bab iv hasil dan pembahasan -...
TRANSCRIPT
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis Kawasan Cibaduyut
Secara geografis Kawasan Sentra Sepatu Cibaduyut terletak di Kecamatan
Bojongloa Kidul Kota Bandung pada 107°35’44” BT sampai dengan 107º37’10”
BT dan 6°55’52” LS sampai dengan 6º57”47” LS.
Gambar 4.1 Peta Wilayah Bojongloa Kidul (Lokasi Penelitian)
Sumber : Goggle map
54
Adapun secara administratif Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung
berbatasan dengan :
a) Sebelah Utara : Kec. Astana Anyar
b) Sebelah Timur : Kec. Astana Anyar
c) Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung
d) Sebelah Barat : Kec. Bojongloa Kaler dan Kec. Babakan Ciparay
Mempunyai luas wilayah 6,26 Km², yang terdiri dari 6 Kelurahan, 44 RW dan 262
RT.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Bojongloa Kidul per Kelurahan
Sumber : Monografi Kecamatan, 2012
No Kelurahan
Luas Wilayah
Km² %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kebonlega
Situ Saeur
Mekarwangi
Cibaduyut
Cibaduyut Kidul
Cibaduyut Wetan
1.25
1.08
0.97
0.86
1.04
1.06
22.02
15.83
18.31
13.23
11.72
18.89
Jumlah 6.26 100.00
Untuk Kawasan Sentra Industri Sepatu Cibaduyut berada di 4 (empat)
Kelurahan yaitu :
55
a) Kelurahan Kebonlega;
b) Kelurahan Cibaduyut;
c) Kelurahan Cibaduyut Kidul;
d) Kelurahan Cibaduyut Wetan
4.1.2 Kepadatan Penduduk
Kecamatan Bojongloa Kidul mempunyai jumlah dan kepadatan penduduk
sebagaimana berikut :
Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Bojongloa Kidul per Kelurahan
Sumber : Monografi Kecamatan, 2012
No Kelurahan Jumlah
Penduduk
Luas
Wilayah
(Km²)
Kepadatan
(Jiwa/Km²)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kebon Lega
Situ Saeur
Mekarwangi
Cibaduyut
Cibaduyut Kidul
Cibaduyut Wetan
18.321
20.654
7.464
9.614
6.739
3.518
1.25
1.08
0.97
0.86
1.04
1.06
6.82
260.85
81.54
145.34
115.00
37.24
56
4.1.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kecamatan Bojongloa Kidul menurut jenis kelamin :
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Bojongloa Kidul Berdasarkan
Jenis Kelamin
Sumber : Monografi Kecamatan, 2012
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1
2
Laki-Laki
Perempuan
34.036
32.270
55.33
44.67
Jumlah 66.306 100.00
4.1.4 Potensi Kawasan Cibaduyut
Dengan jenis barang yang diproduksi di kawasan Cibaduyut meliputi :
a) Sepatu;
b) Sandal;
c) Tas;
d) Jaket;
e) Boneka;
f) Topi; dan
g) Ikat Pinggang
Potensi dari Kawasan Industri Sepatu Cibaduyut ini, yaitu terdiri dari :
a) Jumlah unit usaha : 646 Industri Kecil dan Menengah
b) Jumlah Tenaga Kerja : 2.799 Orang
57
c) Jumlah Toko Pemasaran : 165 Toko
d) Jumlah Kawasan Parkir Khusus : 4 Lokasi
4.1.5 Revitalisasi Kawasan Industri-Perdagangan di Kota Bandung
Menindaklanjuti dari Misi Pembangunan Kota Bandung yang saling
berkaitan terutama dalam hal “Penyediaan dan Pengelolaan Infrastruktur serta
Penataaan Kota untuk Menumbuhkan Perekonomian Kreatif di Kota Bandung”
agar dapat meningkatkan investasi usaha di sektor industri dan perdagangan di
Kota Bandung serta dalam rangka harmonisasi, penguatan dan perolehan hasil
yang saling menguntungkan bagi seluruh pelaku usaha di kawasan sentra industri
dan perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jean’s Cihampelas, Kaos dan Sablon PHH.
Mustopa, Rajut Binongjati, tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Pemerintah
Kota Bandung berdasarkan Keputusan Walikota Bandung Nomor : 517/Kep.793-
Huk tanggal 03 Oktober 2006 telah membentuk Tim Penataan Revitalisasi
Kawasan Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Jean’s Cihampelas, Kaos dan Sablon
PHH. Mustopa, Rajut Binongjati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah.
Pencanangan program Revitalisasi Lima Sentra Industri dan Perdagangan
Kota Bandung, yang terdiri dari : sentra kain Cigondewah, sepatu Cibaduyut,
jeans Cihampelas, rajut Binongjati, dan kaus Suci, dilakukan oleh Walikota
Bandung pada tanggal 12 Pebruari 2007 bertempat di Sentra perdagangan Kain
Cigondewah. Dimana program pemerintah ini direncanakan akan menghabiskan
anggaran sebesar Rp. 11.800.000.000,- (sebelas milyar delapan ratus juta rupiah).
58
Meski baru dicanangkan secara resmi pada 2007, semua kajian mengenai
revitalisasi kelima kawasan itu, sebenarnya, telah dimulai sejak 2006.
Rencananya, tahun 2009 revitalisasi ini rampung.Tetapi ternyata sampai dengan
tahun 2009, rupanya, program tersebut masih jalan di tempat.Masih berbentuk
konsep.Miliaran rupiah yang dijanjikan pemerintah untuk program ini nyaris
belum berwujud.
Walikota Bandung Dada Rosada pada tahun 2009 menyampaikan bahwa
program revitalisasi akan dilakukan secara bertahap. Untuk mencapai hal itu
dibutuhkan waktu serta proses yang tidak singkat. Ada berbagai tahapan dan
kebutuhan yang harus diselesaikan,"Mulai dari yang sifatnya fisik hingga non
fisik, seperti infrastruktur, permodalan, pembinaan, hingga pemasaran.Tentunya,
setiap permasalahan membutuhkan pendekatan yang berbeda". Dalam
realisasinya, dibutuhkan dukungan dana yang tidak sedikit. Sementara, kebutuhan
Kota Bandung (untuk kegiatan lain) juga tidak sedikit. Banyak hal-hal lain juga
yang membutuhkan pengalokasian dana. "Kita bisa saja memfokuskan pada
revitalisasi ini, tapi kan itu berarti ada program dan kegiatan lain yang
terbengkalai. Sedangkan program lain itu juga berhubungan dengan kepentingan
serta pelayanan kepada publik. Oleh karena itu, kita secara bertahap
merampungkan program revitalisasi ini".
Selanjutnya, berdasarkan hasil evaluasi kegiatan revitalisasi pada 5 (lima)
sentra industri dan perdagangan Kota Bandung ditetapkan kembali tambahan
kawasan yaitu Sentra Tahu dan Tempe Cibuntu sebagai kawasan industri dan
perdagangan di Kota bandung yang perlu dilakukan revitalisasi, dengan
59
menetapkan kembali Keputusan Walikota Bandung Nomor : 530/Kep.295-
DISKUKM.PERINDAG/2009 Tentang Tim Revitalisasi Kawasan Sentra Industri
Sepatu Cibaduyut, Jean’s Cihampelas, Kaos dan Sablon PHH. Mustopa, Rajut
Binongjati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Tahu dan Tempe Cibuntu.
Adapun kawasan industri dan perdagangan yang paling terlihat aktifitas
pelaksanaan revitalisasinya adalah Kawasan Sentra Industri Sepatu Cibaduyut.
Hal ini dikarenakan fasilitas infrastrukturnya seperti jalan, trotoar, drainase,
penerangan jalan yang sampai tahun 2009 sudah terlihat rusak parah serta tidak
adanya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang permanen.
4.1.6 Permasalahan di Kawasan Cibaduyut
Proses revitalisasi pada kawasan Cibaduyut di mulai dari tahun 2005,
yang ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Surat Keputusan walikota tahun
2006 mengenai revitalisasi lima sentra industri Bandung, yang kemudian
dilakukan perubahan pada tahun 2009 menjadi tujuh sentra industri. Cibaduyut
salah satu tempat wisata dinilai tidak memenuhi kriteria daerah tujuan pariwisata
seperti yang tercantum dalam UU nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan.
Berdasarakan UU tersebut daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut
Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau
lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Juga berdasarkan dari teori-teori revitalisasi kawasan Cibaduyut ini
termasuk kedalam suatu kawasan yang mengalami penurunan kondisi pelayanan
60
prasarananya (jalan, drainase sanitasi, trotoar dan persampahan) dan termasuk
kedalam kawasan hidup tapi kurang terkendali sehingga termasuk kedalam
target kawasan yang harus direvitalisasi.
Hasil pengamatan kawasan Cibaduyut sebelum revitalisasi terdapat
beberapa kendala dalam hal keadaan fasilitas dan infrastrukturnya yang tidak
aman dan nyaman untuk dikatakan sebagai suatu daerah wisata dan
industri,seperti :
a. PATUNG SEPATU, sebagai gerbang identitas bagi keberadaan Kawasan
Wisata dan Industri Sepatu Cibaduyut yang terletak di perempatan Jl.
Soekarno-Hatta, Jl. Leuwipanjang dan Jl. Cibaduyut tidak terawat dengan
baik, bahkan dijadikan sebagai tempat mangkalnya gelandangan dan
pengemis jalanan
Gambar 4.2 Kondisi Gerbang Masuk Kawasan Cibaduyut (Patung Sepatu)
Foto lokasi : tanggal 20-Nopember-2010
b. TROTOAR, sebagai lahan tempat berjalan wisatawan untuk menyusuri
pertokoan-pertokoan yang ada di Kawasan Cibaduyut yang telah rusak,
sehingga tidak nyaman dan aman untuk dilalui
61
Gambar 4.3 Kondisi Kerusakan Trotoar
Foto lokasi : tanggal 20-Nopember-2010
c. DRAINASE, saluran air yang tidak baik, sehingga tidak mampu menampung
air ketika terjadi hujan yang menimbulkan banjir
Gambar 4.4 Kondisi Kerusakan dan Tersumbatnya Drainase
Foto lokasi : tanggal 20-Nopember-2010
d. KEMACETAN,yang sering terjadi terutama pada waktu weekend (sabtu-
minggu) dikarenakan di lokasi JL. Cibaduyut mempunyai 2 (dua) pertigaan
pemotong jalan yaitu antara Jl.Cibaduyut dengan Jl. Cibaduyut Lama dan Jl.
Cibaduyut dengan Jl. Masuk Komplek Singgasana Pradana.
62
Gambar 4.5 Kondisi Kemacetan Kawasan Cibaduyut
Foto lokasi : tanggal 20-Nopember-2010
e. SARANA PARKIR, tidak memadai, sepanjang jalan Kawasan Cibaduyut
hanya terdapat 4 (empat) kawasan parkir, yaitu Kawasan Parkir Pertokoan
Grutty, Oval, Diana dan Formil yang pada waktu weekend penuh terisi oleh
Bus-Bus Pariwisata yang datang, mengakibatkan kendaraan-kendaraan kecil
milik pribadi mengambil parkir di pinggir jalan, bahkan untuk motor
parkirnya sering naik menggunakan trotoar
63
Gambar 4.6 Kondisi Perparkiran Kawasan Cibaduyut
Foto lokasi : tanggal 20-Nopember-2010
f. PEDAGANG KAKI LIMA, yang belum tertata dan terkoordinasi dengan
baik sehinga mereka berjualan menggunakan badan jalan yang
mengakibatkan timbulnya kemacetan
Gambar 4.7 Kondisi Pedagang Kaki Lima Kawasan Cibaduyut
Foto lokasi : tanggal 20-Nopember-2010
g. PENUMPUKAN SAMPAH, yang akan dijumpai oleh setiap orang yang
melewati Jl. Cibaduyut terutama pagi hari ,merupakan pemandangan yang
tidak enak untuk dilihat. Hal ini terjadi dikarenakan para pemilik toko
perpandangan telah memberikan dana kebersihan, sehingga urusan
kebersihan tidak menjadi tanggungjawab mereka lagi.
64
Gambar 4.8 Kondisi Pembuangan Sampah Kawasan Cibaduyut
Foto lokasi : tanggal 20-Nopember-2010
h. PENERANGAN JALAN, yang kurang mengakibatkan wisatawan yang
datang pada saat malam hari merasa tidak nyaman dan aman melakukan
kegiatan wisatanya
Gambar 4.9 Kondisi Penerangan Jalan Kawasan Cibaduyut
Foto lokasi : tanggal 20-Nopember-2010
Permasalahan-permasalahan tersebut diatas menunjukkan bahwa kawasan
Cibaduyut memerlukan suatu tindakan revitalisasi yang menyangkut infrastruktur
dan fasilitas penunjang lainnya sebagai ciri suatu kawasan wisata dan industri
yang menarik untuk dikunjungi dan ramah bagi pemodal.
65
4.1.7 Pelaksanaan Revitalisasi Kawasan Cibaduyut
Pelaksanaan revitalisasi kawasan Cibaduyut yang efektif dilaksanakan
mulai bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Desember 2011, dengan
menitikberatkan kepada revitalisasi infrastruktur kawasan, yang terdiri dari :
a. Perbaikan Patung Sepatu
Sebagai gerbang identitas bagi keberadaan Kawasan Wisata dan Industri
Sepatu Cibaduyut yang terletak di perempatan Jl. Soekarno-Hatta, Jl.
Leuwipanjang dan Jl. Cibaduyut yang tidak terawat dengan baik, bahkan
dijadikan sebagai tempat mangkalnya gelandangan dan pengemis jalanan,
dilakukan revitalisasi dengan pengecatan ulang patung sepatu serta penanaman
pohon di sekitarnya sehingga terlihat asri
Gambar 4.10 Kondisi Patung Sepatu Setelah Revitalisasi
Foto lokasi : tanggal 08-10 April-2012
b. Pengecoran Jalan
Jalan yang awalnya menggunakan hotmix dikarenakan setelah dilakukan
perbaikan dan penambalan berulang-ulang tetapi apabila datangnya musim
hujan jalan hotmix tersebut cepat sekali rusak dikarenakan kontur tanah Jalan
66
Cibaduyut yang tidak stabil, maka setelah dilakukan pengkajian perbaikan
jalan cibaduyut ini dilakukan dengan cara pengerasan (cor).
Gambar 4.11 Kondisi Jalan Setelah Revitalisasi
Foto lokasi : tanggal 08-10 April-2012
c. Perbaikan Drainase
Drainase yang tidak rusak dan mampet , sehingga tidak mampu menampung air
ketika terjadi hujan yang menimbulkan banjir, diperbaiki pada saat revitalisasi
dengan memperdalam selokan-selokan di kawasan Cibaduyut dan dibuatkan
pintu airnya agar selokan mudah dibersihkan
Gambar 4.12 Kondisi Drainase Setelah Revitalisasi
Foto lokasi : tanggal 08-10 April-2012
67
d. Perbaikan Trotoar
Sebagai lahan tempat berjalan wisatawan untuk menyusuri pertokoan-
pertokoan yang ada di Kawasan Cibaduyut yang telah rusak, sehingga tidak
nyaman dan aman untuk dilalui, pada saat revitalisasi dilakukan perbaikan.
Gambar 4.13 Kondisi Trotoar Setelah Revitalisasi
Foto lokasi : tanggal 08-10 April-2012
e. Penanaman Pohon
Pohon-pohon yang sudah tinggi dan besar pada saat dilakukannya revitalisasi
dilakukan penebangan, hal ini dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan
pekerjaan terutama pada saat perbaikan selokan dan trotoar, tetapi dilakukan
penggantian dengan dilakukannya penanaman pohon kembali, baik yang secara
langsung ditanam ditanah ataupun menggunakan media pot-pot besar.
68
Gambar 4.14 Penanaman Pohon dan Pot Bunga Setelah Revitalisasi
Foto lokasi : tanggal 08-10 April-2012
f. Pemasangan Lampu Penerangan Jalan
Untuk menambah kenyamanan para wisatawan melakukan kunjungan atau
belanja di malam hari, pada saat revitalisasi dipasang tambahan lampu
penerangan jalan di beberapa titik.
Gambar 4.15 Penerangan Jalan Setelah Revitalisasi
Foto lokasi : tanggal 08-10 April-2012
69
g. Pembuatan Tempat Penampungan Sampah Sementara
Tempat penampungan sampah yang tadinya tidak permanen, dimana tempat
sampah besar milik PD.Kebersihan hanya disimpan di badan jalan sehingga
menjadi penyebab terjadinya kemacetan, pada saat revitalisasi telah dibuatkan
Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) yang refresentatif.
Gambar 4.16 Tempat Pembuangan Sampah Sementara Setelah Revitalisasi
Foto lokasi : tanggal 08-10 April-2012
4.1.7 Keadaan Kawasan Cibaduyut Setelah 10 (Sepuluh) Bulan
Revitalisasi
Revitalisasi infrastruktur di kawasan Cibaduyut yang dilakukan mulai
bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Desember 2011, memang memberikan
dampak yang siginifikan terhadap keadaan kawasan yang menjadi lebih rapih
seperti :
1. Jalan yang tidak berlubang;
2. Trotoar yang nyaman untuk dipakai berjalan;
3. Lampu penerangan jalan yang menyala;
4. Adanya penanaman pohon;
5. Telah tersedianya Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS)
70
Dengan kondisi yang telah baik ini, seharusnya oleh Pemerintah Kota
Bandung menindaklanjuti dengan melakukan sosialisasi kembali mengenai
“konsep pemeliharaan” kawasan yang sudah selesai direvitalisasi kepada
masyarakat dan pengusaha di kawasan Cibaduyut sehingga pemeliharaan ini tidak
hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja tetapi harus melibatkan
masyarakat dan pengusaha setempat , sehingga apa yang sudah dibangun
diperbaiki tidak cepat rusak dan pembangunan yang dilakukan hanya sebatas
memenuhi tuntutan saja.
Tidak dilaksanakannya sosialisasi pemeliharaan kawasan cibaduyut ini
akhirnya menimbulkan permasalahan yang tidak diinginkan, yaitu mengakibatkan
kerusakan terhadap infrastruktur yang telah dilakukan revitalisasi serta kebiasaan
masyarakat setempat yang tidak berubah terutama dalam pembuangan sampah.
Berikut ditampilkan kerusakan infrastruktur serta kebiasaan dari masyarakat
sekitar kawasan cibaduyut yang tidak berubah selama 10 (sepuluh) bulan setelah
dilakukannya revitalisasi :
a. Jalan yang Retak-Retak
Perbaikan jalan yang dilakukan dengan pembetonan memang membuat
stabilnya permukaan jalan di kawasan Cibaduyut sehingga tidak cepat
berlubang, tetapi dikarenakan antara sambungan beton tidak disatukan dengan
hotmix, menyebabkan retaknya antara sambungan beton tersebut dikarenakan
setiap harinya jalan raya Cibaduyut dilalui oleh banyak kendaraan terutam bis-
bis pariwisata.
71
Gambar 4.17 Jalan retak-retak
Foto lokasi : tanggal 01 – 10 Nopember 2012
b. Trotoar Rusak
Trotoar yang sudak direvitalisasi, agar para wisatawan yang datang ke kawasan
Cibaduyut nyaman berjalan menyusurusi kawasan untuk berbelanja, dan
dikarenakan kurangnya kesadaran pemilik toko dan pemilik rumah yang trotoar
depan toko/rumahnya diperbaiki mempergunakan untuk kegiatan-kegiatan
yang tidak semestinya, seperti : dipakai untuk parkir kendaraan, bongkar muat
dan kegiatan lainnya yang dapat merusak trotoar.
72
Gambar 4.18 Trotoar Rusak
Foto lokasi : tanggal 01 – 10 Nopember 2012
c. Tidak Terawatnya Drainase
Drainase yang sudah diperbaiki dengan memperbesar selokan dan dibuatkanya
pintu drainase untuk dilakukan pembersihan selokan, ternyata oleh pengusaha
pemilik toko dan pemilik rumah yang ada dipinggir jalan kawasan Cibaduyut
tidak dilakukan perawatan dengan baik, sehingga di musim hujan bulan
Oktober 2012 ini, banjir cileuncang kerap terjadi kembali karena lubang
drainase yang tertutup sampah serta tidak dilakukan pembersihan selokan
secara berkala/rutin.
Gambar 4.19 Drainase Rusak
Foto lokasi : tanggal 01 – 10 Nopember 2012
73
d. Tidak Terawatnya Pohon
Pohon-pohon yang sudah ditanam agar tumbuh menjadi besar pun agar kelak
kawasan Cibaduyut kembali rindang, ternyata dikarenakan tidak terawat
dengan baik mengakibatkan banyak pohon-pohon tersebut mati
Gambar 4.20
Pohon-pohon Tidak Terawat
Foto lokasi : tanggal 01 – 10 Nopember 2012
e. Tidak Terawatnya Lampu Penerangan Jalan
Lampu-lapum penerangan jalan yang sudah dipasang di beberapa titik terlihat
mati dan di beberapa titik lainnya sinar lampunya sudah redup.
f. Pembuangan Sampah Masyarakat
Kebiasaan ini yang sangat sulit diubah dari masyarakat sekitar kawasan
Cibaduyut yaitu menyimpan atau membuang sampah toko atau rumah tangga
di pinggir jalan, dengan dalih bahwa nanti akan dibersihkan oleh petugas
kebersihan, hal ini sangat kentara terlihat terutama di pagi hari.
Tumpukan-tumpukan sampah terjadi dibeberapa titik, sehingga meninggalkan
kesan kumuh kawasan Cibaduyut di pagi hari.
74
Gambar 4.21 Tumpukan Sampah Setiap Pagi
Foto lokasi : tanggal 01 – 10 Nopember 2012
g. Pedagang Kaki Lima yang belum ditertibkan, Lahan Parkir yang kurang
dan Kemacetan
Dengan dilakukannya revitalisasi di kawasan Cibaduyut seharusnya dapat
memecahkan permasalahan permasalahan lain yang terjadi, sehingga
wisatawan yang datang ke kawasan Cibaduyut akan semakin betah dan nyaman
dalam berbelanja sehingga mereka akan tinggal lebih lama. Tiga permasalahan
yang paling krusial yang seharusnya ditindaklanjuti untuk diselesaikan oleh
Pemerintah Kota Bandung selain masalah infrastruktur yaitu :
75
1. Lokalisasi Pedagang Kaki Lima, karena mereka masih berdagang/berjualan
di trotoar dan bahu jalan sehingga menimbulkan kemacetan;
2. Lahan Parkir kendaraan roda empat yang perlu ditambah, dimana dengan
banyaknya kendaraan roda empat yang parkir di bahu jalan menyebabkan
penyempitan jalan, otomatis menyebabkan kemacetan;
3. Kemacetan pun terjadi dikarenakan adanya dua pertigaan jalan yang saling
memotong arus jalan dan sampai dengan saat ini belum dicarikan solusinya.
4.2 Prinsip Kerjasama Pemeliharaan Kawasan Revitalisasi
Salah satu kegiatan penting dari kegiatan revitalisasi, adalah kegiatan
pemeliharaan yang dapat dilakukan oleh instansi Pemerintah Daerah dan dapat
menumbuhkan kesadaran di masyarakat untuk berperan serta
Revitalisasi infrastruktur kawasan Cibaduyut mempunyai dampak
langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat secara
berkesinambungan. Infrastruktur yang direvitalisasi harus dapat dimanfaatkan
sampai masa yang panjang, untuk itu diperlukan upaya pemanfaatan dan
pemeliharaan. Bila infrastruktur yang telah direvitalisasi tidak memberikan
manfaat jangka panjang akibat lemahnya pemeliharaan, akan berakibat pada tidak
tercapainya harapan masyarakat dan tujuan program, oleh karena itu perlu adanya
ketegasan, penanggungjawab dan rencana pemeliharaan infrastruktur yang baik
sesuai kebutuhan terhadap sarana & prasarana yang telah direvitalisasi.
Dengan melihat tujuan dari dilakukannya pemeliharaan kawasan yang
sudah direvitalisasi yaitu mengoptimalkan pemanfaatan berkelanjutan oleh
76
masyarakat, terjaminnya kualitas prasarana yang direvitalisasi agar tidak cepat
rusak, serta terwujudnya kawasan visibilitas (menarik dikunjungi), dan
investibilitas (ramah bagi pemodal/investor), maka untuk pelaksanaan
pemeliharaan memerlukan kerjasama antar instansi pemerintah dan
menumbuhkan kesadaran pada warga masyarakat sekitar yang didasarkan atas
hak, kewajiban dan tanggungjawab masing-masing untuk mencapai tujuan yang
telah dibuat. Dan untuk melihat efektif atau tidaknya kerjasama pemeliharan
dilakukan maka dilakukan penelitian dan wawancara di lapangan mengenai
penggunaan prinsip-prinsip umum good governance , yang terdiri dari :
4.2.1 Transparansi
Untuk transparansi berupa penyebaran informasi atau pertemuan dengan
masyarakat tentang pemeliharan kawasan revitalisasi Cibaduyut ini berdasarkan
hasil dari penelitian di lapangan tidak secara intensif dilakukan oleh dinas-dinas
terkait, walaupun pada saat dilakukan wawancara kepada Dudy Prayudi, ST, MT
(Bidang Penataan Bangunan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya) menyampaikan,
“Adanya proses sosialisasi/penyebaran informasi melalui seminar mengenai
konsep yang telah dibuat apakah sudah sesuai dengan aspirasi masyarakat atau
belum”.
Sedangkan Ibu Dewi salahsatu pemiliki Toko Pakaian di Cibaduyut
menyatakan, “tidak ada sosialisasi/penyebaran informasi konsep pemeliharaan,
bahkan trotoar sudah banyak yang rusak lagi dilakukan perbaikan secara
swadaya oleh pemilik toko yang berdekatan, itupun pemilik toko yang mempunyai
kesadaran untuk melakukan perbaikan, sedangkan banyak juga pemilik toko yang
77
tidak mempunyai kesadaran untuk melakukan perbaikan membiarkan rusak
begitu saja fasilitas yang sudah direvitalisasi.”
4.2.2 Akuntabilitas
Berdasarkan Keputusan Walikota Bandung Nomor : 530/Kep.295-
DISKUKM. PERINDAG/2009 tentang Tim Revitalisasi Sentra Industri dan
Perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jeans Cihampelas, Kaos dan Sablon Suci, Rajut
Binong Jati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Tahu dan Tempe Cibuntu,
adalah sebagi berikut :
Pengarah : 1. Walikota Bandung;
2. Wakil Walikota Bandung;
3. Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah
departemen Perindustrian;
4. Direktur Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam
Negeri Departemen Perdagangan;
5. Kepala Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa
Barat;
6. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Barat;
7. Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
Provinsi Jawa Barat;
8. Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota
Bandung
9. Ketua Dewan Pertimbangan Ekonomi (DPE) Kota
Bandung
Ketua : Sekretaris Daerah Kota Bandung
Wakil Ketua I : Asisten Administrasi Perekonomian dan
Pembangunan Pada Sekretariat Daerah Kota
Bandung
Wakil Ketua II : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Bandung;
Sekretaris : Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah
dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung
Wakil Sekretaris I : Kepala Bagian Perekonomian pada Sekretariat
Daerah Kota Bandung
Wakil Sekretaris II : Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung
Pembidangan :
78
Bidang Penataan
Prasarana
:
Koordinator : Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota
Bandung
Anggota : 1. Camat setempat dimana lokasi kegiatan revitalisasi
sentra industri dan perdagangan berada;
2. Kepala Unit Pelaksana Teknis Operasional
Pemeliharaan I pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kota Bandung;
3. Kepala Unit Pelaksana Teknis Operasional
Pemeliharaan II pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kota Bandung;
4. Kepala Unit Pelaksana Teknis Operasional
Pemeliharaan III pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kota Bandung;
5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Operasional
Pemeliharaan IV pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kota Bandung;
6. Koordinator masing-masing sentra industri dan
perdagangan
Bidang Penataan
Sarana
:
Koordinator : Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota
Bandung
Anggota : 1. Camat setempat dimana lokasi kegiatan revitalisasi
sentra industri dan perdagangan berada;
2. Koordinator masing-masing sentra industri dan
perdagangan
Bidang Penataan
Sarana Perdagangan
Koordinator : Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Koperasi,
Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian
Perdagangan Kota Bandung
Anggota 1. Kepala Seksi Sarana Perdagangan dan Bimbingan
pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Perindustrian Perdagangan Kota Bandung
2 Kepala Seksi Perdagangan Jasa pada Dinas
Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Perindustrian Perdagangan Kota Bandung
3. Kepala Seksi Sarana Perdagangan Kecil Non
Formal pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota
Bandung
4. Koordinator masing-masing sentra industri dan
79
perdagangan
Bidang Penataan
Sarana Sentra
Produksi
:
Koordinator : Kepala Bidang Industri Formal pada Dinas
Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Perindustrian Perdagangan Kota Bandung
Anggota : 1. Kepala Seksi Tekstil Produk Tekstil dan Mesin
Elektronik pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota
Bandung
2. Kepala Seksi Agro, Kimia,Logam, Alat Angkut,
Transportasi dan Elektronik pada Dinas Koperasi,
Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian
Perdagangan Kota Bandung
3. Kepala Seksi Industri Kecil Non Formal pada
Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Perindustrian Perdagangan Kota Bandung
4. Koordinator masing-masing sentra industri dan
perdagangan
Bidang Penataan
Ruang Kota
:
Koordinator : Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota
Bandung
Anggota : 1. Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Bandung
2. Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung
3. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung
4. Kepala Bagian Pembangunan dan Sumber Daya
Alam pada Sekretariat Daerah Kota Bandung
5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelola
Perparkiran pada Dinas Perhubungan Kota
Bandung
6. Kepala Bidang Perencanaan Fisik pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung
7. Koordinator masing-masing sentra industri dan
perdagangan
Bidang Penataan
Permodalan Usaha
:
Koordinator : Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung
Anggota : 1. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perijinan Terpadu Kota Bandung
2. Kepala Bidang Industri Kecil dan Dagang Kecil
80
Non Formal pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota
Bandung
3. Para Kepala Badan Umum Milik Negara (BUMN)
dan Badan Umum Milik Daerah (BUMD) di Kota
Bandung
4. Koordinator masing-masing sentra industri dan
perdagangan
Bidang
Pengembangan Jasa
Kepariwisataan
Koordinator : Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Bandung
Anggota : 1. Kepala Badan Komunikasi dan Informatika Kota
Bandung
2. Kepala Bagian Pemerintahan Umum pada
Sekretariat Daerah Kota Bandung
3. Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Bandung
4. Kepala Bidang Sosial Budaya pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung
5. Kepala Seksi Ekspor Impor dan Hubungan
Kerjasama Luar Negeri pada Dinas Koperasi,
Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian
Perdagangan Kota Bandung
6. Koordinator masing-masing sentra industri dan
perdagangan
Tim Revitalisasi mempunyai tugas pokok sebagaimana berikut :
1. Membuat jadwal dan rencana kerja pelaksanaan revitalisasi yang efektif dan
efesien;
2. Mengidentifikasi, menginventarisir, mengkaji dan menelaah serta menyusun
berbagai data dan permasalahan dalam revitalisasi serta industri dan
perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jean’s Cihampelas, Kaos dan Sablon Suci,
Rajut Binongjati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Tahu dan Tempe
Cibuntu;
81
3. Membuat rumusan kebijakan teknis revitalisasi sentra industri dan perdagangan
Sepatu Cibaduyut, Jean’s Cihampelas, Kaos dan Sablon Suci, Rajut Binongjati,
Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Tahu dan Tempe Cibuntu;
4. Memberikan pertimbangan/rekomendasi mengenai rencana revitalisasi sentra
industri dan perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jean’s Cihampelas, Kaos dan
Sablon Suci, Rajut Binongjati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Tahu
dan Tempe Cibuntu;
5. Mengkooordinasikan segala kegiatan dalam rangka mendukung upaya
revitalisasi sentra industri dan perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jean’s
Cihampelas, Kaos dan Sablon Suci, Rajut Binongjati, Tekstil dan Produk
Tekstil Cigondewah, Tahu dan Tempe Cibuntu;
6. Mensosialisasikan kebijakan-kebijakan pemerintah dan atau pemerintah daerah
dalam rangka revitalisasi sentra industri dan perdagangan Sepatu Cibaduyut,
Jean’s Cihampelas, Kaos dan Sablon Suci, Rajut Binongjati, Tekstil dan
Produk Tekstil Cigondewah, Tahu dan Tempe Cibuntu;
7. Menampung aspirasi masyarakat dalam upaya pelaksanaan revitalisasi sentra
industri dan perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jean’s Cihampelas, Kaos dan
Sablon Suci, Rajut Binongjati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Tahu
dan Tempe Cibuntu;
8. Merekomendasikan pelaksanaan pembinaan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi satuan kerja perangkat daerah/instansi terkait kepada para pelaku usaha
di sentra industri dan perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jean’s Cihampelas, Kaos
82
dan Sablon Suci, Rajut Binongjati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah,
Tahu dan Tempe Cibuntu;
9. Melaporkan pelaksanaan Keputusan ini secara berkala sewaktu-waktu apabila
diminta kepada Walikota Bandung melalui Sekretaris Daerah Kota Bandung.
Anggaran revitalisasi kawasan Cibaduyut sudah masuk dalam APBD
(Anggaran Pendapatan dan Belanja) Kota Bandung yang juga telah disetujui oleh
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) Kota Bandung Anggaran Tahun 2011.
Anggaran untuk melakukan revitalisasi Kawasan Cibaduyut ini pada
Tahun 2011 terdapat di Dinas Bina Marga dan Pengairan serta Dinas Pemakaman
dan Pertamanan, dengan besarnya anggaran sebagai berikut :
Tabel 4.4 Anggaran Revitalisasi Kawasan Cibaduyut
No Pekerjaan Nilai Tahun
1 Peningkatan Jl.Cibaduyut Lama 100jt 2005
2 Rehabilitasi Saluran Jl.Cibaduyut
Lama 45jt 2005
3 Peningkatan Jl.Cibaduyut 350jt 2006
4 Pembangunan Trotoar
Jl.Cibaduyut 100jt 2007
5 Pembangunan Saluran dan
Trotoar Jl.Cibaduyut Raya 588jt 2009
6 Perencanaan Revitalisasi
Jl.Cibaduyut 200jt 2009
7 Peningkatan Jl.Cibaduyut Raya
(Tahap I) 1,25M 2010
8 Peningkatan Jl.Cibaduyut Raya 600jt 2010
83
(Tahap II)
9 Peningkatan Jalan, Saluran , dan
Trotoar Cibaduyut Raya 3,30 M 2011
10
Penanaman pohon, peletakan
tanaman dan pemasanngan
reklame
50 M
(sifat anggaran
untuk keseluruhan
kawasan di Kota
Bandung, termasuk
di dalamnya untuk
Kawasan
Cibaduyut)
2011
Untuk pemeliharaan kawasan revitalisasi kawasan tidak ada anggaran
khusus yang dapat digunakan tetapi anggaran pemeliharaan ini bersifat
menyeluruh terhadap semua fasitas sarana dan prasarana yang ada di Kota
Bandung.
Dinas yang mempunyai anggaran pemeliharaan sarana dan prasarana di
Pemerintah Kota Bandung terdapat pada Dinas Bina Marga dan Pengairan serta
Dinas Pemakaman dan Pertamanan.
Seperti yang diutarakan oleh Mochamad Hasan (Bidang Perencanaan)
Dinas Bina Marga dan Pengairan, menyampaikan, “untuk anggaran masih
bersatu dengan anggaran pemeliharaan lainnya sesuai dengan program kerja
dinas marga. Ada anggaran tanggap darurat untuk pemeliharaan yang sangat
penting dan mendadak.”
Dan untuk besaran anggaran pemeliharaan pun telah disebarkan
informasinya secara terbuka kepada publik dengan menggunakan internet yang
84
dapat diunduh melalui http://LPSE.Bandung.go.id pada Rencana Umum
Pemilihan (RUP) Tahun Anggaran 2012, dengan besar anggaran sebagai berikut :
Tabel 4.5 Anggaran Pemeliharaan
No Instansi Nilai Tahun
1 Dinas Bina Marga dan Pengairan 10.849.012.700 2012
2 Dinas Pemakaman dan
Pertamanan 2.235.000.000 2012
4.2.3 Partisipatif
Tahapan sosialisasi dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam
rangka akan dimulainya revitalisasi kawasan Cibaduyut, hal ini dilakukan sesuai
dengan Tugas Pokok Tim Revitalisasi yaitu melakukan sosialisasi kebijakan-
kebijakan Pemerintah Daerah dan menampung aspirasi masyarakat.
Sosialisasi dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 23 Pebruari 2011 jam
09.00 s/d 11.00 bertempat di Kantor Kecamatan Bojongloa Kidul dilakukan
pertemuan antara Walikota Bandung yang didampingi unsur OPD terkait seperti
Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan, Dinas
Bina Marga, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, dan Dinas Pemakaman dan
Pertamanan ; unsur KADIN (Kamar Dagang dan Industri) Kota Bandung dan
DPE (Dewan Pertimbangan Ekonomi) Kota Bandung; dan beberapa anggota
DPRD Kota Bandung dengan masyarakat dan pengusaha yang ada di kawasan
Cibaduyut.
85
Dalam pertemuan ini Walikota Bandung menyampaikan : “Secara
bertahap, Pemkot Bandung akan mengupayakan perbaikan infrastruktur jalan,
trotoar, drainase dan sarana perparkiran kawasan sentra wisata dan industri
perdagangan yang ada di kota Bandung, khususnya kawasan Cibaduyut yang
memerlukan penanganan yang cepat dikarenakan kondisi infrastrukturnya sudah
tidak nyaman lagi bagi wisatawan yang datang akan berwisata belanja.”
Selanjutnya Walikota Bandung juga menegaskan bahwa : “perlunya ada
percepatan terkait penataan tujuh kawasan sebagai sentra industry perdagangan
Kota Bandung, yakni sentra sepatu Cibaduyut, sentra jeans Cihampelas, sentra
kaus Surapati, sentra rajut Binongjati, sentra kain Cigondewah, sentra tahu
tempe Cibuntu-Andir dan sentra boneka Sukajadi.Untuk kemajuan sentra dan
menjadikan potensi yang mendorong perekonomian ekonomi kota yang bisa
diandalkan, pemkot Bandung merencanakan akan membentuk tim gabungan yang
melibatkan DPE, Kadinda dan organisasi profesi lainnya disektor wisata,
diantaranya Arsita, PHRI dan biro perjalanan termasuk wartawan media
massa.”
Sementara Koordinator Sentra Sepatu Cibaduyut, Tendi menyatakan
:“memang dibutuhkan percepatan pelaksanaan revitalisasi di Kawasan
Cibaduyut, dikarenakan kondisinya yang sudah sangat mengkhawatirkan
diantaranya kondisi jalan yang rusak, trotoar yang sudah tidak nyaman,
kemacetan serta terjadinya banjir pada saat musim penghujan dikarenakan
kondisi drainase yang sudah tidak baik. Disamping itu diperlukan adanya lahan
yang refresentatif untuk digunakan sebagai lahan parkir, dikarenakan pada saat
86
waktu libur kendaraan yang masuk ke Kawasan Cibaduyut tidak hanya
kendaraan pribadi tetapi juga bus-bus pariwisata.Pihaknya juga mewacanakan
akan menata kios-kios PKL oleh-oleh Bandung diantaranya pedagang pakaian
jadi, kaus dan aneka gorengan, ditarik masuk ke sarana parkir. Dibuat semacam
pasar tradisional, sehingga kawasan Jalan Cibaduyut bersih, tidak kumuh dan
lalu lintas tidak macet. “Kitapun sudah ngobrol dengan pengrajin sepatu, proses
home industry alas kaki Cibaduyut juga akan ditampilkan menjadi obyek wisata”.
Camat Bojongloa Kidul pun pada kesempatan pertemuan ini
menyampaikan :“segala permasalahan-permasalahan yang ada di Kawasan
Cibaduyut dan mengharapkan agar pelaksanaan revitalisasi Kawasan Cibaduyut
menjadi prioritas.utama untuk direalisasikan.”
Sesuai dengan maksud dari pertemuan yaitu menyamakan persepsi dan
konsep revitalisasi yang akan dilaksanakan di Kawasan Cibaduyut, dimana
Pemerintah Kota Bandung mempunyai kewenangan dalam hal penganggaran juga
harus menampung aspirasi keinginan masyarakat setempat dan pihak swasta
mengenai revitalisasi yang diinginkan, sehingga pelaksaaan revitalisasi yang
direncanakan merupakan hasil dari sebuah kesepakatan antara unsur pemerintah,
masyarakat dan swasta.
Adapun usulan yang muncul dari masyarakat dan para pengusaha
Cibaduyut pada kesempatan ini disampaikan oleh salah seorang perwakilannya
yaitu Anto, yang telah membuatkan beberapa gambar desain-desain disertai
keterangan-keterangan tentang konsep revitalisasi yang selain menggunakan
angaran dari pemerintah tetapi juga membuka kesempatan kepada pihak-pihak
87
swasta lain untuk terlibat. Desain dan Konsep revitalisasi yang diusulkan adalah
sebagaimana berikut :
88
Gambar 4.22 Desain dan Konsep revitalisasi yang diusulkan
Sumber :Dokumen Kecamatan Bojongloa Kidul
Memperhatikan susunan Tim Revitalisasi terlihat pada susunan anggota
Bidang Sarana ,Prasarana dan Penataan Ruang Kota melibatkan Camat serta
koordinator masing-masing sentra industri dengan maksud sebagi akses bagi
masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses sistem dan mekanisme
perencanaan, pembangunan dan pengendalian pembangunan.
Pelaksanaaan revitalisasi infrastruktur Kawasan Cibaduyut memang telah
ditunggu sejak lama oleh masyarakat sekitar Cibaduyut, dikarenakan kerusakan
infrastruktur yang terjadi selain mengganggu aktifitas keseharian juga sedikitnya
bagi para pemilik toko dan pengusaha mempengaruhi terhadap omzet penjualan
dan produksi.
Tetapi memang pada saat penyampaian informasi awal akan
dilaksanakannya revitalisasi infrastruktur kawasan tidak seluruh masyarakat
terutama pemilik toko serta bangunan yang ada di pinggir jalan mengetahui
konsep revitalisasi sehingga pada saat dilakukannya tahapan pelaksanaan
revitalisasi pemilik toko dan bangunan yang berada di pinggir jalan mengeluhkan
terganggunya aktifitas usaha mereka, seperti yang dituturkan oleh Bapak Asep
89
salahsatu pemilik Toko Sepatu yang menyatakan, “ tidak menerima sosialisasi
mengenai revitalisasi Kawasan Cibaduyut, hanya melihat dan menerima
realisasinya saja.”
Begitu pula setelah selesai dilakukannya revitalisasi infrastruktur Kawasan
Cibaduyut hamper seluruh pemilik toko dan bangunan tidak mengetahui apa yang
harus dilakukan untuk melakukan pemeliharaan terhadap infrastruktur yang telah
direvitalisasi, dikarenakan tidak adanya penyampaian informasi lanjutan yang
harus dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung kepada para pengurus RT, RW
dan masyarakat sekitar Cibaduyut , bagaimana seharusnya memelihara kawasan
yang telah selesai dilakukan revitalisasi agar tidak cepat rusak, berumur panjang
serta dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Salahsatu pemandangan yang sangat kentara tidak ada perubahan dari
pelaksanaan revitalisasi Kawasan Cibaduyut ini adalah adanya titik-titik lokasi
penumpukan sampah setiap hari terutama di pagi hari dari mulai jam 06 sampai
dengan jam 10 (dilakukan pengangkutan tumpukan sampah oleh truk dari PD.
Kebersihan), walaupun dilakukan pengangkutan tumpukan-tumpukan sampah ini
terus saja berulang sehingga menimbulkan kesan kumuh kawasan pariwisata.
Tema permasalahan penumpukan sampah ini sebenarnya sudah sering
menjadi pokok bahasan di aparat kewilayahan (Kecamatan dan Kelurahan) yang
mencoba berkomunikasi dengan para pengurus RT/RW untuk mencari solusi
mengatasi permasalahan penumpukan sampah ini, tetapi sampai dengan saat ini
belum diperoleh suatu titik temu pemecahan masalahnya, karena penumpukan
sampah selain berasal dari sisa-sisa wisatawan yang membuang sampah secara
90
sembarangan, juga dilakukan oleh masyarakat rumah tangga sekitar Cibaduyut
yang tidak memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.
Harian Umum Pikiran Rakyat pada hari Kamis tanggal 06 Desember 2012
memberikan berita penumpukan sampah ini dengan judul “Tumpukan sampah
Dikeluhkan (Kedisiplinan Warga di Cibaduyut Masih Minim)”, dengan inti berita
: “Warga dan pengguna jalan Cibaduyut Kota Bandung, mengeluhkan sampah
yang selalu menumpuk di pinggir jalan, di depan beberapa toko. Tumpukan
sampah itu kerap mengganggu arus lalu lintas di ruas jalan yang memang
bervolume padat. Juga dilakukan wawancara terhadap warga Cibaduyut, Bapak
Ahmad Syarif yang menyatakan, “Tiap pagi, ketika lewat sini, selalu ada
tumpukan sampah. Bukan hanya di satu tempat, melainkan banyak dengan jarak
10-50 meter”. Sedangkan Bapak Jafar menyatakan, “Sampah semakin
menggunung pada keesokan paginya, apalagi kalau petugas dari PD. Kebersihan
terlambat datang dan jika turun hujan, sampah itu menyebabkan tersumbatnya
drainase dan akhirnya terjadi cileuncang.”
Untuk permasalahan sampah ini pun setelah ditelusuri terhadap pemilik
toko dan bangunan di pinggir jalan, ternyata ada dua versi cerita yang berbeda
yaitu, pertama, seperti yang dituturkan Ibu Dewi pemilik toko pakaian
menyatakan, “Secara pribadi saya dan karyawan saya sangat menyadari dan
berusaha aktif dalam menjaga revitalisasi yg ada disekitar kami. Contohnya :
mengenai sampah, kami inisiatif membuang sampah sendiri ke TPS dekat jalan
tol dengan bayar iuran sendiri. Namun tetangga disekeliling kami banyak yg tidak
kooperatif dalam menjaga kebersihan. Mereka secara rutin membuang sampah ke
91
jalan, bahkan ada yg dimasukkan ke lubang air gorong2. Saya jg pernah
mengingatkan mereka.. tapi hal tsb tetap dilakukan secara berulan.”. Yang kedua
yang dituturkan oleh Bapak Ridwan pemilik toko sepatu menyatakan, “Memang
di depan toko kami setiap pagi ada penumpukan sampah, tapi sampah-sampah itu
berasal dari sampah toko kami yang kami simpan di depan toko karena telah
terbiasa koordinasi dengan truk pengangkut sampah, sedangkan apabila tiap pagi
tumpukan menjadi menggunung, karena banyak warga yang di belakang toko
kami yang ikut membuang sampah serta masyarakat yang lewat pun apabila
malam menggunkan motor membuang berplastik-plastik sampah dan mereka
tidak berkoordinasi sedikitpun seperti kami.”
4.2.4 Efesiensi dan Efektivitas
Untuk pelaksanaan revitalisasi Kawasan Cibaduyut ini telah dilakukan
wawancara dengan beberapa instansi terkait yang masuk ke dalam Tim
Revitallisasi untuk Bidang Penataan Ruang Kota serta Bidang Penataan Sarana
dan Prasarana yaitu terdiri Dinas Bina Marga dan Pengairan, Dinas Tata Ruang
dan Cipta Karya, Dinas Pemakaman dan Pertamanan dan Kecamatan Bojongloa
Kidul selaku penangungjawab wilayah, sebagaimana berikut :
Untuk Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya berperan sebagai pengonsep
dalam revitalisasi industri di kawasan Cibaduyut, seperti yang diutarakan oleh
Dudy Prayudi, ST. MT (Bidang Penataan Bangunan) : “Dinas Tata Ruang dan
Cipta Karya berperan dalam pengalokasian dan penataan lokasi-lokasi untuk
pedagang, tempat parkir, penataan pedestrian, dan saluran untuk menghindari
banjir yang direalisasikan dalam program RTBL (rencana tata bangunan dan
92
lingkungan).Selain itu Distarcip berperan dalam pelegalan tempat atau kawasan
tertentu seperti pelegalan tempat industri sepatu.Untuk pengalokasian tempat
dagang, dikarenakan kepemilikan bangunan adalah milik warga, sehingga
apabila dibeli oleh pemerintah harus melalui pembebasan lahan yang
membutuhkan waktu lama, sehingga sekarang ini fokus kajian dilakukan pada
pembangunan sentra parkir.Tetapi sampai saat ini hal tersebut belum dapat
direalisasikan dikarenakan sulitnya mencari lahan, sehinga untuk tempat parkir
digunakan lahan industri yang mempunyai lahan besar untuk parkir sebagai
tempat parkir bagi wisatawan yang berkunjung, seperti oulet ouval memiliki
lahan parkir yang luas, selain itu dinas tata ruang sekarang ini melakukan tata
ruang untuk koridor jalan”. Selanjutnya beliau menyampaikan tentang kaitan
anggaran yang disiapkan oleh Distarcip, “Untuk Distarcip tidak ada anggaran
khusus dalam revitalisasi industri Cibaduyut karena Distarcip hanya membuat
konsep tata ruang dalam RTBL di Cibaduyut pada tahun 2008, distarcip hanya
mengirimkan tim ahli sebagai ahli pembuat tata lokasi sentra industri cibaduyut.
Pelaksanaan fisiknya yang membutuhkan dana dilaksanakan oleh dinas bina
marga , pertamananan dan lainnya.
Dari hasil wawancara terlihat peran dari Dinas Tata Ruang dan Cipta
Karya (Distarcip) adalah dalam pengalokasian dan penataan lokasi-lokasi untuk
pedagang, tempat parkir, penataan pedestrian, dan saluran untuk menghindari
banjir yang direalisasikan dalam program RTBL (rencana tata bangunan dan
lingkungan).
93
Revitalisasi
industri Cibaduyut
Konsep Tata
Ruang (RTBL)
Distarcip
Masyarakat
Cibaduyut
FGD
Swasta
Gambar 4.23 Program RTBL
Sumber :Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
Dari gambar kerjasama pada dinas tata ruang dan cipta karya,
menunjukkan bahwa melalui FGD diharapkan dapat menampung aspirasi
masyarakat Cibaduyut dan menyatukan konsep dengan Distarcip untuk mencapai
suatu kesepakatan. Setelah terbentuk suatu kesepakatan konsep yang dituangkan
dalam RTBL selanjutnya pihak swasta dapat berperan serta dalam mengganggas
ide untuk mewujudkan konsep tersebut.
Peran Dinas Bina Marga dan Pengairan sebagai eksekutor atau pelaksana
dalam revitalisasi kawasan Cibaduyut, diutarakan oleh Mochmad Hasan (Bidang
Perencanaan), “ Dinas Bina Marga dan Pengairan bertindak selaku pelaksana
dalam revitalisasi kawasan Cibaduyut dengan besarnya anggaaran tahun 2011
sebesar Rp 3,30 M yang diperuntukkan bagi peningkatan jalan, saluran dan
trotoar Cibaduyut Raya dan Cibaduyut Dalam serta pemeliharaan PJU
(penerangan jalan umum) di jalan Cibaduyut Lama mulai dari jalan raya
Cibaduyut sampai jalan Kopo. Untuk tahapan pelaksanaan revitalisasi kawasan
Cibaduyut ternyata telah berlangsung lama, seperti yang diutarakan beliau
94
selanjutnya, “Prosesnya di mulai dari tahun 2005, yang dilakukan adalah
mengerjakan program yang telah diprogramkan oleh Bina Marga berdasarkan
SK walikota, tetapi untuk pekerjaan yang benar-benar besar dilakukan pada
tahun 2010 hingga 2011.
Dari hasil wawancara peran dari Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam
Revitalisasi Industri Cibaduyut adalah sebagai dinas yang mempunyai tugas untuk
melakukan perbaikan jalan utama seperti peningkatan jalan, perbaikan saluran dan
trotoar, selain itu dinas ini berperan juga dalam pemeliharaan PJU (penerangan
jalan umum) dijalan cibaduyut termasuk daerah revitalisasi. Berdasarkan hasil
wawancara menunjukkan bahwa sudah terjalin kerjasama antara pihak swasta
dengan dinas bina marga dan pengairan dalam pemeliharaan revitalisasi. Selain itu
bila terjadi kerusakan dari fasilitas yang telah dibangun,masyarakat yang
memberitahukan kepada pihak dinas melalui pihak kecamatan.
Dinas Pemakaman dan Pertamanan berperan sebagai pendukung dalam
untuk menunjang keindahan dan kebersihan di kawasan Cibaduyut, seperti yang
diutarakan Heri Guratman (Sekretaris Dinas Pemakaman dan Pertamanan),
“Peran Dinas Pemakaman dan Pertamanan dalam revitalisasi cibaduyut adalah :
menentukan dekorasi daerah revitalisasi, penempatan reklame, melakukan
penanaman pohon agar penampilan daerah revitalisasi terlihat lebih nyaman dan
sehat dan melakukan kegiatan penempatan atau tempat penanaman pohon dan
tanaman-tanaman sebagai hiasan daerah revitalisasi”. Sedangkan untuk besaran
anggaran yang dipersiapkan, beliau menambahkan, “ Untuk Dinas Pemakaman
dan Pertamanan tidak ada anggaran khusus untuk pelaksanaan revitalisasi. Lebih
95
ke daerah prioritas sebagai agenda kerja dinas pertamanan yang dibawahi oleh
Walikota. Dinas Pemakaman dan Pertamanan hanya mengonsep daerah atau
tempat yang potesial untuk ditanami pohon dan pemasangan reklame yang
anggarannya sudah tercover oleh anggaran tahunan Dinas Pemakaman dan
Peertamanan sebesar 50 Milliar. Anggaran tersebut sudah termasuk penanaman
pohon, peletakan tanaman, pemasangan reklame, dan penghijauan untuk seluruh
daerah yang ada di Kota Bandung.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa peran Dinas Pemakaman dan
Pertamanan hanya menjadi penunjang ataupun pelengkap dalam revitalisasi.
Lingkungan dan dekorasi Cibaduyut dilakukan oleh dinas ini. Kurangnya personil
pada dinas ini menyebabkan sukarelawan dari warga untuk ikut melaksanakan
revitalisasi. Selain itu setelah revitalisasi,pemeliharaan pun dilakukan bersama
dengan warga.
Sedangkan peran dari aparat kewilayahan seperti Kecamatan dan
Kelurahan dalam pelaksanaan revitalisasi kawasan Cibaduyut, Sudjito (Kepala
Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kecamatan Bojongloa Kidul) dan Tisna (Lurah
Cibaduyut) menyampaikan hal yang sama, “Adanya koordinasi dari OPD terkait
mengenai revitalisasi industri sepatu Cibaduyut dengan pihak Kecamatan. Dari
dinas Tata Ruang dan Cipta Karya serta Dinas Bina Marga dan Pengairan
mengundang pihak kecamatan untuk rapat mengenai revitalisasi industri sepatu
yang akan dilakukan Cibaduyut”. Dan untuk penyampaian program revitalisasi
kepada masyarakat mereka menyampaikan, “Pihak kecamatan mensosialisasikan
revitalisasi industri sepatu Cibaduyut terhadap masyarakat melalui kelurahan
96
Cibaduyut dan pihak kelurahan berkoordinasi dengan RT/RW setempat untuk
membantu penyampaian informasi tersebut”. Tentang keterlibatan pengusaha dan
masyarakat setempat pun mereka menyampaiakan, “ Pengusaha sepatu secara
umum mendukung adanya revitalisasi tersebut karena memang membantu mereka
dalam mengembangkan usahanya, disini pengusaha sepatu menjadi salah satu
objek yang terkait langsung terhadap revitalisasi seperti pembangunan jalan raya
disekitar toko mereka. Namun pada saat pelaksanaan teknis nya memang belum
ada koordinasi yang baik dari pihak pemborong terhadap Kecamatan, kelurahan
dan RT/RW setempat sehingga pihak toko merasa terganggu aksesnya saat
pemborong membangun jalan tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Sedangkan hasil wawancara dengan pihak kecamatan dan kelurahan
Cibaduyut menunjukkan bahwa masyarakat berinteraksi dengan OPD terkait
dalam revitalisasi melalui pihak Kecamatan dan Kelurahan. Pihak Kelurahan
menampung segala aspirasi masyarakat mengenai revitalisasi yang
dilakukan,bahkan setelah revitalisasi selesai pun masih dilakukan peninjauan.
Setelah itu baru lah pihak Kelurahan menyampaikan aspirasi masyarakat kepada
pihak Kecamatan. Selanjutnya pihak Kecamatan akan melalakukan diskusi
dengan OPD yang terkait untuk menyampaikan hal tersebut. Berikut adalah jalur
informasi ataupun penyampaian aspirasi masyarakat mengenai revitalisasi di
Cibaduyut :
Masyarakat pihak kelurahan pihak kecamatan SKPD
Gambar 4.24 Jalur Informasi Aspirasi Masyarakat
Sumber :Kecamatan Bojongloa Kidul
97
Tanda panah dua arah menunjukkan jalur untuk penyampaian informasi
dapat berlaku dari OPD kepada pihak kecamatan lalu pihak kelurahan, kemudian
sampai ke masyarakat.
Dinas Bina Marga dan Pengairan melalui Mochamad Hasan (Bidang
Perencanaan) menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemeliharaan yaitu, “ Jika proyek besar sering dilakukan oleh pihak ke tiga
dengan melakukan proses pelelangan biasanya untuk anggaran pemeliharaan
yang lebih dari 100jt. Jika proyek kecil dilakukan oleh Bina Marga langsung
sesuai program yang telah ada, yang sering disebut swakelola. Keterlibatan
masyarakat hanya sebagai pihak yang menyampaikan kepada Dinas Bina Marga
bila ada kerusakan pada jalan, trotoar ataupun lampu penerangan. Dengan
bidang khusus yang menangani pemeliharaan di Dinas Bina Marga adalah
Bidang Pemeliharaan.”
Untuk Dinas Pemakaman dan Pertamanan untuk kegiatan pemeliharaan ini
seperti yang diutarakan oleh Dadang Heri Guratman (Sekretaris Dinas), “ Untuk
konsep dekorasi kawasan Cibaduyut melibatkan masukan dari masyarakat,
dimana masyarakat yang ingin melakukan penanaman pohon di daerah
revitalisasi yang belum ditanami pohon atau tanaman, masyarakat dapat meminta
pohon dan tanaman ke Dinas Pemakaman dan Pertamanan, kemudia dinas
melalui bagian RTH (penghijauan) melakukan peninjauan lokasi guna
memastikan tempat yang akan ditanami itu baik atau tidak.. Sedangkan untuk
operasional dilapangan dengan bidang yang menangani pemeliharaan terdiri
dari Bidang RTH (penghijauan) dan Bidang Pertaman melibatkan juga aparat
98
kewilayahan dan Satpol PP, yaitu melakukan penyiraman pepohonan yang ada di
daerah revitalisasi dengan armada tanki berjumlah 6 mobil. Pemotongan pohon-
pohon tua yang dapat mengganggu keselamatan di jalan raya maupun bangunan
bangunan yang berada disamping pohon. Penanaman ulang pohon-pohon yang
mati, penyimpanan kembali tanaman-tanaman yang potnya telah rusak dan
pemberian pupuk secara berkelanjutan untuk tanaman dan pohon agar tidak
mati. Satpol PP juga diberikan mandat untuk mengamankan PKL yang seringkali
merusak tanaman dan pohon-pohon yang sedang tumbuh. Adapun kendala yang
dihadapi oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan, dituturkan, “Kurangnya
personil, peralatan, dan perlengkapan kerja. Hanya ada 6 mobil tanki untuk
menyiram 604 taman termasuk daerah revitalisasi. Sekarang ini pekerja-pekerja
yang sering bertugas untuk melakukan pemeliharaan adalah sukwan yang tidak
mendapat gaji dari negara.”
4.2.5 Konsensus, Saling Menguntungkan dan Memajukan
Untuk konsensus dilakukannya pemeliharaan kawasan revitalisasi
Pemerintah Kota Bandung berdasarkan kepada Surat Keputusan Walikota
Bandung Nomor : 530/Kep.295-DISKUKM.PERINDAG/2009, bahwa untuk
pemeliharaan kawasan yang sudah direvitalisasi menjadi tanggungjawab :
Pembidangan :
Bidang Penataan
Prasarana
:
Koordinator : Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota
Bandung
Anggota : 1. Camat setempat dimana lokasi kegiatan revitalisasi
sentra industri dan perdagangan berada;
2. Kepala Unit Pelaksana Teknis Operasional
Pemeliharaan I pada Dinas Bina Marga dan
99
Pengairan Kota Bandung;
3. Kepala Unit Pelaksana Teknis Operasional
Pemeliharaan II pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kota Bandung;
4. Kepala Unit Pelaksana Teknis Operasional
Pemeliharaan III pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kota Bandung;
5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Operasional
Pemeliharaan IV pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kota Bandung;
6. Koordinator masing-masing sentra industri dan
perdagangan
Bidang Penataan
Sarana
:
Koordinator : Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota
Bandung
Anggota : 1. Camat setempat dimana lokasi kegiatan revitalisasi
sentra industri dan perdagangan berada;
2. Koordinator masing-masing sentra industri dan
perdagangan
Bidang Penataan
Ruang Kota
:
Koordinator : Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota
Bandung
Anggota : 1. Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Bandung
2. Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung
3. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung
4. Kepala Bagian Pembangunan dan Sumber Daya
Alam pada Sekretariat Daerah Kota Bandung
5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelola
Perparkiran pada Dinas Perhubungan Kota
Bandung
6. Kepala Bidang Perencanaan Fisik pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung
7. Koordinator masing-masing sentra industri dan
perdagangan
Dan untuk komitmen saling menguntungkan dan memajukan, sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh aparat kewilayahan (kecamatan dan
kelurahan), yaitu : “Bila terdapat prasarana yang rusak warga melapor ke RT/RW
100
setempat kemudian ke kelurahan yang nantinya akan disampaikan kepada pihak
Kecamatan. Setelah itu barulah pihak Kecamatan melapor terhadap SKPD
terkait. Namun bila prasarana tersebut rusaknya ringan terkadang langsung
ditangani oleh kelurahan setempat. Secara rutin pun pihak kecamatan, kelurahan
dan warga melakukan pemeliharaan yang ringan-ringan dengan melakukan
kegiatan JumSih (Jumat Bersih).”
Untuk pemeliharan yang dilakukan oleh Dinas Pemakaman dan
Pertamanan aparat kewilayahan menyampaikan, “Masyarakat kadang meminta
pohon melalui kelurahan untuk disampaikan ke kecamatan sebelum ke dinas
terkait namun memang dari dinas tersebut tidak dapat langsung menanggapi
permintaan masyarakat. Dinas tersebut perlu melakukan survey kelayakan tanam
di daerah yang dituju dan prosesnya cukup lama karena memang adanya
prioritas daerah yang jauh lebih membutuhkan penanaman pohon. Sedangkan
untuk masalah “penumpukan sampah” disepanjang Jalan Cibaduyut,”Sebenarnya
sudah ada peringatan dan sosialisasi dari pihak kelurahan dan kecamatan,
namun memang masyarakat masih kurang tertib. Selain itu bukan hanya warga
setempat saja yang membuang sampah disana namun ada warga dari daerah lain
yang dekat lokasi ikut menimbun sampah pada lokasi tersebut. Hal tersebut
terbukti pada saat dilakukannya sidak di malam hari oleh pihak kelurahan.
4.3 Bentuk Kerjasama Pemeliharaan Kawasan Revitalisasi
Untuk Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya terhadap pemeliharaan , seperti
yang diutarakan oleh Dudy Prayudi (Bidang Penataan Bangunan) , “Tidak ada
101
pemeliharaan karena Distarcip hanya membuat konsep perencanaan dalam RTBL
(rencana tata bangunan dan lingkungan)”. Sedangkan mengenai kendala yang
dihadapi pada saat perencanaan yang belum direalisasikan, Dudy Prayudi,
menyampaikan, “Distarcip menghadapi kendala dalam penyediaan lahan parkir
karena harus melakukan pembebasan lahan masyarakat untuk memperluas jalan
sehingga kapasitas parkir bertambah. Pembebasan lahan masyarakat
memerlukan waktu yang tidak sedikit sehingga akhirnya pembangunan fisik untuk
parkir pun tidak terlaksana, dan saat ini tempat parkir yang tersedia diantaranya
adalah tempat parkir di Oval” .
Dinas Bina Marga dan Pengairan melalui Mochamad Hasan (Bidang
Perencanaan) menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan bentuk kerjasama
pemeliharaan yaitu, “ untuk pelaksanaan kerjasama pemeliharaan kawasan
Cibaduyut memang tidak dilaksanakan secara formal, tetapi fungsi tim yang
dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari dinas yang harus
dilaksanakan, dikarenakan di dinas kami ada anggaran pemeliharaan maka bila
ada sarana yang rusak akan diperbaiki.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh aparat kewilayahan
(kecamatan dan kelurahan), yaitu : “kerjasama tim revitalisasi dilakukan pada
saat dilaksanakannya sosialisasi akan dilaksanakannya revitalisasi, tetapi
memang tidak menjelaskan secara detail apa tugas dari kecamatan dan
kelurahan, hal ini dimungkinkan karena pelaksanaan tugas tim disesuaikan
dengan tupoksinya masing-masing ”
102
Untuk Dinas Pemakaman dan Pertamanan untuk kegiatan pemeliharaan ini
seperti yang diutarakan oleh Dadang Heri Guratman (Sekretaris Dinas),
“ kerjasama tim revitalisasi secara otomatis telah terbentuk sendiri, karena
masing-masing dinas telah mengetahui apa yang harus dikerjakan sesuai dengan
anggaran yang ada”.
4.4 Koordinasi Kerjasama Pemeliharaan Kawasan Revitalisasi
Koordinasi dari pelaksanaan kerjasama pemeliharaan kawasan revitalisasi
Cibaduyut , seperti yang diutarakan oleh Dudy Prayudi (Bidang Penataan
Bangunan) , “untuk koordinasi antar tim revitalisasi berjalan secara sistematis,
Distarcip selaku koordinator bidang penataan ruang kota membuat RTBL,
selanjutnya menyerahkan tanggungjawab untuk melakukan pembangunan sarana
prasarana serta pemeliharaannya kepada dinas-dinas terkait yang termasuk
dalam tim revitalisasi”.
Dinas Bina Marga dan Pengairan melalui Mochamad Hasan (Bidang
Perencanaan) menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan bentuk kerjasama
pemeliharaan yaitu, “ koordinasi pembangunan hanya dilakukan secara internal
ketika anggaran pembangunan sarana dan prasarana telah masuk dan disetujui,
dimana dinas langsung membuat langkah-langkah pelaksanaan dari mulai
perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan, untuk pemeliharaan sudah
diutarakan tadi sifatnya umum.”
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh aparat kewilayahan
(kecamatan dan kelurahan), yaitu : “koordinasi agak kurang dilakukan oleh dinas-
103
dinas yang akan melakukan revitalisasi dan pemeliharaan, sehingga kerena kami
yang merupakan aparat yang bersentuhan langsung dengan warga, sering
mendapatkan keluhan-keluhan langsung dari warga dan dikarenakan
keterbatasan kewenangan yang dimiliki , maka kami menyampaikan keluhan-
keluhan itu kembali kepada dinas-dinas terkait.”
Untuk Dinas Pemakaman dan Pertamanan untuk kegiatan pemeliharaan ini
seperti yang diutarakan oleh Dadang Heri Guratman (Sekretaris Dinas),
“ pelaksanaan revitalisasi dan pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan
anggaran yang ada dan apa yang telah dikerjakan, koordinasi dilakukan apabila
pada saat survey lapangan tim pemeliharaan menemukan kerusakan-kerusakan
yang terjadi tetapi kerusakan tersebut bukan berada pada kewenangan dinas
kami untuk melakukan perbaikan atau pemeliharaan.”
Sedangkan dari Satpol PP, Rizky R (Komandan Kompi Satpol PP),
menyampaikan, “ bahwa tugas satpol pp pada pemeliharaan kawasan Cibaduyut
adalah sesuai dengan amanat Perda K-3, tetapi dikarenakan keterbatasan jumlah
personil memang belum dapat dilaksanakan secara maksimal, walaupun kami
juga mendapatkan laporan dari aparat kewilayahan tentang pkl, sampah dan
lainnya tetapi belum dapat kami tindaklanjuti secara penuh.”
4.5 Analisis Kerjasama Pemeliharaan
Analisis yang dilakukan pada kerjasama pemelihaan kawasan revitalisasi
yang dilakukan oleh instansi di pemerintah Kota Bandung berpedoman pada
Miles dan Huberman (1992, seperti dikutip dalam Sutopo 2003:171) yang
104
meliputi 3 (tiga) kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
simpulan.
Analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
yang telah dilakukan oleh peneliti, meliputi : wawancara, catatan hasil
pengamatan pribadi dan foto-foto. Kemudian melakukan upaya dengan bekerja
berdasarkan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang pentingdan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain. Bogdan & Biklen (1982, seperti dikutip
dalam Metodologi Penelitian Kualitatif, Lexy J.Moleong, ,cetakan ketigapuluh,
2012:248)
4.5.1 Analisis Prinsip Kerjasama Pemeliharaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan OPD terkait serta masyarakat
setempat dapat dianalisis terhadap penggunaan prinsip-prinsip good governance
pada pelaksanaan kerjasama pemeliharaan kawasan revitalisasi Cibaduyut adalah
sebagai berikut :
1. Transparansi, Dalam transparansi penyampaian informasi kepada masyarakat
tentang pelaksanaan revitalisasi memang dilaksanakan oleh Tim Revitalisasi
Pemerintah Kota Bandung dengan diikuti oleh instansi-instansi terkait dan
dihadiri langsung oleh Walikota Bandung juga tokoh-tokoh masyarakat
Cibaduyut, tetapi penyampaian informasi ini hanya terbatas pada penyampaian
tentang akan dilaksanakan revitalisasi saja terhadap kawasan Cibaduyut dan
tokoh-tokoh masyarakat dimintakan tanggapan dan saran-sarannya, sedangkan
105
tindaklanjut dari apa yang harus dilakukan apabila revitalisasi sarana dan
prasarana telah selesai dilakukan yaitu pemeliharaan kawasan tidak dilakukan,
padahal hal ini sebenarnya yang menjadi penting dari keseluruhan kegiatan
revitalisasi kawasan yaitu melibatkan masyarakat bukan hanya pada saat
perencanaan dan pelaksanaan juga melibatkannya dalam pengawasan dan
pemeliharaan. Sehingga sarana dan prasarana yang telah selesai di revitalisasi
apabila dapat dipelihara dengan baik akan berumur panjang, tidak cepat rusak
serta manfaatnya pun akan optimal dan berkelanjutan oleh masyarakat.
Oleh sebab iti transparansi penyampaian informasi kepada masyarakat tidak
hanya pada tokoh-tokoh masyarakat saja, tetapi harus dapat menjangkau
masyarakat sekitar yang dilakukan revitalisasi secara menyeluruh.
2. Akuntabilitas , Akuntabilitas anggaran untuk pelaksanaan pemeliharaan
kawasan revitalisasi di Pemerintah Kota Bandung memang tidak secara khusus
ditujukan untuk satu kawasan tetapi mempunyai sifat yang menyeluruh
meliputi pemeliharaan jalan, drainase, trotoar dan penanaman pohon-pohon,
dikelola oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan serta Dinas Pemakaman dan
Pertamanan. Anggaran ini sudah dipublikasikan oleh dinas terkait melalui
internet dengan bentuk RUP (Rencana Umum Pengadaan), dimana cara
penggunaan anggaran yaitu berpedoman kepada Peraturan Presiden tentang
Pengadaan Barang/Jasa.
Dengan sifat anggaran yang tidak khusus ini mengakibatkan program
pemeliharaan kawasan revitalisasi tidak dapat dilaksanakan secara
berkelanjutan setelah revitalisasi dilaksanakan, padahal permasalahan-
106
permasalahan yang lain muncul setelah revitalisasi dilaksanakan dan menuntut
untuk secara cepat ditanggulangi dan diselesaikan.
3. Partisipatif, Partisipasi masyarakat Cibaduyut dalam pemeliharaan kawasan
revitalisasi ini dilakukan secara spontanitas tanpa terkoordinasi dalam sebuah
bentuk kelompok masyarakat yang mempunyai tanggungjawab dan tujuan
yang sama sudah yaitu melakukan pemeliharan sarana dan prasarana yang
selesai direvitalisasi agar tidak cepat rusak dan berumur panjang.
4. Efesiensi dan Efektivitas, Dari aspek efesiensi dan efektivitas pelaksanaan
pemeliharaan kawasan revitalisasi belum efektif dilaksanakan walaupun dari
segi anggaran tersedia biaya untuk pemeliharaan tetapi dikarenakan sifatnya
yang menyeluruh mengakibatkan tidak dapat dikerjakan secara fokus terhadap
satu wilayah terutama yang telah selesai direvitalisasi, padahal biaya
pemeliharaan yang fokus terhadap suatu kawasan yang telah selesai dilakukan
revitalisasi sarana dan prasarana sangat mutlak diperlukan. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi apabila terjadi kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi
dapat secara cepat ditanggulangi atau diperbaiki tanpa harus menunggu dalam
waktu lama yang dapat saja mengakibatkan kerusakan-kerusakan kecil tersebut
akan menjadi tambah banyak.
5. Konsensus dan Saling Menguntungkan dan Memajukan, Konsensus dan
saling menguntungkan dan memajukan Pemerintah Kota Bandung terhadap
pelaksanaan pemeliharaan kawasan revitalisasi memang sudah mempunyai
komitmen yang jelas, yaitu dengan dibuatnya Tim Revitalisasi dan didalamnya
melibatkan tokoh masyarakat setempat mempunyai keinginan yang sama yaitu
107
memperbaiki kualitas sarana dan prasarana kawasan Cibaduyut untuk menjadi
sebuah kawasan industri-wisata yang visibilitas (menarik dikunjungi) dan
investabilitas (ramah bagi pemodal/investor).
Kesamaan tujuan dilakukan revitalisasi ternyata tidak sejalan dengan kesamaan
tujuan dilakukannya pemeliharaan kawasan revitalisasi, hal ini dikarenakan
pemerintah merasa sudah merasa cukup dengan dilakukannya revitalisasi,
masyarakat setempat tidak mengetahui konsep yang jelas terhadap apa yang
harus dilakukan setelah selesainya revitalisasi, sehingga dapat terlihat hanya
dalam waktu 10 (sepuluh) bulan kawasan revitalisasi Cibaduyut sarana dan
prasarananya sudah banyak yang rusak.
Pelaksanaan prinsip-prinsip kerjasama pemeliharan kawasan revitalisasi
agar dapat diterapkan secara maksimal adalah sebagaimana berikut :
a. Menentukan langkah-langkah yang dapat diprediksi dan diproyeksikan untuk
melakukan pemeliharaan kawasan revitalisasi, “apa yang sebaiknya dilakukan
dalam rangka mencapai tujuan dari pemeliharaan kawasan?”. Hal ini berkaitan
dengan transparansi dan akuntabilitas yang harus dilakukan Pemerintah ketika
melakukan suatu kegiatan yang akan bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Untuk transparansi dan akuntabilitas secara prosedur Pemerintah Kota
Bandung telah mensosialisaikannya melalui internet website:
www.LPSE.Bandung.go.id dengan bentuk Rencana Umum Pengadaan (RUP)
di instansi terkait yaitu Dinas Bina Marga dan Pengairan serta Dinas
Pemakaman dan Pertamanan.
108
b. Pemerintah menjadi fasilitator melakukan sosialisasi sebagai bagian dari
interaksi dan komunikasi kepada masyarakat setempat, tentang perencanaan
akan dilakukannya revitalisasi infrastruktur kawasan secara menyeluruh, dari
mulai penjadwalan rencana pelaksanaan revitalisasi, mengidentifikasi masalah
yang akan terjadi pada saat revitalisasi infrastruktur dikerjakan sampai dengan
solusi untuk mengantisipasi masalah yang akan dihadapi selama proses
revitalisasi infrastruktur dilaksanakan, sehingga akan memunculkan suatu
kesepakatan bersama dalam menghadapi pelaksanaan revitalisasi infrastruktur
yang akan dilakukan. Dan pada saat sosialisasi ini perlu juga disampaikan
tentang perlunya suatu tindakan lanjutan yang paling penting untuk dilakukan
secara bekerjasama antar instansi di pemerintah dan melibatkan masyarakat,
yaitu “pemeliharaan dari kawasan yang sudah direvitalisasi infrastrukturnya” .
Untuk memperkuat penjelasan tentang manfaat pemeliharaan kawasan yang
sudah direvitalisasi, pemerintah perlu mengajak tokoh-tokoh masyarakat ,
wakil-wakil masyarakat, atau kader-kader organisasi kemasyarakatan setempat
untuk melakukan studi banding ke daerah/kawasan lain yang telah berhasil
melaksanakan revitalisasi infrastruktur kawasannya berikut dengan
pemeliharaannya. Tokoh-tokoh masyarakat , wakil-wakil masyarakat, atau
kader-kader organisasi kemasyarakatan setempat yang telah melaksanakan
studi banding tersebut selanjutnya menyampaikan hasil pengalaman mereka
melakukan kunjungan kepada masyarakat. Selain menyampaikan tentang
manfaat dan pengalaman hasil kunjungan ke daerah/kawasan lain, juga sebagai
bagian dari diskusi menerima masukan lain dari masyarakat. Perlu disampaikan
109
juga oleh pemerintah tentang telah terbitnya suatu Peraturan Daerah yang
didalamnya ada yang mencakup konsep pemeliharaan K-3, sehingga
masyarakat yang akan terlibat dalam penyampaian sosialisasi tidak hanya
berdasarkan pengalaman kunjungan saja tetapi dilengkapi dengan pengetahuan
tentang Peraturan Daerah tersebut. Hal ini merupakan bagian dari partisipatif
serta efesiensi dan efektifitas yang harus terjalin dan dilakukan oleh pemerintah
kepada masyarakat setempat sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan.
c. Kerjasama antar instansi di pemerintah dan keterlibatan masyarakat harus
menghasilkan suatu makna bahwa masyarakat sebagai peserta perumusan harus
bisa menyepakati hasil yang telah disepakati , agar dapat dilaksanakan secara
bertahap dan berkelanjutan. Merupakan bagian dari konsensus penyatuan
kepentingan antara kebijakan pemerintah dan keinginan masyarakat untuk
memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas.
4.5.2 Analisis Bentuk Kerjasama Pemeliharaan
Berdasarkan Keputusan Walikota Bandung Nomor : 530/Kep.295-
DISKUKM. PERINDAG/2009 tentang Tim Revitalisasi Sentra Industri dan
Perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jeans Cihampelas, Kaos dan Sablon Suci, Rajut
Binong Jati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Tahu dan Tempe Cibuntu,
dapat terlihat berdasarkan bentuk kerjasama yang dipergunakan dalam Tim
Revitalisasi ini yaitu Joint Service, pengaturan kerjasama dalam memberikan
pelayanan publik.(Rosen dalam Keban, 2007:33).
Organisasi ini mempunyai tugas untuk mengkreasikan nilai bagi
lingkungan tempat dia eksis. Dan, hanya satu cara untuk membuatnya mampu
110
mengkreasikan nilai, kerjasama. Louis A.Allen, dalam karya klasiknya The
Management Professional (1964, dikutip dari Riant Nugroho buku Public Policy,
2009:652) bahwa permasalahan terbesar masyarakat modern adalah bagaimana
mereke merekonsialisasikan dan mengintegrasikan manusia (dalam organisasi)
untuk dapat bekerjasama mencapai tujuan-tujuan yang baik, dan bukannya saling
merusak.
Dalam organisasi Tim Revitalisasi terlihat masing-masing instansi terkait
mempunyai tujuan yang sama yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat,
hal ini dibuktikan instansi-instansi yang berhubungan dengan pelaksanaan
revitalisasi dan pemeliharaan kawasan mempunyai anggaran untuk merealisasikan
kegiatannya. Dan masing-masing instansi mempunyai tugas sendiri-sendiri sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya untuk dijalankan dalam peraikan kualitas
sarana dan prasarana yang dilanjutkan dengan melakukan pemeliharaan.
Bentuk kerjasama pemeliharaan kawasan yang dilakukan oleh instansi-
instansi yang terlibat dalam Tim Revitalisasi harus mempunyai komitmen yang
sama yaitu joint service (pengaturan kerjasama dalam memberikan pelayanan
publik), meliputi :
a. Pemerintah melakukan implementasi program pemeliharaan kawasan yang
sudah direvitalisasi infrastrukturnya, agar pemeliharan kawasan ini mendorong
masyarakat sekitar untuk terlibat. Dalam hal ini pemerintah dapat bekerja sama
dengan tokoh-tokoh masyarakat , wakil-wakil masyarakat, atau kader-kader
organisasi kemasyarakatan setempat;
111
b. Bersama tokoh-tokoh masyarakat , wakil-wakil masyarakat, atau kader-kader
organisasi kemasyarakatan setempat, membentuk suatu organisasi
kepengurusan dan program kerja, Adapun Langkah-langkah teknis
pembentukan organisasi pemeliharaan revitalisasi ini dapat dilakukan
sebagaimana berikut :
1. Pemerintah selaku pelaksana dari revitalisasi dan konseptor pemeliharaan,
mengumpulkan perwakilan warga yang ada di lingkungan revitallisasi.
2. Lalu dijelaskan perlunya dibentuk pemelihara infrastruktur yang telah
direvitalisasi. Dijelaskan untung ruginya bila dibentuk dan bila tidak
dibentuk termasuk peran masyarakat didalamnya.
3. Lalu perwakilan warga yang ada di lingkungan revitalisasi diminta
pendapatnya, bagaimana bentuk organisasi pengurus dan siapa saja yang
akan duduk sebagai pengurus.
4. Setelah disepakati struktur organisasi termasuk susunan tim pengelola,
maka dibuat Berita Acara Pembentukan Organisasi Pemeliharaan
Infrastruktur Revitalisasi. Bila perlu lakukan peresmian organisasi, dengan
mengundang unsur-unsur OPD yang terlibat dalam revitalisasi dan
pemeliharaan, Organisasi Perekonomian Kota, aparat kewilayahan, serta
Tokoh Masyarakat lainnya, agar keberadaannya dapat lebih diakui,
diperhatikan dan menjadi contoh untuk dibentuknya organisasi yang sama
di lokasi-lokasi lain yang dilakukan revitalisasi infrastrukturnya.
Waktu pelaksanaan pembentukan organisasi Pemeliharaan ini harus
dilakukan sejak awal persiapan pelaksanaan kegiatan revitalisasi atau
112
selambat-lambatnya sebelum dimulainya pelaksanaan kegiatan revitalisasi
infrastruktur , hal ini agar dari mulai pelaksanaan revitalisasi sampai
dengan selesai ada pengawasan yang melibatkan organisasi masyarakat
sehingga ketika akan dilakukan pemeliharaan organisasi masyarakat ini
mengetahui dengan jelas sarana dan prasarana mana saja yang harus
dilakukan dipelihara.
c. Pemerintah menjadi fasilitator kegiatan sosialisasi implementasi bekerja sama
dengan tokoh-tokoh masyarakat , wakil-wakil masyarakat, atau kader-kader
organisasi kemasyarakatan setempat dalam suatu wadah organisasi (selaku
pengelola), memberikan arahan kepada masyarakat agar mereka mampu dan
dapat memelihara kawasan yang telah direvitalisasi infrastrukturnya;
d. Masyarakat yang terdiri dari masayarakat yang memiliki rumah/toko di depan
jalan, masyarakat yang ada di sekitar kawasan ataupun masyarakat lain yang
memanfaatkan fasilitas kawasan melakukan pemeliharaan terhadap
infrastruktur yang telah direvitalisasi sesuai dengan mekanisme yang sudah
ditentukan oleh organisasi pengelola pemeliharaan kawasan.
4.5.3 Analisis Koordinasi Kerjasama Pemeliharaan
Dengan berpegang pada pedoman Koordinasi :
a) Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari
tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada
dalam setiap bagian.
b) Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang
saling mengisi dan member.
113
c) Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling
menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan, dan selalu ditegaskan adanya
keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya.
d) Kooordinasi harus menggunakan pendekatan multi intstansional, dengan wujud
saling memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling
tumpang-tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.
Seharusnya koordinasi antar instansi dalam Tim Revitalisasi berlangsung
efektif, tetapi berdasarkan dari hasil wawancara dapat dianalisis sebagai berikut ,
bahwa setelah dilakukannya revitalisasi infrastruktur kawasan juga diikuti dengan
dilakukannya kegiatan pemeliharaan, adalah sebagai berikut :
Untuk Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya pada dasarnya tidak ada
pemeliharaan. Hal tersebut dikarenakan dinas ini hanya membuat konsep
rancangan yang dibutuhkan oleh Cibaduyut dalam RTBL (Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan). Dari konsep yang telah dibuat,yang belum terealisasi
yaitu tentang penyediaan lahan parkir, penertiban PKL dan sampah yang dibuang
sembarangan di sepanjang Jalan Cibaduyut. Warga
Untuk Dinas Bina Marga dan Pengairan sebenarnya tidak menyiapkan
jadwal khusus atau rutin untuk melakukan pemeliharaan. Namun bila memang
terdapat kerusakan fasilitas hasil revitalisasi di kawasan Cibaduyut maka dinas
akan melakukan perbaikan. Sehingga mereka hanya melakukan repair,bukan
preventive maintenance. Mekanisme pada saat terjadi kerusakan adalah warga
melapor kepada kelurahan lalu dilanjutkan ke kecamatan,baru ke Dinas Bina
Marga dan Pengairan. Apabila kerusakan yang terjadi merupakan proyek besar
114
sering dilakukan oleh pihak ke tiga dengan melakukan proses pelelangan biasanya
untuk anggaran pemeliharaan yang lebih dari 100jt. Jika proyek kecil dilakukan
oleh Bina Marga langsung sesuai program yang telah ada, yang sering disebut
swakelola.
Berdasarkan hasil wawancara terdapat pemelihaaan terhadap dekorasi
taman kota dan penataan reklame oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman beserta
masyarakat. Pemeliharaan yang dilakukan seperti penyiraman
pepohonan,pemberian pupuk dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan bersama
warga karena memang kurangnya personil dinas dalam menangani banyak
kawasan revitalisasi. Anggaran untuk pemeliharaan dari dinas ini tidak tetap
karena memang bergantung pada prioritas kawasan mana yang harus didahulukan.
Berdasarkan hasil keterangan lurah dan camat pun sering diadakan JumSih (Jumat
Bersih) untuk pemeliharaan kebersihan lingkungan sekitar.
Dengan masing-masing instansi berjalan sendiri-sendiri melakukan
kegiatan pemeliharaan, maka dapat dikatakan pelaksanaan koordinasi tidak
berlangsung efektif dikarenakan :
1. Beban tiap bagian tidak seimbang.
2. Tiap bagian belum memperoleh informasi yang jelas dalam partisipasi
pencapaian tujuan.
3. Jadwal kerja saling tumpang tindih sehingga tidak menjamin terhadap
tercapainya tujuan
115
Tujuan yang ingin dicapai dari Pemeliharaan Kawasan Revitalisasi Sentra
Sepatu Cibaduyut ini adalah sebagai berikut :
1. Terpeliharanya infrastruktur yang sudah direvitalisasi secara berkelanjutan,
sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat dan pengusaha
setempat ;
2. Adanya jaminan terhadap kualitas infrastruktur yang telah direvitalisasi agar
tidak cepat rusak dan berumur pendek, sehingga revitalisasi dapat dilanjutkan
kepada permasalahan lain yang belum terselesaikan, tidak hanya berkutat pada
permasalahan yang sama setiap tahunnya ;
3. Adanya keuntungan yang berkelanjutan dari hasil revitalisasi infrastruktur,
mendorong masyarakat dan pengusaha setempat untuk lebih kreatif menggali
potensinya, baik yang sudah dikuasai ataupun dengan memunculkan ide-ide
atau inovasi-inovasi baru selain sebagai satu bentuk perwujudan untuk lebih
meningkatkan kesejahteraan tetapi diharapkan mampu menciptakan suatu
peluang kesempatan mendatangkan investor-investor untuk menanamkan
modalnya bagi pengembangan usaha yang dilakukan;
Dalam pemeliharaan kawasan yang sudah direvitalisasi dari hasil survey
dan wawancara terlihat belum adanya suatu pola kerjasama antar instansi di
pemerintah yang mampu membangkitkan keterlibatan masyarakat , agar tujuan
pemeliharaan dapat berhasil sesuai yang diharapkan dalam mendukung
terciptanya revitalisasi infrastruktur yang dapat dimanfaatkan secara optimal dan
berkelanjutan oleh masyarakat, terjaminnya kualitas prasarana yang direvitalisasi
agar tidak cepat rusak dan berumur panjang dalam pemanfaatannya, dan
116
terwujudnya kawasan yang visibilitas (menarik dikunjungi), dan investabilitas
(ramah bagi pemodal,/investor ).
Koordinasi kerjasama pemeliharaan dilakukan untuk mengetahui
bagaimana keefektifan pelaksanaan kerjasama pemeliharaan dilakukan, dengan
memperhatikan:
1. Pelaksanaan pengawasan pemeliharaan dan peningkatan disiplin masyarakat
yang dilakukan oleh organisasi pengelola pemeliharaan kawasan berbentuk
laporan hasil monitoringnya termasuk menilai kemampuan dari organisasi
dalam menerapkan sanksi-sanksi sesuai dengan yang telah tertera dalam
Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2005 tentang K-3;
2. Organisasi pengelola pemeliharaan kawasan membuat laporan, untuk
disampaikan ke pemerintah maupun masyarakat sesuai aturan atau
mekanisme yang disepakati.
3. Pembuatan laporan rutin oleh organisasi kepada masyarakat yang
disampaikan pada acara pertemuan dengan masyarakat dan pengusaha
setempat atau pada saat dilakukannya pertemuan antara Kecamatan,
Kelurahan dan Pengurus RW setempat.
4. Pemerintah dapat melakukan evaluasi rutin secara per triwulan, per semester
dan tahunan sesuai dengan laporan yang disampaikan Organisasi pengelola
pemeliharaan kawasan.