case tn.jono
DESCRIPTION
sgaugdiwegrTRANSCRIPT
Interview ReportPembimbing :
dr. Al Bachri Husin, Sp.KJ
Penyusun :
Sheila Korayan 406138026
Hotris Anandita 406138054
Identitas PasienNama Pasien : Tn. J
Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 19 Juni 1967
Umur : 48 tahun
Suku Bangsa : Tionghoa
Warga Negara : Indonesia
Agama : Buddha
Pendidikan Terakhir : Perguruan Tinggi (Tidak Tamat)
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Perkawinan : Bercerai
Alamat : Jl. Cempaka Putih Jambi
Dokter yang Merawat : dr. R, Sp.KJ
Anamnesa
Autoanamnesis (wawancara): Didapat dari pasien.
Hari/ tanggal : Rabu, 17 September 2015
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Di aula depan ruang perawat SDW
Riwayat Gangguan Sekarang Pasien menjalani perawatan pertama di
Sanatorium Dharmawangsa sejak Februari 2010 dengan keluhan suka mengamuk dan marah-marah tidak terkontrol terutama saat pasien tidak memiliki uang. Pasien sering meminta uang kepada keluarga untuk berjudi dan menjadi semakin agresif ketika keinginannya tidak dipenuhi oleh keluarga.
Keluarga pasien merasa bahwa tingkah laku pasien yang agresif ini mengganggu sehingga memutuskan untuk membawa pasien ke Sanatorium Dharmawangsa untuk dirawat. Sebelum dirawat di Sanatorium Dharmawangsa, pasien pernah dirawat di rumah sakit jiwa di Jambi dan Grogol.
Pasien sering mengeluh susah tidur sudah satu tahun Setiap kali mau tidur, pasien selalu minum obat tidur. Pasien sering mendengar suara-suara aneh yang berbicara kepadanya (halusinasi auditorik).
Menurut pasien, suara – suara tersebut seperti mengajak berantem (halusinasi auditorik). Terkadang pasien mendengar suara percikan air (halusinasi auditorik).
Jika pasien mulai mendengar suara-suara tersebut, pasien menjadi tidak mau makan, suka tidur dan diam menyendiri dikamarnya.
Menurut pasien suara-suara tersebut akan hilang jika ia
tidur dan minum obat. Pasien juga mendengar suara yang
mengatakan bahwa ia mau dibunuh oleh seseorang yang tidak
ia kenali (waham kejar).
Setelah 5 tahun perawatan di Sanatorium Dharmawangsa,
pasien mengalami banyak perubahan positif. Pasien mau
bersosialisasi dengan pasien lain, mengikuti kegiatan yang
ada dan membantu perawat – perawat. Akan tetapi, pasien
masih sering mendengar suara – suara aneh yang dapat
membuat ia murung dan menyendiri (halusinasi auditorik) .
Riwayat Penyakit SebelumnyaPasien mulai sakit kurang lebih 10 tahun yang
lalu dengan keluhan jika tidak ada uang pasien suka marah-marah. Pasien pernah mengkonsumsi minuman keras dan narkoba (daya ingat jangka panjang) sehingga menjadi halusinasi akan dibunuh. Pasien suka senyum-senyum sendiri, bicara kecil sendiri dan berlari dengan membuka seluruh pakaian dan celana dalam.
Sebelumnya pasien pernah berobat di rumah sakit jiwa Grogol selama 2 tahun yaitu 1999 – 2001. Lalu dibawa pulang oleh keluarga. Pasien sering kumat karena tidak rutin minum obat sehingga pihak keluarga membawa pasien ke rumah sakit jiwa Jambi dan dirawat selama tujuh tahun yaitu 2003 – 2010. Selama di rumah sakit jiwa Jambi, pasien sering kabur keluar rumah sakit. Kemudian pasien dibawa pulang oleh keluarga.
Saat ini pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa sejak 2010. Alasan keluarga membawa pasien ke Sanatorium Dharmawangsa adalah pasien sering datang kerumah dengan alasan ingin bertemu dengan anaknya yang meminta dibelikan motor. Tetapi pihak keluarga mensinyalir bahwa pasien dimanfaatkan oleh istrinya untuk mengambil harta keluarga. Selama dirawat di Sanatorium Dharmawangsa, pasien pernah mencoba untuk kabur bersama kakaknya yang juga dirawat yaitu Tn. Jn tetapi gagal.
Pasien mengaku suka teriak – teriak dan merasa kesal karena ada yang mengganggunya, ada suara percikan air (halusinasi auditorik) , dan pasien mengaku akan dibunuh oleh seseorang yang tidak ia kenali (waham kejar). Terkadang pasien juga mendengar suara – suara yang mengajak pasien berantem (halusinasi auditorik) . Tetapi pasien mengaku tidak memiliki musuh. Menurut perawat saat halusinasinya muncul, pasien menjadi pendiam, murung, menyendiri dikamar, tidak mau makan dan mandi. Tetapi saat pewawancara bertanya pasien mengaku bahwa suara – suara yang ia dengar menyuruh dia untuk makan dan mandi. (halusinasi auditorik) Menurut pasien, saat halusinasinya muncul, pasien memilih untuk tidur karena dengan tidur suara – suara tersebut akan hilang. Sebelumnya perawat telah memberitahu kepada pasien bahwa jika halusinasinya muncul pasien harus berusaha melawan dengan melakukan kegiatan – kegiatan yang dapat mengalihkan perhatiannya terhadap halusinasi tersebut.
Kesan Wawancara Kesadaran : Compos
mentis Kontak mata : Baik Higiene pribadi : Baik Mood :
Eutiimik Afek : Luas Inkoherensi : Tidak
Ada Assosiasi longgar :
Tidak Ada Ambivalensi : Tidak
ada Orientasi orang : Baik
Waham bizzare : Tidak Ada
Waham erotomania : Tidak Ada
Waham kejar : Ada Halusinasi visual :
Tidak Ada Halusinasi auditorik :
Ada Masalah keluarga : Ada Depersonalisasi :
Tidak Ada Daya ingat jangka
pendek: Baik Intelektual : Baik
Diagnosis
Axis I : Skizofrenia tipe paranoid (F20.1)
Axis II: Tidak ada retardasi mental dan gangguan kepribadian
Axis III : Tidak ada
Axis IV : Tidak ada stressor psikososial yang berarti
Axis V: 90 – 81. Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa.
70 – 61. Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
TerapiLodomer (Haloperidol) 3 x 5 mg/hari
Clorilex (Clozapine) 3 x 100mg/hari
Ambilify Discemelte (Aripiprazole) 1 x 15mg (pagi)
Remital (Olanzapine) 1 x 10mg (malam)
Elizac (Fluoxetine) 1 x 20mg (siang)
Forneuro 2 x 1 tab
Simvastatin 1 x 10mg/hari
Prognosis Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsional: Dubia ad malam
Ad Sanationam: Dubia ad malam