case anastesi spinal

34
M. HAFIZH MUTTAQIN (030.10.165) NURUL IRAWATI HAMZAH (030.10.212) CASE ANASTESI SPINAL

Upload: nuuhamzah

Post on 01-Feb-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kasusanastesi spinalanastesi umumkedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Case Anastesi Spinal

M. HAFIZH MUTTAQIN (030.10.165)NURUL IRAWATI HAMZAH

(030.10.212)

CASE ANASTESI SPINAL

Page 2: Case Anastesi Spinal

STATUS PASIENI.IDENTITAS PASIENNama : Ny. IsapJenis Kelamin : PerempuanUmur : 43 tahunAgama : IslamStatus : MenikahPekerjaan : Ibu rumah tanggaPendidikan Terakhir : SDAlamat :Sukaati Timur RT/RW 15/03 Kelurahan Jomin Timur Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang Provinsi Jawa BaratTanggal masuk RS : 5 September 2014

Page 3: Case Anastesi Spinal

II. EVALUASI PRE-ANESTESI1.AnamnesaDilakukan pada tanggal 5 September 2014 jam 16.50 WIBKeluhan Utama : Bayi letak lintangKeluhan Tambahan : mual dan mulas

Riwayat Penyakit Dahulu - Riwayat Kencing manis : (-)- Riwayat Darah tinggi : (-)- Riwayat Asma : (-)- Riwayat penyakit jantung : (-)- Riwayat penyakit paru : (-)- Riwayat maag : (+)

Page 4: Case Anastesi Spinal

Riwayat Penyakit Keluarga- Riwayat Kencing manis : (-)- Riwayat Darah tinggi : (-)- Riwayat Asma : (-)- Riwayat penyakit jantung : (-)- Riwayat penyakit paru : (-)

Riwayat Alergi- Riwayat Alergi Obat : (-)- Riwayat Alergi makanan : (-)- Riwayat Alergi bahan lain : (-)

Riwayat Operasi - Riwayat Operasi : (-)

Page 5: Case Anastesi Spinal

Riwayat Kebiasaan - Kebiasaan merokok : (-)- Kebiasaan konsumsi alkohol : (-)- Kebiasaan konsumsi obat-obatan : (-)

Riwayat Kehamilan : G4P3A0- Anak 1 meninggal setelah lahir- Anak 2 Laki-laki, BBL 2,3 Kg, 20 tahun, ditolong

mantri- Anak 3 Laki-laki, BBL 2,5 Kg, 14 tahun, ditolong

bidan- Anak 4 hamil sekarang

Page 6: Case Anastesi Spinal

2. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum: tampak sakit sedang Kesadaran : Compos MentisBerat Badan : 80 kgTinggi Badan : 158 cmIMT : [80/(1,58)²] = 32,04

Tanda-Tanda Vital- Tekanan Darah : 97/65 mmHg- Frekuensi Nadi : 76 x/menit- Frekuensi Nafas : 18 x/menit- Suhu : 36,7 ºC

Page 7: Case Anastesi Spinal

Status Generalis Kepala : normocephali, rambut hitam Mata : konjungtiva anemis (-/-),

sclera ikterik (-/-)Telinga : serumen (-/-), MT intakHidung : deviasi septum (-), sekret (-)Leher : KGB dan tyroid tidak teraba

membesar-Skor Mallampati : 1 (pilar faring, uvula, dan

palatum mole terlihat)Thoraks : - Paru : Suara nafas vesikuler, wheezing

(-/-), rhonki (-/-)- Jantung : BJ I,II regular, murmur (-), gallop (-)

Page 8: Case Anastesi Spinal

Abdomen :1. Inspeksi : membuncit, striae (+)2. Palpasi : hepar dan lien sulit dinilai, nyeri

tekan (-), Tinggi fundus uteri 30cm, bayi letak sungsang

3. Perkusi : redup4. Auskultasi : bising usus (+), DJJ tidak diperiksaGenitalia : - Vulva vagina tidak ada kelainan- Perdarahan (-) sedikitEkstremitas atas : hangat (+/+), edema (-/-)Ekstremitas bawah : hangat (+/+), edema

(+/+)

Page 9: Case Anastesi Spinal

3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan LaboratoriumJenis Pemeriksaan

Haematologi

Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 10,5 g/dL 12-16 g/dL

Eritrosit 3,59. 106/uL 3,60 .106/uL

Leukosit 10,04 103/uL 3,80-10,60.103/uL

Trombosit 330. 103/uL 150-440.103/uL

Hematokrit 31,5% 35,0-47,0%

Masa Perdarahan 2 menit 1-3 menit

Masa Pembekuan 11 menit 5-11 menit

Page 10: Case Anastesi Spinal

Golongan darah ABO A  

Golongan darah rhesus +  

Imunologi

HBsAg

 

Non reaktif

 

Kimia

Gula Darah Sewaktu

 

81 mg/dL

 

<140 mg/dL

Ureum 16 mg/dL 15.0-50.0 mg/dL

Kreatinin 0,81 mg/dL 0,05-0,90 mg/dL

SGOT 18,9 U/L s/d 31 U/L

SGPT 10,5 U/L s/d 31 U/L

Urine

Protein + -

Page 11: Case Anastesi Spinal

4. Diagnosa Kerja - G4P3A0 dengan Pre Eklampsia Berat- Status fisik ASA 3Tindakan : SC dan MOWRencana Anestesi : Spinal Anestesi

5. Terapi Preanestesi- Puasa 6 jam pre-operatif- Infus RL- Diberikan obat penurun tekanan darah

Page 12: Case Anastesi Spinal

III. Intraoperatif (5 September 2014)Status Anestesi:Diagnosa Preoperasi : G4P3A0 + Pre Eklampsia BeratJenis Operasi : SC + MOWRencana Tekhnik anestesi : Spinal Anestesi Status Fisik : ASA 3

Persiapan Alat(S) : Stetoskop, Laryngoskop(T) : EndoTrakeal Tube(A) : Guedel(T) : Plester/Micropore(I): Mandren/Stylet(C): Connector(S): Suction- Jarum spinal (quincke, whitacare), Balon pump, Mesin Anestesi, EKG monitor, Sfigmomanometer, Oksimeter/saturasi, Infus set, Spuit 10cc, 5 cc, Sungkup muka

Page 13: Case Anastesi Spinal

Persiapan ObatAntiemetic : Ondansetron, RanitidinAnalgetik : Bupivakain, Fentanyl, PetidinInduksi : Propofol, MilozRelaksan : RoculaxGas Inhalasi : N2O, O2, IsofluranObat emergency : EfedrinAnalgetik post op : Ketorolak

Page 14: Case Anastesi Spinal

IV. PERI OPERATIFLama operasi : 35 menit (17.25 – 18.00 WIB)Lama anestesi : 45 menit (17.20 – 18.05 WIB) Jenis anestesi : Spinal Anestesi Posisi : SupinePenata anestesi : WardoyoSupervisor : dr. Ade Sp.An.Dokter bedah : dr. Unggul Sp.OGInfuse : RL 500 mL pada tangan kananPremedikasi : - MgSO4 4gr iv bolus, maintenance 1gr/jam- Nifedipin 4 x 10 mg per oralMedikasi : - 17.20 WIB Bupivacaine 20 mg- 17.26 WIB Induxin 10 IU

Pospargin 0,2 mg Ephedrin 10 mg

Page 15: Case Anastesi Spinal

Terapi Cairan

Cairan masuk = Cairan keluar (puasa + perdarahan + produksi urin) + insensible water loss

= 720 cc + 200 cc + 300 cc + 50 cc

= 1.270 cc

Saat operasi diberikan RL 500 cc, maka saat pasien tiba di Recovery Room, pasien masih membutuhkan 770 cc lagi untuk mencukupi cairan yang hilang.

Keterangan:

- Kebutuhan basal

4 x 10 kg = 40 cc, 2 x 10 kg = 20 cc, 1 x 60 kg = 60 cc, Total : 120 cc/jam

- Kebutuhan cairan puasa 6 jam:

Lama puasa x kebutuhan basal = 6 jam x 120 cc/jam = 720 cc

- Produksi Urin : 300 cc

- Insensible Water Loss: (15 cc x Kg/BB) / 24 jam = 15 x 80 = 50 cc

Page 16: Case Anastesi Spinal

Transfusi Darah- Allowed Blood Loss : 20% x EBV = 20% x

(65 x 80) = 1040 ml- Perdarahan yang diketahui dari 4 kasa

sedang = 10 x 10 = 100 cc, lapangan operasi 100 cc

- Total perdarahan : 200 ml

Karena perdarahan operasi < ABL maka tidak diperlukan tranfusi darah selama operasi

Page 17: Case Anastesi Spinal

Monitoring selama operasi

Jam Tindakan Tekanan darah

(mmHg)

Nadi (x/menit) Saturasi O2

17.15 • Pasien masuk ke ruang operasi dan

dipindahkan ke meja operasi

• Pemasangan monitoring tekanan darah, nadi,

saturasi oksigen

• Infuse RL500mL terpasang pada tangan

kanan

97/65 76 99%

17.20

 

 

• Dilakukan anestesi regional pada spinal

setinggi L4-L5 dengan Bupivacaine 20 mg

• Pemberian oksigen 2L/menit

92/65

 

 

72

 

 

99%

 

 

17.25 Operasi dimulai 92/65 72 99%

Page 18: Case Anastesi Spinal

Jam Tindakan Tekanan darah (mmHg) Nadi (x/menit) Saturasi O2

17.30 1. Pasien masih dalam

keadaan operasi

2. Bayi lahir, perempuan,

ketuban bening

3. medikasi:

pospargin 0.2 mg

induxin 10 mg

ephedrine 10 mg

89/62 97 99%

17.40 Operasi masih berlanjut 98/72 88 99%

17.50 1. Operasi masih berlanjut

2. Pasien diberikan Ranitidin 50 mg

secara parenteral

95/63 84 99%

18.00 Operasi selesai 95/63 82 99%

18.05 Pasien dipindahkan ke recovery room 93/60 82 99%

Page 19: Case Anastesi Spinal

IV. POST OPERATIFPasien masuk ruang pemulihan Observasi tanda-tanda vital dalam batas normal

- Kesadaran : compos mentis

- TD : 93/58 mmHg

- Nadi : 83 x/menit-Saturasi: 98%

Bromage score:

Gerak penuh tungkai 0

Tidak mampu ekstensi tungkai 1

Tidak mampu flexi lutut 2

Tidak mampu flexi pergelangan

kaki

3

Bila score 2 atau lebih maka pasien dapat pindah ke ruangan, maka Pasien tersebut sudah layak pindah dari recovery room.

Page 20: Case Anastesi Spinal

ANALISA KASUS

Page 21: Case Anastesi Spinal

Lanjutan…

Page 22: Case Anastesi Spinal

Sebelum operasi pasien terlebih dahulu dipuasakan dan selama operasi pasien kehilangan sejumlah darah, hal ini membuat pasien kekurangan cairan dan harus diganti.

Terapi Cairan diberikan berdasarkan perhitungan, - Cairan masuk = Cairan keluar ( puasa + perdarahan + produksi urin ) +

insensible water loss.- Pertama kita hitung dulu kebutuhan basal pasien dengan rumus 4ml x 10

KgBB pertama= 2ml x 10 KgBB- kedua, dan 1ml x KgBB sisanya. 4 x 10 kg = 40 cc, 2 x 10 kg = 20 cc, 1 x

60 kg = 60 cc- Total : 120 cc/jam, kemudian dikalikan dengan lama puasa pasien 6 jam =

6 x 120 cc/jam = 720 cc. - Kemudian kita hitung jumlah cairan yang hilang melalui produksi urin

dilihat dari urin bag sebanyak 300 cc,- Untuk menghitung insensible water loss digunakan rumus (15 cc x

Kg/BB) / 24 jam = 15 x 80 / 24 = 50 cc. - Total jumlah cairan yang keluar didapatkan dari kebutuhan saat puasa

ditambah perdarahan selama operasi, produksi urin, dan insensible water loss = 720 cc + 200 cc + 300 cc + 50 cc = 1270 cc.

- Saat operasi diberikan RL 500 cc, maka selama di Recovery Room pasien masih membutuhkan 770 cc lagi untuk mencukupi cairan yang hilang.

Page 23: Case Anastesi Spinal

Untuk menghitung perdarahan yang keluar, diketahui selama operasi digunakan 10 kasa dimana tiap kasa dapat menyerap 10 cc = 10 x 10 cc = 100 cc darah, dan pada duk lapangan operasi sebesar 100 cc. Total perdarahan pada pasien ini didapat dari jumlah kasa ( 100 cc ) + duk lapangan operasi ( 100 cc ) yaitu 200 cc.

Untuk perhitungan jumlah darah maksimal yang boleh hilang didapatkan melalui rumus Maximum Allowed Blood Loss yaitu 20 % daripada total volume tubuh (20% x EBV ) dimana Expected Blood Volume pada perempuan adalah 65 cc x berat badannya.

Maka Maximum Allowed Blood Loss nya adalah 20% x (65 cc x 80 Kg ) = 1040 ml. Karena perdarahan operasi ( 200 cc ) lebih kecil dari jumlah darah maksimum yang boleh hilang maka tidak diperlukan tranfusi darah selama operasi.

Page 24: Case Anastesi Spinal

TINJAUAN PUSTAKA Definisi

Anestesi regional adalah hambatan saraf simpatis, impuls nyeri pada saraf sensorik, dan fungsi motorik dari satu bagian tubuh untuk sementara (reversibel). tetapi pasien tetap sadar.(1,3)

Pembagian Anestesi Atau Analgesia Regional(4)

- Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal.

- Blok perifer (blok saraf), misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok pleksus brakialis, aksiler, dan analgesia regional intravena.

Page 25: Case Anastesi Spinal

A.BLOK SENTRAL 1. Anastesi Spinal Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke

dalam ruang subarackhnoid Untuk mencapai cairan serebrospinal,

maka jarum suntik akan menembus

kulit subkutis Lig. Supraspinosus

Lig. Interspinosus Lig. Flavum ruang epidural durameter ruang subarachnoid.

Page 26: Case Anastesi Spinal

Persiapan analgesia spinal(4)

Mengecek keadaan pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik,

penunjang), Meneliti terlebih dahulu daerah sekitar tempat

tusukan, apakah dapat dilakukan anestesi spinal, Selain itu perlu

diperhatikan hal-hal di bawah ini:

1.      Informed consent

2.      Pemeriksaan fisik

3.      Pemeriksaan laboratorium anjuran : Hb, Ht, PT (Protrombin Time) , PTT (Partial Tromboplastin Time)

Page 27: Case Anastesi Spinal

Peralatan analgesia spinal(4)

1.     Peralatan monitor : tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, pulse oximeter,dan ekg dll.

2.     Peralatan resusitasi + obat obatan emergency

3.     Jarum spinal

Page 28: Case Anastesi Spinal

2. Anestesia Epidural(4)

Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural.

Page 29: Case Anastesi Spinal

Perbedaan anestesi spinal dan epidural

Page 30: Case Anastesi Spinal

3. Anestesia Kaudal(4)

Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis.

Ruang kaudal berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura.

Page 31: Case Anastesi Spinal

B. BLOK PERIFER Blok perifer adalah tindakan analgesia yang dilakukan

dengan cara menyuntikan obat anestetika lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu, yang menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer(5,6).

1. Blok Pleksus brakhialis Pleksus ini di blockade dengan empat pendekatan yang

berbeda : interkalenus, supraklavikularis, infraklavikularis atau aksilaris

2. Blok analgesia regional intravena Merupakan blok yang dilakukan dengan cara

menyuntikan obat anestetik lokal ke dalam vena yang telah dieksangunasi secara tertutup baik pada

ekstrimitas superior maupun ekstrimitas inferior. 

Page 32: Case Anastesi Spinal

Anestesi lokal lainnya

1. Anastesi topikal Tindakan anastesi lokal dengan cara menempatkan obat

anestetika lokal dengan cara antara lain oles, semprot atau tetes pada permukaan mukosa atau jaringan atau pada rongga tubuh.

2. Anastesi Lokal Infiltrasi Infiltrasi/suntikan obat anestetik lokal pada daerah yang

akan di ekplorasi.

Page 33: Case Anastesi Spinal

KESIMPULANPada pasien ini dilakukan anestesi regional. Sesuai

indikasinya, anestesi regional dilakukan pada operasi perut kebawah termasuk tindakan bedah sectio caesar. Menurut Morgan dan Mikhail, anestesi regional dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan anak dibanding anestesi umum.

Untuk menjaga keadaan pasien perioperatif hingga post operatif dalam keadaan baik maka perlu dilakukan monitoring terhadap kondisi pasien pre operatif. Selama periopratif pun sangat diperlukan pengawasan yang ketat terhadap tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, serta saturasi oksigen.

Page 34: Case Anastesi Spinal

DAFTAR PUSTAKA 1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi: Edisi Kedua.

2010. Jakarta: Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.

2. Soenarjo, Jatmiko HD, edt. Anestesiologi. 2010. Semarang : Bagian anestiologi dan terapi intensif FKUNDIP/RSUP Dr.Kariadi. p.309-30.

3. Soenarto RF, Chandra S, edt. Buku Ajar Anestesiologi 1st edition. 2012. Jakarta : Departemen Anestesiologi dan Intensive Care FKUI/RSCM.p.451-78.

4. Lunn JN. Catatan Kuliah Anestesi. 2005. Jakarta : EGC. p143-57

5. Mangku G, et al, edt. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. 2010. Jakarta : Indeks.p.114-33.

6. Robyn Gmyrek, MD, Maurice Dahdah, MD, Regional Anaesthesia, Updated: Aug 7, 2009. Accessed on 5th september 2014 at www.emedicine.com

7. Morgan, Mikhail. Clinical Anesthesiology 5th edition. 2013. New York: Mc Graw Hill. p.937-1022 , 1161-82