case based discussion dr. gunawan peb

25
CASE BASED DISCUSSION PRE-EKLAMPSIA Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan di RSI Sultan Agung Semarang Penguji : dr. Gunawan Kuswondo, Sp.OG Disusun oleh : Annisa Muflikhasari 012116330

Upload: samsul-arifin

Post on 03-Dec-2015

235 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

INI cbd BUATAN SAMSUL ASLI ANAK KOAS UNISSULA 2009 ASLI BERBES, APA YG DITULIS DISINI SEMUANYA BUKAN BERSUMBER DRI BUKU MANAPUN TP DARI SEMUA YG ADA DIPIKIRAN SAMSUL

TRANSCRIPT

Page 1: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

CASE BASED DISCUSSION

PRE-EKLAMPSIA

Diajukan untuk

Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat

Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan

di RSI Sultan Agung Semarang

Penguji :

dr. Gunawan Kuswondo, Sp.OG

Disusun oleh :

Annisa Muflikhasari

012116330

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2015

Page 2: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

PREEKLAMPSIA

PENDAHULUAN

          Preeklampsia merupakan penyakit dalam kehamilan yang ditandai dengan gejala

hipertensi, edema dan proteinuria. Eklampsia merupakan kegawat-daruratan obstetri yang

morbiditas dan mortalitasnya tinggi bagi ibu dan bayinya. Preeklampsia juga dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan kematian janin dalam kandungan.

A. Definisi Preeklampsia

Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disetai dengan proteinuria.

B. Faktor Risiko Preeklampsia

1) Primigravida, primipaternitas.

2) Hiperplasentosis, misalnya mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus,

hidrops fetalis, bayi besar.

3) Umur yang ekstrim

4) Riwayat keluarga pernah preeklammsia/eklamsia

5) Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.

6) Obesitas.

C. Patofisiologi

Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak

teori yang dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada

satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori- teori yang saat ini banyak

dianut adalah :

1) Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta

Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan

otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan ototnya tetap kaku dan

keras sehingga lumen arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi sehingga aliran

darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.

2) Teori Radikal Bebas

Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (radikal

bebas). Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal

hidroksil yang sangat toksik, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh

darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam

Page 3: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

lemak tak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak

membran sel, juga akan merusak nukleus dan protein sel endotel.

3) Teori Intoleransi Imunologik antara ibu dan janin

Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G.

Maka, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Akibatnya, lapisan ototnya

tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi

sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia

plasenta.

4) Teori Genetik

Preeklampsia meningkat pada anak dari ibu yang memiliki riwayat menderita

preeklampsia.

5) Teori Defisiensi Gizi

Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, dapat mengurangi

risiko preeklampsia. Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tak jenuh yang

dapat menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit dan

mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.

D. Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis

pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan

iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan

respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang

dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan

pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala

dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju

filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler

menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap

kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskular, meningkatnya cardiac output

dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis mikroangiopati

menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta

menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim.

Page 4: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

E. Diagnosis Preeklampsia

Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan

laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2

golongan yaitu:

1) Preeklampsia ringan, yaitu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya

perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi

endotel. Diagnosis ditegakkan berdasar timbulnya hipertensi disertai proteinuria

dan/atau edeme setelah kehamilan 20 minggu.

a) Tekanan darah ≥140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih,

atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan

riwayat tekanan darah normal.

b) Proteinuria kuantitatif ≥300 mg/24 jam atau kualitatif dipstik : ≥+1 dipstik pada

urine kateter atau midstearm. Rasio protein : kreatinin ≥ 30 mg/mmol.

c) Edem : lokal pada tungkai tidak digunakan dalam kriteria diagnostik kecuali

anasarka.

2) Preeklampsia berat, bila disertai salah satu atau lebih tanda dan gejala sebagai

berikut:

a) Tekanan darah ≥160/110 mmH. Tekanan darah tidak menurun meskipun ibu

hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah tirah baring.

b) Proteinuria ≥5 gr/jumlah urin dalam 24 jam atau kualitatif dipstik: +4 dipstik

c) Ada keterlibatan organ lain:

Oligouria, yaitu jumlah urine < 500 cc/ 24 jam.

Kenaikan kreatinin serum

Terdapat edema paru dan sianosis

Adanya gangguan serebral, nyeri kepala dan gangguan penglihatan

Rasa nyeri di epigastrium dan kuadran kanan atas abdomen

Hemolisis mikroangiopatik

Gangguan fungsi hepar ( kerusakan hepatoselular) : penigkatan kadar alanin

dan aspartate aminotransferasi.

Trombositopenia : < 100.000 sel/mm3 atau penuruna trombosit secara cepat.

Pertumbuhan janin terhambat

Sindrom HELLP

Pembagian preeklampsia berat:

Page 5: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

a. preeklampsia berat tanpa impending eklampsia

b. preeklampsia berat dengan impending eklmpsia (nyeri kepala, mata kabur, mual

muntah, nyeri epigastrium)

F. Komplikasi

Komplikasi dibawah ini yang biasa terjadi pada preeklamsia berat dan eklampsia:

Solusio plasenta

Hipofibrinogenemia

Dianjurkan untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.

Hemolisis.

Perdarahan otak

Kelainan mata

Edema paru-paru

Nekrosis hati

Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan lowplatelet.

Merupakan sindrom gejala klinis berupa gangguan fungsi hati, hepatoseluler

(peningkatan enzim hati [SGPT, SGOT], gejala subjektif [cepat lelah, mual,

muntah, nyeri epigastrium]), hemolisis akibat kerusakan membran eritrosit oleh

radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc),

agregasi (adhesi trombosit di dinding vaskuler), kerusakan tromboksan

(vasokonstriktor kuat), lisosom.

Kelainan ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel

endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan lain yang

dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin

G. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Preeklampsia Ringan

Tujuan Utama Perawatan Preeklamsia : mencegah kejang, perdarahan intrakranial,

mencegah gangguan fungsi organ vital dan melahirkan bayi sehat.

Pengelolaan preeklampsia ringan dapat secara :

Rawat jalan (ambulatoir)

1. Mengurangi aktivitas sehari-hari ( tirah baring / tidur miring)

Page 6: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

2. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam secukupnya

serta vitamin prenatal

3. Tidak perlu mengurangi konsumsi garam, jika dibatasi harus diimbangin

dengan cairan yang banyak seperti susu atau air buah.

4. Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativa

5. Pemeriksaan Hb, hematokrit, fungsi hati, urin lengkap dan fungsi ginjal.

6. Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu

Rawat inap (hospitalisasi)

1. Hipertensi yang menetap selama 2 minggu

2. Proteinuria menetap selama 2 minggu

3. Adanya gejala atau tanda 1 atau lebih preeklampsia berat

4. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik.

5. Pemeriksaan kesejahteraan janin : pemeriksaan USG dan doppler untuk

evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.

6. Pemeriksaan nonstress test 2 kali seminggu dan konsultasi bagian mata

dan jantung.

Sikap terhadap kehamilannya:

- Bila usia kehamilan <37 minggu, tekanan darah mencapai normotensif selama

perawatan, kehamilannya ditunggu sampai aterm.

- Bila usia kehamilan >37 minggu, persalinan ditunggu sampai onset persalinan

atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran

tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu

memperingan kala II.

b. Penatalaksanaan Preeklampsia Berat

Pengelolaan :

1. pencegahan kejang,

2. pengobatan hipertensi,

3. pengelolaan cairan,

4. pelayanan suprotif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat

untuk persalinan.

Monitoring :

1. observasi harian tanda-tanda klinik : gangguan visus, nyeri kepala, nyeri

epigastrium, kenaikan cepat berat badan.

Page 7: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

2. Penimbangan BB

3. Pengukuran proteinuria dan tekanan darah

4. Pemeriksaan laboratorium

5. Pemeriksaan USG dan NST.

Dasar pengelolaan preeklampsia berat :

1. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya, yaitu terapi medikamentosa.

Pemberian terapi medikamentosa

a. Segera masuk RS.

b. Tirah baring miring ke kiri secara intermitten.

c. Infus RL atau D5%.

d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi

kejang.

e. Antihipertensi.

Diberikan bila TD ≥ 180/110. Obat yang diberikan adalah

nifedipine 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit, dosis

maksimal 120 mg dalam 24 jam.

f. Diuretik tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena:

1. Memperberat penurunan perfusi plasenta

2. Memperberat hipovolemia

Diuretik baru diberikan jika terdapat edema paru, gagal jantung

kongstif atau edema anasarka. Diuretik yang diberikan adalah

furosemid.

2. Kedua baru menentukan sikap terhadap kehamilannya :

a. Ekspektatif, konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu, kehamilan

dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi

medikamentosa.

Tujuan: mempertahankan kehamilan

Indikasi : kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda dan gejala

impending eklampsia.

b. Aktif, agresif : bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, akhiri kehamilan

setelah mendapatkan terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.

- Tujuan : terminasi kehamilan

Page 8: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

- Bila didapatkan 1 atau lebih keadaan di bawah ini:

Ibu :

1. Kegagalan terapi medikamentosa : setelah 6 jam sejak dimulai

pengobatan tidak terjadi perubahan dan setelah 24 jam sejak

dimulainya pengobatan terjadi kenaikan tekanan darah.

2. Adanya tanda dan gejala impending eklampsia.

3. Gangguan fungsi hepar maupun fungsi ginjal.

4. Dicurigai terjadi solusio plasenta.

5. Timbulnya onset partus.

6. Ketuban pecah dini.

7. Perdarahan.

Janin :

1. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG

2. NST non reaktif

3. Timbulnya oligohidramnion

4. Adanya tanda fetal distress

Laboratorium

1.Adanya tandra sindrom HELLP, khususnya menurunyya trombosit

dengan cepat.

H.) Cara persalinan

Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam.

a. Penderita belum inpartu

Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop ≥ 5. Bila induksi gagal harus

disusul dengan SC.

Indikasi SC :

- tidak memenuhi syarat persalinan pervaginam

- induksi persalinan gagal

- terjadi fetal distress

b. Penderita sudah inpartu

- Memperingan kala II

- Antikonvulsan. Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus

kuntinyu atau intramuskular dengan injeksi intermiten.

Page 9: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

Infus intravena kontinu:

Loading dose : initial dose

Berikan 4 – 6 gram MgSO4 20% diberikan dalam 500 cc RL selama 15-

20 menit

Maintenance dose :

Mulai infus rumatan dengan dosis 2 g/jam dalam 100 ml cairan intravena

tiap 4-6 jam

Injeksi intamuskular intermiten:

a) Berikan 4 gram MgSO4 sebagai larutan 20% secara intavena dengan

kecepatan tidak melebihi 1 g/menit.

b) Lanjutkan segera dengan 10 gram MgSO4 50%, sebagian (5%) disuntikan

dalam-dalam di kuadran lateral atas bokong (penambahan 1 ml lidokain 2

% dapat mengurangi nyeri). Apabila kejang menetap setelah 15 menit,

berikan MgSO4 sampai 2 gram dalam bentuk larutan 20% secara

intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1 g/menit.

c) Setiap 4 jam sesudahnya, berikan 5 gram larutan MgSO4 50% yang

disuntikan dalam-dalam ke kuadran lateral atas bokong bergantian kiri-

kanan, tetapi setelah dipastikan bahwa:

Reflek patela (+)

Tidak terdapat depresi pernapasan

Pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml

d) MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.

e) Siapkan antidotum

Jika terjadi henti napas

Berikan bantuan dengan ventilator

Berikan kalsium glukonas 2 g (20 ml dalam larutan 10%) secara

intravena perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.

- Antihipertensi.

a) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan

selama 5 menit sampai tekanan darah turun.

b) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5

intramuskular setiap 2 jam.

c) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:

Page 10: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.

Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah

tidak membaik dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan sampai

20 mg intravena

Persalinan

- Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam.

- Jika SC akan dilakukan, perhatikan bahwa:

Tidak terdapat koagulopati

Anestesi yang aman/terpilih adalah anestesia umum. Jangan lakukan anestesia

lokal, sedangkan anestesia spinal berhubungan dengan hipotensi.

- Jika anestesia yang umum tidak tersedia atau janin mati lakukan persalinan

pervaginam.

Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml

dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.

Page 11: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2015

A. IDENTITAS

Nama penderita : Ny. S

Umur : 42 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

No CM : 124.84.29

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Bedono RT 05/RW 01 Sayung Demak

Pendidikan : SMP

Status : Menikah

Nama Suami : Tn. A

Tanggal Masuk : 27 Juni 2015

Ruang : Baitunnisa 2

Kelas : JKN Non PBI Kelas II

B. ANAMNESA

Anamnesa dilakukan pada tanggal 27 Juni 2015 di IGD jam 22.00 WIB.

Keluhan Utama :

Pasien hamil 38 minggu usia 42 tahun pasien dari IGD Rumah Sakit Islam

Sultan Agung dengan PEB. Pasien mengeluh sudah merasakan kencang-kencang dan

mengeluarkan lendir dan darah.

Riwayat Kehamilan dan Penyakit sekarang

Pasien G3P2A0 usia 42 tahun hamil 38 minggu inpartu kala II aktif dengan

PEB datang ke IGD Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Pasien merasakan kenceng-

kenceng dan mengeluarkan lendir dan darah. Riwayat pernah mondok di Rumah Sakit

Islam Sultan Agung saat umur kehamilan 36 minggu karena PER.

Page 12: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

Riwayat ANC :

Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan dan dirujuk ke dokter. Periksa

secara rutin diberi multivitamin dan obat penambah darah.

Riwayat Obstetri

a. GI : Laki-laki, 2700 gr, normal, usia 20 tahun.

b. G2 : Perempuan, 2900 gr, normal, usia 13 tahun.

c. G3 : hamil ini

Riwayat Menstruasi

o Menarche : 14 tahun

o Siklus haid : 28 hari, teratur

o Lama haid : 5 hari

o Dismenore : -

Riwayat Perkawinan

Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang. Usia pernikahan 21 tahun.

Riwayat KB :

IUD dan suntik 3 bulan.

Riwayat Penyakit Dahulu

o Riwayat Hipertensi : disangkal

o Riwayat DM : disangkal

o Riwayat alergi : disangkal

o Riwayat asma : disangkal

o Riwayat operasi kandungan : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

o Riwayat Hipertensi : disangkal

o Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

o Riwayat Penyakit Paru : disangkal

o Riwayat DM : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai karyawan

swasta. Biaya kesehatan ditanggung BPJS.

Page 13: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

C. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Present (27 Juni 2015)

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : compos mentis

Vital Sign

1. Tensi : 160/100 mmHg

2. Nadi : 80x/menit

3. RR : 20 x/menit

4. Suhu : 36,7 0C

5. TB : 153 cm

6. BB : 65 kg

Status Internus

- Kepala : Mesocephale

- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)

- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-)

- Telinga : Discharge (-)

- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)

- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)

- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)

- Mamae : Simetris, mamae membesar, hiperpigmentasi areola mamae,

papila mamae menonjol, benjolan abnormal (-)

- Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-)

- Paru

Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris

Palpasi : Stem fremitus dextra dan sinistra sama

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

Page 14: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

- Abdomen

Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)

Auskultasi : bising usus (+)

Perkusi : tidak dilakukan

Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-)

- Extremitas

Superior Inferior

Oedem -/- +/+

Varises -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

b. Status Obstetri

- Abdomen

Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)

Palpasi

Leopold I : TFU 3 jari di atas umbilicus,

teraba bagian janin massa bulat, besar dan lunak

Leopold II : Janin sejajar sumbu ibu, membujur, teraba tahanan keras

memanjang di uterus lateral kiri.

tahanan kecil - kecil kanan.

Loepold III : Bagian bawah janin teraba bulat, besar dan keras

Tidak bisa digoyang masuk PAP

Leopold IV : Konfigurasi kedua telapak tangan divergen

DJJ : 11-12-12

TFU : 29 cm

TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gram

- Genitalia

Externa : air ketuban (-), Lendir darah (+), vulva oedem (-)

VT : vagina: rugae (+) normal, tumor (-)

Serviks: tebal, keras, pembukaan 4

Page 15: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium Darah : (27 Juni 2015)

Hematologi

Hemoglobin : 11,6 gr/dl

Hematokrit : 34,3%

Leukosit : 8,6 /uL

Golongan darah : B, Rhesus (+)

Waktu Perdarahan/BT : 1:45

Waktu Pembekuan/CT : 4:00

Kimiawi

SGOT : 28 U/l

SGPT 13 : 24 U/l

Urine

Urine lengkap

Warna : Kuning

Kejernihan : Keruh

Protein : 331 mg/dl

Reduksi : Negatif

Bilirubin : Negatif

Urobilinogen : 0,2 mg/dl

Benda Keton : Negatif

Nitrit : Negatif

Berat Jenis : 1.015

Blood : Negatif

Leukosit : Negatif

Mikroskopis

Epitel Sel : 18-20/LPK

Erytrosit : 0-1/LPB

Leukosit : 3-4/LPB

Silinder : Negatif

Parasit : Negatif

Bakteri : Positif 1

Jamur : Negatif

Page 16: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

Kristal : Negatif

Benang Mukus : Positif

b. Pemeriksaan serologis : HbsAg (-)

c. EKG : Kesan NSR (Normosinus ritme), reguler

E. RESUME

Pasien G3P2A0 usia 42 tahun hamil 38 minggu datang ke IGD Rumah Sakit Islam

Sultan Agung dengan keluhan kenceng-kenceng dan tekanan darah tinggi 160/100

mmHg. Pasien mengaku sebelum hamil tidak pernah darah tinggi, tetapi riwayat mondok

di RS usia kehamilan 36 minggu dengan PER.

Riwayat penyakit dahulu : PER

Riwayat penyakit keluarga : disangkal

Riwayat ANC :

a. Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan tekanan darah dalam batas normal.

Periksa secara rutin diberi multivitamin dan obat penambah darah.

b. ANC ke-5 di bidan dirujuk ke dokter karena PER (140/90) di rawat di Rumah

Sakit Islam Sultan Agung.

R Kehamilan :

1. HPHT : 2 November 2014

2. HPL : 8 Agustus 2015

3. Umur kehamilan : 38 minggu

Riwayat Obstetri

GI : Laki-laki, 2700 gr, normal, usia 20 tahun.

G2 : Perempuan, 2900 gr, normal, usia 13 tahun.

G3 : hamil ini

Status Present :

Tekanan darah : 160/100 mmHg

Status Internus :

Extremitas inferior oedem (-/-)

Status Obstetri :

Leopold : Janin tunggal intrauterin letak membujur,Presentasi Kepala Punggung kiri.

- Genitalia

Externa : air ketuban (-), Lendir darah (+), vulva oedem (-)

Page 17: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

VT : vagina: rugae (+) normal, tumor (-)

Serviks: tebal, keras, pembukaan 4

F. DIAGNOSA

Pasien G3P2A0 usia 42 tahun, hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin,

punggung kiri, letak membujur,presentasi kepala, inpartu kala II aktif dengan PEB,

primi sekundi.

G. SIKAP

Sebelum

1. Rencana Terapi Penyulit :

a. Segera masuk RS untuk rawat inap.

b. Tirah baring

c. Infus RL

d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan kejang.

Loading dose (initial dose) : 4 gram MgSO4 : intravena, selama 15 menit

(40% dalam 10 cc)

Maintenance dose: dalam infus RL, 6 gram selama 6 jam; lalu 4 gram

intramuskular tiap 4-6 jam.

e. Diet : Cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

.

2. Sikap terhadap kehamilan

Aktif, Agresif : terminasi kehamilan.

Karena sudah inpartu dan memenuhi syarat pervaginan maka diakhiri persalinan

secara pervaginan pada tanggal 27 Juni 2015 pada jam 23.05 WIB.

.

H. PROGNOSA

Kehamilan : dubia ad bonam

Persalinan : dubia ad bonam

I. EDUKASI PULANG

1. Kontrol 1 minggu setelah pulang.

2. Makan makanan tinggi protein rendah lemak dan garam

J. RESUME KELUAR

Page 18: Case Based Discussion Dr. Gunawan Peb

o Pasien pulang dari RSISA tanggal 30 Juni 2015

o Kondisi saat pasien pulang baik dengan perbaikan tekanan darah dan telah diberikan

edukasi sebelumnya.

o Obat yang diberikan saat pulang : antibiotik, vitamin B Complex, Vitamin C,

dopamet.