case mh

42
Case Report Session Morbus Hansen OLEH : Fatimah Putri Az Zahra 1010311014 Reki Wijaya Meilani PRESEPTOR : dr. Qaira Anum, Sp.KK, FINSDV BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Upload: memei

Post on 22-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

morbus hansen

TRANSCRIPT

Page 1: Case MH

Case Report Session

Morbus Hansen

OLEH :

Fatimah Putri Az Zahra 1010311014

Reki Wijaya

Meilani

PRESEPTOR :

dr. Qaira Anum, Sp.KK, FINSDV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2015

BAB I

Page 2: Case MH

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Morbus Hansen (MH) adalahpenyakitmenularkronis yang disebabkanoleh

Mycobacterium leprae yang pertama-tama menyerang saraf tepi selanjutnya dapat menyerang

kulit, mukosamulut, saluran nafas bagian atas, system retikuloendotelial, mata, otot, tulang,

cuping telinga, dan testis. Padakebanyakan orang yang terinfeksi dapat asimpomatis, namun

pada sebagian kecil memperlihatkan gejala dan mempunyai kecendrungan untuk menjadi

cacat, khususnya tangan dan kaki.1,2

Epidemiologi

Kusta terdapat di sekitar 120 negara di seluruh dunia,terutama di daerah tropis dan

subtropis dengan hotspot diAfrika Tengah, sebagian Asia dan Brasil. Tujuan WHO adalah

untuk mengurangi (yaitu kurang dari 1kasus terdaftar per 10000 penduduk) penyakit di

seluruh duniapada tahun 2000 belum terpenuhi, namun kejadian ini perlahan-lahan menurun,

dan kurang dari seperempat juta diagnosa barudibuat setiap tahun.

Etiologi

Disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae ditemukan pertama kali oleh sarjana

Norwegia GH Armauer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat gram positif, tidak

bergerak dan tidak berspora, tahan asam, berbentuk batang, dengan ukuran 1-8µ, lebar 0,2-

0,5 µ, bias anya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, basil intraseluler obligat yang

terutama dapat berkembang biak dalam sel Schwann saraf, makrofag kulit, dan tidak dapat

dikultur dalam media buatan. Adanya distribusi lesi yang secara klinik predominan pada

kulit, mukosa hidung, dan saraf perifer superficial menunjukkan pertumbuhan basil ini

Page 3: Case MH

cenderung menyukai temperature kurang dari 37ºC. Masa belah diri kuman ini memerlukan

waktu yang sangat lama dibandingkan dengan kuman lain yaitu 12-21 hari,.Oleh karena itu

masa tunas menjadi lama yaitu rata-rata 2-5 tahun.2

Patogenesis

Meskipun cara masuk M.leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti,

beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa yang tersering ialah melalui kulit yang lecet

pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal. Bila kuman masuk

kedalam tubuh maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan makrofag untuk

memfagositnya.

Pada MH tipe LL terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular, dengan demikian

makrofag tidak mampu menghancurkan kuman sehingga kuman dapat bermultifkasi dengan

bebas yang kemudian dapat merusak jaringan.

Pada MH tipe TT kemampuan fungsi sistem imunitas seluler tinggi, sehingga

makrofag sanggup menghancurkan kuman. Sayangnya setelah semua kuman difagositosis,

makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak aktif dan kadang – kadang

bersatu membentuk sel datia Langhans, bila infeksi ini tidak segera diatasi akan terjadi reaksi

berlebihan dan masa epiteloid akan menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitarnya.

Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M.leprae, disamping itu sel

Schwann berfungsi sebagai demielinisasi dan hanya sedikit fungsinya sebagai fagositosis.

Jadi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel Schwann, kuman dapat bermigrasi dan

beraktivasi. Akibatnya aktifitas regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang

progresif.4

Kontak

Page 4: Case MH

Infeksi non infeksi

Subklinis

95%

sembuh

70%

Intermediate (I)

30 %

Determinate

I TT Ti BT BB BL Li LL

Gambar 1. patogenesis MH

Klasifikasi 2

Klasifikasi umum :

Klasifikasi Madrid

- Intermediet

- Tuberkuloid

- Borderline-dimorphous

- Lepromatosa

Klasifikasi Ridley-jopling

Page 5: Case MH

- Tuberkuloid

- Boderline tuberkuloid

- Mid-borderline

- Borderline lepromatous

- Lepromatosa

Klasifikasi WHO dan Modifikasi WHO

- Pausibasilar (PB)

Hanya MH tipe I, TT dan sebagian besar BT dengan BTA negatif menurut

kriteria Ridley dan Jopling atau tipe I dan T menurut klasifikasi madrid.

- Multibasilar (MB)

Termasuk MH tipe LL, BL, BB dan sebagian BT menurut kriteria Ridley dan

Jopling atau B dan L menurut Madrid dan semua tipe MH dengan BTA

positif.

Tabel 1. perbedaan tipe PB dan MB menurut klasifikasi WHO1

PB MB

1.Lesi kulit (makula yang

datar, papul yang

meninggi, infiltrat, plak

eritem, nodus)

2.Kerusakan saraf

(menyebabkan hilangnya

sensasi/kelemahan otot

yang dipersarafi oleh

1-5 lesi

Hipopigmentasi/eritema

Distribusi tidak simetris

Hilangnya sensasi yang

jelas

Hanya satu cabang

> 5 lesi

Distribusi simetris

Hilangnya sensasi

kurang jelas

Banyak cabang saraf

Page 6: Case MH

saraf yang terkena) saraf

Manifestasi klinis4,5

Manifestasi klinis penyakit MH pada pasien mencerminkan tingkat kekebalan selular

pasien tersebut. Gejala dan keluhannya tergantung pada :

multifikasi dan diseminasi kuman M.leprae

respon imun penderita terhadap kuman M.leprae

komplikasi yang diakibatkan oleh kerusakan saraf perifer.

Ada 3 tanda kardinal, jika salah satunya ada, tanda tersebut telah cukup untuk

menetapkan diagnosis penyakit MH ini.

1. lesi kulit yang anestesi

2. penebalan saraf perifer

3. ditemukan M.leprae (bakteriologis positif)

Adapun klasifikasi yang banyak dipakai dalam bidang penelitian adalah klasifikasi

menurut Ridley dan Jopling yang mengelompokan penyakit MH menjadi 5 kelompok

berdasarkan gambaran klinis, bakteriologis, histopatologis, dan imunologis. 1

1. Tipe Tuberkuloid (TT)

Lesi ini mengenai baik kulit maupun saraf. Lesi kulit bisa satu atau beberapa, dapat

berupa makula atau plakat, batas jelas dan pada bagian tengah dapat ditemukan lesi

yang regrasi atau central healing. Permukaan lesi dapat bersisik dengan tepi yang

meninggi bahkan dapat menyerupai gambaran psoriasis atau tinea sirsinata. Dapat

disertai penebalan saraf perifer yang biasanya teraba, kelemahan otot, dan sedikit rasa

gatal. Adanya infiltrasi tuberkuloid dan tidak adanya kuman merupakan tanda

terdapatnya respon imun pejamu yang adekuat terhadap kuman MH

2. Tipe Boderline Tuberkuloid (BT)

Page 7: Case MH

Lesi pada tipe ini menyerupai tipe TT, yakni berupa makula atau plak yang sering

disertai lesi satelit di tepinya. Jumlah lesi dapat satu atau beberapa, tetapi

hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skuama tidak sejelas tipe tuberkuloid.

Gangguan saraf tidak seberat tipe tuberkuloid, dan biasanya asimetris. Lesi satelit

biasanya ada dan terletak dekat saraf perifer yang menebal.

3. Tipe Mid Borderline (BB)

Merupakan tipe yang paling tidak stabil dari semua tipe dalam spektrum penyakit

MH. Merupakan bentuk dimorfik. Lesi dapat berupa makula infiltratif, permukaan

lesi dapat berkilap, batas lesi kurang jelas dengan jumlah lesi yang melebihi tipe BT

dan cenderung simetris. Lesi sangat bervariasi baik dalam ukuran, bentuk, ataupun

distribusinya. Bisa didapatkan lesi punched out yang merupakan ciri khas tipe ini.

4. Tipe Borderline Lepromatous (BL)

Lesi dimulai dengan makula. Awalnya hanya dalam jumlah sedikit dan dengan cepat

menyebar ke seluruh badan. Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya. Papul

dan nodus lebih tegas dengan distribusi lesi yang hampir simetris dan beberapa nodus

tampaknya melekuk pada bagian tengah. Lesi bagian tengah sering tampak normal

dengan bagian pinggir dalam infiltrat lebih jelas dibandingkan dengan pingir luarnya,

dan beberapa plak tampak seperti punched out. Tanda-tanda kerusakan saraf berupa

kerusakan sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat, dan hilangnya rambut

lebih cepat muncul dibandingkan dengan tipe LL. Penebalan saraf dapat teraba pada

tempat-tempat penebalan saraf.

5. Tipe Lepromatosa (LL)

Jumlah lesi sangat banyak, simetris, permukaan halus, lebih eritematosa, berkilap,

berbatas tidak tegas, dan pada stadium dini tidak ditemukan anestesi dan anhidrosis.

Distribusi lesi khas, yakni di wajah, mengenai dahi, pelipis, dagu, cuping telinga,

Page 8: Case MH

sedangkan di badan mengenai bagian yang dingin, lengan, punggung tangan, dan

permukaan ekstensor tungkai bawah. Pada stadium lanjut terdapat penebalan kulit

yang progresif, cuping telinga menebal, garis muka menjadi kasar, dan cekung

membentuk facies leonina yang dapat disertai dengan madarosis, iritis, keratitis.

Lebih lanjut dapat terjadi deformitas hidung. Dapat dijumpai pembesaran kelenjar

limfe, orkitis yang selanjutnya dapat terjadi atrofi testis. Kerusakan saraf yang luas

menyebabkan gejala stocking and glove anaesthesia. Bila menjadi progresif, muncul

makula dan papula baru sedangkan lesi lama menjadi plakat dan nodus. Pada stadium

lanjut serabut-serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin atau fibrosis yang

menyebabkan anestesi dan pengecilan otot tangan dan kaki.

Tanda – tanda Penyakit Kusta

Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari

penyakit tersebut, yaitu:

Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia

Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar

dan banyak.

Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, auricularis,

magnusserta peroneus.

Kelenjar keringat kurang bekerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.

Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit

Alis rambut rontok

Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leonina (mukasinga).

Page 9: Case MH

Diagnosa Penyakit Kusta

Menyatakan (mendiagnosa seseorang menderita penyakit kusta menimbulkan

berbagai masalah baik bagi penderita, keluarga ataupun masyarakat disekitarnya). Bila ada

keraguan-raguan sedikit saja pada diagnosa, penderita harus berada dibawah pengamatan

hingga timbul gejala-gejala yang jelas, yang mendukung bahwa penyakit itu benar-benar

kusta. Diagnosa kusta dan klasifikasi harus dilihat secara menyeluruh dari segi :

a. Klinis

b. Bakteriologis

c. Immunologis

d. Histopatologis

Namun untuk diagnosis kusta di lapangan cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan

klinis. Bila ada keraguan dan fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan

bakteriologis. Kerokan dengan pisau scalpel dari kulit, selaput lender hidung bawah atau dari

biopsi cuping telinga, dibuat sediaan mikrokopis padagelas alas dan diwarnai dengan teknis

Ziehl Neelsen. Biopsi kulit atau saraf yang menebal memberikan gambaran histologis yang

khas. Tes-tes serologic bukan treponema untuk sifilis sering menghasilkan positif palsu pada

lepra.

Page 10: Case MH

Pemeriksaan penunjang:

1. Pemeriksaan bakterioskopik

Pemeriksaan BTA dengan Ziehl-Nielsen

Bahan pemeriksaan diambil dari 4-6 tempat, yaitu kedua cuping telinga bagian bawah

dan 2 atau 4 lesi lain yang paling aktif berarti yang paling eritematosa dan paling

infiltratif.

Indeks Morfologi

Untuk menentukan persentasi BTA hidup atau mati

Rumus:

Jumlah BTA solid x 100 % = X %

Jumlah BTA solid + non solid

Guna: Untuk melihat keberhasilan terapi

Untuk melihat resistensi kuman BTA

Untuk melihat infeksiositas penyakit

Indeks Bakteri

UntukmenentukanklasifikasipenyakitLepra, denganmelihatkepadatan BTA

tanpamelihatkumanhidup (solid) ataumati (fragmented/ granular).

0 BTA -

1 – 10/ 100 L.P +1

1 – 10/ 10 L.P +2

1 – 10/ 1 L.P +3

10 – 100/ 1 L.P +4

100 – 1000/ 1 L.P +5

> 1000/ 1 L.P + 6

2. Pemeriksaan histopatologik

Untuk membedakan tipe TT & LL

Page 11: Case MH

• Pada tipe TT à ditemukan Tuberkel (Giant cell, limfosit)

• Pada tipe LL à ditemukan sel busa (Virchow cell/ sel lepra) yi histiosit dimana di

dalamnya BTA tidak mati, tapi berkembang biak membentuk gelembung. Ditemukan

lini tenang (subepidermal clear zone).

3. Pemeriksaan serologik

• Tes ELISA

• Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Partikel Aglutination)

• ML dipstick

Pengobatan5

Paket terapi multiobat (MDT/Multi Drug Therapy)

Sampai pengembangan dapson, rifampin, dan klofazimin pada 1940an, tidak ada

pengobatan yang efektif untuk kusta. Namun, dapson hanyalah obat bakterisidal (pembasmi

bakteri) yang lemah terhadap M. leprae. Penggunaan tunggal dapson menyebabkan populasi

bakteri menjadi kebal. Pada 1960an, dapson tidak digunakan lagi.

Pencarian terhadap obat anti kusta yang lebih baik dari dapson, akhirnya menemukan

klofazimin dan rifampisin pada 1960an dan 1970an.Kemudian, Shantaram Yawalkar dan

rekannya merumuskan terapi kombinasi dengan rifampisin dan dapson, untuk mengakali

kekebalan bakteri. Terapi multiobat dan kombinasi tiga obat di atas pertama kali

direkomendasi oleh Panitia Ahli WHO pada 1981. Cara ini menjadi standar pengobatan

multiobat. Tiga obat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal untuk mencegah kekebalan

atau resistensi bakteri.

Terapi di atas lumayan mahal, maka dari itu cukup sulit untuk masuk ke negara yang

endemik. Pada 1985, kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di 122 negara. Pada

Pertemuan Kesehatan Dunia ke-44 di Jenewa, 1991, menelurkan sebuah resolusi untuk

Page 12: Case MH

menghapus kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2000, dan berusaha

untuk ditekan menjadi 1 kasus per 100.000. WHO diberikan mandat untuk mengembangkan

strategi penghapusan kusta.

Kelompok Kerja WHO melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1993 dan

merekomendasikan dua tipe terapi multiobat standar. Yang pertama adalah pengobatan

selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofazimin, dan dapson. Yang

kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson.

Reaksi Kusta

Reaksi kusta : suatu keadaan gejala dan tanda radang akut lesi penderita kusta yang terjadi

dalam perjalanan penyakitnya, yang diduga disebabkan hipersensitivitas akut terhadap Ag

basil yang menimbulkan gangguan keseimbangan imunitas yang telah ada. Ada dua tipe

reaksi berdasarkan hipersensitivitas yang menyebabkannya ;

1.   Tipe 1       : disebabkanolehhipersensitivitasseluler (Reversal Reaction)

2.  Tipe 2 : disebabkanolehhipersensitivitas humoral(Eritema Leprosum Nodosum)

Page 13: Case MH

Manifestasi / gambaranklinisreaksikusta:

REAKSI TIPE 1

Organ yang diserang

Reaksi ringan Reaksi berat

Kulit Lesi kulit yang telah ada dan menjadi eritematosa.

Lesi yang telah ada menjadi eritematosa, timbul lesi baru yang kadang-kadang disertai panas dan malaise

Saraf Membesar, tidak nyeri fungsi tidak terganggu, berlangsung kurang dari 6 rainggu.

Membesar, nyeri, fungsi terganggu, berlangsung lebih dari 6 minggu.

Kulit dan saraf bersama-sama

Lesi yang telah ada menjadi lebih eritematosa, nyeri pada saraf berlangsung kurang dari 6 minggu.

Lesi kulit yang eritematosa disertai ulserasi atau edem pada tangan / kaki. Saraf membesar, nyeri, dan fungsinya terganggu, Berlangsung sampai 6 minggu atau lebih.

REAKSI TIPE 2

Organ             yang diserang

Reaksi ringan Reaksi berat

Kulit Timbul    sedikit   nodus yang beberapa   diantaranya   terjadi ulserasi. Disertai demam ringan dan malaise.

Banyak nodus yang nyeri dan mengalamt    ulserasi    disertai demam tinggi dan malaise.

Saraf Saraf membesar  tetapi  nyeri dan fungsinya tidak terganggu.

Saraf membesar,   nyeri,   dan fungsinya terganggu.

Mata Tidak ada gangguan Nyeri, penumnan  visus,  dan merah di sekitar limbus.

Testis Lunak, tidak nyeri. Lunak, nyeri, dan membesar.

Kulit,   sarafj   mata, dan testis bersama-sama

Gejalanya     seperti     tersebut diatas.

Gejalanya    seperti     tersebut diatas disertai keadaan  sakit yang  keras  dan   nyeri   yang sangat.

BAB II

ILUSTRASI KASUS

Page 14: Case MH

IDENTITAS PASIEN :

Nama : Tn. A

Umur : 64 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani Gambir (berhenti sejak 2 tahun yang lalu)

Status : Sudah menikah

Alamat : Sawah Baliak Laweh, Kec. Bungo Tanjuang

Agama : Islam

Suku : Minangkabau

Tanggal Pemeriksaan : 10 Oktober 2015

Nomor HP : 082285106002

Seorang pasien laki-laki berumur 64 tahun datang dengan:

KELUHAN UTAMA:

Tukak yang tidak sembuh-sembuh pada telapak kaki kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:

- Tukak yang tidak sembuh-sembuh pada telapak kaki kanan dan kiri sejak 2 tahun

yang lalu. Keluhan ini diawali dengan kesemutan dan mati rasa pada kedua kaki sejak

3 tahun yang lalu, kemudian diikuti dengan retak-retak pada kaki pasien, hingga

akhirnya muncul tukak pertama kali pada telapak kaki kanan dan kemudian muncul

tukak di telapak kaki kiri pasien.

- Kesemutan dan mati rasa mula-mula dirasakan pada tangan kanan sejak 3 tahun yang

lalu, kemudian meluas ke tangan kiri, kaki kanan, dan kaki kiri.

- Keluarga pasien juga mengeluhkan pasien sering tidak sadar jika sendalnya terlepas

ketika menaiki sepeda motor.

- Keluhan kesemutan dan mati rasa ini diawali dengan munculnya bercak-bercak putih

yang semakin lama semakin meluas sejak 4 tahun yang lalu. Bercak-bercak putih

tersebut awalnya muncul di bagian punggung lalu semakin lama semakin meluas

hingga ke pinggang kiri dan kanan, dada, leher, lengan atas kanan, dan lengan atas

Page 15: Case MH

kiri.

- Bercak-bercak putih tersebut disertai rasa gatal yang tidak hilang dengan garukan

kuku dan baru hilang setelah pasien menggaruknya sampai berdarah. Gatal terutama

dirasakan pada malam hari dan saat pasien berkeringat.

- Riwayat alis mata rontok ada sejak 2 tahun yang lalu.

- Riwayat rambut dan bulu mata rontok tidak ada.

- Riwayat kelopak mata tidak dapat menutup sempurna dan mata kering tidak ada.

- Riwayat penglihatan berkurang ada sejak 1 tahun yang lalu.

- Pasien mandi 2x sehari dan ganti baju 2x sehari.

- Riwayat kontak dengan penderita bercak-bercak putih mati rasa ada, yaitu tetangga

pasien.

- Riwayat kontak dengan penderita jari kaki dan tangan bengkok/buntung ada, tetangga

pasien.

- Riwayat kontak dengan orang yang minum obat paket ada, tetangga pasien.

- Riwayat demam yang disertai bentol-bentol merah yang nyeri di kulit tidak ada.

- Riwayat nyeri sendi tidak ada.

- Penurunan berat badan ada, tetapi pasien tidak tahu berapa kg penurunannya.

- Riwayat mendapat pengobatan jangka lama tidak ada.

- Pasien lahir dan tinggal di Nenan selama 18 tahun dan pindah ke Pekanbaru selama 1

tahun, kemudian pindah ke Maek pada tahun 1970 dan tinggal di Maek hingga

sekarang.

RIWAYAT PENGOBATAN:

- Pasien pernah berobat ke Puskesmas dan diberi kapsul warna hijau dan putih untuk

pengobatan tukak pada telapak kakinya, yang telah dikonsumsinya selama 2 tahun.

kapsul diminum 1x sehari, dan masih dikonsumsi hingga sekarang. Akan tetapi, tukak

pada telapak kaki pasien tidak kunjung sembuh setelah mengkonsumsi obat kapsul

tersebut.

- Pasien juga mengoleskan propolis® pada tukak di telapak kakinya tersebut. Pasien

mengoleskannya 2x sehari, dan sudah menggunakannya selama 3 bulam, akan tetapi,

tukak pada telapak kaki pasien tidak kunjung sembuh setelah mengkonsumsi obat

kapsul tersebut.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:

Page 16: Case MH

- Pasien tidak pernah menderita bercak-bercak putih yang disertai hilang rasa

sebelumnya.

- Pasien dikenal menderita penyakit DM sejak Desember 2014, dan tidak melakukan

kontrol secara teratur.

- Riwayat menderita batuk-batuk disangkal.

- Riwayat hipertensi disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA/ ATOPI / ALERGI:

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita bercak-bercak putih yang disertai hilang

rasa.

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan berupa pemendekan, kaku,

bengkok, ataupun buntung pada jari-jari tangan dan kaki.

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita luka/ulkus yang tidak sembuh-sembuh.

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita batuk-batuk lama.

- Riwayat bersin-bersin pada pagi hari tidak ada.

- Riwayat asma tidak ada.

- Riwayat alergi makanan tidak ada.

- Riwayat alergi obat tidak ada.

- Riwayat serbuk sari atau debu tidak ada.

- Riwayat mata merah, berarir, dan gatal tidak ada.

- Riwayat biring susu tidak ada.

- Riwayat galigato tidak ada.

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI, PEKERJAAN DAN LINGKUNGAN:

- Pasien lahir di Nenan, dan pindah ke Pekanbaru pada usia 18 tahun. Setelah 1 tahun

tinggal di Pekanbaru, pasien pindah ke Maek, dan menetap di Maek sampai sekarang.

- Pasien sudah menikah, memiliki 1 orang istri, 4 orang anak (1 laki-laki dan 3

perempuan), serta 6 orang cucu (3 laki-laki dan 3 perempuan).

- Pasien tinggal di rumah berukuran ± 10 x 8 m, lantai rumah semen, dinding tembok,

atap seng. Jumlah kamar 3, ventilasi dan pencahayaan kurang.

- Jamban di luar rumah, sumber air dari sumur.

- Pasien tinggal di rumah berdua bersama istrinya.

- Pasien adalah seorang petani gambir di Maek, dan sudah berhenti bekerja sejak 2

tahun yang lalu.

Page 17: Case MH

- Istri pasien bekerja sebagai petani dan peternak ayam dengan penghasilan ± Rp

500.000 per bulan.

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALISATA:

Keadaan Umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : komposmentis kooperatif

Status gizi : BB = 60 kg

TB = 162 cm

BMI = 22,86 kg/m2

Kesan = Normoweight

Frekuensi nadi : diharapkan dalam batas normal

Frekuensi nafas : diharapkan dalam batas normal

Tekanan darah : diharapkan dalam batas normal

Suhu : diharapkan dalam batas normal

Rambut : tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

lagoftalmus tidak ada, madarosis tidak ada

Hidung : tidak ada deformitas

Pemeriksaan thorak : diharapkan dalam batas normal

Pemeriksaan abdomen : diharapkan dalam batas normal

Ekstremitas : tidak ditemukan kelainan

Kelenjar getah bening : diharapkan tidak terdapat perbesaran kgb

STATUS DERMATOLOGIKUS:

- Lokasi : dada, lengan atas kanan, lengan atas kiri, leher samping kiri, leher

samping kanan, leher belakang, punggung, pinggang kiri, pinggang

kanan, kaki kiri, dan kaki kanan.

- Distribusi : terlokalisir

- Bentuk : khas, tidak khas

- Susunan : tidak khas

Page 18: Case MH

- Batas : tegas, tidak tegas

- Ukuran : lentikuler sampai plakat

- Efloresensi :

a. Makula hipopigmentasi pada dada, lengan atas kanan, lengan atas kiri,

leher samping kiri, leher samping kanan, leher belakang, punggung,

pinggang kiri, pinggang kanan, punggung kaki kiri, dan pergelangan kaki

kiri.

b. Ulkus berukuran 3 cm x 2,5 cm, bentuk tidak khas, tepi tidak rata, dinding

bergaung, dasar jaringan granulasi, jaringan di sekitarnya tidak terdapat

tanda-tanda radang, pada sisi medial telapak kaki kanan.

c. Ulkus berukuran 0,5 cm x 1 cm, bentuk lonjong, tepi rata, dinding tidak

bergaung, dasar jaringan granulasi, jaringan di sekitarnya tidak terdapat

tanda-tanda radang, pada telapak ibu jari kaki kiri.

d. Ulkus berukuran 2 cm x 1 cm, bentuk tidak khas, tepi tidak rata, dinding

bergaung, dasar jaringan granulasi, jaringan di sekitarnya tidak terdapat

tanda-tanda radang, di antara ibu jari kaki kiri dan telunjuk kaki kiri.

e. Likenifikasi pada punggung kaki kiri.

- Jumlah lesi : > 5

Foto Pasien

Page 19: Case MH
Page 20: Case MH
Page 21: Case MH
Page 22: Case MH

Pemeriksaan Sensibilitas:

Rasa raba : anestesi di tangan kanan, tangan kiri, kaki kiri, dan

kaki kanan.

Rasa nyeri : anestesi di tangan kanan, tangan kiri, kaki kiri, dan

kaki kanan.

Rasa suhu : diharapkan terdapat anestesi di tangan kanan,

tangan kiri, kaki kiri, dan kaki kanan..

Pembesaran Saraf Perifer:

Nervus Kanan Kiri

N. aurikularis

magnus

tidak ada pembesaran dan

tidak nyeri

tidak ada pembesaran dan

tidak nyeri

N. Ulnaris terdapat pembesaran dan

nyeri

terdapat pembesaran dan

nyeri

N. peroneus komunis tidak ada pembesaran dan

tidak nyeri

tidak ada pembesaran dan

tidak nyeri

N. tibialis posterior tidak ada pembesaran dan

tidak nyeri

tidak ada pembesaran dan

tidak nyeri

Pemeriksaan Kekuatan Otot:

Musculus Kanan Kiri

M. Orbicularis oculi Kuat Kuat

M. Abductor digiti

minimi

Lemah Lemah

M. Interoseus dorsalis Kuat Kuat

M. Abductor policis

brevis

Kuat Kuat

M. Tibialis anterior Lemah Lemah

Pemeriksaan Saraf Otonom:

Anhidrosis : diharapkan tinta lebih tebal pada kulit normal.

Page 23: Case MH

Pemeriksaan kecacatan:

Kontraktur : ada, pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri

Mutilasi : tidak ada

Atrofi otot : tidak ada

Xerosis kutis : tidak ada

Absorbsi : tidak ada

Ulkus trofik : ada

Madarosis : ada

Lagoftalmus : tidak ada

Claw hand : tidak ada

Wrist drop : tidak ada

Dropped foot : tidak ada

Facies leonina : tidak ada

Status Venereologikus : diharapkan tidak ada kelainan

Kelainan selaput : Tidak ditemukan kelainan

Kelainan kuku :

- Lokasi : seluruh kuku jari kaki kanan, kuku jari I

kaki kiri, dan kuku III kaki kiri.

- Efloresensi : onycodistrofi (+), warna kuku kekuningan,

jaringan di sekitar kuku tidak terdapat tanda-

tanda peradangan.

Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan

RESUME:

- Tukak yang tidak sembuh-sembuh pada telapak kaki kanan dan kiri sejak 2

tahun yang lalu. Keluhan ini diawali dengan kesemutan dan mati rasa pada

kedua kaki sejak 3 tahun yang lalu, kemudian diikuti dengan retak-retak

pada kaki pasien, hingga akhirnya muncul tukak pertama kali pada telapak

kaki kanan dan kemudian muncul tukak di telapak kaki kiri pasien.

- Kesemutan dan mati rasa mula-mula dirasakan pada tangan kanan sejak 3

tahun yang lalu, kemudian meluas ke tangan kiri, kaki kanan, dan kaki kiri.

Page 24: Case MH

- Keluarga pasien juga mengeluhkan pasien sering tidak sadar jika

sendalnya terlepas ketika menaiki sepeda motor.

- Keluhan kesemutan dan mati rasa ini diawali dengan munculnya bercak-

bercak putih yang semakin lama semakin meluas sejak 4 tahun yang lalu.

Bercak-bercak putih tersebut awalnya muncul di bagian punggung lalu

semakin lama semakin meluas hingga ke pinggang kiri dan kanan, dada,

leher, lengan atas kanan, dan lengan atas kiri.

- Bercak-bercak putih tersebut disertai rasa gatal yang tidak hilang dengan

garukan kuku dan baru hilang setelah pasien menggaruknya sampai

berdarah. Gatal terutama dirasakan pada malam hari dan saat pasien

berkeringat.

- Riwayat alis mata rontok ada sejak 2 tahun yang lalu.

- Riwayat penglihatan berkurang ada sejak 1 tahun yang lalu.

- Riwayat kontak dengan penderita bercak-bercak putih mati rasa ada.

- Riwayat kontak dengan penderita jari kaki dan tangan bengkok/buntung

ada.

- Riwayat kontak dengan orang yang minum obat paket ada.

- Riwayat nyeri sendi ada.

- Penurunan berat badan ada, tetapi pasien tidak tahu berapa kg

penurunannya.

- Pasien pernah berobat ke Puskesmas dan diberi kapsul warna hijau dan

putih untuk pengobatan tukak pada telapak kakinya, yang telah

dikonsumsinya selama 2 tahun. kapsul diminum 1x sehari, dan masih

dikonsumsi hingga sekarang. Akan tetapi, tukak pada telapak kaki pasien

tidak kunjung sembuh setelah mengkonsumsi obat kapsul tersebut.

- Pasien juga mengoleskan propolis® pada tukak di telapak kakinya

tersebut. Pasien mengoleskannya 2x sehari, dan sudah menggunakannya

selama 3 bulam, akan tetapi, tukak pada telapak kaki pasien tidak kunjung

sembuh setelah mengkonsumsi obat kapsul tersebut.

- Pasien lahir di Nenan, dan pindah ke Pekanbaru pada usia 18 tahun.

Setelah 1 tahun tinggal di Pekanbaru, pasien pindah ke Maek, dan menetap

di Maek sampai sekarang.

Page 25: Case MH

- Pasien sudah menikah, memiliki 1 orang istri, 4 orang anak (1 laki-laki dan

3 perempuan), serta 6 orang cucu (3 laki-laki dan 3 perempuan).

- Pasien tinggal di rumah berukuran ± 10 x 8 m, lantai rumah semen,

dinding tembok, atap seng. Jumlah kamar 3, ventilasi dan pencahayaan

kurang.

- Jamban di luar rumah, sumber air dari sumur.

- Pasien tinggal di rumah berdua bersama istrinya.

- Pasien adalah seorang petani gambir di Maek, dan sudah berhenti bekerja

sejak 2 tahun yang lalu.

- Istri pasien bekerja sebagai petani dan peternak ayam dengan penghasilan

± Rp 500.000 per bulan.

- Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi pada dada, lengan atas kanan,

lengan atas kiri, leher samping kiri, leher samping kanan, leher belakang,

punggung, pinggang kiri, dan pinggang kanan dengan distribusi

terlokalisir, bentuk khas dan tidak khas, susunan tidak khas, batas tegas

dan tidak tegas, ukuran lentikular sampai plakat, dan efloresensi berupa

makula hipopigmentasi. Jumlah > 5.

- Ditemukan ulkus berukuran 3 cm x 2,5 cm, bentuk tidak khas tepi tidak

rata, dinding bergaung, dasar jaringan granulasi, jaringan di sekitarnya

tidak terdapat tanda-tanda radang, pada sisi medial telapak kaki kanan.

- Ditemukan ulkus berukuran 0,5 cm x 1 cm, tepi rata, bentuk lonjong,

dinding tidak bergaung, dasar jaringan granulasi, jaringan di sekitarnya

tidak terdapat tanda-tanda radang, pada telapak ibu jari kaki kiri.

- Ditemukan ulkus berukuran 2 cm x 1 cm, bentuk tidak khas tepi tidak rata,

dinding bergaung, dasar jaringan granulasi, jaringan di sekitarnya tidak

terdapat tanda-tanda radang, di antara ibu jari kaki kiri dan telunjuk kaki

kiri.

- Likenifikasi pada punggung kaki kiri.

- Ditemukan onicodystrophy dan warna kuku kekuningan dengan jaringan

di sekitar kuku tidak terdapat tanda-tanda peradangan pada seluruh kuku

jari kaki kanan, kuku I kaki kiri, dan kuku III kaki kiri.

- Dari pemeriksaan sensibilitas raba dan nyeri, didapatkan anestesi pada

Page 26: Case MH

tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, dan kaki kiri.

- Didapatkan pembesaran dan nyeri tekan pada n. ulnaris kiri dan kanan.

- Dari pemeriksaan kekuatan otot didapatkan kelemahan pada m. abductor

digiti minimi kiri dan kanan serta m. tibialis anterior kiri dan kanan.

- Ditemukan kontraktur pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri, serta

ulkus trofik.

DIAGNOSIS KERJA:

Morbus Hansen tipe LL + kecacatan derajat I

DIAGNOSIS BANDING:

Morbus Hansen tipe BL

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN RUTIN:

Pemeriksaan BTA:

Pewarnaan Ziehl Neelsen: dari cuping telinga dextra (-), dari cuping telinga

sinistra (-)

Hasil: Didapatkan BTA (-)

PEMERIKSAAN ANJURAN:

Pemeriksaan histopatologik

Pemeriksaan serologik

Lepromin test

DIAGNOSIS:

Morbus Hansen tipe LL + Kecacatan Derajat I

TERAPI

Umum:

Page 27: Case MH

• Menjelasan mengenai penyakit (penyebab, penularan dan komplikasi) dan

pengobatan pada pasien dan keluarga, serta kontrol rutin tiap bulan ke

Puskesmas, berobat teratur sampai dinyatakan sembuh.

• Menjelaskan pada pasien bahwa daerah yang mati rasa merupakan tempat

risiko terjadinya luka, dan luka merupakan tempat masuknya kuman

sehingga hindari luka dengan cara memakai alas kaki saat bepergian.

• Menjelaskan pada pasien bahwa efek samping obat menyebabkan warna

buang air kecil berwarna merah, mata menjadi kuning, warna kulit

menjadi merah kecokelatan sehingga pasien tidak perlu khawatir.

• Memberitahu pada pasien jika terdapat efek samping obat seperti nyeri

perut, mual muntah, berat badan yang menurun drastis dalam waktu

singkat segera kembali ke Puskesmas untuk mendapat penanganan

selanjutnya.

• Jika penyakit bertambah parah segera kembali ke Puskesmas.

Khusus:

hari 1 : Rifampisin 600 mg (2 x 300 mg)

Klofazimin 300 mg (3 x 100 mg)

Dapson 100 mg

hari 2-28 : Klofazimin 50 mg/hari

Dapson 100 mg/hari

Diberikan sebanyak 12 paket. Setiap bulannya diberikan 1 paket.

PROGNOSIS:

Quo Ad Sanam : dubia ad bonam

Quo Ad Vitam : dubia ad bonam

Quo Ad Kosmetikum : dubia ad malam

Quo Ad Functionam : dubia ad malam

Page 28: Case MH

BAB III

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berusia 64 tahun datang ke dengan keluhan tukak yang

tidak sembuh-sembuh pada telapak kaki kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu.

Berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik, diagnosis yang mungkin

ditegakkan adalah morbus Hansen tipe LL. Berdasarkan teori, lesi morbus Hansen

tipe LL dapat berupa makula, infiltrat difus, papul, ataupun nodus, dengan jumlah

yang tidak terhitung, dan distribusi simetris. Permukaan lesi halus berkilat, batas

tidak jelas, dan anesthesia tidak ada sampai tidak jelas. Pada pasien ini ditemukan

lesi pada dada, lengan atas kanan, lengan atas kiri, leher samping kiri, leher

samping kanan, leher belakang, punggung, pinggang kiri, dan pinggang kanan

dengan distribusi terlokalisir, bentuk khas dan tidak khas, susunan tidak khas,

batas tegas dan tidak tegas, ukuran lentikular sampai plakat, dan efloresensi

berupa makula hipopigmentasi, dengan jumlah sangat banyak (>5). Pada pasien

ini juga didapatkan anestesi pada kedua tangan dan kakinya (stocking gloves

anesthesia) yang merupakan tanda khas pada morbus Hansen tipe LL. Selain itu,

juga didapatkan pembesaran dan nyeri tekan pada n. ulnaris kiri dan kanan,

kelemahan pada m. abductor digiti minimi kiri dan kanan, serta m. tibialis anterior

kiri dan kanan, yang artinya telah terjadi penekanan dan pendesakan jaringan

sekitar oleh granuloma yang terbentuk sebagai reaksi terhadap M. leprae

(deformitas primer). Pada pasien juga ditemukan kontraktur pada sendi

pergelangan kaki kanan dan kiri serta ulkus di telapak kaki kanan dan kirinya,

yang merupakan deformitas sekunder yang terjadi akibat deformitas primer

(terutama kerusakan saraf).

Berdasarkan pemeriksaan BTA

Untuk penatalaksaan pasien

Page 29: Case MH

DAFTAR PUSTAKA

1. Kosasih A, dkk. 2007. Kusta dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI. Hal 73-88

2. Wolff, Klaus.Richard Allen Johnson.Arturo P. Saavedra. 2013. Leprosy dalam Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis Of Clinical Dermatology Seventh Edition. . New York: Mc Graw Hill. Hal 569-574.

3. James, William D. Timothy G. Berger. Dirk M Elston. Isaac M Neuhaus. 2011. Hansen’s disease dalam Andrews’ Diseases ofthe SkinClinical Dermatology. Philadelphia : Elsevier.

4. Delphine J. Lee, Thomas H. Rea, &Robert L. Modlin. 2012. Leprosy dalam Fitzpatrick’sDermatology inGeneral MedicineEighth Edition. New York: Mc Graw Hill. Hal 2253-2263

5. Siregar Prof Dr RS, SpKK. 2002. Kusta (Lepra) dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC. Hal 154-163