studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

14
STUDI PERENCANAAN TEKNIS JARINGAN TATA AIR RAWA NON-PASANG SURUT, KECAMATAN DUSUN SELATAN, KABUPATEN BARITO SELATAN, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Dico Nasrulloh 1 , Ussy Andawayanti 2 , Prima Hadi Wicaksono 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 1 [email protected] ABSTRACT Semakin pesatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, mengakibatkan semakin menurunnya perkembangan sektor pertanian sebagai suplai kebutuhan pangan nasional. Ketidakcukupan produksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk domestik, menjadikan pengembangan area lahan pertanian baru wajib dilakukan, demi terwujudnya swasembada pangan. Alih fungsi lahan berupa rawa lebak sebagai area pertanian produktif merupakan solusi alternatif yang sangat menjanjikan. Hasil yang diperoleh dari studi akhir ini berupa dimensi saluran drainasi dengan debit buangan sebesar 0.308 m 3 /dtk/ha. Saluran drainasi memiliki kemiringan dasar saluran 0.0002 dengan kemiringan talud 1 : 1 dan lebar dasar saluran 0.5 m 1.5 m. Dengan bantuan pompa mampu membuang 664.444 m3 kiri dan 395.827 m 3 kanan Pada saluran tersier drainasi menggunakan pintu skot balok, sedangkan pada saluran primer drainasi menggunakan pintu sorong. Kata Kunci: Saluran Drainasi, Rawa Lebak, HEC-RAS, Tata Air. ABSTRACT The Rapid conversion of agricultural land into residential land, resulting the decline in agricultural sector developments production as the supply of national food needs. Insufficiency of food production to fulfill the requirements of domestic population. Making the development of new agricultural plants area shall be for the realization of foodself- sufficiency. Land use such as lowland swamp as a productive agricultural land was a very promising alternative in the future. The result obtained from this study in the form of dimensional drainage channels. Discharge of drainage at 0.308 m 3 /sec. Drainage channel has a channel bottom slope 0.002 with a slope channel basic talud 1:1 and channel base width 0.5-1.5 m. By using the pump able to dispose of 664.444 m 3 right and 395.827 m 3 leftAt the tertiary drainage channels using scotch beams sluice gates, while in the primary drainage channel using the sliding sluice gates. Keywords: Drainage channels, Lebak Swamp, HEC-RAS, Water Management. PENDAHULUAN Laju pertambahan penduduk di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini akan mengakibatkan semakin mendesaknya kebutuhan akan pemukiman dan kebutuhan akan pangan. Namun dalam kenyataanya dua kebutuhan tersebut saling bertolak belakang ketersediaanya. Semakin pesatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, mengakibatkan semakin berkurangnya suplai pangan, utamanya kebutuhan akan makanan pokok berupa beras. Sejak menurunnya perkembangan sektor pertanian dan membanjirnya beras impor yang memasuki pasar domestik

Upload: trinhdien

Post on 15-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

STUDI PERENCANAAN TEKNIS JARINGAN TATA AIR RAWA NON-PASANG

SURUT, KECAMATAN DUSUN SELATAN, KABUPATEN BARITO SELATAN,

PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Dico Nasrulloh1, Ussy Andawayanti

2, Prima Hadi Wicaksono

2

1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya

2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

[email protected]

ABSTRACT

Semakin pesatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman,

mengakibatkan semakin menurunnya perkembangan sektor pertanian sebagai suplai

kebutuhan pangan nasional. Ketidakcukupan produksi bahan pangan untuk memenuhi

kebutuhan penduduk domestik, menjadikan pengembangan area lahan pertanian baru wajib

dilakukan, demi terwujudnya swasembada pangan. Alih fungsi lahan berupa rawa lebak

sebagai area pertanian produktif merupakan solusi alternatif yang sangat menjanjikan.

Hasil yang diperoleh dari studi akhir ini berupa dimensi saluran drainasi dengan

debit buangan sebesar 0.308 m3/dtk/ha. Saluran drainasi memiliki kemiringan dasar saluran

0.0002 dengan kemiringan talud 1 : 1 dan lebar dasar saluran 0.5 m – 1.5 m. Dengan

bantuan pompa mampu membuang 664.444 m3 kiri dan 395.827 m3

kanan Pada saluran

tersier drainasi menggunakan pintu skot balok, sedangkan pada saluran primer drainasi

menggunakan pintu sorong.

Kata Kunci: Saluran Drainasi, Rawa Lebak, HEC-RAS, Tata Air.

ABSTRACT

The Rapid conversion of agricultural land into residential land, resulting the decline

in agricultural sector developments production as the supply of national food needs.

Insufficiency of food production to fulfill the requirements of domestic population. Making

the development of new agricultural plants area shall be for the realization of foodself-

sufficiency. Land use such as lowland swamp as a productive agricultural land was a very

promising alternative in the future.

The result obtained from this study in the form of dimensional drainage channels.

Discharge of drainage at 0.308 m3/sec. Drainage channel has a channel bottom slope

0.002 with a slope channel basic talud 1:1 and channel base width 0.5-1.5 m. By using the

pump able to dispose of 664.444 m3 right and 395.827 m

3 leftAt the tertiary drainage

channels using scotch beams sluice gates, while in the primary drainage channel using the

sliding sluice gates.

Keywords: Drainage channels, Lebak Swamp, HEC-RAS, Water Management.

PENDAHULUAN

Laju pertambahan penduduk di

Indonesia dewasa ini mengalami

peningkatan yang signifikan. Hal ini akan

mengakibatkan semakin mendesaknya

kebutuhan akan pemukiman dan

kebutuhan akan pangan.

Namun dalam kenyataanya dua

kebutuhan tersebut saling bertolak

belakang ketersediaanya. Semakin

pesatnya alih fungsi lahan pertanian

menjadi lahan pemukiman,

mengakibatkan semakin berkurangnya

suplai pangan, utamanya kebutuhan akan

makanan pokok berupa beras. Sejak

menurunnya perkembangan sektor

pertanian dan membanjirnya beras impor

yang memasuki pasar domestik

Page 2: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

mengakibatkan turunnya gairah petani,

menjadikan sistem ketahanan pangan

nasional semakin melemah.

Pemerintah Indonesia berusaha

untuk menjembatani kesenjangan yang

terjadi melalui peningkatan produktifitas

tanaman padi dengan diversifikasi

(penganekaragaman)pangan.

Diversifikasi pangan adalah suatu proses

pemanfaatan dan pengembangan suatu

bahan pangan sehingga penyediaannya

semakin beragam.

Penambahan kebutuhan pangan

juga dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu intensifikasi pertanian dan

ekstensifikasi pertanian. Intensifikasi

pertanian adalah pengolahan lahan

pertanian yang ada dengan sebaik-

baiknya untuk meningkatkan hasil

pertanian dengan menggunakan berbagai

sarana. Intensifikasi pertanian banyak

dilakukan di Pulau Jawa dan Bali yang

memiliki lahan pertanian sempit. Pada

awalnya intensifikasi pertanian ditempuh

dengan program Panca Usaha Tani, yang

kemudian dilanjutkan dengan program

sapta usaha tani.

Sedangkan,ektensifikasi pertanian

merupakan usaha meningkatkan hasil

pertanian dengan cara memperluas lahan

pertanian baru, misalnya membuka hutan

dan semak belukar, daerah sekitar rawa-

rawa yang banyak dilakukan di daerah

jarang penduduk seperti di luar Pulau

Jawa, khususnya di beberapa daerah

tujuan transmigrasi, seperti Sumatera,

Kalimantan dan Irian Jaya.

Studi ini akan dilakukan di Desa

Teluk Mampun, Kecamatan Dusun

Selatan, Kabupaten Barito Selatan,

Propinsi Kalimantan Tengah dengan

potensi luas lahan pertanian 126 Ha.

Daerah studi merupakan lahan rawa non

pasang surut (lebak). Lahan ini sudah

dimanfaatkan seluas 60 Ha, namun

terdapat berbagai kendala. Seringkali

terjadi genangan air hujan dengan

intensitas yang tinggi yang

mengakibatkan tanaman padi mati

terendam air. Genangan air ini terkurung

pada lahan karena kondisi lahan yang

berupa cekungan, ditambah lagi belum

tertatanya sistem irigasi dan drainasi

secara baik pada kondisi eksisting.

Desa Teluk Mampun secara

topografi dapat diklasifikasikan sebagai

wilayah yang relatif datar. Elevasi lahan

berkisar antara + 14.00 m sampai dengan

+18.00 m di atas muka air laut. Wilayah

ini mempunyai sifat datar sampai

bergelombang (cekungan) yang

terkadang tergenang. Daerah di sekitar

aliran Sungai Barito umumnya sering kali

tergenang dan merupakan daerah endapan

serta bersifat organik dan asam. Lokasi

studi ini memiliki karakteristik tanah

gambut.

Solusi atas permasalahan yang

dibahas dalam studi ini adalah :

1. Merencanakan sistem tata air yang

tepat guna pada lokasi studi

2. Merencanakan desain dimensi dan

bentuk saluran berdasarkan besaran

debit pada sistem tata air tersebut

3. Merencanakan pola operasi pintu

yang efisien

4. Menghitung pengaruh kekuatan

pondasi cerucuk dalam menopang

bangunan pintu sorong, beserta

desain

Tujuan dari studi ini adalah :

1. Sistem jaringan tata air pada lokasi

studi.

2. Dimensi dan bentuk saluran rencana

yang sesuai dengan sistem tata air

pada lokasi studi.

3. Dimensi dan bentuk bangunan air

yang sesuai dengan sistem tata air

pada lokasi studi.

4. Pola pengoperasian pintu yang efektif.

5. Pondasi cerucuk yang mampu

menambah daya dukung tanah

terhadap beban bangunan air

Manfaat dari tugas akhir ini sebagai

informasi maupun masukan mengenai

Page 3: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

pengelolaan air pada lahan rawa lebak

(non pasang surut).

METODE

Pengertian Rawa

Rawa adalah suatu wilayah yang

secara permanen atau temporal

(musiman) tergenang air dikarenakan

tidak adanya sistem drainasi alami atau

drainasi kondisi eksisting yang

terhambat. Rawa memiliki karakteristik

struktur penyusun tanah berupa tanah

gambut yang mengandung tingkat

keasaman yang tinggi dan memiliki

topografi yang relatif datar. Menurut

jenisnya lahan rawa dibagi menjadi dua,

yaitu:

Rawa Pasang Surut

Rawa pasang surut merupakan lahan

rawa yang tergenang sepanjang musim

dan tidak pernah kering. Genangan

dpengaruhi oleh pasang surutnya air

laut atau sungai besar disekitarnya.

Rawa Non Pasang Surut (Lebak)

Rawa Lebak merupakan daerah rawa

yang tidak dipengaruhi oleh pasang

surut sungai maupun air laut. Daerah

rawa ini merupakan lahan tanah yang

berbentuk cekungan dan dalam musim

hujan seluruhnya digenangi air. Tetapi

pada musim kemarau air tersebut

berangsur-angsur kering dengan

intensitas tertentu selama masa yang

relatif singkat (1-2 bulan). Untuk

daerah yang berada di dekat sungai

atau air laut, air yang menggenangi

derah rawa berasal dari luapan air

sungai terdekat di sekitarnya, dan ada

pula rawa yang mudah tenggelam

terus-menerus akibat hujan sebelum

melimpahkan airnya ke daerah

sekitarnya.

Berdasarkan ketinggian dan

lamanya genangan, rawa lebak dibagi

menjadi:

Lebak Dangkal (Pematang)

Lebak ini memiliki wilayah yang

mempunyai tinggi genangan 25-50

cm. Wilayahnya mempunyai topografi

yang relatif lebih tinggi dan

merupakan wilayah yang paling dekat

dengan tanggul. Jangka waktu

genangan air relatif pendek, sehingga

memiliki prospek cakupan tata guna

lahan yang lebih luas.

Lebak Tengah

Lebak ini memiliki wilayah yang

mempunyai tinggi genangan 50-100

cm. Wilayahnya mempunyai

topografi yang lebih rendah daripada

lebak dangkal dan merupakan

wilayah antara lebak dangkal dan

lebak dalam.

Lebak Dalam

Lebak ini memiliki wilayah yang

mempunyai tinggi genangan > 100

cm. Wilayahnya mempunyai

topografi paling rendah sehingga

jangka waktu tergenangnya relatif

lama (tergenang terus-menerus).

Jaringan Tata Air

Jaringan tata air yang akan

digunakan dalam studi akhir ini adalah

system tata air sisir. Sistem sisir

merupakan pengembangan sistem anjir

yang dialihkan menjadi satu sistem

saluran utama atau dua saluran yang

dibentuk sejajar sungai utama. Sistem

saluran dipisahkan antara saluran pemberi

air (irigasi) dan saluran drainasi. Pada

setiap saluran tersier dipasang pintu air

yang bersifat otomatis (aeroflapegate).

Proses buka tutup pintu terjadi secara

otomatis mengatur tinggi muka air sesuai

dengan besarnya pengaruh pasang surut

air sungai yang terjadi (Noor, 2001:104).

Kelebihan sistem sisir :

1. Panjang saluran sekunder pada sistem

sisir dapat mencapai 10 km.

2. Pada sistem sisir tidak dibuat kolam

penampung pada ujung-ujung saluran

sekunder sebagaimana system garpu

Page 4: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

sehingga dalam perencanaannya lebih

ekonomis

Kelemahan sistem sisir :

1. Terjadinya air mati (dead water) di

tengah-tengah saluran primer.

2. Endapan yang tinggi pada ujung

saluran primer sehingga diperlukan

suatu usaha pengerukan sedimen yang

dilakukan secara rutin untuk

mempertahankan sistem kinerja

jaringan tata air yang effisien.

Pemilihan sistem tata air sisir

dalam studi ini berdasarkan :

1. Sistem saluran pada lokasi studi

dipisahkan antara saluran pemberi air

dan drainasi. Hal ini disebabkan

karena lokasi studi merupakan rawa

lebak yang tidak terpengaruh pasang

surut.

2. Kondisi topografi dari lokasi studi

yang kurang memungkinkan untuk

digunakan sistem jaringan tata air

selain sisir. Karena sungai yang ada

di lokasi hanya satu buah dan sebagai

hilir dari saluran drainasi rencana

nantinya.

1. S

a

l

u

r

a

2. S

Gambar 1. Sistem Sisir

1. Saluran Primer

2. Saluran Sekunder

3. Saluran Tersier

4. Saluran Pelindung

5. Sungai

Analisa Hidrologi

Analisa Hidrologi dilakukan untuk

mendapatkan besarnya curah hujan

rancangan 3 harian dengan kala ulang 5

tahun digunakan untuk menghitung debit

drainasi dan dimensi saluran. Karena

kemungkinan ada kesalahan dalam

pembacaan, alat pengukur curah hujan

yang pindah lokasi atau alat rusak maka

diperlukan adanya pengecekan data hujan

dengan uji konsistensi data.

Analisa Klimatologi

Klimatologi adalah ilmu yang

membahas dan menerangkan tentang

iklim, bagaimana iklim itu dapat berbeda

pada suatu tempat dengan tempat yang

lainnya. Iklim sendiri adalah rata-rata

keadaan cuaca dalam jangka waktu yang

cukup lama, minimal 30 tahun yang

sifatnya tetap. Sedangkan cuaca adalah

keadaan atau kelakuan atmosfer pada

waktu tertentu yang sifanya berubah-ubah

dari waktu ke waktu.

Dalam analisa klimatologi tentu

memerlukan data klimatologi. Data

klimatologi merupakan data-data dasar

yang diperlukan untuk menentukan

kebutuhan pokok tanaman akan air yang

didasarkan pada keadaaan pola tanam

yang ada. Data klimatologi yang

diperlukan yaitu curah hujan (r),

temperatur (t), kelembaban udara (Rh),

penyinaran matahari (n) dan kecepatan

angin (u).Untuk perhitungannya

menggunakan metode Penmann.

Eto = c . ET*

ET* = w (0,75 Rs – Rn-1) + (1 - w) f(u)

(ea - ed)

Analisa Kebutuhan Air

Pengaturan pola tata tanam

diperlukan untuk memudahkan

pengelolahan air agar air tanaman yang

dibutuhkan tidak melebihi air yang

tersedia. Pola tata tanam memberikan

gambaran tentang waktu dan jenis

tanaman yang akan diusahakan dalam

satu tahun.

Page 5: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

Pola tata tanam yang direncanakan

untuk suatu daerah persawahan

merupakan jadwal tanam yang

disesuaikan dengan ketersediaan air.

Secara umum pola tata tanam

dimaksudkan untuk :

1. Menghindari ketidakseragaman

tanaman.

2. Melaksanakan waktu tanam sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan.

Menurut Hartoyo (Suhardjono,

1994:108), pola pengelolaan air

didukung dengan dua macam kegiatan

yaitu :

a. Pada musim hujan (saat tanam padi)

air digunakan untuk pencucian guna

meningkatkan kualitas air dan tanah.

Diadakan bangunan-bangunan pintu

air di saluran sekunder untuk

mengurangi hilangnya air dari lahan

sawah dan bila diperlukan disertai

dengan pembuatan dan pemerataan

muka tanah.

b. Pada musim kemarau (saat tanam

palawija) air tanah dijaga dengan

pengoperasian bangunan pintu di

tersier untuk mengendalikan muka

air tanah.

Cu = k x Eto

Dalam hal ini:

Cu = Kebutuhan air tanaman (mm/hari)

k = Koefisien tanaman

Eto = Evaporasi potensial (mm/hari)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Perhitungan

Data hujan harian untuk analisa

hidrologi diperoleh dari stasiun hujan

Buntok dan stasiun hujan Tabak Kanilan

yang terletak di Kabupaten Barito Selatan

selama kurun waktu 10 tahun terakhir.

Dimana data hujan harian 2 stasiun

ditampilkan pada lampiran.

Tabel 1. Data hujan maksimum rerata

Tahun Tinggi Hujan (mm)

1 Harian 2 Harian 3 Harian

2004 75,000 112,350 128,950

2005 75,000 130,850 126,350

2006 60,000 100,600 113,350

2007 56,800 57,550 73,700

2008 55,550 108,250 118,500

2009 65,250 84,100 89,100

2010 62,500 96,750 99,250

2011 45,000 57,750 57,750

2012 52,500 92,600 120,250

2013 112,250 112,250 125,650

Sumber: Hasil Perhitungan

Sedangkan data hujan 10 harian

nantinya akan digunakan untuk

menghitung curah hujan andalan (R80)

yang akan digunakan untuk menghitung

besarnya curah hujan efektif.

Tabel 2. C.H 1 Harian Maks Tahunan

No Tahun Curah

Hujan (mm)

1 2011 45.00

2 2012 52.50

3 2008 55.55

4 2007 56.80

5 2006 60.00

6 2010 62.50

7 2009 65.25

8 2004 75.00

9 2005 75.00

10 2013 112.25

Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 3. C.H 2 Harian Maks Tahunan

No Tahun Curah

Hujan (mm)

1 2007 57.55

2 2011 57.75

3 2009 84.10

4 2012 92.60

5 2010 96.75

6 2006 100.60

7 2008 108.25

8 2013 112.25

9 2004 112.35

10 2005 130.85

Sumber: Hasil Perhitungan

Page 6: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

Tabel 4. C.H 3 Harian Maks Tahunan

No Tahun Curah

Hujan (mm)

1 2011 57.75

2 2010 73.7

3 2009 89.1

4 2007 99.25

5 2004 113.35

6 2008 118.5

7 2006 120.25

8 2012 125.65

9 2013 126.35

10 2005 128.95

Sumber: Hasil Perhitungan

Dari Hasil analisa pada tabel diatas

nantinya akan digunakan dalam

perhitungan curah hujan rancangan

dengan metode Log Pearson Tipe III. Di

bawah ini adalah hasil perhitungannya.

Tabel 5. Log Pearson Tipe III 1 Harian

No Tr P(%) K

(tabel)

Xt (mm)

Log X mm

1 2 50 -0,185 1,79 61,09

2 5 20 0,741 1,89 77,10

3 10 10 1,341 1,95 89,64

4 25 4 2,072 2,03 107,74

5 50 2 2,597 2,09 122,94

6 100 1 3,106 2,15 139,69

Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 6. Log Pearson Tipe III 2 Harian

No Tr P(%) K

(tabel)

Xt (mm)

Log X mm

1 2 50 0,160 1,98 96,49

2 5 20 0,853 2,07 116,82

3 10 10 1,133 2,10 126,21

4 25 4 1,376 2,13 134,99

5 50 2 1,506 2,15 139,92

6 100 1 1,606 2,16 143,83

Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 7. Log Pearson Tipe III 3 Harian

No Tr P(%) K

(tabel)

Xt (mm)

Log X mm

1 2 50 0,211 2,03 108,20

2 5 20 0,837 2,11 128,08

3 10 10 1,062 2,13 136,07

4 25 4 1,236 2,15 142,62

5 50 2 1,319 2,16 145,84

6 100 1 1,418 2,18 149,76

Sumber: Hasil Perhitungan

Gambar 2. Layout Jaringan Tata Air

Modulus Drainasi

Analisa modulus drainase dilakukan

untuk memperoleh besarnya debit

buangan dari lahan. Dalam studi akhir ini

wilayah debit yang dibuang diakibatkan

oleh besarnya curah hujan yang turun

saja. Curah hujan yang turun dipilih pada

periode 3 harian, sehingga besarnya curah

hujan yang dimaksud =128.081 mm

(hasil perhitungan Log Pearson Tipe III)

dan kala ulang = 5 tahun. Dalam studi ini

menggunakan dua metode, yaitu:

1. Metode Analitis (D3)5 = (R3)5+(n x (IR-ETo-P))-Sn

= 128.081 + (3 x (0- 0-0))- 50

= 78.081 mm/hari

+16.

00

+14.

00+1

2.00

Page 7: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

Tabel 8. Perhitungan dengan cara analitis

Sumber: Hasil Perhitungan

2. Metode Grafis

Gambar 5. Grafik Modulus Drainasi

Dari perhitungan sebelumnya

diperoleh besarnya modulus drainasi

dengan cara analitis sebesar 3,021

lt/dt/ha sedangkan dengan cara grafis

diperoleh 3,021 lt/dt/ha.

Analisa Dimensi Saluran Drainasi

Dimensi daluran direncanakan untuk

menampung atau membuang kelebihan

air yang diakibatkan oleh tingginya

intensitas hujan yang bisa menggangu

pertumbuhan tanaman. Dimensi ini

direncanakan berdasarkan besarnya debit

drainasi untuk tiap saluran. Di bawah ini

merupakan contoh perhitungan dari

perencanaan dimensi Saluran Drainasi

Tersier Kiri 1

Q (debit drainasi)

1,62.Dm.A 0,92

=1,62. 3,012. (10,914) 0,92

=43.986 lt/dtk

=0.044 m3/dtk

Qrencana = Qaktual

0,044 = V x A

0,044 = (

n

1 x R2/3

x S1/2

) x A

0,044 = (025.0

1 x (

225,0

.5,0 2

h

hh

)2/3

x

0.00021/2

) x (0,5.h + h2)

Dengan cara coba-coba(trial and error

didapat nilai h=0.304 m

Pintu Sorong

Fungsi dari pintu sorong di

saluran drainasi adalah untuk membuang

kelebihan air pada saat air di lahan

melebihi kebutuhan. Dimensi pintu air

ditetapkan berdasarkan elevasi muka air

hulu di saluran dan debit output buangan

hilir. Setelah merencanakan pintu air,

selanjutnya dapat memperhitungkan

rating curve debit pintu air berdasarkan

tinggi muka air, dengan rumus sebagai

berikut: Q= K.µ.a.b.

1. Pintu sorong di Sal. Drainasi Primer 1

Gambar 6.Grafik rating curve S.D.Primer

1 operasi 1 pintu

Gambar 7.Grafik rating curve S.D.Primer

1 operasi 2 pintu

n R(n)5+∆S IR Et P S n D(n)5 DM

Hari (mm/hari) (mm/hari) (mm) (mm/hari) (mm) (mm/hari) (lt/dt/ha)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 77.096 0.000 0.000 0 50.000 27.096 3.136

2 116.815 0.000 0.000 0 50.000 66.815 3.867

3 128.081 0.000 0.000 0 50.000 78.081 3.012

Total 10.015

50

77.096

116.815

(α)

128.081

0

20

40

60

80

100

120

140

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Ge

nan

gan

(m

m)

Hari

Grafik Modulus Drainase

Genangan Ijin (Sn)D(n)5

D(n)5 (3harian)

Page 8: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

2. Pintu sorong di Sal. Drainasi Primer 2

.

Gambar 8.Grafik rating curve S.D.Primer

2 operasi 1 pintu

Analisa Hidrolika

Analisa hidrolika diperlukan untuk

mengetahui karakteristik maupun profil

muka air yang terjadi di saluran rencana

pada daerah studi. Selain itu, juga

berfungsi untuk memperkirakan

kemampudan saluran drainasi untuk

menampung debit buangan pada lahan.

Dari hasil pemrosesan data, dapat

diketahui bahwa saluran rencana untuk

drainasi dapat menampung debit buangan

dari lahan

Beberapa contoh hasil dari

pemrosesan dengan menggunakan

program HECRAS analisa steady flow

pada saluran drainasi sebagai berikut:

Gambar 9.Tampilan geometri skema

drainasi kanan

Gambar 10. Tampilan geometri

skema drainasi kiri

Hasil output running Hec-Ras adalah

sebagai berikut:

Gambar 11.Tampilan running x-y-z

perspective plot pada

drainasi kanan

Gambar 12.Tampilan running x-y-z

perspective plot pada

drainasi kiri

Page 9: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

Tahapan Penyelesaian

Gambar 13. Tampilan long section pada

drainasi kiri

Gambar 14. Tampilan long section pada

drainasi kanan

Pola Operasi Pompa

Dari gambar potongan memanjang,

didapat besaran volume total yang akan

dibuang, terdiri dari volume buang pada

saluran kanan sebesar 395.827 m3

dan

volume buang pada saluran kiri sebesar

664.444 m3, melihat kondisi besarnya

volume, maka dipilih 2 unit pompa

sentrifugal merk Dab Pump dengan

kapasitas 0.0185 m3/dtk untuk saluran

sekunder kiri dan kapasitas 0.011 m3/dtk

untuk saluran sekunder kanan. Berikut

rincian perhitungannya

Tabel 9. Volume total awal sekunder kiri

sebelum di pompa

Tabel 10. Volume total awal sekunder

kanan sebelum di pompa

Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 11.Volume total buang sekunder

kiri

Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 12.Volume total buang sekunder

kanan

Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 13.Pola operasi pompa per jam

sekunder kiri

Sumber: Hasil Perhitungan

0 100 200 300 400 500 600 70015.3

15.4

15.5

15.6

15.7

15.8

Kiricoy Plan: Plan 01 9/16 /2015

Main Channel Distance (m)

Ele

vation

(m

)

Legend

EG PF 1

WS PF 1

Crit PF 1

Ground

sal drainasi S.D Tersier 1.1

0 100 200 300 400 500 600 70015.3

15.4

15.5

15.6

15.7

15.8

Kiricoy Plan: Plan 01 9/16 /2015

Main Channel Distance (m)

Ele

vation

(m

)

Legend

EG PF 1

WS PF 1

Crit PF 1

Ground

sal drainasi S.D Tersier 1.1

No Nama Saluran Sekunder A Panjang sal (m) Volume (m3)

1 S.D Sekunder Ki 1 0.445 450.403 200.429

2 S.D Sekunder Ki 2 0.610 421.890 257.353

3 S.D Sekunder Ki 3 0.661 446.527 295.154

4 S.D Sekunder Ki 4 0.721 455.751 328.596

5 S.D Sekunder Ki 5 0.767 242.158 185.735

Volume Total 1267.268

No Nama Saluran Sekunder A Panjang sal (m) Volume (m3)

1 S.D Sekunder Ka 1 0.185 546.823 101.162

2 S.D Sekunder Ka 2 0.261 518.236 135.260

3 S.D Sekunder Ka 3 0.462 575.900 266.066

4 S.D Sekunder Ka 4 0.491 123.241 60.511

Volume Total 562.999

No Nama Saluran Sekunder A Panjang sal (m) Volume (m3)

1 S.D Sekunder Ki 1 0.186 450.403 83.775

2 S.D Sekunder Ki 2 0.313 421.890 132.052

3 S.D Sekunder Ki 3 0.343 446.527 153.159

4 S.D Sekunder Ki 4 0.406 455.751 185.035

5 S.D Sekunder Ki 5 0.456 242.158 110.424

Volume Total 664.444

No Nama Saluran Sekunder A Panjang sal (m) Volume (m3)

1 S.D Sekunder Ka 1 0.147 546.823 80.383

2 S.D Sekunder Ka 2 0.240 518.236 124.377

3 S.D Sekunder Ka 3 0.268 575.900 154.341

4 S.D Sekunder Ka 4 0.298 123.241 36.726

Volume Total 395.827

Jam Volume Total Saluran Awal Volume buang/jam Pompa Kapasitas Sisa volume

1 jam 1267.268 66.640 0.0185 m3/dtk 1200.628

2 jam 1200.628 66.640 0.0185 m3/dtk 1133.988

3 jam 1133.988 66.640 0.0185 m3/dtk 1067.348

4 jam 1067.348 66.640 0.0185 m3/dtk 1000.708

5 jam 1000.708 66.640 0.0185 m3/dtk 934.068

6 jam 934.068 66.640 0.0185 m3/dtk 867.428

7 jam 867.428 66.640 0.0185 m3/dtk 800.788

8 jam 800.788 66.640 0.0185 m3/dtk 734.148

9 jam 734.148 66.640 0.0185 m3/dtk 667.508

10 jam 667.508 66.640 0.0185 m3/dtk 600.868

Total vol.buang 666.444

Page 10: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

Tabel 14.Pola operasi pompa per jam

sekunder kanan

Sumber: Hasil Perhitungan

Pondasi Cerucuk

1. Perhitungan pondasi cerucuk Sal

Drainasi Primer 1

Direncanakan:

Diameter kayu galam (Ɵ)

= 0.15 m

Jarak antar cerucuk (2.Ɵ)

= 0.30 m

Panjang cerucuk

= 4.00 m

Dari data sondir kedalaman 4 m

didapat nilai qc =8 kg/cm2, dan

Tf=258.30 kg/cm2(diketahui)

Berat beban struktur (Wu)=3.633

ton (perhitungan)

Perhitungan:

Q ult tiang tunggal

Ap = ¼. ℷ .d2

=1/4. 3.14. (15)2

= 176.625 cm2

K = ℷ. D = 3.14.15

= 47,100 cm

Qult = (qc x Ap)+(Tf x K)

= (8 x 176.625)+( 258.300

x 47.100)

= 13.579 ton

=2.480 ton (Q izin)

Daya dukung tiang kelompok

E = 1-[

].Ɵ

E =1-[

].26,565

= 0.656

Direncanakan pondasi cerucuk

sebanyak 6 buah

Dari perhitungan kapasitas daya

dukung kelompok tiang pada struktur

pintu air diperoleh daya dukung tiang

dalam kelompok adalah 0,656 kali

daya dukung tiang tunggal, jadi

0.656*2.480 ton= 1,627 ton

daya dukung tiang kelompok adalah

1.627 ton/tiang,sedangkan jumlah

tiang 6 buah, maka pondasi dapat

mendukung beban sebesar 1.627*6=

8.135 ton

Berat total struktur tanggul (Wu)

adalah 3.633 ton, sedangkan daya

dukung total yang mampu dilakukan

oleh pondasi cerucuk sebesar 8.135

ton = AMAN

2. Perhitungan pondasi cerucuk Sal

Drainasi Primer 2

Direncanakan:

Diameter kayu galam (Ɵ)

= 0.10 m

Jarak antar cerucuk (2.Ɵ)

= 0.20 m

Panjang cerucuk

= 4.00 m

Dari data sondir kedalaman 4 m

didapat nilai qc =10 kg/cm2, dan

Tf=267.670 kg/cm2(diketahui)

Berat beban struktur (Wu)=0.281

ton (perhitungan)

Perhitungan:

Q ult tiang tunggal

Ap = ¼. ℷ .d2

=1/4. 3.14. (10)2

= 78.500 cm2

Jam Volume Total Saluran Awal Volume buang/jam Pompa Kapasitas Sisa volume

1 jam 562.999 39.583 0.011 m3/dtk 523.416

2 jam 523.416 39.583 0.011 m3/dtk 483.833

3 jam 483.833 39.583 0.011 m3/dtk 444.250

4 jam 444.250 39.583 0.011 m3/dtk 404.667

5 jam 404.667 39.583 0.011 m3/dtk 365.084

6 jam 365.084 39.583 0.011 m3/dtk 325.501

7 jam 325.501 39.583 0.011 m3/dtk 285.918

8 jam 285.918 39.583 0.011 m3/dtk 246.335

9 jam 246.335 39.583 0.011 m3/dtk 206.752

10 jam 206.752 39.583 0.011 m3/dtk 167.169

Total vol.buang 395.830

Page 11: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

K = ℷ. D = 3.14.10

= 31,400 cm

Qult = (qc x Ap)+(Tf x K)

= (10 x 78,500)+( 267,670

x 31,400)

= 9,189 ton

= 1.943 ton (Q izin)

Daya dukung tiang kelompok

E = 1-[

].Ɵ

E =1-[

].26,565

= 0.852

Direncanakan pondasi cerucuk

sebanyak 2 buah

Dari perhitungan kapasitas daya

dukung kelompok tiang pada struktur

pintu air diperoleh daya dukung tiang

dalam kelompok adalah 0,852 kali

daya dukung tiang tunggal, jadi

0.852*1.943 ton= 1,655 ton

daya dukung tiang kelompok adalah

1.655 ton/tiang,sedangkan jumlah

tiang 2 buah, maka pondasi dapat

mendukung beban sebesar 1.655*2=

3.310 ton

Berat total struktur tanggul (Wu)

adalah 0.281 ton, sedangkan daya

dukung total yang mampu dilakukan

oleh pondasi cerucuk sebesar 3.310

ton = AMAN

KESIMPULAN

Dari Analisis data dan perencanaan

yang telah dilakukan di studi akhir ini

dengan mengambil lokasi studi di Desa

Teluk Mampun Kecamatan Dusun

Selatan Kabupaten Barito Selatan

Propinsi Kalimantan Tengah diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem tata air di lokasi studi

direncanakan hanya dengan saluran

drainase, dikarenakan lokasi

merupakan lahan rawa lebak (berupa

cekungan) dimana elevasi intake

pengambilan lebih rendah daripada

daerah irigasi yang akan dialiri.

2. Bentuk dan dimensi saluran drainasi

yang direncanakan:

Sumber: Hasil Perhitungan

Sumber: Hasil Perhitungan

3. Dari hasil analisa hidrolika dapat

diketahui bahwa saluran rencana

untuk drainase dapat menampung

debit buangan dari lahan yang

tidak terpengaruh kenaikan muka

air akibat banjir pada daerah hilir

dan efek backwater di hilir akibat

pengaruh pasang surut

Q rencana b A h

(m3/dt) (m) (m

2) (m)

S.D Tersier 1.1 0.032 0.5 0.194 1 0.256

S.D Tersier 1.2 0.027 0.5 0.169 1 0.231

S.D Tersier Ki 1 0.044 0.5 0.245 1 0.304

S.D Tersier Ki 2 0.050 0.5 0.269 1 0.326

S.D Tersier Ki 3 0.052 0.5 0.277 1 0.332

S.D Tersier Ki 4 0.017 0.5 0.125 1 0.183

S.D Tersier Ki 5 0.022 0.5 0.147 1 0.208

S.D Tersier Ki 6 0.016 0.5 0.118 1 0.175

S.D Primer 2 0.059 0.5 0.304 1 0.355

S.D Sekunder Ki 1 0.094 1 0.445 1 0.334

S.D Sekunder Ki 2 0.146 1 0.610 1 0.427

S.D Sekunder Ki 3 0.163 1 0.661 1 0.454

S.D Sekunder Ki 4 0.184 1 0.721 1 0.486

S.D Sekunder Ki 5 0.201 1 0.767 1 0.509

Saluran z

Q rencana b A h

(m3/dt) (m) (m

2) (m)

S.D Tersier Ka 1 0.014 0.5 0.109 1 0.164

S.D Tersier Ka 2 0.016 0.5 0.120 1 0.177

S.D Tersier Ka 3 0.019 0.5 0.135 1 0.195

S.D Tersier Ka 4 0.051 0.5 0.273 1 0.329

S.D Tersier Ka 5 0.008 0.5 0.074 1 0.119

S.D Sekunder Ka 1 0.030 0.5 0.185 1 0.247

S.D Sekunder Ka 2 0.048 0.5 0.261 1 0.319

S.D Sekunder Ka 3 0.099 1 0.462 1 0.344

S.D Sekunder Ka 4 0.108 1 0.491 1 0.361

S.D Primer 1 0.308 1.5 1.077 1 0.530

Saluran z

Page 12: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

4. Pintu sorong pada saluran

drainase berfungsi untuk

membuang kelebihan air yang ada

di lahan pada saluran drainasi

primer menuju ke output.

Sedangkan pintu skot balok

berfungsi untuk mengatur

besarnya debit yang akan dibuang

dari saluran drainasi tersier

menuju ke saluran drainasi

sekunder.

5. Dengan pemakaian pompa dengan

kapasitas 0.0185 m3/dtk untuk

saluran sekunder kiri. dalam 1 jam

mampu membuang

0.0185x60x60=66.64 m3/jam ,

jadi dalam waktu 10 jam mampu

membuang volume sebesar

664.444 m3, sedangkan dengan

kapasitas 0.011 m3/dtk untuk

saluran sekunder kanan dalam 1

jam mampu membuang

0.011x60x60=39.583 m3/jam, jadi

dalam waktu 10 jam mampu

membuang volume sebesar

395.830 m3/jam

6. Pondasi cerucuk mampu

menambah daya dukung tanah

terhadap beban pintu sorong.

Adapun saran-saran yang dapat

diberikan terkait studi akhir ini adalah

sebagai berikut:

1. Perlu dibentuknya suatu himpunan

petani pemakai air yang anggotanya

terdiri dari para petani penggarap

sawah guna menindak lanjuti operasi

dan pemeliharaan pintu air yang ada,

agar keberadaannya berlangsung

sesuai usia guna yang telah

direncanakan.

2. Perlu dilakukan pengerjaan perluasan

tampungan danau mangga, sehingga

kedepannya dapat menampung debit

yang mampu dimanfaatkan untuk

irigasi, pada tahapan selanjutnya.

Perlu dilakukan perhitungan mengenai

analisa stabilitas pondasi cerucuk kayu

dolken pada bangunan area rawa yang

memiliki kondisi tanah lunak bergambut,

sehingga hal ini dapat digunakan untuk

mengetahui kuat struktur keamanan

bangunan terhadap geser dan guling

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986a. Standar Perencanaan

Irigasi Bagian Jaringan Irigasi

(KP-01). Jakarta: Direktorat

Jenderal Pengairan Departemen

Pekerjaan Umum.

Anonim. 1986b. Standar Perencanaan

Irigasi Bagian Saluran (KP-03).

Jakarta: Direktorat Jenderal

Pengairan Departemen Pekerjaan

Umum.

Wardana, IGN dkk. 2015. Panduan

Penulisan Skripsi. Malang : UPT

Fakultas Teknik Universitas

Brawijaya Malang

Chow, Ven Te., Maidment, D., & Mays,

L. 1988. Applied Hidrology.

Singapore: McGraw-Hill Book

Co.

Chow, Ven Te. 1992. Hidrolika Saluran

Terbuka. Jakarta: Erlangga.

Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Hydrologic Engineering Center, 2010,

HEC-RAS River Analysis System,

Hydraulic Reference Manual,

Version 4.1, January 2010, U. S.

Army Cormps of Engineers,

Davis, CA.

Limantara, L. 2010. Hidrologi Praktis.

Bandung: CV Lubuk Agung.

Noor, Muhammad.2001. Pertanian

Lahan Gambut Potensi dan

Kendala. Yogyakarta: Kanisius.

Page 13: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut

Soemarto, CD. 1986. Hidrologi Teknik.

Surabaya: Usaha Nasional.

Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi

Metode Statistik untuk Analisa

Data Jilid I. Bandung: Nova.

Sosrodarsono, S. Dan K. Takeda 1980.

Hidrologi Untuk Pengairan.

Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Suhardjono. 1984. Drainasi. Malang :

Universitas Brawijaya.

Suhardjono. 1984a. Kebutuhan Air

Tanaman. Malang : ITN Malang

Press.

Suhardjono. 1984b. Diktat Penunjang

Perkuliahan Reklamasi Rawa.

Malang : Universitas Brawijaya.

Suhardjono. 1994c. Rancangan Saluran

dan Bangunan Drainasi

Persawahan Pasang Surut.

Malang : Universitas Brawijaya.

Suhardjono., Prasetyorini, L., &

Haribowo R. 2010. Reklamasi

Daerah Rawa. Malang: CV Citra

Malang.

Sunggono, KH.1995. Buku Teknik Sipil. Bandung: Nova

Page 14: studi perencanaan teknis jaringan tata air rawa non-pasang surut