bab i bab iv hasil penelitian dan pembahasan...
TRANSCRIPT
BAB I
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
BKPP Kota Sukabumi adalah salah satu lembaga teknis daerah yang ada di kota
Sukabumi, yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala
daerah dalam bidang pengadaan pegawai, mutasi pegawai, kenaikan pangkat,
pendidikan dan pelatihan pegawai di lingkungan pemerintah kota Sukabumi. Atau
lebih singkatnya, BKPP Kota Sukabumi mempunyai tugas pokok untuk
memebantu peerintah Darah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negeri
Sipil Daerah kota Sukabumi.
Kantor BKPP Kota Sukabumi terletetak dijalan R. Syamsudin, SH No. 43
Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole, kota Sukabumi.
4.1.2. Susunan Organisasi BKPP Kota Sukabumi
Unsur Organisasi BKPP terdiri dari:
1) Unsur pimpinan adalah Kepala Badan;
2) Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat;
3) Pelaksana adalah Bidang, Sub Bidang dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Susunan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Terdiri dari:
1) Kepala Badan;
2
2) Sekretariat, membawahkan:
a. Sub Bagian Umum.
b. Sub Bagian Keuangan;
c. Sub Bagian Program.
3) Bidang Pengadaan, Pembinaan dan Pengembangan Karier, membawahkan:
a. Sub Bidang Pengadaan dan Pembinaan;
b. Sub Bidang Pengembangan Karier Pegawai.
4) Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Membawahkan :
a.Sub Bidang Diklat Struktural;
b.Sub Bidang Diklat Teknis/Fungsional.
5) Bidang Pensiun dan Kesejahteraan Pegawai, membawahkan
a. Sub Bidang Pensiun;
b. Sub Bidang Kesejahteraan Pegawai.
6) Bidang Mutasi dan Dokumentasi Pegawai, membawahkan
a. Sub Bidang Mutasi Pegawai;
b. Sub Bidang Dokumentasi dan Informasi Pegawai.
7) Kelompok Jabatan Fungsional.
4.1.3. Tugas pokok, fungsi dan uraian tugas
4.1.3.1. Kepala Badan
Kepala Badan mempunyai tugas memimpin, mengoordinasikan dan
mengendalikan Badan dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang kepegawaian.Untuk menyelenggarakan tugas pokok,
Kepala Badan mempunyai fungsi:
3
a) Perumusan kebijakan teknis di bidang kepegawaian;
b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
kepegawaian;
c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kepegawaian;
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
e) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Kepala Badan
mempunyai uraian tugas:
f) Menyusun rencana dan program kerja Badan;
g) Merumuskan dan menetapkan kebijakan teknis di bidang Kepegawaian sesuai
dengan kewenangannya;
h) Memimpin, membina, dan mengendalikan pelaksanaan tugas badan;
i) Mengesahkan dan menandatangani naskah dinas sesuai dengan
kewenangannya;
j) Memberikan rekomendasi dan pertimbangan teknis di bidang kepegawaian;
k) Melaksanakan pembinaan pegawai di lingkungan Badan;
l) Melaksanakan koordinasi dengan instansi lainnya dalam rangka pelaksanaan
tugas;
m) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada Bupati dalam pelaksanaan
sebagian urusan pemerintahan sesuai bidang tugasnya;
n) Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Walikota
melalui Sekretaris Daerah;
o) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Bupati.
4
Badan Kepegawaian Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Sukabumi
mempunyai Sekretariat dengan tugas pokok melaksanakan pengelolaan dan
pembinaan administrasi umum, keuangan, dan kepegawaian, penyusunan program
serta pengoordinasian pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Badan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sekretariat mempunyai
fungsi:
a. Pengelolaan dan pembinaan administrasi umum, keuangan dan kepegawaian;
b. Pemberian dukungan administratif bagi unit organisasi di lingkungan Badan;
c. Penyusunan program Badan;
d. Pengoordinasian pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Badan;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan;
4.1.3.2. Sekretariat
Sekretariat, membawahi :
Sub Bagian Umum;
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan administrasi ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan dan rumahtangga
serta kepegawaian di lingkungan Badan. Dalam melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Umum mempunyai fungsi :
a. Pengelolaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan dan kearsipan Badan;
b. Pengelolaan dan pelayanan administrasi perlengkapan dan kerumahtanggaan
Badan;
c. Pengelolaan dan pelayanan administrasi kepegawaian Badan;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris.
5
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Umum
mempunyai uraian tugas:
a. Menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian Umum;
b. Mengelola dan memberikan pelayanan administrasi ketatausahaan dan
kearsipan yang meliputi surat menyurat, ekspedisi, pencatatan dan
penyimpanan arsip naskah dinas;
c. Mengelola dan memberikan pelayanan administrasi perlengkapan dan rumah
tangga yang meliputi pencatatan dan pemeliharaan barang inventaris,
pengadaan dan pendistribusian barang pakai habis, serta penyediaan
kebutuhan rumah tangga di lingkungan Badan;
d. Mengoordinasikan pelaksanaan pemeliharaan kebersihan, ketertiban dan
keindahan lingkungan kantor
e. Menghimpun dan mengelola data kepegawaian di lingkungan Badan;
f. Menyiapkan bahan penyusunan formasi pegawai di lingkungan Badan;
g. Mengelola dan memberikan pelayanan administrasi kepegawaian yang
meliputi penyiapan berkas kenaikan pengkat, kenaikan gaji berkala, pensiun,
serta pelayanan izin dan rekomendasi bidang kepegawaian di lingkungan
Badan;
h. Memberikan pelayanan kesejahteraan pegawai yang meliputi pengurusan
tabungan perumahan, askes, korpri dan pembuatan karis/karsu;
i. Menyiapkan dan mengoordinasikan pelaksanaan disiplin pegawai di
lingkungan Badan;
j. Mengoordinasikan pembuatan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3)
serta penilaian dan evaluasi kinerja pegawai di lingkungan Badan;
6
k. Menyiapkan bahan pembinaan dan penyelesaian masalah kepegawaian di
lingkungan Badan;
l. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan dalam pelaksanaan
tugas;
m. Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan;
n. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Sekretaris.
Sub Bagian Keuangan.
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan administrasi keuangan di lingkungan Badan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian
Keuangan mempunyai fungsi :
a. Penyiapan bahan penyusunan rencana anggaran Badan;
b. Pengelolaan dan pelayanan administrasi keuangan Badan;
c. Penyiapan bahan pertanggungjawaban keuangan Badan;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok Sub Bagian Keuangan mempunyai
uraian tugas:
a. Menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian Keuangan;
b. Menyiapkan bahan penyusunan rencana angaran Badan;
c. Mengelola dan memberikan pelayanan administrasi keuangan yang meliputi
pembayaran gaji dan tunjangan pegawai, penyiapan administrasi keuangan
kegiatan, serta pelayanan administrasi keuangan lainnya;
d. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan dan pembayaran uang untuk
keperluan Badan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
7
e. Melaksanakan pencatatan dan pembukuan keuangan Badan sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
f. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas satuan pemegang kas di lingkungan
Badan;
g. Menghimpun bahan penyusunan pertanggungjawaban keuangan Badan;
h. Melaksanakan pembinaan administrasi keuangan di lingkungan Badan;
i. Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan dalam pelaksanaan
tugas;
j. Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan;
k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Sekretaris.
Sub Bagian Program;
Sub Bagian Program mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program,
evaluasi dan pelaporan kegiatan di lingkungan Badan. Dalam melaksanakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Program mempunyai fungsi:
1) Penyiapan bahan penyusunan rencana strategis Badan;
2) Pengoordinasian penyusunan program dan kegiatan di lingkungan Badan;
3) Penyiapan bahan evaluasi pelaporan kegiatan Badan;
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian
Program mempunyai uraian tugas:
1) Menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian Program;
2) Menyiapkan bahan penyusunan rencana strategis dinas sesuai dengan
Rencana Strategis Daerah serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD);
8
3) Menyiapkan bahan dan mengoordinasikan penyusunan program dan
kegiatan tahunan Badan;
4) Menyiapkan bahan usulan program dan kegiatan tahunan Badan;
5) Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dan statistik sesuai
dengan tugas dan fungsi Badan;
6) Menyiapkan bahan dan menyusun pelaporan kegiatan serta laporan
akuntabilitas kinerja Badan;
7) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas staf perencana di lingkungan Badan;
8) Memberikan saran dan pertimbangan teknis kepada atasan dalam
pelaksanaan tugas;
9) Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan;
10) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Sekretaris.
4.1.3.3.Bidang Mutasi Dan Dokumentasi Pegawai
Bidang Mutasi dan Dokumentasi Pegawai mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatan mutasi pegawai, pengelolaan dan pengembangan sistem informasi
kepegawaian serta pengelolaan arsip kepegawaian.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Mutasi dan Dokumentasi Pegawai
mempunyai fungsi :
a) Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis mutasi pegawai, dokumentasi dan
informasi pegawai;
b) Pelaksanaan mutasi pegawai, dokumentasi dan informasi pegawai.
Untuk penyelenggaraan fungsi sebagaimana dimaksud, Bidang Mutasi dan
Dokumentasi Pegawai mempunyai uraian tugas :
9
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan program kerja Badan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
2) Menyusun rencana kebutuhan Bidang Mutasi dan Dokumentasi Pegawai
sebagai bahan usulan kepada Kepala Badan;
3) Memberi petunjuk, bimbingan dan arahan dalam pendistribusian dan
pelaksanaan tugas dilingkungan bidang;
4) Menyusun bahan dan menganalisis data dalam rangka penyusunan petunjuk
teknis mutasi kepegawaian, dokumentasi dan informasi kepegawaian;
5) Menyelenggarakan mutasi kepegawaian, pengolahan data, dokumentasi dan
informasi kepegawaian;
6) Menyelenggarakan pengelolaan data,dokumentasi dan informasi pegawai;
7) Menyusun dan mengembangkan sistem pengolahan data dokumentasi dan
informasi kepegawaian;
8) Mengelola Buku Induk Pegawai, arsip kepegawaian;
9) Memberi saran atau pertimbangan kepada Kepala Badan sebagai bahan
pengambilan keputusan;
10) Mengevaluasi hasil kerja bawahan sebagai bahan penyusunan rencana kerja;
11) Menilai hasil kerja bawahan sebagai bahan pembuatan DP3;
12) Melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala Badan baik lisan maupun tertulis;
13) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan.
Bidang Mutasi dan Dokumentasi Pegawai membawahi :
a) Sub Bidang Mutasi;
10
Sub Bidang Mutasi mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan dalam rangka
penyusunan rancangan rencana teknis dalam peyelesaian administrasi
kepangkatan dan mutasi kepegawaian lainnya.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Sub Bidang Mutasi mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana kegiatan dalam rangka penyelesaian administrasi
kepangkatan dan mutasi kepegawaian lainnya;
2) Penyiapan bahan dalam rangka pengelolaan kepegawaian;
3) Penyiapan bahan dalam rangka pelaksanaan kenaikan pangkat dan mutasi
kepegawaian lainnya.
Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, Sub Bidang Mutasi
mempunyai uraian tugas :
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan rencana kerja Bidang Mutasi dan
Dokumentasi Pegawai sebagi pedoman pelaksanaan tugas;
2) Menyusun rencana kebutuhan Sub Bidang Mutasi sebagai bahan usulan
kepada Kepala Badan;
3) Memberi petunjuk, bimbingan dan arahan dalam rangka pendistribusian tugas
kepada bawahan;
4) Membuat konsep naskah dinas sesuai dengan tugasnya;
5) Memberi saran atau pertimbangan kepada pimpinan sebagai bahan
pengambilan keputusan;
6) .Menyiapkan bahan untuk penetapan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Tenaga
Harian Lepas (THL);
7) Menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis bidang kepegawaian;
11
8) Mempersiapkan penyelenggaraan Ujian Dinas Tk.I, Tk.II Ujian Penyesuaian
dan kenaikan Pangkat/Penyesuaian Ijazah;
9) Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan rancangan rencana teknis
penyelesaian administrasi mutasi kepegawaian;
10) Mengevalusi hasil kegiatan Sub Bidang Mutasi sebagai bahan penyusunan
rencana kegiatan;
11) Menilai hasil kerja bawahan sebagai bahan pembuatan Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3);
12) Melaporkan hasil kegiatan Sub Bidang Mutasi baik secara lisan maupun
tertulis kepada kepala Bidang Mutasi dan Dokumentasi Pegawai;
13) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang
Mutasi dan Dokumentasi Pegawai.
Sub Bidang Dokumentasi dan Informasi.
Sub Bidang Dokumentasi dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengelolaan dokumentasi dan informasi kepegawaian.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bidang
Dokumentasi dan Informasi mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan petunjuk teknis pengelolaan
dokumentasi dan informasi kepegawaian;
2) Pelaksanaan dan pengelolaan Dokumentasi dan Informasi Kepegawaian.
Untuk menyelenggarakan fungsinya, Sub Bidang Dokumentasi dan Informasi
mempunyai uraian tugas:
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan rencana kerja Bidang Mutasi dan
Dokumentasi pegawai sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
12
2) Menyusun rencana kebutuhan Sub Bidang Dokumentasi dan Informasi
sebagai bahan usulan kepada Kepala Badan;
3) Menyiapkan bahan dan data guna penyusunan petunjuk teknis pengelolaan
dokumentasi dan informasi kepegawaian;
4) Menerima, memproses dan menganalisis data kepegawaian melalui sistem
komputerisasi;
5) Pengadaan dan peningkatan program pengelolaan data kepegawaian;
6) Melaksanakan pengembangan aktualisasi data kepegawaian;
7) Membuat file dan katalogisasi data pegawai;
8) Menyiapkan bahan dan data dalam rangka pembuatan ID Card atau Kartu
Identitas Pegawai;
9) Penataan dan pemeliharaan arsip data secara berkala melalui sistem
komputerisasi;
10) Membuat dan memelihara jaringan Simpeg dilingkungan Badan
Kepegawaian Daerah;
11) Membuat dan memelihara Website Badan Kepegawaian Daerah dan
membuat laporan secara berkala kepada Kepala Badan melalui Sekretaris
Badan;
12) Melaporkan hasil kegiatan Sub Bidang Dokumentasi dan Informasi baik lisan
maupun tertulis kepada kepala Bidang Mutasi dan Dokumentasi Pegawai;
13) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang
Mutasi dan Dokumentasi Pegawai.
4.1.3.4 Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai
13
Bidang pendidikan dan pelatihan pegawai mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatan dibidang pendidikan dan pelatihan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana dan kebijakan teknis di bidang pendidikan dan pelatihan
pegawai;
2) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pegawai.
Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, Bidang Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai mempunyai uraian tugas :
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan program kerja Badan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
2) Mendistribusikan tugas dan petunjuk kerja kepada Sub Bidang;
3) Memberikan petunjuk, bimbingan dan mengkoordinasikan pelaksanan tugas
dilingkungan Bidang;
4) Melaksanakan penyiapan, koordinasi dan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan pegawai;
5) Mengoordinasikan dan memfasilitasi penyelenggaraan testing untuk
pendidikan dan pelatihan kepemimpinan serta pendidikan dan pelatihan
lainnya;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
pegawai;
7) Menilai hasil kerja staf sebagai bahan pembuatan DP3;
8) Mengevaluasi hasil kegiatan Sub Bidang sebagai bahan penyusunan rencana
kerja;
14
9) Melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala Badan baik secara lisan maupun
tertulis;
10) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan.
Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, membawahi :
a) Sub Bidang Diklat Struktural.
Sub Bidang Diklat Struktural mempunyai tugas pokok melaksanakan
perencanaan, penyiapan, koordinasi dan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan jabatan struktural.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Bidang
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana kegiatan pendidikan dan pelatihan jabatan struktural;
2) Penyiapan bahan dan pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan jabatan
struktural.
Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, Sub Bidang Diklat
Struktural mempunyai uraian tugas :
1) Membuat program dan langkah-langkah kerja dibidang pendidikan dan
pelatihan pegawai;
2) Memberi petunjuk tentang pelaksanaan tugas kepada pelaksana yang berada
dibawah Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan;
3) Mengumpulkan bahan untuk pelaksanaan program Diklat Pegawai;
4) Menyusun dan mengolah data pegawai dalam rangka program pendidikan dan
pelatihan penjenjangan;
5) Menyiapkan penyelenggaran Diklat Prajabatan, Diklat Kepemimpinan;
15
6) Menyiapkan pelaksanaan seleksi calon peserta diklat jabatan struktural;
7) Mempersiapkan penerimaan dan pendaftaran pendidikan kedinasan;
8) Melaksanakan Koordinasi untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
9) Menyusun usulan anggaran Sub Bidang Diklat Struktural;
10) Memberi saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai;
11) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang Pendidikan
dan Pelatihan Pegawai baik secara lisan maupun tertulis;
12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai.
b) Sub Bidang Diklat Teknis/Fungsional.
Sub Bidang Diklat Teknis/Fungsional mempunyai tugas pokok melaksanakan
perencanaan, penyiapan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
teknis/fungsional.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bidang Diklat
Teknis/Fungsional mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana kegiatan kegiatan pendidikan dan pelatihan
teknis/fungsional;
2) Penyiapan bahan dan pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan
teknis/fungsional.
Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, Sub Bidang Diklat
Teknis/Fungsional mempunyai uraian tugas :
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan program kerja Badan sebagai
pedoman pelakanaan tugas;
16
2) Menyusun rencana kebutuhan Sub Bidang Diklat Teknis/Fungsional sebagai
bahan usulan kepada Kepala Badan;
3) Memberi petunjuk dan membagi tugas kepada bawahan agar tugas dapat
dilaksanakan dengan efektif dan efisien;
4) Membuat konsep naskah dinas sesuai dengan tugasnya;
5) Menyiapkan bahan dan data guna penyusunan petunjuk teknis pendidikan dan
pelatihan teknis/fungsional;
6) Menyiapkan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis/fungsional;
7) Menyusun dan mengolah data dalam rangka program pendidikan dan
pelatihan teknis fungsional;
8) Melaksanakan dan mempersiapkan bimbingan teknis dan workshop dan
sejenisnya;
9) Mempersiapkan calon peserta seleksi dan diklat calon pejabat fungsional;
10) Menyusun usulan anggaran Sub Bidang Diklat Teknis/Fungsional;
11) Memproses usulan izin belajar bagi Pegawai Negeri Sipil.
12) Melaksanakan koordinasi untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
13) Memberi saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai;
14) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas Sub Bidang Diklat
Teknis/Fungsional kepada Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai;
15) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai.
5) Bidang Pensiun dan Kesejahteraan Pegawai
17
4.1.3.5.Bidang Pensiun dan Kesejahteraan Pegawai
Bidang pensiun dan Kesejahteraan pegawai mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan dan pengelolaan administrasi pemberhentian dan
pensiun serta kesejahteraan pegawai.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Pensiun dan
Kesejahteraan Pegawai mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pemberhentian
dan pensiun serta kesejahteraan pegawai;
2) Penyiapan bahan dan pengelolaan administrasi pemberhentian dan pensiun
serta kesejahteraan pegawai.
Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, Bidang Pensiun dan
Kesejahteraan Pegawai mempunyai uraian tugas :
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan program kerja Badan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
2) Menyusun rencana kebutuhan Bidang Pensiun dan Kesejahteraan Pegawai
sebagai bahan usulan kepada Kepala Badan;
3) Memberi petunjuk dan membagi tugas kepada bawahan agar tugas dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien;
4) Membimbing bawahan dalam pelaksanaan tugas, agar tugas dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar;
5) Menyusun bahan dan menganalisa data dalam rangka penyusunan petunjuk
teknis pemberhentian dan pensiun pegawai serta kesejahteraan pegawai;
6) Menyelenggarakan pengelolaan administrasi cuti pegawai, pemberhentian
dan pensiun pegawai serta kesejahteraan pegawai;
18
7) Mengelola kartu pegawai, karis, karsu, polis Taspen, Askes;
8) Mengelola kenaikan gaji berkala;
9) Memberi saran atau pertimbangan kepada pimpinan sebagai bahan
pengambilan keputusan;
10) Mengevaluasi hasil kegiatan Bidang Pensiun dan Kesejahteraan Pegawai
sebagai bahan penyusunan rencana kerja;
11) Melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala Badan baik secara lisan maupun
tertulis;
12) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh kepala Badan.
Bidang Pensiun dan Kesejahteraan Pegawai membawahi :
a) Sub Bidang Pensiun;
Sub Bidang Pensiun mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan, mengelola
administrasi pemberhentian dan pensiun pegawai.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Kepala Sub Bidang Pensiun
mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan penyusunan petunjuk teknis pengelolaan administrasi
pemberhentian dan pensiun pegawas;
2) Pelaksanaan pengelolaan administrasi pemberhentian dan pensiun pegawai.
Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud , Kepala Sub Bidang
Pensiun mempunyai uraian tugas :
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan rencana kerja Bidang Pensiun dan
Kesejahteraan Pegawai sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
19
2) Menyusun rencana kebutuhan Sub Bidang Pensiun sebagai bahan usulan
kepada Kepala Badan;
3) Membuat konsep naskah dinas sesuai bidang tugasnya untuk ditandatangani
Kepala Bidang maupun Kepala Badan;
4) Menyiapkan bahan dan data dalam penyusunan petunjuk teknis
pemberhentian dan pensiun pegawai;
5) Menyelenggarakan administrasi pemberhentian dan pensiun pegawai;
6) Memberi saran atau pertimbangan kepada pimpinan sebagai bahan
pengambilan keputusan;
7) Mengevaluasi hasil kegiatan Sub Bidang Pensiun pegawai sebagai bahan
penyusunan rencana kegiatan;
8) Melaporkan hasil kegiatan Sub Bidang Pensiun Pegawai kepada Kepala
Bidang Pensiun dan Kesejahteraan Pegawai baik secara lisan maupun tertulis;
9) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan Kepala Bidang
Pensiun dan Kesejahteraan Pegawai.
b) Sub Bidang Kesejahteraaan Pegawai
Sub Bidang Kesejahteraaan Pegawai mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan,
mengelola administrasi kesejahteraan pegawai.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bidang Kesejahteraaan
Pegawai mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan penyusunan petunjuk teknis pengelolaan administrasi
kesejahteraan pegawai;
2) Pelaksanaan pengelolaan administrasi kesejahteraan pegawai.
20
Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, Sub Bidang
Kesejahteraaan Pegawai mempunyai uraian tugas :
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan rencana kerja Bidang Pensiun dan
Kesejahteraan Pegawai sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
2) Menyusun rencana kebutuhan Sub Bidang kesejahteraan pegawai sebagai
bahan usulan kepada Kepala Badan;
3) Membuat konsep naskah dinas sesuai bidang tugasnya untuk ditandatangani
kepala bidang maupun Kepala Badan;
4) Menyiapkan bahan dan data dalam penyusunan petunjuk teknis kesejahteraan
pegawai;
5) Melaksanakan pemberian penghargaan dan tanda jasa bagi pegawai;
6) Menyelenggarakan administrasi kesejahteraan pegawai dan pemberian
penghargaan kepada pegawai;
7) Memberi saran atau pertimbangan kepada pimpinan sebagai bahan
pengambilan keputusan;
8) Mengelola/menerbitkan Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala;
9) Mengelola/menerbitkan Surat Izin Cuti Pegawai;
10) Mengelola penerbitan kartu pegawai, karis, karsu, polis taspen, askes dll.
11) Memfasilitasi pelayanan administrasi Tabungan Perumahan Pegawai Negeri
Sipil;
12) Mengevaluasi hasil kegiatan Sub Bidang Kesejahteraan Pegawai sebagai
bahan rencana kegiatan;
13) Melaporkan hasil kegiatan Sub Bidang Kesejahteraan Pegawai kepada Kepala
Bidang Pensiun dan Kesejahteraan Pegawai.
21
14) Melaksanakan tugas kedinasan lainya yang diberikan Kepala Bidang Pensiun
dan Kesejahteraan Pegawai.
4.1.3.6 Bidang Pengadaan, Pembinaan dan Pengembangan Karier
Bidang Pengadaan, Pembinaan dan Pengembangan Karier mempunyai tugas
pokok melaksanakan kegiatan pengadaan dan pengangkatan pegawai,
pengembangan karier dan pembinaan serta penanganan masalah hukum
kepegawaian pegawai.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Pengadaan, Pembinaan dan
Pengembangan Karier mempunyai fungsi :
1) Penyusunan Perencanaan Pengadaan, Pengangkatan, Pengembangan Karier
dan Pembinaan serta penanganan masalah hukum kepegawaian;
2) Pelaksanaan Pengadaan dan Pengangkatan, Pengembangan Karier,
Pembinaan dan Masalah hukum kepegawaian.
Untuk menyelenggaraan fungsi sebagaimana Bidang Pengadaan, Pembinaan dan
Pengembangan Karier mempunyai uraian tugas :
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan program kerja badan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
2) Menyusun rencana kebutuhan Bidang Pengadaan, Pembinaan dan
Pengembangan Karier sebagai bahan usulan kepada Kepala Badan;
3) Memberi petunjuk dan mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai
dengan tugasnya agar dilaksanakan dengan efektif dan efisien;
4) Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas agar tugas dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar;
22
5) Memaraf konsep naskah dinas yang akan ditandatangani Kepala Badan;
6) Menyusun bahan dalam melaksanakan Bimbingan Teknisi di bidang
kepegawaian;
7) Menyusun bahan dan menganalisis data dalam rangka penyusunan petunjuk
teknis pembinaan, pengembangan di bidang kepegawaian;
8) Memberi saran atau pertimbangan kepada Kepala Badan sebagai bahan
pengambilan keputusan;
9) Menyusun petunjuk teknisi Pengadaan dan Pembinaan Pegawai dan
Pengembangan Karier;
10) Menyusun bahan dalam rangka pelaksanaan teknis operasional di bidang
pengadaan pegawai, pembinaan pegawai dan pengembangan karier;
11) Menyusun bahan dibidang pengadaan pegawai;
12) Menilai hasil kerja bawahan sebagai dasar pembuatan DP3 (Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan);
13) Mengevaluasi hasil kegiatan yang dilakukan oleh Bidang Pengadaan,
Pembinaan dan Pengembangan Karier sebagai bahan penyusunan rencana
kerja;
14) Melaporkan hasil kegiatan Bidang Pengadaan, Pembinaan dan
Pengembangan Karier kepada Kepala Badan melalui Sekretariat baik lisan
maupun tertulis;
15) Melaksanakan tugas kedinasan lainya yang diberikan Kepala Badan.
Bidang Pengadaan, Pembinaan dan Pengembangan Karier membawahi:
a) Sub Bidang Pengadaan dan Pembinaan;
23
Sub Bidang Pengadaan dan Pembinaan mempunyai tugas pokok menyiapkan
bahan dalam rangka penyusunan rancangan petunjuk teknis pengadaan dan
pembinaan pegawai.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Sub Bidang Pengadaan dan Pembinaan
mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana kegiatan dan penyiapan bahan dalam rangka pengadaan
dan pengangkatan pegawai;
2) Penyusunan rencana kegiatan dan penyiapan bahan dalam rangka pembinaan
pegawai dan penanganan masalah hukum kepegawaian.
Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, Sub Bidang Pengadaan
dan Pembinaan mempunyai uraian tugas :
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan rencana Bidang Pengadaan,
Pembinaan dan Pengembangan Karier Pegawai sebagai pedoman pelaksanaan
tugas;
2) Menyusun rencana kebutuhan pengadaan dan pembinaan pegawai sebagai
bahan usulan kepada Kepala Badan;
3) Menyiapkan data untuk penyusunan formasi sebagai bahan penyusunan
petunjuk teknis pengadan pegawai;
4) Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan seleksi dan
penerimaan/pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS);
5) Melaksanakan administrasi untuk pelaksanaan status Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS);
6) Membuat konsep naskah dinas sesuai bidang tugasnya untuk ditandatangani
Kepala Badan;
24
7) Menyiapkan bahan penyusunan petunjuk teknis pembinaan pegawai dan
penyelesaian hukum kepegawaian, dispilin pegawai, perkawinan dan
perceraian pegawai;
8) Menyiapkan bahan dan data dalam rangka pelaksanaan pembinaan, penilaian
kinerja pegawai dan penyelesaian hukum kepegawaian;
9) Menghimpun dan memfasilitasi pembuatan produk-produk hukum pegawai;
10) Menyiapkan bahan dalam rangka menghimpun dan mempelajari Peraturan
Perundang-undangan, petunjuk teknis dan bahan lainya yang berhubungan
dengan kedudukan hukum kepegawaian;
11) Menyiapkan bahan dalam rangka pemberian bimbingan dan penyuluhan
masalah hukum kepegawaian;
12) Menyelenggarakan proses pembuatan izin perceraian bagi PNS, hukuman
disiplin Pegawai dan masalah hukum Kepegawaian lainya;
13) Menyiapkan bahan usulan anggaran pembangunan di Bidang Pengadaan dan
Pembinaan Pegawai;
14) Melaksanakan koordinasi horizontal dalam rangka kelancaran pelaksanaan
tugas;
15) Mengkoreksi data hasil kerja pelaksana;
16) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang Pengadaan,
Pembinaan dan Pengembangan Karier;
17) Mengevaluasi hasil kegiatan Sub Bidang Pengadaan dan Pembinaan sebagai
bahan penyusunan rencana kerja;
25
18) Melaporkan hasil kegiatan Sub Bidang Pengadaan dan Pembinaan kepada
Kepala Bidang Pengadaan, Pembinaan dan Pengembangan Karier baik
secara lisan maupun tertulis;
19) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Bidang Pengadaan, Pembinaan dan Pengembangan Karier.
b) Sub Bidang Pengembangan Karier Pegawai.
Sub Bidang Pengembangan Karier Pegawai mempunyai tugas pokok menyiapkan
bahan dalam rangka penyusunan rancangan petunjuk teknis pengembangan karier
pegawai.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bidang
Pengembangan Karier Pegawai mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana kegiatan dan penyiapan bahan dalam rangka
pengembangan karier pegawai;
2) Penyusunan rencana kegiatan dan penyiapan bahan dalam rangka
pengembangan karier pegawai.
Untuk menyelenggarakan fungsinya, Sub Bidang Pengembangan Karier Pegawai
mempunyai uraian tugas:
1) Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan rencana bidang pengadaan,
pembinaan dan pengembangan karier pegawai sebagai pedoman pelaksanaan
tugas;
2) Menyusun rencana kebutuhan pengembangan karier pegawai sebagai bahan
usulan kepada Kepala Badan;
3) Menyiapkan data untuk menyusun petunjuk teknis pengembangan karier
pegawai;
26
4) Melaksanakan administrasi pengembangan karier pegawai;
5) Membuat program dan langkah-langkah kerja dibidang perencanaan
pengembangan karier pegawai;
6) Menyusun dan meneliti pegawai dalam jabatan struktural dan jabatan
fungsional sesuai dengan peraturan yang berlaku;
7) Menyiapkan bahan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan pegawai;
8) Menyiapkan bahan usulan anggaran pembangunan di Bidang Pengembangan
Karier Pegawai;
9) Melaksanakan koordinasi horizontal dalam rangka kelancaran pelaksanaan
tugas;
10) Mengelola data kepegawaian dengan Baperjakat;
11) Mengelola DP3 dan memberikan pelayanan administrasi DP3 para pejabat
dilingkungan pemerintah Kabupaten Kuningan yang akan ditandatangani
Sekretaris Daerah dan Walikota atau Wakil Walikota;
12) Mengoreksi data hasil kerja pelaksana;
13) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang Pengadaan,
Pembinaan dan Pengembangan Karier Pegawai;
14) Mengevaluasi hasil kegiatan Sub Bidang Pembinaan Karier Pegawai sebagai
bahan penyusunan rencana kerja;
15) Melaporkan hasil kegiatan Sub Bidang Pengembangan Karier kepada Kepala
Bidang Pengadaan, Pembinaan dan Pengembangan Karier;
16) Melaksakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Bidang Pengadaan, Pembinaan dan Pengembangan Karier Pegawai.
27
4.1.4.Visi dan Misi
Setiap pimpinan suatu organisasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya wajib
menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Setiap pimpinan satuan organisasi juga
bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-
masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk dalam pelaksanaan
tugas.
Adapun visi dan misi Kantor BKPP Kota Sukabumi adalah sebagai berikut:
Visi:
“Terwujudnya manajemen kepegawaian yang handal dalam membentuk sumber
daya manusia aparatur yang berakhlak mulia, profesional dan sejahtera.”
Misi:
1) Meningkatkan kinerja, produktivitas dan kesejahteraan aparatur;
2) Meningkatkan pelayanan prima kepada seluruh aparatur;
3) Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelayanan informasi kepegawaian
yang efektif melalui penyediaan data yang akurat dan akuntabel.
4.1.5. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 34 orang dengan klasifikasi sebagai
berikut:
a) Jenis Kelamin
65% adalah laki-laki dan sisanya, 35% adalah perempuan.
b) Usia
Dari klasifikasi usia, dari range 25 tahun sampai dengan 55 tahun
diperoleh data sebagai berikut: dari usia 25-35 tahun sebanyak 8
28
responden atau 22,2 %, usia 36-45 tahun sebanyak 20 responden atau
55,5 %, dan usia 46-55 tahun sebanyak 7 responden atau 19,4 %.
c) Jenjang Pendidikan
Adapun klasifikasi jenjang pendidikan dengan klasifikasi jenjang dari
SMA, Diploma, Sarjana, Master dan Doktoral, dengan data sebagai
berikut:
- SMA sebanyak 6 responden;
- Diploma sebanyak 5 responden;
- Sarjana sebanyak 16 responden;
- Master sebanyak6 responden.
- Doktor sebanyak 2 responden.
d) Masa Kerja
Masa kerja responden bervariasi mulai dari 5 tahun sampai lebih dari 20
tahun dengan klasifikasi responden sebagai berikut:
- 0-5 tahun sebanyak 10 orang;
- 6-10 tahun sebanyak 6 orang;
- 11-15 tahun sebanyak 11 orang;
- lebih dari 15 tahun sebanyak 8 orang.
4.2 Analisis dan Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Kematangan Pegawai Terhadap Gaya Kepemimpinan
Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota
Sukabumi
29
Kematangan bawahan mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya
dengan gaya kepemimpinan. Pondasi dasarnya adalah perilaku
kepemimpinan yang baik mampu menyesuaikan diri dengan perbedaan-
perbedaan diantara bawahannya. Atau dengan kata lain kematangan
bawahan merupakan salah satu unsur dalam mempengaruhi perilaku
kepemimpinan. Tannenbaum dan Schmidt dalam Gibson (1984:285)
menyatakan bahwa ada 3 unsur yang mempengaruhi perilaku
kepemimpinan yaitu kemampuan manajer, kematangan bawahan dan situasi
kepemimpinan. Dari pendapat yang dikemukakan, ada beberapa unsur yang
mempengaruhi perilaku kepemimpinan, salah satunya yaitu kematangan
bawahan.
Hersey dan Blanchard dalam Toha (2010:74) menyatakan bahwa
kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan memilih gaya kepemimpinan
yang mampu mengadaptasikan gaya agar sesuai dengan situasi, yang
menurut argumentasinya tergantung pada tingkat kesiapan atau kematangan
para pengikut. Semakin para manajer mampu menyesuaikan gaya, perilaku
kepemimpinan mereka pada situasi dan kebutuhan dari para pengikut
mereka, semakin efektiflah mereka untuk mencapai tujuan pribadi dan
tujuan organisasi.
Berdasarkan beberapa uraian teori di atas, maka jelaslah bahwa tingkat
kematangan bawahan akan berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan,
karena gaya kepemimpinan yang diterapkan seorang pemimpin disesuaikan
dengan tingkat kematangan bawahannya agar para pemimpin mampu
memberikan pengaruh terhadap bawahannya sesuai kondisi bawahannya
30
tersebut. Identifikasi level kematangan bawahan diharapkan mampu
mempengaruhi pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat oleh seorang
pemimpin yang mana nantinya juga dapat berimbas pada peningkatan
kinerja organisasi.
Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain agar mau
melakukan apa ia perintahkan, sedangkan Gaya Kepemimpinan adalah salah
satu cara dari seni mempengaruhi orang lain tersebut. Seorang pemimpin
dalam menggerakkan bawahannya agar mau melakukan pekerjaan sesuai
dengan apa diinginkan, seyogyanya harus mengenal terlebih dahulu karakter
dari para bawahannya. Seorang pemimpin harus mampu beradaptasi dengan
orang-orang yang akan dipimpinnya, jika dia ingin sukses dalam
mempengaruhi bawahannya.
Dengan mengenal tingkat kematangan kerja dari para bawahannya akan
mempermudah seorang pimpinan dalam menentukan gaya kepemimpinan
seperti apa yang harus dia lakukan untuk menghadapi para bawahannya
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai lebih efektif. Penelitian ini
menggunakan teori Hersey dan Blanchard mengenai kesesuaian gaya
kepemimpinan dengan tingkat kematangan pegawai.
Pada bagian ini akan dibahas dan dianalisa mengenai ada atau tidaknya
pengaruh antara Kematangan pegawai terhadap Gaya kepemimpinan Kepala
BKPP Kota Sukabumi. Metode penelitian yang akan digunakan dalam
bagian ini adalah assosiatif dengan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti di kantor BKPP kota Sukabumi
menunjukkan bahwa tingkat kematangan pegawainya cukup bervariasi, mulai dari
31
yang kategori sedang, cukup matang hingga sangat matang, ada di sini. Jika
mengacu pada teori Hersey dan Blanchard, semestinya gaya kepemimpinan yang
digunakan oleh kepala BKPP pun dapat bervariasi pula, mulai dari Selling,
Participating hingga Delegating. Namun yang terjadi di Sukabumi ini ternyata
berbeda dengan teori Hersey-Blanchard, Kepala BKPP hanya menggunakan satu
gaya saja dalam memimpin bawahannya yang memiliki tingkat kematangan
bervariasi itu. Gaya yang digunakan adalah Telling. Sejauh ini mereka masih
dapat menyelesaikan pekerjaan, walaupun kualitas dan kuantitasnya mungkin
tidak maksimal. Hasil penelitian ditemukan adanya keluhan dari para pegawai
senior yang tingkat kematangannya tinggi mengenai gaya kepemimpinan dari
atasannya. Pada intinya mereka meresa tidak puas dan tidak nyaman dalam
bekerja karena mersa kurang dihargai sebagai pegawai senior. Mereka merasa
diperlakukan tidak adil oleh atasan, karena disamaratakan dengan pegawai lain
yang mungkin tingkat kematangannya berada jauh di bawah mereka. Namun yang
pasti, pekerjaan yang ditugaskan dan diprogramkan selalu selesai pada akhirnya,
karena rasa tanggung jawab para pegawai dan adanya pengawasan dari atasan
tentunya .
Jika teori mengatakan seorang pemimpin harus mampu beradaptasi dengan
tingkat kematangan pegawai, di Sukabumi ini ternyata sebaliknya, justru pegawai
yang harus mampu beradaptasi dengan karakter atasan, sehingga siapapun yang
memimpin mereka, kapanpun terjadi perubahan kepemimpinan, mereka tidak
pernah kesulitan. Karena pegawai yang ada di BKPP kota Sukabumi tergolong ke
dalam kategori tingkat kematangan cukup tinggi, di dukung dengan kualitas
Sumber Daya Manusia yang rata-rata sarjana dan magister, konsep pengaruh
32
kematangan pegawai terhadap gaya kepemimpinan di kantor BKPP kota
Sukabumi sebenarnya ada dan terjadi, namun dengan bentuk yang berbeda.
Pemimpin mempertahankan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan karakter
dirinya dikarenakan Sumber Daya Manusia dari bawahan yang tinggi dengan
tingkat kematangannya cukup tinggi sehingga mampu beradaptasi dengan
berbagai karakter pemimpin. Namun jika kita kembalikan kepada teori Hersey dan
Blanchard, maka yang terjadi di kantor BKPP kota Sukabumi adalah kematangan
pegawai tidak berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan kepala BKPP kota
Sukabumi.
4.2.1.1. Analisis Kematangan Pegawai BKPP Kota Sukabumi
Kematangan kerja bawahan atau pegawai adalah kemampuan dan kemauan
pegawai dalam memikul tugas pekerjaan yang menjadi wewenang dan
tanggungjawab untuk mengarahkan perilakunya sendiri. Kematangan kerja
pegawai ini dikaitkan dengan tugas atau pekerjaan, aktivitas, fungsi dan peran
tertentu yang perlu dilaksanakan, artinya pegawai tidak dapat dikatakan matang
atau tidak matang dalam arti menyeluruh. Pada dasarnya, sebagian besar pegawai
cenderung kurang matang dalam kaitannya dengan tugas, fungsi, peran, dan
sasaran spesifik yang diupayakan pemimpin untuk diselesaikan melalui
pegawainya atau bawahannya. Kematangan pegawai terkait dengan dua aspek
yaitu: (1) aspek kemampuan kerja pegawai, dan (2) aspek kemauan kerja pegawai.
Blanchard mengemukakan, kematangan kerja pegawai yang tercakup dalam aspek
kemampuan kerja pegawai meliputi dua ranah yaitu (1) ranah pengetahuan, dan
(2) ranah keterampilan. Artinya, pegawai yang memiliki kematangan kerja yang
33
tinggi dalam bidang tugas pekerjaan tertentu memiliki pengetahuan, kemampuan,
dan pengalaman untuk melaksanakan tugas pekerjaannya tersebut tanpa arahan
orang lain (1996:56). Kemampuan kerja pegawai adalah kapabilitas atau
kebiasaan, kebolehan, dan keahlian pegawai dari suatu organisasi kerja, dalam
melaksanakan tugas pekerjaan tertentu yang menjadi wewenang dan
tanggungjawabnya.
Kemauan kerja pegawai adalah Kematangan psikologis atau kematangan’soft
skill’, yang dikaitkan dengan komitmen, integritas, kemauan, dan motivasi untuk
melakukan suatu tugas pekerjaan. Artinya, pegawai yang sangat matang secara
psikologis di suatu bidang tugas pekerjaannya, adalah pegawai yang bertanggung
jawab, memiliki komitmen, integritas, motivasi, dan memiliki keyakinan terhadap
diri sendiri bahwa ia merasa mampu melakukan suatu pekerjaan tertentu, dan
tidak membutuhkan dorongan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Sebaliknya,
pegawai yang tidak bertanggungjawab, tidak memiliki komitmen, integritas,
motivasi, dan tidak memiliki keyakinan terhadap diri sendiri, bahwa ia merasa
mampu melakukan suatu pekerjaan tertentu, adalah pegawai yang memiliki
kematangan psikologis rendah di bidang tugas pekerjaannya.
4.2.1.1.1.Low Maturity
4.2.1.1.1.1.Pegawai tidak memiliki kemampuan bekerja
Dalam kenyataannya pegawai yang tidak memiliki kemampuan kerja selalu ada,
terlebih jika dia pegawai baru. Menurut Hersey dan Blanchard, pegawai yang
tidak mampu bekerja tergolong ke dalam Low Maturity (M1). Jika dikelompokkan
ke dalam kategori masa kerja, dalam penelitian ini golongan low maturity
34
termasuk ke dalam kelompok masa kerja 0-5 tahun. Menurut teori situasional,
untuk memenej tipe ini diperlukan gaya kepemimpinan telling, dimana diperlukan
peran pimpinan yang aktif membimbing, memberi perintah dan arahan kepada
pegawai.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti
berpendapat bahwa ketidakmampuan bekerja dapat disebabkan oleh banyak faktor
yang salah satunya adalah masa kerja.
Berdasarkan angket yang telah disebarkan kepada 34 responden, peneliti
mendapat penilaian dari responden yang dapat dilihat pada tabel IV.3 yaitu
sebagai berikut:
Tabel IV.1
Jawaban mengenai Apakah pegawai tidak mampu mengerjakan pekerjaan
yang ditugaskan
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
5
4
3
2
1
7
25
2
-
-
35
100
6
-
-
24,82
70,92
4,26
-
-
Jumlah 34 141 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel IV.1 di atas, diketahui bahwa jawaban responden sangat
bervariatif dimana mayoritas pegawai yaitu sebanyak 25 orang menyatakan tidak
setuju atas pernyataan pegawai tidak mampu mengerjakan pekerjaan yang
ditugaskan, dan 7 orang pegawai menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti
dari segi kematangan pegawai mayoritas pegawai BKPP Kota Sukabumi termasuk
ke dalam kategori matang, sesuai dengan pengalaman kerja dan masa kerja
mereka, ditunjang lagi dengan latar belakang pendidikan yang tinggi. Sementara
itu ada 2 orang responden yang menjawab ragu-ragu. Menurut analisa peneliti,
35
kedua orang responden ini adalah mereka yang masa kerjanya masih sangat baru,
yaitu 0 tahun, sehingga wajar jika mereka masih bingung dan memerlukan banyak
bimbingan dari pimpinan.
4.2.1.1.1.2. Pegawai tidak mau melaksanakan tugas yang diberikan
Ada banyak faktor yang menyebabkan pegawai tidak mau melaksanakan tugas
seperti malas, tidak memahami tugas yang diberikan, tidak memiliki kemampuan,
sakit, tidak menarik atau apapun alasannya yang menyebabkan tidak adanya
motivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Tipe pegawai yang seperti ini
secara teori tergolong ke dalam Low Maturity, dan untuk mengatasinya diperlukan
pemimpin yang mampu memberikan bimbingan dan dorongan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti
berpendapat bahwa ketidakmauan bekerja disebabkan oleh banyak faktor, yang
salah satunya adalah kurangnya motivasi baik dari dalam diri pegawai maupun
dari lingkungan.
Berdasarkan angket yang telah disebarkan kepada 34 responden, peneliti
mendapatkan penilaian dari responden yang dapat dilihat pada tabel IV.4 yaitu
sebagai berikut:
Tabel IV.2
Jawaban responden mengenai Apakah Pegawai tidak mau melaksanakan
tugas yang diberikan
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
5
4
3
2
1
6
23
5
-
-
30
92
15
-
-
21,90
67,15
10,95
-
-
Jumlah 34 137 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013.
36
Berdasarkan tabel IV.2 mayoritas responden atau sekitar 67,15 % menjawab
tidak setuju dan 21,90% responden menjawab sangat tidak setuju terhadap
pernyataan mengenai pegawai tidak mau melaksanakan tugas yang diberikan. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai BKPP Kota Sukabumi memiliki
kemauan kerja yang sangat baik. Namun masih ada sekitar 10, 95% responden
yang menjawab ragu-ragu. Menurut analisis peneliti, ketidakmauan bekerja ini
disebabkan oleh adanya pegawai yang dalam hal masa kerja lebih senior dari
pimpinan, dan ada pula pegawai yang pendidikannya relatif tinggi namun tidak
memiliki jabatan struktural, sehingga membuat semangat kerja mereka kurang
baik.
4.2.1.1.1.3. Pegawai tidak memiliki keyakinan dalam tugas
Salah satu ciri pegawai yang tergolong low maturity adalah tidak memiliki
keyakinan dalam tugas. Mungkin mereka mau bekerja namun rasa percaya diri
yang rendah membuat pegawai merasa tidak yakin dapat melakukan suatu
pekerjaan yang diberikan kepada mereka dengan hasil yang baik, sehingga demi
menghindari kesalahan yang akan berdampak besar kepada organisasi mereka
lebih memilih tidak melakukan apa-apa. Atau mungkin karena kurangnya
pengetahuan mereka akan tugas yang diberikan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di kantor BKPP Kota Sukabumi
melalui angket yang telah peneliti sebarkan kepada responden, maka dapat
diketahui penilaian pegawai terhadap pernyataan pegawai tidak memiliki
keyakinan dalam tugas yaitu sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:
37
Tabel IV.3
Jawaban responden mengenai Pegawai tidak memiliki keyakinan dalam
tugas
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
SangatTidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
5
4
3
2
1
4
27
3
-
-
20
108
9
-
-
14,60
78,83
6,57
-
-
Jumlah 34 137 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013.
Berdasarkan tabel di atas tampak jawaban responden yang sangat bervariasi,
namun mayoritas responden yaitu sebanyak 27orang menjawab tidaksetuju dan 4
orang lainnya menjawab sangat tidak setuju atas pernyataan Pegawaitidak
memiliki keyakinan dalam tugas. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pegawai
BKPP memiliki keyakinan dalam melaksanakan tugas, karena memang jika
dilihat dari masa kerja maupun latar belakang pendidikan, rata-rata tergolong
pegawai senior. Namun masih ada 3 orang responden yang menjawab ragu-ragu.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti, kemungkinan responden
yang menjawab ragu-ragu adalah mereka yang masih tergolong pegawai baru.
4.2.1.1.2. Medium Maturity/Limited Skill
4.2.1.1.2.1 Pegawai tidak menguasai bidang pekerjaannya.
Jika dilihat dari segi pengalaman atau masa kerja, sangat mungkin adanya
pegawai yang tidak menguasai bidang pekerjaannya. Adanya mutasi atau rotasi
juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab pegawai tidak menguasai bidang
pekerjaannya, belum lagi faktor pegawai baru. Disinilah pentingnya peran
pemimpin yang mampu membimbing dan memotivasi bawahan, dan mau
mendegarkan keluhan bawahan.
38
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kantor
BKPP Kota Sukabumi, adanya pegawai yang tidak menguasai bidang
pekerjaannya memang sangat mungkin. Karena unsur pegawai baru ada, proses
mutasi dan rotasi juga terjadi di BKPP.
Untuk melihat penilaian responden mengenai adanya pegawai yang tidak
menguasai bidang tugasnya, peneliti telah menyebarkan angket kepada 34 orang
responden yang hasilnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.4
Jawaban responden mengenai pegawai tidak menguasai bidang
pekerjaannya
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
5
4
3
2
1
3
28
3
-
-
15
112
9
-
-
11,03
82,35
6,62
-
-
Jumlah 34 136 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas sebanyak 112 responden menjawab tidak setuju dan 3
responden menjawab sangat tidak setuju atas pernyataan pegawai tidak menguasai
bidang pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa kematangan pegawai BKPP
Kota Sukabumi termasuk ke dalam kategori tinggi. Artinya mereka sudah benar-
benar siap bekerja secara profesional tanpa memerlukan lagi bimbingan dan
arahan dari pimpinan, karena mereka telah menguasai bidang pekerjaan. Hanya
ada 3 responden saja yang menjawab ragu-ragu, artinya masih ada pegawai yang
belum benar-benar menguasai bidang pekerjaannya. Untuk ketiga orang pegawai
ini, kepala BKPP harus menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda dalam
memerintah maupun memberikan tugas, karena mereka masih memerlukan
bimbingan.
39
4.2.1.1.2.2. Pegawai memiliki kemauan untuk bekerja
Salah satu modal untuk menghasilkan kinerja yang baik adalah adanya kemauan
untuk bekerja dari para bawahan. Jika pegawai telah memiliki kemauan (motivasi)
untuk bekerja, maka tugas seorang pemimpin adalah meningkatkan kemampuan
kerja pegawai. Pada level Medium Maturity, pegawai sudah memiliki kemauan
untuk bekerja, hanya saja tidak ditunjang dengan kemampuan. Secara teori, hal ini
dapat diatasi jika pemimpin menggunakan gaya Selling,dimana seorang pemimpin
masih memberikan arahan namun dengan menggunakan komunikasi dua arah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di kantor
BKPP Kota Sukabumi, menurut peneliti pada dasarnya para pegawai BKPP telah
memiliki kemauan untuk bekerja.
Untuk mengetahui penilaian pegawai mengenai kemauan untuk bekerja, peneliti
telah menyebarkan angket kepada 34 responden yang hasilnya sebagai berikut:
Tabel IV.5
Jawaban responden mengenai pegawai memiliki kemauan untuk
bekerja
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
5
4
3
2
1
4
29
1
-
-
20
116
3
-
-
14,40
83,44
2,16
-
-
Jumlah 34 139 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak
98,84% pegawai memiliki kemauan untuk bekerja. Hal ini merupakan modal bagi
kepala BKPP untuk dapat memimpin mereka menjadi produktif dan efektif dalam
bekerja sehingga kinerja organisasi secara keseluruhan dapat menjdi baik. Untuk
40
mereka dapat dilakukan gaya kepemimpinan yang sama. Kecuali untuk satu orang
responden yang menjawab ragu-ragu, maka kepala BKPP harus dapat melakukan
gaya kepemimpinan yang berbeda sehingga motivasinya mencapai maksimal dan
kinerjanya menjadi baik.
4.2.1.1.2.3. Pegawai memiliki keyakinan bisa melakukan pekerjaan dengan
baik
Ciri dari pegawai yang tingkat kematangannya medium maturity adalah memiliki
kemauan untuk bekerja, memiliki keyakinan bisa melakukan pekerjaan dengan
baik, namun tidak memiliki kemampuan. Untuk jenis pegawai tipe ini, seorang
pemimpin harus aktif melakukan komunikasi dua arah terutama dalam
memberikan bimbingan kepada pegawai, agar sedikit demi sedikit kemampuan
kerja pegawai dapat meningkat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan, pegawai
BKPP cukup percaya diri dapat melakukan pekerjaan dengan baik, karena mereka
memiliki latar belakang pendidikan yang menunjang dan pengalaman kerja yang
cukup.
Untuk mengetahui pendapat pegawai BKPP Kota Sukabumi mengenai keyakinan
dapat melakukan pekerjaan dengan baik, peneliti telah menyebarkan angket
kepada 34 responden yang hasilnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.6
Jawaban responden mengenai pegawai memiliki keyakinan bisa
melakukan pekerjaan dengan baik
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
5
4
3
8
23
3
40
92
9
28,37
65,25
6,38
41
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
2
1
-
-
-
-
-
-
Jumlah 34 141 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel IV.6 dapat kita lihat bahwa 23 orang responden menjawab
setuju atas pernyataan pegawai memiliki keyakinan bisa mengerjakan pekerjaan
dengan baik, 8 orang responden bahkan menjawab sangat setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas pegawai memiliki keyakinan bisa melakukan
pekerjaan dengan baik. Artinya, tingkat kematangan mereka secara psikologis
sudah sangat baik. Gaya kepemimpinan yang digunakan untuk memenej pegawai
yang mayoritas ini tentunya akan berbeda dengan 3 orang pegawai yang masih
menjawab ragu-ragu. Karena kepala BKPP harus dapat menghilangkan keraguan
mereka dan mengubahnya menjadi keyakinan dan rasa percaya diri yang tinggi.
4.2.1.1.3. Medium Maturity/high Skill
4.2.1.1.3.1.Pegawai memiliki kemampuan bekerja
Idealnya setiap pegawai memiliki kemampuan bekerja. Kemampuan bekerja pada
pegawai dapat terjadi apabila pegawai memiliki latar belakang pendidikan yang
menunjang, diberikan pelatihan, dan sudah memiliki pengalaman dalam bekerja.
Kemampuan bekerja adalah suatu keadaan dimana seorang pegawai dapat
melakukan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik, sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, tidak semua
pegawai memiliki kemampuan bekerja yang baik.
42
Untuk mengetahui penilaian pegawai BKPP mengenai hal tersebut, maka peneliti
menyebarkan angket kepada 34 orang responden, dimana hasilnya dapat kita lihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.7
Jawaban responden mengenai Pegawai memiliki kemampuan bekerja
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
5
4
3
2
1
9
22
3
-
-
45
88
9
-
-
31,69
61,97
6,34
-
-
Jumlah 34 142 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013.
Berdasarkan tabel di atas, 22 responden menjawab setuju atas pernyataan pegawai
memiliki kemampuan bekerja, 9 orang responden menjawab sangat setuju.
Artinya sebagian besar pegawai BKPP Kota Sukabumi memang memiliki
kemampuan bekerja, namun masih ada 3 responden yang menjawab ragu-ragu.
Hal ini berarti masih ada pegawai yang memerlukan peran pimpinan dalam
memotivasi.
4.2.1.1.3.2. Pegawai tidak mempunyai kemauan bekerja
Bermacam-macam karakter pegawai harus dapat dihadapi oleh seorang pemimpin.
Ada pegawai yang rajin, namun ada juga yang malas. Ada pegawai yang cakap
tapi tidak mau bekerja, ada juga pegawai yang kurang cakap namun giat bekerja
dan mau belajar. Situasi seperti itulah yang menuntut pemimpin melakukan gaya
kepemimpinan yang berbeda dalam menghadapinya. Kemanuan kerja atau
semangat kerja tergolong ke dalam kematangan psikologis pegawai.
43
Untuk mengetahui tingkat kematangan psikologis pegawai BKPP Kota Sukabumi,
peneliti melakukan wawancara dan obsevasi. Berdasarkan angket yang telah
peneliti sebar kepada seluruh responden, dapat diketahui kondisi kematangan
psikologis dari pegawai BKPP Kota Sukabumi sebagaimana tergambar dalam
tabel berikut ini:
Tabel IV.8
Jawaban responden mengenai Pegawai tidak mempunyai kemauan untuk
bekerja
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
5
4
3
2
1
7
17
8
1
1
35
68
24
2
1
26,93
52,30
18,46
1,54
0,77
Jumlah 34 130 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan hasil angket yang telah disebar kepada 34 responden maka dapat
dilihat sebanyak 7 orang menjawab sangat tidak setuju, 17 orang responden
menjawab setuju, hal ini sangat baik bagi kantor BKPP Kota Sukabumi karena
pada dasarnya sebagian besar pegawai memiliki kemauan untuk bekerja. Ada
sekitar 8 responden yang menjawab ragu-ragu, artinya masih ada pegawai yang
memerlukan motivasi. Dan 1 responden yang menjawab setuju dan sangat setuju.
Untuk dua responden yang terakhir ini, kepala BKPP perlu menyelidiki faktor apa
yang menyebabkan mereka tidak mempunyai kemauan untuk bekerja.
Nampaknya kepala BKPP harus mampu menggunakan berbagai macam gaya
kepemimpinan.
44
4.2.1.1.3.3. Pegawai tidak yakin akan kemampuannya.
Tipe kematangan pegawai level yang ketiga adalah pegawai yang punya
kemampuan tapi tidak punya kemauan dan tidak yakin dengan kemampuannya.
Untuk menghadapi tipe kematangan pegawai tingkat ini diperlukan gaya
kepemimpinan partisiptif, dimana seorang pemimpin dituntut untuk mampu
memotivasi bawahan agar merasa percaya diri akan kemampuan yang dimilki,
sehingga mau bekerja dan dapat berprestasi.
Untuk mengetahui jawaban pegawai kantor BKPP Kota Sukabumi, para pegawai
tersebut diminta untuk memberikan pendapat mengenai kemampuan mereka
dalam menguasai bidang pekerjaan mereka dengan baik. Hasil jawaban yang
diperoleh setelah memberikan pertanyaan berupa angket kepada pegawai kantor
BKPP Kota Sukabumi, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.9
Jawaban responden mengenai Pegawai tidak yakin akan kemampuannya
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
5
4
3
2
1
7
25
2
-
-
35
100
6
-
-
24,82
70,92
4,26
-
-
Jumlah 34 141 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan hasil angket yang telah disebar kepada 34 responden makadapat
dilihat sebanyak 7 orang menjawab sangat tidak setuju , 25 orang responden
menjawab setuju, hal ini sangat baik bagi kantor BKPP Kota Sukabumi karena
95,74% pegawai BKPP memiliki keyakinan bahwa mereka mempunyai
kemampuan dalam bekerja. Hanya 2 orang responden saja yang masih ragu-ragu.
Hal ini dapat diatasi jika kepala BKPP menggunakan gaya participating dalam
45
memimpin dua orang pegawai ini. Karena mereka membutuhkan motivasi dari
pimpinan untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
4.2.1.1.4. High Maturity
4.2.1.1.4.1. Pegawai memiliki kemampuan yang tinggi
Tingkat kematangan pegawai yang keempat, salah satu cirinya adalah pegawai
memiliki kemampuan kerja yang tinggi, sehingga seorang pemimpin tidak perlu
lagi membimbing dan memotivasi, tetapi cukup memberikan pendelegasian saja
kepada para pegawai.
Untuk mengetahui jawaban pegawai kantor BKPP Kota Sukabumi, para pegawai
tersebut diminta untuk memberikan pendapat mengenai kemampuan mereka
dalam menguasai bidang pekerjaan mereka dengan baik. Hasil jawaban yang
diperoleh setelah memberikan pertanyaan berupa angket kepada pegawai kantor
BKPP Kota Sukabumi, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.10
Jawaban responden mengenai pernyataan Pegawai memiliki kemampuan
yang tinggi
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
SangatSetuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidakSetuju
5
4
3
2
1
7
22
5
-
-
35
88
15
-
-
25,40
63,74
10,86
-
-
Jumlah 34 138 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan hasil angket yang telah disebar dapat dilihat bahwa 7 orang
menjawab sangat setuju dan sebanyak 22 orang atau 63,74% menjawab setuju
dengan angket yang ditanyakan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pegawai BKPP Kota Sukabumi memiliki kemampuan yang tinggi dalam
46
bekerja,sehingga pimpinan mereka cukup mendelegasikan saja setiap pekerjaan
yang harus dikerjakan. Namun masih ada 3 responden yang menjawab ragu-ragu.
Kemungkinan mereka juga memiliki kemampuan kerja yang baik namun
kematangan psikologisnya saja yang masih kurang, sehingga kurang percaya diri.
4.2.1.1.4.2. Pegawai memiliki Kemauan yang tinggi
Selain kemampun yang tinggi, ciri tingkat kematangan pegawai yang termasuk
kategori High maturity adalah memiliki kemauan yang tinggi. Kemampuan yang
tinggi dibarengi dengan kemauan yang tinggi, sudah pasti akan menhasilkan
kinerja yang baik.
Untuk mengetahui jawaban pegawai kantor BKPP Kota Sukabumi, para pegawai
tersebut diminta untuk memberikan pendapat mengenai kemauan mereka dalam
melakukan pekerjaan dengan baik. Hasil jawaban yang diperoleh setelah
memberikan pertanyaan berupa angket kepada pegawai kantor BKPP Kota
Sukabumi, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.11
Jawaban responden mengenai Pegawai memiliki kemauan yang tinggi
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
SangatSetuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidakSetuju
5
4
3
2
1
8
24
2
-
-
40
96
6
-
-
28,20
67,60
4,20
-
-
Jumlah 34 142 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan hasil angket yang telah disebar dapat dilihat bahwa 8 orang
menjawab sangat setuju dan sebanyak 24 orang atau 67,60% responden
menjawab setuju dengan angket yang ditanyakan. Hal ini menunjukkan bahwa
47
sebagian besar pegawai BKPP Kota Sukabumi memiliki kemauan yang tinggi
dalam bekerja. Untuk tingkat kematangan seperti ini pemimpin dapat
menggunakan gaya delegating dalam kepemimpinannya. Hanya saja masih ada 2
orang pegawai yang masih menjawab ragu-ragu, sehingga kepala BKPP masih
herus menggunakan lebih dari satu gaya dalam memimpin bawahannya.
4.2.1.1.4.3. Pegawai memiliki keyakinan dalam menyelesaikan pekerjaan
Salah satu kunci keberhasilan dalam bekerja adalah memiliki keyakinan bahwa
kita mampu menyelesaikan setiap pekerjaan yang diberikan kepada kita dengan
baik. Jika pegawai telah memiliki keyakinan, berarti kematangan prikologisnya
sudah tinggi.
Untuk mengetahui jawaban pegawai kantor BKPP Kota Sukabumi, para pegawai
tersebut diminta untuk memberikan pendapat mengenai keyakinan dalam
menyelesaikan pekerjaan. Berikut ini adalah hasil jawaban yang diperoleh dari
para pegawai tersebut:
Tabel IV.12
Jawaban responden mengenai pernyataan Pegawai memiliki keyakinan
dalam menyelesaikan pekerjaan
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
SangatSetuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidakSetuju
5
4
3
2
1
9
24
1
-
-
45
96
3
-
-
31,25
66,67
2,08
-
-
Jumlah 34 144 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 9 orang responden menjawab sangat
setuju dan sebanyak 24 orang lainnya menjawab setuju atas pernyataan mengenai
48
1668
adanya Pegawai memiliki keyakinan dalam meyelesaikan pekerjaan. Hal ini
menunjukkan bahwa para pegawai BKPP Kota Sukabumi memiliki tingkat
kematangan pegawai yang tinggi, karena mayoritas pegawainya memiliki
keyakinan dalam menyelesaikan pekerjaan. Hanya 1 responden saja yang masih
ragu, artinya masih perlu dibangkitkan rasa percaya dirinya oleh kepala BKPP.
Setelah mengetahui nilai akumulasi variabel Kematangan Kerja pegawai (X),
yaitu total dari skor 1 + skor 2 + skor 2+ skor 3+ skor 4+ skor 5+ skor 6+ skor7+
skor 8+ skor 9 + skor 10 + skor 11 + skor 12 = 1668, maka kemudian dapat
dihitung nilai indeks minimum sehingga dapat diketahui apakah Kinerja Pegawai
BKPP Kota Sukabumi termasuk kepada interval sangat rendah (SR), rendah (R),
sedang (S), tinggi (T), atau sangat tinggi (ST), melalui garis interval yang
digambarkan serta dijelaskan sebagai berikut:
1. Sangat Rendah (SR) : 12 item x 34responden x 1 (nilai skor) = 408
2. Rendah (R) : 12 item x 34responden x 2 (nilai skor) = 816
3. Sedang (S) : 12 item x 34responden x 3 (nilai skor) = 1224
4. Tinggi (T) : 12 item x 34responden x 4 (nilai skor) = 1632
5. Sangat Tinggi (ST) : 12 item x 34 responden x 5 (nilai skor) = 2040
Hasil perhitungan total skor dari variabel Kematangan Kerja Pegawai sebesar
1668, dapat digambarkan tahapan sebagai berikut:
SR R S T ST
0 408 816122416322040
49
Gambar IV. 2
Tingkat Kematangan Kerja pegawai BKPP Kota Sukabumi
Berdasarkan gambar IV.2 , dapat diketahui bahwa nilai variabel kematangan
kerja terletak pada interval tinggi (M3) dan sangat tinggi (M4) , tetapi lebih
mendekati pada interval tinggi (M3). Sehingga menunjukkan bahwa kematangan
kerja pegawai BKPP Kota Sukabumi sudah termasuk ke dalam katagori tinggi,
terutama jika dilihat dari kemampuan pegawai, walaupun tidak merata. Jika
mengacu pada teori Hersey dan Blanchard, idealnya gaya kepemimpinan yang
semestinya digunakan adalah gaya Participating (S3) Namun dalam kenyataannya
tidak demikian, karena besarnya pengaruh politik, sehingga gaya yang digunakan
adalah Telling.
4.2.2. Analisis Gaya Kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala BKPP Kota
Sukabumi
Kepemimpinan yang efektif dapat menjadi kekuatan bagi sebuah organisasi dalam
meningkatkan kinerja pegawai, dimana seorang pemimpin dituntut untuk
mengetahui bidang tugasnya, peka terhadap lingkungan, melakukan hubungan
kerja dan komunikasi baik ke dalam maupun ke luar, mampu mengambil
keputusan dengan cepat dan tepat, mampu mengadakan hubungan dengan
masyarakat sehingga akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam menerapkan kepemimpinan gaya seorang pemimpin merupakan sesuatu
yang sangat penting untuk diperhatikan agar kinerja pegawai meningkat demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Begitu pula halnya dengan
50
kepemimpinan kepala BKPP Kota Sukabumi. Karena dalam suatu proses
organisasi harus ada proses mengarahkan, menggerakkan, dan mendorong
(memotivasi) sumber daya yang ada agar tujuan organisasi dapat tercapai secara
efektif dan efisien. Menurut teori Hersey dan Blanchard, ada korelasi antara
tingkat kematangan pegawai dengan gaya kepemimpinan. Atau dengan kata lain,
kematangan pegawai berpengaruh terhadap pemilihan gaya kepemimpinan yang
tepat.
Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mengetahui gaya kepemimpinan seperti apa
yang tepat dilakukan oleh kepala BKPP Kota Sukabumi sehingga mampu
meningkatkan kinerja pegawai (bawahannya), maka peneliti melakukan
pengukuran terhadap empat tingkat kematangan pegawai yang dihubungkan
dengan empat gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Hersey dan
Blanchard. Adapun gaya kepemimpinan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Telling (S1)
2. Selling (S2)
3. Participating (S3)
4. Delegating (S4)
Sedangkan tingkat kematangan pegawai yang akan diukur adalah sebagai berikut:
1. Low Maturity (M1)
2. Midle Maturity/Low (M2)
3. Midle Maturity/High (M3)
4. High Maturity (M4)
4.2.2.1. Telling
51
Gaya Telling adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan
yang akan dilakukan diputuskan oleh pimpinan semata-mata. Bawahan hanya
sekedar melaksanakan instruksi pimpinan.
Gaya instruktif ini penerapannya pada bawahan yang masih baru atau baru
bertugas. Ciri-ciri gaya kepemimpinan instruktif mencakup antara lain: memberi
pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana dan kapan kegiatan dilakukan,
kegiatan lebih banyak diawasi secara ketat, kadar direktif tinggi, kadar suportif
rendah, kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai, kemampuan motivasi
pegawai rendah, tingkat kematangan bawahan rendah.
4.2.2.1.1.Menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan bawahan
Seorang pemimpin wajib menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
kelompok atau bagian-bagian yang ada dibawah kepemimpinannya secara jelas,
karena hal ini akan sangat membantu terhadap kualitas kerja pegawai. Salah satu
faktor yang dapat meningkatkan kinerja pegawai adalah memberikan penjelasan
mengenai tugas-tugas apa saja yang harus dikerjakan oleh para bawahan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti
berpendapat bahwa pemberian penjelasan mengenai tugas-tugas yang harus
dikerjakan sangat membantu pegawai dalam melaksanakan setiap pekerjaan yang
diberikan.
Berdasarkan angket yang telah disebarkan kepada 34 responden, peneliti
mendapatkan penilaian dari responden yang dapat dilihat pada tabel IV.15 yaitu
sebagai berikut:
52
Tabel IV.13
Jawaban Responden mengenai Pemimpin menjelaskan tugas-tugas yang
harus dikerjakan kelompok
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
7
23
4
-
-
35
92
12
-
-
25,18
66,18
8,64
-
-
Jumlah 34 139 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel IV.13 di atas, diketahui bahwa banyaknya pegawai yang
menyatakan sangat setuju 7 orang, atas adanya penjelasan dari pimpinan
mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok/bagian.Sebanyak 23
orang lainnya menyatakan setuju. Hal tersebut berarti bahwa Penjelasan mengenai
tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok sudah dilaksanakan namun
belum maksimal,karena masih ada 4 responden yang menjawab ragu-ragu.
4.2.2.1.1.2.Memberitahukan cara melakukan suatu pekerjaan
Selain memberikan perintah seorang pemimpin juga harus mampu
memberitahukan kepada para bawahan/pegawai tentang bagaimana cara
melakukan suatu pekerjaan. Karena perintah kerja akan lebih efektif jika disertai
dengan contoh pengerjaannya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti di
kantorBKPP Kota Sukabumi, penjelasan mengenai cara melakukan suatu
pekerjaan sangat diperlukan oleh pegawai untuk mengurangi tingkat kesalahan
kerja.
53
Angket yang telah disebar kepada responden menunjukkan penilaian responden
terhadap pimpinan memberitahukan kepada para pegawai tentang bagaimana cara
melakukan suatu pekerjaan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.14
Jawaban Responden mengenai Pemimpin memberitahukan kepada para
pegawai tentang bagaimana cara melakukan suatu pekerjaan
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
6
17
9
1
1
30
68
27
2
1
23,44
53,12
21,09
1,57
0,78
Jumlah 34 128 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Mayoritas responden yaitu sebanyak 17 orang yang menjawab setuju dan 6
responden menjawab sangat setuju terhadap pernyataan mengenai pimpinan
memberitahukan kepada para pegawai tentang bagaimana cara melakukan suatu
pekerjaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepala BKPP Kota Sukabumi telah
menjalankan tugasnya memberitahukan kepada para pegawai tentang bagaimana
cara melakukan suatu pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka agar
hasilnya baik namun masih kurang maksimal, karena masih ada 9 responden yang
menjawab ragu-ragu dan 1 responden yang menjawab tidak setuju, serta 1
responden lainnya yang menjawab sangat tidak setuju.
4.2.2.1.1.3.Menetapkan hubungan kerja
Penetapan hubungan kerja yang jelas antara pegawai yang satu dengan yang
lainnya, akan dapat menghindari terjadinya tumpang tindih pekerjaan ataupun
melalaikan pekerjaan. Dengan adanya penetapan hubungan kerja antara pegawai
54
yang satu dengan yang lainnya tidak akan terjadi saling mengandalkan dan hal ini
akan mempermudah pimpinan dalam mengontrol kinerja bawahan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di BKPP Kota Sukabumi yang telah
disebarkan kepada responden, maka peneliti memperoleh penilaian pegawai
terhadap pernyataan Pemimpin menetapkan hubungan kerja yang jelas antara satu
orang dengan orang yang lain yaitu sebagai berikut:
Tabel IV.15
Jawaban Responden mengenai Pemimpin menetapkan hubungan kerja yang
jelas antar satu orang dengan orang lainnya
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
6
26
2
-
-
30
104
6
-
-
21,42
74,30
4,28
-
-
Jumlah 34 140 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel IV.15 di atas, bahwa banyaknya pegawai yang
menyatakansetuju 26 orang, mengenai pimpinan menetapkan hubungan kerja
yang jelas antar satu orang dengan orang lainnya dan sebanyak 6 orang
menyatakan sangat setuju. Penetapan hubungan kerja memang harus dilakukan
agar garis koordinasi menjadi jelas adanya, sehingga tidak menimbulkan
kebingungan bagi pegawai. Hal tersebut akan berdampak positif pada kinerja
pegawai karena tiap-tiap pegawai mengetahui alur kerjanya dengan baik.
Mengenai 2 responden yang menjawab ragu-ragu, mungkin dikarenakan mereka
masih pegawai baru sehingga perlu penjelasan yang lebih detail dari kepala
BKPP.
4.2.2.1.1.4. Melakukan instruksi kepada bawahan
55
Melakukan instruksi kepada bawahan merupakan salah satu tugas pimpinan.Tidak
semua pegawai memiliki kreativitas dan kemampuan berinovasi.Pegawai juga
memiliki keterbatasan sebagimana halnya pemimpin. Sebagai seorang pimpinan,
memberikan instruksi yang jelas kepada pegawai berarti mempercepat proses
pencapaian tujuan organisasi dan seminimal mungkin menghindari kesalahan
kerja. Untuk hasil kerja yang optimal, instruksi pimpinan kepada bawahan sangat
diperlukan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di BKPP Kota Sukabumi, pemberian
instruksi yang jelas kepada para bawahan sangat diperlukan karena akan
berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Angket yang telah disebarkan kepada responden menunjukkan penilaian
responden terhadap pimpinan melakukan instruksi yang jelas kepada para
bawahan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.16
Jawaban Responden mengenai Pimpinan melakukan instruksi yang jelas
kepada para bawahan
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
9
21
4
-
-
45
84
12
-
-
31,91
59,58
8,51
-
-
Jumlah 34 141 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Mayoritas responden yaitu sebanyak 21 orang menjawab setuju terhadap
pernyataan mengenai pimpinan melakukan instruksi yang jelas kepada para
bawahan, 9 orang menyatakan setuju.Namun masih ada 4 responden yang
menjawab ragu-ragu.Hal tersebut menunjukkan bahwa kepala BKPP Kota
56
Sukabumi telah melakukan instruksi yang jelas kepada para bawahan sebagai
upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai. Namun Gaya penyampaian untuk 4
pegawai yang menjawab ragu-ragu harus berbeda, kemungkinan dikarenakan oleh
tingkat kematangan kerjanya tidak sama.
4.2.2.1.1.5.Memberitahukan cara mendapatkan hadiah
Pemberian bonus atau hadiah kepada bawahan yang memperlihatkan prestasi
kerja yang baik, jujur, berdedikasi, mempunyai loyalitas, rajin dan lain-lain dalam
bentuk materiil memang dapat menjadi motivasi bagi para pegawai untuk bekerja
lebih baik dan lebih giat lagi.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di BKPP Kota Sukabumi, serta
angket yang disebarkan kepada responden, maka peneliti memperoleh penilaian
para pegawai terhadap pernyataan pimpinan mengatakan kepada para pegawai
bagaimana cara mendapatkan hadiah yaitu sebagai berikut:
Tabel IV.17
Jawaban Responden mengenai Pimpinan mengatakan kepada para pegawai
bagaimana cara mendapatkan hadiah
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
5
4
3
2
1
7
18
7
1
-
35
72
21
2
-
27,00
55,50
16,00
1,50
-
Jumlah 34 131 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar pegawai menyatakan
pimpinan tidak pernah mengatakan kepada para pegawai bagaimana cara
mendapatkan hadiah. Ini ditunjukkan dari hasil angket dimana sebanyak 18orang
57
menjawab tidak setuju dan 7 orang responden menjawab sangat tidak setuju.
Namun masih ada 7 responden yang menjawab ragu-ragu dan 1 responden yang
menjawab setuju.
Kiranya dapat dipahami mengapa kepala BKPP tidak mengatakan kepada para
bawahan tentang bagaimana cara mendapatkan hadiah, karena di instansi kerja
mereka memang tidak memberlakukan sistem seperti itu sebagaimana biasa
dilakukan di perusahaan-perusahaan swasta.
4.2.2.2. Selling
Gaya kepemimpinan Selling adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai macam kegiatan yang akan dilakukan oleh pemimpin setelah mendengar
masukan/saran dari bawahan.
Gaya Sellingakan efektif jika diterapkan pada bawahan yang memiliki
kemampuan tinggi, namun kemauan rendah. Ciri-cirinya antara lain: kadar
direktif rendah, kadar suportif tinggi, komunikasi dilakukan timbal balik, masih
memberikan pengarahan yang spesifik, pimpinan secara bertahap memberikan
tanggung jawab kepada pegawai walaupun bawahan masih dianggap belum
mampu, tingkat kematangan bawahan rendah sampai sedang.
4.2.2.2.1. Menunjukkan hal-hal yang menarik Minat kerja Pegawai
Menunjukkan hal-hal yang dapat menarik minat kerja pegawai merupakan cara
untuk memotivasi pegawai. Dengan menunjukkan hal-hal yang menarik, pegawai
akan merasa terpacu semangatnya dalam bekerja sehingga mereka berusaha untuk
58
menampilkan kinerja terbaik yang mereka miliki. Motivasi kerja pegawai
memang ada yang berasal dari dalam diri pegawai namun bisa juga dibangkitkan
dari luar oleh lingkungan atau pimpinan, seperti dengan menunjukkan hal-hal
yang menarik minat kerja pegawai tersebut.
Berikut ini adalah hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di BKPP Kota
Sukabumimengenai pimpinan menunjukkan ha-hal yang dapat menarik minat
kerja pegawai, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.18
Jawaban Responden mengenai Pimpinan menunjukkan hal-hal yang dapat
menarik minat kerja pegawai
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
5
4
3
2
1
5
26
3
-
-
25
104
9
-
-
18,11
75,37
6,52
-
-
Jumlah 34 138 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas mayoritas responden menjawab tidak setuju sebanyak 26
orang mengenai pimpinan menunjukkan hal-hal yang dapat menarik minat kerja
pegawai sehingga dapat maningkatkan kinerja mereka.Sebanyak 5responden
menjawab setujutidak setuju. Hal ini mengindikasikan bahwa kepala BKPP Kota
Sukabumi tidak pernah menunjukkan hal-hal yang dapat menarik minat kerja
pegawai.Kemungkinan hal ini terjadi karena memang tidak ada dalam program
kerja dan anggaran mereka, padahal bagi pegawai hal-hal yang menarik minat
kerja sangat dibutuhkan untuk memacu semangat kerja.
4.2.2.2.2.Mengembangkan suasana bersahabat
59
Seorang pimpinan harus mampu menciptakan suasana yang bersahat bagi para
bawahannya agar para bawahan merasa aman, nyaman dan tenteram dalam
bekerja. Segala kesulitan akan terasa mudah ketika banyak sahabat yang
membantu, pekerjaan yang berat akan terasa ringan ketika kita tidak merasa
sendiri memikulnya. Adalah tugas seorang pimpinan harus mampu menciptakan
suasa bersahabat bagi para bawahannya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di
kantorBKPP Kota Sukabumi melalui angket yang telah peneliti sebarkan kepada
para responden, maka dapat diketahui penilain para pegawai terhadap upaya
mengembangkan suasa bersahabat yang dilakukan oleh kepala BKPP Kota
Sukabumi, yaitu sebagi berikut:
Tabel IV.19
Jawaban Responden mengenai Pimpinan berupaya mengembangkan
suasana bersahabat
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
3
27
4
-
-
15
108
12
-
-
11,11
80
8,89
-
-
Jumlah 34 135 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak
27 orang menjawab setuju terhadap peryataan mengenai pimpinan berupaya
mengembangkan suasana bersahabat. 3 orang lainnya menjawab sangat setuju
terhadap pernyataan tersebut. Hal ini memebuktikan bahwa selama ini kepala
BKPP Kota Sukabumi telah berupaya mengembangkan suasana bersahabat di
lingkungan pegawai kantor BKPP Kota Sukabumi, untuk menciptakan suasana
60
yang kondusif dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai. Namun masih ada
pegawai yang menawab ragu-ragu sebanyak 4 orang. Kemungkinan hal ini
disebabkan oleh perbedaan kematangan psikologis, sehingga kepala BKPP tidak
dapat memberlakukan gaya kepemimpinan yang sama bagi mereka
4.2.2.2.3.Memberi kesempatan menyampaikan perasaan dan perhatian
Pemimpin yang baik hendaknya tidak hanya menuntut kepada bawahan untuk
mendengarkan semua perintah dan perkataannya, tetapi juga harus diimbangi
dengan kemauan mendengar suara bawahan.Seorang pemimpin juga harus
memberi kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan perasaannya, karena
pegawai juga butuh perhatian dari pimpinannya. Jika dilakukan, hal ini akan dapat
menciptakan suasana kerja yang kondusif dan bersahabat.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di kantor
BKPP Kota Sukabumi melalui angket yang telah peneliti sebarkan kepada para
responden, maka dapat diketahui penilain para pegawai terhadap pernyataan
pimpinan memberi kesempatan kepada para pegawai untuk menyampaikan
perasaan dan perhatiannya, yaitu sebagi berikut:
Tabel IV.20
Jawaban Responden mengenai Pimpinan memberikan kesempatan kepada
para pegawai untuk menyampaikan perasaan dan perhatiannya
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
7
25
2
-
-
35
100
6
-
-
24,82
70,92
4,26
-
Jumlah 34 141 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
61
Berdasarkan tabel di atas, 7 orang responden menjawab sangat setujun terhadap
pernyataan pimpinan memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk
menyampaikan perasaan dan perhatiannya, dan 25 responden lainnya menyatakan
setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepala BKPP Kota Sukabumiadalah
pimpinan yang mau mendengar keluhan, kritik dan saran dari para pegawai.
Namun masih ada 2 responden yang menjawab ragu-ragu. Artinya bahwa kepala
BKPP perlu menggunakan gaya yang berbeda untuk kedua pegawainya ini.
4.2.2.2.4.Memperhatikan konflik pegawai
Konflik yang terjadi diantara para pegawai baik secara langsung mapun tidak,
sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kinerja pegawai, karenanya adalah
kewajiban pimpinan untuk mencegah jangan sampai timbul konflik diantara para
pegawai. Pimpinan harus memperhatikan konflik antar pegawai supaya tidak
menjadi penyebab suasana kerja tidak kondusif yang akan berdampak pada
kinerja seluruh pegawai.
Tabel IV.21
Jawaban Responden mengenai Pimpinan memperhatikan konflik-konflik
yang terjadi pada anggota kelompok pegawai
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
5
4
3
2
1
6
23
5
-
-
30
92
15
-
-
21,90
76,15
10,95
-
-
Jumlah 34 137 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Mayoritas responden yaitu sebanyak 6 orang menjawab sangat tidak setuju
terhadap pernyataan mengenai pimpinan memperhatikan konflik-konflik yang
62
terjadi pada anggota kelompok pegawai, sementara 23 orang lainnya menjawab
tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian pimpinan kepada konflik
bawahan kurang baik.Namun ada 5 orang responden yang menjawab ragu-
ragu.Artinya dalam beberapa kasus mungkin Kepala BKPP masih
peduli.Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada pimpinan ternyata menurut
kepala BKPPdiantara para pegawainya memang sangat jarang terjadi konflik.
4.2.2.2.5.Pemberian hadiah kepada para pegawai
Pemberian hadiah kepada pegawai yang berprestasi, jujur, loyal, kreatif, dan rajin
adalah wajar, sebagai bentuk perhatian sekaligus motivasi bagi pegawai lainnya,
agar mereka semua tidak hanya memiliki kemampuan yang tinggi tetapi juga
memiliki kemauan yang tinggi, sehingga kinerja mereka menjadi baik.
Angket yang telah disebarkan kepada responden menunjukkan penilaian
responden terhadap pemberian hadiah kepada pegawai untuk meningkatkan
kinerja pegawai, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.22
Jawaban Responden mengenai Pimpinan memberi hadiah kepada para
pegawai agar selalu bersemangat kerja
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
5
4
3
2
1
10
20
4
-
-
50
80
12
-
-
35,21
56,34
8,45
-
-
Jumlah 34 142 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Mayoritas responden yaitu sebanyak 10 orang menjawab sangat tidak setuju
terhadap pernyataan pimpinan memeberi hadiah kepada para pegawai agar selalu
63
bersemangat dalam kerja, sementara 20 orang responden menjawab tidak setuju.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kepala BKPP Kota Sukabumi tidak pernah
memotivasi para pegawainya dengan pemberian hadiah. Walaupun pemotivasian
dengan memberikan hadiah secara teori dianjurkan. Namun masih ada 4
responden yang menjawab ragu-ragu. Mungkin, motivasi dalam bentuk lain masih
tetap diberikan oleh kepala BKPP.
4.2.2.3.Participating
Gaya kepemimpinan participating adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan
dan bawahan.
Gaya partisipatif penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan rendah
namun memiliki kemauan kerja tinggi. Ciri-ciri kepemimpinan partisipatif ini
mencakup antara lain: pemimpin melakukan komunikasi dua arah, secara aktif
mendengar dan merespon segenap kesukaran bawahan, mendorong bawahan
untuk menggunakan kemampuan secara maksimal dalam operasional, melibatkan
bawahan dalam pengambilan keputusan, mendorong bawahan untuk
berpartisipasi, tingkat kematangan bawahan sedang sampai tinggi.
Kepemimpinan partisipatif juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka,
bebas atau non direktive. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit
memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan
informasi mengenai atau permasalahan dan memberikan kesempatan kepada
64
anggota tim untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin
adalah mengarahkan tim kepada tercapainya konsensus.
Asumsi yangmendasari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa para karyawan akan
lebih siap menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan dan strategi dimana
mereka diberdayakan untuk mengembangkannya.
4.2.2.3.1. Mengajak pegawai merumuskan tujuan
Pada kepemimpinan demokratis, biasanya pegawai diikutsertakan dalam
merumuskan tujuan organisasi.Mengajak pegawai merumuskan tujuan organisasi
secara tidak langsung telah mengikat si pegawai untuk mau ikut
bertanggungjawab akan hasil pekerjaan dan proses pencapaian tujuan organisasi.
Hal ini jika dilakukan akan menumbuhkan rasa keikatan yang tinggi kepada
instansi.
Untuk mengetahui jawaban responden mengenai, seluruh pegawai diikutsertakan
dalam proses merumuskan tujuan, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel IV.23
Jawaban Responden mengenai Pimpinan mengajak seluruh pegawai
bersama-sama merumuskan tujuan
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
5
4
3
2
1
7
24
3
-
-
35
96
9
-
-
25
68,57
6,43
-
-
Jumlah 34 140 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 7 responden menjawab sangat tidak
setuju dan 24 lainnya menjawab tidak setuju atas pernyataan seluruh pegawai
65
diikutsertakan dalam merumuskan tujuan. Hal ini senada dengan hasil wawancara
yang peneliti lakukan, bahwa tidak semua pegawai diikutsertakan dalam
merumuskan tujuan, karena tujuan BKPP sudah jelas dan baku tercantum dalam
tupoksi dan visi misi, mereka hanya tinggal melaksanakan. Kalaupun ada proses
perumusan tujuan baru atau perubahan, hanya bagiantertentu saja yang dilibatkan.
4.2.2.3.2.Bekerjasama dengan semua pegawai untuk menyusun tugas
Bekerjasama dengan semua pegawai untuk menyusun tugas masing-masing
bagian, biasanya dilakukan oleh seorang pimpinan untuk memberikan instruksi
dan pengarahan kepada para pegawainya, selanjutnya proses tersebut akan di
delegasikan kepada bawahan.
Berikut ini adalah jawaban responden mengenai pernyataan bahwa pimpinan
mereka bekerjasama dengan seluruh pegawai untuk menyusun tugas. Hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikkut ini:
Tabel IV.24
Jawaban Responden mengenai Pimpinan bekerja sama dengan semua
pegawai untuk menyusun tugasnya masing-masing
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat TidakSetuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
5
4
3
2
1
4
29
1
-
-
20
116
3
-
-
14,40
83,45
2,15
-
-
Jumlah 34 139 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas mayoritas responden atau 29 orang menjawab tidak
setuju dan 4 orang lainnya menjawab sangat tidak setuju atas pernyataan
pimpinan bekerja sama dengan seluruh pegawai dalam menyusun tugas masing-
66
masing. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan, bahwa tiap
bagian menyusun tugasnya masing-masing, kepala BKPP hanya memberikan
instruksi, pengarahan, dan bimbingan saja, karena menurut penilaian kepala
BKPP kematangan kerja pegawai BKPP termasuk ke dalam kategori tinggi
4.2.2.3.3.Menggunakan Partisipasi anggota kelompok untuk komunikasi
Dalam melakukan pengawasan kepada para bawahan, seorang pimpinan dapat
memanfaatkan kepala-kepala bagian atau atasan langsung dari para pegawainya.
Begitu pula dalam hal berkomunikasi, terutama untuk mengungkap suatu
permasalahan yang dihadapi pegawai, khususnya masalah pribadi pegawai yang
akan berdampak pada kualitas kerja pegawai, seorang pimpinan dapat
menggunakan perantara pegawai lain untuk mencari informasi dan data.
Untuk mengetahui jawaban responden mengenai pimpinan menggunakan
partisipasi anggota kelompok untuk melancarkan komunikasi antar pegawai,
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.25
Jawaban Responden mengenai Pimpinan menggunakan partisipasi anggota
kelompok untuk melancarkan komunikasi antar pegawai
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
8
23
3
-
-
40
92
9
-
-
28,37
65,25
6,38
-
-
Jumlah 34 141 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel diatas mayoritas responden yaitu sebanyak 23 orang menjawab
setuju dan 8 orang lainnya menjawab sangat setuju terhadap pernyataan mengenai
pimpinan menggunakan partisipasi anggota untuk melancarkan komunikasi antar
67
pegawai. Hanya 3 orang responden saja yang menjawab ragu-ragu. Hal ini senada
dengan pernyataan kepala BKPP yang menyatakan bahwa partisipasi para kepala
bagian, kepala bidang maupun kepala subbidang, sangat diperlukan untuk
melancarkan komunikasi dengan pegawai karena mereka semua atasan langsung
dalam hal teknis. Sehingga kepala badan lebih mudah dalam membimbing dan
mennyampaikan kebijakan-kebijakan kepada para pegawai.
4.2.2.3.4.Memperhatikan kerja kelompok daripada kompetisi individu
Karena BKPP merupakan lembaga teknis yang terdiri dari beberapa subbagian,
bidang-bidang, dan beberapa subbidang, maka perhatian, pengawasan dan dan
koordinasi kepala badan jarang bersentuhan langsung dengan pegawai pelaksana.
Oleh karenanya wajar bila kepala badan lebih memperhatikan kerja kelompok
daripada kompetisi individu.
Untuk mengatahui jawaban pegawai kantor BKPP Kota Sukabumi, para pegawai
tersebut diminta untuk memberikan pendapat mengenai pimpinan lebih
memperhatikan kerja kelompok daripada kompetisi individu. Hasil jawaban yang
diperoleh dari para pegawai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.26
Jawaban Responden mengenai Pimpinan lebih memperhatikan kerja
kelompok daripada kompetisi individual
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
9
22
3
-
-
45
88
9
-
-
31,69
61,97
6,34
-
-
Jumlah 34 142 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
68
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu
sebanyak 22 orang menawab setuju terhadap pernyataan mengenai pimpinan
lebih memperhatikan kerja kelompok daripada kompetisi individual. Sementara 9
orang lainnya menjawab sangat setuju dengan pernyatan tersebut. Hanya 3
responden saja yang menjawab ragu-ragu. Hal ini menunjukkan bahwa kepala
BKPP lebih memperhatikan kerja kelompok daripada individu, padahal menurut
hasil wawancara peneliti dengan beberapa pegawai, mereka juga butuh perhatian
secara individu, karena dalam kenyataannya tidak semua pegawai memiliki
kemauan yang sama dalam bekerja, walaupun mereka miliki kemampuan.
4.2.2.3.5.Memberi kesempatan kepada pegawai untuk mendiskusikan
masalah dengan pimpinan
Pemimpin yang baik harus mau menyediakan waktu untuk para pegawai
mendiskusikan masalah pekerjaan dengannya. Hal ini sangat penting dalam upaya
meningkatkan kinerja. Dengan berdiskusi, setiap masalah pekerjaan yang dihadapi
oleh pegawai akan ditemukan solusinya yang tepat. Melalui diskusi seorang
pimpinan juga dapat mengontrol kualitas pekerjaan pegawainya.
Tabel IV.27
Jawaban Responden mengenai Pimpinan memberikan kesempatan kepada
para pegawai untuk mendiskusikan masalah-masalah dengan pimpinan
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
SangatSetuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangattidaksetuju
5
4
3
2
1
6
18
8
1
1
30
72
24
2
1
23,07
55,38
18,46
1,53
0,76
Jumlah 34 130 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
69
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban responden sangat
bervariasi,18 responden menjawab setuju atas pernyataan pimpinan memberikan
kesempatan kepada para pegawai untuk mendiskusikan masalah-masalah
pekerjaan dengan pimpinan. 6 orang lainnya menjawab sangat setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa kepala BKPP selalu menyediakan waktu untuk para
pegawainya mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan yang mereka hadapi.
Karena dengan memberikan kesempatan kepada para pegawai untuk
mendiskusikan masalah pekerjaan dengan pimpinan akan menumbuhkan rasa
percaya diri kepada para pegawai untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan
hasil yang maksimal. Namun masih ada 8 responden yang menjawab ragu-ragu, 1
responden yang menjawab tidak setuju dan 1 responden lainnya menjawab sangat
tidak setuju. Sepertinya kepala BKPP memang harus menguasai berbagai macam
gaya kepemimpinan untuk dapat memimpin secara maksimal.
4.2.2.4.. Delegating
Gaya kepemimpinan delegating adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada
bawahan.
Gaya delegatif biasanya diterapkan pada bawahan yang memiliki kemampuan
tinggi dan kemauan tinggi. Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri antara
lain: memberikan pengarahan bila diperlukan saja, memberikan suport dianggap
tidak perlu lagi, penyerahan tanggung jawab kepada bawahan untuk mengatasi
70
dan menyelesaikan tugas, tidak perlu memberi motivasi, tingkat kematangan
bawahan tinggi.
4.2.2.4.1. Menyerahkan kewenangan pengawasan pada bawahan
Salah satu gaya kepemimpinan yang bisa dilakukan oleh seorang pemimpin
adalah gaya delegatif, gaya ini sangat mungkin dilakukan jika bawahan memiliki
tingkat kematangan yang cukup tinggi. Dalam hal pengawasan, ada berbagai
macam cara yang dapat dilakukan oleh seorang pimpinan, apalagi jika si pimpinan
jarang berada ditempat karena harus dinas ke luar kota. Menyerahkan kewenangan
pengawasan kepada bawahan adalah cara yang paling bijaksana. Sehingga
pimpinan dapat mengerjakan beberapa pekerjaan dalam waktu yang bersamaan
tanpa mengabaikan tugas pengawasan.
Untuk mengetahui apakah kepala BKPP Kota Sukabumi melakukan penyerahan
wewenang pengawasan kepada bawahan, peneliti meminta para pegawai BKPP
Kota Sukabumi untuk menyampaikan pendapatnya melalui angket yang peneliti
sebarkan. Adapun jawaban dari pernyataan bahwa pemimpin menyerahkan
wewenang pengawasan kepada bawahan, dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.28
Jawaban Responden mengenai Pimpinan menyerahkan kewenangan
pengawasan kepada bawahan
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
7
25
2
-
-
35
100
6
-
-
24,82
70,93
4,25
-
-
Jumlah 35 141 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
71
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 25
orang atau 70,93% menjawab setuju terhadap pernyataan pimpinan
mendelegasikan kewenangan pengawasan kepada bawahan. Dan 7 responden
menjawab sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa kepala BKPP Kota
Sukabumi juga menjalankan gaya kepemimnan delegatif dalam hal pengawasan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala BKPP Kota Sukabumi, hal
ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai,
mengingat kepala BKPP sering mendapat tugas ke luar kota sementara tugas
pengawasan harus tetap dijalankan, maka mendelegasikan wewenang pengawasan
kepada bawahan adalah cara yang paling tepat.
4.2.2.4.2. Memberi kepercayaan penuh kepada pegawai
Memberi kepercayaan kepada pegawai dalam melaksanakan tugas adalah sebuah
hal yang wajar dilakukan oleh seorang pemimpin. Apalagi jika diketahui bahwa
tingkat kematangan pegawai akan pekerjaan dan kematangan psikologisnya
tergolong ke dalam katagori tinggi. Namun demikian, koordinasi antara pimpinan
dengan baawahan tidak boleh dilepaskan sebagai salah satu bentuk kontrol akan
kualitas kerja bawahan.
Untuk mengetahui jawaban pegawai BKPP Kota Sukabumi, para pegawai tersebut
diminta untuk memberikan pendapat mengenai pimpinan memberikan
kepercayaan penuh kepada pegawai. Hasil jawaban yang diperoleh dari angket
yang telah disebar pada pegawai BKPP Kota Sukabumi, dapat kita lihat pada tabel
berikut ini:
Tabel IV.29
72
Jawaban Responden mengenai Pimpinan memberikan kepercayaan penuh
kepada para pegawai
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat tidak setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
5
4
3
2
1
7
22
5
-
-
35
88
15
-
-
25,36
63,77
10,87
-
-
Jumlah 34 138 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas, jawaban responden sangat bervariasi. Mayoritas
responden yaitu sebanyak 22 orang menjawab tidak setuju, dan 7 orang lainnya
menjawab sangt tidak setuju dengan pernyataan pimpinan memberikan
kepercayaan penuh kepada para pegawai. Namun masih ada 5 orang responden
yang menjawab ragu-ragu. Hal ini mengindikasikan bahwa mungkin kepala BKPP
memberikan kepercayaan kepada para pegawai, namun tidak melepasnya begitu
saja, melainkan masih menerapkan kontrol/pengawasan kepada para pegawai
melalui para kepala bidang.
4.2.2.4.3. Memberi kesempatan berinovasi
Jika dalam suatu organisasi memiliki pegawai yang tingkat kematangannya sangat
tinggi, maka kurang bijaksana jika pimpinan tidak memberikan kesempatan
kepada para pegawainya untuk berinovasi. Karena karakteristik pegawai yang
memiliki tingkat kematangan sangat tinggi adalah sangat kreatif, inovatif dan
bertanggungjawab.
Untuk mengetahui jawaban pegawai BKPP Kota Sukabumi mengenai pemberian
kesempatan berinovasi, peneliti meminta para pegawai memberikan pendapat
mereka mengenai pemberian kesempatan berinovasi melalui angket yang sudah
73
peneliti sebar. Adapun hasil jawaban yang diperoleh dari para pegawai BKPP
Kota Sukabumi adalah sebagaimana tampak pada tabel berikut ini:
Tabel IV.30
Jawaban Responden mengenai Pimpinan memberikan kesempatan kepada
semua pegawai untuk berinovasi
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
5
4
3
2
1
8
24
2
-
-
40
96
6
-
-
28,17
67,60
4,23
-
-
Jumlah 34 142 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak
24 orang menjawab tidak setuju terhadap pernyataan mengenai pimpinan
memberikan kesempatan kepada semua pegawai untuk berinovasi. Dan 8
responden menjawab sangat tidak setuju.Hal ini menunjukkan bahwa Kepala
BKPP Kota Sukabumi sangat hati-hati dalam menjalankan kewenangannya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala BKPP Kota Sukabumi
diperoleh pernyataan, kepala BKPP Kota Sukabumi berusaha menjalankan tugas
sesuai dengan koridor aturan yang ada, tidak mau macam-macam karena akan
berdampak negatif kepada semua.
4.2.2.4.4. Memberi pendelegasian tugas
Mendelegasikan tugas kepada bawahan adalah salah satu cara bagi seorang
pimpinan jika memang beban pekerjaan yang diembannya sangat banyak, atau
pimpinan sedang berhalangan untuk melaksanakan tugas pekerjaannya. Dalam
mendelegasikan tugas pekerjaan kepada bawahan, seorang pimpinan harus jeli
74
melihat kemampuan, kemanuan dan rasa tanggungjawab dari bawahannya. Tidak
semua bawahan dapat menerima pendelegasian tugas dari pimpinan.
Untuk mengetahui jawaban pegawai BKPP Kota Sukabumi, para pegawai tersebut
diminta untuk memberikan pendapatnya mengenai pendelegasian tugas kepada
bawahan. Hasil jawaban yang diperoleh setelah peneliti menyebarkan angket
kepada 35 orang responden adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.31
Jawaban Responden mengenai Pimpinan memberikan pendelegasian tugas
kerja kepada para pegawai
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1
2
21
5
-
-
10
84
15
-
-
7,60
64,00
11,40
-
-
Jumlah 34 132 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapt dilihat bahwa 2 responden menjawab sangat setuju
dan 21 orang lainnya menjawab setuju atas pernyataan mengenai pimpinan
memberikan pendelegasian tugas kerja kepada para pegawai. Namun ada 5
responden yang menjawab ragu-ragu. Hal ini menunjukkan bahwa kepala BKPP
Kota Sukabumi mempercayai para pegawainya mampu melakukan tugas dengan
baik, sehingga jika pimpinan berhalangan untuk mengerjakan tugas, dapat
mendelegasikan tugas tersebut kepada para pegawainya.
4.2.2.4.5. Menugaskan pegawai menghadiri rapat dinas
Rapat dinas adalah rapat yang sifatnya sangat penting menyangkut masalah
pekerjaan kantor, apakah mengenai laporan kinerja, perumusan tujuan,
penganggaran, maupun isu-isu politik yang berkembang. Rapat dinas biasanya
dihadiri oleh pucuk pimpinan di berbagai lembaga, instansi, maupun organisasi.
75
Dalam kenyataannya, rapat dinas dapat diwakilkan kepada sekretaris atau pegawai
lainnya yang dianggap kompeten oleh pimpinan.
Untuk mengetahui apakah kepala BKPP Kota Sukabumi mendelegasikan kepada
pegawai untuk mengahadiri rapat dinas atau selalu menghadirinya sendiri, peneliti
meminta para pegawai memeberikan pendapatnya mengenai hal tersebut melalui
angket yang telah peneliti sebar kepada 34 responden. Hasil jawaban yang
diperoleh dari responden adalah sebagimana terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.32
Jawaban Responden mengenai Pimpinan menugaskan pegawai untuk
menghadiri rapat dinas
Pilihan Jawaban Skor Frekuensi Total Skor %
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
5
4
3
2
1
4
26
4
-
-
20
104
12
-
-
14,70
76,50
8,80
-
-
Jumlah 34 136 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak
26 orang menjawab tidak setuju dan 4 orang lainnya menjawab sangat tidak
setuju terhadap pernyataan pimpinan menugaskan pegawai untuk menghadiri
rapat dinas. Hanya 4 orang responden saja yang menjawab ragu-ragu. Hal ini
manunjukkan bawa kepala BKPP selalu berusaha untuk hadir dalam setiap rapat
dinas dinas yang mengharuskannya hadir. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan kepala BKPP Kota Sukabumi diperoleh keterangan bahwa jika tidak
berhalangan, kepala BKPP selalu menyempatkan diri menghadiri rapat dinas, jika
berhalangan maka beliau akan mengirim sekretarisnya untuk mewakili beliau.
Setelah mengetahui nilai akumulasi variabel gaya kepemimpinan (Y), yaitu total
dari skor 1 + skor 2 + skor 3+ skor 4+ skor 5+ skor 6+ skor 7+ skor 8+ skor 9+
76
2753
skor 10+ skor 11+ skor 12+ skor 13+ skor 14+ skor 15+ skor 16 +skor 17+ skor
18+ skor 19+ skor 20 = 1668, maka kemudian dapat dihitung nilai indeks
minimum sehingga dapat diketahui apakah gaya kepemimpinan yang dilakukan
oleh kepala BKPP Kota Sukabumi termasuk kepada interval sangat rendah (SR),
rendah (R), sedang (S), tinggi (T), atau sangat tinggi (ST), melalui garis interval
yang digambarkan serta dijelaskan sebagai berikut:
1. Sangat Rendah (SR) : 20 item x 34responden x 1 (nilai skor) = 680
2. Rendah (R) : 20 item x 34 responden x 2 (nilai skor) = 1360
3. Sedang (S) : 20 item x 34 responden x 3 (nilai skor) = 2040
4. Tinggi (T) : 20 item x 34 responden x 4 (nilai skor) = 2720
5. Sangat Tinggi (ST) : 20 item x 34 responden x 5 (nilai skor) = 3400
Hasil perhitungan total skor dari variabel gaya kepemimpinan sebesar 2753, dapat
digambarkan tahapan sebagai berikut:
SR R S T ST
0 680 1360 2040 2720 3400
Gambar 4. 1
Tingkat Gaya Kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala BKPP Kota
Sukabumi
Berdasarkan gambar 4.1, dapat diketahui bahwa nilai variabel gaya
kepemimpinan terletak pada interval Tinggi (S3) dan Sangat Tinggi (S4),
menurut teori, tetapi lebih mendekati pada interval Tinggi (S3). Sehingga
menunjukkan bahwa pelaksanaan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh
77
kepala BKPP Kota Sukabumi sudah sesuai dengan tingkat kematangan
bawahannya.
Untuk analisis item dihitung dengan menggunakan korelasi Product Moment
Pearson dengan rumus sebagai berikut:
dimana:
ri = Koefisien validitas
X = Skor salah satu pernyataan
Y = Total skor pernyataan-
n = Jumlah responden
Sebelum data dianalisis lebih lanjut, maka perlu dilakukan pengujian Validitas
dan Reliabilitasnya agar data yang telah dihasilkan benar-benar dapat
dipergunakan dalam analisis berikutnya.
4.2.3.Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kematangan Pegawai
4.2.3.1. Pengujian Validitas Kematangan Pegawai
Syarat minimum untuk dapat dianggap memenuhi syarat adalah apabila nilai r =
0,3. Jadi apabila korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3maka butir
dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid. Sebelum data dianalisa, terlebih
dahulu data yang berbentuk ordinal diubah menjadi data interval dengan
menggunakan Software Suc. 97 (data dapat dilihat pada lampiran). Adapun hasil
dari pengujian validitas dengan menggunakan Software SPSS 16, yaitu sebagai
berikut:
78
Tabel IV. 33
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kematangan Pegawai
No. Butir
Instrumen r Hitung r Kritis Keputusan
1 0,494 0,3 Valid
2 0,342 0,3 Valid
3 0,400 0,3 Valid
4 0,477 0,3 Valid
5 0,449 0,3 Valid
6 0,352 0,3 Valid
7 0,553 0,3 Valid
8 0.485 0,3 Valid
9 0,341 0,3 Valid
10 0,413 0,3 Valid
11 0,608 0,3 Valid
12 0,406 0,3 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa korelasi antar
itemnomor 1 dengan skor total = 0,494, antar skor item nomor 2 dengan skor total
= 0,342 dan seterusnya. Dari uji validitas tersebut ternyata koefisien korelasi
semua item dengan skor total yaitu di atas nilai 0,3 sehingga semua butir
instrumen Kematangan Pegawai dinyatakan Valid. Item yang mempunyai nilai
validitas paling tinggi adalah nomor 11 yaitu 0,608 dan yang paling rendah item
nomor9yaitu 0,341. Artinya instrumen penelitian dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya.
4.2.3.2. Pengujian Reliabilitas Kematangan Pegawai
Pelaksanaan uji reliabilitas ini menggunakan rumus Apha Cronbach’s (dapat
dilihat pada bagian sebelumnya).Dalam perhitungan uji reliabilitas ini, peneliti
masih menggunakan SPSS 16. Adapun hasilnya yaitu sebagai berikut:
79
Tabel IV. 34
Hasil Uji Reliabilitas Item Instrumen Kematangan Pegawai
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013.
Hasil yang peneliti dapatkan dari perhitungan reliabilitas instrumen Kinerja
Pegawai melalui program SPSS 16 yaitu sebesar 0,626 skor tersebut melebihi nilai
0,3 sehingga dapat dinyatakan reliabel.
Berdasarkan hasil uji coba tersebut di atas, maka Kinerja Pegawai dinyatakan
sudah valid dan reliabel.Artinya instrumen penelitian dapat digunakan pada
analisis selanjutnya.
4.2.4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Gaya Kepemimpinan
4.2.4.1. Pengujian Validitas Gaya Kepemimpinan
Suatu instrumen dapat dikatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang
memang serta seharusnya diukur, sehingga masing-masing pernyataan dapat
mewakili keberadaan variabel tersebut. Syarat minimum untuk dianggap
Realibilitas Variabel X
N %
Valid 34 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 34 100,0
Cronbach's Alpha N of Items
,626 12
Case Processing Summary
Cases
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
80
memenuhi syarat adalah apabila r = 0,3. Jadi apabila korelasi antar butir dengan
skor total kurang dari 0.3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak
valid. Sebelum data dianalisa, terlebih dahulu data yang berbentuk ordinal diubah
menjadi data interval dengan menggunakan Software Suc.97 (data dapat dilihat
pada lampiran). Adapun hasil dari pengujian validitas dengan menggunakan
Software SPSS 16, yaitu sebagai berikut:
Tabel IV. 35
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Gaya kepemimpinan
No. Butir
Instrumen
r Hitung r Kritis Keputusan
1 0,423 0,3 Valid
2 0,540 0,3 Valid
3 0,437 0,3 Valid
4 0,493 0,3 Valid
5 0,577 0,3 Valid
6 0,343 0,3 Valid
7 0,496 0,3 Valid
8 0,476 0,3 Valid
9 0,359 0,3 Valid
10 0,263 0,3 Valid
11 0,384 0,3 Valid
12 0,324 0,3 Valid
13 0,313 0,3 Valid
14 0,534 0,3 Valid
15 0,560 0,3 Valid
16 0,521 0,3 Valid
17 0,406 0,3 Valid
18 0,500 0,3 Valid
19 0,441 0,3 Valid
20 0,545 0,3 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013.
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa korelasi antar skor item no
1 dengan skor total = 0,423, antar item skor 2 dengan skor total = 0,540 dan
81
seterusnya. Berdasarkan hasil uji validitas tersebut, ternyata koefisien korelasi
semua item memiliki skor total diatas 0,3 sehingga semua butir instrument Gaya
Kepemimpinan tersebut dinyatakan Valid.
Item yang mempunyai nilai validitas tertinggi yaitu item nomor 5 dengan
koefisien korelasi 0,577 dan yang paling rendah adalah item nomor 10 dengan
koefisien korelasi 0,263.Artinya instrumen penelitian dapat digunakan pada
analisis berikutnya.
4.2.4.2. Pengujian Reliabilitas Gaya Kepemimpinan
Reliabilitas lebih menunjukkan pada tingkat baku suatu instrumen penelitian. Uji
reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat konsistensi dari
item kuesioner dalam setiap dimensi variabel yang diukur. Reliabilitas mencakup
tiga aspek penting yaitu alat ukur yang digunakan harus stabil, dapat diandalkan
dan dapat diramalkan, sehingga alat ukur tersebut mempunyai reliabilitas yang
tinggi atau dapat dipercaya. Pelaksanaan uji reliablitas dalam penelitian ini
menggunakan rumus Alpha Cronbach’s yang menggambarkan item-item baik
untuk format benar atau salah sekaligus untuk mengevaluasi internal consistency,
yaitu sebagai berikut:
Dimana:
= Nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach’s
= Jumlah item pertanyaan
= Varian masing-masing item
82
= Varians skor total.
Peneliti dalam melakukan perhitungan reliabilitas ini menggunakan SPSS 16.
Adapun hasilnya yaitu sebagai berikut:
Tabel IV. 36
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Gaya Kepemimpinan
Sumber: Hasil pengolahan data, 2013
Hasil yang peneliti dapatkan dari perhitungan reliabilitas instrumen Gaya
Kepemimpinan melalui program SPSS 16 yaitu sebesar 0,791, skor tersebut
melebihi nilai 0,3 sehingga dapat dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil tersebut
di atas, maka gaya kepemimpinan dinyatakan sudah valid dan reliabel, Artinya
instrumen penelitian dapat digunakan pada analisa selanjutnya.
4.2.5. Analisis Pengaruh Kematangan Kerja Pegawai Terhadap Gaya
Kepemimpinan KepalaBKPP Kota Sukabumi
Realibilitas Variabel Y
N %
Valid 34 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 34 100,0
Cronbach's Alpha N of Items
,791 20
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Case Processing Summary
Cases
83
4.2.5.1. Analisis Korelasi
PadaBagian iniakan dibahas dan dianalisis ada atau tidaknya pengaruh
Kematangan Kerja Pegawai terhadap Gaya Kepemimpinan. Sebelumnya dalam
menganalisa besarnya pengaruh kematangan kerja pegawai terhadap gaya
kepemimpinan kepalaBKPP kota Sukabumi, dengan menelaah indikator-indikator
yang merupakan komponen dari variabel bebas yaitu kematangan kerja pegawai
serta variabel terikat yaitu gaya kepemimpinan yang dinyatakan dalam
pernyataan-pernyataan dalam bentuk angket sebagai penjelasan dari variabel yang
sedang diteliti.
Adapun teknik analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan Software
SPSS16. Sedangkan perhitungan menggunakan rumus yaitu koefisien korelasi
yaitu sebagai berikut:
dimana:
ri = Koefisien validitas
X = Total skor pernyataan X
Y = Total skor pernyataan Y
n = Jumlah responden
Tabel IV. 37
Pengaruh Kematangan Pegawai Terhadap Gaya Kepemimpinan
KepalaBKPP Kota Sukabumi
84
Sumber: Hasil pengolahan data, 2013
Sebelum membahas mengenai pengaruh, maka terlebih dahulu akan dijelaskan
mengenai korelasi atau hubungan antara Kematangan kerja pegawaiterhadap
Gaya kepemimpinan.
Analisa korelasi yang sudah dihitung ditujukan untuk menentukan keeratan
hubungan antara Kematangan kerja pegawai terhadapGaya kepemimpinan. Untuk
menentukan keeratan hubungan dapat digunakan kriteria Guilford, sebagai
berikut:
1. 0,00-0,199 = Sangat Lemah (SL)
2. 0,20-0,300 = Lemah (L)
3. 0,40-0,599 = Sedang (S)
4. 0,60-0,799 = Kuat (K)
5. 0,80-1,000 = Sangat Kuat (SK)
Hasil perhitungan korelasi yaitu menghasilkan nilai sebesar 0,911 dengan derajat
kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kekeliruan 5%. Berdasarkan hal tersebut,
maka nilai yang didapat terletak pada kriteria korelasi atauhubungan yang sangat
kuat, dan dapat dilihat pada gambar kriteria hubungan tersebut, yaitu sebagai
berikut:
Model Variables Entered Variables
Removed
1 KematanganPegawai .
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: GayaKepemimpinan
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 0,911331768 0,830525591 0,825229516 3,183651156
a. Predictors: (Constant), KematanganPegawai
Variables Entered/Removedb
Model Summary
85
0,0911
SL L S K SK
0 0,199 0,3990,5990,799 1,00
Gb. 4.3
Tingkat Korelasi Antara Kematangan Pegawai dengan Gaya
Kepemimpinan Kepala BKPP Kota Sukabumi
Makna dari hasil analisis statistik tersebut adalah bahwa sebenarnya antara
Kematangan Pegawai dengan Gaya kepemimpinan terdapat korelasi yang sangat
kuat. Maksudnya, seorang pemimpin jika ingin dapat mempengaruhi bawahannya,
maka dia harus mengenal terlebih dahulu siapa bawahannya, sehingga tidak akan
keliru dalam memilih gaya kepemimpinan. Semua itu dilakukan semata-mata agar
kinerja pegawai menjadi lebih baik.
4.2.5.2. Analisis Regresi Linier
Regresi Linier Sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal
satu variabel independen dengan satu variabel dependen.Persamaan umum regresi
linier sederhana adalah sebagai berikut:
Ỳ = a + bX
dimana:
Ỳ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada
86
variabel independen. Bila b (+) mana naik, dan bila (-) maka terjadi
penurunan.
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Pada penelitian ini, perhitungan regresi linier sederhana dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 16, hasilnya yaitu sebagai berikut:
Tabel IV.38
Hasil Perhitungan Regresi Linier
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013.
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui nilai dari persamaan regresi linier
tersebut , yaitu:
a = 2,602
b = 1,558
Jadi didapat persamaan regresi linier untuk prediktor Kematangan Pegawai yaitu:
Ỳ = 2,6 + 1,56
Persamaan di atas berarti Gaya Kepemimpinan Kepala BKPP Kota Sukabumi akan
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1589,460787 1 1589,460787 156,81907 0,000
Residual 324,3403099 32 10,13563469
Total 1913,801097 33
a. Predictors: (Constant), KematanganPegawai
b. Dependent Variable: GayaKepemimpinan
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Std. Error Beta
1 (Constant) 2,602058481 4,413790368 0,5895292 0,559646
KematanganPegawai 1,558553147 0,124457818 0,911331768 12,522742 0,000
a. Dependent Variable: GayaKepemimpinan
Persamaan Garis Regresi y=2,6+1,56
ANOVAb
Coefficientsa
87
berubah naik bila Kematangan pegawai naik. Makna dari hasil perhitungan di atas
membuktikan bahwa ada keterkaitan antara tingkat kematangan pegawai dengan
pemilihan gaya kepemimpinan, karena jika nilai tingkat kematangan pegawai naik
maka nilai gaya kepemimpinan juga naik, begitu pula sebaliknya, jika nilai tingkat
kematangan pegawai turun maka nilai gaya kepemimpinan juga turun, lebih jelasnya
untuk tingkat kematangan pegawai M1 (lower maturity) maka gaya kepemimpinan
yang harus digunakan adalah S1 (telling), untuk tingkat kematangan pegawai M2
(medium maturity/limited skill) maka gaya kepemimpinan yang harus digunakan
adalah S2 (selling), untuk tingkat kematangan pegawai M3 (medium maturity/high
skill/low confidence) maka gaya kepemimpinan yang harus digunakan adalah S3
(participating), dan untuk tingkat kematangan pegawai M4 (high maturity) maka
gaya kepemimpinan yanga harus digunakan adalah S4 (delegating).
Makna selanjutnya adalah ada pengaruh tingkat kematangan pegawai terhadap
pemilihan gaya kepemimpinan, maksudnya seorang pemimpin tidak mungkin
berhasil mempengaruhi bawahan yang tingkat kematangannya masih Medium
maturity dengan gaya kepemimpinan delegating, jika dipaksakan maka kinerjanya
akan buruk, atau akan mengakibatkan stress pada pegawai. Begitu pula sebaliknya,
jika bawahan kita memiliki tingkat kematangan tinggi (high maturity), jangan pernah
kita menggunakan gaya kepemimpinan Telling untuk mempengaruhinya, karena
tidak akan berhasil, kinerjanya akan menurun dan mengakibatkan kerugian bagi
organisasi. Pegawai akan merasa tersinggung dengan sikap pimpinan, sehingga
bawahan menjadi mangkir, mogok kerja dan selalu bersikap bertentangan dengan
pimpinan.
88
4.2.5.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian signifikan koefisien korelasi pengaruh Kematangan Kerja Pegawai
terhadap Gaya Kepemimpinan menggunakan program SPSS 16. Hasil dari uji
hipotesis menunjukkan bahwa tingkat kematangan pegawai kantor BKPP kota
Sukabumi cukup bervariasi, dimana 30 % tergolong ke dalam level M2 yang
artinya moderat, 50 % pegawai tergolong ke dalam level M3 yang artinya moderat
menuju ke arah tingkat kematangan tinggi, dan 20% tergolong ke dalam level M4
yang artinya tingkat kematangannya tinggi.
Sementara untuk gaya kepemimpinan yang digunakan, berdasarkan hasil uji
hipotesis menunjukkan bahwa kepala BKPP kota Sukabumi dalam
kepemimpinannya hanya menggunakan satu macam gaya saja yaitu Telling, yang
tergolong ke dalam kategori S1.
Jika diterjemahkan ke dalam diagram gaya kepemimpinan situasional hersey dan
blanchard, maka gambarnya adalah sebagai berikut:
Gambar. 4.1
Grafik Kematangan Pegawai dan Gaya Kepemimpinan
yang digunakan di BKPP Kota Sukabumi
89
Makna dari semua ini adalah bahwa di kantor BKPP kota Sukabumi, ternyata
tingkat kematangan pegawai tidak dijadikan acuan bagi pimpinan dalam memilih
gaya kepemimpinan yang sesuai dengan keadaan bawahan, dengan kata lain
Kematangan Pegawai Tidak Berpengaruh terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala
Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Sukabumi. Melainkan Gaya
Kepemimpinan mempengaruhi Kematangan Pegawai. Setiap pegawai harus
mampu beradaptasi dengan gaya kepemimpinan dari atasannya.
4.2.5.4. Koefisien Determinasi
Penghitungan koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui
besarnya pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Kantor BKPP
Kota Sukabumi. Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
•Situantion M1
•Situantion M4
•Situation M2
•Situation M3
Style Partisipatif
Style Selling
Style Telling
Style Delegatif
Directive Behavior
s
u
p
o
r
t
i
v
e
b
e
h
a
v
i
o
r
90
pegawai dapat diketahui dengan cara mengkuadratkan nilai koefisien yang telah
didapat sebelumnya. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus koefisien
determinasi sebagai berikut:
Kd = r2 x 100 %
Dimana:
Kd = Koefisien determinasi
r = Koefisien korelasi
Dengan perhitungan sebagai berikut:
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed
1 KematanganPegawai .
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: GayaKepemimpinan
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 0,911331768 0,830525591 0,825229516 3,183651156
a. Predictors: (Constant), KematanganPegawai
KD= 83,0525591
Perhitungan koefisien determinasi menghasilkan nilai 82,5%. Ini berarti
pengaruhKematangan Pegawai terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala BKPP Kota
Sukabumi sebesar 82,5% dan sisanya sebesar 17,5% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang katagorinya sangat kuat antara kematangan pegawai terhadap gaya
kepemimpinan.
Hasil penelitian yang peneliti temukan di lapangan mendapati keadaan yang
berbeda dengan teori. Tingkat kematangan pegawai BKPP kota Sukabumi yang
variatif, terdiri dari 30% pegawai dengan tingkat kematangan Medium
91
maturity/low skill, 50% pegawai dengan tingkat kematangan Medium
maturity/high skill/low confidence, dan 20% pegawai dengan tingkat kematangan
High maturity, kepala BKPP hanya menggunakan gaya kepemimpinan Telling
untuk menggerakkannya. Hasilnya, mereka tetap berkinerja walaupun kinerjanya
tidak tergolong maksimal, lambat namun terselesaikan juga, karena masih
terdengar keluhan-keluhan dari kelompok pegawai yang tingkat kematangannya
tinggi. Pada intinya mereka tidak merasakan adanya kepuasan kerja, dengan gaya
kepemimpinan Telling ini. Padahal kepuasan kerja mempunyai peranan penting
terhadap prestasi kerja pegawai, ketika seorang pegawai merasakan kepuasan
dalam bekerja maka pegawai tersebut akan berupaya semaksimal mungkin dengan
segenap kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugasnya, yang akhirnya
akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Kepuasan
kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas organisasi
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Yang harus diketahui oleh kepala BKPP adalah bahwa ketidakpuasan
merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam organisasi seperti
kemangkiran, konflik pimpinan-bawahan dan roatasipegawai. Dari sisi pegawai,
ketidakpuasan dapat menyebabkan menurunnya motivasi, menurunnya moril
kerja, dan menurunnya tampilan kerja baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif.
Kepuasan dapat dirumuskan sebagai respon umum pekerja berupa perilaku yang
ditampilkan oleh pegawai sebagai hasil persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaannya. Seorang pekerja yang masuk dan bergabung dalam suatu
organisasi mempunyai seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat dan pengalaman
92
masa lalu yang menyatu dan membentuk suatu harapan yang diharapkan dapat
dipenuhi di tempatnya bekerja. Kepuasan kerja ini akan didapat apabila ada
kesesuaian antara harapan pekerja dan kenyataan yang didapatkan
ditempatbekerja.
Menurut Strauss dan Sayles dalam Handoko (2001:196) kepuasan kerja juga
penting untuk aktualisasi, pegawai yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak
akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi
frustasi. Pegawai yang seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat
kerja yang rendah, cepat lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering absen dan
melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus
dilakukan.
Kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi pegawai maupun organisasi,
terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam lingkungan kerja.
Sedangkan pegawai yang rendah akan kepuasan kerja dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif seperti mangkir kerja, mogok kerja, kerja lamban, pindah
kerja dan kerusakan yang disengaja.
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan hasil dari
perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap berbagai
macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang menjadi
harapannya.Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia
merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau
inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan
dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupun ditempat lain.
93
Pegawai yang memiliki loyalitas tinggi akan memiliki sikap kerja yang positif.
Sikap kerja yang positif meliputi :
1) kemauan untuk bekerja sama. Bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu
kelompok akan memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak
mungkin dicapai oleh orang-orang secara individual.
2) rasa memiliki. Adanya rasa ikut memiliki pegawai terhadap organisasi akan
membuat pegawai memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab
terhadap organisasi sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi
tercapainya tujuan organisasi.
3) hubungan antar pribadi. Pegawai yang mempunyai loyalitas karyawan tinggi
mereka akan mempunyai sikap fleksibel kearah keterbukaan hubungan antar
pribadi. Hubungan antar pribadi ini meliputi : hubungan sosial diantara pegawai.
Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, situasi kerja dan sugesti
dari teman sekerja.
4) suka terhadap pekerjaan. Pimpinan organisasi harus dapat menghadapi
kenyataan bahwa pegawaisetiap hari datang untuk bekerja sama sebagai manusia
seutuhnya dalam hal melakukan pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang
hati sebagai indikatornya bisa dilihat dari : kesanggupan pegawai dalam bekerja,
pegawai tidak kpernah menuntut apa yang diterimanya di luar gaji pokok.
sukses tidaknya suatu organisasi sangat tergantung dari kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki karena sumber daya manusia yang berkualitas adalah
sumber daya manusia yang mampu berprestasi maksimal.
Peningkatan kepuasan kerja pegawai pada suatu organisasi tidak bisa dilepaskan
dari peranan pemimpin dalam organisasi tersebut, kepemimpinan merupakan
94
kunci utama dalam manajemen yang memainkan peran penting dan strategis
dalam kelangsungan hidup suatu organisasi, pemimpin merupakan pencetus
tujuan, merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan
seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok
anggota yang saling berhubungan tugasnya (Handoko, 2001 : 291). Oleh sebab itu
pemimpin suatu organisasi dituntut untuk selalu mampu menciptakan kondisi
yang mampu memuaskan bawahan dalam bekerja sehingga diperoleh pegawai
yang tidak hanya mampu bekerja akan tetapi juga bersedia bekerja kearah
pencapaian tujuan organisasi, kuncinya adalah dengan melakukan pemilihan gaya
kepemimpinan yang tepat yang disesuaikan dengan tingkat kematangan
pegawainya.
Setiap pegawai memiliki keinginan untuk mengimplementasikan pengetahuan,
keahlian dan pendidikan yang didapatkan sebelumnya kepada organisasi dimana
mereka bekerja. Jika mereka tidak mampu mengaplikasikannya, mereka akan
menjadi tidak puas dan pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja dan loyalitas
mereka. Jika pegawai dihargai secara adil sesuai dengan tingkat kematangannya
maka mereka akan merasa nyaman dalam bekerja dan tidak memiliki tendensi
untuk melakukan tindakan yang melawan perintah atasan.