case based discussion dr. gunawan peb
DESCRIPTION
INI cbd BUATAN SAMSUL ASLI ANAK KOAS UNISSULA 2009 ASLI BERBES, APA YG DITULIS DISINI SEMUANYA BUKAN BERSUMBER DRI BUKU MANAPUN TP DARI SEMUA YG ADA DIPIKIRAN SAMSULTRANSCRIPT
CASE BASED DISCUSSION
PRE-EKLAMPSIA
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
di RSI Sultan Agung Semarang
Penguji :
dr. Gunawan Kuswondo, Sp.OG
Disusun oleh :
Annisa Muflikhasari
012116330
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
PREEKLAMPSIA
PENDAHULUAN
Preeklampsia merupakan penyakit dalam kehamilan yang ditandai dengan gejala
hipertensi, edema dan proteinuria. Eklampsia merupakan kegawat-daruratan obstetri yang
morbiditas dan mortalitasnya tinggi bagi ibu dan bayinya. Preeklampsia juga dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan kematian janin dalam kandungan.
A. Definisi Preeklampsia
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disetai dengan proteinuria.
B. Faktor Risiko Preeklampsia
1) Primigravida, primipaternitas.
2) Hiperplasentosis, misalnya mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus,
hidrops fetalis, bayi besar.
3) Umur yang ekstrim
4) Riwayat keluarga pernah preeklammsia/eklamsia
5) Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.
6) Obesitas.
C. Patofisiologi
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori yang dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada
satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori- teori yang saat ini banyak
dianut adalah :
1) Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan
otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan ototnya tetap kaku dan
keras sehingga lumen arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi sehingga aliran
darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
2) Teori Radikal Bebas
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (radikal
bebas). Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal
hidroksil yang sangat toksik, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh
darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam
lemak tak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak
membran sel, juga akan merusak nukleus dan protein sel endotel.
3) Teori Intoleransi Imunologik antara ibu dan janin
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G.
Maka, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Akibatnya, lapisan ototnya
tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi
sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia
plasenta.
4) Teori Genetik
Preeklampsia meningkat pada anak dari ibu yang memiliki riwayat menderita
preeklampsia.
5) Teori Defisiensi Gizi
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, dapat mengurangi
risiko preeklampsia. Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tak jenuh yang
dapat menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit dan
mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.
D. Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala
dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju
filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler
menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskular, meningkatnya cardiac output
dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis mikroangiopati
menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim.
E. Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan
laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2
golongan yaitu:
1) Preeklampsia ringan, yaitu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya
perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi
endotel. Diagnosis ditegakkan berdasar timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/atau edeme setelah kehamilan 20 minggu.
a) Tekanan darah ≥140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih,
atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan
riwayat tekanan darah normal.
b) Proteinuria kuantitatif ≥300 mg/24 jam atau kualitatif dipstik : ≥+1 dipstik pada
urine kateter atau midstearm. Rasio protein : kreatinin ≥ 30 mg/mmol.
c) Edem : lokal pada tungkai tidak digunakan dalam kriteria diagnostik kecuali
anasarka.
2) Preeklampsia berat, bila disertai salah satu atau lebih tanda dan gejala sebagai
berikut:
a) Tekanan darah ≥160/110 mmH. Tekanan darah tidak menurun meskipun ibu
hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah tirah baring.
b) Proteinuria ≥5 gr/jumlah urin dalam 24 jam atau kualitatif dipstik: +4 dipstik
c) Ada keterlibatan organ lain:
Oligouria, yaitu jumlah urine < 500 cc/ 24 jam.
Kenaikan kreatinin serum
Terdapat edema paru dan sianosis
Adanya gangguan serebral, nyeri kepala dan gangguan penglihatan
Rasa nyeri di epigastrium dan kuadran kanan atas abdomen
Hemolisis mikroangiopatik
Gangguan fungsi hepar ( kerusakan hepatoselular) : penigkatan kadar alanin
dan aspartate aminotransferasi.
Trombositopenia : < 100.000 sel/mm3 atau penuruna trombosit secara cepat.
Pertumbuhan janin terhambat
Sindrom HELLP
Pembagian preeklampsia berat:
a. preeklampsia berat tanpa impending eklampsia
b. preeklampsia berat dengan impending eklmpsia (nyeri kepala, mata kabur, mual
muntah, nyeri epigastrium)
F. Komplikasi
Komplikasi dibawah ini yang biasa terjadi pada preeklamsia berat dan eklampsia:
Solusio plasenta
Hipofibrinogenemia
Dianjurkan untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
Hemolisis.
Perdarahan otak
Kelainan mata
Edema paru-paru
Nekrosis hati
Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan lowplatelet.
Merupakan sindrom gejala klinis berupa gangguan fungsi hati, hepatoseluler
(peningkatan enzim hati [SGPT, SGOT], gejala subjektif [cepat lelah, mual,
muntah, nyeri epigastrium]), hemolisis akibat kerusakan membran eritrosit oleh
radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc),
agregasi (adhesi trombosit di dinding vaskuler), kerusakan tromboksan
(vasokonstriktor kuat), lisosom.
Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan lain yang
dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Preeklampsia Ringan
Tujuan Utama Perawatan Preeklamsia : mencegah kejang, perdarahan intrakranial,
mencegah gangguan fungsi organ vital dan melahirkan bayi sehat.
Pengelolaan preeklampsia ringan dapat secara :
Rawat jalan (ambulatoir)
1. Mengurangi aktivitas sehari-hari ( tirah baring / tidur miring)
2. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam secukupnya
serta vitamin prenatal
3. Tidak perlu mengurangi konsumsi garam, jika dibatasi harus diimbangin
dengan cairan yang banyak seperti susu atau air buah.
4. Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativa
5. Pemeriksaan Hb, hematokrit, fungsi hati, urin lengkap dan fungsi ginjal.
6. Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu
Rawat inap (hospitalisasi)
1. Hipertensi yang menetap selama 2 minggu
2. Proteinuria menetap selama 2 minggu
3. Adanya gejala atau tanda 1 atau lebih preeklampsia berat
4. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik.
5. Pemeriksaan kesejahteraan janin : pemeriksaan USG dan doppler untuk
evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.
6. Pemeriksaan nonstress test 2 kali seminggu dan konsultasi bagian mata
dan jantung.
Sikap terhadap kehamilannya:
- Bila usia kehamilan <37 minggu, tekanan darah mencapai normotensif selama
perawatan, kehamilannya ditunggu sampai aterm.
- Bila usia kehamilan >37 minggu, persalinan ditunggu sampai onset persalinan
atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran
tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu
memperingan kala II.
b. Penatalaksanaan Preeklampsia Berat
Pengelolaan :
1. pencegahan kejang,
2. pengobatan hipertensi,
3. pengelolaan cairan,
4. pelayanan suprotif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat
untuk persalinan.
Monitoring :
1. observasi harian tanda-tanda klinik : gangguan visus, nyeri kepala, nyeri
epigastrium, kenaikan cepat berat badan.
2. Penimbangan BB
3. Pengukuran proteinuria dan tekanan darah
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Pemeriksaan USG dan NST.
Dasar pengelolaan preeklampsia berat :
1. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya, yaitu terapi medikamentosa.
Pemberian terapi medikamentosa
a. Segera masuk RS.
b. Tirah baring miring ke kiri secara intermitten.
c. Infus RL atau D5%.
d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi
kejang.
e. Antihipertensi.
Diberikan bila TD ≥ 180/110. Obat yang diberikan adalah
nifedipine 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit, dosis
maksimal 120 mg dalam 24 jam.
f. Diuretik tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena:
1. Memperberat penurunan perfusi plasenta
2. Memperberat hipovolemia
Diuretik baru diberikan jika terdapat edema paru, gagal jantung
kongstif atau edema anasarka. Diuretik yang diberikan adalah
furosemid.
2. Kedua baru menentukan sikap terhadap kehamilannya :
a. Ekspektatif, konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu, kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi
medikamentosa.
Tujuan: mempertahankan kehamilan
Indikasi : kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda dan gejala
impending eklampsia.
b. Aktif, agresif : bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, akhiri kehamilan
setelah mendapatkan terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
- Tujuan : terminasi kehamilan
- Bila didapatkan 1 atau lebih keadaan di bawah ini:
Ibu :
1. Kegagalan terapi medikamentosa : setelah 6 jam sejak dimulai
pengobatan tidak terjadi perubahan dan setelah 24 jam sejak
dimulainya pengobatan terjadi kenaikan tekanan darah.
2. Adanya tanda dan gejala impending eklampsia.
3. Gangguan fungsi hepar maupun fungsi ginjal.
4. Dicurigai terjadi solusio plasenta.
5. Timbulnya onset partus.
6. Ketuban pecah dini.
7. Perdarahan.
Janin :
1. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG
2. NST non reaktif
3. Timbulnya oligohidramnion
4. Adanya tanda fetal distress
Laboratorium
1.Adanya tandra sindrom HELLP, khususnya menurunyya trombosit
dengan cepat.
H.) Cara persalinan
Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam.
a. Penderita belum inpartu
Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop ≥ 5. Bila induksi gagal harus
disusul dengan SC.
Indikasi SC :
- tidak memenuhi syarat persalinan pervaginam
- induksi persalinan gagal
- terjadi fetal distress
b. Penderita sudah inpartu
- Memperingan kala II
- Antikonvulsan. Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus
kuntinyu atau intramuskular dengan injeksi intermiten.
Infus intravena kontinu:
Loading dose : initial dose
Berikan 4 – 6 gram MgSO4 20% diberikan dalam 500 cc RL selama 15-
20 menit
Maintenance dose :
Mulai infus rumatan dengan dosis 2 g/jam dalam 100 ml cairan intravena
tiap 4-6 jam
Injeksi intamuskular intermiten:
a) Berikan 4 gram MgSO4 sebagai larutan 20% secara intavena dengan
kecepatan tidak melebihi 1 g/menit.
b) Lanjutkan segera dengan 10 gram MgSO4 50%, sebagian (5%) disuntikan
dalam-dalam di kuadran lateral atas bokong (penambahan 1 ml lidokain 2
% dapat mengurangi nyeri). Apabila kejang menetap setelah 15 menit,
berikan MgSO4 sampai 2 gram dalam bentuk larutan 20% secara
intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1 g/menit.
c) Setiap 4 jam sesudahnya, berikan 5 gram larutan MgSO4 50% yang
disuntikan dalam-dalam ke kuadran lateral atas bokong bergantian kiri-
kanan, tetapi setelah dipastikan bahwa:
Reflek patela (+)
Tidak terdapat depresi pernapasan
Pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml
d) MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.
e) Siapkan antidotum
Jika terjadi henti napas
Berikan bantuan dengan ventilator
Berikan kalsium glukonas 2 g (20 ml dalam larutan 10%) secara
intravena perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.
- Antihipertensi.
a) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan
selama 5 menit sampai tekanan darah turun.
b) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5
intramuskular setiap 2 jam.
c) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.
Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah
tidak membaik dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan sampai
20 mg intravena
Persalinan
- Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam.
- Jika SC akan dilakukan, perhatikan bahwa:
Tidak terdapat koagulopati
Anestesi yang aman/terpilih adalah anestesia umum. Jangan lakukan anestesia
lokal, sedangkan anestesia spinal berhubungan dengan hipotensi.
- Jika anestesia yang umum tidak tersedia atau janin mati lakukan persalinan
pervaginam.
Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml
dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
A. IDENTITAS
Nama penderita : Ny. S
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No CM : 124.84.29
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Bedono RT 05/RW 01 Sayung Demak
Pendidikan : SMP
Status : Menikah
Nama Suami : Tn. A
Tanggal Masuk : 27 Juni 2015
Ruang : Baitunnisa 2
Kelas : JKN Non PBI Kelas II
B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan pada tanggal 27 Juni 2015 di IGD jam 22.00 WIB.
Keluhan Utama :
Pasien hamil 38 minggu usia 42 tahun pasien dari IGD Rumah Sakit Islam
Sultan Agung dengan PEB. Pasien mengeluh sudah merasakan kencang-kencang dan
mengeluarkan lendir dan darah.
Riwayat Kehamilan dan Penyakit sekarang
Pasien G3P2A0 usia 42 tahun hamil 38 minggu inpartu kala II aktif dengan
PEB datang ke IGD Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Pasien merasakan kenceng-
kenceng dan mengeluarkan lendir dan darah. Riwayat pernah mondok di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung saat umur kehamilan 36 minggu karena PER.
Riwayat ANC :
Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan dan dirujuk ke dokter. Periksa
secara rutin diberi multivitamin dan obat penambah darah.
Riwayat Obstetri
a. GI : Laki-laki, 2700 gr, normal, usia 20 tahun.
b. G2 : Perempuan, 2900 gr, normal, usia 13 tahun.
c. G3 : hamil ini
Riwayat Menstruasi
o Menarche : 14 tahun
o Siklus haid : 28 hari, teratur
o Lama haid : 5 hari
o Dismenore : -
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang. Usia pernikahan 21 tahun.
Riwayat KB :
IUD dan suntik 3 bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat Hipertensi : disangkal
o Riwayat DM : disangkal
o Riwayat alergi : disangkal
o Riwayat asma : disangkal
o Riwayat operasi kandungan : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat Hipertensi : disangkal
o Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
o Riwayat Penyakit Paru : disangkal
o Riwayat DM : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai karyawan
swasta. Biaya kesehatan ditanggung BPJS.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present (27 Juni 2015)
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
1. Tensi : 160/100 mmHg
2. Nadi : 80x/menit
3. RR : 20 x/menit
4. Suhu : 36,7 0C
5. TB : 153 cm
6. BB : 65 kg
Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Discharge (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, mamae membesar, hiperpigmentasi areola mamae,
papila mamae menonjol, benjolan abnormal (-)
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-)
- Paru
Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
Palpasi : Stem fremitus dextra dan sinistra sama
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
- Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-)
- Extremitas
Superior Inferior
Oedem -/- +/+
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
b. Status Obstetri
- Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di atas umbilicus,
teraba bagian janin massa bulat, besar dan lunak
Leopold II : Janin sejajar sumbu ibu, membujur, teraba tahanan keras
memanjang di uterus lateral kiri.
tahanan kecil - kecil kanan.
Loepold III : Bagian bawah janin teraba bulat, besar dan keras
Tidak bisa digoyang masuk PAP
Leopold IV : Konfigurasi kedua telapak tangan divergen
DJJ : 11-12-12
TFU : 29 cm
TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gram
- Genitalia
Externa : air ketuban (-), Lendir darah (+), vulva oedem (-)
VT : vagina: rugae (+) normal, tumor (-)
Serviks: tebal, keras, pembukaan 4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium Darah : (27 Juni 2015)
Hematologi
Hemoglobin : 11,6 gr/dl
Hematokrit : 34,3%
Leukosit : 8,6 /uL
Golongan darah : B, Rhesus (+)
Waktu Perdarahan/BT : 1:45
Waktu Pembekuan/CT : 4:00
Kimiawi
SGOT : 28 U/l
SGPT 13 : 24 U/l
Urine
Urine lengkap
Warna : Kuning
Kejernihan : Keruh
Protein : 331 mg/dl
Reduksi : Negatif
Bilirubin : Negatif
Urobilinogen : 0,2 mg/dl
Benda Keton : Negatif
Nitrit : Negatif
Berat Jenis : 1.015
Blood : Negatif
Leukosit : Negatif
Mikroskopis
Epitel Sel : 18-20/LPK
Erytrosit : 0-1/LPB
Leukosit : 3-4/LPB
Silinder : Negatif
Parasit : Negatif
Bakteri : Positif 1
Jamur : Negatif
Kristal : Negatif
Benang Mukus : Positif
b. Pemeriksaan serologis : HbsAg (-)
c. EKG : Kesan NSR (Normosinus ritme), reguler
E. RESUME
Pasien G3P2A0 usia 42 tahun hamil 38 minggu datang ke IGD Rumah Sakit Islam
Sultan Agung dengan keluhan kenceng-kenceng dan tekanan darah tinggi 160/100
mmHg. Pasien mengaku sebelum hamil tidak pernah darah tinggi, tetapi riwayat mondok
di RS usia kehamilan 36 minggu dengan PER.
Riwayat penyakit dahulu : PER
Riwayat penyakit keluarga : disangkal
Riwayat ANC :
a. Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan tekanan darah dalam batas normal.
Periksa secara rutin diberi multivitamin dan obat penambah darah.
b. ANC ke-5 di bidan dirujuk ke dokter karena PER (140/90) di rawat di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung.
R Kehamilan :
1. HPHT : 2 November 2014
2. HPL : 8 Agustus 2015
3. Umur kehamilan : 38 minggu
Riwayat Obstetri
GI : Laki-laki, 2700 gr, normal, usia 20 tahun.
G2 : Perempuan, 2900 gr, normal, usia 13 tahun.
G3 : hamil ini
Status Present :
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Status Internus :
Extremitas inferior oedem (-/-)
Status Obstetri :
Leopold : Janin tunggal intrauterin letak membujur,Presentasi Kepala Punggung kiri.
- Genitalia
Externa : air ketuban (-), Lendir darah (+), vulva oedem (-)
VT : vagina: rugae (+) normal, tumor (-)
Serviks: tebal, keras, pembukaan 4
F. DIAGNOSA
Pasien G3P2A0 usia 42 tahun, hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin,
punggung kiri, letak membujur,presentasi kepala, inpartu kala II aktif dengan PEB,
primi sekundi.
G. SIKAP
Sebelum
1. Rencana Terapi Penyulit :
a. Segera masuk RS untuk rawat inap.
b. Tirah baring
c. Infus RL
d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan kejang.
Loading dose (initial dose) : 4 gram MgSO4 : intravena, selama 15 menit
(40% dalam 10 cc)
Maintenance dose: dalam infus RL, 6 gram selama 6 jam; lalu 4 gram
intramuskular tiap 4-6 jam.
e. Diet : Cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
.
2. Sikap terhadap kehamilan
Aktif, Agresif : terminasi kehamilan.
Karena sudah inpartu dan memenuhi syarat pervaginan maka diakhiri persalinan
secara pervaginan pada tanggal 27 Juni 2015 pada jam 23.05 WIB.
.
H. PROGNOSA
Kehamilan : dubia ad bonam
Persalinan : dubia ad bonam
I. EDUKASI PULANG
1. Kontrol 1 minggu setelah pulang.
2. Makan makanan tinggi protein rendah lemak dan garam
J. RESUME KELUAR
o Pasien pulang dari RSISA tanggal 30 Juni 2015
o Kondisi saat pasien pulang baik dengan perbaikan tekanan darah dan telah diberikan
edukasi sebelumnya.
o Obat yang diberikan saat pulang : antibiotik, vitamin B Complex, Vitamin C,
dopamet.