pengaruh program cross-cultural terhadap kecerdasan budaya
TRANSCRIPT
PENGARUH PROGRAM CROSS-CULTURAL TERHADAP KECERDASAN
BUDAYA DAN DAMPAKNYA PADA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
CROSS-CULTURAL
(Studi Terhadap Mahasiswa UKSW Salatiga Jawa Tengah)
Oleh:
ALVINSA FENDY SANTOSA
NIM : 212011026
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52-60
Telp (0298) 21212, 311881
Telex 22364 ukswsa la
Salatiga 50711 – Indonesia
Fax. (0298) – 21433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
N a m a : ALVINSA FENDY SANTOSA
N I M : 212011026
Program Studi : MANAJEMEN
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja:
Judul : PENGARUH PROGRAM CROSS-CULTURAL
TERHADAP KECERDASAN BUDAYA DAN DAMPAKNYA PADA
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI CROSS-CULTURAL (Studi Terhadap
Mahasiswa UKSW Salatiga Jawa Tengah)
Pembimbing : Ir. Lieli Suharti, M.M, Ph.D
Tanggal di uji : 22 Mei 2015
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang
saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya
aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan
orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan
yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk
pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 15 Mei 2015
Yang memberi pernyataan,
ALVINSA FENDY SANTOSA
PENGARUH PROGRAM CROSS-CULTURAL TERHADAP KECERDASAN
BUDAYA DAN DAMPAKNYA PADA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
CROSS-CULTURAL
(Studi Terhadap Mahasiswa UKSW Salatiga Jawa Tengah)
Oleh:
ALVINSA FENDY SANTOSA
NIM : 212011026
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
Disetujui oleh :
Ir. Lieli Suharti, M.M, Ph.D
Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
kasih karunia-Nya yang senantiasa menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan kertas kerja ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan kertas kerja ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik langsung maupun tidak
langsung. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Mami, selaku orang tua yang selama ini memberikan banyak sekali dukungan
baik secara moriil maupun materiil.
2. Ibu Ir. Lieli Suharti, M.M, Ph.D, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan bagi penulis sejak awal sampai terselesaikannya kertas kerja ini
dengan baik.
3. Ibu Dr. Sri Sulandjari, SE, M.Sie selaku Wali studi saya yang memberikan
pengarahan selama kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
4. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA, PhD selaku dekan di FEB UKSW.
5. Seluruf staff pengajar FEB UKSW yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
kepada penulis selama masa studi.
6. Seluruh staff bidang kemahasiswaan BARA yang selama ini membantu mengurus
beasiswa selama kuliah di UKSW.
7. Maria Theresia Angela Sutrisno yang selalu memberikan doa, motivasi, dan
dukungan selama penyelesaian kertas kerja ini.
8. David Nugroho, Jerry, Jeffry, Evan selaku anak-anak kost Brigjend Sudiarto 14
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih telah menjadi teman
yang baik selama penulis berkuliah di Salatiga.
9. Bapak Novi Setiawan, selaku owner yang telah memberikan kesempatan bekerja
di toko Karunia Komputer selama 1,5 tahun.
10. Bapak Endaka Pradana Adhityawan, selaku Kepala Pos Salatiga yang telah
memberikan kesempatan bekerja di PT. Adira Quantum Multifinance selama 1
tahun.
Salatiga, 15 Mei 2015
Penulis,
ALVINSA FENDY SANTOSA
ABSTRACT
Cultural diversity in Indonesia is a big asset for the progress of human resource in
the future. To dealing with the diversity, need to implanted culture intelligence since
early. Cross-cultural program in university has been held for implanted student’s
culture intelligence. Student’s culture intelligence is also trusted can increasing
cross-cultural communication effectiveness when were in multiculture organization.
The research was executed in Satya Wacana Christian University Salatiga, Central
Java. The research method in this study using quantitative research with survey
research design. Analysis technique in this research using simple regression analysis.
The assessment result showed cross-cultural program have been executed in 2014
positively influenced student’s culture intelligence and student’s culture intelligence
positively influenced cross-cultural communication effectiveness.
Keywords: Cross-cultural program, culture intelligence, cross-cultural
communication effevtiveness, cultural diversity, multiculture organization
SARIPATI
Keberagaman budaya di Indonesia merupakan modal besar untuk kemajuan sumber
daya manusia di masa yang akan datang. Untuk menyikapi keberagaman, perlu
ditanamkan kecerdasan budaya sejak dini. Program cross-cultural universitas
diadakan guna menanamkan kecerdasan budaya mahasiswa. Kecerdasan budaya
mahasiswa juga dipercaya dapat meningkatkan efektivitas komunikasi cross-cultural
saat berada di suatu organisasi multikultural. Penelitian ini dilaksanakan di
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian survey. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan program cross-cultural yang dilaksanakan
pada tahun 2014 berpengaruh positif terhadap kecerdasan budaya mahasiswa dan
kecerdasan budaya mahasiswa berpengaruh positif terhadap efektivitas komunikasi
cross-cultural.
Kata kunci: Program cross-cultural, kecerdasan budaya, efektivitas komunikasi
cross-cultural, keberagaman budaya, organisasi multikultural.
1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan populasi masyarakat yang sangat majemuk
atau multiculture. Multiculture adalah suatu masyarakat yang terdiri dari komunitas-
komunitas yang berbeda-beda kebudayaan. Kemajemukan tersebut ditandai oleh
adanya budaya dan suku-suku bangsa yang masing - masing mempunyai cara-cara
hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sehingga
mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara etnik yang satu dengan etnik
lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup dalam satu wadah masyarakat Indonesia.
Berdasarkan data dari sensus penduduk terakhir yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) Republik Indonesia, diketahui jumlah suku di Indonesia yang berhasil
terdata sebanyak 1.128 suku bangsa. Namun jumlah tersebut bisa saja kurang dari
jumlah yang sebenarnya, hal ini dikarenakan luas wilayah Indonesia yang begitu luas
dan terdapat beberapa wilayah pedalaman yang masih sulit dijangkau. Keragaman
budaya tersebut yang menjadi ciri khas setiap daerahnya masing-masing sehingga
pasti akan berbeda.
Seiring memasuki perkembangan jaman dan era globalisasi pengetahuan akan
kecerdasan budaya merupakan hal sangat perlu ditanamkan di setiap individu.
Keragaman penting untuk kehidupan karena tidak ada manusia yang diciptakan
dengan sempurna walaupun manusia adalah ciptaan yang paling sempurna diantara
ciptaan lainnya. Menurut Nurhayat (Detik Finance, 4 April 2013), persaingan akan
semakin tinggi pula bagi perusahaan yang ada di Indonesia karena saat ini Indonesia
sedang mempersiapkan diri untuk masuk dalam MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN) di tahun 2015. Hal ini mendorong perusahaan untuk mampu mengelola
sumber daya yang dimiliki khususnya sumber daya manusia dengan sebaik mungkin
sehingga mampu bersaing dalam persaingan lokal maupun internasional. Allard
(2002) menyatakan bahwa keragaman mencakup di dalamnya adalah tingkatan sosial,
budaya, fisik, dan perbedaan lingkungan diantara banyak orang yang akan
mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak atau bersikap. Allard & Patrick
(2002) mengatakan, manajemen keragaman bermaksud untuk menciptakan dan
memelihara lingkungan kerja yang positif dimana persamaan dan perbedaan individu
dihargai, sehingga semua individu dapat mencapai potensi yang maksimal dan
meningkatkan kontribusi mereka terhadap tujuan strategis organisasi.
Di era globalisasi ini perlu ditanamkan yang namanya kecerdasan budaya
karena sangat banyak etnik di Indonesia. Kanter (1995) berpendapat bahwa untuk
menjadi organisasi kelas dunia dalam perekonomian global saat ini, mereka harus
mengembangkan generasi baru manajer yang bisa melihat perbedaan budaya dengan
kemampuan yang lebih. Perlu ditanamkan kecerdasan budaya yang berarti kecerdasan
individu dalam berbudaya sejak dini. Menurut Earley (2002), perlu mengembangkan
kecerdasan budaya dengan baik untuk seorang individu yang sedang menyesuaikan
diri dengan kontekstual baru yang menurutnya tidak familiar atau asing. Kecerdasan
budaya perlu ditanamkan ke individu agar kelak bisa menyikapi dan menerima
keragaman dengan baik. Pendapat Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
(1964:113) bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat
sehingga semua individu sudah sewajarnya bersama-sama menjunjung tinggi
keragaman untuk bisa membantu perkembangan sumber daya manusia di Indonesia.
Maka dari itu kecerdasan budaya sangat perlu dimiliki oleh setiap individu menjelang
globalisasi.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan budaya. Salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan budaya yaitu adanya program cross-
cultural di suatu lingkungan organisasi. Shokef & Erez (2008) menunujukan bahwa
peserta tim multikultural terdiri dari anggota dari lima budaya yang berbeda dan
berlangsung selama empat minggu menunjukkan peningkatan yang signifikan pada
metakognitif, motivasi, dan perilaku kecerdasan budaya. Crawford-Mathis (2010)
menunjukkan bahwa relawan dalam proyek layanan di Belize yang menghabiskan
lebih banyak waktu berinteraksi dengan penduduk setempat justru menunjukkan
peningkatan yang lebih tinggi dalam kecerdasan budaya. Y. J. Kim & Van Dyne
(2010) menunjukkan bahwa di dua studi lapangan kerja orang dewasa, bahwa
hubungan antara kontak dan kecerdasan budaya lebih kuat untuk kaum mayoritas dari
untuk kaum minoritas.
Setiap daerah pasti memiliki masyarakat yang majemuk. Setiap masyarakat
tesebut pastinya juga memiliki aktivitas yang beragam, seperti masyarakat yang
hidup dekat pantai sebagai nelayan dan masyarakat perkotaan sebagai pegawai.
Dalam melakukan aktivitasnya, para mahasiswa pasti berkomunikasi melalui bahasa
untuk menunjang interaksi mereka. Namun pada umumnya, ragam interaksi bahasa
yang digunakan berbeda-beda dikarenakan latar belakang budaya asal yang juga
berbeda, misalnya saja seperti yang latar belakang keluarganya tinggal di daerah
pesisir. Hubungan komunikasi cross-cultural mampu memberikan keuntungan dalam
aktualiasasinya misalnya terhadap peningkatan pengetahuan dan cara pandang
seseorang melalui orang-orang baru dari budaya yang baru dijumpai. Namun untuk
melakukan itu bukanlah suatu hal yang mudah karena budaya dan komunikasi
memiliki kaitan yang sangat erat.
Dalam komunikasi antar budaya, setiap individu memiliki latar belakang
pengalaman budaya yang berbeda, diantara individu-individu yang mempunyai
kebudayaan yang sama umumnya memiliki kesamaan atau homogenitas dalam hal
latar belakang pengalaman secara keseluruhan jika dibandingkan dengan mereka
yang berasal dari kebudayaan yang berbeda. Melihat dari permasalahan ini maka
kecerdasan budaya juga akan mempengaruhi efektivitas komunikasi cross-cultural.
Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah
komunikasi, karena budaya sering muncul melalui komunikasi. Akan tetapi, pada
gilirannya budaya yang tercipta pun mempengaruhi cara berkomunikasi anggota
budaya yang bersangkutan. Mahasiswa yang memiliki kecerdasan budaya yang baik
akan lebih merasa nyaman di dalam suatu organisasi multiculture. Samovar dan
Porter (1985) mengatakan bahwa suatu keinginan yang tulus untuk melakukan
komunikasi yang efektif adalah penting, sebab komunikasi yang berhasil mungkin
tidak hanya terhambat oleh perbedaan-perbedaan budaya, tetapi juga oleh sikap-sikap
yang tidak bersahabat. Dari segi perusahaan bahwa tim global dan individu yang
tidak tahu bagaimana berkomunikasi secara efektif, mengidentifikasi, dan
menyelesaikan konflik di seluruh budaya mungkin berada dalam bahaya jebakan
seperti kehilangan peluang cross-cultural bussiness, menghadapi keengganan untuk
berbagi ide-ide berharga yang terjadi ketika budaya tidak dipahami, dan berpotensi
kehilangan peluang bisnis (Janssens & Brett, 2006). Deddy Mulyana (2005,Opcit:14)
menambahkan, budaya tidak akan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi,
dan komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami budaya yang
mendukungnya.
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dikenal sebagai perguruan tinggi yang
sangat besar keberagaman mahasiswanya dari Sabang sampai Merauke.
Keberagaman sendiri sebenarnya dapat menimbulkan kelebihan bagi suatu organisasi
multiculture. Namun permasalahannya, keberagaman juga dapat menimbulkan
kelemahan jika dalam anggotanya tidak dapat menyesuaikan diri dalam organisasi
yang multiculture. Untuk program cross-cultural, sejak tahun 2011 UKSW
melakukan kegiatan pentas seni budaya Indonesia. Namun, untuk pentas seni budaya
di tahun 2014 dinamakan PSBII (Pentas Seni Budaya Indonesia Internasional) adalah
pertama kalinya SMU UKSW menyajikan kebudayaan etnis yang tidak hanya ada di
UKSW saja melainkan ada tambahan beberapa budaya dari negara lain. Menurut
proposal PSBII (2014) tujuan umumnya bahwa masyarakat perlu memliki awareness
akan pentingnya cross-culture understanding melalui seni budaya dan tujuan
khususnya untuk mempererat tali persaudaraan dengan memelihara toleransi dan
menyelaraskan kesenjangan yang ada berdasarkan keberagaman seni dan budaya
yang ada di UKSW dan Salatiga. Dengan adanya program tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kecerdasan budaya mahasiswa UKSW.
Kesenjangan ini mendorong Earley & Ang (2003) bekerja dengan kecerdasan
budaya. Menurut Sternberg & Detterman (1986), kemampuan integratif pada
kecerdasan budaya terdiri dari komponen mental, motivasi, dan perilaku yang
berfokus secara khusus pada menyelesaikan permasalahan cross-cultural. Program
cross-cultural merupakan salah satu anteseden yang mempengaruhi kecerdasan
budaya. Menurut MacNab and Worthley (2011), sekelompok mahasiswa manajemen
ditemukan secara umum memiliki kecerdasan budaya yang lebih setelah mereka
mengikuti program pelatihan cross-cultural. Oleh karena itu, perlu ditanamkan
mengenai kecerdasan budaya sejak dini agar mahasiswa bisa mengetahui konfrontasi
yang terjadi jika berada dalam organisasi multiculture dan terciptanya para pemimpin
yang memiliki kemampuan yang lebih dalam melihat perbedaan budaya sebagai
pengaruh dari kecerdasan budaya. Menurut Bücker & Poutsma (2010), kecerdasan
budaya sebagai kompetensi seorang manajer masa ini dalam organisasi transnasional.
Seseorang dengan kecerdasan budaya yang tinggi dipercaya dapat menciptakan
efektivitas komunikasi cross-culture. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengaruh program
cross-cultural terhadap kecerdasan budaya dan dampaknya pada efektivitas
komunikasi cross-cultural.
1.1 Persoalan masalah
Melihat latar belakang yang ada maka persoalan penelitian yang akan dijawab
dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana pengaruh program cross-cultural yaitu PSBII 2014 yang
diadakan di UKSW terhadap kecerdasan budaya mahasiswa UKSW?
2. Bagaimana pengaruh kecerdasan budaya mahasiswa UKSW pada
efektivitas komunikasi cross-cultural?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui pengaruh program cross-cultural terhadap kecerdasan budaya
mahasiswa UKSW.
2. Mengetahui pengaruh kecerdasan budaya pada efektivitas komunikasi
cross-cultural.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Dengan hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pemahaman
mengenai pentingnya menanamkan kecerdasan budaya pada usia dini dan
cara mengatasinya.
2. Praktis
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bentuk keragaman di
Universitas Kristen Satya Wacana yang sering disebut “Indonesia Mini”.
Oleh karena itu, masukan buat UKSW kedepannya lebih sering
mengadakan program cross-cultural selain PSBII 2014 walaupun tetap
beriringan waktunya supaya tidak hanya sekedar acara biasa, namun
menjadi suatu kebiasaan yang dinantikan dan diterima oleh seluruh
mahasiswa UKSW.
2. DEFINISI & PENALARAN KONSEP
2.1 Kecerdasan Budaya
Penelitian yang dilakukan oleh Bücker & Poutsma (2010) menjelaskan
perlunya kecerdasan budaya sebagai kompetensi seorang manajer masa ini dalam
organisasi transnasional. Menurut Ang, Van Dyne, & Koh (2006) kecerdasan budaya
didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk menangani secara efektif dalam
situasi yang dicirikan oleh keragaman budaya. Mereka memeriksa literatur pada
kecerdasan dan kompetensi interkultural, pendidikan dan operasi kognitif psikologi
dari metakognisi, kepuasan intrinsik, kemanjuran diri, dan komunikasi antarbudaya,
dan melakukan wawancara dengan delapan eksekutif dengan pengalaman kerja
global yang luas (Ang et al., 2007). Kecerdasan budaya merupakan domain mendasar
yang lebih besar dari sekedar perbedaan individu. Sebagai suatu kemampuan,
kecerdasan budaya merujuk seseorang untuk menjadi efektif dalam pengaturan
budaya yang beragam. Ada cukup bukti untuk serentak dan prediktif validitas ekologi
kecerdasan budaya dengan sampel dari beberapa kebudayaan. Skor kecerdasan
budaya telah meramalkan penghakiman antar budaya dan pengambilan keputusan,
umum dan interaksi penyesuaian dan kesejahteraan, kinerja tugas pada simulasi
pemecahan masalah, dan prestasi kerja (Ang et al., 2007). Tes yang diunggah kembali
mengenai efektivitas antar budaya pelatihan menggunakan kecerdasan budaya
sebagai hasil ukuran sebagaimanapun telah memberikan hasil yang beragam, dengan
satu laporan yang memberikan temuan positif (Hodges et al., 2011) dan satu
melaporkan temuan negatif (Fischer, 2011). Church (1982) menegaskan bahwa hasil
kunci dalam penelitian psikologis pendatang dan ekspatriat adalah penyesuaian
budaya. Ang et al. (2007) membagi kecerdasan budaya sendiri terdiri dari empat
dimensi yang saling berkaitan yaitu Metacognitive (metakognitif), Cognitive
(wawasan), Motivational (motivasi), Behavioral (perilaku).
1. Metacognitive
Yaitu kesadaran budaya dan kesadaran isyarat budaya selama interaksi
dengan banyak orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Ang & Van
Dyne (2008) mengatakan bahwa seorang dengan kecerdasan budaya
metagocnitive sadar mengembangkan pengetahuan dan keterampilan selama
interaksi dengan orang-orang dari budaya lain.
2. Cognitive
Yaitu sebuah kompetensi berdasarkan pengetahuan yang dari norma, praktik,
dan konvensi yang digunakan dalam pengaturan budaya yang berbeda, yang
diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman pribadi (Ang et al., 2007; Ang
& Van Dyne, 2008). Cognitive mencakup pengetahuan tentang ekonomi,
hukum, sistem sosial dan budaya yang berbeda, serta sistem nilai budaya ini.
3. Motivational
Yaitu sebuah kemampuan untuk mengarahkan perhatian dan belajar tentang
energi yang berfungsi pada situasi dimana ditandai dengan adanya perbedaan
budaya. Individu dengan kecerdasan budaya motivational interinsik memiliki
minat dalam situasi lintas budaya yang membuat mereka percaya diri dalam
efektivitas lintas budaya (Ang et al., 2007).
4. Behavioral
Yaitu kemampuan verbal dan nonverbal yang tepat untuk menunjukkan
perilaku ketika berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda. Individu
dengan kecerdasan budaya behavioral yang tinggi berperilaku tepat dalam
pengaturan antarbudaya, karena kemampuan komunikasi mereka baik verbal
dan nonverbal. Mereka juga tahu bagaimana untuk menggunakan budaya dari
kata-kata, nada, gerakan, dan ekspresi wajah (Ang et al., 2007).
2.2 Program Cross-Cultural
Kebudayaan (budaya) berasal dari bahasa Sanskerta yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti “budi” atau “akal” (Koentjaraningrat, 1990:181). Cross-cultural
adalah aspek perbedaan antara kedua jenis hubungan yang berlaku secara umum
sementara orang lain berbeda-beda di seluruh waktu dan masyarakat (beer, 2001;
Pahl, 2000). Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Program cross-cultural
menurut Guo-Ming Chen dan William J. Stratosta dalam Liliweri (2004) mengatakan
bahwa program cross-cultural adalah sebuah program meliputi proses negosiasi atau
pertukaran sistem kebudayaaan yang membimbing perilaku manusia dan membatasi
mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai keragaman kelompok. Menurut
Church (1982) hasil kunci dalam penelitian psikologis mahasiswa pendatang adalah
penyesuaian budaya. Kegiatan yang ada di PSBII 2014 adalah pawai budaya yang
didalamnya meliputi berbagai acara kebudayaan seperti tari etnis, tari kolaborasi,
band etnis, dan band kolaborasi yang dipercaya dapat meningkatkan kecerdasan
budaya mahasiswa. Menurut Winthrop (1991: 43) untuk memahami budaya,
masyarakat harus dibandingkan. Metode komparatif adalah mencari pola-pola budaya
yang sebanding dalam beberapa masyarakat, khususnya perbandingan ciri-ciri budaya
yang diambil di luar konteks budaya. Yang kedua, meskipun gaya atau trend saat ini
memerlukan pengujian, tanpa perbandingan tidak ada cara untuk mengevaluasi jika
dianggap sebab dan akibat yang berhubungan. Jika penyebabnya tidak hadir maka
efek tidak harus hadir (Levinson and Ember 1996:262). Analisis antar budaya yang
digunakan untuk menggambarkan berbagai budaya dan distribusi budaya variasi
wujud etnografis direkam juga untuk menguji hipotesis dan teori-teori yang diusulkan
untuk menjelaskan variasi tercatat (Levinson dan Ember 1996:261). Menurut
proposal PSBII (2014) tujuan umumnya bahwa masyarakat perlu memliki awareness
akan pentingnya cross-culture understanding melalui seni budaya dan tujuan
khususnya untuk mempererat tali persaudaraan dengan memelihara toleransi dan
menyelaraskan kesenjangan yang ada berdasarkan keberagaman seni dan budaya
yang ada di UKSW dan Salatig
2.3 Efektivitas Komunikasi Cross-Cultural
Dalam suatu organisasi yang anggotanya terdiri dari latar belakang budaya
yang berbeda akan menimbulkan suatu kesenjangan. Untuk mencapai komunikasi
antar budaya yang efektif, individu seharusnya mengembangkan kompetensi antar
budaya. Menggunakan definisi yang diidentifikasi oleh mereka ditinjau ulang dan
mempertimbangkan lingkungan kompleks, Johnson et al. (2006, 530) mendefinisikan
kompetensi cross-cultural sebagai efektivitas individu dalam gambar pada
pengetahuan, keterampilan, dan karakteristik pribadi dalam rangka untuk mencapai
keberhasilan dalam bekerja dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang
berbeda. Merujuk pada keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai komunikasi
antar budaya yang efektif (Fred Jandt,1998:201) mengidentifikasikan empat
keterampilan sebagai bagian dari kompetensi antar budaya, yaitu personality
strength, communication skills, psychological adjustment and cultural awareness.
Tidak dapat diragukan bahwa kompetensi antar budaya adalah sebuah hal yang
sangat penting saat ini. Proses efektivitas komunikasi antarbudaya didahului oleh
hubungan antar budaya. Hubungan antar budaya bukan terjadi sekilas tetapi terus
menerus sehingga kualitasnya berubah dan mengalami kemajuan kearah kualitas
hubungan yang baik dan semakin baik (Liliweri, 2003). Samovar dan Porter (1985)
mengatakan bahwa suatu keinginan yang tulus untuk melakukan komunikasi yang
efektif adalah penting, sebab komunikasi yang berhasil mungkin tidak hanya
terhambat oleh perbedaan-perbedaan budaya, tetapi juga oleh sikap-sikap yang tidak
bersahabat atau bermusuhan. Demikian pula, dapat dikatakan bahwa interaksi
antarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Effendy
(1986:8) mengatakan komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan
efek tertentu sesuai tujuan yang diharapkan oleh sipenyampai pesan. Efek dapat
diklasifikasikan kepada :
a. Efek kognitif : yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menajdi
tahu atau meningkat intelektualitasnya. Disini pesan yang disampaikan
komunikator ditujukan kepada pikiran sikomunikan, dengan perkataan lain
tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari
komunikan.
b. Dampak afektif : lebih tinngi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini
tujuan komunikator bukan hanya sekedar upaya komunikan tahu, tetapi
tergerak hatinya sehingga menimbulkan perasaan tertentu. Misalnya perasaan
iba, marah, terharu dan sebagainya.
c. Dampak behavioral : merupakan dampak yang paling tinggi kadarnya.
Dampak ini timbul kepada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau
kegiatan.
Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan
tercapai (komunikasi yang sukses) bila bentuk - bentuk hubungan antarbudaya
menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbarui relasi
antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbaharui sebuah
manejemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat kesetiakawanan,
persahabatan, hingga kepada berhasilnya pembagian teknologi, mengurangi konflik
yang seluruhnya merupakan bentuk dari komunikasi antarbudaya. De Vito
(1978:261) ada beberapa faktor penentu efektivitas komunikasi antar budaya yaitu
keterbukaan, empati, perasaan positif, dukungan, keseimbangan. Cara menilai budaya
lain dengan nilai-nilai budaya sendiri dan menolak mempertimbangkan norma-norma
budaya lain akan menentukan keefektivan komunikasi yang akan terjadi.
2.4 Pengaruh Program Cross-Cultural Terhadap Kecerdasan Budaya
Shokef and Erez (2008) menunujukan bahwa peserta tim multiculture terdiri
dari anggota yang berbeda budaya dan berlangsung selama 4 minggu menunjukkan
peningkatan yang signifikan dalam metakognitif, motivasi, dan perilaku kecerdasan
budaya. Jika dinaturalisasikan ke dalam lingkungan yang lebih kecil seperti
universitas akan lebih menarik. Walaupun lebih kecil lingkupnya, tetapi Universitas
Kristen Satya Wacana mewakili hampir seluruh budaya-budaya yang besar di
Indonesia. Church (1982) menegaskan bahwa hasil kunci dalam penelitian psikologis
pendatang dan ekspatriat adalah penyesuaian budaya. Sedangkan, Menurut Earley
(2003) mengatakan bahwa perlu mengembangkan Kecerdasan Budaya dengan baik
untuk seorang individu yang sedang menyesuaikan diri dengan kontekstual baru yang
menurutnya tidak familiar atau asing. Culture Intellegence perlu ditanamkan ke
Individu agar lebih bisa menyikapi dan menerima keragaman dengan baik.
H1 : Program cross-cultural berpengaruh terhadap kecerdasan budaya
mahasiswa.
2.5 Pengaruh Kecerdasan Budaya Terhadap Efektivitas Komunikasi Cross-
Cultural
. Sesuai dengan julukan “Indonesia Mini”, semua beraneka macam etnik
berkolaborasi menjadi satu di Universitas Kristen Satya Wacana. Crawford-Mathis
(2010) membuktikan relawan dalam proyek layanan di Belize yang menghabiskan
lebih banyak waktu berinteraksi dengan penduduk setempat justru menunjukkan
peningkatan yang lebih tinggi dalam Kecerdasan Budaya. Seorang yang memiliki
kecerdasan budaya yang tinggi akan mudah menyesuaikan dan menerima budaya
yang baru bahkan asing baginya dan tidak akan menghalangi keefektivan komunikasi
nya. komunikasi antarbudaya akan tercapai bila bentuk-bentuk hubungan antarbudaya
menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbarui relasi
antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbaharui sebuah
manejemen komunikasi yang efektif dan interaksi antar budaya bukan terjadi sekilas
tetapi terus menerus sehingga kualitasnya berubah dan mengalami kemajuan kearah
kualitas hubungan yang baik dan semakin baik (Liliweri, 2003).
H2 : Kecerdam budaya mahasiswa berpengaruh terhadap efektivitas
komunikasi cross-cultural.
2.6 Model Penelitian
Gambar 2.1 Model Penelitian
Program Cross-
cultural
Kecerdasan
Budaya
Efektivitas Cross-
cultural
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (Explanatory Research).
Sebuah penelitian eksplanatori menurut Singarimbun (1995), merupakan penelitian
yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel penelitian dengan pengujian
hipotesa. Di dalam penelitian eksplanatori, pendekatan yang dipakai dalam penelitian
ini adalah metode survey, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-
fakta mengenai fenomena-fenomena yang ada di dalam obyek penelitian dan mencari
keterangan secara aktual dan sistematis.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah Mahasiswa UKSW yang mengetahui
Program PSBII 2014 baik yang turut aktif menjadi panitia, peserta, maupun yang
hanya menyaksikan.
Sampel menurut Mudrajad Kuncoro (2003 :108) adalah suatu himpunan
bagian dari unit populasi. Sampel terdiri dari beberapa jenis yang dapat digunakan
dalam menggunakan jenis sampel penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik judgmental sampling dimana sampel yang terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dari mahasiswa di UKSW yang mengetahui
program PSBII 2014 diambil sample sebanyak 100 orang reponden.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan cara yang digunakan dalam pengumpulan data dari penelitian
eksplanatori ini adalah melalui kuisioner untuk memperoleh informasi dari 100
responden. Pengukuran sampel untuk penelitian ini menggunakan aras Ordinal.
3.4 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel
No Konsep Dimensi Indikator Empirik
1. Kecerdasan budaya
adalah kemampuan
individu untuk
menangani secara
efektif dalam
situasi yang
dicirikan oleh
keragaman budaya
(Ang, Van Dyne, &
Koh, 2006).
1. Metacognitive
Yaitu Kesadaran budaya
selama interaksi dengan
banyak orang dari latar
belakang budaya yang
berbeda. Ang & Van
Dyne (2008) bahwa
seorang dengan
kesadaran metagocnitive
lebih bisa
mengembangkan
pengetahuan dan
keterampilan selama
berinteraksi dengan
orang-orang dari budaya
lain.
Pengetahuan budaya
yang digunakan ketika
berinteraksi dengan
orang-orang dengan latar
belakang yang berbeda.
Penyesuaian
pengetahuan budaya
ketika berinteraksi
dengan orang-orang dari
budaya yang asing.
Mengerti pengetahuan
budaya yang digunakan
untuk berinteraksi
dengan orang yang
berbeda latar belakang
budayanya.
2. Cognitive
Yaitu Sebuah
kompetensi berdasarkan
pengetahuan yang dari
norma, praktik, dan
konvensi yang
digunakan dalam
pengaturan budaya yang
berbeda, diperoleh
melalui pendidikan dan
pengalaman pribadi
(Ang et al., 2007; Ang &
Van Dyne, 2008). Ini
termasuk pengetahuan
tentang ekonomi,
hukum, sistem sosial
dari budaya berbeda
yang sama baiknya
dengan sistem nilai
budaya ini.
Mengetahui hukum dan
sistem ekonomi dari
budaya lain
Mengetahui aturan
(kosakata, tata bahasa)
dari budaya lain.
Mengetahui nilai budaya
dan keyakinan agama
dari budaya lain.
Mengetahui sistem
pernikahan budaya lain.
Mengetahui seni dan
kerajinan dari budaya
lain.
Mengetahui aturan untuk
mengekspresikan
perilaku nonverbal di
budaya lain.
3. Motivational
Yaitu sebuah
kemampuan untuk
mengarahkan perhatian
dan belajar tentang
energi yang berfungsi
pada situasi dimana
ditandai dengan adanya
perbedaan budaya.
Orang dengan
Kesadaran Budaya
motivational di dalam
dirinya memiliki minat
dalam situasi lintas
budaya yang mereka
percaya diri pribadi
efektivitas lintas budaya.
Berinteraksi dengan
orang-orang dari budaya
yang berbeda.
Bersosialisasi dengan
masyarakat lokal yang
memiliki budaya yang
asing.
Mengatasi tekanan dalam
menyesuaikan diri
dengan budaya yang
asing.
Menikmati tinggal di
dalam budaya yang
asing.
4. Behavioral
Yaitu kemampuan
verbal dan nonverbal
yang tepat untuk
menunjukkan perilaku
ketika berinteraksi
dengan orang dari
budaya yang berbeda.
Seorang dengan
Kesadaran Budaya
behavioral yang tinggi
berperilaku tepat dalam
situasi lintas budaya,
karena kemampuan
komunikasi mereka baik
verbal dan nonverbal.
Mereka juga tahu
bagaimana menyikapi
budaya dari kata-kata,
nada, gerakan, dan
ekspresi wajah (Ang et
al., 2007).
Mengubah perilaku
verbal (logat,nada)
ketika sebuah interaksi
yang berbeda budaya
membutuhkannya.
Mengubah tingkat bicara
ketika situasi lintas
budaya
membutuhkannya.
Mengubah perilaku
nonverbal (cara kita
memanggil dan menyapa
seseorang) ketika situasi
lintas budaya
membutuhkannya.
Mengubah ekspresi
wajah ketika sebuah
interaksi lintas budaya
membutuhkannya.
2. Program cross-
cultural adalah
sebuah program
meliputi proses
negosiasi atau
pertukaran sistem
kebudayaaan yang
membimbing
perilaku manusia
dan membatasi
mereka dalam
menjalankan
fungsinya sebagai
keragaman
kelompok (Guo-
Ming Chen dan
William J. Stratosta
dalam Liliweri,
2004).
1. Masyarakat perlu
memliki awareness akan
pentingnya cross-culture
understanding melalui
seni budaya.
Meningkatkan kesadaran
civitas academica
terhadap kesenjangan
budaya.
2. Mempererat tali
persaudaraan dengan
memelihara toleransi
dan menyelaraskan
kesenjangan yang ada
berdasarkan
keberagaman seni dan
budaya.
Mempererat tali
persaudaraan antar
budaya yang berbeda.
Memelihara toleransi
antar budaya yang
berbeda.
Mengurangi kesenjangan
perbedaan budaya.
3. Komunikasi yang
efektif adalah
komunikasi yang
menimbulkan efek
tertentu sesuai
tujuan yang
diharapkan oleh
sipenyampai pesan
(Effendy, 1986:8).
1. Efek kognitif : yang
timbul pada komunikan
yang menyebabkan dia
menajdi tahu atau
meningkat
intelektualitasnya. Disini
pesan yang disampaikan
komunikator ditujukan
kepada pikiran
sikomunikan, dengan
perkataan lain tujuan
komunikator hanyalah
berkisar pada upaya
mengubah pikiran dari
komunikan.
Berkomunikasi secara
efektif dengan teman
perkuliahan saya dari
budaya lain.
2. Dampak afektif : lebih
tinggi kadarnya dari
pada dampak kognitif.
Disini tujuan
komunikator bukan
hanya sekedar upaya
komunikan tahu, tetapi
Berkomunikasi secara
efektif dengan teman
perkuliahan, sama seperti
yang dirasakan oleh
teman perkuliahan yang
lain
Berkomunikasi secara
tergerak hatinya
sehingga menimbulkan
perasaan tertentu.
Misalnya perasaan iba,
marah, terharu dan
sebagainya.
efektif dengan teman
perkuliahan, sama seperti
yang dirasakan oleh
dosen.
3. Dampak behavioral :
merupakan dampak
yang paling tinggi
kadarnya. Dampak ini
timbul kepada
komunikan dalam
bentuk perilaku,
tindakan, atau kegiatan.
Mengekspresikan
pendapat secara efektif
kepada teman
perkuliahan dari budaya
lain.
Mengekspresikan
pendapat secara efektif
dengan teman
perkuliahan, seperti yang
dirasakan temen
perkuliahan yang lain.
Mengekspresikan
pendapat secara efektif
kepada teman
perkuliahan, seperti yang
dirasakan oleh dosen. Sumber Buku Interacting With Strangers
ISBN/EAN 978-94-6228-012-0
3.5 Skala Pengukuran
Setiap instrumen mempunyai skala pengukuran. Menurut Sugiyono (2000:87)
skala pengukuran merupakan aturan yang diperlukan untuk mengkuantitatifkan data
dari pengukuran suatu variabel. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah dari
data yang bersifat kualitatif diubah menjadi data yang bersifat kuantitatif dengan
menggunakan skala likert. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator – indikator tertentu. Kemudian indikator – indikator
tersebut digunakan sebagai titik tolak untuk menyusun instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan. Untuk tujuan analisis, maka ditetapkan jawaban dari
responden dan masing - masing mendapatkan skor, yang terbagi dalam kategori
penelitian, yaitu: jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 5, jawaban setuju (S) diberi
nilai 4, jawaban Netral (N) diberi nilai 3, jawaban tidak setuju (TS) diberi nilai 2, dan
jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1.
3.6 Teknik Analisis
Untuk meghasilkan data yang akurat, penelitian ini menggunakan metode
analisis data regresi sederhana. Alat bantu yang digunakan adalah program komputer
SPSS 16 for Windows. Dalam menentukan tingkat signifikan (level of significant),
tingkat signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0.05. Teknik analisis
merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk yang
lebih ringkas (Supramono & Utami, 2003). Analisis regresi linier sederhana adalah
hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen
(Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Langkah
pertama yang akan dilakukan adalah uji validitas dan reliabilitas yang bertujuan
untuk mengukur validitas dan reliabilitas data yang diolah. Uji asumsi klasik
dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kriteria
ekonometrika, dalam artian tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari
asumsi-asumsi yang harus dipenuhi. Langkah selanjutnya adalah uji normalitas untuk
mengetahui data yang diolah berdistribusi normal atau tidak. Uji linearitas dilakukan
untuk mengetahui variabel X mempunyai hubungan linear dengan variabel Y atau
tidak. Langkah terakhir melakukan uji hipotesis yang menggunakan analisis regresi
untuk mengetahui adanya pengaruh variabel X dengan variabel Y.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tujuan penulisannya, di bab ini akan dibahas mengenai hasil olah
data primer yang didapat dari penyebaran kuisioner di UKSW. Bab ini bertujuan
untuk melihat hasil olah data yang dipakai untuk penelitian ini dan setelah di ketahui
hasilnya maka akan ada interpretasi dari tabel olah data yang dihasilkan.
4.1 Karakteristik Responden dan Statistik Deskriptif
Dari 100 responden yang diteliti terdapat 60 responden berjenis kelamin laki-
laki dan 40 responden berjenis kelamin perempuan. Di segi fakultas, dari 100
responden yang diteliti Fakultas Ekonomika dan Bisnis mendominasi dengan 47
responden yang berasal dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Di segi angkatan, dari
100 responden yang diteliti angkatan 2011 mendominasi dengan 42 responden yang
berasal dari angkatan 2011.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
No Variabel Mean Minimum Maximum
1 Program Cross-cultural 3,98 1 5
2 Kecerdasan Budaya 3,59 1 5
3 Efektivitas Komunikasi Cross-
cultural 3,73 1 5
Tabel 4.2 Statistik deskriptif per variabel
Program Cross-cultural
No Pernyataan Mean
1 PSBII 2014 mampu meningkatkan kesadaran civitas academica
terhadap kesenjangan budaya. 3,95
2 PSBII 2014 mampu mempererat tali persaudaraan antar budaya yang
berbeda. 3,98
3 PSBII 2014 mampu memelihara toleransi antar budaya yang berbeda. 4,01
4 PSBII 2014 mampu mengurangi kesenjangan perbedaan budaya. 3,97
Kecerdasan Budaya
No Pernyataan Mean
1
Saya mengetahui pengetahuan budaya yang saya gunakan ketika
berinteraksi dengan orang-orang dengan latar belakang budaya yang
berbeda.
3,90
2 Saya menyesuaikan pengetahuan budaya saya ketika berinteraksi
dengan orang-orang dari budaya yang asing bagi saya. 3,91
3 Saya mengerti pengetahuan budaya yang saya gunakan untuk
berinteraksi dengan orang yang berbeda latar belakang budayanya. 3,82
4 Saya mengetahui hukum dan sistem ekonomi dari budaya lain. 3,38
5 Saya mengetahui aturan (seperti kosa-kata dan tata bahasa) dari
bahasa budaya lain. 3,53
6 Saya mengetahui nilai budaya dan keyakinan agama dari budaya lain. 3,57
7 Saya mengetahui sistem pernikahan budaya lain. 3,16
8 Saya mengetahui seni dan kerajinan dari budaya lain. 3,62
9 Saya mengetahui aturan untuk mengekspresikan perilaku nonverbal di
budaya lain. 3,30
10 Saya menikmati berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang
berbeda. 3,75
11 Saya yakin bahwa saya bisa bersosialisasi dengan masyarakat lokal
yang memiliki budaya yang asing bagi saya. 3,65
12 Saya yakin saya bisa mengatasi tekanan dalam menyesuaikan diri
dengan budaya yang asing bagi saya. 3,53
13 Saya menikmati tinggal di dalam budaya yang asing bagi saya. 3,40
14 Saya mengubah perilaku verbal saya (seperti logat, nada) ketika
sebuah interaksi yang berbeda budaya membutuhkannya. 3,67
15 Saya mengubah tingkat bicara saya ketika situasi lintas budaya
membutuhkannya. 3,52
16 Saya mengubah perilaku nonverbal (seperti cara kita memanggil
seseorang) saya ketika situasi lintas budaya membutuhkannya. 3,66
17 Saya mengubah ekspresi wajah saya ketika sebuah interaksi lintas
budaya membutuhkannya. 3,58
Efektivitas Komunikasi Cross-cultural
No Pernyataan Mean
1 Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan teman perkuliahan
saya dari budaya lain. 3,88
2
Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan teman perkuliahan
saya, sama seperti yang dirasakan oleh teman perkuliahan saya yang
lain.
3,71
3 Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan teman perkuliahan
saya, sama seperti yang dirasakan oleh dosen saya. 3,68
4 Saya mampu mengekspresikan pendapat saya secara efektif kepada
teman perkuliahan saya dari budaya lain. 3,81
5
Saya mampu mengekspresikan pendapat saya secara efektif kepada
teman perkuliahan saya dari budaya lain, seperti yang dirasakan oleh
teman perkuliahan saya yang lain.
3,73
6
Saya mampu mengekspresikan pendapat saya secara efektif kepada
teman perkuliahan saya dari budaya lain, seperti yang dirasakan oleh
dosen saya.
3,58
Dilakukan pengujian statistik deskriptif untuk jumlah sampel pada penelitian
ini sebanyak 100 responden melalui teknik judgemental sampling terhadap
mahasiswa UKSW yang berpartisipasi langsung, menyaksikan, dan menjadi panitia
acara PSBII 2014. Tabel diatas menunjukkan rata-rata, nilai minimum, dan nilai
maksimum dari indikator-indikator dari tiap variabel yang diteliti. Pada variabel
Program Cross-cultural indicator “PSBII 2014 mampu memelihara toleransi antar
budaya yang berbeda” memiliki rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,01. Pada variabel
Kecerdasan Budaya indikator “Saya menyesuaikan pengetahuan budaya yang saya
gunakan ketika berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang asing bagi saya”
memiliki rata-rata tertinggi yaitu sebesar 3,91. Sedangkan pada variabel Efektivitas
Komunikasi Cross-cultural indikator “Saya mampu berkomunikasi secara efektif
dengan teman perkuliahan saya dari budaya lain” memiliki rata-rata tertinggi yaitu
3,88.
4.2 Uji Kelayakan Data
4.2.1 Uji Validitas & Reliabilitas
Tabel 4.3 Uji validitas & reliabilitas
NO Variabel Validitas Reliabilitas
∑
Indikator
Valid (r >
0,1946)
(Cronbach's
Alpha)
1 Program Cross-cultural 4 4 0,879
2 Kecerdasan Budaya 17 17 0,870
3
Efektivitas Komunikasi Cross-
cultural 6 6 0,856
Untuk uji validitas pada penelitian ini peneliti menetapkan taraf signifikansi
5% dengan syarat r hitung (corrected item correlation) harus positif dan lebih besar
dari r tabel yaitu 0,1946. Sedangkan untuk uji realibilitas hasil Cronbach’s Alpha
harus lebih besar dari r tabel yaitu 60% atau 0.6.
Berdasarkan output yang telah dihasilkan, nilai corrected item-total
correlation untuk 4 indikator variabel program cross-cultural lebih dari sama dengan
0,1946 dan nilai cronbach’s alpha untuk variabel program cross-cultural yaitu 0,879
lebih dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa variabel program cross-cultural
dinyatakan valid dan reliabel.
Berdasarkan output yang telah dihasilkan, nilai corrected item-total
correlation untuk 17 indikator variabel kecerdasan budaya lebih dari sama dengan
0,1946 dan nilai cronbach’s alpha untuk variabel kecerdasan budaya yaitu 0,870
lebih dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa variabel kecerdasan budaya dinyatakan
valid dan reliabel.
Berdasarkan output yang telah dihasilkan, nilai corrected item-total
correlation untuk 6 indikator variabel efektivitas komunikasi cross-cultural lebih dari
sama dengan 0,1946 dan nilai cronbach’s alpha untuk variabel efektivitas
komunikasi cross-cultural yaitu 0,856 lebih dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa
variabel efektivitas komunikasi cross-cultural dinyatakan valid dan reliabel.
4.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data
penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal. Untuk menguji
normalitas peneliti menggunakan uji one sample Kolmogrov – Smirnov z.
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji one sample Kolmogrov –
Smirnov z menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebagai berikut :
Untuk melihat distribusi dari variabel program cross-cultural terhadap
variabel kecerdasan budaya dari gambar grafik dapat diketahui bahwa titik-titik
menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual tersebut
dikatakan normal.
Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas (p) uji one
sample Kolmogrov – Smirnov-z > 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas yang
disajikan dapat diketahui bahwa nilai probabilitas satu arah sebesar 0,062 > 0,05
maka hasil uji normalitas diatas terpenuhi.
Untuk melihat distribusi variabel kecerdasan budaya terhadap variabel
efektivitas komunikasi cross-cultural dari gambar grafik dapat diketahui bahwa titik-
titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual tersebut
telah normal.
Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas (p) uji one
sample Kolmogrov – Smirnov-z > 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas yang
disajikan dapat diketahui bahwa nilai probabilitas satu arah sebesar 0,394 > 0,05
maka asumsi normalitas diatas terpenuhi.
4.2.3 Uji Linieritas
Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui apakah model regresi
mempunyai hubungan linier atau tidak.
a. Jika nilai signifikansi Linearity < 0.05 maka mengindikasikan terdapat
hubungan linear.
b. Jika nilai signifikansi Linearity > 0.05 maka mengindikasikan tidak terdapat
hubungan linear.
Untuk variabel program cross-cultural terhadap variabel kecerdasan budaya
berdasarkan perhitungan uji linieritas di lihat dari nilai Linearity service quality
sebesar 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linier antara
program cross-cultural terhadap kecerdasan budaya.
Untuk variabel kecerdasan budaya terhadap variabel efektivitas komunikasi
cross-cultural berdasarkan perhitungan uji linieritas di lihat dari nilai Linearity
service sebesar quality 0.000 < 0.05, maka dapat di simpulkan bahwa terdapat
hubungan linier antara Kecerdasan Budaya terhadap Efektivitas Komunikasi Cross-
cultural.
4.3 Uji Hipotesis
Tabel 4.4 Pengaruh program cross-cultural terhadap kecerdasan budaya
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 37.433 5.285 7.082 .000
PCC 1.459 .328 .410 4.445 .000
a. Dependent Variable: KB
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .410a .168 .159 8.04365
a. Predictors: (Constant), PCC
b. Dependent Variable: KB
Dari hasil analisis regresi yang ditujukan pada tabel diatas maka dapat
dijelaskan bahwa Program Cross-cultural memiliki koefisien regresi sebesar 1,459
dengan t hitung sebesar 4,445 atau tingkat signifikansi 0,000 (lebih kecil dari batas
toleransi 0,05). Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa program cross-
cultural berpengaruh positif terhadap kecerdasan budaya mahasiswa UKSW. Hal ini
berarti hipotesis 1 yang menyatakan bahwa program cross-cultural berpengaruh
terhadap kecerdasan budaya terbukti benar karena didukung oleh fakta.
Tabel koefesien determinasi diatas menunjukkan baik atau tidak nya model
regresi yang digunakan, dimana semakin besar nilai Adjusted R Square maka semakin
baik model regresinya. Model penelitian untuk hipotesis 1 ini dapat dikatakan kurang
baik, hal ini dapat dilihat melalui Adjusted R Square yang menunjukkan angka
sebesar 0,159. Dimana perubahan variabel program cross-cultural mampu
menjelaskan 15,9 persen perubahan kecerdasan budaya mahasiswa UKSW.
Tabel 4.5 Kecerdasan budaya terhadap efektivitas komunikasi cross-cultural
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.744 1.673 2.835 .006
KB .291 .027 .733 10.654 .000
a. Dependent Variable: EKCC
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .733a .537 .532 2.38375
a. Predictors: (Constant), KB
b. Dependent Variable: EKCC
Dari hasil analisis regresi yang ditujukan pada tabel dan diatas maka dapat
dijelaskan bahwa kecerdasan budaya memiliki koefisien regresi sebesar 0,291 dengan
t hitung sebesar 10,654 atau tingkat signifikansi 0,000 (lebih kecil dari batas toleransi
0,05). Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan budaya mahasiswa
UKSW berpengaruh positif terhadap efektivitas komunikasi cross-cultural. Hal ini
berarti hipotesis 2 yang menyatakan bahwa kecerdasan budaya berpengaruh terhadap
efektivitas komunikasi cross-cultural terbukti benar karena didukung oleh fakta.
Tabel koeefisien determinasi diatas menunjukkan baik atau tidak nya model
regresi yang digunakan, dimana semakin besar nilai Adjusted R Square maka semakin
baik model regresinya. Model penelitian untuk hipotesis 2 ini dapat dikatakan baik,
hal ini dapat dilihat melalui Adjusted R Square yang menunjukkan angka sebesar
0,532. Dimana perubahan variabel kecerdasan budaya mampu menjelaskan 53,2
persen perubahan efektivitas komunikasi cross-cultural mahasiswa UKSW.
4.4 Pembahasan
Program cross-cultural memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umumnya, masyarakat perlu memiliki awareness akan pentingnya cross-culture
understanding melalui seni budaya. Tujuan khususnya, mempererat tali persaudaraan
dengan memelihara toleransi dan menyelaraskan kesenjangan yang ada berdasarkan
keberagaman seni dan budaya. Program cross-cultural mempengaruhi kecerdasan
budaya mahasiswa UKSW. Kanter (1995) berpendapat bahwa untuk organisasi untuk
menjadi kelas dunia dalam perekonomian global saat ini, mereka harus
mengembangkan generasi baru manajer yang bisa melihat perbedaan budaya dengan
kemampuan yang lebih. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Program Cross-
cultural berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan budaya mahasiswa UKSW yang
dibuktikan sesuai dengan tabel dimana program cross-cultural memiliki koefisien
regresi sebesar 1,459 dengan t hitung sebesar 4,445 dan signifikansi 0,000 yang
kurang dari α (0,05). Jika dilihat dari rata-rata statistik deskriptif per variable nya,
kecerdasan budaya rata-rata tertinggi terlatak pada indikator “Saya menyesuaikan
pengetahuan budaya saya ketika berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang
asing bagi saya.” Indikator tersebut masuk dalam salah satu dimensi dari variable
kecerdasan budaya yaitu metacognitive. Metacognitive yaitu Kesadaran budaya
selama interaksi dengan banyak orang dari latar belakang budaya yang berbeda.
Penelitian ini sejalan dengan penilitian Ang & Van Dyne (2008) yang mengatakan
bahwa seorang dengan kesadaran metagocnitive lebih bisa mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan selama berinteraksi dengan orang-orang dari budaya
lain.
Kecerdasan budaya mempengaruhi efektifitas komunikasi cross-cultural.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Kecerdasan Budaya berpengaruh
signifikan terhadap efektivitas komunikasi cross-cultural mahasiswa UKSW yang
dibuktikan sesuai dengan tabel dimana program cross-cultural memiliki koefisien
regresi sebesar 0,291 dengan t hitung sebesar 10,654 dan signifikansi 0,000 yang
kurang dari α (0,05). Penelitian ini sejalan dengan Gudykunst (2005) yang
menyatakan bahwa kecerdasan budaya memotivasi orang untuk berkomunikasi secara
efektif dengan orang yang berbeda latar belakang budaya.
Penelitian ini sudah diuji pengaruh mediasi melalui alat bantu uji sobel yang
hasilnya menunjukan bilai t hitung sebesar 0,720877 < t table sebesar 1,946. Hasil
tersebut menunjukan bahwa berarti tidak ada pengaruh mediasi kecerdasan budaya
dalam hubungannya program cross-cultural terhadap efektivitas komunikasi cross-
cultural.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitan dan pembahasan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Program cross-cultural berpengaruh positif terhadap kecerdasan budaya
mahasiswa UKSW.
2. Kecerdasan budaya mahasiswa UKSW berpengaruh positif terhadap
efektivitas komunikasi cross-cultural.
5.2 Implikasi Teoritis
Penelitian ini menemukan program cross-cultural berpengaruh positif
terhadap kecerdasan budaya dan kecerdasan budaya berpengaruh positif terhadap
efektivitas komunikasi cross-cultural. Program cross-cultural berpengaruh positif
terhadap kecerdasan budaya mahasiswa pada dimensi metacognitive memiliki rata-
rata tertinggi. Penelitian ini hampir sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bücker & Poutsma (2010) menjelaskan perlunya kecerdasan budaya sebagai
kompetensi seorang manajer masa ini organisasi transnasional tetapi pada kesimpulan
rata-rata tertinggi terletak pada dimensi motivational. Juga sejalan dengan penilitian
Gudykunst (2005) yang menyatakan bahwa kecerdasan budaya memotivasi orang
untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang yang berbeda latar belakang
budaya.
5.3 Implikasi Terapan
Jika dilihat dari hasil penelitian ini, program cross-cultural berpengaruh
positif terhadap kecerdasan budaya mahasiswa UKSW dan kecerdasan budaya
berpengaruh signifikan terhadap efektivitas komunikasi cross-cultural. Maka dari itu,
untuk kedepannya perlu terus diadakan program cross-cultural di periode-periode
berikutnya supaya menjadi trend dan rutinitas yang selalu ditunggu-tunggu oleh
mahasiswa UKSW. Mungkin bisa tidak hanya satu kali dalam setahun dengan
ditambah seperti sistem pelatihan keberagaman budaya dari universitas. Sistem
pelatihan keberagaman budaya mungkin bisa berupa penyajian kebiasaan atau
kehidupan sehari-hari jadi bukan hanya menyajikan pakaian adat dari masing-masing
budaya saja. Mahasiswa yang memiliki kecerdasan budaya yang baik akan lebih
efektif dalam berkomunikasi di organisasi multiculture. Efektivitas komunikasi cross-
cultural dapat membantu pekerjaan dan peluang bisnis.
5.4 Keterbatasan Penelitian & Masukan Untuk Penelitian Mendatang
Keterbatasan penelitian ini adalah program cross-cultural yang diteliti hanya
setahun dan pengambilan sampel yang dilakukan juga tidak random jadi kurang bisa
mewakili program cross-cultural secara umum. Kuisioner dalam penelitian ini
mengadopsi instrumen yang digunakan oleh studi sebelumnya terhadap para manajer.
Demikian juga disarankan untuk mengambil sampel secara random.
Penelitian juga bisa dilakukan terhadap program cross-cultural yang dilaksanakan di
universitas lain dan sebaiknya dilakukan penelitian selama tiga kali pelaksanaan
berturut-turut agar bisa mewakili program cross-cultural secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Alo Liliweri, 2003. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Alo Liliweri, 2004. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Ang, S., & Van Dyne, L. (2008). Conceptualization of cultural intelligence:
Definition, distinctiveness, and nomological network. In S. Ang & L. Van
Dyne (Eds.), Handbook of cultural intelligence: Than- y , measurement, and
applications (pp. 3-15). New York, NY: Sharpe.
Ang, S., Van Dyne, L., Koh, C. (2006). Personality correlates of the four factor
model of cultural intelligence. Group & Organization Management, 31, 100-
123. doi:10.1177/1059601105275267
Ang, S., Van Dyne, L., Koh, C., Ng, K.-Y., Templer, K. J., Tay, C., & Chandrasekar,
N. A. (2007). Cultural Intelligence: Its measurement and effects on cultural
judgement and decision making, cultural adaptation, and task performance.
Management and Organization Review, 3, 335-371. doi:10.1111/j.1740-
8784.2007.00082.x
Allard, M. June., 2002. Theoritical Underpinnings of Diversity, dalam: Harvey, C.P.
and Allord M.J., Understanding and Managing Diversity: Reading, Cases, and
Exercises, 2nd
Edition. Prentice Hall Upper Saddle River, NJ: 3-32.
Allard, M. J., dan Harvey, C. P. (2002). Understanding and Managing Diversity. 2nd
edition. Prentice Hall.
Beer, B. (2001). Anthropology of friendship. In N. J. Smelser & P. B. Baltes (Eds.),
International Encyclopedia of the social and behavioral sciences (pp. 5805–
5808). Kidlington, England: Elsevier.
Bucker, J. and Poutsma, E. 2010. “Global Management Competencies: A Theoretical
Foundation”. Journal of Managerial Psychology. Vol. 25 No. 8, pp. 829-844.
Church, A. (1982). Sojourner adjustment. Psychological Bulletin, 91, 540-
572. doi:10.1037/0033-2909.91.3 .540
Crawford-Mathis, K. (August, 2010). Cultural intelligence and
international service learning. A presentation for the Academy of
Management, Montreal, Canada, August 9, 2010.
De Vito, Joseph, Communicalogi : An Introduction to the study of Communication,
Harper & Row Publisher, New York – London, 1978.
Earley, P. C., & Ang, S. (2003). Cultural intelligence: Individual interactions across
cultures. Palo Alto, CA: Stanford University Press.
Earley, P.C. (2002). Redefining interactions across cultures and organizations:
moving forward with cultural intelligence. Research in Organizational
Behavior, 24:271-99.
Effendy ,Onong Uchjana.1986. Dinamika Komunikasi,Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Fischer, R. (2011). Cross-cultural training effects on cultural essentialism beliefs and
cultural intelligence. International Journal of Intercultural Relations, 35, 767-
775.
Gudykunst, William. Theorizing About Intercultural Communication. 2005.
California: Sage Publication, Inc.
Hodges, N., Watchravesringkan, K., Karpova, E., Hegland, J., O’Neal, G., &
Kadolph, S. (2011). Collaborative development of textile and apparel
curriculum designed to foster student’s global competence. Family and
Consumer Sciences Research Journal, 39, 325-338.
Jandt, Fred. E. 1998. Intercultural Communication An Introductions, Thousand Oaks:
Sage Publications.
Janssens, M., & Brett, J.M. (2006). Cultural intelligence in global teams: A fusion
model of collaboration. Group and Organization Management, 31, 124-153.
Johnson, J. P., Lenartowicz, T. & Apud, S. (2006). “Cross-cultural competence:
Toward a definition and a model.” Journal of International Business Studies,
37 (4): 525-543.
Kanter, R. M. (1995). World class: Thriving locally in the Global economy. New
York, NY: Simon & Schuster.
Kim, Y. J., & Van Dyne, L. (2010, April). Majority - minority status and the
development of cultural intelligence. Paper presented at the 25th Annual
Conference of the Society for Industrial and Organizational Psychologists,
Atlanta, GA.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Penerbit Erlangga,
Jakarta
Levinson, David and Melvin Ember., (1996). Comparative Method. In Encyclopedia
of Cultural Anthropology. 1: New York: Henry Holt.
MacNab, B. R., & Worthley, R. (2011). Individual Characteristics as predictors of
culture intelligence development: The relevance of self-efficacy.
International Journal Of Intercultural Relations. Advance online
publication. doi:10.1016/S0160-2896(99)0016-1
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. PT Remaja Rosda Karya:
Bandung. 2005.
Nurhayat, Wiji. (2013). Filipina Pesaing Berat Indonesia di Pasar Bebas Asean 201.
Diunduh pada 4 April 2013 di.
http://finance.detik.com/read/2013/04/04/153825/2211657/4/filipina-pesaing-
berat-indonesia-di-pasar-bebas-asean-2015
Porter, R. and Samovar, L. (1985). Approaching intercultural communication. In L.
Samovar and R. Porter (Eds.), Intercultural communication: A reader (4th
ed.), Belmont, California: Wadsworth.
Shokef, E., & Erez, M. (2008). Cultural intelligence and global identity in
multicultural teams. In S. Ang & L. Van Dyne (eds.), Handbook of cuktural
intelligence: Theory, measurement, and applications (pp. 177-191). New
York, NY: Sharpe.
Singarimbun, M. Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei. LP3S, Jakarta, Indonesia
Soemardjan, S dan Soelaeman Soemardi. (1964). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sternberg, R. J., & Detterman, D. K. (1986). What is intelligence? Noorwood, NJ:
Ablex.
Sugiyono. (2000). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta
Supramono, & Utami, I. (2003). Desain Proposal Penelitian Studi Akuntansi dan
Keuangan. Salatiga: Fakultas Ekonomi.
Winthrop, Robert H. (1991). Dictionary of Concepts in Cultural Anthropology. New
York: Greenwood Press.
2
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Program Studi Manajemen Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015
Kepada Yth.
Saudara/Saudari Rekan Mahasiswa UKSW
Di tempat
Dengan hormat,
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam penyelesaian pendidikan pada Program
Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, sebagai
bahan penulisan skripsi kami melaksanakan penelitian dengan judul:
PENGARUH PROGRAM CROSS-CULTURAL TERHADAP KECERDASAN
BUDAYA DAN DAMPAKNYA PADA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI CROSS-
CULTURAL
Sehungan dengan itu, kami mohon kesediaan Anda, untuk mengisi kuesioner ini
sesuai dengan petunjuk pengisiannya. Perlu kami sampaikan bahwa hasil penelitian ini hanya
untuk kepentingan akademik dan tidak akan berpengaruh pada status Anda sebagai seorang
mahasiswa UKSW yang pernah mengikuti atau menyaksikan kegiatan PSBII 2014.
Bantuan dari Anda untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya, secara
obyektif, dan apa adanya sangat berarti bagi penelitian ini. Untuk itu kami ucapkan terima
kasih.
Peneliti, Pembimbing Penelitian,
Alvinsa Fendy Santoso Ir. Lieli Suharti, MM, PhD
Email: [email protected] Email:[email protected]
3
Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Mohon angket diisi oleh mahasiswa UKSW yang pernah menyaksikan atau
mengikuti kegiatan PSBII 2014 untuk menjawab seluruh pernyataan yang telah
disediakan.
2. Berilah tanda centang ( √ ) pada jawaban yang tersedia dan pilih sesuai keadaan
yang sebenarnya.
3. Dalam menjawab pernyataan-pernyataan ini, tidak ada jawaban yang salah. Oleh
sebab itu, usahakan agar tidak ada jawaban yang dikosongkan.
Keterangan:
SS = Sangat setuju STS = Sangat tidak setuju N = Netral
S = Setuju TS = Tidak setuju
Data Responden
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Tempat Asal
Angkatan
Fakultas
4
1. Kecerdasan Budaya
No Pernyataan Jawaban
SS S N TS STS
1
Saya mengetahui pengetahuan budaya yang saya
gunakan ketika berinteraksi dengan orang-orang
dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2
Saya menyesuaikan pengetahuan budaya saya
ketika berinteraksi dengan orang-orang dari
budaya yang asing bagi saya.
3
Saya mengerti pengetahuan budaya yang saya
gunakan untuk berinteraksi dengan orang yang
berbeda latar belakang budayanya.
4 Saya mengetahui hukum dan sistem ekonomi dari
budaya lain.
5 Saya mengetahui aturan (seperti kosa-kata dan tata
bahasa)dari bahasa budaya lain.
6 Saya mengetahui nilai budaya dan keyakinan
agama dari budaya lain.
7 Saya mengetahui sistem pernikahan budaya lain.
8 Saya mengetahui seni dan kerajinan dari budaya
lain.
9 Saya mengetahui aturan untuk mengekspresikan
perilaku nonverbal di budaya lain.
10 Saya menikmati berinteraksi dengan orang-orang
dari budaya yang berbeda.
11
Saya yakin bahwa saya bisa bersosialisasi dengan
masyarakat lokal yang memiliki budaya yang
asing bagi saya.
12
Saya yakin saya bisa mengatasi tekanan dalam
menyesuaikan diri dengan budaya yang asing bagi
saya.
13 Saya menikmati tinggal di dalam budaya yang
asing bagi saya.
14
Saya mengubah perilaku verbal saya (seperti logat,
nada) ketika sebuah interaksi yang berbeda budaya
membutuhkannya.
15 Saya mengubah tingkat bicara saya ketika situasi
lintas budaya membutuhkannya.
5
16
Saya mengubah perilaku nonverbal (seperti cara
kita memanggil seseorang) saya ketika situasi
lintas budaya membutuhkannya.
17 Saya mengubah ekspresi wajah saya ketika sebuah
interaksi lintas budaya membutuhkannya.
2. Program Cross-Cultural (PSBII 2014)
PSBII 2014 adalah Pentas Seni Budaya Indonesia Internasional yang diadakan di
UKSW pada tanggal 23 – 25 April 2014.
No Pernyataan Jawaban
SS S N TS STS
1 PSBII 2014 mampu meningkatkan kesadaran
civitas academica terhadap kesenjangan budaya.
2 PSBII 2014 mampu mempererat tali persaudaraan
antar budaya yang berbeda.
3 PSBII 2014 mampu memelihara toleransi antar
budaya yang berbeda.
4 PSBII 2014 mampu mengurangi kesenjangan
perbedaan budaya.
3. Efektivitas Komunikasi Cross-Cultural
No Pernyataan Jawaban
SS S N TS STS
1 Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan
teman perkuliahan saya dari budaya lain.
2
Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan
teman perkuliahan saya, sama seperti yang
dirasakan oleh teman perkuliahan saya yang lain.
3
Saya mampu berkomunikasi secara efektif dengan
teman perkuliahan saya, sama seperti yang
dirasakan oleh dosen saya.
4
Saya mampu mengekspresikan pendapat saya
secara efektif kepada teman perkuliahan saya dari
budaya lain.
6
5
Saya mampu mengekspresikan pendapat saya
secara efektif kepada teman perkuliahan saya dari
budaya lain, seperti yang dirasakan oleh teman
perkuliahan saya yang lain.
6
Saya mampu mengekspresikan pendapat saya
secara efektif kepada teman perkuliahan saya dari
budaya lain, seperti yang dirasakan oleh dosen
saya.
- Terima kasih atas partisipasinya -
8
Data Mentah Kecerdasan Budaya
No. Kb1 Kb2 Kb3 Kb4 Kb5 Kb6 Kb7 Kb8 Kb9 Kb10 Kb11 Kb12 Kb13 Kb14 Kb15 Kb16 Kb17 Total
1 3 3 3 2 4 3 2 4 2 3 3 4 4 4 3 3 4 54
2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 59
3 4 5 3 4 5 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 4 62
4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 59
5 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 5 4 3 3 59
6 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 59
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51
8 2 3 4 4 3 2 2 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 54
9 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 63
10 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 4 46
11 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 43
12 3 4 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 3 4 4 3 4 47
13 3 2 3 1 2 3 3 2 1 2 2 2 1 3 3 3 3 39
14 4 2 3 2 2 3 1 2 4 4 3 2 1 3 2 4 4 46
15 3 4 4 2 3 2 1 1 1 2 3 3 2 3 2 2 2 40
16 4 5 5 1 3 3 1 2 1 3 1 2 1 2 3 4 4 45
17 2 3 2 1 1 3 3 1 2 4 4 3 1 2 2 1 3 38
18 3 2 1 1 2 2 1 2 3 2 3 2 1 2 3 3 3 36
19 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 1 2 40
20 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 57
21 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 3 4 2 4 4 2 4 62
22 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 69
23 4 4 3 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 66
24 4 4 4 5 4 4 3 4 4 2 4 5 2 4 5 3 4 65
25 4 5 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 5 4 4 5 67
26 4 4 5 4 4 4 3 5 4 4 4 5 4 3 2 4 2 65
27 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 4 4 3 5 4 4 3 67
28 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 2 4 5 4 3 62
29 4 5 3 2 3 3 3 3 2 5 4 4 3 3 5 5 4 61
30 3 3 3 3 2 2 1 1 2 3 3 3 4 2 2 3 3 43
31 4 4 4 5 4 4 3 2 3 3 4 2 5 4 2 5 4 62
32 5 4 5 5 5 4 3 2 3 2 4 4 3 4 3 2 4 62
33 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 3 5 5 3 4 4 5 73
34 5 5 5 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 3 4 4 4 70
35 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 2 3 2 4 4 3 4 63
9
36 4 4 4 5 4 5 5 4 3 5 4 4 3 3 4 5 5 71
37 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 4 3 3 4 5 4 4 68
38 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 68
39 5 4 5 5 5 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 5 4 69
40 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 3 4 4 4 4 70
41 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 66
42 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 71
43 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 4 67
44 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 3 4 4 67
45 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 70
46 4 4 3 5 4 5 4 3 4 4 4 5 4 3 2 2 4 64
47 4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 61
48 4 4 4 3 4 2 3 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 60
49 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 66
50 4 4 5 3 3 3 3 3 2 4 4 1 4 4 3 3 3 56
51 4 4 4 3 3 3 4 4 2 5 4 3 3 4 3 4 2 59
52 5 4 4 4 5 3 4 3 4 4 5 3 2 5 5 5 4 69
53 3 3 3 3 4 4 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 51
54 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 62
55 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 2 56
56 4 4 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 2 1 2 4 3 46
57 4 4 5 3 4 5 3 3 3 4 5 4 3 3 3 4 3 63
58 4 4 3 3 3 3 4 4 2 4 4 3 2 4 4 3 2 56
59 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 58
60 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 58
61 3 5 4 2 2 3 1 2 3 3 4 4 3 2 2 4 4 51
62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 67
63 4 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 2 4 4 3 4 66
64 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 70
65 4 4 4 5 4 5 5 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 66
66 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69
67 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 72
68 5 4 4 2 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 75
69 3 4 4 2 2 3 4 4 2 5 3 2 2 5 4 3 4 56
70 4 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 3 5 4 4 2 70
71 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 70
72 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 72
73 4 4 4 4 4 4 3 4 3 5 5 5 4 3 3 3 3 65
10
74 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 5 62
75 5 4 4 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 3 4 4 3 51
76 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 59
77 5 5 5 3 3 3 3 4 4 5 5 3 5 5 4 5 5 72
78 4 5 4 2 3 3 2 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 66
79 5 5 4 2 4 4 2 5 5 5 5 2 4 4 4 4 3 67
80 4 4 4 3 3 3 3 3 4 5 4 4 4 5 4 4 4 65
81 5 4 3 4 5 4 3 2 1 2 3 4 3 4 3 2 1 53
82 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 60
83 4 3 4 2 3 4 1 2 3 5 5 4 4 2 2 3 2 53
84 4 4 4 2 1 3 3 2 1 5 3 3 4 5 5 5 5 59
85 3 3 3 4 4 3 2 4 2 4 2 2 3 4 3 3 3 52
86 4 4 4 4 2 5 4 1 2 5 4 4 3 4 4 3 5 62
87 4 4 5 3 3 3 1 3 4 5 5 4 5 4 3 4 3 63
88 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 59
89 3 4 4 2 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 54
90 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 3 4 5 4 4 66
91 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 62
92 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69
93 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 5 4 62
94 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 5 65
95 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 4 5 4 3 3 4 3 64
96 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 3 3 4 5 4 4 67
97 5 4 5 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 5 4 4 3 66
98 4 3 4 3 4 2 5 4 5 5 4 4 4 4 2 3 4 64
99 4 5 4 4 4 3 3 3 2 4 5 4 4 4 4 4 4 65
100 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 4 2 3 3 63
11
Data Mentah Progam Cross-Cultural
No. Pcc1 Pcc2 Pcc3 Pcc4 Total
1 3 3 3 3 12
2 4 3 4 3 14
3 4 4 3 3 14
4 3 3 3 3 12
5 3 3 3 3 12
6 3 3 4 4 14
7 3 3 3 3 12
8 3 3 3 3 12
9 4 4 4 4 16
10 4 4 4 4 16
11 5 5 4 3 17
12 5 4 4 4 17
13 4 4 3 3 14
14 4 3 3 4 14
15 3 3 4 4 14
16 2 1 3 3 9
17 2 3 3 4 12
18 4 3 3 4 14
19 2 3 3 2 10
20 4 4 4 4 16
21 4 4 4 4 16
22 5 5 5 5 20
23 4 4 4 4 16
24 4 4 4 4 16
25 5 4 5 4 18
26 4 4 3 4 15
27 4 4 4 4 16
28 4 4 4 4 16
29 5 3 4 5 17
30 4 4 4 4 16
31 4 5 4 4 17
32 5 4 4 4 17
33 4 5 4 4 17
34 5 5 5 5 20
35 4 4 4 4 16
36 5 4 5 4 18
37 5 5 5 5 20
38 4 4 4 4 16
39 5 4 4 5 18
40 5 5 5 5 20
41 4 4 4 4 16
42 4 4 4 4 16
43 4 4 4 4 16
44 4 4 4 4 16
45 4 5 5 4 18
46 3 3 4 4 14
47 4 4 4 4 16
48 4 4 3 4 15
49 4 4 4 4 16
50 4 4 4 4 16
51 4 4 4 4 16
52 3 3 4 4 14
53 4 5 5 5 19
54 5 5 5 5 20
55 4 4 4 4 16
56 4 5 5 5 19
57 4 5 5 5 19
58 5 5 5 5 20
59 4 5 5 4 18
60 4 4 4 4 16
61 4 4 3 3 14
62 4 4 4 4 16
63 4 4 5 4 17
64 4 4 4 4 16
65 4 4 4 4 16
66 4 4 4 5 17
67 4 5 5 5 19
68 3 5 5 3 16
69 3 4 4 3 14
70 4 5 5 4 18
71 5 4 4 5 18
12
72 4 4 4 5 17
73 3 3 3 3 12
74 5 5 5 5 20
75 3 3 3 3 12
76 4 4 4 4 16
77 4 3 3 4 14
78 4 4 4 4 16
79 4 4 4 4 16
80 3 4 4 4 15
81 1 1 2 3 7
82 4 4 4 4 16
83 4 5 5 4 18
84 3 4 4 3 14
85 5 4 4 4 17
86 3 3 3 3 12
87 5 5 5 4 19
88 4 4 4 3 15
89 4 4 4 4 16
90 4 4 4 4 16
91 5 4 4 4 17
92 4 4 4 4 16
93 5 5 5 5 20
94 4 4 4 4 16
95 5 5 5 5 20
96 4 4 4 4 16
97 4 5 4 4 17
98 4 4 4 5 17
99 4 4 4 3 15
100 4 4 4 4 16
13
Data Mentah Efektivitas Komunikasi Cross-Cultural
No. Ekcc1 Ekcc2 Ekcc3 Ekcc4 Ekcc5 Ekcc6 Total
1 4 4 4 3 3 3 21
2 4 3 4 3 4 3 21
3 3 4 4 4 3 4 22
4 4 2 4 2 4 3 19
5 3 3 4 4 4 3 21
6 3 3 4 4 3 3 20
7 4 3 4 3 4 3 21
8 4 3 3 4 4 3 21
9 4 4 4 3 3 3 21
10 3 3 4 3 4 3 20
11 3 3 3 2 2 1 14
12 3 3 2 3 3 2 16
13 2 2 2 3 2 3 14
14 4 4 4 3 3 3 21
15 3 3 3 2 3 2 16
16 4 4 4 2 2 2 18
17 2 2 2 3 3 3 15
18 2 2 2 3 3 3 15
19 3 2 2 3 2 2 14
20 3 3 3 4 4 4 21
21 4 4 4 5 4 3 24
22 4 3 4 4 3 4 22
23 5 4 4 5 4 4 26
24 4 4 4 4 4 4 24
25 4 4 5 4 4 5 26
26 4 4 3 4 4 3 22
27 5 4 4 5 4 4 26
28 5 4 4 4 5 4 26
29 4 4 4 5 5 5 27
30 2 3 3 3 3 3 17
31 4 4 3 4 4 3 22
32 5 4 4 5 4 4 26
33 5 4 4 4 4 5 26
34 4 4 5 4 4 5 26
35 3 3 4 3 3 4 20
14
36 4 4 5 4 4 5 26
37 4 4 3 4 4 3 22
38 5 4 4 4 4 5 26
39 4 4 5 4 4 5 26
40 3 3 5 4 4 4 23
41 4 3 4 4 4 4 23
42 4 3 4 3 4 4 22
43 5 5 4 4 4 5 27
44 4 4 4 4 4 4 24
45 5 5 5 5 5 5 30
46 4 4 2 4 4 2 20
47 3 3 4 4 4 3 21
48 4 4 4 5 4 4 25
49 4 4 3 4 4 3 22
50 4 3 3 3 4 4 21
51 4 3 4 3 3 4 21
52 5 4 4 3 4 4 24
53 4 3 3 3 3 3 19
54 5 4 4 4 4 4 25
55 4 4 3 4 4 3 22
56 4 3 3 3 3 3 19
57 5 5 4 4 4 3 25
58 4 3 3 4 3 3 20
59 4 4 4 4 4 4 24
60 4 4 4 4 4 4 24
61 5 4 3 4 4 3 23
62 4 5 4 4 5 4 26
63 5 5 5 5 5 5 30
64 3 4 4 3 4 4 22
65 4 3 3 4 4 4 22
66 5 4 4 5 4 4 26
67 4 5 4 5 5 5 28
68 4 4 4 4 4 4 24
69 4 4 4 3 3 3 21
70 5 4 4 5 4 3 25
71 4 5 4 4 5 5 27
72 4 4 4 4 4 4 24
73 3 4 4 3 3 4 21
15
74 5 5 4 5 4 5 28
75 3 4 3 3 4 3 20
76 4 4 3 3 3 3 20
77 5 4 3 5 3 4 24
78 4 4 4 4 4 4 24
79 5 5 5 5 5 5 30
80 3 4 4 4 3 3 21
81 1 3 5 3 4 2 18
82 4 4 4 4 4 4 24
83 4 4 3 5 4 3 23
84 3 3 2 3 3 3 17
85 4 4 3 4 4 3 22
86 4 4 4 5 3 5 25
87 4 4 4 3 3 2 20
88 4 3 3 4 3 3 20
89 3 3 3 4 3 4 20
90 3 4 4 4 4 3 22
91 4 4 4 4 4 4 24
92 3 3 3 3 3 3 18
93 4 4 4 4 4 4 24
94 4 3 4 4 3 4 22
95 4 4 3 4 4 3 22
96 4 4 4 4 4 4 24
97 4 4 3 4 4 3 22
98 5 5 4 5 5 4 28
99 4 4 4 4 4 4 24
100 4 4 3 4 4 3 22
17
Output Validitas dan Reliabilitas SPSS Kecerdasan Budaya
Validitas (R-tabel 0.1946)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 56.98 66.000 .577 .862
VAR00002 56.97 66.777 .506 .864
VAR00003 57.07 65.803 .492 .864
VAR00004 57.51 61.364 .611 .858
VAR00005 57.35 63.159 .564 .860
VAR00006 57.31 65.428 .496 .863
VAR00007 57.71 61.299 .632 .857
VAR00008 57.55 61.260 .644 .856
VAR00009 57.59 63.052 .541 .861
VAR00010 57.12 66.814 .341 .870
VAR00011 57.20 67.131 .364 .868
VAR00012 57.32 65.250 .475 .864
VAR00013 57.47 64.837 .429 .867
VAR00014 57.22 65.688 .467 .865
VAR00015 57.35 65.967 .405 .867
VAR00016 57.21 65.077 .499 .863
VAR00017 57.31 66.357 .406 .867
Realiabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.870 17
18
Output Validitas dan Reliabilitas SPSS Program Cross-Cultural
Validitas (R-tabel 0.1946)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00018 11.9600 3.433 .733 .847
VAR00019 11.9300 3.278 .773 .831
VAR00020 11.9000 3.586 .792 .826
VAR00021 11.9400 3.895 .667 .871
Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.879 4
19
Output Validitas dan Reliabilitas SPSS Efektivitas Komunikasi Cross-Cultural
Validitas (R-tabel 0.1946)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00022 18.5100 8.636 .615 .838
VAR00023 18.6800 8.644 .710 .821
VAR00024 18.7100 9.178 .542 .850
VAR00025 18.5800 8.610 .660 .829
VAR00026 18.6600 8.914 .681 .827
VAR00027 18.8100 8.054 .678 .827
Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.856 6
20
Output SPSS Uji Normalitas Program Cross-cultural Terhadap Kecerdasan Budaya
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 100
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 7.70271366
Most Extreme
Differences
Absolute .118
Positive .091
Negative -.118
Kolmogorov-Smirnov Z 1.180
Asymp. Sig. (2-tailed) .123
a. Test distribution is Normal.
a. Calculated from data.
21
Output SPSS Uji Normalitas Kecerdasan Budaya Terhadap Efektivitas Komunikasi
Cross-cultural
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 100
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.42278052
Most Extreme
Differences
Absolute .065
Positive .065
Negative -.053
Kolmogorov-Smirnov Z .653
Asymp. Sig. (2-tailed) .788
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data
22
Output SPSS Uji Linieritas Program Cross-cultural Terhadap Kecerdasan
Budaya
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
KB *
PCC
Between
Groups
(Combined) 274.770 30 9.159 1.942 .012
Linearity 100.688 1 100.688 21.349 .000
Deviation from
Linearity 174.082 29 6.003 1.273 .206
Within Groups 325.420 69 4.716
Total 600.190 99
Output SPSS Uji Linieritas Kecerdasan Budaya Terhadap Efektivitas
Komunikasi Cross-cultural
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
EKCC *
KB
Between
Groups
(Combined) 362.101 10 36.210 3.838 .000
Linearity 225.035 1 225.035 23.852 .000
Deviation from
Linearity 137.067 9 15.230 1.614 .123
Within Groups 839.689 89 9.435
Total 1201.790 99
23
Perhitungan Sobel Test
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.658 1.963 1.354 .179
PCC .218 .108 .154 2.015 .047
KB .267 .031 .653 8.536 .000
a. Dependent Variable: ECCC
Perhitungan Sobel Test mediasi:
a = 0,218 b = 0,267
Sa = 0,108 Sb = 0,031
ab = 0,218 x 0,267 = 0,0058206
Pengaruh mediasi yang ditunjukan oleh perkalian koefisien (ab) perlu diuji dengan tes Sobel
sebagai berikut:
√ = 0.008074
Untuk menghitung t statistik pengaruh mediasi menggunakan rumus berikut:
= 0.720877