case skizofrenia

40
STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. I Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 30 September 1981 Usia : 34 tahun Agama : Islam Alamat : Pasar Minggu Suku Bangsa : Jawa Pendidikan : S1 Status pernikahan : Belum Menikah Pekerjaan : Tidak bekerja Riwayat Perawatan : 5 RSJ Dharmawangsa, RS TNI AL Benhil, dan RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. : II. RIWAYAT PSIKIATRI Berdasarkan Autoanamnesis : 16 Oktober 2015 di Poliklinik Psikiatri RSUD Pasar Rebo 1

Upload: rizkyaisyahsoraya

Post on 04-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

case

TRANSCRIPT

Page 1: Case Skizofrenia

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. I

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 30 September 1981

Usia : 34 tahun

Agama : Islam

Alamat : Pasar Minggu

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : S1

Status pernikahan : Belum Menikah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Riwayat Perawatan : 5 kali dirawat di RSJ Dharmawangsa,

RS TNI AL Benhil, dan RSJ Dr. H.

Marzoeki Mahdi Bogor.

:

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Berdasarkan

Autoanamnesis : 16 Oktober 2015 di Poliklinik Psikiatri RSUD Pasar Rebo

Alloanamnesis : 16 Oktober 2015 di Poliklinik Psikiatri RSUD Pasar Rebo

kepada ibu angkat pasien

A. Keluhan Utama :

Pasien diantar oleh ibu angkatnya untuk kontrol. Saat ini keluhan

pasien adalah pikiran masih sering kosong atau blank.

B. Keluhan Tambahan :

Pasien sering merasa lemas, tenaga berkurang, malas beraktivitas,

dan lebih banyak tidur.

1

Page 2: Case Skizofrenia

C. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien diantar oleh ibu angkatnya ke Poliklinik Psikiatri RSUD

Pasar Rebo pada tanggal 16 Oktober 2015 dalam keadaan tenang untuk

kontrol. Saat ini pasien mengatakan bahwa pasien masih merasa sering

blank atau pikiran kosong sehingga tidak memiliki keinginan untuk

beraktivitas. Pasien juga merasa lemas, kurang bertenaga, malas untuk

bekerja atau melakukan sesuatu, dan lebih banyak tidur. Keluhan-keluhan

pasien tersebut dirasakan sejak terakhir di rawat di RS TNI AL Benhil 2

bulan yang lalu.

Menurut ibu angkat pasien, sehari-hari pasien tidak bekerja, tidak

suka menonton TV ataupun membaca koran, dan sering pergi ke warnet

dekat rumahnya. Ibu angkat pasien juga mengatakan bila pasien disuruh

untuk membantu membereskan rumah, pasien mau melakukannya namun

sering salah dalam meletakkan benda-benda pada tempatnya.

Pasien mengaku tidak menyukai acara berita di TV atau berita di

koran karena merasa takut dan tidak nyaman dengan topik-topik

pemberitaan tentang kriminalitas. Selama di warnet, pasien mengaku sering

mencari lowongan pekerjaan, mendengarkan musik, serta mengakses email

dan facebook.

Saat ini pasien sudah menganggur selama satu tahun. Selama periode

satu tahun ini, pasien sempat mendaftarkan diri ke 4 lowongan pekerjaan

yang berbeda, namun setiap masuk ke tahapan interview, pasien tidak

pernah hadir dengan alasan tidak ada biaya untuk transportasi dan tidak

berani meminta uang kepada ibu angkatnya. Sebelum sakit, pasien tidak

pernah mengalami masalah apapun, baik dengan keluarga, teman, ataupun

lingkungan.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya

a. Riwayat Psikiatri

Pada tahun 2009, pasien mulai berubah dan menunjukkan sikap yang

berbeda tepat setelah lulus kuliah. Ibu angkat pasien mengatakan bahwa

2

Page 3: Case Skizofrenia

pasien menjadi lebih pendiam dari biasanya, pikiran kosong, malas

beraktivitas, tidak ada niat dan usaha untuk mencari pekerjaan, serta

lebih banyak tidur dirumah. Pasien sering mengambil uang dan hp ibu

angkatnya untuk kemudian dibelanjakan, namun sempat beberapa kali

tertangkap ketika pasien sedang berusaha membuka lemari ibu angkatnya

secara paksa untuk mengambil uang. Menurut pengakuan pasien, pasien

mengambil uang ketika ada sesuatu yang ingin pasien beli dan tidak

berani meminta secara langsung karena ibu angkat pasien sering

memarahi pasien. Pasien juga sering memberikan uang dan barang-

barang rumah tangga, seperti tabung gas atau barang lain, secara mudah

tanpa berpikir panjang kepada tetangganya yang meminta kepadanya.

Namun, barang-barang tersebut tidak dikembalikan lagi dan pasien tidak

mau memintanya kembali. Ibu angkat pasien merasa tidak sanggup

menangani sikap-sikap pasien tersebut, kemudian membawanya berobat

ke RSJ Dharmawangsa dan dirawat.

Pada tahun 2014, sikap pasien belum berubah secara signifikan,

pasien masih merasa pikirannya sering kosong atau blank, kurang

bertenaga, malas melakukan apapun, dan belum ada niat dan usaha untuk

mencar pekerjaan. Ibu pasien berusaha membantu pasien dengan

memberikan modal untuk membuka rental komputer dan laptop. Namun,

tidak sampai satu bulan, usaha tersebut tutup karena pasien ditipu

beberapa customer dan semua komputer dan laptop pasien tidak

dikembalikan. Ibu angkat pasien membawa pasien berobat ke RS TNI

AL Benhil kemudian pasien dirawat selama dua minggu.

Setelah perawatan tersebut, ibu angkat pasien belum juga melihat

perubahan pada diri pasien, namun ibu angkat pasien masih berusaha

untuk membantu kembali dengan memberikan modal usaha untuk jual

pulsa. Pasien kembali ditipu beberapa pembelinya yang tidak mau

membayar hingga akhirnya usaha tersebut rugi dan ditutup. Ibu angkat

pasien kembali merasa tidak sanggup hingga membawa pasien kembali

berobat ke RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor kemudian dirawat lagi.

3

Page 4: Case Skizofrenia

Setelah pulang dari perawatan, pasien masih belum juga berubah

sikapnya dan ibu angkat pasien tidak berani lagi untuk memberikan

modal untuk usaha. Pasien mencoba mendaftarkan diri ke 4 lowongan

pekerjaan. Namun, setiap masuk ke tahapan interview, pasien tidak

pernah hadir dengan alasan tidak memiliki uang untuk transportasi dan

tidak berani meminta secara langsung kepada ibu angkat pasien. Ibu

angkat pasien mengatakan bahwa pasien juga sempat mengambil uang

sebesar Rp 12.500.000,- dari atm miliknya secara diam-diam yang

kemudian dikirimkan kepada seorang wanita yang tidak ia kenal dekat

namun pernah meminjam laptop pasien waktu itu. Pasien mengaku

mengirimkan uang tersebut karena wanita itu menghubungi pasien yang

mengaku sebagai karyawan bank dan menyuruh pasien memberikan

uang. Setelah ibu angkat pasien mengetahui hal tersebut, pasien dibawa

lagi berobat ke RS TNI AL Benhil kemudian dirawat lagi selama 2

minggu.

Pada tahun 2015, dua bulan SMRS, pasien dirawat di RS TNI Al

Benhil selama satu bulan. Ibu angkat pasien mengaku bahwa ia

membawa pasien karena tidak kuat melihat sikap pasien yang tidak

berubah sama sekali. Setiap hari pasien hanya tidur sepanjang hari,

pikiran kosong, tidak mau melakukan aktivitas apa-apa, dan setiap

disuruh membantu membereskan rumah, pasien sering melakukan

kesalahan dan meletakkan barang-barang ditempat yang tidak

seharusnya. Pasien juga sempat membeli parfum wanita dengan uang ibu

angkatnya yang diambil secara diam-diam, ketika ditanya pasien

mengaku merasa ada yang menyuruhnya melakukan hal tersebut dan

menyuruhnya untuk membuka usaha jual beli parfum. Namun ibu angkat

pasien tidak mempercayai pasien lagi.

Ibu angkat pasien mengaku sempat membawa pasien ke orang

pintar beberapa kali karena merasa ada hal-hal ghaib yang berniat jahat

yang mempengaruhi keadaan pasien tersebut. Ibu angkat pasien juga

sempat meyakini bahwa hal tersebut dikirimkan oleh pembantu rumah

tangganya yang dendam setelah dikeluarkan dari pekerjaannya.

4

Page 5: Case Skizofrenia

b. Gangguan Medik

Pasien tidak memiliki gangguan bawaan sejak lahir, tidak pernah

mempunyai riwayat kejang sebelumnya, tidak pernah menderita sakit

berat hingga membutuhkan perawatan Rumah Sakit, dan tidak ada

riwayat trauma kepala sebelumnya.

c. Gangguan Zat Psikoaktif

Pasien memiliki kebiasaan merokok namun dalam satu hari

pasien hanya merokok 1 batang saja. Menurut ibu angkat pasien,

pasien tidak pernah menggunakan obat obatan terlarang.

E. Riwayat Pribadi Sebelum Sakit

a. Riwayat Prenatal dan perinatal

Ibu angkat pasien tidak mengetahui karena pasien diadopsi saat

berusia 6 tahun.

b. Masa Kanak – kanak dini / awal (0 - 3tahun)

Ibu angkat pasien tidak mengetahui karena pasien diadopsi saat

berusia 6 tahun.

c. Masa kanak – kanak Pertengahan ( 3 – 7 tahun )

Ibu angkat pasien tidak mengetahui karena pasien diadopsi saat

berusia 6 tahun.

d. Masa Kanak Akhir ( 7 – 11 tahun )

Pada saat duduk di bangku sekolah dasar pasien mengaku

prestasinya biasa saja. Namun pasien tidak pernah tinggal kelas. Tidak

ada gangguan dalam membaca maupun menulis. Pasien tidak

mempunyai banyak teman saat bersekolah. Pasien tidak pernah menjadi

korban bullying oleh teman-temannya. Pasien termasuk anak yang

pendiam dan jarang bercerita tentang perasaan dan aktivitas sehari-

harinya.

5

Page 6: Case Skizofrenia

e. Masa Remaja ( 11 – 17 tahun )

Hubungan Sosial

Setelah itu pasien meneruskan ketingkat sekolah

menengah pertama, saat itu pasien tetap tidak terlihat aktif

disetiap kegiatan disekolahnya, namun pasien bisa mengikuti

semua pelajaran dan tidak pernah tinggal kelas. Pasien tidak

memiliki banyak teman.

Hubungan dengan keluarga baik dan komunikasinya juga

baik, namun pasien tidak terlalu dekat dengan ibu angkatnya

karena ibu angkatnya bekerja diluar kota sehingga jarang bertemu

di rumah. Pasien juga tidak terlalu terbuka atas setiap

permasalahan yang terjadi dengan dirinya. Biasanya pasien jika

memiliki masalah, hanya diam saja.

Perkembangan motorik dan kognitif

Dalam perkembangan fisik, pasien terlihat sesuai dengan

usianya, tidak tampak adanya gangguan dalam

perkembangannya.

Gangguan emosi dan fisik

Pasien termasuk orang yang patuh terhadap orang tua

angkatnya, tidak pernah berkelahi disekolah. Namun, pasien

termasuk anak yang pendiam jika ada masalah.

Riwayat pendidikan

Pasien bersekolah sampai jenjang S1 jurusan ilmu

komputer. Saat ditanyakan dengan pasien, pasien tidak memiliki

masalah atau kesulitan dalam berkomunikasi dengan guru

maupun teman disekolah. Pasien juga tidak memiliki kesulitan

dalam proses belajar.

Riwayat psikoseksual

Pasien tidak pernah terlihat memiliki hubungan serius

dengan seorang wanita. Pasien tidak pernah mengalami

penyiksaan seksual.

6

Page 7: Case Skizofrenia

f. Masa Dewasa

Riwayat Pekerjaan

Sebelum sakit, sebelum lulus kuliah, pasien mengatakan

sempat bekerja sebagai pemasang jaringan komputer. Pasien

bekerja selama 6 bulan kemudian berhenti bekerja karena tidak

ada komunikasi lagi dengan pemiliknya.

Riwayat pernikahan

Pasien belum menikah.

Riwayat keagamaan

Pasien mengaku beragama Islam. Pasien tumbuh dalam

lingkungan beragama Islam, sejak kecil pasien sudah diajarkan

agama oleh kedua orangtuanya dan pasien tahu menjalankan

perintah agama. Namun saat ini, pasien jarang menjalani sholat

dan membaca Al-Quran. Ibu angkat pasien mengatakan bahwa

gangguan jiwa yang dialami pasien disebabkan karena hal-hal

ghaib yang dikirimkan oleh pembantu rumah tangga yang

merasa dendam karena dikeluarkan dari pekerjaannya.

.

g. Riwayat aktivitas sosial

Pasien termasuk anak yang kurang suka bergaul dan tidak pernah

memperkenalkan teman-temannya kepada ibunya.

h. Riwayat hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat,

tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah

terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.

i. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak kedua yang diadopsi oleh ibu angkatnya.

Ibu angkat pasien mengadopsi satu anak perempuan yang lebih tua

usianya dibanding pasien. Mereka hidup satu rumah dari pasien kecil,

7

Page 8: Case Skizofrenia

namun saat ini anak angkat perempuan sudah berkeluarga dan tinggal di

rumah yang berbeda. Orang tua angkat pasien tidak mengetahui siapa

orang tua kandung pasien dan riwayat keluarga pasien. Ayah angkat

pasien sudah meninggal dunia.

SKEMA KELUARGA

= perempuan = laki-laki = pasien

= adopsi = tinggal serumah

j. Riwayat kehidupan sekarang

Pasien saat ini tinggal bersama dengan ibu angkatnya. Untuk

biaya kehidupan sehari-hari pasien mengandalkan pemberian dari ibu

angkatnya.

k. Mimpi , fantasi dan nilai

Mimpi : Tidak ada

Fantasi : Tidak ada

8

Page 9: Case Skizofrenia

Nilai :

III. STATUS MENTAL

1. Deskripsi Umum

a. Penampilan Umum

Pasien laki-laki 34 tahun, terlihat kurus, postur tidak terlalu tinggi

kulit sawo matang, rambut hitam pendek dan rapi. Pasien berpenampilan

tampak seperti usianya, saat diwawancara pasien menggunakan pakaian

kaos berwarna putih dengan celana panjang hitam serta menggunakan

sendal, kuku jari tangan dan kaki terpotong rapi, pasien terlihat tidak

memperhatikan penampilan. Pasien tampak tenang dan tampak sehat.

b. Aktivitas dan Perilaku Psikomotor

Selama wawancara, pasien duduk didepan pemeriksa dengan

tenang, pasien bersikap ramah dan kooperatif saat diajak wawancara,

menjawab semua pertanyaan dokter muda dan menjawab dengan volume

suara sedang, kontak mata antara pasien dan pemeriksa baik.

c. Pembicaraan

Volume : Menurun

Irama : Teratur

Kelancaran : Artikulasi & Intonasi jelas

Kecepatan : Sedang

d. Sikap Terhadap Pemeriksa

Kooperatif, menjawab pertanyaan dengan baik dan acuh, kontak

mata baik ke arah pemeriksa, perhatian mudah teralih.

2. Keadaan Afektif

Mood : Anhedonia

Afek : Menumpul

Keserasian : Serasi

9

Page 10: Case Skizofrenia

3. Gangguan Persepsi

a. Halusinasi :

Auditorik :Tidak ada

Visual : Tidak ada

Taktil : Tidak ada

Olfaktorik : Tidak ada

Gustatorik : Tidak ada

b. Ilusi : Tidak ada

c. Derealisasi : Ada

d. Depersonalisasi : Ada

4. Gangguan Pikiran

1) Proses Pikir

a. Produktivitas :Miskin ide

b. Kontinuitas

Blocking : Tidak ada

Asosiasi Longgar : Tidak ada

Inkoherensi : Tidak ada

Flight of idea : Tidak ada

Word Salad : Tidak ada

Neologisme : Tidak ada

2) Isi Pikir

a. Preokupasi :Tidak ada

b. Gangguan Isi pikir

Waham Bizzare : Tidak ada

Waham Nihilistik : Tidak ada

Waham Somatik : Tidak ada

Waham Paranoid

Waham Kejaran : Tidak ada

Waham Kebesaran : Tidak ada

10

Page 11: Case Skizofrenia

Waham Rujukan : Tidak ada

Waham Dikendalikan : Ada

Thought of insertion : Tidak ada

Thought of broadcasting : Ada

Thought of withdrawal : Ada

Thought of control : Tidak ada

5. Fungsi Kognitif dan Penginderaan

a. Kesadaran : Compos Mentis

b. Orientasi

Waktu : Baik (Pasien mengetahui waktu,hari, tanggal,

bulan dan tahun sekarang)

Tempat : Baik (pasien mengetahui di mana ia berada saat

ini)

Orang : Baik (Pasien dapat mengenali pemeriksa)

c. Konsentrasi : Baik, pasien dapat dengan baik melakukan

pengurangan yang diberikan pemeriksa (seven serial test)

d. Daya Ingat

Jangka panjang : Baik (mampu menceritakan kembali

masa-masa sekolah saat SD - SMP )

Jangka pendek : Baik (mampu mengingat menu makan

paginya)

Segera : Baik (mampu mengingat nama 3 benda

yang baru saja disebutkan)

e. Intelegensi & Pengetahuan Umum : Baik (Pasien mengetahui nama

nama presiden Indonesia

f. Visuospasial berbentuk : Baik (pasien dapat menggambar dua

bangunan dua dimensi yang berhimpit)

g. Pemikiran abstrak : baik (pasien dapat memberikan arti dari ada

udang dibalik batu)

6. Daya Nilai :

11

Page 12: Case Skizofrenia

Penilaian Sosial : Baik

Uji Daya Nilai : Baik

7. Reality Test Ability (RTA) : Terganggu, karena adanya waham

8. Tilikan : Derajat I (pasien tidak tahu dirinya sakit)

9. Taraf Dapat Dipercaya : Kurang dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK

1. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Suhu : 360 C.

Nadi : 80 x/menit regular

Pernapasan : 20 x/menit

2. Status Neurologi

1. Gangguan rangsangan meningeal : Tidak ada

2. Mata

Gerakan : Baik ke segala arah

Bentuk pupil : Isokor

Refleks cahaya : +/+

3. Motorik

Tonus : Baik

Turgor : Baik

Kekuatan : Baik

Koordinasi : Baik

Refleks : Baik

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

1. Riwayat Psikiatri :

a. Pasien sering merasa pikirannya kosong atau blank.

12

Page 13: Case Skizofrenia

b. Pasien merasa lemas, kurang bertenaga, malas melakukan aktivitas

atau bekerja, dan lebih banyak tidur.

c. Pasien sering melakukan kesalahan dalam melakukan pekerjaan

rumah dan sering meletakkan barang-barang tidak pada tempatnya.

d. Pasien pernah merasa ada sesuatu yang mengendalikan dirinya untuk

memberikan barang ke orang lain atau memberikan uang untuk

orang lain.

e. Pasien suka merasa takut bila melihat berita-berita di TV dan koran,

sehingga lebih memilih tidak menonton TV dan tidak membaca

koran.

2. Status Mental :

Kesadaran : Compos mentis

Mood : Anhedonia

Afek : Menumpul

Keserasian : Serasi

Gangguan persepsi : Derealisasi dan Depersonalisasi

Gangguan proses pikir : Miskin ide

Gangguan isi pikir : Waham dikendalikan, Thought of

Broadcasting, dan Thought of Withdrawal

RTA (Reality testing ability): Terganggu

Tilikan : Derajat I

Taraf dapat dipercaya : Kurang dapat dipercaya

VI. FORMULA DIAGNOSIS

1. Aksis I :

Pada pasien ini ditemukan :

Anhedonia: pasien merasa kehilangan minat pada berbagai

aktivitas kehidupan

Waham dikendalikan: Pasien pernah merasa ada yang

mengendalikan pikirannya sehingga mempengaruhi tindakannya

Thought of Broadcasting: pasien merasa ibu angkatnya tahu apa

yang sedang ada dalam pikiran pasien

13

Page 14: Case Skizofrenia

Thought of Withdrawal: pasien sering merasa pikirannya kosong

Riwayat pekerjaan terbengkalai

Periode sekarang gejala yang lebih menonjol adalah :

Anhedonia

Afek menumpul

Gangguan persepsi: derealisasi dan depersonalisasi

Gangguan pada proses pikir : miskin ide.

Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna tersebut maka kasus ini

digolongkan ke dalam Gangguan Jiwa. Gangguan kejiwaan ini di

kelompokkan sebagai Gangguan Mental dan Perilaku. Maka menurut

DSM-IV, Gangguan Mental dan Perilaku ini dapat digolongkan

Gangguan Schizofrenia sesuai dengan tabel kriteria diagnosis sebagai

berikut:

Kriteria Diagnosis Hasil

A. Gejala karakteristik: dua (atau lebih) poin berikut,

masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang

signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila

telah berhasil diobati):

1. waham

2. halusinasi

3. bicara kacau

4. perilaku yang sangat kacau atau katatonik

5. gejala negatif, yi., afektif mendatar, alogia, atau

kehilangan minat

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

B. Disfungsi sosial/okupasional: selama suatu porsi

waktu yang signifikan sejak awitan gangguan,

terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti

pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan

diri, yang berada jauh dibawah tingkatan yang telah

dicapai sebelum awitan (atau apabila awitan terjadi

Terpenuhi

14

Page 15: Case Skizofrenia

pada masa kanak-kanak atau remaja, kegagalan

mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,

atau okupasional yang diharapkan)

C. Durasi: tanda kontinu gangguan berlangsung selama

setidaknya 6 bulan.Terpenuhi

D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif:

gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan

ciri psikotik telah disingkirkan.

Tidak ada episode

depresif, manik, atau

campuran

E. Eksklusi kondisi medis umum/zat: Gangguan

tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis

langsung suatu zat atau kondisi medis umum.

Tidak ada penyakit

lain dan tidak ada

riwayat pemakaian

suatu zat

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan

pervasifTidak ada

Berdasarkan klasifikasi subtipe skizofrenia, maka pasien ini merupakan

Skizofrenia Tipe Tak Terdiferensiasi (undifferentiated), yaitu tipe skizofrenia

yang gejalanya memenuhi kriteria A, namun tidak memenuhi kriteria tipe

paranoid, hebefrenik, atau katatonik.

2. Aksis II : Gangguan kepribadian skizoid pramorbid

3. Aksis III : Tidak ada

4. Aksis IV : Tidak dapat di diagnosis

5. Aksis V : Saat ini GAF 60-51 (gejala sedang (moderate),

disabilitas sedang)

Merawat Diri : Pasien dapat mengurus dirinya dan menjaga

kebersihan dirinya.

Pekerjaan : Dalam pekerjaan, pasien kurang dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik.

Sosial : Pasien kurang berinteraksi baik dengan pasien lain,

bersikap acuh dengan perawat dan dokter.

Memanfaatkan waktu luang : waktu luang dimanfaatkan hanya

tidur.

15

Page 16: Case Skizofrenia

VII. EVALUASI MULTIAKSIS

Aksis I : Skizofrenia (F2)

Aksis II : Gangguan Kepribadian Skizoid Pramorbid

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Tidak ada

Aksis V : GAF 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas

sedang).

VIII. DIAGNOSA KERJA

Skizofrenia (F2)

IX. DAFTAR PROBLEM

1. Problem organobiologik :Tidak ada

2. Problem psikologik dan perilaku :

Anhedonia

Afek menumpul

derealisasi dan depersonalisasi

miskin ide.

3. Problem Keluarga : Tidak ada

X. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : dubia ad malam

Ad sanactionam : dubia ad malam

a. Faktor yang memperberat :

Tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas

b. Faktor yang memperingan :

Ibu angkat pasien selalu memberikan obat secara teratur

XI. RENCANA TERAPI

a. Farmakoterapi

16

Page 17: Case Skizofrenia

Olanzapine 1x10 mg

Clozapine 1x25 mg

Trihexyphenidyl 1x2 mg

b. Terapi Psikososial

a. Terapi Supportif

Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam

menghadapi masalah serta memberikan dorongan agar pasien

lebih terbuka bila mempunyai masalah dan lebih sering

bercerita tentang apa yang pasien rasakan.

Memberi dukungan pada pasien untuk meminum obat secara

teratur.

b. Edukasi Keluarga

Memberi penjelasan kepada keluarga untuk bersama-sama

membantu dan mendukung kesembuhan baik mental, jiwa,

emosi, dan rohani pasien dalam kesinambungan dengan

pemulihan.

17

Page 18: Case Skizofrenia

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh

kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi), dalam mood

(contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan

dunia luar serta dalam hal tingkah laku.

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe

paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tak terdiferensiasi, dan residual.

Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif

sederhana. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik,

paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual, dan depresi pasca

skizofrenia.

Epidemiologi

Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia,

sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua

hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam

rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan

temuan utama dari penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi

atau insiden skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga

untuk tiap-tiap subtipe skizofrenia.

Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan

perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih

awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun,

sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan

bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala

negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-

laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik

daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia laki-laki.

18

Page 19: Case Skizofrenia

Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara historis,

prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari

daerah lainnya.

Etiologi

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun

berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin.

Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis,

psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin

memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh

lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia.

Komponen lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi

keluarga yang penuh ketegangan).

Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu

banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan.

Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan

kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua,

obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan

salah satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini

karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin

atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai hipotesa

ini, dimana hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis

dopamin efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi

berat. Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik

mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan

jangka panjang dengan obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas

awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik.

Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:

1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif pada

penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan badan sel

dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang otak kemudian

ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional,

19

Page 20: Case Skizofrenia

perilaku, khususnya halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran.

Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin

D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan gejala positif

meningkat.

2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah

serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin

pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada penderita

skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin

di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks.

Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi secara primer

dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan

pada jalur ini atau melalui blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan

dopamin pada mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala

kognitif.

3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada batang

otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem

saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat

menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit

parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau

peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan

hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik.

4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus ke

hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular dopamin pathways

mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin

berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan

dari jalur ini akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi

peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea

atau disfungsi seksual.

20

Page 21: Case Skizofrenia

Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti mengenai

hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat antipsikotik atipikal

mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan

pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas noradrenergik.

2.4 Gejala dan Diagnosis

Gejala dari skizofrenia dapat berupa gejala “positif” dan “negatif”, misalnya

perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan

ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-

verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi

tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. Gejala waham dan halusinasi dapat

muncul dan terutama waham curiganya.

Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia. Adapun

menurut DSM-IV sebagai berikut:

A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk

bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati

dengan berhasil):

1) Waham

2) Halusinasi

3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)

4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan

(avolition)

Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau

atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku

atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama

lainnya.

B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset

gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal,

atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau

jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat

pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

21

Page 22: Case Skizofrenia

C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada

6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan gejala

kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual.

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif

atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada

episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama

gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif,

durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif

Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):

a) – “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi

kualitasnya berbeda.

–“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari

luar dirinya (withdrawal); dan

–“thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umum mengetahuinya;

b) – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar, atau

– “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar

– “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke

pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);

– “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi auditorik:

22

Page 23: Case Skizofrenia

–Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien,

atau

–Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara

yang berbicara) atau

–Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien

d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak

wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik

tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa

2.5 Diagnosa Banding

Skizofrenia residual merupakan salah satu diagnosa banding dari skizofrenia

paranoid. PPDGJ-III memberikan pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual yakni

harus memenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang meyakinkan:

a. Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan

psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan

inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal

yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi

tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.

b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang

memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.

c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan

frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang

(minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.5

2.6 Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia.

Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada

dengan gejala positif lebih menonjol, maka pengobatan yang disarankan kepada pasien

obat-obat antipsikotik golongan tipikal (CPZ, HLP). Sedangkan obat-obatan

antipsikotik golongan atipikal dinyatakan lebih superior dalam menanggulangi gejala

negatif dan kemunduran kognitif .

23

Page 24: Case Skizofrenia

Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang

bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta

antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif

maupun negatif. Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda

dengan klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga

hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa

antipsikotik “atipikal secara kuantitatif” karena efek samping neurologis

ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.

Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas

antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis lemah

pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping berupa

gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis α-1

adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif. Selain itu,

dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya yang

mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak berespon

terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.

Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari

terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual.

Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,

dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah

yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau

menyimpang dapat diturunkan.

Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat

dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan

menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan,

topik penting yang dibahas di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya

lama dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan

strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke

dalam aktivitas.

Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan

dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,

24

Page 25: Case Skizofrenia

meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan

skizofrenia.

Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep

penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami

pasien adalah “aman”. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli

terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti

yang diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi

yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. Psikoterapi untuk seorang pasien

skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau

bahkan tahunan. Di dalam konteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting

dalam menegakkan hubungan kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan

bersama, atau mengingat ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah untuk

menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan

akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai

manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap terapeutik terhadap pasien adalah

dengan menerima mereka bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat

dipahami dan berbeda dari ahli terapi.

2.7 Prognosis

Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang. Perbedaan

prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis spesifik di

Tabel 2.1.

Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat Onset muda

Faktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetus

Onset akut Onset tidak jelas

Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan

pramorbid yang baik

Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan

pramorbid yang buruk

Gejala gangguan mood (terutama

gangguan depresif)

Perilaku menarik diri, autistik

Gejala positif Gejala negatif

25

Page 26: Case Skizofrenia

Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang buruk

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma prenatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-rata kematian

orang yang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi

umum. Tingginya angka kematian berkaitan dengan kondisi buruk di institusi perawatan

yang berkepanjangan yang menyebabkan tingginya angka Tuberkulosis dan penyakit

menular lainnya. Namun, penelitian baru-baru ini pada orang-orang skizofrenia yang

hidup dalam masyarakat, menunjukkan bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai

penyebab utama kematian di negara berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh

diri, khususnya, telah muncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko

bunuh diri pada orang dengan gangguan skizofrenia selama hidupnya telah diperkirakan

di atas 10%, sekitar 12 kali lebih tinggi dari populasi umum. Sepertinya ada sebuah

peningkatan mortalitas untuk gangguan kardiovaskular juga, mungkin terkait dengan

gaya hidup yang tidak sehat, pembatasan akses perawatan kesehatan atau efek samping

obat antipsikotik.

26

Page 27: Case Skizofrenia

DAFTAR PUSTAKA

FKUI. Buku Ajar Psikiatri, Ed.2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.

Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Buku Ajar Psikiatri Klinis, Ed.2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.

Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta. 2001.

Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2007. hal.26-34

27