MODUL OPERASI

JARINGAN RAWA PASANG SURUT

1

CURRICULUM VITAE

1. NAMA:

2. PENDIDIKAN:

3. PEKERJAAN SAAT INI:

2

JUDUL MATA DIKLAT

OPERASI JARINGAN RAWA

PASANG SURUT

3

KETERKAITAN MODUL OPERASI

JARINGAN RAWA PASANG SURUT

MODUL PEMELIHARAAN

MODUL HUBUNGAN AIR-TANAH-

TANAMAN

MODUL KELEMBAGAAN

4

AKHIR DARI PEMBELAJARAN MAKA PESERTA MAMPU MENJELASKAN

TENTANG :

1. PENDAHULUAN,

2. ASPEK FISIK YANG BERKAITAN DENGAN OPERASI, DAN

3. KEGIATAN OPERASI JARINGAN REKLAMASI RAWA PASANG SURUT

DALAM RANGKA MENUNJANG PELAKSANAAN PEKERJAAN OPERASI

JARINGAN REKLAMASI RAWA PASANG SURUT PADA UNIT KERJA YANG

BERSANGKUTAN

TUJUAN PEMBELAJARAN:

5

PENDAHULUAN

1. TUJUAN UTAMA PENGELOLAAN RAWA PASANG SURUT: MELESTARIKAN

RAWA SEBAGAI SUMBER DAYA AIR DAN MENINGKATKAN MANFAATNYA

UNTUK PERTANIAN, PENGEMBANGAN WILAYAH

2. PRINSIP PENGELOLAAN RAWA PASANG SURUT: KESEIMBANGAN ANTARA

KONSERVASI DAN PENGEMBANGAN/PENDAYAGUNAAN

3. PEMBUKAAN RAWA DILAKUKAN SECARA BERTAHAP

4. TUJUAN PENGELOLAAN AIR:

A. MENJAMIN KETERSEDIAAN AIR

B. MEMBUANG AIR (HUJAN) YANG BERLEBIH

C. MENCEGAH TUMBUHNYA TANAMAN LIAR

D. MENCEGAH RACUN

E. MENJAGA KUALITAS AIR

5. PENGELOLAAN AIR PADA 2 LEVEL:

A. PENGELOLAAN DI JARINGAN UTAMA

B. PENGELOLAAN DI PETAK TERSIER (MIKRO)

6

ASPEK FISIK YANG TERKAIT DENGAN OPERASI

IKLIM

A. IKLIM HUJAN TROPIS

B. TEMPERATUR HARIAN 25 – 30O C

C. CURAH HUJAN TAHUNAN 2000 – 2500 MM

D. VARIASI CURAH HUJAN BERPENGARUH

PADA POLA MUSIM TANAM

E. DIPERLUKAN 7 BULAN BASAH UNTUK

PADI 2 KALI/TAHUN PADA KATEGORI A

DAN B

7

TOPOGRAFI

1. ELEVASI TANAH RAWA PASUT BERKISAR

PADA ELEVASI MUKA AIR PASANG

PURNAMA (RATA-RATA MUSIM HUJAN)

ANTARA 1-3 M DPL

2. PERBEDAAN ELEVASI SANGAT TERKAIT

DENGAN KUBAH GAMBUT

3. ELEVASI YANG HAMPIR DATAR SANGAT

MEMUNGKINKAN UNTUK MENGELOLA AIR

SECARA ALAMI

4. SETELAH REKLAMASI UMUMNYA TERJADI

PENURUNAN MUKA TANAH ASLI

(SUBSIDENCE)8

HIDROTOPOGRAFI

1. ADALAH HUBUNGAN ANTARA ELEVASI

LAHAN-TINGGI MUKA AIR PASANG DAN

PEREDAMAN MUKA AIR PASANG

2. ADA 4 KATEGORI HIDROTOPOGRAFI

9

4 KATEGORI HIDROTOPOGRAFI

Katagori A Katagori B Katagori C Katagori D

Lahan

terluapi

minimum

4-5 kali per

siklus

pasang

purnama

baik

musim

hujan

maupun

musim

kemarau Saluran tersier

Muka air pasang musim hujan (MH)

Muka air surut MH

Muka air pasang musim kemarau (MK)

Muka air surut MK

Lahan tidak

terluapi oleh air

pasang.

Tetapi muka air

tanah masih

dipengaruhi air

pasang surut

Lahan tidak

dapat terluapi

pasang.

Tidak ada

pengaruh pasang

surut pada

air tanah.

Lahan terluapi

minimum

4-5 kali per

siklus pasang

purnama hanya

musim hujan

hujan

10

TANAH

JENIS TANAH YANG SERING DIJUMPAI DI RAWA PASUT:

1.TANAH MINERAL RAWA, (mengandung bahan organik yang tinggi,

drainase buruk, daya dukung tanah rendah, kesuburan sedang-

tinggi)

2.TANAH GAMBUT DAN TANAH BERGAMBUT

A. Tanah gambut (lapisan organik >40 cm, kandungan abu

<25%, tingkat kesuburan rendah. Lebih dari 3 m dilarang)

B. Tanah bergambut: (tanah mineral kaya kandungan organik,

sering mengandung pirit, memerlukan perlakuan khusus)

3.TANAH MINERAL LAHAN KERING

A. Sering ditemukan antara lahan kering dan lahan rawa, tanah

miskin/ kesuburan rendah, kapasitas menahan air buruk,

rentan kekeringan)

11

KESESUAIAN LAHAN

No. Satuan lahan

Kesesuaian lahan per tipe satuan lahan

Tanaman

Padi Rawa

pasang surut

Padi Irigasi

pompa

Padi Tadah

hujan PalawijaTanaman Keras

dan Kebun

1. Lahan terluapi air pasang surut S1 - - S3 *) S3 *)

Tanah berpirit dan tanah bergambut

Air saluran asin selama (sebagian) musim

tanam dan:

2. kedalaman potensi drainase kurang dari 60

cm S3/N S3/N S3 S2 S3 *)

3. kedalaman potensi drainase lebih dari 60 cm S3/N S3/N S3 S2 S1

Air saluran tidak asin sepanjang musim tanam

dan:

4. kedalaman potensi drainase kurang dari 60

cm - S2 S2 S2 S3 *)

5. kedalaman potensi drainase lebih dari 60 cm - S2 S2 S2 S1

6. Tanah gambut N N N S3 / N S2 / S3 *)

7. Tanah lahan kering, keputihan dan kesuburan

rendah N N N S3 / N S3 *)

Tanah tidak berpirit:

Air saluran tidak asin sepanjang musim tanam

dan:

8. kedalaman potensi drainase kurang dari 60

cm - S1 S1 S3 *) S3 *)

9. kedalaman potensi drainase lebih dari 60 cm - S1 S1 S3 *) S2

10. Air saluran asin selama (sebagian dari) musim

tanam S3 / N S3 / N S2 S3 *) S2 / S3 *)

CATATAN:

-Huruf tebal merah menunjukkan penggunaan lahan yang disarankan untuk tiap satuan lahan

- satuan lahan 10 paling sesuai untuk pertambakan

-*) membuat guludan diperlukan untuk menjamin drainase lahan

S1: sangat sesuai

S2: sesuai sedang

S3: Sesuai terbatas

S4: Tidak sesuai 12

KEGIATAN OPERASI JARINGAN

REKLAMASI RAWA PASANG SURUT

13

MENGATUR AIR DI JARINGAN RAWA PASANG SURUT SESUAI DENGAN

RENCANA OPERASI YANG DITETAPKAN

TUJUAN OPERASI:

14

SASARAN OPERASI

1. terciptanya kondisi tanah (pematangan tanah, keasaman dan zat racun) dan

kualitas air yang memenuhi syarat untuk budi daya tanaman;

2. terpenuhinya kebutuhan air suplesi dan drainase sesuai dengan kebutuhan

tanaman;

3. terhindarnya drainase yang berlebihan (over drainage) yang dapat mengakibatkan

terbentuknya asam dan racun serta penurunan muka tanah (subsidence) yang

berlebihan, khususnya pada tanah gambut;

4. terciptanya keseimbangan kebutuhan air untuk tanaman dan untuk pemenuhan

kebutuhan pokok sehari-hari;

5. terhindarnya pengaruh air asin agar tidak mengganggu tanaman dan penerima

manfaat;

6. terlaksananya pengaturan navigasi (bila diperlukan); dan/atau

7. terhindarnya erosi/longsor pada tebing saluran.

15

TIPE JARINGAN PADA RAWA

PASANG SURUT

16

2 - 4 km

Tipe I: Sistem Tradisional

400 m

17

Tipe II: SISTEM ANJIR

15 -30 km

18

Sungai Utama

Sungai Utama

Saluran Utama

Saluran

Drainasi

Saluran

Suplesi

7 -15 km

3,5 km

400 m

Tipe III: SISTEM SISIR

19

20

ZONASI PENGELOLAAN AIR

- PADA DASARNYA DITENTUKAN OLEH HIDROTOPOGRAFI

- DENGAN KOMBINASI STRATEGI PENGELOLAAN AIR MAKA

DIMUNGKINKAN MEMBAGI ZONA KESESUAIAN LAHAN

- ZONA KESESUAIAN DIPEROLEH DENGAN CARA SISTEM

INFORMASI GEOGRAFIS (GIS)

PENGELOLAAN AIR DI SISTEM UTAMA

- BERDASARKAN KETINGGIAN RATA-RATA PERMUKAAN

PADA SATU BLOK SEKUNDER

PERBEDAAN PENGOPERASIAN:

- PADA MUSIM KEMARAU

- PADA MUSIM HUJAN

- PADA KONDISI NORMAL

- PADA KONDISI EKSTRIM

PENGELOLAAN AIR DI SISTEM UTAMA

(RINCIAN TERLAMPIR PADA MODUL HUBUNGAN AIR-TANAH DAN TANAMAN)

21

KEBUTUHAN AIR TANAMAN.

1. PENGELOLAAN AIR UNTUK PADI SAWAH

2. PENGELOLAAN AIR UNTUK PALAWIJA

3. PENGELOLAAN AIR UNTUK TANAMAN KERAS

4. PENGELOLAAN AIR DIMASA BERO

22

23

Operasi pintu air tersier Operasi pintu air sekunder

( Pintu sorong/klep/skot balok ) ( Pintu sorong/klep/skot balok )

Jika perlu,3 atau 4 hari sebelum pasang purnama, turunkan muka air

disaluran tersier sebanyak mungkin, lalu masukan air segar saat pasang

purnama.

Jika perlu,3 atau 4 hari sebelum pasang purnama, turunkan muka air

disaluran sekunder sebanyak mungkin, lalu masukan air segar saat pasang

purnama.

1. Kondisi Normal

Pengolahan tanah Tanah lembab/air Kategori A/B : semua pintu dibuka Kategori A/B : semua pintu dibuka

dibawah kapasitas lapang Kategori C/D : semua pintu ditutup, kecuali kondisi asam Kategori C/D : semua pintu ditutup, kecuali kondisi asam semua

(20-30 cm dibawah semua pintu dibuka pintu dibuka

muka tanah

Tahap penanaman Air macak-macak/tanah Mempertahankan muka air tersier < 20 cm dibawah muka tanah. Mempertahankan muka air tersier 50-60 cm di bawah muka tanah.

Pertumbuhan

Vegetatif

Genangan air 3 - 5 cm Operasi pintu untuk mempertahankan muka air tersier 10-20 cm di

bawah muka tanah. Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu

pasang dan tutup waktu surut. Jika muka air lebih tinggi dari 10-20

cm, dilakukan drainase hingga elevasi muka air saluran sesuai dengan

yang dikehendaki.

Mempertahankan muka air sekunder 50 – 60 cm di bawah muka tanah.

Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu pasang dan tutup

waktu surut, atau jika muka air sekunder lebih tinggi dari 50 – 60 cm,

maka pintu klep beroperasi mengikuti fluktuasi pasang surut, pintu

sorong dibuka sebagian atau skot balok dipasang sesuai elevasi muka

air yang dikehendaki.

Pertumbuhan

reproduktif

Genangan air 5-10cm Operasi pintu untuk mempertahankan muka air tersier 10 cm di

bawah muka tanah. Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu

pasang dan tutup waktu surut. Jika muka lebih tinggi dari 10 - 20 cm,

dilakukan drainase hingga elevasi muka air saluran sesuai yang

dikehendaki.

Mempertahankan muka air sekunder 50–60 cm di bawah muka tanah.

Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu pasang dan tutup

waktu surut, atau jika muka air sekunder lebih tinggi dari 50–60 cm,

maka pintu klep beroperasi mengikuti fluktuasi pasang surut, pintu

sorong dibuka sebagian atau stoplog dipasang sesuai elevasi muka air

dengan yang dikehendaki.

Tahap pemasakan Tanah disekitar jenuh

lapang

Operasi pintu untuk mempertahankan muka air tersier < 40 cm di

bawah muka tanah. Jika muka air lebih tinggi, pintu air dibuka waktu

surut dan tutup waktu pasang.

Mempertahankan muka air sekunder 50–60 cm di bawah muka tanah.

Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu pasang dan tutup

waktu surut, atau jika muka air sekunder lebih tinggi dari 50–60 cm,

maka pintu klep beroperasi mengikuti fluktuasi pasang surut, pintu

sorong dibuka sebagian atau stoplog dipasang sesuai elevasi muka air

dengan yang dikehendaki.

2. Kondisi Darurat

Terjadi hujan ekstrim

pada setiap tahapan

pertumbuhan padi

Air banjir atau genangan

sangat tinggi

Semua pintu dibuka serendah mungkin guna drainase maksimum. Semua pintu dibuka serendah mungkin guna drainase maksimum.

Tahap Pertumbuhan Pengaturan Disawah

Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu pasang dan tutup

waktu pasang surut.

Jika muka air lebih rendah, pintu air dibuka waktu pasang dan tutup

waktu surut

jenuh air (genangan 0-3 cm)

Operasi pintu air untuk tanaman padi musim hujan

24

Operasi pintu air untuk tanaman padi musim kemarau pada lahan kategori A dan B

25

Operasi pintu air untuk tanaman palawija musim kemarau pada lahan kategori C dan D

26

Operasi pintu air untuk tanaman keras kategori C dan D

Hasil Pemantauan dan Evaluasi

Oleh Juru Pengairan/PPL

Untuk tindak lanjut

Penyusunan Rencana Tata tanam

oleh P3A, Juru Pengairan dan PPL

(Hidrotopografi, Curah Hujan,

Prasarana SDA)

(7)

Rencana Operasi

oleh

Juru Pengairan

(1)

Rencana Operasi

oleh

Pengamat Pengairan

(2)

Definitif Operasi

Oleh Balai Wilayah Sungai, Propinsi,

Kab/Kota

(terkait kewenangan)

Pelaksana Operasi

Pintu Air

Tingkat Tersier: P3A

Tingkat Primer/Sekunder: PPA

Pemantauan dan Evaluasi

(3)

(4)

(5)

(6)

PERENCANAAN OPERASI PINTU

27

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM

MENYUSUN OPERASI PINTU AIR

1. RENCANA TATA TANAM

2. RENCANA PENGATURAN/PENGELOLAAN AIR

3. RENCANA OPERASI

4. DEFINITIP OPERASI PINTU AIR

5. PELAKSANAAN OPERASI PINTU AIR

28

1. RENCANA TATA TANAM

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :

1. INFORMASI TENTANG JENIS TANAMAN (YANG MENENTUKAN ADALAH TANAMAN

YANG DOMINAN)

2. KALENDER

3. KONDISI FISIK AREAL TANAMAN

4. P3A, JURU DAN PPL HARUS BEKERJA SAMA

5. PERLU DILIHAT PENGALAMAN SEBELUMNYA

6. KONDISI RIIL LAPANGAN SEPERTI:A. CURAH HUJAN (RATA-RATA)

B. TINGGI MUKA AIR

C. KUALITAS AIR

D. TINGGI MUKA AIR TANAH TERCAKUP DALAM BLANKO

E. KUALITAS AIR TANAH

F. KONDISI RIIL PRASARANA JARINGAN

29

2. RENCANA PENGELOLAAN AIR

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM RENCANA PENGELOLAAN AIR:

1. PENGELOLAAN AIR DIPERSIAPKAN UNTUK SATU AREAL YANG DIKONTROL PINTU

AIR

2. PADA AREAL YANG BELUM TERSEDIA PINTU HANYA DAPAT DIATUR MELALUI

SALURAN KUARTER (CACING), DAN RENCANA MUSIMANNYA TERGANTUNG PADA

PETANI

3. RENCANA PENGELOLAAN AIR DISIAPKAN OLEH P3A-JURU DAN PPL

MANFAAT PENYUSUNAN PENGELOLAAN AIR ADALAH MENCEGAH KONFLIK

KEPENTINGAN MELALUI KESEPAKATAN (MUKA AIR MAKSIMUM/MINIMUM –

PEMBAGIAN WAKTU UNTUK KEPENTINGAN YANG BERBEDA)

30

3. RENCANA OPERASI

RENCANA OPERASI MUSIMAN, MINGGUAN DAN HARIAN DISUSUN OLEH PENGAMAT

BERDASARKAN RENCANA PENGATURAN DARI JURU

1. RENCANA OPERASI MUSIMAN

A. DISUSUN BERDASARKAN RENCANA PENGATURAN MUSIMAN

B. RENCANA INI MENCAKUP KEBUTUHAN OPERASI PINTU DAN SASARAN TINGGI

MUKA AIR SALURAN YANG DIINGINKAN PADA TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN

TANAMAN

2. RENCANA OPERASI MINGGUAN

A. DISUSUN UNTUK MENETAPKAN ELEVASI MUKA AIR DI SALURAN BESERTA

CARA PENGOPERASIAN PINTU

B. BERDASARKAN KEBUTUHAN TANAMAN DAN CURAH HUJAN AKTUAL

3. RENCANA OPERASI HARIAN

A. DISUSUN BERDASARKAN RENCANA PENGATURAN MINGGUAN

B. PADA SAAT EKTREM SEPERTI BANJIR/CURAH HUJAN SANGAT LEBAT MAKA

PPA DAPAT MENENTUKAN LAIN

31

4. DEFINITIF OPERASI PINTU AIR

KEPALA BALAI WILAYAH SUNGAI/PROVINSI/KABUPATEN/KOTA MEMUTUSKAN ATAU

MENYEPAKATI DEFINITIF OPERASI PINTU AIR BERDASARKAN RENCANA OPERASI

MUSIMAN, MINGGUAN DAN HARIAN

32

5. PELAKSANAAN OPERASI PINTU AIR

SEBAGAI PELAKSANA OPERASI PINTU:

A. DI TINGKAT TERSIER ADALAH P3A

B. DI TINGKAT SEKUNDER ADALAH JURU ATAU PPA

DATA /INFORMASI YANG MENJADI MASUKAN ADALAH:

1. ASPEK PELAYANAN AIR (CURAH HUJAN, ELEVASI MUKA AIR SALURAN,

KEDALAMAN DRAINASE, OPERASI PINTU, KUALITAS AIR DAN MUKA AIR TANAH)

2. ASPEK TANAMAN (LUAS TANAM, PRODUKSI, KERUSAKAN TANAMAN)

3. ASPEK TANAH (Ph, RACUN, SALINITAS, SUBSIDENCE, KETEBALAN GAMBUT)

4. ASPEK BANJIR/GENANGAN (MUKA AIR BANJIR/GENANGAN)

5. ASPEK BIAYA OP

33

PROSEDUR PELAKSANAAN OPERASI

A. OPERASI NORMAL: DILAKUKAN SESUAI DENGAN RENCANA SEMULA

B. OPERASI DARURAT: DILAKUKAN SETELAH KOORDINASI ANTARA STAF OP DAN

P3A.

OPERASI DARURAT DILAKUKAN JIKA TERJADI:

1. BANJIR

2. KEKERINGAN

3. AIR ASIN

4. AIR TERLALU ASAM (Ph < 4,5)

34

PELAKSANAAN OPERASI DI SEKUNDER

OPSI YANG DAPAT DITERAPKAN:

1. DRAINASE TERKENDALI

A. SAAT NORMAL, OPERASI PINTU AIR (DRAINASE, SUPLESI DAN

RETENSI)SELAMA PERIODE PASANG TINGGI (SPRING TIDE)

B. DRAINASE TERKENDALI DILAKUKAN SAAT PASANG PERBANI (NEAP TIDE)

2. PENGGELONTORAN:

A. 1-2 HARI SEBELUM PASANG BESAR DILAKUKAN DRAINASE MAKSIMUM

(SELURUH PINTU DIBUKA)

B. PEMASUKAN AIR SEGAR SAAT PASANG BESAR

3. OPERASI DARURAT, DILAKUKAN:

A. JIKA MUKA AIR DI PRIMER TERLALU TINGGI (TERUTAMA SAAT MUSIM HUJAN)

B. JIKA TERJADI HUJAN BESAR DI AREAL TANAMAN (PINTU AIR DIOPERASIKAN

PADA POSISI DRAINASE)

C. JIKA AIR ASIN MASUK KE SALURAN

35

PELAKSANAAN OPERASI DI TERSIER

MENGINGAT SALURAN TERSIER BERADA DI LAHAN USAHA TANI, HASIL

PENCUCIAN (ASAM/ZAT BESI) AKAN TERAKUMULASI PADA SALURAN.

SECARA TERATUR PERLU DILAKUKAN OPERASI PINTU UNTUK PENYEGARAN AIR

GUNA MENDUKUNG PRODUKTIVITAS LAHAN

JIKA MASIH BERUPA SALURAN TERBUKA, PENGATURAN AIR HANYA DAPAT

DILAKUKAN PADA LEVEL KUARTER

36

SELESAI SAMPAI DISINI

37