blok 8 skenario 3
DESCRIPTION
kesTRANSCRIPT
MANIFESTASI KLINIS NEUROSISTISERKOSIS
Manifestasi klinis dari neurosistiserkosis antara lain kejang, hydrocephalus, sakit kepala,
mual, muntah, perubahan penglihatan, pusing, ataksia, serta kebingungan. Pada pasien
hydrocephalus, sering ditemukan adanya papilledema atau menampakkan gangguan status
mental. Jika sistiserkus berkembang di dasar otak atau di ruang subarachnoid, dapat
menyebabkan meningitis atau arachnoiditis kronis, communicating hydrochepalus, atau stroke.
DIAGNOSIS
Diagnosis sistiserkosis dapat ditegakkan dengan beberapa criteria berikut:
a. Kriteria Absolut
- Demonstrasi dari sistiserkus dengan pemeriksaan histologis atau mikroskopis bahan
biopsi
- Visualisasi parasit pada mata dengan funduscopy
- Demonstrasi neuroradiologi dari lesi kistik yang berisi karakteristik scolex
b. Kriteria Mayor
- Lesi neuroradiologi sugestif dari neurosistiserkosis
- Demonstrasi antibodi untuk sistiserkus dalam serum oleh enzim-linked
immunoelectrotransfer blot
- Resolusi lesi kistik intrakranial spontan atau setelah terapi dengan albendazole atau
praziquantel saja
c. Kriteria minor
- Lesi kompatibel dengan neurosistiserkosis terdeteksi oleh studi neuroimaging
- Manifestasi klinis sugestif neurosistiserkosis
- Demonstrasi antibodi terhadap antigen sistiserkus atau sistiserkal di cairan
serebrospinal dengan ELISA
- Bukti sistiserkosis di luar sistem saraf pusat (misalnya, kalsifikasi jaringan lunak
berbentuk cerutu)
d. Kriteria Epidemiologi
- Tinggal di daerah sistiserkosis-endemik
- Sering perjalanan ke daerah sistiserkosis-endemik
- Kontak rumah tangga dengan seseorang yang terinfeksi Taenia solium
TERAPI
Sebagai terapi awal diberikan terapi simptomatis yaitu antiepilepsi untuk kejang.
Pemberian obat ini dapat dihentikan setelah 1-2 tahun jika gejala sudah hilang. Selain itu,
diberikan antiparasit yaitu albendazole dan preziquantel. Karena kematian parasit akibat obat
antiparasit menimbulkan respon inflamasi, perlu dikombinasikan dengan glukokortikoid sebagi
immunosupresan. Namun, kehadiran glukokortikoid dapat menurunkan efek antiparasit
preziquantel yaitu dengan menginduksi first-pass metabolism preziquantel. Oleh karena itu, perlu
dikombinasikan juga dengan cemitidin sehingga first-pass metabolism preziquantel dapat
dihambat.
Untuk pasien dengan hydrochepalus, dapat diberikan metotreksat. Namun jika sampai
terjadi obstruksi, perlu dilakukan endoscopy. Untuk terapi carnioctomy, tidak begitu dianjurkan.
Hindari obat antiparasit pada pasien dengan multiple inflamed lesions, karena dapat
menyebabkan kerusakan ireversibel. Pada kasus ini, pasien dapat diberikan glukokortikoid saja.
DAFTAR PUSTAKA
Braunwald, Fauci et al. 2010. Harisson’s Principle of Internal Medicine. US: The McGraw-Hill
Companies.