z saraf epilepsi psikomotor ii artikel

Upload: andri-adma-wijaya

Post on 15-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PENDAHULUAN

    Epilepsi ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai keadaan

    yang mempunyai satu sifat khas sama, yakni adanya kecenderungan timbulnya gejala-

    gejala klinis secara berjangkitan yang dikenal sebagai serangan-serangan epileptis.

    Epilepsi merupakan masalah penting baik dipandang dari sudut i1mu

    kedokteran maupun sosial. Diperkirakan, di seluruh dunia terdapat lebih dari duapuluh

    juta orang penderita epilepsi, akan tetapi hanya sebagian kecil para penderita tersebut

    telah dapat menikmati pengobatan secara mutakhir.

    Di Indonesia epilepsi sudah lama dikenal oleh masyarakat dengan berbagai

    nama, diantaranya ayan, sawan, celeng dll. Namun masih sering masyarakat

    menganggap epilepsi atau ayan bukan sebagai penyakit, akan tetapi sebagai akibat

    kekuatan gaib, kutukan atau kesurupan, sehingga banyak di antara para penderita

    epilepsi tidak mendapat perhatian selayaknya. Epilepsi juga sering dikaitkan dengan

    penyakit jiwa atau inteligensi rendah. Kurangnya pengertian tentang epilepsi

    dikalangan masyarakat merupakan sebab utama mengapa masalah epilepsi belum

    dapat ditanggulangi dengan baik.

    Kebanyakan penderita tidak atau tidak teratur berobat ke dokter, anak-anak

    yang menderita epilepsi sering tidak disekolahkan atau dikeluarkan dari sekolah karena

    mendapat serangan-terangan kejang.

    Walaupun belum pernah dilakukan penyelidikan epidemiologis tentang

    epilepsi di Indonesia dapat dikatakan, bahwa epilepsi tidak jarang dijumpai, dalam

    masyarakat. Jika dipakai angka-angka prevalensi dan insiden epilepsi yang didapatkan

    dalam kepustakaan, yakni untuk prevalensi 5-10 pro mil dan insiden 0.5 pro mil, maka

    dapat diduga, bahwa di Indonesia yang berpenduduk sekitar 180 juta orang, paling

    sedikit terdapat 900.000 - 1.800.000 orang penderita epilepsi, sedangkan insiden

    adalah 90.000 kasus epilepsi baru tiap tahun.

    Ada pula yang mengatakan bahwa :

  • Prevalensi epilepsi diperkirakan ada sekitar 1 % ini berarti dari 220 Juts

    penduduk di Indonesia ada sekitar 2.200.000 penderita epilepsi. WHO memperkirakan

    2-5% dari penduduk dunia pernah mengalami kejang. Epilepsi terdapat pada semua

    bangsa dengan hanya sedikit variasi pada penyebaran geografik. Pada laki ada sedikit

    lebih banyak, ini mungkin. oleh karena karena lelaki lebih terpapar terhadap trauma

    khususnya trauma kepala.

    Sekitar 30% mendapat serangan pertamanya sebelum umur 4 tahun dan terjadi

    50% pada umur 10 tahun serta 75% pada umur 20 tahun. Hanya 15% dari penderita

    mengalami serangan pertamanya setelah umur 25 tahun dan kurang dari 2% mendapat

    serangan pertamanya setelah 50 tahun. Insiden epilepsi lebih tinggi pada anak pertama

    dibandingkan anak kedua, dan anak kedua lebih tinggi dibandingkan anak ketiga dan

    seterusnya. Mungkin ini disebabkan anak pertama adalah pembuka jalan dibandingkan

    anak kedua; penelitian belum dilakukan pada kasus sectio zaesaria. Anehnya banyak

    epilepsi lobus temporalis timbul sekitar menjelang dewasa muda, padahal sangat

    mungkin penyebabnya dari sklerosis lobus temporalis adalah proses kelahiran

    bermasalah. Ini mungkin disebabkan karena pada umur menjelang dewasa otak si anak

    bekerja lebih berat, berhubung sekitar umur itu si anak tersebut mulai berdikari.

    Epilepsi adalah penyakit yang sangat penting di masyarakat kita; oleh karena

    timbulnya pada umur kanak-kanak dan umur produktif, maka penanggplangannya

    secara baik perlu dilakukan dan untuk ini diperlukan pengertian dan pemahaman

    patofisiologi dan penyebabnya yang lebih baik. Epilepsi parsial ditemukan pada 2/3

    penderita epilepsi dewasa dan pada penderita epilepsi anak-anak.

    Sejarah Epilepsi

    Keterangan epilepsi yang paling tua terdapat di lembaran Babylon. Yang

    tersimpan di British Museum (1) Harsono.

    Kata epilepsi berasal dari kata Yunani Epilam banein yang berarti sesuatu

    yang menimpa seseorang dari luar hingga ia jatuh.

    Epilepsi sudah dikenal sekitar 2000 tahun sebelum Masehi di daratan Cina,

    namun Hippocrates ialah orang pertama yang mengenal epilepsi sebagai gejala

    penyakit. Ia menganggap epilepsi sebagai penyakit otak yang disebabkan oleh berbagai

  • keadaan yang dapat difahami dan bukan sebagai akibat kekuatan gaib. Salah satu

    definisi epilepsi pada zaman purbakala berbunyi : Epilepsi ialah kejang seluruh badan

    disertai gangguan fungsi luhur. (2,3) Agoes.

    Hippocrates, Soranus dan Aretaeus telah menggambarkan berbagai gejala yang

    mendahului serangan epilepsi, misalnya rasa berat kepala, pusing, tinnitus, mencium

    bau sesuatu tidak nyaman, dsb. Kata aura yang dalam bahasa Yunani berarti tiupan

    angin pertama kali dipakai oleh Pelops dan Galenus.

    Pada zaman renaissance para dokter lebih jelas menggambarkan bermacam

    manifestasi epilepsi, diantaranya serangan yang tidak disertai kejang, akan tetapi

    bersifat otomatisme atau yang timbul sebagai kehilangan kesadaraa sebentar disertai

    berbagai jenis gerakan sebagian badan, misalnya kelopak mata, kepala dan lain-lain.

    Orang pertama yang menggambarkan serangan otomatisme ialah Benivenius pada

    tahun 1507 dan kemudian oleh Erastus (1581) dan Toxites (1644) juga diumumkan

    kasus-kasus serangan epilepsi yang, bersifat otomatisme 4,5.

    Sebagai telah dikemukakan serangan yang sekarang terkenal dengan nama,

    absence atau serangan epilepsi petit mal telah digambarkan oleh Hippocrates, baru

    abad ke-18 dan ke-19 jenis epilepsi tersebut, lebih jelas dilukiskan oleh para

    penyelidik Kata absence pertama kali dipakai oleh Calmeil dalam tahun 1824,

    sedangkan Kata petit mal dianjurkan oleh Esquirol (1838) (3,4).

    Herpin (1867) dan Falret (1860) telah menggambarkan bangkitan

    automatismus dan gejala psikosensorik yang disebut aura intelektuil (5).

    Epilepsi fokal juga telah dikenal oleh Hippocrates. Ia menggambarkan suatu

    serangan yang dialami oleh seorang yang pernah menderita trauma capitis. Serangan

    kejang mulai pada bagian kontralateral dari tempat kepala terkena trauma. Dalam abad

    ke-19 berbagai penyelidik menjelaskan pentingnya gejala permulaan serangan pada

    epilepsi fokal dan bagaimana hubungan antara lesi lokal pada korteks serebri dan aura

    atau pennulaan serangan epilepsi. Robert Todd memakai istilah hemiplegi epileptis

    untuk kelumpuhan yang terjadi setelah serangan kejang fokal. Kelumpuhan tersebut

    yang disebabkan oleh karena beberapa bagian otak sesudah serangan kehilangan fungsi

    untuk sementara waktu, hingga sekarang masih disebut paralisis Todd (3).

    Baru dalam bagian kedua abad ke-19 dilakukan penyelidikan secara ilmiah

  • mengenai dasar serangan epilepsi., Hughlings Jackson (1863 1899) danGoWers

    (1881) memelopori penyelidikan epilepsi secara modern, yakni atas dasar anatomi dan

    fisiologi. Jackson dengan teliti menggambarkan serangan epilepsi fokal motoris dan

    mengemukakan hipotesis, bahwa serangan tersebut disebabkan oleh lepas-muatan

    listrik di berbagai bagian otak tertentu.

    Menurut Jackson epilepsi ialah gejala lepas-muatan listrik sebagian substansia

    grisea otak yang berlangsung secara tiba-tiba, berlebih, cepat. tidak teratur dan bersifat

    sementara.

    Semua serangan dapat dijelaskan atas dasar hipotesis ini. Tergantung pada

    bagian otak mana yang berlepas muatan dijumpai bermacam jenis serangan,

    diantaranya yang bersifat motoris, sensoris, psikis, dll. Juga epilepsi grandmal dan

    petit mal disebabkan oleh lepas-muatan listrik sebagian susunan saraf pusat. yakni

    menurut Jackson di bagian hemister otak yang mempunyai fungsi tertinggi. Perbedaan

    antara epilepsi grandmal dan petit mal hanva terletak pada kekuatan lepas-muatan.

    Menurut Jackson semua jenis epilepsi mempunyai dasar sama. Diagnosa epilepsi tidak

    didasarkan pada banyaknya atau kerasnya gejala, akan tetapi ada sifat paroksismal

    timbulnya gejala-gejala, tersebut (6).

    Dalam tahun 1888 Jackson mengumumkan suatu serangan epilepsi yang la

    sebut bentuk epilepsi yang aneh (a peculiar variety, of epilepsy). Serangan tersebut

    disertai tingkah laku penderita yang aneh seolah-olah bertujuan, sedangkan kesadaran

    tidak seluruhnya hilang, akan tetapi berubah. Serangan demikian biasanya didahului

    oleh bermacam halusinasi dan ilusi misalnya halusinasi pembau, pengecap,

    pendengaran atau penglihatan, disertai gerakan kecap-kecap atau berludah. Jackson

    menemukan keadaan demikian keadaan seperti mimpi (dreamy state).

    Sebagai sebab ia menemukan berbagai lesi dalam lobus temporalis bagian

    depan, yakni di unkus dan beberapa bagian sekitarnya. Dalam pemeriksaan bedah-

    mayat Jackson juga menemukan beberapa sebab serangan kejang fokal, diantaranya

    sifilis, gangguan peredaran darah otak, tumor dll. Diterangkan, bahwa lesi yang

    menyebabkan lepas muatan listrik abnormal dapat menyebarkan lepas-muatan listrik

    itu ke berbagai bagian korteks lainnya, sehingga serangan yang mulai pada salah satu

    bagian badan dapat menjalar ke bagian lain, bahkan ke seluruh badan. Gowers selain

  • membuat klasifkasi serangan kejang juga telah menentukan berbagai jenis epilepsi,

    bermacam aura yang mendahului serangan, berbagai faktor etiologi, faktor herediter.

    cara membuat diagnose dan diagnose pertimbangan serta terapi.

    Penyelidikan tentang epilepsi memasuki, tahap baru dengan adanya

    pemeriksaan elektroensefalografi, yakni pemeriksaan faal otak dengan jalan mencatat

    atau merekam potensial listrik otak dari permukaan kepala. Penyelidikan pertama

    tentang fenomen otak dilakukan oleh Caton dalam tahun 1875, yang berhasil merekam

    kegiatan listrik otak kera dengan menggunakan sebuah galvanometer halus. Hans

    Berger antara tahun 1909 dan 1929 adalah orang pertama yang berhasil merekam

    kegiatan listrik otak manusia dari permukaan kepala.

    Gibbs dan Lennox (1937) menemukan berbagai kelainan elektroensefalografik

    berupa ritme gelombang berfrekwensi 6 per sekon dengan puncak datar bercampur

    gelombang tajam pada bangkitan yang mereka sebut epileptik equievalent atau

    automatismus. Bangkitan tersebut mirip bangkitan epilepsi yang telah di gambarkan

    Jackson. Mereka menandai epilepsi psychomotor

    Gibbs dan Fuster (1948) berpendapat bahwa kebanyakan penderita yang menunjukkan

    kelainan elektroensefalografik yang khas untuk epilepsi psychomotor. Mereka

    berpendapat bahwa kelainan tersebut terutama terdapat pada daerah lobus temporalis.

    Kemajuan pesat di bidang neurotisiologi dan neurokimia setelah perang dunia

    kedua, terutama dalam tiga dekade akhir ini telah memungkinkan penelitian lebih

    mendalam tentang mekanisme dasar serangan epilepsi. Penelitian-penelitian tersehut

    dan penelitian berbagai aspek lain epilepsi, diantaranya manifestasi klinis, diagnose,

    pengobatan, aspek-aspek psikologis, sosial dan sebagainya telah banyak memberi

    sumbangan dalam meningkat-kan pengertian tentang epilepsi dan penanggulangannya,

    walaupun masih banyak yang belum diketahui.

    PENGERTIAN EPILEPSI

    Epilepsi adalah suatu kumpulan gejala atau yang mengenai otak, dicirikan oleh

    gangguan fungsi kesadaran, motorik, sensorik dan aktivitas otonom, disebabkan oleh

    gangguan fungsi sel-sel saraf otak paroksismal (1) Def.

  • Menurut Mahar Marjono ( 2003 ).

    Epilepsi ialah manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai etiologi,

    namun dengan gejala tunggal khas, yakni serangan berkala yang disebabkan oleh

    lepas-muatan listrik neuron-neuron otak secara berlebihan dan paroksismal.(2) Def

    Sedangkan Simon Shorvon (2000) menyatakan epilepsi adalah kondisi dimana

    penderitanya cenderung mengalami kejang epilepsi berulang lebih dari dua kali,

    semantara kejang epilepsi didefinisikan sebagai manifestasi klinik yang berlebihan dari

    satu kumpulan neuron otak. (3) Def

    Pendapat lain menyatakan, epilepsi merupakan gangguan susunan syaraf pusat

    (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya serangan (seizure, fit, attack, spell) yang bersifat

    spontan (unprovoked) san berkala. Serangan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi

    otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekelompok besar sel-sel

    otak, bersifat sikron dan berirama.

    Istilah epilepsi tidak boleh digunakan untuk serangan yang terjadi hanya sekali

    saja atau serangan yang terjadi selama penyakit akut berlangsung. (4) Def

    Sementara Definisi lain mengatakan.

    Epilepsi adalah suatu pelepasan aktivitas listrik neuron otak secara periodik

    dan. berlebih yang mengakibatkan hilangnya kesadaran, timbulnya gerakan abnormal,

    fenomena sensorik abnormal, peningkatan aktivitas autonom, dan beberapa. gejala

    psikis. Menurut WHO epilepsi adalah keadaan bangkitan akibat disfungsi semantara

    sebagian atau seluruh jaringan otak oleh karena cetusan listrik populasi neuron peka

    rangsang yang berlebih, menimbulkan gambaran motorik, sensorik, otonom atau psikis

    yang tiba-tiba sesaat. (5) Def

    Hughling Jackson (1997) berpendapat epilepsi adalah kekacauan yang datang

    pergi dari sistem saraf pusat yang datangnya secara tiba-tiba dan berlebihan oleh

    karena itu pelepasan aktifitas listrik yang tak teratur dari bagian kelabu otak/sustantia

    grasea. Pelepasan listrik akan segera menghasilkan ganguan sensasi, kehilangan

    kesadaran, kekacauan, psikis, kejang atau kombinasi. Definisi ini terkenal dengan

    sebutan Definisi Jackson (6) Def

    Epilepsi juga didefinisikan sebagai suatu gangguan kronik yang ditandai

  • dengan adanya bangkitan epileptik berulang akibat gangguan fungsi otak secara

    intermiten yang terjadi oleh lepas muatan listrik abnormal neuron-neuron secara

    paroksimal, akibat berbagai etiologi.

    Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari bangkitan serupa (stereotipik)

    yang berlebihan dan abnormal, berlangsung secara mendadak dan sementara, dengan

    atau tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh hiperaktifitas listrik sekelompok sel

    saraf di otak yang disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked).

    Sindroma epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang

    terjadi bersama-sama meliputi berbagai etiologi, umur onset, jenis serangan, faktor

    pecentus, kronisitas.

    KLASIFIKASI.

    Untuk mempermudah komunikasi antara para sarjana yang meneliti masalah

    epilepsi serta penanggulangan penderita epilepsi dalam klinik diperlukan suatu

    klasifikasi epilepsi. Sejak dahulu telah dicoba untuk membuat klasifikasi epilepsi,

    namun hingga sekarang belum ada klasifikasi, yang memuaskan semua pihak, baik

    para peneliti maupun mereka yang bekerja dalam klinik. Pada umumnya klasifikasi-

    klasifikasi yang diusulkan hanya dapat mernenuhi kebutuhan tertentu. Para peneliti

    ingin agar klasifikasi mencakup semua aspek epilepsi, termasuk fakta-fakta yang telah

    ditemukan sebagai hasil penelitian dasar di bidang neurofisiologi, neurokimia, anatomi

    dan patologi. Klasifikasi demikian akan sangat terinci dan kompleks. (1)

    Sejak tahun 1969 klasifikasi sudah berganti empat kali. Berdasarkan hasil

    karya Gastaut dkk dalam tahan 1969 the International League Against Epilepsy

    bekerjasama dengan the World Federation of' Neurology dan the International

    Federation of Societies For EEG And Clinical Neurophysiology mengusulkan dua

    jenis klasifikasi, yakni klasifikasi serangan epilepsi dan klasifikasi epilepsi atau

    sindrom epilepsi. Klasifikasi atas dasar serangan membagi serangan epilepsi menurut

    gejala klinis, EEG iktal dan interiktal, dasar anatomis, etiologi dan usia. Dalam

    klasifikasi tersebut dibedakan antara serangan yang sejak permulaan bersifat umum

    disertai gejala klinis dan EEG bilateral dan serangan yang mulai sebagai gejala parsial

    atau lokal. Dalam golongan serangan umum termasuk serangan absens (lena), serangan

  • tonis dan/atau klonis dan serangan miokloni. Serangan parsial dibagi dalarn serangan

    parsial dengan gejala elementer (sederhana), termasuk gejala motoris, sensoris dan

    otonom, dan serangan parsial dengan simtomatologi kompleks, biasanya disertai

    kehilangan atau penurunan kesadaran dan gejala gangguan daya ingat (dismnesi),

    afektif, psikosensoris dan psikomotoris. Gejala-gejala tersebut biasanya dikaitkan

    dengan daerah kortikal atau subkortikal temporal atau frontotemporal. Serangan-

    serangan fokal yang kemudian menjalar menjadi serangan umum dikelompokkan

    dalam golongan tersendiri, yakni serangan parsial yam, sekunder menjadi serangan

    umum. Dalarn klasifikasi serangan juga terdapat golongan yang disebut serangan

    unilateral pada anak., yakni serangan dengan gambaran klinis dan EEG seperti

    serangan umum, akan tetapi bermanifestasi pada satu hemisfer. Selanjutnya dalarn

    klasifkasi dimasukkan golongan serangan yang tidak terklasifikasi karena kekurangan

    data. 1,2,3

    Pada tahun 1981 ILAE membuat klasifikasi serangan epilepsi yang kemudian

    dipergunakan sebagai standar internasional. Klasifikasi ini memudahkan pertukaran

    informasi tentang epilepsi dan juga bermanfaat untuk menentukan terapi yang tepat.

    Klasifikasi serangan epilepsi didasarkan atas gambaran klinis dan pola yang tampak

    pada EEG. Serangan epilepsi dibagi menjadi dua kategori ialah serangan parsial dan

    serangan umum. Apabila awal serangan hanya melibatkan area otak yang terbatas

    (localized) maka serangan epilepsi disebut sebagai serangan parsial. Sementara itu

    apabila awal serangan melibatkan kedua hemisferium otak maka serangan epilepsi

    disebut sebagai serangan umum. 4

    Suatu perubahan penting yang dilakukan ialah, pada pembagian serangan

    parsial. Dalam klasifikasi baru yang disebut serangan parsial, elementer atau sederhana

    ialah semua serangan yang tidak disertai kehilangan atau penurunan, kesadaran,

    walaupun gejala-gejala klinisnya dapat bervariasi, seperti gejala sensoris khas,

    somatosensoris dst. sedangkan serangan parsial kompleks ialah serangan yang disertai

    kehilangan atau penurunan kesadaran. Yang dimaksud dengan penurunan kesadaran

    ialah ketidakmampuan penderita untuk beraksi secara wajar terhadap rangsang dari

    luar oleh karena kesadarannya berubah. Klasifkasi yang direvisi juga masih

    menunjukkan beberapa kelemahan, misalnya dalam golongan serangan parsial tidak

  • dapat dibedakan serangan yang berasal dari daerah lobus temporalis dan limbik dan

    yang tercetus di daerah lain. Serangan dengan gejala psikis seperti dismnesi, disfagi,

    kognitif, afektif yang dahulu termasuk serangan parsial kompleks sekarang

    digolongkan serangan parsial elementer apabila kesadaran tidak menurun. Sebaliknya

    serangan parsial yang disertai penurunan kesadaran disebut serangan parsial kompleks,

    walaupun gambaran serangan sederhana seperti gejala somatosensoris. Pada tabel I

    dapat dilihat klasifkasi 1981. 1

    Untuk mengatasi banyaknya macam gejala klinis, maka tidak mungkin dipakai

    Klasifikasi Tipe Serangan Kejang ILAE 1981 sehingga pada tahun 1985 ILAE

    mempopulerkan klasifikasi lagi yang kemudian diperbaiki pada tahun 1989 yaitu

    Klasifikasi Epilepsi dan Sindroma Epilepsi. Sindroma epilepsi adalah sekumpulan

    gejala dan tanda klinis epilepsi yang terjadi bersama-sama meliputi berbagai etiologi,

    umur, onset, jenis serangan, faktor pencetus dan kronisitas. 5

    Klasifikasi ILAE 1981 untuk tipe serangan / bangkitan epilepsi. 3,5,6,7,8

    Serangan parsial

    1. Serangan parsial sederhana (kesadaran baik)

    - Motorik

    - Sensorik

    - Otonom

    - Psikis

    2. Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu) disebut juga epilepsi lobus

    temporalis/psikomotor

    - Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran

    - Gangguan kesadaran saat awal serangan

    3. Serangan umum sekunder

    - Parsial sederhana menjadi tonik klonik

    - Parsial kompleks menjadi tonik klonik

    - Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik klonik

    Serangan Umum

  • 1. Absans (lena)

    2. Mioklonik

    3. Klonik

    4. Tonik

    5. Tonik klonik

    6. Atonik

    Tak tergolongkan

    Klasifikasi ILAE 1989 untuk sindroma epilepsi.

    Berkaitan dengan letak fokus

    1. Idiopatik (primer)

    - Epilepsi anak benigna dengan gelombang paku di sentrotemporal

    (Rolandik benigna)

    - Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital

    - Primary reading epilepsy

    2. Simtomatik (sekunder)

    - Lobus temporalis

    - Lobus frontalis

    - Lobus parientalis

    - Lobus oksipitalis

    - Kronik progresif parsialis kontinua

    3. Kriptogenik

    Umum

    1. Idiopatik (primer)

    - Kejang neonatus familial benigna

    - Kejang neonatus benigna

    - Kejang epilepsi mioklonik pada bayi

    - Epilepsi absans pada anak

  • - Epilepsi absans pada remaja

    - Epilepsi mioklonik pada remaja

    - Epilepsi dengan serangan tonik klonik pada saat terjaga

    - Epilepsi tonik klonik dengan serangan acak

    2. Kriptogenik atau simtomatik

    - Sindroma West (spasmus infantil dan hipsaritmia)

    - Sindroma Lennox Gastaut

    - Epilepsi mioklonik astatik

    - Epilepsi absans mioklonik

    3. Simtomatik

    - Etiologi non spesifik

    Ensefalopati mioklonik neonatal

    Sindrom Ohtahara

    - Etiologi / sindrom spesifik

    Malformasi serebral

    Gangguan metabolisme

    Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum

    1. Serangan umum dan fokal

    - Serangan neonatal

    - Epilepsi mioklonik berat pada bayi

    - Sindroma Taissinare

    - Sindroma Landau Kleffner

    1. Tanpa gambaran tegas fokal atau umum

    Epilepsi berkaitan dengan situasi

    1. Kejang demam

    2. Berkaitan dengan alkohol

    3. Berkaitan dengan obat-obatan

    4. Eklamsi

    5. Serangan berkaitan dengan pencetus spesifik (reflek

  • epilepsi)

    ETIOLOGI

    Pada epilepsi tidak ada penyebab tunggal. Banyak faktor yang dapat

    mencederai sel-sel saraf otak atau lintasan komunikasi antar sel otak lebih kurang 65%

    dari seluruh kasus tidak diketahui faktor penyebabnya.

    Sebagian besar kasus epilepsi bersifat tidak diwariskan. Pada beberapa kasus

    memang ada kecenderungan diwariskan, namun masih harus dicari faktor lainnya.

    Perlu pula ditegaskan bahwa epilepsi tidak menular. (4 kali)

    Belakangan ini diketahui epilepsi banyak disebabkan oleh gangguan herediter

    dan juga disebabkan oleh pertumbuhan yang menyimpang terutama tentang migrasi

    dari neuron-neuron waktu pertumbuhan.

    Melalui MRI terungkap bahwa cortikal dysgenesis merupakan penyebab

    epilepsi fokal yang menahun. Selain itu dicurigai epilepsi disebabkan oleh beberapa

    faktor resiko yang sudah diketahui antara lain : trauma kepala, demam tinggi, stroke,

    intoksikasi (obat-obat tertentu), tumor otak, masalah kardiovakuler tertentu, gangguan

    keseimbangan elektrolit, infeksi (ensefalitis, menirgits) dan infestasi parasit terutama

    cacing pita. (4), 13 E/, 8 kalsifiksi

    Berdasarkan ILAE 1989 Etiologi dibagi :

    1. Idiopatik : biasanya berupa epilepsi dengan bangkitan kejang umum,

    penyebabnya tidak diketahui, umumnya berpredisposisi genetik.

    2. Kriptogenik : dianggap simtomatik tapi penyebabnya belum diketahui,

    termasuk disini sindrom West, sindrom Lennox Gestaut dan epeilepsi

    mioklonik. Gambaran klinis berupa ensefalopati difus.

    3. Simtomatik :

    - Trauma

    - Infeksi

    - Kelainan konginetal

    - Lesi desak ruang

    - Gangguan peredaran darah otak

    - Toksik (alkohol, obat)

  • - Kelainan neurodegeneratif

    Epilepsi Psikomotor.

    Epilepsi psikomotor atau epilepsi lobus temporalis atau juga disebut epilepsi

    partial kompleks.

    Bangkitan epilepsi yang disebabkan oleh suatu lesi pada lobus temporalis

    sudah dikenal sejak Hippocrates.

    Epilepsi lobus temporalis pada tahun 1881 oleh John Hughlings Jackson disebut :

    Uncinate Fits dan Dream State.

    Gibbs menganjurkan nama epilepsi psychomotor untuk bangkitan gerakan automatik

    yang disertai kelainan EEG yang khas.

    Menurut Lennox nama epilepsi lobus temporalis lebih tepat karena bangkitan

    tersebut ternyata disebabkan oleh suatu fokus pada lobus temporalis, meskipun bagian

    otak yang lain dapat ikut terlena.

    Disebut epilepsi lobus temporalis oleh Mahar Marjono karena berhubungan

    dengan lobus temporalis atau epilepsi psychomotor karena bangkitannya meliputi

    bermacam gejala motorik dan mental.

    Dinamakan epilepsi partial kompleks karena serangan disebabkan oleh

    letupan fokal abnormal yang menimbulkan kehilangan kesadaran, amnesia atau

    bingung selama ataupun setelah serangan.

    Penderita dengan sindrom epilepsi lobus temporalis mencakup kreteria di bawah ini :

    1. Sumber serangan lobus temporalis ditetapkan berdasarkan monitoring EEG

    Intrakanial.

    2. Tidak ada proses desak ruang.

    3. Serangan dapat dieliminasi dengan pembedahan.

    Definisi.

    Menurut International Classificatioan of Epileptic Seizure revisi tahun 1981,

    epilepsi partial kompleks adalah : serangan partial dimana serangan bersumber dari

    lokal dalam area terbatas satu hemisfer sercbrum disertai gangguan kesadaran.

    Menurut International League Against Apilepsy ( ILAE ) tahun 1985 epilepsi

  • lobus temporalis didefinisikan sebagai suatu kondisi yang ditandai serangan berulang

    spontan (unprovoked) yang berasal dari lobus temporalis medial atau lateral.

    Etiologi

    Etiologi epilepsi lobus temporalis antara lain: 2.4 15 E = 5 Def, 16 E

    - Post infeksi: herpes ensefalitis, atau meningitis bakterialis.

    - Trauma mengakibatkan kontusio atau perdarahan dengan akibat

    ensefalomalasia atau sikatrik kortikal.

    - Hamartoma

    - Tumor glioma

    - angioma

    - Vaskuler malformasi (cth, arterio-venous malformasi, cavernous

    angioma)

    - Gangguan migrasi neuronal

    - Hipokampus sklerosis yang disebut dengan mesial temporal sklerosis

    yang mulai masa kanak-kanak, kemudian remisi, tetapi muncul kembali

    pada usia remaja atau awal dewasa muda dengan bentuk yang refrakter.

    - Kejang demam lebih dari 15 menit, mempunyai gambaran fokal atau

    terjadi berulang dalam 24 jam.

    A. ANATOMI

    Berat otak orang dewasa sekitar 2 % dari berat badan, bentuk setengah padat,

    warna kelabu, terbungkus secara berlapis oleh selaput otak yang terdiri dari :

    priamater, amehnoid dan dramater. Otak terlindung dalam tulang tengkorak :

    Otak memiliki kurang lebih 15 miliar neuron yang membangun substansia

    grisea dan substansia alba. Otak merupakan organ yang paling sangat kompleks dan

    sensitif, berfungsi sebagai pengendali dan pengatur seluruh aktivitas kita : gerakan

    motorik, sensasi, berpikir, dan emosi. Disamping itu, otak merupakan tempat

    kedudukan memori dan juga pengatur aktivitas involunter atau otonom. Sel-sel otak

    bekerja bersama-sama, berkomunikasi melalui signal-signal listrik. Kadang-kadang

    dapat terjadi cetusan listrik yang berlebihan dan tidak beraturan dari sekelompok sel

  • yang menghasilkan serangan atau seizure. Sistem limbik merupakan bagian otak yang

    paling sensitif terhadap serangan. Ekspresi aktivitas otak abnormal dapat berupa

    gangguan motorik, sensorik, kognitif atau psikis.

    Otak terbagi atas divisi korteks serebri, ganglia basalis, thalamus dan

    hipothalamus, midbrain, pon, medula oblongata dan serebellum. Hemisferium sereberi

    dibagi menjadi lobus frontalis, lobus parietalis, lobus okipitalis, lobus temporalis, dan

    insula.

    Lobus temporalis : di sebelah anterior dipisahkan dari lobus frontalis oleh

    sulkus lateralis, di sebelah posterior dipisahkan dari lobus okipital dan parietal oleh

    batas tak tegas. Di dalam sulkus lateralis yang dalam didapatkan bangunan korteks

    yang disebut insula.

    Lobus temporalis dari lateral mempunyai dua sulkus yang membatasi tiga

    sulkus yaitu : sulkus superior, sulkus inferior dan girus superior, girus median, girus

    inferior. Dari permukaan atas lobus temporalis yang menghadap sulkus lateralis

    terdapat girus temporal transversa (Heschl) yang meluas ke medial arah lobus sentral.

    Pada sebelah medial lobus temporalis terdapat :

    Girus parahipokampus, girus oksipitotemporalis lateral (girus fusiform), girus

    oksipitotemporalis medial dan unkus.

    Hipokampus pada potongan melintang terbagi atas 2 regio utama yaitu :

    - Cornu Ammonis (CA); tersusun atas stratum piramidale dan stratum radiatum.

    - Girus dentata; tersusun atas sel granuler

    Hipokampus (cornu ammonis 1) berhubungan dengan korteks enthorhinal (area

    28 melalui subikulum, sedangkan girus dentata dihubungkan ke (cornu ammonis 4)

    melalui Mossy fiber pathway. (10,11)

    Hipokampus merupakan bagian dari sistem limbik yang berhubungan dengan

    bagian-bagian otak lainnya melalui dua jalur utama, yaitu forniks dan jalur perforantes

    baik untuk akson aferen maupun eferen (25).

    Neokorteks (area korteks yang menutupi permukaan otak), hipokampus, dan

    area fronto-temporal bagian mesial sering merupakan letak awal munculnya serangan

    epilepsi. Area subkorteks misalnya talamus, substansia nigra dan korpus striatum

    berperan dalam menyebarkan aktivitas serangan dan mencetuskan serangan epilepsi

  • umum. Pada otak normal, rangsang penghambat dari area subkorteks mengatur

    neurotransmisi perangsang antara korteks dan area otak lainnya serta membatasi

    meluasnya signal listrik abnormal.

    Lobus temporal mendapat vaskularisasi dari dua sumber yaitu :

    - arteri serebri media, dengan cabang : -a. temporal posterior, -a. temporal

    anterior

    - arteri serebri posterior

    Dari ke 2 arteri tersebut hipokampus mendapat vaskularisasi dari :

    - arteri hipokampus anterior, melalui a. choroidalis anterior

    - arteri hipokampus media, melalui a. choroidalis posterior lateral

    - arteri hipokapus posterior

    berdasarkan ukurannya a. hipokampus terdiri dari : - large & small intrahippocampal

    artery (27).

    B. FISIOLOGI

    Pada lobus temporalis terdapat daerah fungsional sebagai berikut :

    a. Korteks area auditorus primer

    Merupakan area Brodman 41 dan 42, terdapat dalam insula (girus Heschl).

    Korniokorteks area pendengaran ini menerima impuls pendengaran dari korpus

    genikulatum mediale melalui radiasio akustik yang berjalan melalui pars

    sublentikularis krus posterior kapsula interna.

    Pada hemisfer dominan, girus temporalis superior pars posterior (area 22)

    dan girus angular (area 39) penting untuk fungsi pendengaran bahasa bicara dan

    tulisan. Sedangkan hemisfer non-dominan berperan dalam pendengaran suara,

    irama dan musik. (8,12)

    b. Korteks area olfaktorik primer

    Bagian anterior uncus merupakan bagian korteks area olafktorik primer

    terpenting. Daerah yang lain meliputi kroteks prepiriformis (anterior 28) dan

    substansia perforata anterior. Rhinensefalon dalam arti lebih terbatas meliputi

    bagian susunan saraf yang menerima serat-serat dari bulbus olfaktorius sehingga

    mencakup traktus olfaktorius, striae olfaktorius bagian tertentu korpus amygdaloid,

  • uncus, korteks prepiriformis dan substansia perforata anterior.

    c. Visual pathways

    Area visual ekstratriata melintas disebelah dalam dari lobus temporalis

    sekitar krus posterior ventrikel lateralis.

    d. Girus temporalis inferior dan medial.

    Berperan dalam kegiatan belajar dan memori. Seperti diketahui belajar

    adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan tentang dunia yang

    dipengaruhi oleh pengalaman, sedangkan memori adalah simpanan informasi yang

    dapat dipanggil kembali.

    Memori terbagi atas :

    I. Memori jangka pendek (segera dan baru) : berfungsi untuk knowing that

    II. Memori jangka panjang berfungsi untuk knowing how yang dibagi atas :

    1. memori deklaratif : a. ingatan / episodik b. semantik / umum

    2. memori prosedural / non deklaratif

    II.1.a.Memori deklaratif ingatan melibatkan :

    ( Lobus temporalis media

    formasio hipokampus : - cornu ammon, girus dentata, subikulum,

    korteks enthorinal

    para hipokampus

    amigdala

    ( Diensefalon

    ( Otak depan bagian basal

    II.1.b.Memori deklaratif semantik pada :

    - pengetahuan, nama, melibatkan temporalis girus inferior bagian anterior

    - pengetahuan peralatan, melibatkan girus temporalis bagian tengah

    II.2. Pada memori non deklaratif, lobus temporalis (media) hanya

    sedikit terlibat yaitu terbatas pada dasar asosiatif dan pengulangan

    konsep (11).

    Istilah sistim limbik merupakan suatu pengertian luas dan meliputi lobus limbik

    (uncus, hippokampus, girus parahippokampus, fasia dentata, girus cinguli, girus

  • subcallosum) dan nukleus subkortikalis yang bersangkutan

    GEJALA KLINIK EPILEPSI PSIKOMOTOR (LOBUS TEMPORALIS)

    BEBERAPA MANIFESTASI KLINIS SERANGAN EPILEPSIGambaran serangan epilepsi secara klinis tergantung pada fungsi daerah otak

    yang tersangkut lepas muatan listrik epileptis, sehingga dapat dijumpai bermacam

    gejala. Fokus di lobus temporalis akan menimbulkan berbagai gejala diantaranya

    halusinasi, vertigo, dan sebagainya atau serangan yang lebih kompleks.

    Epilepsi lobus temporalis mempunyai simtomatologi tersendiri dan sering

    bersifat kompleks. Serangan epilepsi lobus temporalis dapat menjelma sebagai suatu

    serangan sederhana apabila lepas muatan listrik fokus epileptogen tidak terlampau

    keras atau meluas, misalnya serangan oditoris, olfaktoris dan sebagainya. Apabila

    lepas muatan listrik meluas dan menyangkut daerah yang lebih luas maka

    simtomatologi akan lebih kompleks misalnya berupa halusinasi, gejala otonom,

    psikomotor, reaksi afektif, otomatisme dan sebagainya yang disertai perubahan

    kesadaran dan amnesi mengenai serangan.

    Serangan parsial kompleks (serangan lobus temporalis, psikomotor) biasanya

    timbul dari lobus temporalis otak yaitu bagian dari otak yang terletak di bawah bagian

    kepala yang kita sebut pelipis. Bagian dari lobus temporalis otak ikut menyusun sistem

    limbik. Ini adalah sirkuit (sircuit) yang diketahui mempengaruhi sistem-sistem jantung,

    pembuluh darah, pernafasan dan pencernaan.

    Dasar neurofisiologis serangan epilepsi lobus temporalis terpusat pada

    kompleks amigdala-hipokampus. Lepas muatan listrik di amigdala misalnya dapat

    menjalar ke daerah kortikal dan subkortikal secara difus. Dalam semua serangan

    epilepsi lobus temporalis rupanya sistem amigdala-hipokampus ikut terlibat dan dari

    sini lepas muatan listrik tersebar ke daerah proyeksi sistem tersebut dan melibatkan

    pula kedua lobus temporalis dan daerah kortikal serta subkortikal lainnya.

    Yang termasuk dalam golongan ini epilepsi parsial yang disertai dengan

    gangguan kesadaran. Gejala yang dikatakan kompleks ialah gejala motorik, sensorik

    dan autonom yang memperlihatkan ciri yang tampaknya bertujuan dan terintegrasi.

    Sekitar 50%-80% penderita terlebih dahulu mengalami aura (serangan parsial

  • sederhana). Aura yang paling sering muncul adalah rasa takut, perasaan mual, perasaan

    aneh atau baal atau gangguan visual unilateral, dan kedutan (twitching) fokal pada

    wajah atau jari-jari.

    Gejala klinik yang biasa terlihat pada serangan parsial kompleks (lobus

    temporalis, psikomotor) berupa:

    Terjadi penurunan kesadaran; dalam hal ini penderita mengalami gangguan

    dalam berinteraksi dengan lingkungannnya. Penderita dapat tampak sadar, namun

    apabila diperiksa lebih dekat maka penderita tidak sadar akan lingkungannya, tidak

    dapat menjawab pertanyaan atau dapat menjawab pertanyaan secara tidak tepat, dan

    kemudian tidak dapat mengingat kembali tentang apa yang baru saja dialaminya.

    Serangan parsial kompleks melibatkan bagian-bagian otak yang bertanggung jawab

    atas berlangsungnya kesadaran dan memori, dan pada umumnya melibatkan kedua

    belah lobus temporalis atau frontalis dan sistem limbik.

    Sensasi Epigastrik

    Sensasi epigastrik sebenarnya lebih merupakan halusinasi somatik, biasanya

    berupa rasa tidak enak bercampur dengan perasaan takut. Sensasi epigastrik ini

    biasanya naik ke dada, tenggorokan, dan kemudian ke mulut dan bibir sehingga mulut

    penderita berkomat-kamit atau mengecapkan lidah dan bibir berkali-kali. Gejala

    tersebut bersumber pada fokus epilepsi di lobus temporalis bagian anterior, dan

    kadang-kadang melibatkan amigdala. Gejala ini sering disebut otomatisme sederhana

    atau kompleks (aktivitas motorik yang berulang-ulang tanpa tujuan, tanpa arah dan

    aneh). Gejala motorik juga berupa menarik-narik baju dan perilaku yang sulit

    dimengerti.

  • Gejala kompleks yang lain berupa:

    Halusinasi dan Ilusi

    Pada epilepsi lobus temporalis dapat terjadi halusinasi pembauan atau

    penghiduan, pengecapan lidah, pendengaran, penglihatan, dan vestibuler. Pada tipe

    lobus temporal mesial berupa halusinasi visual, sedang temporal lateral berupa ilusi

    seperti makropsia atau mikropsi. Pada beberapa penderita dapat terjadi perubahan

    orientasi visual secara mendadak ataupun perubahan dalam hal depth perception.

    Halusinasi kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam apresiasi terhadap kecepatan

    atau intonasi bicara serta gangguan persepsi waktu. Fenomena vestibuler dapat berupa

    vertigo paroksismal. Menurut Acharya dkk aura olfaktori dikaitkan dengan adanya

    tumor lobus temporalis.

    Gangguan Memori

    Gangguan memori dan keadaan seperti mimpi meliputi dymnesic syndrome

    (djvu, jamais vu) dan keadaan seperti mimpi. Penderita merasa seakan-akan

    melayang-layang atau terapung-apung, atau merasa bahwa jiwa dan raganya seolah-

    olah terpisah. Disamping itu sering terdapat gangguan afektif yang berupa perasaan

    takut, panik, cemas, ekstase, depresi atau kombinasi dari berbagai episode tadi. Hal ini

    merupakan fenomena temporo-limbik.

    Rata-rata serangan berlangsung selama 1-3 menit. Sesudah serangan penderita tampak

    bingung, mengantuk, mengalami perubahan perilaku, dan lupa akan apa yang telah

    terjadi.

    EEG menunjukkan cetusan unilateral atau sering kali bilateral di daerah temporal atau

    frontotemporal.

    Hipergrafia

    Hipergrafia meliputi tiga hal pokok ialah cara penulisan (misalnya memakai

    bayangan cermin, kode, warna tinta yang berbeda-beda, kaligrafi), rituailized script

    excessive (misalnya panjang tulisan dan atau frekuensi serta lamanya menulis), dan isi

    atau tema tulisan (misalnya filosofi, etika, moral). Hipergrafia merupakan salah satu

    perubahan tingkah laku yang terdapat pada epilepsi lobus temporalis.

    Secara sederhana pasien-pasien dengan epilepsi lobus temporalis dengan

    serangan partial komplek akan dijumpai aura diikuti dengan mata melebar (wide-

  • eyed), pandangan kosong (motionless stare), dilatasi pupil, dan berhenti bergerak.

    Automatisme oral seperti mengecapkan bibir, mengunyah, dan menelan. Gerakan

    otomatis tangan, atau postur dystonik unilateral diri lengan. Pasien setelah serangan

    akan terlihat bingung, ini membedakannya dengan serangan absence. Adanya afasia

    setelah serangan memberikan kesan bahwa lesi berasal dari epilepsi lobus temporal

    dominan.

    Manifestasi kompleksi tersebut berhubungan dengan kelainan pada lobus temporalis,

    dikenal sebagai epilepsi lobus temporalis atau epilepsi psikomotor.

    Epilepsi parsial merupakan suatu gejala dari gangguan serebral, maka penyakit

    primernya harus ditentukan terlebih dahulu sebelum pengobatan ditentukan. Oleh

    karena epilepsi parsial pada orang dewasa seringkali merupakan tanda pertama tumor

    intrakranial maka perlu dilakukan pemeriksaan yang mendalam apalagi disertai tanda-

    tanda defisit neurologi yang progresif.

    Untuk mencapai keberhasilan pengobatan yang maksimal maka:

    Buat diagnosis setepat mungkin dan kita harus yakin bahwa yang bersangkutan

    menderita epilepsi.

    Bicara dengan penderita/keluarganya mengenai penyakitnya.

    Terangkan apa yang bisa dilakukan dalam aktivitas sehari-hari dan apa yang

    sebaiknya jangan.

    Terangkan tujuan pengobatan epilepsi dan mengapa obat harus dimakan

    teratur.

    Pilih obat yang sesuai dengan jenis bangkitan.

    Mulai pengobatan dengan satu macam obat dan dosis rendah lalu secara

    bertahap dinaikkan sampai dosis sesuai dengan berat badan penderita.

    Jangan lupa menerangkan kemungkinan efek samping pengobatan.

    Beberapa gejala efek samping obat harus diterangkan pada penderita/

    keluarganya agar dapat lekas melapor bila terjadi.

    Saat penderita datang untuk kontrol, tanyakan dan periksa apakah ada efek

    samping, misalnya adakah gejala nystagmus atau hipertrofi gusi pada

  • pemberian difenilhidantoin.

    Jangan lupa bahwa terapi medikamentosa epilepsi adalah terapi jangka

    panjang, sehingga di negara kita dimana asuransi kesehatan hampir tak ada

    maka harga obat adalah penting. Bila harga obat tak terjangkau dapat

    dipastikan bahwa pengobatan akan gagal, karena penderita berhenti makan

    obat.

    Apa yang perlu diketahui dokter:

    Ingat bahwa umumnya pengobatan epilepsi adalah jangka panjang, bahkan

    seumur hidup.

    Berikan obat sesuai dengan diagnosis bentuk bangkitan, sekurangnya apakah

    ada epilepsi fokal atau umum.

    Kenali farmako-kinetik dari obat yang akan kita pakai.

    Mulai dengan satu jenis obat saja. Dosis berangsur dinaikkan sampai efektif

    atau efek samping timbul.

    Bila perlu mengganti obat, misalnya karena efek samping, dosis obat lama

    diturunkan bertahap, dan dosis obat baru dinaikkan bertahap pula.

    Ingat kemungkinan interaksi dengan obat lain dan sesama obat anti-epilepsi.

    Lebih-lebih bila digunakan dalam jangka panjang. Misalnya pada tuberkulosis

    atau apa yang mungkin terjadi bila kita mencampur fenitoin dan valproat.

    Kapan kita menghentikan pengobatan.

    Pengukuran kadar obat dalam serum darah, bila bangkitan epilepsi belum

    terkendali atau ada kecurigaan non-compliance.

    Harga obat.

    Gunakan salah satu dari obat empat dasar dahulu (fenitoin, karbamazepin,

    fenobarbital atau valproat), baru bila tak berhasil dicoba obat-obatan lain,

    seperti gabapentin, topiramat, lamotrigin, oxcarbazepin, levatrirasetam.

  • Terapi Epilepsi

    1. Terapi Medikamentosa

    Tujuan pengobatan dari epilepsi adalah mengusahakan agar penderita epilepsi

    dapat hidup senormal mungkin, bila mungkin disembuhkan. Pada sebagian besar

    keadaan kita hanya dapat mengontrol bangkitan dan tak dapat menyembuhkan

    penyakitnya, meski ada yang sesudah beberapa waktu akan sembuh sendiri, seperti

    epilepsi Rolandik benigna.

    Hal ini yang sering membuat kecewa penderita dan keluarganya. Dan dimanapun

    di dunia, menderita epilepsi merupakan stigma dan bukan merupakan hal yang

    dibanggakan.

    2. Terapi Bedah

    Akhir-akhir ini terapi bedah menjadi populer, tetapi kita harus tahu manfaat dan

    keterbatasannya.

    1. Pada permulaan, terapi bedah terutama untuk kasus dimana pengobatan

    medikamentosa tidak berhasil dengan baik, apa yang disebut intractable

    epilepsi.

    2. Pada saat ini ada pendapat bahwa bila seorang anak dengan epilepsi dini, bila

    mempunyai fokus jelas, seperti sklerosis hipokampus sepihak maka dianjurkan

    terapi bedah dini, agar dengan terkendalinya bangkitan tak menimbulkan beban

    aib sebagai penyandang epilepsi.

    3. Terapi bedah dengan hasil terbaik adalah pada sklerosis hipokampus sepihak.

    Pada lesiotomi, misalnya serebral disgenesis hasilnya kurang memuaskan.

    Demikian juga korpus kalosotomi.

    4. Saat ini tindakan bedah pada epilepsi di Indonesia baru dipelopori oleh dr.

    Zainal Muttaqin di Semarang. Diharapkan bahwa hal ini akan dilanjuti oleh

    sentra-sentra lain di mana ada bagian saraf, bedah-saraf dan anak. {Perlu

    diingat bahwa tindakan ini perlu pendekatan multidisipliner, termasuk juga

    psikologi dan psikiatri, dll. (vide makalah dr. Zainal Muttaqin)

  • DIAGNOSIS

    Salah satu masalah dalam penanggulangan pasien epilepsi ialah menentukan dengan

    pasti diagnosis epilepsi. Sebelum pengobatan dimulai, diagnosis epilepsi harus

    ditegakkan. Salah diagnosis akan mempunyai akibat cukup luas bagi pasien.

    Diagnosis terutama dibuat atas dasar gambaran serangan yang diceritakan oleh

    penderita sendiri atau orang lain yang pernah melihatnya.

    Jika ada fasilitas maka perlu pemeriksaan penunjang lain. (1/2) = D/

    Diagnosis epilepsi ditegakkan berdasar

    1. Anamnesis (auto dan aloanamnesis)

    Pola / bentuk serangan

    Lama serangan

    Gejala sebelum, selama dan paska serangan

    Frekuensi serangan

    Faktor pencetus

    Ada/ tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang

    Usia pada saat terjadinya serangan pertama

    Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan

    Riwayat penyakit, penyebab atau terapi sebelumnya

    Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

    2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis

    Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi,

    seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan

    neurologik fokal atau difus, kecanduan alkohol atau obat terlarang dan kanker.

    3. Pemeriksaan penunjang

    a. EEG

    Indikasi :

    - Membantu menegakkan diagnosis

    - Menentukan prognosis pada kasus tertentu

    - Pertimbangan dalam penghentian obat anti epilepsi

  • - Membantu dalam menentukan letak fokus

    Rekaman EEG termasuk rekaman waktu tidur, stimulasi fotik, dan hiper-

    ventilasi.

    Kira-kira 29-38% dari pasien epilepsi dewasa, EEG tunggal menunjukkan

    kelainan epileptiform. Bila diulang pemeriksaannya, gambaran

    epileptiform meningkat 59-77%.3'7,8

    Bila EEG normal dan persangkaan epilepsi sangat tinggi, maka dapat

    dilakukan EEG ulangan dengan persyaratan khusus.

    b. Pemeriksaan neuroimaging struktural dan fungsional

    Indikasi :

    - Semua kasus bangkitan pertama yang diduga ada kelainan struktural

    - Perubahan bentuk bangkitan

    - Terdapat defisit neurologik fokal

    - Epilepsi bangkitan parsial

    - Bangkitan pertama diataS usia 25 tahun

    - Untuk persiapan operasi epilepsi

    CT scan : dapat mendeteksi lesi fokal tertentu

    MRI : merupakan prosedur imaging pilihan untuk epilepsi dengan

    sensitivitas tinggi dan lebih spesilik dibanding CT scan. Dapat mendeteksi

    sclerosis hipokampus, disgenesis kortikal, tumor dan hemangioma kavernosa.

    Diindikasikan untuk intractable epilepsy yang sangat mungkin dilakukan terapi

    pembedahan 7,9,10

    c. Pemeriksaan Laboratorium

    Darah : darah rutin, elektrolit, gula darah, fungsi hati, dll sesuai indikasi Cairan

    serebrospinal : atas indikasi

    Pemeriksaan-pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi

    Dagnosis pasti ditegakkan atas dasar adanya gejala dan tanda klinis bangkitan

    yang ditunjang oleh gambaran epileptiform pada EEG.

  • DIAGNOSIS DIFERENSIAL

    1. Pada neonatus dan bayi

    Jittering

    Apneu

    2. Pada anak

    Breath holding spel

    Sinkop

    Migren

    Bangkitan psikogenik / konversi

    Prolonged QT syndrome

    Night terror

    Tick

    Hypercyanotic attack (pada tetralogi fallot)

    3. Pada dewasa

    Sinkop; dapat sebagai vasovagal attack, sinkop kardiogenik, sinkop

    hipovolumik, sinkop hipotensi dan sinkop saat miksi (micturition syncope)

    Serangan iskemik sepintas (TIA)

    Vertigo

    Transient global amnesia

    Narkolepsi

    Serangan panik, psikogenik

    Menier

    Tick

    C. PENCETUS SERANGAN

    Dalam penatalaksanaan epilepsi perlu ditanyakan hal-hal yang terjadi sebelum

    muncul serangan, misalnya kelelahan fisik, kelelahan mental, kurang minum, kurang

    tidur, terkena sinar matahari secara langsung, dan sinar dari layar monitor televisi

    maupun komputer. Hal-hal tersebut sangat penting untuk mencegah terjadinya

  • serangan.

    1. Cahaya tertentu

    Cahaya tertentu dapat merangsang terjadinya serangan; epilepsi ini disebut

    sebagai epilepsi fotosensitif atau fotogenik. Epilepsi jenis ini berkaitan dengan

    epilepsi umum idiopatik.

    Pada remaja, 18% di antaranya bersifat fotosensitif. Cahaya yang mampu

    merangsang terjadinya serangan adalah cahaya yang berkedip-kedip dan / atau

    yang menyilaukan. Keadaan demikian ini sering terjadi pada anak berumur 6 12

    tahun.

    Prinsip fotosensitif dipakai untuk pemeriksaan elektro-ensefalografi ialah

    dengan memberi rangsangan cahaya berkedip-kedip (photic stimulation)9,10.

    2. Kurang tidur

    Kurang tidur maupun pola tidur yang tidak teratur dapat merangsang

    terjadinya serangan. Diduga bahwa kurang tidur dapat menurunkan ambang

    serangan yang kemudian memudahkan terjadinya serangan. Dengan demikian

    kepada penderita perlu ditekankan untuk tidur secara teratur dan terjaga jumlah

    jam tidurnya. kurang tidur dapat memperberat dan memperlama serangan.

    Fenomena ini dapat digunakan untuk stimulasi penderita sebelum dilakukan

    pemeriksaan EEG.

    3. Faktor makan dan minum

    Faktor makan dan minum sehari-hari dapat menjadi masalah pada penderita

    epilepsi : Makan dan minum harus teratur, jangan terlalu lapar, terlalu haus, dan

    sebaliknya : jangan terlalu kenyang, terutama terlalu banyak minum.

    Hipoglikemia dapat memicu terjadinya serangan. Hipoglikemia maupun

    hiperglikemia dapat memunculkan serangan pada orang yang tidak mengalami

    epilepsi. Sementara itu ada penderita yang sensitif terhadap mentega, coklat, atau

    keju (4,12).

    4. Suara tertentu

    Suara tertentu dapat merangsang terjadinya serangan. Epilepsi jenis ini

    disebut epilepsi audiogenik atau epilepsi musikogenik. Suara dengan nada tinggi

    atau berkualitas keras dapat menimbulkan serangan. Begitu mendengar suara yang

  • mengejutkan maka penderita langsung mengalami serangan yang sangat mendadak

    sehingga mengejutkan orang lain 4,12.

    5. Reading dan eating epilepsy

    Reading epilepsy berarti serangan dirangsang oleh kegiatan membaca.

    Bahan yang dibaca dapat berupa bacaan biasa (berita, cerita) maupun bacaan yang

    memberi persoalan sehingga penderita harus berpikir. Eating epilepsy

    menunjukkan bahwa serangan terjadi pada saat penderita mengunyah makanan.

    Ada yang berpendapat bahwa faktor pencetusnya bukan kegiatan mengunyah tetapi

    bahan makanan yang dikunyah 9,10,12.

    6. Lupa dan/atau enggan minum obat

    Penderita epilepsi harus diberitahu secara jelas bahwa lupa dan/atau enggan

    minum OAE dapat menimbulkan serangan dan bahkan serangan yang muncul

    dapat lebih lama atau lebih berat. Lupa minum obat paling sering terjadi pada

    penderita yang minum obat dengan dosis tunggal. Sebaliknya, minum obat 2 atsu 3

    ksli sehari dapat menimbulkan rasa bosan sehingga penderita enggan minum obat.

    7. Drug abuse

    Kokain, dengan berbagai bentuk konsumsi. dapat menimbulkan serangan

    dalam waktu beberapa detik, menit, atau jam sesudah mengkonsumsinya. Serangan

    sebagai akibat kokain ini dapat disertai dengan serangan jantung l3.

    Amfetamin dan metilfenidat sering diberikan pada penderita attention

    deficit disorder and hyperactivity (ADHD) dan narkolepsi. Apabila kedua jenis

    obat ini diminum tanpa pengawasan dokter maka dapat menimbulkan gangguan

    tidur, bingung, dan gangguan psikiatrik. Hal ini apabila terjadi pada penderita

    epilepsi akan mudah terjadi serangan karena penderita lupa minum obat.

    Disamping itu secara primer epilepsi merupakan salah satu kontra-indikasi untuk

    pemberian metilfenidat 13.

    Narkotika tidak berkaitan secara langsung dengan munculnya serangan

    pada epilepsi. Narkotika menyebabkan penderita epilepsi lupa untuk minum obat.

    Bila narkotika dikonsumsi dalam dosis besar dapat mengurangi penyediaan

    oksigen ke otak; ini dapat menimbulkan serangan. Sementara itu, hipoksia dapat

    menimbulkan status epileptikus l3.

  • 8. Menstruasi

    Hampir setengah dari wanita yang menderita epilepsi melaporkan adanya

    peningkatan serangan pada saat menjelang, selama, dan/atau sesudah menstruasi.

    Sebagian besar mengalami peningkatan (kuantitas dan kualitas) serangan pada

    periode perimenstrual dan fase folikular. Hal ini berkaitan dengan kadar estrogen

    yang tinggi dan rendahnya kadar progesteron. Gambaran seperti ini merupakan

    refleksi excitatory effects dari estrogen dan inhibitory effects dari progesteron

    terhadap ambang serangan 14,15.

    Hormon steroid dapat menembus blood-brain barrier dengan mudah. Sel-

    sel otak dapat dipengaruhi estrogen dan progesteron secara langsung. Estrogen

    memudahkan terjadinya serangan dengan cara menu runkan ambang serangan;

    progesteron bertindak SEPERTI OAE dengan cara menaikkan ambang serangan.

    Estrogen mampu mempengaruhi aksis stres juga berpengaruh secara langsung

    terhadap hipokampus dan amigdala. Estrogen memiliki dua jalur yang berbeda

    untuk memudahkan terjadinya seranganla (14,15).

    9. Stres

    Stres dapat mempengaruhi fungsi otak melalui berbagai cara. Stres

    berkaitan dengan berbagai jenis emosi yang tidak mengenakkan perasaan misalnya

    kawatir, takut, depresi, frustrasi, dan marah.

    Stres dapat mengganggu pola tidur. Stres dan cemas dapat memicu

    terjadinya hiperventilasi. Pada penderita tertentu hiperventilasi merupakan faktor

    pencetus terjadinya serangan. Penderita epilepsi dapat lupa minum obat karena

    sedang stres. Stres dapat mengubah konstelasi hormon, peningkatan kadar hormon

    berpengaruh terhadap ambang serangan (10,12).

  • EPILEPSI DAN GAYA HIDUP

    Penting diingat bahwa beberapa penyandang epilepsi ringan, sedangkan

    sebagian yang lain menyandang epilepsi berat. Pasien yang menyandang serangan

    sekali setahun akan menjalani hidupnya berbeda dari yang menyandang serangan

    sekali seminggu. Maka untuk mempertimbangkan gaya hidup penyandang epilepsi

    perlu dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

    jenis serangan,

    beratnya serangan,

    bila serangan muncul, dan

    usia pasien.

    Ada beberapa butir petunjuk praktis berharga untuk diperhatikan:

    Berenang

    Seseorang penyandang epilepsi tidak diperkenankan berenang sendiri. Selalu

    beritahu kawan tentang keadaannya dan jelaskan apa yang harus dikerjakan bila

    serangan terjadi. Cegah penggunaan peralatan scuba, meloncat dan menyelam.

    Mandi

    Beberapa penyandang epilepsi tenggelam di dalam bak mandi. Jangan

    meninggalkan penyandang epilepsi sendiri di dalam rumah bila sedang mandi; jaga

    agar pintu kamar mandi tidak terkunci dan yakinkan bahwa air di dalam bak dangkal.

    Pancuran

    Risiko menggunakan pancuran ada 3 macam, yaitu:

    Bila seseorang mendapat serangan mayor di dalam pancuran sukar untuk

    menolongnya

    Satu lengan atau kaki mungkin terdorong melewati panil gas. Pancuran harus

    diangkat dengan gelas yang tidak gampang pecah. Gelas yang diperkuat

    dengan kawat lebih berbahaya dibandingkan dengan gelas lembaran

    Air panas mungkin dibuka penuh ketika terjadi serangan dengan akibat

    terjadinya kebakaran. Secara idiil, sebaiknya dipasang pengendali suhu pada

  • sistem aliran air pada pancuran tersebut.

    Bersepeda

    Penyandang epilepsi lazimnya dapat bersepeda, perlu mendapat perhatian khusus,

    terutama di dalamnya adalah menggunakan helm yang telah ditera. Anak-anak

    yang seringkali menunjukkan serangan harus bersepeda di lingkungan yang cukup

    terlindung.

    Berkuda

    Seorang penyandang epilepsi yang ingin berkuda harus menggunakan helm kepala,

    dan jangan berkuda sendiri. Yang tidak berbeda bagi semua anak yang akan

    berkuda.

    Memanjat

    Untuk penyandang epilepsi memanjat bukanlah kegemaran yang layak.

    Menyelam menggunakan scuba

    Penyandang epilepsi tidak mendapat izin untuk menggunakan tabung oksigen.

    Mesin

    Harus dihindari bekerja dengan mesin gergaji.

    Bekerja

    Dua faktor yang harus diperhatikan adalah kemungkinan penyandang epilepsi

    dapat melukai diri sendiri atau menimbulkan celaka bagi orang lain, ketika orang

    tersebut sedang mendapat serangan.

    Karena itu ada beberapa pekerjaan yang tidak sesuai untuk penderita epilepsi

    seperti pengemudi, pilot, polisi, tentara, bekerja di pabrik dengan alat-alat berat

    atau mesin-mesin berbahaya, mengangkat barang-barang berat, dan lain-lain.

  • BAB IV PENGOBATAN

    TUJUAN PENGOBATAN

    Mengontrol gejala atau tanda secara adekuat dengan penggunaan obat yang

    minimal.

    PRINSIP PENGOBATAN

    Pengobatan dilakukan bila terdapat minimum 2 kali bangkitan

    dalam setahun.

    Pengobatan mulai diberikan bila diagnosis telah ditegakkan

    dan setelah penyandang dan atau keluarganya menerima

    penjelasan tujuan pengobatan dan kemungkinan efek

    samping.

    Pemilihan jenis obat sesuai dengan jenis bangkitan.

    Sebaiknya pengobatan dengan monoterapi.

    Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan

    bertahap sampai dosis efektif tercapai.

    Pada prinsipnya pengobatan dimulai dengan obat anti epilepsi

    lini pertama. Bila diperlukan penggantian obat, obat pertama

    diturunkan bertahap dan obat kedua dinaikkan secara

    bertahap.

    Bila didapatkan kegagalan monoterapi maka dapat

    dipertimbangkan kombinasi OAE.

    Bila memungkinkan dilakukakan pemantauan kadar obat

    sesuai indikasi.

    REKOMENDASI

    Pasien dengan serangan pertama direkomendasikan untuk dimulai terapi bila :

    Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG.

    Pada pemeriksaan CT scan atau MRI otak dijumpai lesi bila

  • berkolerasi dengan bangkitan.

    Dijumpai kelainan pada pemeriksaan neurologis yang

    mengarah adanya kerusakan otak.

    Ada riwayat epilepsi pada orang tua dan saudara kandung

    kecuali kejang demam sederhana.

    Ada riwayat infeksi otak atau trauma kapitis yang disertai

    penurunan kesadaran.

    Serangan pertama berupa status epileptikus.

    bila berkorelasi dengan neurologis yang mengarah adanya kerusakan dan saudara

    kandung kecuali kejang demam

    PROGNOSIS

    Perlu dipahami bahwa tidak semua kejadian yang bersifat paroksismal

    merupakan serangan epilepsi. Identifikasi yang keliru tentang kejadian paroksismal

    tadi dapat mengakibatkan kelirunya terapi, dan prognosis yang sebenarnya.

    Di dalam prognosis epilepsi terdapat dua hal penting, ialah kesempatan untuk

    mencapai remisi serangan serta kemungkinan terjadinya kematian secara prematur.

    Data yang lengkap dan teliti tentang kedua hal tadi sangat penting untuk menentukan

    terapi secara rasional maupun pemberian penyuluhan ataupun nasihat secara tepat.

    Penelitian tentang prognosis epilepsi belum memberi hasil yang pasti karena masalah

    metodologi dan adanya fakta bahwa epilepsi merupakan ekspansi dari sekian banyak

    sindrom dengan faktor penyebab yang berbeda.

    Dalam menentukan tingkat keberhasilan terapi epilepsi maka terdapat beberapa

    kendala yang menyebabkan hasil penilaian tidak konsisten. Kendala-kendala tersebut

    meliputi realibilitas, validitas, komparabilitas, obyektivitas, dan penentuan titik akhir

    penilaian.

    Di samping hal-hal tersebut di atas, ada berbagai faktor yang mempengaruhi

    prognosis epilepsi. Faktor-faktor tersebut antara lain: etiologi, jenis serangan,

    diagnosis, umur saat awitan, dan terapi.

    Secara keseluruhan, risiko untuk terjadinya serangan ulang sesudah serangan

    pertama bervariasi antara 27-80%. Alasan utama terjadinya variasi yang sangat lebar

  • adalah perbedaan dalam metodologi atau perbedaan dalam karakteristik kelompok

    penelitian. Hanya sepertiga dari penderita dengan satu kali serangan tanpa provokasi

    akan mengalami serangan lagi di masa 5 tahun mendatang, lebih kurang 75% dari

    penderita yang mengalami serangan kedua atau ketiga mengalami serangan berikutnya

    dalam waktu 5 tahun mendatang.

    Risiko kematian pada epilepsi masih menjadi bahan perdebatan. Hal ini

    disebabkan oleh metodologi yang berbeda serta sebab-sebab kematian pada epilepsi

    yang bervariasi sehingga menimbulkan pertanyaan apakah kematian tadi secara

    langsung disebabkan oleh epilepsi. Dari suatu penelitian epidemiologik, frekuensi

    status epileptikus tiap tahuin di Amerika Serikat berkisar antara 102.000-152.000,

    dengan 55.000 kematian sebagai akibat dari status epileptikus.

    Prognosis: sekitar 40-69% penderita epilepsi psikomotor akan terkontrol

    dengan baik.

  • Obat anti epilepsi yang bisa dipakai untuk Epilepsi psikomotor :

    I Golongan pertama : - Fenitoin

    - Karbamazepin

    - Valproadi acid

    - Phenobarbital

    II Golongan kedua : - Felbamat

    - Gabapentire

    - Lamotrigin

    - Okskarbazepin

    - Primidone

    - Klobazam

    - Topinmate

    - Tiagabine

    - Vigabatrine

    - Zonisamide

    - Levetriracetam

    OBAT PILIHAN PERTAMA

    1. Fenitoin

    Fenitoin merupakan senyawa hidantoin yang strukturnya mirip dengan

    fenobarbital. Fenitoin berupa bubuk kristal dan larut dalam lemak. Fenitoin

    merupakan asam lemah dan tidak begitu larut dalam air dengan derajad keasaman

    tinggi tetapi larut dalam larutan alkali.

    Fenitoin merupakan pilihan utama untuk serangan parsial maupun serangan

    umum, kecuali mioklonus dan absence. Efektif untuk status epileptikus, sindrom

    Lennox-Gestaut, dan sindrom epilepsi pada anak. Di Indonesia tersedia dalam

    bentuk pulvis (harganya sangat muah), kapsul (dengan berbagai merek), dan ampul

    juga dalam bentuk tablet yang dikombinasikan dengan fenobarbital.

  • Dosis

    Dewasa dimulai dengan 100 200 mg/hari, dan untuk anak dimulai dengan

    5 mg/kg. Dosis pemeliharaan untuk dewasa adalah 100 300 mg/hari dan untuk

    anak adalah 4 8 mg/kg. Obat dapat diberikan 1 2 kali/hari. Kadar obat efektif

    dalam serum berkisar antara 40 80 mol/L.

    Farmakokinetik

    Lebih dari 90% fenitoin diikat oleh albumin. Eliminasi fenitoin hampir

    seluruhnya diekstraksi di hepar melalui proses oksidasi, hdiroksilasi glukuronidasi,

    dan konjugasi. Fenitoin yang dieksresi melalui urin kurang dari 5%. Interaksi obat

    yang relevan dengan farmakokinetik antara lain sebagai berikut :

    - Vitabatrin menurunkan kadar fenitoin dalam serum

    - Penambahan fenobarbital dapat meningkatkan/menurunkan kadar fenitoin.

    - Fenitoin menurunkan kadar karbamazepin, lamotrigin, dan valproat.

    - Fenitoin meningkatkan biotransformasi primidon dan fenobarbital.

    - Fenitoin meningkatkan metabolisme deksametason dan kontrasepsi oral.

    - Fenitoin menurunkan kadar teofilin, kinidin, digitoksin, kloramfenikol, dan

    siklosporin.

    - Pemberian isoniazid, sulfonamid, simetidin, diltiazem meningkatkan kadar

    fenitoin.

    - Aspirin dan valproat meningkatkan kadar fenitoin total.

    Mekanisme aksi

    Fenitoin memblokade gerakan ion di dalam sodium channels selama proses

    depolarisasi. Fenitoin menekan aktivitas listrik paroksismal, blokasi terhadap

    potensiasi pasca-tetanik, dan mencegah penyebaran serangan epilepsi. Fenitoin

    menghambat kalsium dan sekuestrasi kalsium di dalam terminal saraf; dengan

    demikian menghambat pelepasan neurotransmiter voltage-dependent di sinapsis.

    Fenitoin juga menghambat aksi kalmodulin dan second messenger system.

    Efek samping

    Nistagmus, ataksia, diplopia, disartria, dizziness, letargi, mengantuk, nyeri

  • kepala, diskinesia, ensefalopati akut, hipersensitivitas, ruam kulit, demam,

    diskrasia darah, hiperplasi gusi, defisiensi folat, anemia megaloblastik, defisiensi

    vitamin K, disfungsi tiroid, penurunan imunoglobulin, perubahan perasaan hati,

    depresi, kulit wajah kasar, hirsutisme, neuropati perifer, osteomalasia,

    hipokalsemia, disfungsi hormonal, hilangnya libido, perubahan jaringan ikat,

    pseudolimfoma, hepatitis, vaskulitis, miopati, defek koagulasi, dan hipoksia

    sumsum tulang.

    Penggunaan fenitoin di klinik

    Fenitoin paling sering digunakan di seluruh dunia. Di Amerika Utara, lebih

    kurang 50% resep baru tertulis fenitoin. Besrnya penggunaan fenitoin di Indonesia

    belum diketahui secara pasti.

    2. Fenobarbital

    Fenobarbital dikenal sejak 192 dan paling murah. Fenobarbital berupa

    kristal bebas aam, larut dalam nonpolar solvent, tidak larut dalam air. Bentuk

    garam natrium larut dalam air, tidak stabil dalam larutan.

    Merupakan pilihan utama untuk serangan parsial, serangan umum

    (termasuk absence dan mioklonus). Efektif untuk status epileptikus, sindrom

    Lennox-Gastaut, sindrom epilepsi pada anak, kejang demam dan serangan

    neonatal.

    Rentang dosis

    Dewasa diawali dengan 30 mg/hari, dilanjutkan dosis pemeliharaan 30

    180 mg/hari. Untuk anak, dosis pemeliharaan adalah 3 8 mg/hari dan untuk

    neonatus berkisar antara 3 4 mg/hari, diberikan 1 2 kali/hari. Kadar efektif

    dalam serum berkisar antara 40 70 mol/L.

    Farmakokinetik

    Ketersediaan hayati fenobarbital pada dewasa adalah antara 80 100%

  • setelah pemberian oral atau intramuskularis. Konsentrasi puncak dalam plasma

    terjadi 1 3 jam sesudah pemberian oral. Pemberian intramuskularis, puncak

    konsentrasi puncak dalam serum dicapai dalam waktu 4 jam, dan konsentrasi

    puncak dalam plasma sama dengan pemberian oral.

    Wakto paro terpanjang diantara OAE, antara 75 120 jam. Fenobarbital

    diekskresi di hati maupun di ginjal melalui parahidroksilasi dan konjugasi menjadi

    asam glukuronat. Ekstraksi menurun pada keadaan urin yang asam, dipengaruhi

    faktor umur, genetik, status nutrisi dan interaksi obat. Waktu paro pada bayi lebih

    lama daripada dewasa, yaitu 110 jam (pernah dilaporkan mencapai 400 jam).

    Interaksi obat yang relevan dengan farmakokinetik antara lain sebagai berikut :

    - Valproat meningkatkan kadar fenobarbital secara bermakna.

    - Asetazolamid sedikit meningkatkan kadar fenobarbital.

    - Fenobarbital menurunkan kadar valproat dan dapat menurunkan kadar

    karbamazepin.

    - Interaksi antara fenobarbital dan fenitoin tidak konsisten.

    - Kloramfenikol meningkatkan kadar fenobarbital.

    - Kinin dan fenotiazin menurunkan kadar fenobarbital.

    - Fenobarbital menurunkan kadar teofilin, kloramfenikol, digoksin, warfarin,

    simetidin.

    - Fenobarbital meningkatkan metabolisme kontrasepsi oral.

    - Fenobarbital berpotensi untuk menimbulkan perdarahan dan kegagalan

    kontrasepsi.

    Mekanisme aksi

    Fenobarbital obat non selektif, sebagai pembatas perluasan aktivitas

    epilepsi maupun meninggikan nilai ambang serangan. Fenobarbital terutama untuk

    menurunkan sodium and potassium counctance. Fenobarbital menurunkan calcium

    influx, dan mempunyai efek langsung terhadap GABA receptor enhancing

    postsynaptic chloride conductance. Fenobarbital juga menekan glutamate

    excitability dan meningkatkan postsynaptic GABAergic inhibition.

  • Efek samping terpenting

    Terganggunya fungsi kognitif dan perubahan perilaku; terutama pada

    golongan anak. Efek pada saraf pusat : gerakan menjadi lamban, gangguan

    memori, hilangnya konsentrasi, rasa mengantungk dan (pada anak) terjadi aktivitas

    hiperkinetik paradoks. Pengamatan klinis pada penderita dewasa, efek samping

    umumnya bersifat ringan.

    Rasa mengantuk muncul awal pengobatan, biasanya menghilang setelah

    pemberian obat jangka lama. Perubahan perilaku, termasuk depresi, mudah

    tersinggung, dan kadang agresif, terutama anak dan penderita dengan kerusakan

    otak. Pengobatan jangka lama menimbulkan nistagmus, ataksia, dan penurunan

    libido. Penderita lansia dengan penyakit otak organik cenderung mengalami

    perasaan bingung dan mudah tersinggung.

    Penggunaan fenobarbital di klinik

    Efek samping yang berupa rasa mengantung dan kelambanan mental.

    3. Karbamazepin

    Karbamazepin merupakan senyawa trisiklik dan pada awalnya untuk

    mengobati neuralgia trigeminal, neuralgia glosofaringeal, dan digunkan pula

    sebagai antidepresan. Sejak tahun 1959 digunakan sebagai OAE dan karbamazepin

    obat pilihan pertama yang utama untuk jenis serangan parsial dan jenis tertentu

    serangan umum. Karbamazepin tidak efektif untuk jenis serangan absence,

    mioklonus, dan akinetik.

    Rentang dosis

    Dosis awal adalah 100 mg, diberikan pada malam hari. Dosis pemeliharaan

    adalah 400 1600 mg/hari, dengan dosis maksimum 2400 mg/hari. Dosis

    pemeliharaan untuk anak umur < 1 tahun : 100 200 mg; 1 5 tahun : 200 400

    mg; 5 10 tahun : 400 600 mg; dan 10 15 tahun : 600 1000 mg. Untuk anak-

    anak dapat dipakai dosis sebagai berikut : 10 40 mg/kg/hari.

  • Farmakokinetik

    Sekitar 75 85% karbamazepin diabsorbsi di traktus gastrointestinalis.

    Absorbsi berjalan lambat dan tidak menentu. Karbamazepin mempunyai sifat

    farmakokinetik yang agak unik.

    - Pada penderita yang berbeda, dengan dosis sama dapat terjadi variasi intra- dan

    interindividual dalam hal kadar obat dalam serum.

    - Mengalami metabolisme menjadi carbamazepin-10,11-epoxide yang berada

    dalam darah dan zat ini terbukti mempunyai efek antikonvulsan sekaligus

    berperan dalam terjadinya efek samping.

    - Mempunyai waktu paro awal 20 40 jam, tetapi karbamazepin mengalami oto-

    induksi (proses ini selesai dalam waktu 1 bulan) sehingga waktu paro menurun

    menjadi 11 27 jam sesudah terapi jangka panjang, dan 5 14 jam selama

    terapi kombinasi.

    Antara 75 85% karbamazepin diikat oleh protein plasma. Fraksi

    karbamazepin bebas berkisar antar 20 24$ dari konsentrasi plasma total.

    Konsentrasi dalam cairan serebrospinal berkisar antara 17 31%.

    Mengalami metabolisme di hati. Pertama kali mengalami epoksidasi

    menjadi carbamazepin 10,11-epoxide dan kemudian mengalami hidrolisis menjadi

    carbamazepin 10,11-trans-didydrodiol. Ada metabolit yang terkonjugasi dan

    kurang dari 1% diekskresi melewati urin. Beberapa interaksi obat :

    - Menginduksi metabolisme siklosporin A, antidepresan trisiklik

    - Kadar karbamazepin meningkat dengan pemberian calcium-channel blockers

    (verapamil, diltiazem), eritromisin dan antibiotik makrolid lainnya, isoniazid,

    simetidin, dan propoksifen

    - Meningkatkan metabolisme fenitoin dalam berbagai derajad

    - Meningkatkan biotransformasi primidon menjadi fenobarbital

    - Meningkatkan metabolisme valproat, etosuksimid, dan lamotrigin

    - Metabolisme karbamazepin ditingkatkan oleh fenitoin, fenobarbital, dan

    felbamat

    - Felbamat meningkatkan kadar carbamazepin epoxide

  • Mekanisme aksi

    Sudah diketahui bahwa karbamazepin melakukan stabilisasi membran

    neuron baik yang pre- maupun pascasinaptik dengan cara blokade terhadap saluran

    natrium. Mekanisme ini mungkin merupakan hal utama di samping mekanisme

    yang lain dalam bentuk blokade terhadap NMDA (N-methyl-D-aspartate) receptor

    activated sodium dan blokade terhadap aliran masuknya kalsium ke dalam sel.

    Aksi terhadap saluran natrium mengurangi cetusan berulang yang terus-menerus

    dari aksi potensial yang merupakan aktivitas epileptik. Ada dugaan karbamazepin

    beraksi terhadap reseptor yang lain, termasuk reseptor-reseptor purin, monoamin,

    dan asetilkolin.

    Efek samping

    Efek samping karbamazepin pada umumnya terjadi pada awal terapi, atau

    apabila dosisnya terlalu tinggi. Efek samping yang paling sering pada awal terapi

    adalah rasa mengantuk, nyeri kepala, diplopia, dizziness, dan ataksia. Dapat

    dihindari dengan pemberian dosis awal serendah mungkin kemudian dinaikkan

    secara perlahan-lahan. Dosisnya terlalu tinggi efek samping adalah ataksia,

    dizziness dan pandangan kabur dari diplopia.

    Efek samping kardiovaskular paling sering terjadi pada penderita lanjut

    usia (lansia). Mungkin disebabkan oleh penyakit kardiovaskular arteriosklerotik.

    Disfungsi nodus sinus atau A-V block, sering pada penderita berusia di atas 70

    tahun dan menghilang dengan penurunan dosis.

    Efek samping dermatologis bervariasi, dari ruam ringan (sekitar 3%)

    sampai dermatitis eksfoliativa, nekrolisis epidermal toksika, systemic lupus

    erythematosus, dan sindroma Steven Johnson yang dapat bersifat fatal.

    Efek samping yang mengangkut elektrolit cukup bervariasi. Hiponatremia

    ringan (Na < 135 mEq/L) terjadi pada 20% penderita. Hiponatremia sedang (Na <

    130 mEq/L) sering berkaitan dengan usia lanjut, dosis yang tinggi, dan kadar Na

    dasar yang memang rendah.

    Efek samping yang menyangkut tiroid berupa penurunan kadar T3 dan T4;

    jarang berlanjut menjadi ke arah hipotiroidisme secara klinis. Teratogenik :

  • malformasi defek kraniofasial ringan, hipoplasi kuku, dan keterlambatan

    pertumbuhan.

    Penggunaan karbamazepin di klinik

    Di Indonesia tersedia beberapa jenis merek (termsuk generik), dalam

    kemasan blister, tablet 200 mg. Juga tersedia tablet controlled-release.

    Karbamazepin juga digunakan untuk keluhan nyeri pascaherpetik, neuralgia

    trigeminal, dan diabetes insipidus. (Harus memberi tahun penderita tentang

    kemungkinan muncul ruam, vesikel, atau bula di kulit; secara implisit ada

    kewaspadaan tentang kemungkinan munculnya sindrom Steven-Johnson).

    4. Valproat

    Valproat disintesis pertama kali tahun 1882 dan digunakan sebagai pelarut

    organik. Valproat dipasarkan di Eropa awal tahun 1960, digunakan di Amerika

    Seriakt tahun 1978. Pernah dipasarkan sebagai garam magnesium atau kalsium,

    sebagai asam, juga sebagai natrium hidrogen divalproat. Valproat digunakan untuk

    serangan umum (termasuk mioklonus dan absence, sebagai drug of choice), dan

    juga untuk serangan parsial, sindrom Lennox-Gastaut, sindrom epilepsi pada anak,

    dan kejang demam.

    Rentang dosis

    Dosis awal 400 500 mg/hari (dewasa), 20 mg (dewasa), 20 mg/kg BB

    (anak < 20 kg), 40 mg/kg (anak > 20 kg). Dosis pemeliharaan : 500 2500 mg/hari

    (dewasa), 20 40 mg/kg/hari (anak < 20 kg), 20 30 mg/kg/hari (anak > 20 kg).

    Untuk anak tidak dianjurkan bentuk slow-release. Obat dapat diberikan 2 3

    kali/hari.

    Farmakokinetik

    Valproat diabsorbsi secara cepat dan hampir sempurna,ketersediaan hayati

    mendekati 100%. Konsentrasi dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 13

    menit sampai 2 jam (biasanya sekitar 1,5 jam). Protein plasma mengikat 85 95%

  • valproat. Valproat juga masuk secara cepat ke dalam kompartemen cairan

    serebrospinal dan otak; mekanisme transportasinya belum diketahui secara jelas.

    Valproat mengalami eliminasi di dalam hati dengan berbagai cara. Proses

    eliminasi utama adalah oksidasi beta yang diikuti oleh glukuronidasi. Metabolisme

    valproat dikenal setidak-tidaknya 30 metabolit; sebagian di antaranya bertanggung

    jawab atas terjadinya efek sampingl.

    Berinteraksi dengan OAE lainnya dengan mekanisme yang belum

    diketahui secara jelas. Interaksi ringan dan tidak menimbulkan masalah klinis.

    Manfaat klinis valproat tidak berkorelasi secara erat dengan kadar obat dalam

    plasma. Valproat meningkatkan kadar fenobarbital, fenitoin, etosuksimid,

    karbamazepin dan lamotrigin dalam plasma.

    Mekanisme aksi

    Mekanisme aksi valproat tidak pasti. Meningkatkan fungsi GABA, efek ini

    hanya terjadi pada konsentrasi yang tinggi. Di samping itu ada potentisiasi pada

    GABA-mediated postsy-naptic inhibition, tetapi maknanya tidak jelas. Valproat

    juga menghambat enzim penghancur GABA den semialdehid dehidrogenase

    suksinat, serta dapat meningkatkan sintesis GABA dengan cara merangsang

    dekarboksilase asam glutamat. Valproat menghambat transmisi pendorong yang

    dimiliki oleh aspartat, glutamat den gamahidroksibutarat melalui mekanisme yang

    belum sepenuhnya dimengerti.

    Efek samping

    Pada awal terapi terjadi efek samping yang terkait dengan dosis berupa

    mual, muntah, dan keluhan gastro intestinal lainnya. Hal demikian ini dapat

    dicegah dengan kemasan enteric coated.

    Efek samping yang lain dapat berupa bertambahnya berat badan (30% dari

    semua penderita) terutama pada wanita. Maka salah satu dugaan adalah

    menurunnya oksidasi beta terhadap asam lemak.

    Lebih kurang 10% penderita mengalami tremor yang berhubungan dengan

    dosis. Sementara itu 2% mengeluh mengantuk berat setelah minum valproat

  • disertai keluhan bingung dan mudah tersinggung. Efek lain rambutnya mudah

    sekali rontok. Reaksi idiosinkrasi berupa gagal hati, pankreatitis, dan

    trombositopenia. Pada penderita dewasa meningkatkan risiko terjadinya penyakit

    metabolik tulang; tulang mengalami osteopeni osteoporosis.

    Penggunaan valproat di klinik

    Di Indonesia valproat mulai dikenal dan digunakan menjelang tahun 2000.

    Harga obat ini relatif lebih mahal. Di pasaran dunia valproat tersedia dalam bentuk

    garam natrium, kalsium; dan magnesium; bentuk asam, sodium hydrope

    divalproate, atau valpromid. Selain itu juga ada sediaan enter coated dan formulasi

    intermediate den slow-release, injeksi intravena, dan supositoria rektal.

    OBAT PILIHAN KEDUA

    1. Felbamat

    Di Amerika Serikat felbamat tahun 1993 memperoleh lisensi sebagai OAE

    ajuvan dan monoterapi untuk penderita dewasa dengan serangan parsial, dengan

    atau tanpa serangan umum sekunder. Felbamat juga digunakan sebagai OAE

    ajuvan untuk anak dengan sindrom Lennox-Gastaut. Setelah felbamat diizinkan

    untuk dipakai di Eropa menimbulkan anemia aplastik dan gagal hepar sehingga

    felbamat saat ini penggunaannya sangat terbatas.

    Rentang dosis

    Dosis awal 1200 mg/hari (dewasa) terbagi 3 atau empat kemudian dapat

    dinaikkan menjadi 2400-3600 mg/hari dalam waktu satu minggu. Dosis pada anak

    adalah 15 mg/kg/hari, dosis dapat dinaikkan secara bertahap menjadi

    45 mg/kg/hari. Dosis pemeliharaan antara 1200-3600 mg/hari (dewasa) dan 45-80

    mg/kg/hari (anak).

    Farmakokinetik

    Felbamat diberikan secara oral, diabsorpsi dengan baik. Kadar puncak

    dalam plasma dicapai dalam waktu 1-4 jam. Felbamat didistribusikan ke berbagai

  • jaringan termasuk otak. Penetrasi blood-brain barrier mirip dengan fenitoin dan

    fenobarbital. Pada manusia, sekitar 20-25% konsentrasi total diikat oleh albumin.

    Metabolisme felbamat terjadi di hati melalui hidroksilasi dan konjugasi.

    Eliminasi di hati ini meningkatkan potensi interaksi sejumlah obat. Waktu paro

    felbamat pada laki-laki normal adalah 20 jam dengan kisaran antara 13-30 jam

    (sebagal obat tunggal). Pada penderita epilepsi yang menerima fenitoin atau

    karbamazepin, waktu paro felbamat memendek, berkisar antara 13-14 jam.

    Mekanisme aksi

    Aksi spesifik felbamat tidak diketahui secara jelas. Tampaknya felbamat

    menghambat reseptor NMDA (N-methyl-D-aspartate), mengatur hantaran saluran

    natrium. Felbamat tidak mempengaruhi GABA atau ikatan reseptor benzodiazepin.

    Efek samping

    Efek samping yang paling sering insomnia, mual, penurunan nafsu makan,

    penurunan berat badan, lelah, ataksia, letargi, dan dizziness.

    Penggunaan felbamat di klinik

    Penggunaan felbamat terbatas pada kasus epilepsi parsial berat atau

    sindrom Lennox-Gastaut yang tidak teratasi dengan OAE lain.

    Gabapentin

    Hubungan struktural galapentin sangat dekat dengan GABA. Agonis

    GABA, tapi tidak beraksi atau sedikit beraksi terhadap reseptor GABAA maupun

    GABAB, juga tidak berpengaruh terhadap sintesis atau ambilan GABA. Awalnya

    gabapentin diteliti manfaatnya sebagai antispasmodik dan sebagai OAE. Amerika

    Scrikat, Eropa daratan dan berbagai negara lainnya lisensi sebagai OAE. Ada yang

    menggunakan sebagai analgetik. Untuk epilepsi, gabapentin dipakai sebagai ajuvan

    untuk serangan parsial atau serangan umum sekunder.

    Rentang dosis

  • Dosis awal 300 mg/hari; dosis pemeliharaan 900-4800 mg/hari dapat

    diberikan 2-3 kali/hari. Dosis untuk anak adalah 15-30 mg/kg/hari. Dosis

    pemeliharaan individual optimal ditentukan oleh perkembangan klinis; dosis awal

    yang rendah dapat mengurangi kemungkinan ataksia atau rasa mengantuk.

    Farmakokinetik

    Gabapentin mudah menerobos blood-brain barrier dan rasio plasma:

    cairan serebrospinal mendekati 0,1. Kadar serum puncak tercapai dalam waktu 2-

    4 jam (oral).

    Gabapentin tidak mengalami perubahan kimiawi dan seluruhnya

    dikeluarkan tanpa perubahan bentuk. Tidak ada interaksi obat, tidak menginduksi

    sistem enzim hati. Waktu paro eliminasi hanya 5-9 jam, dianjurkan diberikan 3x

    sehari. Kadar obat dalam plasma mencapai tingkat stabil setelah beberapa hari,

    waktu paro tidak mengalami perubahan walaupun diberikan dalam waktu yang

    lama.

    Mekanisme aksi

    Mekanisme aksi belum diketahui secara pasti, terikat oleh reseptor saluran

    kalsium di neokorteks otak dan hipokampus.

    Efek samping

    Dosis 1800 mg/hari efek samping mengantuk (36%), dizziness (24%),

    nistagmus (17%), nyeri kepala (9%), tremor (15%), rasa lelah (11%), diplopia

    (11%), rinitis (11%) dan mual/muntah (6%). Sebagian besar efek samping bersifat

    ringan. Penderita tertentu ada yang mengalami penambahan berat badan.

    Penggunaan gabapentin di klinik

    Di Indonesia Gabapentin juga untuk mengatasi nyeri.

    2. Lamotrigin

    Lamotrigin diakui dan disetujui sebagai OAE tambahan, tetapi aman

  • dan manjur sebagai OAE tunggal untuk penderita baru juga untuk serangan yang

    tidak teratasi dengan OAE standar. Lamotrigin bermanfaat untuk serangan parsial

    maupun umum dan kemungkinan bermanfaat untuk sindrom Lennox-Gastaut

    maupun absence pada anak. Lamotrigin dapat sebagai alternatif untuk penderita

    yang mengalami kenaikan berat badan atau efek samping valproat yang berkaitan

    dengan hormon. Tampaknya dapat memperbaiki kadar kolestero.

    Rentang dosis

    Dosis awal 12,5-25 mg/hari; dosis pemeliharaan antara 100-200 mg, baik

    sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan valproat, 200-400 mg bila

    dikombinasi dengan obat yang menginduksi enzim. Lamotrigin diberikan 2 kali

    sehari.

    Ada saran bila lamotrigin dikombinasikan dengan valproat maka dosisnya

    adalah 25 mg/hari selama 2 minggu kemudian 50 mg/hari selama 2 minggu,

    akhirnya dinaikan secara bertahap sampai 150 mg dua kali sehari. Bila

    dikombinasikan dengan karbamazepin, fenitoin, fenobarbital atau primidon maka

    dosis awal lamotrigin adalah 50 mg dua kali sehari, kemudian dinaikkan sampai

    100-200 dua kali sehari.

    Pada anak, bila dikombinasikan dengan valproat maka dosis awalnya

    adalah 0,5 mg/kg/hari dan dosis pemeliharaan adalah 1-5 mg/kg/hari. Bila

    dikombinasikan dengan karbamazepin, fenitoin, fenobarbital atau primidon, maka

    dosis awalnya adalah 2 mg/kg/hari dan dosis pemeliharaan antara 5-15 mg/kg/hari.

    Sementara itu, dosis pemeliharaan individual akan ditentukan oleh perkembangan

    klinis penderital.

    Farmakokinetik

    Pemberian lamotrigin secara oral diabsorbsi secara baik. Puncak

    konsentrasi dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah minum obat. Ada puncak kedua

    akibat reabsorbsi intestinal terhadap obat yang masi