b_bab i-ii

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi sebagai salah satu indikator status kesehatan masih sangat tinggi di negara-negara berkembang, jika hal ini sampai terus berlanjut maka generasi penerus terutama bayi yang akan menanggung semua itu, padahal bayi adalah aset terbesar bagi sebuah negara dan nilai yang diberikan bagi mereka tercermin dalam kesejahteraan yang mereka terima (Chilfiyani, 2006). Angka kematian bayi di Indonesia mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup (Supas, 2005). Angka ini merupakan angka tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Maka dari itu di Indonesia, program kesehatan bayi baru lahir tercakup dalam program kesehatan ibu. Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Saver (MPS), target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah untuk menurunkan angka kematian

Upload: ran29

Post on 30-Jul-2015

470 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: b_BAB I-II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi sebagai salah satu indikator status

kesehatan masih sangat tinggi di negara-negara berkembang, jika hal

ini sampai terus berlanjut maka generasi penerus terutama bayi yang

akan menanggung semua itu, padahal bayi adalah aset terbesar bagi

sebuah negara dan nilai yang diberikan bagi mereka tercermin dalam

kesejahteraan yang mereka terima (Chilfiyani, 2006).

Angka kematian bayi di Indonesia mencapai 32 per 1000

kelahiran hidup (Supas, 2005). Angka ini merupakan angka tertinggi di

antara negara-negara ASEAN. Maka dari itu di Indonesia, program

kesehatan bayi baru lahir tercakup dalam program kesehatan ibu.

Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Saver (MPS),

target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah untuk

menurunkan angka kematian neonatal (Tim Penyusunan Laporan

MDGs Indonesia, 2007).

Selain itu angka kematian perinatal, yaitu jumlah bayi lahir mati

dan kematian bayi berumur kurang dari tujuh hari pertama sesudah

lahir, mencapai angka 24 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003).

Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi

dalam periode perinatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang

1

Page 2: b_BAB I-II

2

baiknya penanganan bayi yang lahir sehat dapat menyebabkan

kelainan-kelainan antara lain infeksi. Infeksi dapat terjadi oleh karena

perawatan bayi yang kurang baik antara lain pemotongan tali pusat

dengan bahan/ cairan yang kurang bersih (Prawirohardjo S, 2002).

Penyebab kematian neonatal kelompok 8-28 hari tertinggi

adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, pneumonia,

diare), kemudian feeding problem (14,3%). Infeksi sebagai penyebab

kematian neonatal masih banyak dijumpai. Infeksi ini termasuk

Tetanus Neonatorum, Sepsis, Pneumonia. Tali pusat merupakan pintu

masuk satu-satunya kuman Clostridium tetani penyebab dari penyakit

pada neonatus (bayi berusia kurang dari satu bulan). Angka kematian

kasus (Case Fatality Rate) sangat tinggi menurut profil kesehatan

Indonesia penyebab kematian bayi pada tahun 1998 adalah tetanus

neonatorum yang merupakan prosentase tertinggi yaitu 19,3% dari

1000 kelahiran hidup bayi umur 0-1 tahun periode tahun 1998 di

Indonesia (Triatmadja, 2004). Proporsi kematian karena Tetanus

neonatorum dari hasil survey menunjukkan tertinggi di antara penyakit

infeksi yaitu 9,5% (SKRT, 2001). Case Fatality Rate Tetanus sangat

tinggi. Pengobatannya sulit namun pencegahan (imunisasi ibu hamil)

merupakan kunci untuk menurunkan angka kematian ini, selain

persalinan yang bersih dan perawatan tali pusat yang tepat (Djaja,

2003).

Page 3: b_BAB I-II

3

Infeksi pada masa neonatal baik infeksi lokal maupun infeksi

sistemik bisa dihindari apabila ibu yang baru melahirkan bayinya

mempunyai kemampuan tentang merawat bayinya termasuk merawat

tali pusat yang memenuhi syarat kesehatan. Fenomena di masyarakat

menunjukkan bahwa ibu-ibu yang melahirkan anak pertamanya ada

yang belum tahu cara merawat tali pusat bayinya. Kebanyakan ibu-ibu

nifas tidak suka melihat tali pusat yang mengering, mereka akan

membubuhkan sesuatu dengan mengira hal itu akan membantu

penyembuhan (Depkes RI, 2004). Agar ibu yang baru melahirkan

bayinya bisa merawat tali pusat bayi dengan memenuhi syarat

kesehatan maka diperlukan persepsi yang benar tentang perawatan

tali pusat.

Menurut SDKI 2002-2003, Propinsi DIY memiliki angka

kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut menduduki

peringkat terendah kedua di Indonesa setelah Propinsi Bali dengan

angka 14 per 1000 kelahiran hidup (BPPN, 2007). Pada tahun 2007

jumlah kelahiran bayi di Propinsi DIY mencapai 44.437 jiwa. Dari

kelima daerah di DIY, Kabupaten Kulon Progo menduduki angka

kematian bayi peringkat tertinggi di Propinsi DIY dengan jumlah 60

bayi (Profil Kesehatan Propinsi DIY, 2008).

Menurut SDKI 2002-2003 empat dari sepuluh kelahiran

dilakukan di fasilitas kesehatan milik pemerintah (rumah sakit

pemerintah atau puskesmas), dan 31% dilakukan di fasilitas kesehatan

Page 4: b_BAB I-II

4

swasta dimana terdapat tenaga kesehatan profesional yang

memberikan pelayanan persalinan di tempat mereka praktek (rumah

sakit swasta, klinik, praktek dokter/ bidan/ bidan di desa). Dalam

Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) tentang pelayanan kepada ibu

dan bayi pada masa nifas di fasilitas kesehatan. Selain itu bidan

melakukan kunjungan ke rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan

minggu keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan

ibu dan bayi melalui penatalaksanaan tali pusat yang benar. Hasil yang

diharapkan dari pelayanan ini untuk menurunkan kejadian infeksi pada

ibu dan bayi (Depkes, 2002).

Berdasarkan alasan di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai persepsi ibu-ibu primipara dalam merawat tali

pusat bayi di RSUD Wates Kulon Progo tahun 2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan

masalahnya adalah “Bagaimanakah persepsi ibu primipara mengenai

perawatan tali pusat di Bangsal Nifas RSUD Wates Kulon Progo tahun

2009?”.

Page 5: b_BAB I-II

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya persepsi ibu primipara tentang perawatan tali pusat

bayi di Bangsal Nifas RSUD Wates Kulon Progo tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya karakteristik ibu primipara di Bangsal Nifas RSUD

Wates Kulon Progo tahun 2009.

b. Diketahuinya persepsi ibu primipara tentang tujuan perawatan

tali pusat bayi di Bangsal Nifas RSUD Wates Kulon Progo tahun

2009.

c. Diketahuinya persepsi ibu primipara tentang cara merawat tali

pusat bayi di Bangsal Nifas RSUD Wates Kulon Progo tahun

2009.

d. Diketahuinya persepsi ibu primipara tentang infeksi tali pusat

bayi di Bangsal Nifas RSUD Wates Kulon Progo tahun 2009.

e. Diketahuinya persepsi ibu primipara tentang perhatian dalam

perawatan tali pusat bayi di Bangsal Nifas RSUD Wates Kulon

Progo tahun 2009.

f. Diketahuinya persepsi ibu primipara tentang motivasi perawatan

tali pusat bayi di Bangsal Nifas RSUD Wates Kulon Progo tahun

2009.

Page 6: b_BAB I-II

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Bagi bidan dapat memperoleh gambaran persepsi dan perhatian

ibu tentang perawatan tali pusat bayi yang menjadi bahan evaluasi

maupun informasi dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

2. Manfaat Teoritis

Untuk acuan penelitian yang akan datang sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan penelitian lebih lanjut

mengenai perawatan tali pusat bayi.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian deskriptif mengenai perawatan tali pusat pernah

dilakukan oleh Widy Astuti pada tahun 2005 dengan judul “Tingkat

Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Memandikan dan Merawat Tali

Pusat Bayi di Bangsal Nifas RSUD Wates Kulon Progo Tahun 2005”

menggunakan pendekatan cross sectional dan teknik total sampling

dengan jumlah responden 30 orang. Dari penelitian ini didapatkan hasil

tingkat pengetahuan ibu primipara tentang memandikan dan merawat

tali pusat bayi umumnya kurang.

Penelitian lainnya yaitu “Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat

Antara yang Dibiarkan Terbuka Tanpa Pembungkus dengan Dibungkus

Kassa Steril di BPS Pipin Heriyanti Yogyakarta Tahun 2006” oleh Laily

Chilfiyani pada tahun 2006 menggunakan sampel insidental, yaitu

Page 7: b_BAB I-II

7

sebanyak 24 responden. Penelitian eksperimen semu ini dilakukan

dengan pendekatan waktu longitudinal dan dihasilkan tali pusat yang

tanpa pembungkus lebih cepat lepas daripada kelompok yang

dibungkus kassa steril.

Imam Subagio pada tahun 2002 meneliti “Lama Pelepasan Tali

Pusat pada Perawatan Tali Pusat Menggunakan Air Steril

Dibandingkan dengan Alkohol 70% dan Yodium Povidon 10% di

Rumah Sakit Dr. Sardjito” menggunakan tehnik random sampling

dengan tiga kelompok perlakuan. Penelitian eksperimental pada 81

responden ini menyimpulkan pelepasan tali pusat pada kelompok air

steril lebih cepat secara bermakna dibandingkan dengan alkohol 70%

maupun yodium-povidon 10%. Secara klinis dan laboratorium tidak ada

yang menunjukkan gejala-gejala sepsis.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti,

yaitu persepsi ibu primipara tentang perawatan tali pusat bayi,

menggunakan pendekatan cross sectional dan teknik total sampling

dimana sejauh pengetahuan peneliti belum pernah diteliti.

Page 8: b_BAB I-II

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses penginderaan yang

dilakukan oleh pancaindera, kemudian stimulus yang diterima diolah

dan diinterprestasikan sehingga individu mengerti dan menyadari

tentang apa yang diinderanya. Selain itu dalam persepsi terdapat

unsur evaluasi atau penilaian terhadap stimulus yang diterima.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan

pengorganisasian, pengintegrasian terhadap stimulus yang

diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti atau

merupakan respon yang disintegrated dalam diri individu (Walgito,

2002).

Menurut Walgito (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor objek atau

faktor stimulus, alat indra, dan perhatian. Ketiga faktor tersebut

saling berkaitan, sehingga satu sama lain saling berhubungan dan

sulit dipisahkan. Dalam memberikan persepsi seseorang tidak akan

lepas dari kondisi individu yang bersangkutan, misalnya: perasaan,

kemampuan berfikir dan pergaulan individu. Untuk itu persepsi

bersifat individual karena adanya individual difference.

8

Page 9: b_BAB I-II

9

Menurut Rakhmad (2002), bahwa faktor-faktor personal yang

mempengaruhi persepsi interpersonal antara lain:

a) Pengalaman

Pengalaman mempengaruhi kecermatan, luas dan

kualitas persepsi individu. Individu yang mempunyai pengalaman

banyak akan cenderung lebih mudah dan cepat memahami

sebuah objek atau peristiwa dibandingkan dengan individu yang

sama sekali belum memiliki pengalaman.

b) Motivasi

Motivasi individu terhadap suatu objek dapat

mempengaruhi individu, antara lain motif biologis, ganjaran,

hukuman karakteristik kepribadian serta perasaan terancam.

c) Kepribadian

Kepribadian juga turut andil dalam persepsi individu,

misalnya individu yang cenderung defensif akan selalu

menyalahkan orang lain dalam situasi netral sekalipun.

Persepsi merupakan komponen dari sikap. Sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favorable), maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada objek tersebut (Berkowitz cit Azwar, 2003).

Secara lebih spesifik sikap diformulasikan sebagai ’derajat afek

positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis’ (Thurstone

cit Azwar, 2003). Dalam hal ini persepsi positif diartikan sebagai

Page 10: b_BAB I-II

10

persepsi atau anggapan yang favorable atau mendukung objek,

sedangkan persepsi negatif adalah anggapan yang tidak favorable

atau tidak mendukung objek.

2. Primipara

Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan

satu kali (Maimunah, 2005).

3. Perawatan Tali Pusat

Tali pusat atau funiculus umbilicalis terbentang dari

permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan

berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus

umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta.

Tali pusat yang menempel pada pusat bayi lama kelamaan

akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat

sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya (Saifuddin,

2008).

Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat

koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan

kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama

terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat

dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih.

Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang

berasal dari lingkungan sekitar. Pada bayi yang ditrawat di

rumah sakit bakteri S aureus adalah bakteri yang sering

Page 11: b_BAB I-II

11

dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang

tidak steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan

terjadinya kolonisasi bakteri pada tali pusat sampai saat ini

belum diketahui pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan B

streptococci juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat.

Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat

dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau

diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi

bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan

yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang

diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam

jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen

pada kulit (BCRCP cit Paisal, 2007).

Tetanus neonatorum menyebabkan kematian bayi yang

tinggi di negara berkembang karena pemotongan tali pusat masih

banyak menggunakan alat-alat tradisional. Masuknya kuman

tetanus (Clostridium tetani) sebagian besar melalui tali pusat. Masa

inkubasinya sekitar 3 sampai 10 hari, dan makin pendek masa

inkubasinya penyakit semakin fatal. Tetanus neonatorum

menyebabkan kerusakan pada pusat matorik, jaringan otak, pusat

pernafasan dan jantung (Manuaba, 1998).

Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan

sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan

Page 12: b_BAB I-II

12

menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4

minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal

tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar

cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus,

dan/ atau bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi

tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus

yang disebabkan oleh tali pusat (Paisal, 2007).

Banyak perawatan tali pusat telah ditemukan yang bertujuan

membuat tali pusat kering dan segera lepas dengan risiko infeksi

sekecil mungkin. Metode perawatan tali pusat menurut beberapa

ahli:

a. John Biddulph dan John Stace (1999)

Untuk mencegah infeksi tali pusat berikan Aktiflavin 1%

dalam spiritus atau kristal violet 1% (Gentian Violet) dalam spiritus

atau spiritus untuk kulit setiap hari.

b. Hellen Farrer (2001)

Tali pusat harus selalu dilihat waktu mengganti popok

sampai lepas dan lukanya sembuh. Tali pusat dirawat dan dijaga

kebersihannya dengan larutan alkohol 70% minimal dua kali sehari

dan lebih sering lagi jika tampak basah dan lengket. Untuk

membersihkan tali pusat, ujungnya harus dijauhkan dari kulit

dengan memakai tangan yang satu sementara bagian pangkalnya

dibersihkan memakai tangan lain dengan lidi kapas yang sudah

Page 13: b_BAB I-II

13

dicelup ke dalam larutan alkohol. Jika perawatan umbilikus masih

diperlukan pada saat bayi dipulangkan dari rumah sakit, kepada ibu

harus dianjurkan agar tetap menggunakan larutan alkohol dengan

kain wol katun yang diplintir untuk membersihkan umbilikus.

Penggunaan kapas lidi kadang-kadang dapat mencederai luka

umbilikus yang belum sempurna.

c. Sarwono Prawirohardjo (2002)

Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol

70% atau iodine povidon 10% serta dibalut kasa steril, pembalut

tersebut diganti setiap hari atau setiap tali basah/ kotor.

Membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja tambahan.

d. Abdul Bari Saifudin (2002)

Prinsip perawatan tali pusat adalah sebagai berikut :

1) Mempertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar

terkena udara dan tutupi dengan kain bersih dan longgar.

2) Melipat popok di bawah tali pusat.

3) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan sabun

dan air bersih, dan dikeringkan betul-betul.

g. JNPK-KR dalam APN (2007)

Perawatan tali pusat meliputi :

1) Jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi atau

mengoleskan bahan ramuan apapun ke puntung tali pusat.

2) Nasehati hal yang sama bagi ibu dan keluarganya

Page 14: b_BAB I-II

14

3) Mengoleskan alkohol atau betadine (terutama jika pemotong

tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan

tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat

basah/ lembab

4) Berikan nasehat pada ibu dan keluarga :

a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

b) Jika puntung tali kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT

dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan

menggunakan kain bersih.

c) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika

pusat menjadi merah, bernanah atau berdarah atau berbau.

d) Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah,

mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi ke

fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.

h. Chairudin Lubis (2003)

Untuk perawatan tali pusat, tidak satupun yang lebih baik

daripada yang lainnya untuk membatasi kolonisasi bakteri. Yang

penting ialah membuat tali pusat kering. Untuk itu dapat dipakai

obat-obat topikal antara lain:

1) Triple dye (2,29 g brillian green, 1,14 g proflavine hemisulfate

dan 2,29 g crystal violet dalam air)

2) Salep Bacitracin

3) Krem Silver sulfadiazine

Page 15: b_BAB I-II

15

4) Betadin 10%

5) Alkohol

Semua obat di atas kecuali alkohol dapat memperlambat

atau mengurangi kolonisasi bakteri pada tali pusat, terutama

Staphilococcus aureus. Alkohol diduga mempercepat kering dan

lepasnya tali pusat tapi tidak efektif membatasi kolonisasi bakteri.

i. Depkes RI (2002)

Suatu studi yang dilakukan oleh Brain (1993)

menunjukkan bahwa dengan apus alkohol dan diikuti taburan

bedak antiseptik dapat mempercepat waktu lepasnya tali pusat.

Akan tetapi pada suatu uji coba klinis besar, ditemukan bahwa

meskipun bedak antiseptik dapat mempercepat pelepasan tali

pusat lebih dini, namun bekas tali pusat tersebut lama sembuhnya

(Mungford Somchiwong dan Waterhouse, 1986). Tetapi beberapa

studi menyimpulkan tidak ada peningkatan kejadian infeksi pada

luka tali pusat jika dibiarkan terbuka dan tidak dilakukan apapun

selain membersihkan luka tersebut dengan air bersih (Dignan,

1994, Rush, Chalmers dan Enkin, 1989).

Untuk diwaspadai bagi negara-negara beriklim tropis,

penggunaan alkohol yang populer dan terbukti efektif ini di daerah

panas alkohol mudah menguap dan terjadi penurunan

efektivitasnya, terutama dalam suasana kelembaban yang tinggi

(bila tidak dijaga agar selalu dingin dan kering). Sehingga

Page 16: b_BAB I-II

16

penggunaan bahan tersebut dapat mengakibatkan peningkatan

infeksi, kecuali bila obat tersebut dijaga tetap kering dan dingin.

Karena tidak ada bukti kuat dan penggunaan alkohol tersebut

mahal serta sulit untuk mendapat bahan yang berkualitas, untuk

sementara dianjurkan agar ibu nifas membiarkan saja luka tali

pusat mengering sendiri hasil-hasil penelitian tersebut dia atas

menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering,

dan hanya dibersihkan setiap hari menggunakan air bersih,

merupakan cara yang paling cost effective untuk perawatan tali

pusat.

Bidan hendaknya menasehati ibu nifas agar tidak

membubuhkan apapun pada sekitar tali pusat, karena dapat

mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan meningkatnya

kelembaban (akibat penyerapan oleh bahan tersebut) badan bayi

sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri.

Penting untuk dinasehatkan kepada ibu dan mereka yang

merawat bayi, agar tali pusat dibiarkan terbuka agar tetap kering.

Ibu nifas mungkin membutuhkan dukungan dalam hal ini, karena

kebanyakan ibu nifas tidak suka melihat tali pusat yang

mengering. Mereka lebih memilih untuk membungkus tali pusat

tersebut atau membubuhkan sesuatu dan mengira hal itu akan

membantu penyembuhan. Karena hal itu perlu diupayakan

Page 17: b_BAB I-II

17

dengan sungguh-sungguh agar hal tersebut tidak dilakukan

(Depkes RI, 2002).

j. Frances William S. (2003)

Perawatan tali pusat sehari-hari :

1) Biarkan tali pusat terkena udara

2) Sisa tali pusat akan lebih cepat kering, sembuh, dan lepas jika

terkena udara. Jangan menutupnya dengan celana plastik dan

popok. Jika basah keringkan benar-benar.

3) Membersihkan sisa tali pusat

Bidan akan memberi saran tentang alat yang dipakai

untuk membersihkan tali pusat. Gunakan kapas bersih dan

lembab lalu usapkan pada tali pusat dengan hati-hati, daerah

sekitarnya, dan celah-celah pusat.

4) Setelah tali pusat lepas

Mungkin ada sedikit darah, lalu luka akan sembuh.

Bersihkan dan keringkan setiap hari hingga benar-benar

sembuh.

5. Penghambat Pelepasan Tali Pusat

a. Pengikatan tali pusat yang kendur

Pengikatan tali pusat yang kendur ataupun pengikatan tali

pusat yang tidak menjamin penekanan terus-menerus pada tali

Page 18: b_BAB I-II

18

pusat memungkinkan terjadinya perdarahan (Prawirohardjo,

2002).

b. Penggunaan pakaian yang menutup rapat tali pusat

Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun,

karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain

memperlambat lepasnya tali pusat, juga menimbulkan risiko

infeksi. Jika terpaksa ditutup, tutup atau ikat dengan longgar

pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan

bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa

agar cepat mengering dan lepas (Paisal, 2007).

c. Pembubuhan bahan-bahan pada tali pusat

Membubuhi bahan apapun pada daerah sekitar tali pusat

dapat mengakibatkan infeksi, karena meningkatnya kelembaban

(akibat penyerapan oleh bahan tersebut) badan bayi sehingga

menciptakan kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri (Depkes

RI, 2002).

6. Lama Pelepasan Tali Pusat

Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang

dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat

jika lebih dari 7 hari (Paisal, 2007).

Page 19: b_BAB I-II

19

B. Kerangka Teori

Penghambat pelepasan tali pusat :Pengikatan tali pusat

yang kendurPenggunaan pakaian

yang menutup rapat tali pusat

Pembubuhan bahan-bahan pada tali pusat

Keadaan tali pusat yang basah/ lembab

Tidak infeksiLama pelepasan tali pusat:Cepat : < 5 hariNormal : 5 – 7 hariLambat : > 7 hari

Infeksi

Tetanus neonatorum

Kematian neonatal

Tindakan merawat tali pusat

Persepsi Ibu primipara tentang perawatan tali pusat :diberi povidon iodine 10%diberi larutan gentian violet 1%diberi aktiflavin 1% dalam spiritusdiolesi triple dyediolesi salep bacitracindiolesi krem silver sulfadiazinediolesi/ dikompres alkohol 70 %dibersihkan dengan air matang dan

sabundibubuhi ramuan tertentudibungkus kasa steril keringdibiarkan terbuka tanpa

pembungkus

PengalamanMotivasi Kepribadian

Page 20: b_BAB I-II

20

Gambar 1. Kerangka teori modifikasi dari Manuaba (1998), John B. dkk. (1999), Rakhmad (2002), Sarwono P. (2002), Dsepkes RI (2002), Chairudin L. (2003) dan Paisal (2007)

C. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka konsep

Persepsi ibu primipara tentang perawatan tali

pusat

Positif Negatif

Page 21: b_BAB I-II

21