belum dikoreksi dk#an perwakilan rakyat republik indonesia catatan rapat panitia...
TRANSCRIPT
•
BELUM DIKOREKSI
DK#AN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
CATATAN RAPAT PANITIA KHUSUS RUU TENTANG SUSUNAN, KEKUASAAN DAN ACARA tiA.HKAMAH AGUNG DAN.RUD TENTANG SUSUN AN DAN KEh1JASAAN PENGADILAN DALAM LINGh1JNGAN
PERADILAN U:MUM
Tahun Sidang Masa Persidangan Rapa_t ke -
: 1985 - 1986
: II /7 " : ~--~----· ~ fl. .. -.~
Jenis Rapat
D e n g a n Sifat Rapat
Hari I tanggal Vvaktu
T e m p a t Ketu& Rapat Sekretaris A c a r a
H a d i r
ANGGOTA TETAP : 1. A.Baramuli,SH
Raker Pansus ke 4 Menteri Kehakiman (Ismail Saleh,SH) '.rerbuka
Selasa, 19 Nopember 1985 09.00 s/ ·14.25 WIB Pustaka Loka Bawah, Gedung DPR-RI A. Baramuli,SH Drs. Noer Fata Pembahasan Tk.III RUU tentang Susunan, Kekuasaan dan Acara Mahkamah Agung. 1. Panitia Khusus DPR-RI :
34 dari JS Anggota Tetap. 15 dari 19 Anggota Pengganti.
2. Pemerintah Menteri Kehakiman beserta Staf.
ANGGOTA PENGGANTI 1. So eh art o
2. Prof .Soehardjo Sastrosoehardjo,SH 2. H.Amir Yudowinarno 3. Soelaksono,sH· 3. H.Soedarsono Mertoprawiro 4. Dudy Singadilaga,SH,MPA 4. Soehadi Hardjo Soetarno
5. H.M. M u n a s i r 5. H.A.Yahya Moerad,SH 6. Harry Suwondo,SH 6. Drs.Achmad Dahlan
7. S o e b a g i o,SH 7. K.H. Djohan Muhari 8. Drs. F.Harefa,SH 8. S o e w a r n o,SH 9. Imam Sukarsono,SH 9. Umbu Remu, SH
10. R. Soetjipto,SH 10. Sarlan Adisucipto 11. Taufik Hidayat,SH 11. H.Achsyid Muzhar 12. Hilman Aminuddin 12. Soeparno Hendrowerd9yo 13. A.s.s. Tambunan,SH 13. Suparman Adiwidjaja,SH 14. Soesanto 3angoennagoro,SH 14. K.H.M. Ali Jafie 15. Muljadi Djajanegara,SH 15. Bachtijar Soetijono
16. • ..•....•...•
- 2 -
16. A.A. Oka Mahendra,SH 17. Ds.Dr.T.S. Sihombing,SH 18.:Ny. Sariati Prawoso,SH 19. H. Abdul Salam Prawiranegara,SH 20. Drs. Sawidago Wounde 21. Sri Redjeki,SH 22. Drs. Hasanuddin 23. Ir. A.Mustahid Astari 24. Muhammad Rize.l,SH 25. Drs.D.P. Datuk Labuan 26. Sulaeman Tjakrawiguna,SH 27. H. Ac~mad H.M.S.,SH 28. S o e t o m o, HR,SH 29. Drs.Syarifuddin Harahap 30. TGK~H.M. Saleh 31. H. Adnan Kohar 32. H. Djamaluddin Tarigan 33. H.M. Amin Iskandar 34. Drs. Ruhani Abdul Hakim
KET U A •••••••••
- 2 -
16. A.A. Oka Mahendra;SH 17. Ds.Dr.T.S. Sihombing,SH 18.~ Ny; Sariati Prawoso ,SH 19. H. Abdul Salam Prawiranegara,SH 20. Drs. Sawidago Wou~de 21. Sri Redjeki,SH 22. Drs. Hasanuddin 23. Ir. A.Mustahid Astari 24. Muhammad Rize.l,SH 25. Drs.D.P. Datuk Labuan 26. Sulaeman Tjakrawiguna,SH
27. H. Ac~ad H.M.S.,SH 28. S o e t o m o, HR,SH 29. Drs.Syarifuddin Harahap 30. TGK.H.M. Saleh
__ J 1 • H ._ Adnan Kohar
32. H. Djamaluddin Tarigan
33. H.M. Amin Iskandar 34. Drs. Ruhani Abdul Hakim
PEMERINTAH : 1. Ismail Saleh, SH - Menteri Kehakiman
I
2. Indroharto, SH - Staf 3. Djeke Soegiante - Staf 4. Roeskamd1- Sta-f
../~ '";>. M. Saleh Bahar is Staf 6. Soebijantono - Staf 7. H. Roesli - Staf 8. Zulfikar Staf 9. Asri1 Adj is Munek - Penghub,ung
10. Antonius Sudjadi -"-11. Muchtar Rasyidi - Staf 12. Zainul Arifin Wijaya- Staf
-- .... ; ..... _ -
KETUA . . . . . . .
- 3 -
Rapat dibuka pukul 09.31.
KETUA (A. •. BARAMULI, SH) : Saudara-saudara sekalian perke~ nankan kami untuk membuka rapat kerja dengan Wakil Pemerintah dan rapat kerja ini dinyatakan terbuka untuk umum.
Pertama-tama dari Pimpinan mengharapkan dimaafkan karena terltunda selama 31 menit, hal ini disebabkan adanya hal-hal yang perlu diselesaikan ditingkat Pimpmnan Pansus yang dibicarakan sejak 08.30. Notulen nanti bisa dibaca pada notulen yang akan diberikan ke- · pada Saudara-saudara.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera, M E R D E K A.
Acara rapat kerja hari ini telah kita tentukan bersama-sama yaitu membahas lebih lanjut dalam Tingkat III ini mengenai RUU tentang Susunan, Kekuasaan dan Acara Mahkamah Agung dan kita telah sampai kepada Pasal 7. Namun demikian Pimpinan menganggap perlu untuk mengantarkan Saudara-saudara dal~m membahas Pasal ini yaitu bahwa sesuai dengan . semangat dan kesadaran bersama yang sangat.tinggi yang telah kita capai pada rapat kerja kemarin tanggal 18 Nopember 1985.
Kiranya tetap dipertahankan dan dimana memungkinkan lebih ditingkatkan lagi. Semangat kebersamaan dan kerja sama sebagai
Anggota~anggota DPR dan -Pemerintah yang berdasarkan Pasal 5 UUD 1945 bersama menyelesaikan pembuatan RUU untuk disyahkan oleh DPR menjadi Undang-undang.
Pimpinan pun tidak merasa sangsi atau khawatir bahwa daftar acara tidak akan dapat dipenuhi seperti yang direncanal~an. \'Jalaupun kenyataar..nya sampai hari ketiga ini kita baru berhasil menyelesaikan 6 Pasal secara umum sesuai dengan tugas Pansus dimana jadwal acara kita harus selesai-dengan 85 Pasal dengan konsideran dan penjelasan itu pada tanggal 22 Nopember 1985.
Jadi •..•••.••••
- 4 -
. J adi jadwal waktu yang sisa adalah 3 hari, sehingga Saudara-saudara bisa membayangkan bahwa yang sudah dicapai adalah 6 !Yasal. Sisa 3 hari memerlukan penyelesaian 79 Pasal ditambah penjelasan, karena itu kami selalu menekankan kepada semangat kebersamaan yang tinggi dari seluruh Anggota-anggota Pansus yang kami yakin dengan sadar berkeyakinan untuk membentuk dan mengesyahkan bersama-sama suatu RUU yang akan mempunyai sifat dan mutu yang tinggi sesuai dengan mutu dari pada Anggota-anggota DPR dan Pemerintah sebagai hasil dari Orde Baru ini.
Dengan pengantar ini kami persilakan Saudara-saudara untuk membahas Pasal 7 ini, sesuai dengan DIM.
Akhirnya seperti dikatakan Saudara Menteri Kehakiman "'l!idak ada badai yang tidak akan berlalu", "Tiada bukit yang tidak dapat didaki 11 ,"Tiada lautan yang tidak dapat diseberangi", Saudara Menteri mengatakan masih ada yaitu "Tiada badai, tiada hujan dan baAaipun pasti berlalu".
Dengan catatan ini seperti Saudara dari F.KP katakan, mungkin hal ini yang baik sekali, demikian pula dari Saudara F.KP yang menyambut tentunya sepakat dengan Saudara Menteri.
Saudara-saudara perkenankan kami mulai dengan DIM, yaitu yang mengenai Pasal 7 dimana didalam DIM ini semua Fraksi mempunyai pendapat dan usul.
_Sehingga perkenankan kami mamulai urutan seperti yang tercantum didalam DIM, silakan~dari F.ABRI.
F.ABRI ( IMAM SUKARSONO, SH. ) : Rekan saya R. Soetjipto menyampaikan alasan-alasan dan
uraian saya minta dicatat bahwa sejak kemarin kami sudah mengaitkan Pasal 7 ini dengan Pasal 6 didalam rabgkaian penyelesaian
nya. Namun pada pagi ini, sesuai dengan acara akan menjelaskan apaapa yang tercantum didalam DIM dan apa penalurarmya ini akan
disampaikan oleh rekan Soetjipto, silakan.
F .ABRI ••.•••.••••
- 5 -
F.ABRI ( R. SOETJIPTO, SH.) : .Assalamu'alaikum Wara:hmatullahi Wabarakatuh.
Saudara Pimpinan yang terhormat, Saudara Menteri yang kami hormati serta Para Anggota Pansus yang terhormat. Dalam memasuki rumusan Pasal 7 ini, F.ABRI sebelumnya ingin
memberikan koreksi sedikit dalam DIM yaitu apa yang tertera dalam DIM setelah mendengar Menteri Kehakiman 11 seharusnya" kurung, yaitu setelah mendengar pendapat Menteri Kehakiman, ini ralat yang pertama.
Kemudian tentang Pasal 7 ini F.ABRI ingin sedikit perubahan pada rumusan ayat (1) ini kemudian menambahkan 1 ayat serta ~ang terakhir sedikit perubahan redaksionil.
Baiklah kami baca Pasal r dari RUU yai tu : ,-.--·~--·--·--·----~~----
n ( 1) ~~ki~-~~ diangkat oleh Presiden selaku Kepala Neg?ra diantara hakim pengadilan dari semua lingkungan peradilan yang pencalonannya diajukan oleh Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehaki.man kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk selanjutnya diusulkan kepada Presiden".
Dalam DIM, F.ABRI nienyarankan untuk' dirubah de~ian :
"Hakim Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara diantara hakim pengadilan dari semua lingkungan peradilan ~
yang pencalonannya diajukan oleh Ketua Mahkamah Agung setelah mendengar pendapat Menteri Kehakiman, kepada Dewan Perwakilan Rakyat, untuk selanjutnya diusulkan oleh Presiden".
Penjelasannya adalah sebagai berikut : F.ABRI ingin lebih menge- · tengahkan peranan Ketua M.A. agar dalam pencalonan untuk Hakim Agung ini lebih dominan apa yang ingin dikemukakan oleh Ketua M.A. tersebut • . Juga F.ABRI ingin menggaris bawahi adanya perbedaan-perbeqaan dalam fungsi yudikatif dan eksekutif meskipun keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam pencalonan ini.
Pihak •••••••••••
- 6' -
Pihak Eksekutif dalam hal ini Departemen Kehakiman tentu memiliki data-data yang lengkap tentang calon-calonnya. Khususnya dibidang Administratif misalnya antara lain tentang
~
dasar pendidikannya, masa kerja maupun daftar riwayat hidup dari calon yang bersangkutan.
Sehingga tentunya pendapat dari Menteri lebih banyak turut menentukan. Dalam penjelasan Pasal 7 ayat (1) dikemukakan "Bila calon berasal dari Peradilan Agama atau Peradilan Militer, maka
-Menteri yang bersangkutan harus didengar pendapatnya, sudah barang tentu Departemen yang bersangkutan juga memiliki datadata yang lengkap mengenai personil yang dimaksud atau calon yang akan diajukan.
Disini didalam pencalonan Hakim Agung Menteri cukup didengar pendapatnya, oleh karena itu F.ABRI menginginkan adanya perubahan sesuai apa yang termuat didalam DIM tersebut, ini yang pertama.
Kedua adalah adanya tambahan ayat pada Pasal 7 dapat dijelaskan sebagai berikut ; F.ABRI _ingin mengkaitkaniiya dengan UU No. 2/1985 yang merupakan perubahan dari UU No.16/
. - )
1969 dan UU No. 5/1975 Pasal 32 ayat (l.f) yang mengemukakan 11 u..11tuk dapat dilaksanakan fungsinya sebagaimana dimaksud UUD 1945 ~ew~ Pefwakilan R~l.at mempunyai hak mengajukan atau
menganjurkan seseorang Juga ditentukan oleh sesuatu Perundang-~-··.:.;... --- -undangan".
Selama ini DPR selalu memenuhi fungsinya sesuai UUD 1945 tersebut, yaitu mengajukan, menganjurkan calon untuk mengisi suatu jabatan yang selama ini berjalan bai~.
Bahkan hal ini juga diatur dalam Tata Tertib DPR Pasal 31 yang dalam hal ini DPR dapat mengajukan sekurang-kurangnya berjumlah 2 (dua) kali jabatan yang akan diisi.
Berdasarkan · •••••••
I -
- 7 -
Berdasarkan pada Pa~al 7 ayat (2) baru inilah maka fungsi
DPR yang didasarkan UUD'' 45 dapat lebih dimantapkan.
Perlu dijelaskan bahwa Fraksi ABRI tetap ingin pencalonan yang
dilakukan lewat DPR memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Pasal 6 RUU.
Adapun bunyi ayat yang ingin ditambahkan adalah sebagai
berikut "Di luar pencalonan yang dimaksud dalam ayat (1), Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan calon-calon Hakim Agung
kepada Presiden berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 6".
Jadi bagaimana nanti bentuknya atau rumusan Pasal 6 ini tetap
menjadi persyaratan yang diinginkan oleh Fraksi ABRI.
Selanjutnya ayat (2) lama menjadi ayat (3), RUU menjadi ayat (4).
~:~:t::s;~t~a:y::k~:) K:::!, 1:::u:e~~::y~a~!1~~i=e'.l!;~~.~~i~~~ / kan"_masing-masing sekurang--kurangnya 2 (dua) orang calon".
Dalam hal ini Fraksi ABRI agar ditambahkan untuk mengisi
lowongan jabatan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda/ dan Hakim Agung
diusulkan masing-masing sekurang-kurangnya 2 (dua) orang calon.
Ini tentunya lebih memberi kesempatan kepada Presiden untuk
memili~inya siapa yang akan dicalonkaamenjadi Hakim Agung . .. Demikian s~cara singkat apa yang ingin dikemukakan oleh Fraksi ABRI terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamu'alaikum Warakhmatullahi wabarakatuh.
KETUA : Terima kasih Saudara Imam Sukarsono dan Saudara
Soetjipto perkenan kami untuk teralih kepada yang berikutnya
yai tu F.·KP.
FRAKSI KARYA PEMBANGUN.AN (H.ABDUL SALAM PRAWIRANEGARA,SH)_: Dari F.KP. Saudara Pimpinan ada 4 juru bicara hari ini ber
dasarkan putusan pimpinan F.KP.
1. Saudara Sulaeman Tjakrawiguna,SH akan membahas Pasal 7
yang berkaitan derigan pasal 6 k~marin.
2. Saudara Drs.Sawidago Wounde, akan membahas Pasal 8
dan selanjutnya.
3. Saudara A.S.S. Tambunan,SH dan yang terakhir.
4. Saudara Soesanto Bangoennagoro,SH
Kami persilahkan Pak Sulaeman.
FRAKS I ............ .
- ~ -FRAKS I KARY A 'PEMBANGUNAN (SULAEM.AN 'T J AKRAWT GUNA, SH) · .
Assalamu'alaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh.
Saudara Pimpinan Pansus yang terhormat. Saudara Menteri Kehakiman bersama Staf yang terhormat.
Rekan-rekan para Anggota Pansus yang terhormat dan Sidang yang kami muliakan.
Syukur Alhamdulillah dalam suasana yang segar pada hari ini · kita berjumpa kembali, sungguh tepat apa yang dikernukakan oleh
Saudara Ketua mengulangi ungkapan yang t~lah diketengahkan oleh Saudara Menteri kemarin yaitu "Tidak adabukit yang tidak dapat didaki", Tidak ada badai yang tak b~rlalu" dan " Tidak ada lautan yang tidak dapat diarungi".
Justru ini merupakan suatu ungkapan yang memang benar-benar harus kita pegang. Justru F.KP. dalam hal ini betul-betul sepe~dapat dengan Saudara Menteri bahwa dalam m enelaah RUU ini Insya
Allah dengan Ridho Allah S.W.T. nanti kita akan bersama-sama dalam waktu yang secepat mungkin dengan tidak melupakan tentang mutu dari pada Undang-undang.
Saudara Ketua di dalam membahas Pasal 7 ini F.KP tentu s~ja ·berpola kepada suatu pemikiran yang berdasarkan kepada fatwa-fatwa yang diberikan.oleh Presiden Suharto dan juga pendapat yang diberikan oleh Saudara Ketua DPR/MPR yang pada dasarnya adalah kita dalam mengambil suatu_keputusan harus melakukan methoda pendeka
tan yang konstitusional.
Saudara Ketua DPR/MPR pada akhir-akhir ini bulan September
pernah
mengemukakan
- 9 -
Mengemukakan, dengan perkenan oleh Saudara Ketua baiklah saya ungkapkan dan keputusan itu adalah harus selalu konstitusional yang berlandaskan kepada konstitusi Negara yakni UUD'45, Saudara Ketua ? •
Konstitusi DPR yang maksudnya adalah Tata Tertib DPR dan konstitusi organisasi yaitu berdasarkan kepada Tata Tertib Fraksi dan Anggaran Dasar Organisasi yang diwakilinya.
Kalau kami berbicara disini tentu tidak lepas daripada pendirian Fraksi dan~bukan pendapat pribadi. Justru karena itulah kami ingin mengungkapkan apa yang akan kami ketengahkan semoga bisa bermanfaat dalam menelaah Pasal 7. khususnya dan seluruh Pasal-pasal dari pada RUU Mahkamah Agung ini.
Kalau Saudara memperkenankan kepada saya membaca pasal 7 -ayat (1) berbunyi "Hakim Agung diangkat oleh Presiden selaku
~-
,. kepala Negara diantara hakim pengadilan dari suatu lingkungan peradilan yang pencalonannya diajukan oleh Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk se- -lanjutnya diusulkan kepada Presiden". Dan pasal 7 ayat (2), (3) dan (4), saya kira Pasal 7 ayat (1) inilah yang merupakan jantungnya permasalahan yang akan diketengahkan.
Saudara Ketua menelaah permasalahan ini adalah kalau bisa saya ungkapkan yaitu tata cara pencalonan Hakim Agung. F.K.P. melihat Pasal 7 ayat (1) RUU Mahkamah Agung disini bersifat berubah pratek kehidupan ketatanegaraan atau konstitusi-;onal yang sudah berjalan baik dan cukup mapan selama ini khususnya mengenai peranan DPR.
Kami dari F.K.P. berpendapat kalau Pasal 7 ayat (1) RUU Mahkamah Agung diterima secara utuh oleh DPR dan menjadi Undan~ undang, berarti DPR ~enghapuskan hak dan wewenangnya sendiri untuk mengusulkan seseorang bilamana diminta oleh Undang-undang.
Padahal Saudara Ketua, wewenang tersebut sudah tercantum dals.m pasal 32 ayat (1) huruf"e" Undang-undang No.16 Tahun 1969 ·scbagaimana telah diubah dengan Unda~g-undang No.5 Tahun 1975 dan Undang-undang No. 2 Tahun 1985.
Apabila ••••••o
10 -
Apabila· dipertanyakan disini bahwa DPR adalah masih disebut-sebut akan tetapi pencalonan diajukan oleh Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakimail kepada DPR.
Patut disini dipertanyakan oleh F.K.P. dimana peranan DPR dalam menggunakan pencalonan, disini kita melihat adalah bertentangan dengan Tata Tertib dan juga bertentangan dengan kelajuan yang sudah berjalan selama ini dengan sebaik-baiknya.
Saudara Ketu~ U1JD'45 mengenal suatu sistem kelembagaan negara ditingkat pusatnya MPR sebagai lembaga negara Tertinggi kemudian beberapa lembaga Tinggi Negara ialah Presiden, DPR, BPK, DP.A dan Mahkamah Agung._
Sedangkan didalam Tap MPR No.III/MPR/1978 telah diatur hubungan dan Tata Kerja Lembaga Tertinggi ~egara dengan atau antar Lembaga Tinggi Negara.
Disana Saudara Ketua, bisa kita lihat bagaimana terbentuknya masing-masing lembaga tersebut yang boleh dikatakan sudah berjalan secara mantap.
Artinya kita melihat bahwa Presiden adalah diangkat oleh MPR/oleh Rakyat dimana DPR itu adalah seluruhnya merupakan Anggota MPR, j?J.di .disinil.ah, rakya t yang turut berperan serta di dalam kehidupan Demokrasi di Indon.esia.
Kemudian ]:cita melihat juga tentang DPR, DPR langsung ··sebagian dipilih oleh rakyat lalu tentang DPR pencalonannya adalah ditentukan oleh DPR dan diajukan kepada Presiden, de-
)
mikian juga tentang BPK-dan filahkamah Agung juga demikian, / alat DPR lah yang menentukan calon-calon itu. -- Saudara Ketua dengan tidak mengurangi maksud baik dari pada Pemerintah menggunakan Pasal 7 (1) disini akan menper-tanyakan antara lain :
Yang harus mendapat penegasan yang jelas bagi kita arti~ nya yang konkrit bagi kita sebagai pegangan, dengan seijin Saudara Ketua kami akan menggunakan kesempatan ini mengajukan 2 (dua) permasalahan.
Dapatkah • • • • • • • • • • •
- 11 -
Dapatkah suatu Lembaga /f egara mengusulkan untuk diangkat sebagai Pejabat untuk lembaga itu sendiri.
Disini kalau dalam 11 Prancis " ngeupeul sangu ngahuapan maneh arti mengepal nasi dimasukkan di dalam mulut; kira-kira arti nya begitu, t~pi ungkupan saya ini tidak betul Sdr. Ketua ? Ini hanya perumpamaan saja.
Lalu yang dipertanyakan pada bagian kedua bagaimana keduduk an seorang Menteri dalam wewenangnya untuk mengusulkan calon men jadi Pejabat Lembaga Tinggi Negara.
Pada hemat kami Sdr. Ketua sebetulnya pertanyaan ini tidak perlu diajukan, karena praktek konstitusi dalam pengusulan calon untuk duduk sebagai Pejabat Lembaga Tinggi Negara selarna ini su~ dah jalan dan cukup mapan dan selalu dimulai dari anjuran yang da ~angnya dari DPR. Tentu dalam hal ini Sdr~ Ketua akan dipertanyakan oleh karena sis tern karier atau tidak sistem karierpun bahwa sebagaian besar jumlahnya itu tentu MahkamahrAgung itu akan diisi oleh pejabat-pejabat Hakim yang dari Ketua Pengadilan Tinggi atau Hakim Tinggi dalam hal ini tentu saja ~encalonan itu akan diajukan kalau DPR memerlukan tentu akan per.gi ke sumbernya, di dalam hal ini.
Akan tetapi secara konstitusional perlu dipertimbangkan da-lam hal ini peranan daripada DPR i tu. · ·) Pada· .. hemat kami Sdr. Ketua, tidak hanya Pemerintah saja yang ha-·
rus berbobot, akan tetapi DPR-pun bobotnya itu harus kita tinggikan~
Selain daripada itu perlu diingat bahwa rakyat dalam hal ini harus turut serta di dalam mencalonkan, menentukan orang-orang itu secara benar,. nah dengan demikian maka inipun sekaligus adalah untuk mempertinggi dan untuk meninggikan bobot dari Hakim itu dan ke. hormatan dalam tugasnya yang sangat mulia itu.
Kita melihat di luar Negeri kalau Hakim Tinggi atau Chief Ju~ tice sedang berbicara, seluruh masyarakat itu diam dan memperhatikan begitu bobotnya Hakim. Dan di luar negeri Hakim itu bisa disebut My Lord.
Demikian tinggi maka sesungguhnya suatu kehormstan yang sangat besar sekali. Sdr. Ketua, bagi para Hakim Tinggi ini apabila memang betul~betul
pengangkatannya itu. Walaupun pencalonannya/pemilihannya itu betul be.tul murni dari DPR, murni dalam arti kata lua;:- --
Tentu ••••••
- 12 -
Tentu DPR juga bisa berkonsultasi di mana tempat para Hakimhakim itu bersumber dalam hal ini. Nah dengan demikian kami merasa khawatir kalau umpamanya Menteri Kehakiman, Mahkamah Agung mengajukan calon, calon itu dibungkus kemudian disampaikan kepada
- Presiden. Kami berpendapat Sdr. Ketua, kalau Sdr. Menteri Kehakiman mau
mengusulkan kepada Presiden itu sebetulnya tidak usah melalui DPR bisa langsung, karena Menteri adatah pembantu daripada Presiden da lam hal ini.
Nah demikianlah jadi kami akan mengemukakan dengan suatu usul penyempurnaan yaitu dengan mengemukakan Pasal 7 ayat (1) 11 Ketua,
Wakil Ke~ua, Ketua Muda dan H_akim Agung diangkst --~~-~E ___ Presiden se-laku Kepala Negara dari daftar nama-nama calon yang diajukan oleh. DPR", ya tentu saja kami masih membuka diri kemungkinan untuk peru - -musan-perumusan aan penyesuaian-penyesuaian.
Sedangkan rnengenai ayat (2) Sdr. Ketua, kami ambilkan dari ayat (4) RUU yaitu " Untuk mengisi lowongan jabatan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung diusulkan masing-masing _2 (dua) orang calon " ini dapat kami menerimanya oleh karena sesuai dengan ketentuan tata t~rtib yakni 2 X 4 dari Hakim Agung yang dibutuhkan dalam hal ini. Sdr. Ketua, jadi singkatnya dalam hal ini ialah praktek kehidupan ketatanegaraan, tata cara,oleh DPR itu sudah ada ketentuannya yang berjalan selama ini adalah cukup baik.
Jadi praktek • • • • • •
I
- 13 -
Jadi prakt:k ko?stitu~ional yang sudah mapan dan cukup baik ini saya kira masih .harus dipelihara dengan sebaik-baiknya dan DPR juga tidak akan meninggalkan sumbernya dari mana Hakim Agung itu diangkat. Tentu saja kala.u secara 'informal bisa-bisa saja DPR mengadakan konsultasi dan musyawarah untuk mufakat dengan instansi-instansi yang bersangkutan.
Semoga pemikiran kami ~ni bisa bermanfaat untuk dirundingkan dan direnungkan secara sebaik-baiknya dengan tidak meninggal kan ketentuan methoda pendekatan secara konstitusional.
Wabillahit taufik walhidayah. Assalamu'alaikum warachmatullahi wabarakatuh. Terima kasih.
KETUA : Terima kasih F.KP. Silahkan F~aksi PDI. FRAKSI PARTAr DEMOKRASI INDONESIA (SOETOMO HR,SH) : Saudara
Ketua, Saudara Menteri, Saudara-saudara Anggota Pansus yang terhormat, pertama-tama Fraksi PDI merasa sangat bergembira memasuki hari yang cerah ini setelah kemarin kita bersama-sama cukup panjang lebca,.r membahas pasal yang sangat prinsipiil, yang hakek~tny~ pasal itu adalah sangat berkaitan erat dengan pasal 7. Oleh karena itu di dalam hal ini, Saudara Ketua, dari Fraksi PDI merasa sangat bersyukur bahwa himbauan buka celah-celah sedikit ternya.ta terwujud dengan adanya konsensus yang kemarin. Berarti Mahkamah Agung tidak hanya Anggota-anggotanya terdiri dari hakim-hakim karier, tetapi masih diberi kemungkinan pengangkatan Hakim Agung yang tidak di dasarkan atas sistem karier.
Oleh karena itu di dalam rangka memasuki pasal 7 yang semula kam.i berjukir bahwa ini harus kita beradu urat yang agak tegang, tetapi dengan adanya pasal 6 yang sesungguhnya sudah rata dan prin
sip sudah kita ketemukan. Ini sesungguhnya tinggal en~k saja, tidak terlalu sulit, karena ini masalah mekanismenya saja, bagaimana Hakim Agung itu diangkat, bagaimana peranan DPR ? Ini yang secara prinsip. Lalu bagaimana haki!!l karier ini diangka t dip.erlakukannya ? Lalu yang non karier ini bagaimana cara pengangkatan.dan diusulkannya? Saya rasa itu yang paling pokok. Oleh karena itu Saudara, saudara, Fraksi PDI itu terus terang saja sangat luwes, tidak terlalu kaku dan senantiasa terbuka. Artinya kalau tokh dalam
.DIM • • • • kalau Saudara meliha t di DIM Fraksi PDI • • • • • i tu memadai, ar.tinya itu nakut-nakutin, Pak Tambunan, sebab itu ada Hakim Agung diangkat oleh Kepala Negara diantara hakim pengadilan dari semua lingkungan Peradilan atau masih ditambah dosen dan sebagainya.
Itu karena 0 • • • • • •
- 14--
Itu karena karni memang masih ingin buka klep saja. Tetapi
karena kemarin sudah diketemu~an satu prinsip. Itu mesti harus dipisahkan, sebab Hakim Peradilan ini adalah karier. Itu titik,~itu bisa satu ayat. Ayat kedua, ini urusan non karier. Itu bisa diketemukan demikian. Jadi enak begitulah masuknya: Jadi tidak terlalu rikuh, jadi ada jalan masuk, pin
tu terbuka dan wellcome. Sebab pasal yang diusulkan Fraksi PDI itu sesungguhnya memak
sakan kombinasi karier dan terbuka. Dan .. itu lalu menjadi tidak logis. Ini saja jawab sendiri.
Ini begitulah, ini blak-blakannya. Jadi untuk tidak mengganggu suasana yang sudah ~nak, nanti bisa
mengganjal kalau saja bertopeng kepada prinsip ini. Tidak begitu, pokoknya kan sudah terbuka bagaimana memasukkan-
nya. Lalu sekarang peranan DPR atau siapa dahulu.
Kalau karier ini bagaimana ?
Sesungguhnya bagi Fraksi PDI karier ini senantiasa 'dik.elola oleh yang mengelola. Karier ini dikelola oleh yang mengelola. Itulah yang namanya merit system. Jadi ini logis sekali, kalau kita berbicara soal sistem karier. Oleh karena itu misalnya Mahkamah Agung ataupun Departemen Kehakiman yang mengusulkan, karena ini membidangi pembinaan. Ini juga logis saja kare:qa kita ini Anggota DPR yang DPR-nya itu minta juga harus kita junjung, kita angkat, ditempatkan pada porsi yang wajar. Jangan kita lalu membuang atau menghancurkan kita punya martabat sendiri. Menurut Fraksi PDI gampangnya begini. Para hakim karier itu biarlah diurus oleh Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman. Merekalah yang tahu bobot mereka. Tetapi ini baru bakal calon. Bakal calon ini dilimpahkan kepada DPR, DPR lah yang milih dari deretan bakal calon-calon ini. Dari bakal-calon itu DPR yang memilih terus diajukan kepada Presiden. Itulah_yang dikehendaki oleh Fraksi PDI. Sedangkan untuk yang non karier dibuka klep ayat yang kedua,
DPR dapat mengajukan. Sekalipun sama kan boleh sama dengan Fraksi ABRI, mengajukan calon, dipilih siapapun nanti yang DPR juga mengehendaki itu, yang sudah barang tentu bukan orang jalanan yang dipilih un-
.. tuk Hakim Agung.
Inilah Saudara Ketua,reasoning dari_pada Fraksi PDI. Jadi pertama, mengenai mekanismenya bagaimana ? Sudah ketemu. Prinsip sistem karier juga kita selamatkan, non karier kita beri ruang bergeraknya, jadi tidak tertutup.
Hanya •••••••••••
- 15 .J:
~ -,_ ' ..;. CJ-"
Hanya saja di sini yang agak perlu sedikitfa.iskusikan, sekalipun itu tidak perlu tegang uratq Ini masalah istilah, dalam RUU itu Presiden selaku Kepala Nega a. Sedang Fraksi PDI menyebutkan diangkat ol h Kepala Negara. Soalnya FrakS-i PDI irn:-consist kepada Und ng-undang No.14
tahun 1970. Kalau Undang-undang No. 14 itu salah mari ah dikoreksi. Kan begitu saja. Gampang tokh ? Itu gampa g. Kalau itu salah
mar • • • • • • • • • • • • •
- 16
mari dikoreksi. Memang kalau dilihat Kepala Negara itu dikonstitusi kita memang tidak ada, tidak konstitusional.
Selaku Kepala Negara memang tidak pernah ,tersebut, cuma ·kita mengkonstruksikan. Mari kita diskusikan, terbuka saja, apa Undang-undang No.14 tahun 1970 itu keliru, apa kita mau meluruskan atau mari kita mengadakan diskusi mengenai masalah ini. Terbuka, tidak harga mati. Jadi masalahnya b~gitulah Saudara-saudara. Dari F.PDI tahap pertama sekian Saudara Ketua. Terima kasih.
K E T U A : Kepada Saudara Soetomo atas nama F.PDI kami sampaikan terima kasih. Memang tidak bersitegang urat leher, yang ada hanya dialog yang tinggi dan bersemangat antara Saudara dan Saudara-saudara yang lain dan Pemerintah.
Sekarang saya persilakan F.PP.
F.PP (DP3. SYARIFUDDIN HARAHAP) : Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hadirin yang saya hormati, di kala hening di malam sepi dan jam dinding yang berdetak, hatiku tergerak tadi malam untuk besok pagi akan mempercepat pembahasan pasal Eiemi pasal ini.
Pasal 7 oleh Fraksi kami memang diajukan 2 usul, karena pada waktu itu seperti halnya pada pasal 6 mengenai sistem pengangkatannya itu belum putus, jadi kami pasang dua pancing
untuk mana yang kena. Oleh karena itu kami berpendapat, dengan sudah adanya ke
sepakatan kita kemarin, maka sebenarnya usul kami tinggal satu, yang satu kami cabut saja, yang l b kami sebut usul kedua. Sehingga tinggal satu usul saja. Kemudian setelah kami mendengar pendapat rekan-rekan lainnya, memang ada keinginan menyederhanakan pasal ini.
Kami misalnya pasal 2 dan 3 ayat (2) dan (3), berpendapat bisa dijadikan satu, yaitu Ketua, Waki°l Ketua dan Ketua Muda. Karena bunyinya hampir sama kami mau jadikan satu. Bahkan lebih efisien lagi F.KP, ini tiga jadi satu jadi tinggal dua ayat.
Dan ini terus terang dari F.PP menganggap
makin ••••••
- 17 -
makin sederhana rumusan makin sedikit pasal tetapi tercakup itu lebih baik, Fraksi kami dalam usulan ini sebenarnya kalau k.ami lihqt hampir sama saja apa yang tersirat di hati ketiga
Fraksi. Oleh karena itulah usul kami itu kami rumuskan dengan kenyal dengan sederhana, Hakim Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul DPR, karena kami berpendapat.bahwa mengenai tata cara pengajuan usul itu bisa diatur dalam memori penjelasan--clengan jiwa d~ ;emangat kesepakatan sistem pengangkatan.
Hal-hal yang bisa kita masukkan nanti yang dikemukakan oleh semua lraksi itulah bagaimana tata cara memberitahukan perlunya tambahan Hakim Agung, mengajukan usul, seleksi calon. baik karier maupun non-karier, mendengar penaapat, terwakili semua peradilan dalam Mahkamah Agung. Hal-hal yang begini, yang bersifat tata caranya menurut hemat kami bisa kita masukkan di dalam memori penjelasan. Demikian juga harapan dari F.PDI. Kami sependapat dengan F.KP, dengan Pak Sulaeman. Bukari karena gaya dan tata bahasa bEliau mengingatkan saya pada almarhum Arudji Kartawinata dengan bobot yang berat, namun saya memang terp?sona dengan uraian beliau yang ingin menjaga fungsi dan nilai DPR ini.
- }
Fraksi kami sependapat bahwa seperti kata Pak Ketua, bukan kantor pos. Kalau kita mengusulkan ada morale obligation. Pada dasarnya lembaga-lembaga kita ini khususnya lembaga DPR perlu dijaga nilainya dengan prinsip highst and best used agar nanti tidak mmgalami keusangan fungsional dan politik. Karena kalau. mengalami keusangan yang demikian nan.ti terjadi penyusutan pada nilai Dewan yang terhormat ini. Dan karena ini kami yakin bukan maksud dan tidak pernah terpikirkan oleh semua pihak dan Pemerintah dan sama-sama kita ingin jaga, oleh karena itulah kami berpendapat bahwa sebenarnya tidak ban.yak perbedaan, tidak ada perbedaan diantara kita, tinggal melakukan perumusannya saja-. Kami sudah membaca semua DIM dari Fraksi-fraksi dan berpendapat bahwa kami sudah bisa memahami rumusan. J"adi .kalau mau disederhanakan rumusan, dan rekan dari F-KP konsisten dengan usulnya kami ber-s edia saja mencabut usul kami sehingga lebih sederhana usul yang kita bahas di Panja dari pada membahas sekian usul, sedangkan
.. kami melihat bahwa jiwa dan semangat dari usul F-KP itu menampung jiwa dan senangat yang ada pada usulan kami. J"adi kami p!kir-pikir
dari pada ·~· ••• o ·~·
.- ·1s -
dari pada nanti Panja membahas empat u~l, ·leb:i.h baik usul rumusan RUU dan satu lagi runmsan F-KP. Kami melihat bahwa juga saran dari ~F-ABR~~ i tu dalam pemikiran kami bisa ditampung pada memori penjelasan. Oleh karena itulah, Bapak-bapak sekalian, kami mengusulkan bahwa dengan tidak ~ampalmya perbedaan-perbedaan yang menyolok maka kita serahkan saja pada Panja.
Inilah kesimpulan kami. Terima kasih. Wassalamu'alaikum ~arahmatullahi Wabarakatuh·~- -
KETUA : Kepada F-PP Saudara Syarifudd~ Harahap kami ucapkan terima kasih. Sekarang kami persillkan dari Wakil Pemerintah, Saudara Menteri Kehakiman silct:ka.n"'~-
MENTERI ImID\KIMA.N (ISMA.IL SALEH, SH) : Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saudara Pimpinan Pansus dan para Anggota Pansus yang .
kami hormati, perkenankan karni menanggapi satu per satu dan memberikan penjelasan tentang rumusan pasal 7 ini dan sekaligus untuk menghilangl~an segala sesua tu yang mungkin masih
- beil.um jelas, yang ternyata ini juga.tampak di dal~m masingmasing Daftar Inventarisruli Masal.a.h~
Kami mulai dari F-ABRI lebih dahulu. Fraksi ABRI, pasal 7 ayat (1) menyarank.an agar perumusannya itu lebih kiranya memberikan suatu sifat yang doJJ.inan pada pihak judikatif, walaupun diakui bahwa pihak eksekut·if itu mempunyai banyak data-data tentang calon-calon Hakim Agung yang diambil dari hakim-hakim di lingkungan peradilan umuni. Dan ini tercermin dari usulan kalimat yang berbunyi ". --~-diajukan oleh Ketua Mahkamah Agung setelah mendengar pendap:rt Menteri Kehakiman, kepada Dewan Perwakilan Raky'at, untuk selanjutnya diusulkan kepada Presiden. n ,j
Pemerinta.h di dalam merumuskan pasal 7 ini ataupun menyiapkan naskah :ini di dalam pasal 7 ayat(1) berpijak kepada penjelasan butir 6 dari Und~g-undang Nomor 14 ta..l-iun
1970. Di dalam • • • • • • • •
... 19 -
'Di dalam btitir 6 penjelasan Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 dinyatakan bahwa adanya suatu kerja sama dan konsultasi yang erat antara Mahkamah Agung dengan Departemen Kehakiman~
Di sini. disebutkan dalam ~tir 6 itu bahwa untuk memi:eroleh hakim seperti tersebut diatas perlu. ada kerja sama serta konsultasi antara Mahkamah Agung dan Pemerintah khususnya dalam.bidang pengangkatan, pemberhentian, pemindahan, kenaikan pangkat ataupun tindakan hukum, hukuman administratif terhadap hakim-hakim. pengadilan umum sebelum Pemerintah meng~dakan pengangkatan, pemberhentian, dan lain-lainnya.
Dengan demikian khususnya dalam $Oal-soal kepegawaian yang bersangkutan dengan hakim yang dilakukan oleh Pemerintah, Mahkamah Agung tidak akan ditinggalkan bahkan akan didengar dan diikut sertakan. Kerja sama yang dapat berupa usu1-usul, pertimbangan-pertimbangan ataupun saran-saran yang dapat di
berikan oleh kedua badan tersebut setidak-tidaknya dapat mengurangi kenru.ngkinan timbulnya subyektivisme. Apabila soal• soal yang berhubungan dengan kepegawaian hakim ditentukan·.dan dilakukan secara eksklusif oleh suatu badan dalam soal-soal pengangkatan, pemberhentian, dan lain-la:i.Ii.
Demikianlah penjelasan butir 6 dari Undang-undang Nomor
14 tahun 1970 ini.
Itulah sebabnya di dalam. pasal 7 ayat (1) dicantumkan bahwa pencalonannya diajukan oleh Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman kepada DPR untuk selanjutnya diusulkan
kepada Presiden.
Pemerintah dapat memahami saran, pendapat dari F-.A.BRI yaitu dengan kalimat "setelah mendengar pendapat"·~- Tetapi kiranya hal ·
int bisa dikembalikan lagi kepada makna dan jiwa dari penjelasan butir 6 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tersebut.
Saran F-ABRI terhadap pasal 7 aya~ (2) yang baru, yaitu yang berbunyi nniluar pencalonan yang dimaksud dalam ayat (1)
DPR dapat mengajukan calon-calon Hakim Agung kepada Presiden berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal 6:·11
Saran dari F-ABRI inidapat diterima oleh Pemerintah, terleb:i.h-lebih dengan kernarin telah diperoleh suatu kesepakatan pendapat tentang perumusan ataupun juga bahan yang akan dibahas
lebih •••••••• · •••
·-.20 -
. lebih lanjut di dalam tingkat Panja, yaitu khu.susnya mengenai pasal 6.
Kami meningka t pada Ia-KP. Alas an yang dikemukahan oleh F-KP terhadap runru.san pasal 7 baru adalah didasarkan pada praktek-praktek konstitusional kehidupan ketatanegaraan.yang cukup baik dan mapan. Oleh karena'itu maka F-KP berpendapat, rumusan yang terdapat di dalam usul penyempurnaan F-KP itu kiranya dapat disetujui oleh karena sud.ah menggambarkan praktek konstitusional dan kehidupan ketatanegaraan yang cukup baik dan mantap. L dalarn pasal 43
Perkenankan Pemerintah memberikan tanggapan terhadap saran penyempurnaan dari F-KP, yalmi bahwa praktek yang berlaku di
dalam pengangkatan Hakim Agung ini, apabila tadi disebutkan praktek konstitusional dan kehidupan ketatanegaraan:. Prosedur pengangkatan Hakim Agung in~ didasarkan kepada ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang Nomir 13 tahun 1965lyaitu yang berbunyi "Hakim Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden atas usul Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong melalui Ketua Mahkamah .A.gung dan Menteri Kehakiman. tt . //·
Apabila-kita perhatikan perumusan dalam pasal 43 Undang~ • undang Nomor 13 tahun 1965 yang akan kita cabut ini, di sini terlihat ada kalimat "atas usul Dewan.
1
Perwakilan Rakiat.·;.-:-;·;~·n KS:ta 11~111 itu dipergunakan kembali oleh Pemerintah dalam perumuSan pasal 7 ayat (1) •. Hanya kalimat "melalui Ketua Mahkam Agung dan Menteri Kehakiman." itu yang disempurnakan oleh Pemerintah dalam runru.san yang dapat kita baca dalam pasal 7 ayat
{1) ini.
Sehingga apabila dikemukakan praktek yang selama ini sudah berlangsung cukup baik dan mapan dapat kita kembali juga pada prosedur yang berlaku berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 1965 tersebut.
Nampaknya F-KP juga sangat memperhatikan dan itu adalah benar-benar bisa dimengerti, yang meIIIJP.ersoalkan di mana sesungguhnya peranan DPR apabila rumusan pasal? ayat (1) dari Pemerintah ini diterima. Pemerintah berpendapat bahwa di dalam pengangkatan Hakim Agung ini kita kembali kepada prinsip yang selarna ini atau prosedur yang s~ama ini sudah berlangsung-. Jadi saya setuju terhadap pendirian F-KP untuk leb:ih memantap-
kan prosedur ·: ••••
.;;.. 21
· kah prosedur ketatanegaraan dan ju'ga prosedur yang selama·
ini ·berlangsnng. Dan prosedur itu dapat kita baca dalam pasal
43 Undang~dang Nomor 13 tahun 1965, yaitu yang· intinya ber-, prinsip pada penga.ngkatan Hakim Agung itu harus ada 3 instansi
yang terlibat.
Pertama, adalah DPR~
Kedua, Mahkamah Agung, dan
Ketiga, adalah Menteri Kehakiman.
J'adi tiga instansi itulah yang .perlu dilibatkan di dalam peng
angkatan Hakim Agung.
J"adi tidak lalu menonjolkan satu lembaga saja, tetapi.tiga
lembaga itu kiranya dapat dilibatkan di dalam pengangkatan
Hakim Agung. Oleh karena· itu Pemerintah tidak sependapat dengari
saran penyempurnaan dari F-KP yang mengusulkan agar Ketua;·
Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung diangkat oleh. Presiden
selaku Kepala Negara dari daftar· nama-nama calon yang diajukan ·
oleh DPR. Kiranya di dalam pasal ini hendaknya dapat dicer
minkan adanya keterlibatan tiga instansi itu, ffihingga dengan
demikian juga memantapka.p. prooodur yang selama ini berlan§sung, --.....-.~.~ ... _ ..... _,, ·: ... :" #
yai tu ~etig~ leip.ba_g_~.-~-~1:1: diiku t sertakan.
Oleh karena apabila ••• ·
- 22 -
OJ.eh karena npo.bila. rtmnlBWl po.sal. 7 baru dnri FIP ini diterillla., mnko. 'btsa
juga. do.po. t tim bul perUulyarul ln;B, a.po. to.di dipertnnyakll?l dimnna pero.na.n
DPR ?, Maka Pemerinto.h juga bisa menanyo.kanl diinano..peronan Ketun Mnhlca.
mah .A.gung ? ·clan Pera.nan ~nteri Xehak:imnn. Apakah ilUa 1embAga ·itu
juga 1;aamn, sakol.i · tidalcd:tberika.n perano.n ? Apoko.h kedua lembo.ga i tu soma . ~
sekaJ.i tidok,..o.rtinya did.nlm:i prosedur pengo.ngka.to.n IbkiJn A.gung.
Po.du hal. prosedur yang selama ini Y'lilG suda.h berlangsung do.n itu ingin
dimantapkan ol.eh FKP don Pemerint~ setuju untuij memanto.pko.n prose-. -
dur i tu. Dengan pengertian da.ri prosedi:ir i tu 3 lembaga i tu teto.p diikut
sertokan seco.ra o.ktip dan penuh.
Sebingga kira.nyo. berdasarka.n kepado. sifat kebersamaan antara .3 ins
to.nsi pengo.ngkato.n H'lkim Agung itu do.pat kitn putuskan prosedur yang lebih
:mlLll tn.p.
Mengenai pertanya.tlll dn.ri FXP, da.po.tka.h suo.tu Lemoogt.i. mengajukan calon
calonnya sendiri kironya perlu kita bednkllll anto.ra Lembo.go. tertinggi nega
ro. seperti Mahkc:l.mah Agung do.n 1embaga tizlBgi negara seperti · DPA do.n BPK. ·
Oleh ko.renn Mo.hkomo.h Agung ado.J.ah bukan lembD.ga poli tik i tu a.dnlah lemoo-go. yudikntif. Didolll!Il pengtl.ngko.tan BPK seQa.gai lembo.go. tinggi nego.ra., me -
mang ki ta. temuk~~ Ketua., Wa.kil Ketuo. dan Anagota. BPK diangkat oleli pre -
siden a.to.a usul DPR. Ini barbed.a. dengan rumus~ yong terdap~-6.i didalam UU
tentnne DPA. Di dalam pasal 10 dari UU DP.A. yaitu UU No • .3 ta.bun 1967, di cyo.tclton bohwo. Ketuo. dan Wakil Ketua dianako.t oleh Presiden atasusul DPA.
Jo.di ini membukt.ikan bahwo. ·lem'OO.go. do.pat jugo. mengo.jukan calon-ca:J..ollilJ"O. sen
diri. Dan ini do.po.t dimengerti ol.eh ko.rena. lembago. yang bersangkutun itU
mempunyai bo.hnn-bahan don data-data yang menyo.wJku"t, dengan menggunoko.n is
tilah da.ri PDI yo.itu OOkal-OOkal cal.on.
Ma.sal.ah yang perlu kito. putusko.n adnlo.h apoko.h jo.batan Hakim A.gung
i tu merupokan jo.ba.ta.n poli tik., a.pa.bi.la i tu jo.bo.ton poll tik tentu prosedur
nya itu bi.so. kita. ikuti seperti jabata-)a.bo.to.n politik lo.innya.
Kemarin suda.h ki ta putuskan ba.hwa jabo. tan li!lkim .A.gung D.dalah jaba tml karier.
Meningko.t po.do. F- PDI, kruni sependapa.t dengo.n F-PDI, untuk memondang
po.sa.l 7 ini tidok terlnlu sulit tinggal ellllknyo. so.ja. dan hendoknya. ki.ta
menempuh prosedur yong snngat luwes, tidok terlalu kaku1 terbuka dan enak
. masuknyo.. Dan F-PDI ~ sudo.h mengemukakon pasal 7 ini kira.nya. dapnt juga. di
kemboliko.n konsensus yang teroapai kemarin da.n pa.sol. 6 yoitu yong menggnm-
barko.n kUrana lebih kol.o.u o.yo.t ( 1)
adoJ..uh • • • • •
- 23 ..;.
adalah tertutup dan o.ya.t (2) sudah sedemikio.n jauh PDI menggambarko.n ayn.t
o.yat clan paso.l 6, aya.t (2) dibuka kemungkinannyo.1 to.pi so.ya tombo.hkn.n da.-
1om hal-bD.l tertentu. Jadi memang tinggal. pro_~edur saja dan denga.n demikian
saya. setujui dengan F-PDI ynng menp.tokan bahwo. karier ini tentu jllng me
ngelola juga Ho.kim kn.rier yane bersangkuton. Jo.di yang mengelolo. Hakim ka.
rier ini ndnlah 2 instruisi Mahkrunah Agung do.n Depo.rtemen Kebakimnn • .
Dnlmn suntu haJ. YO:OB logis ko.J.o.u Clari 2 lembago. itu yang mengeloln
Ho.kim Karier diberikanpernno.n didalom pengusulnn bokol. cal.on.
Jam. pare. Hakim Kari.er bio.r diurus Ma.bknmohAgung do.n Depo.rtemen Kehak:im
an, dan didal.om rencono. pengangkatan Hokim Agung mereka. ba.ru menjo.di bakal
cal.on. Dan bo.kol-bakal. col.on ini dimintakon ke DPR. Dan DPR la.h yang me
milih. Itu ynng dikehendaki PDI, tetapi itu pula yang dikehendoki Pemerin
tah • Bohwo. DPR 1ah y__ang memilih bako.l-baltoJ. cal.on. Hakim A.gung yllng ako.n ........... . ---
diusulkan ol~h ~.. Presiden. Itu reasoning do.ri · FPDI, i tu juga reasoning da
ri Pemerintoh. Dengan demikion sistim knrier tetap do.pat diperia.hn.nkan ,
tetapi juga do.pat dibuko. da.lom hal.-hol. tertentu, sehingga yo.ne disoro.nko.n
oleh F.PDI dapat diter:imo. sepenuhnya oleh Pemerintah.
Dari F. PPP, ado. usul untuk meninj a.u po.sal. 7 mungkin ayo. t e 1 }:It 1J3"0.
dihnpuskan tinggal pasoJ. 1 (a) 1 teto.pi do.pat k~ tomba.hk~ bahwo., tidak
ndo. maksud SOI:lo. sekali dari Pemarinto.h untuk menjadikan DPR ini sebo.go.i
Kantor Pos 1 tido.k ado. itiket a.po.pun jugo. seujung rombutpun da.ri. Peljlerin
ta.h untuk menjadiko.n DPR; sebagai lembaga tingg:i. negara merosot menja.di
K:m-tor Pos. Teto.pi kiranyo. po.ra Anggi>to. Pansus memo.hor:d. kedudukan Ma.hkamo.h
.Agung dan Departemen Kehakimnn. Untuk tidak menjadikan Mahkomoh Agung dan
DePartemen Kebo.kiman ini sebagui. suo.tu holte so.jo.. Dan itu Kantor Pos kita.
hilangkan, HoJ. te ki ta. h:UOJlGko.n. Dan apnbiln ki to. kembo.likon kepo.do. po.sol.
4.3 UU No. 13 th 1965, moko. H:lkim Agung itu ~~at oleh Presiden o.tas u -
sul DPR meloJ.ui M.A don Depo.rtemen Kebokiman. Jadi Ketuo. MJ. don Menteri
Xehakiman dila.lui so.ja.. Orang bi.sa berpenda.pa.t ini seperti Hn:l.te, ta.pi seka
rang ado. rmnusan ba.ru dari Pemerintcll dikiranyo. se'oo.go.i Inntor pos. Oleh
ko.rena i tu so.yo. sepend:.ipat. dengan F-PDI bahwo. yang mengelolo. i tu diberiltan
kesempo.to.n., teta.pi lembago. tinggi nego.ra sebagoi DPR jugo. haru.s diberikan
pero.no.n • PerOJllJ.ll iDi ado.lo.h dalam bentuk dipilih yang monn benar-benar da-
po.t memenu.hi haro.po.n po.ra pencori keo.dilnn ini. Tetn.pi kwlll.itas Hakim .A.gune
ini beoor-benar da.po.t di pertonggung-jo.wal:kan. B:I.o.r DPR yang memilih. --~--~: __ -----. I
Teto.Pi •••
~ 24 -
Teto.pi di dtlom pemilihnn ini tent.u adn buho.n, 00.ho.n inilnh disompni-/
knn oleh para. pengelola.. Jodi ruin sesua.tu Ji;tika.t yang bo.ik untuk memban-
. tu DPR dal.am ra.ngko. mengusulko.ri kepoda. PresiQ.en, mo.ka. bako.l. colon-calon i tu . . . - - ~ disampoikan al.eh Mo.hkamah Aguns dan .. Departemen Keholdmon kepa.do. DPR.
Kmni setuju dengan pendapat da.ri F-PPP a.go.r ma.sol.ah ini da.pa.t dibi.co.ra.ka.n 1e bib lanjut da.lam tingka. t PANJA.
So.udo.rn Pimpinan dan Para Anggota Pansus yang komi bormo.ti, kesimpul
nnnyn. o.dnlo.h bo.hwa .di~mn pengo.ngkaton Hakim Agllil6 hendoknya 3 instansi
diberikrui pero.ru:m sendiri sendiri, yo.itu DPR, MA. tf& .. Depa.rtemen v • ~ .n.ehakimo.n. Kemudio.n atas perhntia.nnya. terimo. ko.sih
Kemudio.n ato.s.perhatio.nnyn kami uco.pka.t;l terimo. ko.sih, Wasanlamu'
~ Warahmo:tul.la.h:i. Wa.bo.roka. tuh.
IEI'UA : Terima ko.sih kepndn io.udnro. Menteri- Kehokimon yang telo.h meR
nyD.l!lpoikon po.ndnngon -pondangan sekaligus jo:wnbnn. seoogoi wokil Pemerinto.h.
W0 lo.upun demikio.n, memirut pendo.pat pimpina.n mo.sih perlu di.beriko.n sntu ba.
bclt 1agi untuk memberikon kesempa.ton kepo.da. Fro.ksi-f'roksi untuk lebih mem -.
perje1o.s pnndangon mo.sing-ma.sine onto.ra loin dari Fraksi Persntuo.n Pembo.n~
nn yo.ng perlu dijawnb oleh F-KP, mengenoi adany': usul-usul· perobo.han dari F
PPP '.·~an jusa dnri F-PDI - DIUllGkin ma.sih perlu bertanyn apo.knh ynng
dimaksud do.lom hnl-hru.. tertentu dalam ayo.t yang berikutnya.. Ka.lo.u memang
sudo.h sesuai tentu tidak o.kon mem.00.wa kesulit.o.n seperti·ynng dikemukako.n oleh
wo.kil Pemerintoh usu1-usul do.ri PDI sel.uruhnya di terima..
DeJidkian-pulo. unt'ulc F-AERI perlu kiro.nya. dijelaskon pengertian di luar pen -
toJ.onon, berdo.so.rko.n syo.ro.t-syo.rat yang ditentukc.n do.lom pa.sol 6. Dengo.n de
mikio.n tuntaslah npa yang dapo.t kite. rompungknn bersoma untult diteruskon ke
pada PANJA.
Kami persiloko.n dori F-ICP.
FRAKSI KA.RYA PEMBA.NGUNAN (SULAEMAJ1 '.rJA.KRAWIGUNA 1SH) : Terimo. ko.sih sau
daro. Ketun, pertomo.-toma dalnm h£ll. ini kom:i. menyompniko.n terimn ko.sih ynng
sebesor-beso.rnyo. atas dukungo.n dari F-PPP_. Da.lnm hnl ini hn.yo1 laei scjo.k
pertOJ!Ul koli F-KP meliho.t So.udo.ra Syo.rifuddin Hnrahap mernso. ko.gum, ko.renn.
kelincnha.n belinu, tutur ka.ta don babnsanyo., jol.on pikironnyo., justru mengi
ngo.tknn snyn. kepodn the rising poJ;i. ti tion mituk masa kini.
Oleh ko.reno. 1 tul.o.h ••
25
Oleh kll.I'eno. i tulo.h sekru.i. lng:i. kmni menymnpa:ilmn ro.sn hormo.. t don
:berimo. kasih n.tas rurnusnn FKP yang memo.ng d1s1ni o.dalo.h pendek •
So.udora Ket.uu, adn pepo.tah dalam bo.hnso. Belo.ndo.
dolmn penger-tic.n yo.ng pa.njang i tu belum
tentu yang baik. sedong yane boik itu berorti bo.nyllk. Ruponyo. tento.ng
ho.l ini sudah merupo.ko.n mot to dnri F. PPP ynng somo.-somo. t erf orm
pendapat kito.. Disini kita melihat, so.yo. sompo.iko.n terima ka.sib atas
nomo. FKP kepada Pemerintah yo.ng gomblo.ng don jelns. Tentu so.ja kita
ko.itknn kepadn sebuo.h pepo.tah bulnt oir karena pembu1uh, bul.at ka.oo.
knrenn mufako.t. Knrena. itu seya ingi menyompaikan hn:L-lull. y~g perlu
do.pat dipertim bangko.n.
Ado. 2 ha1 yo.ng perlu kito. liho.t :
1. · Mamn~nmno. cal.on drul
2: Mengenai prosedur pencolonan.
Jlldi ti.dolt boleh dicompur o.dukko.n, memong snling km.t-mengkoit sehingrro.
dalom prnktek mungkin sulit dipisol:!ko.n, ako.n tetapi dolorn·peraturo.nnya.
ho.rus tegas do.n..tidak boleh diimpresto.sikan secnra ganda, beda nama
colon don prosedur pencolonnn. Dun-duanya dalom bal. ini. panting sekol.:i.
DnJ.lml proktek Fraksi Karyn Pem'bo.ngunnn sependapo.t dengo.n Pemerintah 1
ba.hwo. untUk menco.ri col.on Hakim A.gung dn.po.t dipnstiko.n bo.hwo. DPR ako.n
berpnling kepadn M.A. don Depo.reemen Kehakimnn. Itu sudah komi kemukaka.n
ndala.h sumber untUk data-data i tu, oka.n teto.pi menurringo.t disini e.dn ke
terbukao.n, wol.nupun kemo.rin pe:rnmusonnyo. Ko.rier ta.pi tertutup, tapi tidak
menutup kemungld.nannya. ado. suo. tu pencol.onan di 1unr Karl.er i tu. Mnko. ol.eh ko.reno. itu F-XP berpendo.pat tid.D.k tert.utup kemungkino.n bahwo.
DPR dal.om meloksano.kon tugas kewo.jibo.nnyo. juga memperoleh informasi dan
do.ta-do.ta mengeno.i Bllkim•bakim don pokok;,.pokok dunia hukum a.to.u pera.dilan
yang pant.as yong cukup berbobot untuk dicalonknn menjadi Hakim .A.gung.
Tentusaja bobot ini ado.1.o.h tidak hanyo. DPR sa.jn, OOik dari Mn.hkomo.h Agung
ato.u kemudion dnri Menteri KehaldJnlltl juga bnrus meninjounya. harus seco.ra
berbobot pula somn-somo. penerongo.n.
Topi melibat tehnolog:i. modern buk£l.Il tidak mungkin no.nti, DPR jugo. bisa
menghimpun do.to.-do.to. ynng kongkrit. Jdungkin canpu.teris dori se11ilruh De -,
pa.rtemen bisa-bisa sajo.. Oleh ko.rena itu jtmgko. woktunyo. yang okon dnto.ng,
tapi wolnupun tid.nk dibico.rnkon sekorang to.pi ditucpu suatu kemungkino.n
yo.ng tidak mustahil.
Misolnya •••
- 26 -
Misolnya seseoro.ng mempunyai perusllho.an 15 bisa dikontrof.tio.p 3 hnri
sekali dengnn komputer,· dnta-C.nta itu dapat,IP./t!..- kemudiM mencenninko.n ·
kepnd.O. pengusuhn i tu.
Defldld.o.nlah subyektifisme dalrun kito. melihat al.n obyektifisme semak
simol. .mungkin yang ·hnrus kito. pindnhko.n.
Jadi pod.a prinsipnyn F-JCP bisa mengerti ba.hwo. didalam bal ini memo.ng DPR
bahka.n imperatif mengenai sumber Hakim itu ndo.lllh mengadokon pendekat
o.n kepodn M.A. don juga .Menteri Xehakiman •
Snuda.ro. Ketun, memang bennr .bohwa pa.sol L.J UU No 1). 1965 memunt
masal.ah permian DPR dallllll persoalan Hok:im Agung sebngaimnna diutorakan
S0udara Menteri lCehnkiman • Akan teto.pi F-KP seko.rnng ini mo.sih mendnsnrli
ko.n diri kepndo. konsti tusi DPR yai tu Pera.turan Tato.-Tertib DBR;, setio.p .·
usu1 DPR berSUilber dari-usul Frokai-Fro.ksi · di DPR ynng kemudinn c:limusy~ : .
waro.hkan al.eh DPR sehinggo. usul DPR adal.ah benD.r-benar merupakrui usul
DPR. Dalrun bol ini dengnn tidok melupnkan sum bernya. Yt.d tu M.A. don· De -
po.rtemen Kehakimnn. So.YQ. masih teringo. t juga a.pa y®g diungko.pko.n to.di
t.idalc ada bukit yang tidok do.pat di doki. dsbnyo.. Knlnu Pemerintah menyom
pc.iko.n ke Panja , mo.ko. F-KP berpendapat sependnpat dengan Pemerintt;th.
Mudnh-mudnhon kirni:zy-a. htil ini aka.n mendo.pa t nmiuson yang tuntns •
Oleh korena. pendeknton sud.ah _ado. dD.n so.yo. ~elihat sudo.h deko.t seknli ako.n .
tetnpi be1um tuntas, kironya. nanti do.J.am Po.njo. ho.l. ini Saudo.ra Menteri Ke-.
hak:imo.n bersomo.-soma kami okan merumuskan de.ngan seboik-baiknya sehingga
semuo.nya o.kan dapo.t perumusnn yang seboik mungkin, don. dapat kita setujui
bersamo.. Pad.a . da.sarnya adaln.h masuk ke Ponjo..
Deirlkionlnh So,udnra Ketuo.1 1'erima ko.sih. l~
KETUA. : Seknrong saya persiloko.n F-PPP.
FRA.KSI PERSATUAN PEMBA.!Gp:NAN ' SYARIFUDDIN HARA.HAP, SH ) : Saudara
Ketua dan Saudara-saudara sekalian F.PP menegaskan bahwa. dengan telah tertampungnya harapan-harapan kami tadi da~am usul F.KP, maka pada Panja nanti usul kami tidak perlu dibahas karena tertampung disitu dan menarik usul kami dan .nanti dibi
carakan di Panja rumusan yang diusulkan oleh F.KP. Pada kesempatan ini F.PP ingiri menegaskan bahwa kami se
pendapat hendaknya dipanjakan dengan kesepakatan, bahwa kita setuju dan mengakui adanya peranan Departemen Kehakiman dan
Mahkamah Agung. Kedua, ••••••
Kedua, memang kita sudah sepakat tentang sistem pe
ngangkatan oleh karena itu ti~ggal panja merumuskan-apa
kah masuk di dalam pasal atau masuk di dalam memori pen-
j elasan. Tadi kami .kemukakan hendaknya pasal itu kita bi
kin singkat, adapun yang menyangkut memberitahukan, menye
leksi calon, mendengar pendapat, terwakili dsbnya ditam
pung dalam memori penjelasan. Jadi tinggal tempatnya nanti. Yaitu masuk di pasal apa masuk dimemori penjelasan.
F.PP sepakat, bahwa peranan Departemen Kehakiman dan :Mahkamah Agung serta sistem pengangkatan yang telah diusulkan akan merupakan jiwa dan semangat daripada rumusan yang
kita buat. Dan selanjutnya saya tarik kembali kd.ta Kantor Pos yang pernah saya ucapkan.
Sekian terima kasih.
Wassalamuala'ikum Warah.t.~atullahi Wabaraka~uh.
KETUA : Saudara Syarifuddin Harahap, kami ucapkan terima kasih dengan catatan dalam notulen disebut penarikan tsb yaitu kota Kantor Pos Saudara Ivienteri.
Silahkan dari F.PDI.
FRAKSI PARTAI DEMOKRASI I~IDONESIA (SOETOM6~,HR,SH) :
Saudara Ketua, untuk tahap ke 2 ini_F.PDI tidak menggunakan . . i ..
kesempatan hanya menyampaikan terima kasih dan atas usul
F.PDI yang diterima sepenuhnya oleh Pemerintah dan kami
mengharapkan masuk ke Panja.
KETUA : Mudah-mudahan pengertiannya sama, terima
kasih F.PDI. Saya persilahkan dari F.ABRI. FRAKSI ABRI (HARRY SUWONDO,SH) : Pertarna-tama F.ABRI
ingin meny~mpaikan terima kasi~ pada Pemerintah atas pen
j elasannya tentang pasal 7 ayat (1) yang didasarkan pada
butir 6 penjelasan Undang-undang No.14 Tahun 1970 yang
dalam hal ini F.ABRI dapat mengerti dan memahami.
Di samping itu juga terima kasih atas dapat diterimanya usul mengenai ayat (2) dari pasal .7 namun untuk ini perlu
sedikit penjelasan apa yang dimaksudkan disini dengan pen
calonan di luar tersebut pasal 7 ayat (1).
Dal am • • • • • • • • • • •
28 -•
Dalam hal ini calon yang di luar tsb. yang menurut pandangan DPR memang berbobot untuk dicalonkan/diajukan sebagai Hakim Agung asalkan memenuhi persyaratan yang ditentukan di dalam pasal 6 tersebut.
Dalam hal ini Kefua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman selakupengelola Hakim-hakim Agung mengajukan calon-calon yang
......... ~. :
akan dijadikan Hakim Agung nanti pada DPR, dan DPR memilih /JI siapa yang akan diajuk::::_pa~esiden d-ari calon-calon yang /
diajukan oleh Ma~~amah Agung dan Menteri Kehakiman itu. '· Di samping itu di luar tersebut DPR dapat pula menyampaikan calon-calon lain asal memenuhi syarat dan meµienuhi dalam pasal 6. Dalam hal ini DPR pun berkonsultasi dengan Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehaldman.
Demikian penjelasan dari F~ ABRI dan pendirian F.ABRI. Terima kasih.
KETUA : Terima kasih F.ABRI, sekarang kami persilahkan Wakil Pemerintah bila ada hal-hal yang masih diperlukan.
MENTERI KEHAKII~~N : Terimai kasih. Saudara Ketua, Pemerintah berpend~pat agar pasal 7 ini
hendaknya dapat dibahas di Panja.
Yang ke dua ••••••••••••
- 29
·-
yang kedua, F.KP tadi menyatakan dalam bahasa Belanda
Tapi Pemerintah berpendapat ville and good Pak. Jadi gabungan kedua-duanya sebab itu pendapat Belanda sedang pendapat kita sendiri Indonesia ville and good Pak.
Saya sungguh enak mendengar suara dari Saudara Sulaeman . Tjakrawiguna tadi yang dari segi nada suaranya sudah berbeda dengan kemarin. Karena sudah ada pendekatan dan itu hikmah yang kita peroleh, tentunya akan ditampilkan nanti dalam pembahasan pasal-pasal berikutnya. Karena itu dari pihak Pemerintah pun juga mengurangi suaranya.
Dari F.PP juga sudah meningkat dan berkembang didalam pendapatnya, yaitu sudah mengakui dan setuju peranan Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman dan menarik kata Kantor Pas. Dengan ini kami umumkan, bahwa kamipun juga menarik istilah Halte itu.
Kemudian mengenai F.PDI yang mengusulkan agar masalah ini dibicarakan di Panja, kami setuju demikian juga F.ABRI saya ucapkan terima kasih.
Demikian Terima kasih.
KETUA : Terima kasih Saudara Menteri Kehakiman, dengan uraian masing-masing Fraksi dan akhirnya dengan kata-kata yang menyejukkan dari Saudara Menteri Kehakiman, maka pimpinan .menganggap bahwa. dialog yang sehat ini sudah mengayomi perasaan yai.~g menimbulkan rasa persatuan yang lebih erat kembali antara kita bersama. Semangat kita sudah bertekat bulat untu..~ mensukseskan GBHN kita khususnya mengenai bidang hukum dan oleh karena itu Pimpinan menyimpulkan bahwa Pasal 7 ini diteruskan kepada PaJ1ja untuk dibahas lebih lanjut. Jadi banyak kerja, banyak kerja yang baik riil and good. Riil banyak kerja good bicara yang baik.
Dengan demikian sudah mencerminka..~ su_~sesnya Panja kita. Dengan demikian dimasukan di Panja, setuju Saudara-saudara.
( Rapat setuju )
Sekarang . . . . . . . .
- 30 -.
Sekarang baru ~am 11.00, jadi kita teruskan untuk membahas pasal berikutnya. Dua pasal yang sangat berat suda~ dilalui, dan sekarang pasal 8.
Didalam p~~al 8 ini sesuai dengan DIM, semua Fraksi mempunyai alasan dan saran. Karena itu kami mulai dari F.PP.
F.PP (DRS. SYARIFUDDIN HARAHAP) : Saudara Ketua dan Saudarasaudara sekalian,-pada pasal 8 ayat (1) ternyata Fraksi-fraksi ,._ ... ,,.. . ..,.., __ ,................ ~~ ·~~- _....,.. ___ .. ~··· - .....
lain sudah setuju dengan pendapat atau usul dari pada Pemerintah. Dan kami pikir tentu dari F.ABRI, F.KP, dan F.PDI juga sudah meneli~inya dari segi tata bahasanya dan sebagainya. Karenanya kami berpendapat bahwa kita kembali saja kepada rumusan Pemerintah.
Kemudian mengenai ayat (2) mengenai bunyi sumpah, memang ........_____ __ .• '"~" ··-·.
kami menginginkan agar bunyi sumpah itu ditegaskan sama dengan b~..,_yi sumpah ya."lg dimuat dalam tJU No .14/1970, tentunya dalam memori penjelasan bisa kita katakan bahwa kalau Ketua/Wakil -Ketua dan sebagainya. Jadi menurut hemat kami kalau memang sependapat -bahwa penegasan adanya bunyi sumpah disepakati, maka ini bisa langsung ke Tim Perumus.
Sekian, terima kasih.
KETUA : Terima kasih dari F.PP. Selanjutnya kami persilakan dari F.PDI.
F.PDI (SOETOMO HR, SH.) : Saudara Ketua, Saudara~saudara yang terhormat, Saudara Menteri Kehakiman, F.PDI dalam hal pasal 8 RUU mengadakan sedikit perubahan, yang sesungguhnya penambahan yaitu penyempurnaan pasal.8 ayat (l) yang sekaligus~ intinya agar bunyi sumpah itu dicantumkan dalam ayat ini sekaligus.
Jadi masing-masing itu bunyi sumpah dicantumkan didalam ayat itu. Dan sumpah itu-~ebagaimana d~ketahui sesuai dengan sumpah/janji yang tertera.pada UU No. i4/1970.
Hanya itu saja Saudara Ketua, terima kasih.
KETUA : Terima:.kasih dari F.PDI. Persilakan F.KP.
F.KP . . . . . . . . . .
-31 -
F.KP (DRS. SAWIDAGO WOUNDE) : Saudara Ketua, Saudara Menteri yang saya hormati, re-kan~rekan Anggota Pansus dan Sidang yang saya muliakan. · ;·
Untuk pasal 8 ini, F.KP setuju dengan seluruh RUU ayat (1)
~ia~l2f) _ dengan pen:yempurnaa.n yang diSaiiipaikan F .ABRI pacfa ... -·-;
J Selanjutnya F.KP hanya mengusulkan supaya bunyi sumpah/ janji dibuat dalam pasa~ ini. Dan memang rupanya semua Fraksi menghendaki demikian. Alas·an-alasan i tu dapat kami kemukakan :
Pertama, bagi pejabat Pengadilan di luar M.A. ada rumusan sumpabnya dalam pasal 29UU No.14/1970
Kedua, bagi panit~ra, Sekretaris Jenderal, ada rumusan sumpahnya y~g direncanakan akan dimuat dalam pasal 19 RUU ini.
Ketiga, bagi para Hakim Agung memang ada rumusan sumpahnya dalam pasal 6 ayat (3) UU No. 1/1950. Meskipun rumusan sumpah tersebut sekarang tidak cocok lagi dan perlu rumusan baru.
Keempat, pejabat negara yang lain yang harus mengucapkan sumpah, itu b.l.asanya bunyi sumpahnya juga selaln dirumuskan dalam UU tentang yang mengatur tentang Lembaga yang bersangkutan. Misalnya untuk DPR, DPA, BEPEKA, Preside:h-pun ada rumusan sumpahnya dalam UUD 1945. Bahkan Pegawai Negeri Sipil pun dirmnuskan buny~ sumpahnya dalam Pasal 26 ayat (2) UU No. 8/1974.
Selanjutnya mengenai bunyi sumpah ini, F.KP belum mengemukakan rumusan secara kongk.rit seperti Fraks!2-fraksi lain. Bagi F.KP belum perlu rumusan baru, karena rumusan yang ada pada pasal 6 ayat (2) UU No.l/1950 itu tidak cocok lagi.
Selanjutnya diharapkan oleh F.KP, supaya dalam rumusan baru nanti perlu disebutkan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi semua larangan rangkapan jabatan yang ditentukan dalam Undang-undang .ini nanti.
Beriku~nya mengenai penempatan bunyi sumpah ini, F.KP menghendaki dimuat dalam ayat tersendiri dalam pasal ini. Ini rupanya· sama dengan apa yang dikehendaki oleh F.PP. Tetapi sebagaimana dalam DIM ini, ada yang mungi.i~·ndaki dimuat dalam memori penjelasan. Ada juga yang menghendaki dimuat langsung dalam ayat (1).
Akhirnya . . . . . .
- 32 -
Akhirnya F.KP mengusulkan :
1. Masalah setuju tidak hanya dimuat bunyi sumpah dalam pasal ini, kiranya bisa disepakati dal~ Rapat Pansus sekarang ini juga setelah mendengarkan penaapat Pemerintah tentunya. Sehingga tidak per~u lagi dibicarakan oleh Panja nanti.
2. Bagaimana bunyi sumpah itu, di~erahkan kepada Panja. Supaya Pemerintah juga menyampaikan rumusan sumpah yang berlaku sekarang ini. ·
3. Dimana ditempatkan bunyi sumpah itu, apa ayat tersendiri atau memori penjelasan, atau langsung dimasukkan dalam salah satu ayat yang ada ini, itu barangkali bis8: disepakati sekarang. Tetapi kalau tidak, diserahkan Panja untuk selanjutnya ke Tim Perumus.
Sekian, terima kasih.
KETUA : Terima kasih dari F.KP. Berikutnya kami persilakan dari F.ABRI.
F.~BRI (SOEBAGIO, SH.) : Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saudara Ketua sidang dan Pimpinan Pansus yang saya hormati.
Saudara Menteri Kehakiman beserta Staf yang kami hormati pula.
Para Anggota Pansus yang terhormat. Dari DIM F.ABRI mengenai pasal 8 ada dua masalah yang perlu
dikemukakan, yaitu :
1. Usul perubahan pada ayat (2) pasal 8 RUU. 2. Bunyi sumpah.
Pasal 8 ayat (2) RUU rumusannya. berbunyi : "Ketufi/Wakil / Ketua dah Ketua Muda Mahkamah Agung mengucapkan sumpah/janji ( dihadapan Presiden".
F.ABRI ingin ,menambahkan kata "selaku Kepala Negara" dibelakang kata "Presiden".
Alasannya . . . . . . .
- 33 -
Alasannya adalah bahwa dalam UUD 1945 pasal 4 ayat (1) menyatakan :· Presiden R.I. memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-undang Dasar.
UUD 1945 juga menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka. Artinya terlepas dari pengar~ kekuasaan pemerintah. Dari uraian tersebut kami berpenaapat untuk tidak memberikan kesan seolah-olah kekuasaan kehakiman ini ber-
-ada di bawah pengaruh kekuasaan eksekutif.
Dan mengingat juga bahwa Presiden dan Mahkamah Agung ini.sama-. sama merupakan Lembaga Tinggi Negara.
Maka wajarlah apabila Ketua/Wakil Ketua,dan Ketua Muda Mahkamah Agung mengucapkan sumpah/janjinya dihadapan Presiden selaku Kepala Negara.
Hal ini sesuai pula dengan jiwa penjelasan dari pasal 31 UU No.14/1970 yang menyatakan : dengan diangkatnya da.h diberhentikannya para Hakim oleh Kepala Negara·, maka dijaminlah- .kebebasan kedudukannya.
Juga apa yang kami usulkan ini sesuai dengan rumusan pasal 7 RUU itu sendiri yang berbunyi :
ttHakim Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara, _seterusnya" •
Dengan demikian rumusan ayat (2) baru dari F.ABRI berbunyi : "Ketua/Wakil Ketua dan Xetua Muda Mahkamah Agung mengucapkan su.i.~pah/janji dihadapan Presiden selaku Kepala Negara. Itu~
yang pertama. Yang kedua mengenai bunyi sumpah F.ABRI sependapat tidak
perlu dimasukkan dalam pasal 8, tetapi cukup dimasukkan dalam penjelasan daripada pasal 8 saja sebagaimana yang dirumuskan juga dalam penjelasan pasal 19 RUU yang tentunya redaksinya perlu disesuaikan hingga akan berbunyi : "Sumpah/janji Ketua/ Wakil Ketua dan Ketua Muda Ivlahkamah Agung pada dasarnya .adalah sebagaimana dimaksud didalam pasal 29 UU No.14/1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman".
Dengan demikian Fraksi kami berpendapat bahwa bunyi sump.ah tidak perlu dimasukkan didalam pasal Be Hal ini juga lebih menguatkan pendapat F.PP yang telah menegaskan bahwa seyogyanya rumusan pasal ini yang singkat.
Demikian terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA : . . . . . .
- 34 -
KETUA :
Terima kasih kepada FABRI. Kami persilakan Wakil -Pemerintah.
MENTE.RI KEHAKIMAN :
Mengenai masalah sumpah/janji ini sekarang ini memang
didasarkan atas pasal 29 sebagaimana ta.di dikemukakan F
ABRI. Rumusan pasal 29 itu adaJah sebagai berikUt : Sebe-
lum melakukan jabatannya Hakim, Panitera, Panitera Peng
ganti dan J"uru Sita untuk masing-masing Jingkungan peradil
an harus bersumpah atau berjanji menurut agamanya y~ng ber
bunyi sebagai berikut, ::kemudian lafal sumpahny~.
OJeh karena ini yang.kita bahas adalah Rlm tentang Mah
kamah Agung dan khususnya pasal 8 adalah ja.b~_tan-jabatan
yang menyangkut K~tua/Wakil Ketua, Ketua. Muda dan Hakim A
gung, maka dapat dimengerti alasan 'Ya.ng dikemukakan oleh
FKP, Ff?DI dan FPP ten tang sumpah a tau ~afal sumpah. Kami
berpendapat bahwa rumusan pasal 29 ITTJ No.14 ini merupakan
rumusan y2ng bersifa t umum. Ini ·juga. dapa t ki ta kemqaJ ikan
kepada penjelasan dari UU No. 14 y~ng menyatakan bahwa UU
ini merupakan induk dan kerangka umum y2ng meJetrkkan dasar
serta asas-asas peradilan. Dan RUU Mahakc:.mah Agung ini ada-
lah pelaksanaan dari UU No.14. Oleh karena rumus8n di daJam
pa.sal 29 mr No. 14 ini masip bersif~t rumusan umum y:-itu
dapat kita baca di sini adalah, Hakim dan tid2k disebut H8-
kim Agung, maka kami lebih condong untuk menyetujui penda.pat
FKP yang sekaligus menegaskan bunyi sumpahnya oleh k~T.'ena
ini • • • • • • • • •
- 35 -
ini menyangkut kedudukan dan jab~te.n H~kim Agung. Sedang
kan pasaJ 29 UU No. 14 itu rumusannya umum yaitu Hakim,
Panitera, Panitera Pengganti dan juru Sita. Sedangka.n pa
saJ 8 itu bukan umum, tet~pi khusus yaitu H.-:-kim Agung,Ke
tua/Wakil Ketua, Ketua Muda d'n Hekim Agung. Sehingga le-
bih mantap kiranya apabila memang sumpah itu dimasukkan
di dalam pasal yang bersangkutan. Adapun la_fal sumpahnya
a tau kalima.t sumpahnya ki ta bisa ambil dari ketentuan yang
tercantum dalam pasal 29.
Demikian Saudara Ketua, terima ke..sih.
X:ETUA :
Qleh karena adanya pendapat da.ri Pemerintah seperti
demikian dan ks.mi menganggap b:?:hwa rna.sih perJ u diberikan
kesempata_n sekali lagi secara singkat kepada FABRI dan lain-
lainnya untulc menyambut dan menyatakan pendapatnya_ agar
supaya pasal 8 _ ini dap?- t k~ta s~mpurnajcan,."
Kami persilakan FABRI.
FABRI (IMAM SUKAR.SONO.. S. H. ) :
Apa yang disetujui di sini n?nti, diterima.
KETUA :
Usul Pemerintah adalah bahwa bunyi sumpah dimasukkan
-dalam pasal ini, _sedangkan usu: FAB3.I tadinya masuk dalam
penjelasan. Tetapi dengan usul te~akhir ini, mska seo1ju
bilamana disetujui dengan Fraksi-Fraksi lainnya.
K~mi persil2kan FKP.
FXP • , ••••••••
- 36
FKP (DRS. SAWIDAGO womrDE) :
Saudara Ketua, Wa.kil Pemerintah dan Sidang Pansus ya.ng
~aya hormati.
FKP mengucapkan terima ka.sih atas persetujuan Pemerin
tab. terhadap usul dari FKP yang juga merupakan jiw~ dPri
usul da.ri FraJcsi-Fraksi lain yang masa1ah pokoknya yai tu
bunyi surnpah itu kita muat daJ am pasa'J. ini. Untuk itu seka
li kami ucapkan terima kasih.
KETUA :
Terima kasih dari- FKP. SiJakan FPDI.
FPDI (SOETOMO HR, S.H.} :
Sauda.ra Ketua, Saudara Wakil Pemerintah, dari FPDI se-
j ak semuJa memang mengusulkan bunyi sumpa.h dan laf9,l sumpah
itu dicantumkan di dalam pasal 8 ~i, dimana penempatan.~ya ... __..,_.,., ..
sesungguhnya tidak ada permasalahanan, pokoknya masuk dalam
pasa1 ini. Tetapi FI"DI memang mengusuJ kan di a.ya t ( 1) , teta-
pi kalau ~ipandang itu daJ_am rangka peraturan perundangan
penyusunannya kurang manis, boleh:.ah di ta.mbai."1-i di ayat (4),
tidak apa-apa, asal masuk.
Terima kasih.
KETUA :
Terima kasih. K.-.mi persilakan d~.ri FPP.
:FPP •-..!_• • • • • • • •
- 37 -
FPP ~DRS. SYARIFUDDIN HA~HAP) :
Saudara Ketua, karena sudah ada kesepakatan mengenai
hal yang pokok mengenai perlunya masuk bunyi sumpah, maka
kami berpendapat bahwa bunyi sumpah kita berpegang pada
pasal 29 UU No. 14/1970. Dan karena sudah ada bunyinya itu,
kalau kami pikir tidak usah dipenjakan, langsung Tim Peru-
mus saja.
Terima kasih.
KETUA :
T 0rima ka,sih dg_ri Fl"'P. SiJ akan dari Wakil Pemerintah.
MENTER! KEHAKIMAN : Tidak ada !
KETUA :
Tidak ada., dengan demikian terima k?sih.
INTE'8.UPSI FABRI ( IYlAM SUKJL.°ilSONO, S. H.) :
P,asal_ 8 Y2ng ayat (2)7tadi apa dapat disetujui, kalau disetujui,
terima kasih. Yai tu yang dika ta..'\.can tambahan n seJ aku Kepa1a
Negara".
KETUA : Kami persilakan Wakil Pemerintah.
MENTEHI KEH..t\.KIMAN' : Se tu ju.
KETUA : Fraksi-fraksi lainnya ··ttntuk aya t ini setuju yai tu
rumusnya "Presiden selaku Kepala N'egaran.
12lu y?ng ••••••
- 38 ·-
Lalu yang kedua, adalah mengenai bunyi sumpah supaya
dimasukkan di ~~lam pasal 8, tempatnya terserah. Qi eh ka
rena itu hal ini ltiranya dapat dimajukan kepada Tim Perumus.
Bilamana Saudara-saudara menyetujuinya, maka pc:sal 8 ini
diselesaikan oleh Tim Perumus.
Apakah Saudara-saudara dapat menyetujuinya ?
( Fral{si : Setuju).
Terima kasih.
Selanjutnya kami beralih ke pasal 9. Dalam pasal 9 ini
hanya dua Fraksi yang mempunyai usul. Kami persilakan FKP.
FKP (DRS. SAWIDAGO womIDE) :
Saudara Ketua, Wakil Pernerintah, Sidang Pansus ya.ng
saya hormati.
Men~enai pasal 9 ini, FKP t~~~h mencoba untuk meneliti
. beberapa pera.turan atau undang-undang untuk melihat semua
larangan rangkapan ja.bat.sn yang disyaratkan ba.gi pejabA.t
negara lain seperti Anggota DPR, Anggota DP.A, Anggota Bepe-
. ka, Kepala D~erah, ya pokoknya pejabat nega.r2 y--ng kelembaga
annya dia tur dengan Undan g-lL."ldang •""
Akhirnya FKP berpendapat, ada beberapa persayatan larang
an rangkap jabatan bagi seorang Kepa~ a D~erah sebagc .. i pejab2t
negara yang tertera pada pasal 20 UU No.5/?4 Yang mungkin
perlu dipertimbangkan untulc dimua.t da!am pasal 9 RUU Mahkamah
Agung. Tentu dengcin penyesuaian-penyesuaian. ?ersya.~~atan
·1arangan rangkap jaba.tan tersebut yEng berasal · dari TJlJ No.5
i tll ••••••••••
- 39 -
i tu ialah :
1. Turut serta daJam perusahaan. Ini -rupanya bisa menggantikan
at2.u merupakan memory penj ela.san dari s.atu sub g. Sebab
pengusaha itu turut dalam perusahaan, tbe~um tentu kita
k2.takan dia pengusaha. Biasanya ini turut serta bersembunyi
j..ni•. Ka1au dalam UU No. 5 j e~ as, turut serta da~ am perusa
haan.
2e Di sana tertera larangcm bagi seor~ng Kepala Daerah. Pe
ker jaan lain yang memberik~n keurtungan baginya dalam hal
hal yang berhubungan l~=mgsung deng2n tugr..s pekerjaannya.
3. Kegiatan-kegiatan yang merugikan kepentingan negara, peme
rintah dan rakyat. Ini larangan pagi seo .... 2ng pej2b~t negar~
yang diberi kedudukan seb2g2.i Kepala Daerah, b?.rangkali bi
sa dipertimbangkan untuk dirrn.iat juga ppda pasal 9 ini.
I tu usul :FKP, dan karena Dll1 ini FKP juga sudah baca
semua, meskipun rekan dari FPP beJum berbicara, tetapi ka.mi
sud.ah membaca di DIM ini, karena hanya d112 Fraksi yang meng
usul ini, saya kira supaya tidak terlalu banyak kali nanti
dipersi1~1ran kepada FKF: untuk berbicare. pasa=: ir:i, sekaligus
kaf41 menanggapi usuJ FPP y2ng sang2t simpatik itu, dihapusnya
a.yat (2) dan materinyamasuk ayat (1), ini sunggap dapat di
terima untuk penyederhanaan. Seb2.b materi ayat (2) ini bisa
saja masuk suatu larangan Y?ng ditentukan pad~.ayat (1) itu.
~adi kami menyetujui ini saran dari FPP.
Sekian, dan terima kesih.
KETUA : • • • • • • •
- 40 -
KETUA : ,
Terima kasih dari Fraksi Karya. Pembangunan. 8 8 2.anjut-
nya. kami pers~akan Fraksi Persatuan Pembangunan.
FPP (DRS. SYARIFUDDIN HARAHAP) :
Saudara Ketua dan Saudara-saudara sekalian, memang se
luruh matari pasal 9 ayat (1) dan (2) kaini setuju. Hanya
seperti yang kami· usulkan, se:benarnya kami berpendapat bisa
digabung saja. Tetapi tawaran ini pun fakultatif saja.
Adapun mengenai memor7 penjelasan yang nantinya akan
kita bahas, memang pengertian pengusaha ini perlu diberikan
penegasan didalam memory penjelasan apakah nanti akan diatur
oleh Keputusan Presiden lU:lam· _ pengertiannya lebih lanjut
atau akan kita muatkan batasannya di da!am memory penjelas--
an. Karena macam-macam itu pengertian pengusa.ha ini. Kita
melihat adanya kadang-kadang kegiatan seseorang ycng dimuJai
dari hobby peterna.kan, kebon kelapa, perikanan, dsb.nya yang
mulanya kecil dan kemudian hobby ini berkembang menjadi be
sar. Kemudian orang bilang dia-pengusaha. Oleh karena itu
pengertian pengusaha ini hendaknya nanti kita be~ik.an memo-
ry penjelasan.
Adapun pada pengantar DIM, kami mengutarakan mengenai
tidak usahlah menjadi anggota atau pengurus org:~,nisasi poli
tik. Itu say~ rasa juga kami berpendapat cukup dicatat seba
gai himbauan,.jadi tidak usah pa.da memory penje:asan. Jadi
kami memperbaiki usulan kami, cukup sebagai catataJ1 saja pa-
da Rapa t F ansus ini dengan himbauan., dan usul ka.mi lebih tegas untuk masuk Tim Perunrus.
Terimci. kasih. . • • • • • • •
·- 41 -
KETUA :
Terima kasih dari FPP. Sekarang kami persilakan dari
Fraksi ABRI.
FAffiI (IMAM SUKARSOHO, S.H.) :
Terima kasih Saudara Ketua, jadi pa.da dasa.rnya setuju
mempertimbangkan usul-usul ini langsung_ke Tim'Perumus.
Terima kasih.
KETUA :
Terima kasih. Silakan dari Fraksi PDI.
FR.A.KS! PDI ••••••••
_-
... 42 -
F-PDI ( SOETOMO HR, SH ) :
Saudara Ketua setelah mendengar usul dari F-KP yang menambah
hasanah larangan bagi pejabat negara khususnya --bagi Hakim Agung
yang sesungguhnya dimungkinkan adanya tambahan yaitu pada sub (2). Namun secara ekslisip rekan dari F-KP telah menyebutkan hal
hal apa yang sekiranya patut dilarang.
Bagi FPDI sungguhnya tidak berkeberatan apa-apa.
Terima kasih Saudara.
KETUA :
Terima kasih dari F-PDI, kami persilakan Wakil Pemerintah.
MENTERI KEHAKIMAN ( ISMAIL SALEH, SH ) : -
Terima kasih Saudara Ketua dan Saudara-saudara sekalian.
F-KP mengusulkan agar dipertimbangkan, jadi ka1imat ini ~ipa
kai "Dipertimbangkan" persyaratan yang tertera dalam Pasal 20 UU
No.5/1974. Sistimatik dari Pasal 9 ini terdiri dari 2 ayat.
Ayat (1) itu limitatif, ayat (2) ini ada didalam_Wetskieping tech
nik ada voorzining in de toekom ? jadi ada hal-hal untuk dikemudi-
an hari.
Sehingga dari sistimatik tentunya 2 ayat tidak bisa satu ayat
dirangkap seperti usul dari F-PP itu ayat (2) dihapus •
. Ini kita berikan tempat tersendiri ayat (2) oleh karena dari segi
tehnik perundang-undangan kita gambarkan disitu adanya ayat (1)
yang limitatif dan ayat (2) yang hal-hal lain, jabatan-jabatan lain.
Jarli kecuali larangan_perangkapan jabatan yang sudah diatur dalam
ayat f1) itu dimungkinkan nanti ada pengaturan lebih lanjut dalam
bentuk Peraturan Pemerintah.
Jadi kita belum tahu jabatan apa lagi yang tidak boleh dirang
kap, ini dimungkinkan dalam Peraturan Pemerintah diatur lebih lan
jut, ya apakah Hakim Agung itu nanti tidak boleh merangkap sebagai
Anggota DPR misalnya.
Jadi in~ hanya Voorzining saja. Saya setuju dengan pendirian_ F-PP
untuk memberikan batasa/pengertian tentang "Pengusaha", jadi itu
mungkin bisa dimasukan dalam memory penjelasan.
Apa yang dimaksudkan dengan "Pengusaha" jadi demikian dan se
lanjutnya kiranya llal ini bisa dibahas lebih lanjut sesuai dengan
saran dari F-PP dan F-ABRI untuk dibicara.k&n --lebih lanjut didalam
Team Perumus.
Terima kasih.
KETUA :
Terima kasih, Wakil Pemerintah oleh kar-ena masih ada hal yang
masih perlu dijernihkan yaitu dari F-KP yang meminta -atau memper
timbangkan mengenai syarat-syarat dalam Pasal 20 UU No.5 dan per
bedaannya dengan F-PP dan usul dari Pemerintah supaya pengertian
"Pengusaha" • ·I· .... ,.. ..
- 43 -
"Pe~eusaha itu tidak dimasukan didalam Pasal ini tetapi dimasukan
didalam penjela~an, oleh karena ini demikian,maka kami persilakan
dari F-KP ·sekali 1agi.
FKP ( DRS. SAWIDAGO WOUNDE ) :
Terima kasih Pak Ketua, satu hal mengenai "Pengusaha" itu sa
ya kira sudah sepakat harus diberikan memory penje1asan.
Jadi meskipun F-KP mengungkapkan apa yang tertera dalam UU No.5
Pasal ~O itu bisa saja diterima.supaya
Supaya tidak sama lagi Pengusaha itu dengan turut serta dalam
Perusahaan, jadi F-KP sudah sependapat untuk dimuat dalam memory
penjelasan.
Mengenai 2 hal lagi yang mas~h dihimbau oleh F-KP itu diper
timangkan. _Ya.itu peker.iaan lain yang memberikan keuntungan baginya
dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan tugas pekerjaannya
dan kegiatan-kegiatan yang merugikan kepentingan negara. Pemerintah
dan rakyat.
Kalau ini memang bisa ditampung didalam Peraturan Pemerintah
ini nanti seperti yang dimaksud dalam ayat (2),
Kami kira ••••••
·-
- 44 -
Kami kira F-KP tidak perlu bertahan dalam soal ini kalau m~ mang itu dijamin kira-kira bisa ditampung. Tapi kalau belum /tidak bisa dijamin dalam ayat (2) itu, sebaga F-KP· masih berpendapat atau memikirkan sesuatu larangan bagi seorang pejabat negara itu dibuat dengan Peraturan Pemerintah itu masih mikir-mikir apa yang essen~ial seperti ini atau tidak.
Itu yang masih memerlukan penjelasan Pemerintah sebab yang pokok-pokok ini yang terpokok itu dituangkan dalam UU, larangan bagi seorang Pejabat Negara, dipertanyakan. Larangan yang bisa ditampung dengan Peraturan Pemerintah itu apakah usul-usul seperti tadi akan bisa tertampung itu masih kami mintakan penjelasan dari Pemerintah.
Dan kalau masih dipikirkan barangkali usul F-KP belum langsung ke Tim Perurnus, kalau soal ini ?, di•Panja dahulu.
Kalau soal memory n Pengusaha n boleh Tim Perumus, tapi khusus soal ini barangkali di-Panja tapi terserah jawaban Pemerintah.
Sekian Ketua dan terima kasih.
KETUA : Terima kasih dari F-KP,. kam+ silahkan F-PP.
F-PP (DRS. SY&";:\.IFUDDIN HARAHAP) : Tidak ada lagi tam -bahan yang diperlukan.
KETUA- : Terima kasih dari F~PP, dari F-PDI silahkan, tidak ada lagi, dari F-ABRI tidak ada lagi akhirnya diper -silahkan dari Wakil Pemerintah.
MENTERI KEHAKIMAN (ISMAIL S.ALEH, SH) : Saudara Ketua dan Saudara-saudara sekalian. Mengenai Pasal 20 UU No. 5 Ta bun 1974 larangan ini berlaku bagi Kepala Daerah, ini yang disebutkan seperti melakukan pekerjaan-pekerjaan lain yang memberikan keuntungan baginya dalam hal yang berhubungan lan~sung dengan daerah yang bersangkutan.
Pasal 9 ini Sistimatiknya adalah Hakim Agung tidak bo-1 eh merangkap menjadi; jadi jelas ada profesi yang tidak bo leh dirangkap seperti n Wali, Pengampu, Penasehat Hukum, Pe ngusaha, Pelaksana Putusan M.A. "
Jadi jelas subyeknya, sedangkan ayat (2) itu untuk hal hal yang nanti terjadi di kemudian hari dan itu akan dia -tur lebih-lanjut daiam Peraturan Pemerintah.
_-
Sehingga . . . . . . .
- 45 -
Sehingga apabila Pasal 20 ini dimohonkan untuk dipertimbangkan, maka kita harus jelas, apa yang akan dimasuk -kan nanti dalam PP itu.
Yaitu seperti Pasal 20 melakukan pekerjaan-pekerjaan lain yang memberikan keuntungan baginya itu juga belum tahu konkritnya apa ?, jadi masih rumusannya juga masih bersifat rumusan umum.
Di dalam lafal sumpah itu sesungguhnya sudah tanpa adanya suatu ukuran atau batasan, antara lain juga berbunyi bahwa 11 Hakim ini bersumpah dan berjanji untuk melakukan atau tidak rnelakukan sesuatu dalam jabatan ini, tiada seka li-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari a_!
apapun juga suatu janji atau pemberian. n
Namun demikian dapat juga apabila ingin memberikan s~ atu jaminan tentang hal-hal yang akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
Di dalam memory penjelasan itu dapat kita cantumkan bahwa PP yang akan dikeluarkan nantinya itu memperhatikan larangan-larangan yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain UU No. 5/1974.
Jadi Pemerintah mengakomodir saran/pertimbangan F-KP, PP yang akandikeluarkan itu apa jaminannya, akan memuat apa saja. Apabila itu yang akan dikehendaki, maka di dalam penjelasan dari UU ini (Pasal 9) dapat kita cantumkan " Pe raturan Pemerintah yang nanti akan dikeluarkan sebagai pel"aksanaan dari Pasal 9 ayat (2) mengatur tentang larangan jabatan rangkap bagi para Hakim Agung yang telah diatur da
lam berbagai peraturan perundang-undangan antara lain UU No. 5/1974 kurang lebihnya begitu.
~abila itu dapat diterima oleh F-KP sebagai suatu arab ; suatu jaminan bahwa PP itu nanti bentuknya kurang lebih sernacam demikian, maka kiranya 9-apat diserahkan kep~ dan Tim yang akan merumuskan lebih lanjut memory penjelasan ini, sebagai penjelasan dari Pasal 9 ayat (2).
Demikian Sdr. Ketua, terima kasih.
KETUA : Terirna kasih Wakil Pemerintah, saya langsung kepada F-KP agar supaya Pasal ini tuntas dapatkah Sdr. mem berikan pandangannya, terima kasih.
F•KP (DRS. SAw~DAGO WOUNDE) : Pertama-tama F-KP sa-
ngat setuju ••••••
- 46 -
r
ngat setuju dengan pendapat Pemerintah dan berterimakasih atas tanggapan Pemerintah terhadap himbauan atau usul kami untul-c dipertimbangkan.
Kami setuju sekali kalau dimuat memory penjelasan dan ~emory penjelasan itu kami mohonkan atau menghimbau supaya dari Pemerintah yang merumuskan supaya nanti terus dibicarakan dalam fprum lebih lanjut, apa di Panja atau di Tim Perumus, ya terserah kesepakatan rapat ini. Terima kasih.
KETUA : Terima kasih dari F-KP, dengan demikian usul dari F-KP terser~h kepada persetujuan Saudara-saudara masuk ke Tim Perumus atau Panje,dari F-PP mengusulkan kepada Tim Perumus, dari F-PDt demikian pula, dari:F-ABRI Tim Perumus dan dari Pemerintah demikian juga. Setujukah F-KP m~ suk ke dalam Tim Perumus, F-KP setuju, dengan demikian Pasal 9 beserta penjelasannya masuk dalam Tim Perumus.
Perkenankanlah kami sekarang meningkat ke Pasal 10 s~
suai dengan DIM yang ada pada Saudara-saudara sekalian ada usul dari 3 Fraksi. Oleh karena itu perkenan kami memulai dari F-KP. Silahka.I1. F-KP.
F-KP ( DRS. SAWIDAGO WOUNDE ) : Terima kasih atas ke sempatan a:;)dr. Ketua, Wakil Pemerintah dan Sidang yang 'Saya muliakan.
Pasal 10 ini mengenai pemberhentian dengan hormat. · FKP rrenghendaki supaya dijelaskan tolok ukur Sub b dan £ sakit jasmani atau rokhani secara terus menerus dan terny~ ta tidak cakap dalam melaksanakan tugas, ini perlu dijela~ kan. Sub£ mengenai sakit jasmani dan terus menerus.· 8 akit_ jasmani i~i bisa saja panu, gatal-gatal, exim dan lain-lalain yang terus menerus apakah dengan penyakit ini Hakim Agung itu harus di~erhentikan juga dengan hormat.
Dalam_hal ini perlu mendapat perhatlan usul dari F-PP yang lebih jelas mengusulkan sakit jasmani atau rokhani yang tidak dapat melaksanakan tugas.
Selanj_utnya mengenai teru.s menerus ini perlu pula diberikan limit waktu tertentu, sebab kalau tidak bisa ·saja penentuannya nanti subyektif sekali, bisa di·a saki t satu bulan sudah dianggap terus menerus karena ada kejengkelan· sedikit dengan yang bersangkutan.
Bisa juga satu tahun karena mungkin ada hubungan ~aik
belum •••••••••
- 47 -
belum dianggap terus mene'rus. J adi soal_ saki t jasmani dan soal terus menerus. Dalam hal ini F-PP mengusulkan 1 (satu) tahun. Jadi apa yang dikehendaki F-KP ini terus ingin diselesaikan oleh F-PP. Tapi sakit jasmani yang dikatakan yang berakibat tidak dapat melaksanakan tugas; itu lebih te gas daripada rumusan yang ada dalam RUU.
Terus menerus 1 (satu) tahun menurut usul dari F-PP, akan tetapi bagi F-KP belum mengemukakan batas waktu terse -but, apa 1 (satu) tahun atau sakit jasmani yang bagaimana ?
terserah kepada kesepakatan kita nanti. Dalam hal ini terhadap usul F-PP mengenai sakit jasma
ni dan rokhani terus menerus itu, dengan pembuktian surat dokter, FKP masih perlu menghimbau supaya dipikirkan lebih dalam sebab biasanya surat keterangan dokter ini biasanya bisa diatur.
Apakah.~ kira-kira tidak lebih tepat atau lebih menca
pai sasaran kalau kita katak.an 11 sakit jasmani dan rokhani " yang berakibat secara nyata tidak ~elaksanakan tugasnya. Apa ada surat keterangan dokter atau tidak, tapi ~ecara ny~ ta memang selama sekian waktu tidak dapat melaksanakan tugasnya, itu mengenai Sub b.
Mengenai Sub d_perlu dijelaskan dalam memory penjelas
an, tolok ukur untuk mengukur,menilai atau menentukan bahwa seorang Hakim Agting i tu··tTaak ·c·a.Kap ·aalruif-nfenjalankan tugas,
ltu perlu dijelaskan bagaimana " tidak cakap "• Masalah kedua yang dipersoalkan f:..KP dalam Pasal 10 ini
ialah mengenai batas umur maksimum seorang Hakim Agung. F-KP mengharap penjelasan Pemerintah, apa alasan untuk menen tukan batas umur seorang Hakim,Agung, padahal dia seorang
Pejabat Negara. Sesangkan Pejabat Negara yang lain tidak ada batas umurnya,-hanya batas masa. baktinya atau masa jabat
annya yang pada umurnnya rata-rata 5 (l.ima) ta.bun, ya Dutaduta besar kurang lebih dari itu. Jadi tidak ada batas umur kecuali batas masa jabatan.
Dalam RUU diusulkan batas umur maksimun Hakim Agung ig lah 65 ta.bun, hal ini berarti diusulkan perubahan dari ba-tas umur yang berlaku sekarang yang sesuai dengan Pasal 9 UU No. 1/1950 dan PP No. 32/1979 batas umur itu hanya 60 t~ hun. Dalam~Ruu diusulkan ada perubahan dari 60 menjadi 65 tahun.
F-KP ••••
- 48 -
F-KP menanyakan apakah pemberhentian " dengan hormat 11 kalau dia meninggal dunia itu tidak cukup hanya berdasarkan. laporan tentang meninggal dunia saja, selanjutnya diatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pensiun dan lain-1~ in.
Dalam UU No. 8/1974 pasal 23 ayat (2) mengatur pember. hentian dengan hormat seorang Pegawai Negeri Sipil disana tidak termasuk n meninggal dunia " dalam ayat (1), tapi da lam ayat (2) dikatakan disana Pegawai Negeri Sipil yang m~ ninggal dunia " dianggap dengan sendirinya " diberhentikan dengan hormat.
Jadi tidak ada pengurusan pensiunnya selanjutnya, mau diproses o1eh Ketua Mahkamah Agung diusulkan kepada Presiden supaya diberhentikan, Jadi saya 3 masalah-~ni yang kami persoalkan dalam Pasal 10 ini. Sekian dan terima kasih.
KETUA : Terima kasih dari F-KP dan kami persilahkan F-PDI.
F-PDI (SOETOMO HR, SH) : Sdr. Ketua, Wakil Pemerintah dan Saudara-saudara yang terhormat.
Pertama-tama yang ingin ditanyakan oleh kami adalah satu bal yang akan menyangkut bermacam-macam atau berbagai Pasal yang nanti akan kita temui, yang sesungguhnya tadi juga di muka kita sudah temui.
Mengenai masalah Presiden sebagai 11 Kepala Negara ", Saudara-saudara saya ingin penjelasan dari Sdr. Menteri Ke hakiman menurut pendapat kami.
RUU ini adalah suatu pelaksanaan dari ketentuan-keten tuan pokok Kekuasaan .h.ehakimam yai tu UU- No. 14/1970, yang di dalamnya pada Pasal 31 itu n Hakim diangkat diberhentikan oleh Kepala Negaz:-a "·
-J adi begi tu juga penjelasan Pasal 31 n Denga."1 diang-katnya dan diberhentikannya para Hakim oleh Kepala Negara", maka dijaminlah kedudukannya.
Inilah pangkal tolak berfikirnya F-PDI di dalam meng~ dakan pembahasan ini, oleh karena itu mohon dijelaskan mengenai masalah Presiden sebagai Kepala Negara,,ini. -
Sebab UU No. 14 tidak disebutkan, sedangkan RUU ini adalah pelaksanaan daripada UU Pokok No. 14/1970, ini hanya mencalonkan saja.
Kalau ini • • • •
_-
- 49 -
Kalau ini nanti sudah clear, segala hal yang bersangkutan dengan DIM F-PDI itu bisa dibaca sesuai dengan apa yang kita konsensuskan, ini yang pertama,lalu yang kedua F-PDI menyetujui usul.bunyi RUU ini.
Bunyi RUU seperti syarat-syarat permintaan sendiri dan sebagainya, namun demikian setelah mendengarkan rekan F-KP tentang sakit rokhani dan jasmani itu, menurut kami bisa di atur.
Mengenai telah berumur 65 tahun, F-PDI setuju sepenuh nya, memang di Komisi III kami betul-betul kami mengusulkan hal ini. Untuk Hakim Agung itu 65 tahun, saksinya Sdr. 8alam. Jadi oleh karena itu· tidak usah pakai komentar, karena itu dengan Hakim Agung 65 tahun kita menarik juga Hakim P~ ngadilan, Kepala Peng~dilan menjadi sekian tahun tidak 56 tahun, menjadi 60 tahun ada 63 tahun.
Ini memang Hakim Pengadilan ini termasuk orang "langka" oleh karena itu kita butuhkan karenanya kami tetap con sist kepada RUU ini, -mengenai batas umum.
Demikianlah catatan dari DIM-nya F-PDI, saya rasa ti·dak perlu say a bacakan dan i tulah intinya. Terima kasih.
KETUA : Terima kasih dari F-PDI, dan silahkan F-PPP.
F-PP (DRS. SYARIFUDDIN HARAHAP) : Terima.kasih Sdr. Ketua, Fraksi kami dan fraksi-fraksi lainnya sependapat d~ ngan rumusan dengan Pasal 10 dan kami ingin rnenegaskan bah wa kata-kata seluruhnya bisa kami menerima, hanya memang pada setiap Sub ~,b,£,~ dan ~ ini beberapa di antaranya pe£ lu ada memory penjelasan. Misalnya saja pada permintaan se~ diri, pada Pemandangan Umum yang lalu yang juga disambut pihak Pemerintah, kami minta agar budaya malu ini kita jaga, sekarang ini banyak yang lupa jadi kalau dia tidak ma}! pu.:~enjaga atau menegakkan dalam lingkungan rurnah tangganya sendiri dan sebagainya, ya mengundurkan diri misalnya.
Itu • • • • • • • • •
- 50 -
Itu salah satu contoh per.lunya memori penjelasan. Jadi mengenai sakit jasmani atau rohani, saya orang asuransi jadi ada . bedanya antara sakit dengan cacat tetap·~- Jadi seseorang karena kecelakaan buta, bukan sakit lagi disebut tetapi itu cacat tetap. Jadi _itu juga perlu memori penjelasan. Soal cakap melaksanakan tugasnya karena pakai otak, bukan pakai mata bisa. Jadi huruf yang mengatur untuk orang buta juga sekarang ada, dan sebagainya·. Jadi dalam jaman modern ini banyak sekali unpredictable yang bisa menyebabkan seseo~ang mendapat cacat tetap, tang8nnya lumpuh, otak beres, menanda tangani saja yang tidak bisa, dan sebagainya~ Jadi inilah sebabnya maka diperlukan memori penjelasaii.
Juga mengenai batas unmr seperti yang dipertnyakan oleh F-KP, memang ada yang disebut life expectancy yang terus meningkat sesuai dengan kemajuan-kemajuan dalam 1e"sehatan maupun dalam gizi dan sebagainya~. L usi? -€$5 tahun
Jadi dalam memori penjel~san bisa saja kita p~kirkan dispensasi terhadap lewat L :rrii misalnya. Artinya dalam halhal tertentu dengan dispensasi kalau tenaganya sangat di?utuhkan artinya kalau orangnya makin tua rnakin fit". Ini sekarang banyak center-center yang bikin orang fit t~rus. Jadi ada misalnya pada memori penjelasan kita setuju L · tetapi in case ada. dispensasi, tetapi sifatnya pada memori penjelasan saja.
Jadi kami hanya mengharapkan agar hal-hal ini bisa disepakati bahwa untuk tidak menafsirkan s endiri-sendiri tentang hal-hal yang pokok dari pengertian yai~g terdapat karena a, b,
c, d diperlukan memori penjel-asan, maka kami in.gin menegaskan bahwa pasal 10 I'1.imusannya kami terima dan kemudian mengenai memori penjelasannya kami usulkan diserahkan Tim Perurrnis. Dalam Panja saya kira perlu kita dalami lagi, karena ini
'
memang menyangkut hanya beberapa penjelasan-penjelasan yang
ingin menegasY~ maksud dari pa~a ayat a sampai denga_~ ayat d :bersebut.
Kerrru.dian kami i..YJ.g:in dalam. -memori penj elasan adanya keterangan bahwa dalam hal terjadfuya ini, karena sehelurrmya Hakim Agung ini diusulkan oleh DPR. Jadi karena diusulkan oleh
kita •· •••••••• ·•
- 51 -
kita ya kalau berhenti kita juga diberitahu. Jadi bagaimana ini kita kan mau tahu juga seseorang diberhentikan·. Jadi minimalnya ada informasi.: pada memori penjelasan kepada Pim-. pinan DPR atau apa sehingga kita yang dahulu pernah mengusulkan sudah tahu bahwa dia sekarang sudah berhenti. jadi secara resmi bahwa Hakim Agung Harahap misalnya berhenti karena ini, ini. jadi dikasih tahu karena dahulunya diusulkan oleh kita. Jadi ini saya harapkan ditampul1.g di ~alam memori penjelasan, karena selama ini tidak secara resmi diberitahukan mengenai berhenti ini. Ini harapan kami agar ditampung di dalam memori penjelasan mengenai informasi atru. pun pemberitahuan ataupun keterangan yang menyangh-ut pelaksanaan pasal ini kepada Pimpinan Dewan ataupun kepada Dewan~·
Terima kasili~
KETUA : Terima kasih dari F-PP·~· Kami persilakan dari
F-ABRI.
F-ABRI (IMA.M SUKARSONO, SH) : Terima kas:ih Saudara Ketua,
saya kira pertama-tama tanggapa_~ saya tujukan kepada rekan saya dari F-PDI S-audara Soetomo yang menanyakan ,,~-.~~-Presiden selaku.~
, •••• " Oleh karena tadi di dalam pasal 8 sudah kita singgung I/
bersama dan telah kita nru.fakati ada Presiden selaku Kepala Negara~ ini tadi sud.ah disetujui semua. Saya kira di sinipun lalu tentunya cocok kalau kita.gunakan "Presiden selaku Kepala Negara", oleh karena tadi di dalam pasaJ, 8 suda.h. demikian. Ini tanggapan terhadap rekan Soetomo-.
Setelah saya perhatikan baik dari FiPP maupun FKP itu tadi saya kaitkan dengan yang menjadi pendirian F-ABRI saya sud.ah
melihat titik terang bahwa kalau sekarang akhirnya akan dipersilakan juga dipertimbangkan h~l-hal yang dikemukakan di
s ini artinya yai tu rurrrusan seperti pas al 10 in~ tetap, kenru.dian diadakan penjelasan yang lebih jauh untuk wenegaskan apa yang
tercantum di dalam teks :ini saya ~ira cukup dan kalau ini nanti diserahkan kepada Tim Perurrn.ls•K.iranya baik manakala nanti konsep prakarsa dalam Tim Perurrru.s pejabat'yang akan duduk di Tim Perumus itu juga sudah memba~a konsep rumusan sehingga nanti lebih
. ..- . .
ari pemeria g ampang. ah Terima kasih Saudara Ketua~ KETUA : -.·. :~·
- 52 -
KETUA : Terima kasih kepada F-ABRI. Kami persilakan Wakil Pemerintah·~
MENTERI KEHAKIMA.N (ISMA.IL SALEH, SH) : Saudara Pimpinan dan para Anggota Pansus yang kami hormati, kami ucapkan terima kasih dari F-PP yang menerima pasal 10 ini dan disarankan agar apa yang tercantum dalam a sampai e ini dijeiaskan di dalam memori penjelasan·.
Mengenai pertanyaan dari F-KP, yaitu sub b, ~akit jasmani atau rohani secara terus menerus, kami setuju untuk diatur ilebill lanjut di dalam memori penjelasan. jadi itu mudah saja, diatur saja dalam penjelasan bagaimana maunya.
Mengenai usia 65 tahun, itu ditanyakan oleh F-KP·. Memang berdasarkan undang-undang yang sekarang berlaku itu usianya Hakim Agung adalah 60 tahU.n. Turn sekar911g ini kalau tidak kita ubah memang banyak yang harus out, sudah berhenti .semuanya itu~~·
Jadi ini kita sesuaikan dengan masalah kebutu...1-ian Hakim Agung dan Hakim-hakim ini di Pengadilan Tinggi·:·
Tetapi khusus mengenai usia 65 tahun kiranya perlu kita perhatikan juga Peraturan Pemer:intah Nomor 32 tahun 1979, yaitu ada beberapa jabatan yang usianya 65 tahun.
1. Ahli peneliti dan peneliti 2. Guru besar 3. Lektor Kepala dan Lektor-~
jadi kalau untuk.A:hli Peneliti dan Peneliti, Guru Besar, dan Lektor Kepala dan Lektor saja itu 65 tahun, tentunya Hakim Agung ini sudah wajarlch, pantas kalau 65 tahun.
Ada profesi JJLin lagi yang jug a usianya 65 ta_hun, yai tu
Notaris. Sesuai dengan Undang-undang Notaris yang berlaku, maka profesi notaris ini pensiun pada usia 6~ tahun:· Dengan demikian, apabila Hakim Agung yang juga rrengawasi notaris :LT'li
tentu usia 65 tahun ini adalah wajar dan pantas.Usia ~ari 60 sampai 65 tahun itu kita harapkan tingkat kematangannya·. Jadi kemat&J[Dgan intelektual itu benar-benar tercapai disamping integritas moral tadi. Memang pejabat negara itu 5 tahun tetapi ini pejabat negara yang khusus (Hakim Agung) 65 tahun dan ini juga kita bandingkan dengan profesi-profesi lainnya.
Mengenai -~· ••••• ;~
- 53 - .
Mengenai ternyata tidak cakap dalam menjalankan tugas, ini
harus kita titik beratkan dari segi kata "cakap". Jadi sebagai Hakim Agung ini kalau ternyata tidak cakap tentu Mahkamah Agung akan mengusulkan kepada Kepala Negara. Umpamanya saja
_sering kali mel~kukan kesalahan yang besar, artinya di dalam fungsinya sebagai Hakim Agung itu groete vouten gedaan. Tentu tidak bisa kita biarkan karena menyangkut masalah martabat Mahkamah Agung. Se~ingga untuk itulah diusulkan kepada Mahkamah Agung untuk berhentikan karena ternyata tidak cakap. Jadi semacam on geschikt, oleh karena sering melakukan kesalahan, dan kesalahan ini adalah kesalahan yang prinsipiil di dalam menyelesaikan atau memutuskan suatu tugas/perkara.
Tentang meninggal dunia, memang ini sebagai dasar untuk keluarnya pensiun itu memang harus ada keputusan. Jadi setelah diusulkan oleh Mahkamah Agung oleh Kepala Negara dan usul ini sekaligus sebagai semacam laporan atau pemberitahuan sebagaimana tadi dikemukakan oleh F.KP, yaitu berdasarkan laporan tentang meninggalnya Hakim Agung. Laporan ini .sesungguhnya dituangkan dalam bentuk surat. Jadi surat (usul) dari Mahkamah Agung yang berisi laporan kepada Presiden bahwa Hakim Agung ini sudah meninggal dunia dan untuk dasar pemberian tunjangan kepada isferinya dan keluarga.11ya itu; maka perlu ada Keputusan Presiden dan itu diusulkan oleh Marikamah Agung kepada Presiden.
Mengenai Presiden selaku Kepala Negara, memang tadi sudah ki ta sepakati walaupun di 8.alam Undang~u..'t'ldang No .14 i tu dicanturnka..'1'1_ hakim diangkat dan diberhentik~~ oleh Kepala Negara, tetapi ki ta k~tahui dalam Undang-ur1dang Dasar 1945 pun juga ada hal-hal yang khusus dimiliki wewenang Kepala Negara yaitu dalam pasal 10 dan seterusnya seperti grasi, amnesti, abolisi ini selaku Kepala Negara. Dua-duanya kita canturnkan di sini yaitu Presiden selaku Kepala Negara. "Kepala Negara" kita ambil dari Pasal 31 Undang-u.Ddang No.14 dan "Presiden" kita ambil juga oleh karena bentuk yang akan dikeluarkan yaitu bentuk peraturan atau bentuk produk hukuilli~ya itu adalah bentuk Keppres. Jadi keputusannya adalah Keputusan Presiden (Keppres), bukan
nKep. - Negara" tetapi "Keppres" (KeputUSfu't"). Presiden). Jadi Kepu
tusan Presid~n tentang pengangkatan Hakim Agung. Oleh karena itu kita gabungkan ·dua-duanya "Presiden selaku
Kepala Negara". Dengan demikian maka pasal 10 ini kiranya dapat diserahkan kepada Tim Perumus untuk merumuskan hal.Jhal yang dicantumkan didalam pasal 10 ini· yaitu untuk·memori penjelasan-· nya.
Demikian dan terima kasih.
KETUA . . . . . . . .
- 54 -
KETUA : Kepada Wakil Pemerintah .kami ucapka:q_ terima kasih. Pimpinan sependapat bahwa pasal 10 ini diserahkan kepada Tim Perumus. Apakah ada yang ingin menyampaikan lagi .•
Silakan F .PDI.
F.PDI (SOETOMO HR, SH.) : F.PDI berterima kasih atas penjelasan ini, jadi plong. Hanya saja ini supaya kita consist lagi kepada penjelasan Undang-undang Dasar 1945. Kalau tadi Saudara Menteri juga menyebut Presiden itu mempunyai k~wenangan pasal 10, 11, 12 sampai 15-lah katakan. Itu di Undang-undang Dasar 1945 tidak disebut sebagai "Presiden selaku Presi-_ den sebagai Kepala Negara".
Ini bunyinya Undang-undang Dasar. Saya hanya mengingat-kan.
Terima kasih.
KETUA : Saudara-saudara, oleh karena F.PDI mengambil waktu, apakah ada dari Fraksi-fraksi lain ?
Fraksi ABRI tidak ada. F.KP silakan.
F.KP (DRS. SAWIDAGO WOUNDE) : Pertama-tama kami ucapkan terima kasih·kepada Pemeri~tah yang telah menjelaskan hal-hal yang masih menjadi perta.~yaan bagi kami.
Pada dasarnya kami sudah sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Pemerintah.
Mengenai tolok ukur untuk sub b dan d itu sependapat "' dimasukkan dalam memori penjelasan.
Sekaligus F.KP menghimbau karena ini rumusan dari Pemerintah supaya didalam memori penjelasan yang disana dibilang "cukup jelas" itu ,supaya konsepnya disiapkan juga oleh Pemerint&~ untuk dibawa ke Tim Perumus.
Mengenai u..11sur 65 tahun F .KP sudah jelas, memang sudah ada alasan lain juga bagi F.KP tadi,. ditambah dengan alasanalasan yang dipertimbangkan oleh Pemerintah ini maka umur 65 tahun, F .KP sudah setuju. Malahan bara.:.'1gkali kami masih meng
himbau Pemerintah menanggapi usul dari F.PP tadi, yang rupanya masih ada pengecualian sedikit lagi dari 65 tahUI'l tadi.
Mengenai penjelasa:i 1mening.gal dunia" saya kira ini terserah-. lab kepada Tim Perumus nanti untuk merumuskan apa tetap mengekor di ayat di sini atau dia seperti Undang-undang.Nomor 8 yang dikatakan dianggap diberhentikan dengan hormat, sebab ini ~
._soal pemberhentian dengan_ hormat. Jadi tidak diusul oleh Presiden untuk berhenti kalau memang sudah meninggal.
DianggaP •••••••
-·55 -
Dianggap saja sudah berhenti terus diatur segala sesuatunya yang berhubungan dengan Undang-undang Kepegawaian dan r
Undang-undang No.12 tahun 1980 tentang hak-haknya sebagai · Pejabat Negara.
Kalau bisa itu juga dalam penjelasan saja. Dengan demikian se.ya kira tidak ada pendapat lain, tidak
ada masalah. Kalau Pemerintah bersedia merumuskan memori-memori pen-
.. jelasan tadi setuju saja langsung ke ~im Perumus.
Sekian, terima kasih.
YiliTUA : Terima kasih kepada F.KP. Silakan dari F.PP.
F.PP (DRS. SYARIFUDDIN HARAHAP) : Sedikit saja Saudara Ketua. Tadi kami kemukakan;.karena Hakim-hakim Agung ini diusulkan oleh Dew.an jadi ya kalau berhenti kami tahu mekanismenya pemberitahuankah atau informasi dan sebagainya.
J~di -keinginan kami demikia.11, karena ini adalah Pejabat Negara yang kebetulan datang usulannya dari DPR sehingga kalau berhenti kita juga dapat informasi~
Ini kami ingin tanggapan Pemerintah yang diharapkan ada dalam memori penjelasan.
Terima kasih.
KE TUA . . . . . . .
- 56 -
KETUA : Kalau demikian saya persilahkan dari Wakil Pemerintah kalau masih ada.
MEHTERI KEH.AKIMAN E Ismail Saleh,SH) : Mengenai permintaan dari F.P.P. agar Hakim Agung yang
juga diberitahukan itu mudah saja Pak, kita bisa atur Pak. Jadi dalam keputusan pemberhentian itu~ cukup dibawah
kita berikan tembusan kepada Pimpinan DPR. Itu sudah memenuhi persyaratan dan untuk diberitahukan bahwa Hakim Agung Yahya Harahap masih hidup Pak.
Terima kasih.
KETUA : Terima kasih kepada Wakil Pemerintah. Ini hanya pemberitahuan bagi Saudara Syarifuddii.Harahap.
Saudara-saudara sekalian, kalau demikian bolehkan saya mengambil kesimpulan bahwa pasa·~ 10 ini disetujui untuk dimasukkan ke dalam Tim Perumus.
Dengan catatan bahwa istilah-istilah yang telah disetu
jui seperti usul dari F.ABRI supaya tetap konsisten dipergunakan dan agar diperhatikan juga oleh Tim Perumus istilah da
lam Undang-undang Dasar'45. Bolehkah demikian rumusannya ? Saudara-saudara setuju ?
(Rapat Setuju).
Perkenankan kami untuk menunda rapat jam 12.22. Dari Sekretariat DPR menyiapkan makanan siang dan kami
persilahkan kalau Saudara-saudara setuju dan jam 13.00 kembali ditempat ini.
Saudara~saudara sidang kami schors.
(Rapat dischors pukul 13.00).
• • .1.. KJ.. va
Saudara Viakil Pemerintah yang kami hormati, Saudara-saudara sekalian yang terhormat, dengan ini kami buka kembali Rapat Kerja ini.
Menurut Daftar Inventarisasi Masalah, maka'pasal 11 keempat Fraksi mempunyai saran-saran dan usul-usul penyempurna-an.
Perkenankan kami memulai dari F.ABRI, dipersilahkan F.ABRI.
FRAKSI ABRI (R.SOETJIPTO,SH) : Terima kasih Saudara /;"
Pimpinan. Saudara Pimpinan yang terhormat, Saudara Wakil Pe-merintah serta para Anggota Pansus yang kami hormati, menurut DIMilari F.ABRI ada dua masalah yang ingin dikemukakan, yaitu pasal 11 ayat (1) a dan ayat (3).
Pasal 11 ••••••••
- 57 -
Pasal 11 ayat (1) ~yang perumusannya sebagai perumusannya sebagai berikut :
"Ketua, Wakil Ketua, Ketua lVIuda dan Hakim Agung diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya o1eh Presiden selaku kepala Negara atas usul Mahkamah Agung dengan alasan :
a. dipidana karena melakukan tin~ak pidana kejahatan". Perumus pasal 11 ayat (1) a memerlukan penyempurnaan
karena mempunyai jangkauan yang sangat luas. Adapun penjelasan adalah sebagai berikut :
Manusia itu bersifat alpa, demikian pula hakim dalam hal ini
termasuk Ketua, ~Vakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung yang juga manusia biasa.
Dalam Hukum Fidana kita kenal kejahatan yang dilakukan dengan sengaja dan delik pidana karena alpa atau kulpa (?)
Dalam hal ini perlu d~perhatikan kemungkinan seorang hakim melakukan tindak pidana tanpa disengaja atau suatu delik kulpa antara lain misalnya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu sakit sementara atau luka ringan, seperti apa yang diatur di dalam pasal 360 ayat (2). Tentunya set~lali melalaui proses peradilan, hakim yang bersangkutan misalnya dihukum satu bulan penjara bahkan mungkin hanya dihukum k~rungan. Maka berdasarkan pasal 11 ayat (1) ~ Rencana Undang-undang tersebut sudah langsung diberhentikan 'tidak.dengan hormat. Sudah demiki~n ketatnya syarat pember- . hentian atau pemecatan ti_dak" derigan hor:gi.at bagi .seorang hakim.
91eh karenany~ F • .A..BRI menyarankan adanya jalan keluar untuk melunakkan sye..rat _ pemeca.tan t.ersebut sebagai berilcut
yai tu dipida:ria dengan 'pidana penjara se1.,u.rang-h-urangnya 3 bulan karena melakukan tindak pidana kejahatan.
Dengan demikian bila seorang hakim dijatuhi huku.rnan kurang dari 3 bulan, maka iati.dak perlu harus diberhentikan,
namun bila 3 bulan atau lebih termasuk hu1n.unan bersyarat hakim
tersebut sudah harus diberhebtikan atau diusulkan untuk diberhentikan tidak dengan hormat a.tau dipecat.-
Demikian ini mengenai penyempurnaan pasal 11 ayat (1) -~·
Kemudian mengenai ayat (3) yang merupakan perbaikan redaksionil, RUU berbunyi : "Pembentukan Susunan dan tata kerja Majelis Kehormatan Mahkamah A~ serta ta.ta cara pembelaan diri ditetap~an oleh Ketua Mahkamah Agu.ngn.
Dalam hal ini Fraksi beranggapan~ahwa tidak perlu ditetapkan tetapi cukup diatur oleh Ketua Mahkamah Agunge
Demikian ••••••••••••
- 58 -
Demikian pendapat F. ABRI mengenai pasal 11 ayat (1) a Terima kasih atas perhatian.
KETUA : Terima kasih dari F.ABRI.
Kami persilahkan dari F.K.P.
FRAKSI Y~RYA PEMBATfGUNAN (DRS.SAWIDAGO WOUNDE) :
Saudara Ketua, Saudara Menteri dan sidang Pansus yang .~
saya hormati, mengenai pasal 11 yaitu tentang pemberhentian tidak dengan hormat Fraksi Karya_Pembangunan mengusulkan halhal sebagai berik'Ut : Yang pertama pada ayat (1) kata-kata natas usul Mahkamah Agung" ini minta diganti "atas usul Pi~pinan Mahkamah Agung". Jadi diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul Pimpinan Mahkamah Agung.
Alasannya "Mahkamah Agung" ini mungkin terlalu luas, jangan-jangan nanti bisa saja diartikan Panitera, Sekretaris atau pegawai biasa. Itu alasan pertama.
Alasan kedua, bisa juga kalau dikatakan "atas usul Mahkamah Agung" berarti harus sidang lengkap Mahkamah Agung, jadi putusan Mahkamah Agung.
Alasan ketiga, kita melihat ini hanya seal administratif sebenarnya.
Jadi bukan dia yang menentukan dipidana, melakukan per-•• I
buatan tercela. melanggar sumpah jabatan. Jadi soal pengusulan kepada Presiden ini mungkin hanya soal administratif. Malah lebih sempit dan sebenarnya lebih baik 11 atas usul Ketua Mahkamah Agung".
Tetapi apabila Ketua Mahkamah Agung bisa saja atas nama PimpinaJ1 Mai.11.kamah Agung umpamanya Ketua Muea atau Wakil Ketua yang rnembuat usul kepada Presiden. Itu yang pertama.
Kedua, ada usul F.KP mengenai alasan-alasan ~, b, c dimintakan memori penjelasan, misalnya pada ~ dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan.
Apakah tidak diperhatika.n berat ringannya pidana itu
misaL"1.ya 3 bulan, apakah sarna dengan 15 tahun. a.tau hukuman _ bersyarat.
Jadi perlu penegasan seperti usul F.ABRI yang telah secara tegas mengusulkan sekurang-kurangnya 3 bulan.
Kami . . . . . . . . .
- 59 -
Kami tidak mengusulkan berapa, tapi harus dibedakan, apakah Pemerintah juga mengatakan pokoknya.sembarang pidana serendah-rendahnya sekalipun, apa terkena_, ini.
Itu terserah.kesepakatan nanti. Berikut yang perlu diberikan memori penjelasan ialah per~
buatan tercela. Pefbuatan bagaimana memang dimuat dalam memori penjelasan dari pasal 11 ini. Dan setelah kami melihat memori penjelasan itu masih terlalu longgar, perlu dijelaskan lebih jauh tindakan yang merendahkan martabat hakim, sebab didalam memori penjelasan dikatakan, yang dimaksud dengan melakukan perbuatan yang tercela adalah apabila Hakim yang bersangkutan karena sikap, perbuatan d~ tindakannya baik didalam maupun diluar pengadilan dapat merendahkan martabat Eakim.
Ada hal-hal y~~g tidak terpikirkan misalnya kalau dia menempeleng orang atau memaki-maki baik diluar maupun didalam Pengadilan apa itµ termasuk perbuatan yang merendahkan martabat Hakim.
Jadi masih perlu diperjelas memori penjelasan dari Sub (b) ini yang berikut terus menerus perlu ada -batas waktu. Kalau rekan-rekan dari F.PP mengusulkan 6 bulan, bagi F.KP terserah kesepakatan nanti yang berapa yang serendah-rendahnya tetapi
harus ada batas waktu soal terus menerus ini. Dalam Sub (c) ini F.KP menginginkan memori penjelasan
tenta.~g tugas pekerjaannya terus menerus melakuka_~ kewajiban
dalam menjalankan tugas pekerj~annya. Sebagai Hakim Agv.ng jelas tugas pe}~erjaannya memutus
perkara dalam peradilan, tapi kalau dia mengadakan perja.lanan dinas atau ditugaskan rnengikuti penataran dalam \'.raktu yang agak lama, pasti ia tida~ dapat melaksanakan tugas pekerjaannya sebagai Hakim Aglli~g yang harus memeriksa pemutus perkara. ,
Apakah dalam hal ini termasuk yang dimaksud dengan me
lalaika-~ tugas pekerjaaJmya. Oleh karena itu tugas pekerjaannya oleh F.KP menginginkan di
berikan memori penjelasan. Masalah Sub (d) ayat (1) yaitu melanggar sumpah jabatan
hanya F.KP menanyakan, apakah sudah mencakup janji sehingga tidak dikatakan melanggar sumpah/janji kalau memang pengertianny~ demikian F.YJ' sependapat saja. dengan keputusan ini.
Mengenai ••••••••
- 60 -
Mengenai ayat (1) sub (e) F.KP mengusulkan melakukan
jabatan .rangkap ini diganti dengan "melanggar larangan pasal 9 UU ini, tidak ada larangan .tadinya._ Jadi_-larangan tentang rangkap jabatan tadi dilarang. Sekarang diusulkan kalau bisa diterima bukan melakukan jabatan rangkap tetapi melanggar larangan yang ditentukan pasal 9.
F.KP mengusulkan perubahan ayat (3) yang diharapkan supaya pembentukan susunan dan tata kerja Majelis Mahkamah Agung serta tata cara pernbelaan diri ini kurang tepat kalau diatur oleh Ketua Mahkamah Agung, F.KP mengusulkan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Alasannya begini Pak. Pertama, mungkin mengenai susunan dan tata kerja dapat saja dengan penetapan Ketua Mahkamah Agu_~g, Susunan dan tata kerja, tetapi pembentukan dan tata cara pembelaan diri, jadi pembentukan Majelis· itu sendiri dan- tata cara pembelaan diri ini perlu dengan Peratura.'11. Pemerintah
Alasan kedua, peraturan pemerintah itu tentu lebih kuat. Alasan ketiga, untuk mencegah jangan sarnpai ~ahkamah Agung
ini menjadi Badan Pembuat Peraturan. Sekali lagi ditekankan mungkin tata kerja dan susunannya barangkali bisa ditetapkan kedalam, tetapi pembentukan badan itu dan tata cara pembelaan diri F.KP mengusulkan harus dengan Peraturan Pemerintah.
Saya kira sekian usul dari F.KP mengenai pasal 11 ini • Sekia.'11 dan .J_ • "f • ., L.erima Kasin.
KETUA : Terima kasih dari F.KP, kami persilahkan F.PDI.
F .PDI (SOETOI'·'IO HR .. SH.) : Saudara Ketua, Saudara Wakil Pemerintah, Saudara-saudara yang terhormat, dari F.PDI mengenai pemberhentian tidak dengan·hormat ada beberapa catatan, mungkin berupa usul ataupun perbaikan terserahlah nanti.
Pertama, karena tadi sudah terd~pat konsensus mengenai Presiden sebagai Kepala Negara, maka kalau di DIM berbunyi
kepala riegara harap dibaca Presiden sebagai Kepala Negara. Kedua, mengenai alasan-alasan pemberhentian di pidana.
karena melakukan tindak pidana kejahatan. Sekalipun.di DIM tidak kelihatan adanya peruinusan lain. Memang dari F.PDI menghendaki adanya penjelasan dalam UU nanti. Supaya tegas di pidana dalam bentuk yang bagaimana untuk seseorang dikwalifisir
bisa •••••••••
- 61 --
bisa diberhentikan tidak dengan hormat itu perlu yang jelas. · Kemudian mengenai Sub (b) untuk melakukan perbuatan ter
cela memang kami tambahkan sisipan· kata "terbukti" melakukan perbuatan yang tercela, jadi terbukti dulu, curna desas-desus itu bukan bukti, jadi terbukti melakukan perbuatan tercela.
Mengenai (c), F.PDI sependapat kalau tak perlu dijelaskan, tetapi di DIM F.PDI tetap, kami juga akomodatif, Dan kalau mau dijelaskan silahkan, sebab tidak ada permasalahan, dan kalau dijelaskan lebih bagus.
Dalam ( d) kami memang 'mencantumkan melanggar ~-s-~pah/ janji jabatan.
Sedangkan (e) menurut F.PDI tetap. Berikutnya usul dari F.PDI mungkin -dianggap aneh, tapi juga
tidak aneh, soalnya kita bicara kepada masalah Hakim, baik itu Hakim Pengadilan Negeri, Pengadila.~ Tinggi maupun Hakim Agung. Apalagi tadi sudah sepakat bahwa Hakim menggunakan sistim karier. Oleh karena i tu gampangnya F. PDI mengajukan usul I'1Iajelis Kehormatan Hakim jangan dibeda-bedakan. Ada Majelis Kehormatan Hakim-
Umum, Hakim Agung, Majelis KehormataiiHakim untuk Pengadilan biasa. Ini semua Korp Hakim. Menurut F.PDI alangkah indarillya untuk kali ini tidak membedakan jenjang, apa itu Hakim Biasa, Hakim Tinggi, Hakim Agung dalam Majelis Kehormatan kita sebut saja Majelis Kehormatan Hakim.
Bahwa i:-Ji. lebih sesuai dengan Pa..YJ.casila ki ta. Jadi usul kami simple dan sederha..'t'la serta mem~"1.usiakan. manus_ia,- menempatkan Hakim pada tempat yang wajar. Didalam hal masalah pemberhentian Majelis Kehormatan itu satu saja, karena kita sudah menganut prinsip Hakim karier. Hakim karier tadi Menteri mengatakan Karier itu dari Pengadilan I\io--er0 r1· Dencradil ".:l"l'n 'Pinc-l"!'i '~:s~mn,..~ J·An-i~ncr- 1Vi~h}ir~";"a~n "'r'M,,..,"!' J-adi· ···--.._:;,'- ' ._ ... 0 ---o..;. --- oo.-. .. • - .L_a._ ...... J.u- b ,. ....... n.-.,L;,J, .L i·i.51.A.4.1.5.
kehormatannya pu_Yl, Majelis Kehormatannya satu saja, ini usul saya kalau diterima.
Tetapi ~easoningnya biasa da.n ma.pan. Berikutnya mengoreksi kalimat npengusulan11 diga.i."1ti saja
dengan kata "usul" karena lebih pas. Jadi didalam sub 3 karena kami mengusulkan Majelis kehormatan Hakim itu hanya satu sudah barang tentu siapa yang membentuk Majelis kehormatan Hakim.
Menurut F.PDI pembentukan Majelis Kehormata..~ Hakim Susunan dan pembentukan ta.ta kerja da:.~ tata cara pembelaan diri ditetapkan
oleh . . . . . . .
- 62 -
oleh Menteri Kehakiman bersama Ketua Mahkamah AgCmg •. Begitu usul kongkrit oleh F.PDI terim~ kasih.
KETUA : Terima kasih F.PDI, kami persilahkan F.PP.
F.PP. (SYARIFUDDIN HARAHAP) Terima kasih dan Saudarasaudar~ sekalian dari F.PP yang bersifat usulan perubahan sebenarnya hanya pada ayat (3) yaitu perkataan Ketua Mahkamah Agung diganti Pimpinan Mahkamah Agung. Maksudnya adalah agar ketetapan-ketetapan tidak hanya oleh Ketua, tetapi hasil dari pada musyawarah Pimpinan, tapi kalau mekanisme semua ketetapan Mahkamah Agung sebenarnya memang melalui musyawarah Pimpinan, maka kalau prakteknya demikian tidak ada masalah.
, Kalau pengertian bahwa semua ketetapan Ketua Mahkamah Agung merupakan hasil musyawarah Pimpinan, maka sudah tercakup dalarn kalimat itu.
Memang F.PP sependapat bahwa para Hakim Agung yang mulia untuk jangan sampai dengan mudah sekali dipecat dengan tidak hormat.
Jadi memang diperlukan penjelasan daripada a,b,c,d seperti yang dikemukakan rekan-rekan dan_ kami sekaligus menca..~tumkan beberapa batasan seperti 6 bula.~.
F.PP selanjutnya menanyakan karena menya...~gkut pasal berikutnya mengenai hak membela diri, bisa diberhentika.~ dengan tidak hormat langsung, bisa di berhentikan sementara. Dalam hal diberhentikan sementara. Dia boleh membela diri. Mengenai pasal membela diri untuk dengan tidak hormat, kami mohon kete-
~··
gas.a.n bahwa F .PP hanya cukup satu kali saja. Kalau diperhatikan sementara dia tidak berhasil membela diri, maka otomatis diberhentikan tidak dengan hormat, tidak usah membela diri lagi, jadi hai.~ya sekali saja dalam hal pemberhentian dengan tidak hormat yang dimulai dari pemberhentian sementara tapi berkai tan dengan pas al berikutnya. Dan masalar1nya telah dipertanyakan pada pengantar F.PP, sebenarnya maksudriya bagaimana? Mengenai hak membela_diri ini? Menurut F.PP hanya satu kali saja pemberhentian dengan tidak hormat dan pada penghentian sementara satu kali, kalau gagal membela diri otomatis dikukuhkan menjadi pembe_rhentian dengan tidak hormat. €
Mengenai didampingi penasehat hul{:um seperti usul F .PDI kami anggap dipertimbangkan kembali, karena hakim telah dihukum,
_-kalau di •••••••
- 63 -
kalau didampingi dokter ahli jantung saya lebih sependapat. Waktu berhadapan dengan Majelis Kehormatan dan did_ampingi oleh, dokter lebih berkena, tapi"' kalau didampingi oleh ahli hukum apa tidak mubazir ?
Mohon tanggapan dari pihak Pemerintah bahwa kalau dalam management, lalu ada sangsi memuat rai world begitu. Jadi Hakim Agung selain kita bilangkan bisa di berhentikan, tapi sebaiknya kita juga memasukkan gagasan bahwa kalau lolos dengan hukurn laut dan jabatannya secara otomatis diusulkan menjadi Maha Putra dan sebagainya.
Mohon penjelasan mengapa dalam hal yang menyangkut diberhentikan dengan horrnat atau dengan tidak hormat ini tidak ada pemikiran kearah tanda penghargaan yang akan diberikan kepada Hakim-hakim A.gung berhasil lolos dengan baik, apakah mungkin sudah tercakup didalam UU yang menyangkut tanda-tanda jasa F.PP mohon penjelasan. Tetapi harus ada inisiatip dari Ketua Mahkamah Agung untuk mencalonkan..~ya menjadi Maha Putra dsb., hal ini menurut F.PP perlu dipertimbangkan. Jadi pemikiran ini bisa tercakup dalam memori penjelasan, dan F.PP dapat menerima Pasal 11 ini. DB..t.~ kami berpendapat bahwa hal-hal yang dikemukakan bisa ditampung dalam penjelasan pasal-pasal. Adapun masih perlu dipahami dalam Pansus adalah usul F.KP mengenai ayat (3) dengan·Peraturan Pemerintah. Kalau usul-usul mengenai penyempurnaan dirasa F.PP cukup cermat dan baik dan·, bisa disampaikan dalam Team Perumus, hanya mengenai ayat (3) yang masih perlu kesepakatan bersama. Sekiranya ada kesepakatan bahwa dengan Peratura.i."'1 Pemerintah,maka bis a langsung ke Team Perum,_1s, karena lain..'T'lya menyangkut keinginan
.....
untuk didalam memori penjelasa.n. Terima kasih. ·
KETUA : Sekarang kami persila~-~an dari ~ihak Pemerintah.
MENTERI KEHAKII'<'IAN : S audara Pimpinan. Pai."'1.sus dan Ang go ta Pa.."'1.sus yang kami hormati dari F.ABRI mengusulkan agar Pasal 11 ayat (1) dirobah hingga ada pembatasan tentang dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan.
Pemerintah . . . . . . .
- 64 -
Pemerintah berpsndapat bahwa saran yang dikel~arkan oleh
F. ABRI ini dapat dipert.imbangkan, artinya ada suatu jaminan, dengan demikian seorang Hakim Agung katakan mengendarai mobil tanpa dengan.sengaja lalu terkena tindak pidana kejahatan ini merupakan sesuatu hal menjadikan ukuran untuk membatasi, berapa pembatasan ini nanti ·dapat dibicarakan lebih lanjut.
Jadi pada prinsipnya menerima adanya pembatasan ini; Mengenai ayat 3 itu hanya redaksionil saja Pak.
Dari F.K.P. ayat (1) disempurnakan_atas usul Mahkamah Agung disempurnakan atas usul Pimpinan Mahkamah Agung. Kalimat atas usul ditemukan dalam pasal 10. Dalam 10 F.K.P. tidak merobah atas usul Mahkamah Agung, jadi atas usul Pimpinan Mahkamah
Agung. Atas usul Iviahkamah Agung baru muncul dari pasal 11.
Jadi pasal 10 atas usul Iviahkamah Agung. Pasal 11 juga r. tas
usul ffiahkamah Agung. Mungkin dalam hal ini b~sa dimasukkan dalam penjelasan yang dimaksudkan Mahkamah Agung itu apa, baik dalam pasal 10 maupun pasal 11. Jadi mungkin kelupaan FKP
jadi bisa dimengerti. · Mengenai persyaratan Sub (a), (.b) dan (c) permintaan
dari FK.P. untuk lebih dipertegas gan penegasan dapat dican
tum.kan dalam memori Penjelasan.-Bab.wa saja melakukan perbue.tan y~mg, tercela hanya memang
sulit untuk bisa merumuskan secara limitatip.
Dan apakah tidak sebetulnya hal ini diserahkan kepada penilaian yang bersifat situasibnal dan penilaian yang bersifat Faktual dan ini pendirian dari Pimpinan Mahkamah A~~ng dan juga memberikan kesempatan kepada yu.risprudensi dalam bidang Administrasi. Jadi seorang pemabuk atau molimo, jadi ada kesulitan melaki'°ikan perbuatan tercela tolok ukurnya apa Pemerintah lebih condong untuk diserahkan kepada penilaian nanti. Dan yurisprudensi administrasi ada sendiri, dengan demikian sesuai den~an usul F.PP kita buat secara flexible, secara kenyal, gelir,
sulit memang untuk merumuskan satu persatu. Mensenai melanggar sumpah jabata~ ini bisa ditarriliahkan
dengan janji. Eengenai alasan Sub (b) diganti dengan melanggar lara
ngan pasal 9 RUU, secara redaksional nanti pisa lebih lanjut dalam team perumus.
Ayat (3) diganti oleh peraturan Pemerintah, ini me:rppa. kan penilaian yang praktis saja mengapa oleh Ketua Iviahkamah Agungc
Jadi • • c c • c • • • c
- 65 -
Jadi andai kata sudah disahkan menjadi Undang-undang dan ada kasus yang timbul seperti yang terdapat dalam pasal 11 ini,
maka kita harus menunggu Peraturan Pemerintah itu keluar. Jadi praktis Undang-undang inibelum bisa dilaksanakan. Ap&kah kita semua telah sependapat agar Undang-undang itu sendiri memberikan delegasi kepada Ketua Mahkamah Agung untuk mengatur lebih lanjut pembentukan dan susunan dan tata kerja
tanpa adanya suatu pesan atau hal-hal yang dianggap melanggar seakan-akan :Mahka mah Agung itu suatu badan Pembuat Peraturan Sesungguhnya lembaga pembuat Peraturan dimilik oleh DPR sendiri
BPK senstiri.
Sesungguhnya ••••••••
- 66 -
Sesungguhnya lembaga membuat peraturan itu demikian
oleh baik DPR sendiri, BEPEKA, DPA, itu diberikan juga we
wenang untuk membuat hal-he..l yarig bersifat reguler atau
juga sesuatu produk hukum. J"a.di ada semacam ruJ e making,
bukan low making. J"adi peraturen-peraturan atau pun juga
aturan-aturan sehingga memudahkan di daJam handelingnya
s ecara prc.k tis.
Itulah alasam~ya mengapa mengenai pembentukan susun-
an dan tata kerjanya itu undang-undang ini memberikan dele-/Ketua
gasi kepada Mahkamah Agung. Penyu.sun8n suatu peraturan Pe-
merintah itu ada tata kerjanya yaitu ada prakarsa dari Men
teri yang bersangkutan, dan Menteri yang bersangkutan itu
menga.jukan pada Presiden ( prak.arsa.11ya) untrue menyiapkan -- ~ -
satu rancangan Feraturan F·emerintah. Kemudian dibentuk suatu
p&~itia, dibicarakan di dalam p2nitia interdep dan kemndian
baru diajukan lagi kepada Presiden untuk disetujui.
Ini memang memakan waktu y2ng lama. Seda.ng undang-undang ini·
mem2.ng memerlukan pelc-,ksmaan yang nanti di daJ am praktek
h~1-ha1 se:perti pasal 11 ini -kemungkinaJ.T} bisa timbul.
Meningkat ke FPDI, tentang kehormat~m l{~· jelis H?kim ir.i,
di daJ am r2ncangan di·s:ebut M~jelis Kehormatan· Ma.h.~amah·Agung,
Pemerintah dapat mengerti ala.sari y2ng dikemukakan oleh F?DI~ ·
Tet'..-pi ini perlu ki ta bica.r2kan sec?ra lebih men.de.lam, mc..sa-
l !:lhnya ada:l a.11. al.eh karena ada t:L."1gka tan-tingka tan. Apabi1a
ada hanya sa tu Maj elis Kehorma tan· H2kim, maka H-::kim-Hakim
di Tingk~,t Feng2_dilan: Neg5?ri _dan Pe11gadilan T,inggi a.pabil§.
me1akuk?Jl •••••••••••
~-.
I
1,
- 67 -
melakukan perbua taJ1 yang tercela. i tu harus sebelum diberhen
tikan tidnk dengan horma.t itu diberike.n kesempatan tmtuk mem
bela diri di hBdapan 1-tfejelis Kehormatan H~kim y2ng seluruh
Indonesia ini diharapkan o~eh FPDI itu hanya satu. Di daJam
pel2kse.naannya, mungkin tidak senmdah i tu. Oleh karena i tu
Pemerintah berpendapat, Majelis Kehormata.n itu eda di Penga
dilan Tinggi dan di Mci...hkamah Agung. Sehingga memudahkc.n nan
ti di dalam pelaksanaan didaerah sehingga ha.n;ra khusus untuk
Hakim-H2kim yang' di Mahkamah Agung itu ada Majelis Kehormatan
sendiri. J"adi hanya Ketua/Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim'
Agung yang diberhentiken dengan tidak hormat dari ja.batannya,
merekala.'1 yang diberikan kesempatan secukupnya untuk membela
diri di hadapan Majelis Kehorrnatan, dan Majelis Kehormatan
ini ada di Mahkamah Agung. Sed~mgkan untuk H2kim lainnya itu
di Pengadilan Tinggi ada MajeJ.is Kehormatan. Dengc.n demikian
maka di clalam pela.ksanaannya itu bisa 1ebih cepat dan tidak
semuanya harus ke J' ckarta. ;Jn.di sesungguhnya alasannya hanya .
alasan praktis saja. Tetapi jelas bahwa nanti di da""'. am peng-
a turan lebih lanjut Mahkamah Agung akan memberikan petunjuk-
P etunjuk kepada M-:-jelis-majelis Kehormatan y~ng ad~ di d--,erah
daerah i tu. Sehinggs:- dengan.:. demikiari dihara,pkan adanya.- suatu
keseragaman di dalam prosedur a.tau mekanisme d:in tata kerja-
nya.
D~·ri FPP pada prinsipnya juga menyetujui p2 sa~ 11 ten
t2ng rew2rd ini mem.?ng sud-h dija".l~nk~=m d·'n itu s1Jd··b ada ..
peraturannya.
WF.1kil •••••••••
-··-.a.
- 68 -
WekiJ. Ketua Mahkamah Agung sendiri sudeh rnendapatkan
Bintang Maha Putra. D~n ya.ng lain-lajr-.JJ,ya juga mendapatkan
Sa tya Lancana Karya Sa tya sesue~i dengcm per a turan perundang
an ya.ng berlaku dan hak-hak mereka. Policy y!~ng berJ aku di
Pemerintah adalah seJ.alu didasarkan pada prinsip reward and
punishment. Jadi yang berhak inendapatk2.n re·ward kita berikan
reward, dan yang melekukan perbuatan yang tercela atau y~ng
melanggar i tu diberik~m punishment.
Demikianlah Saudara Pimpinan, d~m untuk seJ ·:injutny2.
apakah materi ini langsung diser~<hkan kepada Tim f-erumus atau
pun Panja, s?ya lebih condong untuk mendukung rKP kiranya
dapat dirumuskan dalam Tim Perumus.
Terima kasih;
KETUA :
Terima kasih dari W8kil F"emerintah. Memang kalau di"' ihat
materinya, beber2.pa hal m!:lsih perlu penjelasan. Tr---tapi ka: au
di1ihe.t~ - praktisnya, penjelasan sudah tidak ~d.per1uka..."'1. Se
hi."1.gga lebih baik kaJ_a.u di teruskan kepada Tim Perumus seperti
halny2_ pesal 10, ke..rena itu ada. kaitannya satu sama lain.
Judi kalau ini dapa t di terima, bo1 ehkah s:: ya mengusul-
kan pada FraJcsi-fraksi·-untUk memasUkkari pasal- t1 ini di- de.lam
Tim Perumus.
(F.A.B~I: Setuju).
:FKP (DRS. SAWIDAGO wommE) :
Ba.iklah supaya ja.:.""1g2n _~ terl2.lu mentah l~e Tim. F.erur:ius,
. ki tz_ coba lihat duJ.u· apa y0·ng nisa- l<:e Tim··Perumus ·dan· apa
Y"ng • • • • • • •
- 69 -
yang bisa di Panja. Mengenai usuJ atas usuJ Mahkamah Agung
-itu memang pasal 10 ini ketinggalan, sebab di pasal 12 n2nti
ada.
Jadi s etuju dengan Pemerintah di da""' am memory penjelas-
an. Itu mengenai pengertian Mahkamah Agung. Ke.J au yang ini
sudah bisa ke Tim Perumus. ~
Mengenai yang kedua, perlu dipertegas mengen~i ha_l-hal
itu memory penjelasan sudah disetujui oleh Pemerintah, tentu
Tim Perumus. iSumpah/janji juga Tim Perumus. Mengenai ~ sebaik-
nya diga.nti melanggar larangan, Tim Pe:-..--umus tr:-_di, ini redeJ:sio-. Ketua
nil. Mengenai PP dengan/Mahkamah Agung ini agak prinsipil.
Masih ada pertimbangan dari FKP, kalau hanya diatur Ketua Mah
kamah Agung, sedangkan ini menyangkut Hakim:.H~kim, memang di-· . I
a tur rumah tangga sendirit- __ tetapi -.sebaikny-a supaya; Badan-badan--
Pengawas ini juga bisa meJ.ihatnya, seper-ti D?R bisa mengawasi
pelBksanaan dari keputusan i tu. Kalau dengan PP bisa, bisa
lembaga-lembaga pengawasan masuk, me1alui rapat kerja Femerin-
tah bisa dinilai itu. Tetapi kalau hanya Ketua Mabkamah Agu..."lg
ii.~i ya terlalu ke dal am, memang tidak ada yang 'Jo-:1.eh masuk.
!tu l~ira-kir~ yang masih, kalau mema.ng perbedaan yang s ediki t
ini, ki ta bisa se~esidltan -di Tim Perumus ya Tirri.Perumus.
Tetapi kaJ au l~ira..-kira masih · belum sepakat ya tentn- Prinja~
Ada hal-hal y211g lain yang dari FPDI yang begi tu semtia
s ederhana_ ini, rm..1dah dia tur yaJ1g kira-kira kami akan mem-
berikan pendapa t sebelum di PeruL-'IU~kan, jangan-j 2ngan ini
jadi Panja nanti kalau kami memberikan pendapat, yaitu.m~
ngenai sub b di tambahkan -ka ta -u t~~rbukti· melaltukan perbtia.ta!t
tercel a . . . . . . .•
- 70 -
tercela". Ini memang kelihatannya sederhana dc.n rtu.dah,
tetapi kalau kita renungkan a tau 'dipikirkan lebih dalam,
kata terbl).kti ini harus menunggu putusan Pengadilan. Putus
an Fengadilan menentukan terbukti itu. J"~di biarpu!l sudah
nya.ta-nyata tercela mela1{ukan perbuatan ini, perburta.n tersudcll
cela/secara nyata belum dikehendaki ctpa-apa, sebab terbukti
dulu, baru diambil tindakan. Sedangkan yang dimaksud dengan
rumusan ini barangkali buli:an demikian. Mungkin agak lama
ini tunggu putusan Pengadi1an yang harus menentuk~m terbuk-
ti itu, sehingga F.KP tetap p~d~ rumnsan yang diusu1kan Peme
rintah, tidak ada tambahan kata-ka.ta "terbukti" itu.
FKP l<embali pada Yang masih agalc ada perbedaan s ediki t
tadi, ka1au ini dianggap kecii i tu bisa ki ta se'"1 es2,ikan di
T-im Perurnus, mungkin'-J;~_ga bentuci.n dari Fraksi lain, ya bo-
leh ki ta ke Perurnus. - Tetapi k~lau masih inemerJ ukan- pere- - · -
nungan sedikit atau pendalaman sedikit, tentu Pa,nja khusus
c:yat (3) itu. J"adi saya kira lebih menjurus sekarang selu
ruhnya, bisa ke Perumus;khusus ayat (3) ini barangka:i kita
bisa mendengarkan lagi dari PemerL"'ltah, ka1au Pemerintah
memang menganggap ini bisa diseJ esail~an di :?~:;."'um\1-S ya semua-
nya Perumus.
Sekian, terima kasih~-.
KETUA :
Silaka...11. FPDI.
FPDI •••••••
- 71--
FPDI (SOETOMO HR, S.H.) :
Saudara Ketua, mengenai masalah ini a.pa yang diusul
kan oleh ~FDI tadi mengenai. t erbukti dan juga yang da., am
penjelasan pertama tadi memang tidak saya singgung masalah
Penasihat Hu~um yang disinggung oleh FPP, begini masaJah-
nya :
Masalah pemberhentian tidak dengan hormat, ini adalah
masalah yang menyangkut hak juga asasi seseorang. jadi me-
ngenai a sasi ki ta masing-masing. Karena i tu FPDI berha ti-
_hati sekali. Oleh karena itu mengapa sampai disebutkan di
tambah kata-kata 0 terbtLl{tin. Sebab kalau hanya desas-desus
i tu kan bukan bukti. Apa i tu akan makan waktu, i tu tergan
tung kecepatan kita saja, tets.pi terbukti dulu, meyakinkan
.,_bahwa dia itu memang melakukan tindakan.atau perbuatah.:~yang~
ter'.'.!ela. Ini pertama.- - -- -- --
Kedua, mengenai mengapa lalu'pada saatpemberhentian
seseorang itu boleh meng~_jukan atau dibe~i kesempa_tan mem
bela diri, lalu kB.mi usulkan didampingi seo~ang tenaga hukum,
bukan dokte::-- j an tung, ?palagi ahli tuyu1, iri juga menyang-
kut hak asasi lagi. Iri saya tidak lalu mempromosikan advo
ka t, tidak. Tetapi memwg a.da. kai.tannya.·· Sebagaiinaria pun
kalau seseorang i tu s~d-ah- dal_am kondi-si· berperkara·,: itu- piln~
seorang yang dinyatakan ahli puJ1 bisa gugup ngurus dirinya
_. sendiri, perlu didampingi seorang Penasihat Hulmm.
Apakah usul ini relevant atau tid~, terserah Sauda~a-sau
-dara. 'Kan gampaJ1g toh i tu.· cTadi mengenai usul. yang tadi
kami ••••••• •
- 72 -
kami kemukakan mengenai Majelis Kehormatan Hakim, dengan penjelasan Saudara -Menteri, F.PDI menyadari, jadi bukan berarti
Saudara Mente~i menolak, tetapi karena inpractischezin bahwa itu tidak mungkin kalau Majelis Kehormatan hanya satu selama Indonesia, F.PDI bisa mengerti dan bisa menarik usul itu. Lha, kan gampang to.
Terima kasih.
KETUA :
- Terima kasih dari F.PDI. Selanjutnya kami persilahkan
dari F.PP. Sebelum itu saya mohon ijin Saudara-saudara untuk mem
perpanjang sidang rapat kerja ini beberap menit sampai selesai pasal 11.
(Rapat Setuju).
Terima kasih.
FRA.KSI P.ARTAI PERSATUAN (DRS.SYARIFUDDIN H.AP .. 1~_HAP) :
Saudara Ketua, kami memang mengharapkan pasal ini langsung Tim Perumus. Kare~a us~l mengenai diatur dengan PeraturanPemerintah 1ni datang dari-F.K.P., dan mungkin memerlukan penjelasan lebih lanjut dengan Saudara-Menteri tentang hal-hal yang diperlukan agar F.K.P. lebih jelas, barangkali dengan schorsing 2 menit saja antara F.K.P dengan Pemerintah karena usul ini kan datang dari satu~-~raksi, barangkali selesai dan bisa ke Tim Peru.mus ketiga ayat ini. Dan yang lainnya bisa ditampung dalam memory penjelasan.
Jadi konkritnya usul kami ke Tim Perumus dengan kasih waktu 2 meni t schorsing i tu kepada FKP dan Menteri _untv_k me_nya tukan pendapatnya.
Terima kasih.
KETUA : Apakah ada usul dari F.ABRI ?
( F.ABkl : Tidak )
Dnri· c;. ••••••
- 73 -
Dari F.KP ? Tadi sudah bicara cukup panjang.
FRAKSI KARYA PETuIBANGUNAN (DRS.SAWIDAGO WOUNDE).
Tadi saya katakan perbedaa-n itu sedikit sekali. Kalau femerintah sekarang janji misalnya kita selesaikan di Tim Perumus, terus ke Tim- Perumus semua saja •. Tetapi kalau memerlukan waktu pendalaman lebih jauh, ya mungkin terserahlah usul dari F.PP bisa ditempuh, tetapi terlebih dahulu kita harus dengarkan jawaban Pemerintah.
KETUA : Apakah Saudara F.K.P. setuju kalau Pemerintah mengatakan
Tim Perumus ?
(F.K.P. setuju ).
Silahkan Wakil Pemerintah.
r~mNTERI KEHAKU!IA.N. Mengenai Majelis Kehormatan, ini jangan kita lupa bahwa
Majelis Kehormatan ini adalah Majelis yang bertugas nanti untuk memberikan kesempa~an kepada Hakim Agung yang akan diberhentikan ~idak dengan hormat ini, yang merupakan·suatu majelis untuk rnenegakkan kode _ etik. Sehirigga _prosesnya disini ad~lah -bukan proses kriminil. Jadiprosesnya adalahproses penilaian norma-norma moral/moral value. Jadi bukan masalah kriminil value, bukan penilaian masalah kriminil, tetapi penilaian masalah moral. Kalau:.kita lihat da.ri segi itu maka kata "terbukti" itu tidak perlu sesungguhnya. Karena terbukti ini nanti indikasinya seakan-akan seperti proses-proses yang bersifat kriminil. Pada hal ini adalah Eadan Majelis ini intern dari Mahkarnah Agung sendiri untuk menegakkan kode etik. Jadi prosesnya adalah pro_ses. penilaian norma-norma moril dan moral.
Yang kedua, adalah oleh karena ini merupakan badan intern IVJ:ahkamah-Agung'sebagaisuatu hal yang_ diperlukan dalam _rangka menegakkan kode et.ik, maka sebelum diusulkan oleh Ni:ahkarnah Agung pada Presiden, para Hakim Agung yang akan diberhentikan tidak dengan hormat itu diberikan kesempatan untuk:membela diri.
Mereka membela • • • • • • •
. ·.~.--
- 74 -Mereka membela diri, jadi mereka sendiri yang jadi pembela. Oleh karena mereka sendiri yang jadi pembela, rnaka tidak perlu ada pembela. Dan para Hakim Agung ini -tentu tahu bagaimana
caranya membela ~iri, sehingga tidak perlu ada didampingi lagi oleh seorang penasehat Hukum. Jadi mereka sendiri yang'membela dihadapan Majelis. Bahkan dihadapan Majelis itu mungkin ditanya, apa yang disampaikan itu nanti berdasarkan isue ataukah surat kaleng, dan diberi
kesempatan membela diri. -
Oleh karena ini suatu nistitusi intern Mahkamah Agung, maka sudah selayaknya bahwa nistitusi intern ini pembentukannya, susunannya tata kerjanya diatur sendiri oleh Mahkamah
Agung• Sehingga kesimpulan Pemerintah adalah dan F.K.P. sepen
dapat dengan Pemeri~ta.h untuk menyelesaikan ini dalam Tim Perumus.
Terima ke.sih.
KETUA : Sudah jelas bagi F.K.P •.
FRJ~KSI KARYA PEiv:WAHGUI\fAI\f (DRS .SAWIDAGO WOUNDE).:
Sudah jelas setelah ditambah penjelasan ~terakhir ini·,. dan karena F.K.P. ·sudah mengerti bahwa,betul-betul itu badan yang intern, maka tidak ada pilihan kami aeperti yang sudah dikemukskan terdahulu setuju ke Tim Ferumus.
Terima kasih.
KETUA : Saudara-saudara sekalian setuju ke Tim Perumus ?
(Rapat : Setuju).
Jam telah menunjukan 14.06 dan untuk.Saudara-saudara me-_ ngetahuinya kornposisi Tim_Keci<l tele.h- terbentuk yang; akan. ter~
diri dari pada
F.ABRI. •••••••••••
- 75
F-ABRI : - Harry Suwondo, SH dan sebagai Pengganti adalah H. Soedarsono Mertoprawiro.
F-KP · 1. A.s.s •. ~ambunan, SH
F-PP
F-PDI
2. Sulaeman Tjakrawiguna, SH
3. Sri Redjeki~ SH Pengganti : 1. Muhammad Rizal, SH 2. Muljadi Djajanegara, SH
Bachtijar Soetijop.o dan sebagai Pengganti adalah Drs·. Syarifuddin Harahap.
Dudy Singadilaga, SH, MPA dan sebagai Pengganti akan menyusul.
Pemerintah : 1. Bambang Kesowo, SH 2. z'ulfikar Yasid, SH
Pimpinan Tim Kecil : Soelaksono, SH
Komposisi Tim Perumus : F-ABRI : - Drs. F. _:t!~~~.;~, SH da.11. sebagai Penggar1ti R. So~tjipto,SH
F-KP
F-PP
F-PDI
t. Soesanto 13a_ngoennagoro1 SH · ·
2. Drs. Sawidago Woi.mde
3. Albert Hasibuan, SH Pengganti : 1. Ny. Sariati Prawoso, SH 2. Taufik Hidayat, SH
- H.:M. Amin Iskandar dan sebagai Pengganti K.H.M. Ali
Jafie.
Suparman- Adi\J'idjaja·, SH dan sebagai-- Pengganti : tidak.. -
ada.
Pemerintah 1. RusJ~ ... -2. Saleh Baharis. 3. Sudiyantono. __ 4. Ruskamdi.
S~hingga dengan demikian jumlah 10 dan Pimpinar ..... "'1.ya adalah Prof. Soehardjo Sastrosoehardjo, SH.
Dengan demikian selesailah Komposisi Tim Perumus dan Tim Kecil,
dipersilahka~ •••••
- 76 .. '"
dipersilahkan untuk melakukan tugasnya sebaik-baiknya. Kemudian mengenai Panja nanti pada tanggal 22 Nopember 1985 akan kita umumkan dan kita bentuk bersama.
Saudara-saudara, satu hal lagi yang perlu disampaikan adalah
mengenai_ catatan rapat tanggal 16 dan 18 Nopember 1985 supaya Sauda
ra-saudara-meneliti bilamana ada hal-hal yang perlu diperbaiki, be~ sok pagi jam 09.00 perbaikan-perbaikan diharapkan telah dimasukkan.
kepada Pimpinan Sekretariat. Bilamana tidak ada usul-usul berarti
catatan rapat ini tanggal 16 dan 18 N~pember 1985 dianggap telah Saudara -saudara setujui.
Akhirnya kami mengharapkan persetujuan Saudara-saudara untuk menyelesaikan daftar inventarisasi masalah ini yang masih menanti
kita semua yang tebalnya tidak dapat saya hitung, tetapi saya kira
Saudara-saudara sudah mengetahui. Sehingga ada usul dari pihak Pimpinan bahwa perlu DIM ini di
selesaikan secepat-cepatnya.
Bolel-1..kah saya bertanya kepada masing-masing fraksi, dapatkah
diadaka.~ rapat pada malam hari jam 19.30 pada hari ini tanggal 19
Nopernber 1985. Saya silahkan dari F-PP.
F-PP (Drs. Svarifuddin Harahan),·; :. s.a\l~aE.~~-K.?:t.~.a,_ .Il!emang: dalam pengalaman kami di Pansus, kita juga melakukan sidang pada malam
hari. Oleh karena itu kami setuju saja, dan siap •
KE TUA Saya silahkan dari F-PDI.
INTERUPSI F.:..pp • • • • •
·-
- 77 -
INTRUPSI FE.AKSI · PERSATUAN. PEMBANGUNAN : ii!Iakan dirumah atau .disini, ini perlu .dijelaskan dulu.
Saudara Ketua, ini menyangkut jam 19.30 jadi sesudah makan atau sebelum karena menyangkut soal gizi. Jadi terus-terusan modelnya sama Sop..;.sop juga ini perlu di
j elaskan, sebab sudah dua kali siang/malam - siang/malam begini terus -ini bisa gawat, jad:I. dijelaskan 19.30 sehingga
kami siap.
KE TUA
Biasanya konvensi karena sudah berulang-ulang bukan yurisprlt1ciensi, konvensi. Kalau jam 19.00 berarti makan disini dan kalau 19.30 berarti make.r. disana, tetapi makanan ringan akan disediakan jadi makannya disana· dan makanan ringannya disini.
- Silahkan dari F.ABRI.
FRAKSI PlillTAI DEMOKRASI INDOWESIA (SOETOMO,HR,SH) : Dari Fraksi PDI gampang: saja, tern.an setuju okey setuju, kan kita mau menyelesaikan jadi kalau kita masih banyak ya mari
kita selesaikan. Terima kasih.
Silahkan dari F;. KARYA PETu'.IBANGUNAN (A~s.s. "TAl\lfBUNAf\T!.SH)'
Terima kasih Saudara Ketua, memang kami mengerti yang~dikatakan oleh Saudara Syarifuddin tadi.
Kalau mengenai waktunya kami tidak ada masalah dari F.K.P., tapi mungkin apa yang _dikemukakan oleh Saudara Syarifuddin tadi perlu dipikirkan karena akhir-akhir ini tiang ben-dera DPR setenge.h tiang terus.
Dan karena pada·umumnya me:mang kita menghargai kalau S~udara Syarifud..din Harahap generasi muda yah katakanlah masih . kuat tenaga kuda sudah mengatakan demikian,_ apalagi yang sudah magrib ini, seperti yanc; rambut-rambut putil}. sudab, kelihatc;n-.
disana-sini. Jadi hanya itu saja catatan dari F.K.l'.
Kalau mengenai v:.raktu kami kira_ tidak perlu. kami me.salahkan ha
nya catatan tadi Saudara Ketua..
'.I'erime. kasih.
KETUA : Untungnya bahwa belum ada di ates 65 tahun, banyak.!,
ye.::.:.g di atas 65-jadi sudah tidak untung lagi·kalau begitu.
... -_
~
.-~~. :~ .~ ~
.. ~~ ,·'
'·'~·· .. :·· ..
Banyak< diatas - •••••
__:'_-,_____:__:._·'____:_______·-
·~:--:~-.
Banyak diatas umur 65 jadi lebih baik syaratnya dari pada Hakim Iviahkamah Agung hanya 65, kalau ki ta lebih dari 65 tahun karena itu tiang-tiangnya selalu penuh Pak; tetapi tidak apa-apa ini hanya tambahan.
Jadi Saudara setuju rapat nanti malam, Saudara dari
F.K.P. setuju untuk rapat malam ~-
FRAKSI KARYA PEMBAHGUlJAN (A.S .S. T.A111'.IBUN.AN ,SH) :
Saudara Ketua, mengenai waktu F.K.P. tidak menanyakan apa-apa hanya mohon perhatian, karena dari Fraksi kami yang kebetulan Fraksi terbesar ada yang tadi segan malam karena
oleh dokter dilarang terlalu banyak Corestrol. Karena itu kami mengerti sekali himbauan dari Saudara
Syarifuddin.
Terima kasih. KETUA :
Kita usahakan untuk diselesaikan, F.ABRI silahkan. FR.A.KS I ABRI ( IIvL.AJVf SUKARSOHO ,SH) : IEengenai soal waktu tidak ada masalah kalau sehubungan
dengan makan ini perlu saya sedikit dima~a pengalaman kami ketika menyelenggarakan:Seminar Hukv..m itu setiap hari memang tidak a_da pilihar:L ''.Safe tertis' _Sate".
Akhirnya ada seorang yang tidak tahan-lagi, orang dari
Tanjung Priok pulang dari sana sampaid~dekat rumah sedangmenyupir sampai tidak tahan karena nsatenyan.
KET""LJA :
Jadi setuju untuk rapat malam hari jam.19.JO_ dengan usul _ supaya jangan sate terus-mener~s dan dari pihak Pemerintah
ada pendapat, sila~kan. _
IvIBITTER I KE~P-AKIMP .. N :
Kami tidak ada pendapat_ ·apapun, kecµali_!Ilenerima-apa yang __ : __
akan diputuskan nanti~-
KETUA : ~
Saudara-saudara dengan demikian rapat hari ini disetujui.
WASSAT.bJVlU '"ALAIKU11;1 V!AILA_IllifEA.TULT.A..HI WABARAKATUHc
( Rapat ditutup pukQl 14.25 ).
.. jam 19.30
J.A.F ... ART.A, 19 NOPEivIBER 1985 - .
SE ETA··· RIS ~-S . lt~ {~µ< -· .. DA~. NOER FATA