cover

Upload: vicco-aja

Post on 30-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

GAMBARAN PROFIL DARAH RUTIN PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010 KARYA TULIS ILMIAHOleh :Desi Novita Sari081001046

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SUMATRA UTARAMEDAN2011

HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PROFIL DARAH RUTIN PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan Oleh :Desi Novita Sari081001046

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Lahan penelitian

Medan, 23 Mei 201 Disetujui, Dosen Pembimbing (dr.hj.Riyani Susan Bt. Hasan,MKT)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun judul dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah Gambaran Profil Darah Rutin pada Penderita Derita Demam Tifoid di Rumah Sakit Pirngadi Medan Tahun 2010 .Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian di Fakultas Kedokteran Jurusan S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara.Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penelitin banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu ini pada kesempatan yang berharga ini penulis sepatutnya mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak dr. Rahmat Nasution, DTM&H, MSc, Sp(Park) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara.2. Bapak Prof. dr. Gusbakti, Msc, PKK, AIFM selatu Pembantu Dekan 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara.3. Bapak dr. Rahman Nasution selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara.4. Ibu dr. Ryani Susan Bt. Hasan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.5. Pihak Rumah Sakit Pirngadi Medan, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.6. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta beserta sanak saudara lainnya yang telah banyak memberikan dukungan baik moril dan materil serta doa restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.7. Kepada rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara khususnya Dian, Denis, Dia, Dewi, Diah, Diana dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan, doa, dukungan serta kerjasama terhadap penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.Akhir kata, semoga segala bantuan serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini mendapatkan berkah dan karunia oleh Allah SWT. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermafaat bagi semua pembaca. Medan, 2011 Penulis

(Desi Novita Sari)

DAFTAR ISIHalaman HALAMAN PERSETUJUANiKATA PENGANGANTAR iiDAFTAR ISI ivBAB IPENDAHULUAN 1I.1 Latar Belakang 1I.2 Rumusan Masalah ..2I.3 Tujuan Penelitian 2I.3.1 Tujuan Umum .2I.3.2 Tujuan Khusus 2I.4 Manfaat Penelitian ..3BAB II TINJAUAN PUSTAKA .. 4II.1 Pemeriksaan Laboratorium .4II.1.1 Pemeriksaan Darah 4II.1.2 Pemeriksaan Serologis (uji widal) ..4II.1.3 Kultur darah 5II.1.4 Uji Elisa . 5II.2 Definisi ..5II.3 Etiologi . 5 II.4 Epidemiologi 6II.5 Patogenesis ... 6II.6 Gejala Klinis . 7 II.7 Penatalaksanan ...8II.8 Komplikasi .8II.9 Prognosis ...9II.10 Pencegahan 9BAB III METODE PENELITIAN .......11III.1 Kerangka Konsep .11III.2 Definisi Operasional 12III.3 Rancangan Penelitian ..12III.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ...12III.4.1 Lokasi Penelitian 12III.4.2 Waktu Penelitian ..13III.5 Populasi dan Sampel Penelitian ..13III.5.1 Populasi Penelitian ...13III.5.2 Sampel Penelitian .13III.6 Metode Pengumpulan Data .13III.7 Pengolahan Data ..13III.8 Analisis Data 13

DAFTAR PUSTAKA14

BAB IPENDAHULUANI.1Latar BelakangIndonesia sebagai Negara Berkembang masih banyak menghadapi masalah kesehatan terutama akibat penyakit infeksi salah satunya ialah Demam Tifoid, yang bila penanganan pelayanan kesehatan kurang baik dapat menimbulkan tingginya morbiditas dan mortalitas.1Demam Tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari tujuh hari dan disertai gangguan kesadaran. Demam paratifoid merupakan penyakit sejenis yang disebabkan salmonella paratypi A,B,C. Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hampir sama, tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan. Terminologi lain yang sering digunakan adalah typhoid fever, paratyphoid fever, typhus, dan paratyphus abdominalis atau demam enterik.2Penyakit ini sampai saat ini masih merupakan penyakit endemic di negara-negara berkembang, terutama di kota-kota besar yang padat penduduknya. Faktor penyebab endemisitas tersebut antara lain urbanisasi penduduk, keadaan ekonomi yang masih rendah, hygiene sanitasi lingkungan yang masih rendah, dan air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan.1Berdasarkan WHO secara global bahwa insiden Demam Tifoid adalah 21 juta setiap tahunnya. Angka kematian insidensi global tersebut 1-4% dan 90% kematian tersebut terjadi di Asia. Survei tahun 2001 di Indonesia menunjukkan bahwa Demam Tifoid menempati urutan ke-3 dari sepuluh penyakit utama penyebab kematian dengan prevalensi 9,4% dengan kasus 170.324 kasus.3Menurut laporan data surveilans yang dilakukan oleh Sub Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002, insidensi penyakit Demam Tifoid menduduki urutan kedua dari pola penyakit terbanyak penderita rawat inap pada seluruh RSU di Indonesia yaitu sebanyak 182.519 penderita.4Demam tifoid merupakan penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang No.6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit-penyakit yang mudah dan dapat menyerang banyak orang, sehingga mudah sekali menimbulkan wabah. Walaupun Demam Tifoid tercantum dalam Undang-Undang Wabah dan wajib dilaporkan, data yang lengkap belum ada sehingga gambaran epidemiologinya belum diketahui pasti di Indonesia.1Penelitian oleh Darmowandowo (1998) di RSU Dr.soetomo Surabaya mendapatkan hasil pemeriksaan darah penderita demam tifoid berupa leukositosis (12,5%) dan leukosit normal (65,9%).5Penelitian Zainal (1992) dan Kaur (1992) melaporkan hasil penelitian di Malaysia, lekopenia terdapat pada 4,3% - 46,8% penderita sedangkan jumlah trombosit di bawah 50.000 didapatkan pada 39% penderita. Sedangkan Herawati (1999) melakukan penelitian di RSHS Bandung mendapatkan lekopenia (29%), lekositosis (3,5%) dan limfositosis (91%).6Diagnosis Demam Tifoid sukar untuk dapat ditegakan hanya atas dasar gejala klinis saja, sebab gambaran klinis penyakit ini amat bervariasi dan umumnya tidak khas untuk Demam Tifoid. Dengan demikian peran laboratorium dalam membantu menegakan diagnosis amat penting, salah satunya dengan pemeriksaan profil darah rutin.7Profil darah rutin pada setiap penderita Demam Tifoid bervariasi. Maka hal ini yang mendasari penulis untuk meneliti Profil Darah Rutin pada Penderita Demam Tifoid.I.2Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian adalah Gambaran Profil Darah Rutin pada Penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit Pirngadi Medan Tahun 2010.I.3Tujuan PenelitianI.3.1Tujuan UmumPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Gambaran Profil Darah Rutin pada Penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit Pirngadi Medan Tahun 2010.

I.3.2Tujuan khusus1. Untuk mengetahui Gambaran leukosit normal, bisa Leukopenia, bisa Leukositosis pada Penderita Demam Tifoid.2. Untuk mengetahui Gambaran Limfositosis pada Penderita Demam Tifoid.3. Untuk mengetahui Gambaran Trombositopenia pada Penderita Demam Tifoid.I.4Manfaat Penelitian1. Sebagai bahan bacaan, masukan dan referensi kepada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UISU Medan tentang Gambaran Profil Darah Rutin pada Penderita Demam Tifoid.2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Gambaran Profil Darah Rutin pada Penderita Demam Tifoid.3. Sebagai bahan bacaan dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1Pemeriksaan Laboratorium II.1.1Pemeriksaan DarahPemeriksaan penunjang diagnostik yang dapat digunakan ialah menggunakan pemeriksaan laboratorium. Pengambilan darah sebaiknya sudah langsung dilakukan pada saat pasien datang ke rumah sakit.8 Pada penderita demam tifoid biasa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal, bisa leukositosis dapat mencapai 20.000-25.000 sel/mm3, bila terjadi leukositosis bisa berasal dari bakteremia, peritonitis oleh karena perforasi usus atau terjadi komplikasi ekstrainstestinal lainnya, kemudian dapat berkembang menjadi leukopenia (< 2000 sel per mikroliter) dapat terjadi tetapi jarang sekali. Dan biasanya juga sering dijumpai trombositopenia yang berlangsung beberapa minggu dan terdapat limfositosis pada fase lanjut. .6,9,10II.1.2Pemeriksaan Serologis (Uji Widal)Pemeriksaan widal sebaiknya dilakukan pada pasien dengan gejala-gejala yang mengarah kepada atau setidaknya sudah mengalami demam selama kurang lebih satu minggu.8 Uji Widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman Salmonella typhi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud Uji Widal untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu : Aglutinin O (dari tubuh kuman), Aglutinin H (flagella kuman), Aglutinin Vi (simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid.11

II.1.3Kultur DarahHasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negatif tidak dapat menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut : telah mendapat terapi, volume darah yang kurang ( diperlukan kurang lebih 5cc darah ), riwayat vaksinasi, saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin semakin meningkat.11II.1.4Uji ElisaUji Elisa ( Enzym linkage immunosorbent assay ) untuk melacak antibodi terhadap antigen S.typhi akhir-akhir ini mulai banyak dipakai. Penggunaan ELISA untuk diagnosis demam tifoid dilaporkan memiliki derajat sensitifitas dan spesisifitas tinggi. Keuntungan lain uji ELISA tidak langsung adalah kemampuan mendeteksi antibody ( igM dan igG ) terhadap S.typhi. Antibodi yang dilacak dengan uji ini tergantung pada jenis antigen yang dipakai.12,13II.2Definisi Demam Tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala lebih satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhosa.14Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid 3dan demam enteric. Demam paratifoid secara patologis maupun klinis sama dengan tifoid, namun biasanya ringan. Penyakit ini disebabkan oleh spesies Salmonella enteridis, sedangkan demam enterik dipakai baik pada demam tifoid maupun demam paratifoid.14II.3EtiologiPenyakit ini disebabkan infeksi kuman Salmonella typhosa/Eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negatif, motil, dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70o C ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia.14Salmonella typhosa mempunyai tiga macam antigen yaitu :1. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatik (tidak menyebar).2. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.3. Antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinin. Salmonella typhosa juga memperoleh plasmid factor R yang berikatan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.14II.4EpidemiologiDemam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran demam tifoid di negara sedang berkembang adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.6Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia ini sangat sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinisnya sangat luas. Diperkirakan angka kejadian 150/100.000/tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000/tahun di Asia, serta angka yang kurang lebih sama juga dilaporkan dari Amerika Serikat.9II.5PatogenesisMasuknya Salmonella typhi (S.typhi) dan Salmonella paratyphi (S.paratyphi) ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag.11Selanjutnya melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak dan mengakibatkan bakteremia.11Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu dieksresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikelurkan melalui feses dan sebagian masuk ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi, inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular dan koagulasi. 11Di dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi. 11Peran endotoksinPeran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan. Diduga endotoksin dari Salmonella typhosa menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, system vascular yang tidak stabil, demam, kelainan darah, dan menstimulasi system imunologis.14II.6Gejala klinisMasa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga sampai kematian.11Walaupun gejala demam tifoid bervariasi, secara garis besar gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan14 : 1. Demam satu minggu atau lebih.2. Gangguan saluran pencernaan .3. Gangguan kesadaran.Demam tifoid yang tidak diobati seringkali merupakan penyakit berat yang berlangsung lama dan terjadi selama empat minggu atau lebih.15a. Minggu pertama : demam yang semakin meningkat, nyeri kepala, malaise.b. Minggu kedua : demam terus menerus, apatis, diare, distensi abdomen.c. Mingggu ketiga : demam terus menerus, delirium.d. Minggu keempat : perbaikan bertahap pada semua gejala.II.7 PenatalaksanaanSampai saat ini masih digunakan penatalaksanaan demam tifoid yaitu11:a. Istirahat dan perawatan. Tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.b. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif). Tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal. Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proes penyembuhan penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyebuhan akan menjadi lama.c. Pemberian antimikroba. Tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman. Obat-obat antimikroba yang digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah kloramfenikol yang merupakan obat pilihan utama untuk mengobati demam tifoid, tiamfenikol, kotrimoksazol, ampisin, amoksilin.II.8 KomplikasiKomplikasi demam tifoid dapat berupa sebagai berikut :a. Perforasi usus. Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat terjadi pada minggu pertama. Selain gejala umum demam tifoid yang biasa terjadi maka penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut hebat pada kuadran kanan. Bila pada gambaran foto polos abdomen ditemukan udara pada rongga peritoneum atau subdiafragma kanan, hal ini lah yang menentukan terdapatnya perforasi usus pada demam tifoid. 11b. Perdarahan usus. Pada plak Peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk tukak/luka berbentuk lonjong dan memenjang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan. Perdarahan hebat dapat menyebabkan syok. 11c. Bronkitis dan bronkopneumonia. Bronkitis terjadi pada akhir minggu pertama dan perjalan penyakit. Pada kasus yang berat, dapat terjadi bronkopnemonia. Angka kejadian bervariasi antara 2,5-7 %.14II.9PrognosisPrognosis tergantung pada umur, gizi, derajat kekebalan tubuh penderita, cepat dan tepatnya pengobatan serta komplikasi yang ada. Di negara berkembang, angka mortalitasnya > 10%, biasanya karena keterlambatan diagnosi, perawatan, dan pengobatan.14,9,II.10PencegahanSecara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.typhi, maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Salmonella typhi di dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57o C untuk beberapa menit. Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 57o C beberapa menit dan secara merata juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi . Penurunan endemitas suatu negara/daerah tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap hygiene pribadi.9Pencegahan dapat diberikan dengan vaksin Demam Tifoid. Sekarang dikenal tiga macam vaksin untuk penyakit demam tifoid, yaitu yang berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup dan komponen Vi dari Salmonella typhi. Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi, S. paratyphi A, Salmonella paratyphi B yang dimatikan telah puluhan tahun digunakan dengan cara pemberian suntikann subkutan, namun vaksin ini hanya memberikan daya kekebalan yang terbatas. Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi hidup yang dilemahkan (Ty-21a) diberikan per oral tiga kali dengan interval pemberian selang sehari.BAB IIIMETODE PENELITIANIII.1Kerangka KonsepKerangka operasional penelitian tentang Gambaran Profil Darah Rutin pada Penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit Pirngadi Medan Tahun 2010.

Rumah sakit Pirngadi Medan

Rekam Medis Tahun 2010

Demam tifoid

Gambaran darah rutin :Lekosit norma,leukositosis, leukopeniaLimfositopeniatrombositopenia

III.2 Definisi OperasionalDefinisi Operasional dalam penelitian ini adalah :a. Penderita : Orang yang menderita penyakit demam tifoid tercantum dalam rekam medis di Rumah Sakit Pirngadi tahun 2010. b. Leukopenia : Terjadinya penurunan sel darah putih dari batas normal yang tercantum dalam rekam medis di Rumah Sakit Pirngadi tahun 2010 dengan nilai normal leukosit 4.000 11.000/Lc. Leukositosis : Terjadi peningkatan sel darah putih dari batas normal yang tercantum dalam rekam medis Rumah Sakit Pirngadi Tahun 2010 dengan nilai normal leukosit 4.000-11.000/Ld. Limfositopenia : Terjadi penurunan limfosit dari batas normal yang tercantum dalam rekam medis Rumah Sakit Pirngadi Tahun 2010 dengan nilai limfosit 1.000-40000/Le. Trombositopenia : Terjadi penurunan trombosit dari batas normal yang tercantum dalam rekam medis di Rumah Sakit Pirngadi tahun 2010 dengan nilai normal trombosit 150.000-450.000/Lf. Darah rutin : Hasil pemeriksaan darah yang dapat memberikan langsung diagnosa lebih lengkap pada pasien meliputi seperti Leukosit, Trombosit, Hemoglobin, Eritrosit, Basofil, Eosinofil, Limfosit.g. Demam tifoid : Penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih satu minggu atau lebih disertai dengan atau tanpa gangguan kesadaran.III.3Rancangan PenelitianPenelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif yaitu untuk mengetahui Gambaran Profil Darah Rutin pada Penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit Pirngadi Medan Tahun 2010 dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis.III.4Lokasi dan waktu PenelitianIII.4.1Lokasi PenelitianLokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Poliklinik Penyakit Dalam yang rawat inap di Rumah Sakit Pirngadi Medan.

III.4.2Waktu PenelitianPenelitian akan dilaksanakan pada bulan 12 September-30 November 2011III.5Populasi dan Sampel PenelitianIII.5.1Populasi PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah semua data Hasil Laboratorium penderita Demam Tifoid yang tercatat dalam rekam medis di Poliklinik Penyakit Dalam yang rawat inap di Rumah Sakit Pirngadi Medan Tahun 2010.III.5.2 Sampel PenelitianSampel dalam penelitan ini adalah data Hasil Laboratorium penderita Demam Tifoid yang tercatat dalam rekam medis di Polokilnik Penyakit Dalam yang rawat inap di Rumah Sakit Pirngadi Medan. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara keseluruhan, dimana setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. III.6Metode Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status atau rekam medis di Poliklinik Penyakit Dalam yang rawat inap di Rumah Sakit Pirngadi Medan Tahun 2010 dan dilakukan sesuai dengan variabel yang dibutuhkan.III.7Pengolahan DataData yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data secara manual.III.8 Analisi Data Analisa data dapat dilakukan dengan melihat presentase data yang terkumpul dan disajikan dalam bentuk diagram pie, dan diagram batang .

DAFTAR PUSTAKA

1. Santoso M, Angelia. Pola Pengobatan pada Pasien Demam tifoid di RSUD Koja Periode 2001 Juni 2005. Meditek, 2005: 3; 25-72. Widoyono. Penyakit tropis. Jakarta: Erlangga, 2008; 343. Saputra K, Chandra D, Lucianus J, Ernawati A. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determinimg Regions (QRDRs) Gen pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia. Jurnal Kedokteran Maranatha, 2009: 9; 14. Saktiadi RS. Nilai Diagnostik Pemeriksaan Widal Tunggal Berdasarkan Waktu Pengambilan Sampel Darah pada Penderita Tersangka Demam Tifoid. Medika Kartika, 2006: 4; 22 5. Prasetyo RV, Ismoedijanto.Metode Diagnostik Demam Tifoid. http://www.pediatrik.com/buletin/06224114418-f53zji.doc, Accessed September 5, 2011 6. Pawitro UE, Noorvitry M, Darinowandowo W. Demam Tifoid. In: Soegijanto S, editor. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa & Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika, 2002; 2,20-77. Sabir M, Yadi, Firdaus, Hatta M. Perbandingan Tes Serologi Dipstik dengan Widal untuk Diagnosis Demam Tifoid. Jurnal Kedokteran Trisakti, 2001: 22; 83 8. Zulkarnain I. Demam Tifoid: Perkembangan Terbaru dalam Diagnosis dan Terapi. In: Sumaryono, Setiati S, Gustaviani R, Sukrisman L, Lydia A, et al., editors. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2006. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2006; 39-40 9. Soedarmo SSP,Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI, editors. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Ed 2.Jakarta: FKUI, 2010; 339, 342-5 10. Keusch GT. Salmonelosis. In: Asdie AH, editor. Harrison Prinsip-Prinsip Penyakit Dalam Vol 2. Ed 13. Jakarta: EGC, 2000; 756 11. Widodo D. Demam Tifoid. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, K Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Penyakit Infeksi. Jakarta: FKUI, 2009; 2797, 2800-212. Tumberlaka AR, Retnosari S. Imunodiagnosis Demam Tifoid. In: Akib AAP, Tumbelaka AR, Matondang CS, editors. Pendekatan Imunologis Berbagai Penyakit Alergi dan Infeksi, Jakarta:FKUI, 2001; 6913. Nasronudin. Imunopatogenesis, Imunodiagnosis, dan Penatalaksanaan Demam Tifoid Masa Kini. In: Nasronudin, Hadi U, Vitanata, Erwin AT, Bramantono, et al., editors. Penyakit Infeksi di Indonesia. Surabaya: Airlangga University, 2007 ; 13214. Rampengan TH. Penyakit Infeksi Tropis pada Anak. Jakarta: EGC, 2008; 46, 50-7, 62 15. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, White RTM. Penyakit Infeksi. Ed 6 . Jakarta: Erlangga, 2008; 16116. Sastroasmor S, Ismail S. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Ed 3. Jakarta: Sagung Seto, 2008; 313