petunjuk penggunaan modul · 7. pengaturan tata air adalah sistem pengelolaan air pada rawa beserta...
TRANSCRIPT
1
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Deskripsi
Modul kelembagaan ini terdiri dari lima tahapan belajar mengajar. Kegiatan
belajar pertama membahas pendahuluan dan ruang lingkup, kemudian yang
kedua adalah kedudukan, wilayah kerja serta tugas dan fungsi komisi irigasi,
ketiga tentang Susunan organisasi, keanggotaan dan tata kerja, keempat adalah
prosedur pemilihan dan penetapan komisi irigasi, dan terakhir mengenai
hubungan kerja dan pembiayaan.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami
kelembagaan secara lengkap. Setiap kegiatan belajar disertai dengan latihan
atau evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah
mempelajari materi dalam modul ini.
2. Persyaratan
Dalam mempelajari modul kelembagaan ini peserta diklat dilengkapi dengan
modul bahan ajar dan metode serta media lainnya yang dibutuhkan.
3. Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator,
disertai kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi
4. Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan
ajar.
5. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, para peserta diharapkan mampu
mengetahui dan memahami kelembagaan untuk menunjang pengetahuan
tentang perencanaan rawa dan/atau pelaksanaan rawa dan/atau pengawasan
pelaksanaan, dan/atau operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi rawa baik
2
untuk daerah irigasi rawa pasang surut maupun lebak, yang disajikan dengan
cara ceramah dan tanya jawab
6. Indikator Hasil Belajar
Setelah peserta mengikuti mata pembelajaran ini, diharapkan mampu
menjelaskan:
a. Kedudukan, wilayah kerja, tugas dan fungsi komisi irigasi
b. Susunan organisasi, keanggotaan dan tata kerja
c. Hubungan kerja dan pembiayaan
3
DEFINISI
1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di
dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara
alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan mineral atau
gambut, dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu ekosistem.
2. Konservasi Rawa adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan
keadaan, sifat, dan fungsi Rawa agar senantiasa tersedia dalam kuantitas
dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik
pada waktu sekarang maupun generasi yang akan datang.
3. Pengembangan Rawa adalah upaya untuk meningkatkan kemanfaatan fungsi
sumber daya air pada Rawa.
4. Pengendalian Daya Rusak Air pada Rawa adalah upaya untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan hidup pada
Rawa agar tidak menimbulkan kerugian bagi kehidupan.
5. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
6. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
7. Pengaturan Tata Air adalah sistem pengelolaan air pada Rawa beserta
prasarananya untuk mendukung kegiatan budi daya.
8. Irigasi Rawa adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
melalui jaringan Irigasi Rawa pada Kawasan Budi Daya pertanian.
9. Sistem Irigasi Rawa adalah kesatuan pengelolaan Irigasi Rawa yang terdiri
atas prasarana jaringan Irigasi Rawa, air pada jaringan Irigasi Rawa,
manajemen Irigasi Rawa, kelembagaan pengelolaan Irigasi Rawa, dan
sumber daya manusia.
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan sumber daya air adalah sangat vital bagi kehidupan dan
penghidupan manusia. Disadari atau tidak hingga saat ini penggunaan air masih
belum sepenuhnya dilakukan secara bijak. Ketersediaan sumber air yang memadai,
baik dari sisi kualitas maupun kuantitas serta waktu dan lokasi sudah semakin
langka dan oleh karenanya pemanfaatannya perlu dikelola dengan baik melalui
berbagai usaha seperti konservasi, pengendalian daya rusak dan pendayagunaan
sumber daya air agar tercipta keberlangsungan pengelolaan sumber daya air yang
berkeadilan. Pengelolaan sumber daya air tersebut melibatkan koordinasi berbagai
pihak baik regulator, operator, developer maupun masyarakat sekitar sehingga
diperlukan Tim yang dapat mengkoordinasi pengelolaan SDA, maka dibentuklah
wadah koordinasi tata pengaturan air di tingkat Provinsi berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 67 Tahun 1993 Tentang Panitia Tata Pengaturan Air
Propinsi Daerah Tingkat I. Wadah koordinasi itu disebut dengan PTPA (Panitia Tata
Pengaturan Air) yang bertanggung jawab kepada Gubernur dan dalam Pelaksanaan
tugasnya PTPA dibantu oleh Panitia Pelaksanaan Tata Pengaturan Air (PPTPA).
Kemudian dalam perkembangannya mengacu pada Keppres No. 123 Tahun 2001
tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air sebagai mana yang telah
diubah dalam Keppres No. 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keppres No. 123
Tahun 2001 maka dibentuklah Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
(TKPSDA) di tingkat Nasional yang merupakan wadah koordinasi non-struktural
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Dalam
perkembangannya TKPSDA sangat berperan dalam pengelolaan sumber daya air
terutama terkait dengan irigasi, baik irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi tambak
dan irigasi air tanah. Dengan demikian seluruh kegiatan irigasi, terutama operasi dan
pemeliharaan akan saling berhubungan dengan TKPSDA.
Adapun tugas dari Tim koordinasi Pengelolaan SDA (TKPSDA) berdasarkan Pasal 2
Keppres No. 123 Tahun 2001 adalah “membantu Presiden dalam merumuskan
5
kebijakan nasional sumber daya air dan berbagai perangkat kebijakan lain yang
diperlukan dalam bidang sumberdaya air.”
Sedangkan fungsi dari TKPSDA adalah: (Pasal 4 Keppres No. 123 Tahun 2001)
Melakukan konsultasi internal maupun eksternal dengan semua pihak baik
pemerintah maupun non-pemerintah dalam rangka keterpaduan kebijakan
dan pencegahan konflik antar sector dan antar wilayah dalam pengelolan
sumber daya air.
Melakukan koordinasi perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya air
yang meliputi konservasi, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian
daya rusak.
Memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai pengelolaan sumber
daya air.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber
daya air.
Menyampaikan laporan perkembangan penyelenggaraan kabijakan
pengelolaan sumber daya air kepada Presiden.
Dalam Permen PUPR No.11/2015 tentang eksplorasi dan pemeliharan Jaringan
Reklamasi Rawa Pasang Surut, disebutkan bahwa rencana operasi meliputi
rencana tata tanam dan rencana pengelolaan air yaitu rencana pengaturan muka air
pada sistem saluran jaringan reklamasi rawa dan muka air tanah sedemikian
sehingga tercipta kondisi optimal dalam pemanfaatan lahan bagi pertanian dan
kehidupan masyarakat. Rencana pengelolaan air diterjemahkan dalam prosedur
operasi pintu bagunan pengendali air.
Pengelolaan air dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan air yang cukup bagi
tanaman, membuang air hujan kelebihan dari lahan pertanian, mencegah
tumbuhnya tanaman liar di lahan sawah (tanaman padi), mencegah timbulnya zat
racun dan kondisi tertutupnya muka tanah oleh genangan air diam, mencegah
penurunan kualitas air, mencegah kerusakan tanaman oleh pengaruh air asin, dan
dalam kasus tertentu mencegah pembentukan tanah asam sulfat.
Pengelolaan air diselenggarakan pada dua tingkatan, yaitu: i) pengelolaan air di
6
petak tersier, atau tata air mikro, yaitu pengelolaan air di lahan usaha tani yang
menentukan secara langsung kondisi lingkungan bagi pertumbuhan tanaman dan ii)
pengelolaan air di jaringan utama (primer dan sekunder), atau tata air makro, yaitu
pengelolaan air di tingkat sistem makro yang berfungsi menciptakan kondisi yang
memenuhi kesesuaian bagi terlaksananya pengelolaan air dipetak tersier (tata air
mikro).
Sebagai konsekuensi dari pengembangan dan pengelolaan jaringan maka
diperlukan organisasi pengelolaannya. Kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi rawa yang merupakan suatu kegiatan yang harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya agar fungsi pelayanan irigasi dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien untuk menunjang usaha - usaha sektor pertanian dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Mengingat juga bahwa:
- Air saat ini merupakan barang yang mempunyai nilai ekonomi dan
berfungsi sosial sehingga perlu dilakukan dengan seefisiensi mungkin.
- Adanya penggunaan air irigasi untuk berbagai kepentingan yang perlu
didata sesuai tingkat pemakaian.
- Terjadinya kerawanan ketersediaan air.
Adanya perubahan tujuan pembangunan di bidang pertanian dari meningkatkan.
produksi untuk swasembada beras menjadi melestarikan ketahanan pangan.
Sejak tahun 2005, dana O&P jaringan irigasi rawa yang disediakan oleh pemerintah
pusat semakin meningkat, namun tingkat keberhasilan pelaksanaannya justru
menjadi tanda tanya, karena tidak optimalnya organisasi pelaksana O&P, terutama
di level bawah yang langsung terkait dengan operasional lapangan. Ada dua cara
pendanaan dalam pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawab pusat, yang
pertama dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai
sebagai organ langsung pemerintah pusat, dan yang kedua dilaksanakan oleh Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi melalui Tugas Pembantuan (TP). Kedua pelaksanaan
kegiatan O&P ini masing-masing mempunyai kendala, baik secara organisasi
maupun pelaksanaannya. Secara organisasi permasalahan dasar dalam
pelaksanaan O&P saat ini adalah penyediaan petugas sebagai ujung tombak di
lapangan yaitu pengamat dan juru serta Penjaga Pintu Air (PPA) yang secara
hierarki dibawah kendali pemerintah daerah kabupaten.
7
Dalam upaya menciptakan pengelolaan sumberdaya air yang efisien dan merata,
diperlukan penyesuaian kelembagaan baik untuk kelembagaan pemerintah, swasta
maupun petani. Pada tingkat petani, dipandang penting untuk mengembangkan
kapasitas asosiasi pemakai air (P3A) menjadi suatu organisasi yang mampu
berperan ganda, bukan hanya sebagai pengelola jaringan irigasi tetapi juga kegiatan
usaha ekonomi. Namun sekali lagi perlu diingat bahwa untuk jaringan irigasi rawa
dimensi tersier akan menjadi masalah besar jika tidak dilakukan kajian ulang.
Sedangkan aspek teknis menyangkut: (1) alokasi air/pengelolaan, dan (2) operasi
dan pemeliharaan. Keterpaduan aspek teknis dan sistem kelembagaan dalam
pengelolaan jaringan akan berpengaruh terhadap hasil (outcomes), dan
efektifitasnya. Lemahnya keterpaduan aspek teknis dan sistem kelembagaan
seringkali menimbulkan management conflict sumberdaya air. Salah satu kejadian
yang sering dijumpai di rawa adalah kombinasi antara lahan sawah (padi) dengan
kelapa ataupun palawija. Tanaman padi hampir selama proses kehidupannya
memerlukan air, sedangkan kebalikannya dengan kelapa ataupu palawija. Belum
lagi konflik antara kebutuhan masyarakat akan keperluan pribadinya akan air (mandi
dan cuci).
Di dalam modul ini akan disajikan struktur lembaga yang terkait dengan operasi dan
pemeliharaan, baik di tingkat pusat sampai provinsi sebagai otoritas pemegang
kebijakan, serta lembaga di tingkat implementasi dari kabupaten dan petugas
lapangan (pengamat, juru dan penjaga pintu air) dan lembaga di tingkat petani yang
ada saat ini (P3A).
Dalam Permen PUPR No.12/2015, disebutkan bahwa Operasi dan Pemeliharaan
jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab pemerintah,
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya, perkumpulan petani pemakai air dapat berperan serta sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya. Irigasi yang dimaksud disini termasuk
irigasi permukaan, irigasi air tanah, irigasi tambak, irigasi rawa. Sedangkan untuk
jaringan irigasi tersier menjadi tanggung jawab masyarakat atau petani.
Mengingat bahwa fakta di lapangan, banyak saluran tersier di jaringan irigasi rawa
sangat besar dimensinya, maka perlu dikaji ulang nomenklatur jaringan di daerah
irigasi rawa, baik di rawa pasang surut maupun di rawa lebak.
8
Sebagai konsekuensi dari pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi di atas
maka diperlukan organisasi pengelolaan dalam irigasi, baik di level pusat maupun di
daerah. Kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang merupakan suatu
kegiatan yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar fungsi pelayanan
irigasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk menunjang usaha - usaha
sektor pertanian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Sejak tahun 2005, dana O&P jaringan irigasi rawa yang disediakan oleh pemerintah
pusat semakin meningkat, namun tingkat keberhasilan pelaksanaannya justru
menjadi tanda tanya, karena tidak optimalnya organisasi pelaksana O&P, terutama
di level bawah yang langsung terkait dengan operasional lapangan. Ada dua cara
pendanaan dalam pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawab pusat, yang
pertama dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai
sebagai organ langsung pemerintah pusat, dan yang kedua dilaksanakan oleh Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi melalui Tugas Pembantuan (TP). Kedua pelaksanaan
kegiatan O&P ini masing-masing mempunyai kendala, baik secara organisasi
maupun pelaksanaannya. Secara organisasi permasalahan dasar dalam
pelaksanaan O&P saat ini adalah penyediaan petugas sebagai ujung tombak di
lapangan yaitu pengamat dan juru serta Penjaga Pintu Air (PPA) yang secara
hierarki dibawah kendali pemerintah daerah kabupaten.
Dalam upaya menciptakan pengelolaan sumberdaya air yang efisien dan merata,
diperlukan penyesuaian kelembagaan baik untuk kelembagaan pemerintah, swasta
maupun petani. Pada tingkat petani, dipandang penting untuk mengembangkan
kapasitas asosiasi pemakai air (P3A) menjadi suatu organisasi yang mampu
berperan ganda, bukan hanya sebagai pengelola jaringan irigasi tetapi juga kegiatan
usaha ekonomi. Namun sekali lagi perlu diingat bahwa untuk jaringan irigasi rawa
dimensi tersier akan menjadi masalah besar jika tidak dilakukan kajian ulang.
Sedangkan aspek teknis menyangkut: (1) alokasi air/pengelolaan, dan (2) operasi
dan pemeliharaan. Keterpaduan aspek teknis dan sistem kelembagaan dalam
pengelolaan jaringan akan berpengaruh terhadap hasil (outcomes), dan
efektifitasnya. Lemahnya keterpaduan aspek teknis dan sistem kelembagaan
seringkali menimbulkan management conflict sumberdaya air. Salah satu kejadian
yang sering dijumpai di rawa adalah kombinasi antara lahan sawah (padi) dengan
9
kelapa ataupun palawija. Tanaman padi hampir selama proses kehidupannya
memerlukan air, sedangkan kebalikannya dengan kelapa ataupu palawija. Belum
lagi konflik antara kebutuhan masyarakat akan keperluan pribadinya akan air (mandi
dan cuci).
Di dalam modul ini akan disajikan struktur kelembagaan yang terkait dengan operasi
dan pemeliharaan, baik di tingkat pusat sampai provinsi sebagai otoritas pemegang
kebijakan, serta lembaga di tingkat implementasi dari kabupaten dan petugas
lapangan (pengamat, juru dan penjaga pintu air) dan lembaga di tingkat petani yang
ada saat ini (P3A).
1.2. Ruang Lingkup
Materi ini disiapkan untuk Diklat OP Jaringan Irigasi Rawa, baik untuk
irigasi rawa pasang surut maupun irigasi rawa lebak yang berada pada
Dinas PU Provinsi/Kabupaten/kota atau Balai Wilayah Sungai sesuai
kewenangan masing-masing. Pada bab 2 akan dipaparkan mengenai
kedudukan, wilayah kerja, serta tugas dan fungsi dari kelembagaan.
Kemudian pada bab 3 diuraikan susunan organisasi, keanggotaan dan
tata kerja. Bab 4 menjelaskan tentang prosedur pemilihan dan penentapan
komisi irigasi. Dan Bab 5 menjelaskan hubungan ker ja dan pembiayaan.
1.3. Istilah dan Definisi
Seperti yang telah disampaikan di pendahuluan, maka pengertian jaringan irigasi
tidak hanya mencakup jaringan irigasi permukaan, namun juga termasuk
didalamnya adalah jaringan irigasi rawa. Oleh karena itu lembaga yang terkait di
jaringan irigasi permukaan otomatis akan bertanggung jawab pula dengan jaringan
irigasi rawa. Di beberapa tempat seperti di Kalimantan Barat dan Kalimantan
Tengah yang irigasi nya didominasi oleh irigasi rawa (pasang surut dan lebak),
maka keberadaan lembaga seperti komisi irigasi secara otomatis bertanggung
jawab penuh dengan irigasi rawa.
Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi,
wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi
10
kabupaten/kota yang terkait.
a. Komisi irigasi antarprovinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi
antara wakil pemerintah kabupaten/kota yang terkait, wakil komisi irigasi
provinsi yang terkait, wakil perkumpulan petani pemakai air, dan wakil
pengguna jaringan irigasi di suatu daerah irigasi lintas provinsi.
b. Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi
antara wakil pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai
air tingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada
kabupaten/kota.
RANGKUMAN
Terkait dengan pengertian irigasi yang mencakup pula irigasi rawa, maka
kelembagaan (komisi irigasi) yang mengatur tentang irigasi (permukaan), sekaligus
bertanggung jawab pula terhadap irigasi rawa.
11
BAB 2
KEDUDUKAN, WILAYAH KERJA, TUGAS DAN FUNGSI
2.1. Komisi Irigasi Provinsi
Hal pertama yang harus dipahami disini adalah tentang keberadaan komisi
irigasi. Komisi irigasi tidak hanya mengurus irigasi permukaan, namun juga
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk jenis irigasi lainnya,
seperti irigasi rawa, irigasi tambak, irigasi air tanah.
Komisi irigasi provinsi berkedudukan di ibukota provinsi. Komisi irigasi dibentuk
dengan keputusan gubernur dan berada di bawah serta bertanggung jawab
langsung kepada gubernur. Komisi irigasi provinsi mempunyai wilayah kerja
yang meliputi:
a) Daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung
jawab pemerintah provinsi yang meliputi daerah irigasi yang luasnya
1000 ha sampai dengan 3000 ha atau pada daerah irigasi yang bersifat
lintas kabupaten/kota; Pada daerah irigasi tersebut, komisi irigasi provinsi
membantu gubernur dengan tugas:
(1) Merumuskan rencana kebijakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi;
(2) Merumuskan rencana tahunan penyediaan, pembagian dan pemberian
air irigasi bagi pertanian, dan keperluan lainnya;
(3) Merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi melalui
forum musyawarah pembangunan;
(4) Merumuskan rencana tata tanam yang telah disiapkan oleh dinas
instansi terkait dengan mempertimbangkan data debit air yang tersedia
pada setiap daerah irigasi, pemberian air serentak atau golongan,
kesesuaian jenis tanaman, rencana pembagian dan pemberian air;
(5) Merumuskan rencana pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi
yang meliputi prioritas penyediaan dana, prioritas pemeliharaan, dan
prioritas rehabilitasi;
(6) Memberikan masukan dalam rangka evaluasi pengelolaan aset irigasi;
(7) Memberikan pertimbangan dan masukan atas pemberian izin
alokasi air untuk kegiatan perluasan daerah layanan jaringan irigasi dan
12
peningkatan jaringan irigasi;
(8) Memberikan masukan kepada gubernur mengenai penetapan hak guna
pakai air untuk irigasi dan hak guna usaha air untuk irigasi kepada
badan usaha, badan sosial, ataupun perseorangan;
(9) Membahas dan memberikan pertimbangan dalam mengatasi
permasalahan daerah irigasi akibat kekeringan, kebanjiran, dan akibat
bencana alam lain;
(10) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses penetapan
peraturan daerah tentang irigasi;
(11) memberikan masukan dan pertimbangan dalam upaya menjaga
keandalan dan keberlanjutan sistem irigasi; dan
(12) melaporkan kepada gubernur hasil program dan progres, masukan
yang diperoleh, serta melaporkan kegiatan yang dilakukan selama 1
(satu) tahun kegiatan.
b) Daerah irigasi strategis nasional dan daerah irigasi yang luasnya lebih dari
3000 ha yang bersifat lintas kabupaten/kota, baik yang sudah ditugas-
pembantuankan maupun yang belum ditugas-pembantuankan dari
Pemerintah kepada pemerintah provinsi. Pada daerah irigasi
tersebut,irigasi provinsi membantu gubernur dengan tugas:
(1) Mengusulkan rencana rumusan kebijakan kepada Menteri untuk
mempertahankan dan meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi;
(2) Merumuskan rencana tahunan penyediaan, pembagian, dan pemberian
air irigasi bagi pertanian dan keperluan lain;
(3) Merekomendasikan usulan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi
melalui forum musyawarah pembangunan untuk diteruskan kepada
Menteri;
(4) Merumuskan rencana tata tanam yang telah disiapkan oleh dinas
instansi terkait dengan mempertimbangkan data debit air yang tersedia
pada setiap daerah irigasi, pemberian air serentak atau golongan,
kesesuaian jenis tanaman, rencana pembagian dan pemberian air;
(5) Merumuskan rencana pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi
yang meliputi prioritas penyediaan dana, pemeliharaan, dan rehabilitasi
untuk diteruskan kepada Menteri;
13
(6) Memberikan masukan dalam rangka evaluasi pengelolaan aset irigasi
untuk diteruskan kepada Menteri;
(7) Memberikan pertimbangan dan masukan atas pemberian izin
alokasi air untuk kegiatan perluasan daerah layanan jaringan irigasi dan
peningkatan jaringan irigasi;
(8) Memberikan masukan kepada gubernur atas penetapan hak guna
pakai air untuk irigasi dan hak guna usaha air untuk irigasi kepada
badan usaha, badan sosial, ataupun perseorangan;
(9) Membahas dan memberi pertimbangan dalam mengatasi
permasalahan daerah irigasi akibat kekeringan, kebanjiran, dan akibat
bencana alam lain;
(10) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses penetapan
peraturan daerah tentang irigasi;
(11) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam upaya menjaga
keandalan dan keberlanjutan sistem irigasi; dan
(12) Melaporkan hasil kegiatan kepada gubernur mengenai program dan
progres, masukan yang diperoleh, serta melaporkan kegiatan yang
dilakukan selama satu tahun.
Untuk melaksanakan tugas – tugas tersebut diatas, komisi irigasi provinsi
menyelenggarakan fungsi koordinasi antara pemerintah provinsi, komisi irigasi
kabupaten/kota yang mempunyai daerah irigasi lintas kabupaten/kota,
perkumpulan petani pemakai air pada tingkat daerah irigasi dengan pengguna
jaringan irigasi untuk keperluan lain pada provinsi yang bersangkutan.
2.2. Komisi Irigasi Antar Provinsi
Komisi irigasi antarprovinsi apabila dipandang perlu dapat dibentuk atas
kesepakatan para gubernur yang bersangkutan pada sistem irigasi lintas
provinsi.
Kesepakatan tersebut dapat difasilitasi oleh Pemerintah. Komisi irigasi
antarprovinsi berkedudukan di salah satu ibukota provinsi yang disepakati
dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun secara bergiliran.
Komisi irigasi antarprovinsi mempunyai wilayah kerja pada daerah irigasi lintas
14
provinsi, baik yang sudah ditugas-pembantuankan maupun yang belum ditugas-
pembantuankan kepada provinsi yang bersangkutan.
Komisi irigasi antarprovinsi membantu para gubernur di daerah yang
bersangkutan dengan tugas:
1) Mengusulkan rencana rumusan kebijakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi kepada Menteri;
2) Merumuskan rencana tahunan penyediaan, pembagian, dan pemberian air
irigasi bagi pertanian dan keperluan lain;
3) mengusulkan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi melalui forum
musyawarah pembangunan untuk diteruskan kepada Menteri;
4) merumuskan rencana tata tanam yang telah disiapkan oleh dinas instansi
terkait dengan mempertimbangkan data debit air yang tersedia pada setiap
daerah irigasi, pemberian air serentak atau golongan, kesesuaian jenis
tanaman, serta rencana pembagian dan pemberian air untuk diteruskan
kepada Menteri;
5) Merumuskan rencana pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang
meliputi prioritas penyediaan dana, pemeliharaan dan rehabilitasi untuk
diteruskan kepada Menteri;
6) Memberikan masukan dalam rangka evaluasi pengelolaan aset irigasi
untuk diteruskan kepada Menteri;
7) Memberikan pertimbangan dan masukan atas pemberian izin alokasi air
untuk kegiatan perluasan daerah layanan jaringan irigasi dan peningkatan
jaringan irigasi;
8) Memberikan masukan kepada gubernur atas penetapan hak guna pakai
air untuk irigasi dan hak guna usaha air untuk irigasi kepada badan usaha,
badan sosial, ataupun perseorangan;
9) Membahas dan memberi pertimbangan dalam mengatasi permasalahan
daerah irigasi akibat kekeringan, kebanjiran, dan akibat bencana alam lain;
10) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses penetapan peraturan
daerah tentang irigasi;
11) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam upaya menjaga keandalan
dan keberlanjutan sistem irigasi; dan
12) melaporkan hasil kegiatan kepada para gubernur yang bersangkutan
15
mengenai program dan progres, masukan yang diperoleh, serta melaporkan
kegiatan yang dilakukan selama 1 (satu) tahun.
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, komisi irigasi antarprovinsi
menyelenggarakan fungsi koordinasi antara pemerintah kabupaten/kota yang
terkait, wakil komisi irigasi provinsi yang terkait, wakil perkumpulan petani
pemakai air tingkat daerah irigasi dengan wakil pengguna jaringan irigasi untuk
keperluan lain pada provinsi yang bersangkutan.
2.3. Komisi Irigasi Kabupaten/Kota
Komisi irigasi kabupaten/kota dibentuk dengan keputusan bupati/walikota dan
berada di bawah serta bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota.
Komisi irigasi Kabupaten/Kota berkedudukan di ibukota kabupaten/kota.
Komisi irigasi kabupaten/kota mempunyai wilayah kerja yang meliputi:
a) Daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung
jawab kabupaten/kota yang meliputi daerah irigasi yang luasnya kurang
dari 1000 ha. Pada daerah irigasi tersebut, komisi irigasi kabupaten/kota
membantu bupati/walikota dengan tugas:
(1) Merumuskan rencana kebijakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi;
(2) Merumuskan rencana tahunan penyediaan, pembagian, dan
pemberian air irigasi yang efisien bagi pertanian dan keperluan lain;
(3) Merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi melalui
forum musyawarah pembangunan;
(4) Memberikan pertimbangan mengenai izin alih fungsi lahan beririgasi;
(5) Merumuskan rencana tata tanam yang telah disiapkan oleh dinas
instansi terkait dengan mempertimbangkan data debit air yang
tersedia pada setiap daerah irigasi, pemberian air serentak atau
golongan, kesesuaian jenis tanaman, serta rencana pembagian dan
pemberian air;
(6) Merumuskan rencana pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi
yang meliputi prioritas penyediaan dana, pemeliharaan, dan
rehabilitasi;
(7) Memberikan masukan dalam rangka evaluasi pengelolaan aset irigasi;
16
(8) Memberikan pertimbangan dan masukan atas pemberian izin
alokasi air untuk kegiatan perluasan daerah layanan jaringan irigasi
dan peningkatan jaringan irigasi;
(9) Memberikan masukan atas penetapan hak guna pakai air untuk
irigasi dan hak guna usaha untuk irigasi kepada badan usaha,
badan sosial, ataupun perseorangan;
(10) Membahas dan memberi pertimbangan dalam mengatasi
permasalahan daerah irigasi akibat kekeringan, kebanjiran, dan akibat
bencana alam lain;
(11) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses penetapan
peraturan daerah tentang irigasi;
(12) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam upaya menjaga
keandalan dan keberlanjutan sistem irigasi; dan
(13) Melaporkan hasil kegiatan kepada bupati/walikota mengenai program
dan progres, masukan yang diperoleh, serta melaporkan kegiatan
yang dilakukan selama 1 (satu) tahun.
b) Daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung
jawab pemerintah provinsi yang meliputi daerah irigasi yang luasnya 1000
ha sampai dengan 3000 ha yang berada dalam satu kabupaten/kota yang
sudah ditugas-pembantuankan dari pemerintah provinsi kepada
pemerintah kabupaten/kota. Pada daerah irigasi tersebut, komisi irigasi
kabupaten/kota membantu bupati/walikota dengan tugas:
(1) Mengusulkan rumusan rencana kebijakan kepada gubernur untuk
mempertahankan dan meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi;
(2) Merumuskan rencana tahunan penyediaan, pembagian dan pemberian
air irigasi bagi pertanian dan keperluan lainnya;
(3) Merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi melalui
forum musyawarah pembangunan untuk diteruskan kepada gubernur;
(4) Merumuskan rencana tata tanam yang telah disiapkan oleh dinas
instansi terkait dengan mempertimbangkan data debit air yang tersedia
pada setiap daerah irigasi, pemberian air serentak atau golongan,
kesesuaian jenis tanaman, rencana pembagian dan pemberian air
untuk diteruskan kepada gubernur;
17
(5) Merumuskan rencana pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi
yang meliputi prioritas penyediaan dana, pemeliharaan, dan
rehabilitasi untuk diteruskan kepada gubernur;
(6) Memberikan masukan dalam rangka evaluasi pengelolaan aset irigasi
untuk diteruskan kepada gubernur;
(7) Memberikan pertimbangan dan masukan atas pemberian izin alokasi
air untuk kegiatan perluasan daerah layanan jaringan irigasi dan
peningkatan jaringan irigasi untuk diteruskan kepada gubernur;
(8) Memberikan masukan kepada bupati/walikota, atas penetapan hak
guna pakai air untuk irigasi dan hak guna usaha air untuk irigasi
kepada badan usaha, badan sosial, ataupun perseorangan;
(9) Membahas dan memberikan pertimbangan dalam mengatasi
permasalahan daerah irigasi akibat kekeringan, kebanjiran, dan akibat
bencana alam lain;
(10) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses penetapan
peraturan daerah tentang irigasi;
(11) memberikan masukan dan pertimbangan dalam upaya menjaga
keandalan dan keberlanjutan sistem irigasi; dan
(12) Melaporkan hasil kegiatan kepada bupati/walikota, mengenai program
dan progres, masukan yang diperoleh, serta melaporkan kegiatan yang
dilakukan selama 1 (satu) tahun.
c) Daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung
jawab Pemerintah yang meliputi daerah irigasi yang luasnya lebih dari
3000 ha dan daerah irigasi strategis nasional yang berada dalam satu
kabupaten/kota, baik yang sudah ditugas-pembantuankan maupun yang
belum ditugas pembantuankan dari Pemerintah kepada pemerintah
kabupaten/kota. Pada daerah irigasi tersebut, komisi irigasi kabupaten/kota
membantu bupati/walikota dengan tugas:
(1) Mengusulkan rumusan kebijakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi kepada Menteri;
(2) Merumuskan rencana tahunan penyediaan, pembagian, dan
pemberian air irigasi bagi pertanian serta keperluan lainnya;
(3) Merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi melalui
18
forum musyawarah pembangunan untuk diteruskan kepada Menteri;
(4) Merumuskan rencana tata tanam yang telah disiapkan oleh dinas
instansi terkait dengan mempertimbangkan data debit air yang tersedia
pada setiap daerah irigasi, pemberian air serentak atau golongan,
kesesuaian jenis tanaman, rencana pembagian dan pemberian air
untuk diteruskan kepada Menteri;
(5) Merumuskan rencana pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi
yang meliputi prioritas penyediaan dana, pemeliharaan, dan rehabilitasi
untuk diteruskan kepada Menteri;
(6) Memberikan masukan dalam rangka evaluasi pengelolaan aset irigasi
untuk diteruskan kepada Menteri;
(7) Memberikan pertimbangan dan masukan atas pemberian izin alokasi
air untuk kegiatan perluasan daerah layanan jaringan irigasi dan
peningkatan jaringan irigasi;
(8) Memberikan masukan kepada bupati/walikota, atas penetapan hak
guna pakai air untuk irigasi dan hak guna usaha air untuk irigasi
kepada badan usaha, badan sosial, ataupun perseorangan;
(9) Membahas dan memberi pertimbangan dalam mengatasi
permasalahan daerah irigasi akibat kekeringan, kebanjiran, dan akibat
bencana alam lainnya;
(10) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses penetapan
peraturan daerah tentang irigasi;
(11) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam upaya menjaga
keandalan dan keberlanjutan sistem irigasi; dan
(12) Melaporkan hasil kegiatan kepada bupati/walikota mengenai program
dan progres, masukan-masukan yang diperoleh serta kegiatan yang
dilakukan selama 1 (satu) tahun.
d) Disamping itu Komisi Irigasi Kabupaten/Kota memiliki wilayah kerja pada
daerah irigasi desa.
2.4. Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Pemeliharaan yang Berada di
Lapangan
a) Pengamat/Ranting/UPTD
19
a) Memimpin rapat rutin setiap minggu untuk mengetahui permasalahan
O&P yang dihadiri juru pengairan, petugas pintu air dan P3A/GP3A/IP3A.
b) Mengikuti rapat di Balai Wilayah Sungai. Propinsi, Kabupaten/Kota dan
Kecamatan.
c) Membina Staf.
d) Membina P3A/GP3A/IP3A untuk dapat melaksanakan O&P jaringan
tersier yang menjadi tanggung jawabnya serta berpartisipasi dalam
kegiatan O&P jaringan utama (sekunder dan primer).
e) Membantu proses pengajuan bantuan biaya O&P kepada
P3A/GP3A/IP3A.
f) Membuat laporan kegiatan O&P ke Balai Wilayah Sungai. Propinsi,
Kabupaten/Kota.
b) Mantri/Juru
(a) Membantu Pengamat Pengairan dalam menjalankan kegiatan O&P
dalam wilayah kerjanya.
(b) Melakukan pengawasan pekerjaan pemeliharaan rutin dan pekerjaan
yang dikontrakkan.
(c) Membuat laporan pemeliharaan mengenai :
- Kerusakan saluran dan bangunan
- Realisasi pemeliharaan rutin, berkala dan lain-lain
- Menyusun biaya pemeliharaan berkala.
(d) Bersama P3A melakukan penelusuran jaringan untuk mengetahui
kerusakan saluran dan bangunan untuk segera di atasi
(e) Menyusun biaya O&P dalam wilayah kerjanya bersama P3A.
c) Petugas Pintu Air (PPA)
(a) Membuka dan menutup pintu air sesuai kebutuhan.
(b) Memberi minyak pelumas pada pintu air.
(c) Membersihkan sampah dan rumput di sekitar bangunan.
(d) Mencatat kerusakan pintu air pada blanko yang disediakan.
20
Kompetensi Petugas Pemeliharaan
Tabel 0-1 Kompetensi Petugas Pemeliharaan
Kerapatan personil O&P di lapangan adalah sebagai berikut :
Petugas : Luas Layanan (Ha)
Pengamat Pengairan - 1 orang + 3 staf
:
3.000 – 25.000
Juru Pengairan - 1 orang
:
1.000 – 2.000
Petugas Pintu Air - 1 orang
:
3 – 5 buah pintu
P3A : 1 blok tersier
2.5. Organisasi dan Pelaksanaan O&P
2.5.1. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan Gabungan
Himpunan Petani Pemakai Air (GP3A)
a) Struktur Organisasi
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), adalah suatu wadah
perkumpulan petani atau kelompok tani yang mengelola air irigasi dalam
suatu desa. Keanggotaan P3A/GP3A meliputi :
(1) Pemilik tanah
(2) Pemilik penggarap tanah
(3) Pemilik kolam ikan yang mendapatkan air irigasi
(4) Kepala desa dan perangkat desa lainnya yang memperoleh sawah
bengkok
(5) Pemakaian air irigasi lainnya
Susunan Organisasi P3A terdiri atas :
(1) Rapat anggota
(2) Pengurus
(3) Anggota
21
Tabel 0-2 Susunan Pengurus Kelompok Tani
Pengurus P3A terdiri dari : Pengurus GP3A terdiri dari :
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Bendahara
Pelaksana Teknis
Ketua – ketua Blok Tersier
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Bendahara
Pelaksana Teknis
b) Kegiatan P3A/GP3A dalam Operasi dan Pemeliharaan
Pengurus rnelaksanakan ketentuan – ketentuan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dan keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh
rapat anggota serta kebijaksanaan lainnya termasuk menyelesaikan
sengketa antar anggota.
(1) Kegiatan P3A/GP3A pada umumnya adalah
- Mengumpulkan data tanaman dan dilaporkan pada Rapat
Pembagian Air sepuluh harian.
- Menerima air di pintu pengambilan sadap (tersier) sesuai dengan
debit rencana untuk tanaman berdasarkan hasil rapat sepuluh
harian.
- Ikut serta mengamankan bangunan irigasi, membersihkan waled,
membabat rumput pada saluran secara berkala.
- Membagi air pada petak tersier di wilayahnya.
- Kegiatan Dalam Organisasi P3A
- Rapat Anggota
Menyusun dan mengesahkan AD dan ART
Memilih dan memberhentikan Ketua, Pengurus dan Anggota
Menentukan program kerja P3A
- Pengurus
Melaksanakan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga, keputusan yang ditetapkan rapat anggota serta
kebijaksanaan lain termasuk menyelesaikan sengketa antar
anggota.
22
- Pelaksana Teknis
Melaksanakan kegiatan sehari – hari dalam hal pendayagunaan
air irigasi serta memelihara jaringan tersier.
- Ketua Blok / Petak Tersier
Melaksanakan kegiatan sehari – hari dalam hal pendayagunaan
air irigasi serta memelihara jaringan kwarter.
- Anggota
Wajib turut serta melestarikan jaringan irigasi, membayar iuran
dan memenuhi ketentuan lain yang ditentukan oleh rapat anggota.
(2) Kegiatan dalam Organisasi GP3A
Tugas dan tanggungjawab masing – masing pengurus:
(a) Ketua (Gabungan Himpunan Petani Pernakai Air)
- Mewakili Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air dalam
pertemuan Gabungan ditingkat Induk.
- Mengkoordinir kegiatan di tingkat Gabungan Sekunder.
- Menampung permasalahan yang muncul dan
pemecahannya.
(b) Wakil Ketua
- Mewakili Ketua apabila berhalangan hadir;
- Membimbing dan mengawasi anggota pengurus sesuai
tugas masing – masing;
- Mengkoordinir dan melaksanakan usaha Ekonomi
Organisasi.
(c) Sekretaris
- Melaksanakan administrasi kesekretariatan;
- Melaksanakan Inventarisasi Anggota Pengurus dan P3A
Anggota;
- Menyusun atau membaca notulen Rapat Anggota dan Rapat
Pengurus;
- Menyusun laporan pertanggung jawaban kesekretariatan.
(d) Bendahara
- Menerima uang iuran;
- Mencatat penerimaan uang dan pengeluaran;
23
- Membuat administrasi keuangan (perubahan) yang
dilaporkan pada rapat anggota;
(e) Koordinator Pelaksana Teknis
- Menerima air sesuai jadwal/kebutuhan dari Petugas Dinas
Pengairan;
- Ikut menjaga dan pengawasan pelaksanaan giliran.
- Memberikan sumbangan pemikiran, gagasan dalam rangka
perencanaan perbaikan jaringan irigasi;
- Memberikan sumbangan dana untuk pemeliharaan saluran
inigasi dan bangunan agar tetap berfungsi dengan baik;
2.5.2. Hubungan Kerja P3A/GP3A dengan UP WS/Dinas Pengairan
Kabupaten
Hubungan kerja P3A/GP3A didalam bidang irigasi dengan Balai WS/Dinas
Pengairan kabupaten adalah :
a) P3A/GP3A membuat dan mengusulkan Rencana Tanam berikut jadwal
kebutuhan air inigasi untuk semua petak sawah di wilayah kerjanya
kepada Pengamat Pengairan setempat.
b) Usulan P3A/GP3A kepada Pengamat Pengairan tentang pembagian air
sesuai dengan kebutuhan tanaman sepanjang ketersediaan air cukup.
c) Juru Pengairan melaksanakan pembagian air ke setiap Sadap tersier yang
selanjutnya diterima oleh Pelaksana Teknis P3A/GP3A.
d) Pelaksana Teknis P3A/GP3A membagi air kepada masing-masing Blok
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e) P3A/GP3A membuat laporan realisasi tanam secara periodik kepada
Pengamat Pengairan melalui Juru Pengairan.
f) Daftar anggota petani P3A/GP3A serta luas lahan yang dimiliki hendaknya
dibuat oleh Ketua Blok minimal setahun sekali, yang kemudian diserahkan
kepada Pengamat Pengairan.
Hubungan kerja P3A/GP3A dibidang pemeliharaan antara lain :
a) Ikut menjaga dan pengawasan pelaksanaan giliran.
b) Memberikan sumbangan pemikiran, gagasan dalam rangka perencanaan
perbaikan jaringan irigasi;
c) Memberikan sumbangan dana untuk pemeliharaan saluran inigasi dan
24
bangunan agar tetap berfungsi dengan baik;
2.5.3. Hubungan Kerja P3A/GP3A dengan Komisi Irigasi
Hubungan kerja P3A/GP3A dengan Komisi Irigasi adalah:
a) P3A/GP3A mengajukan pola tanam dan tata tanarn kepada Komisi Irigasi
Kabupaten melalui Pelaksana Komisi Tingkat Kecamatan.
b) Komisi Irigasi Kabupaten menetapkan pola tanam dan rencana tata
tanam, per Daerah Irigasi untuk seluruh wilayah Kabupaten, sebagai
pedoman yang harus dilaksanakan oleh P3A/GP3A.
2.5.4. Komisi Irigasi
Komisi irigasi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, wakil
pengguna jaringan irigasi untuk keperluan lainnya.
Keanggotaan komisi irigasi dipilih secara proporsional dan dilakukan dengan
prinsip keterwakilan dari daerah irigasi yang berada di hulu, tengah, hilir, serta
luas daerah irigasi dan dilakukan berdasarkan tingkat jaringan irigasi teknis,
semi teknis, dan sederhana.
a) Struktur Organisasi
Struktur organisasi komisi irigasi terbentuk sesuai dengan wilayah kerja,
yaitu:
- Komisi Irigasi Antar Provinsi: mempunyai wilayah kerja pada daerah
irigasi lintas provinsi
- Komisi Irigasi Provinsi: mempunyai wilayah kerja pada daerah irigasi
yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung jawab
pemerintah provinsi
- Komisi Irigasi Kabupaten/Kota : mempunyai wilayah kerja pada
daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung
jawab pemerintah kabupaten/kota
Pengurus komisi irigasi terdiri atas :
(1) Ketua, dijabat oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
(2) Ketua harian, dijabat oleh kepala dinas yang membidangi irigasi
25
(3) Sekretaris, terdiri atas :
- Sekretaris I yang dijabat oleh kepala sub-dinas yang membidangi
pengembangan dan pengelolaan irigasi; dan
- Sekretaris II yang dijabat oleh kepala sub-dinas atau kepala seksi
yang membidangi pemanfaatan air pada dinas pertanian.
(4) Ketua bidang (bila diperlukan), diketuai oleh wakil/unsur non-
pemerintah dari wakil/unsur perkumpulan petani pemakai air atau
pengguna jaringan irigasi lain.
(5) Anggota, dapat dikelompokkan sesuai dengan kelompok bidang yang
diperlukan dan disepakati.
(6) Komisi irigasi dapat dibantu oleh tenaga ahli yang sudah
berpengalaman dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi.
(7) Tenaga ahli (bila diperlukan), diusulkan oleh ketua komisi irigasi dan
ditetapkan oleh gubernur.
b) Kegiatan Komisi Irigasi, meliputi:
1) merumuskan rencana kebijakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi;
2) merumuskan rencana tahunan penyediaan, pembagian, dan
pemberian air irigasi yang efisien bagi pertanian dan keperluan lain;
3) merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi melalui
forum musyawarah pembangunan;
4) memberikan pertimbangan mengenai izin alih fungsi lahan beririgasi;
5) merumuskan rencana tata tanam yang telah disiapkan oleh dinas
instansi terkait dengan mempertimbangkan data debit air yang
tersedia pada setiap daerah irigasi, pemberian air serentak atau
golongan, kesesuaian jenis tanaman, serta rencana pembagian dan
pemberian air;
6) merumuskan rencana pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi
yang meliputi prioritas penyediaan dana, pemeliharaan, dan
rehabilitasi;
7) memberikan masukan dalam rangka evaluasi pengelolaan aset irigasi;
26
8) memberikan pertimbangan dan masukan atas pemberian izin alokasi
air untuk kegiatan perluasan daerah layanan jaringan irigasi dan
peningkatan jaringan irigasi;
9) memberikan masukan atas penetapan hak guna pakai air untuk irigasi
dan hak guna usaha untuk irigasi kepada badan usaha, badan sosial,
ataupun perseorangan;
10) membahas dan memberi pertimbangan dalam mengatasi
permasalahan daerah irigasi akibat kekeringan, kebanjiran, dan akibat
bencana alam lain;
11) memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses penetapan
peraturan daerah tentang irigasi;
12) memberikan masukan dan pertimbangan dalam upaya menjaga
keandalan dan keberlanjutan sistem irigasi; dan
13) melaporkan hasil kegiatan kepada gubernur atau bupati/walikota
mengenai program dan progres, masukan yang diperoleh, serta
melaporkan kegiatan yang dilakukan selama 1 (satu) tahun.
2.5.5. Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 04/PRT/M/2008 merupakan
Pedoman pembentukan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada
tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan wilayah sungai dimaksudkan sebagai
acuan bagi Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
dalam pembentukan dewan sumber daya air provinsi, dewan sumber daya air
kabupaten/kota, dan TKPSDA WS.
Panitia Tata Pengaturan Air yang selanjutnya disebut PTPA adalah forum
musyawarah dalam rangka membantu gubernur dalam melaksanakan
koordinasi tata pengaturan air di wilayah provinsi.
Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air yang selanjutnya disebut PPTPA
adalah forum musyawarah dalam rangka membantu Panitia Tata Pengaturan
Air dalam melaksanakan koordinasi tata pengaturan air di wilayah sungai
yang bersangkutan.
PPTPA pada satuan wilayah sungai bertugas membantu PTPA dalam
27
melaksanakan koordinasi tata pengaturan air di wilayah sungai yang
bersangkutan, antara lain mengumpulkan:
- Data ketersediaan air pada sumber air permukaan maupun air tanah
- Data kualitas air pada sumber air permukaan maupun air tanah
- Data konservasi air.
- Data kebutuhan air pada sektor terkait berdasar waktu, ruang, jumlah dan
mutu.
- Data pemanfaatan sumber daya air.
Agar peran P3A/GP3A dapat berkembang seperti yang diharapkan. maka
Komisi Irigasi dan PPTPA perlu memberikan arahan dan bimbingan secara
rutin kepada P3A/GP3A.
Forum Koordinasi Pengelolaan Irigasi
2.5.6. Koordinasi P3A/GP3A dengan UPT WS/Dinas Pengairan
a) Persiapan Data untuk Rapat dengan Pengamat Pengairan
(1) Pertemuan tahunan dalam rangka menyusun Rencanan Tata Tanam,
P3A/GP3A.
(2) Membuat dan mengusulkan rencana tanam per blok tersier.
(3) Membuat laporan keadaan tanamam per blok tersier tersier di
wilayah kerjanya kepada Pengamat Pengairan melalui Juru
Pengairan.
(4) Kepada P3A/GP3A diberitahukan debit air pada setiap sadap untuk
periode 10 hari yang akan datang .
b) Tugas Pengamat Pengairan terkait dengan P3A/GP3A
(1) Pengamat dan Juru Pengairan hendaknya menjaga hubungan baik
dengan P3A/GP3A di wilayahnya, serta memberikan petunjuk –
petunjuk mengenai pembagian air pada jaringan irigasi tersier.
(2) Pengamat dan Juru Pengairan harus memiliki catatan terbaru
mengenai anggota kelompok pemakai air di wiiayahnya.
c) Pembinaan terhadap P3A
Dinas Kabupaten/Propinsi dan UPT WS bersama – sama Bappeprop /
Bappekab bertanggung jawab melakukan pembinaan terhadap P3A.
28
2.5.7. Hubungan Kerja P3A/GP3A dengan Tim Komisi Irigasi
Hubungan kerja P3A/GP3A dengan Komisi Irigasi adalah :
1) P3A/GP3A mengajukan pola tanam dan tata tanam kepada Komisi Irigasi
Kabupaten melalui Pelaksana Komisi Irigasi Tingkat Kecamatan.
2) Tim Komisi Irigasi Kabupaten menetapkan pola dan tata tanam, baik untuk
seluruh Kabupaten maupun untuk masing – masing Jaringan irigasi,
sebagai pedoman yang harus dilaksanakan antara lain oleh P3A/GP3A.
RANGKUMAN
Kedudukan komisi irigasi Propinsi berada di ibukota propinsi masing-masing,
bertanggung jawab terhadap pengelolaan irigasi di dalam propinsi tersebut (1.000
sampai 3.000 ha), serta pengelolaan irigasi lintas kabupaten. Sedangkan komisi
irigasi kabupaten berada di ibukota kabupaten dan bertanggung jawab terhadap
pengelolaan irigasi dengan luas dibawah 1.000 ha.
EVALUASI
1. Komisi irigasi:
a. Hanya bertanggung jawab pada irigasi permukaan (DI) saja
b. Hanya bertanggung jawab pada irigasi rawa saja
c. Hanya bertanggung jawab pada irigasi tambak saja
d. Hanya bertanggung jawab pada irigasi air tanah saja
e. Semua pernyataan adalah benar
2. Jelaskan wilayah kerja komir propinsi, komir kabupaten/kota dan komir lintas
kab/kota
3. Pilih pernyataan yang salah
Komisi irigasi kabupaten/kota membantu bupati/walikota dengan tugas
a. Merumuskan rencana kebijakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi;
b. Merumuskan rencana tahunan penyediaan, pembagian, dan
pemberian air irigasi yang efisien bagi pertanian dan keperluan lain;
c. Merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi melalui
forum musyawarah pembangunan;
d. Memberikan persetujuan mengenai izin alih fungsi lahan beririgasi;
29
BAB 3
SUSUNAN ORGANISASI, KEANGGOTAAN DAN TATA KERJA
3.1. Komisi Irigasi Provinsi
3.1.1. Susunan Organisasi Komisi Irigasi Provinsi
Pengurus komisi irigasi terdiri atas:
1) Ketua;
2) Ketua harian;
3) Sekretaris;
4) Ketua bidang bila diperlukan; dan
5) Anggota.
Ketua dijabat oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
provinsi. Ketua harian dijabat oleh kepala dinas yang membidangi irigasi.
Sekretaris terdiri atas:
a) Sekretaris I yang dijabat oleh kepala sub-dinas yang membidangi
pengembangan dan pengelolaan irigasi; dan
b) Sekretaris II yang dijabat oleh kepala sub-dinas atau kepala seksi
yang membidangi pemanfaatan air pada dinas pertanian.
Ketua bidang diketuai oleh wakil/unsur nonpemerintah dari wakil/unsur
perkumpulan petani pemakai air atau pengguna jaringan irigasi lain. Anggota
dapat dikelompokkan sesuai dengan kelompok bidang yang diperlukan dan
disepakati. Komisi irigasi dapat dibantu oleh tenaga ahli yang sudah
berpengalaman dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi. Tenaga
ahli diusulkan oleh ketua komisi irigasi dan ditetapkan oleh gubernur.
3.1.2. Keanggotaan Komisi Irigasi Provinsi
a) Keanggotaan komisi irigasi provinsi terdiri atas:
(1) Wakil pemerintah provinsi;
(2) Wakil perkumpulan petani pemakai air pada daerah irigasi lintas
kabupaten/kota;
(3) Wakil kelompok pengguna jaringan irigasi lain; dan
(4) Wakil komisi irigasi kabupaten/kota yang mempunyai daerah irigasi
30
lintas kabupaten/kota.
Keanggotaan komisi irigasi dari wakil perkumpulan petani pemakai air
pada daerah irigasi lintas kabupaten/kota dan wakil kelompok pengguna
jaringan irigasi lain dipilih secara proporsional dan dilakukan dengan
prinsip keterwakilan dari daerah irigasi yang berada di hulu, tengah, hilir,
serta luas daerah irigasi dan dilakukan berdasarkan tingkat jaringan irigasi
teknis, semi teknis, dan sederhana.
b) Wakil pemerintah provinsi terdiri atas:
(1) Wakil sekretariat daerah provinsi;
(2) Wakil dinas teknis yang membidangi irigasi;
(3) Wakil dinas teknis yang membidangi pertanian;
(4) Wakil lembaga / badan yang membidangi perencanaan dan
pembangunan daerah; dan
(5) Wakil dinas teknis lain yang berkaitan dengan pengelolaan irigasi.
Wakil perkumpulan petani pemakai air dipilih oleh anggota secara
demokratis untuk diusulkan dan ditetapkan oleh gubernur.
Untuk pemerataan peningkatan keikutsertaan anggota dari perkumpulan
petani pemakai air dilakukan pergantian wakil perkumpulan petani
pemakai air selambat-lambatnya setiap 3 (tiga) tahun melalui
pemilihan secara demokratis.
Wakil kelompok pengguna jaringan irigasi terdiri atas anggota kelompok
bersangkutan yang dipilih oleh anggota kelompoknya secara demokratis
untuk diusulkan dan ditetapkan oleh gubernur.
Wakil komisi irigasi Kabupaten/Kota yang mempunyai daerah irigasi
lintas Kabupten/Kota diusulkan oleh setiap komisi irigasi kabupaten/kota
dengan jumlah 2 (dua) orang tiap komisi irigasi kabupaten/kota dari
unsur pemerintah dan nonpemerintah yang dipilih secara demokratis
dan diusulkan oleh bupati/walikota untuk ditetapkan oleh gubernur.
31
3.1.3. Jumlah Anggota Komisi Irigasi Provinsi
Jumlah anggota komisi irigasi provinsi sedapat mungkin dibatasi agar komisi
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Jumlah anggota dari unsur
pemerintah dan unsur nonpemerintah berimbang.
3.1.4. Hak dan Kewajiban Anggota Komisi Irigasi Provinsi
Hak anggota komisi irigasi provinsi:
1) Mendapatkan informasi tentang masalah yang berhubungan dengan
kegiatan komisi irigasi dan informasi terkait lainnya;
2) Menyampaikan aspirasi dan pendapat;
3) Mempunyai hak memilih dan dipilih sebagai anggota pengurus;
4) Ikut dalam proses pengambilan keputusan;
5) Mempunyai hak suara yang sama; dan
6) Dipilih sebagai wakil komisi irigasi dalam dewan sumber daya air
provinsi.
Kewajiban anggota komisi irigasi provinsi:
1) Mematuhi dan melaksanakan ketentuan yang berlaku;
2) Melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya;
3) Menghadiri rapat komisi irigasi dan kegiatan lain;
4) Menaati semua kesepakatan yang telah ditetapkan dan menjadi
kebijakan komisi irigasi; dan
5) menyampaikan aspirasi lembaga yang diwakilinya.
3.1.5. Sekretariat Komisi Irigasi Provinsi
Komisi irigasi dalam pelaksanaan tugasnya difasilitasi oleh sekretariat komisi
irigasi yang dipimpin oleh kepala sekretariat.
Kepala sekretariat dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada ketua komisi irigasi melalui sekretaris komisi irigasi. Kepala
sekretariat ditetapkan oleh ketua atas usulan ketua harian dan bekerja secara
penuh waktu. Pelaksanaan kegiatan sekretariat dilakukan di kantor
sekretariat yang berada di lingkungan kantor dinas yang membidangi irigasi.
Staf sekretariat dapat terdiri atas pegawai yang berasal dari dinas yang
membidangi pembangunan daerah, dinas irigasi, dan/atau yang membidangi
32
pertanian.
Susunan organisasi sekretariat komisi irigasi ditetapkan oleh ketua harian
komisi irigasi. Sekretariat komisi irigasi bertugas:
a) Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi komisi irigasi;
b) Memfasilitasi penyediaan tenaga ahli/pakar/narasumber yang
diperlukan oleh komisi irigasi; dan
c) Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan dan administrasi
keuangan.
Sekretariat komisi irigasi dalam pelaksanaan tugasnya secara administratif
berada di bawah instansi yang membidangi irigasi. Uraian tugas setiap
jabatan pada sekretariat komisi irigasi diatur lebih lanjut oleh ketua harian
komisi irigasi.
3.1.6. Tata Kerja Komisi Irigasi Provinsi
Komisi irigasi bersidang sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
tahun pada waktu menjelang musim hujan dan menjelang musim kemarau
yang dihadiri oleh seluruh anggota komisi irigasi dan dipimpin oleh ketua
komisi irigasi.
Tata tertib persidangan dan tata cara pengambilan keputusan ditetapkan
oleh ketua komisi irigasi. Dalam melakukan persidangan, ketua komisi irigasi
dapat mengundang narasumber tertentu dari instansi pemerintah, unsur
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan unsur masyarakat
terkait.
3.2. Komisi Irigasi Antarprovinsi
3.2.1. Susunan Organisasi Komisi Irigasi Antarprovinsi
Pengurus komisi irigasi terdiri atas:
1) Ketua;
2) Ketua harian;
3) Sekretaris;
4) Ketua bidang bila diperlukan; dan
5) Anggota.
33
Ketua dijabat oleh kepala badan perencanaan pembangunan daerah provinsi
secara bergantian. Ketua harian dijabat oleh kepala dinas yang membidangi
irigasi. Sekretaris terdiri atas:
a) Sekretaris I yang dijabat oleh kepala subdinas yang membidangi
pengembangan dan pengelolaan irigasi; dan
b) Sekretaris II yang dijabat oleh kepala subdinas atau kepala seksi
yang membidangi pemanfaatan air pada dinas pertanian.
c) Ketua bidang diketuai oleh wakil/unsur nonpemerintah dari wakil/unsur
perkumpulan petani pemakai air atau pengguna jaringan irigasi lain.
Anggota dapat dikelompokkan sesuai dengan kelompok bidang yang
diperlukan dan disepakati. Apabila diperlukan, komisi irigasi dapat dibantu
oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman dalam pengembangan dan
pengelolaan irigasi. Tenaga ahli diusulkan oleh ketua komisi irigasi dan
ditetapkan oleh gubernur.
3.2.2. Keanggotaan Komisi Irigasi Antarprovinsi
Keanggotaan komisi irigasi antarprovinsi terdiri atas:
1) Wakil pemerintah kabupaten/kota terkait;
2) Wakil perkumpulan petani pemakai air pada daerah irigasi lintas
provinsi;
3) Wakil kelompok pengguna jaringan irigasi lintas provinsi; dan d. wakil
komisi irigasi provinsi yang terkait.
Keanggotaan komisi irigasi dipilih secara proporsional dan dilakukan dengan
prinsip keterwakilan dari daerah irigasi yang berada di hulu, tengah, hilir,
serta luas daerah irigasi dan dilakukan berdasarkan tingkat jaringan irigasi
teknis, semi teknis, dan sederhana.
Wakil pemerintah kabupaten/kota terdiri atas:
1) Wakil sekretariat daerah kabupaten/kota;
2) Wakil dinas teknis kabupaten/kota yang membidangi irigasi;
3) Wakil dinas teknis kabupaten/kota yang membidangi pertanian;
4) Wakil lembaga/badan kabupaten/kota yang membidangi perencanaan
dan pembangunan daerah; dan
34
5) Wakil dinas teknis kabupaten/kota lainnya yang berkaitan dengan
pengelolaan irigasi.
Wakil perkumpulan petani pemakai air dipilih oleh anggota secara
demokratis untuk diusulkan dan ditetapkan oleh gubernur. Untuk pemerataan
peningkatan keikutsertaan anggota dari perkumpulan petani pemakai air
dilakukan pergantian wakil perkumpulan petani pemakai air selambat-
lambatnya setiap 3 (tiga) tahun melalui pemilihan secara demokratis.
Wakil kelompok pengguna jaringan irigasi terdiri atas anggota kelompok
bersangkutan yang dipilih oleh anggota kelompoknya secara demokratis
untuk diusulkan dan ditetapkan oleh gubernur.
Wakil komisi irigasi diusulkan oleh setiap komisi irigasi kabupaten/kota
dengan jumlah 2 (dua) orang tiap komisi irigasi kabupaten/kota dari unsur
pemerintah dan non-pemerintah yang dipilih secara demokratis diusulkan
oleh bupati/walikota untuk ditetapkan oleh gubernur.
3.2.3. Jumlah Anggota Komisi Irigasi Antarprovinsi
Jumlah anggota komisi irigasi antarprovinsi sedapat mungkin dibatasi agar
komisi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Jumlah anggota dari unsur
pemerintah dan unsur nonpemerintah berimbang.
3.2.4. Hak dan Kewajiban Anggota Komisi Irigasi Antarprovinsi
Hak anggota komisi irigasi antarprovinsi:
a) Mendapatkan informasi tentang masalah-masalah yang berhubungan
dengan kegiatan komisi irigasi dan informasi terkait lainnya;
b) Menyampaikan aspirasi dan pendapat;
c) Mempunyai hak memilih dan dipilih sebagai anggota pengurus;
d) Ikut dalam proses pengambilan keputusan;
e) Mempunyai hak suara yang sama; dan
f) Dipilih sebagai wakil komisi irigasi dalam dewan sumber daya air
antarprovinsi.
Kewajiban anggota komisi irigasi antarprovinsi:
a) Mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berlaku;
35
b) Melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya;
c) Menghadiri rapat-rapat komisi irigasi dan kegiatan lain;
d) Menaati semua kesepakatan yang telah ditetapkan dan menjadi
kebijakan komisi irigasi; dan
e) Menyampaikan aspirasi lembaga yang diwakilinya.
3.2.5. Sekretariat Komisi Irigasi Antarprovinsi
a) Pelaksanaan tugas komisi irigasi difasilitasi oleh sekretariat komisi irigasi
yang dipimpin oleh kepala sekretariat.
b) Kepala sekretariat secara adminsitratif bertanggung jawab kepada ketua
komisi irigasi melalui sekretaris komisi irigasi.
c) Kepala sekretariat ditetapkan oleh ketua atas usulan ketua harian dan
bekerja secara penuh waktu.
d) Pelaksanaan kegiatan sekretariat dilakukan di kantor sekretariat yang
berada di lingkungan kantor dinas yang membidangi irigasi.
e) Staf sekretariat dapat terdiri atas pegawai yang berasal dari dinas yang
membidangi pembangunan daerah, irigasi, dan/atau pertanian.
Susunan organisasi sekretariat komisi irigasi ditetapkan oleh ketua harian
komisi irigasi. Sekretariat komisi irigasi bertugas:
a) mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi komisi irigasi;
b) memfasilitasi penyediaan tenaga ahli/pakar/narasumber yang diperlukan
oleh komisi irigasi; dan
c) menyelenggarakan administrasi kesekretariatan dan administrasi
keuangan.
Sekretariat komisi irigasi secara administratif berada di bawah instansi yang
membidangi irigasi. Uraian tugas setiap jabatan pada sekretariat komisi irigasi
diatur lebih lanjut oleh ketua harian komisi irigasi.
3.2.6. Tata Kerja Komisi Irigasi Antarprovinsi
Analog dengan Tata Kerja Komisi Irigasi Provinsi
3.3. Komisi Irigasi Kabupaten/Kota
3.3.1. Susunan Organisasi Komisi Irigasi Kabupaten/Kota
Pengurus komisi irigasi terdiri atas:
36
1) Ketua;
2) Ketua harian;
3) Sekretaris;
4) Ketua bidang bila diperlukan; dan
5) Anggota.
Ketua dijabat oleh kepala badan perencanaan pembangunan daerah
kabupaten/kota. Ketua harian dijabat oleh kepala dinas yang membidangi
irigasi. Sekretaris terdiri atas:
a) Sekretaris I yang dijabat oleh kepala subdinas yang membidangi
pengembangan dan pengelolaan irigasi; dan
b) Sekretaris II yang dijabat oleh kepala subdinas atau kepala seksi
yang membidangi pemanfaatan air pada dinas pertanian.
Ketua bidang diketuai oleh wakil/unsur nonpemerintah dari wakil/unsur
perkumpulan petani pemakai air atau pengguna jaringan irigasi lainnya.
Anggota dapat dikelompokkan sesuai dengan kelompok bidang yang
diperlukan dan disepakati. Apabila diperlukan, komisi irigasi dapat dibantu
oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman dalam pengembangan dan
pengelolaan irigasi. Tenaga ahli diusulkan oleh ketua komisi irigasi dan
ditetapkan ditetapkan oleh bupati/walikota.
3.3.2. Keanggotaan Komisi Irigasi Kabupaten/Kota
Keanggotaan Komisi irigasi kabupaten/kota terdiri atas:
1) Wakil pemerintah kabupaten/kota;
2) Wakil perkumpulan petani pemakai air pada daerah irigasi
kabupaten/ kota;
3) Wakil kelompok pengguna jaringan irigasi lainnya.
Keanggotaan dipilih secara proporsional dan dengan prinsip keterwakilan dari
daerah irigasi hulu, tengah, hilir, luas daerah irigasi, dan tingkatan jaringan
irigasi teknis, semi teknis, dan sederhana.
Wakil pemerintah kabupaten/kota terdiri atas:
37
1) Wakil sekretariat daerah kabupaten/kota;
2) Wakil dinas teknis yang membidangi irigasi;
3) Wakil dinas teknis yang membidangi pertanian;
4) Wakil lembaga/badan yang membidangi perencanaan dan pembangunan
daerah;dan
5) Wakil dinas teknis lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan irigasi.
Wakil perkumpulan petani pemakai air dipilih oleh anggota secara demokratis
untuk diusulkan dan ditetapkan oleh bupati/walikota. Untuk pemerataan
peningkatan keikut sertaan anggota dari perkumpulan petani pemakai air
dilakukan pergantian wakil perkumpulan petani pemakai air selambat-
lambatnya setiap 3 (tiga) tahun melalui pemilihan secara demokratis.
Wakil kelompok pengguna jaringan irigasi terdiri atas anggota kelompok
bersangkutan yang dipilih oleh anggota kelompoknya secara demokratia
untuk diusulkan dan ditetapkan oleh bupati/walikota.
Wakil komisi irigasi diusulkan oleh masing-masing komisi irigasi
kabupaten/kota dengan jumlah 2 (dua) orang tiap komisi irigasi
kabupaten/kota dari unsur pemerintah dan nonpemerintah yang dipilih secara
demokratis diusulkan oleh bupati/walikota untuk ditetapkan oleh bupati/
walikota.
3.3.3. Jumlah Anggota Komisi
Jumlah anggota komisi irigasi provinsi sedapat mungkin dibatasi, agar
komisi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Jumlah anggota dari
unsur pemerintah dan unsur nonpemerintah berimbang.
3.3.4. Hak dan Kewajiban Anggota Komisi Irigasi Kabupaten/Kota
Hak anggota komisi irigasi kabupaten/kota:
a) Mendapatkan informasi tentang masalah-masalah yang berhubungan
dengan kegiatan komisi irigasi dan informasi terkait lainnya;
b) Menyampaikan aspirasi dan pendapat;
c) Mempunyai hak memilih dan dipilih sebagai anggota pengurus;
d) Ikut dalam proses pengambilan keputusan;
e) Mempunyai hak suara yang sama; dan
38
f) Dipilih sebagai wakil komisi irigasi dalam dewan sumber daya air
kabupaten/kota.
Kewajiban anggota komisi irigasi kabupaten/kota:
a) Mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berlaku;
b) Melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya;
c) Menghadiri rapat-rapat komisi irigasi dan kegiatan lain;
d) Menaati semua kesepakatan yang telah ditetapkan dan menjadi
kebijakan komisi irigasi; dan
e) Menyampaikan aspirasi lembaga yang diwakilinya.
3.3.5. Sekretariat Komisi Irigasi Kabupaten/Kota
Pelaksanaan tugas komisi irigasi difasilitasi oleh sekretariat komisi irigasi
yang dipimpin oleh kepala sekretariat.
Kepala sekretariat secara adminsitratif bertanggung jawab kepada ketua
komisi irigasi melalui sekretaris komisi irigasi. Kepala sekretariat
ditetapkan oleh ketua atas usulan ketua harian dan bekerja secara penuh
waktu. Pelaksanaan kegiatan sekretariat dilakukan di kantor sekretariat
yang berada di lingkungan kantor dinas yang membidangi irigasi. Staf
sekretariat dapat terdiri atas pegawai yang berasal dari dinas yang
membidangi pembangunan daerah, irigasi, dan/atau pertanian.
Susunan organisasi sekretariat komisi irigasi ditetapkan oleh ketua
harian komisi irigasi. Sekretariat komisi irigasi bertugas:
a) Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi komisi irigasi;
b) Memfasilitasi penyediaan tenaga ahli/pakar/narasumber yang
diperlukan oleh komisi irigasi; dan
c) Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan dan administrasi
keuangan.
Sekretariat komisi irigasi secara administratif berada di bawah instansi
yang membidangi irigasi. Uraian tugas setiap jabatan pada sekretariat
komisi irigasi diatur lebih lanjut oleh ketua harian komisi irigasi.
39
3.3.6. Tata Kerja Komisi Irigasi Kabupaten/Kota
Analog dengan Tata Kerja Komisi Irigasi Provinsi
3.4. Pengamat Irigasi (Bidang Operasi)
3.4.1. Kepala Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas
1) Mempersiapkan penyusunan RTTG dan RTTD sesuai usulan
Masyarakat petani /P3A/GP3A/IP3A
2) Menetapkan besarnya faktor-k untuk pembagian air jika debit sungai
menurun (hanya untuk irigasi permukaan)
3) Rapat di kantor ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil setiap
minggu untuk mengetahui permasalahan operasi, hadir para mantri / juru
pengairan, petugas pintu air (PPA), petugas operasi bendung serta
P3A/GP3A/IP3A.
4) Menghadiri rapat di kecamatan dan dinas PSDA kabupaten.
5) Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
Operasi
6) Membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang diajukan
P3A/GP3A/IP3A.
7) Membuat laporan kegiatan operasi ke Dinas/Balai.
3.5. Petugas Mantri/Juru Pengairan
a) Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil untuk
tugas-tugas yang berkaitan dengan operasi.
(1) Melaksanakan instruksi dari ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/
korwil tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur;
(2) Memberi instruksi kepada PPA untuk mengatur pintu air sesuai debit
yang ditetapkan;
(3) Memberi saran kepada Petani tentang awal tanam & jenis tanaman;
(4) Pengaturan Giliran;
(5) Mengisi papan operasi/ eksploitasi
b) Membuat laporan operasi :
(1) Pengumpulan Data Debit ;
(2) Pengumpulan Data Tanaman & Kerusakan Tanaman;
(3) Pengumpulan Data Curah Hujan (sesuai kebutuhan daerah)
40
(4) Menyusun Data Mutasi Baku Sawah (sesuai kebutuhan daerah);
(5) Mengumpulkan data Usulan Rencana Tata Tanam;
(6) Melaporkan kejadian banjir kepada Rantig/ Pengamat;
(7) Melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis kepada Pengamat;
3.6. Staf Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas/Korwil
Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil dalam
pelaksanaan operasi jaringan irigasi.
3.7. Petugas Pintu Air (PPA)
Membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang mengalir sesuai
dengan perintah Juru/Mantri Pengairan.
3.7.1. Persyaratan Petugas Operasi Jaringan Irigasi
Tabel ....Persyaratan Petugas Operasi Jaringan Irigasi
Kompetensi Petugas
Jabatan Pendidikan
Minimal Fasilitas
Pengamat Pengairan D III sipil Kantor, rumah dan sepeda
motor
Staf Pengamat SMP Sepeda
Juru Pengairan STM Rumah dan sepeda motor
Petugas Pintu Air SMP Rumah jaga dan sepeda
3.7.2. Tugas Pokok dan Fungsi GP3A dalam Operasi Jaringan Irigasi
Gabungan Perkumpulan petani pemakai air dapat berperan serta dalam
operasi jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya antara lain:
a) Kegiatan Pengumpulan Data
mencatat data luas dan jenis tanaman, luas panen, dan kerusakan
tanaman
b) Perencanaan Operasi
(1) Menyampaikan usulan rencana tata tanam
41
(2) Menyampaikan usulan rencana pembagian dan pemberian air irigasi
(3) Menyepakati secara tertulis rencana tahunan operasi
(4) Menyepakati rencana pembagian dan pemberian air irigasi
c) Pelaksanaan Operasi
(1) Menerima alokasi air irigasi, mengusulkan peninjauan kembali apabila
ada alokasi air yang tidak sesuai dengan rencana penyediaan air
(2) Melaporkan kondisi kekurangan/kelebihan air setiap periode operasi
(3) Membantu melaksanakan pekerjaan operasi seperti membuka,
menutup pintu, dan memberikan pelumasan pintu air
(4) Menyampaikan usulan kebutuhan air irigasi berdasarkan luas dan
jenis tanaman setiap periode operasi
d) Monitoring Dan Evaluasi Operasi
(1) Melaporkan adanya pengambilan air irigasi secara tidak resmi
(2) Melaporkan kejadian perusakan bangunan, saluran, dan pintu air
(3) Melaporkan konflik air dan mengupayakan penyelesaiannya
3.7.3. Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Pemeliharaan yang Berada di
Lapangan
a) Pengamat Pengairan
(1) Memimpin rapat rutin setiap minggu untuk mengetahui
permasalahan O&P yang dihadiri juru pengairan, petugas
pintu air dan P3A/GP3A/IP3A
(2) Mengikuti rapat di balai wilayah sungai. provinsi,
kabupaten/kota dan kecamatan.
(3) Membina Staf
(4) Membina P3A/GP3A/IP3A untuk dapat melaksanakan O&P
jaringan tersier yang menjadi tanggung jawabnya serta
berpartisipasi dalam kegiatan O&P aringan utama (sekunder
dan primer)
(5) Membantu proses pengajuan bantuan biaya O&P kepada
P3A/GP3A/IP3A
42
(6) Membuat laporan kegiatan O&P ke balai wilayah sungai.
provinsi, kabupaten/kota
b) Juru Pengairan
(1) Membantu pengamat pengairan dalam menjalankan kegiatan O&P dalam wilayah kerjanya
(2) Melakukan pengawasan pekerjaan pemeliharaan rutin dan pekerjaan yang dikontrakkan.
(3) Membuat laporan pemeliharaan mengenai:
- kerusakan saluran dan bangunan
- realisasi pemeliharaan rutin, berkala, dan lain-lain
- biaya pemeliharaan berkala.
(4) Bersama P3A melakukan penelusuran jaringan untuk mengetahui kerusakan saluran dan bangunan untuk segera diatasi
(5) Menyusun biaya O&P dalam wilayah kerjanya bersama P3A
b. Petugas Pintu Air
(1) Membuka dan menutup pintu air sesuai dengan kebutuhan
(2) Memberi minyak pelumas pada pintu air.
(3) Membersihkan sampah dan rumput di sekitar bangunan
(4) Mencatat kerusakan pintu air pada formulir yang disediakan
43
Struktur Organisasi O & P di lapangan
RANGKUMAN
Ketua Komisi Irigasi, dijabat oleh Ketua BAPPEDA, sedangkan ketua harian untuk
pelaksanaan sehari-hari dijabat oleh kepala dinas yang membawahi irigasi.
Keanggotaan komisi irigasi harus mencakup wakil dari pemeritah dan non
pemerintah, dan jumlahnya harus berimbang.
EVLUASI
1. Jelaskan hak dan kewajiban anggota komisi irigasi?
2. Jelaskan pendapat sdr, mengapa jumlah anggota komisi irigasi dari pemerintah
dan dari non pemerintah harus berimbang?
Pengamat Pengairan
Juru Pengairan
Petugas pintu air
Administrasi Teknik
K
E
C
M
A
T
A
N
D
E
S
A
44
BAB 4
PROSEDUR PEMILIHAN DAN PENETAPAN KOMISI IRIGASI
Prosedur pemilihan anggota komisi irigasi dari unsur pemerintah dan non
pemerintah dilakukan melalui langkah-langkah:
a) Gubernur atau bupati/walikota masing-masing membentuk panitia persiapan
pembentukan komisi irigasi provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri atas:
(1) ketua merangkap anggota;
(2) sekretaris merangkap anggota; dan
(3) anggota yang sekurang-kurangnya terdiri atas wakil dari badan perencanaan
pembangunan daerah, dinas teknis yang membidangi irigasi, dan dinas yang
membidangi pertanian.
b) Panitia persiapan membuat rencana kerja pembentukan komisi irigasi dan
proses pemilihannya dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak panitia
persiapan ditetapkan.
Penetapan anggota komisi irigasi dari unsur pemerintah dilakukan melalui:
a) Pengidentifikasian dinas/instansi terkait dengan pengelolaan irigasi oleh panitia
persiapan untuk dipertimbangkan sebagai anggota komisi irigasi; dan
b) Pengusulan dinas/instansi kepada gubernur atau bupati/walikota untuk
ditetapkan sebagai anggota komisi irigasi.
Penetapan anggota komisi irigasi dari unsur non pemerintah dilakukan melalui:
a) Penetapan jumlah anggota komisi irigasi dari unsur nonpemerintah;
b) Pemberitahuan kepada perkumpulan petani pemakai air (P3A/GP3A/IP3A) dan
kepada wakil pengguna jaringan irigasi lain agar mengadakan pertemuan untuk
memilih calon anggota;
c) Pemberitahuan dilengkapi dengan pedoman umum, tata cara pemilihan, dan
jumlah anggota masing-masing unsur;
d) Pemilihan anggota dari unsur nonpemerintah difasilitasi oleh panitia persiapan
antara lain berupa penyelenggaraan pertemuan;
e) Hasil pemilihan calon anggota dari unsur nonpemerintah dibuatkan berita
45
acara yang memuat identitas P3A/GP3A/IP3A dan memuat pengguna jaringan
irigasi lain yang disepakati menjadi wakil dalam komisi irigasi;
f) Berita acara tersebut ditandatangani oleh peserta untuk disampaikan kepada
panitia persiapan; dan
g) Panitia persiapan menyampaikan rancangan penetapan komisi irigasi kepada
gubernur atau bupati/walikota masing-masing sesuai dengan kewenangannya.
Anggota komisi irigasi dari unsur pemerintah dan nonpemerintah dinyatakan
berhenti apabila:
1) Mengundurkan diri;
2) Meninggal dunia; dan
3) Ditarik oleh organisasi yang diwakilinya.
Anggota komisi irigasi yang dinyatakan berhenti harus diadakan penggantian antar
waktu.
RANGKUMAN
Langkah prosedur pemilihan anggota komisi irigasi melalui panitia persiapan
pembentukan komisi irigasi dengan rangkaian rencana kerjanya
EVALUASI
1. Sebutkan langkah-langkah/prosedur pemilihan anggota komisi irigasi?
2. Jika ada anggota komisi irigasi dinyatakan berhenti, maka harus segera
dilakukan penggantian, menurut sdr mengapa harus segera diisi kembali
keanggotaan tersebut?
46
BAB 5
HUBUNGAN KERJA DAN PEMBIAYAAN
Hubungan kerja antarkomisi irigasi kabupaten/kota dengan komisi irigasi provinsi
dan komisi irigasi antarprovinsi bersifat konsultatif dan koordinatif. Hubungan kerja
antarkomisi irigasi provinsi dan komisi irigasi kabupaten/kota dengan dewan sumber
daya air provinsi, kabupaten/kota, dan wilayah sungai bersifat konsultatif dan
koordinatif.
Seluruh biaya yang diperlukan untuk kegiatan komisi irigasi dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan kabupaten/kota yang
bersangkutan pada satuan kerja di tempat sekretariat komisi irigasi berada.
Sekretariat menyiapkan rencana kebutuhan biaya operasional komisi irigasi
untuk dibahas lebih lanjut sesuai dengan mekanisme yang berlaku di daerah
masing-masing.
Pertanggungjawaban penggunaan dana operasional komisi irigasi dilakukan
oleh sekretariat melalui satuan kerja di tempat sekretariat komisi irigasi berada.
RANGKUMAN
Hubungan kerja komisi irigasi propinsi dan kabupaten/kota bersifat konsultatif dan
koordinatif. Demikian pula hubungan kerja dengan dewan sumber daya air
EVALUASI
1. Hubungan kerja antarkomisi irigasi kabupaten/kota dengan komisi irigasi provinsi
dan komisi irigasi antarprovinsi bersifat konsultatif dan koordinatif. Menurut
pengertian sdr apa yang dimaksud dengan konsultatif dan koordinatif?
2. Menurut sdr mengapa seluruh pembiayaan opersional komisi irigasi harus
dimasukkan ke dalam DIPA?
47
PENUTUP
Komisi irigasi diharapkan dapat mewujudkan keterpaduan pengelolaan sistem
irigasi pada setiap provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam sistem irigasi lintas provinsi, dapat dibentuk komisi irigasi antarprovinsi.
Sedangkan dalam sistem irigasi yang multiguna, dapat diselenggarakan forum
koordinasi daerah irigasi.
Biaya kegiatan komisi irigasi dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja
daerah provinsi dan kabupaten/kota yang bersangkutan pada satuan kerja di
tempat sekretariat komisi irigasi berada.
Hubungan kerja antar komisi irigasi dan dengan instansi terkait bersifat konsultatif
dan koordinatif.