cultural populism (populisme budaya)

3
Cultural Populism (Populisme Budaya) Populisme sendiri berarti paham yang mengakui dan menjunjung tinggi hak, kearifan, dan keutamaan rakyat kecil. (sumber: http://kamus.sabda.org/kamus/populisme/ ) Dalam terpaan media sdebenarnya audiens dengan rutin mengantarkan kembali makna yang ia tangkap dari media dengan cara yang progresif dan keras kepala. Artinya audiens memberikan makna khusus dengan cara yang agak egois, berdasarkan pemahamannya sendiri. Karena audiens juga layaknya system imun yang memiliki pertahanan terhadap bakteri ideology yang tak diinginkannya. Dan konten media sendiri ternyata member celah untuk audiens untuk membentuk interpretasi sendiri untuk membentuk makna yang ia pakai. Sedangkan media sendiri ditekan oleh pasar dan terpaksa menghubungkan pengalaman media dengan kepentingan masyarakat, terlepas dari nilai-nilai kepemilikan media dan isu dominan dalam masyarakat. Hal ini menigkatkan kontradiksi “media teks” yang memfasilitasi interpretasi sendiri dari audiens. Dalam kapitalisme global tak hanya memperkenalkan homo- culture, karena budaya global ternyata dianggap budaya local karena pendekatan pasarnya menggunakan budaya local. Konsekuensi dari ini semua adalah melemahnya parasangka nasionalis, terbukanya ide-ide luas, dan perpanjangan cosmopolitan. Sedangkan implikasinya adalah bertumpu pada kekuatan imperialis dalam mengingkatkan indoktrinasi pada nlai-nilai konsumen. Happy Days Bahwa media telah sedikit membawa kesenangan bagi masyarakat: 1. Berubahnya posisi, status dan kekuasaan ekonomi wanita dipengaruhi oleh represenatsi media tentang gender. Karena sebelumnya wanita dalam media

Upload: ayu-astria-r-a

Post on 18-Jun-2015

96 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cultural Populism (Populisme Budaya)

Cultural Populism (Populisme Budaya)

Populisme sendiri berarti paham yang mengakui dan menjunjung tinggi hak, kearifan, dan keutamaan rakyat kecil. (sumber: http://kamus.sabda.org/kamus/populisme/)

Dalam terpaan media sdebenarnya audiens dengan rutin mengantarkan kembali makna yang ia tangkap dari media dengan cara yang progresif dan keras kepala. Artinya audiens memberikan makna khusus dengan cara yang agak egois, berdasarkan pemahamannya sendiri. Karena audiens juga layaknya system imun yang memiliki pertahanan terhadap bakteri ideology yang tak diinginkannya. Dan konten media sendiri ternyata member celah untuk audiens untuk membentuk interpretasi sendiri untuk membentuk makna yang ia pakai.

Sedangkan media sendiri ditekan oleh pasar dan terpaksa menghubungkan pengalaman media dengan kepentingan masyarakat, terlepas dari nilai-nilai kepemilikan media dan isu dominan dalam masyarakat. Hal ini menigkatkan kontradiksi “media teks” yang memfasilitasi interpretasi sendiri dari audiens.

Dalam kapitalisme global tak hanya memperkenalkan homo-culture, karena budaya global ternyata dianggap budaya local karena pendekatan pasarnya menggunakan budaya local. Konsekuensi dari ini semua adalah melemahnya parasangka nasionalis, terbukanya ide-ide luas, dan perpanjangan cosmopolitan. Sedangkan implikasinya adalah bertumpu pada kekuatan imperialis dalam mengingkatkan indoktrinasi pada nlai-nilai konsumen.

Happy Days

Bahwa media telah sedikit membawa kesenangan bagi masyarakat:

1. Berubahnya posisi, status dan kekuasaan ekonomi wanita dipengaruhi oleh represenatsi media tentang gender. Karena sebelumnya wanita dalam media cenderung dianggap negative dan hanya digunakan untuk kepentingan hiburan semata.

2. Lahirnya new media kedalam hidup manusia dianggap memberikan kebebasan untuk pengguna, kekuatan individu semakin meningkat, memfasilitasi kebebasan, meningkatnya politik progresif, munculnya demokrasi elektronik, dan mulai adanya masyarakat berjaringan.

Tanpa ragu, new media sepertinya merupakan indikator meningkatnya system media bagi manusia.

Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan globalisasi memang sangat terasa di Negara-negara yang memang sudah kaya, terlihat dari meningkatnya pandapatan perkapita dan yang lainnya. Sedangkan Negara yang miskin malah tetap saja miskin. Jarak inilah yang

Page 2: Cultural Populism (Populisme Budaya)

ditimbulkan dari globalisasi terutama pasar global yang hanya didominasi oleh Negara berkelebihan modal dan penghasilan.

Dan dengan munculnya tekologi komunikasi baru dalam media maka, penguasa ini akan dapat menguasai pasar global. Mereka dapat melampaui batas nasionalisme dan menjembatani budaya local dan global.

Hegemoni Negosiasi

Kekuasaan ideologis pasar liberal juga menekan media dan riset budaya, dengan mempengaruhi cara bagaimana masyarakat dapat mengerti. Pasar bebas memandang masyarakat sebagai agregasi individu daripada sebuah abtraksi kelompok sosial. Dalam praktiknya pandangan Marxist tentang kelas sosial tak terpakai lagi, ketidaksetaraan menjadi wacana juga dalam pasar liberal.

Namun ketidaksetaraan ini ditangani dengan cara redistribusi uang dan sumber daya yang disetujiui oleh negara demokratis. Namun tetap saja ketidakadilan terjadi di negara yang memang telah menggunakan paham liberalisme. Hegemoni liberal dan neo liberal.

Tinjauan Kembali

Banyak memperkenalkan pandangan baru sebagai sara yang lebih memihak pada diri sendiri dan lebih eksklusif. Dengan membawa pencerahan padahal mereka sendiri bingung dengan wawasan baru itu, dan belum tentu bermanfaat. Sedangkan kontekstualisasi lebih memberi gambaran yang kompleks. Dengan adanya ketidak setaraan dan timbulnya kelompok minoritas dan marginal, mendorong mundulnya paham pluralis.

Dengan adanya perubahan besar masyarakat ini juga menyebabkan timbulnya bintik buta untuk media dan riset budaya. Neoliberal mempengaruhi sebagaian besar dunia. Hegemoni ini yang kini secara tak sadar telah dilakukan media sebagai mekanisme yang netral akibat pasar liberal.

Sumber bacaan:

Curran. James n. Morley, D. (eds). 2006. Media and Cultural Theory. London: Routledge

Oleh: Ayu Astria RA