pengaruh program cross-cultural terhadap kecerdasan budaya

67
PENGARUH PROGRAM CROSS-CULTURAL TERHADAP KECERDASAN BUDAYA DAN DAMPAKNYA PADA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI CROSS-CULTURAL (Studi Terhadap Mahasiswa UKSW Salatiga Jawa Tengah) Oleh: ALVINSA FENDY SANTOSA NIM : 212011026 KERTAS KERJA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PROGRAM CROSS-CULTURAL TERHADAP KECERDASAN

BUDAYA DAN DAMPAKNYA PADA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

CROSS-CULTURAL

(Studi Terhadap Mahasiswa UKSW Salatiga Jawa Tengah)

Oleh:

ALVINSA FENDY SANTOSA

NIM : 212011026

KERTAS KERJA

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Jalan Diponegoro 52-60

Telp (0298) 21212, 311881

Telex 22364 ukswsa la

Salatiga 50711 – Indonesia

Fax. (0298) – 21433

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

N a m a : ALVINSA FENDY SANTOSA

N I M : 212011026

Program Studi : MANAJEMEN

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja:

Judul : PENGARUH PROGRAM CROSS-CULTURAL

TERHADAP KECERDASAN BUDAYA DAN DAMPAKNYA PADA

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI CROSS-CULTURAL (Studi Terhadap

Mahasiswa UKSW Salatiga Jawa Tengah)

Pembimbing : Ir. Lieli Suharti, M.M, Ph.D

Tanggal di uji : 22 Mei 2015

adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang

saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya

aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan

orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan

yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk

pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 15 Mei 2015

Yang memberi pernyataan,

ALVINSA FENDY SANTOSA

PENGARUH PROGRAM CROSS-CULTURAL TERHADAP KECERDASAN

BUDAYA DAN DAMPAKNYA PADA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

CROSS-CULTURAL

(Studi Terhadap Mahasiswa UKSW Salatiga Jawa Tengah)

Oleh:

ALVINSA FENDY SANTOSA

NIM : 212011026

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

Disetujui oleh :

Ir. Lieli Suharti, M.M, Ph.D

Pembimbing

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

MOTTO

“ EAT FAILURE, AND YOU WILL KNOW THE TASTE OF SUCCESS “

(Emmet Brown)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

kasih karunia-Nya yang senantiasa menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan kertas kerja ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan kertas kerja ini tidak

terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik langsung maupun tidak

langsung. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Mami, selaku orang tua yang selama ini memberikan banyak sekali dukungan

baik secara moriil maupun materiil.

2. Ibu Ir. Lieli Suharti, M.M, Ph.D, selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan bagi penulis sejak awal sampai terselesaikannya kertas kerja ini

dengan baik.

3. Ibu Dr. Sri Sulandjari, SE, M.Sie selaku Wali studi saya yang memberikan

pengarahan selama kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

4. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA, PhD selaku dekan di FEB UKSW.

5. Seluruf staff pengajar FEB UKSW yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat

kepada penulis selama masa studi.

6. Seluruh staff bidang kemahasiswaan BARA yang selama ini membantu mengurus

beasiswa selama kuliah di UKSW.

7. Maria Theresia Angela Sutrisno yang selalu memberikan doa, motivasi, dan

dukungan selama penyelesaian kertas kerja ini.

8. David Nugroho, Jerry, Jeffry, Evan selaku anak-anak kost Brigjend Sudiarto 14

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih telah menjadi teman

yang baik selama penulis berkuliah di Salatiga.

9. Bapak Novi Setiawan, selaku owner yang telah memberikan kesempatan bekerja

di toko Karunia Komputer selama 1,5 tahun.

10. Bapak Endaka Pradana Adhityawan, selaku Kepala Pos Salatiga yang telah

memberikan kesempatan bekerja di PT. Adira Quantum Multifinance selama 1

tahun.

Salatiga, 15 Mei 2015

Penulis,

ALVINSA FENDY SANTOSA

ABSTRACT

Cultural diversity in Indonesia is a big asset for the progress of human resource in

the future. To dealing with the diversity, need to implanted culture intelligence since

early. Cross-cultural program in university has been held for implanted student’s

culture intelligence. Student’s culture intelligence is also trusted can increasing

cross-cultural communication effectiveness when were in multiculture organization.

The research was executed in Satya Wacana Christian University Salatiga, Central

Java. The research method in this study using quantitative research with survey

research design. Analysis technique in this research using simple regression analysis.

The assessment result showed cross-cultural program have been executed in 2014

positively influenced student’s culture intelligence and student’s culture intelligence

positively influenced cross-cultural communication effectiveness.

Keywords: Cross-cultural program, culture intelligence, cross-cultural

communication effevtiveness, cultural diversity, multiculture organization

SARIPATI

Keberagaman budaya di Indonesia merupakan modal besar untuk kemajuan sumber

daya manusia di masa yang akan datang. Untuk menyikapi keberagaman, perlu

ditanamkan kecerdasan budaya sejak dini. Program cross-cultural universitas

diadakan guna menanamkan kecerdasan budaya mahasiswa. Kecerdasan budaya

mahasiswa juga dipercaya dapat meningkatkan efektivitas komunikasi cross-cultural

saat berada di suatu organisasi multikultural. Penelitian ini dilaksanakan di

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian survey. Teknik analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Hasil dari

penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan program cross-cultural yang dilaksanakan

pada tahun 2014 berpengaruh positif terhadap kecerdasan budaya mahasiswa dan

kecerdasan budaya mahasiswa berpengaruh positif terhadap efektivitas komunikasi

cross-cultural.

Kata kunci: Program cross-cultural, kecerdasan budaya, efektivitas komunikasi

cross-cultural, keberagaman budaya, organisasi multikultural.

1. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara dengan populasi masyarakat yang sangat majemuk

atau multiculture. Multiculture adalah suatu masyarakat yang terdiri dari komunitas-

komunitas yang berbeda-beda kebudayaan. Kemajemukan tersebut ditandai oleh

adanya budaya dan suku-suku bangsa yang masing - masing mempunyai cara-cara

hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sehingga

mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara etnik yang satu dengan etnik

lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup dalam satu wadah masyarakat Indonesia.

Berdasarkan data dari sensus penduduk terakhir yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) Republik Indonesia, diketahui jumlah suku di Indonesia yang berhasil

terdata sebanyak 1.128 suku bangsa. Namun jumlah tersebut bisa saja kurang dari

jumlah yang sebenarnya, hal ini dikarenakan luas wilayah Indonesia yang begitu luas

dan terdapat beberapa wilayah pedalaman yang masih sulit dijangkau. Keragaman

budaya tersebut yang menjadi ciri khas setiap daerahnya masing-masing sehingga

pasti akan berbeda.

Seiring memasuki perkembangan jaman dan era globalisasi pengetahuan akan

kecerdasan budaya merupakan hal sangat perlu ditanamkan di setiap individu.

Keragaman penting untuk kehidupan karena tidak ada manusia yang diciptakan

dengan sempurna walaupun manusia adalah ciptaan yang paling sempurna diantara

ciptaan lainnya. Menurut Nurhayat (Detik Finance, 4 April 2013), persaingan akan

semakin tinggi pula bagi perusahaan yang ada di Indonesia karena saat ini Indonesia

sedang mempersiapkan diri untuk masuk dalam MEA (Masyarakat Ekonomi

ASEAN) di tahun 2015. Hal ini mendorong perusahaan untuk mampu mengelola

sumber daya yang dimiliki khususnya sumber daya manusia dengan sebaik mungkin

sehingga mampu bersaing dalam persaingan lokal maupun internasional. Allard

(2002) menyatakan bahwa keragaman mencakup di dalamnya adalah tingkatan sosial,

budaya, fisik, dan perbedaan lingkungan diantara banyak orang yang akan

mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak atau bersikap. Allard & Patrick

(2002) mengatakan, manajemen keragaman bermaksud untuk menciptakan dan

memelihara lingkungan kerja yang positif dimana persamaan dan perbedaan individu

dihargai, sehingga semua individu dapat mencapai potensi yang maksimal dan

meningkatkan kontribusi mereka terhadap tujuan strategis organisasi.

Di era globalisasi ini perlu ditanamkan yang namanya kecerdasan budaya

karena sangat banyak etnik di Indonesia. Kanter (1995) berpendapat bahwa untuk

menjadi organisasi kelas dunia dalam perekonomian global saat ini, mereka harus

mengembangkan generasi baru manajer yang bisa melihat perbedaan budaya dengan

kemampuan yang lebih. Perlu ditanamkan kecerdasan budaya yang berarti kecerdasan

individu dalam berbudaya sejak dini. Menurut Earley (2002), perlu mengembangkan

kecerdasan budaya dengan baik untuk seorang individu yang sedang menyesuaikan

diri dengan kontekstual baru yang menurutnya tidak familiar atau asing. Kecerdasan

budaya perlu ditanamkan ke individu agar kelak bisa menyikapi dan menerima

keragaman dengan baik. Pendapat Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi

(1964:113) bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat

sehingga semua individu sudah sewajarnya bersama-sama menjunjung tinggi

keragaman untuk bisa membantu perkembangan sumber daya manusia di Indonesia.

Maka dari itu kecerdasan budaya sangat perlu dimiliki oleh setiap individu menjelang

globalisasi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan budaya. Salah satu

faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan budaya yaitu adanya program cross-

cultural di suatu lingkungan organisasi. Shokef & Erez (2008) menunujukan bahwa

peserta tim multikultural terdiri dari anggota dari lima budaya yang berbeda dan

berlangsung selama empat minggu menunjukkan peningkatan yang signifikan pada

metakognitif, motivasi, dan perilaku kecerdasan budaya. Crawford-Mathis (2010)

menunjukkan bahwa relawan dalam proyek layanan di Belize yang menghabiskan

lebih banyak waktu berinteraksi dengan penduduk setempat justru menunjukkan

peningkatan yang lebih tinggi dalam kecerdasan budaya. Y. J. Kim & Van Dyne

(2010) menunjukkan bahwa di dua studi lapangan kerja orang dewasa, bahwa

hubungan antara kontak dan kecerdasan budaya lebih kuat untuk kaum mayoritas dari

untuk kaum minoritas.

Setiap daerah pasti memiliki masyarakat yang majemuk. Setiap masyarakat

tesebut pastinya juga memiliki aktivitas yang beragam, seperti masyarakat yang

hidup dekat pantai sebagai nelayan dan masyarakat perkotaan sebagai pegawai.

Dalam melakukan aktivitasnya, para mahasiswa pasti berkomunikasi melalui bahasa

untuk menunjang interaksi mereka. Namun pada umumnya, ragam interaksi bahasa

yang digunakan berbeda-beda dikarenakan latar belakang budaya asal yang juga

berbeda, misalnya saja seperti yang latar belakang keluarganya tinggal di daerah

pesisir. Hubungan komunikasi cross-cultural mampu memberikan keuntungan dalam

aktualiasasinya misalnya terhadap peningkatan pengetahuan dan cara pandang

seseorang melalui orang-orang baru dari budaya yang baru dijumpai. Namun untuk

melakukan itu bukanlah suatu hal yang mudah karena budaya dan komunikasi

memiliki kaitan yang sangat erat.

Dalam komunikasi antar budaya, setiap individu memiliki latar belakang

pengalaman budaya yang berbeda, diantara individu-individu yang mempunyai

kebudayaan yang sama umumnya memiliki kesamaan atau homogenitas dalam hal

latar belakang pengalaman secara keseluruhan jika dibandingkan dengan mereka

yang berasal dari kebudayaan yang berbeda. Melihat dari permasalahan ini maka

kecerdasan budaya juga akan mempengaruhi efektivitas komunikasi cross-cultural.

Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah

komunikasi, karena budaya sering muncul melalui komunikasi. Akan tetapi, pada

gilirannya budaya yang tercipta pun mempengaruhi cara berkomunikasi anggota

budaya yang bersangkutan. Mahasiswa yang memiliki kecerdasan budaya yang baik

akan lebih merasa nyaman di dalam suatu organisasi multiculture. Samovar dan

Porter (1985) mengatakan bahwa suatu keinginan yang tulus untuk melakukan

komunikasi yang efektif adalah penting, sebab komunikasi yang berhasil mungkin

tidak hanya terhambat oleh perbedaan-perbedaan budaya, tetapi juga oleh sikap-sikap

yang tidak bersahabat. Dari segi perusahaan bahwa tim global dan individu yang

tidak tahu bagaimana berkomunikasi secara efektif, mengidentifikasi, dan

menyelesaikan konflik di seluruh budaya mungkin berada dalam bahaya jebakan

seperti kehilangan peluang cross-cultural bussiness, menghadapi keengganan untuk

berbagi ide-ide berharga yang terjadi ketika budaya tidak dipahami, dan berpotensi

kehilangan peluang bisnis (Janssens & Brett, 2006). Deddy Mulyana (2005,Opcit:14)

menambahkan, budaya tidak akan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi,

dan komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami budaya yang

mendukungnya.

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dikenal sebagai perguruan tinggi yang

sangat besar keberagaman mahasiswanya dari Sabang sampai Merauke.

Keberagaman sendiri sebenarnya dapat menimbulkan kelebihan bagi suatu organisasi

multiculture. Namun permasalahannya, keberagaman juga dapat menimbulkan

kelemahan jika dalam anggotanya tidak dapat menyesuaikan diri dalam organisasi

yang multiculture. Untuk program cross-cultural, sejak tahun 2011 UKSW

melakukan kegiatan pentas seni budaya Indonesia. Namun, untuk pentas seni budaya

di tahun 2014 dinamakan PSBII (Pentas Seni Budaya Indonesia Internasional) adalah

pertama kalinya SMU UKSW menyajikan kebudayaan etnis yang tidak hanya ada di

UKSW saja melainkan ada tambahan beberapa budaya dari negara lain. Menurut

proposal PSBII (2014) tujuan umumnya bahwa masyarakat perlu memliki awareness

akan pentingnya cross-culture understanding melalui seni budaya dan tujuan

khususnya untuk mempererat tali persaudaraan dengan memelihara toleransi dan

menyelaraskan kesenjangan yang ada berdasarkan keberagaman seni dan budaya

yang ada di UKSW dan Salatiga. Dengan adanya program tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kecerdasan budaya mahasiswa UKSW.

Kesenjangan ini mendorong Earley & Ang (2003) bekerja dengan kecerdasan

budaya. Menurut Sternberg & Detterman (1986), kemampuan integratif pada

kecerdasan budaya terdiri dari komponen mental, motivasi, dan perilaku yang

berfokus secara khusus pada menyelesaikan permasalahan cross-cultural. Program

cross-cultural merupakan salah satu anteseden yang mempengaruhi kecerdasan

budaya. Menurut MacNab and Worthley (2011), sekelompok mahasiswa manajemen

ditemukan secara umum memiliki kecerdasan budaya yang lebih setelah mereka

mengikuti program pelatihan cross-cultural. Oleh karena itu, perlu ditanamkan

mengenai kecerdasan budaya sejak dini agar mahasiswa bisa mengetahui konfrontasi

yang terjadi jika berada dalam organisasi multiculture dan terciptanya para pemimpin

yang memiliki kemampuan yang lebih dalam melihat perbedaan budaya sebagai

pengaruh dari kecerdasan budaya. Menurut Bücker & Poutsma (2010), kecerdasan

budaya sebagai kompetensi seorang manajer masa ini dalam organisasi transnasional.

Seseorang dengan kecerdasan budaya yang tinggi dipercaya dapat menciptakan

efektivitas komunikasi cross-culture. Berdasarkan latar belakang di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengaruh program

cross-cultural terhadap kecerdasan budaya dan dampaknya pada efektivitas

komunikasi cross-cultural.

1.1 Persoalan masalah

Melihat latar belakang yang ada maka persoalan penelitian yang akan dijawab

dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh program cross-cultural yaitu PSBII 2014 yang

diadakan di UKSW terhadap kecerdasan budaya mahasiswa UKSW?

2. Bagaimana pengaruh kecerdasan budaya mahasiswa UKSW pada

efektivitas komunikasi cross-cultural?

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh program cross-cultural terhadap kecerdasan budaya

mahasiswa UKSW.

2. Mengetahui pengaruh kecerdasan budaya pada efektivitas komunikasi

cross-cultural.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Dengan hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pemahaman

mengenai pentingnya menanamkan kecerdasan budaya pada usia dini dan

cara mengatasinya.

2. Praktis

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bentuk keragaman di

Universitas Kristen Satya Wacana yang sering disebut “Indonesia Mini”.

Oleh karena itu, masukan buat UKSW kedepannya lebih sering

mengadakan program cross-cultural selain PSBII 2014 walaupun tetap

beriringan waktunya supaya tidak hanya sekedar acara biasa, namun

menjadi suatu kebiasaan yang dinantikan dan diterima oleh seluruh

mahasiswa UKSW.

2. DEFINISI & PENALARAN KONSEP

2.1 Kecerdasan Budaya

Penelitian yang dilakukan oleh Bücker & Poutsma (2010) menjelaskan

perlunya kecerdasan budaya sebagai kompetensi seorang manajer masa ini dalam

organisasi transnasional. Menurut Ang, Van Dyne, & Koh (2006) kecerdasan budaya

didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk menangani secara efektif dalam

situasi yang dicirikan oleh keragaman budaya. Mereka memeriksa literatur pada

kecerdasan dan kompetensi interkultural, pendidikan dan operasi kognitif psikologi

dari metakognisi, kepuasan intrinsik, kemanjuran diri, dan komunikasi antarbudaya,

dan melakukan wawancara dengan delapan eksekutif dengan pengalaman kerja

global yang luas (Ang et al., 2007). Kecerdasan budaya merupakan domain mendasar

yang lebih besar dari sekedar perbedaan individu. Sebagai suatu kemampuan,

kecerdasan budaya merujuk seseorang untuk menjadi efektif dalam pengaturan

budaya yang beragam. Ada cukup bukti untuk serentak dan prediktif validitas ekologi

kecerdasan budaya dengan sampel dari beberapa kebudayaan. Skor kecerdasan

budaya telah meramalkan penghakiman antar budaya dan pengambilan keputusan,

umum dan interaksi penyesuaian dan kesejahteraan, kinerja tugas pada simulasi

pemecahan masalah, dan prestasi kerja (Ang et al., 2007). Tes yang diunggah kembali

mengenai efektivitas antar budaya pelatihan menggunakan kecerdasan budaya

sebagai hasil ukuran sebagaimanapun telah memberikan hasil yang beragam, dengan

satu laporan yang memberikan temuan positif (Hodges et al., 2011) dan satu

melaporkan temuan negatif (Fischer, 2011). Church (1982) menegaskan bahwa hasil

kunci dalam penelitian psikologis pendatang dan ekspatriat adalah penyesuaian

budaya. Ang et al. (2007) membagi kecerdasan budaya sendiri terdiri dari empat

dimensi yang saling berkaitan yaitu Metacognitive (metakognitif), Cognitive

(wawasan), Motivational (motivasi), Behavioral (perilaku).

1. Metacognitive

Yaitu kesadaran budaya dan kesadaran isyarat budaya selama interaksi

dengan banyak orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Ang & Van

Dyne (2008) mengatakan bahwa seorang dengan kecerdasan budaya

metagocnitive sadar mengembangkan pengetahuan dan keterampilan selama

interaksi dengan orang-orang dari budaya lain.

2. Cognitive

Yaitu sebuah kompetensi berdasarkan pengetahuan yang dari norma, praktik,

dan konvensi yang digunakan dalam pengaturan budaya yang berbeda, yang

diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman pribadi (Ang et al., 2007; Ang

& Van Dyne, 2008). Cognitive mencakup pengetahuan tentang ekonomi,

hukum, sistem sosial dan budaya yang berbeda, serta sistem nilai budaya ini.

3. Motivational

Yaitu sebuah kemampuan untuk mengarahkan perhatian dan belajar tentang

energi yang berfungsi pada situasi dimana ditandai dengan adanya perbedaan

budaya. Individu dengan kecerdasan budaya motivational interinsik memiliki

minat dalam situasi lintas budaya yang membuat mereka percaya diri dalam

efektivitas lintas budaya (Ang et al., 2007).

4. Behavioral

Yaitu kemampuan verbal dan nonverbal yang tepat untuk menunjukkan

perilaku ketika berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda. Individu

dengan kecerdasan budaya behavioral yang tinggi berperilaku tepat dalam

pengaturan antarbudaya, karena kemampuan komunikasi mereka baik verbal

dan nonverbal. Mereka juga tahu bagaimana untuk menggunakan budaya dari

kata-kata, nada, gerakan, dan ekspresi wajah (Ang et al., 2007).

2.2 Program Cross-Cultural

Kebudayaan (budaya) berasal dari bahasa Sanskerta yaitu bentuk jamak dari

buddhi yang berarti “budi” atau “akal” (Koentjaraningrat, 1990:181). Cross-cultural

adalah aspek perbedaan antara kedua jenis hubungan yang berlaku secara umum

sementara orang lain berbeda-beda di seluruh waktu dan masyarakat (beer, 2001;

Pahl, 2000). Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan

sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Program cross-cultural

menurut Guo-Ming Chen dan William J. Stratosta dalam Liliweri (2004) mengatakan

bahwa program cross-cultural adalah sebuah program meliputi proses negosiasi atau

pertukaran sistem kebudayaaan yang membimbing perilaku manusia dan membatasi

mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai keragaman kelompok. Menurut

Church (1982) hasil kunci dalam penelitian psikologis mahasiswa pendatang adalah

penyesuaian budaya. Kegiatan yang ada di PSBII 2014 adalah pawai budaya yang

didalamnya meliputi berbagai acara kebudayaan seperti tari etnis, tari kolaborasi,

band etnis, dan band kolaborasi yang dipercaya dapat meningkatkan kecerdasan

budaya mahasiswa. Menurut Winthrop (1991: 43) untuk memahami budaya,

masyarakat harus dibandingkan. Metode komparatif adalah mencari pola-pola budaya

yang sebanding dalam beberapa masyarakat, khususnya perbandingan ciri-ciri budaya

yang diambil di luar konteks budaya. Yang kedua, meskipun gaya atau trend saat ini

memerlukan pengujian, tanpa perbandingan tidak ada cara untuk mengevaluasi jika

dianggap sebab dan akibat yang berhubungan. Jika penyebabnya tidak hadir maka

efek tidak harus hadir (Levinson and Ember 1996:262). Analisis antar budaya yang

digunakan untuk menggambarkan berbagai budaya dan distribusi budaya variasi

wujud etnografis direkam juga untuk menguji hipotesis dan teori-teori yang diusulkan

untuk menjelaskan variasi tercatat (Levinson dan Ember 1996:261). Menurut

proposal PSBII (2014) tujuan umumnya bahwa masyarakat perlu memliki awareness

akan pentingnya cross-culture understanding melalui seni budaya dan tujuan

khususnya untuk mempererat tali persaudaraan dengan memelihara toleransi dan

menyelaraskan kesenjangan yang ada berdasarkan keberagaman seni dan budaya

yang ada di UKSW dan Salatig

2.3 Efektivitas Komunikasi Cross-Cultural

Dalam suatu organisasi yang anggotanya terdiri dari latar belakang budaya

yang berbeda akan menimbulkan suatu kesenjangan. Untuk mencapai komunikasi

antar budaya yang efektif, individu seharusnya mengembangkan kompetensi antar

budaya. Menggunakan definisi yang diidentifikasi oleh mereka ditinjau ulang dan

mempertimbangkan lingkungan kompleks, Johnson et al. (2006, 530) mendefinisikan

kompetensi cross-cultural sebagai efektivitas individu dalam gambar pada

pengetahuan, keterampilan, dan karakteristik pribadi dalam rangka untuk mencapai

keberhasilan dalam bekerja dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang

berbeda. Merujuk pada keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai komunikasi

antar budaya yang efektif (Fred Jandt,1998:201) mengidentifikasikan empat

keterampilan sebagai bagian dari kompetensi antar budaya, yaitu personality

strength, communication skills, psychological adjustment and cultural awareness.

Tidak dapat diragukan bahwa kompetensi antar budaya adalah sebuah hal yang

sangat penting saat ini. Proses efektivitas komunikasi antarbudaya didahului oleh

hubungan antar budaya. Hubungan antar budaya bukan terjadi sekilas tetapi terus

menerus sehingga kualitasnya berubah dan mengalami kemajuan kearah kualitas

hubungan yang baik dan semakin baik (Liliweri, 2003). Samovar dan Porter (1985)

mengatakan bahwa suatu keinginan yang tulus untuk melakukan komunikasi yang

efektif adalah penting, sebab komunikasi yang berhasil mungkin tidak hanya

terhambat oleh perbedaan-perbedaan budaya, tetapi juga oleh sikap-sikap yang tidak

bersahabat atau bermusuhan. Demikian pula, dapat dikatakan bahwa interaksi

antarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Effendy

(1986:8) mengatakan komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan

efek tertentu sesuai tujuan yang diharapkan oleh sipenyampai pesan. Efek dapat

diklasifikasikan kepada :

a. Efek kognitif : yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menajdi

tahu atau meningkat intelektualitasnya. Disini pesan yang disampaikan

komunikator ditujukan kepada pikiran sikomunikan, dengan perkataan lain

tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari

komunikan.

b. Dampak afektif : lebih tinngi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini

tujuan komunikator bukan hanya sekedar upaya komunikan tahu, tetapi

tergerak hatinya sehingga menimbulkan perasaan tertentu. Misalnya perasaan

iba, marah, terharu dan sebagainya.

c. Dampak behavioral : merupakan dampak yang paling tinggi kadarnya.

Dampak ini timbul kepada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau

kegiatan.

Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan

tercapai (komunikasi yang sukses) bila bentuk - bentuk hubungan antarbudaya

menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbarui relasi

antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbaharui sebuah

manejemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat kesetiakawanan,

persahabatan, hingga kepada berhasilnya pembagian teknologi, mengurangi konflik

yang seluruhnya merupakan bentuk dari komunikasi antarbudaya. De Vito

(1978:261) ada beberapa faktor penentu efektivitas komunikasi antar budaya yaitu

keterbukaan, empati, perasaan positif, dukungan, keseimbangan. Cara menilai budaya

lain dengan nilai-nilai budaya sendiri dan menolak mempertimbangkan norma-norma

budaya lain akan menentukan keefektivan komunikasi yang akan terjadi.

2.4 Pengaruh Program Cross-Cultural Terhadap Kecerdasan Budaya

Shokef and Erez (2008) menunujukan bahwa peserta tim multiculture terdiri

dari anggota yang berbeda budaya dan berlangsung selama 4 minggu menunjukkan

peningkatan yang signifikan dalam metakognitif, motivasi, dan perilaku kecerdasan

budaya. Jika dinaturalisasikan ke dalam lingkungan yang lebih kecil seperti

universitas akan lebih menarik. Walaupun lebih kecil lingkupnya, tetapi Universitas

Kristen Satya Wacana mewakili hampir seluruh budaya-budaya yang besar di

Indonesia. Church (1982) menegaskan bahwa hasil kunci dalam penelitian psikologis

pendatang dan ekspatriat adalah penyesuaian budaya. Sedangkan, Menurut Earley

(2003) mengatakan bahwa perlu mengembangkan Kecerdasan Budaya dengan baik

untuk seorang individu yang sedang menyesuaikan diri dengan kontekstual baru yang

menurutnya tidak familiar atau asing. Culture Intellegence perlu ditanamkan ke

Individu agar lebih bisa menyikapi dan menerima keragaman dengan baik.

H1 : Program cross-cultural berpengaruh terhadap kecerdasan budaya

mahasiswa.

2.5 Pengaruh Kecerdasan Budaya Terhadap Efektivitas Komunikasi Cross-

Cultural

. Sesuai dengan julukan “Indonesia Mini”, semua beraneka macam etnik

berkolaborasi menjadi satu di Universitas Kristen Satya Wacana. Crawford-Mathis

(2010) membuktikan relawan dalam proyek layanan di Belize yang menghabiskan

lebih banyak waktu berinteraksi dengan penduduk setempat justru menunjukkan

peningkatan yang lebih tinggi dalam Kecerdasan Budaya. Seorang yang memiliki

kecerdasan budaya yang tinggi akan mudah menyesuaikan dan menerima budaya

yang baru bahkan asing baginya dan tidak akan menghalangi keefektivan komunikasi

nya. komunikasi antarbudaya akan tercapai bila bentuk-bentuk hubungan antarbudaya

menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbarui relasi

antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbaharui sebuah

manejemen komunikasi yang efektif dan interaksi antar budaya bukan terjadi sekilas

tetapi terus menerus sehingga kualitasnya berubah dan mengalami kemajuan kearah

kualitas hubungan yang baik dan semakin baik (Liliweri, 2003).

H2 : Kecerdam budaya mahasiswa berpengaruh terhadap efektivitas

komunikasi cross-cultural.

2.6 Model Penelitian

Gambar 2.1 Model Penelitian

Program Cross-

cultural

Kecerdasan

Budaya

Efektivitas Cross-

cultural

3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (Explanatory Research).

Sebuah penelitian eksplanatori menurut Singarimbun (1995), merupakan penelitian

yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel penelitian dengan pengujian

hipotesa. Di dalam penelitian eksplanatori, pendekatan yang dipakai dalam penelitian

ini adalah metode survey, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-

fakta mengenai fenomena-fenomena yang ada di dalam obyek penelitian dan mencari

keterangan secara aktual dan sistematis.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah Mahasiswa UKSW yang mengetahui

Program PSBII 2014 baik yang turut aktif menjadi panitia, peserta, maupun yang

hanya menyaksikan.

Sampel menurut Mudrajad Kuncoro (2003 :108) adalah suatu himpunan

bagian dari unit populasi. Sampel terdiri dari beberapa jenis yang dapat digunakan

dalam menggunakan jenis sampel penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik judgmental sampling dimana sampel yang terlibat baik secara

langsung maupun tidak langsung. Dari mahasiswa di UKSW yang mengetahui

program PSBII 2014 diambil sample sebanyak 100 orang reponden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan cara yang digunakan dalam pengumpulan data dari penelitian

eksplanatori ini adalah melalui kuisioner untuk memperoleh informasi dari 100

responden. Pengukuran sampel untuk penelitian ini menggunakan aras Ordinal.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel

No Konsep Dimensi Indikator Empirik

1. Kecerdasan budaya

adalah kemampuan

individu untuk

menangani secara

efektif dalam

situasi yang

dicirikan oleh

keragaman budaya

(Ang, Van Dyne, &

Koh, 2006).

1. Metacognitive

Yaitu Kesadaran budaya

selama interaksi dengan

banyak orang dari latar

belakang budaya yang

berbeda. Ang & Van

Dyne (2008) bahwa

seorang dengan

kesadaran metagocnitive

lebih bisa

mengembangkan

pengetahuan dan

keterampilan selama

berinteraksi dengan

orang-orang dari budaya

lain.

Pengetahuan budaya

yang digunakan ketika

berinteraksi dengan

orang-orang dengan latar

belakang yang berbeda.

Penyesuaian

pengetahuan budaya

ketika berinteraksi

dengan orang-orang dari

budaya yang asing.

Mengerti pengetahuan

budaya yang digunakan

untuk berinteraksi

dengan orang yang

berbeda latar belakang

budayanya.

2. Cognitive

Yaitu Sebuah

kompetensi berdasarkan

pengetahuan yang dari

norma, praktik, dan

konvensi yang

digunakan dalam

pengaturan budaya yang

berbeda, diperoleh

melalui pendidikan dan

pengalaman pribadi

(Ang et al., 2007; Ang &

Van Dyne, 2008). Ini

termasuk pengetahuan

tentang ekonomi,

hukum, sistem sosial

dari budaya berbeda

yang sama baiknya

dengan sistem nilai

budaya ini.

Mengetahui hukum dan

sistem ekonomi dari

budaya lain

Mengetahui aturan

(kosakata, tata bahasa)

dari budaya lain.

Mengetahui nilai budaya

dan keyakinan agama

dari budaya lain.

Mengetahui sistem

pernikahan budaya lain.

Mengetahui seni dan

kerajinan dari budaya

lain.

Mengetahui aturan untuk

mengekspresikan

perilaku nonverbal di

budaya lain.

3. Motivational

Yaitu sebuah

kemampuan untuk

mengarahkan perhatian

dan belajar tentang

energi yang berfungsi

pada situasi dimana

ditandai dengan adanya

perbedaan budaya.

Orang dengan

Kesadaran Budaya

motivational di dalam

dirinya memiliki minat

dalam situasi lintas

budaya yang mereka

percaya diri pribadi

efektivitas lintas budaya.

Berinteraksi dengan

orang-orang dari budaya

yang berbeda.

Bersosialisasi dengan

masyarakat lokal yang

memiliki budaya yang

asing.

Mengatasi tekanan dalam

menyesuaikan diri

dengan budaya yang

asing.

Menikmati tinggal di

dalam budaya yang

asing.

4. Behavioral

Yaitu kemampuan

verbal dan nonverbal

yang tepat untuk

menunjukkan perilaku

ketika berinteraksi

dengan orang dari

budaya yang berbeda.

Seorang dengan

Kesadaran Budaya

behavioral yang tinggi

berperilaku tepat dalam

situasi lintas budaya,

karena kemampuan

komunikasi mereka baik

verbal dan nonverbal.

Mereka juga tahu

bagaimana menyikapi

budaya dari kata-kata,

nada, gerakan, dan

ekspresi wajah (Ang et

al., 2007).

Mengubah perilaku

verbal (logat,nada)

ketika sebuah interaksi

yang berbeda budaya

membutuhkannya.

Mengubah tingkat bicara

ketika situasi lintas

budaya

membutuhkannya.

Mengubah perilaku

nonverbal (cara kita

memanggil dan menyapa

seseorang) ketika situasi

lintas budaya

membutuhkannya.

Mengubah ekspresi

wajah ketika sebuah

interaksi lintas budaya

membutuhkannya.

2. Program cross-

cultural adalah

sebuah program

meliputi proses

negosiasi atau

pertukaran sistem

kebudayaaan yang

membimbing

perilaku manusia

dan membatasi

mereka dalam

menjalankan

fungsinya sebagai

keragaman

kelompok (Guo-

Ming Chen dan

William J. Stratosta

dalam Liliweri,

2004).

1. Masyarakat perlu

memliki awareness akan

pentingnya cross-culture

understanding melalui

seni budaya.

Meningkatkan kesadaran

civitas academica

terhadap kesenjangan

budaya.

2. Mempererat tali

persaudaraan dengan

memelihara toleransi

dan menyelaraskan

kesenjangan yang ada

berdasarkan

keberagaman seni dan

budaya.

Mempererat tali

persaudaraan antar

budaya yang berbeda.

Memelihara toleransi

antar budaya yang

berbeda.

Mengurangi kesenjangan

perbedaan budaya.

3. Komunikasi yang

efektif adalah

komunikasi yang

menimbulkan efek

tertentu sesuai

tujuan yang

diharapkan oleh

sipenyampai pesan

(Effendy, 1986:8).

1. Efek kognitif : yang

timbul pada komunikan

yang menyebabkan dia

menajdi tahu atau

meningkat

intelektualitasnya. Disini

pesan yang disampaikan

komunikator ditujukan

kepada pikiran

sikomunikan, dengan

perkataan lain tujuan

komunikator hanyalah

berkisar pada upaya

mengubah pikiran dari

komunikan.

Berkomunikasi secara

efektif dengan teman

perkuliahan saya dari

budaya lain.

2. Dampak afektif : lebih

tinggi kadarnya dari

pada dampak kognitif.

Disini tujuan

komunikator bukan

hanya sekedar upaya

komunikan tahu, tetapi

Berkomunikasi secara

efektif dengan teman

perkuliahan, sama seperti

yang dirasakan oleh

teman perkuliahan yang

lain

Berkomunikasi secara

tergerak hatinya

sehingga menimbulkan

perasaan tertentu.

Misalnya perasaan iba,

marah, terharu dan

sebagainya.

efektif dengan teman

perkuliahan, sama seperti

yang dirasakan oleh

dosen.

3. Dampak behavioral :

merupakan dampak

yang paling tinggi

kadarnya. Dampak ini

timbul kepada

komunikan dalam

bentuk perilaku,

tindakan, atau kegiatan.

Mengekspresikan

pendapat secara efektif

kepada teman

perkuliahan dari budaya

lain.

Mengekspresikan

pendapat secara efektif

dengan teman

perkuliahan, seperti yang

dirasakan temen

perkuliahan yang lain.

Mengekspresikan

pendapat secara efektif

kepada teman

perkuliahan, seperti yang

dirasakan oleh dosen. Sumber Buku Interacting With Strangers

ISBN/EAN 978-94-6228-012-0

3.5 Skala Pengukuran

Setiap instrumen mempunyai skala pengukuran. Menurut Sugiyono (2000:87)

skala pengukuran merupakan aturan yang diperlukan untuk mengkuantitatifkan data

dari pengukuran suatu variabel. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah dari

data yang bersifat kualitatif diubah menjadi data yang bersifat kuantitatif dengan

menggunakan skala likert. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator – indikator tertentu. Kemudian indikator – indikator

tersebut digunakan sebagai titik tolak untuk menyusun instrumen yang dapat berupa

pertanyaan atau pernyataan. Untuk tujuan analisis, maka ditetapkan jawaban dari

responden dan masing - masing mendapatkan skor, yang terbagi dalam kategori

penelitian, yaitu: jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 5, jawaban setuju (S) diberi

nilai 4, jawaban Netral (N) diberi nilai 3, jawaban tidak setuju (TS) diberi nilai 2, dan

jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1.

3.6 Teknik Analisis

Untuk meghasilkan data yang akurat, penelitian ini menggunakan metode

analisis data regresi sederhana. Alat bantu yang digunakan adalah program komputer

SPSS 16 for Windows. Dalam menentukan tingkat signifikan (level of significant),

tingkat signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0.05. Teknik analisis

merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk yang

lebih ringkas (Supramono & Utami, 2003). Analisis regresi linier sederhana adalah

hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen

(Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari

variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau

penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Langkah

pertama yang akan dilakukan adalah uji validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk mengukur validitas dan reliabilitas data yang diolah. Uji asumsi klasik

dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kriteria

ekonometrika, dalam artian tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari

asumsi-asumsi yang harus dipenuhi. Langkah selanjutnya adalah uji normalitas untuk

mengetahui data yang diolah berdistribusi normal atau tidak. Uji linearitas dilakukan

untuk mengetahui variabel X mempunyai hubungan linear dengan variabel Y atau

tidak. Langkah terakhir melakukan uji hipotesis yang menggunakan analisis regresi

untuk mengetahui adanya pengaruh variabel X dengan variabel Y.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tujuan penulisannya, di bab ini akan dibahas mengenai hasil olah

data primer yang didapat dari penyebaran kuisioner di UKSW. Bab ini bertujuan

untuk melihat hasil olah data yang dipakai untuk penelitian ini dan setelah di ketahui

hasilnya maka akan ada interpretasi dari tabel olah data yang dihasilkan.

4.1 Karakteristik Responden dan Statistik Deskriptif

Dari 100 responden yang diteliti terdapat 60 responden berjenis kelamin laki-

laki dan 40 responden berjenis kelamin perempuan. Di segi fakultas, dari 100

responden yang diteliti Fakultas Ekonomika dan Bisnis mendominasi dengan 47

responden yang berasal dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Di segi angkatan, dari

100 responden yang diteliti angkatan 2011 mendominasi dengan 42 responden yang

berasal dari angkatan 2011.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

No Variabel Mean Minimum Maximum

1 Program Cross-cultural 3,98 1 5

2 Kecerdasan Budaya 3,59 1 5

3 Efektivitas Komunikasi Cross-

cultural 3,73 1 5

Tabel 4.2 Statistik deskriptif per variabel

Program Cross-cultural

No Pernyataan Mean

1 PSBII 2014 mampu meningkatkan kesadaran civitas academica

terhadap kesenjangan budaya. 3,95

2 PSBII 2014 mampu mempererat tali persaudaraan antar budaya yang

berbeda. 3,98

3 PSBII 2014 mampu memelihara toleransi antar budaya yang berbeda. 4,01

4 PSBII 2014 mampu mengurangi kesenjangan perbedaan budaya. 3,97

Kecerdasan Budaya

No Pernyataan Mean

1

Saya mengetahui pengetahuan budaya yang saya gunakan ketika

berinteraksi dengan orang-orang dengan latar belakang budaya yang

berbeda.

3,90

2 Saya menyesuaikan pengetahuan budaya saya ketika berinteraksi

dengan orang-orang dari budaya yang asing bagi saya. 3,91

3 Saya mengerti pengetahuan budaya yang saya gunakan untuk

berinteraksi dengan orang yang berbeda latar belakang budayanya. 3,82

4 Saya mengetahui hukum dan sistem ekonomi dari budaya lain. 3,38

5 Saya mengetahui aturan (seperti kosa-kata dan tata bahasa) dari

bahasa budaya lain. 3,53

6 Saya mengetahui nilai budaya dan keyakinan agama dari budaya lain. 3,57

7 Saya mengetahui sistem pernikahan budaya lain. 3,16

8 Saya mengetahui seni dan kerajinan dari budaya lain. 3,62

9 Saya mengetahui aturan untuk mengekspresikan perilaku nonverbal di

budaya lain. 3,30

10 Saya menikmati berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang

berbeda. 3,75

11 Saya yakin bahwa saya bisa bersosialisasi dengan masyarakat lokal

yang memiliki budaya yang asing bagi saya. 3,65

12 Saya yakin saya bisa mengatasi tekanan dalam menyesuaikan diri

dengan budaya yang asing bagi saya. 3,53

13 Saya menikmati tinggal di dalam budaya yang asing bagi saya. 3,40

14 Saya mengubah perilaku verbal saya (seperti logat, nada) ketika

sebuah interaksi yang berbeda budaya membutuhkannya. 3,67

15 Saya mengubah tingkat bicara saya ketika situasi lintas budaya

membutuhkannya. 3,52

16 Saya mengubah perilaku nonverbal (seperti cara kita memanggil

seseorang) saya ketika situasi lintas budaya membutuhkannya. 3,66

17 Saya mengubah ekspresi wajah saya ketika sebuah interaksi lintas

budaya membutuhkannya. 3,58

Efektivitas Komunikasi Cross-cultural

No Pernyataan Mean

1 Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan teman perkuliahan

saya dari budaya lain. 3,88

2

Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan teman perkuliahan

saya, sama seperti yang dirasakan oleh teman perkuliahan saya yang

lain.

3,71

3 Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan teman perkuliahan

saya, sama seperti yang dirasakan oleh dosen saya. 3,68

4 Saya mampu mengekspresikan pendapat saya secara efektif kepada

teman perkuliahan saya dari budaya lain. 3,81

5

Saya mampu mengekspresikan pendapat saya secara efektif kepada

teman perkuliahan saya dari budaya lain, seperti yang dirasakan oleh

teman perkuliahan saya yang lain.

3,73

6

Saya mampu mengekspresikan pendapat saya secara efektif kepada

teman perkuliahan saya dari budaya lain, seperti yang dirasakan oleh

dosen saya.

3,58

Dilakukan pengujian statistik deskriptif untuk jumlah sampel pada penelitian

ini sebanyak 100 responden melalui teknik judgemental sampling terhadap

mahasiswa UKSW yang berpartisipasi langsung, menyaksikan, dan menjadi panitia

acara PSBII 2014. Tabel diatas menunjukkan rata-rata, nilai minimum, dan nilai

maksimum dari indikator-indikator dari tiap variabel yang diteliti. Pada variabel

Program Cross-cultural indicator “PSBII 2014 mampu memelihara toleransi antar

budaya yang berbeda” memiliki rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,01. Pada variabel

Kecerdasan Budaya indikator “Saya menyesuaikan pengetahuan budaya yang saya

gunakan ketika berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang asing bagi saya”

memiliki rata-rata tertinggi yaitu sebesar 3,91. Sedangkan pada variabel Efektivitas

Komunikasi Cross-cultural indikator “Saya mampu berkomunikasi secara efektif

dengan teman perkuliahan saya dari budaya lain” memiliki rata-rata tertinggi yaitu

3,88.

4.2 Uji Kelayakan Data

4.2.1 Uji Validitas & Reliabilitas

Tabel 4.3 Uji validitas & reliabilitas

NO Variabel Validitas Reliabilitas

Indikator

Valid (r >

0,1946)

(Cronbach's

Alpha)

1 Program Cross-cultural 4 4 0,879

2 Kecerdasan Budaya 17 17 0,870

3

Efektivitas Komunikasi Cross-

cultural 6 6 0,856

Untuk uji validitas pada penelitian ini peneliti menetapkan taraf signifikansi

5% dengan syarat r hitung (corrected item correlation) harus positif dan lebih besar

dari r tabel yaitu 0,1946. Sedangkan untuk uji realibilitas hasil Cronbach’s Alpha

harus lebih besar dari r tabel yaitu 60% atau 0.6.

Berdasarkan output yang telah dihasilkan, nilai corrected item-total

correlation untuk 4 indikator variabel program cross-cultural lebih dari sama dengan

0,1946 dan nilai cronbach’s alpha untuk variabel program cross-cultural yaitu 0,879

lebih dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa variabel program cross-cultural

dinyatakan valid dan reliabel.

Berdasarkan output yang telah dihasilkan, nilai corrected item-total

correlation untuk 17 indikator variabel kecerdasan budaya lebih dari sama dengan

0,1946 dan nilai cronbach’s alpha untuk variabel kecerdasan budaya yaitu 0,870

lebih dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa variabel kecerdasan budaya dinyatakan

valid dan reliabel.

Berdasarkan output yang telah dihasilkan, nilai corrected item-total

correlation untuk 6 indikator variabel efektivitas komunikasi cross-cultural lebih dari

sama dengan 0,1946 dan nilai cronbach’s alpha untuk variabel efektivitas

komunikasi cross-cultural yaitu 0,856 lebih dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa

variabel efektivitas komunikasi cross-cultural dinyatakan valid dan reliabel.

4.2.2 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data

penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal. Untuk menguji

normalitas peneliti menggunakan uji one sample Kolmogrov – Smirnov z.

Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji one sample Kolmogrov –

Smirnov z menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebagai berikut :

Untuk melihat distribusi dari variabel program cross-cultural terhadap

variabel kecerdasan budaya dari gambar grafik dapat diketahui bahwa titik-titik

menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual tersebut

dikatakan normal.

Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas (p) uji one

sample Kolmogrov – Smirnov-z > 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas yang

disajikan dapat diketahui bahwa nilai probabilitas satu arah sebesar 0,062 > 0,05

maka hasil uji normalitas diatas terpenuhi.

Untuk melihat distribusi variabel kecerdasan budaya terhadap variabel

efektivitas komunikasi cross-cultural dari gambar grafik dapat diketahui bahwa titik-

titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual tersebut

telah normal.

Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas (p) uji one

sample Kolmogrov – Smirnov-z > 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas yang

disajikan dapat diketahui bahwa nilai probabilitas satu arah sebesar 0,394 > 0,05

maka asumsi normalitas diatas terpenuhi.

4.2.3 Uji Linieritas

Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui apakah model regresi

mempunyai hubungan linier atau tidak.

a. Jika nilai signifikansi Linearity < 0.05 maka mengindikasikan terdapat

hubungan linear.

b. Jika nilai signifikansi Linearity > 0.05 maka mengindikasikan tidak terdapat

hubungan linear.

Untuk variabel program cross-cultural terhadap variabel kecerdasan budaya

berdasarkan perhitungan uji linieritas di lihat dari nilai Linearity service quality

sebesar 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linier antara

program cross-cultural terhadap kecerdasan budaya.

Untuk variabel kecerdasan budaya terhadap variabel efektivitas komunikasi

cross-cultural berdasarkan perhitungan uji linieritas di lihat dari nilai Linearity

service sebesar quality 0.000 < 0.05, maka dapat di simpulkan bahwa terdapat

hubungan linier antara Kecerdasan Budaya terhadap Efektivitas Komunikasi Cross-

cultural.

4.3 Uji Hipotesis

Tabel 4.4 Pengaruh program cross-cultural terhadap kecerdasan budaya

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 37.433 5.285 7.082 .000

PCC 1.459 .328 .410 4.445 .000

a. Dependent Variable: KB

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .410a .168 .159 8.04365

a. Predictors: (Constant), PCC

b. Dependent Variable: KB

Dari hasil analisis regresi yang ditujukan pada tabel diatas maka dapat

dijelaskan bahwa Program Cross-cultural memiliki koefisien regresi sebesar 1,459

dengan t hitung sebesar 4,445 atau tingkat signifikansi 0,000 (lebih kecil dari batas

toleransi 0,05). Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa program cross-

cultural berpengaruh positif terhadap kecerdasan budaya mahasiswa UKSW. Hal ini

berarti hipotesis 1 yang menyatakan bahwa program cross-cultural berpengaruh

terhadap kecerdasan budaya terbukti benar karena didukung oleh fakta.

Tabel koefesien determinasi diatas menunjukkan baik atau tidak nya model

regresi yang digunakan, dimana semakin besar nilai Adjusted R Square maka semakin

baik model regresinya. Model penelitian untuk hipotesis 1 ini dapat dikatakan kurang

baik, hal ini dapat dilihat melalui Adjusted R Square yang menunjukkan angka

sebesar 0,159. Dimana perubahan variabel program cross-cultural mampu

menjelaskan 15,9 persen perubahan kecerdasan budaya mahasiswa UKSW.

Tabel 4.5 Kecerdasan budaya terhadap efektivitas komunikasi cross-cultural

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.744 1.673 2.835 .006

KB .291 .027 .733 10.654 .000

a. Dependent Variable: EKCC

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .733a .537 .532 2.38375

a. Predictors: (Constant), KB

b. Dependent Variable: EKCC

Dari hasil analisis regresi yang ditujukan pada tabel dan diatas maka dapat

dijelaskan bahwa kecerdasan budaya memiliki koefisien regresi sebesar 0,291 dengan

t hitung sebesar 10,654 atau tingkat signifikansi 0,000 (lebih kecil dari batas toleransi

0,05). Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan budaya mahasiswa

UKSW berpengaruh positif terhadap efektivitas komunikasi cross-cultural. Hal ini

berarti hipotesis 2 yang menyatakan bahwa kecerdasan budaya berpengaruh terhadap

efektivitas komunikasi cross-cultural terbukti benar karena didukung oleh fakta.

Tabel koeefisien determinasi diatas menunjukkan baik atau tidak nya model

regresi yang digunakan, dimana semakin besar nilai Adjusted R Square maka semakin

baik model regresinya. Model penelitian untuk hipotesis 2 ini dapat dikatakan baik,

hal ini dapat dilihat melalui Adjusted R Square yang menunjukkan angka sebesar

0,532. Dimana perubahan variabel kecerdasan budaya mampu menjelaskan 53,2

persen perubahan efektivitas komunikasi cross-cultural mahasiswa UKSW.

4.4 Pembahasan

Program cross-cultural memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan

umumnya, masyarakat perlu memiliki awareness akan pentingnya cross-culture

understanding melalui seni budaya. Tujuan khususnya, mempererat tali persaudaraan

dengan memelihara toleransi dan menyelaraskan kesenjangan yang ada berdasarkan

keberagaman seni dan budaya. Program cross-cultural mempengaruhi kecerdasan

budaya mahasiswa UKSW. Kanter (1995) berpendapat bahwa untuk organisasi untuk

menjadi kelas dunia dalam perekonomian global saat ini, mereka harus

mengembangkan generasi baru manajer yang bisa melihat perbedaan budaya dengan

kemampuan yang lebih. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Program Cross-

cultural berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan budaya mahasiswa UKSW yang

dibuktikan sesuai dengan tabel dimana program cross-cultural memiliki koefisien

regresi sebesar 1,459 dengan t hitung sebesar 4,445 dan signifikansi 0,000 yang

kurang dari α (0,05). Jika dilihat dari rata-rata statistik deskriptif per variable nya,

kecerdasan budaya rata-rata tertinggi terlatak pada indikator “Saya menyesuaikan

pengetahuan budaya saya ketika berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang

asing bagi saya.” Indikator tersebut masuk dalam salah satu dimensi dari variable

kecerdasan budaya yaitu metacognitive. Metacognitive yaitu Kesadaran budaya

selama interaksi dengan banyak orang dari latar belakang budaya yang berbeda.

Penelitian ini sejalan dengan penilitian Ang & Van Dyne (2008) yang mengatakan

bahwa seorang dengan kesadaran metagocnitive lebih bisa mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan selama berinteraksi dengan orang-orang dari budaya

lain.

Kecerdasan budaya mempengaruhi efektifitas komunikasi cross-cultural.

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Kecerdasan Budaya berpengaruh

signifikan terhadap efektivitas komunikasi cross-cultural mahasiswa UKSW yang

dibuktikan sesuai dengan tabel dimana program cross-cultural memiliki koefisien

regresi sebesar 0,291 dengan t hitung sebesar 10,654 dan signifikansi 0,000 yang

kurang dari α (0,05). Penelitian ini sejalan dengan Gudykunst (2005) yang

menyatakan bahwa kecerdasan budaya memotivasi orang untuk berkomunikasi secara

efektif dengan orang yang berbeda latar belakang budaya.

Penelitian ini sudah diuji pengaruh mediasi melalui alat bantu uji sobel yang

hasilnya menunjukan bilai t hitung sebesar 0,720877 < t table sebesar 1,946. Hasil

tersebut menunjukan bahwa berarti tidak ada pengaruh mediasi kecerdasan budaya

dalam hubungannya program cross-cultural terhadap efektivitas komunikasi cross-

cultural.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitan dan pembahasan yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Program cross-cultural berpengaruh positif terhadap kecerdasan budaya

mahasiswa UKSW.

2. Kecerdasan budaya mahasiswa UKSW berpengaruh positif terhadap

efektivitas komunikasi cross-cultural.

5.2 Implikasi Teoritis

Penelitian ini menemukan program cross-cultural berpengaruh positif

terhadap kecerdasan budaya dan kecerdasan budaya berpengaruh positif terhadap

efektivitas komunikasi cross-cultural. Program cross-cultural berpengaruh positif

terhadap kecerdasan budaya mahasiswa pada dimensi metacognitive memiliki rata-

rata tertinggi. Penelitian ini hampir sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bücker & Poutsma (2010) menjelaskan perlunya kecerdasan budaya sebagai

kompetensi seorang manajer masa ini organisasi transnasional tetapi pada kesimpulan

rata-rata tertinggi terletak pada dimensi motivational. Juga sejalan dengan penilitian

Gudykunst (2005) yang menyatakan bahwa kecerdasan budaya memotivasi orang

untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang yang berbeda latar belakang

budaya.

5.3 Implikasi Terapan

Jika dilihat dari hasil penelitian ini, program cross-cultural berpengaruh

positif terhadap kecerdasan budaya mahasiswa UKSW dan kecerdasan budaya

berpengaruh signifikan terhadap efektivitas komunikasi cross-cultural. Maka dari itu,

untuk kedepannya perlu terus diadakan program cross-cultural di periode-periode

berikutnya supaya menjadi trend dan rutinitas yang selalu ditunggu-tunggu oleh

mahasiswa UKSW. Mungkin bisa tidak hanya satu kali dalam setahun dengan

ditambah seperti sistem pelatihan keberagaman budaya dari universitas. Sistem

pelatihan keberagaman budaya mungkin bisa berupa penyajian kebiasaan atau

kehidupan sehari-hari jadi bukan hanya menyajikan pakaian adat dari masing-masing

budaya saja. Mahasiswa yang memiliki kecerdasan budaya yang baik akan lebih

efektif dalam berkomunikasi di organisasi multiculture. Efektivitas komunikasi cross-

cultural dapat membantu pekerjaan dan peluang bisnis.

5.4 Keterbatasan Penelitian & Masukan Untuk Penelitian Mendatang

Keterbatasan penelitian ini adalah program cross-cultural yang diteliti hanya

setahun dan pengambilan sampel yang dilakukan juga tidak random jadi kurang bisa

mewakili program cross-cultural secara umum. Kuisioner dalam penelitian ini

mengadopsi instrumen yang digunakan oleh studi sebelumnya terhadap para manajer.

Demikian juga disarankan untuk mengambil sampel secara random.

Penelitian juga bisa dilakukan terhadap program cross-cultural yang dilaksanakan di

universitas lain dan sebaiknya dilakukan penelitian selama tiga kali pelaksanaan

berturut-turut agar bisa mewakili program cross-cultural secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri, 2003. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Alo Liliweri, 2004. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Ang, S., & Van Dyne, L. (2008). Conceptualization of cultural intelligence:

Definition, distinctiveness, and nomological network. In S. Ang & L. Van

Dyne (Eds.), Handbook of cultural intelligence: Than- y , measurement, and

applications (pp. 3-15). New York, NY: Sharpe.

Ang, S., Van Dyne, L., Koh, C. (2006). Personality correlates of the four factor

model of cultural intelligence. Group & Organization Management, 31, 100-

123. doi:10.1177/1059601105275267

Ang, S., Van Dyne, L., Koh, C., Ng, K.-Y., Templer, K. J., Tay, C., & Chandrasekar,

N. A. (2007). Cultural Intelligence: Its measurement and effects on cultural

judgement and decision making, cultural adaptation, and task performance.

Management and Organization Review, 3, 335-371. doi:10.1111/j.1740-

8784.2007.00082.x

Allard, M. June., 2002. Theoritical Underpinnings of Diversity, dalam: Harvey, C.P.

and Allord M.J., Understanding and Managing Diversity: Reading, Cases, and

Exercises, 2nd

Edition. Prentice Hall Upper Saddle River, NJ: 3-32.

Allard, M. J., dan Harvey, C. P. (2002). Understanding and Managing Diversity. 2nd

edition. Prentice Hall.

Beer, B. (2001). Anthropology of friendship. In N. J. Smelser & P. B. Baltes (Eds.),

International Encyclopedia of the social and behavioral sciences (pp. 5805–

5808). Kidlington, England: Elsevier.

Bucker, J. and Poutsma, E. 2010. “Global Management Competencies: A Theoretical

Foundation”. Journal of Managerial Psychology. Vol. 25 No. 8, pp. 829-844.

Church, A. (1982). Sojourner adjustment. Psychological Bulletin, 91, 540-

572. doi:10.1037/0033-2909.91.3 .540

Crawford-Mathis, K. (August, 2010). Cultural intelligence and

international service learning. A presentation for the Academy of

Management, Montreal, Canada, August 9, 2010.

De Vito, Joseph, Communicalogi : An Introduction to the study of Communication,

Harper & Row Publisher, New York – London, 1978.

Earley, P. C., & Ang, S. (2003). Cultural intelligence: Individual interactions across

cultures. Palo Alto, CA: Stanford University Press.

Earley, P.C. (2002). Redefining interactions across cultures and organizations:

moving forward with cultural intelligence. Research in Organizational

Behavior, 24:271-99.

Effendy ,Onong Uchjana.1986. Dinamika Komunikasi,Bandung : PT.Remaja

Rosdakarya.

Fischer, R. (2011). Cross-cultural training effects on cultural essentialism beliefs and

cultural intelligence. International Journal of Intercultural Relations, 35, 767-

775.

Gudykunst, William. Theorizing About Intercultural Communication. 2005.

California: Sage Publication, Inc.

Hodges, N., Watchravesringkan, K., Karpova, E., Hegland, J., O’Neal, G., &

Kadolph, S. (2011). Collaborative development of textile and apparel

curriculum designed to foster student’s global competence. Family and

Consumer Sciences Research Journal, 39, 325-338.

Jandt, Fred. E. 1998. Intercultural Communication An Introductions, Thousand Oaks:

Sage Publications.

Janssens, M., & Brett, J.M. (2006). Cultural intelligence in global teams: A fusion

model of collaboration. Group and Organization Management, 31, 124-153.

Johnson, J. P., Lenartowicz, T. & Apud, S. (2006). “Cross-cultural competence:

Toward a definition and a model.” Journal of International Business Studies,

37 (4): 525-543.

Kanter, R. M. (1995). World class: Thriving locally in the Global economy. New

York, NY: Simon & Schuster.

Kim, Y. J., & Van Dyne, L. (2010, April). Majority - minority status and the

development of cultural intelligence. Paper presented at the 25th Annual

Conference of the Society for Industrial and Organizational Psychologists,

Atlanta, GA.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Penerbit Erlangga,

Jakarta

Levinson, David and Melvin Ember., (1996). Comparative Method. In Encyclopedia

of Cultural Anthropology. 1: New York: Henry Holt.

MacNab, B. R., & Worthley, R. (2011). Individual Characteristics as predictors of

culture intelligence development: The relevance of self-efficacy.

International Journal Of Intercultural Relations. Advance online

publication. doi:10.1016/S0160-2896(99)0016-1

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. PT Remaja Rosda Karya:

Bandung. 2005.

Nurhayat, Wiji. (2013). Filipina Pesaing Berat Indonesia di Pasar Bebas Asean 201.

Diunduh pada 4 April 2013 di.

http://finance.detik.com/read/2013/04/04/153825/2211657/4/filipina-pesaing-

berat-indonesia-di-pasar-bebas-asean-2015

Porter, R. and Samovar, L. (1985). Approaching intercultural communication. In L.

Samovar and R. Porter (Eds.), Intercultural communication: A reader (4th

ed.), Belmont, California: Wadsworth.

Shokef, E., & Erez, M. (2008). Cultural intelligence and global identity in

multicultural teams. In S. Ang & L. Van Dyne (eds.), Handbook of cuktural

intelligence: Theory, measurement, and applications (pp. 177-191). New

York, NY: Sharpe.

Singarimbun, M. Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei. LP3S, Jakarta, Indonesia

Soemardjan, S dan Soelaeman Soemardi. (1964). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sternberg, R. J., & Detterman, D. K. (1986). What is intelligence? Noorwood, NJ:

Ablex.

Sugiyono. (2000). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Supramono, & Utami, I. (2003). Desain Proposal Penelitian Studi Akuntansi dan

Keuangan. Salatiga: Fakultas Ekonomi.

Winthrop, Robert H. (1991). Dictionary of Concepts in Cultural Anthropology. New

York: Greenwood Press.

1

Lampiran 1

2

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Program Studi Manajemen Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015

Kepada Yth.

Saudara/Saudari Rekan Mahasiswa UKSW

Di tempat

Dengan hormat,

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam penyelesaian pendidikan pada Program

Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, sebagai

bahan penulisan skripsi kami melaksanakan penelitian dengan judul:

PENGARUH PROGRAM CROSS-CULTURAL TERHADAP KECERDASAN

BUDAYA DAN DAMPAKNYA PADA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI CROSS-

CULTURAL

Sehungan dengan itu, kami mohon kesediaan Anda, untuk mengisi kuesioner ini

sesuai dengan petunjuk pengisiannya. Perlu kami sampaikan bahwa hasil penelitian ini hanya

untuk kepentingan akademik dan tidak akan berpengaruh pada status Anda sebagai seorang

mahasiswa UKSW yang pernah mengikuti atau menyaksikan kegiatan PSBII 2014.

Bantuan dari Anda untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya, secara

obyektif, dan apa adanya sangat berarti bagi penelitian ini. Untuk itu kami ucapkan terima

kasih.

Peneliti, Pembimbing Penelitian,

Alvinsa Fendy Santoso Ir. Lieli Suharti, MM, PhD

Email: [email protected] Email:[email protected]

3

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Mohon angket diisi oleh mahasiswa UKSW yang pernah menyaksikan atau

mengikuti kegiatan PSBII 2014 untuk menjawab seluruh pernyataan yang telah

disediakan.

2. Berilah tanda centang ( √ ) pada jawaban yang tersedia dan pilih sesuai keadaan

yang sebenarnya.

3. Dalam menjawab pernyataan-pernyataan ini, tidak ada jawaban yang salah. Oleh

sebab itu, usahakan agar tidak ada jawaban yang dikosongkan.

Keterangan:

SS = Sangat setuju STS = Sangat tidak setuju N = Netral

S = Setuju TS = Tidak setuju

Data Responden

Nama

Usia

Jenis Kelamin

Tempat Asal

Angkatan

Fakultas

4

1. Kecerdasan Budaya

No Pernyataan Jawaban

SS S N TS STS

1

Saya mengetahui pengetahuan budaya yang saya

gunakan ketika berinteraksi dengan orang-orang

dengan latar belakang budaya yang berbeda.

2

Saya menyesuaikan pengetahuan budaya saya

ketika berinteraksi dengan orang-orang dari

budaya yang asing bagi saya.

3

Saya mengerti pengetahuan budaya yang saya

gunakan untuk berinteraksi dengan orang yang

berbeda latar belakang budayanya.

4 Saya mengetahui hukum dan sistem ekonomi dari

budaya lain.

5 Saya mengetahui aturan (seperti kosa-kata dan tata

bahasa)dari bahasa budaya lain.

6 Saya mengetahui nilai budaya dan keyakinan

agama dari budaya lain.

7 Saya mengetahui sistem pernikahan budaya lain.

8 Saya mengetahui seni dan kerajinan dari budaya

lain.

9 Saya mengetahui aturan untuk mengekspresikan

perilaku nonverbal di budaya lain.

10 Saya menikmati berinteraksi dengan orang-orang

dari budaya yang berbeda.

11

Saya yakin bahwa saya bisa bersosialisasi dengan

masyarakat lokal yang memiliki budaya yang

asing bagi saya.

12

Saya yakin saya bisa mengatasi tekanan dalam

menyesuaikan diri dengan budaya yang asing bagi

saya.

13 Saya menikmati tinggal di dalam budaya yang

asing bagi saya.

14

Saya mengubah perilaku verbal saya (seperti logat,

nada) ketika sebuah interaksi yang berbeda budaya

membutuhkannya.

15 Saya mengubah tingkat bicara saya ketika situasi

lintas budaya membutuhkannya.

5

16

Saya mengubah perilaku nonverbal (seperti cara

kita memanggil seseorang) saya ketika situasi

lintas budaya membutuhkannya.

17 Saya mengubah ekspresi wajah saya ketika sebuah

interaksi lintas budaya membutuhkannya.

2. Program Cross-Cultural (PSBII 2014)

PSBII 2014 adalah Pentas Seni Budaya Indonesia Internasional yang diadakan di

UKSW pada tanggal 23 – 25 April 2014.

No Pernyataan Jawaban

SS S N TS STS

1 PSBII 2014 mampu meningkatkan kesadaran

civitas academica terhadap kesenjangan budaya.

2 PSBII 2014 mampu mempererat tali persaudaraan

antar budaya yang berbeda.

3 PSBII 2014 mampu memelihara toleransi antar

budaya yang berbeda.

4 PSBII 2014 mampu mengurangi kesenjangan

perbedaan budaya.

3. Efektivitas Komunikasi Cross-Cultural

No Pernyataan Jawaban

SS S N TS STS

1 Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan

teman perkuliahan saya dari budaya lain.

2

Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan

teman perkuliahan saya, sama seperti yang

dirasakan oleh teman perkuliahan saya yang lain.

3

Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan

teman perkuliahan saya, sama seperti yang

dirasakan oleh dosen saya.

4

Saya mampu mengekspresikan pendapat saya

secara efektif kepada teman perkuliahan saya dari

budaya lain.

6

5

Saya mampu mengekspresikan pendapat saya

secara efektif kepada teman perkuliahan saya dari

budaya lain, seperti yang dirasakan oleh teman

perkuliahan saya yang lain.

6

Saya mampu mengekspresikan pendapat saya

secara efektif kepada teman perkuliahan saya dari

budaya lain, seperti yang dirasakan oleh dosen

saya.

- Terima kasih atas partisipasinya -

7

Lampiran 2

8

Data Mentah Kecerdasan Budaya

No. Kb1 Kb2 Kb3 Kb4 Kb5 Kb6 Kb7 Kb8 Kb9 Kb10 Kb11 Kb12 Kb13 Kb14 Kb15 Kb16 Kb17 Total

1 3 3 3 2 4 3 2 4 2 3 3 4 4 4 3 3 4 54

2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 59

3 4 5 3 4 5 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 4 62

4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 59

5 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 5 4 3 3 59

6 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 59

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51

8 2 3 4 4 3 2 2 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 54

9 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 63

10 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 4 46

11 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 43

12 3 4 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 3 4 4 3 4 47

13 3 2 3 1 2 3 3 2 1 2 2 2 1 3 3 3 3 39

14 4 2 3 2 2 3 1 2 4 4 3 2 1 3 2 4 4 46

15 3 4 4 2 3 2 1 1 1 2 3 3 2 3 2 2 2 40

16 4 5 5 1 3 3 1 2 1 3 1 2 1 2 3 4 4 45

17 2 3 2 1 1 3 3 1 2 4 4 3 1 2 2 1 3 38

18 3 2 1 1 2 2 1 2 3 2 3 2 1 2 3 3 3 36

19 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 1 2 40

20 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 57

21 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 3 4 2 4 4 2 4 62

22 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 69

23 4 4 3 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 66

24 4 4 4 5 4 4 3 4 4 2 4 5 2 4 5 3 4 65

25 4 5 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 5 4 4 5 67

26 4 4 5 4 4 4 3 5 4 4 4 5 4 3 2 4 2 65

27 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 4 4 3 5 4 4 3 67

28 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 2 4 5 4 3 62

29 4 5 3 2 3 3 3 3 2 5 4 4 3 3 5 5 4 61

30 3 3 3 3 2 2 1 1 2 3 3 3 4 2 2 3 3 43

31 4 4 4 5 4 4 3 2 3 3 4 2 5 4 2 5 4 62

32 5 4 5 5 5 4 3 2 3 2 4 4 3 4 3 2 4 62

33 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 3 5 5 3 4 4 5 73

34 5 5 5 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 3 4 4 4 70

35 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 2 3 2 4 4 3 4 63

9

36 4 4 4 5 4 5 5 4 3 5 4 4 3 3 4 5 5 71

37 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 4 3 3 4 5 4 4 68

38 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 68

39 5 4 5 5 5 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 5 4 69

40 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 3 4 4 4 4 70

41 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 66

42 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 71

43 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 4 67

44 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 3 4 4 67

45 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 70

46 4 4 3 5 4 5 4 3 4 4 4 5 4 3 2 2 4 64

47 4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 61

48 4 4 4 3 4 2 3 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 60

49 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 66

50 4 4 5 3 3 3 3 3 2 4 4 1 4 4 3 3 3 56

51 4 4 4 3 3 3 4 4 2 5 4 3 3 4 3 4 2 59

52 5 4 4 4 5 3 4 3 4 4 5 3 2 5 5 5 4 69

53 3 3 3 3 4 4 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 51

54 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 62

55 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 2 56

56 4 4 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 2 1 2 4 3 46

57 4 4 5 3 4 5 3 3 3 4 5 4 3 3 3 4 3 63

58 4 4 3 3 3 3 4 4 2 4 4 3 2 4 4 3 2 56

59 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 58

60 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 58

61 3 5 4 2 2 3 1 2 3 3 4 4 3 2 2 4 4 51

62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 67

63 4 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 2 4 4 3 4 66

64 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 70

65 4 4 4 5 4 5 5 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 66

66 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69

67 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 72

68 5 4 4 2 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 75

69 3 4 4 2 2 3 4 4 2 5 3 2 2 5 4 3 4 56

70 4 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 3 5 4 4 2 70

71 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 70

72 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 72

73 4 4 4 4 4 4 3 4 3 5 5 5 4 3 3 3 3 65

10

74 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 5 62

75 5 4 4 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 3 4 4 3 51

76 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 59

77 5 5 5 3 3 3 3 4 4 5 5 3 5 5 4 5 5 72

78 4 5 4 2 3 3 2 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 66

79 5 5 4 2 4 4 2 5 5 5 5 2 4 4 4 4 3 67

80 4 4 4 3 3 3 3 3 4 5 4 4 4 5 4 4 4 65

81 5 4 3 4 5 4 3 2 1 2 3 4 3 4 3 2 1 53

82 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 60

83 4 3 4 2 3 4 1 2 3 5 5 4 4 2 2 3 2 53

84 4 4 4 2 1 3 3 2 1 5 3 3 4 5 5 5 5 59

85 3 3 3 4 4 3 2 4 2 4 2 2 3 4 3 3 3 52

86 4 4 4 4 2 5 4 1 2 5 4 4 3 4 4 3 5 62

87 4 4 5 3 3 3 1 3 4 5 5 4 5 4 3 4 3 63

88 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 59

89 3 4 4 2 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 54

90 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 3 4 5 4 4 66

91 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 62

92 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69

93 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 5 4 62

94 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 5 65

95 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 4 5 4 3 3 4 3 64

96 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 3 3 4 5 4 4 67

97 5 4 5 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 5 4 4 3 66

98 4 3 4 3 4 2 5 4 5 5 4 4 4 4 2 3 4 64

99 4 5 4 4 4 3 3 3 2 4 5 4 4 4 4 4 4 65

100 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 4 2 3 3 63

11

Data Mentah Progam Cross-Cultural

No. Pcc1 Pcc2 Pcc3 Pcc4 Total

1 3 3 3 3 12

2 4 3 4 3 14

3 4 4 3 3 14

4 3 3 3 3 12

5 3 3 3 3 12

6 3 3 4 4 14

7 3 3 3 3 12

8 3 3 3 3 12

9 4 4 4 4 16

10 4 4 4 4 16

11 5 5 4 3 17

12 5 4 4 4 17

13 4 4 3 3 14

14 4 3 3 4 14

15 3 3 4 4 14

16 2 1 3 3 9

17 2 3 3 4 12

18 4 3 3 4 14

19 2 3 3 2 10

20 4 4 4 4 16

21 4 4 4 4 16

22 5 5 5 5 20

23 4 4 4 4 16

24 4 4 4 4 16

25 5 4 5 4 18

26 4 4 3 4 15

27 4 4 4 4 16

28 4 4 4 4 16

29 5 3 4 5 17

30 4 4 4 4 16

31 4 5 4 4 17

32 5 4 4 4 17

33 4 5 4 4 17

34 5 5 5 5 20

35 4 4 4 4 16

36 5 4 5 4 18

37 5 5 5 5 20

38 4 4 4 4 16

39 5 4 4 5 18

40 5 5 5 5 20

41 4 4 4 4 16

42 4 4 4 4 16

43 4 4 4 4 16

44 4 4 4 4 16

45 4 5 5 4 18

46 3 3 4 4 14

47 4 4 4 4 16

48 4 4 3 4 15

49 4 4 4 4 16

50 4 4 4 4 16

51 4 4 4 4 16

52 3 3 4 4 14

53 4 5 5 5 19

54 5 5 5 5 20

55 4 4 4 4 16

56 4 5 5 5 19

57 4 5 5 5 19

58 5 5 5 5 20

59 4 5 5 4 18

60 4 4 4 4 16

61 4 4 3 3 14

62 4 4 4 4 16

63 4 4 5 4 17

64 4 4 4 4 16

65 4 4 4 4 16

66 4 4 4 5 17

67 4 5 5 5 19

68 3 5 5 3 16

69 3 4 4 3 14

70 4 5 5 4 18

71 5 4 4 5 18

12

72 4 4 4 5 17

73 3 3 3 3 12

74 5 5 5 5 20

75 3 3 3 3 12

76 4 4 4 4 16

77 4 3 3 4 14

78 4 4 4 4 16

79 4 4 4 4 16

80 3 4 4 4 15

81 1 1 2 3 7

82 4 4 4 4 16

83 4 5 5 4 18

84 3 4 4 3 14

85 5 4 4 4 17

86 3 3 3 3 12

87 5 5 5 4 19

88 4 4 4 3 15

89 4 4 4 4 16

90 4 4 4 4 16

91 5 4 4 4 17

92 4 4 4 4 16

93 5 5 5 5 20

94 4 4 4 4 16

95 5 5 5 5 20

96 4 4 4 4 16

97 4 5 4 4 17

98 4 4 4 5 17

99 4 4 4 3 15

100 4 4 4 4 16

13

Data Mentah Efektivitas Komunikasi Cross-Cultural

No. Ekcc1 Ekcc2 Ekcc3 Ekcc4 Ekcc5 Ekcc6 Total

1 4 4 4 3 3 3 21

2 4 3 4 3 4 3 21

3 3 4 4 4 3 4 22

4 4 2 4 2 4 3 19

5 3 3 4 4 4 3 21

6 3 3 4 4 3 3 20

7 4 3 4 3 4 3 21

8 4 3 3 4 4 3 21

9 4 4 4 3 3 3 21

10 3 3 4 3 4 3 20

11 3 3 3 2 2 1 14

12 3 3 2 3 3 2 16

13 2 2 2 3 2 3 14

14 4 4 4 3 3 3 21

15 3 3 3 2 3 2 16

16 4 4 4 2 2 2 18

17 2 2 2 3 3 3 15

18 2 2 2 3 3 3 15

19 3 2 2 3 2 2 14

20 3 3 3 4 4 4 21

21 4 4 4 5 4 3 24

22 4 3 4 4 3 4 22

23 5 4 4 5 4 4 26

24 4 4 4 4 4 4 24

25 4 4 5 4 4 5 26

26 4 4 3 4 4 3 22

27 5 4 4 5 4 4 26

28 5 4 4 4 5 4 26

29 4 4 4 5 5 5 27

30 2 3 3 3 3 3 17

31 4 4 3 4 4 3 22

32 5 4 4 5 4 4 26

33 5 4 4 4 4 5 26

34 4 4 5 4 4 5 26

35 3 3 4 3 3 4 20

14

36 4 4 5 4 4 5 26

37 4 4 3 4 4 3 22

38 5 4 4 4 4 5 26

39 4 4 5 4 4 5 26

40 3 3 5 4 4 4 23

41 4 3 4 4 4 4 23

42 4 3 4 3 4 4 22

43 5 5 4 4 4 5 27

44 4 4 4 4 4 4 24

45 5 5 5 5 5 5 30

46 4 4 2 4 4 2 20

47 3 3 4 4 4 3 21

48 4 4 4 5 4 4 25

49 4 4 3 4 4 3 22

50 4 3 3 3 4 4 21

51 4 3 4 3 3 4 21

52 5 4 4 3 4 4 24

53 4 3 3 3 3 3 19

54 5 4 4 4 4 4 25

55 4 4 3 4 4 3 22

56 4 3 3 3 3 3 19

57 5 5 4 4 4 3 25

58 4 3 3 4 3 3 20

59 4 4 4 4 4 4 24

60 4 4 4 4 4 4 24

61 5 4 3 4 4 3 23

62 4 5 4 4 5 4 26

63 5 5 5 5 5 5 30

64 3 4 4 3 4 4 22

65 4 3 3 4 4 4 22

66 5 4 4 5 4 4 26

67 4 5 4 5 5 5 28

68 4 4 4 4 4 4 24

69 4 4 4 3 3 3 21

70 5 4 4 5 4 3 25

71 4 5 4 4 5 5 27

72 4 4 4 4 4 4 24

73 3 4 4 3 3 4 21

15

74 5 5 4 5 4 5 28

75 3 4 3 3 4 3 20

76 4 4 3 3 3 3 20

77 5 4 3 5 3 4 24

78 4 4 4 4 4 4 24

79 5 5 5 5 5 5 30

80 3 4 4 4 3 3 21

81 1 3 5 3 4 2 18

82 4 4 4 4 4 4 24

83 4 4 3 5 4 3 23

84 3 3 2 3 3 3 17

85 4 4 3 4 4 3 22

86 4 4 4 5 3 5 25

87 4 4 4 3 3 2 20

88 4 3 3 4 3 3 20

89 3 3 3 4 3 4 20

90 3 4 4 4 4 3 22

91 4 4 4 4 4 4 24

92 3 3 3 3 3 3 18

93 4 4 4 4 4 4 24

94 4 3 4 4 3 4 22

95 4 4 3 4 4 3 22

96 4 4 4 4 4 4 24

97 4 4 3 4 4 3 22

98 5 5 4 5 5 4 28

99 4 4 4 4 4 4 24

100 4 4 3 4 4 3 22

16

Lampiran 3

17

Output Validitas dan Reliabilitas SPSS Kecerdasan Budaya

Validitas (R-tabel 0.1946)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 56.98 66.000 .577 .862

VAR00002 56.97 66.777 .506 .864

VAR00003 57.07 65.803 .492 .864

VAR00004 57.51 61.364 .611 .858

VAR00005 57.35 63.159 .564 .860

VAR00006 57.31 65.428 .496 .863

VAR00007 57.71 61.299 .632 .857

VAR00008 57.55 61.260 .644 .856

VAR00009 57.59 63.052 .541 .861

VAR00010 57.12 66.814 .341 .870

VAR00011 57.20 67.131 .364 .868

VAR00012 57.32 65.250 .475 .864

VAR00013 57.47 64.837 .429 .867

VAR00014 57.22 65.688 .467 .865

VAR00015 57.35 65.967 .405 .867

VAR00016 57.21 65.077 .499 .863

VAR00017 57.31 66.357 .406 .867

Realiabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.870 17

18

Output Validitas dan Reliabilitas SPSS Program Cross-Cultural

Validitas (R-tabel 0.1946)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00018 11.9600 3.433 .733 .847

VAR00019 11.9300 3.278 .773 .831

VAR00020 11.9000 3.586 .792 .826

VAR00021 11.9400 3.895 .667 .871

Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.879 4

19

Output Validitas dan Reliabilitas SPSS Efektivitas Komunikasi Cross-Cultural

Validitas (R-tabel 0.1946)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00022 18.5100 8.636 .615 .838

VAR00023 18.6800 8.644 .710 .821

VAR00024 18.7100 9.178 .542 .850

VAR00025 18.5800 8.610 .660 .829

VAR00026 18.6600 8.914 .681 .827

VAR00027 18.8100 8.054 .678 .827

Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.856 6

20

Output SPSS Uji Normalitas Program Cross-cultural Terhadap Kecerdasan Budaya

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 100

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 7.70271366

Most Extreme

Differences

Absolute .118

Positive .091

Negative -.118

Kolmogorov-Smirnov Z 1.180

Asymp. Sig. (2-tailed) .123

a. Test distribution is Normal.

a. Calculated from data.

21

Output SPSS Uji Normalitas Kecerdasan Budaya Terhadap Efektivitas Komunikasi

Cross-cultural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 100

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 2.42278052

Most Extreme

Differences

Absolute .065

Positive .065

Negative -.053

Kolmogorov-Smirnov Z .653

Asymp. Sig. (2-tailed) .788

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data

22

Output SPSS Uji Linieritas Program Cross-cultural Terhadap Kecerdasan

Budaya

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

KB *

PCC

Between

Groups

(Combined) 274.770 30 9.159 1.942 .012

Linearity 100.688 1 100.688 21.349 .000

Deviation from

Linearity 174.082 29 6.003 1.273 .206

Within Groups 325.420 69 4.716

Total 600.190 99

Output SPSS Uji Linieritas Kecerdasan Budaya Terhadap Efektivitas

Komunikasi Cross-cultural

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

EKCC *

KB

Between

Groups

(Combined) 362.101 10 36.210 3.838 .000

Linearity 225.035 1 225.035 23.852 .000

Deviation from

Linearity 137.067 9 15.230 1.614 .123

Within Groups 839.689 89 9.435

Total 1201.790 99

23

Perhitungan Sobel Test

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.658 1.963 1.354 .179

PCC .218 .108 .154 2.015 .047

KB .267 .031 .653 8.536 .000

a. Dependent Variable: ECCC

Perhitungan Sobel Test mediasi:

a = 0,218 b = 0,267

Sa = 0,108 Sb = 0,031

ab = 0,218 x 0,267 = 0,0058206

Pengaruh mediasi yang ditunjukan oleh perkalian koefisien (ab) perlu diuji dengan tes Sobel

sebagai berikut:

√ = 0.008074

Untuk menghitung t statistik pengaruh mediasi menggunakan rumus berikut:

= 0.720877