene c

Tabel B.6.3 Tabel Analisis Scene c

Setting Visual Audio

Outdor

Menit ke:

00:22:12-00:23:10

Saat para warga desa sedang

menonton televisi bersama – sama,

tiba – tiba siaran berita

mengabarkan tentang perang

antaragama yang meletus di luar

desa. Ny. Afaf meminta untuk

mengganti siaran berita, namun

Abou Ahmad tidak setuju. Dan

akhirnya tayangan televisi tetap di

tayangan berita. Maka, satu persatu

para perempuan membuat keributan

di sana.

Ny. Afaf:

“kami tidak ingin nonton berita”

Abou Ahmad:

“berita saja”

Ny. Afaf:

“Hammoudi kau mengupil di

depanku”

Ny. Fatmeh:

“Jangan sampai ayam – ayammu

buang kotoran di halamanku lagi.”

Ny. Syadeh:

“Memangnya mulutmu tidak

besar?”

Page 135: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

124

Pemaknaan Konotasi:

Dalam Scene ini kita dapat melihat representasi ketidakadilan gender,

bahwa perempuan dianggap dan diposisikan layaknya makhluk kelas dua,

atau dengan kata lain perempuan dijadikan sebagai “the other”69

meminjam

istilah dari Simone de Beauvoir, dan bukan sebagai subjek. Inilah yang

disebut sebagai ideologi patriarkhi, bahwa laki – laki akan selalu dominan dan

perempuan akan selalu mendapatkan peranan yang lebih rendah. Begitupun

dengan pendapat dan suara perempuan menjadi kurang didengar. Ini yang

diperjuangkan oleh para feminis liberal abad ke- 19 dalam memerjuangkan

hak suara kaum perempuan.70

Namun manusia adalah makhluk yang berakal,

secara naluriah mereka akan menggunakan pikirannya, juga dalam hal

menemukan solusi sebuah masalah. Bahkan secara spontan perempuan

mampu berpikir cerdas, cepat dan tepat. Bahkan mereka mampu berpikir

melampaui laki – laki yang ternyata banyak juga yang hanya mementingkan

egonya. Dengan demikian konflik dapat terhindarkan.

69

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), hal hal. 130 70

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), hal h. 92

Page 136: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

125

d. Scene d

Gambar 4 Scene d

Tabel B.6.4 Tabel Analisis Scene d

Setting Visual Audio

Outdor

Menit ke:

00:31:49-00:32:36

Issam meluapkan kemarahan atas

kecurigaannya kepada muslim

terkait tanda salib di kening yang

meleleh seperti darah. Muslim yang

terlihat disekitar gereja adalah

ketiga anak kecil. Maka, praktis

Issam meluapkan amarahnya

kepada mereka.

Tidak lama Ny. Takla mencoba

menghalangi putranya, kemudian

Ny. Fatmeh datang menolong

anaknya dan marah kepada Issam.

Issam:

“Keluar dari sini,

kupatahkan kakimu!”

Ny. Takla:

“hentikan, dia masih bocah”

Ny. Fatmeh:

“yang kau hajar ini masih

bocah”

“seharusnya kau malu.”

Page 137: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

126

Pemaknaan Konotasi:

Tidak bisa disangkal bahwa sifat feminin memang ada pada diri

perempuan. Dalam Scene ini ditampilkan bahawa perempuan menampilkan

kefeminimannya. Melihat arogansi yang sangat berlebihan dan tidak pada

tempatnya dari laki – laki, Ny. Takla menghentikan dan memperingatkan

untuk tidak melakukan itu, demikian juga diperlihatkan oleh Ny. Fatmeh.

Tidak ada ibu yang tidak marah dan sedih melihat anaknya diperlakukan

dengan tidak layak. Maka rasa kasih sayang membuatnya menanggalkan rasa

takut dan malu untuk menasihati seorang laki – laki atas sikap buruknya. Ny.

Takla dan Ny. Fatmeh mampu untuk bebas berbuat antara sifat feminin dan

maskulin yang dimilikinya. Dan memanfaatkan sifat tersebut untuk menyikapi

keburukan dan mencegah terjadinya dampak buruk yang mungkin akan lebih

besar lagi. Dengan demikian para perempuan tersebut sudah menjadi manusia

yang bebas dari keterkungkungan budaya patriarkhi.71

e. Scene e

Gambar 5 Scene e

71

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), hal hal. 131

Page 138: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

127

Tabel B.6.5 Tabel Analisis Scene e

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

00:33:15-

00:33:31

Para perempuan desa menyelidiki

apakah benar tanda salib di kening

saat acara pembaptisan itu adalah

darah untuk itu Ny. Amale

menyicipinya, dan setelah Ny.

Saydeh menemukan bulu ayam,

mereka menyimpulkan itu adalah

benar darah ayam.

Ny. Saydeh:

“Ini darah ayam,

bodoh!”

Pemaknaan Konotasi:

Karena menyangkut resistensi agama, maka sabotase tanda salib

menggunakan darah menjadi hal besar yang dapat memicu terjadinya konflik

antaragama. Tidak mengherankan, sebab pada dasarnya manusia memiliki

sikap etnosentrisme menganggap budayanya termasuk agamanya adalah yang

paling benar72

. Maka sedikit saja menyinggung resistensi agama, akan

memicu emosi sehingga akhirnya konflik rentan terjadi.

Diperlukan pikiran dingin untuk bisa mencari solusi terbaik, agar

konflik dapat terselesaikan. Dalam Scene ini para perempuan memerlihatkan

kepamampuan berpikirnya. Dengan tidak hanya mengandalkan perasaannya

yang sangat emosional seperti apa yang diidentikkan oleh masyarakat kepada

72

Jacky Manuputty Dkk, Carita Orang Basudara : Kisah – Kisah Perdamaian dari

Maluku, (Ambon: Lembaga Antar Iman Maluku, 2014), h. 229.

Page 139: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

128

perempuan,73

para perempuan ini mampu menganalisis secara jernih sebuah

permasalahan sebelum bertindak. Akhirnya dapat menghasilkan solusi konflik

yang tepat guna karena berdasarkan penyelidikan.

f. Scene f

Gambar 6 Scene f

Tabel B.6.6 Tabel Analisis Scene f

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

00:34:53-00:35:56

Ny. Yvone berpura – pura

menjadi Santo, yang bisa

berbicara dengan perawan

suci. Dibantu oleh teman –

teman perempuannya.

Mereka menjalankan misi

ini, dan menyampaikan

pesan kepada para warga

desa.

Ny. Amale:

“Dia berbicara kepada perawan

suci”

Ny. Yvone:

“darah yang menempel di kening

kita adalah karena Tuhan marah, dia

melihat para pria saling membunuh

kampung ini ribut, para pria

membungkuk di loteng menarik

keluar senjata mereka, dan

merangkak ke tempat tidur”

73

Jean – Jacques Rousseau, Emile, diedit oleh Allan Boom (New York: Basic Books,

1979), h. 56. Dalam Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal

Perempuan, 2003), hal h. 91

Page 140: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

129

Pemaknaan Konotasi:

Berpura – pura menjadi Santo dan dapat berkomunikasi dengan

perawan suci, dianggap cara yang efektif untuk menyampaikan pesan agar

dapat diterima. Bunda maria adalah sosok yang sangat penting yang sangat

diyakini bagi umat kristiani. Maka, ucapannya adalah suatu keajaiban yang

sudah pasti kebenarannya. Maka, dengan berpura – pura menjadi santo dan

menyampaikan pesan dari bunda Maria dinilai paling tepat agar pesan damai

dapat diterima. Penipuan memang bukan hal yang baik, namun ini menjadi

lebih baik ketika para laki – laki masih menggunakan metode berpikir

patriarkhi. Yakni seperti yang dikatakan oleh seorang ekofeminis Karen J.

Warren, mengenai cara berpikir hirarkis menganggap dirinya lebih kuasa dari

perempuan dan menekankan pada logika yang membenarkan subordinasi74

.

Subordinasi perempuan membuat mereka tidak mempunyai banyak

kesempatan untuk berpendapat. Bahkan terkadang ruang – ruang yang

menghargai pendapat perempuan harus diusahakan. Seperti apa yang

dilakukan oleh para feminis pada Konvensi Hak – Hak Perempuan di Seneca

Falls tahun 1848. Dalam deklarasi itu ditekankan hak perempuan untuk

berbicara dan berpendapat di dunia publik.75

Sehingga, butuh power lain yang

dapat digunakan perempuan agar suaranya dapat didengar, ditengah budaya

patriarkhi.

74

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), hal. 143 75

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), hal. 93

Page 141: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

130

g. Scene g

Gambar 7 Scene g

Tabel B.6.7 Tabel Analisis Scene g

Setting Visual Audio

Indoor

Menit ke:

00:39:26

Outdoor:

00:42:12-

00:48:04

Ny. Afaf mengumpulkan para

perempuan desa untuk menggalang

dana. Dana tersebut dipergunakan

untuk mendatangkan artis ke desa.

Agar perhatian masyarakat desa bisa

teralih kepada para artis.

Ny. Afaf:

“Ayo keluarkan”

Pemaknaan Konotasi:

Pengumpulan dana dan memaksa para perempuan desa untuk setuju

rencana mendatangkan para artis ke desa, merupakan solusi yang terbilang

berani untuk mencegah konflik. Dalam Scene ini Ny. Afaf, Takla, dan Saydeh

terlihat sangat yakin bahwa rencana ini akan berhasil mengalihkan perhatian

para laki – laki. Keyakinan tersebut beralasan karena sudah sangat lama

Page 142: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

131

konstruksi budaya menjadikan perempuan sebagai objek. Bahkan menurut

asumsi ekofeminisme, perempuan disamakan dengan alam yakni tanah yang

digarap, bumi yang dikuasai , atau hutan yang dijamah.76

Sehingga perempuan

dalam benak laki – laki hanya menjadi objek belaka.

Meskipun demikian, Nadine labaki berhasil menggambarkan kekuatan

perempuan dalam Scene ini. Menunjukkan perempuan mampu menjadi

“subjek – subjek feminin”, yang mengambil peranan dalam kebudayaan untuk

mengambil isue mencapai perdamaian. 77

Para perempuan ini sangat

menyadari kecantikan dan daya tarik yang dimiliki oleh dirinya. Mereka

mampu memaksimalkan feminitas yang dimilikinya, untuk misi yang lebih

besar demi kepentingan bersama. Tidak membiarkan para pria mengambil

kuasa atas tubuhnya, para perempuan ini berhasil memenuhi ekspektasi kaum

feminisme radikal. Di mana kaum feminisme radikal memerjuangkan hak atas

tubuh perempuan yang paling pribadi adalah mutlak milik dirinya sendiri, the

personal is political.78

Maka perempuan harus terbebas dari kuasa laki – laki

atas tubuhnya, dan berhak memanfaatkannya demi kepentingan dirinya. Pada

akhirnya, para artis mampu mendapatkan perhatian laki – laki dan sejenak

melupakan konflik yang terjadi. Maka, dengan kuasa penuh yang dimiliki

perempuan atas bagian pribadi dalam dirinya, mereka mampu menghadirkan

kemaslahatan bagi orang banyak.

76

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), hal h. 144 77

Sue Thornmham, Teori Feminis dan Cultural Studies, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),

h.90. 78

Gadis arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), hal h. 101

Page 143: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

132

h. Scene h

Gambar 8 Scene h

Tabel B.6.8 Tabel Analisis Scene h

Setting Visual Audio

Indoor

01:01:15-01:02:53

Seorang artis terlihat

menghampiri para laki – laki

yang sedang berkumpul di

rumah Rabih. Artis tersebut

menjadi mata – mata dengan

meninggalkan jaketnya yang

terdapat recorder, di ruangan

tempat para laki – laki itu

berkumpul.

Artis:

“Halo semua, selamat sore,

permisi”

Abou Ahmad:

“kita harus menjemput senjata

kita, tidak lama lagi, kita tidak

punya pilihan.”

Pemaknaan Konotasi:

Dalam strategi konflik mengetahui informasi dari masing – masing

kelompok itu sangat penting. Dalam Scene ini para perempuan menjalankan

strategi tersebut. Ditengah suasana yang semakin mendesak mereka

Page 144: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

133

memerlukan informasi, maka harus ada orang yang tidak dicurigai untuk

mencari infomasi tersebut. Maka, memilih orang yang tidak memiliki kaitan

sama sekali dengan masing – masing kelompok adalah yang paling tepat

untuk menjadi mata – mata.

Memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman, yakni memasuki

wilayah paling privat dari seseorang yakni rumah yang didalamnya tempat

sekelompok laki – laki berkumpul. Perempuan tersebut mampu menangkis

asumsi yang mengatakan bahwa laki – laki adalah subjek sedangkan

perempuan adalah “other”79

atau dengan kata lain perempuan adalah objek

alat pemenuh kebahagiaan. Selain itu juga menagkis asumsi bahwa perempuan

secara kodrati bersifat pasif, lemah, dan tidak agresif.80

Dengan membuktikan

bahwa perempuan adalah subjek dengan keberaniannya ikut pula

berkontribusi dalam menciptakan damai.

i. Scene i

Gambar 9 Scene i

79

Gadis Arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), hal. 130 80

Gadis arivia, Filsafat Berprespektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,

2003), h. 130

Page 145: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

134

Tabel B.6.9 Tabel Analisis Scene i

Setting Visual Audio

Outdoor:

Menit ke: 01:06:06

Indoor:

Menit ke:

01:18:32-01:18:58

Ny. Takla menyembunyikan

jasad Nassim di dalam

sumur.

Kemudian Ny. Takla

menembakkan senjata api ke

arah Issam, anaknya.

Ny. Takla:

“aku mohon, mereka bukan berasal

dari desa kita”

Issam:

“apa yang ibu lakukan, apa ibu

sudah gila?.”

Ny. Takla:

“aku juga tidak akan membiarkanmu

mati.”

Pemaknaan Konotasi:

Dalam Scene ini digambarkan betapa gentingnya suasana desa yang

dikelilingi dengan konflik agama disekitarnya. Meskipun upaya pengalihan

telah dilakukan untuk meredam konflik, namun genjatan dari pihak luar yang

terus menerus mempunyai pengaruh yang besar. Padahal kekerasan apalagi

dalam konteks luas berupa perang adalah sesuatu yang hanya menimbulkan

kesengsaraan. Farida Benani mendefinisikan bahwa perlakuan atau tindakan

yang muncul dengan sifat permusuhan, yang terjadi pada tingkat individual

atau pada tingkat masyarakat atau negara, dengan tujuan mengalahkan atau

menundukkan sudut yang lain dalam bingkai relasi kuasa yang tidak seimbang

baik secara ekonomi, sosial maupun politik, menyebabkan munculnya

kerugian material, spiritual dan kejiwaan secara individual, masyarakat atau

Page 146: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

135

negara.81

Konflik antaragama telah meninggalkan luka psikologi, tekanan,

trauma dan rasa takut. Pihak yang paling muka terkena dampaknya adalah

perempuan, dimana mereka berada di bawah hegemoni maskulin seperti

konsep hegemoni dari Antonio Gramsci.82

Dalam kondisi ini perempuan

terbungkam dan tidak bisa melakukan perlawanan secara terbuka. Kondisi

yang membuat mereka harus mencari cara alternatif untuk mencegah

terjadinya perang. Termasuk mengambil cara yang paling ekstrim, seperti

contohnya yang dilakukan dalam adegan ini seorang ibu yang menembak anak

kandungnya sendiri.

j. Scene 9

Gambar 10 Scene j

81

Farida Benani dalam Muqoraba lil „Anfi al-Muwajjah Dlidda Al-Mar‟ati al-Tiflati wa

Madda Syar‟antuhu wa Atsarihi „ala al-Huquq al-Syihiyyahwa al-Huquq al-Injabiyah, dalam

Jabir Usfuri (editor) Mi‟ata Ammin „ala Tahrori al-Mar‟ah, Vol. II, h. 135 dalam Syafiq Hasyim,

Bebas dari Patriarkhisme Islam, (Depok: KataKita, 2010), h. 154. 82

Sue Thornham, Tubuh Sosial: Simbolis, Diri, dan masyarakat, (Yogyakarta: Jalasutra,

2003),h. 88

Page 147: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

136

Tabel B.6.10 Tabel Analisis Scene j

Setting Visual Audio

Indoor:

01:20:56-01:21:33

Outdoor:

01:28:14-01:28:46

Para perempuan desa berkumpul

untuk membuat kudapan yang

akan disajikan pada acara

pertemuan. Namun, mereka

memiliki missi tersendiri dibalik

itu.

Kemudian setelah acara

pertemuan itu berlangsung, para

perempuan desa mencari senjata

api milik para laki – laki dan

dipindahkan penyimpanannya ke

tempat yang tidak diketahui.

Ny. Yvone:

“Dengan sedikit hash, bisa

menidurkan seekor unta”

Ny. Afaf:

“Kita berhasil

menemukannya.”

Pemaknaan Konotasi:

Kerjasama yang dilakukan oleh para perempuan desa dengan pemuka

agama untuk mencegah konflik, adalah sebuah bukti. Mengenai konsep

Dualisme Freud yang dikembangkan oleh muridnya yakni Carl Jung

berasumsi bahwa “tingkah laku perempuan yang terlihat umumnya jauh lebih

personal daripada laki – laki. Dunianya dibuat oleh ayah, ibu, saudara laki –

laki, saudara perempuan, suami, anak – anak.... Dunia laki – laki adalah

bangsa, negara, bisnis, dan sebagainya. Keluarganya adalah caranya untuk

menggapai cita – cita, salah satu fondasi negara.... Bagi pria makna ini lebih

umum dari personal, dunia pria terdiri dari banyak faktor yang berkordinasi,

Page 148: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

137

sementara dunia perempuan, di luar suaminya, hancur dalam sekumpulan

kabut kosmik.83

Dengan kata lain, konsep ini menjelaskan bahwa perempuan

hanya menerima apa yang diberikan tanpa memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri. Kehidupan perempuan yang diasosiasikan kepada ranah domestik

itupun masih tergantung pada sosok lain yakni laki – laki. Dalam Scene ini

pendikotomian peran perempuan yang hanya ada di wilayah domestik, bisa

mereka manfaatkan dengan sangat maksimal. Memanfaatkan “hegemoni

maskulin”, untuk melemahkan para laki – laki. Membuktikan bahwa

perempuan bisa menjadi agen sosial dalam menciptakan capaian besar dalam

kehidupan bermasyrakat.

C. Interpretasi Analisis Data

1. Nirkekerasan dan Dialog Bina-damai dalam Islam

Dialog bina-damai adalah upaya yang dilakukan sebagai jalan

untuk resolusi konflik. Upaya ini menggunakan pendekatan nirkekerasan.

Nirkekerasan dalam pendekatan dialog bina-damai adalah sekumpulan

sikap, pandangan, dan aksi yang ditujukan untuk mengajak orang di pihak

lain agar mengubah pandangan, pendapat dan aksi mereka.84

Nirkekerasan

menggunakan cara-cara damai untuk mencapai hasil yang damai.

Nirkekerasan berarti menyampaikan pesan atau berkomunikasi dengan

tidak menggunakan kekerasan, para aktor tidak membalas tindakan musuh

dengan kekerasan. Sebaliknya, mereka menyerap kemarahan dan

83

Antonny Synnott, Tubuh Sosial: Simbolisme, Diri dan Masyarakat, (yogyakarta:

Jalasutra,2003), h. 105. 84

Abu-Nimer, Mohammed, Nirkekerasan Dan Bina-damai Dalam Islam; Teori dan

Praktik. Edisi Bahasa Indonesia (Jakarta : Pustaka Alvabet 2010), h. 12

Page 149: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

138

kerusakan sambil menyampaikan pesan ketabahan dan desakan untuk

mengatasi ketidakadilan.

Ciri utama aksi nirkekerasan adalah sebagai berikut, nirkekerasan

berupaya untuk menghindari bukan hanya kekerasan lahiriah, tapi juga

kekerasan batiniah. Tidak berusaha untuk menistakan musuh, tapi

mengajak musuh untuk berubah lewat pemahaman dan kesadaran baru

tentang aib moral untuk kemudian membangun kembali komunitas-

komunitas terkasih. Nirkekerasan didasarkan atas pendirian bahwa alam

semesta berpihak pada keadailan. Ciri-ciri ini diusulkan oleh Reinold

Neibuhr pada 1960. 85

Definisi dan ciri-ciri dari nirkekerasan dalam perspektik bina-

damai antar agama ini sangat dekat dengan ajaran-ajaran Islam. Ajaran

Islam yang mengarahkan pada cinta kasih dan menghargai antarsesama

manusia tanpa membedakan sebagaimana pesan Allah SWT dalam Q.S.

An-Nahl: 90

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Islam tidak melarang kekerasan dalam situasi-situasi tertentu, tapi

kekerasan ini bersifat defensif. Akan tetapi tetap harus berfokus pada nilai-

nilai yang relevan dengan bina-damai dan nirkekerasan. Dari perspektif ini

85

Ibid., h. 122

Page 150: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

139

Islam menekankan pada keadilan sosial, persaudaraan, dan kesetaraan

manusia. Nilai-nilai pemaafan dan kemurahan hati, toleransi dan

ketundukkan kepada Tuhan, cara-cara yang benar, dan pengakuan atas hak

orang lain berulangkali ditekankan di dalam kitab suci maupun hadis.

Terlebih lagi Nabi Muhammad SAW meruntuhkan semua sekat dan ras.

Islam mendambakan tatanan sosial yang adil dan damai.

Dalam mengajukan paradigma nirkekerasan Islam, bersandar pada

beberapa justifikasi sebagai berikut:

a. Konteks historis wahyu Al-Qur‟an sudah berubah dan penggunaan

kekerasan sebagai sarana untuk merukunkan perbedaan seharusnya

berubah juga. Cara-cara untuk menyebarkan keyakinan, membentuk

kemandirian iman 1400 tahun lalu tak bisa lagi diterapkan atau cocok

dengan konteks sekarang. Jika kelompok muslim ingin kembali

berjaya maka cara-cara dengan pendekatan nirkekerasan dalam

merukunkan perbedaan baik internal maupun eksternal harus

digunakan.

b. Kesalingtergantungan blobal secara sosial, ekonomi dan politik

membuat penggunaan kekerasan tak bisa dilakukan terutama dalam

bentuk penggunaan senjata pemusnah massal, untuk menyelesaikan

pertikaian.

c. Hadis dan tradisi keislaman merupakan sumber yang kaya untuk nilai-

nilai bina-damai dan jika ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari, ia

akan mengarah pada nirkekerasan dan perdamaian.

Page 151: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

140

Dari hal tersebut diatas, komunikasi nirkekerasan dengan tiga

modelnya self emphaty, receiving emphatically dan expressing honestly

dengan asumsinya bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan yang sama

untuk perdamaian adalah salah satu bentuk yang efektif untuk membangun

bina-damai dalam kehidupan bersama antarsesama manusia dengan perbedaan

yang begitu beragam.

Islam ternyata juga mengajarkan untuk hidup berdampingan dalam

perdamaian. Empati, empatik dan kejujuran menjadi dasar utama dalam

melakukan komunikasi nirkekerasan untuk mengahasilkan sebuah kebutuhan

yaitu kebutuhan untuk hidup harmoni.

Film yang menjadi objek penelitian penulis adalah film yang sarat

akan pesan nirkekerasan dengan mengedepankan komunikasi nirkekerasan.

Membangun perdamaian di tengah-tengah konflik negara yang tak kunjung

berkesudahan adalah menjadi kebutuhan bagi setiap manusia yang hidup

dalam wilyah konflik. Film ini menyuguhkan apa yang oleh penulis paparkan

diatas sebagai kerangka teoritis.

2. Peran Perempuan dalam Pembangunan Perdamaian

Anggapan bahwa perempuan adalah sosok yang irrasional, lemah

mempunyai dampak pada anggapan bahwa perempuan tidak layak menjadi

pemimpin. Perempuan juga sering disisihkan dalam sisi ekonomi, pendidikan

dan kerja-kerja wilayah publik lainnya. Sebaliknya, persepsi laki-laki sebagai

pribadi yang kuat, jantan, penanggungjawab ekonomi keluarga, rasional.

Persepsi ini menempatkan laki-laki mudah untuk mendapatkan apa yang ia

inginkan. Persepsi ini didukung oleh tafsir agama-agama.

Page 152: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

141

Kondisi tersebut diatas, adalah kondisi yang tercipta akibat

ketimpangan gender. Ketimpangan gender adalah ketidaksetaraan peran antara

laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh konstruksi sosial. Bentuk-

bentuk ketimpangan gender tersebut adalah sebagai berikut: 86

a. Gender dan marginalisasi perempuan

Marginalisasi perempuan adalah proses penyisihan yang

mengakibatkan kemiskinan secara ekonomi bagi perempuan. Ada

beberapa mekanisme proses marginalisasi perempuan, bisa melalui

kebijakan pemerintah, keyakinan, tradisi, tafsir agama bahkan asumsi ilmu

pengetahuan.

b. Gender dan subordinasi

Subordinasi adalah proses penomorduaan atau tindakan masyarakat

yang menempatkan perempuan pada posisi perempuan yang lebih rendah.

Dalam relasi sosial, kaum perempuan tersubordinasi oleh faktor-faktor

yang dikonstruksikan secara sosial yang kemudian termasnifestasikan

dalam bentuk diskriminasi seperti dalam pekerjaan.

c. Gender dan Sterotipe

Dalam ketimpangan ini, perempuan mendapatkan pelabelan atau

stigma yang buruk. Dalam persepsi sosial perempuan ditempatkan pada

kelompok kelas kedua. Dalam kehidupan baik wilayah domestik maupun

publik perempuan senantiasa ditempatkan pada posisi level kedua karena

dianggap tidak memiliki kemampuan.

86

Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, (Yogyakarta : Fajar Pustaka, 2006), h.26-31

Page 153: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

142

d. Gender dan kekerasan

Violence (kekerasan) adalah satu serangan fisik maupun integritas

mental psikologis seseorang. Dalam hampir semua kelompok masyrakat

terdapat pembedaan tugas dan peran antara kaum laki-laki dan perempuan

yang kadang-kadang mengebiri dan menghambat potensi dasar baik laki-

laki maupun perempuan yang berujung pada tindak kekerasan pada jenis

kelamin tertentu. Praktek kekerasan tersebut lahir akibat adanya konstruksi

gender dan biasanya perempuan yang paling banyak menerima akibat dari

prkaterk tersebut

e. Gender dan Beban Ganda

Anggapan bahwa perempuan mempunyai sifat memelihara, rajin

serta tidak cocok menjadi kepala rumah tangga, berakibat pada semua

pekerjaan domestik dilakukan oleh perempuan. Semua beban kerja rumah

tangga menjadi tugas perempuan meskipun perempuan yang juga memiliki

pekerjaan di luar ruang lingkup domestik. Doble burden atau beban ganda

paling banyak adalah menimpa perempuan.

Ketimpangan-ketimpangan gender yang kerap menimpa perempuan

tersebut diatas, masih nampak dalam film Where Do We Go Now.

Sebagaimana dalam analisis, penulis menjelaskan bagaimana peran

perempuan dalam melakukan strategi-strategi perdamaian. Hal ini terlihat

dalam beberapa adegan, seperti tugas domestik perempuan dalam mengurus

anak, menyiapkan makanan sementara laki-laki berkumpul dan bermain kartu,

adalah salah satu contoh dari terlihat dan nampaknya ketimpangan antara laki-

laki dan perempuan.

Page 154: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

143

Di luar daripada itu, Nadine Labaki ingin menunjukkan juga, bahwa

perempuan ternyata juga memiliki peran yang sangat tinggi dalam

membangun proses perdamaian. Strategi-strategi yang dilakukan yang

mengedepankan komunikasi nirkekerasan dengan menggunakan model

komunikasi empati, empatik dan pengungkapan kejujuran, digunakan oleh

para perempuan, berbanding terbalik dengan para laki-laki yang tidak mampu

dengan baik mengelola emosi sehingga potensi konflik datang dari mereka.

Resolusi konflik dibangun dengan baik oleh para perempuan. Persepsi

masyarakat bahwa perempuan adalah mahkuk irrasional, dalam film ini

persepsi tersebut diputarbalik. Perempuan menggunakan rasio yang baik dan

mengatur strategi demi membangun perdamaian sebagai tujuan mereka dari

hidup harmoni.

Semestinya, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki tugas dan

tanggungjawab yang sama di hadapan Tuhan. Memliki tugas untuk saling

tolong menolong, saling mengasihi, saling meringankan beban satu sama lain,

Sebagaiamna firman Allah SWT dalam QS at-Taubah 71.

“dan orang-orang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian emreka

adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh

mengerjakan yang ma‟ruf. Mencegah dari yang munkar, mendirikan

shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.

Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah : 71)

Page 155: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

144

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan.

Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa tanda-tanda yang terdapat

pada adegan-adegan film yang diteliti oleh penulis menunjukkan bahwa film

tersebut sarat akan pesan dialog antaragama dengan peran perempuan dalam

membangun perdamaian. Tanda yang ada pada film sekaligus maknanya

tergambar jelas pada film. Dapat dilihat dari setiap hasil analisis pada tiap

scene bahwa muncul pesan dialog antaragma dengan komunikasi

nirkekerasan. Dari hasil analisa menggunakan pemaknaan denotasi-konotasi

maka didapat kesimpulan bahwa film ini mengandung unsur bina-damai

anataragama.

Dalam menganalisa secara semiotik memudahkan peneliti untuk

mengetahui tanda-tanda dibalik adegan-adegan yang ditunjukkan dari film ini.

Kemampuan Sutradara dalam menggarap film tidak dipertanyakan lagi.

Sutradara dan penulis naskah memiliki kemampuan, integritas dan daya

imajinasi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan film yang berkualitas.

Film ini memang terbukti merupakan film yang memiliki banyak

makna dan memang tidak mudah dipahami jika ditonton hanya sekali.

Diperlukan pengetahuan yang kritis untuk dapat menerima pesan dalam film

ini, karena jika tidak dibarengi dengan pola fikir yang kritis pasti film ini

dianggap sebagai film yang menyesatkan. Secara keseluruhan film ini

tergolong bagus terbukti film ini masuk nominasi Sundance Film Festival

2012 dan memenangkan Toronto Fiolm Festival dan San Seabstian Film

Festival.

Page 156: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

145

Penulis kemudian menyimpulkan penelitian ini dalam dua hal yaitu: pesan

dialog antaragama dan peran perempuan dalam film Where Do We Go Now

sebagai berikut ini:

1. Pesan Dialog Antaragama

a. Pemaknaan Denotasi

Makna denotasi terkait pesan dialog antaragama dapat kita

temukan di setiap bagian dalam film Where Do We Go Now.

Memerlihatkan ketegangan yang terjadi dalam sebuah desa karena tekanan

peperangan dari luar desa. Kebersamaan yang telah lama dibangun oleh

setiap warga desa dalam perbedaan agama, tampaknya dengan sangat

mudah tergoyahkan. Ketegangan yang muncul menjadikan sekecil apapun

rangsangan yang diterima, bisa menjadi sangat sensitif untuk memicu

pecahnya konflik. Diawali dengan kesalahpahaman dari salah satu

kelompok agama, akhirnya saling balas menghina agama masing – masing

membuat konflik dalam desa berlarut – larut.

Dari apa yang tergambar dalam film, maka langsung dapat kita

ketahui pesan dialog antaragama yang ingin disampaikan melalui film ini.

Perintah untuk percaya dan bergantung hanya kepada Allah, beribadah

kepada Allah, sabar; memaafkan; jujur, muammalah ma‟annas:

huznudzon; saling menghargai; memberi nasihat – nasihat yang baik;

saling tolong – menolong; tidak menjelek – jelekkan sesama; menghormati

orang tua; bersungguh – sungguh; serta menyelesaikan konflik dengan

jalan damai.

Page 157: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

146

b. Pemaknaan Konotasi

Marshall Rosernberg menyebutkan bahwa komunikasi

nirkekerasan membutuhkan tiga hal terpenting yaitu self emphaty,

receiving ephatically dan expressing honestly. Tiga komponen tersebut

disebut empati. Empathy is a respectful understanding of what others are

experiencing.87

Marshall juga mengatakan bahwa komunikasi

nirkekerasan mampu mencegah dan mengatasi konflik. Bersandar pada

teori yang dipopulerkan oleh Marshall Rosernberg ini, penulis menelaah

pemaknaan konotasi dalam film ini. Terdapat banyak pesan-pesan dialog

antaragama menggunakan komunikasi nirkekerasan.

Where Do We Go Now sebuah film berlatar desa di pegunungan

Lebanon yang terisolir paska perang saudara, bercerita tentang upaya-

upaya yang terus dibangun oleh komunitas dalam menciptakan

perdamaian. Film Where Do We Go Now memberikan semangat baru

dalam rangka menghadapi peperangan, yakni menghadapinya dengan jalan

tanpa kekerasan. Perang yang muncul akibat kepentingan satu golongan

dan agama menjadi alat untuk terus melancarkan peperangan. Padahal,

Allah telah memberikan peringatan keras bahwa saling membangga –

banggakan dan bersiteru atas nama golongan atau yang kita sebut dengan

sikap etnosentrisme, adalah bukan termasuk hamba-Nya. Maka, tidak ada

hak bagi kita sebagai hamba yang selalu terbalut salah untuk melakukan

kekerasan kepada sesama manusia.

87

Rosenberg, Marshall , Nonviolent Communication: A Language of Life. (Encinitas:

Puddledancer Press, 2003), h.109

Page 158: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

147

Nilai-nilai budaya dan agama merupakan sarana sangat penting

untuk mengerahkan massa dalam gerakan-gerakan sosial politik. Tak

terkecuali nilai-nilai budaya dan agama terkait nirkekerasan dan bina-

damai dalam Islam. Intifada Palestina menggambarkan bagaimana simbol,

ritual dan keyakinan keagamaan menggamabrkan dalam memajukan

strategi-strategi nirkekerasan dalam konteks pembebasan nasioal yang

sekuler. Gerakan Pashtun menggambarkan bagaimana gerakan keagamaan

Islam dapat menggunakan strategi nirkekerasan secara ketat, Intifada

memberikan bukti kuat terkait membangun nilai-nilai agama dan budaya

Islam dalam memajukan gerakan politik nirkekerasan. 88

Strategi serupa yang dipakai dalam gerakan Intifada muncul

dengan sangat kental dalam setiap adegan film ini. Hidup dalam

ketegangan akibat perang saudara yang tak berkesudahan membuat

masyarakat tak mampu hidup tenang. Konflik bisa kapan saja pecah,

dipicu dengan satu kesalahan kecil saja perang bisa pecah. Mengelola

perbedaan memang tidak mudah. Bina-damai dalam perbedaan terus

menerus ingin diperlihatkan dalam pesan film ini. Pesan dialog

antaragama dengan peran perempuan dalam mewujudkan kedamaian nyata

tampil dalam setiap adegan.

Pluralitas agama dan umat beragama adalah kenyataan. Sebelum

Islam datang, di tanah Arab sudah muncul berbagai jenis agama seperti

Yahudi, Nasrani, Majusi, Zoroaster dan Shabi‟ah. Al-Qur‟an memliki

pandangan sendiri dalam menyikapi pluralitas umat beragama tersebut.

88

Abu-Nimer, Mohammed, Nirkekerasan Dan Bina-damai Dalam Islam; Teori dan

Praktik. Edisi Bahasa Indonesia (Jakarta : Pustaka Alvabet 2010), h. 181

Page 159: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

148

Terhadap Ahli Kitab (meliputi Yahudi, Nasrani, Majusi dan Shabia‟ah),

umat Islam diperintahkan untuk mencari titik temu (kalimat us sawa‟).

Kalau terjadi perselisihan antara umat beragama lain, umat Islam

dianjurkan untuk melakukan dialog (wa jadilhum billati hiya ahsan).89

.

Manusia yang penuh dengan kealpaan sangat mudah terpengaruh,

dan mengambil keputusan tanpa perhitungan matang karena emosi

kemarahan yang tak dapat dikendalikan. Karena, tidak bisa mengolah

emosi, permusuhan akan terjadi dan mengakibatkan pecahnya konflik.

Padahal, konflik dan permusuhan akan menimbulkan dampak buruk. Pada

umumnya, yang banyak menjadi korban dari konflik adalah anak – anak

dan perempuan. Maka secara tegas Allah Swt melarang hamba-Nya saling

bermusuhan dalam Q.S. An-Nahl: 90

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Menjadi semakin parah, ketika konflik yang mengorbankan banyak

hal dengan sangat lancang mengatasnamakan kesucian agama untuk

melegalkan sebuah kejahatan kemanusiaan. Padahal dengan sangat jelas

Islam sangat menghargai hak setiap manusia seperti yang termaktub dalam

konsep al- kulliyah al- khamsah yakni lima prinsip universal yang

meliputi:

89

Moqsith-Ghazali, Abdul, Argumen Pluralisme Agama ; Membangun Toleransi

Berbasis al-Qur‟an. (Jakarta ; KataKita 2009), hal. 391.

Page 160: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

149

1) Menjaga kebebasan beragama (al-hifdz al-din)

2) Memelihara kelangsungan hidup (hifdz al-nafs)

3) Menjamin kelangsungan keturunan (hifdz al-nasl)

4) Melindungi kepemilikan harta benda (hifdz al-mal)

5) Menjamin kreativitas berpikir, kebebasan berekspresi, dan

mengeluarkan pendapat (hifdz al-„aql)90

Kemudian dalam khutbah Rasul ketika haji wada‟ (perpisahan),

pesan utama yang ingin disampaikan beliau adalah tentang tiga hal yang

saat ini kita kenal dengan hak asasi manusia. Yakni keharusan menjaga

dan menghormati rangkaian hak asasi manusia yang dengan bahasa Rasul

dikatakan “Damm-an, amawl, dan ar-radl” (darah atau kehidupan, harta,

dan kehormatan). (H.R. Bukhori)91

Maka sangat tidak logis dan mengada–ada jika dikatakan

peperangan yang mengedepankan amarah dan kebencian didukung oleh

agama. Karena ternyata agama adalah ramah kepada pemeluknya dan

mengajarkan untuk menghargai hak yang diberikan oleh Allah kepada

manusia.

2. Pesan Peran Perempuan Perempuan dalam Film Where Do We Go Now

Dalam analisis yang dilakukan peneliti untuk memaknai pesan

mengenai peran perempuan dalam film Where Do We Go Now? menggunakan

metode semiotik Roland Barthes. Dengan metode tersebut, peneliti dapat

memaknai pesan peran perempuan melalui makna denotasi dan konotasi.

90

Jacky Manuputty Dkk, Carita Orang Basudara : Kisah – Kisah Perdamaian dari

Maluku, (Ambon: Lembaga Antar Iman Maluku, 2014), h.201. 91

Nurcholish Madjid, Pesan – pesan takwa Nurcholish Madjid : Kumpulan Khutbah

Paramadina, (Jakarta: Penerbit Paramadina, 2005), cet. Ke-IV, h. 160 - 161

Page 161: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

150

Setelah melakukan analisis, peneliti menemukan ada 10 scene dalam film

yang menunjukkan tentang peran perempuan untuk mencegah konflik

antaragama di desa. Dalam masing – masing scene tersebut dianalisis

maknanya dengan denotasi dan konotasi.

a. Pemaknaan Denotasi

Temuan makna denotasi tentang peran perempuan dalam sepuluh

scene film Where Do We Go Now? untuk mencegah konflik adalah bahwa

didasari oleh penderitaan yang dirasakan para perempuan desa dalam

konflik antaragama. Menjadikan mereka bersatu untuk bisa mencegah

konflik tersebut terjadi di desa mereka. Maka, para perempuan ini harus

mencari cara yang tepat sehingga kekerasan dalam sebuah konflik tidak

akan terjadi. Di tengah ancaman konflik yang semakin mendesak, para

perempuan desa dituntut untuk bisa keluar dari cara – cara kekerasan yang

selalu dilakukan para laki – laki. Maka, perempuan desa ini ikut ambil

bagian dalam masyarakat untuk menciptakan damai. Cara – cara yang

mereka lakukan antara lain selalu membangun dialog antaragama yang

dilakukan dengan melakukan kegiatan bersama, saling membantu, atau

sekedar berkumpul mengobrol bersama. Selain itu juga dengan memutus

seluruh saluran informasi yang masuk ke desa, agar berita tentang konflik

yang terjadi tidak memancing emosi para laki – laki. Kemudian,

melakukan penyelidikan atas kekacauan yang terjadi di desa mereka.

Setelah menemukan penyebabnya, mereka mecari solusi yang jauh dari

tindak kekerasan. Yakni berpura – pura menjadi santo yang bisa

berkomunikasi dengan perawan suci, agar pesan damai dari para

Page 162: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

151

perempuan ini dipertimbangkan oleh para laki – laki, karena beranggapan

ini adalah pesan langsung dari Bunda Maria. Selain itu, para perempuan

desa juga bersama – sama mengumpulkan dana untuk mengundang artis –

artis cantik, guna mengalihkan perhatian warga desa khususnya para laki –

laki dari konflik. Mereka juga mencari informasi tentang strategi dan

rencana yang dibuat oleh para laki – laki desa dari masing – masing

kelompok agama, dengan menjadikan salah satu artis sebagai mata – mata.

Ketika konflik sepertinya sudah semakin mengancam, akhirnya para

perempuan desa ini bekerjasama dengan pemuka agama untuk menyusun

strategi. Dengan mengelabuhi para laki – laki desa mereka mengambil

kesempatan untuk menghilangkan senjata yang akan digunakan untuk

berperang. Dan akhirnya para perempuan desa memiliki andil besar dalam

menjalankan bermacam cara pencegahan konflik tanpa kekerasan.

b. Pemaknaan Konotasi

Temuan makna konotasi tentang peran perempuan dalam sepuluh

Scene film Where Do We Go Now? untuk mencegah konflik adalah bahwa

perempuan masih mengalami subordinasi dari hegemoni maskulin di

lingkungannya. Seperti pelbagai paradigma cultural studies yang ada bawa

perempuan bagaimanapun berada di luar budaya baik yang bersifat sentral

maupun bersifat absen.92

Dengan demikian, sangat sulit bagi perempuan

untuk bisa bergerak dengan bebas di luar dunia domestik. Membutuhkan

keberanian untuk bisa melawan arus konstruksi sosial budaya yang telah

sangat lama diberikan kepada perempuan. Dalam kaitannya dengan

92

Sue Thornham, Teori Feminis dan Cutural Studies, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 88

Page 163: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

152

membangun bina damai dalam sebuah masyarakat, para perempuan harus

bisa mengeluarkan diri dari sistem – sistem patriarkhi yang maskulin.

Yakni bukan dengan menganggap rendah feminitas yang dimilikinya,

namun justru harus memaksimalkannya dengan menjauhkan dari cara –

cara kekerasan. Untuk bisa melakukan hal tersebut awal mula yang harus

dilakukan oleh perempuan adalah dengan bisa berperan diranah publik.

Meski dengan tidak menafikkan feminitas mereka, justru mereka harus

memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin sehingga dampak

positifnya bisa dirasakan secara luas. Termasuk juga pada bagian paling

privat dari dirinya. Perempuan harus sadar bahwa mereka memiliki

otoritas penuh atas tubuhnya, dan tidak boleh berada di bawah kuasa laki –

laki. Dengan demikian perempuan dapat menawarkan suatu budaya yang

lebih baik, lembut, penuh kepedulian yang terkandung secara inheren di

dalam diri perempuan.93

B. Saran

1. Untuk para sineas film diharapkan mampu membuat karya yang di

dalamnya sarat akan nilai–nilai. Sehingga akan menghasilkan sebuah film

yang bukan hanya memiliki makna hiburan tetapi juga mendidik dan

mengandung pesan moral yang baik. Seperti film Where do We Go Now

yang berhasil mengemas nilai–nilai dialog antaragama dan peran

perempuan dalam membangun perdamian, bukan hanya tentang semangat

toleransi namun juga banyak pesan Islam lain dengan sangat apik dan

93

Carol Giligan, In a Different Voice, Harvard University Press, 1982 dalam Gadis

Arivia, Feminisme: Sebuah Kata Hati, (Jakarta: PT KompasMedia Nusantara, 2006), h. 205.

Page 164: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

153

tidak terkesan memaksa. Sehingga penonton dapat menikmati setiap

adegan dari film dan menangkap pesan yang ingin disampaikan.

2. Untuk para penonton, diharap dapat memaknai sebuah film dengan

analsisis yang kritis. Bukan hanya pemaknaan di permukaan sesuai apa

yang terlihat di layar, namun juga mengaitkannya dengan nilai–nilai lain

sesuai konteks yang berlaku. Sehingga makna yang akan didapat dari

sebuah film adalah makna yang luas dan komperhensif.

3. Untuk para mahasiswa yang tertarik melakukan penelitian mengenai

semiotika film, diharap mampu memahami konsep, teori dan pisau analisis

yang dipakai saat melakukan penelitian, sehingga penelitian yang

dilakukan akan menghasilkan analisis yang berkualitas.

Page 165: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

154

DAFTAR PUSTAKA

Abu-Nimer, Mohammed. 2010. Nirkekerasan dan Bina Damai Dalam Islam,

Teori dan Praktik. Jakarta: Pustaka Alvabet.

Agus, Bustanuddin. AL- Islam cet. Ke-1, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1993.

Anshari, Endang Saifuddin. Wawasan Islam, Jakarta: Rajawali, 1996.

Arivia, Gadis. Filasafat Berprespektif Feminis. Jakarta: Yayasan Jurnal

Perempuan, 2003.

Arivia,Gadis. Feminisme: Sebuah Kata Hati. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara, 2006.

Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Denotasi; Teori dan Aplikasi,

Yogyakarta: Gitanyali. 2004.

Bride, Sean Mac. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka

Suara Satu Dunia, Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco, 1983.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,

dan Ilmu Sosial, Jakarta: Prenada Media Grup. 2009.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

2007.

Effendi, Djohan. 2009. Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70

Tahun Djohan Effendi. Editor Elza Peldi Taher. Jakarta: ICRP dan

Kompas.

Effendy, Onong Uchana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, cet. Ke-3

Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003.

Ghazali, Abd. Moqsith. 2009. Argumen Pluralisme Agama Membangun Toleransi

Berbasis Al-Qur‟an. Depok: KataKita.

Hasyim, Syafiq. 2010. Bebas Dari Patriarkhisme Islam. Depok: KataKita.

Jhon M. Echol, dan Hasan Shadily, Kamus Besar Inggris-Indonesia, (Jakarta

Gramedia Pustaka Utama, 1996), cet.23a

Kusnawan, Aep. et.al, Komunikasi Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah

Press, 2004.

Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjanjian Baru, Markus 12:29-30

Page 166: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

155

Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Perjanjian Lama, Keluaran 6:12

Liliwery, Alo. 2003. Dasar – dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Madjid, Nurcholish. Pesan – Pesan Takwa Nurcholish Madjid: Kumpulan

Khutbah di Paramadina, Jakarta: Paramadina, 2005

Mansour Faqih, Gender Sebagai Alat Analisis Sosial, Edisi 4 November 1996.

Manuputty, Jacky Dkk, Carita Orang Basudara : Kisah – Kisah Perdamaian dari

Maluku, Ambon: Lembaga Antar Iman Maluku, 2014.

Manuputty, Jacky Dkk. 2014. Carita Orang Basudara : Kisah – Kisah

Perdamaian dari Maluku. Ambon: Lembaga Antar Iman Maluku.

Martine, Janne. 2010. Semiologi: Kajian Teori Tanda Saussuran; Antara

Semiologi Komunikasi dan Semiologi Signifikasi, cet. 1, Yogyakarta:

Jalasutra.

Moeloeng, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. Ke 11, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Mufidah Ch. Paradigma Gender. Malang: Bayumedia Publishing, 2003.

Mulyana, Deddy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, cet. Ke – 5, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nurcholish, Ahmad. 2011. 11 Tahun ICRP Melawan Kekerasan Atas Nama

Agama. Jakarta: ICRP.

Onong Uchjana Effendy. 1989. Kamus Komunikasi, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar, Jakarta: Yayasan Pusat

Perfilman H. Usman Ismail, 1993.

Rahman, Chaidir. Festifal Film Indonesia, Medan: Badan Pelaksana FFI, 1983.

Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender : Rekonstruksi Teologis, Yuridis, dan

Sosiologis, Purwokerto, Pusat Study Gender bekerjasama dengan Jakarta:

Fajar Pustaka, 2006.

Ridwan. 2006. Kekerasan Berbasis Gender, Yogyakarta : Fajar Pustaka

Page 167: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

156

Rosenberg, Marshall. 2003. Nonviolent Communication: A Language of Life.

(Encinitas: Puddledancer Press.

Sarah Gambel. 2010. Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme,

Yogjakarta: Jalasutra.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sue, Thhornham. 2010. Teori Feminis dan Cultural Studies. Yogyakarta:

Jalasutra.

Sumandiria, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik; Panduan Praktis Penulis dan

Jurnalistik cet. 1, Bandung: SimbiosaRekatama Media.

Sundari Husein dalam Panuti dan Aart Van Zoest, (Ed). 1991. Serba Serbi

Semiotika. Jakarta: Gramedia.

Synnot, Anthony. 2003. Tubuh Sosial, Simbolisme, Diri, dan Masyarakat.

Yogyakarta: Jalasutra.

Syukir, Asmuni. Dasar - dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas,

1983.

Trianto, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

West, Richard dkk. 2008. Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi,

Jakarta: Salemba Humanika.

William L. Rievers-Jay W. Jensen, Media Massa dan Masyarakat Modern,

Jakarta: Kencana, 2004.

Zoest, Aart Van. 1991. Interpretasi dan Semiotika, (Terj.) oleh Okke K.S Zaimar

dan Ida Sundari Husein dalam Panuti dan Aart Van Zoest, (Ed) Serba

Serbi Semiotika, Jakarta: Gramedia.

Daftar pustaka lain

http://www.tributehttp://www.festival-cannes.fr/assets/Image/Direct/040899.pdf

http://www.nytimes.com/2012/05/11/movies/where-do-we-go-now-from-nadine-

labaki.html?_r=0

.ca/movies/where-do-we-go-now/28479/

http://www.baynvc.org/assumptions_and_intentions.php

http://id.wikipedia.org/wiki/Lebanon#Demografi

Page 168: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan
Page 169: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan
Page 170: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

phot

os ©

Rud

y B

ou C

hebe

l

Anne-Dominique Toussaint Presents

A film byNADINE LABAKI

WHEREDO WE GO

NOW?(ET MAINTENANT ON VA OÙ ?)

Page 171: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

Paris Office2, rue Lamennais75008 ParisTel: +33 1 71 72 33 05

London Office6 Ramillies StreetLondon W1F 7TY

UKTel: +44 207 462 4429

Run time: 100 mins

www.patheinternational.com - [email protected]

International Press: Premier PR Ginger Corbet - [email protected] - Tel: +44 7802 498 549Phil Cairns - [email protected] - Tel: +44 7912 578 883

Stills and pressbook can be downloaded from www.pathedistribution.com / espace presse

International Sales:

Page 172: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan
Page 173: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

SynopsisOn the edge of a cratered road, a cortège-like procession of women solemnly makes its way towards the village cemetery.Takla, Amale, Yvonne, Afaf and Saydeh stoically brave the oppressive midday heat, clutching photographic effigies of their beloved menfolk, lost to a futile, protracted and distant war. Some of the women are veiled, others bear wooden crosses, but all are clad in black and united by a sense of shared grief.As they arrive at the cemetery gates, the procession divides into two congregations; one Muslim, the other Christian. Set against the backdrop of a war-torn country, WHERE DO WE GO NOW? tells the heart-warming tale of a group of women’s determination to protect their isolated, mine-encircled community from the pervasive and divisive outside forces that threaten to destroy it from within.United by a common cause, the women’s unwavering friendship transcends, against all the odds, the religious fault lines which crisscross their society and they hatch some extraordinarily inventive and often comical plans, in order to distract the village’s menfolk and defuse any sign of inter-religious tension.A series of chaotic incidents tests the women’s ingenuity as they manage, with sass, to successfully stave off the fall-out from the distant war. But when events take a tragic turn, just how far will the women go in order to prevent bloodshed and turmoil?

1

Page 174: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan
Page 175: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

_What is the subject of your film?The story takes place in an isolated mountain village, where Muslim and Christian women join forces, employ various ruses and make certain sacrifices to stop their men folk from killing one another.

_ Put like that, it sounds like a serious drama, when in fact there are lots of funny moments. Using irony to deal with life’s misfortunes is a survival strategy, a way of finding the strength to bounce back. In any case, for me it’s a necessity. I wanted the film to be as much comedy as drama, so it would inspire as much laughter as emotion.

_ Whilst we understand that the country where this war is unfolding is Lebanon, at no point is the name mentioned. Why’s that?For me, this war between two faiths is a universal theme. It could just as easily be happening between Sunnis and Shiites, between black and white, between two parties, two clans, two brothers, two families or two villages. It’s an embodiment of any civil war in which people in the same country kill each other, when they are neighbors and even friends.

Interview NADINE LABAKI

5

Page 176: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

_ Were you inspired by a true story?Not at all. The basis for the film is very personal. I found out that I was expecting a baby on 7 May 2008. On that day, Beirut once again slipped into war mode, with road blocks, the airport closed, fires and so on. Violence broke out all around. I was working at the time with Jihad Hojeily, my co-writer and friend, and we were thinking about my next film. In the city there was full-blown street-to-street fighting. People who had lived for years in the same building, who’d grown up together and attended the same schools, were suddenly fighting each other because they didn’t belong to the same religious community.And I said to myself, if I had a son, what would I do to prevent him from picking up a gun and going out into the street? How far would I go to stop my child from going to see what’s happening outside and thinking he had to defend his building, his family or his beliefs? The idea for the film grew out of that.

_ So, is it impossible for a Lebanese artist to hope to tackle anything else but war?It’s not a story about war; on the contrary, it’s about how to avoid war. You can’t live in Lebanon without feeling this threat, which ends up coloring what we do and our ways of expression. If you’re vaguely sensitive to what’s going on around you, you can’t avoid it.

_ The notion that peace can be achieved through women – beyond their attachment to a religious community – is that a dream or a conviction?A fantasy, no doubt. War is utter absurdity, an evil that we inflict upon ourselves for nothing, or at least for things that are not worth killing ourselves over. And it was because I became a mother that I felt this absurdity more strongly than before, and that I wanted to deal with a mother’s obsession to protect her children.

_ WHERE DO WE GO NOW? and CARAMEL are both centered around female characters. Would you define yourself as a women’s filmmaker? I’m interested in human nature in general. But perhaps I feel more authentic talking about women because I know their feelings. It’s more of a concern about authenticity than a mission.

_ Your two co-writers are men. Is that to stick closer to reality when you write about men?I chose those two male co-writers simply because they are two very sensitive, very gifted and talented people, with whom I get along very well. I think I’ll continue to make films with them; that is, if they want to work with me, of course.

87

Page 177: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

_ There is a lot of singing and dancing in the film. Why’s that?That comes from my childhood dreams when I used to watch musical films like GREASE and animated movies like SNOW WHITE and CINDERELLA. The film is not a musical comedy in the strict sense, but since I didn’t want to make a political film, the songs and dancing allow me to inject a mood of fairytale and fable. What’s more, the film starts with a narrator announcing that she’s going to tell a story. A little like one says: “Once upon a time.” Some people may object to the film because the events that occur are perhaps too unlikely for my country. Christians becoming Muslims and vice-versa is absolutely unthinkable. But it’s precisely to have the freedom to recount this situation that I didn’t set the story in Lebanon, and that I wanted a sort of imaginary tale.

_ The character you play is in love with a man who belongs to the other religious community. The feelings are reciprocal but they never own up to it, except through a song that each of them sings in their heads. Is that a way for you to show that such a relationship is impossible in reality? Even inside their heads, they only voice it in a very restrained way. Even though we like to think that today all that stuff is behind us, a marriage between two young people from two different communities is still very problematic in Lebanon. As much for the family and wider society as for the couple involved. In the film, it is never stated that it’s forbidden, but the two lovers only dare express themselves through a song. 10

Page 178: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

_ As in CARAMEL, you both act and direct. Is that complicated? The film overall was complicated, not being actress and director at the same time. The main character being the village itself, we had to handle around 100 people all at once, most of whom were not professional actors. _ Why did you use non-professional actors? Because I like playing with reality, putting real people in real situations and letting them create their own reality. I like experimenting with using their mannerisms, their voices, their way of being. The casting process was intensive. For weeks, a dozen people scoured the streets. But I also chose several professional actors like, for example, the village mayor. His wife in the film is in real life the wife of a man from one of the villages where we shot. During location scouting, she came up just to say “Welcome to our village” and I persuaded her to take a role. She’s fantastic!

_ Is asking non-professionals to dance a high-risk gamble?And what’s more, they are women of very different ages and profiles. We had to do a lot of rehearsal, but in the end, it’s not only a fabulous but an unforgettable moment. We shot that scene on the first day, starting the shoot off on a very impressive note. Seeing these women in that landscape with that magnificent light gives you goose bumps.

_ Did you use only natural sets? We filmed in three different villages: Taybeh, Douma and Mechmech. The first, located in the Beqaa valley, is really a Christian and Muslim village in which the mosque is next to the church, just like in the narrative. For the sets, again I wanted to stick as close to reality as possible. Together with Cynthia Zahar, we worked a lot on the materials; the texture of the walls, wood, fabrics. You had to feel the passage of time, the poverty, the isolation. The village in the film has endured war, and found itself cut off from the outside world, with neither television nor telephone, connected to the rest of the country by a bridge dotted with landmines and shattered by shelling. 11

Page 179: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

_ The choice of clothing must have been a complicated exercise since you had to portray each community without caricaturing it.Once again with the aim of authenticity, my sister Caroline, who is the costume designer, did a huge amount of research. It was all the more difficult because I didn’t want to set the story in a precise period. And we had to bring a whole village to life. The walls of the office in which we were preparing the film were plastered with photos of actors wearing their costumes, divided up into color palettes, according to role, to categories, age, order of importance in the film, and so on. It was a real puzzle. A few days before the start of the shoot, there wasn’t a single square inch of that wall uncovered.

_ Khaled Mouzanar did the music for this film, as he did for CARAMEL. Did you have a clear idea of what you wanted? Khaled and I are married, he’s the father of my child. I like his sensitivity and I’m continually surprised by his ability to visualize the images of the film and to translate them into music just from reading the script – sometimes even before the ideas or the scenes are even written down. During the writing period, he picks up on scraps of the story or certain scenes during discussions with my co-writers and sometimes, when I’m in my son’s bedroom reading him a story or else in the kitchen, I’m surprised to overhear a tune that Khaled is playing on the piano which goes perfectly with one of the scenes I’ve imagined. So that’s how the film’s music gradually takes

shape. We never sit down and say: “Now let’s discuss the music.” It comes naturally. In the case of this film in particular, that was a good thing because the songs needed to be ready before the start of the shoot. The song lyrics are by Tania Saleh, a very good friend and an extremely gifted artist.

_ Between CARAMEL and WHERE DO WE GO NOW?, has Lebanese society changed?The importance of community and family are such that, even if we’d like to think that people are more emancipated and free in the Arab world, there’s still this sort of fear of “what are they going to think?” The specter of what people are going to say. In Lebanon, the facades of the buildings are often very beautiful with balconies brimming with pretty flowers. But on the other side, the rear courtyard, it’s a garbage tip. The same goes for the people: They pretend to be free and that everything is fine, but in fact, there are many taboos that have yet to be challenged. The reason for this is that we haven’t yet found our own identity. You can see it, for example, in our language. A whole section of our society, educated and cultivated people, no longer speaks Arabic but English or French. Yet it is those people who could speak it the best.

13 14

Page 180: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

_ Is that why your film is made in Arabic? Of course. It’s very tempting to go and make films abroad, and I had some offers to do this. But I turned them down. I’m afraid I wouldn’t be so authentic in a culture other than my own. What’s more, I want to bring life back to this old language which, when it is well spoken, is very beautiful. I’m grateful to my producer Anne-Dominique Toussaint for not having imposed anything on me in this sense. She’s very instinctive and respects what the director wants to say and why they want to say it, without ever trying to exert any pressure, whether commercial or artistic.

_ Where does the title of the film come from?From the last line in the film. Just when you think they have achieved something, resolved a situation and found a solution, suddenly, it all seems to fall apart again. The women in the village came up with the ultimate stratagem to make the men understand that war is absurd. They succeeded; but what’s going to happen next? “Where do we go now?” I don’t have the answer to that.

16

Page 181: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan
Page 182: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

Born in Lebanon, Nadine Labaki passed her baccalaureate in Beirut in 1993.She obtained a degree in audiovisual studies at Saint Joseph University in Beirut (IESAV), directing her graduation film, 11 RUE PASTEUR, in 1997, which won the Best Short Film Award at the Biennale of Arab Cinema at the Institut du Monde Arabe (Paris) in 1998.She then directed adverts and many music videos for celebrated Middle Eastern singers, for which she won several awards in 2002 and 2003.In 2004, she took part in the Festival de Cannes Residence to finish writing CARAMEL, her first feature film which she shot in 2006.CARAMEL screened in Directors’ Fortnight in Cannes in 2007 and was a commercial success in France in the summer of that year. The film sold worldwide.

WHERE DO WE GO NOW? is her second feature film.

Biography NADINE LABAKI

19

Page 183: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan
Page 184: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

ANNE-DOMINIQUE TOUSSAINTLES FILMS DES TOURNELLESLES FILMS DE BEYROUTH

PRODUCTIONS

2010 WHERE DO WE GO NOW? by Nadine Labaki Un Certain Regard - Festival de Cannes 20112009 THE HEDGEHOG by Mona ACHACHE (freely inspired by the novel by Muriel Barbery - Editions Gallimard) THE FRENCH KISSERS by Riad SATTOUF Directors’ Fortnight, César 2010 for Best First Film Festival de Cannes 20092007 CARAMEL by Nadine LABAKI Directors’ Fortnight - Festival de Cannes 2007 I’M WAITING FOR SOMEONE by Jérôme BONNELL2005 THE MOUSTACHE by Emmanuel CARRERE` Directors’ Fortnight - Festival de Cannes 20052003 RETURN TO KOTELNITCH by Emmanuel CARRERE 60th Venice Film Festival 2003 COST OF LIVING by Philippe LE GUAY 2001 SLOGANS by Gjergj XHUVANI Directors’ Fortnight, Youth Award, Best Foreign Film Festival de Cannes 2001

2000 THE BEATING OF BUTTERFLY WINGS by Laurent FIRODE Grand Prix - Festival de Namur1999 MY FATHER, MY MOTHER, MY BROTHERS & MY SISTERS by Charlotte de TURCKHEIM1998 THE SKATING RINK by Jean-Philippe TOUSSAINT1994 THE CHESS GAME by Yves HANCHAR1992 LA SEVILLANE by Jean-Philippe TOUSSAINT1989 MONSIEUR by Jean-Philippe TOUSSAINT

23 24

COPRODUCTIONS

2010 THE SOLITUDE OF PRIME NUMBERS by Saverio COSTANZO (coproduced with Offside Films and Bavaria Pictures) 67th Venice Film Festival 20102006 ODETTE TOULEMONDE by Eric-Emmanuel SCHMITT (coproduced with Pathé and Bel Ombre Films)2004 GESPENSTER (GHOSTS) by Christian PETZOLD (coproduced with Schramm Films) Official Selection – Berlin Film Festival 20052003 WORK HARD, PLAY HARD by Jean-Marc MOUTOUT (coproduced with TS Productions)

2002 RESPIRO by Emanuele CRIALESE (coproduced with Fandango) Grand Prix - International Critics Week Festival de Cannes 20021998 TOREROS by Eric BARBIER (coproduced with Vertigo Production)1993 MINA TANNENBAUM by Martine DUGOWSON (coproduced with IMA Films)

Page 185: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan
Page 186: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

CAST TAKLA Claude BAZ MOUSSAWBAA AFAF Layla HAKIM AMALE Nadine LABAKI YVONNE Yvonne MAALOUF SAYDEH Antoinette NOUFAILY RABIH Julien FARHAT ROUKOZ Ali HAIDAR NASSIM Kevin ABBOUD RITA Petra SAGHBINI HAMMOUDI Mostafa AL SAKKA ISSAM Sasseen KAWZALLY AIDA Caroline LABAKI FATMEH Anjo RIHANE ABOU AHMAD Mohammad AKIL GISELE Gisèle SMEDEN MAYOR Khalil BOU KHALIL PRIEST Samir AWAD CHEIKH Ziad ABOU ABSI BUS DRIVER Adel KARAM KATIA Oxana CHIHANE SVETLANA Anneta BOUSALEH ANNA Olga YEROFYEYEVA TATIANA Yulia MAROUN OLGA Oksana BELOGLAZOVA BOUTROS Fouad YAMMINE BOUTROS WIFE Cendrella YAMMINE ABOU ALI Sami KHORJIEH YOUSSEF Georges KHOURY SASSINE Mounzer BAALBAKI 27

Page 187: DIALOG ANTARAGAMA DAN PERAN PEREMPUAN : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27087/1/LINI... · Boleh jadi manusia tidak secara langsung dan sengaja menyampaikan

CREW Director Nadine LABAKI Producer Anne-Dominique TOUSSAINT

Screenplay Nadine LABAKI, Jihad HOJEILY, Rodney AL HADDAD With the collaboration of Thomas BIDEGAIN Music Khaled MOUZANAR Cinematographer Christophe OFFENSTEIN Editor Véronique LANGE Set design Cynthia ZAHAR Costumes Caroline LABAKI Sound Michel CASANG Gwennolé LE BORGNE Dominique GABORIEAU First assistant director Thierry GUéRINEL Production manager Pascal BONNET Executive producers Lebanon Lara CHEKERDJIAN, Abla KHOURY (Ginger Beirut Productions) Coproducers Romain LE GRAND, Hesham ABDELKHALEK, Tarak BEN AMMAR Coproduction France-Liban-Italie-Egypte Les Films des Tournelles, Pathé Les Films de Beyrouth, United Artistic Group, Chaocorp, France 2 Cinéma, Prima TV With the participation of Canal +, Cinécinéma, France Télévisions With the support of Ministry of Culture, Lebanon Fonds Francophone de Production Audiovisuelle du Sud

In association with The Doha Film Institute Distribution Middle East United Artistic Group International sales Pathé International28