case labiokhisis
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
1/35
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 5 bulan
Alamat : Ciwedus RT 10 RW 02, Cilegon-Banten
Agama : Islam
Masuk RS : 11 Juni 2013
Ruang : Aster
II. ANAMNESIS
Diambil dari : Allo anamnesis
Tanggal : 12 Juni 2013
Keluhan utama :
Bibir sudah sumbing sejak lahir
Riwayat penyakit sekarang :
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
2/35
Pasien seorang laki-laki berusia 5 bulan dikeluhkan bibir sumbing pada bagian atas
sebelah kiri sejak lahir. lima bulan yang lalu (SMRS) pasien dilahirkan dari seorang Ibu yang
berumur 28 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir anaknya sangat
mengganggu asupan ASI yang diberikan. Tidak ada keluhan demam, batuk , dan sesak napas.
Buang air besar dan buang air kecil normal.
Riwayat ANC:
o Ibu pasien mengaku pasien adalah anak ketiga dan sebelumnya tidak pernah
keguguran .
o Selama masa kehamilan ibu pasien mengaku riwayat konsumsi minuman beralkohol
(-), merokok (-), narkotika (-), konsumsi obat dalam jangka waktu lama (-), jamu-
jamuan (-), rontgen (-).
o
Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-),kencing manis (-), tekanan darah tinggi (-), riwayat penyakit kelamin (-), riwayat
pemakaian KB hormonal (-).
o Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di puskesmas. Selama kontrol
kehamilannya ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan
(kelainan letak janin (-), gemeli (-), perdarahan pervaginam (-), hiperemesis
gravidarum (-), anemia dalam kehamilan (-), panggul sempit (-) dan biasa
mendapatkan vitamin dari puskesmas.
o Pola makan ibu pasien selama kehahilan: makan 3-4x/hari, 1x makan habis 1 piring
nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Ibu pasien juga mengkonsumsi buah-buahan.
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
3/35
Riwayat persalinan:
Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu oleh bidan di Puskesmas.
Pasien lahir per vaginam. Pasien lahir dengan berat 3 kilo gram, cukup bulan dengan
kelainan bawaan bibir sumbing(+), kelainan lain (-).
Riwayat tumbuh kembang:
Perkembangan nomal,tetapi pasien belum bisa mengucapkan kata.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Asma (-), penyakit kuning (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Orang tua pasien mengaku terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang
sama yaitu pada anak pertamanya, namun tidak ada anggota keluarga baik dari
keturunan ibu ataupun ayah pasien yang pernah menderita bibir sumbing.
Riwayat Alergi :
Pasien disangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
Riwayat sosial:
Ibu pasien berumur 28 tahun dan ayah pasien berumur 27 tahun. Pekerjan kedua orang
tua pasien adalah petani dengan penghasilan yang tak tentu.
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
4/35
III.1 PEMERIKSAAN TANDA VITAL
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : - mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 32 x/menit
Suhu : 36oC
BB : 6,8 kg
III.2 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik umum :
1. Kepala Leher
- Kepala : Normochepali, deformitas (-)
- Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterus -/-, pupil isokor diameter
2 mm/2mm, refleks pupil (+/+)
- THT :
- Telinga: bentuk telinga kanan/kiri normal, infeksi telinga -/-
- Hidung: deviasi ( -), deformitas os nasal (-).
- Mulut: labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah nares
anterior sinistra, celah palatum durum (-)
- Leher : massa (-), tidak terdapat pembesaran KGB
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
5/35
2. Thoraks Kardiovaskuler
- Inspeksi : tampak pergerakan dinding thoraks simetris, retraksi (-), iktus kordis
tidak tampak.
-Palpasi : Teraba pergerakan dinding thorak simetris,
- Perkusi :
Paru : sonor pada daerah dinding thorak sinistra dan dekstra
Jantung : pekak dengan batas kanan atas ICS II parasternalis dekstra, batas kiri
atas pada ICS II parasternalis sinistra, batas kiri bawah pada ICS V midclavicular
line.
- Auskultasi :
Jantung : suara jantung S1 S2 reguler tunggal, murmur -/-, gallop -/-.
Paru : Suara napas terdengar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
3. Abdomen
- Inspeksi : kulit tampak normal, dinding abdomen tidak tampak distensi, tidak
terdapat jaringan sikatrik, tidak tampak massa.
- Auskultasi : terdengar bising usus pada semua lapang abdomen.
- Perkusi : timpani pada semua lapang abdomen
- Palpasi : dinding perut supel, nyeri tekan (-) pada seluruh area abdomen,
4. Urogenital
Suprapubis : massa (-), nyeri tekan (-)
Genitalia : kedua testis (+), kelainan bawaan (-)
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
6/35
5. Anal perianal
Anus (+)
6. Ekstrimitas atas Axilla
- Inspeksi : Edema -/-, deformitas -/-
- Palpasi : nyeri tekan (-) motorik dan sensibilitas baik
Pembesaran KGB -/-
7. Ekstrimitas bawah
- Inspeksi : Edema -/-, deformitas -/-
- Palpasi : nyeri tekan (-) motorik baik
III.3 STATUS LOKALIS a/r LABIUM SUPERIOR SINISTRA
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
7/35
IV. LABORATORIUM
Hb : 12,3 g/dl
Ht : 37,6 %
Leukosit : 9.320 /ul
Trombosit : 591.000 /ul
GDS : 90 mg/dl
SGOT : 38 u/l
SGPT : 23 u/l
Ureum : 4 mg/dl
Kreatinin : 0,4 mg/dl
HbsAg : Non reaktif
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
8/35
V. RESUME
Pasien seorang laki-laki berusia 5 bulan dikeluhkan bibir sumbing pada bagian bibir atas
sebelah kiri sejak lahir. lima bulan yang lalu (SMRS) pasien dilahirkan dari seorang Ibu yang
berumur 28 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir anaknya sangat
mengganggu asupan ASI yang diberikan. Tidak ada keluhan demam, batuk , dan sesak napas.
Buang air besar dan buang air kecil normal.
Ibu pasien mengaku selama kehamilan rutin kontrol kehamilan di puskesmas. Selama
kontrol kehamilan tidak pernah ditemukan adanya kelainan dan biasa mendapatkan vitamin
dari puskesmas. Namun ibu pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi vitamin-vitamin
tersebut dengan alasan tidak berani minum obat. Kebiasaan ini tetap dilakukan ibu pasien
sampai pasien lahir.
Ibu Pasien mengaku selama kehamilan pola makan baik, makan 3-4x/hari, 1x makan
habis 1 piring nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Pasien pun menyangkal riwayat konsumsi
minuman beralkohol, merokok , narkotika, konsumsi obat dalam jangka waktu lama, jamu-
jamuan, dan rontgen.
Ibu pasien juga mengaku terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang samayaitu pada anak pertamanya, namun tidak ada anggota keluarga baik dari keturunan ibu ataupun
ayah pasien yang pernah menderita bibir sumbing.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Labioschisis unilateral sinistra incomplete
VII. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Palatoskisis
Labiognatopalatoskisis
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
9/35
Meloskisis
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pre op
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap Rontgen
IX. RENCANA TRAPI
- Labioplasty
X. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
10/35
XI. FOLLOW UP
Tanggal 12 Juni 2013
TD = - mmHg R = 26x/menit
N = 92 x/menit S= 36oC
S/ Terdapat celah pada bibir bagian atas, rewel (-), puasa (+)
O/ Keadaan umum = Sakit sedang
Kesadaran = Compos mentis
Status Generalis = dalam batas normal
Status lokalis a/r labium superior sinistra
Inspeksi : terdapat celah pada bibir bagian atas sejak lahir, ukuran 2 cm.
A/ Pre OP labioschizis
Tanggal 13 Juni 2013
S/ Rewel (+), nyer pada bagian lika post op.
O/ Keadaan umum = Sakit sedang
Kesadaran = Compos mentis
TD = - mmHg R= 26 x/menit
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
11/35
N = 90 x/menit S= 36,7oC
Status lokalis a/r labium superior sinistra
Inspeksi : tampak luka post op tertutup verban, rembesan darah ( - )
Palpasi : nyeri tekan ( + ).
A/ Post op Labioplasty e.c labioschizis hari 1
P/
IVFD RL asnet
Cefotaxime inj 2 x 300 g
Parasetamol oral syr 3 x 1 cth
Tanggal 14 Juni 2013
S/ Rewel (+), nyer pada bagian lika post op.
O/ Keadaan umum = baik
Kesadaran = Compos mentis
TD = - mmHg R= 26 x/menit
N = 95 x/menit S= 37oC
Status lokalis a/r labium superior sinistra
Inspeksi : tampak luka post op tertutup verban, rembesan darah ( - )
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
12/35
Palpasi : nyeri tekan ( + ).
A/ Post op Labioplasty e.c labioschizis hari 2
P/ BLPL
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
13/35
TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Labioschisis atau biasa disebut bibir sumbing adalah cacat bawaan yang menjadi
masalah tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status sosial ekonomi
yang lemah. Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan malah dibiarkan sampai dewasa.1
FoghAndersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000
kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di
Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000
penduduk di Jepang.2
Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui. Hidayat dan kawan kawan di
propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi
pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di
antara 3 juta penduduk. Etiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktor. Selain
faktor genetik juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya bibir sumbing dan celah langit-langit adalah usia ibu waktu
melahirkan, perkawinan antara penderita bibir sumbing, defisiensi Zn waktu hamil dan
defisiensi vitamin B6.1
Bayi yang terlahir dengan labioschisis harus ditangani oleh klinisi dari multidisiplin
dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif dari berbagai aspek
multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang sumbing, masih ada masalah lain
yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial.
Masalah-masalah ini sama pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada akhirnya hasil
fungsional yang baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh masalah-masalah
tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang komprehensif dapat diberikan,
dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja.
Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan mengganggu pada
waktu menyususui dan akan mempengaruhi pertumbuhan normal rahang serta perkembangan
bicara. Penatalaksanaan labioschisis adalah operasi. Bibir sumbing dapat ditutup pada semua
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
14/35
usia, namun waktu yang paling baik adalah bila bayi berumur 10 minggu, berat badan mencapai
10 pon, Hb > 10g%. Dengan demikian umur yang paling baik untuk operasi sekitar 3 bulan.1,5
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan diketahui bahwa alasan
terbanyak anak penderita labioschisis terlambat (berumur antara 5- 15 tahun) untuk dioperasi
adalah keadaan sosial ekonomi yang tidak memadai dan pendidikan orang tua yang masih
kurang.1
BAB II
LABIOSCHISIS
2.1 ANATOMI BIBIR
Menurut The American Joint Committee on Cancer, bibir merupakan bagian dari
cavum oris, mulai dari perbatasan vermilion-kulit dan meliputi seluruh vermilion saja.
Tetapi para ahli bedah menyebutkan bahwa bibir atas meliputi seluruh area dibawah hidung,
kedua lipatan nasolabialis, kemudian intraoral sampai sulcus gingivolabialis, dan bibir
bawah meliputi vermilion, lipatan labiomentalis sampai sulcus gingivolabialis intraoral.
Bibir terdiri dari 3 seksi yaitu kutaneus, vermilion dan mukosa. Bibir bagian atas
disusun 3 unit kosmetik yaitu 2 lateral dan 1 medial. Cupid bow adalah proyeksi ke bawah dari
unit philtrum yang memberi bentuk bibir yang khas. Proyeksi linear tipis yang memberi batas
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
15/35
bibir atas dan bawah secara melingkar pada batas kutaneus dan vermilion disebut white roll.
Bibir bagian bawah memiliki 1 unit kosmetik yaitu pada bagian mental crease yang
memisahkan bibir dengan dagu. Vermilion merupakan bagian bibir yang paling penting dari
sisi kosmetik. Lapisan sagital bibir dari luar ke dalam yaitu epidermis, dermis, jaringan
subkutaneus, m.orbicularis oris, submukosa dan mukosa.
Bibir atas yang normal mempunyai otot orbicularis oris utuh, 2 buah philthrum ridge
yang sejajar dan sama panjang dengan di tengahnya terbentuk philthrum dimple. Disamping
itu mempunyai cupid bow, dibagian permukaan mempunyai vermilion yang simetris (milard).
Gambar 1. Anatomi bibir
Vaskularisasi Bibir
Berasal dari a. labialis superior dan inferior, cabang dari a. facialis. Arteri labialis
terletak antara m. orbicularis oris dan submukosa sampai zona transisi vermilion-mukosa.
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
16/35
Inervasi Bibir
Inervasi sensoris bibir atas berasal dari cabang n. cranialis V (n. trigeminus) dan n.
infraorbitalis. Bibir bawah mendapat inervasi sensoris dari n. mentalis. Pengetahuan inervasi
sensoris ini penting untuk melakukan tindakan blok anestesi. Inervasi motorik bibir berasal
dari n. cranialis VII (n. facialis). Ramus buccalis n.facialis meninervasi m. orbicularis oris dan
m. elevator labii. Ramus mandibularis n. facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m.
depressor labii.
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
17/35
Muskulus Bibir
Muskulus utama bibir adalah m. orbicularis oris yang melingkari bibir. Muskulus ini
tidak melekat pada tulang, berfungsi sebagai sfingter rima oris. Dengan gerakan yang
kompleks, muskulus ini berfungsi untuk puckering, menghisap, bersiul, meniup dan
menciptakan ekspresi wajah. Kompetensi oris dikendalikan oleh m. orbicularis oris, dengan
musculus ekspresi wajah lainnya daerah otot ini dikenal dengan istilah modiolus.
1. Muskulus elevator terdiri dari m. levator labii superior alaeque nasi, m. levator labii superior,
m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor dan m. levator anguli oris.
2. Muskulus retraktor bibir atas disusun oleh m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor
dan m. levator anguli oris.
3. Muskulus depresor meliputi m. depresor anguli oris dan m. depresor labii inferior.
Muskulus retraktor bibir bawah terdiri dari m. depresor anguli oris dan m. platysma,
sedangkan m. mentalis berfungsi untuk protrusi bibir.
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
18/35
Gambar 2. Muskulus Bibir
Gambar 3. Anatomi Normal Bibir
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
19/35
2.2 DEFINISI
Labioschisis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya
celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada
bagian bibir yang berwarna samapai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir
memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral, dan jika
celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral.4
Gambar 4. Bayi dengan Labioschisis.
2.3 EMBRIOMORFOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Secara embriologik rangka dan jaringan ikat pada muka (kecuali kulit dan otot),
termasuk palatum, berasal dari sel-sel neural crest di cranial, sel-sel inilah yang memberikan
pola pada pertumbuhan dan perkembangan muka. Pertumbuhan fasial sendiri dimulai sejak
penutupan neuropore (neural tube) pada minggu ke4 masa kehamilan; yang kemudian
dilanjutkan dengan rangkaian proses kompleks berupa migrasi, kematian sel terprogram,
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
20/35
adhesi dan proliferasi sel-sel neural crest.
Ada 3 pusat pertumbuhan fasial, yaitu :
1. Sentra prosensefalik
Bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan lobus frontal otak, tulang
frontal, dorsum nasal dan bagian tengah bibir atas, premaksiladan septum nasal (regiofronto-
nasal).
2. Rombensefalik
Membentuk bagian posterior kepala, lateral muka dan sepertiga muka bagian bawah
(regio latero-posterior). Ada bagian-bagian yang mengalami tumpang tindih (overlap) akibat
impuls-impuls pertumbuhan yang terjadi, disebut diacephalic borders.
3. Diasefalik
Diacephalic borders pertama yaitu sela tursika, orbitadan ala nasi, selanjutnya ke arah
filtrum; danfiltrum merupakan pertanda (landmark) satu-satunya dari diacephalic borders yang
bertahan seumur hidup. Diacephalic borders kedua adalah regio spino-kaudal dan leher.
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
21/35
Gambar 5. Embryo berusia 2 minggu dengan sentra-sentra pertumbuhan : a. sentra prosensefalik
b. sentra diasefalik & c. sentra rombensefalik
Gangguan pada pusat-pusat pertumbuhan maupun rangkaian proses kompleks sel-sel
neural crest menyebabkan malformasi berupa aplasi, hipoplasi dengan atau tanpa displasi,
normoplasi dan hiperplasi dengan atau tanpa displasi. Perkembangan palatum berlangsung
pada minggu ke 4 - 12 kehamilan. Setelah penutupan neuropore (pada minggu ke-4), primary
palate membentuk premaksila (sentra prosensefalik). Rangkaian prosesnya terdiri dari
inisialisasi, proliferasi neural crest dan pertumbuhan mesenkim membentuk prosesus
frontonasal. Secondary palate (90% hard palate dan 10% soft palate) dibentuk dari segmen
lateral (sentra rombensefalik, pada minggu ke-6), yang kemudian akan mengalami fusi dengan
median plane (akhir minggu ke-7).
Palatine shelves mulanya berkembang ke arah bawah, membentuk lidah. Bersamaan
dengan pertumbuhan mandibula, palatine shelves terproyeksi pada bidang horizontal;
mengalami fusi di medial dengan septum nasi (minggu ke 9-10); proses fusi ini membentuk
palatum bagian anterior sampai posterior. Kematian sel epitel (terprogram) di sisi median
memungkinkan proses penyatuan sel-sel mesenkhim pada saat mencapai garis tengah,
membentuk palatum secara utuh. Secara ringkas, rangkaian proses pembentukan secondary
palate terdiri dari pertumbuhan sel mesenkim (proliferasi dan migrasi) dilanjutkan elevasi
palatine shelves, proses fusi yang terdiri dari kontak epitel, epithelial breakdown (programmed
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
22/35
cell death) dilanjutkan oleh penggantian sel-sel mesenkim di garismedian.
Pembentukan bibir atas melalui rangkaian proses sebagaimana berikut. Sisi lateral bibir
atas, dibentuk oleh prominensi maksila kiri dan kanan; sisi medial (filtrum) dibentuk oleh fusi
premaksila dengan prominensi nasal. Ketiga prominensi ini kemudian mengalami kontak
membentuk seluruh bibir atas yang utuh. Gangguan yang terjadi pada rangkaian proses
sebagaimana diuraikan diatas akan menyebabkan adanya celah baik pada bibir (jaringan lunak)
maupun gnatum, palatum, nasal, frontal bahkan maksila dan orbita (rangka tulang). Dan
berdasarkan teori ini, dikatakan bahwa sumbing bibir dan langitan, merupakan suatu bentuk
malformasi (aplasi-hipoplasi) yang paling ringan dari facial cleft, yang mencerminkan
gangguan pertumbuhan pada sentra prosensefalik rombensefalik dan diasefalik
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
23/35
2.4 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan
ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor
genetik dan factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa,
para peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga
labioschisis akan mengalami labioschisis.
Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila
keturunan garis pertama (ibu, ayah, dan saudara kandung) mempunyai riwayat
labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin
(terutama asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes
akan lebih cenderung melahirkan bayi/ anak dengan labioschisis.6
Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara lain:7
- Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam halkuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat,
vitamin C, dan Zn)
- Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal
- Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia.
- Faktor genetik
Kelainan ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu(prosesus nasalis dan maksilaris) pecah kembali.7
2.5 KLASIFIKASI
Labioschisis diklasifikasikan berdasarkan lengkap/ tidaknya celah yang
23
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
24/35
terbentuk :6,7
- Komplit
- Inkomplit
Dan berdasarkan lokasi/ jumlah kelainan :6
- Unilateral
- Bilateral
Gambar 6. Klasifikasi Labioschisis.6
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain :4,5
Masalah asupan makanan
24
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
25/35
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis.
Adanya labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada
payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin
dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan
adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaikbayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu.
Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusu
bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga daapt membantu. Bayi yang
hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat
menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan
penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga
hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan
masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.
Masalah Dental
Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu
yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada
arean dari celah bibir yang terbentuk.
Infeksi telinga
Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga
karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol
pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas
pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak
dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan
kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech). Meskipun telah
dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup
ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya
normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d,
t, h, k, g, s, sh, and ch", and terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.
25
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
26/35
2.7 PENATALAKSANAAN
Idealnya, anak denga labioschisis ditatalaksana oleh team labiopalatoschisis
yang terdiri dari spesialistik bedah, maksilofasial, terapis bicara dan bahasa, dokter
gigi, ortodontis, psikologi, dan perawat spesialis. Perawatan dan dukungan pada bayi
dan keluarganya diberikan sejak bayi tersebut lahir sampai berhenti tumbuh pada usia
kira-kira 18 tahun. Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada saat usia anak 3
bulan.6,7
Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :
1. Tahap sebelum operasi
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi
menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan beratbadan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule
of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10
gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada
beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi
yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot
khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah
yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu
kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar
lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok
secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya
susu melewati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan
dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada
bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan
menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada
prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi
sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non
alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.
26
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
27/35
2. Tahap sewaktu operasi
Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan
adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa
diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing
(labioplasty) adalah usia 3 bulan Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir
dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut
maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi
pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.
Teknik Operasi
Terdapat beberapa metode labioplasty diantaranya : teknik Rose-Thompson,
teknik flap quadrangularis, teknik flap triangularis, teknik Millard dan takenik
modifikasi Mohler. Namun yang paling umum digunakan adalah teknik Millard yang
caranya didasari oleh gerakan memutar dan memajukan (rotation and advancement).
Teknik operasinya yaitu pertama dari sisi lateral, mukosa dikupas dari otot orbikularis
oris. Kemudian otot orbikularis oris bagian merah bibir dipisahkan dari sisanya. Kulit
dan subkutis dibebaskan dari otot orbikularis oris secara tajam, sampai kira-kira
sulkus nasoabialis. Lepaskan mukosa bibir dari rahang pada lekuk pertemuannya,
secukupnya. Kemudian otot dibebaskan dari mukosa hingga terbentuk 3 lapis flap :
mukosa, otot dan kulit. Lalu pada sisi medial, mukosa dilepaskan dari otot. Dibuat
flap C. Kemudian dibuat insisi 2 mm dari pinggir atap lubang hidung, bebaskan kulit
dari mukosa dan tulang rawan alae, menggunakan gunting halus melengkung. Letak
tulang rawan alae diperbaiki dengan tarikan jahitan yang dipasang ke kulit. Setelah
jahitan terpasang, lekuk atap dan lengkung atas atap lubang hidung lebih simetris.
Kolumela dengan rangka tulang rawan dan vomer yang miring dari depan ke belakang
sulit diperbaiki, sehingga masih miring. Luka di pinggir dalam atap nares dijahit.
Kemudian mukosa oral mulai dari kranial, menghubungkan sulkus ginggivo labialis.
Jahitan diteruskan ke kaudal sampai ke dekat merah bibir. Setelah itu otot dijahit lapis
demi lapis. Jahitan kulit dimulai dari titik yang perlu ditemukan yaitu ujung busur
Cupido. Diteruskan ke atas dan ke mukosa bibir. Jaringan kulit atau mukosa yang
berlebihan dapat dibuang. Sebaiknya luka operasi ditutup dengan tule yang
mengandung bahan pencegah perlenngketan dan kasa lembab selama 1 hari, untuk
27
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
28/35
menyerap rembesan darah/serum yang masih akan keluar. 1 hari sesudahnya baru luka
dirawat terbuka dengan pemberian salep antibiotik.
Gambar 7. Reparasi labioschisis (labioplasti). (A and B) pemotongan sudut celah pada
bibir dan hidung. (C) bagian bawah nostril disatukan dengan sutura. (D) bagian atasbibir disatukan, dan (E) jahitan memanjang sampai kebawah untuk menutup celah
secara keseluruhan.
Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 20 bulan
mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi
yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy
karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena
anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi
memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis)
kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat
usia 89 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.
3. Tahap setelah operasi.
Komplikasi Operasi
Wound dehiscence paling sering terjadi akibat ketegangan yang berlebih dari tempatoperasi
Wound expansion juga merupakan akibat dari ketegangan yang berlebih. Bila hal ini
terjadi, anak dibiarkan berkembang hingga tahap akhir dari rekonstruksi langitan,
dimana pada saat tersebut perbaikan jaringan parut dapat dilakukan tanpa
membutuhkan anestesi yang terpisah.
Wound infection merupakan komplikasi yang cukup jarang terjadi karena wajah
memiliki pasokan darah yang cukup besar. Hal ini dapat terjadi akibat kontaminasi
pascaoperasi, trauma yang tak disengaja dari anak yang aktif dimana sensasi pada
28
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
29/35
bibirnya dapat berkurang pascaoperasi, dan inflamasi lokal yang dapat terjadi akibat
simpul yang terbenam.
Malposisi Premaksilar seperti kemiringan atau retrusion, yang dapat terjadi setelah
operasi.
Whistle deformity merupakan defisiensi vermilion dan mungkin berhubungan dengan
retraksi sepanjang garis koreksi bibir. Hal ini dapat dihindari dengan penggunaan total
dari segmen lateral otot orbikularis.
Abnormalitas atau asimetri tebal bibir Hal ini dapat dihindari dengan pengukuran
intraoperatif yang tepat dari jarak anatomis yang penting lengkung
Perawatan Pasca bedah.
Pemberian makanan per-oral : Untuk anak-anak yang mengkonsumsi ASI, dapat terus
disusui setelah operasi. Bagi anak-anak yang menggunakan botol, disarankan untuk
menggunakan ujung kateter yang lunak selama 10 hari, baru dilanjutkan dengan
penggunaan ujung dot yang biasa.
Aktivitas : Tidak ada batasan aktivitas tertentu yang perlu dilakukan, namun
hendaknya aktivitas perlu diperhatikan untuk meminimalisasi risiko trauma pada luka
operasi.
Perawatan bibir : Garis jahitan yang terpapar pada dasar hidung dan bibir dapat
dibersihkan dengan kapas yang diberi larutan hidrogen peroksida dan salep antibiotikayang diberikan beberapa kali perhari. Jahitan dapat diangkat pada hari ke 5 -7.
Follow up
Setelah operasi labioplasti, pasien harus dievaluasi secara periodik terutama status
kebersihan mulut dan gigi, pendengaran dan kemampuan berbicara, dan juga keadaanpsikososial.
29
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
30/35
Gambar 8. Sebelum dan sesudah tindakan operasi.
2.8 PROGNOSIS
Kelainan labioschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat dimodifikasi/
disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini melakukan operasi saat
usia masih dini, dan hal ini sangat memperbaiki penampilan wajah secara signifikan.
Dengan adanya teknik pembedahan yang makin berkembang, 80% anak dengan
labioschisis yang telah ditatalaksana mempunyai perkembangan kemampuan bicara
yang baik. Terapi bicara yang berkesinambungan menunjukkan hasil peningkatan
yang baik pada masalah-masalah berbicara pada anak labioschisis.
30
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
31/35
Tabel1: Intervesi pada pasien labiognatopalatoschisis8
Intervensi berdasarkan umur*
Umur Intervensi
Prenatal
Referred to cleft lip and palate team
Diagnosis dan konseling genetik
Mengatasi masalah psikososial
Memberikan petunjuk pemberian makan
Membuat perencanan pemberian makan
lahir-1
bulan
Referred to cleft lip and palate team
Diagnosis dan konseling genetik
Mengatasi masalah psikososial
Menyediakan instruksi pemberian makan dan memeriksa
pertumbuhan
1-4 bulan
Periksa pemberian makan dan pertumbuhan
Operasi bibir sumbing (labioplasty)
Pemeriksaan telinga dan pendengaran
5-15 bulan
Periksa pemberian makan dan tumbuh kembang
Pemeriksaan telinga dan pendengaran
Operasi celah palatum (palatoplasty)
Menyediakan instruksi menjangga hygiene mulut
16-24 Menilai telinga dan pendengaran
31
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
32/35
Intervensi berdasarkan umur*
Umur Intervensi
bulan
Menilai pecakapan dan bahasa
Memeriksa perkembangan
2.5 Tahun
Menilai pecakapan dan bahasa, Mengatasi velopharyngoplasty
Pemeriksaan telinga dan pendengaran
Pertimbangkan revisi bibir/hidung sebelum masuk sekolah
Menilai pengembangan dan penyesuaian psikososial
6-11 tahun
Menilai pecakapan dan bahasa, Mengatasi velopharyngoplasty
Intervensi orthodontic (pengaturan lengkung gigi)
Cangkok tulang alveolar
Menilai sekolah / penyesuaian psikososial
12.21 Tahun
Operasi rahang dan Rhinoplasty kalau diperlukan
Jembatan Ortodonti, implan yang diperlukan
Konseling genetik
Menilai sekolah / penyesuaian psikososial
32
http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/chromosomal-genetic-conditions/vpi/http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/chromosomal-genetic-conditions/vpi/http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/chromosomal-genetic-conditions/vpi/http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/chromosomal-genetic-conditions/vpi/ -
7/28/2019 Case Labiokhisis
33/35
BAB III
KESIMPULAN
Bibir sumbing merupakan penyakit cacat bawaan. Penyebabnya terjadinya
bibir sumbing ialah multifaktorial, seperti genetik, nutrisi, lingkungan, bahkan sosial
ekonomi. Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah
langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Insiden bibir sumbing di Indonesia belum
diketahui. Hidayat dan kawan kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April
1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau
celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk.
Bayi yang terlahir dengan labioschisis harus ditangani oleh klinisi dari
multidisiplin dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif
dari berbagai aspek multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang
sumbing, masih ada masalah lain yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah
pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial. Masalah-masalah ini sama
pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada akhirnya hasil fungsional yang
baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh masalah-masalah
tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang komprehensif dapatdiberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja.
33
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
34/35
DAFTAR PUSTAKA
1. Bustami N, Joni R, Zahari A. Bibir Sumbing di Kabupaten 50 Kota dan Solok,
Sumatra Barat. Padang : Ilmu Bedah FK Universitas Andalas/ RSUP Dr M
Jamil.1997.
2. Converse JM, hogan VM, McCarthy JG. Cleft Lip And Palate, Introduction.
Dalam: Reconstructive Plastic Surgery, ed. 11, vol. 4. Philadelphia: WB
Saunders.
34
-
7/28/2019 Case Labiokhisis
35/35
3. Hidayat dkk. Defisiensi Seng (Zn) Maternal Dan Tingginya Prevalensi
Sumbing Bibir/Langit-Langit Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa
Tenggara Timur (Laporan Pendahuluan). Disitasi dari : http://www.kalbe.co.id
/files/cdk/files/18.html. Pada tanggal 16 Juni 2013.
4. Webmaster. Bibir sumbing. Disitasi dari : http://www.klikdokter.com/
illness/detail/104.htm. Pada tanggal 16 Juni 2013.
5. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jilid 2. Jakarta :
EGC.2005.
6. Webmaster. Cleft Lip and Palate. dari : http://www.healthofchild
ren.com/C/Cleft-Lip-and-Palate.html?Comments[do]=mod&Comments[id]
=4.htm. Pada tanggal : 16 Juni 2013.
7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Sumbing Bibir dan Langitan. Dalam :Kapita Selekta. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI. 2005.
8. Seattle Childrens Hospital, Research and Foundation. Cleft Lip and Palate.
Disitasi dari http://www.seattlechildrens.org/. pada tanggal 16 Juni 2013.
35
http://www.kalbe.co.id/http://www.klikdokter.com/http://www.healthofchild/http://www.seattlechildrens.org/http://www.seattlechildrens.org/research/http://www.seattlechildrens.org/research/http://www.seattlechildrens.org/ways-to-help/http://www.seattlechildrens.org/http://www.kalbe.co.id/http://www.klikdokter.com/http://www.healthofchild/http://www.seattlechildrens.org/http://www.seattlechildrens.org/research/http://www.seattlechildrens.org/ways-to-help/http://www.seattlechildrens.org/