case dbd stad iii greg

33
PRESENTASI KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE GRADE III Pembimbing: Dr. Aristarkus Pauntu, SpA Presentan: KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK Periode : 9 Agustus 2004 – 16 Oktober 2004

Upload: lucky-andika-putra

Post on 02-Oct-2015

239 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ikm

TRANSCRIPT

Mengenal lebih dekat

PRESENTASI KASUSDEMAM BERDARAH DENGUE GRADE IIIPembimbing:

Dr. Aristarkus Pauntu, SpA

Presentan:

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAKPeriode : 9 Agustus 2004 16 Oktober 2004

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

J A K A R T ABAB I

TINJAUAN PUSTAKAPENDAHULUAN Pada saat ini DBD di banyak negara di kawasan Asia Tenggara merupakan penyebab utama perawatan anak di rumah sakit. Penyakit infeksi ini masih menimbulkan masalah kesehatan di negara sedang berkembang khususnya Indonesia, karena masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas.

Di Indonesia sejak tahun 1962 sudah mulai ditemukan penyakit yang menyerupai DHF yang terjadi di Filipina ( 1953) dan Muangthai (1958).Baru tahun 1970 dibuktikan dengan pemeriksaan virulogi untuk pertama kalinya.Sejak saat itu jumlah penderita dari tahun ketahun semakin meningkat dan semakin meluas.

Program pencegahan DBD di Indonesia digalakkan dan dilaksanakan secara terorganisir di kota maupun desa, mencakup penyuluhan dan pendidikan pengelolaan penderita bagi dokter dan paramedis, dan pemberantasan sarang nyamuk dengan peranserta masyarakat.Sehingga diharapkan kedepannya angka penderita DBD di Indonesia ini dari tahun ketahun akan menurun.

DEFINISI

Adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan Nyamuk Aedes Aegypti.

EPIDEMIOLOGI

1779, David Bylon melaporkan terjadinya letusan demam dengue di Batavia. Disebut Demam 5 hari (Knel Trouble ntan Knokkel Koortz), karena demam hilang dalam 5 hari disertai nyeri sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala. 1871-1873, wabah di Zanzibar kemudian di pantai Arab dan terus menyebar ke Samudera Hindia. 1953, Qvintos melaporkan kasus di Filipina. Dekade 60an mulai menyebar ke Thailand & Vietnam, kemudian menyebar ke Asia Tenggara. Dekade 70an menyerang kawasan Pacifik danpada dekade 80an menyerang negara-negara Amerika Latin.

Sekitar 2,5 Milyar orang ( 2/5 penduduk dunia ) mempunyai resiko terkena infeksi virus Dengue. Lebih dari 100 negara Tropis dan sub Tropis pernah mengalami letusan Demam Dengue & DBD, 500.000 kasus setiap tahun di rawat di RS dengan ribuan orang lainnya Meninggal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu:

1. pertumbuhan penduduk yang tinggi

2. urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali

3. tidak adanya control vector nyamuk yang efektif di daerah endemis,dan

4. peningkatan sarana transportasi.

ETIOLOGI

DBD disebabkan oleh virus dengue yang merupakan group B Arthropod borne virus ( arboviruses ) dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe , yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang paling banyak sebagai penyebab.Di Indonesia terutama oleh DEN-3 , walaupun akhir-akhir ini ada kecenderungan DEN-2.

Penularan :

Terdapat tiga factor yang berperan pada penularan infeksi dengue yaitu manusia, virus dan vektor perantara.Nyamuk aedes aegypti dapat menularkan virus dengue pada manusia secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung : setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia, secara tidak langsung setelah melalui masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari( periode inkubasi ekstrinsik ), pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari ( periode inkubasi intrinsic )sebelum menjadi sakit setelah virus masuk dalam tubuh.

Pada nyamuk sekali virus masuk dan berkembang biak maka nyamuk tersebut seumur hidupnya dapat menularkan virus.Tapi pada manusia penularan hanya dapat terjadi saat tubuh dalam keadaan viremia antara 3-5 hari.

Di Indonesia dikenal 2 jenis nyamuk Aedes, yaitu :

1. Aedes aegypti

Nyamuk aides aegypti berasal dari mesir yang kemudian menyebar ke

seluruh dunia dengan adanya kapal laut dan udara.

Paling sering ditemukan baik di kota maupun di desa

Nyamuk hidup dan berkembang biak melalui air bersih dan tidak langsung berhubungan dengan tanah,seperti : Bak mandi/ WC, minuman burung, air tempayan/gentong, kaleng, ban bekas, dll.

Nyamuk ini sepintas nampak berlurik, berbintik-bintik putih.

Tersebar luas di pelosok Tanah Air kecuali ketinggian > 1000 m d p

Daur hidup nyamuk: 10-12 hari ( telur dewasa )

Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah terutama pagi dan sore hari .Umur nyamuk Betina: 2 minggu 3 bulan , dengan rata-rata 1,5 bulan tergantung suhu dan kelembaban udara.

Kemampuan terbang: 40-100m dari tempat perkembang biakkannya.

Tempat istirahat: benda-benda yang tergantung dalam rumah seperti gordyn, kelambu, pakaian di kamar gelap dan sembab.

2. Aedes albopictus

Nyamuk jenis ini kurang berperan menyebarkan penyakit demam berdarah,hal ini karena hidup dan berkembang biaknya di kebun atau semak-semak,dimana tertampung air ujan yang bersih yaitu pohon pisang, pandan, dll.menggigit pada siang hari dan jarak terbangnya hanya 50 meter.

Kepadatan nyamuk meningkat di musim hujan, karena banyak genangan air bersih

yang merupakan tempat berkembang biaknya.

Puncak kasus: pada musim hujan ( Desember Maret ), untuk perkotaan puncaknya Juni / juli yaitu permulaan musim kemarau.

DBD: salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan Wabah

( UU No. 4/ 1984, PerMenKes No. 560/1989 )

PATOGENESIS Mekanisme sebenarnya tentang patogenesis , patofisiologi , hemodinamika dan perubahan biokimia pada DBD hingga kini belum diketahui secara pasti , hanya sampai saat ini sebagian besar ahli masih menganut Hipotesis infeksi heterolog sekunder, yaitu bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi dengan virus dengue pertama kali mendapat infeksi ulangan dengan tipe virus dengue lainnya.

Terdapat berbagai teori patogenesis terjadinya DBD:1. Teori virulensi virus

Sampai sekarang belum ada penandaaan virulensi virus. Artinya semua serotipe virus dengue dapat menimbulkan manifestasi klinis yang nyata mengenai demam berdarah dengue. Pertanyaan yang muncul mengapa disuatu daerah lebih banyak Den-3, didaerah lain Den-2, sedangkan Den-1 dan Den-4 relatif lebih jarang menimbulkan demam berdarah dengue belum dapat dijawab. 2. fgfgf

3. fgf

4. fgf

5. gf

6. fgf

Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan The Secondary Heterologous Infection Hypothesis dapat dilihat pada rumusan yang di kemukanan Survatte (1977), yaitu : akibat infeksi kedua oleh tipe virus yang berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibody anti dengue yang rendah , maka respon antibody amnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosist imun dengan menghasilkan titer tinggi antibody IgG anti dengue, juga terjadi replikasi virus sehingga jumlah virus menjadi lebih banyak.Inilah yang mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi ( virus-antibodi kompleks), dimana selanjutnya :

1. Akan mengaktivasi system komplemen. Pelepasan C3a dan C5a, akibat

keduanya akan terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu.

Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan berakhir dengan kematian.

2. Dengan terdapatnya kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah, maka

mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh system RE dengan akibat terjadinya trombositopenia hebat dan perdarahan. Disamping itu trombosit mengalami metamorfosis akan melepaskan factor trombosit 3 yang mengaktivasi system koagulasi.

1. Akibat aktivasi factor Hageman (factor XII) yang selanjutnya juga akan meng-

aktivasi system koagulasi dengan akibatnya terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilktosisn dan penghancuran Fibrin Degradation Product (FDP)

Disamping factor XII akan menggiatkan kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah.Menurunnya factor koagulasi ini dan kerusakan hati akan menambah beratnya perdarahan.

Manifestasi klinis :

Infeksi virus dengue pada manusia juga merupakan self limiting infectious disease

Yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Manifestasi klinusnya bervariasi antara penyakit yang paling ringan (Mild undifferentiared febrile illness), dengue fever, dengue haemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock syndrome (DSS).

Demam Dengue

Masa Tunas berkisar 3 - 15 hari, umumnya 5 - 8 hari. Permulaan penyakit biasanya mendadak. Pada umumnya ditemukan sindrom trias: demam tinggi, nyeri anggota badan dan timbulnya ruam. Demam biasanya berlangsung 2 - 7 hari cenderung tinggi dan terus menerus, tidak mempan dengan antipiretik atau hanya menurun sedikit yang kemudian naik kembali.

Penderita juga mengeluh malaise, mual, muntah, sakit kepala, anoreksia,obstipasi, nyeri epigastrium dan nyeri kolik,fotofobia,batuk. Kelenjar getah bening servikal membesar yang disebut: Castelani.

DHF

Ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali dan kegagalan peredaran darah.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DHF dengan demam dengue ialah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, hipotensi,trombositopenia, dan diatesis hemoragik.

KRITERIA KLINIK WHO (1997)

- Demam 2-7 hari,timbul mendadak ,tinggi terus menerus tanpa sebab yang jelas

- Manifestasi pendarahan ,baik karena manipulasi ( uji torniquet ) maupun karena

spontan ( petekia, purpura, ekimosis, epistaksis dan perdarahan gusi ), hemate-

mesis, melena.- Pembesaran hati - Syok: nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHg, atau hipotensi

menjadi 80 mmHg , akral dingin, penurunan kesadaran, sianosis sirkumoral.

KRITERIA LABORATORIK

1. Trombositopenia: jumlah trombosit 100.000/mm3

2. Hemokonsentrasi: meningginya nilai hematokrit > 20 % dari normal.

Diagnosis di tegakkan bila di dapat 2 gejala klinik disertai trombositopenia dengan atau tanpa hemokonsentrasi.

Klasifikasi

GejalaKeterangan

Demam DengueDemam disertai 1 atau lebih gejala: nyeri kepala,nyeri belakang mata, nyeri otot,nyeri sendiRawat Jalan

DBD Derajat IGejala diatas di tambah uji bendung (+)Rawat ObservasiRawat jalan

DBD Derajat II Gejala diatas ditambah perdarahan spontanRawat inap

DBD Derajat IIIGejala diatas ditambah tanda-tanda: nadi cepat, penurunan TD, ujung-ujung tangan dan kaki dinginRawat inap

DBD Derajat IVSyok berat.Rawat inap

Keterangan :

1. Derajat I dan II disebut DBD tanpa renjatan

2. Derajat III dan IV disebut DBD dengan renjatan atau DSS.

-Pada seleksi pertama ,diagnosis di tegakkan berdasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan Hb, Ht,dan jumlah trombosit .

-Penderita tersangka DBD dengan hasil darah dalam batas normal ,dapat di pulangkan dengan anjuran kontrol ulang dalam waktu 24 jam atau bila keadaan memburuk segera kembali ke UGD/ EMG

Pemeriksaan Penunjang :

Diagnosis definitive inveksi virus dengue hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan cara : isolasi virus,deteksi antigen virus atau RNA dalam serum atau jaringan tubuh dan deteksi antibody spesifik.

1. Diagnosis serologi ada 5 jenis :

Uji Hemaglutinasi inhibisi

Uji komplemen fiksasi

Uji Neutralisasi

IgM Elisa

IgG ElisaMac Elisa merupakan uji serologi yang paling banyak dipakai. Hal-hal yang perlu diperhati pada uji ini adalah :

a. Pada perjalanan penaykit hari 4-5 infeksi virus dengue akan timbul IgM dan diikuti IgG

b. Kadang kala hasil uji IgM masih negatif maka perlu diulang, apabila hari ke 6 IgM masih negatif berarti dilaporkan negatif.

c. IgM da[pat bertahan dalam darah 2-3 bulan setelah adanya infeksi.Untuk memperjelas hasil uji IgM maka dapat dilakukan uji IgG

d. Uji Mac Elisa ini hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama dengan uji HI

e. Beberapa merk dagang yang beredar adalah : IgM/IgG Dengue blot, dengue rapid IgM/IgG

Cara diagnostik baru dapat dilakukan suatu uji yaitu Reverse Transcriptase Polymera Chain Reaction (RTPCR). Cara ini merupakan cara diagnosis yang cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah, sangat sensitive dan spesifik untuk serotipe tertentu.Cara ini dapat mendeteksi virus RNAS dari spesimen yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia dan nyamuk.

DIAGNOSIS BANDING1. Demam Chikungunya

Biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang penyakit ini dan penularan mirip dengan influenza.

2. Petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi seperti sepsis, dan meningitis.

3. Idiopatic Thrombocytopenic Purpura, yaitu dimana pada ITP tidak terdapat

hemokonsentrasi dan pada fase penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih

cepat kembali normal daripada ITP.

4. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukaemia dan anemia aplastik.

PENATALAKSANAANPengobatan DBD hanyalah bersifat simtomatis dan supotrif

Pemberian cairan yang cukup untuk mengurangi supaya tidak terjadi dehidarasi akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah.

Antipiretik, yaitu golongan Acetaminofen (Parasetamol). Jangan memberikan golongan salisilat karena akan lebih memperberat perdarahan

Surface cooling yaitu dengan kompres air dingin

Antikonvulsan, bila kejang dapat diberikan Diazepam dan fenobarbitol.

Kriteria pemulangan pasien :

1. Tidak demam selama 24 jam tanpa anti piretik

2. Secara klinis tampak ada perbaikan

3. Hematokrit stabil

4. Trombosit > 50.000/mm3PROGNOSISBila tidak disertai renjatan maka prognosa baik, biasanya 24-36 jam cepat menjadi baik. Kalau > dari 36 jam belum terlihat tanda-tanda adanya perbaikan maka kemungkinan sembuh kecil dan prognosa menjadi jelek.

UPAYA PENANGGULANGANKebijaksanaan

-Belum ada vaksin dan obat

titik berat pada pemberantasan nyamuk penularnya ,disamping kewaspadaan dini .

*PSN 3M.

(18 juni 1997)

-Kep .Menkes no.581/1992:

Pemberantasan penyakit DBD

( POK JA DBD ( kini )

Mulai tingkat Kecamatan ( Pusat

STRATEGI

1. Kewaspadaan dini

( Mencegah dan membatasi KLB /wabah .

3 M

Penyembuhan intensif

Kerja bakti

Pemantauan jentik berkala

2. pemberantasan Vektor

a. Fogging /penyemprotan

b. Penyembuhan

c. Abatisasi selektif

d. Kerja bakti :3M .

Kegiatan pokok

1. Penemuan dan pelaporan penderita .

2. Penanggulangan fokus

-kunjungan rumah (Radius min.100 meter ).

-Kunjungan sekolah (harus anak sekolah )

3. Pemberantasan vektor intensif

- Fogging fokus

- Abatisasi

(10 gram /1 sdm abate untuk 100 L air ).

4. Pengobatan kepada masyarakat

5. Pemantauan jentik Berkala

-Tri wulan

-100 rumah sampel /desa atau kelurahan .

KESIMPULAN

1. DBD di Indonesia makin tersebar luas dan insidennya makin meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan ke 4 serotipe sudah ada di Indonesia, dan nyamuk aedes aegypti sudah tersebar luas diseluruh Indonesia.

2. Sampai saat ini belum ada imunisasi yang bisa mencegah wabah DBD ini selain upaya pencegahannya yang digalakkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, yaitu yang terkenal dengan gerakan 3 M.

3. Peranan dokter baik Puskesmas maupun Rumah Sakit dapat menurunkan angka kematian dengan memberikan pertolongan yang cepat dan tepat.

BAB II

TINJAUAN KASUSIDENTITAS

PASIEN

Nama pasien : An. S. S. M

Umur

: 3 tahun 2 bulanJenis kelamin : Laki laki

Agama : KristenSuku

: JawaAlamat

: Jl. Kusuma Utara, Bekasi

ORANG TUAIbu

Nama

: Ny. I

Umur

: 35 tahun

Pekerjaan : Perawat

Pendidikan : SPK

Agama : KristenSuku

: JawaAlamat : Jl. Kusuma Utara, Bekasi

Ayah

Nama

: Tn. S. M

Umur

: 40 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Agama : KristenSuku

: JawaAlamat : Jl. Kusuma Utara, Bekasi

RIWAYAT PENYAKITKeluhan utama:

PanasKeluhan tambahan :

Muntah-muntah dan mimisanRIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT : 2 hari sebelum masuk RS pasien mengalami panas yang tiba-tiba tinggi, tidak turun naik, tidak menggigil, tidak kejang, batuk dan pilek tidak ada, mencret tidak ada. Oleh ibunya pasien diberi paracetamol tapi panas tidak turun.

2 jam sebelum masuk RS pasien mengalami muntah-muntah 2 x sehari, isi makanan, darah dan lendir tidak ada, banyaknya 1 gelas belimbing, muntah tidak menyemprot, dan riwayat trauma tidak ada. Bersamaan dengan muntah pasien mengalami mimisan dari hidung kanan. Darah yang keluar dari hidung kanan tidak berhenti walau telah ditekan dengan kapas dalam beberapa menit. Mimisan ini baru pertama kali dialami pasien. BAB biasa, BAK biasa. Kemudian pasien dibawa ke RS FK-UKI dan disarankan untuk dirawat.

Dalam 3 bulan ini pasien dalam pengobatan tuberkulosis paru, nafsu makan biasa, berat badan tidak turun, pasien juga sering mengalami panas tetapi tidak setinggi sekarang dan tidak naik turun juga sering mengalami keringat pada malam hari. Obat yang diminum sampai sekarang adalah Rifampisin, INH, Vitamin B6, Amoxsan, dan Vometa sirup.

RIWAYAT KELAHIRANTanggal lahir : 20 Maret 2001

Anak ke : 2

Tempat bersalin : Rumah Sakit

Penolong Persalinan : Dokter

Cara persalinan : Sectio Caesarea

Usia kehamilan : cukup bulan (39 minggu)

Berat badan lahir : 2600 gram

Panjang badan lahir: 48 cm

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Perkembangan fisik/motorikUmur

Gigi pertama8 bulan

Duduk7 bulan

Jalan sendiri15 bulan

BicaraIbu lupa

Membaca -

IMUNISASI DASAR

JenisIIIIIIUlangan

BCG

DPT

Polio

Tipa

Campak

Hapatitis B

KESAN : Imunisasi Dasar LengkapRIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Disangkal

RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGADisangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Komposmentis

Frekwensi Nadi : 120 x/menit (isi cukup, kuat angkat, reguler)

Tekanan darah: 90 / 60 mmHg

Frekwensi Pernafasan: 30 x/menit (adekuat, reguler)

Suhu tubuh

: 38 O C (axilla)

Berat badan

: 13 kg

Tinggi badan

: 95 cm

Kepala

: bulat, lingkar kepala 48 cm

Rambut

: Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata

: Kelopak mata tidak cekung, konjunctiva tidak

pucat, sklera tidak ikterik

Telinga

: Lapang, serumen -/-

Hidung : Lapang, sekret -/-, septum deviasi (-), pernafasan

cuping hidung (-)

Bibir

: Mukosa bibir lembab, sianosis sirkum oral tidak ada.

Gigi geligi

: Baik, karies tidak ada.

Lidah

: Tidak kotor, tremor (-)

Tonsil

: T1 T1, tidak hiperemis

Faring

: Tidak hiperemis

Leher

: Kelenjar Getah bening tidak teraba

Toraks

Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris

Retraksi suprasternal (-)

Palpasi : Stem fremitus kiri dan kanan simetris

Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor

Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler

Ronki -/- (basah halus), Wheezing (-)

Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

AbdomenInspeksi : Perut datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal : 5 x/menit

Palpasi : Perut lemas, Hepar dan Lien tidak teraba

Nyeri tekan tidak ada

Perkusi : Timpani

Genitalia:

Laki-laki, fimosis (-), hipospadia (-), desensus testis (-)

Ekstremitas:

Akral hangat, sianosis tidak ada, petikie spontan (-), capillary refill < 2 detik.

Uji Rumple Leede (+).PEMERIKSAAN LABORATORIUMDarah : (Tanggal: 11 - 06 - 2004) LED

: 6 mm/jam

Hb

: 13,6 g/dL

Eritrosit: 5,16 juta/uL

Leukosit: 18.500 /uL

Trombosit: 156.000 /uL

Hematokrit: 40 %

Hitung jenis:

Eosinofil: -

N.Batang: -

N.Segmen: 4 %

Limfosit: 83 %

Monosit: 12 %

Retikulosit : 1 %

Air seni: (Tanggal: 11 - 06 - 2004) BJ

: > 1030

pH

: 5, 5

Urobilin: +

Lekosit

: 2 3

Eritrosit: 0 1

Sel epitel: +

Foto toraks

Tanggal: 21-06-2004

Hasil

: Kesan BronkopneumoniaRESUME

Pasien seorang anak laki laki umur 3 tahun 2 bulan, berat badan 13 kg, panjang badan 95 cm, datang ke RS FK UKI dengan keluhan utama panas dan keluhan tambahan muntah-muntah dan mimisanPemeriksaan fisikKeadaan umum: Tampak sakit sedangKesadaran

: Komposmentis

Frekuensi Nadi: 120x/menit (isi cukup, kuat angkat, reguler)

Tekanan darah: 90 / 60 mmHg

Frekuensi Pernapasan: 30 x/menit (adekuat, reguler)

Suhu tubuh

: 38 O C (axilla)

Kepala

: Dalam batas normal

Mata

: Kelopak mata tidak cekung, konjunctiva tidak

pucat, sklera tidak ikterik

Telinga

: Dalam batas normal

Hidung

: Dalam batas normal

Bibir

: Dalam batas normal

Tonsil

: T1 T1, tidak hiperemis

Faring

: Tidak hiperemis

Leher

: Kelenjar Getah bening tidak terabaToraks

Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris

Retraksi suprasternal (-)

Palpasi : Stem fremitus kiri dan kanan simetris

Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor

Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler

Ronki -/- (basah halus), Wheezing (-)

Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

AbdomenInspeksi : Perut datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal : 5 x/menit

Palpasi : Perut lemas, Hepar dan Lien tidak teraba

Nyeri tekan tidak ada

Perkusi : TimpaniGenitalia:

Laki-laki, fimosis (-), hipospadia (-), desensus testis (-)

Ekstremitas:

Akral hangat, sianosis tidak ada, capillary refill < 2 detik.

Uji Rumple Leede (+).PEMERIKSAAN LABORATORIUMDarah : (Tanggal: 11 - 06 - 2004) LED

: 6 mm/jam

Hb

: 13,6 g/dL

Eritrosit: 5,16 juta/uL

Leukosit: 18.500 /uL

Trombosit: 156.000 /uL

Hematokrit: 40 %

Hitung jenis:

Eosinofil: -

N.Batang: -

N.Segmen: 4 %

Limfosit: 83 %

Monosit: 12 %

Retikulosit: 1 %

Air seni: (Tanggal: 11 - 06 - 2004) BJ

: > 1030

pH

: 5, 5

Urobilin: +

Lekosit: 2 3

Eritrosit: 0 1

Sel epitel: +

Foto toraks

Tanggal: 21-06-2004

Hasil

: Kesan BronkopneumoniaDIAGNOSA KERJA :

1. Demam Berdarah Dengue derajat 2

2. TBC ParuDIAGNOSA BANDING :1. BronkopneumoniaPENATALAKSANAAN

1. Pengobatan:

Rawat inap

Diet: Lunak

IVFD: KAEN 3 B 12 tetes/menit (makro) Obat:

Amoxan 3 x 400 mg (IV)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

2. Rencana Pemeriksaan

Pemeriksaan feses lengkap

Test WidalSOAP, 11 Juni 2004

BB: 13 kg PH: 1 hari PP: 3SOAP, 12 Juni 2004

BB: 13 kg PH: 2 hari PP: 4

S: Muntah 1 x pada saat makan, Panas(+),

mimisan (-)O : Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran: komposmentis

Frekuensi nadi: 120 X/menit

Frekuensi nafas: 30 X/menit

Suhu: 37,8 C

Hidung:pernafasan cuping hidung (-)

Mulut : Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis

Faring hiperemis

Thorax :

I : pergerakan statis dinamis simetris

P: Stem fremitus simetris, retraksi

suprasternal (-)

P: sonor

A: BND vesikuler, ronkhi -/-, wheezing+/+

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : dalam batas normal

A: - Demam Berdarah Dengue derajat 2

- TBC Paru P: - Diet lunak - IVFD: KAEN 3 B 12 tetes/menit (makro) - Obat:

Amoxan 3 x 400 mg (IV)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

S : panas (+), menggigil (+)O : Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran: komposmentis

Frekuensi nadi: 110 X/menit

Frekuensi nafas: 30 X/menit

Suhu : 37,6 C

Hidung: lapang, sekret -/- Mulut: Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis

Faring tidak hiperemis

Thorax :

I : pergerakan statis dinamis simetris

P: Stem fremitus simetris P: sonor

A: BND vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : dalam batas normal

Lab: - trombosit: 95.000

- hematokrit: 40 %

- Widal (-)A: - Demam Berdarah Dengue derajat 2 dalam

perbaikan

- TBC Paru

P: - Diet lunak

- IVFD: KAEN 3 B 12 tts/mnt (makro) - Obat:

Amoxan 3 x 400 mg (IV)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

Rifampisin 1 x 150 mg (PO)

INH 1 x 150 mg

Vit B6 1x1 tab 1x1 pulv (PO)

SOAP, 13 Juni 2004

BB: 13 kg PP: 5 hari PH: 3SOAP, 14 Juni 2004

BB: 13 kg PP: 6 hari PH: 4

S : Panas (-), Menggigil (-), mual (+),

muntah (-), makan sedikit.O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: komposmentis

Frekuensi nadi: 100 X/menit

Frekuensi nafas: 33 X/menit

Suhu : 36,5 C

Hidung: dalam batas normal Mulut: dalam batas normal Thorax: dalam batas normal

Abdomen: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

A: - Demam Berdarah Dengue derajat 2

dalam perbaikan

- TBC Paru

P: - Diet lunak

- IVFD: KAEN 3 B 12 tts/mnt (makro) - Obat:

Amoxan 3 x 500 mg (IV)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

Rifampisin 1 x 150 mg (PO)

INH 1 x 150 mg

Vit B6 1x1 tab 1x1 pulv (PO)

S : Panas (-), Menggigil (-), mual (+),

muntah (-), makan mulai banyakO : Keadaan umum: Tampak sakit ringan

Kesadaran: komposmentis

Frekuensi nadi: 110 X/menit

Frekuensi nafas: 30 X/menit

Suhu: 37,8 C

Hidung: dalam batas normal Mulut: dalam batas normal

Thorax: dalam batas normal Abdomen: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

A : - Demam Berdarah Dengue derajat 2

dalam perbaikan

- TBC Paru

P : - Diet lunak

- Obat:

Cefspan 2 x 35 mg (PO)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

Rifampisin 1 x 150 mg (PO)

INH 1 x 150 mg

Vit B6 1x1 tab 1x1 pulv (PO)

Elkana syr 1x1 cth (PO)

SOAP, 15 Juni 2004

BB: 13 kg PP: 7 hari PH: 5SOAP, 16 Juni 2004

BB: 13 kg PP: 8 hari PH: 7

S: Panas (-), mual (+), muntah (-), batuk (+) tidak berdahak.O: Keadaan umum: Tampak sakit ringan Kesadaran: komposmentis

Frekuensi nadi: 120 X/menit

Frekuensi nafas: 36 X/menit

Suhu : 36,5 C

Hidung: dalam batas normal

Mulut: dalam batas normal Thorax: dalam batas normal Abdomen: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

Lab: - trombosit: 114.000

- hematokrit: 36 %

- DBT: - IgM: (+)

- IgG: (+)

A: - Demam Berdarah Dengue derajat 2

dalam perbaikan

- TBC Paru

P: - Diet lunak

- Obat:

Cefspan 2 x 35 mg (PO)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

Dysflatyl tab 3 x 1

Rifampisin 1 x 150 mg (PO)

INH 1 x 150 mg

Vit B6 1x1 tab 1x1 pulv (PO)

Elkana syr 1x1 cth (PO)

S : Panas (-), Menggigil (-), mual (-),

muntah (-), batuk (+) tidak berdahak.O : Keadaan umum: Tampak sakit ringan

Kesadaran: komposmentis

Frekuensi nadi: 110 X/menit

Frekuensi nafas: 30 X/menit

Suhu: 36,3 C

Hidung: dalam batas normal Mulut: dalam batas normal

Thorax: dalam batas normal Abdomen: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

Lab: - trombosit: 130.000

- hematokrit: 38 %

A : - Demam Berdarah Dengue derajat 2

dalam perbaikan

- TBC Paru

P : - Diet lunak

- Obat:

Cefspan 2 x 35 mg (PO)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

Rifampisin 1 x 150 mg (PO)

INH 1 x 150 mg

Vit B6 1x1 tab 1x1 pulv (PO)

Elkana syr 1x1 cth (PO)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rampengan T.H, Dr., DSAK, Laurents I.R, Dr., DSA: Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC. 1997; 135 157. Halaman 135-143.

2. Hadinegoro Sri R.H, Satari Hinra G: Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2004.

3. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah jilid. 2 Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan ke enam 1991.4. Hadinegoro Sri R.H, Soegijanto Soedeng: Tatalaksana Demam Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. 2001