crs rm kane agli amri.docx

36
I.1. IDENTITAS PASIEN - Nama : Tn. Ayi - Usia : 55 Tahun - Jenis Kelamin : Laki-laki - Pekerjaan : Buruh - Alamat : Karencong - Status Nikah : Menikah - Agama : Islam - Suku : Sunda - Dirawat yang ke dua kali - Masuk RS tanggal : 27 Oktober 2013 - Tanggal Permeriksaan : 31 Oktober 2013 I.2. ANAMNESIS Autoanamnesis dan Heteroanamnesis (Istri Pasien) KU : Lemas lengan kanan dan kaki kanan. 1

Upload: agli-adhitya

Post on 26-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

stroke

TRANSCRIPT

I.1. IDENTITAS PASIEN

- Nama : Tn. Ayi

- Usia : 55 Tahun

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- Pekerjaan : Buruh

- Alamat : Karencong

- Status Nikah : Menikah

- Agama : Islam

- Suku : Sunda

- Dirawat yang ke dua kali

- Masuk RS tanggal :

27 Oktober 2013

- Tanggal Permeriksaan :

31 Oktober 2013

I.2. ANAMNESIS

Autoanamnesis dan Heteroanamnesis (Istri Pasien)

KU : Lemas lengan kanan dan kaki kanan.

Sejak 3 bulan yang lalu pasien mengalami lemas pada lengan atas dan kaki

kanan. Lemas muncul secara tiba-tiba ketika pasien sedang duduk. Menurut

penuturan istri pasien, keluhan disertai dengan nyeri kepala dan mual tanpa

disertai dengan muntah. Mulut pasien menjadi mencong, pasien berbicara menjadi

tidak jelas, sulit menelan, sering tersedak, dan sering tidak dapat menahan BAK,

Keluhan kejang disangkal oleh pasien. Keluhan pasien tersebut tidak diobati.

Menurut penuturan pasien, pasien masih bisa merasakan sentuhan dan masih bisa

menggerakan lengan dan kaki kanannya sedikit.

1

2

Dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami kesulitan bernafas

(sesak nafas). Menurut penuturan istri pasien, sesak nafas yang pasien alami

semakin hari semakin bertambah parah. Satu hari sebelum masuk rumah sakit,

keluhan sesak pada pasien bertambah parah sehingga keluarga pasien

memutuskan membawa pasien ke IGD.

Keluhan ini adalah keluhan yang pernah dirasakan oleh pasien 9 tahun yang

lalu. Saat itu pasien mengalami lemas pada lengan kanan dan kaki kanan ketika

sedang beraktivitas/bekerja menangkap ikan. Keluhan terjadi secara tiba – tiba

dan membuat pasien tidak sadarkan diri. Pasien dirawat selama 2 minggu dirumah

sakit, namun keluarga pasien meminta pulang paksa sebelum pasien sembuh total

karena faktor biaya. Sejak 9 tahun yang lalu hingga 3 bulan yang lalu, pasien

hanya dirawat oleh keluarganya dirumah dan sempat mengalami perbaikan.

Pasien dapat kembali berjalan walaupun bagian tubuh sebelah kanan yang lemas

tidak sepenuhnya sembuh.

Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol yang diketahui pasien

sejak pasien berusia 46 tahun. Pasien sebelumnya adalah perokok berat, setiap kali

merokok 2 bungkus perhari, namun telah berhenti sejak 9 tahun yang lalu.

Riwayat penyakit gula darah disangkal, riwayat trauma pada kepala disangkal.

Kedua orang tua pasien memiliki hipertensi dan meninggal dunia akibat stroke.

3

1.3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital

Nadi : 90x/menit, regular, equal, isi cukup

Respirasi : 22x/menit

Suhu : 36,7º C

Tekanan darah : 160/90 mmHg

Pemeriksaan Spesifik

1. Kulit : sianosis (-), jaundice (-), ptekiae (-).

2. Otot : Atrofi (-), hipertrofi (-)

3. Tulang : Deformitas (-), gibbus (-)

4. Sendi : Pembengkakan (-)

5. Kepala

• Bentuk : Simetris

• Rambut : Hitam, halus, tidak mudah rapuh

• Wajah : Simetris, flushing (-)

CN VII alis mata normal, menyeringai mencong ke kanan, mata menutup

sempurna

CN XII lidah menjulur agak mencong ke kanan

• Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

konjungtivitis flektinularis (-/-), air mata +/+

• Pupil : Bulat, isokor, refleks cahaya +/+

4

• Hidung : Simetris, epistaksis -/-, sekret -/-, PCH(-), plica

nasolabialis kanan (-)

• Telinga : Simetris, sekret -/-, membran timpani intak

• Mulut : mukosa mulut tidak hiperemis, perioral sianosis (-),oral

hygine baik

• Tonsil : T0-T0, tenang

• Faring : Tidak hiperemis

6. Leher

• KGB : Tidak ada pembesaran KGB

• Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran

• JVP : Tidak mengalami peningkatan

• Retraksi suprasternal (-)

• Otot sternocleidomastoid kanan lemah

7. Thorax

Paru

• Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi intercostal (-)

• Palpasi : Pergerakan simetris

• Perkusi : Sonor

• Auskultasi : VBS kanan = kiri, wheezing -/-, crackles -/-

Jantung

• Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

• Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV LMCS

• Perkusi : dbn

5

• Auskultasi : S1-S2 murni reguler, murmur pada (-)

8. Abdomen

Inspeksi:

Datar, Massa abdomen (-), retraksi epigastrium (-)

Palpasi:

Lembut, NT (-) pada daerah epigastrik, ketok CVA (-), massa (-), Hepar

dan lien tidak teraba pembesaran, Ballotement ginjal tidak teraba

pembesaran, bladder tidak membesar.

Perkusi:

Tympani, Pekak samping (-), pekak pindah (-)

Auskultasi:

BU (+), normal

9. Ekstremitas:

Atas BawahEdema -/-

Sianosis (-)Deformitas (-)Akral hangatPtekhie (-)

Capillary refill < 2 detikBantalan tangan tidak pucat

terpasang IV cateter pada tangan kiri

Edema -/-Sianosis (-)

Deformitas (-)Akral Hangat

Ptekhie (-)Capillary refill < 2 detikBantalan kaki tidak pucat

Pemeriksaan Muscle strength :

3 52 5

Pemeriksaan ROM :

Penuh PenuhPenuh Penuh

6

Pemeriksaan Sensori :

+ ++ +

Pemeriksaan Reflex Fisiologis :

Bisep -/+

Trisep -/+

Brachioradialis -/+

Patella -/+

Achiles -/+

Refleks Patologis

Babinski :-/-

Chaddock : -/-

10. Anogenital

Terpasang urine catheter

1.4. DIAGNOSIS BANDING

Stroke Non Hemorraghik + decom cordis + HT grade II + Susp.

AKI

Stroke Non Hemorraghik + HT grade II

1.5. USULAN PEMERIKSAAN

• Laboratorium darah

• Foto thoraks

• CT scan

7

1.6. RESUME KASUS

Identitas

Tn. Ayi, 55 tahun

Keluhan Utama

Lemah pada ekstrimitas kanan atas dan bawah

Anamnesa (heteroanamnesa)

Sejak 3 bulan yang lalu pasien mengalami lemas pada lengan atas

dan kaki kanan. Lemas muncul secara tiba-tiba ketika pasien

sedang duduk. Menurut penuturan istri pasien, keluhan disertai

dengan nyeri kepala dan mual tanpa disertai dengan muntah. Mulut

pasien menjadi mencong, pasien berbicara menjadi tidak jelas, sulit

menelan, sering tersedak, dan sering tidak dapat menahan BAK.

Dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami

kesulitan bernafas (sesak nafas). Menurut penuturan istri pasien,

sesak nafas yang pasien alami semakin hari semakin bertambah

parah Keluarga pasien tidak ada yang memilik keluhan serupa,

hanya saja kedua orangtua pasien memiliki penyakit darah tinggi.

Keluhan ini adalah keluhan yang pernah dirasakan oleh pasien 9

tahun yang lalu. Saat itu pasien mengalami lemas pada lengan

kanan dan kaki kanan ketika sedang beraktivitas/bekerja

menangkap ikan

Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol yang

diketahui pasien sejak pasien berusia 46 tahun. Pasien sebelumnya

8

adalah perokok berat, setiap kali merokok 2 bungkus perhari,

namun telah berhenti sejak 9 tahun yang lalu. Kedua orang tua

pasien memiliki hipertensi dan meninggal dunia akibat stroke.

Pemeriksaan

Keadaan Umum : Sakit sedang

Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 160/90

Wajah : CN VII menyeringai mencong ke kanan, plica nasolabialis

kanan( -)

Otot sternocleidomastoid kanan lemah

Thorax dan abdomen dalam batas normal

Pemeriksaan Muscle strength :

3 52 5

Pemeriksaan Reflex Fisiologis :

Bisep -/+

Trisep -/+

Brachioradialis -/+

Patella -/+

Achiles -/+

1.7. Pemeriksaan Penunjang

Hasi lab :

Darah Rutin : dalam batas normal

9

Kimia Klinik (27 okt) : SGOT dan SGPT meningkat ( SGOT : 127,

SGPT : 142), Ureum dan Kreatinin meningkat ( Ureum : 62, kreeatinin:

1.83)

Hasil CT scan : susp. Lesi infark lama didaerah thalamus kanan dan

nucleus lentiformis kiri

Hasil Foto Thorax : susp. Cardiomegali dengan bendungan paru. Tak

tampak Kp aktif

1.8. DIAGNOSIS KERJA

Stroke Infark(Non Hemorraghic) + decom cordis + HT grade II + Susp. AKI

1.9. USULAN PENATALAKSANAAN

Terapi Umum :

Tirah baring

Diet rendah garam

Eksplorasi faktor resiko

Pantau vital sign

Rujuk ke Spesialis Rehabilitasi medis

Rujuk ke spesialis penyakit dalam

Rujuk ke spesialis saraf

Terapi Khusus :

obat-obatan ; Anti hipertensif ( ACE inhibitor) dan obat lainnya

seperti Piracetam injeksi 3 x 3gr, Citicoline injeksi 3x250mg

Rehabilitasi :

10

o Pencegahan komplikasi tirah baring lama

o Terapi Wicara

o Terapi Okupasi

o Fisioterapi

1.10. PEMBAHASAN KASUS

a) Apakah diagnosa pada Kasus sudah Tepat?

Stroke

Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak

secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau

kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali

gangguan vascular.

Beberapa gejala stroke berikut:

Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).

Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.

Kesulitan menelan.

Kesulitan menulis atau membaca.

Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,

membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.

Kehilangan koordinasi.

Kehilangan keseimbangan.

11

Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan

menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan

motorik.

Mual atau muntah.

Kejang.

Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan

sensasi, baal atau kesemutan.

Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

12

Berdasarkan hasil CT scan menyatakan bahwa terdapat lesi infark lama

pada thalamus dan nucleus lentiformis

Decomp Cordis

Gagal jantung dalam bahasa yunani dikenal sebagai Decompensatio Cordis,

adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah ke jaringan

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, dan kemampuan tersebut hanya

ada kalau disertai dengan peninggian volume diastolik secara abnormal.

Faktor predeposisis dari gagal jantung adalah : penyakit yang menimbulkan

penurunan fimgsi ventrikel ( seperti : penyakit arteri koroner, hipertensi,

kardiomiopita, penyakit pembuluh darah, atau penyakit jantung congenital), dan

keadaan yang membatasi pengisisan ventrikel ( seperti : stenosis mitral,

kardiomiopita, atau penyakit perikardial ).

Faktor pencetus dari gagal jantung seperti :

a. Meningkatnya asupan garam.

b. Ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung.

c. Infark miokard akut.

d. Serangan hipertensi.

e. Aritrnia akut.

13

f. Infeksi atau demam.

g. Emboli paru.

h. Anemia.

i. Tirotoksikosis.

j. Kehamilan.

k. Endokarditis infektif

Gejala yang paling sering dialami adalah berupa sesak nafas, yang semula pada

waktu mengduarkan tenaga, tetapi juga pada saat istirahat (berbaring) dalam kasus

yang lebih berat. Begitu pula udema di pergelangan kaki dengan vena memuai,

karena darah-balik terhambat kembalinya ke jantung. Sering kali perasaan sangat

letih dan kurang tenaga.

Menurut New York Heart Association (NYHA), membagi klasifikasi fungsional

gagal jantung dalam 4 kelas :

Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa kelahan.

Kelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas

seharihari tanpa keluhan.

Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.

Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan

harus tirah baring.

Berdasarkan hasil foto thorax didapatkan terdapat pembesaran jantung dan

juga terdapat bendungan pada paru

Akut Kidney Injuri

14

Secara konseptual AKI adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu)

laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti

kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen, dengan/ tanpa

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kriteria AKI berdasarkan Acute Kidney Injury Network (AKIN)

Pada pasien nilai ureum serta kreatinin meningkat sesuai dengan tahap 2.

b) Bagaimana Penatalaksanaan Rehabilitasi medik pada pasien ini?

Pelaksanaan Rehabilitasi Pada Pasien Stroke dengan Decomp Cordis

Decomp Cordis

Program latihan fisik rehabilitatatif bagi penderita gangguan jantung

bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan

pada pasien dan keluarga dalam mencegah perburukan dan membantu pasien

untuk kembali dapat beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami gangguan

jantung.

a. Manfaat Latihan Fisik Pada Penderita Gangguan Jantung.

15

• Mengurangi efek samping fisiologis dan psikologis tirah baring di rumah

sakit.

• Dapat dimanfaatkan untuk memonitor kondisi fisiologis penderita

• Mempercepat proses pemulihan dan kemampuan untuk kembali apda level

aktivitas sebelum serangan jantung.

b. Kontraindikasi Latihan Fisik

Selain memiliki manfaat yang vital, latihan fisik pada penderita gangguan

jantung dapat pula mencetuskan serangan ulang. Untuk meminimalisasi resiko

tersebut, latihan fisik di kontraindikasikan pada keadaaan:

c. Struktur Program Rehabilitasi

Secara tradisional program rehabilitasi dibagi menjadi :

• Fase I : Inpatient (di dalam rumah sakit)

• Fase II : Out-Patient (pulang dari rumah sakit sampai dengan 12 minggu

merupakan program dengan pengawasan)

• Fase III : Pemeliharaan

16

Program Inpatient

Program latihan inpatient dapat dilakukan sejak 48 jam setelah gangguan

jantung sepanjang tidak terdapat ada kontraindikasi. Latihan fisik yang dilakukan

terbatas pada aktivitas sehari-hari misalnya gerakan tangan dan kaki dan

pengubahan postur. Contoh aktivitas pada program inpatient adalah:

Program out-patient

Dilakukan segera setelah kepulangan pasien dari rumah sakit. Tujuan utama

dari program ini adalah untuk mengembalikan kemampuan fisik pasien pada

keadaan sebelum sakit. Seperti yang telah dikemukakan program rehabiliatasi

sebaiknya diawali beberapa hari sebelum fase I berakhir. Biasanya fase II dimulai

pada minggu kedua atau ketiga setelah serangan myocardial infark. Pada

prinsipnya, tujuan dari fase ini adalah untuk memberi latihan rehabilitasi fisik

seseorang penderita gangguan jantung agar dapat kembali melakukan aktivitas

sehari-hari seperti sedia kala. Contoh latihan terapi outpatient

1. Latihan I (Latihan Siku)

Cara :

• Berdiri dengan siku menekuk dan dikatupkan pada dada

17

• Luruskan siku ke arah depan.

• Tekuk kembali siku.

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 1. Latihan Siku

2. Latihan Elevasi Lengan

Cara :

• Berdiri dengan siku menekuk di dada.

• Luruskan siku dan lengan ke arah atas

• Tekuk kembali ke posisi semula.

• Ulangi sampai dengan 10 kali

Gambar 2. Latihan lengan

3. Latihan Ekstensi lengan

Cara :

• Berdiri dengan siku menekuk ke arah dada.

• Lengan direntangkan ke arah disamping pinggang.

• Katupkan kembali lengan pada dada

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

18

Gambar 3. Latihan Ektensi Lengan

4. Latihan Elevasi Lengan II

Cara :

• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping badan.

• Dengan tetap meluruskan siku angkat lengan keatas kepala.

• Turunkan lengan kembali ke samping badan.

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 4. Latihan Elevasi Lengan II

5. Latihan Lengan Gerak Melingkar

Cara :

• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping badan.

• Rentangkan tangan setinggi bahu.

• Gerakakan secara melingkar tangan dan lengan dengan arah depan dengan tetap

meluruskan siku.

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

19

• Lakukan gerakan memutar kebelakang sampai dengan 10 kali

Gambar 5. Latihan Lengan Gerak Melingkar

6. Latihan Jalan Di Tempat (Mulai hari ke-5)

Cara:

• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dengan lengan ditekuk ke depan

• Angkat satu kaki dengan menekuk lutut seperti saat berbaris.

• Ayunkan lengan untuk membantu menjaga keseimbangan

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 6. Latihan jalan di tempat

7. Latihan Menekuk Pinggang

Cara :

• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu

• Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kanan

• Pertahankan kaki dan punggung tetap lurus.

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

• Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kiri.

• Ulangi sampai 10 kali

20

Gambar 7. Latihan Menekuk Pinggang

8. Latihan Memutar Pinggang

Cara:

• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tekuk lengan dan tempatkan tangan

di

pinggang

• Putar tubuh ke kanan dan kemudian kembali.

• Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 8. Latihan Memutar Pinggang

9. Latihan Menyentuh Lutut (Mulai hari ke 7)

Cara:

• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, lengan diangkat diatas kepala.

• Tekuk punggung sampai tangan menyentuh lutut.

• Angkat kembali lengan keatas kepala

• Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali

21

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 9. Latihan Menyentuh Lutut

10. Latihan Menekuk Lutut (Mulai Minggu ke-3)

Cara:

• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tangan menyentuh pinggang.

• Tekuk punggung ke depan dengan lutut juga menekuk.

• Kembali luruskan punggung

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

Gambar 10. Latihan Menekuk Lutut

Fase Pemeliharaan

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melanjutkan ke fase pemeliharaan

adalah kapasitas fungsional pasien, status klinis serta tingkat pengetahuan pasien

tentang gangguan jantung yang dialaminya.

22

Program latihan pada fase pemeliharaan pada dasarnya sama dengan individu

normal dengan penekanan pada latihan jenis aerobik.

Stroke

Secara umum rehabilitasi pada stroke dibedakan dalam beberapa fase.

Pembagian ini dalam rehabilitasi medis dipakai sebagai acuan untuk menentukan

tujuan (goal) dan jenis intervensi rehabilitasi yang akan diberikan, yaitu:

1. Stroke fase akut: 2 minggu pertama pasca serangan stroke

2. Stroke fase subakut: antara 2 minggu-6 bulan pasca stroke

3. Stroke fase kronis: diatas 6 bulan pasca stroke

Rehabilitasi Stroke Fase Akut

Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien belum stabil, umumnya dalam

perawatan di rumah sakit, bisa di ruang rawat biasa ataupun di unit stroke.

Dibandingkan dengan perawatan di ruang rawat biasa, pasien yang di rawat di unit

stroke memberikan outcome yang lebih baik. Pasien menjadi lebih mandiri, lebih

mudah kembali dalam kehidupan sosialnya di masyarakat dan mempunyai

kualitas hidup yang lebih baik.

Rehabilitasi Stroke Fase Subakut

Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien umumnya sudah stabil dan

diperbolehkan kembali ke rumah, kecuali bagi pasien yang memerlukan

penanganan rehabilitasi yang intensif. Sebagian kecil (sekitar 10%) pasien pulang

dengan gejala sisa yang sangat ringan, dan sebagian kecil lainnya (sekitar 10%)

pasien pulang dengan gejala sisa yang sangat berat dan memerlukan perawatan

orang lain sepenuhnya. Namun sekitar 80% pasien pulang dengan gejala sisa yang

23

bervariasi beratnya dan sangat memerlukan intervensi rehabilitasi agar dapat

kembali mencapai kemandirian yang optimal.

Pada fase subakut pasien diharapkan mulai kembali untuk belajar melakukan

aktivitas dasar merawat diri dan berjalan. Dengan atau tanpa rehabilitasi, sistim

saraf otak akan melakukan reorganisasi setelah stroke. Reorganisasi otak yang

terbentuk tergantung sirkuit jaras otak yang paling sering digunakan atau tidak

digunakan. Melalui rehabilitasi, reorganisasi otak yang terbentuk diarahkan agar

mencapai kemampuan fungsional optimal yang dapat dicapai oleh pasien, melalui

sirkuit yang memungkinkan gerak yang lebih terarah dengan menggunakan

energi/tenaga se-efisien

Intervensi rehabilitasi pada stroke fase subakut ditujukan untuk:

1. Mencegah timbulnya komplikasi akibat tirah baring

2. Menyiapkan/mempertahankan kondisi yang memungkinkan pemulihan

fungsional yang paling optimal

3. Mengembalikan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari

4. Mengembalikan kebugaran fisik dan mental

Mencegah Komplikasi Akibat Tirah Baring

Pasien yang pulang ke rumah sebelum mencapai kemampuan duduk stabil

serta mulai belajar berdiri dan jalan, cenderung akan lebih lama masa tirah

baringnya di rumah. Pemulihan fungsional mempunyai “periode emas” yang

terbatas waktunya; stimulasi yang diberikan pada 3 bulan pertama akan lebih

memberikan hasil dibandingkan fase kronis, dan tentu tidak boleh disia-siakan.

Pasien harus diberikan motivasi untuk selalu aktif melakukan aktivitas sesuai

24

dengan kemampuan yang ada. Terapi latihan diprogramkan dengan durasi dan

frekuensi latihan secara bertahap ditingkatkan.

Program-program rehabilitasi pada pasien pasca akut:

1. Fisioterapi

a.       Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2 kebawah)

b.      Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot.

c.       Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantuatau aktif tergantung dari kekuatan

otot.

d.      Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.

e.       Latihan fasilitasi / redukasi otot

f.        Latihan mobilisasi.

2. Okupasi Terapi (aktifitas kehidupan sehari-hari/AKS)

Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS,

meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena belum tentu

baik. Dengan alat Bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan

secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian dapat dipermudah dengan

pemakaian alat-alat yang disesuaikan.

3. Terapi Bicara

Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini

dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara:

Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas, menelan,

meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.

Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan

mengucapkan kata-kata.

Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi

mengucapkan kata-kata.

         Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.

4. Ortotik Prostetik

Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam

membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara

25

lain : arm sling, hand sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace,

cock-up, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO).

5. Psikologi

Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui

serial fase psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase

penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat,

sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase,

bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase

psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.

6. Sosial Medik dan Vokasional

Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,

keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup

serta keadaan rumah penderita.

Rehabilitasi Stroke Fase Kronis

Program latihan untuk stroke fase kronis tidak banyak berbeda dengan fase

sebelumnya

Penanganan Rehabilitasi Pada Pasien

Pada pasien terlebih dahulu menstabilkan kondisi dahulu. Untuk penanganan

awal pasien dilakukan pencegahan komplikasi karena tirah baring yang lama.

setelah keaadaan pasien stabil dilakukan latihan motorik dan juga terapi wicara.

Latihan dilakukan bertahap dan dikurangi dari biasanya karena pasien mengalami

gagal jantung.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook

of Clinical Neurology, rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.

2. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and

Victor’s Priciples of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-

Hill. 2005.

3. Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke.

Dalam : Guideline Stroke 2007. Jakarta.

4. Baehr M, Frotscher M. Duus’ : Topical Diagnosis in Neurology. 4th

revised edition. New York : Thieme. 2005.

5. Novita IA. Program Latihan Fisik Rehabilitatif Pada Penderita

Penyakit Jantung. Yogyakarta. 2007.

6. Rosiana PW. Rehabilitasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan Primer.

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009