hadin muda siregar (2005), dalam tesis dengan judul...

29
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruh Implementasi Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (DIKLATPIM tingkat 3) terhadap Prestasi Kerja Aparatur Pemerintah di Lingkungan Kota Bandung. Melakukan penelitiannya pada kantor Diklat Pemerintah Kota Bandung, tentang penyelenggaraan, yang meliputi dimensi kondisi eksternal, komunikasi, sumberdaya, sikap pelaksana, dan struktur birokrasi terhadap prestasi aparatur pemerintah di lingkungan kota Bandung yang meliputi dimensi kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Masalah yang diangkat dalam penelitiannya adalah prestasi kerja aparatur pemerintah di lingkungan Kota Bandung belum mencapai hasil yang optimal, disebabkan oleh implementasi kebijakan pendidikan dan pelatihan staf dan pimpinan administrasi tingkat pertama (SPAMA) yang kurang efektif. Permasalahan tersebut diteliti dengan menggunakan metode explanatory survey, melalui hubungan kausalitas dengan pengelolaan data melalui analisis korelasi, yaitu dengan melihat besarnya pengaruh dari suatu variabel pnyebab ke variabel akibat. Pengumpulan data

Upload: lamkhue

Post on 15-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Penelitian Terdahulu

Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruh

Implementasi Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi

Tingkat Pertama (DIKLATPIM tingkat 3) terhadap Prestasi Kerja Aparatur

Pemerintah di Lingkungan Kota Bandung. Melakukan penelitiannya pada kantor

Diklat Pemerintah Kota Bandung, tentang penyelenggaraan, yang meliputi dimensi

kondisi eksternal, komunikasi, sumberdaya, sikap pelaksana, dan struktur birokrasi

terhadap prestasi aparatur pemerintah di lingkungan kota Bandung yang meliputi

dimensi kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu.

Masalah yang diangkat dalam penelitiannya adalah prestasi kerja aparatur

pemerintah di lingkungan Kota Bandung belum mencapai hasil yang optimal,

disebabkan oleh implementasi kebijakan pendidikan dan pelatihan staf dan pimpinan

administrasi tingkat pertama (SPAMA) yang kurang efektif. Permasalahan tersebut

diteliti dengan menggunakan metode explanatory survey, melalui hubungan

kausalitas dengan pengelolaan data melalui analisis korelasi, yaitu dengan melihat

besarnya pengaruh dari suatu variabel pnyebab ke variabel akibat. Pengumpulan data

Page 2: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

17

dilakukan dengan penggunaan koesioner yang didukung dengan observasi dan

dokumentasi. Dengan mengangkat beberapa teori, misalnya teori tentang

implementasi Kebijakan publik, dimensi-dimensi kebijakan publik dengan mengutip

pendapat Edwards III tentang communication, resources, dispositions dan

bureaucratic structure. Teori tentang Diklat yaitu mengutip teori yang disampaikan

oleh Nainggolan tentang pengukuran prestasi kerja pegawai negeri yaitu ditentukan

atas dasar kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu.

Hipotesis yang di kemukakan dalam penelitian tersebut adalah terdapat

pengaruh implementasi kebijakan pendidikan dan pelatihan pimpinan tingkat 3

terhadap prestasi kerja aparatur pemerintah kota Bandung. Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa implementasi kebijakan pendidikan dan pelatihan pimpinan

tingkat 3 berpengaruh terhadap prestasi kerja aparatur pemerintah kota Bandung,

prestasi aparatur pemerintah semakin tinggi apabila implementasi kebijakan

pendidikan dan pelatihan staf dan pinpinan tingkat 3 semakin baik.

Encep Mulya Saputra (2008) dalam Tesisnya dengan judul Pengaruh

Implementasi Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV

(DIKLATPIM TK IV) terhadap Kinerja Kerja para Kepala Bagian di Lingkungan

Universitas Padjadjaran. Menurutnya kepemimpinan dapat dilihat dalam

pengembangan kemampuan melalui Diklat kepemimpinan dan juga penerapannya

dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban yang disadari dan dijiwai oleh pemimpinnya.

Dengan mengangkat masalah dengan variabel implementasi kebijakan Diklat sebagai

Page 3: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

18

program dan produktivitas kerja atau kinerja kerja sebagai realisasi dari penerapan

kepemimpinan. Teori yang dikemukakan dalam penulisan ini adalah tentang

pembinaan kepegawaian yang dikemukakan oleh Musanef, yaitu sebagai berikut; (a)

mendapatkan pegawai yang memenuhi persyaratan, (b) membantu setiap pegawai

dalam rangka peningkatan profesionalisme dan kemampuan yang setinggi-tingginya,

dan (c) menciptakan suasana dalam hubungan kerja yang dapat menimbulkan

rangsangan positif kepada para pegawai.

Penelitian dilakukan di Universitas Padjadjaran kampus Dipati Ukur dan

kampus Jatinangor, dengan bertolak dari fenomena yang menunjukan bahwa belum

optimalnya kinerja para kepala sub bagian dalam kurun waktu 2002-2007, dengan

menggunakan metode penelitian Survey, yaitu penelitian yang berupaya

mengumpulkan data, menggambarkan dan menganalisis data yang pada dasarnya

bersifat kuantitatif dengan bantuan analisis statistik yang relevan sehingga dapat

dibuat kesimpulan tentang arti dari kata tersebut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi kebijakan melalui dimensi

pengorganisasian, interpretasi kebijakan, dan aplikasi pelayanan memberikan

pengaruh yang nyata terhadap kinerja para kepala sub bagian di Universitas

Padjadjaran. Pelaksanaan DIKLATPIM memerlukan kebijakan yang cermat, apakah

seorang pegawai menduduki jabatan kepala bagian terdahulu, selanjutnya mengikuti

DIKLATPIM atau sebaliknya, dari beberapa kandidat calon kepala bagian

diikutsertakan dalam DIKLATPIM setelah itu dilihat perkembangannya dan dipilih

Page 4: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

19

seorang dari sekian kandidat untuk menduduki jabatan kepala bagian, sehingga akan

terjadi kompetisi yang sehat dan menunjukan semangat sportivitas yang tinggi.

Selain evaluasi DIKLATPIM yang selalu dilakukan oleh panitia pelaksana,

perlu juga kiranya dilakukan monitoring terhadap alumni peserta DIKLATPIM

selama kurun waktu tertentu sehingga dapat diketahui efektivitas dari pelaksanaan

DIKLATPIM yang telah dilaksanakan.

Syam Noorsyamsa Djumara, (2011) dalam Disertasinya tentang Evaluasi

Kebijakan Diklat Kepemimpinan Tingkat II pada SPIMNAS Lembaga Administrasi

Negara, melakukan penelitiannya di SPIMNAS Lembaga Administrasi Negara yang

memiliki kedudukan strategis sebagai wahana penggodokan kader pemimpin dengan

mengangkat tentang masalah kebijakan Diklat kepemimpinan. Penelitian berangkat

dari sebuah hipotesis bahwa evaluasi kebijakan Diklat kepemimpinan tingkat II

dalam menghasilkan output yang ditetapkan meliputi evaluasi formulasi kebijakan,

evaluasi implementasi kebijakan, evaluasi kinerja kebijakan dan evaluasi lingkungan

kebijakan. Teori yang dipakai dalam penulisan disertasi ini adalah teori tentang

evaluasi kebijakan menurut William Dunn.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan Diklatpim tingkat II belum

mampu mengsinkronisasikan stake holders kebijakan diklat, khususnya unsur

pembina/penyelenggara, unsur pelaksana, unsur pengguna, unit teknis lembaga, serta

instansi Pembina jabatan fungsional.

Page 5: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

20

Mencermati ketiga penelitian terdahulu di atas, dapat dikatakan bahwa

terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan. Persamaan yang dimaksud adalah pada permasalahan secara

umum, yaitu tentang kebijakan pendidikan dan pelatihan. Namun perbedaan yang

nampak dari penelitian yang akan peneliti lakukan dengan peneliti terdahulu adalah

pada lokasi dan waktu penelitian, substansi permasalahan dan metode penelitian yang

dipakai. Persamaan dan perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut;

Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian terdahulu dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan.

No Aspek Penelian

terdahulu I

Penelian

terdahulu II

Penelian

terdahulu III

Penelian yang

akan

dilakukan

1 Permasalahan

umum

Kebijakan

Diklat

Kebijakan

Diklat

Evaluasi

Diklat

Kebijakan

Diklat

2 Lokasi dan

waktu

Penelitian

Pemerintah

Kota

Bandung

(2005)

Universitas

Padjadjaran

(2008)

Lembaga

Administrasi

Negara (2011)

CFP di

Timor Leste

(2013)

3 Substansi

Permasalahan

Prestasi kerja

aparatur

pemerintah

DIKLATPIM

bagi kepala

sub bagian

Penyelengaraan

kebijakan dan

sistem Diklat

SPIMNAS Tk.

II LAN

prosedur

penyelenggar

aan Diklat

PNTL

4 Metode

Penelitian

explanatory

survey

Survey Kualitatif Kualitatif

5 Teori yang

digunakan

sebagai guide

implementasi

Kebijakan

publik, dan

teori tentang

Diklat yang

oleh

Nainggolan

Pembinaan

Kepegawaian

yang

dikemukakan

oleh Musanef

Evaluasi

Kebijakan

yang

dikemukakan

William Dunn

Strategi

penyelenggar

aan Diklat

oleh Gintings

Page 6: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

21

2.1.2. Pendidikan dan Pelatihan

2.1.2.1. Pengertian

Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu interaksi antara pendidik/pelatih

dengan para peserta didik/latih untuk mencapai suatu tujuan daripada diklat. Oleh

karena adanya suatu interaksi untuk mencapai tujuan diklat, terdapat tiga (3)

komponen utama yang penting dan membentuk sebuah triangle/segitiga. Dalam

hubungan segitiga tersebut jika salah satu sisi terganggu atau hilang maka akan

terganggu atau hilang pula hakikat daripada diklat tersebut. Hakikat pendidikan selalu

dihubungkan dengan hakikat manusia yang memiliki aspek personal dan aspek sosial,

yaitu proses pemberdayaan. Sedangkan dalam diklat profesi hakikatnya adalah upaya

pengembangan kualitas sumberdaya manusia dalam suatu organisasi untuk

melaksanakan serangkain pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut

Notoadmodjo (2003:16) pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka

dapat melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Sedangkan menurut

Marzuki (2010:102) pendidikan sebagai usaha sadar, sistematik, dan terencana untuk

menjadikan individu, kelompok, dan masyarakat menjadi sosok yang

bertanggungjawab untuk memperbaiki dirinya. Lebih lanjut Nugroho (2008:19)

Page 7: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

22

mengatakan pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan

bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia.

Pada dasarnya perbedaan antara pendidikan dan pelatihan dapat dilihat

sebagai berikut; pendidikan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan

umum seseorang, termasuk di dalamnya konsep-konsep dan teori-teori untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Sedangkan pelatihan merupakan suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan

kerja melalui pengetahuan praktis dan penerapannya dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi. Penyelenggaraan diklat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dalam organisasi.

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia pada organiasi juga akan

berhubungan dengan hakikat penyelenggaraan diklat. Menurut Simamora (2004)

bahwa diklat pegawai adalah suatu persyaratan pekerjaan yang dapat ditentukan

dalam hubungannya dengan keahlian dan pengetahuan berdasarkan aktivitas yang

sesungguhnya dilaksanakan pada pekerjaan. Pendidikan mempunyai tujuan yang

berbeda dengan pelatihan, yaitu:

1) Pendidikan terutama berkaitan dengan pembinan bagi siswa sehingga ia dapat

memilih minat perhatiannya dan cara hidupnya juga kariernya. Sebaliknya

pelatihan terutama mempersiapkan para peserta untuk mengambil jalur

tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempatnya

bekerja;

2) Pendidikan membantu siswa memilih dan menentukan kegiatannya. Pelatihan

membantu peserta memperbaiki prestasi kegiatannya; dan

Page 8: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

23

3) Pendidikan terutama mengenai pengetahuan dan pengertian, sedangkan

pelatihan terutama mengenai pengertian dan keterampilan.

Tabel 2.2. Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan

NO ASPEK PENDIDIKAN PELATIHAN

1 Pengembangan

kemampuan

Menyeluruh (overall) Khusus (specific)

2 Area kemampuan Kognitif, afektif,

psikomotor

Psikomotor

3 Jangka waktu

pelaksanaan

Jangka panjang (long term) Jangka pendek (short

term)

4 Materi Lebih umum Lebih khusus

5 Penggunaan metode

pembelajaran

Konvensional Inkonvensional

6 Penghargaan terakhir Gelar (degree) Sertifikat (non gelar)

Sumber: Notoatmodjo 2003

Diklat bagi pegawai dapat dibedakan menjadi 2, yaitu diklat bagi calon

pegawai baru, yaitu untuk mengenal dan menguasai pekerjaannya sedangkan bagi

pegawai lama, yaitu untuk meningkatkan hasil pekerjaan/outcomes baik sekarang

maupun di masa datang, meningkatkan kinerja pegawai apabila mendapatkan

promosi. Diklat untuk pegawai lama juga menyesuaikan dengan perkembangan dan

kebutuhan organisasi, pegawai-pegawai lain, kebijakan- kebijakan dan prosedur-

prosedur dalam organisasi dan lingkungan. Diklat bagi pegawai merupakan suatu

persyaratan pekerjaan untuk memperbaiki keterampilan, keahlian dan pengetahuan

Page 9: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

24

berdasarkan aktivitas-aktivitas rutin agar dapat menjalankan dan menyelesaikan

pekerjaan yang diberikan kepadanya dalam rangka pencapai tujuan organisasi.

2.1.2.2. Tujuan dan manfaat diklat

Pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan isu

yang terus menerus berkembang. Dewasa ini pengembangan sumberdaya manusia

berbasis ekonomi telah berhasil mewujudkan kemakmuran, tetapi gagal mewujudkan

kesejahteraan yang merata di segala aspek, bahkan sebaliknya menimbulkan

permasalahan yang sulit dicari penyelesaiannya. Diklat dikembangkan sebagai salah

satu cara untuk menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang muncul akibat

perkembangan jaman. Menurut Kamil (2010:104) masalah-masalah baru, prosedur-

prosedur baru, peralatan-peralatan baru, pengetahuan-pengetahuan baru, jabatan-

jabatan baru selalu timbul dalam organisasi yang dinamis, dan merupakan kebutuhan

manajemen untuk menghadapinya dengan mengembangkan sumberdaya manusia

yang dimilikinya. Pemimpin-pemimpin yang progresif harus menyadari bahwa diklat

merupakan suatu proses yang terus-menerus dan berkelanjutan. Penyelenggaraan

diklat mempunyai tujuan-tujuan tertentu, baik bagi peserta maupun bagi kepentingan

organisasi. Oleh karena itu tujuan diklat perlu diperhatikan karena tujuan tersebut

merupakan landasan penetapan metode diklat mana yang akan diadopsi untuk

diterapkan, materi-materi selama diklat, peserta diklat serta siapa tenaga pengajar

Page 10: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

25

yang cocok menyampaikan subjek tersebut, sehingga diklat tersebut sejalan dengan

tujuan, visi dan misi organisasi.

Secara umum tujuan diklat adalah memberikan kesempatan kepada peserta

didik/latih untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap agar

pegawai dapat melaksanakan tugas secara professional dalam rangka pencapaian

tujuan dan harapan organisasi. Tilaar dalam Marzuki (2010:108) meyatakan bahwa

“Tujuan pendidikan adalah menciptakan subjek pembangunan yang (a) mampu

melihat sekitar, melihat masalah hidup sehari-hari, melihat potensi yang ada baik

sosial maupun fisik, dan (b) mampu serta trampil memanfaatkan potensi yang ada

dalam diri, kelompok, masyarakatnya dan lingkungan fisiknya untuk

memperbaiki hidup dan kehidupan masyarakatnya”.

Menurut Moekijat (2003:57-58) tujuan pendidikan dan pelatihan antara lain:

1) Melalui proses instruksi (perkenalan), dimana pegawai baru diberi keterangan

tentang organisasi, kebijaksanaan dan peraturan. Pegawai baru diberi instruksi

mengenai apa yang diperlukan dalam jabatan tertentu yang ia harus

mengerjakannya, sehingga ia dapat secepat-cepatnya memenuhi standar-standar

pelaksanaan pekerjaan yang akan dapat menambah nilainya terhadap organisasi.

2) Pelatihan, memungkinkan pegawai yang sudah ada memperoleh kecakapan

yang lebih banyak dan luas. Dengan demikian menambah kecakapan mereka di

berbagai bidang untuk keperluan pemindahan dan persyaratan kenaikan

pangkat.

3) Apabila pegawai diberi pelatihan yang sebaik-baiknya maka kecelakaan,

pekerjaan yang tidak baik dan kerusakan mesin dan perlengkapan menjadi

berkurang.

4) Pelatihan membantu para pegawai menyesuaikan diri dengan metode dan

proses baru yang terus-menerus diadakan.

Page 11: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

26

5) Pelatihan yang baik akan mengurangi rasa tidak puas, ketidakhadiran dan

perpindahan karena pelatihan membantu, baik pegawai baru maupun pegawai

yang telah berpengalaman untuk menggunakan kemampuan perorangan mereka

yang sepenuhnya.

Selanjutnya menurut Gintings (2011:8) tujuan utama diselenggarakannya diklat bagi

karyawan atau personil sebuah organisasi adalah untuk meningkatkan kompetensi

mereka, yaitu dengan memenuhi keperluan berikut;

1) Menyesuaikan kompetensi yang dimiliki dengan tuntutan pekerjaan, karena

yang bersangkutan adalah pekerja baru;

2) Menyesuaikan kompetensi yang dimiliki dengan tuntutan pekerjaan saat ini,

karena yang bersangkutan berkinerja rendah;

3) Menyesuaikan kompetensi yang dimiliki dengan tuntutan pekerjaan saat ini,

karena yang bersangkutan dimutasi ke bagian lain atau memperoleh promosi;

4) Menyesuaikan kompetensi yang dimiliki dengan perkembangan teknologi baik

yang baru diterapkan;

5) Membekali dengan kompetensi yang baru untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya perubahan.

Penyelenggaraan diklat merupakan sesuatu yang penting, sebab bermanfaat

bagi pengembangan pegawai maupun pengembangan organisasi. Perkembangan

jaman menuntut perubahan situasi dan kondisi kerja, kemajuan iptek dan semakin

ketatnya persaingan dalam organisasi maupun antar organisasi. Menurut Siagian

(2012:183-185), manfaat diklat adalah sebagai berikut;

1) Manfaat bagi organisasi, meliputi;

a) Peningkatan produktivitas kerja organisasi.

Page 12: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

27

b) Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan dalam hal

pendelegasian wewenang, interaksi saling menghargai dan kesempatan

bawahan berpikir inovatif.

c) Terjadinya proses pengembalian keputusan yang lebih cepat dan cermat

d) Meningkatkan semangat kerja seluruh organisasi

2) Manfaat bagi karyawan, meliputi;

a) Dapat membuat keputusan yang lebih baik.

b) Meningkatkan kemampuan.

c) Timbulnya dorongan kerja.

d) Peningkatan kemampuan dalam mengatasi stress, frustrasi, dan konflik

serta menimbulkan kepercayaan diri.

3) Manfaat bagi pertumbuhan dan pemeliharaan hubungan yang serasi antar

oanggota organisasi, meliputi;

a) Terjadi proses komunikasi yang efektif.

b) Adanya persepsi yang sama.

c) Ketaatan semua pihak kepada ketentuan-ketentuan yang bersifat normatif,

baik yang berlaku umum maupun khusus.

d) Terdapat iklim yang baik bagi pertumbuhan organisasi.

e) Menjadikan organisasi sebagai tempat yang menyenangkan untuk

berkarya.

Dalam konteks diklat bagi pegawai negeri Sipil (PNS) di Indonesia Peraturan

Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Pegawai Negeri Sipil pasal 2 dan 3, bahwa Diklat bertujuan agar:

1) Peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan

tugas jabatan secara operasional dengan didasi kepribadian etika pegawai

negeri sipil sesuai dengan kebutuhan instansi,

2) Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat

persatuan dan kesatuan bangsa,

Page 13: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

28

3) Memantapkan sikap dan semangat kepribadian yang berorientas pada

pelayanan, pengayoman, pemberdayaan masyarakat,

4) Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola berpikir dalam melaksanakan

tugas pemerintahan dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang

baik.

Sasaran daripada diklat PNS adalah mewujudkan PNS yang memiliki

kompetensi sesuai dengan prasyaratan jabatan masing-masing. Tercapainya tujuan

diklat dalam sebuah organisasi memerlukan dukungan sepenuhnya dari

penyelenggara peserta diklat, pendidik/pelatih dan lingkungan terkait. Penyelenggara,

peserta diklat dan pendidik/pelatih harus memahami dan merasakan bahwa

penyelenggaraan diklat itu bermanfaat bagi mereka sehingga berpengaruh pada

pemanfaatan kesempatan selama diklat secara efektif dan efisien.

2.1.2.3. Langkah Strategi Diklat

Suatu program diklat diselenggarakan dengan harapan adalah untuk mencapai

tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan itu, suatu organisasi harus merumuskan langkah-langkah strategis sebagai

pemandu terselenggara kegiatan tersebut. Salah satu kegiatan yang penting dalam

langkah-langkah strategis adalah identifikasi dan/atau klarifikasi faktor-faktor

lingkungan internal dan eksternal, dengan menggunakan analisis SWOT

(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats) yang bertujuan untuk

menyediakan informasi awal sebelum proses persiapan diklat. Tujuan yang hendak

Page 14: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

29

dicapai dari analisis SWOT adalah untuk mengenali kekuatan dan kelemahan internal

organisasi dan memahami peluang dan ancaman eksetrnal organisasi, sehingga

organisasi dapat mengantisipasi perubahan-perubahan di masa yang akan datang,

sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki dalam rangka tercapainya

tujuan organisasi. Selain itu, dengan menggunakan informasi dari hasil analisis,

organisasi lebih berkemampuan untuk mengambil langkah-langkah dalam jangka

panjang.

Menurut Siagian (2012:186-202) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, adalah sebagai berikut:

a) Penentuan kebutuhan, diklat diselenggarakan apabila kebutuhan untuk itu

memang ada. Penentuan kebutuhan itu harus didasarkan pada analisa yang tepat

karena penyelenggaraan diklat biasanya membutuhkan dana yang cukup besar.

b) Penentuan sasaran, berdasarkan analisis kebutuhan maka sasaran diklat

ditetapkan. Sasaran yang ingin dicapai dapat bersifat teknikal akan tetapi dapat

pula menyangkut keperilakuan.

c) Penetapan isi program, diklat harus jelas diketahui apa yang ingin dicapai

sesuai dengan hasil analisis kebutuhan dan sasaran yang telah dilakukan.

d) Identifikasi prinsip-prinsip belajar, penerapan prinsip belajar yang baik akan

mempengaruhi berlangsungnya proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan

cepat. Pada dasarnya prinsip belajar yang layak dipertimbangkan untuk

diterapkan berkisar pada lima hal, yaitu; partisipasi, repetisi, relevansi,

pengalihan dan umpan balik.

e) Pelaksanaan program, tepat tidaknya teknik mengajar yang digunakan sangat

tergantung pada berbagai pertimbangan yang ingin ditonjolkan, seperti

penghematan dalam pembiayaan, materi program, tersedianya fasilitas tertentu,

Page 15: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

30

preferensi dan kemampuan peserta, preferensi dan kemampuan pelatih dan

prinsip-prinsip belajar yang hendak diterapkan.

f) Identifikasi manfaat, setelah program diklat dilaksanakan maka dapat

diidentifikasi manfaat yang diperoleh pegawai, misalnya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan pegawai.

g) Penilaian pelaksanaan program, pelaksanaan suatu program diklat dapat

dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta tersebut terjadi transformasi,

adanya peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan perubahan

perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin, dan etos kerja.

Park (2009) mengatakan bahwa pengembangan kemampuan atau capacity

building merupakan suatu program dalam pendidikan dan pelatihan, yaitu sebagai

salah satu strategi pengembangan kemampuan aparatur, yang direncanakan dan

diselenggarakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan analisis dan perencanaan kebutuhan, yang berarti menyelesaikan

suatu permasalahan yang dirasakan terdapat dalam organisasi;

2) Menyusun materi pendidikan dan pelatihan yang relevan, dan sesuai dengan

kebutuhan organisasi;

3) Pemilihan peserta, yang menghadapi permasalahan teknis, sehingga

diharapkan memperoleh manfaat yang maksimal dari penyelenggaraan diklat;

4) Pemilihan instruktur yang capable yang sudah menguasai materi yang

merupakan tanggungjawabnya;

5) Penentuan teknik dan metode diklat;

6) Penyelenggaraan diklat; dan

7) Melakukan evaluasi penyelenggaraan dan evaluasi hasil diklat.

Lebih lanjut Gintings (2011:48) mengatakan bahwa langkah-langkah strategi

yang harus ditempuh dalam diklat secara umum dapat diuraikan sebagai berikut;

Page 16: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

31

1) Melakukan analisis stratejik, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor stratejik

baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi eksistensi dan daya

saingnya. Faktor internal meliputi kelemahan dan keunggulan yaitu;

peraturan, kebijakan internal, struktur organisasi, metode kerja, serta

sumberdaya yang dimiliki. Sedangkan faktor ekternal berupa kesempatan dan

tantangan, yaitu; termasuk peraturan dan kebijakan pemerintah, kondisi pasar,

perkembangan ilmu dan teknologi, serta kondisi pesaing dan persaingannya.

Berdasarkan hasil analisis stratejik ditetapkan tujuan dan arah perubahan yang

akan dicapai serta tahapan yang harus diikuti dan upaya yang harus dilakukan.

2) Menetapkan kompetensi yang dibutuhkan, berdasarkan hasil analisis stratejik

dirumuskan kompetensi yang dibutuhkan untuk mendukung upaya lembaga

atau organisasi mencapai tujuan stratejik.

3) Mengukur kompetensi yang dimiliki, yaitu seluruh staf dan karyawan dari

berbagai jenjang jabatan dan jenis pekerjaan.

4) Melakukan analisis kebutuhan diklat, yaitu untuk menjawab pertanyaan

mendasar Siapa, apa, bagaimana, dimana, mengapa, dan kapan sebuah

program diklat diselenggarakan. Ini dilakukan dengan melakukan analisis

kebutuhan diklat/Training Needs Analysis (TNA) dan diikuti dengan

mengukur kebutuhan diklat/Training Needs Analysis, yaitu membandingkan

kompetensi yang diperlukan dan kompetensi yang dimiliki. Hasilnya berupa

gambaran tentang gap kompetensi.

5) Menyusun rancangan teknis diklat, berdasarkan hasil analisis stratejik disusun

rancangan diklat yang memuat; tujuan, manfaat, dasar hukum jika diperlukan,

struktur program, syarat dan kriteria peserta, pengajar, rangkaian kegiatan dan

jadwal, serta teknik evaluasi yang digunakan.

6) Menyelenggarakan diklat, meliputi (i) penetapan dan pemanggilan peserta

berdasarkan persayaratan peserta dan (ii) memfasilitasi penyelenggaraan

Page 17: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

32

diklat yang meliputi penyiapan dan penyediaan sumberdaya, penyediaan

sarana-prasarana, pengorganisasian serta pengadministrasian kegiatan belajar-

mengajar, serta penugasan pengajar.

7) Mengevaluasi penyelenggaraan diklat dan hasil diklat, tujuan evaluasi

penyelenggaraan diklat, yaitu untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan

diklat dari waktu ke waktu. Hasil evaluasi dijadikan umpan balik yang

merupakan masukan bagi perbaikan diklat berjalan dan pasca diklat agar

diklat berhasil mencapai tujuan. Selain evaluasi penyelenggaraan, evaluasi

juga dilakukan pasca diklat yaitu untuk (i) apakah tamatan diklat memperoleh

manfaat dari diklat dan (ii) mengetahui apakah terjadi peningkatan kinerja

tamatan diklat sebagai hasil peningkatan kompetensi yang diperoleh selama

mengikuti diklat.

Page 18: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

33

Gambar 2.1. Langkah-Langkah Stratejik diklat

Sumber: Gintings 2011:48

Dalam proses pengembangan diklat, menurut Hasibuan (2007:75-76) harus

memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut; (a) Sasaran, yaitu ditetapkan

berdasarkan kebutuhan jabatan atau pekerjaan karyawan yang bersangkutan; (b)

Kurikulum, yaitu harus ditetapkan secara sistematis, jumlah jam pertemuan, metode

pengajaran, dan system evaluasi harus jelas agar sasaran dari diklat itu optimal; (c)

Sarana, yaitu penyediaan tempat dan alat-alat harus didasarkan pada prinsip ekonomi

dan berpedoman pada sasaran diklat yang akan dicapai; (d) Peserta, yaitu menetapkan

syarat-syarat dan jumlah peserta yang akan mengikuti diklat; (e) Pelatih, yaitu

menetapkan para instruktur yang memenuhi syarat untuk mendidikan dan melatih,

sehingga sasaran diklat tercapai; dan (f) Pelaksanaan, yaitu para instruktur mendidik

dan melatih sesuai bidangnya, terjadi proses belajar mengajar yang diakhiri dengan

evaluasi untuk mengukur pencapaian sasaran diklat.

Page 19: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

34

Langkah-langkah yang telah ditetapkan tersebut akan berjalan dengan baik

dan berhasil, apabila didukung dengan aspek-aspek lain yaitu; kurikulum yang

dipakai dalam diklat, sarana prasarana fisik, peserta diklat, pelatih/instuktur, dan

dukungan dari piha-pihak lain yang relevan.

2.1.2.4. Prinsip-prinsip diklat

Untuk menunjang program diklat yang baik dan berhasil maka diperlukan

prinsip-prinsip umum yang menjadi pedoman dalam merencanakan dan

melaksanakan diklat. Menurut Gintings (2011:47) terdapat lima prinsip yang harus

diperhatikan dalam menyelenggarakan Diklat, yaitu;

1) Relevan, isi diklat secara substansial harus relevan dengan kebutuhan peserta

dan lembaga/organisasi.

2) Obyeltif, secara substansial materi diklat harus sesuai dengan kebutuhan nyata

bukan hanya berdasarkan pertimbangan subyektif para pengembang.

3) Komprehensif, artinya kegiatan belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan

dan materi diklat yang diberikan tidak sepotong-sepotong tetapi lengkap dan

tuntas sekalipun dalam cakupan yang terbatas.

4) Produktif, kegiatan dilaksanakan secara terarah dan tidak bertele-tele, waktu

dan sumberdaya dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

5) Akuntabel, kegiatan secara konsisten dilaksanakan sesuai dengan perencanaan,

standard, dan ketentuan yang berlaku serta difokuskan pada pencapaian tujuan

yang akan dicapai dan manfaat yang akan diperoleh.

Sedangkan Yoder dalam Wursanto (2001:61) menyatakan bahwa prinsip-

prinsip umum diklat antara lain:

Page 20: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

35

1) Perbedaan Individu (individual differences). Dalam merencanakan suatu

pendidikan dan latihan harus disadari adanya perbedaan potensi tiap peserta,

karena perbedaan dalam pendidikan, pengalaman, bakat-bakat dan minat-minat,

perbedaan-perbedaan tersebut merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk

merencanakan program pelatihan.

2) Hubungan dengan Analisis Jabatan (relation to job analysis), Setiap jabatan

atau pekerjaan perlu dijelaskan pengetahuan dan kecakapan apa saja yang

diperlukan oleh seorang pekerja agar dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.

Oleh karena itu, materi yang akan diberikan dalam pendidikan dan pelatihan

harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

3) Motivasi (motivation), Suatu rencana pendidikan dan pelatihan harus didasari

perlu adanya semangat para pesertanya. Untuk itu harus memberikan perhatian

juga terhadap para peserta dalam mengikuti program tersebut.

4) Partisipasi yang Aktif (active participation), Dalam pendidikan dan pelatihan,

para peserta harus diberikan dorongan agar aktif dalam pembicaraan-

pembicaraan seperti mengemukakan pendapatnya, saran-saran atau pertanyaan-

pertanyaan agar menjadi komunikasi dua arah. Diusahakan diberikan

kesempatan untuk diskusi atau bertukar pikiran antara peserta dengan pelatih

apabila pendidikan diberikan secara kuliah.

5) Seleksi Pengikut Latihan (selection of trainess), Agar tidak terjadi perbedaan

yang terlalu jauh antara para peserta yang satu dengan yang lainnya, baik dalam

latar belakang maupun pengalaman, maka sebaiknya peserta diseleksi lebih

dahulu. Latihan akan lebih baik bila diberikan kepada para peserta yang

mempunyai persamaan-persamaan dasar pendidikan, bakat, minat dan

pengalaman.

6) Seleksi para Pelatih (selection of trainers), Tenaga pangajar dalam pendidikan

dan pelatihan juga harus diseleksi terlebih dahulu. Hal ini akan menyebabkan

efektif tidaknya dari suatu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.

Page 21: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

36

7) Latihan bagi para Pelatih (trainer of training), Seringkali terjadi anggapan yang

salah, bahwa setiap orang yang pandai secara teoritis dan praktis, dapat pula

menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya kepada orang lain. Oleh

karena itu, para pelatih perlu mendapatkan pelatihan khusus.

8) Metode Pelatihan (training methods), Keberhasilan suatu program pendidikan

dan pelatihan tidak hanya tergantung pada kemampuan pelatih, kemampuan

pesertanya dan fasilitas pelatihan, tetapi juga oleh metode yang dipakai. Oleh

karena itu, metode pelatihan yang ditetapkan harus sesuai dengan pelatihan

yang diberikan.

9) Prinsip Belajar (principle of learning), Azas belajar yang perlu ditetapkan

dalam pelatihan, yakni dalam pembahasan masalahnya dimulai dari hal yang

sederhana ke hal yang sulit. Apabila pembahasan dimulai dari hal yang sulit,

maka peserta sulit untuk memahami masalah yang diberikan.

Selain prinsip-prinsip di atas penentuan metode diklat yang akan digunakan

sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang dimiliki organisasi untuk mendukung

pelaksanaan teknis diklat, yaitu; (i) Efektifitas biaya, (ii) Isi program yang

dikehendaki, (iii) Kalayakan fasilitas, (iv) Preferensi kemampuan peserta, (v)

Preferensi dan kemampuan instruktur/pelatih, dan (vi) Prinsip-prinsip pembelajaran.

Prinsip-prinsip diklat tersebut berlaku untuk organisasi yang yang menyelenggarakan

program diklat, termasuk institusi Kepolisian. Metode penyelenggaraan diklat

menurut Wilujeng dalam Gintings (2011:51) secara garis besar dikelompokan dalam

tiga, yaitu on-the-job training, off-the-job training, dan development program.

Seiring perkembangan jaman, institusi kepolisian sebagai institusi yang

melaksanakan tugas-tugas professional dituntut untuk lebih menjadi pelayan publik

Page 22: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

37

yang professional dalam melaksanakan tugas kesehariannya. Untuk menjadi pelayan

publik yang professional dibutuhkan upaya-upaya diklat dalam rangka peningkatan

kualitas sumberdaya polisi yang berkualitas. Oleh karena itu penyelenggaraan diklat

dalam institusi kepolisian merupakan suatu upaya meningkatkan kualitas sumberdaya

polisi dalam profesinya. Berbeda dengan diklat pada umumnya, diklat pada institusi

kepolisian merupakan diklat yang lebih menekankan aspek professionalitas. Akan

tetapi sama dengan diklat professional lainnya diklat kepolisian mempunyai tujuan

untuk mewujudkan sumberdaya manusia professional berdaya saing tinggi dan

bermoral di lingkungan organisasi dan lingkungan global. Sebagai salah satu contoh

tujuan pendidikan POLRI sebagaimana termuat dalam Peraturan Kepala Kepolisian

Negara RI (Perkap) nomor 4 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian

Negara Republik Indonesia, dimana dalam pasal 3 disebutkan bahwa;

“tujuan Sisdik POLRI meliputi: (a) terwujudnya hasil didik yang profesional,

bermoral, dan modern sesuai tuntutan kompetensi POLRI; (b) terbentuknya

potensi peserta didik yang bermoral tinggi, memiliki pengetahuan, keterampilan,

sikap perilaku yang sesuai dengan etika profesi patuh hukum, dan menjunjung

tinggi hak asasi manusia; dan (c) terbentuknya kemampuan potensi kesamaptaan

jasmani dan keterampilan peserta didik yang mampu mendukung pelaksanaan

tugas pokok POLRI”.

Sejalan dengan tujuan diklat POLRI, tujuan diklat PNTL sebagaimana

dijelaskan dalam kurikulum Pendidikan Dasar dan Pelatihan (2011) adalah

membentuk individu berkarakter polisi yang memiliki mental dan moral yang baik,

serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk menciptakan semangat

Page 23: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

38

kebersamaan dalam melaksanakan tugas pelayanannya sesuai amanat konstitusi

RDTL pasal 147. Melalui diklat anggota PNTL diharapkan mampu menjadi pelayan

publik yang professional dalam mencegah dan mengatasi masalah keamanan. Sebagai

institusi publik anggota PNTL dituntut mempunyai tanggungjawab moral serta

pengetahuan kepolisian yang cukup, sehingga mereka mampu membuat keputusan

yang tepat ketika berhadapan dengan situasi ril di lapangan. Sebab situasi di lapangan

akan selalu berubah, bahkan perubahan itu akan membuat tindakan polisi menjadi

kaku apabila hanya berpegang pada teori-teori dan aturan-aturan secara kaku. Dalam

mengahdapi situasi-situasi tertentu polisi dituntut profesionalitasnya yang

bertanggungjawab melakukan diskresi terhadap aturan yang berlaku. Untuk itu maka

diklat PNTL diharapkan tidak hanya menekankan pada konsep dan teori kepolisian

tetapi juga bagaimana membentuk moral dan mental sesuai konteks dimana mereka

akan bertugas.

2.2. Kerangka Pemikiran

Capacity Building atau pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas

dan berdaya saing tinggi merupakan harapan penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan bagi organisasi apapun. Sebab sumberdaya manusia yang berkualitas dalam

profesinya merupakan aset paling berharga bagi organisasi dalam mempertahankan

eksistensinya, baik sebagai organisasi publik maupun organisasi swasta/nirlaba.

Proses mendapatkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam profesinya diawali

Page 24: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

39

dengan sebuah proses persiapan oleh organisasi, rancangan diklat, penyelenggaraan

diklat, sampai kepada evaluasi, baik evaluasi terhadap penyelenggaraan maupun

evaluasi hasil diklat.

Organisasi publik dalam melaksanakan pelayanannya selalu diperhadapkan

pada masalah-masalah publik yang tidak mampu diselesaikan sendiri oleh organisasi

tersebut tanpa kerjasama dan atau intervensi pihak lain. Kerjasama dapat dilakukan

dengan organisasi-organisasi publik lainnya maupun dengan organisasi-organisasi

nirlaba yang relevan. Intervensi yang diperlukan bagi sebuah organisasi publik

berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang seyogyanya dipakai sebagai strategi

penyelesaikan masalahan-masalahan organisasi. Kebijakan-kebijakan pemerintah

yang dimaksud berupa kebijakan dalam berbagai bidang, termasuk kebijakan dalam

bidang pendidikan dan pelatihan yang dikenal dengan kebijakan pendidikan. Namun

tidak semua kebijakan publik baik dari legislatif, yudikatif maupun eksekutif, dibuat

berdasarkan sebuah analisis yang kontekstual. Tidak jarang sebuah kebijakan publik

didominasi keinginan-keinginan aktor kebijakan yang dilatarbelakangi oleh

kepentingan-kepentingan pribadi, kelompok atau kepentingan politik. Sehingga tidak

mengherankan jika kebijakan publik disebut sebagai sebuah proses yang bersifat

politis dan analitis serta outcomes-nya merupakan sesuatu yang masih dipertanyakan.

Kebijakan pemerintah República Democrática de Timor Leste untuk

mengadakan kerjasama dengan pemerintah Portugal sehubungan dengan masalah

keamanan dalam negeri, merupakan sebuah langkah strategis pemerintah untuk

Page 25: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

40

mendukung tugas dan tanggungjawab pelayanan institusi PNTL. Dalam rangka

menindaklanjuti kerjasama tersebut, institusi PNTL melakukan kerjasama teknis

dengan Guarda Nacional Repúblicana (GNR) Portugal untuk mendukung proses

persiapan dan penyelenggaraan diklat Polícia Nacional Timor Leste. Dukungan

tersebut dimulai dari pelelangan kepada publik, seleksi dokumen, tes fisik, psikotes,

tes medis, sampai kepada penyelenggaraan diklat dan monitoring praktek di

lapangan, serta evaluasi.

Langkah strategis pemerintah Timor Leste mengadakan kerjasama

mendatangkan personil GNR Portugal tersebut didasarkan pada kondisi Centro de

Formação da Polícia serta keberadaan institusi PNTL sebagai organisasi publik

setelah krisis politik pada tahun 2006. Perubahan prinsip dasar organisasi,

kedisiplinan, pelatihan, dan status personal/keanggotaan yang mengikuti prinsip

dasar militer, minimnya anggota PNTL, kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga

pendidik/pelatih (instruktur) Centro de Formação da Polícia, hilangnya kepercayaan

publik terhadap netralitas pelayanan publik institusi PNTL akibat krisis politik pada

tahun 2006, menjadi dasar bagi pemerintah Timor Leste untuk membuat

kesepakataan kerjasama tersebut. Akan tetapi seharusnya kondisi lain yang juga perlu

mendapat perhatian serius dari pemerintah Timor Leste dalam membuat langkah

strategis diklat, baik persiapan maupun penyelenggaran diklat PNTL adalah

kesepakatan kerjasama yang telah dibangun bersama dengan pemerintah Australia

dan Inggris melalui ajensi Timor Leste Police Development Program (TLPDP) pada

Page 26: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

41

tahun 2003, untuk mendidik dan melatih para instruktur/tenaga pengajar bagi Centro

de Formação da Polícia, agar apapun yang akan dilakukan oleh pemerintah maupun

oleh Centro de Formação da Polícia merupakan upaya untuk menindaklanjuti

langkah-langkah strategis sebelumnya dan tidak bertentangan dengan upaya-upaya

yang telah dihasilkan sebelumnya.

Proses penyelenggaraan diklat institusi PNTL sebagai organisasi publik

merupakan bagian dari tanggungjawab pemerintah Timor Leste untuk menciptakan

sumberdaya polisi yang memiliki karakter dan integritas moral, sehingga mampu

melaksanakan tugas kesehariannya dengan professional. Diklat dikembangkan

dengan harapan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan kekinian maupun

persoalan-persoalan mendatang. Kamil mengatakan bahwa diklat merupakan suatu

proses yang terus-menerus dan berkelanjutan untuk menjawab permasalahan-

permasalahan baru, prosedur-prosedur baru, peralatan-peralatan baru, pengetahuan-

pengetahuan baru dan jabatan-jabatan baru sebagai akibat dari perkembangan jaman.

Untuk memenuhi harapan tersebut di atas, maka penyelenggaraannya harus

mengikuti prosedur-prosedur atau langkah-langkah strategis yang kontekstual sesuai

dengan apa yang menjadi tuntutan dan harapan bagi institusi PNTL dalam pelayanan

publiknya.

Langkah-langkah strategis persiapan dan proses penyelenggaraan diklat

seyogyanya dibuat dengan mempertimbangkan dan didasarkan pada sistem nilai dan

penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional, yaitu dengan

Page 27: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

42

memperhatikan dan mempertimbangkan kemampuan-kemampuan dan kelemahan-

kelemahan ril dalam organisasi, dalam hal ini kemampuan dan kelemahan Centro de

Formação da Polícia untuk menyelenggarakan diklat. Menurut Gintings langkah-

langkah strategis yang harus diperhatikan dalam persiapan dan penyelenggaraan

diklat, adalah sebagai berikut; (i) melakukan analisis stratejik, (ii) menetapkan

kompetensi yang dibutuhkan, (iii) mengukur kompetensi yang dimiliki saat ini, (iv)

melakukan analisis kebutuhan diklat, (v) penyusunan rancangan teknis diklat, (vi)

menyelenggarakan diklat, dan (vii) mengevaluasi penyelenggaraan dan hasil diklat.

Tujuan penyelenggaraan pendidikan dasar dan pelatihan kepolisian Timor

Leste, sebagaimana dijelaskan dalam kurikulum baru diklat PNTL yaitu untuk

memenuhi jumlah yang diharapkan pada tahun 2015 (mencapai 5000 persinil PNTL),

membentuk karakter dan integritas moral anggota baru PNTL, pembentukan fisik

yang kuat dalam melaksanakan tugas lapangan serta membekali para calon anggota

PNTL dengan konsep-konsep dan teori-teori kepolisian, sehingga setelah selesai

diklat diharapkan para anggota baru PNTL tersebut mampu melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya sesuai pasal 147 Konstitusi Timor Leste, yaitu

melayani,melindungi, dan menghormati masyarakat dengan sama sekali tidak

berpihak.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan sebuah alur pikir

dalam sebuah sketsa, sebagai berikut:

Page 28: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

43

Gambar 2.2. Alur Kerangka Pemikiran

Page 29: Hadin Muda Siregar (2005), dalam tesis dengan judul Pengaruhmedia.unpad.ac.id/thesis/170720/2011/170720115001_2_8518.pdf · 2 Area kemampuan Kognitif, afektif, psikomotor Psikomotor

44

2.3. Hipotesis Kerja

Proses penyelenggaraan pendidikan dasar dan pelatihan di Centro de

Formação da Polícia akan berhasil, apabila didasarkan pada langkah-langkah berikut;

melakukan analisis stratejik, menetapkan kompetensi yang dibutuhkan, mengukur

kompetensi yang dimiliki saat ini, melakukan analisis kebutuhan diklat, penyusunan

rancangan teknis diklat, menyelenggarakan diklat, dan mengevaluasi

penyelenggaraan diklat dan hasil diklat.