case labiokhisis

Upload: fadilazitria

Post on 03-Apr-2018

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    1/35

    STATUS PASIEN

    I. IDENTIFIKASI PASIEN

    Nama : An. R

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 5 bulan

    Alamat : Ciwedus RT 10 RW 02, Cilegon-Banten

    Agama : Islam

    Masuk RS : 11 Juni 2013

    Ruang : Aster

    II. ANAMNESIS

    Diambil dari : Allo anamnesis

    Tanggal : 12 Juni 2013

    Keluhan utama :

    Bibir sudah sumbing sejak lahir

    Riwayat penyakit sekarang :

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    2/35

    Pasien seorang laki-laki berusia 5 bulan dikeluhkan bibir sumbing pada bagian atas

    sebelah kiri sejak lahir. lima bulan yang lalu (SMRS) pasien dilahirkan dari seorang Ibu yang

    berumur 28 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir anaknya sangat

    mengganggu asupan ASI yang diberikan. Tidak ada keluhan demam, batuk , dan sesak napas.

    Buang air besar dan buang air kecil normal.

    Riwayat ANC:

    o Ibu pasien mengaku pasien adalah anak ketiga dan sebelumnya tidak pernah

    keguguran .

    o Selama masa kehamilan ibu pasien mengaku riwayat konsumsi minuman beralkohol

    (-), merokok (-), narkotika (-), konsumsi obat dalam jangka waktu lama (-), jamu-

    jamuan (-), rontgen (-).

    o

    Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-),kencing manis (-), tekanan darah tinggi (-), riwayat penyakit kelamin (-), riwayat

    pemakaian KB hormonal (-).

    o Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di puskesmas. Selama kontrol

    kehamilannya ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan

    (kelainan letak janin (-), gemeli (-), perdarahan pervaginam (-), hiperemesis

    gravidarum (-), anemia dalam kehamilan (-), panggul sempit (-) dan biasa

    mendapatkan vitamin dari puskesmas.

    o Pola makan ibu pasien selama kehahilan: makan 3-4x/hari, 1x makan habis 1 piring

    nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Ibu pasien juga mengkonsumsi buah-buahan.

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    3/35

    Riwayat persalinan:

    Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu oleh bidan di Puskesmas.

    Pasien lahir per vaginam. Pasien lahir dengan berat 3 kilo gram, cukup bulan dengan

    kelainan bawaan bibir sumbing(+), kelainan lain (-).

    Riwayat tumbuh kembang:

    Perkembangan nomal,tetapi pasien belum bisa mengucapkan kata.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Asma (-), penyakit kuning (-)

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Orang tua pasien mengaku terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang

    sama yaitu pada anak pertamanya, namun tidak ada anggota keluarga baik dari

    keturunan ibu ataupun ayah pasien yang pernah menderita bibir sumbing.

    Riwayat Alergi :

    Pasien disangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu.

    Riwayat sosial:

    Ibu pasien berumur 28 tahun dan ayah pasien berumur 27 tahun. Pekerjan kedua orang

    tua pasien adalah petani dengan penghasilan yang tak tentu.

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    4/35

    III.1 PEMERIKSAAN TANDA VITAL

    Keadaan umum : Sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Tekanan darah : - mmHg

    Nadi : 92 x/menit

    Respirasi : 32 x/menit

    Suhu : 36oC

    BB : 6,8 kg

    III.2 PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik umum :

    1. Kepala Leher

    - Kepala : Normochepali, deformitas (-)

    - Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterus -/-, pupil isokor diameter

    2 mm/2mm, refleks pupil (+/+)

    - THT :

    - Telinga: bentuk telinga kanan/kiri normal, infeksi telinga -/-

    - Hidung: deviasi ( -), deformitas os nasal (-).

    - Mulut: labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah nares

    anterior sinistra, celah palatum durum (-)

    - Leher : massa (-), tidak terdapat pembesaran KGB

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    5/35

    2. Thoraks Kardiovaskuler

    - Inspeksi : tampak pergerakan dinding thoraks simetris, retraksi (-), iktus kordis

    tidak tampak.

    -Palpasi : Teraba pergerakan dinding thorak simetris,

    - Perkusi :

    Paru : sonor pada daerah dinding thorak sinistra dan dekstra

    Jantung : pekak dengan batas kanan atas ICS II parasternalis dekstra, batas kiri

    atas pada ICS II parasternalis sinistra, batas kiri bawah pada ICS V midclavicular

    line.

    - Auskultasi :

    Jantung : suara jantung S1 S2 reguler tunggal, murmur -/-, gallop -/-.

    Paru : Suara napas terdengar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.

    3. Abdomen

    - Inspeksi : kulit tampak normal, dinding abdomen tidak tampak distensi, tidak

    terdapat jaringan sikatrik, tidak tampak massa.

    - Auskultasi : terdengar bising usus pada semua lapang abdomen.

    - Perkusi : timpani pada semua lapang abdomen

    - Palpasi : dinding perut supel, nyeri tekan (-) pada seluruh area abdomen,

    4. Urogenital

    Suprapubis : massa (-), nyeri tekan (-)

    Genitalia : kedua testis (+), kelainan bawaan (-)

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    6/35

    5. Anal perianal

    Anus (+)

    6. Ekstrimitas atas Axilla

    - Inspeksi : Edema -/-, deformitas -/-

    - Palpasi : nyeri tekan (-) motorik dan sensibilitas baik

    Pembesaran KGB -/-

    7. Ekstrimitas bawah

    - Inspeksi : Edema -/-, deformitas -/-

    - Palpasi : nyeri tekan (-) motorik baik

    III.3 STATUS LOKALIS a/r LABIUM SUPERIOR SINISTRA

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    7/35

    IV. LABORATORIUM

    Hb : 12,3 g/dl

    Ht : 37,6 %

    Leukosit : 9.320 /ul

    Trombosit : 591.000 /ul

    GDS : 90 mg/dl

    SGOT : 38 u/l

    SGPT : 23 u/l

    Ureum : 4 mg/dl

    Kreatinin : 0,4 mg/dl

    HbsAg : Non reaktif

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    8/35

    V. RESUME

    Pasien seorang laki-laki berusia 5 bulan dikeluhkan bibir sumbing pada bagian bibir atas

    sebelah kiri sejak lahir. lima bulan yang lalu (SMRS) pasien dilahirkan dari seorang Ibu yang

    berumur 28 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir anaknya sangat

    mengganggu asupan ASI yang diberikan. Tidak ada keluhan demam, batuk , dan sesak napas.

    Buang air besar dan buang air kecil normal.

    Ibu pasien mengaku selama kehamilan rutin kontrol kehamilan di puskesmas. Selama

    kontrol kehamilan tidak pernah ditemukan adanya kelainan dan biasa mendapatkan vitamin

    dari puskesmas. Namun ibu pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi vitamin-vitamin

    tersebut dengan alasan tidak berani minum obat. Kebiasaan ini tetap dilakukan ibu pasien

    sampai pasien lahir.

    Ibu Pasien mengaku selama kehamilan pola makan baik, makan 3-4x/hari, 1x makan

    habis 1 piring nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Pasien pun menyangkal riwayat konsumsi

    minuman beralkohol, merokok , narkotika, konsumsi obat dalam jangka waktu lama, jamu-

    jamuan, dan rontgen.

    Ibu pasien juga mengaku terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang samayaitu pada anak pertamanya, namun tidak ada anggota keluarga baik dari keturunan ibu ataupun

    ayah pasien yang pernah menderita bibir sumbing.

    VI. DIAGNOSIS KERJA

    Labioschisis unilateral sinistra incomplete

    VII. DIAGNOSIS DIFERENSIAL

    Palatoskisis

    Labiognatopalatoskisis

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    9/35

    Meloskisis

    VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    - Pre op

    Pemeriksaan laboratorium darah lengkap Rontgen

    IX. RENCANA TRAPI

    - Labioplasty

    X. PROGNOSIS

    Dubia ad bonam

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    10/35

    XI. FOLLOW UP

    Tanggal 12 Juni 2013

    TD = - mmHg R = 26x/menit

    N = 92 x/menit S= 36oC

    S/ Terdapat celah pada bibir bagian atas, rewel (-), puasa (+)

    O/ Keadaan umum = Sakit sedang

    Kesadaran = Compos mentis

    Status Generalis = dalam batas normal

    Status lokalis a/r labium superior sinistra

    Inspeksi : terdapat celah pada bibir bagian atas sejak lahir, ukuran 2 cm.

    A/ Pre OP labioschizis

    Tanggal 13 Juni 2013

    S/ Rewel (+), nyer pada bagian lika post op.

    O/ Keadaan umum = Sakit sedang

    Kesadaran = Compos mentis

    TD = - mmHg R= 26 x/menit

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    11/35

    N = 90 x/menit S= 36,7oC

    Status lokalis a/r labium superior sinistra

    Inspeksi : tampak luka post op tertutup verban, rembesan darah ( - )

    Palpasi : nyeri tekan ( + ).

    A/ Post op Labioplasty e.c labioschizis hari 1

    P/

    IVFD RL asnet

    Cefotaxime inj 2 x 300 g

    Parasetamol oral syr 3 x 1 cth

    Tanggal 14 Juni 2013

    S/ Rewel (+), nyer pada bagian lika post op.

    O/ Keadaan umum = baik

    Kesadaran = Compos mentis

    TD = - mmHg R= 26 x/menit

    N = 95 x/menit S= 37oC

    Status lokalis a/r labium superior sinistra

    Inspeksi : tampak luka post op tertutup verban, rembesan darah ( - )

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    12/35

    Palpasi : nyeri tekan ( + ).

    A/ Post op Labioplasty e.c labioschizis hari 2

    P/ BLPL

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    13/35

    TINJAUAN PUSTAKA

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Labioschisis atau biasa disebut bibir sumbing adalah cacat bawaan yang menjadi

    masalah tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status sosial ekonomi

    yang lemah. Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan malah dibiarkan sampai dewasa.1

    FoghAndersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000

    kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di

    Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000

    penduduk di Jepang.2

    Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui. Hidayat dan kawan kawan di

    propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi

    pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di

    antara 3 juta penduduk. Etiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktor. Selain

    faktor genetik juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan. Faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi terjadinya bibir sumbing dan celah langit-langit adalah usia ibu waktu

    melahirkan, perkawinan antara penderita bibir sumbing, defisiensi Zn waktu hamil dan

    defisiensi vitamin B6.1

    Bayi yang terlahir dengan labioschisis harus ditangani oleh klinisi dari multidisiplin

    dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif dari berbagai aspek

    multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang sumbing, masih ada masalah lain

    yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial.

    Masalah-masalah ini sama pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada akhirnya hasil

    fungsional yang baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh masalah-masalah

    tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang komprehensif dapat diberikan,

    dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja.

    Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan mengganggu pada

    waktu menyususui dan akan mempengaruhi pertumbuhan normal rahang serta perkembangan

    bicara. Penatalaksanaan labioschisis adalah operasi. Bibir sumbing dapat ditutup pada semua

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    14/35

    usia, namun waktu yang paling baik adalah bila bayi berumur 10 minggu, berat badan mencapai

    10 pon, Hb > 10g%. Dengan demikian umur yang paling baik untuk operasi sekitar 3 bulan.1,5

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan diketahui bahwa alasan

    terbanyak anak penderita labioschisis terlambat (berumur antara 5- 15 tahun) untuk dioperasi

    adalah keadaan sosial ekonomi yang tidak memadai dan pendidikan orang tua yang masih

    kurang.1

    BAB II

    LABIOSCHISIS

    2.1 ANATOMI BIBIR

    Menurut The American Joint Committee on Cancer, bibir merupakan bagian dari

    cavum oris, mulai dari perbatasan vermilion-kulit dan meliputi seluruh vermilion saja.

    Tetapi para ahli bedah menyebutkan bahwa bibir atas meliputi seluruh area dibawah hidung,

    kedua lipatan nasolabialis, kemudian intraoral sampai sulcus gingivolabialis, dan bibir

    bawah meliputi vermilion, lipatan labiomentalis sampai sulcus gingivolabialis intraoral.

    Bibir terdiri dari 3 seksi yaitu kutaneus, vermilion dan mukosa. Bibir bagian atas

    disusun 3 unit kosmetik yaitu 2 lateral dan 1 medial. Cupid bow adalah proyeksi ke bawah dari

    unit philtrum yang memberi bentuk bibir yang khas. Proyeksi linear tipis yang memberi batas

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    15/35

    bibir atas dan bawah secara melingkar pada batas kutaneus dan vermilion disebut white roll.

    Bibir bagian bawah memiliki 1 unit kosmetik yaitu pada bagian mental crease yang

    memisahkan bibir dengan dagu. Vermilion merupakan bagian bibir yang paling penting dari

    sisi kosmetik. Lapisan sagital bibir dari luar ke dalam yaitu epidermis, dermis, jaringan

    subkutaneus, m.orbicularis oris, submukosa dan mukosa.

    Bibir atas yang normal mempunyai otot orbicularis oris utuh, 2 buah philthrum ridge

    yang sejajar dan sama panjang dengan di tengahnya terbentuk philthrum dimple. Disamping

    itu mempunyai cupid bow, dibagian permukaan mempunyai vermilion yang simetris (milard).

    Gambar 1. Anatomi bibir

    Vaskularisasi Bibir

    Berasal dari a. labialis superior dan inferior, cabang dari a. facialis. Arteri labialis

    terletak antara m. orbicularis oris dan submukosa sampai zona transisi vermilion-mukosa.

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    16/35

    Inervasi Bibir

    Inervasi sensoris bibir atas berasal dari cabang n. cranialis V (n. trigeminus) dan n.

    infraorbitalis. Bibir bawah mendapat inervasi sensoris dari n. mentalis. Pengetahuan inervasi

    sensoris ini penting untuk melakukan tindakan blok anestesi. Inervasi motorik bibir berasal

    dari n. cranialis VII (n. facialis). Ramus buccalis n.facialis meninervasi m. orbicularis oris dan

    m. elevator labii. Ramus mandibularis n. facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m.

    depressor labii.

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    17/35

    Muskulus Bibir

    Muskulus utama bibir adalah m. orbicularis oris yang melingkari bibir. Muskulus ini

    tidak melekat pada tulang, berfungsi sebagai sfingter rima oris. Dengan gerakan yang

    kompleks, muskulus ini berfungsi untuk puckering, menghisap, bersiul, meniup dan

    menciptakan ekspresi wajah. Kompetensi oris dikendalikan oleh m. orbicularis oris, dengan

    musculus ekspresi wajah lainnya daerah otot ini dikenal dengan istilah modiolus.

    1. Muskulus elevator terdiri dari m. levator labii superior alaeque nasi, m. levator labii superior,

    m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor dan m. levator anguli oris.

    2. Muskulus retraktor bibir atas disusun oleh m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor

    dan m. levator anguli oris.

    3. Muskulus depresor meliputi m. depresor anguli oris dan m. depresor labii inferior.

    Muskulus retraktor bibir bawah terdiri dari m. depresor anguli oris dan m. platysma,

    sedangkan m. mentalis berfungsi untuk protrusi bibir.

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    18/35

    Gambar 2. Muskulus Bibir

    Gambar 3. Anatomi Normal Bibir

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    19/35

    2.2 DEFINISI

    Labioschisis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya

    celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada

    bagian bibir yang berwarna samapai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir

    memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral, dan jika

    celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral.4

    Gambar 4. Bayi dengan Labioschisis.

    2.3 EMBRIOMORFOGENESIS & PATOFISIOLOGI

    Secara embriologik rangka dan jaringan ikat pada muka (kecuali kulit dan otot),

    termasuk palatum, berasal dari sel-sel neural crest di cranial, sel-sel inilah yang memberikan

    pola pada pertumbuhan dan perkembangan muka. Pertumbuhan fasial sendiri dimulai sejak

    penutupan neuropore (neural tube) pada minggu ke4 masa kehamilan; yang kemudian

    dilanjutkan dengan rangkaian proses kompleks berupa migrasi, kematian sel terprogram,

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    20/35

    adhesi dan proliferasi sel-sel neural crest.

    Ada 3 pusat pertumbuhan fasial, yaitu :

    1. Sentra prosensefalik

    Bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan lobus frontal otak, tulang

    frontal, dorsum nasal dan bagian tengah bibir atas, premaksiladan septum nasal (regiofronto-

    nasal).

    2. Rombensefalik

    Membentuk bagian posterior kepala, lateral muka dan sepertiga muka bagian bawah

    (regio latero-posterior). Ada bagian-bagian yang mengalami tumpang tindih (overlap) akibat

    impuls-impuls pertumbuhan yang terjadi, disebut diacephalic borders.

    3. Diasefalik

    Diacephalic borders pertama yaitu sela tursika, orbitadan ala nasi, selanjutnya ke arah

    filtrum; danfiltrum merupakan pertanda (landmark) satu-satunya dari diacephalic borders yang

    bertahan seumur hidup. Diacephalic borders kedua adalah regio spino-kaudal dan leher.

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    21/35

    Gambar 5. Embryo berusia 2 minggu dengan sentra-sentra pertumbuhan : a. sentra prosensefalik

    b. sentra diasefalik & c. sentra rombensefalik

    Gangguan pada pusat-pusat pertumbuhan maupun rangkaian proses kompleks sel-sel

    neural crest menyebabkan malformasi berupa aplasi, hipoplasi dengan atau tanpa displasi,

    normoplasi dan hiperplasi dengan atau tanpa displasi. Perkembangan palatum berlangsung

    pada minggu ke 4 - 12 kehamilan. Setelah penutupan neuropore (pada minggu ke-4), primary

    palate membentuk premaksila (sentra prosensefalik). Rangkaian prosesnya terdiri dari

    inisialisasi, proliferasi neural crest dan pertumbuhan mesenkim membentuk prosesus

    frontonasal. Secondary palate (90% hard palate dan 10% soft palate) dibentuk dari segmen

    lateral (sentra rombensefalik, pada minggu ke-6), yang kemudian akan mengalami fusi dengan

    median plane (akhir minggu ke-7).

    Palatine shelves mulanya berkembang ke arah bawah, membentuk lidah. Bersamaan

    dengan pertumbuhan mandibula, palatine shelves terproyeksi pada bidang horizontal;

    mengalami fusi di medial dengan septum nasi (minggu ke 9-10); proses fusi ini membentuk

    palatum bagian anterior sampai posterior. Kematian sel epitel (terprogram) di sisi median

    memungkinkan proses penyatuan sel-sel mesenkhim pada saat mencapai garis tengah,

    membentuk palatum secara utuh. Secara ringkas, rangkaian proses pembentukan secondary

    palate terdiri dari pertumbuhan sel mesenkim (proliferasi dan migrasi) dilanjutkan elevasi

    palatine shelves, proses fusi yang terdiri dari kontak epitel, epithelial breakdown (programmed

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    22/35

    cell death) dilanjutkan oleh penggantian sel-sel mesenkim di garismedian.

    Pembentukan bibir atas melalui rangkaian proses sebagaimana berikut. Sisi lateral bibir

    atas, dibentuk oleh prominensi maksila kiri dan kanan; sisi medial (filtrum) dibentuk oleh fusi

    premaksila dengan prominensi nasal. Ketiga prominensi ini kemudian mengalami kontak

    membentuk seluruh bibir atas yang utuh. Gangguan yang terjadi pada rangkaian proses

    sebagaimana diuraikan diatas akan menyebabkan adanya celah baik pada bibir (jaringan lunak)

    maupun gnatum, palatum, nasal, frontal bahkan maksila dan orbita (rangka tulang). Dan

    berdasarkan teori ini, dikatakan bahwa sumbing bibir dan langitan, merupakan suatu bentuk

    malformasi (aplasi-hipoplasi) yang paling ringan dari facial cleft, yang mencerminkan

    gangguan pertumbuhan pada sentra prosensefalik rombensefalik dan diasefalik

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    23/35

    2.4 ETIOLOGI

    Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan

    ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor

    genetik dan factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa,

    para peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga

    labioschisis akan mengalami labioschisis.

    Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila

    keturunan garis pertama (ibu, ayah, dan saudara kandung) mempunyai riwayat

    labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin

    (terutama asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes

    akan lebih cenderung melahirkan bayi/ anak dengan labioschisis.6

    Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara lain:7

    - Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam halkuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat,

    vitamin C, dan Zn)

    - Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal

    - Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia.

    - Faktor genetik

    Kelainan ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak

    terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu(prosesus nasalis dan maksilaris) pecah kembali.7

    2.5 KLASIFIKASI

    Labioschisis diklasifikasikan berdasarkan lengkap/ tidaknya celah yang

    23

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    24/35

    terbentuk :6,7

    - Komplit

    - Inkomplit

    Dan berdasarkan lokasi/ jumlah kelainan :6

    - Unilateral

    - Bilateral

    Gambar 6. Klasifikasi Labioschisis.6

    2.6 MANIFESTASI KLINIS

    Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain :4,5

    Masalah asupan makanan

    24

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    25/35

    Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis.

    Adanya labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada

    payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin

    dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan

    adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaikbayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu.

    Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusu

    bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga daapt membantu. Bayi yang

    hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat

    menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan

    penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga

    hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan

    masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.

    Masalah Dental

    Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu

    yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada

    arean dari celah bibir yang terbentuk.

    Infeksi telinga

    Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga

    karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol

    pembukaan dan penutupan tuba eustachius.

    Gangguan berbicara

    Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas

    pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak

    dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan

    kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech). Meskipun telah

    dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup

    ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya

    normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d,

    t, h, k, g, s, sh, and ch", and terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.

    25

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    26/35

    2.7 PENATALAKSANAAN

    Idealnya, anak denga labioschisis ditatalaksana oleh team labiopalatoschisis

    yang terdiri dari spesialistik bedah, maksilofasial, terapis bicara dan bahasa, dokter

    gigi, ortodontis, psikologi, dan perawat spesialis. Perawatan dan dukungan pada bayi

    dan keluarganya diberikan sejak bayi tersebut lahir sampai berhenti tumbuh pada usia

    kira-kira 18 tahun. Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada saat usia anak 3

    bulan.6,7

    Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :

    1. Tahap sebelum operasi

    Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi

    menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan beratbadan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule

    of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10

    gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada

    beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi

    yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot

    khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah

    yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu

    kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar

    lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok

    secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya

    susu melewati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan

    dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada

    bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan

    menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada

    prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi

    sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non

    alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.

    26

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    27/35

    2. Tahap sewaktu operasi

    Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan

    adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa

    diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing

    (labioplasty) adalah usia 3 bulan Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir

    dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut

    maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi

    pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.

    Teknik Operasi

    Terdapat beberapa metode labioplasty diantaranya : teknik Rose-Thompson,

    teknik flap quadrangularis, teknik flap triangularis, teknik Millard dan takenik

    modifikasi Mohler. Namun yang paling umum digunakan adalah teknik Millard yang

    caranya didasari oleh gerakan memutar dan memajukan (rotation and advancement).

    Teknik operasinya yaitu pertama dari sisi lateral, mukosa dikupas dari otot orbikularis

    oris. Kemudian otot orbikularis oris bagian merah bibir dipisahkan dari sisanya. Kulit

    dan subkutis dibebaskan dari otot orbikularis oris secara tajam, sampai kira-kira

    sulkus nasoabialis. Lepaskan mukosa bibir dari rahang pada lekuk pertemuannya,

    secukupnya. Kemudian otot dibebaskan dari mukosa hingga terbentuk 3 lapis flap :

    mukosa, otot dan kulit. Lalu pada sisi medial, mukosa dilepaskan dari otot. Dibuat

    flap C. Kemudian dibuat insisi 2 mm dari pinggir atap lubang hidung, bebaskan kulit

    dari mukosa dan tulang rawan alae, menggunakan gunting halus melengkung. Letak

    tulang rawan alae diperbaiki dengan tarikan jahitan yang dipasang ke kulit. Setelah

    jahitan terpasang, lekuk atap dan lengkung atas atap lubang hidung lebih simetris.

    Kolumela dengan rangka tulang rawan dan vomer yang miring dari depan ke belakang

    sulit diperbaiki, sehingga masih miring. Luka di pinggir dalam atap nares dijahit.

    Kemudian mukosa oral mulai dari kranial, menghubungkan sulkus ginggivo labialis.

    Jahitan diteruskan ke kaudal sampai ke dekat merah bibir. Setelah itu otot dijahit lapis

    demi lapis. Jahitan kulit dimulai dari titik yang perlu ditemukan yaitu ujung busur

    Cupido. Diteruskan ke atas dan ke mukosa bibir. Jaringan kulit atau mukosa yang

    berlebihan dapat dibuang. Sebaiknya luka operasi ditutup dengan tule yang

    mengandung bahan pencegah perlenngketan dan kasa lembab selama 1 hari, untuk

    27

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    28/35

    menyerap rembesan darah/serum yang masih akan keluar. 1 hari sesudahnya baru luka

    dirawat terbuka dengan pemberian salep antibiotik.

    Gambar 7. Reparasi labioschisis (labioplasti). (A and B) pemotongan sudut celah pada

    bibir dan hidung. (C) bagian bawah nostril disatukan dengan sutura. (D) bagian atasbibir disatukan, dan (E) jahitan memanjang sampai kebawah untuk menutup celah

    secara keseluruhan.

    Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 20 bulan

    mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi

    yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy

    karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena

    anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi

    memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis)

    kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat

    usia 89 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.

    3. Tahap setelah operasi.

    Komplikasi Operasi

    Wound dehiscence paling sering terjadi akibat ketegangan yang berlebih dari tempatoperasi

    Wound expansion juga merupakan akibat dari ketegangan yang berlebih. Bila hal ini

    terjadi, anak dibiarkan berkembang hingga tahap akhir dari rekonstruksi langitan,

    dimana pada saat tersebut perbaikan jaringan parut dapat dilakukan tanpa

    membutuhkan anestesi yang terpisah.

    Wound infection merupakan komplikasi yang cukup jarang terjadi karena wajah

    memiliki pasokan darah yang cukup besar. Hal ini dapat terjadi akibat kontaminasi

    pascaoperasi, trauma yang tak disengaja dari anak yang aktif dimana sensasi pada

    28

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    29/35

    bibirnya dapat berkurang pascaoperasi, dan inflamasi lokal yang dapat terjadi akibat

    simpul yang terbenam.

    Malposisi Premaksilar seperti kemiringan atau retrusion, yang dapat terjadi setelah

    operasi.

    Whistle deformity merupakan defisiensi vermilion dan mungkin berhubungan dengan

    retraksi sepanjang garis koreksi bibir. Hal ini dapat dihindari dengan penggunaan total

    dari segmen lateral otot orbikularis.

    Abnormalitas atau asimetri tebal bibir Hal ini dapat dihindari dengan pengukuran

    intraoperatif yang tepat dari jarak anatomis yang penting lengkung

    Perawatan Pasca bedah.

    Pemberian makanan per-oral : Untuk anak-anak yang mengkonsumsi ASI, dapat terus

    disusui setelah operasi. Bagi anak-anak yang menggunakan botol, disarankan untuk

    menggunakan ujung kateter yang lunak selama 10 hari, baru dilanjutkan dengan

    penggunaan ujung dot yang biasa.

    Aktivitas : Tidak ada batasan aktivitas tertentu yang perlu dilakukan, namun

    hendaknya aktivitas perlu diperhatikan untuk meminimalisasi risiko trauma pada luka

    operasi.

    Perawatan bibir : Garis jahitan yang terpapar pada dasar hidung dan bibir dapat

    dibersihkan dengan kapas yang diberi larutan hidrogen peroksida dan salep antibiotikayang diberikan beberapa kali perhari. Jahitan dapat diangkat pada hari ke 5 -7.

    Follow up

    Setelah operasi labioplasti, pasien harus dievaluasi secara periodik terutama status

    kebersihan mulut dan gigi, pendengaran dan kemampuan berbicara, dan juga keadaanpsikososial.

    29

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    30/35

    Gambar 8. Sebelum dan sesudah tindakan operasi.

    2.8 PROGNOSIS

    Kelainan labioschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat dimodifikasi/

    disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini melakukan operasi saat

    usia masih dini, dan hal ini sangat memperbaiki penampilan wajah secara signifikan.

    Dengan adanya teknik pembedahan yang makin berkembang, 80% anak dengan

    labioschisis yang telah ditatalaksana mempunyai perkembangan kemampuan bicara

    yang baik. Terapi bicara yang berkesinambungan menunjukkan hasil peningkatan

    yang baik pada masalah-masalah berbicara pada anak labioschisis.

    30

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    31/35

    Tabel1: Intervesi pada pasien labiognatopalatoschisis8

    Intervensi berdasarkan umur*

    Umur Intervensi

    Prenatal

    Referred to cleft lip and palate team

    Diagnosis dan konseling genetik

    Mengatasi masalah psikososial

    Memberikan petunjuk pemberian makan

    Membuat perencanan pemberian makan

    lahir-1

    bulan

    Referred to cleft lip and palate team

    Diagnosis dan konseling genetik

    Mengatasi masalah psikososial

    Menyediakan instruksi pemberian makan dan memeriksa

    pertumbuhan

    1-4 bulan

    Periksa pemberian makan dan pertumbuhan

    Operasi bibir sumbing (labioplasty)

    Pemeriksaan telinga dan pendengaran

    5-15 bulan

    Periksa pemberian makan dan tumbuh kembang

    Pemeriksaan telinga dan pendengaran

    Operasi celah palatum (palatoplasty)

    Menyediakan instruksi menjangga hygiene mulut

    16-24 Menilai telinga dan pendengaran

    31

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    32/35

    Intervensi berdasarkan umur*

    Umur Intervensi

    bulan

    Menilai pecakapan dan bahasa

    Memeriksa perkembangan

    2.5 Tahun

    Menilai pecakapan dan bahasa, Mengatasi velopharyngoplasty

    Pemeriksaan telinga dan pendengaran

    Pertimbangkan revisi bibir/hidung sebelum masuk sekolah

    Menilai pengembangan dan penyesuaian psikososial

    6-11 tahun

    Menilai pecakapan dan bahasa, Mengatasi velopharyngoplasty

    Intervensi orthodontic (pengaturan lengkung gigi)

    Cangkok tulang alveolar

    Menilai sekolah / penyesuaian psikososial

    12.21 Tahun

    Operasi rahang dan Rhinoplasty kalau diperlukan

    Jembatan Ortodonti, implan yang diperlukan

    Konseling genetik

    Menilai sekolah / penyesuaian psikososial

    32

    http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/chromosomal-genetic-conditions/vpi/http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/chromosomal-genetic-conditions/vpi/http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/chromosomal-genetic-conditions/vpi/http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/chromosomal-genetic-conditions/vpi/
  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    33/35

    BAB III

    KESIMPULAN

    Bibir sumbing merupakan penyakit cacat bawaan. Penyebabnya terjadinya

    bibir sumbing ialah multifaktorial, seperti genetik, nutrisi, lingkungan, bahkan sosial

    ekonomi. Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah

    langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Insiden bibir sumbing di Indonesia belum

    diketahui. Hidayat dan kawan kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April

    1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau

    celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk.

    Bayi yang terlahir dengan labioschisis harus ditangani oleh klinisi dari

    multidisiplin dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif

    dari berbagai aspek multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang

    sumbing, masih ada masalah lain yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah

    pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial. Masalah-masalah ini sama

    pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada akhirnya hasil fungsional yang

    baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh masalah-masalah

    tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang komprehensif dapatdiberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja.

    33

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    34/35

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bustami N, Joni R, Zahari A. Bibir Sumbing di Kabupaten 50 Kota dan Solok,

    Sumatra Barat. Padang : Ilmu Bedah FK Universitas Andalas/ RSUP Dr M

    Jamil.1997.

    2. Converse JM, hogan VM, McCarthy JG. Cleft Lip And Palate, Introduction.

    Dalam: Reconstructive Plastic Surgery, ed. 11, vol. 4. Philadelphia: WB

    Saunders.

    34

  • 7/28/2019 Case Labiokhisis

    35/35

    3. Hidayat dkk. Defisiensi Seng (Zn) Maternal Dan Tingginya Prevalensi

    Sumbing Bibir/Langit-Langit Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa

    Tenggara Timur (Laporan Pendahuluan). Disitasi dari : http://www.kalbe.co.id

    /files/cdk/files/18.html. Pada tanggal 16 Juni 2013.

    4. Webmaster. Bibir sumbing. Disitasi dari : http://www.klikdokter.com/

    illness/detail/104.htm. Pada tanggal 16 Juni 2013.

    5. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jilid 2. Jakarta :

    EGC.2005.

    6. Webmaster. Cleft Lip and Palate. dari : http://www.healthofchild

    ren.com/C/Cleft-Lip-and-Palate.html?Comments[do]=mod&Comments[id]

    =4.htm. Pada tanggal : 16 Juni 2013.

    7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Sumbing Bibir dan Langitan. Dalam :Kapita Selekta. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI. 2005.

    8. Seattle Childrens Hospital, Research and Foundation. Cleft Lip and Palate.

    Disitasi dari http://www.seattlechildrens.org/. pada tanggal 16 Juni 2013.

    35

    http://www.kalbe.co.id/http://www.klikdokter.com/http://www.healthofchild/http://www.seattlechildrens.org/http://www.seattlechildrens.org/research/http://www.seattlechildrens.org/research/http://www.seattlechildrens.org/ways-to-help/http://www.seattlechildrens.org/http://www.kalbe.co.id/http://www.klikdokter.com/http://www.healthofchild/http://www.seattlechildrens.org/http://www.seattlechildrens.org/research/http://www.seattlechildrens.org/ways-to-help/http://www.seattlechildrens.org/