case - dbd gr ii

61
PRESENTASI KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE GRADE II Pembimbing: Dr. Yahya G. Lubis, Sp.A. Disusun Oleh : Andre Tritansa Faizal 030.05.026

Upload: andre-tritansa-faizal

Post on 29-Jun-2015

317 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: CASE - DBD gr II

PRESENTASI KASUS

DEMAM BERDARAH DENGUE

GRADE II

Pembimbing:

Dr. Yahya G. Lubis, Sp.A.

Disusun Oleh :

Andre Tritansa Faizal

030.05.026

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD KOJA

PERIODE 5 Juli – 11 September 2010

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

Page 2: CASE - DBD gr II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

A. Identitas Pasien

Nama : An. Aliya

Umur : 6 tahun 2 bulan

Berat Badan : 22 kg

Tinggi Badan : 116 cm

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : ISLAM

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Mei 2004

Alamat : Jl. H. Said no. 2B RT/RW 02/06

Masuk RS : 13 Juli 2010

B. Identitas Orang Tua

Ayah Ibu

Nama : Tn. Khairul Ny. Riyana

Umur : 38 tahun 33 tahun

Agama : ISLAM ISLAM

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Supplier Kayu Ibu rumah tangga

Penghasilan : ± Rp. 4.000.000,- -

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

Suku bangsa : Palembang

2

Page 3: CASE - DBD gr II

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ibu dan ayah pasien pada

tanggal 16 Juli 2010.

A. KELUHAN UTAMA

Demam sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit

B. KELUHAN TAMBAHAN

Nyeri ulu hati

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

OS datang ke IGD RSUD KOJA dengan keluhan demam sejak ± 4

hari sebelum masuk rumah sakit, demam terus-menerus tinggi, demam

tiba-tiba tinggi, OS sudah dibawa oleh orang tua pasien berobat ke klinik,

lalu diberi obat proris dan puyer, setelah itu demam turun, namun

kemudian naik lagi.

OS juga mengeluhkan nyeri ulu hati sejak ± 4 hari yang lalu, nafsu

makan menurun, serta belum BAB sejak 3 hari yang lalu, BAK tidak ada

keluhan, batuk dan pilek disangkal, mimisan, gusi berdarah dan bintik-

bintik kemerahan di kulit disangkal.

2 hari setelah masuk RS timbul bintik-bintik merah di lengan OS, saat

ini OS sudah dirawat selama 4 hari, demam sudah tidak ada sejak 1 hari

yang lalu, nyeri ulu hati tidak ada, mual muntah negatif, BAB 1x bewarna

coklat tidak encer 1 hari yang lalu.

.

3

Page 4: CASE - DBD gr II

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteri - Penyakit

Jantung

-

Cacingan - Diare 12

bulan

Penyakit

Ginjal

-

Demam

berdarah

- Kejang - Penyakit

Darah

-

Demam

Typhoid

- Kecelakaan - Radang Paru -

Otitis - Morbili - Tuberkulosis -

Parotitis - Operasi - Lainnya -

Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya

Riwayat alergi obat- obatan dan makanan (-)

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

Orangtua pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti darah tinggi,

asma, kencing manis, maupun penyakit jantung dan paru.

4

Page 5: CASE - DBD gr II

F. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan -

Perawatan antenatal Rutin kontrol

KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah bersalin

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Spontan

Masa gestasi Cukup bulan (40 minggu)

Keadaan bayi o Berat lahir : 3100 gr

o Panjang : 48 cm

o Lingkar kepala : -

o Langsung menangis : Ya

o Nilai APGAR : -

o Kelainan bawaan : -

Kesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik.

.

G. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

o Pertumbuhan gigi I : 6 bulan (Normal 5-9 bulan)

o Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

o Psikomotor

Tengkurap : 6 bulan (Normal: 6-9 bulan)

Duduk : 7 bulan (Normal: 6-9 bulan)

Berdiri : 9 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : 12 bulan (Normal: 12-18 bulan)

Bicara : 18 bulan (Normal: 12-18 bulan)

Kesan: Riwayat perkembangan baik.

5

Page 6: CASE - DBD gr II

H. RIWAYAT MAKANAN

Umur (bln) ASI/PASI Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim

0 - 2 √

2 - 4 √

4 - 6 √

6 - 8 √ √

8 - 10 √ √ √

10 - 12 √

Umur di atas 1 tahun

Jenis makanan Frekuensi dan jumlah

Nasi/pengganti Sering, 3x / hr

Sayur 3x / minggu

Daging Sering, 2x / hari

Telur Sering, 2x / hari

Ikan Jarang, 3x / minggu

Tahu Jarang, 3x / minggu

Tempe Jarang, 1x / minggu

Susu Sering, 4-5 botol / hari

Kesulitan makan : ( - )

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan baik

I. RIWAYAT IMUNISASI DASAR

Menurut ibu OS, riwayat imunisasi OS lengkap, namun ibu OS tidak dapat

menyebutkan dengan pasti jenis imunisasi nya

Kesan : Riwayat imunisasi tidak didapatkan data yang pasti

6

Page 7: CASE - DBD gr II

J. RIWAYAT KELUARGA

Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Kakak pertama pasien

perempuan berusia 12 tahun. Kakak kedua pasien laki-laki berusia 10

tahun. Keduanya dalam keadaan sehat dan belum pernah menderita

penyakit seperti pasien

K. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Ayah pasien adalah bekerja sebagai supplier kayu dengan penghasilan Rp.

± 4.000.000,- /bulan.

Menurut ibu pasien penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari.

Kesan : Kebutuhan pokok sehari-hari cukup terpenuhi.

L. RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI

Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan kedua kakaknya. Rumah ini milik

sendiri berlantai ubin, beratap genteng, ventilasi baik, pencahayaan baik,

sanitasi baik. Lingkungan tempat tinggal padat penduduk. Namun saluran

pembuangan air di sekitar rumah sering tersumbat, dan banyak nyamuk di

sekitar rumah. Rumah tinggal tidak berdekatan dengan tempat

pembuangan sampah

Kesan: Riwayat perumahan baik, namun sanitasi kurang baik.

7

Page 8: CASE - DBD gr II

III. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 16 juli 2010 di RSUD Koja, Pukul 14.00 WIB.

Keadaan umum : Sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Frekuensi napas : 24 x/menit

Suhu : 36,3 0C

Status Gizi

Berat badan : 22 kg

Tinggi badan : 116 cm

Keadaan gizi : BB/U = 22/20 x 100% = 110% → gizi baik

BB/TB = 22/21 x 100% = 104% → gizi baik

TB/U = 116/115 x 100% = 100% → tinggi normal

Kesan : keadaan gizi anak baik

Kepala : Normocephali, rambut hitam merata, tidak mudah

dicabut

Mata : Pupil bulat isokor

Conjungtiva anemis -/-

Sklera ikterik -/-

Telinga : Normotia, sekret (-), serumen (-), membran timpani

tidak dapat dinilai

Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-),

septum deviasi (-)

Mulut : Trismus (-), halitosis (-), gusi tidak meradang, tidak

merah dan bengkak (-)

Bibir : Bibir kering dan pecah- pecah (-), sianosis (-)

8

Page 9: CASE - DBD gr II

Lidah : Bercak- bercak putih pada lidah (-), tremor (-)

Tenggorokan : Tonsil T1- T1 tenang, faring hiperemis (-)

Leher : Trakea terletak ditengah, KGB tidak teraba

membesar, kel. tiroid tidak teraba membesar

Toraks

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga ke 5, 2 cm medial dari

garis mid clavicula kiri

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 reguler, bising (-), irama derap

kuda ( - )

● Paru

Inspeksi : Bentuk dada normal, pernapasan simetris dalam

keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (-)

Palpasi : Vokal Fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor di kedua hemitoraks

Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen

Inspeksi : Abdomen datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

membesar, turgor baik

Perkusi : Tympani di seluruh regio abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Extremitas : Akral hangat, oedem (-)

Kulit : Ruam (-), petechie (+) pada kedua lengan, pucat (-),

cyanosis (-)

9

Page 10: CASE - DBD gr II

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

► LABORATORIUM HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS

Tanggal 13 Juli 2010

Hb : 16,4 g/dl

Leukosit : 9.900 /Ul

Ht : 45 %

Trombosit : 68.000 /Ul

Kesan: Terdapat peningkatan Hb dan Ht, serta penurunan

trombosit

Tanggal 14 Juli 2010

Hb : 13,4 g/dl

Leukosit : 9.900 /Ul

Ht : 41 %

Trombosit : 45.000 /Ul

Eritrosit : 5,10 juta

VER : 81 fl

HER : 26 pg

KHER : 33 g/dl

Hitung jenis

Basofil : 0 %

Eosinofil : 2 %

Batang : 0 %

Segmen : 15 %

Limfosit : 76 %

Monosit : 7 %

LED : 6 mm/jam

IgG Dengue : (+)

IgM Dengue : (+)

10

Page 11: CASE - DBD gr II

Kesan: Terdapat penurunan trombosit dibandingkan hari kemarin,

penurunan Hb dan Ht setelah pemberian cairan, dan adanya

limfositosis yang khas pada infeksi akut, hasil pemeriksaan

serologi mengkonfirmasi adanya infeksi dari virus dengue

Tanggal 15 Juli 2010 pukul 13.34 WIB

Hb : 12,9 g/dl

Leukosit : 5.100 /Ul

Ht : 37 %

Trombosit : 56.000 /Ul

Tanggal 15 Juli 2010 pukul 21.52 WIB

Hb : 13.8 g/dl

Leukosit : 6.600 /Ul

Ht : 39 %

Trombosit : 107.000 /Ul

Kesan : Trombosit semakin naik mendekati angka normal

Tanggal 16 Juli 2010

Hb : 13.7 g/dl

Leukosit : 5.900 /Ul

Ht : 38 %

Trombosit : 135.000 /Ul

Kesan : Trombosit sudah naik melebihi angka 100 ribu

11

Page 12: CASE - DBD gr II

V. RESUME

Pasien seorang anak perempuan berumur 6 tahun datang dengan

keluhan demam yang tiba-tiba tinggi ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit,

demam baru turun setelah OS diberi obat penurun panas, namun kemudian

naik lagi. OS juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan nafsu makan menurun,

serta belum BAB sejak 3 hari yang lalu. Mimisan, gusi berdarah dan

kemerahan pada kulit disangkal

Saat ini OS sudah dirawat selama 4 hari, timbul bintik-bintik merah

pada kulit 2 hari setelah masuk rumah sakit, saat ini demam sudah tidak

ada sejak 1 hari yang lalu, nyeri ulu hati tidak ada, mual muntah negatif,

BAB 1x bewarna coklat tidak encer 1 hari yang lalu.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital

- Tekanan darah : 100/60 mmHg

- Nadi : 80 x/ menit

- Suhu : 36,3 0C

- Laju napas : 24 x/ menit

Terdapat petechie (+) pada kedua lengan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb : 13.8 g/dl

Leukosit : 6.600 /Ul

Ht : 39 %

Trombosit : 107.000 /Ul

12

Page 13: CASE - DBD gr II

IgG Dengue : (+)

IgM Dengue : (+)

VI. DIAGNOSA KERJA

Demam Berdarah Dengue grade II

VII. DIAGNOSA BANDING

- Demam Chikungunya

- Demam Thypoid

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Rontgen Thorax Right Lateral Decubitus

IX. PENATALAKSANAAN

- IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit- Ranitidin 2 x 20 mg iv- Paracetamol syrup 3 x Cth II- Xanvit syr 2 x Cth- Rillus 2 x 1 tab po- Diit lunak- Pemeriksaan darah rutin tiap 12 jam

X. PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam

Ad fungtionam : Bonam

Ad sanationam : Bonam

13

Page 14: CASE - DBD gr II

XI. FOLLOW UP

Pemeriksaan Tanggal

14 Juli 2010 15 Juli 2010 16 Juli 2010

S

Keluhan Demam (+) Mual (+) Nyeri ulu hati (+) Nafsu makan

kurang Belum BAB 3

hari

Demam (-) Mual (+) Nyeri ulu hati (+) Nafsu makan membaik BAB 1x warna

coklat

Demam (-) Mual (-) Nyeri ulu hati (-) Nafsu makan baik BAB 1x warna

coklat

O

Keadaan umum

Kesadaran

Tanda vital

Kepala

Mata

Leher

Paru

Jantung

Abdomen

▪ Sakit Sedang

▪ Compos mentis

Nadi = 88 x /menit RR = 28 x /menit Suhu = 36,8 ºC

▪ Normocephali

▪ CA -/- , SI -/-

▪ KGB ≠ membesar

▪ Suara napas vesikuler Rh -/-, Wh -/-

▪ S1S2 reguler Murmur (-) Gallop (-)

▪ Datar, Supel BU(+)N, NT(+) di Epigastrium

▪ Sakit Sedang

▪ Compos mentis

▪ Nadi = 96 x /menit RR = 24 x /menit Suhu = 37,2 ºC

▪ Normocephali

▪ CA -/- , SI -/-

▪ KGB ≠ membesar

▪ Suara napas vesikuler Rh -/-, Wh -/-

▪ S1S2 reguler Murmur (-) Gallop (-)

▪ Datar, Supel BU(+)N, NT(+) di Epigastrium

▪ Sakit Sedang

▪ Compos mentis

▪ Nadi = 82 x /menit RR = 22 x /menit Suhu = 36,2 ºC

▪ Normocephali

▪ CA -/- , SI -/-

▪ KGB ≠ membesar

▪ Suara napas vesikuler Rh -/-, Wh -/-

▪ S1S2 reguler Murmur (-) Gallop (-)

▪ Datar, Supel BU(+)N, NT(-)

14

Page 15: CASE - DBD gr II

Extremitas▪ Akral hangat Sianosis (-) Ptekie (+) di lengan kanan

▪ Akral hangat Sianosis (-) Ptekie (+) di kedua lengan

▪ Akral hangat Sianosis (-) Ptekie (+) di kedua lengan

A Diagnosa DBD grade II Hari ke 5

DBD grade IIHari ke 6Bebas panas hari I

DBD grade IIHari ke 7Bebas panas hari II

P

Pengobatan

IVFD RL 110 cc/jam

Ranitidin 2 x 20 mg iv

Paracetamol syr 3 x Cth II

Xanvit syr2 x Cth

Rillus 2 x 1 tab po

Diit lunak H2TL per 12 jam

IVFD RL 110 cc/jam

Ranitidin 2 x 20 mg iv

Paracetamol syr 3 x Cth II

Xanvit syr2 x Cth

Rillus 2 x 1 tab po

Diit lunak H2TL per 12 jam

IVFD RL 20 tetes/menit

Ranitidin 2 x 20 mg iv

Paracetamol syr 3 x Cth II

Xanvit syr2 x Cth

Rillus 2 x 1 tab po Diit lunak Besok rencana

pulang

15

Page 16: CASE - DBD gr II

ANALISA KASUS

Berdasarkan kriteri WHO bahwa untuk menegakkan diagnosa DBD

diperlukan kriteria sebagai berikut :

1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik

2. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut :

Uji bendung positif

Petekie, ekimosis, atau purpura

Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)

atau perdarahan di tempat lain

Hematemesis atau melena

3. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/uL)

4. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda plasma leakage (keocoran plasma)

sebagai berikut :

Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar standar

sesuai dengan umur dan jenis kelamin

Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,

dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya

Tanda kebocoran plama seperti : efusi pleura, ascites,

hipoproteinemia atau hiponatremia

Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue

Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan, manifestasi perdarahan hanya berupa

torniket tes positif

Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa

perdarahan di bawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya

Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,

penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg), atau hipotensi, dengan disertai akral

dingin dan gelisah

16

Page 17: CASE - DBD gr II

Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah

yang tidak terukur

Berdasarkan kriteria WHO untuk mendiagnosis dan menentukan derajat penyakit

infeksi DBD maka kasus ini termasuk dalam Demam Berdarah Dengue Derajat II

karena pada anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (lab.darah

dan foto Ro) ditemukan adanya :

demam akut (demam 5 hari)

Timbulnya ptekie pada kedua lengan pada demam hari ke 6

adanya penurunan trombosit < 100.000/ul (trombositopenia)

Adanya peningkatan hematokrit > 40%, dan penurunan hematokrit setelah

pemberian cairan

Pengobatan pada DBD bersifat simptomatis jadi untuk panas diberikan

parasetamol 10-15 mg/kgBB

Dan pemberian cairan pertama kali karena terlihat peningkatan Ht diberikan

cairan 7ml/KgBB/jam, lalu apabila terdapat penurunan Ht dalam 2 kali

pemeriksaan tetesan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam dan diteruskan dengan

3ml/KgBB/jam

Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi:

Pemberian cairan ringer laktat 7 ml/kgBB/jam, berat badan pasien ini 22

kg, jadi diberikan cairan 154 cc/jam, dengan jumlah tetesan 50 tetes/menit,

karena adanya peningkatan hematokrit > 40% (nilai hematokrit normal

untuk anak usia 6 tahun 33%-40%), selanjutnya dilanjutkan dengan

pemberian cairan 5 ml/kgBB/jam apabila telah terdapat penurunan nilai

hematokrit, kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan 3

ml/kgBB/jam, yaitu 66 cc/jam, dengan jumlah tetesan 20 tetes/menit

Ranitidin 2 x 20 mg Sebagai penghambat produksi asam lambung

dengan cara kerjanya yaitu inhibitor kompetitif reseptor Histamin (H2)

yang terdapat pada sel parietal lambung. Ranitidin diberikan untuk

mengatasi mual dan nyeri epigastrium

17

Page 18: CASE - DBD gr II

Paracetamol syrup sebagai antipiretik, diberikan untuk mengatasi demam

pada pasien

Rillus berisi lactobacillus diberikan untuk mengatasi gangguan pencernaan

pada pasien

Xanvit merupakan vitamin B kompleks yang berguna sebagai tambahan

nutrisi pasien

Prognosis pasien pada kasus ini adalah baik sebab demam yang terjadi

tidak menimbulkan perdarahan yang masif, dan hemokonsentrasi yang terjadi

tidak terlalu berat, sehingga pasien tidak sampai jatuh ke keadaan syok.

18

Page 19: CASE - DBD gr II

TINJAUAN PUSTAKA

DEMAM BERDARAH DENGUE

PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabakan oleh

empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu

demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda

kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai

akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.5

Demam berdarah dengue disebabkan virus dengue termasuk group arbovirus dan

sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai 4

jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Infeksi dengan salah

satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Seseorang

yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4

serotipe selama hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan

di berbagai daerah di Indonesia. Virus DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe

virus yang dominan, namun virus DEN-3 sangat berkaitam dengan kasus DBD

yang berat.1

Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu

manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia

melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes

polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini

tetapi merupakan vektor yang kurang berperan.2

Nyamuk aedes aegypti hidup dengan subur di belahan dunia yang memiliki iklim

tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika. Australia dan Amerika. Nyamuk aedes

19

Page 20: CASE - DBD gr II

aygepti hidup dan berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan air bersih

yang tidak secara langsung berhubungan dengan tanah seperti : bak mandi/wc,

minuman burung, air tandon, air tempayan/gentong, kaleng, ban bekas, dll. Di

Indonesia nyamuk aedes aygepti tersebar luas di seluruh pelosok tanah air, baik di

kota-kota maupun di desa-desa, kecuali di wilayah yang ketinggiannya lebih dari

1.000m diatas permukaan laut.1

Perkembangan hidup nyamuk aedes aygepti dari telur hingga dewasa memerlukan

waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap

darah serta memilih drah manusia untuk mematangkan telurnya. Kemampuan

terbangnya berkisar antara 40-100 m dari tempat perkembangbiakannya. Tempat

istirahat yang disukainya adalah benda-benda yang tergantung yang ada di dalam

rumah, seperti gordyn, kelambu dan baju/pakaian di kamar gelap dan lembab.1

Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana terdpat

banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya

nyamuk aedes aygepti.1,5

Nyamuk aedes albopictus kurang berperan dalam menyebarkan penyakit demam

berdarah jika dibandingkan dengan nyamuk aedes aygepti. Hal ini karena nyamuk

aedes albopictus hidup dan berkembangbiak di kebun atau semak-semak,

sehingga jarang kontak dengan manusia dibandingakan dengan nyamuk aedes

aygepti yang berada di dalam dan sekitar rumah.1

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini ditularkan oleh orang yang dalam darahnya

terdapat virus dengue. Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga

tidak sakit, yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue.

Jika manusia digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus masuk bersama darah

yang diisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak

dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk.

Sebagian besar virus itu berada dalam kalenjar liur nyamuk. Selanjutnya pada

waktu nyamuk itu mengigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis)

menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap, terlebih dahulu

20

Page 21: CASE - DBD gr II

dikeluarkan air liur dari kalenjar liurnya agar darah yang diisap tidak membeku.

Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan ke orang lain.1

EPIDEMIOLOGI

Infeksi virus dengue telah berada di Indonesia sejak abad ke 18, dilaporkan oleh

David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue

dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijf daagse koorts) kadangkala disebut

juga demam sendi (knokkel koorts).1

Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang senantiasa ada sepanjang

tahun di negara kita, oleh karena itu disebut penyakit endemis.6 Di Indonesia sejak

pertama ditemukan penyakit DBD tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta angka

kejadian DBD meningkat dan menyebar ke seluruh daerah kabupaten di wilayah

Republik Indonesia 4

Pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun sejak awal ditemukan kasus

DBD, angka kejadian luar biasa penyakit DBD diestimasikan setiap 5 tahun

dengan angka kematian tertinggi pada tahun 1968 awal diketemukan kasus DBD

dan angka kejadian penyakit DBD tertinggi pada tahunn 1988.1,4

Angka CFR dari DBD terlihat menurun tajam dari tahun ke tahun sebagai hasil

dari pelatihan penatalaksanaan kasus dan ceramah-ceramah klinik yang diberikan

untuk dokter-dokter di RS dan puskesmas.1,4

Kelompok umur yang sering terkena adalah anak-anak umur 4-10 tahun,

walaupun dapat mengenai bayi dibawah umur 1 tahun. Laki-laki dan perempuan

sama-sama dapat terkena tanpa terkecuali.6

Cara hidup nyamuk terutama nyamuk betina yang menggigit pada pagi dan siang

hari, kiranya dapat menjadi sebab mengapa anak balita mudah terserang demam

berdarah. Nyamuk aedes yang menyenangi tempat teduh, terlindung matahari, dan

berbau manusia, oleh karena itu balita yang masih membutuhkan tidur pagi dan

siang hari seringkali menjadi sasaran gigitan nyamuk. Sarang nyamuk selain di

dalam rumah, juga banyak djumpai di sekolah, apalagi bila keadaan kelas gelap

dan lembab. Disamping nyamuk aedes aegypti yang senang hidup di dalam

21

Page 22: CASE - DBD gr II

rumah, juga terdapat nyamuk aedes albopictus yang senang hidup di luar rumah,

di kebun yang rindang yang dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue.

Faktor daya tahan anak yang belum sempurna seperti halnya orang dewasa,

agaknya juga merupakan faktor mengapa anak lebih banyak terkena penyakit

demam berdarah dengue dibanding orang dewasa.6

Puncak kasus DBD diketahui pada musim hujan, tetapi untuk daerah perkotaan

puncak kasus DBD terjadi pada permulaan musim kemarau.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD

sangat kompleks, yaitu (1) pertumbuhan penduduk, (2) urbanisasi yang tidak

terencana dan terkontrol, (3) tidak adanyan kontrol terhadap nyamuk yang efektif

di daerah endemik, dan (4) peningkatan sarana transportasi.5

Morbiditas dan moralitas demam berdarah dengue bervariasi dan dipengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain status imunologi penderita, kepadatan vektor nyamuk,

transmisi virus dengue, virilensi virus dan kondisi geografi setempat.5

.

PATOFISIOLOGI

Ada dua patofisiologi utama pada DBD, yaitu (1) meningkatnya permeabilitas

kapiler yang menghasilkan kebocoran plasma dan ini menyebabkan hipovolemia,

hemokonsentrasi serta renjatan (2) adanya hemostasis yang abnormal, melibatkan

perubahan pembuluh darah, trombositopeni dan koagulopati5

Teori Virulensi Virus1

Seseorang akan terkena infeksi virus dengue dan menjadi sakit kalau jumlah dan

virulensi virus cukup kuat untuk mengalahkan pertahanan tubuh, Fakta ini

diperkuat dengan uji coba dimana beberapa orang yang digigit nyamuk infeksius,

hasilnya adalah ada orang yang sakit dan ada orang yang tidak sakit.

Teori Imunopatologi1

22

Page 23: CASE - DBD gr II

Respon imun terhadap infeksi virus dengue mempunyai dua aspek yaitu respon

kekebalan atau malahan menyebabkan penyakit. Pada percobaan terhadap

manusia dan mencit dapat disimpulkan bahwa sesudah mendapat infeksi virus

dengue satu serotype maka akan terjadi kekebalan terhadap virus ini dalam jangka

waktu lama dan tidak mampu mMberi pertahanan terhadap jenis virus yang lain.

Teori ini berkembang dan didukung oleh data epidemologik, klinis dan

laboratorium yang banyak diteliti di Thailand sekitar tahun 1954-1964. Teori

tersebut kemudian diesbut sebagai Teori Infeksi Sekunder oleh virus yang

heterologus yang berurutan. Kalau seseorang mendapat infeksi primer dengan satu

jenis virus, kemudian lain kali mendapat infeksi sekunder dengan jenis serotype

virus yang lain maka risiko besar akan terjadi infeksi virus yang berat.

Teori Antigen Antibodi1,4

Virus dengue dianggap sebagai antigen yang akan bereaksi dengan antibody,

membentuk ‘virus-antibodi kompleks’ (kompleks imun) kemudian mengaktivasi

komplemen, aktivasi ini akan menghasilkan anafilatoksin C3a dan C5a, yang

merupakan mediator kuat permeabilitas kapiler, kemudian terjadi kebocoran

plasma.

Teori Infection Enhacing Antibodi1

Teori ini mengungkapkan bahwa manusia yang telah terinfeksi virus dan

membentuk antibody, diamana antibody ini bersifat non neutralisir dan bila terjadi

infeksi berulang memiliki resiko terjangkit DBD lebih besar disbanding dengan

manusia yang tak memiliki antibody. Menurut penelitian antigen dengue lebih

banyak di dapat pada sel makrofag yang beredar dibanding dengan sel makrofag

yang tinggal menetap di jaringan. Pada makrofag yang dilingkupi antibody non

neutralisasi, antibody tersebut akan bersifat opsonisasi, internalisasi dan akhirnya

sel mudah terinfeksi. Lebih banyak sel makrofag terinfeksi lebih berat

penyakitnya. Diduga makrofag yang terinfeksi akan menjadi aktif dan

mengeluarkan pelbagai substansi inflamasi, sitokin dan tromboplastin yang

mempengaruhi permeabilitas kapiler dan akan mengaktivasi sistem koagulasi.

23

Page 24: CASE - DBD gr II

Teori Mediator1

Makrofag yang terinfeksi virus mengeluarkan mediator atau sitokin. Sitokin

diproduksi oleh banyak sel terutama makrofag mononuclear. Disini sitokin

disebut juga monokin. Fungsi dan mekanisme kerja sitokin adalah sebagai

mediator pada imunitas alami yang disebabkan oleh rangsangan zat yang

infeksius, sebagai regulator yang mengatur aktivasi, proliferasi dan diferensiasi

limfosit, sebagai activator sel inflamasi non spesifik, dan sebagai stimulator

pertumbuhan dan diferensiasi loeukosit matur. Teori mediator ini sejalan dan

berkembang bersama dengan peran endotoksin dan teori peran sel limfosit.

Peran Endotoksin

Syok pada DBD akan menyebabakan iskemia pada usus, disamping

iskemia juga pada jaringan lain. Pada waktu iskemia usus, terjadi

translokasi bekteri dari lumen usus ke dalam sirkulasi. Endotoksin

dsebagai komponen kapsul luar dari bakteri gram negative akan mudah

masuk kedalam sirkulasi pada kejadian syok yang akan diikuti iskemia

berat. Endotoksin akan mengaktivasi kaskade sitokin terutama TNF alfa

dan interleukin 1 dimana hal tersebut meningkatkan permeabilitas

pembuluh darah yang memudahkan kembali terjadinya shock

hipovolemic.

Peran Limfosit

Virus yang masuk ke makrofag akan mendapat tanggapan, dimana peptide

virus akan dibawa oleh MHC kelas I lalu dipajang dipermukaan virus.

Pajanan peptide virus menyebabkan sel limfosit T CD8 mengenal bahwa

didalam makrofag tersebut ada virus. Kemudian sel limfosit tersebut akan

teraktivasi, mengeluarkan limfokin, termasuk limfokin yang mengaktivkan

makrofag dan mengaktivkan sel B.

Teori Trombosit Endotel1

Trombosit dan endotel diduga mempunyai peran penting dalam patogenesis DBD,

berdasarkan kenyataan bahwa pada DBD terjadi trombositopenia dan

24

Page 25: CASE - DBD gr II

permeabilitas kapiler yang meningkat yang berarti ada pengaruh terhadap

integritas sel endotel. Dua komponen ini merupakan satu kesatuan fungsi dalam

mempertahankan homeostasis. Salah satu cedera akan berakibat pada yang lain.

Gangguan pada endotel akan menimbulakn agregasi trombosit serta aktivasi

koagulasi.

Teori Apoptosis1

Apoptosis adalah proses kematian sel secara fisiologik yang merupakan reaksi

terhadap berbagai stimuli. Proses tersebut dapat dibagi dua tahap yaitu kerusakan

inti sel, kemudian perubahan bentuk sel dan permeabilitas membrane sel.

Konsekuensi dari apoptosis adalah fragmentasi DNA inti sel, vakuolisasi

sitoplasma, blebbing dan peningkatan granulasi membrane plasma menjadi DNA

subseluler yang berisi badan-badan apoptotic.

Perubahan Hematologi1

Infeksi virus dengue menyebabkan terjadinya perubahan yang komplek dan unik

pada berbagai mekanisme homeostatic dalam tubuh penderita. Komplek virus

antibody yang terbentuk akan dapat mengaktifkan sistem koagulasi yang dimulai

dari aktivasi faktor XII (Hageman) menjadi bentuk aktif (XIIa). Selanjutnya

faktor XIIa ini akan mengaktifkan faktor koagulasi lainnya secara berurutan

mengikuti suatu kaskade sehingga akhirnya terbentuk fibrin. Disamping itu, selain

terhadap sistem koagualsi, faktor XIIa juga akan mengaktifkan sistem fibrinolisis,

sistem kinin dan sistem komplemen yang kesemuanya memberikan gambaran

betapa kompleksnya akibat yang ditimbulkan oleh virus DBD tersebut.

Secara klinis dapat dijumpai gejala perdarahan sebgai akibat trombositopenia

berat, masa perdarahan dan masa protrombin yang memanjang, penurunan kadar

faktor pembekuan II, V, VII, VIII, IX dan X bersama hipofibrinogenemia dan

peningkatan produk pemecahan fibrin (FDP). Sedangkan aktivasi sistem kinin

akan menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dengan akibat

kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit dan efusi cairan

serosa. Terbentuknya bradikinin mengakibatkan pelebaran pembuluh darah yang

25

Page 26: CASE - DBD gr II

dapat berlanjut dengan turunnya tekanan darah. Berbagai kelainan hematologist

telah terbukti menyertai perjalanan penyakit DBD, keadaan ini dipakai sebagai

penunjang diagnosis dan untuk penatalaksanaan yang tepat serta untuk penelitian

lebih jauh mengenai patofisiologi DBD.

Trombositopenia mulai tampak beberapa hari setelah panas, dan mencapai titik

terendah pada fase syok. Penyebab trombositopenia pada DBD masih

controversial. SEbagian peneliti mengatakan kemungkinan penyebabnya ialah

trombopoesis yang menurun dan destruksi trombosit dalam darah yang

meningkat. Peneliti lain menemukan adanya gangguan fungsi trombosit.

Ditemukannya kompleks imun pada permukaan trombosit diduga sebagai

penyebab agregasi trombosit yang kemudian akan dimusnahkan system

retikuloendotelial khususya limpa dan hati.

Komplek virus - antibody

XII XIIa

Fibrinolisiskoagulasi

Kinin Komplemen

Systemkardiovaskuler

plasmin

Fibrin

DIC

FDP

Perdarahan Syok

26

Page 27: CASE - DBD gr II

Vi-ab

Trombosit

XIIa

FibrinolisisPembekuan Kinin Komplemen

Anafilatoksin

Plasmin

Fibrin

KID

FDP

PERDARAHAN SYOK

Permeabilitaspb darah ↑

volume plasma ↓Hipoksia

asidosis

Agregasi

Trombositopenia

TF3

RES

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik, atau dapat

berupa demam yang tidak jelas, demam dengue, demam berdarah dengue dengan

kebocoran plasma yang mengakibatkan syok atau syndroma syok dengue (SSD).3

Masa inkubasi pada tubuh manusia sekitar 4-6 hari, timbul gejala prodormal yang

tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang, dan perasaan lelah.

Demam Dengue1,2,3,9

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih

manifestasi klinis sebagai berikut :

- Peningkatan suhu mendadak, kadangkadang disertai mengigil

- nyeri kepala

- muka kemerahan (flushed face)

27

Page 28: CASE - DBD gr II

- nyeri retro-orbital

- fotofobia

- mialgia/atralgia

- anoreksia

- konstipasi

- nyeri perut

- nyeri tenggorok

- ruam kulit

- manifestasi perdarahan

Laboratorium :

- leukopenia

- jumlah trombosit umumnya normal tapi dapat dijumpai trombositopenia

- faktor pembekuan normal

- dan pemeriksaan serologi dengue positif

Demam Berdarah Dengue1,2,,3,9

Perubahan patofisiologis infeksi dengue menentukan perbedaan perjalanan

penyakit antara DD dengan DBD. Perubahan patofisiologis tersebut adalah

kelainan hemostasis dan perembesan plasma. Kedua kelainan tersebut dapat dapat

diketahui dengan adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit.

Gejala klinis DBD ditandai dengan :

- Demam mendadak

- Disertai dengan muka kemerahan (facial flush)

- Gejala klinis lain yang menyerupai DD seperti anoreksia, mual, muntah,

sakit kepala, nyeri pada otot dan sendi

- Pada beberapa pasien mengeluh nyeri tenggorokan dan pada pemeriksaan

ditemukan faring hiperemis

- Perasaan tidak enak di epigastrium, nyeri bawah lengkung iga kanan,

kadang-kadang nyeri dapat dirasakan pada seluruh perut

- Pada akhir fase demam jmlah lekosit menurun

28

Page 29: CASE - DBD gr II

Terdapat 4 gejala utama DBD, y aitu :

1. Demam tinggi yang mendadak

2. Tanda-tanada perdarahan

3. Hepatomegali

4. Syok

Laboratorium :

- Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia)

- Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi merupakan indikator

terjadinya kebocoran plasma

- Pemeriksaan serologi dengue +

- Penurunan faktor koagualsi dan fibrinolitik

- Pada kasus berat dijumpai disfungsi hati, dijmpai penurunan kelompok

vitamin K-dependen

Pemeriksaaan radiologis

Pada foto dada didapatkan efusi pleura terutama hemithoraks kanan. Tetapi

apabila perembesan plasma hebat dapat terjadi di kedua hemitorax.

DIAGNOSIS

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal

dibawah ini terpenuhi :3

5. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik

6. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut :

Uji bendung positif

Petekie, ekimosis, atau purpura

Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)

atau perdarahan di tempat lain

Hematemesis atau melena

7. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/uL)

29

Page 30: CASE - DBD gr II

8. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda plasma leakage (keocoran plasma)

sebagai berikut :

Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar standar

sesuai dengan umur dan jenis kelamin

Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,

dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya

Tanda kebocoran plama seperti : efusi pleura, ascites,

hipoproteinemia atau hiponatremia

Sindroma Syok Dengue (SSD)

Seluruh kriteria diatas untuk DBD

Disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan

lemah, tekanan darah turun (≤ 20mmHg), hipotensi dibandingkan standar

sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah.

Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue3

Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan, manifestasi perdarahan hanya berupa

torniket tes positif

Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa

perdarahan di bawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya

Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,

penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg), atau hipotensi, dengan disertai akral

dingin dan gelisah

Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah

yang tidak terukur

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan darah ditemukan :1

Leukopenia pada akhir fase demam

Limfositosis biasanya terlihat sebelum fase syok

Hematokrit meningkat >20% (hemokonsentrasi)

30

Page 31: CASE - DBD gr II

Trombosit <100.000/ul (trombositopenia)

Perubahan metabolik :

Hiponatremi paling sering terjadi pada pasien DHF atau DSS

Asidosis metabolik ditemukan pada pasien syok dan harus dikoreksi

segera

Kadar urea nitrogen darah meninggi

Kelainan koagulasi

Masa protrombin memanjang

Masa tromboplastin parsial memanjang

Kadar fibrinogen turun dan peningkatan penghancuran fibrinogen

merupakan pertanda DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)

Pemeriksaan Fungsi hati :

Kadar transaminase sedikit meningkat

Kadar albumin rendah, dapat menjadi tanda adanya hemokonsentrasi

Pemeriksaan Radiologis :

Foto rontgen thorax : posisi right lateral decubitus (RLD)

Ditemukan adanya efusi pleura kanan. Efusi bilateral bisa terjadi pada

DSS

Pemeriksaan serologis :

Uji hambatan hemaglutinasi

Uji netralisasi

Uji fiksasi komplemen

Teknik hemadsorpsi immunosorben

Uji ELISA anti dengue IgM dan IgG3,4

IgM antidengue timbul pada infeksi primer maupun sekunder dan adanya

antibodi IgM ini menunjukkan adanya infeksi dengue. IgM terdeteksi

mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, meghilang pada

minggu ke-6.

Ig G pada infeksi primer Ig G mulai timbul pada hari ke-5 dan mencapai

kadar tertinggi pada hari ke-14, kemudian bertahan untuk berbulan-bulan.

31

Page 32: CASE - DBD gr II

Pada infeksi sekunder Ig G mulai terdeteksi pada hari ke-2 melebihi kadar

IgM.

DIAGNOSA BANDING1,2

Pada awal perjalanan penyakit diagnosis mencakup infeksi bakteri, virus

atau infeksi protozoa seperti demam dengue, campak, influenza, demam

chikungunya, leptospirosis dan malaria. Adanya trombositopenia yang

jelas disertai hemokonsentrasi dapat membedakan DBD dengan penyakit

lain.

DBD harus dibedakan pada demam chikungunya. Pada demam

chikungunya biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan

penularannya mirip dengan influenza. Demam chikungunya

memperlihatkan serangan demam mendadak, masa demam lebih pendek,

suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular, injeksi

konjungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Pada demam

chikungunya tidak ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.

KOMPLIKASI1,2,8

Ensefalopati dengue

Kejang

Gagal ginjal akut

Udem paru

Kerusakan hepar

PENATALAKSANAAN

32

Page 33: CASE - DBD gr II

Perjalanan penyakit DBD terbagi 3 fase :3

1. Fase demam yang berlangsung selama 2-7 hari

Terapi simtomatik dan suportif

Parasetamol 10-15mg/kg/dosis setiap 4-6 jam (salisilat tidak

dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit

perdarahan dan asidosis)4

Kompres hangat diberikan apabila pasien masih tetap panas

Terapi suportif yang diberikan antara lain larutan oralit, jus buah

dan lain-lain

Apabila pasien memperlihatkan tanda dehidrasi dan muntah hebat, berikan

cairan sesuai kebutuhan dan apabila perlu berikan cairan intravena. Semua

pasien tersangka dengue harus diawasi dengan ketat setiap hari sejak hari

sakit ketiga. Setelah bebas demam selama 24 jam tanpa antipiretik, pasien

DBD akan memasuki fase kritis. Sebagian pasien akan sembuh setelah

pemberian cairan intravena, sedangkan kasus berat akan jatuh ke dalam

fase syok.

Pemantauan :

- Pemeriksaan fisis :

tanda vital

perabaan hati → hati yang membesar dan lunak merupakan

indikasi mendekati fase kritis, pasien harus diawasi ketat dan

dirawat di rumah sakit

- Pemeriksaan laboratorium

Leukopenia dan limfositosis relative → dalam waktu 24 jam

pasien akan bebas demam serta memasuki fase kritis

Trombositopenia → pasien memasuki fase kritis dan

memerlukan pengawasan ketat di rumah sakit

Peningkatan Ht 10-20% mengindikasikan pasien memasuki

fase kritis dan memerlukan terapi cairan intravena apabila

pasien tidak dapat minum oral,

33

Page 34: CASE - DBD gr II

Berikan penerangan pada orangtua mengenai pertanda gejala syok yang

mengharuskan orangtua membawa anaknya ke rumah sakit antara lain :

o Keadaan memburuk sewaktu pasien mengalami penurunan suhu

o Setiap perdarahan

o Nyeri abdominal akut dan hebat

o Mengantuk, lemah badan, tidur sepanjang hari

o Menolak untuk makan dan minum

o Lenah badab, gelisah

o Kulit dingin, lembab

o Tidak buang air kecil selama 4-6 jam

Indikasi rawat :

o Adanya tanda-tanda syok

o Sangat lemah sehingga asupan oral tidak dapat mencukupi

o Perdarahan

o Hitung trombosit ≤ 100.000/uL dan atau peningkatan Ht 10-20%

o Mengantuk, lemah badan, tidur sepanjang hari ketika penurunan suhu

o Nyeri abdominal akut hebat

2. Fase kritis atau bocornya plasma yang berlangsung umumnya hanya 24-48

jam, sekitar hari 3 sampai hari ke-5 perjalanan penyakit

Umumnya pada fase ini pasien tidak dapat makan dan minum oleh karena

anoreksia atau dan muntah

- Tatalaksana umum

Catat tanda vital, asupan dan keluaran cairan

Berikan oksigen pada kasus dengan syok

Hentikan perdarahan dengan tindakan yang tepat

- Tatalaksana cairan

34

Page 35: CASE - DBD gr II

Trombositopenia, peningkatan Ht 10-20%, pasien tidak dapat

makan dan minum melalui oral

Syok

Kristaloid (jenis cairan pilihan diantaranya : ringer laktat dan

ringer asetat terutama pada fase syok)

Koloid (diindikasikan pada keadaan syok berulang atau syok

berkepanjangan)

Selama fase kritis pasien harus menerima sejumlah cairan

rumatan ditambah deficit 5-8% atau setara dehidrasi sedang

- Pada pasien dengan syok

Apabila nilai Ht awal rendah, pikirkan kemungkinan

perdarahan interna atau pantau nilai Ht lebih sering, apabila ada

indikasi berikan tranfusi darah

Koreksi gangguan mrtabolit dan elektrolit, seperti

hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia dan asidosis

Setelah 6 jam apabila Ht menurun , meski telah diberikan

sejumlah besar cairan pengganti, tetesan tidak dapat diturunkan

sampai <10ml/kg/jam, maka pertimabangkan untuk tranfusi

segera

- Indikasi tranfusi darah

Perdarahan saluran cerna berat (melena)

Kehilangan darah bermakna, mis >10% volume darah total.

(Total volume darah = 80 ml/kg)

Pasien dengan perdarahan tersembunyi. Penurunan Ht dan

tanda vital yang tidak stabil meski telah diberi cairan pengganti

dengan volume yang cukup banyak, berikan sediaan darah

segar 10ml/kg/kali atau PRC 5 ml/kg/kali

- Indikasi tranfusi trombosit

Hanya diberikan hanya pada perdarahan massif. Dosis 0,2

μ/kg/dosis

35

Page 36: CASE - DBD gr II

3. Fase penyembuhan (2-7 hari)

Secara umum, sebagian besar pasien DBD akan sembuh tanpa komplikasi

dalam waktu 24-48 jam setelah syok. Indikasi pasien masuk ke dalam fase

penyembuhan adalah :

- Keadaan umum membaik

- Meningkatnya selera makan

- Tanda vital stabil

- Ht stabil dan menurun sampai 35-40%

- Diuresis cukup

- Dapat ditemukan confluent petechial rash

Cairan intravena harus dihentikan segera apabila memasuki fase ini.

4. Indikasi pulang

Paling tidak 24 jam tidak demam tanpa antipiretik

Secara klinis tampak perbaikan

Nafsu makan baik

Nilai Ht stabil

Tiga hari setelah syok teratasi

Tidak ada sesak nafas atau takipnea

Trombosit ≥ 50.000/μl

36

Page 37: CASE - DBD gr II

tanda syok muntah terus-menerus kejang kesadaran menurun muntah darah berak hitam

Tersangka DBD

demam tinggi, mendadak terus-menerus <7 hari tidak disertai infeksi saluran nafas bagian atas, badan lemah & lesu

Ada kedaruratan Tidak ada kedaruratan

periksa uji tourniquet

jumlah trombosit ? 100.000/μl

jumlah trombosit > 100.000/μl

uji torniquet (+) uji torniquet (-)

Rawat jalan

Rawat inapminum banyak 1,5-2 liter/hrparasetamolkontrol tiap hari sampai demam turunperiksa Hb, Ht, trombosit tiap kali

parasetamolkontrol tiap hari sampai demam hilang

nilai tanda klinis, periksa trombosit & Ht bila demam menetap setelah hari sakit ke-3

Lab. Hb & Ht naik, Trombosit turun

Segera bawa ke rumah sakit

Rawat jalan

Perhatian untuk orang tua:pesan bila timbul tanda syok, yaitu gelisah, lemah, kaki/tangan dingin, nyeri perut, berak hitam, bak kurang

Protocol 6. Tatalaksana kasus tersangka DBD

37

Page 38: CASE - DBD gr II

DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan hematokrit

Gejala Klinis: demam 2-7 hari uji tourniquet positif atau perdarahan spontanLaboratorium: Hematokrit tidak meningkat trombositopeni (ringan)

Pasien masih dapat minumBeri minum sebanyak 1-2 liter/hariatau satu sendok makan tiap 5 menitJenis minuman: air bening, teh manis, sirup, jus buah, susu, oralit.Bila suhu >380C beri parasetamolBila kejang beri obat antikonvulsif

Pasien tidak dapat minumPasien muntah terus-menerus

Monitor gejala klinis dan laboratoriumPerhatikan tanda syokPalpasi hati setiap hariUkur diuresis setiap hariAwasi perdarahanPeriksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 jam

Pulang (kriteria pulang)- tidak demam selama 24 jam tanpa antiprelik- nafsu makan membaik- secara klinis tampak perbaikan- Ht stabil- tiga hari setelah syok teratasi- jumlah trombosit > 50.000/ml- tidak dijumpai distres pernapasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)

Ht naik dan atau trombosit turun

Perbaikan klinis dan laboratoris

Pasang infus NaCl 0,9%: dekstrosa 5% (1:3), tetesan rumatan sesuai berat badan Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 jam

Infus ganti ringer laktat (RL)(tetesan disesuaikan)

Protokol 7. Tatalaksana kasus DBD derajat I atau derajat II

tanpa peningkatan hematokrit

38

Page 39: CASE - DBD gr II

DBD derajat I dengan peningkatan HT ≥ 20% Ht normal

Monitor tanda-tanda vital / nilai Ht dan trombosit tiap 6 jam

tidak gelisahnadi kuattekanan darah stabildiuresis cukup(12 ml/kgBB/jam)Ht turun(2 kali pemeriksaan)

gelisahdistres pernapasanfrekuensi nadi naikHt tetap tinggi/naikdiuresis kurang/tidak ada

Tanda vital memburukHt meningkat

5 ml/kgBB/jam

Sesuaikan tetesan

3 ml/kgBB/jam

bila tanda vital/Ht stabil dan diuresis cukup

Cairan awal

RL / RA / NaCl 0,9% atau RLD5 / NaCl 0,9% + D5, 6-7 ml / kgBB / jam

Perbaikan Tidak ada perbaikan

Tetesan dikurangi

Perbaikan

IVFD stop pada 24-48 jam

Tetesan dinaikkan

10-15 ml/kgBB/jamPerbaikan

Tanda vital tidak stabil

Distres pernafasanHt naikTek. Nadi ≤20 mmHg

Ht turun

Transfusi darah segarKoloid

20-30 ml/kgBB 10 ml/kgBB

Perbaikan

Protokol 8. Tatalaksana kasus DBD derajat I

dengan peningkatan hematokrit ≥ 20%

39

Page 40: CASE - DBD gr II

DBD derajat III & IV

1. Oksigenasi2. Penggantian volume (cairan kristaloid isononis)Ringer laktat/NaC. 0,9%20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit)

Evaluasi 30 menit,apakah syok teratasi?

Pantau tanda vital tiap 10 menitCatat balans selama pemberian cairan intravena

Syok teratasi

Kesadaran membaikNadi teraba kuatTekanan nadi > 20 mmHgTidak sesak napas/sianosisEkstremitas hangatDiuresis cukup 2 ml/kgBB/jam

Cairan dan tetesan disesuaikan 10 ml/kgBB/jam

Evaluasi ketat

Tanda vitalTanda perdarahanDiuresisHb, Ht, trombosit

Stabil dalam 24 jam

Tetesan 5 ml/kgBB/jamHt stabil dalam 2x pemeriksaan

Tetesan 3 ml/kgBB/jam

Infus stop tidak melebihi 48 jamsetelah syok teratasi

Syok tidak teratasi

1. Lanjutkan cairan 20 ml/kgBB/jam

2. Tambahkan koloid/plasma Dekstran/FPP 10-20 (max30) ml/kgBB/jam

3. Koreksi asidosis Evaluasi 1 jam

Syok teratasi

Syok belum teratasi

Ht turun Ht tetap tinggi/naik

Transfusi darah segar 10 ml/kgBB diulang sesuai

kebutuhan

Koloid 20 ml/kgBB

Kesadaran menurunNadi lembut/tidak terabaTekanan nadi < 20 mmHgDistres pernapasan/sianosisKulit dingin dan lembabEkstreminitas dinginPeriksa kadar gula darah

1. Oksigenasi (berikan O2 2-4 l/menit)2. Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis) Ringer laktat/NaC. 0,9% 20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit)

Protokol 9. Tatalaksana syok pada anak

40

Page 41: CASE - DBD gr II

PENCEGAHAN6

Pencegahan penyakit demam berdarah mencakup

Terhadap nyamuk perantara yaitu

- pemberantasan nyamuk Aedes aegypti induk dan telurnya

Terhadap diri kita

- memperkuat daya tahan tubuh

- melindungi dari gigitan yamuk

Terhadap lingkungan dengan tujuan mengubah perilaku hidup sehat

terutama kesehatan lingkungan

Penyuluhan Bagi Masyarakat

Sampai sekarang belum ada obat yang dapat membunuh virus dengue ataupun

vaksin demam berdarah, maka upaya untuk pencegahan demam berdarah

ditujukan pada pemberantasan nyamuk beserta tempat perindukannya. Oleh

karena itu, dasar pencegahan demam berdarah adalah memberikan penyuluhan

kesehatan kepada masyarakat bagaimana cara memberantasan nyamuk dewasa

dan sarang nyamuk yang dikenal sebagai pembasmian sarang nyamuk atau PSN.

Demi keberhasilan pencegahan demam berdarah, PSN harus dilakukan secara

bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di rumah, di sekolah, rumah

sakit, dan tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, makam, dan lain-lain.

Dengan demikian masyarakat harus dapat mengubah perilaku hidup sehat

terutama meningkatkan kebersihan lingkungan.

Cara Memberantas Jentik

Cara memberantas jentik dilakukan dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup,

dan mengubur, artinya :  

Kuras bak mandi seminggu sekali (menguras),  

Tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup),  

Kubur kaleng, ban bekas, dll. (mengubur).  

41

Page 42: CASE - DBD gr II

Kebiasaan-kebiasaan seperti mengganti dan bersihkan tempat minum burung

setiap hari atau mengganti dan bersihkan vas bunga, seringkali dilupakan.

Kebersihan di luar rumah seperti membersihkan tanaman yang berpelepah dari

tampungan air hujan secara teratur atau menanam ikan pada kolam yang sulit

dikuras, dapat mengurangi sarang nyamuk.

Pada kolam atau tempat penampungan air yang sulit dikuras dapat diraburkan

bubuk abate yang dapat ditaburkan bubuk abate yang dapat membunuh jentik.

Bubuk abate ini dapat dibeli di apotek.

Pedoman Penggunaan Bubuk Abate (Abatisasi)  

Satu sendok makan peres (10 gram) untuk 100 liter air  

Dinding jangan disikat setelah ditaburi bubuk abate  

Bubuk akan menempel di dinding bak/ tempayan/ kolam

 Bubuk abate tetap efektif sampai 3 bulan  

Cara Memberantas Nyamuk Dewasa

Untuk memberantas nyamuk dewasa, upayakan membersihkan tempat-tempat

yang disukai oleh nyamuk untuk beristirahat.

Kurangi Tempat Untuk Nyamuk Beristirahat  

Jangan menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka bau manusia)

Pasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah  

Lindungi bayi ketika tidur di pagi dan siang hari dengan kelambu

Semprot obat nyamuk rumah pagi & sore (jam 8.00 dan 18.00)  

Perhatikan kebersihan sekolah, bila kelas gelap dan lembab, semprot

dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran mulai  

42

Page 43: CASE - DBD gr II

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Infeksi &

Pediatri Tropis edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2010

2. World Health Organization. Demam Berdarah Dengue. Diagnosis,

Pencegahan dan Pengendalian. Jakarta : EGC.1997.

3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi

Dengue di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Bakti Husada. 2005.

4. Soegijanto, S. Demam Berdarah Dengue. Tinjauan dan Temuan

Baru di Era 2003. Surabaya : Airlangga University Press. 2004.

5. Soegijanto, S. Ilmu penyakit Anak Diagnosis & Penatalaksanaan.

Jakarta : Salemba Medika. 2002.

6. Behrman, Kliegemen, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics 17th

edition. Saunders. 2004.

7. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta :2000

8. Shepherd SM. Dengue Fever. eMedicine. 2009. Available from:

http://imedicine.com/DisplayTopic.asp?bookid=6&topic=528, accessed on 30

July.

9. Hagop A Isnar. Dengue. eMedicine. 2008. Available from:

http://imedicine.com/DisplayTopic.asp?bookid=10&topic=559, accessed on

30 July.

10. Anonym. Demam Berdarah. Available from:

http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=53, accessed on 30 July.

43