lapsus cardiac liver

Upload: ludoy1

Post on 08-Aug-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    1/23

    1

    STATUS PASIEN

    ILMU PENYAKIT DALAM

    IDENTITAS PASIEN

    Nama pasien : Tn. D

    Umur : 66 tahun

    Alamat : Jl. Ciracas rt.10 rw.04, Ciracas

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Masuk RS : 09 Maret 2013

    Nomor RM : 2010-26-80-55

    Ruang rawat inap : Melati 704

    Tanggal pemeriksaan : 21 Maret 2013

    A. ANAMNESA1. Keluhan utama

    Sesak napas sejak 2 hari SMRS

    2. Keluhan tambahanMual, nyeri ulu hati, nyeri kuadran kanan atas, urin pekat seperti teh, lemas, nyeri

    pinggang, batuk berdahak, demam, keringat malam

    3. Riwayat penyakit sekarang4. Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan sejak 2 hari SMRS.

    Sesak dirasakan terutama saat pasien sedang beraktifitas dan agak berkurang

    setelah istirahat. Pasien juga mengeluh batuk berdahak lebih dari 3 bulan, dahak

    agak sulit dikeluarkan, dan dahak berwarna putih. Pasien mengaku sering

    terbangun di malam hari karena sesak dan batuk. Keluhan disertai keringat

    malam dan kadang demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pasien

    kesehariannya tidur menggunakan 2 bantal. Pasien juga mengeluh mudah lelah,

    lemas, mual, nyeri pinggang dan nyeri sendi juga tulang punggung yang dirasakan

    kurang lebih 1 bulan. Nyeri ulu hati, nyeri kuadran kanan atas juga dirasakan

    pasien sudah 1 minggu. Pasien memiliki riwayat bengkak di kedua tungkai.

    Pasien juga mengatakan berat badannya turun sekitar 5 kg dalam 1-2 bulan, sulit

    BAB, dan BAK nya kuning pekat seperti teh. Keluhan nyeri dada sebelah kiri

    yang menjalar ke punggung atau tangan, batuk berdarah, muntah, BAK berpasir,

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    2/23

    2

    BAK berdarah, nyeri saat BAK, BAK jarang, BAB warna pucat (dempul)

    disangkal pasien.

    5. Riwayat penyakit dahulu Riwayat hipertensi terkontrol ada Riwayat penyakit jantung ada (rutin berobat sejak tahun 2010) Riwayat sakit maag ada Riwayat pengobatan OAT tahun 2012 (3 bulan; pengobatan terputus) Riwayat asam urat tinggi (hiperurisemia) ada Riwayat asma, penyakit ginjal, kencing manis, sakit kuning dan alergi obat

    disangkal pasien

    6.

    Riwayat penyakit keluarga Riwayat hipertensi, kencing manis, penyakit jantung, dan penyakit ginjal

    tidak tahu

    7. Riwayat kebiasaanPasien adalah seorang perokok aktif sejak umur 13 tahun, dan mengaku sudah

    berhenti kurang lebih 5 tahun yang lalu. Pasien bisa menghabiskan 2-3 batang

    rokok setiap harinya. Riwayat minum alkohol dan minum jamu atau obat herbal

    tidak ada.

    B. STATUS GENERALIS ( Pemeriksaan tanggal 21 Maret 2013)1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang2. Kesadaran : Compos mentis3. Tekanan darah : 110/80 mmHg4. Nadi : 92 x/ menit5. Pernapasan : 20x/ menit6. Suhu : 36,8C7. BB : 45 kg8. TB : 155 cm9. IMT : 18,44 kg/m3 (underweight)

    C. ASPEK KEJIWAAN1. Tingkah laku : dalam batas normal2. Proses berfikir : dalam batas normal

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    3/23

    3

    3. Kecerdasan : dalam batas normal

    D. PEMERIKSAAN FISIK KULIT

    1. Warna : sawo matang2. Jaringan parut : tidak ada3. Pertumbuhan rambut : normal4. Suhu raba : normal5. Keringat : normal6. Kelembaban : lembab7. Turgor : normal8. Ikterus : ada9. Edema : tidak ada

    KEPALA1. Bentuk : normocephal2. Posisi : simetris3. Penonjolan : tidak ada

    MATA1. Exophthalmus : tidak ada2. Edema kelopak : tidak ada3. Konjungtiva anemis : tidak ada4. Sklera ikterik : ada

    TELINGA1. Pendengaran : dalam batas normal2. Membran timpani : tidak dilakukan3. Darah : tidak ada4. Cairan : tidak ada

    HIDUNG1. Sekret : tidak ada2. Darah : tidak ada3. Nafas cuping hidung : tidak ada

    MULUT1. Bibir : sianosis (-), pucat (-)2. Lidah : deviasi (-),kotor (-), atrofi papil lidah (-)

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    4/23

    4

    3. Uvula : deviasi (-), hiperemis (-) LEHER

    1. Kelenjar tiroid : tidak membesar2. Kelenjar getah bening : Sublingual, Submandibula, Supraklavikula

    tidak membesar.

    3. Retraksi suprasternal : tidak ada4. JVP : 5+3 cmH2O

    PARU-PARU1. Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis,

    retraksi interkostal (-), jejas (-), sela iga

    melebar (-),penggunaan otot bantu napas (-)

    2. Palpasi : fremitus taktil dan vokal sama kanan dan kiri3. Perkusi : sonor di kedua lapang paru4. Auskultasi : SN vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-),

    ekspirasi memanjang (-/-)

    JANTUNG1. Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat2. Palpasi : iktus kordis teraba3. Perkusi : batas jantung kanan ICS V 2 jari ke lateral

    dari linea sternal dekstra

    batas jantung kiri ICS VI linea aksilaris

    anterior sinistra

    batas pinggang jantung ICS III 1 jari ke

    lateral dari linea parasternal sinistra

    4. Auskultasi : BJ I - II reguler, murmur (-), gallop (-) ABDOMEN

    1. Inspeksi : datar, spider nevi (-), jejas (-), sikatriks (-)2. Palpasi : supel, nyeri epigastrium (+), nyeri tekan

    kuadran kiri atas (+) tidak teraba

    pembesaran hepar dan lien, murphy sign (-) ,

    ballotement ginjal (-), undulasi (-)

    3. Perkusi : timpani di keempat kuadran, shifting dullness(-), nyeri ketok CVA (-)

    4. Auskultasi : bising usus (+) normal

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    5/23

    5

    EKSTREMITASLengan Tungkai

    Dextra Sinistra Dextra Sinistra

    Tonus ototNormal Normal Normal Normal

    Massa otot Normal Normal Normal Normal

    Sendi Normal Normal Normal Normal

    Gerakan Normal Normal Normal Normal

    Kekuatan 5 5 5 5

    Edema - - - -

    Luka - - - -

    Varises- - - -

    E. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. PEMERIKSAAN LABORATORIUMHasil Pemeriksaan Hematologi 9 Maret 2013:

    Pemeriksaan Hasil Normal

    Hematologi

    Hemoglobin 14,9 g/dl 13,2-17,3 g/dl

    Hematokrit 46 vol% 40-52 vol%

    Leukosit 6750/mm 3800-10.600/mm

    Trombosit 193.000/ mm3 200.000-500.000/ mm3

    Diabetes

    Glukosa darah sewaktu 83 mg/dL

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    6/23

    6

    Elektrolit K 5,5 mmol/L 3,84,4 mmol/L

    Elektrolit Cl 101 mmol/L 98108 mmol/L

    pH 7,2 7,377,40

    PCO2 17 mmHg 33

    44 mmHg

    PO2 103 mmHg 71 -104 mmHg

    Hct 40% 3748%

    HCO3- 6,6 mmol/L 2229 mmol/L

    HCO3- std 9,9 mmol/L

    TCO2 7,1 1924 mmol/L

    BE ecf -21,4

    BE (B) -3,6 (-2)

    (+3) mmol/L

    Saturasi O2 99 9498%

    Hasil Pemeriksaan Hematologi 10 Maret 2013:

    Pemeriksaan Hasil Normal

    pH 7,43 7,377,40

    PCO2 30 mmHg 3344 mmHg

    PO2 117 mmHg 71 -104 mmHg

    Hct 33% 3748%

    HCO3- 19,9 mmol/L 2229 mmol/L

    HCO3- std 22,2 mmol/L

    TCO2 20,8 1924 mmol/L

    BE ecf -4,4

    BE (B) -3,6 (-2)(+3) mmol/L

    Saturasi O2 99 94

    98%

    Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 11 Maret 2013 :

    Pemeriksaan Hasil Normal

    Hematologi

    Hemoglobin 15,4 g/dl 13,2-17,3 g/dl

    Hematokrit 47 vol% 40-52 vol%

    LED 2 mm/jam

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    7/23

    7

    Eritrosit 5 jt/ul 4,4-5,9 jt/ul

    Leukosit 10320/mm 3800-10.600/mm

    Trombosit 166.000/ mm 150.000-440.000/ mm

    MCV 94 fL 80-100 fLMCH 31 pg 26-34 pg

    MCHC 32 g/dL 32-36 g/dL

    Hitung jenis

    Eosinofil 0% 13

    Basofil 0%

    Batang 0% 35

    Segmen 77% 50

    70

    Limfosit 20% 2540

    Monosit 3% 28

    Fungsi Hati

    Protein Total 6,6 g/dL 68 g/dL

    Albumin 3,4 g/dL 3.44.8 g/dL

    Globulin 3,2 g/dL

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    8/23

    8

    Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 14 Maret 2013

    Pemeriksaan Hasil Normal

    Fungsi HatiProtein Total 6,0 g/dL 68 g/dL

    Albumin 3,1 g/dL 3.44.8 g/dL

    Globulin 2,9 g/dL

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    9/23

    9

    SGPT 370 duplo U/L 050 U/L

    SGOT 74 duplo U/L 050 U/L

    Hasil pemeriksaan tanggal 22 Maret 2013Pemeriksaan Hasil Normal

    Serologi

    HBsAg

    Non reaktif Non reaktif 0,99, retest zone 1-

    50, reaktif >50

    IgM HAV Non reaktif Non reaktif 1,2

    Anti HCV total Non reaktif Non reaktif 1

    2. PEMERIKSAAN PENUNJANGEKG tanggal 9 Maret 2013

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    10/23

    10

    Rontgen Thoraks tanggal 9 Maret 2013

    USG Abdomen tanggal 11 Maret 2013

    USG AbdomenHepar : besar dan bentuk normal, permukaan rata, tepi tajam, struktur echo homogen.

    Tidak tampak lesi fokal/nodul/pelebaran bilier/SOL. Vena cava inferior agak melebar

    Kandung empedu : dinding tidak menebal, tidak tampak batu/sludge/pelebaran bilier/

    SOL

    Kedua ginjal : besar dan bentuk normal, pelviocalices tidak melebar, tidak tampak

    batu/massa. Densitas korteks-medulla tidak meningkat, batas korteks-medulla jelas.

    Lesi anekhoik inferior kanan 8,99x8,44x5,88 cm dan inferior anterior kiri 0,92 cm

    Buli-buli : dinding agak menebal

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    11/23

    11

    Prostat : ukuran 3,49x4,99x3,29 cm dan densitas agak meningkat

    Lien, pancreas, kel.paraaorta baik, tidak tampak massa intra abdomen.

    Dinding gaster, caecum, colon transversum dan sigmoid sebagian menebal.

    Mc burney, tidak tampak tanda khas appendicitis akut/infiltrate

    Kesan : kista renal bilateral, cardiac liver, sistitis, prostatitis

    F. RESUMEPasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan sejak 2 hari SMRS,

    DOE (+), PND (+), ortopnea (+). Pasien juga mengeluh batuk berdahak lebih dari 3

    bulan, dahak agak sulit dikeluarkan, dan dahak berwarna putih.Keluhan disertai

    keringat malam dan kadang demam subfebris. Pasien juga mengeluh mudah lelah,

    lemas, mual, nyeri epigastrium, nyeri pinggang dan nyeri tulang punggung. Pasien

    memiliki riwayat edema di kedua tungkai, sulit BAB, dan BAK warna kuning pekat

    seperti teh.

    Dari hasil pemeriksaan TTV , didapatkan tekanan darah 110/80

    mmHg, nadi, suhu dan pernapasan dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik

    didapatkan kulit (telapak tangan) dan sklera tampak ikterik, batas jantung membesar,

    dan pada auskultasi didapatkan suara rhonki basah halus di basal paru, nyeri tekan di

    epigastrium dan kuadran kiri atas abdomen.

    Pada pemeriksaan laboraturium didapatkan peningkatan SGOT, SGPT,

    kadar bilirubin, ureum, kreatinin darah, dan asam urat serta gambaran asidosis

    metabolik. Dari pemeriksaan radiologi foto thoraks didapatkan kesan kardiomegali

    dan TB paru. Dari pemeriksaan EKG tampak hipertrofi ventrikel kiri dan dari USG

    abdomen terdapat kesan kista renal bilateral, cardiac liver, sistitis, dan prostatitis.

    G. DIAGNOSISCongestive Heart Failure (CHF) ec.Hipertency Heart Disease (HHD)

    Cardiac liver/congestive hepatophaty

    Acute Kidney Injury (AKI)

    Tuberkulosis paru kasus putus obat/drop out/default

    Hiperurisemia

    H. DIAGNOSIS BANDINGChronic Kidney Disease fase akut

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    12/23

    12

    Hepatitis non virus lainnya

    I. PENGKAJIAN MASALAH1. Congestive Heart Failure (CHF) ec.Hipertency Heart Disease (HHD)

    Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    Sesak saat aktifitas dan berkurang saat istirahat (DOE), terbangun malam harikarena sesak, riwayat hipertensi dan kaki bengkak, tidur menggunakan 2 bantal

    (ortopnea)

    JVP meningkat, terdengar rhonki di basal paru Dari foto rontgen tampak gambaran kardiomegali Dari EKG left axis deviation yang menggambarkan hipertrofi ventrikel kiri

    2. Cardiac liverAnamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    Riwayat penyakit gagal jantung Mual, nyeri epigastrium, urin warna kuning pekat seperti teh, kulit dan sklera

    ikterik

    Hepatitis non viral (HbsAg, anti HCV, IgM anti HAV non reaktif) Peningkatan SGOT, SGPT, dan kadar bilirubin Gambaran cardiac liverpada USG abdomen

    3. Acute kidney injuryAnamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    Lemas, penurunan nafsu makan, mual, tidak ada riwayat penyakit ginjalsebelumnya, onset

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    13/23

    13

    5. Hiperurisemia Nyeri tulang dan sendi Peningkatan kadar asam urat dalam darah

    J. TATALAKSANA Tirah baring posisi Fowler Diet rendah protein, DH III Oksigen nasal 2-4 lpm IVFD RA 500cc/12 jam Koreksi bicnat 150 meq dalam NaCl

    Pasang dower catheter(DC) Obat oral

    Ascardia 1x80 mg

    Simvastatin 1x80 mg

    HCT 1x12,5 mg

    Noperten 1x5 mg

    Spirolacton 1x25 mg

    Vblok

    Furosemid 1x40 mg

    Aminoral 3x1

    Biocurlive 3x1

    Lesicol 3x600 mg

    Allopurinol 1x100

    Diatab 3x2

    Obat injeksiRanitidine 2x1

    Cernevit 1x1

    SNMC 2amp 2x/minggu

    K. PROGNOSIS1. Ad vitam : dubia ad malam2. Ad functionam : dubia ad malam3. Ad sanationam : dubia ad malam

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    14/23

    14

    FOLLOW UP

    22-03-2013 23-03-2013

    S Batuk, mual, BAB cair dan ampas 3x,

    nyeri sendi, urin kuning pekat sepertiteh

    Batuk, mual berkurang, diare (-), urin

    kuning pekat seperti teh

    O KU : Sedang

    Kes : CM

    TD : 130/90 mmHg

    FN : 70x/menit

    Suhu : 37oC

    Mata : CA -/-, SI +/+

    THT : dbn

    Thorax : vesikuler +/+, Rh +/+, Wh -/-

    BJ 1 & II reguler, G-, M-

    Abdomen : datar, supel BU+

    meningkat, tidak teraba pembesaran

    hepar dan lien, nyeri tekan

    epigastrium dan kuadran kiri atas (+)Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

    KU : Sedang

    Kes : CM

    TD : 130/80 mmHg

    FN : 80x/menit

    Suhu : 36,5oC

    Mata : CA -/-, SI +/+

    THT : dbn

    Thorax : vesikuler+/+, Rh +/-, Wh -

    /-

    BJ 1 & II reguler, G-, M-

    Abdomen : datar, supel BU+ normal,

    tidak teraba pembesaran hepar dan

    lien, nyeri tekan epigastrium dan

    kuadran kiri atas (+)Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

    A CHF

    AKI

    TB Paru

    Hepatitis non virus (cardiac liver)

    Hiperurisemia

    CHF

    AKI

    TB paru

    Hepatitis non virus (cardiac liver)

    HiperurisemiaP Diatab 3x2

    Allopurinol 1x1

    Xanax 3x1

    Biocurlive 3x1

    Lesicol 3x1

    Aminoral 3x1

    Bicnat 3x1

    Ascardia 3x1

    Simvastatin 1x1

    Noperten 1x1

    Spironolakton 1x1V-block 2x1

    HCT 1x1

    Lasal sirup 3x1cth

    Furosemid 1x1

    Inj. Ranitidine 2x1

    Cernevit 1x1

    Allopurinol 1x1

    Xanax 3x1

    Biocurlive 3x1

    Lesicol 3x1

    Aminoral 3x1

    Bicnat 3x1

    Ascardia 3x1

    Simvastatin 1x1

    Noperten 1x1

    Spironolakton 1x1

    V-block 2x1HCT 1x1

    Lasal sirup 3x1cth

    Furosemid 1x1

    Inj. Ranitidine 2x1

    Cernevit 1x1

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    15/23

    15

    TINJAUAN PUSTAKA

    CONGESTIVE HEPATOPATHY

    Kerusakan hati diakibatkan oleh penyakit jantung merupakan hal yang biasa terjadi,

    tetapi jarang terdiagnosa. Sejak tahun 1951 telah dilaporkan sindroma yang sekarang dikenal

    sebagai cardiac hepatopathy atau congestive hepatopathy dengan berbagai riwayat penyakit,

    hasil tes diagnostik, dan hasil histologi. Tetapi sedikit penelitian yang dilaporkan. Congestive

    hepatopathy mungkin terlewatkan pada penderita dengan gagal jantung dan mild hepatic

    congestion dengan gejala yang samar-samar. Oleh karena itu, dokter harus

    mempertimbangkan congestive hepatopathy pada gagal jantung kanan dengan hepatomegali

    dengan atau tanpa ikterus. Congestive hepatopathy merupakan kelainan hati yang sering

    dijumpai pada penderita gagal jantung. Kelainan ini ditandai dengan adanya gejala klinis

    gagal jantung (terutama gagal jantung kanan), tes fungsi hati yang abnormal dan tidak

    ditemukan penyebab lain dari disfungsi hati. Congestive hepatopathy juga dikenal dengan

    istilah cardiac hepatopathy, nutmeg liver, atau chronic passive hepatic congestion. Bila

    kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan timbulnya jaringan fibrosis pada hati, yang

    sering disebut dengan cardiac cirrhosis atau cardiac fibrosis. Meskipun cardiac cirrhosis

    menggunakan istilah sirosis, jarang memenuhi kriteria patologis sirosis. Congestive

    hepatopathy ini sangat sulit dibedakan dari sirosis hati primer karena klinisnya relatif tidak

    spesifik. Tetapi tidak sama seperti sirosis yang disebabkan oleh hepatitis virus atau

    penggunaan alkohol, pengobatan ditujukan pada pengelolaan gagal jantung sebagai penyakit

    dasar.

    Patogenesis congestive hepatopathy umumnya dianggap sebagai reaksi stroma hati

    terhadap hipoksia, tekanan atau nekrosis hepatoselular. Tetapi hal ini tidak menjelaskan

    hubungan antara gejala dan tingkat keparahan fibrosis, dimana pada pasien jantung

    dekompensasi pada derajat yang sama, fibrosis tidak selalu terjadi. Patogenesis congestive

    hepatopathy penting, karena definisi congestive hepatopathy masih menjadi perdebatan.

    Prevalensi congestive hepatopathy tidak jelas. Tidak ada data perbandingan laki-laki

    dan wanita untuk congestive hepatopathy, namun karena gagal jantung kongestif lebih sering

    terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita, kemungkinan yang sama untuk congestive

    hepatopathy.

    PATOFISIOLOGI

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    16/23

    16

    Congestive hepatopathy disebabkan oleh dekompensasi ventrikel kanan jantung atau

    gagal jantung biventrikular. Dimana terjadi peningkatan tekanan atrium kanan ke hati melalui

    vena kava inferior dan vena hepatik. Ini merupakan komplikasi umum dari gagal jantung

    kongestif, dimana akibat anatomi yang berdekatan terjadi peningkatan tekanan vena sentral

    secara langsung dari atrium kanan ke vena hepatik. Penyebab paling umum dari gagal jantung

    kongestif pada usia lanjut berdasarkan data dari RS.Dr.Kariadi pada tahun 2006 adalah

    penyakit jantung iskemik 65,63%, penyakit jantung hipertensi 15,63%, kardiomiopati 9,38%,

    penyakit katub jantung, rheumatic heart disease, penyakit jantung pulmonal masing-masing

    3,13%. Penyebab paling umum dari gagal jantung kongestif pada usia lebih muda adalah

    penyakit jantung iskemik 55%, penyakit katub jantung 15%, kardiomiopati 12,5%, rheumatic

    heart disease 7,5%, penyakit jantung bawaan 5%, penyakit jantung hipertensi dan penyakit

    jantung pulmonal keduanya 2,5%. Tidak ada perbedaan etiologi gagal jantung kongestif

    antara pasien muda dan tua, dimana yang penyebab terbanyak adalah penyakit jantung

    iskemik. Pada tingkat selular, kongesti vena menghambat efisiensi aliran darah sinusoid ke

    venula terminal hati. Stasis darah dalam parenkim hepar terjadi karena usaha hepar mengatasi

    perubahan saluran darah vena. Sebagai usaha mengakomodasi aliran balik darah (backflow),

    sinusoid hati membesar, mengakibatkan hepar menjadi besar. Stasis sinusoid menyebabkan

    akumulasi deoksigenasi darah, atrofi parenkim hati, nekrosis, deposisi kolagen dan fibrosis.

    Hepatosit mempunyai sifat sangat sensitif terhadap trauma iskemik, meski dalam jangka

    waktu yang pendek. Hepatosit dapat rusak oleh berbagai kondisi, seperti arterial hypoxia,

    acute left sided heart failure, central venous hypertension.

    Stasis kemudian menyebabkan

    timbulnya trombosis. Trombosis

    sinusoid memperburuk stasis, dimana

    trombosis menambah aktivasi

    fibroblast dan deposisi kolagen. Dalam

    kondisi yangparah menyebabkan

    nekrosis berlanjut menyebabkan

    hilangnya parenkim hati, dan dapat

    menyebabkan trombosis pada vena

    hepatik. Proses ini sering diperparah

    oleh trombosis lokal vena porta.

    Pembengkakan sinusoidal dan perdarahan akibat nekrosis nampak jelas di area

    perivenular dari liver acinus. Fibrosis berkembang di daerah perivenular, akhirnya

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    17/23

    17

    menyebabkan timbulnya jembatan fibrosis antara vena sentral yang berdekatan. Hal ini

    menyebabkan proses cardiac fibrosis, oleh karena itu tidak tepat disebut sebagai cardiac

    cirrhosis karena berbeda dengan sirosis hati dimana jembatan fibrosis cenderung untuk

    berdekatan dengan daerah portal. Regenerasi hepatosit periportal pada kondisi ini dapat

    mengakibatkan regenerasi hiperplasia nodular. Nodul cenderung kurang bulat dan sering

    menunjukkan koneksi antar nodul.

    Cardiac cirrhosis telah didefinisikan dalam berbagai cara dan telah ditetapkan sebagai

    klinis dari hipertensi portal atau akibat penyakit jantung kongestif. Pada kongestif kronis,

    hipoksia berkelanjutan menghambat regenerasi hepatoselular dan membentuk jaringan

    fibrosis, yang akan mengarah ke cardiac cirrhosis. Definisi morfologi fibrosis telah seragam,

    tetapi beberapa penulis tidak menganggap cardiac cirrhosis sebagai sirosis sebenarnya karena

    sebagian besar cardiac cirrhosis bersifat fokal dan gangguan arsitektur serta fibrosis chronic

    passive hepatic congestion lebih akurat, tetapi istilah cardiac cirrhosis telah menjadi

    konvensi. Oleh karena itu istilah cardiac cirrhosis banyak digunakan untuk congestive

    hepatopathy dengan atau tanpa fibrosis hati. Distorsi struktur hati nampak pada saat parenkim

    hati rusak dan parenkim yang berbatasan memperluas menuju daerah parenkim yang rusak.

    Sirosis dapat didefinisikan sebagai distorsi struktur hati disertai fibrosis pada daerah

    parenkim hati yang musnah. Pada saat perubahan menunjukkan kehadiran nodul pada

    sebagian besar organ, secara umum dianggap sirosis. Hanya saja deskripsi kualitatif tidak

    dapat mendeskripsikan semua tahapan pada pada penyakit, oleh karena itu diperlukan

    nomenklatur menyangkut aspek kuantitatif fibrosis hati dan sirosis, seperti pada TABEL 1.

    Tabel ini merupakan klasifikasi sirosis apapun penyebabnya.

    TABEL 1. Definisi Sirosis (Wanless, 1995) Definisi

    Sirosis Terdapat septum fibrosa yang membagi

    parenkim ke nodul

    Sirosis komplit Terdapat septum fibrosa yang membagiparenkim ke nodul, nodul melibatkan lebih

    dari 75% dari volume hati*

    Sirosis inkomplit Terdapat septum fibrosa yang membagi

    parenkim ke nodul, nodul yang cukup

    berseragam melibatkan kurang dari 75% dari

    volume hati

    Sirosis fokal Terdapat septum fibrosa yang membagi

    parenkim ke nodul, fibrosa dan nodul

    melibatkan wilayah lokal hati (distribusi tidak

    seragam)

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    18/23

    18

    DIAGNOSIS

    A. MANIFESTASI KLINIS

    Tanda dan gejala

    Gangguan fungsi hati pada congestive hepatopathy biasanya ringan dan tanpa gejala.

    Sering terdeteksi secara kebetulan pada pengujian biokimia rutin. Tanda dan gejala dapat

    muncul berupa ikterus ringan. Pada gagal jantung berat, ikterus dapat muncul lebih berat dan

    menunjukkan kolestasis. Timbul ketidaknyamanan pada kuadran kanan atas abdomen akibat

    peregangan kapsul hati. Kadang-kadang asites dapat muncul. Kadang-kadang gambaran

    klinis dapat menyerupai hepatitis virus akut, dimana timbul ikterus disertai peningkatan

    aminotransferase. Beberapa kasus gagal hati fulminan yang mengakibatkan kematian telah

    dilaporkan akibat gagal jantung kongestif. Namun sebagian besar disebabkan pasien memiliki

    hepatic congestion dan iskemia. Gejala seperti dispnea exertional, ortopnea dan angina serta

    temuan fisik seperti peningkatan vena jugularis, murmur jantung dapat membantu

    membedakan congestive hepatopathy dengan penyakit hati primer. Pada pemeriksaan fisik

    ditemukan hepatomegali lunak, kadang masif, batas tepi hati tegas, dan halus. Splenomegali

    jarang terjadi. Asites dan edema dapat tampak, tetapi tidak disebabkan oleh kerusakan hati,

    melainkan akibat gagal jantung kanan.

    B. LABORATORIUM

    Pemeriksaan laboratorium pada congestive hepatopathy menunjukkan peningkatan

    Liver Function Test (LFT) yang berkarakter cholestatic profile yakni Alkaline Phosphatase

    (ALP), Gamma Glutamyl Transpeptidase (GGT) dan bilirubin, serta hipoalbumin, bukan

    hepatitic profile, Alanine transaminase (ALT) dan Aspartate transaminase (AST). ALP dan

    GGT meningkat akibat meningkatnya sistesis protein enzim, yang biasanya disertai

    peningkatan bilirubin (kecuali terjadi obstruksi bilier atau intrahepatal). Karena ALP

    diproduksi oleh hepatosit dan GGT oleh sel epitel bilier. Bilirubin yang meningkat adalah

    bilirubin total, sebagian besar yang tidak terkonjugasi. Hiperbilirubinemia terjadi sekitar 70%

    pasien dengan congestive hepatopathy. Hiperbilirubinemia yang berat mungkin dapat terjadi

    pada pasien dengan gagal jantung kanan yang berat dan akut.

    Meskipun terjadi deep jaundice, serum alkaline phospatase level pada umumnya

    hanya meningkat sedikit sehingga dapat membedakan congestive hepatopathy dengan ikterus

    obstruksi. Serum aminotransferase level menunjukkan peningkatan ringan, kecuali terjadi

    hepatitis iskemia, dimana dapat terjadi peningkatan serum aminotransferase (AST dan ALT)

    yang tajam. Prothrombin time dapat sedikit terganggu, albumin dapat turun dan serum

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    19/23

    19

    ammonia level dapat meningkat. Serologi hepatitis virus perlu dilakukan untuk

    menyingkirkan kemungkinan adanya virus tersebut.

    Diagnosa paracentesis cairan asites pada congestive hepatopathy menunjukkan

    tingginya protein dan gradien serum albumin >1,1g/dL. Hal ini menunjukkan konstribusi dari

    hepatic lymph dan hipertensi portal. Perbaikan LFT setelah pengobatan penyakit jantung

    mendukung diagnosa congestive hepatopathy.

    C. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

    Pemeriksaan radiologi yang menunjang pemeriksaan congestive hepatopathy:

    Abdominal Doppler ultrasonography : dipertimbangkan bila klinis terdapat asites, nyeriperut kuadran kanan atas, ikterus dan/atau serum LFT abnormal yang refrakter terhadap

    pengobatan gagal jantung yang mendasari. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari

    diagnosa alternatif seperti sindroma Budd-Chiari.

    CT scan dan MRI : Pemeriksaan ini dapat menunjukkan cardiac cirrhosis, termasukhepatomegali, hepatic congestion, pembesaran vena cava inferior dan splenomegali.

    Pemeriksaan radiologi untuk menunjang pemeriksaan penyakit dasar congestive hepatopathy:

    Foto rontgen dada : dapat menunjukkan kardiomegali, hipertensi vena pulmonal,perubahan pada ruang jantung dan miokard tergantung pada penyebab gagal jantung.

    Paru-paru menunjukkan chronic passive congestion, tampak edema interstitial atau

    paru-paru, atau efusi pleura

    Transthoracic Echocardiogram dengan Doppler : mendiagnosa penyakit dasarpenyebab cardiac cirrhosis. Tampak adanya peningkatan arteri pulmonalis, dilatasi

    sisi kanan jantung, Tricuspid Regurgitasi (TR), diastolic ventricular filling yang

    abnormal

    Radionuclide imaging dengan thallium atau technetium merupakan pemeriksaannoninvasif yang berarti. Tujuannya untuk mengidentifikasi reversible cardiac

    ischemia pada pasien cardiac cirrhosis pada gagal jantung kompensasi atau

    dekompensasi. Technetium-labeled agents dan positron-emission tomography (PET)

    mengidentifikasi dilated cardiomyopathy dan menentukan fungsi miokard

    CT scan dan MRI mengidentifikasikan pembesaran ruang jantung, hipertrofiventrikel, diffuse cardiomyopathy, valvular disease dan kelainan struktural yang lain.

    Keduanya dapat mengukur ejection fraction dan effectively rule out cardiac cirrhosis

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    20/23

    20

    D. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI

    Biopsi hati dapat membantu menegakkan diagnosa. Patologi pada kelainan ini dikenal

    dengan istilah nutmeg liver. Istilah ini dikarenakan penampilan hati pada congestive

    hepatopathy merupakan perpaduan 2 area, yakni area kontras berwarna merah yang

    diakibatkan sinusoidal congestion dan perdarahan pada area nekrosis di sekeliling vena

    hepatika yang membesar, serta area berwarna kekuningan yang merupakan area hati normal

    atau fatty liver tissue.

    GAMBAR 2. Nutmeg liver. Gambar A : Potongan pala (Nutmeg). Gambar B :

    Potongan permukaan hati nampak berbintik-bintik. Area kontras kemerahan dan kuning.

    Congestive hepatopathy: terjadi penyatuan darah merah di dekat vena sentral daribeberapa vena sentral dari beberapa lobulus. Dalam proses ini fibrosis terjadi dari

    dalam ke luar lobulus. (Gb.3A)

    Sirosis alkoholik : Alkohol yang berasal dari usus, awal bersentuhan dengan hepatositdi portal triad, oleh karena itu yang pertama terpengaruh toksisitas alkohol adalah

    hepatosit. Fibrosis akan terbentuk dari bagian luar ke dalam lobus, lobulus sendiri

    terhindar dari kerusakan. (Gb.3B)

    Sirosis hati karena virus : virus hepatitis, utamanya hepatitis B menyebabkan nekrosisluas hati, kerusakan meliputi lobulus dan interstitium sehingga jaringan sulit dikenali.

    (Gb.3C)

    GAMBAR 3A. Congestive Hepatopathy

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    21/23

    21

    GAMBAR 3B. Sirosis Alkoholik GAMBAR 3C. Sirosis karena virus

    DIAGNOSA BANDING

    - Veno-occlusive disease : obstruksi pada sinusoid hati dan venul terminal. Kelainan ini

    disebabkan oleh kerusakan endotel sinusoid karena Hematopoietic Stem Cell Transplantation,

    kemoterapi, radioterapi abdominal dan pyrrolizidine alkaloids.

    - Sindroma Budd-Chiari : obstruksi dari vena hepatik ke ujung superior vena cava inferior.

    Kelainan ini disebabkan trombosis vena hepatik, pembuntuan vena cava inferior, kompresi

    vena cava inferior oleh tumor, kista, abses.

    TATALAKSANA

    Pengobatan penyakit dasar sangat penting untuk manajemen congestive hepatopathy. Ikterus

    dan asites biasanya respon dengan baik terhadap diuresis. Jika gagal jantung diobati dengan

    sukses, awal perubahan histologi congestive hepatopathy dapat diatasi dan bahkan cardiac

    fibrosis mungkin secara histologis dan klinis mengalami regresi.

    PROGNOSA

    Penderita dengan congestive hepatopathy meninggal terbanyak diakibatkan oleh penyakit

    jantung itu sendiri. Kelainan hati jarang memberi konstribusi pada morbiditas dan mortalitas

    pasien congestive hepatopathy. Tidak seperti pasien sirosis hati, pasien dengan cardiac

    cirrhosis jarang menyebabkan komplikasi serius seperti perdarahan varises esofagus.

    Congestive hepatopathy yang mengakibatkan hepatocellular carcinoma jarang dilaporkan.

    Namun, insiden hepatocellular carcinoma dan gagal hati karena congestive hepatopathy

    kemungkinan meningkat diakibatkan peningkatan survival pasien ini dengan kemajuan dalam

    pengobatan gagal jantung.

    KESIMPULAN

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    22/23

    22

    Congestive hepatopathy merupakan kelainan hati yang sulit dibedakan dari sirosis hati primer

    karena klinisnya relatif tidak spesifik. Definisinya masih diperdebatkan. Ditandai dengan trias

    adanya gejala klinis gagal jantung (terutama gagal jantung kanan), tes fungsi hati yang

    abnormal dan tidak ditemukan penyebab lain dari disfungsi hati. Fibrosis pada congestive

    hepatopathy tidak tepat disebut cardiac cirrhosis, tetapi istilah cardiac cirrhosis telah menjadi

    konvensi. Oleh karena itu istilah cardiac cirrhosis banyak digunakan untuk congestive

    hepatopathy dengan atau tanpa fibrosis hati Diagnosis ditegakkan dari manifestasi klinis

    didukung dengan laboratorium penunjang dan pemeriksaan tambahan. Terapi terpenting

    adalah mengobati penyakit dasarnya. Prognosa congestive hepatopathy jarang meningkatkan

    morbiditas dan mortalitas.

  • 8/23/2019 LAPSUS Cardiac Liver

    23/23

    23

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Allen LA, Felker GM, Pocock S, McMurray JJV, Pfeffer MA, Swedberg K, Wang D,

    Yusuf S, Michelson EL, Granger CB. 2009. Liver function abnormalities and outcome in

    patients with chronic heart failure: data from the candesartan in heart failure: assessment of

    reduction in mortality and morbidity (CHARM) program. European Journal of Heart Failure

    11:170-177

    2. Ardini DNE. 2007. Perbedaan etiologi gagal jantung kongestif pada usia lanjut dengan usia

    dewasa di rumah sakit dr. Kariadi januari-desember 2006. UNDIP

    3. Bayraktar UD, Seren S, Bayraktar Y. 2007. Hepatic venous outflow obstruction: three

    similar syndromes. World J Gastroenterol (13913): 1912-1927

    4. Brashers V, McCance KL. 2009. Structure and function of cardiovascular and lymphatic

    systems. In: Pathophysiology the biologic basis for disease in adults and children.

    Eds:McCance KL, Huether SE, Brashers VL, Rote HS. 6th edition. Elsevier Health Science.

    Phil, pp1091-1141

    5. Burns RB, McCarthy EP, Moskowitz MA. 1997. Outcomes for older men and women with

    congestive heart failure. J Am Geriatr Soc. 45(3):276-80

    6. Fava M, Meneses L, Loyola S, Castro P, Barahona F. 2008. TIPSS procedure in the

    treatment of a single patient after recent heart transplantation because of refractory ascites

    due to cardiac cirrhosis. Cardiovasc Intervent Radiol. 31:S188S191

    7. Figueroa MS, Peters JA. 2006. Congestive heart failure: diagnosis, pathophysiology,

    therapy, and implications for respiratory care. Respiratory care. 51(4): 403-412

    8. Giallourakis CC, Rosenberg PM, Friedman LS. 2002. The liver in heart failure. Clin Liver

    Dis 6 (4): 94767

    9. Giannini EG, Testa R, Savarino V. 2005. Liver enzyme alteration: a guide for clinicians.

    Can Med Ass J 172(3): 367-379

    10. Guido M, Mangia A, Faa G. 2011. Chronic viral hepatitis: the histology report. Dig Liver

    Dis 43 (4): S331-S343