desain materi advances full

31
DESAIN MATERI “ADVANCES” Dosen Pengampu: Prof. Darmiyati Zuchdi, Ed.D disusun oleh: 1. LALU NASRULLOH (14715251029) 2. ALYVIA ANANDA (14715251020) 3. SALEH FAHRUDIN (14715251028) 4. SAWACU PRAGINA (14715251006) 5. NINA RETNO PALUPI (14715251015) 6. THOUFANIE BARIKLY (14715251031) 7. ADE JAUHARI (14715251013) 8. SRI JATI RAHAYU (14715251025) JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENDIDIKAN PASCA SARJANA

Upload: ricodwipermana

Post on 09-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pengembangan Pembelajaran Bahasa

TRANSCRIPT

DESAIN MATERI ADVANCES

Dosen Pengampu: Prof. Darmiyati Zuchdi, Ed.D

disusun oleh:1. LALU NASRULLOH (14715251029)2. ALYVIA ANANDA (14715251020)3. SALEH FAHRUDIN (14715251028)4. SAWACU PRAGINA (14715251006)5. NINA RETNO PALUPI (14715251015)6. THOUFANIE BARIKLY (14715251031)7. ADE JAUHARI (14715251013)8. SRI JATI RAHAYU (14715251025)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAPENDIDIKAN PASCA SARJANAUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2015PENDAHULUANBeberapa diskusi tentang topik pada bab ini harus dimulai dengan sebuah klarifikasi yang terpusat pada materi pengajaran. Materi atau bahan-bahan dalam hal ini tentu saja dapat memilki beberapa arti yang sangat luas, dari beberapa sumber yang mampu membantu dalam pembelajara bahasa. Akan tetapi hal ini menunjukkan bahwa bahasa inggris dalam hal ini sebagai bahasa internasional dijadikan sebagai referensi wajib dalam pengajaran bahasa, seperti yang termuat dalam bukunya (Soars & Soars:2003) yang berjudul Headway serta pada buku-buku seri yang lain. Kesemuanya itu merupakan contoh buku pengajaran yang menggunakan bahasa inggris. Hal tersebut sebagain kecil alasan atau acuan dari sekian banyak bidang yang terdapat pada saat ini, dan pada saat yang bersamaan tidak komprehensif. Namun yang terpenting ialah bagaimana menghubungkan acuan yang sebelum dan sesudahnya dan dibahas secara terus-menerus untuk perkembangan disain bahan pengajaran bahasa. Relatif sedikit dari beberapa disain pengajaran yang memiliki fokus pada tipe bahan ajar yang sama atau dari sumber yang sama dari sekian banyak bahan pengajaran yang ada. Demukian fokus dan tujuan disusunya buku ini, agar para pembaca dan tenaga pendidik lebih siap dan mampu mengaplikasikannya secara pribadi terhadap contoh-contoh yang diacu atau yang dikutip dalam buku ini.Banyak yang meninggalkan dan keluar dari catatan dan keteragan-keterangan atau dari acuan-acuan pengajaran bahasa itu sndiri yang diterapkan di seluruh dunia, terutama dalam sistem pendidikan yang terdapat pada beberapa negara yang kemungkinan merupakan hasil temuan dan atau ciptaan dari negara tersebut. Meskipun dalam konteks ini tidak terhindarkan, namun seyogyanya hal tersebut merupakan hal yang penting untuk dibahas, karena juga merupakan bagian dari aspek-aspek disain bahan pengajaran (adanya hasrat untuk melihat) di mana suatu kebenaran untuk melakukan hal yang lebih dengan segenap kemampuan untuk melakukan penemuan dan penelitian. sebaiknya juga hal tersebut dapat dijadikan sebagai landasan serta pertimbangan dari bahan pengajaran yang menunjukkan keprihatinan terhadap pengajaran bahasa inggris sebagai bahasa asing. Namun prinsip-prinsip yang mendasar itu dan adanya isu-isu mengenai mengenai hal yang demikian, akan membuat perlunya semua bidang pengajaran bahasa asing.Hal ini juga penting untuk diuji cobakan dalam mendefinisikan pengertian advances yang dalam hal ini diartikan sebagai tingkatan yang paling tinggi dalam hirarki pengajaran bahasa setelah pemula dan menengah. Terdapat dua pandangan dalam memecahkan masalah ini. Pertama, kita harus mengaplikasikan sudut pandang linguistiknya (bahasanya), pandangan ini dapat dilihat dalam bukunya Littlejohn (1992), Tomlinson (1998,2003), dan pada buku-buku seri yang lainnya. Singkatnya pandangan ini berpendapat bahwa dalam mendisain materi pengajaran untuk tingkatan yang paling tinggi ini sebisa mungkin harus berdasarkan teori akademik dan penelitian yang fokus ke bahasa, atau pembelajaran dan pendidikan bahasa. Kedua, apakah memungkinkan dibentuknya pembelajaran yang fokus terhadap audiensnya atau berdasarkan siswa, yang dalam pengertian yaitu sebuah sudut pandang dalam mendisain sebuah materi berdasarkan referensi-referensi utama yang dibutuhkan oleh para siswa dalam pengajaran bahasa. Meskipun saat ini literatur-literatur yang berkaitan dengan bagaimana mendisain materi sudah sangat terbatas (lihat Bell & Gower, 1998; Mares, 2003; Richard, 2001). Pandangan ini harus direalisasikan dalam bentuk pengembangan yang fokus dalam mendisain materi seperti yang dianjurkan oleh penulis dan penerbit buku berdasarkan siswa sebagai bahan bacaan untuk para siswa. Contohnya, pemahaman mereka apakah keutamaan disain pengajaran itu dapat dilihat pada bagaimana siswa dalam mengerjakan tugas, apakah akan menuai hasil yang maksimal atau tidak. Dengan demikian teknik disain bahan pengajaran berdasarkan siswa ini bertujuan untuk memfasilitasi dalam pengajaran bahasa di mana materi itu harus tetap digunakan atau diajarkan.Dalam praktiknya, ada dua kecendrungan yang sering dicampur adukan dengan beberapa seperangkat materi pembelajaran untuk diuji cobakan sebagai refleksi, diberbagai tingkatan, dalam ranah pengaplikasian kebahasaan berdasarkan apa yang dibutuhkan atau keperluan siswa. Hal ini dapat diketahui dari analisis kebutuhan siswa. Pertama, dari segi kesulitan siswa. Kedua, keperluan siswa. Ketiga, keinginan siswa dalam proses pembelajaran. Kesemuanya ini diperoleh dari observasi, angket, dan wawancara guru dan siswa. Namun dalam ranah diskusi akademik, topik ini (disain materi pembelajaran) pandangan pengaplikasian kebahasaan paling sering dibahas (trending topic). Dalam mendisain materi tingkatan tinggi ini biasanya lebih diinterpretasikan sebelah mata atau sering diabaikan, padahal buku teks ini juga disusun harus berdasarkan pandangan dan sesuai kebutuhan siswa.Teori ini dikenali untuk sementara waktu, akan tetapi secara umum memiliki hubungan antara pemakain bahasa dan pengajaran bahasa berdasarkan dialektika, denga demikian pemberian hak pengetahuan terhadap isu-isu praktik sebagai titik permulaan ( bukan yang awal dan yang akhir) berlaku terhadap cendikiawan (lihat Widdowson,2000). Dalam kata-kata sebagai berikut, maka istilah seperti advances dapat diartikan sebagai, pertama, misal seperti fungsi dari perkembangan disain bahan pengajaran, mungkin dengan melihat kontribusi dalam pengelolaan kelas pengajaran bahasa, dari jenis situasi ini bahan pengajaran akan mendapatkan pengalaman positif daripada sebaliknya dari kasus itu. Selain dalam kata-kata, secara keseluruhan memiliki kriteria yang sama dari kemampuan untuk mencapai tujuan tanpa menghiraukan teori atau cara yang benar. Misalnya hal yang wajar seperti mendisain kembali dan memperluas atau mengembangkan agenda penelitian di dalam bidang ini, dengan melihat penciptaan cara terhadap dua pokok disain bahan merupakan anggapan pengenalan terhadap pengembangan disain bahan pengajaran yang hasilnya akan lebih menguntungkan seperti yang terjadi sampai sekarang.Selanjutnya ada beberapa hal yang akan dibahas dalam bab ini, di antaranya terdiri dari, pertama laporan singkat mengenai peninjuan kembali penemuan dari dua pandangan atau penilaian, meninjau perkembangan terhadap disain bahan dari yang terdahulu pada tahun1980. Sekarang saatnya menjadi haluan atau acuan untuk sesi berikutnya, yang mana rasa prihatin ditinjau dengan cara menyuguhkan segi pokok dari penganalisisan bahan-bahan pengajaran dari ke dua pandangan tersebut. Sebaiknya dari aspek yang lain juga memiliki perkembangan secara terus-menerus, baik dengan cara ujian dari sebuah buku pelajaran yang terbaru. Yang terakhir, sesi percobaan terhadap intisari secara bersamaan dan pertimbangan terhadap pengertian perkembangan lebih lanjut dalam bidang ini.TITIK TOLAKTerdapat dua penelitian yang sebelumnya telah dilakukan, yaitu oleh Rossner (1988) dan Clarke (1989). Di dalam penelitian Rossner disebutkan tentang penerimaan pendapat bahwa tujuan dari pembelajaran bahasa adalah komunikasi, dimana titik perubahannya adalah untuk menguji apa yang sebenarnya telah dipahami oleh penulis-penulis materi yang akan menjadi acuan dari hasil pekerjaan mereka di dalam kelas (Rossner, 1988: 140). Berdasarkan pada dasar analisis dari beberapa perwakilan data buku pelajaran (misalnya, Swan & Walter, 1984), materi tambahan (misalnya Frank, Beres, & Rinvolucri, 1989), dan buku acuan/buku sumber (misalnya Sion, 1985) pada saat penelitiannya itu, Rossner menyimpulkan bahwa: materi-materi tersebut....tidak secara langsung menjadi komunikatif...; lebih baik lagi materi materi tersebut menjadi lebih bervariasi sehingga akan menjadi lebih menarik dan tidak lagi menjadi kendala bagaimana cara untuk menjadikan praktek bahasa di kelas agar menjadi lebih maju. (hal. 142)Dengan kata lain, fokus yang lebih sederhana akan tetap terjaga, meskipun dengan adanya tambahan lapisan materi komunikatif. Terdapat beberapa kritik pula terhadap materi komunikatif yang diungkapkan. Yang pertama, materi-materi komunikatif dianggap memiliki sisi embarras de richness. Meskipun telah diketahui bahwa materi-materi tersebut telah dipilih dengan seksama, digunakan dengan baik, namun, materi tersebut masih dipandang kompleks dan menghabiskan terlalu banyak waktu dari pada materi sebelumnya. Yang kedua, kebanyakan aktifitas komunikasi tersebut dianggap tidak mencerminkan komunikasi yang sebenarnya dengan tujuan yang nyata (Rossner, 1988: 160) karena banyaknya hal hal artifisial yang ada pada materi tersebut dan kurang relevan dengan kehidupan nyata para pembelajar bahasa. Yang ketiga, kelaziman dari penerbit-penerbit yang ada di Inggris dan Amerika Serikat dilihat sebagai sesuatu yang berbahaya karena pada umumnya mereka tidak dapat menghindari proyeksi melalui topik dan pendekatan-pendekatan terhadap mereka, melalui bahasa yang mereka pilih, semangat dari aktifitas yang mereka lakukan, nilai dan sikap pendidikan yang secara intrinsik merupakan budaya barat dan khususnya Anglo-Saxon (hal. 160). Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa di era komunikatif, lebih dari masa sebelumnya dimana materi-materi yang diberikan seharusnya tidak untuk mencetak para guru dan pembelajar namun mater-materi tersebutlah yang seharusnya siap dicetak oleh mereka (hal. 161). Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa materi-materi tersebut dirasa tidak cukup sesuai untuk kebutuhan para pembelajar karena kompleksitas, kurangnya personalisasi, dan bias budaya baik dari isi maupun metodologi. Seperi halnya Rossner, tujuan dari Clarke (1989) adalah untuk menunjukkan beberapa cara yang mana sekarang ini prinsip-prinsip dari pembelajaran bahasa yang komunikatif telah diterjemahkan di dalam materi pengajaran yang aktual (hal. 73). Dalam melakukan hal tersebut, bagian pertama dari bab ini (yaitu bagian 2-8) berfokus pada perdebatan tentang keaslian untuk mempersiapkan cara, pada bagian yang kedua, untuk analisis seberapa luas jangkauan dimana beberapa konsep berfokus pada ide keaslian/otentisitas dari suatu teks, penggunaan teks, dan tanggapan pembelajar, dapat dilihat memiliki pengaruh atau mempengaruhi model dari buku pelajaran kontemporer (conto Abbs & Freebairn, 1980; Soars & Ssoars, 1986; Swan & Walter, 1985).Berkaitan dengan keaslian teks, beberapa materi dilihat sudah terlalu jauh melampaui materi yang seharusnya diberikan dalam artian materi yang mencerminkan kehidupan nyata untuk menciptakan suasana otentisitas (asli) (Rossner, 1988. Hal. 79). Namun, di waktu yang sama, fitur-fitur dari materi, seperti foto, dilihat memiliki unsur atau nilai pendidikan yang sangat kecil dan tidak langsung dan terdapat banyak fenomena stimulated realia, misalnya grafik yang tidak memasukkan reproduksi dari teks yang sebenarnya namun ia mencoba untuk mencari identitas diri dengan menggunakan beberapa alat, misalnya penggunaan buku gambar yang kemudian digunakan untuk menulis beberapa janji yang dimiliki sehingga akan membentuk suatu buku harian (hal 79). Yang terakhir adalah tentang penggunaan teks untuk materi mendengarkan (listening), kebanyakan materi tersebut memiliki skrip dan tidak memiliki skrip, walaupun terdapat tuntutan tentang keaslian atau otentisitasnya. Dalam hal tentang keaslian tugas dari teks-teks tersebut, pemahaman tentang penggunaan tipe pertanyaan wh-questions masih mendominasi; data yang masuk memberikan informasi yang lebih sedikit daripada dalih untuk aktifitas penggunaan reading comprehention dimana bagian terbanyaknya, banyak sekali hal yang digali tanpa alasan yang jelas dan tidak ada penggunaan yang lebih jauh yang diajukan untuk infromasi ini (Clarke, 1989: 81). Materi-materi otentik (asli) yang dilihat sebagai hal yang digunakan untuk perkembangan kemampuan membaca secara umum dan pemahaman (hal 81). Dengan cara yang sama, teks otentik juga sering digunakan sebagai alat pada latihan pembelajaran bahasa, misalnya menggunakan tabel pergantian, misalnya teks-teks tersebut sering dimodifikasi misalnya dengan adanya celah yang dimasukkan di dalamnya. Sehingga, hasil yang didapatkan adalah fokus dari materi materi tersebut cenderung untuk tetap pada bentuk atau fungsi dari bahasa daripada penggunaannya (hal 82)Keaslian atau otentisitas konteks (misalnya membuat konteks realistis dari penggunaan bahasa) juga masih di pandang belum berkembang pada banyak materi, dimana faktor bahasa masih menjadi dominan. Hal yang sama terjadi pada perkembangan material yang digunakan untuk dijadikan tugas untu para pembelajar masih dilihat dibatasi oleh kesulitan dalam penciptaan personalisasi dan di waktu yang sama digunakan sebagai usaha untuk memenuhi tuntutan pasar: perdagangan yang mensyaratkan untuk menjual barang sebanyak mungkin merusak keaslian dari banyak materi yang kemudian tidak akan bisa menjamin untuk membangkitkan keaslian bakat dari para pembelajar (hal. 83)Secara keseluruhan, apa yang disampaikan dalam analisis Clarke sama dengan apa yang dilakukan oleh Rossner, yaitu identifikasi jumlah cara, khususnya yang berkaitan dengan isu realisme dimana kebanyakan materi pengajaran yang ditinjau dianggap telah gagal untuk penyampaian teori yang diinginkan dari pendekatan komunikatif. Namun, Clarke menyimpulkan dengan menunjuk bahwa basis teoritis untuk mendukung keaslian dalam materi pengajaran dapat dicirikan dengan adanya sudut pandang yang berbeda, meskipun akan ada kecenderungan bahwa hal ini akan diabaikan, dan untuk yang mendukung konsep keaslian bagaimanapun juga akan menonjol. Dia merasa bahwa sangat penting untuk mencatat bahwa penggunaan materi yang asli bukan tidak dapat diacuhkan akan menghasilkan atau merujuk pada aktifitas yang berdasar pada performa, sedangkan aktifitas tersebut dapat dihasilkan tanpa penggunaan materi yang asli. Ia memberikan ciri pada materi pengajaran sebagai berikut:Ketika kebanyakan buku pelajaran modern telah banyak bekerja keras untuk mendapatkan paling tidak pancaran keaslian, harus dicatat disini bahwa kebanyakan isi mereka masih berfokus pada pengetahuan bahasa daripada penggunaannya... hal ini cukup jelas bahwa tidak ada pelepasan dari produksi materi pendidikan dan tidak perlu untuk disembunyikan lagi bahwa sebenarnya akan selalu ada kebutuhan untuk adanya pergantian materi yang mana pada diri mereka bukan merupakan materi yang asli, maka akan dapat diaslikan oleh para pembelajar, tingkat dimana materi modern cenderung tidak menunjukkan prinsip komunikatif yang mereka akui untuk memberikan tambahan untuk mendukung pernyataan ini (hal. 84)Implikasinya disini adalah bahwa materi itu harus didasarkan pada kebutuhan yang mungkin dapat semakin meluas atau di dalam perbedaan karena tak sesuai dengan penyatuan data asli akan menimbulkan sebuah diskusi baru pada bagian kedua dari pengenalan bab ini. Clarke membantah bahwa alasan mengapa materi yang masih dipertanyakan memiliki ciri yang telah teridentifikasi bukan karena kelemahan pada penulis dan penerbit, namun karena tujuan keaslian di dalam formulasi yang masih konvensional. Hal ini karena apa yang disebut dengan asli mungkin saja akan berbeda ketika dilihat dari perspektif para pembelajar. Dengan kata lain, dikotomi pokok atau kecenderungan yang ada dirasa memang ada. Di satu sisi, tujuan utama dari linguistik terapan adalah merujuk pada laporan untuk faktor-faktor yang termasuk di dalam penggunaan bahasa secara alami, dan di sisi yang lain kita telah memiliki materi pengajaran yang masih membuat kita terperangka pada hal yang berkaitan dengan keaslian yang masih mengakar, yaitu pembelajaran bahasa yang secara fundamental berorientasi misalnya pada padangan bahwa jenis dari keaslian merupakan hal yang paling dibutuhkan oleh pembelajar bahasa asing, harus dihubungkan terlebih dahulu dengan pembelajar karena yang terpenting ia dilihat sebagai pembelajar sementara daripada sebagai pengguna bahasa tersebut di masa depan. Seperti apa yang akan kita lihat, hal yang sama juga mendasari perkembangan berikutnya pada pola buku pelajaran pembelajaran bahasa.ANALISISKEASLIANKEASLIAN TEKSNew Headway Internediate (Soars, Soars, & Sayer, 2003), dalam sebuah buku pengajaran tersebut, penulis menyatakan bahwa buku panduan siswa tentang membaca dan menyimak datang dari berbagai sumber-sumber yang asli dengan disesuaikan secukupnya untuk menyesuaikan tingkatannya. Hal ini dikonfirmasi dengan sebuah pengujian terhadap buku pengajaran siswa yang mempunyai banyak bagian-bagian yang asli dari teks yang muncul kesesuaiannya, tetapi banyak kasus bahasa yang sering terdengar adanya kekurangan secara istilah dan kerumitannya masing-masing dari pengarang asalnya, untuk itulah beberapa contohnya. Hal yang sama juga muncul dalam buku-buku kursus atau pelajaran yang lain, seperti New Hotline Elementary (Hutchinson,1998), Cutting Edge Intermediate (Cunningham & Moor, 1999), Language to go Intermediate (Crace & Wileman, 2002), In English Elementart (Viney & Viney, 2004a), Interchange Students Book 1 (Richards, Hull, & Proctor, 2005) dalam kata lain, bukan untuk menjadi lebih baik menggunakan keaslian sebuah teks, tapi terlihat adanya penggabungan dari status keberadaannya. Contohnya seperti penggunaan teks yang asli-palsu atau secara khusus membangun teks-teks menjadi sesuatu yang biasa dalam desain teks buku modern.Keaslian dari sebuah penggunaan teksPenggunaan teks di dalam buku teks modern lebih diarahkan untuk memahami atau mengetahui tujuan dari penggunaan bahasa. Walaupun ada juga sebelum dan sesudah kemampuan aktitivitas bahasa yang diikut sertakan oleh para pelajar untuk mendapatkan informasi dari isi teks untuk diaplikasikan dalam hidup mereka. Itu ada dalam buku Language to go Intermediate (Crace & Wileman, 2002, p. 69), pada bagian menyimak siswa dimulai dengan melihat sebuah gambar dari berbagai alat komunikasi elektronik yang ada lalu menjelaskannya, kemudian mereka mendengarkan empat buah teks pendek tentang penemuan dan mencocokkan salah satu dari gambar tersebut dengan informasi yang relevan, setelah itu mereka mendengarkan kembali untuk mencocokkan daftar penemuan tersebut dengan tahun dimana penemuan tersebut diprediksi akan tersedia. Ini diikuti dengan fokus tata bahasa yang berisi latihan-latihan khusus dengan poin bahasa yang utama dalam sebuah teks. Halaman tersebut diakhiri dengan sesi Get Talking yang mana siswa membuat prediksi mengenai masa depan mereka.Walaupun banyak berbagai macam dari perhatian utama tetapi lebih ditekankan pada kemampuan atau sisi pengembangan bahasa, selain itu juga ada aktivitas yang berhubungan dengan bahasa atau ide-ide dari hidup para siswa itu sendiri kebanyakan buku-buku pembelajaran baru mengikuti pola dasar yang sama dalam mendengarkan dan membaca teks, seperti Cutting Edge Intermediate (Cunningham & Moor, 1999, pp. 107-5); Interchange Students Book 1 (Richards 2005, p. 111); New Hotline Elementary (Hutchinson, 1998, pp. 58-9); In English Elementary (Viney & Viney, 2004a, pp. 142-8); New Headway Intermediate Students Book (Soars & Soars, 2003, pp. 84-5). Semua itu sesuai dengan penggunaan dari jenis teks itu, kebanyakan buku teks kontemporer dengan mengizinkan keaslian teks untuk menggunakan aktivitas yang memacu siswa untuk menghubungkan isi teks kedalam hidup mereka, yang mana berfokus dalam menggali siswa untuk memahami dan mengembangkan penggunaan bahasanya.

Keaslian tugas untuk pembelajarSeiring dengan berkembangnya berbagai macam jenis dan penggunaan teks, maka banyak sekali muncul jenis teks dalam buku pelajaran yang berdasar pada pengetahuan dan tema yang menarik bagi para pembelajar daripada teks yang hanya berdasar pada tema-tema kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar bahasa yang telah dipelajari oleh siswa atau pembelajar dapat digunakan dalam konteks dunia yang mereka minati. Misalnya, dalam Cutting edge Intermediate, modul 7, tugas utama yang diberikan adalah membuat daftar apa yang seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang yang mengunjungi negara mereka, di English Elementary, unit 27, disebutkan bahwa siswa diberi tugasuntuk mendekripsikan prediksi-prediksi yang mungkin terjadi pada dunia di masa depan, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Perhatian utama dari pemberian tugas-tugas tersebut adalah untuk memberikan stimulus kepada para siswa untuk mengaplikasikan materi bahasa yang ada dalam benak mereka pada suatu praktek berdasarkan pada tingkat kemampuan mereka, serta dengan tema yang mereka sukai dan gemari. Jadi, pemberian tugas tersebut befokus pada sarana untuk menstimulasi kemampuan siswa daripada hanya sekedar meniru penggunaan bahasa sehari-hari.Sehingga, sekarang ini banyak sekali buku pelajaran yang mencoba untuk mengembangkan lebih jauh dari apa yang disampaikan oleh Rossner dan Clarke pada akhir tahun 1980an, yaitu untuk mengembangkan pseudo-authentic text dan mengembangkannya dengan cara inauhentic. Namun, hal tersebut hanya dapat diaplikasikan sampai pada tingkat intermediate saja karena adanya kesulitan untuk menemukan teks yang mengandung contoh yang jelas dalam penggunaan bahasa yang disertai dengan konten yang menarik. (Bell and Gower, 1998) Dengan kata lain, teks-teks untuk proses pembelajaran seharusnya disusun untuk memuaskan kebutuhan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tipe teks authentic sepertinya tidak cocok dengan tujuan ini. Sehingga, ada baiknya untuk mengubah cara dari sistem teks authenticity menjadi artificiality untuk membantu para siswa mengembangkan potensi mereka. Disinilah peran pedagogic task untuk menjadi jembatan yang menghubungkan dunia yang diminati oleh siswa dengan bahasa yang dipelajari, serta dapat pula disisipkan hal-hal yang berkaitan dengan praktek bahasa dalam kehidupan sehari hari.PRAKTEK BERBAHASAMeskipun penambahan berbagai elemen atau unsur buku mereka ditinjau lebih komunikatif "gloss" baik Rossner (1988) dan Clarke (1989), seperti yang telah ditunjukkan, mereka tetap mempertahankan fokus keseluruhan terhadap "praktek bahasa". Sejak ulasan mereka ditulis, rencana akademik pada bidang ini sudah ada, umum, terus bergerak semakin jauh melihat fokus langsung pada studi sadar bahasa sebagai strategi pedagogis yang diinginkan, berbagai macam alternatif "tidak langsung" yang disukai sebagai gantinya, seperti "peningkatan kesadaran" (Ellis, 1993). Namun, banyak buku teks sudah ada kegiatan waktu dimasukan, elemen atau unsur praktek bahasa yang terkenal, dan selama bertahun-tahun, tidak menolak, tampaknya telah benar-benar meningkat.Jadi, misalnya, di unit 7 asli tahun1986 versi headway intermediate (Soars & Soars 1986), elemen kerja bahasa terdiri dari dua bagian presentasi dan praktek, yang pertama terdiri dari dua peningkatan kesadaran (CR) latihan mengenai arti struktur utama bahasa dalam fokus (present perfect) dan dua terkait "praktek" melakukan latihan, kedua kegiatan CR lanjut dan latihan praktek yang terkait, ditambah "tinjauan bahasa" bagian (yaitu, penjelasan keseluruhan aturan), Latihan terjemahan, dan "analisis" latihan. Pada bagian pengembangan keterampilan selanjutnya, ada aktivitas lebih lanjut analisis dan latihan praktek yang terkait, dan terfokus role-play (main-peran). Jadi semuanya, unit berisi tiga CR dan lima kegiatan praktek bahasa. Dalam unit setara dalam edisi terbaru dari buku teks yang sama (Soars & Soars, 2003), karya bahasa mengenai fokus bahasa utama (sekali lagi, sempurna untuksekarang) adalah sebagai berikut. Dalam dua halaman pertama (pp. 54-5) ada latihan praktek (uji tata bahasa) di mana siswa menunjukkan kemampuan mereka yang ada untuk menggunakan formulir di bawah fokus, serta menganalisis itu. Ini diikuti dengan mengisi-in-the-gap latihan praktek dan latihan CR. Dalam dua halaman berikutnya (hlm. 56-7) ada satu kegiatan CR, tiga yang analisis, dan tujuh latihan praktek bahasa. Mendengarkan dan berbicara pada bagian p. 61 berisi dua latihan praktik lanjut. Ada, dengan demikian, sama dua CR dan dua belas latihan praktek bahasa berkaitan dengan fokus bahasa utama unit dalam edisi ini. Demikian pula, di unit 6 dari edisi asli isu SD (Hutchinson, 1991), yang berfokus pada terus menerus terakhir, ada di sana CR dan tujuh latihan praktek bahasa. Dalam edisi kemudian, isu SD baru (Hutchlnson, 1998) unit setara berisi tiga CR dan tigabelas latihan praktek bahasa. Jadi, sementara jumlah latihan CR dalam dua buku teks tetap mirip, yang praktek bahasa telah meningkat secara substansi.Banyak buku modern lainnya juga mengandung sebagian besar dari latihan kedua jenis. Pada survei pada basis, mereka menetapkan sembilan bahan diterbitkan antara tahun 1991 dan 2000 (dengan mayoritas yang telah diterbitkan separuh kedua periode ini), Nitta dan Gardner (2005) menunjukkan bahwa jumlah kira-kira sama dari CR dan latihan praktek bahasa yang digunakan. Mereka menyimpulkan, "Meskipun penelitian baru-baru ini SLA terus memberikan argumen terhadap efektivitas tugas berlatih, bukti dari analisis kami menunjukkan bahwa mereka masih menempati tempat penting dalam bahan ELT umum.....apalagi, banyak yang menyarankan menggunakan buku tugas untuk praktek lebih lanjut" (hal. 9). Namun, mereka juga mengatakan:Meskipun ini terus menekankan pada praktek, temuan kami sudah ada mengungkapkan bahwa mata pelajaran masa kini biasanya menyejajarkan tugas CR dengan tugas berlatih. Dan bukan secara khusus memilih salah satu pendekatan, penulis materi dengan bijak merancang silabus tata bahasa dibangun dikedua CR dan praktek. Oleh karena itu, meskipun para peneliti menekankan pada efektivitas CR ketimbang praktek dalam teori dan rasional argumen mereka meyakinkan pelaksanaan ELT mungkin tidak siap untuk meninggalkan kebiasaan, salah dan benar "PRAKTEK" latihan(hal. 10).Dengan kata lain, tampak bahwa pengalaman pragmatis di kelas tercapai karena umpan yang menjadi bahan tertulis melalui data yang diperoleh dari pelaksanaan oleh penerbit (Donovan, 1998) telah menambahkan dimensi untuk buku teks desain pada bidang ini yang umumnya kurang dalam paradigma akademik, didasarkan atas sebanyak itu, terutama pada model penggunaan bahasa "alami" tidak baik dari keadaan yang berkaitan dalam situasi belajar rata-rata tingkat sekolah atau bahasa orang dewasa. Seperti Widdowson(2003) menunjuk(lih Prabhu, 1992): Sebuah refleksi saat dilakukanjelas bahwa apa yang diajarkan adalah ruang kelas dalam hal penting tertentu tidak dapat sesuai dengan penggunaan bahasa yang sebenarnya. Penggunaan bahasa yang sebenarnya terjadi secara alami dalam kesinambungan kehidupan sosial, tepat diaktifkan oleh konteks, dan termotivasi oleh kebutuhan komunikasi dan ekspresi komunalataukelompok dan identitasindividu. Subjek bahasa tidak terjadi secara alami sama sekali: seperti mata pelajaran lain, terputus-putus pada jadwal, dipasang ke jadwal yang cocok untuk kenyamanan administrasi. Biasanya, tidak ada dorongan komunalataukelompok atau individu alami untuk menggunakan bahasa: konteks harus dibuat dan motivasi jugadibuat. Dan ini dilakukan dalam unitperiode waktu yang disebutkan dan unit kegiatan yang disebut pelajaran, yang disusun dalam hal-hal seperti latihan, tugas, tes, kerja kelompok, dan sebagainya. Selain itu, kegiatan ini sebagian besar, dikontrol dan diatur oleh otoritas guru, dan diarahkan pada hasil yang dapatterukur hasilnya.Jadi, dari pada mengamati ketentuan dilanjutkan atau meningkat begitu banyak pekerjaan latihan dalam buku teks disesalkan (seperti dalam, misalnya, Tomlinsonetal. 2001), dapat dilihat lebih positif sebagai bukti kebutuhan untuk penelitian ulang pemikiran dan teori pada bidang ini. Dengan kata lain, Swan (2006) berpendapat, kebijakan yang diadopsi oleh buku teks dalam hal ini dapat dianggap sebagai membantu untuk menghindari bahaya dari "subtraktif (mengurangi)" pendekatan": Perubahan teoritis pedagogik sering terjadi karena kekecewaan: tidak mencerminkan ajaran tampaknya akan mendapatkan hasil yang sangat baik, dan untuk menjatuhkan apa yang kita lakukan dan mencari alternatif. Tapi ini tidak mungkin membawa keuntungan secara bersih. Jika kita melakukan terlalu banyak masukan baik formal maupun Output komunikatif tidak cukup, solusinya adalah untuk menyeimbangkan segalanya, tidak untuk memindahkan posisi di mana kita melakukan terlalu banyak output komunikatif dan tidak cukup Input formal. Pendekatan tersebut hampir selalu subtraktif (mengurangi) serta tambahan, menempatkan banyak penekanan pada satu atau bahan lain dari pengajaran bahasa sementara mengabaikan yang lain (hal. 53-4). Dampak dari kebijakan ini untuk pengembangan lebih lanjut dari agenda penelitian desain materi dalam linguistik terapan akan dipertimbangkan dalam bagian akhir dari bab ini.Rencana Pelajaran (Silabus) Pendekatan juga menjelaskan cara menerapkan buku pelajaran sebagai syarat-syarat yang tersusun dalam silabus dan kesatuan dimensi yang bertingkat (unit). Multi-silabus (Swan dan Walter, 1990) merupakan aturan pada masa kini. Dengan demikian, isi pada setiap unit di In English Elementary memasukkan Fokus Bahasa, Keterampilan Berkomunikasi/ Fungsi/ Bentuk,, Topik/ Kosakata, dan Ekstensi (variasi tambahan dalam perencanaan bahasa, dan lain sebagainya.) (Viney&Viney, 2004b, PP. 3-7); di New Headway Intermediate (Soars&Soars, 2003), ditambahkan unit topik (misal: sebuah kata yang menakjubkan) yang dikelompokkan menjadi, Grammar, Kosakata, Bahasa Inggris untuk Sehari-hari, Membaca, Berbicara, Menyimak dan Menulis. Di Cutting Edge Intermediate (Cunningham&Moor, 1999) ditambahkan topik modul secara keseluruhan (misal Tentang Kamu), yang konten utamanya bertajuk Fokus Bahasa, Kosakata, Berbicara, Membaca atau Menyimak, Tugas dan Setelah Penugasan. Buku lainnya juga memasukkan beberapa unsur tambahan seperti silabus pembelajaran untuk belajar (merujuk pada New Hotline Elementary (Hutchson, 1998)). Dan juga seperti multi-instrumen bentuk dalam pengaturan yang mendekati perlambangan buku pelajaran modern.Seperti sebuah gejala yang dapat ditafsirkan sebagai perlindungan dasar atas keseluruhan, pendekatan bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada kebutuhan pasar yang mengabaikan atau kurang menghargai kerumitan, banyak tahapan dasar pembelajaran bahasa berupa tugas. Dapat disimpulkan bahwa awal jenis silabus buku pelajaran, hanya menerapkan aspek tunggal yang menonjol (seperti struktur, fungsi, situasi, dan sebagainya), mungkin terdapat pengurangan pada tingkat bagian yang satu dengan yang lain sebagaimana yang dahulu telah dikembangkan. Jelas bahwa terdapat jarak yang luas pada komponen silabus dalam bahan pembelajaran modern yang memang berpotensi untuk mengurangi permasalahan berbahasa dan merupakan penerapan pandangan kontemporer tentang bahasa dan pembelajaran bahasa. Bagaimanapun, banyak pendekatan pada desain buku pelajaran mengakui pertumbuhan kompleks dasar dalam pembelajaran bahasa sudah mengalami pengurangan daripada peningkatan, kadar dalam segmentasi yang jelas dalam pengelompokkan unsur-unsur di pembelajaran berbahasa begitu melekat. As Skehan (1996, p.19) menuturkan bahwa penelitian SLA telah menetapkan bahwa pengajaran bukan dan tidak dapat menentukan cara pembelajaran bahasa akan berkembang. Proses yang dialami para pembelajaran adalah proses alami. Pengajar dan pembelajar tidak dapat secara sederhana memilih bagaimana pembelajar (silabus) didasarkan pada pembelajar.Pengembangan dalam multi-silabus merupakan aliran utama pada buku pelajaran modern. Oleh karena itu, patut diperhatikan syarat-syarat dan cara bahwa hal tersebut juga berkaitan dengan tanggapan, teori, dan penelitian yang merujuk pada satu tujuan dan desain buku pelajaran adalah hal lain.Sebagai tambahan, untuk buku pelajaran sintagmatik tersusun atas jenis ini. Sebuah persetujuan umum (konsensus) yang muncul dalam dua dekade terakhir berkenaan dengan struktur unit pada buku pelajaran. Kemunculan tersebut ditetapkan sebagai bentuk penghargaan yang dipandang pertama kali dalam seri Hedway (Soars&Soars, 1986) pada tahun 1980-an bagian yang merupakan wilayah utama dalam fokus berbahasa adalah presentasi, analisis, dan praktik dan permasalahan utama yang diperkenalkan diikuti oleh keterampilan dasar yang sama dengan kata tambahan (and), acap kali (often) dan kata hubung merupakan hal yang memadukan antara membaca, menyimak, berbicara, dan terkadang menulis bacaan dan kegiatan. Kebanyakan atau hampir keseluruhan hal tersebut berhubungan dengan tema permasalahan subjek yang mula-mula diperkenalkan di sesi awal (merujuk pada Cunningham&Moor, 1999, PP. 48-57; Hutchinson, 2000, pp. 14-21; Soars&Soars, 1998, pp. 38-46). Tentu saja terdapat variasi pada tema. Beberapa buku pelajaran memuat sesi tambahan seperti ekspresi keseharian (merujuk pada Soars&Soars, 2003, p. 39), Pelatihan pada pembelajar (merujuk pada Hutchson, 1998, PP. 43 dan 52) atau memasukkan panduan lebih, sesi penugasan dan lain sebagainya, namun nampaknya banyak buku teks modern menggunakan struktur unit yang disesuaikan dengan kaidah.Dapat disimpulkan bahwa kerangka pembelajaran merupakan sumber pengembangan dalam paradigma tradisonal PPP (Presentasi-praktik-produksi) (Tomlinson, 2001, p.69), perbedaan utama adalah fokus besar praktik komunikatif dan hasil kerja dan banyak pengembangan yang konsisten pada konten pembawa di keseluruhan unit. Dengan demikian, yang tersebar luas dalam struktur jenis yang ditunjukkan, sekali lagi merupakan penerimaan yang baik dari perkembangan buku pelajaran sejak akhir 1980-an berlanjut pada proses yang tidak terlalu besar-besaran mengenai komunikasi, namun percabangan lapisan komunikasi berkaitan dengan bahasa dasar dan penyediaan fokus. Hal tersebut terlihat, bahwa juga terjadi alasan serupa pada beberapa masalah yang sudah didiskusikan yaitu tentang respon utama bergantung pada kehendak pengguna, untuk keseluruhan fokus pada perencanaan bahasa dengan terjemahan yang komunikatif akan terlihat sebuah kepentingan utama, meskipun kritik yang tersebar pada bentuk PPP dalam literatur profesional baru nampak akhir-akhir ini.

SIMPULANPada awal bab ini sudah mencoba membuktikan sejumlah perkembangan utama dalam merancang/mendesain materi pengajaran bahasa dalambeberapa tahun belakangan ini. Sebuah pandangan terdahulu diambil, untuk menjelaskan situasi terkini yang dapat dilihat sebagai sebuah cerminan atas kecenderungan sebelumnya. Pertama, penemuan tersebut menunjukkan bahwa dalam istilah aspek-aspek yang telah disebutkan, telah dianalisis dan kecenderungan yang lebih awal diperkuat dengan sesuatu yang bersifat tradisional dalam mendesain buku teks. Meskipun demikian, buku teks telah ditetapkan dan digunakan secara meluas oleh penerbit yang ada yang melayani/menyediakan suatu pilihan bagi model yang lebih umum dan tinjauan yang potensial, sebagaimana yang telah dikemukakan. Pada kedua kasus ini, analisis tersebut menunjukkan bahwa ontogenesis sebagian besar berkembang tampak berhubungan dengan persepsi umum yang dibutuhkan, dan sebagai tambahan kontradiksi seperti ini kecenderungannnya terjadi bersamaan dalam konsep akademik.Demikian, dalam istilah sudut pandang akademik umum, tingkat situasi tertentu dapat dilihat seperti mewakili sebuah kemajuan dalam desain materi. Sebagaimana diketahui, telah ada suatu kecenderungan akademik untuk mengkaji ulang dalam mendesain buku teks pada sebuah tingkat fungsi dari materi menggambarkan/mencerminkan keberhasilan pengembangan dalam mengaplikasikan linguistik. Namun, seperti sebuah sudut pandang bahwa para penulis & penerbit akan segan mengejar sebuah pelajaran yang berlawanan dengan hal yang paling menarik bagi mereka. Sebagai tambahan istilahnya ilmu pengetahuan serapan. Hal tsb juga mewujudkan bahwa pandangan guru dan siswa perlu diperhitungkan ketika pandangan mereka berbeda dengan sudut pandang akademik. (ef. Widdowson, 2003, pp. 130-1)Oleh karena itu, sebuah sudut pandang yang lebih terkenal akan nampak ada bagi orang yang memandang ide akademik lebih seperti segi desain buku teks yang menjelaskan dan mengupasnya, daripada dihormati sebagaimana penentu utama. Sikap lebih ramah pada persepsi pemakai buku teks dan usaha-usaha penulis serta penerbit tampak sama saja. Seperti halnya Bell dan Gower (1998), Richards (2001, ch 7), dan Mares (2003) menunjukkan bahwa kedatangannya pada apa yang mungkin merupakan desain buku teks yang memuaskan adalah proses kompromi dugaan yang terlatih secara tinggi, komplek dan sulit dalam keadaan tertentu, antara apa yang dapat diinginkan secara teoritis dan apa yang dapat dipraktikkan dan ketepatan istilah yang ada di audien.Pandangan-pandangan alternatif dari jenis ini mungkin dapat meningkatkan, sebagai contoh, pandangan tentang ketidakotentikan sebagai tata bahasa yang konvensioanl (wholesaleprescriptive?) dan lebih lagi sebagai perlindungan berlawanan dengan terlalu banyaknya kepalsuan di dalam teks dan aktivitas. Begitupun, ketidakberaturan, lebih banyak fokus pada orientasi proses terhadap pendekatan mengajarkan struktur bahasa, lebih baik daripada tampak sebagai pengganti paradigma PPP yang banyak digunakan di dalam buku teks akhir-akhir ini, dapat dijadikan pandangan lebih produktif sebagai jalan untuk munculnya kesadaran dari keterbatasan pendekatan pengajaran bahasa yang terlalu menggolong-golongkan/membagi-bagi dan terlalu menentukan, dan sebagainya.Seperti sebuah penyusunan kembali terhadap tingkah laku, barangkalipedoman sebuah program yang lebih luas tentang penelitian empirik dalam linguistik terapan menjadi desain buku teks lebih tepat/cocok hingga saat ini. Sebagai contoh, sangat sedikit riset akademik yang sudah melakukan usaha menerapkan murid dan guru pada beberapa situasi yang bersifat nyata, berpikir tentang lomba desain buku pelajaran dalam mengutamakan variasi yang menjadi fokus utama analisis pada bagian awal bab ini. Persamaannya, sebagian besar penelitian tentang jenis-jenis tingkah laku oleh Hutchinson (1996), menjadi buku pelajaran yang banyak digunakan, akan menjadi sumber data selanjutnya yang sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan desain. Dan, tentu saja, pembaca buku teks menghitung proses desain buku pelajaran, akan menyukai dan meningkatkan kepahamannya pada area ini. Dalam beberapa cara, ini menjadi harapan, keduanya menjadi lebih baik sebagai basis untuk mendorong kemajuan desain materi. Jika ada kesempatan dan memadai, harapan ini mungkin dapat tercapai.