case report 1 cardiac liver dan dm ii dr asna

Upload: rizky-huryamin

Post on 04-Jun-2018

275 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    1/46

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    2/46

    2

    LAPORAN KASUS

    SEORANGWANITA 68 TAHUN DENGAN

    KONGESTI HEPATOPATI DAN DIABETES MELITUS TIPE II

    OLEH:

    Muhammad Rizky Huryamin Hasdinata, S.Ked

    J500090106

    Telah disetujui dan disyahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas

    Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Pada hari tanggal Februari 2014

    Pembimbing:

    dr.Asna Rosida, Sp.PD ( )

    dipresentasikan dihadapan:

    dr. Asna Rosida, Sp.PD ( )

    Disyahkan Ka. Program Profesi :

    dr. Dona Dewi Nirlawati ( )

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    3/46

    3

    STATUS PASIEN

    I. IDENTITAS PASIENNama pasien : Ny. M

    Umur : 68 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Alamat : Morojogo, Jetis, Ponorogo

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Status perkawinan : Menikah

    Agama : Islam

    Suku : Jawa

    Tanggal rawat di RS : 27 Januari 2014

    Tanggal pemeriksaan : 23 Januari 2014

    II. ANAMNESISRiwayat penyakit pasien diperoleh secara autoanamnesis dan aloanamnesis.

    A. Keluhan UtamaNyeri perut sebelah kanan atas.

    B. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke IGD RSUD Ponorogo pada tangal 23 Januari

    2014 dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Keluhan ini sudah dirasakan

    sejak 3 minggu SMRS. Nyeri perut terasa seperti ditusuk-tusuk dan panas

    yang menjalar ke pinggang secara berangsur-angsur, kadang hilang

    sendiri dan diperparah bila diberi makanan dan minuman. Sehingga

    pasien jarang makan.. Pasien juga mengeluh sesak pada malam hari

    sehingga pasien menggunakan 2 bantal dan saat aktivitas juga, nyeri dada

    kiri,pusing, lemas, mual.

    Pasien mengaku BAK normal. BAB konsistensi lembek, darah

    tidak ada, lender tidak ada.

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    4/46

    4

    C. Riwayat Penyakit Dahulu1. Riwayat hipertensi : diakui

    2. Riwayat diabetes melitus : disangkal

    3. Riwayat penyakit jantung : diakui (PJK)

    4. Riwayat penyakit ginjal : disangkal

    5. Riwayat penyakit liver : disangkal

    6. Riwayat maag : diakui

    7. Riwayat atopi : disangkal

    8. Riwayat opname : diakui (3x)

    9. Riwayat trauma : disangkal

    10.Riwayat penyakit serupa : disangkal

    D. Riwayat Penyakit Keluarga1. Riwayat penyakit serupa : disangkal

    2. Riwayat hipertensi : disangkal

    3. Riwayat diabetes melitus : disangkal

    4.Riwayat penyakit jantung : diakui (anak perempuan 50 tahun)

    5. Riwayat atopi : disangkal

    E. Riwayat Pribadi1. Merokok : disangkal

    2. Konsumsi alkohol : disangkal

    3. Konsumsi obat bebas : disangkal

    4.Konsumsi jamu : disangkal

    5. Konsumsi kopi : disangkal

    6. Makan tidak teratur : diakui

    F. Riwayat Sosial EkonomiPasien tinggal bersama suami dan cucu laki-lakinya. Kegiatan

    sehari-hari bekerja sebagai pedagang di warung, dan sejak sekitar 3 minggu

    yang lalu istirahat karena pasien merasa sakit. Pasien berobat dengan biaya

    sendiri.

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    5/46

    5

    III. PEMERIKSAAN FISIK (27 Januari 2014)Keadaan umum : lemah, kurus

    Kesadaran : kompos mentis, E4 V5 M6

    Vital Sign :

    Tekanan darah : 120/80 mmHg (berbaring, pada lengan kanan)

    Nadi : 80 x/menit (isi dan tegangan cukup), irama reguler

    Respiratory rate : 26 x/menit tipe thorakoabdominal

    Suhu : 36,4 0C per aksiler

    A. KulitIkterik (-), petekie (-), purpura (-), akne (-), turgor cukup,

    hiperpigmentasi (-), bekas garukan (-), kulit kering (-), kulit hiperemis (-

    ).

    B. KepalaBentuk mesosefal, rambut warna hitam keputihan , mudah rontok (-),

    luka (-).

    C. MataSklera ikterik (+/+), konjungtiva anemis (-/-), injeksi konjungtiva (-/-),

    perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3

    mm, reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).

    D. HidungNafas cuping hidung (+/+), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).

    E. TelingaDeformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    6/46

    6

    F. MulutSianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-),

    lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-), luka pada tengah bibir (-), luka sudut

    bibir (-).

    G. LeherLeher simetris, deviasi trakea (-), JVP(+) meningkat, pembesaran

    kelenjar limfe (-).

    H. Thorak1. Paru

    - Inspeksi : kelainan bentuk (-), simetris (+), ketinggalan gerak (-),

    retraksi otot-otot bantu pernapasan (-).

    - Palpasi :

    Ketinggalan gerak

    Depan Belakang

    - - - -

    - - - -

    - - - -

    Fremitus

    Depan Belakang

    N n n n

    N n n n

    N n n n

    - Perkusi :

    Depan Belakang

    S S S S

    S S S S

    S S S S

    S: sonor

    - Auskultasi :

    Suara dasar vesikuler

    Depan Belakang

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    7/46

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    8/46

    8

    4. PinggangNyeri ketok kostovertebra (-/-).

    5. Ekstremitas- Superior : clubbing finger (-), koilonikia (-), palmar eritema (-),

    edema (-), akralhangat (+).

    - Inferior : clubbing finger (-), koilonikia (-), edema pitting (+),

    akralhangat (+).

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGA. Pemeriksaan darah rutin (tanggal 23 Januari 2014)

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

    WBC 11,4 103 uL 4.0-10.0

    Lymph # 2,1 10 uL 0,8-4

    Mid# 0,6 10 uL 0,1-0,9

    Gran# 8,7 10uL 2-7

    Lymph% 18,0 % 20-40

    Mid% 5,9 % 0.7-1.4

    Gran% 76,1 % 50-70

    Hb 11,7 gr/dl 11,0-16,0

    Eritrosit 4.36 106uL 3,505,50

    Hematokrit 36,6 % 37-50

    Indeks Eritrosit

    MCV

    MCH

    MCHC

    82.1

    26,2

    32,0

    fl

    Pg

    %

    82-95

    27-31

    32-36

    Trombosit 415 10 uL 100-300

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    9/46

    9

    B. GDA:- 280 (

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    10/46

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    11/46

    11

    E. RESUME / DAFTAR ABNORMALITAS (yang ditemukan positif)A. Anamnesis

    1. Nyeri perut kanan atas sejak 3 minggu SMRS.

    2. Nyeri perut terasa di tusuk-tusuk dan panas yang menjalar

    3. Mengeluh sesak sudah 4 hari.

    4. Nyeri dada kiri yang sudah lama .

    5. Lemas dan mual

    6. Riwayat penyakit dahulu pernah mengalami hipertensi dan Gagal

    jantung kongestif sempat mondok 3x karena sakit tersebut.

    B. Pemeriksaan1. Vital sign

    Tekanan darah :120/80 mmHg (berbaring, pada lengan kanan).

    Nadi :80 x/menit (isi dan tegangan cukup), iramareguler.

    RR :26 x/menit tipe thorakoabdominal (takipnea)

    Suhu :36,4 0C per aksiler

    2. Pemeriksaan fisikSklera Ikterik (+/+), cuping hidung (+/+), JPV meningkat, Rhonki

    kering (+/+), bising sistolik (+) derajat III, Hepatomegali 7cm di

    BACD konsistensi keras, tidak berbenjol dan tepi tumpul, nyeri

    tekan regio epigastrium dan umbilical dextra.

    3. Pemeriksaan darah rutinPemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

    WBC 11,4 10 uL 4.0-10.0

    Lymph # 2,1 10 uL 0,8-4

    Mid# 0,6 10 uL 0,1-0,9

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    12/46

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    13/46

    13

    6. Pemeriksaan kimia darah

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

    DBIL 0,66 mg/dl 0-0,35

    TBIL 1,45 Mg/dl 0,2-1,2

    SGOT 48,9 u/L 0-38

    SGPT 18,7 u/L 0-40

    ALP 162 u/L 98-279

    GAMA GT 16,5 u/L 10-54

    TP 8,3 g/dl 6,6-8,3

    ALB 3,4 g/dl 3,5-5,5

    Glob 4,9 g/dl 2-3,9

    UREA 74,92 g/dl 10-50

    CREAT 1,31 mg/dl 0,7-1,2

    UA 3,8 mg/dl 3,4-7

    CHOL 193 mg/dl 140-200

    TG 106 mg/dl 36-165

    HDL 37 mg/dl 45-150

    LDL 135 mg/dl 0-190

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    14/46

    14

    POMR (Problem Oriented Medical Record)

    Daftar

    AbnormalitasProblem Assesment

    Planning

    Diagnosa

    Planning

    Terapi

    Planning

    Monitoring

    - Nyeri perut kanan

    atas, mual, sesak

    pada siang dan

    malam, riwayat

    gagal jantung

    kongesti, criteria

    Framingham (+)

    (3 mayor + 2

    minor.

    - sklera ikterik

    (+/+), JPV

    meningkat, bising

    sistolik,

    hepatomegali 7cm

    di BACD, NT di

    regio epigastrium

    dan umbilical

    dextra. Lab

    SGOT: 48,9.

    DBIL: 0,66. TBIL:

    1,45

    - Hepatomegali - Kongesti

    hepatopati

    (cardiac liver)

    e.c CHF

    derajat 4

    -EKG

    -Kimia

    darah

    -USG/CT

    scan/MRI

    abdomen

    - Biposi

    hepar (PA)

    - Inf PZ 10

    tpm,

    - O2 3 liter,

    - ondacentron

    3X1 amp,

    - Ranitidine

    2x1 amp

    -Konsul dr

    jantung atau

    -Captopril

    3x12,5mg

    Digoxin 1x1

    Furosemid

    1x100mg

    -Klinis

    -kimia

    darah

    -LFT dan

    RFT

    - GDA:

    215 (27-01-14)

    - diabetes

    melitus

    -diabetes

    mellitus tipe

    II

    - GD 2 jam

    PP

    -HbA1CRImaintenance:

    3x 4 unit

    -Klinis

    -GDA

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    15/46

    15

    FOLLOW UP

    Date Subject Object Assesment Planning

    23/1/14 Nyeri ulu

    hati, mual

    (+)

    KU: lemah KS: CM

    T: 120/80 N: 80

    RR:24 S: 36,2

    K/L: CA (-/-), SI (+/+), JPV >>

    Thorak: c/ bising sistolik der III

    Abdomen: hepatomegali, NT (+),

    peristaltic (+)

    Ekstremitas: dbn.

    GDA : 280

    Dyspepsia +

    DM tipe II

    Inf PZ 12 tpm

    Inj Ranitidine 2x1

    amp

    ondacentron 3X1 amp

    antacid 3x8mg

    pasang D/C

    cek GDA

    24/1/14 Nyeri perut

    kanan ats

    KU: lemah KS: CM

    T: 120/80 N: 80

    RR:24 S: 36,2

    K/L: CA (-/-), SI (+/+), JPV >>

    Thorak: c/ bising sistolik der III

    Abdomen: hepatomegali, NT (+),

    peristaltic (+)

    Ekstremitas: dbn.

    GDA : 213

    Cardiac liver

    + DM tipe II

    Tx lanjut + konsul dr.

    setyo Sp.JP

    Captopril 3x12,5

    Asa 1-0-0 200mg

    Digoxin 1x1

    Furosemid 2x1

    25/1/14 Nyeri perut

    kanan ats,

    KU: lemah KS: CM

    T: 120/90 N: 80

    Cardiac liver

    + DM tipe II

    Tx lanjut+ PZ 10 tpm

    Rantin 2x1 amp

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    16/46

    16

    sesak RR: 32 S: 36,5

    K/L: CA (-/-), SI (+/+), JPV >>,

    Thorak: dbn

    Abdomen: hepatomegali, NT (+),

    peristaltic (+)

    Ekstremitas: dbn.

    GDA: 280

    ODR 3x1

    AI 3x14

    Lansoprazole 0-0-1

    Diet DM 2100

    26/1/14 Nyeri perut

    kanan ats,

    sesak

    KU: lemah KS: CM

    T: 120/90 N: 72

    RR: 20 S: 36,5

    K/L: CA (-/-), SI (+/+), JPV >>,

    Thorak: dbn

    Abdomen: hepatomegali, NT (+),

    peristaltic (+)

    Ekstremitas: dbn

    GDA : 130

    Cardiac liver

    + DM tipe II

    Terapi lanjut +

    atunex 0-0-1/2 tab

    27/1/14 Nyeri perut

    kanan ats,

    sesak

    KU: lemah KS: CM

    T: 120/90 N: 72

    RR: 20 S: 36,5

    K/L: CA (+/+), SI (-/-), IK (-/-),

    PKGB (-/-).

    Thorak: dbn

    Abdomen: distended (+), pekak alih

    (+), Undulasi (+)

    Ekstremitas: edema piting (+)

    GDA : 215

    Cardiac liver

    + DM tipe II

    Tx lanjut +

    Inf PZ 12 tpm

    Ranitidine 2x1

    Ondacentron 3x1

    Lansoprazole 1x1

    Acrapit 3x14 unit

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    17/46

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    18/46

    18

    - JPV meningkat

    - Hepar konsistensi kenyal

    - Hepatomegali (+)

    - SGOT >>, bilirubin >>

    - ikterus

    - Kardiomegali (+)

    - Bising jantung (+)

    disertai demam, NT (+)

    - JPV kadang meningkat

    -Hepar konsistensi keras, berbenjol-

    benjol

    - Hepatomegali terkadang atropi e.c.

    sirosis

    - SGOT dan SGPT >>, bilirubin >>

    Ikterus

    - Kardiomegali (-)

    - Bising jantung (-)

    Nilai SGOT meningkat namun SGPT menurun. Kita ketahui SGPT

    dihasilkan tidak hanya di hepar saja. Namun di jantung juga. Jadi apabila terjadi

    dekompensasi jantung maka kerja jantung meningkat dan enzimnya pun turut

    meningkat. Ini berbeda dengan hepatomegali yang disebabkan oleh Hepatitis

    dimana SGPT dan SGOT cenderung meningkat. Selain itu bilirubin meningkat

    dan albumin menurun karena fungsi kerja hepar yang berat diakibatkan flowback

    darah yang dari jantung ke hepar. Dan pada pemeriksaan CT scan abdomen juga

    didapatkan pelebaran vena cava inferior. Sehingga tatalaksana pada cardiac liver

    sesungguhnya hanya simptomatik saja karena causanya adalah dari jantung.

    Pada pasien ini juga mengidap DM tipe II. Hal ini berkaitan erat dengan

    beberapa literatur. Pemantauan pada Framingham Heart Study terhadap penderita

    DM yang berusia 30-64 tahun menunjukkan kejadian-kejadian kardiovaskular

    yang tampaknya lebih banyak terjadi pada wanita. Diabetes melitus (DM) telah

    diketahui merupakan faktor risiko yang penting untuk penyakit jantung koroner.

    Selain telah dipastikan bahwa mereka yang mengidap DM lebih banyak yang

    menderita akibat terjadinya penyakit jantung koroner, mereka juga mempunyai

    prognosis lebih buruk bila mendapat serangan infark miokard akut.

    Mekanisme yang diduga terjadi pada DM sehingga terjadi proses

    aterogenesis:

    - Abnormalitas pada distribusi partikel-partikel apoprotein dan lipoprotein.

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    19/46

    19

    - Glkosilasi dan glikasi lanjut protein-protein dalam plasma dan dinding

    arteri.

    - Glycoxidation dan oksidasi

    - Procoagulant state

    - Insulin resistance dan hyperinsulinemia

    - Proloferasi sel otot polos dan pembentukan from cell karena

    rangsangan hormonal, growth factor, dan cytokine.

    Oleh karena itulah bagi mereka yang menderita DM tata laksananya harus

    lebih agresif, misalnya target pengontrolan tekanan darah pada mereka harus

    kurang dari 130/80 mmHg. Pengontrolan kolesterol pada penderita DM pun harus

    lebih rendah dan agresif dengan target LDL kurang dari 100mg/dl. Pengobatan

    diberikan bila kadar kolesterol diatas 130 mmHg, tetapi dapat juga diberikan bila

    kadar kolesterol LDLnya kurang dari 130 mg/dl

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    20/46

    20

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. GAGAL JANTUNG KONGESTI

    Gagal Jantung Kongesti / Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu

    kondisi patofisiologis dimana jantung gagal memompakan darah yang sesuai

    dengan kebutuhan jaringan sekalipun aliran balik darah ke jantung dalam keadaan

    normal ataupun bisa tetapi dengan pengisian tekanan diastole ventrikel kiri yang

    lebih tinggi. Gagal jantung dapat disebabkan oleh kegagalan miokardium atau

    dapat juga muncul pada keadaan jantung normal akan tetapi kebutuhan jaringan

    meningkat. Gagal jantung selalu menyebabkan kegagalan sirkulasi tetapi

    kegagalan sirkulasi tidak selalu disebabkan oleh gagal jantung.

    Pada awalnya tubuh mempunyai mekanisme kompensasi untuk

    mempertahankan curah jantung yang tetap optimal sesuai dengan kebutuhan

    jaringan. Mekanisme-makanisme tersebut adalah mekanisme Frank Strarling yang

    bekerja dengan meningkatkan preload, hypertrophy dari miokardium yang mana

    akan memperkuat kontraktilitas dari jantung dan aktifasi system neurohormonal

    seperti pelepasan norephineprin dan aktivasi RAA system. Kesemua mekanisme

    diatas bermanfaat hanya pada awal penyakit, pada akhirnya mekanisme-

    mekanisme diatas malah akan memperberat gagal jantung itu sendiri.

    Diagnosis dari gagal jantung dapat didasarkan atas kriteriaFraminghamyaitu

    2 dari kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor pada saat

    bersamaan.

    Kriteria Mayor

    - Paroksismal nocturnal dispnea

    - Peningkatan tekanan vena jugularis

    - Rhonki basah tidak nyaring

    - Kardiomegali

    - Edema paru akut

    Kriteria minor

    - Edema pergelangan kaki

    - Batuk malam hari

    - Dyspneu deffort

    - Hepatomegali

    - Efusi pleura

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    21/46

    21

    - Irama derap S3

    - Peningkatan tekanan vena 16cm

    H2O

    - Refluks hepatojugular

    - Kapasitas vital berkurang menjadi

    maksimum

    - Takikardi

    Berdasarkan gejala sesak nafasNew York Heart Association(NYHA) membuat

    klasifikasi fungsional CHF kedalam 4 kelas(5)

    Kelas I : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan

    Kelas II : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari biasa

    tanpa keluhan

    Kelas III : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa

    keluhan

    Kelas IV : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas

    Salah satu penyebab terjadinya gagal jantung adalah kelainan katup yang

    dapat berupa stenosis atau regurgitasi. Kelaianan ini dapat disebabkan oleh

    banyak hal. Berdasarkan etiologinya penyakit ini dibedakan atas rematik dan non

    rematik. Salah satu penyebab non rematik adalahMitral Valve Prolaps yang akan

    menyebabkan terjadinya mitral insufisiensi pada beberapa pasien

    2. KONGESTI HEPATOPATI

    A. PENDAHULUANKerusakan hati diakibatkan oleh penyakit jantung merupakan hal yang biasa

    terjadi, tetapi jarang terdiagnosa. Sejak tahun 1951 telah dilaporkan sindroma

    yang sekarang dike nal sebagai cardiac hepatopathy atau congestive hepatopathy

    dengan berbagai riwayat penyakit, hasil tes diagnostik, dan hasil histologi.

    Tetapi sedikit penelitian yang dilaporkan (Myers, 2003). Congestive hepatopathy

    mungkin terlewatkan pada penderita dengan gagal jantung dan mild hepatic

    congestion dengan gejala yang samar-samar. Oleh karena itu, dokter harus

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    22/46

    22

    mempertimbangkan congestive hepatopathy pada gagal jantung kanan dengan

    hepatomegali dengan atau tanpa ikterus (Bayraktar, 2007).

    Congestive hepatopathy merupakan kelainan hati yang sering dijumpai pada

    penderita gagal jantung. Kelainan ini ditandai dengan adanya gejala klinis gagal

    jantung (terutama gagal jantung kanan), tes fungsi hati yang abnormal dan tidak

    ditemukan penyebab lain dari disfungsi hati (Allen, 2008; Lau, 2002).

    Congestive hepatopathy juga dikenal dengan istilah cardiac hepatopathy, nutmeg

    liver, atau chronic passive hepatic congestion. Bila kondisi ini berlangsung

    lama akan mengakibatkan timbulnya jaringan fibrosis pada hati, yang sering

    disebut dengan cardiac cirrhosis atau cardiac fibrosis. Meskipun cardiac

    cirrhosis menggunakan istilah sirosis, jarang memenuhi kriteria patologis sirosis.

    Congestive hepatopathy ini sangat sulit dibedakan dari sirosis hati primer karena

    klinisnya relatif tidak spesifik. Tetapi tidak sama seperti sirosis yang disebabkan

    oleh hepatitis virus atau penggunaan alkohol, pengobatan ditujukan pada

    pengelolaan gagal jantung sebagai penyakit dasar (Bayraktar, 2007; Myers, 2003;

    Giallourakis, 2002; Wanless, 1995).

    Patogenesis congestive hepatopathy umumnya dianggap sebagai reaksi stroma

    hati terhadap hipoksia, tekanan atau nekrosis hepatoselular. Tetapi hal ini tidak

    menjelaskan hubungan antara gejala dan tingkat keparahan fibrosis, dimana pada

    pasien jantung dekompensasi pada derajat yang sama, fibrosis tidak selalu

    terjadi. Patogenesis congestive hepatopathy penting, karena definisi congestive

    hepatopathy masih menjadi perdebatan (Wanless, 1995).

    Prevalensi congestive hepatopathy tidak jelas. Tidak ada data perbandingan

    laki-laki dan wanita untuk congestive hepatopathy, namun karena gagal jantung

    kongestif lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita, kemungkinan

    yang sama untuk congestive hepatopathy (Mathew, 2004; Burns, 1997).

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    23/46

    23

    B. PATOFISIOLOGICongestive hepatopathy disebabkan oleh dekompensasi ventrikel kanan

    jantung atau gagal jantung biventrikular. Dimana terjadi peningkatan tekanan

    atrium kanan ke hati melalui vena kava inferior dan vena hepatik. Ini merupakan

    komplikasi umum dari gagal jantung kongestif, dimana akibat anatomi yang

    berdekatan terjadi peningkatan tekanan vena sentral secara langsung dari atrium

    kanan ke vena hepatik (Nowak, 2004; Gore, 1994).

    Penyebab paling umum dari gagal jantung kongestif pada usia lanjut

    berdasarkan data dari RS.Dr.Kariadi pada tahun 2006 adalah penyakit jantung

    iskemik 65,63%, penyakit jantung hipertensi 15,63%, kardiomiopati 9,38%,

    penyakit katub jantung, rheumatic heart disease, penyakit jantung pulmonal

    masing-masing 3,13%. Penyebab paling umum dari gagal jantung kongestif pada

    usia lebih muda adalah penyakit jantung iskemik 55%, penyakit katub jantung

    15%, kardiomiopati 12,5%, rheumatic heart disease 7,5%, penyakit jantung

    bawaan 5%, penyakit jantung hipertensi dan penyakit jantung pulmonal keduanya

    2,5%. Tidak ada perbedaan etiologi gagal jantung kongestif antara pasien muda

    dan tua, dimana yang penyeba terbanyak adalah penyakit jantung iskemik

    (Ardini,2007).

    Pada tingkat selular, kongesti vena menghambat efisiensi aliran darah sinusoid

    ke venula terminal hati. Stasis darah dalam parenkim hepar terjadi karena usaha

    hepar mengatasi perubahan saluran darah vena. Sebagai usaha mengakomodasi

    aliran balik darah (backflow), sinusoid hati membesar, mengakibatkan hepar

    menjadi besar. Stasis sinusoid menyebabkan akumulasi deoksigenasi darah, atrofi

    parenkim hati, nekrosis, deposisi kolagen dan fibrosis. Hepatosit mempunyai sifat

    sangat sensitif terhadap trauma iskemik, meski dalam jangka waktu yang pendek.

    Hepatosit dapat rusak oleh berbagai kondisi, seperti arterial hypoxia, acute left

    sided heart failure, central venous hypertension (Nowak, 2004; Gore, 1994).

    Stasis kemudian menyebabkan timbulnya trombosis. Trombosis sinusoid

    memperburuk stasis, dimana trombosis menambah aktivasi fibroblast dan

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    24/46

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    25/46

    25

    Definisi morfologi fibrosis telah seragam, tetapi beberapa penulis tidak

    menganggap cardiac cirrhosis sebagai sirosis sebenarnya karena sebagian besar

    cardiac cirrhosis bersifat fokal dan gangguan arsitektur serta fibrosis secara

    menyeluruh tidak separah sirosis tipe yang lain. Istilah congestive hepatopathy

    dan chronic passive hepatic congestion lebih akurat, tetapi istilah cardiac

    cirrhosis telah menjadi konvensi. Oleh karena itu istilah cardiac cirrhosis

    banyak digunakan untuk congestive hepatopathy dengan atau tanpa fibrosis hati

    (Faya, 2008; Bayraktar, 2007; Myers, 2003;Wanless, 1995; Gore, 1994).

    Distorsi struktur hati nampak pada saat parenkim hati rusak dan parenkim

    yang berbatasan memperluas menuju daerah parenkim yang rusak. Sirosis dapat

    didefinisikan sebagai distorsi struktur hati disertai fibrosis pada daerah parenkim

    hati yang musnah. Pada saat perubahan menunjukkan kehadiran nodul pada

    sebagian besar organ, secara umum dianggap sirosis. Hanya saja deskripsi

    kualitatif tidak dapat mendeskri psikan semua tahapan pada pada penyakit, oleh

    karena itu diperlukan nomenklatur menyangkut aspek kuantitatif fibrosis hati dan

    sirosis, seperti pada TABEL 1. Tabel ini merupakan klasifikasi sirosis apapunpenyebabnya (Wanless, 1995).

    TABEL 1. Definisi Sirosis (Wanless, 1995)

    Definisi

    Sirosis Terdapat septum fibrosa yang membagi parenkim ke nodul

    Sirosis Komplit Terdapat septum fibrosa yang membagi parenkim ke nodul,

    nodul melibatkan lebih dari 75% dari volume hati*

    Sirosis Inkomplit Terdapat septum fibrosa yang membagi parenkim ke nodul,

    nodul yang cukup berseragam melibatkan kurang dari 75%

    dari volume hati

    Sirosis Fokal Terdapat septum fibrosa yang membagi parenkim ke nodul,

    fibrosa dan nodul melibatkan wilayah lokal hati (distribusi

    tidak seragam)

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    26/46

    26

    C. DIAGNOSIS

    a. Manifestasi Klinis

    Tanda dan gejala

    Gangguan fungsi hati pada congestive hepatopathy biasanya ringan dan

    tanpa gejala. Sering terdeteksi secara kebetulan pada pengujian biokimia rutin.

    Tanda dan gejala dapat muncul berupa ikterus ringan. Pada gagal jantung

    berat, ikterus dapat muncul lebih berat dan menunjukkan kolestasis. Timbul

    ketidaknyamanan pada kuadran kanan atas abdomen akibat peregangan kapsul

    hati. Kadang-kad ang asites dapat muncul (Bayraktar, 2007).

    Kadang-kadang gambaran klinis dapat menyerupai hepatitis virus akut,

    dimana timbul ikterus disertai peningkatan aminotransferase. Beberapa kasus

    gagal hati fulminan yang mengakibatkan kematian telah dilaporkan akibat

    gagal jantung kongestif. Namun sebagian besar disebabkan pasien memiliki

    hepatic congestion dan iskemia. Gejala seperti dispnea exertional, ortopnea

    dan angina serta temuan fisik seperti peningkatan vena jugularis, murmur

    jantung dapat membantu membedakan congestive hepatopathy dengan

    penyakit hati primer. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali lunak,

    kadang masif, batas tepi hati tegas, dan halus. Splenomegali jarang terjadi.

    Asites dan edema dapat tampak, tetapi tidak disebabkan oleh kerusakan hati,

    melainkan akibat gagal jantung kanan (Bayraktar, 2007; Myers, 2003).

    b. Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium pada congestive hepatopathy menunjukkan

    peningkatan Liver Function Test (LFT) yang berkarakter cholestatic profile

    yakni Alkaline Phosphatase (ALP), Gamma Glutamyl Transpeptidase (GGT)

    dan bilirubin, serta hipoalbumin, bukan hepatitic profile, Alanine transaminase

    (ALT) dan Aspartate transaminase (AST). ALP dan GGT meningkat akibat

    meningkatnya sistesis protein enzim, yang biasanya disertai peningkatan

    bilirubin (kecuali terjadi obstruksi bilier atau intrahepatal). Karena ALP

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    27/46

    27

    diproduksi oleh hepatosit dan GGT oleh sel epitel bilier. Bilirubin yang

    meningkat adalah bilirubin total, sebagian besar yang tidak terkonjugasi.

    Hiperbilirubinemia terjadi sekitar 70% pasien dengan congestive hepatopathy.

    Hiperbilirubinemia yang berat mungkin dapat terjadi pada pasien dengan

    gagal jantung kanan yang berat dan akut (Allen, 2009; Bayraktar, 2007;

    Pincus, 2006; Giannini, 2005; Lau, 2002).

    Meskipun terjadi deep jaundice, serum alkaline phospatase level pada

    umumnya hanya meningkat sedikit sehingga dapat membedakan congestive

    hepatopathy dengan ikterus obstruksi. Serum aminotransferase level

    menunjukkan peningkatan ringan, kecuali terjadi hepatitis iskemia, dimana

    dapat terjadi peningkatan serum aminotransferase (AST dan ALT) yang

    tajam. Prothrombin time dapat sedikit terganggu, albumin dapat turun dan

    serum ammonia level dapat meningkat. Serologi hepatitis virus perlu

    dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya virus tersebut (Allen,

    2009; Bayraktar, 2007; Pincus, 2006; Giannini, 2005; Lau, 2002).

    Diagnosa paracentesis cairan asites pada congestive hepatopathy

    menunjukkan tingginya protein dan gradien serum albumin >1,1g/dL. Hal ini

    menunjukkan konstribusi dari hepatic lymph dan hipertensi portal. Perbaikan

    LFT setelah pengobatan penyakit jantung mendukung diagnosa congestive

    hepatopathy (Bayraktar, 2007).

    c. Pemeriksaan radiologi

    Pemeriksaan radiologi yang menunjang pemeriksaan congestive hepatopathy:

    - Abdominal Doppler ultrasonography : dipertimbangkan bila klinis terdapat

    asites, nyeri perut kuadran kanan atas, ikterus dan/atau serum LFT abnormal

    yang refrakter terhadap pengobatan gagal jantung yang mendasari.

    Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari diagnosa alternatif seperti sindroma

    Budd-Chiari (Martinez, 2011, Bayraktar, 2007).

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    28/46

    28

    - CT scan dan MRI: Pemeriksaan ini dapat menunjukkan cardiac cirrhosis,

    termasuk hepatomegali, hepatic congestion, pembesaran vena cava inferior

    dan splenomegali (Martinez, 2011).

    Pemeriksaan radiologi untuk menunjang pemeriksaan penyakit dasar

    congestive hepatopathy:

    - X foto dada: dapat menunjukkan kardiomegali, hipertensi vena pulmonal,

    perubahan pada ruang jantung dan miokard tergantung pada penyebab gagal

    jantung. Paru-paru menunjukkan chronic passive congestion, tampak edema

    interstitial atau paru-paru, atau efusi pleura (Martinez, 2011; Brashers, 2009;

    Bayraktar, 2007).

    - Transthoracic Echocardiogram dengan Doppler: mendiagnosa penyakit

    dasar penyebab cardiac cirrhosis. Tampak adanya peningkatan arteri

    pulmonalis, dilatasi sisi kanan jantung, Tricuspid Regurgitasi (TR), diastolic

    ventricular filling yang abnormal (Martinez, 2011; Brashers, 2009).

    - Radionuclide imaging dengan thallium atau technetium merupakan

    pemeriksaan noninvasif yang berarti. Tujuannya untuk mengidentifikasi

    reversible cardiac ischemia pada pasien cardiac cirrhosis pada gagal jantung

    kompensasi atau dekompensasi. Technetium-labeled agents dan positron-

    emission tomography (PET) mengidentifikasi dilated cardiomyopathy dan

    menentukan fungsi miokard (Martinez, 2011; Brashers, 2009).

    - CT scan dan MRI mengidentifikasikan pembesaran ruang jantung, hipertrofi

    ventrikel, diffuse cardiomyopathy, valvular disease dan kelainan struktural

    yang lain. Keduanya dapat mengukur ejection fraction dan effectively rule

    out cardiac cirrhosis (Martinez, 2011).

    d. Pemeriksaan histopatologi

    Biopsi hati dapat membantu menegakkan diagnosa. Patologi pada kelainan ini

    dikenal dengan istilah nutmeg liver. Istilah ini dikarenakan penampilan hati

    pada congestive hepatopathy merupakan perpaduan 2 area, yakni area kontras

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    29/46

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    30/46

    30

    alkohol adalah hepatosit. Fibrosis akan terbentuk dari bagian luar ke dalam lobus,

    lobulus sendiri terhindar dari kerusakan. (Gb.3B)

    - Sirosis hati karena virus : virus hepatitis, utamanya hepatitis B menyebabkan

    nekrosis luas hati, kerusakan meliputi lobulus dan interstitium sehingga jaringan sulit

    dikenali. (Gb.3C).

    GAMBAR 3A. Congestive Hepatopathy

    GAMBAR 3B. Sirosis Alkoholik GAMBAR 3C. Sirosis karena virus

    D. DIAGNOSIS BANDING Veno-occlusive disease : obstruksi pada sinusoid hati dan venul terminal.

    Kelainan ini disebabkan oleh kerusakan endotel sinusoid karena

    Hematopoietic Stem Cell Transplantation, kemoterapi, radioterapi abdominal

    danpyrrolizidine alkaloids (Bayraktar, 2007).

    Sindroma Budd-Chiari : obstruksi dari vena hepatik ke ujung superior vena

    cava inferior. Kelainan ini disebabkan trombosis vena hepatik, pembuntuan

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    31/46

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    32/46

    32

    3. DIABETES MELITUS

    Diabetes Melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada

    seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan

    insulin baik absolut maupun relatif (Sudoyo Aru, 2006).

    Diabetes Melitus (DM) bukan penyakit yang disebabkan oleh satu faktor,

    tetapi merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh banyak faktor

    (multifaktor). DM dikarakterisasi oleh hiperglikemia kronik karena penurunan

    kerja insulin pada jaringan target (disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,

    resistensi insulin atau keduanya). Penurunan kerja insulin ini berhubungan dengan

    gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein pada jaringan termasuk

    hati (Sudoyo Aru, 2006).

    A. ETIOLOGIDiabetes Melitus (DM) tipe 2 disebut juga Non Insulin Dependent

    Diabetes Mellitus (NIDDM) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan

    resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk

    merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

    produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mengimbangi resistensi insulin ini

    sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat

    dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada

    rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel

    pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Gustaviani, 2006).

    Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan klinis Diabetes

    Melitus (DM). Sel pankreas masih dapat mengkompensasi, sehingga terjadi

    hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat.

    Kemudian setelah terjadi kelelahan sel pankreas, baru terjadi diabetes melitus

    klinis, yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang meningkat,

    memenuhi kriteria diagnosis diabetes melitus (Gustaviani, 2006).

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    33/46

    33

    B. KLASIFIKASIMenurut ADA tahun 2009, DM diklasifikasikan menjadi

    I. DM tipe 1: destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi

    insulin absolut.

    a. Melalui proses imunologik

    b. Idiopatik

    II. DM tipe 2: bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin

    disertai defisiensi insulin relative sampai yang predominan

    gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.

    III. DM tipe lain:

    a.Defek Genetik fungsi sel beta

    b.Defek genetik kerja insulin

    c.Penyakit Eksokrin Pankreas

    d.Endokrinopati

    e. Karena Obat atau Zat Kimia

    f.Infeksi

    g.Imunologi

    h.Sindroma genetik lain

    IV. DM Gestasional

    C. PATOFISIOLOGITubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti

    sel yang rusak. Di samping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel

    tubuh berfungsi dengan baik. Energi pada mesin tubuh manusia berasal dari

    bahan makanan yang dimakan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat,

    protein dan lemak (Suyono, 2007).

    Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan harus masuk

    dulu ke dalam sel untuk dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama

    glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah

    timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme

    itu insulin memegang peranan yang sangat penting yaitu bertugas

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    34/46

    34

    memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai

    bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh

    sel beta pankreas (Suyono, 2007).

    Diabetes Melitus (DM) tipe 1 disebabkan adanya reaksi otoimun yang

    disebabkan oleh peradangan pada sel beta. Ini menyebabkan timbulnya

    antibodi terhadap sel beta yang disebut Islet Cell Antibody (ICA). Reaksi

    antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) menyebabkan hancurnya sel beta

    (Suyono, 2007).

    Pada Diabetes Melitus (DM) tipe 2 jumlah insulin normal, malah

    mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada

    permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai

    lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang

    kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak,

    tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk

    akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa

    dalam pembuluh darah meningkat. Keadaan ini disebut sebagai resistensi

    insulin (Suyono, 2007).

    Penyebab resistensi insulin pada NIDDM sebenarnya tidak begitu jelas

    tetapi faktor-faktor di bahwa ini banyak berperan (Suyono, 2007) :

    Obesitas terutama yang berbentuk sentral

    Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat

    Kurang gerak badan

    Faktor keturunan (herediter)

    D. MANIFESTASI KLINIKDiabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada

    beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes.

    Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria

    (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak

    makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan

    kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    35/46

    35

    atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus),

    dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

    Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,

    polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),

    iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit). Pada DM Tipe 2 gejala yang

    dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa

    diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika

    penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe

    2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya

    penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia,

    obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.

    E. DIAGNOSISDiagnosa DM harus didasarkan oleh pemeriksaan konsentrasi glukosa

    darah, gejala khas DM , yaitu poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan

    menurun tanpa sebab yang jelas. Sedangkan gejala tidak khas Dm diantaranya

    lemes, kesemutan luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi

    dan pruritus vulva, apabila ditemukan gejala khas DM ditambah pemeriksaan

    gula darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis.

    Namun apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka diperlukan

    pemeriksaan ulang gula darah abnormal.

    Kriteria ntuk mendiagnosis Diabetes Militus

    1. Adanya gejala DM dan ditambah dengan konsentrasi gl darah sewaktu

    11 mmol/l (200mg/dl)

    2. Gula darah puasa 7mmol/l atau 126mg/dl

    3. Gula darah 2 jam 11 mol/l (200mg/dl) diikuti dengan tes toleransi

    glukosa oral

    Toleransi glukosa diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan

    FPG :

    (1) gula darah puasa

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    36/46

    36

    (2) gula darah puasa = 5,6-6,9 mmol / L ( 100-125 mg / dL) didefinisikan

    sebagai IFG, dan

    (3) gula darah puasa 7.0 mmol / L (126 mg / dL) diagnosis DM.

    Berdasarkan TTGO, IGT didefinisikan sebagai kadar glukosa plasma

    antara 7,8 dan 11,1 mmol / L (140 dan 199 mg / dL) dan diabetes

    didefinisikan sebagai glukosa > 11,1 mmol / L (200 mg / dL) 2 jam setelah 75

    -g beban glukosa oral . Beberapa individu memiliki keduanya IFG dan IGT.

    Induvidu dengan IFG dan / atau IGT, baru-baru ini ditetapkan pra-diabetes

    oleh american Diabetes Associaton (ADA), berada dalam resiko cukup besar

    untuk menjadi DM tipe 2 (25-40% resiko selama 5 tahun beroikutnya) dan

    memiliki peningkatan resiko penyakit kardiovaskular.

    Kriteria saat diagnosis DM menekankan bahwa gula darah puasa

    adalah tes yang paling dapat diandalkan untuk mengidentifikasi DM pada

    individu yang tidak menunjukkan gejala. Sebuah plasma konsentrasi glukosa

    11,1 mmol / L (200 mg / dL) disertai dengan gejala klasik DM (poliuria,

    polidipsia, penurunan berat badan) sudah cukup untuk diagnosis DM .

    Pengujian toleransi glukosa oral, meskipun masih alat yang valid untuk

    mendiagnosis DM, tidak dianjurkan sebagai bagian dari perawatan rutin.

    Diagnosis DM memiliki implikasi yang mendalam bagi seorang

    individu dari kedua sudut pandang medis dan keuangan. Dengan demikian,

    kriteria diagnostik harus puas sebelum menetapkan diagnosis DM. Kelainan

    pada tes skrining untuk diabetes harus diulang sebelum membuat diagnosis

    definitif DM, kecuali derangements metabolik akut atau glukosa plasma

    meningkat nyata hadir. Kriteria direvisi juga memungkinkan untuk diagnosis

    DM harus ditarik dalam situasi di mana glukosa darah puasa akan kembali

    normal.

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    37/46

    37

    Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)

    1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari

    (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani

    seperti Biasa

    2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,

    minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan

    3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa

    4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), Atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak),

    dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit

    5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2

    jam setelah minum larutan glukosa selesai

    6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa

    7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan

    tidak merokok.

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    38/46

    38

    F. PENATALAKSANAANTujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup

    Diabetes Melitus (DM) (Sudoyo Aru, 2006).

    Tujuan penatalaksanaan

    A. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan

    rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.

    B. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit

    mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan

    adalah turunnya morbiditas dan maortalitas dini DM.

    C. Cara: menormalkan kadar glukosa, lipid, insulin.

    Mengingat mekanisme dasar kelainan DM tipe-2 adalah terdapatnya faktor

    genetik, tekanan darah, resistensi insulin dan insufisiensi sel beta

    pankreas, maka cara-cara untuk memperbaiki kelainan dasar yang dapat

    dikoreksi harus tercermin pada langkah pengelolaan.

    D. Kegiatan: mengelola pasien secara holistik, mengajarkan perawatan

    Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus (PERKENI, 2006)

    1. Edukasi

    Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :

    - Perjalanan penyakit DM

    - Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

    - Penyulit DM dan risikonya

    - Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan

    -

    Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik

    oral atau insulin serta obat-obatan lain

    - Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah

    atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak

    tersedia)

    - Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau

    hipoglikemia

    -

    Pentingnya latihan jasmani yang teratur

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    39/46

    39

    - Masalah khusus yang dihadapi ( missal : hiperglikemia pada

    kehamilan)

    - Pentingnya perawatan diri

    - Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

    2. Terapi gizi medis (TGM)

    - Setiap diabetisi sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan

    kebutuhannya guna mencapai target terapi

    - Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran

    makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan

    sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.

    Pada diabetisi perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam

    hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang

    menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

    3. Latihan jasmani

    Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + 30

    menit yang sifatnya CRIPE ( Continous Rhytmical Interval Progressive

    Endurace training ).

    - Continous

    Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus

    tanpa henti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30

    menit pasien melakukan jogging tanpa istirahat.

    -

    Rytmical

    Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot

    berkontraksi dan berelaksasi secara teratur.

    - Interval

    Latihan dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat.

    Contoh : jalan cepat diselingi dengan jalan lambat, dsb.

    - Progressive

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    40/46

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    41/46

    41

    Tiazolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan

    Tabel 2 . Obat Hipoglikemik Oral di Indonesia

    Golongan Generik Mg/tab Dosis

    harian

    Lama

    kerja

    Frek/hari Waktu

    Klorpropamid 100-250 100-

    500

    24-36 1

    Glibenklamid 2,5 - 5 2,5 -

    15

    12-24 12

    Sulfonilurea Glipizid 5 - 10 52- 10-16 12 Sebelum

    Glikuidon 30 30 -

    120

    6 - 8 23 makan

    Glimepirid 1,2,3,4 0,5 - 6 24 1

    Glinid Repaglinid 0,5,1,2 1,5 - 6 - 3

    Nateglinid 120 360 - 3

    Tiazolidindio

    n

    Rosiglitazon 4 4 - 8 24 1 Tdk

    bergantun

    g

    Pioglitazon 15,30 15 - 45 24 1 jadwal

    makan

    Penghambat

    glukosidase

    Acarbose 50-100 100-

    300

    3 Bersama

    suapan

    pertama

    Biguanid Metformin 500-850 250-

    3000

    6-8 1-3 Bersama/s

    esudah

    makan

    Sumber : Sudoyo Aru, 2006

    2. INSULIN (Sudoyo Aru, 2006)

    Insulin diperlukan pada keadaan :

    -

    Penurunan berat badan yang cepat

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    42/46

    42

    - Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

    - Ketoasidosis diabetik

    - Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik

    - Hiperglikemia dengan asidosis laktat

    - Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal

    - Stres berat ( infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke )

    - Diabetes melitus gestasional yang tidak trkendali dengan TGM

    - Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

    - Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

    Efek samping terapi insulin :

    - Efek samping utama adalah terjadinya hipoglikemia

    - Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang

    dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.

    G. KOMPLIKASIDalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan

    menahun

    (Sudoyo Aru, 2006).

    I.Penyulit akut

    Penyulit akut DM sampai saat ini masih merupakan kegawatan

    yang harus ditangani dengan tepat dan benar karena hanya dengan cara

    itulah angka kematiannya dapat ditekan serendah mungkin.

    Ketoasidosis diabetik

    Hiperosmolar nonketotik

    Hipoglikemia

    II.Penyulit menahun

    1.Makroangiopati, yang melibatkan :

    Pembuluh darah jantung

    Pembuluh darah tepi

    Pembuluh darah otak

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    43/46

    43

    2.Mikroangiopati:

    Retinopati diabetik

    Nefropati diabetik

    3.Neuropati

    H. PROGNOSISRisiko komplikasi diabetes jangka panjang dapat dikurangi jika

    anda dapat mengontrol glukosa darah dan tekanan darah dengan baik.

    Anda dapat mengurangi risiko kematian, stroke, gagal jantung, dan

    komplikasi lainnya dengan mengendalikan kedua hal

    tersebut. Pengurangan kadar HbA1c sebanyak 1% saja dapat menurunkan

    risiko komplikasi sebesar 25%.

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    44/46

    44

    DAFTAR PUSTAKA

    Allen LA, Felker GM, Pocock S, McMurray JJV, Pfeffer MA, Swedberg K, Wang

    D, Yusuf S, Michelson EL, Granger CB. 2009. Liver function abnormalities and

    outcome in patients with chronic heart failure: data from the candesartan in heart

    failure: assessment of reduction in mortality and morbidity (CHARM) program.

    European Journal of Heart Failure 11:170-177

    Ardini DNE. 2007. Perbedaan etiologi gagal jantung kongestif pada usia lanjut

    dengan usia dewasa di rumah sakit dr. Kariadi januari-desember 2006. UNDIP

    Bayraktar UD, Seren S, Bayraktar Y. 2007. Hepatic venous outflow obstruction:

    three similar syndromes. World J Gastroenterol (13913): 1912-1927

    Brashers V, McCance KL. 2009. Structure and function of cardiovascular and

    lymphatic systems. In: Pathophysiology the biologic basis for disease in adults

    and children. Eds:McCance KL, Huether SE, Brashers VL, Rote HS. 6th edition.

    Elsevier Health Science. Phil, pp1091-1141

    Burns RB, McCarthy EP, Moskowitz MA. 1997. Outcomes for older men and

    women with congestive heart failure.J Am Geriatr Soc. 45(3):276-80

    Fava M, Meneses L, Loyola S, Castro P, Barahona F. 2008. TIPSS procedure in

    the treatment of a single patient after recent heart transplantation because of

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    45/46

    45

    refractory ascites due to cardiac cirrhosis. Cardiovasc Intervent Radiol. 31:S188

    S191

    Figueroa MS, Peters JA. 2006. Congestive heart failure: diagnosis,

    pathophysiology, therapy, and implications for respiratory care. Respiratory care.

    51(4): 403-412

    Giallourakis CC, Rosenberg PM, Friedman LS. 2002. The liver in heart failure.

    Clin Liver Dis 6 (4): 94767

    Giannini EG, Testa R, Savarino V. 2005

    Gustaviani Reno. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th. Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 1857-9.

    Hendromartono. 2007. Nefropati Diabetik: dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

    Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1898-1901.

    Hiatt WR,. 2001. Medical Treatment of Peripheral Arterial Disease and

    Claudication. N Engl J Med. 344;1608-1621.

    Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran ed III jl I. Media

    Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta : 2001.

    Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2002. Konsensus Pengelelolaan Diabetes

    Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB Perkeni, Jakarta: hal 1-19

    Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes

    Melitus Tipe 2 Di Indonesia. Semarang.

  • 8/13/2019 Case Report 1 Cardiac Liver Dan DM II Dr Asna

    46/46

    Powers C Alvin. 2005. Harrisons Principle of Internal Medicine 16th. Medical

    Publishing Division Mc Graw-Hill. North America.

    Soegondo S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4 th . Pusat Penerbitan

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Jakarta: Hal 1860-3.

    Subekti I. 2004. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Balai Penerbit

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Hal 217-23.

    Sudoyo Aru.W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV, jl III.