case ii thallasemia
DESCRIPTION
zdfsdTRANSCRIPT
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 5 tahun 4 bulan
Alamat : Cikereteuw 3/5 Mekar Jaya Banjaran, Bandung
Agama : Islam
Tgl masuk RS : 23 April 2012
No. RM : 374545
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah
Nama : Tn. S
Usia : 34 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Ibu
Nama : Ny. N
Usia : 31 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan pasien dengan orangtua : anak kandung
II. ANAMNESIS
Data diperoleh secara autoanamnesis dengan pasien dan alloanamnesis dari ibu pasien.
1. Keluhan Utama
Pucat sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS)
1
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien tampak pucat. Keluhan pucat
ini terjadi secara berulang dan pertama kali pasien tampak pucat kurang lebih sekitar
5 tahun yang lalu. Saat ini pasien sedang dalam terapi transfusi yang rutin dijalani
kurang lebih setiap 4 minggu di RSHS terutama jika pasien terlihat pucat. Menurut
keterangan ibunya, keluhan pucat paling terlihat di daerah muka, telapak tangan, dan
telapak kaki. Keluhan pucat disertai rasa cepat lelah. Keluhan disertai rasa pusing,
namun tidak sampai mengganggu konsentrasi belajar. Riwayat perdarahan seperti
mimisan, kecelakaan yang mengakibatkan keluar darah dari tubuh, perdarahan yang
sukar berhenti, adanya luka memar serta bintik kemerahan yang sering muncul di
kulit atau gejala muntah dan berak darah disangkal. Riwayat cacingan seperti pernah
melihat keluarnya cacing dari dubur atau terasa gatal di daerah sekitar dubur
disangkal. Riwayat mempunyai kebiasaan main di tanah atau pasir di luar rumah
tanpa menggunakan alas kaki disangkal. Keluhan sering demam, sering batuk pilek
atau pernah menderita sakit kuning juga disangkal. Pasien tidak mengeluh sering
kesemutan, merasa mati rasa ataupun sakit sendi di beberapa bagian tubuhnya. Nafsu
makan pasien tidak berkurang saat keluhan pucat pertama kali muncul tetapi
semenjak itu berat badan pasien susah naik.
Saat pasien berusia 4 bulan, tepatnya 5 tahun yang lalu saat keluhan pucat
pertama kali muncul. Pasien tampak sangat pucat yang disertai keluhan tampak lemah
dan lesu, tidak ada demam, tidak ada bintik-bintik merah di kulit, tidak ada mimisan
atau perdarahan di gusi, dan gejala batuk pilek dikatakan tidak ada. Pasien dibawa
berobat ke dokter tetapi pasien langsung dirujuk ke RSUD Soreang. Saat di rumah
sakit dinyatakan bahwa pasien mengalami kekurangan darah dengn Hb bernilai 4.
Pasien dirawat selama 2 hari kemudian pulang paksa karena alasan biaya. Selama
dirawat, pasien mendapatkan infus, obat (ibu pasien tidak tahu obat apa) dan transfusi
darah merah (ibu pasien lupa berapa banyak).
Saat usia 7 bulan pasien tampak sangat pucat kembali. Pasien dibawa berobat
ke dokter tetapi langsung dirujuk ke RSHS. Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap,
pasien dinyatakan mengidap Talasemia dan membutuhkan transfusi. Setelah itu
pasien rutin menjalani terapi transfusi rata-rata setiap 4 minggu sekali atau jika pasien
tampak semakin pucat di RSHS. Selama transfusi pasien tidak dirawat, mendapatkan
transfusi darah merah sebanyak 1 kantong, vitamin C 1x1, asam folat 1x1, dan obat
2
kelasi besi 3x1. Setelah dilakukan transfusi keluhan pucat berkurang dan kondisi
pasien membaik.
4 hari SMRS, pasien datang ke poli anak RSUD Soreang untuk meminta
rujukan ke RSHS untuk melakukan transfusi. Oleh dokter, pasien disarankan untuk
melakukan transfusi di RSUD Soreang saja.
Kurang lebih 6 jam SMRS, pasien demam yang tidak terlalu tinggi. Diberi
obat penurunan panas dan demam turun. Batuk pilek disangkal. Buang air besar
(BAB) dan buang air kecil (BAK) dalam batas normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pertama kali mengalami keluhan yang sama, yaitu pucat sejak usia 4 bulan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit serupa
dan tidak ada keluarga pasien yang menjalani transfusi darah seperti pasien.
- Riwayat sakit keganasan atau kelainan darah pada keluarga disangkal.
5. Silsilah/Ikhtisar Keturunan
6. Riwayat Pribadi
Riwayat Kehamilan
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang kedua. Menurut keterangan ibunya, ia
mengandung 9 bulan. Ibu tidak pernah sakit yang serius selama hamil. Riwayat
minum jamu atau obat-obatan disangkal. Memeriksakan kehamilannya ke bidan
secara teratur dan mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh bidan. Saat hamil
3
ibu mendapatkan suntikan anti-tetanus tetapi ibu lupa saat usia kehamilan berapa
diberikan.
Riwayat Persalinan
Pasien lahir spontan, cukup bulan, ditolong oleh bidan, langsung menangis, berat
lahir 4000 gram tetapi ibunya lupa panjang badan pasien.
Riwayat Pasca Lahir
Tidak ada keluhan
7. Riwayat Makanan
- ASI diberikan sejak lahir sampai usia 1 tahun 11 bulan
- Sejak usia 4 bulan diberikan susu formula hingga sekarang
- Kira-kira usia 6 bulan diberikan bubur dan buah-buahan (pisang)
- Sejak usia 1 tahun hingga sekarang diberikan makanan keluarga. Frekuensi
makan rata-rata 3 kali sehari sebanyak kurang lebih 1 piring dengan banyaknya
nasi kira-kira seukuran 1 mangkuk kecil. Lauk pauk yang diberikan biasanya
telur, tempe, tahu, ikan dan kadang-kadang daging ayam atau sapi, biasanya
pasien paling suka makan daging ayam dan telur.
8. Perkembangan
Ibu pasien tidak dapat menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak secara
jelas. Ibu pasien hanya ingat, pasien merangkak saat usia 7 bulan dan berjalan saat
usia hampir 1 tahun.
9. Imunisasi
BCG : 1x, usia 2 bulan
DPT : 3x, usia lupa
Polio : 3x, usia lupa
Campak : 2x, usia 9 bulan dan 5 tahun
Hep.B : 3x, usia lupa
4
10. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Sosial Ekonomi
Penghasilan ayah pasien tidak diberi tahu tetapi dikatakan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarga.
Lingkungan
Pasien adalah anak kedua dari dua besaudara yang tinggal bersama kedua orang
tuanya. Sirkulasi udara dan pencahayaan rumah cukup baik.
III.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda Vital
Frekuensi nadi : 110 x/menit
Frekuensi nafas : 21 x/menit
Suhu : 36oC (axila)
Tekanan darah : 100/60 mmHg
4. Status gizi
Berat badan : 14,5 kg
Tinggi badan : 101 cm
Status Gizi (Z-score)
BB/U : Sesuai
TB/U : Sesuai
BB/TB : Sesuai
B. Pemeriksaan khusus
Kepala
Tidak terdapat deformitas, rambut hitam, tidak mudah dicabut, facies cooley (-),
nyeri tekan sinus paranasal (-)
Mata
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+
Telinga
5
Tidak terdapat deformitas, tidak terdapat tanda-tanda peradangan, nyeri tekan
tragus (-), tidak terdapat sekret
Hidung
Tidak terdapat deformitas, septum tidak deviasi, tidak terdapat sekret, Pernafasan
Cuping Hidung (-)
Mulut
Tidak terdapat perioral cyanosis, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, perdarahan
(-), karies gigi (+)
Leher
KGB tidak teraba membesar, retraksi suprasternal (-)
Thorak
Paru
- Inspeksi : Pergerakan simetris kanan dan kiri, retraksi intercostal (-)
- Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-, slem -/-
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis teraba
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
- Inspeksi : Abdomen datar, retraksi epigastrium (-)
- Palpasi : Abdomen lembut, nyeri tekan epigastrium (-),
: Hepar teraba 1 jari di bawah arcus costae dan 1 jari di bawah
Processus Xiphoidehus
: lien tidak teraba membesar
- Perkusi : Timpani, Nyeri ketok (-), ruang traube kosong
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstermitas
6
Akral hangat, CRT< 2 detik, edema (-), kekuatan otot pada seluruh ekstremitas
adalah 5
Kulit
Ptekia (-), ekimosis(-), hematoma(-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (13 April 2012)
Hematologi Hasil Nilai RujukanHb 7,1 g/dl 12-16 g/dlHematokrit 21 % 37-43 %
Leukosit 13.000/mm3 5.000-12.000/mm3
Trombosit 368.000/ mm3 150.000 – 400.000/mm3
V. RINGKASAN DATA DASAR
A. Anamnesis
Seorang anak perempuan, usia 5 tahun 4 bulan, tampak pucat sejak 1 minggu
SMRS. Keluhan pucat ini terjadi secara berulang dan pertama kali pasien tampak
pucat kurang lebih sekitar 5 tahun yang lalu. Saat ini pasien sedang dalam terapi
transfusi yang rutin dijalani kurang lebih setiap 4 minggu terutama jika pasien terlihat
pucat. Setelah sakit, berat badan pasien tidak terlalu banyak mengalami peningkatan.
Kurang lebih 6 jam SMRS, pasien demam yang tidak terlalu tinggi. Diberi obat
penurun panas dan demam turun.
B. Pemeriksaan Fisik
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 110 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 36 oC (axilla)
TD : 110/60 mmHg
Kepala
Facies cooley (-)
7
Mata
Konjungtiva anemis
Abdomen
- Hepar teraba 1 jari di bawah arcus costae dan 1 jari di bawah Processus
Xiphoidheus (hepatomegali)
- Lien tidak teraba membesar, ruang traube kosong
C. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (13 April 2012)
Hematologi Hasil Nilai RujukanHb 7,1 g/dl 12-16 g/dlHematokrit 21 % 37-43 %
Leukosit 13.000/mm3 5.000-12.000/mm3
Trombosit 368.000/ mm3 150.000 – 400.000/mm3
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Talasemia
- Anemia defisiensi besi
VII. DIAGNOSIS KERJA
- Talasemia
- Observasi febris
VIII. PENATALAKSANAAN
- TD IV
- Transfusi PRC 200 cc
- Lasix 14 mg IV
- Cefadroxil 2 x ¾ C P.O
- Paracetamol 3 x ¼ C P.O
IX. USULAN PENGELOLAAN
8
Usulan Pemeriksaan
- SADT
- Besi serum, TIBC, dan feritin serum
- Elektroforesis hemoglobin
Rencana Terapi
- Transfusi darah dengan PRC (packed red cell) 10-15 cc/kgbb, berarti pasien diberikan
transfusi PRC sebanyak 145cc – 217,5 cc.
- Saat transfusi diberikan juga furosemid 1 mg/kgbb iv, pasien diberikan furosemid
14,5mg yang diberikan masing-masing 7 mg diawal transfusi dan 7 mg dipertengahan
transfusi.
- Asam folat 1 x 1 mg/hari P.O
- Vitamin E 2 x 200 IU/hari
- Vitamin C 2-3 mg/kgbb/hari, berarti pasien diberikan Vitamin C 1 x 29-43,5 mg/hari
P.O
- Kelasi besi dimulai bila kadar feritin serum 1000 ng/ml atau bila sudah menerima 3-
5 liter darah atau setelah 10-20 kali transfusi. Diberikan deferioksamin 30-50
mg/kgbb/hari, 5-7 kali seminggu subkutan selama 8-12 jam dengan syringe pump.
Rencana edukasi dan diet
- Mengurangi konsumsi bahan makanan yang menjadi sumber besi seperti hati, daging,
kuning telur, polong, biji-bijian utuh, udang, tiram, dan sayuran berwarna hijau tua.
- Mengonsumsi makanan yang dapat menurunkan absorbsi besi misalnya sereal, teh
hitam, kopi, produk susu.
- Susu sapi/kambing mempunyai kandungan besi yang lebih rendah dari pada susu
formula.
- Menganjurkan ibunya untuk tetap menjaga keseimbangan nutrisi anaknya dengan cara
memberi makanan yang sehat dan bergizi untuk memperbaiki gizi anaknya.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
9
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mengapa pasien didiagnosis sebagai talasemia ?
Pasien perempuan usia 5 tahun datang dengan keluhan pucat. Pucat pada pasien telah
berlangsung selama kurang lebih 5 tahun sehingga pucatnya adalah pucat kronik. Dari
keluhan ini dapat dipikirkan adanya anemia kronik.
o Pada pasien tidak ditemukan riwayat perdarahan sehingga anemia karena
perdarahan dapat disingkirkan.
o Pasien tidak memiliki riwayat mudah memar, perdarahan yang sulit berhenti
maka diagnosa ITP dan hemofilia dapat disingkirkan.
o Pasien jarang sakit-sakitan sehingga kemungkinan mengalami anemia karena
penyakit kronis dapat disingkirkan.
o Pasien tidak mengeluh sering kesemutan ataupun mengalami mati rasa pada
bagian tubuhnya sehingga kemungkinan mengalami anemia yang disebabkan
kekurangan vitamin B12 dapat disingkirkan.
o Pada pasien didapatkan gangguan pertumbuhan yang dapat merupakan akibat dari
anemia kronik. Anemia kronik yang dipikirkan disini yaitu talasemia dan anemia
defisiensi besi. Akan tetapi karena nafsu makan pasien baik dan memiliki prestasi
di sekolah yang sangat baik, kemungkinan untuk mengalami anemia defisiensi
besi sangat kecil walaupun masih ada kemungkinan kearah anemia defisiensi besi
karena belum dilakukan pemeriksaan SADT, besi serum, TIBC, dan Feritin
serum.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, hepar teraba 1 cm dibawah
arkus costae. Dari data pemeriksaan fisik tersebut, diagnosis kemungkinan besar
kearah talasemia.
Pada hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan kadar hemoglobin 7,1 g/dl dan
hematokrit 21% mendukung kearah anemia tetapi tidak dapat ditentukan morfologi
anemianya karena tidak dilakukan pemeriksaan sediaan hapus darah tepi.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang kemungkinan
besar diagnosa kerja dari pasien ini adalah talasemia walaupun untuk memastikan
diagnosa pasti talasemia diperlukan pemeriksaan penunjang yang lain.
10
Pada anamnesis juga didapatkan bahwa pasien panas badan sejak 6 jam SMRS yang
tidak terlalu tinggi dan tidak disertai keluhan lain, saat datang ke RS, pasien sudah
tidak panas badan tetapi dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
leukosit yaitu 13.000/mm3, sehingga ditambahkan diagnosis observasi febris.
2. Bagaimana terapi pada pasien ini ?
Setelah didiagnosis maka pasien mendapatkan pengobatan berupa transfusi darah
(PRC) sesuai dengan kadar Hb dan berat badan, furosemid, asam folat, vitamin C dan
vitamin E. Setelah tranfusi beberapa kali dilakukan pemeriksaan kadar ferritin. Ketika
kadar ferritin mencapai >1000 ng/ml maka pasien mendapat pengobatan kelasi besi
berupa desferoksamin. Pemberian furosemid disini bertujuan untuk mencegah
terjadinya overload cairan yang akan memperberat beban jantung. Pemberian asam
folat bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya yang meningkat dalam memproduksi
sel darah merah sedangkan vitamin E bertujuan untuk memperpanjang umur sel darah
merah. Sedangkan pemberian vitamin C bertujuan untuk meningkatkan ekskresi besi
dalam urin.
3. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Pasien ini rutin menjalani terapi transfusi darah sehingga anak akan tumbuh normal
sampai decade ke 4-5.(8)
Quo ad functionam : dubia ad malam
Transfusi yang dijalani pasien akan menimbulkan komplikasi hemosiderosis/iron
overload yang akan mengenai berbagai organ.(8)
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 PENDAHULUAN
Talasemia pertama kali dideskripsikan pada tahun 1925 ketika Thomas B. Cooley
menggambarkan lima orang anak dengan anemia berat, splenomegali, dan adanya kelainan
tulang yang tidak biasa dengan menyebutnya sebagai gangguan eritroblastik atau anemia
mediterania karena sirkulasi sel darah merah bernukleus dan karena seluruh pasiennya
beretnis Italia dan Yunani.(1)
Pada tahun 1932, Whippel dan Bradford menciptakan istilah Talasemia dari bahasa
yunani dari kata Thalassa yang berarti laut (Mediterania) dan emia yang berarti berhubungan
dengan darah.(1)
3.2 DEFINISI
Talasemia merupakan penyakit kelainan genetik yang diturunkan secara resesif,
ditandai dengan adanya defisiensi (berkurang atau tidak ada) pembentukan rantai globin
spesifik dari Hb.(1,2,3,4)
3.3 EPIDEMIOLOGI
Meskipun β-talasemia memiliki >200 mutasi, kebanyakan jarang ditemukan. 3% dari
populasi dunia adalah karier gen β-talasemia, dan di Asia Tenggara 5-10% dari populasi
adalah karier gen α-talasemia. Di Amerika diperkirakan terdapat 2000 individu dengan β-
talasemia.(3)
3.4 PATOFISIOLOGI
Talasemia ialah gangguan darah karena faktor genetik. Untuk memahami efek
talasemia, maka harus diketahui pembuatan sel darah merah. Darah membawa oksigen dari
paru-paru ke jaringan tubuh. Oksigen tersebut berada pada suatu unsur dari sel darah merah
yang dinamakan hemoglobin.(5)
Hemoglobin terbuat dari dua unsur protein yang berbeda, yang disebut globin alpha
dan beta. Pembuatan protein globin tersebut, berada pada bagian kromosom yang berbeda.
Jika ada kesalahan pada kromosom gen, maka akan terjadi penurunan produksi dari gen
tersebut.(5)
12
Darah orang dewasa, mengandung 3 jenis hemoglobin. Komponen utama dari Hb
dewasa adalah Hb A dengan struktur molekular α2β2, hemoglobin minor mengandung rantai γ
pada (Hb janin atau Hb F) dan δ (Hb A2). Gen untuk rantai globin terdapat pada 2 kelompok
yaitu ε, δ, β, di kromosom 11 dan ζ, α pada kromosom 16.(5,6)
Hemoglobin embrio tertentu biasanya hanya diekspresikan pada eritroblas kantung
kuning telur. Gen globin beta diekspresikan pada kadar rendah dalam awal kehidupan janin,
tetapi perubahan utama menjadi Hb dewasa terjadi setelah 3-6 bulan setelah kelahiran pada
saat sintesis rantai γ sebagian besar digantikan dengan rantai β.(5,6)
Normalnya, terdapat 4 gen α-globin dan 2 gen β-globin untuk membentuk protein
globin tetramik yang kemudian akan bergabung dengan bagian heme untuk membentuk
hemoglobin utama yang ditemukan di sel darah merah HbA (α2β2).(2)
Pada individu dengan β-thalassemia terdapat dua kemungkinan yaitu tidak
terbentuknya β-globin secara total (β0-thalassemia) atau berkurang sebagian (β+-thalassemia).
Pada thalassemia α, α-globin juga dapat total maupun sebagian berkurang.(3)
Ketika salah satu rantai polipeptida berkurang, hal ini akan menyebabkan rantai yang
lain menjadi relatif berlebih sehingga mengakibatkan eritropoesis yang tidak efektif,
presipitasi hemoglobin yang tidak stabil dan hemolisis yang mengakibatkan destruksi sel
darah merah intramedula.(2)
3.5 KLASIFIKASI dan MANIFESTASI KLINIS
3.5.1 Talasemia-α
13
Alfa globin memiliki 4 gen pada kromosom 16
Syndrome Usual Genotype Alpha Gene
Number
Clinical Features
Normal αα/αα 4 Normal
Silent carrier α-/αα 3 Normal
Alpha-thalassemia
trait
α-/α- 2 Anemia mikrositik
ringan
HbH disease --/αα 1 Anemia mikrositik
sedang,
splenomegali,
jaundice
Homozygous alpha
thalassemia
--/-- 0 Fetal hydrops sebagai
akibat dari anemia
berat
Bagan. α-Talasemia
Bagan. α-Talasemia
3.5.2 Talasemia-β
Beta globin memiliki 2 gen pada kromosom 11.
14
1 gen abnormal Talasemia beta trait (minor) Anemia yang ringan atau
tanpa anemia (Hb 9-12
mg/dl), mikrositosis,
peningkatan hitung sel
darah merah.
2 gen abnormal Talasemia intermedia Anemia mikrositik dengan
hemoglobin biasanya
>7mg/dl, kegagalan
pertumbuhan,
hepatosplenomegali,
hiperbilirubinemia,
thalassemia facies
Talasemia beta mayor “anemia
cooley”
Anemia berat (Hb 1-6
mg/dl), biasanya ditahun
pertama kehidupan,
hepatosplenomegali, gagal
tumbuh.
Sindrom β-Talasemia
Homozigot β-Talasemia (Talasemia mayor,Cooley Anemia)
Jika tidak mendapat pengobatan maka anak-anak dengan talasemia beta akan
bergejala anemia berat, lemas, cardiac decompensation selama periode 6 bulan kedua
kehidupannya. Transfusi darah harus dilakukan terutama bulan kedua atau tahun
kedua kehidupan. Transfusi darah bergantung pada kemampuan anak untuk
mengkompensasi derajat anemianya. Kebanyakan penderita gagal mengkompensasi
ketika hemoglobin lebih rendah dari 4,0 g/dL. Terdapat juga lemas, nafsu makan
menurun, letargi. Gejala klinis pada pasien anak dengan talasemi berat yang terutama
terlihat di Negara maju adalah facies Cooley (maxillary hyperplasia, flat nasal bridge,
frontal bossing), patah tulang yang patologis, hepatosplenomegali dan kaheksia.
Limpa dapat menjadi begitu membesar sehingga menyebabkan kenyamanan
terganggu dan terjadi hipersplenisme sekunder. Gejala dari eritropoesis yang tidak
efektif ialah pelebaran ruang medular (perluasan masif dari sumsum wajah dan
tengkorak), hematopoeisis ekstramedula, dan kebutuhan kalori yang besar.(3)
15
Anemia akan mengakibatkan peningkatan penyerapan besi pada saluran
pencernaan yang akan menyebabkan komplikasi pada akhirnya. Gejala-gejala akan
berkurang dengan dilakukannya transfusi darah. Transfusi darah maka akan
menyebabkan peningkatan kadar besi dalam darah yang akan menyebabkan banyak
gangguan. Hal ini dapat ditangani dengan pemberian kelasi besi. Tetapi
bagaimanapun terapi kelasi besi juga memiliki hubungan dengan berbagai komplikasi.
Gangguan pada endokrin dan jantung biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat
transfusi berulang. Kelainan endokrin dapat berupa hipotiroid, gonadal failure,
hipoparatiroid dan diabetes mellitus. Kelainan jantung berupa CHF dan aritmia.
Tumbuh kembang juga terganggu dan pubertas terlambat.(3)
3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG(8)
Kadar hemoglobin berkisar antara 3-9 gr/dl.
Apusan darah tepi : mikrositik, hipokrom, anisositosis, poikilositosis, polikromasi, sel
target, normoblast, fragmentosit,basophilic stipling.
Retikulositosis.
Indeks eritrosit : MCV, MCH, dan MCHC menurun.
Sumsum tulang : hyperplasia eritroid dan cadangan besi meningkat.
Red cell survival memendek.
Tes fragilitas osmotiK : eritrosit lebih tahan terhadap larutan salin hipotonik.
Elektroforesis hemoglobin : Hb F meningkat 10-98 %. Hb A bisa ada (pada β+) , bisa
tidak ada (pada β0). HbA2 sangat bervariasi kadang normal, meningkat atau rendah.
Bilirubin indirek meningkat
Ferritin serum meningkat
Saturasi transferin meningkat.
3.7 PENATALAKSANAAN
TRANSFUSI DARAH
Sebelum mendapat transfusi darah maka orang tua pasien dengan diagnosis β0-
thalassemia harus mendapat penjelasan bahwa pengobatan yang akan dijalani anak
mereka adalah pengobatan seumur hidup. Transfusi biasanya dilakukan setiap bulan
dengan target Hb sebelum transfusi >9.5 dan <10.5 g/dL, Sebelum dilakukan transfusi
pertama, idealnya harus diukur status besi dan folat, diberikan vaksin hepatitis B, dan
fenotip sel darah merah secara lengkap ditentukan, sehingga alloimunisasi yang
16
timbul dapat dideteksi. Transfusi dengan dosis 10-15 mL/kgBB Packed Red Cells
(PRC).(3,7)
KHELASI BESI
- Transfusional hemosiderosis menyebabkan banyak komplikasi pada talasemia
mayor.(3) Terapi khelasi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi tersebut.(6)
- Penilaian akurat terhadap penimbunan besi sangat diperlukan untuk terapi yang
optimal.(3) Diagnosis kelebihan besi dalam tubuh didapat dengan melakukan
pemeriksaan kadar feritin serum, biopsi hati dan Magnetic Resonance Imaging
jantung.(5)
- Kadar feritin serum sangat berguna untuk penilaian keseimbangan kadar besi, tapi
tidak akurat dalam memprediksi penimbunan besi secara kuantitatif. Pemeriksaan
kadar besi dengan biopsi hati adalah metode standar dalam menilai kelebihan besi
secara akurat. Ferritometer dan MRI adalah alternatif yang lain. Meskipun
penilaian kuantitatif kelebihan besi di hati secara akurat memandu dalam
penggunaan khelasi besi, hal ini tidak mewakili perubahan kelebihan besi di
jantung.(3)
- Kadar feritin serum diperiksa setelah transfusi darah sudah mencapai 3000-5000
ml atau sudah menjalani 15-20x transfusi.(7)
- Apabila kadar feritin sudah mencapai > 1000 ng/ml maka dilakukan terapi kelasi
besi. Pada saat pemberian kelasi besi subkutan (deferioksamin) juga diberi
Vitamin C 2-3 mg/kg/hari.(7)
- Deferioksamin (desferal) mengkelasi besi kemudian dieksresikan ke urin dan
feses. Deferioksamin diberikan secara subkutan lebih dari 10-12 jam, 5-6 hari
seminggu. Efek sampingnya ialah ototoksik berupa tuli nada tinggi, perubahan
retina, dan displasia tulang dengan pemendekan trunkal. Jumlah deferosamine per
jam yang digunakan sehari lebih penting dari pada dosis tunggal dalam sehari.(3)
- Deferiprone ialah khelator besi baru yang disahkan oleh U.S Food and Drug
Administration untuk anak di atas usia 2 tahun. Deferiprone mungkin tidak
seefektif deferioksamine dalam mengkelasi besi dalam tubuh, tapi mungkin lebih
efektif dalam mengeluarkan besi dari jantung. Efek sampingnya yaitu neutropenia,
diperlukan hitung jenis sel tiap minggu.(3)
- Terapi kombinasi deferioksamin dan deferiprone jika kadar feritin >3000 ng/ml
yang bertahan minimal selama 3 bulan, adanya gangguan jantung/kardiomiopati
17
akibat kelebihan besi, untuk jangka waktu tertentu (6-12 bulan) bergantung pada
kadar feritin dan fungsi jantung saat evaluasi.(7)
OBAT-OBATAN(7)
- Asam folat 2 x 1 mg/hari per oral.
- Vitamin E 2 x 100 IU untuk anak kurang dari 5 tahun, 2 x 200 IU untuk anak
lebih dari 5 tahun.
- Vitamin C 2-3 mg/kgbb/hari (maksimal 50 mg pada anak dibawah 10 tahun dan
100 mg pada anak diatas 10 tahun, tidak melebihi 200 mg/hari) dan hanya
diberikan saat pemakaian deferioksamin (DFO) untuk meningkatkan ekskresi
besi, tidak dipakai pada pasien dengan gangguan fungsi jantung.
- Vitamin D (50,000 IU tiap minggu sampai mencapai kadar normal) ini
diindikasikan bagi pasien yang memiliki 25-hydroxy vitamin D <20 ng/dL.
DIET(2,7)
- Mengurangi konsumsi bahan makanan sumber besi bentuk heme (berasal dari
hewan). Bentuk non heme berasal dari nabati. Sumber makanan yang
mengandung besi antara lain hati, daging, kuning telur, polong, biji-bijian utuh,
udang, tiram, dan sayuran berwarna hijau tua.
- Mengonsumsi makanan yang dapat menurunkan absorbsi besi misalnya sereal, teh
hitam, kopi, produk susu.
- Susu formula boleh dikonsumsi karena pada susu formula selain terdapat kadar
besi yang tinggi juga terdapat kadar kalsium yang tinggi. Bahan makanan lain
yang mengandung kalsium adalah ikan sardine, salmon, tiram, kerang, sayuran
berwarna hijau tua, kedelai
- Susu sapi/kambing mempunyai kandungan besi yang lebih rendah dari pada susu
formula.
LENGKAPI IMUNISASI
Imunisasi terhadap virus hepatitis B dan C perlu dilakukan untuk mencegah infeksi
virus tersebut melalui transfuse darah.
SPLENEKTOMI(7)
18
Splenektomi dilakukan dengan indikasi, yaitu:
- Tanda-tanda hiperslenisme dini: kebutuhan transfusi sudah mencapai 200-250
ml/kgBB/tahun.
- Tanda-tanda hipersplenisme lanjut: pansitopenia
- Limpa >6 cm di bawah arkus kosta, yang menyebabkan rasa tidak nyaman
(membatasi gerak pasien dan menimbulkan tekanan intraabdominal yang
mengganggu nafas) dan mencegah terjadinya ruptur.
Sebagian besar pasien dengan talasemia beta yang berat akan mengalami
pembesaran limpa yang bermakna dan peningkatan kebutuhan sel darah merah
setiap tahunnya pada dekade pertama kehidupan.
Splenektomi dapat menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30% pada
pasien yang indeks transfusinya melebihi 200 mL/kgBB/tahun. Waktu
pelaksanaan sebaiknya pada saat anak berusia lebih dari 5 tahun untuk
menghindari terjadinya kemungkinan infeksi. 2-3 minggu sebelum dilakukan
operasi, pasien sebaiknya diimunisasi HiB, Hepatitis B, dan pneumococcal. Selain
itu, fungsi hati terutma PT-APTT, fungsi ginjal, foto toraks, fungsi jantung, dan
uji fungsi paru juga dilakukan. Untuk antibiotik jika anak alergi penisilin maka
dapat diganti dengan eritromisin. Setelah operasi, waspadai terjaDInya
trombositosis 3 hari setelah operasi dan bahaya infeksi selama 2 tahun setelah
operasi. Jika trombosit >600.000 / μl sebaiknya dimulai pemberian aspirin dosis
rendah (1x80 mg oral).
TRANSPLANTASI SUMSUM TULANG
Transplantasi sumsum tulang telah menyembuhkan >1.000 pasien yang memiliki
talasemia mayor. Keberhasilan terbesar ketika transplantasi dilakukan pada saat usia
<15 tahun tanpa adanya penumpukan besi dan hepatomegali serta memiliki HLA
yang sesuai dengan donor.(3,7)
KOMPLIKASI TRANSFUSI PADA TALASEMIA
Hemosiderosis merupakan akibat terapi transfusi jangka panjang yang tidak
dapat dihindari karena dalam setiap 500 mL darah membawa 200 mg besi. Pada
individu normal, semua besi plasma terikat pada transferin. Kapasitas transferin untuk
19
mengikat besi terbatas sehingga bila terjadi kelebihan besi seperti pada pasien
thalassemia, seluruh transferin akan berada dalam keadaan tersaturasi. Akibatnya besi
akan berada dalam plasma dalam bentuk tidak terikat (Non-Transferrin Bound Plasma
Iron) yang akan menyebabkan pembentukan radikal bebas hidroksil dan mempercepat
peroksidasi lipid membran in vitro.
Kelebihan besi akan terakumulasi dalam hati, namun efek paling fatal
disebabkan oleh akumulasi di jantung. Akibat-akibat dari penumpukan besi:
- Pada hati, bisa terjadi fibrosis dan sirosis, perdarahan
- Pada sel beta pankreas menyebabkan diabetes melitus
- Pada hipofisis, testis, dan ovarii menyebabkan retardasi pertumbuhan dan
hipogonadotropik hipogonadism
- Pada paratiroid, menyebabkan hipokalsemia dan osteoporosis
- Pada jantung, menyebabkan aritmia, miokarditis, dan gagal jantung
- Infeksi sekunder dari terapi transfusi adalah infeksi virus hepatitis dan infeksi
yarsinia enterocolitica.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Rudolph, Colin D; Rudolph, Abraham; Hostetter, Margaret K. Rudolph’s
Pediatric 21st ed. McGraw-Hill. 2003.
2. Richard A. Polin, Mark F. Ditmar. Pediatric Secret’s 4th ed. Elsevier. 2007.
3. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. Nelson Text Book of Pediatrics. 18th ed.
Saunders. 2007.
4. Garna, Herry, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi
ke-3. Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RSHS. 2005.
5. Thalassemia. Surface D. Cooley Anemia Foundation. New York.
6. Hoffbrand, Pettit, Moss. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Jakarta: EGC. 2005
7. Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti dkk. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.
Jakarta: IDAI. 2010.
8. Bakta I Made. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC. 2006.
21