bab i,ii,iii,iv

45
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abruptio placenta disebut juga Solusio plasenta atau ablasio placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas (Prawirohardjo S, 2002). Abruptio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami Abruptio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Abruptio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortalitas pada janin dan bayi baru lahir. Angka kematian janin akibat Abruptioplasenta berkisar antara 50-80%. Tetapi ada literatur lain yang menyebutkan angka kematian mendekati 100% (Pritchard JA et al, 2001). Page 1

Upload: avriel-edogawa

Post on 28-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

askep abrupsio plasenta

TRANSCRIPT

BAB I

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAbruptio placenta disebut juga Solusio plasenta atau ablasio placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas (Prawirohardjo S, 2002). Abruptio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami Abruptio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Abruptio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortalitas pada janin dan bayi baru lahir. Angka kematian janin akibat Abruptioplasenta berkisar antara 50-80%. Tetapi ada literatur lain yang menyebutkan angka kematian mendekati 100% (Pritchard JA et al, 2001).

Perdarahan pada Abruptio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat Abruptio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok (Rachimhadhi T, 2002).

Penyebab Abruptio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula oleh pre eklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya Abruptio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu (Rachimhadhi T, 2002).

Gejala dan tanda Abruptio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari penelitian oleh Hard dan kawan-kawan diketahui bahwa 15% dari kasus Abruptio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idiopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdarahan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertoni uterus yang menetap, gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi (Cunningham FG et al, 2001).Oleh karena itu, penulis merasa perlu menyusun makalah ini agar pembaca khsusnya perawat dapat mengetahui lebih banyak lagi semua hal yang terkait dengan abrupsio plasenta serta asuhan keperawatan pada pasien dengan abrupsio plasenta.1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimanakah konsep penyakit Abrupsio Plasenta?

2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan secara teori pada pasien dengan Abrupsio Plasenta?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui konsep penyakit Abrupsio Plasenta.

2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan secara teori pada pasien dengan Abrupsio Plasenta.BAB 2 KONSEP PENYAKIT2.1 DefinisiAbruptio Plasenta merupakan terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum pelahiran. Abrupsio plasenta telah disebut dengan berbagai istilah yaitu Solusio Plasenta, perdarahan aksidental, Premature Separation Of The Normally Implanted Placenta. (Cunningham dkk , Obstetri Williams Edisi 23 Volume 2).Abruptio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya pada usia kehamilan 22 minggu atau dengan perkiraan berat janin lebih dari 500 gram. (Prof. Dr. Ida Bagus Gede Manuaba dkk , Pengantar Kuliah Obstetri).Abruptio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di korpus uteri yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin dilahirkan. (Nita Norma, Asuhan Kebidanan Patologi).Abruptio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif Mansjoer dkk. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1).Dari beberapa definisi diatas dapat kami simpulkan bahwa solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum pelahiran yang terjadi pada usia kehamilan antara 20 28 minggu.

Gambar 2.1 Abruption Placenta

2.2 EpidemiologiFrekuensi Diagnosis abruption plasenta bervariasi karena perbedaan criteria, tetapi frekuensi rata- rata yang dilaporkan adalah 1 dalam 200 kelahiran. Dalam basis data mengenai 15 juta kelahiran milik National Center for Health Statistics, Salihu dkk (2005) melaporkan insiden abrupsio sebanyak 1 diantara 160. Dengan menggunakan data catatan kelahiran di AS tahun 2003 insidensi abrupsio plasenta ditemukan sebesar 1 dalam 190 kelahiran. (Martin dkk, 2005). Di parkland hospital dari tahun 1988 hingga 2006. Insiden abrupsio lebih dari 280.000 kelahiran mencapai 1 dalam 290 Gb 35 - 6 .(Cunningham, 2009) .

Pada laporan CEMACH tahun 2004 , tiga kasus kematian ibu disebabkan oleh abrupsio plasenta. (CEMACH,2004). Banyak kasus Abrupsio plasenta tergolong ringan dan kehamilan berlangsung dengan wajar. Kasus abrupsio plasenta yang parah harus mendapat penananganan yang terkoordinasi dari dokter,bidan, dokter anestesi, dan ahli hematologi (Mc.Geown, 2011).2.3 Etiologi Belum diketahui dengan jelas, namun terdapat beberapa keadaan tertentu. Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya abrupsio plasenta dicantumkan pada tabel 2.2 menurut ( Cunningham dkk, Obstetri Williams Edisi 23 Volume 2 ) : 1. Faktor usia, paritas, faktor familial yaitu insiden solusio meningkat sesuai bertambahnya usia ibu. Pada penelitian First and Second Trimester Evaluation of Risk (FASTER) perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun ditemukan 2,3 kali lipat lebih mungkin mengalami solusio dibandingkan perempuan berusia < 35tahun (Cleary Goldman dkk, 2005) . meskipun Pritchard dkk (1991) melaporkan insiden solusio meningkat pada perempuan dengan multiparitas daripada primi. 2. Hipertensi yaitu Kondisi yang sangat dominan berkaitan dengan solusio plasenta adalah suatu bentuk hipertensi antara lain hipertensi gestasional, pre eklamsia, hipertensi kronis, atau kombinasi kedua duanya. Dalam laporan Parkland Hospital mengenai 408 perempuan yang mengalami solusio plasenta dan keguguran, hipertensi ditemukan pada kurang lebih separuh perempuan. (Pritchard dkk, 1991)3. Riwayat solusio plasenta sebelumnya merupakan hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat abrupsio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat abrupsio plasenta sebelumnya.4. Faktor merokok yaitu Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus abrupsio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya abrupsio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.5. Faktor pengunaan kokain yaitu dalam penelitian menurut Addis dkk , 2001 mengatakan bahwa solusio plasenta lebih lazim terjadi pada perempuan yang menggunakan kokain dibandingkan mereka yang bukan penggunaan. Penggunaan Kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta.6. Ketuban Pecah Dini dan Pelahiran Kurang Bulan yaitu tidak ada keraguan bahwa terjadi peningkatan insiden solusio bila ketuban pecah sebelum aterm. Major dkk, (1995) melaporkan bahw 5 persen diantara 756 perempuan dengan ketuban pecah antara minggu 20 dan minggu 36 mengalami solusio.7. Faktor trauma langsung pada abdomen (trauma abdominal) misalnya kecelakaan lalu lintas, penyerangan, jatuh dan terkena tendangan.8. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain. Ris RelatifFaktor Risiko (%)

Bertambahnya usia dan paritas NA

Preeklamsia 2.1-4.0

Hipertensi kronik 1.8-3.0

Ketuban pecah dini 2.4-3.0Merokok 1.4-1.9

Trombofilia NAPemakaian kokain NARiwayat solusio 10-25Leiomioma uterus NA

NA = tidak tersedia

Dikutip dari Cunningham dan Hollier (1997); data risiko dari Ananth dkk. (1999a, 1999b) dan Kramer dkk. (1997).

Gambar 2.2 Faktor Risiko Abruptio Plasenta2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis dari abrupsio plasenta yaitu

Perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam hitaman atau merah gelap. Nyeri tekan uterus atau nyeri punggung. Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan dengan banyaknya darah yang keluar. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul dibelakang placenta hingga rahim teregang. Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras. Bunyi jantung biasanya tidak ada. Fundus uteri makin lama makin naik. Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklamsia. (Fadlun Feryanto dan Ahmad. Asuhan Kebidanan Patologis.)2.4 Klasifikasi

Abrupsio Plasenta diklasifikasikan menjadi beberapa tipe :a. Reeder J Sharon dkk,Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga Volume 2 membagi solusio plasenta menurut derajat pemisahan plasenta:1. Abrupsio plasenta totalis yaitu bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.2. Abrupsio plasenta parsialis yaitu bila hanya sebagian saja plasenta terlepas terlepas dari tempat perlekatannya.b. Cunningham dkk, Obstetri Williams Edisi 23 Volume 2 membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan:1. Abrupsio plasenta eksternal yaitu perdarahan yang menyusup diantara membrane plasenta dan uterus yang akhirnya keluar melalui serviks. 2. Abrupsio plasenta internal yaitu perdarahan yang tidak berhasil keluar tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dan uterus.c. Prof. Dr. Ida Bagus Gede, Manuaba dkk, Pengantar Kuliah Obstetri mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:Gejala

KlinikAbruptio Plasenta

Ringan Sedang Berat

NadiTak berubahMeningkatMeningkat

Tensi DarahTak berubahMenurunMenurun sampai syok

SyokTak pernahKadang kadangSelalu syok

HipofibrinogenNormal,

400 450 mg%.Kadang kadang, antara 250-300 mg%.Selalu kurang dari 150 mg%.

UterusNormalSedikit tegangTegang keras sehingga sulit di palpasi

JaninHidupDapat meninggalSelalu Meninggal

PerdarahanKurang dari 1000 ccAntara 1500 2500 ccDiatas 2500 cc.Terjadi Gangguan pembekuan darah.

Tabel 2.3 Pembagian menurut gejala klinis2.5 WOC

2.6 Patofisiologi

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma di desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Perdarahan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan tidak mampu lebih berkontraksi untuk menghentikan perdarahan. Akibatnya, hematoma retroplasentar akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar melalui vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu dan terasa sangat tegang serta nyeri. Hal ini disebut uterus couvelaire. Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, akan terjadi anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnya gangguan pembekuan darah , kelainan ginjal dan nasib janin. Makin lama penanganan abrupsio plasenta sampai persalinan selesai, umumnya makin hebat komplikasinya. (Asuhan Kebidanan Patologi, Nita Norma D . 2013)

2.7 Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada Ibu

1. Syok hipovolemikSyok Hipovolemik secara langsung disebabkan oleh kehilangan darah pada ibu. Pada 141 perempuan dengan abruption yang sedemikian parah sehingga mematikan janin. Pritchard dan Brekken (1967) membuktikan bahwa kehilangan darah yang terjadi seringkali setara dengan sedikitnya separuh volume darah saat hamil.2. Koagulasi intravaskuler diseminataKoagulasi intravaskuler diseminata (DIC) adalah peristiwa sekunder yang terjadi menyusul terpicunya aktivasi sistem koagulasi secara luas. Penggunaan fibrin, faktor pembekuan, dan trombosit terjadi, menyebabkan perdarahan yang kontinue dan penipisan cadangan faktor-faktor tersebut secara lebih lanjut. Pemicu yang diketahui mencetuskan DIC antara lain pelepasan jaringan tromboplastin, kerusakan endotelial pembuluh darah kecil, dan produksi fosfolipid prokoagulan yang merupakan akibat sekunder dari koagulasi intravaskuler. Insiden kasus ini bervariasi, namun DIC yang serius kemungkinan terjadi pada 0,1 persen kehamilan. Pemeriksaan laboratorium meliputi pengukuran masa trombin, produk pemecahan / degradasi fibrin (FDP), dan hitung trombosit. Test ini harus diulangi dalam interval yang teratur selama dilakukan resusitasi. Pada kasus DIC berat, ahli hematologis harus dilibatkan dalam perawatan ibu sejak dini.3. Gagal ginjal akut

Gagal ginjal akut dapat ditemukan pada abruption plasenta berat. Kondisi ini merupakan konsekuensi dari perfusi ginjal yang buruk yang merupakan akibat perdarahan masiv dan sekunder dari hipovolemia, hipotensi, dan DIC (mikrotrombi pada ginjal) awalnya, pasien mengalami oliguria dan, jika penurunan perfusi ginjal terjadi dalam waktu lama, pasien dapat mengalami nekrosis kortikal akut. Setelah dilakukan penggantian cairan yang adekuat dan penanganan DIC, pasien akan mengalami poliuri ; selama fase ini, kadar kreatinin dan urea plasma dapat terus meningkat. Keseimbangan cairan, asam basa, dan elektrolit harus dipantau dengan seksama. Terapi dialisis mungkin diperlukan.4. Sindrom Sheehan Perdarahan intrapartum yang berat kadang adang dapat diikuti oleh kegagalan hipofisis atau sindrom Sheehan . Sindrom ini ditandai dengan kegagalan laktasi, amenoera, atrofi payudara, hipotiroidisme, rontoknya rambut pubis dan aksila tetapi kelainan endokrin semacam ini jarang timbul bahkan pada perempuan yang mengalami perdarahan hebat. 5. Uterus CouvelaireDapat terjadi karena ekstravasasi luas darah kedalam otot otot uterus dan kebawah tunika serosa uteri. Efusi darah semacam ini kadang kadang ditemukan di bawah tunika serosae tubae, diantara lembaran ligamentum latum uteri, di dalam substantia ovarica dan bebas dalam rongga peritoneum. Perdarahan miometrium ini jarang mengganggu kontraksi miometrium untuk menyebabkan atonia dan kondisi ini bukanlah indikasi histerektomi. (Cunningham, dkk. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 2 )

Komplikasi Pada Janin

1. Mortalitas perinatalSolusio adalah penyebab utama kematian janin dan neonatus. Angka mortalitas perinatal dipengaruhi oleh luasnya solusio, interval pelahiran, usia kehamilan saat solusio dan pelahiran terjadi, dan faktor terkait lainnya, seperti retardasi pertumbuhan akibat plasentasi yang buruk.2. Gawat janinGawat janin adalah kondisi saat bayi dalam rahim tidak menerima cukup oksigen(mengalamihipoksia) dan beberapa komplikasi lainnya. .Jarang ditemukan kasus solusio plasenta dengan janin yang masih hidup. Kalaupu janin yang masih hidup biasanya sudah gawat kecuali pada solusio plasenta ringan.3. Hambatan pertumbuhan intrauterinHambatan pertumbuhan intrauterin merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan bayi yang buruk di dalam kandungan ibu sewaktu kehamilan. Kondisi ini kemungkinan memiliki dua komponen utama. Penyebab pertama mungkin invasi trofoblas yang tidak adekuat pada arteri spiralis dan desidua maternal, seperti pada peningkatan resiko preeklampsia. Jika solusio bersifat kronis atau berulang, area plasenta yang tersedia untuk pertukaran nutrien dan limbah antara janin dan ibu semakin berkurang. Hal ini turut menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauteri. (Debbie Holmes, Buku ajar Ilmu Kebidanan)2.7 Prognosis1. Terhadap ibu

Mortalitas menurut keputusan 5-10% sedangkan di R.S. Pringadi Medan dilaporkan 6,7 %. Hal ini dikarenakan adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus,toksemia gravidarum , kerusakan organ terutama nekrosis korteks ginjal dan infeksi. Kekejangan uterius terjadi karena perangsangan oleh hematoma retro-plasenter, atau karena terlepasnya plasenta sehingga hormone yang dihasilkan plasenta berkurang (terutama progesterone), atau karena adanya koagulum koagulum yang meninggikan histamine dalam sirkulasi ibu.2. Terhadap anak

Mortalitas anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80%, sedangkan di R.S. Pringadi medan mortalitas anak 77,7%. Hal ini tergantung pada derajat pelepasan dari plasenta , bila yang terlepas lebih dari 1/3 maka kemungkinan kematian anak 100 %. Selain itu juga tergantung pada prematuritas dan tindakan persalinan.3. Terhadap Kehamilan BerikutnyaBiasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta, maka pada hamil berikutnya sering terjadi solusio plasenta yang lebih hebat dengan partus prematurus / immaturus. (Dr. Amru Sofian, Sp.OG (K). Onk . MWALS. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri (Fisiologi dan Patologi)2.8. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan khusus Obstetri :a) Terjadi ketegangan dinding uterus, palpasi dapat dengan mudah sampai sangat sulit karena keras seperti batu.

b) Auskultasi denyut jantung janin bervariasi dapat normal sampai terjadi kematian intrauteri.c) Pemeriksaan dalam : Ketuban tegang, bagian terendah mungkin sudah masuk PAP. 2. Pemeriksaan USG untuk membantu menentukan lokasi plasenta.3. Pemeriksaan penunjang Laboratorium Yaitu :

a. Urin : albumin (+) ( pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan leukosit.

b. Darah : HB menurun (Anemia) , periksa golongan darah kalau bisa cross match test Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogenemia,maka di periksakan pula COT (Clot Observation test)tiap 1 jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg %).

c. jumlah trombosit dan jumlah fibrinogen darah.d. waktu prothombin.e. Ureum dan kreatinin darah untuk memperkirakan gangguan fungsi ginjal.

4. Uji kleihhauer Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah merah janin didalam sirkulasi ibu. 5. CTG yaitu menentukan viabilitas janin. (Prof. Dr. Manuaba dkk, Pengantar Kuliah Obstetri dan Dr. Amru Sofian, SP.OG (K) . Onk. MWALS. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi) 2.9 Penatalaksanaan Terapi

1. Terapi Konservatif (ekspektatif)

Prinsipnya kita hanya menunggu sampai perdarahan berhenti dan kemudian partus berlangsung spontan. Menurut cara ini, perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan intrauterine bertambah lama bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah arteri yang robek. Sambil menunggu / mengawasi kita berikan :1. Suntikan morfin subkutan

2. Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine, cardizol, dan pentazol.

3. Transfuse darah.Dahulu ada yang berpendapat hanya diberikan darah kalau sangat mendesak sebab bisa meninggikan tekanan darah, dan ini akan menambah hebat perdarahan. Sekarang harus diberikan darah secepatnya yang gunanya untuk mengatasi syok dan anemia, mencegah terjadinya nekrosis korteks renalis yang dapat berakibat anuria dan uremia, serta untuk menambah kadar fibrinogen, agar mekanisme pembekuan darah tidak terganggu.

Partus biasanya akan berlangsung 6-12 jam sesudah terjadinya solusio plasenta karena kekejangan uterus. Kekejangan uterus terjadi karena perangsangan oleh hematoma retro-plasenter, atau karena terlepasnya plasenta sehingga hormone yang dihasilkan plasenta berkurang ( terutama progesterone), atau karena adanya koagulum koagulum yang meninggikan histamine dalam sirkulasi ibu.2. Terapi Aktif

Prinsip: kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak segera dilahirkan dan perdarahan berhenti , misalnya dengan operatif obstertik.

Langkah langkah :

Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan pemberian oksitosin kemudian awasi serta pimpin pratus spontan. Ada perbedaan pendapat yang terdiri atas 2 aliran :

1. Aliran setuju ( pro ), dengan alas an bahwa dengan pemecahan ketuban diharapkan persalinan akan berlangsung lebih cepat serta mengurangi tekanan intrauterine yang tinggi yang dapat menyebabkan komplikasi nekrosis korteks ginjal dan gangguan pembekuan darah.

2. Aliran kontra, dengan alasan bahwa dengan amniotomi akan terjadi perdarahan yang banyak dan terus menerus. Sedangkan kalau dibiarkan ( tidak dipecahkan )tekanan hematoma retrouterin dan tekanan intrauleterin dapat menekan luka-luka dan menghentikan perdarahan.

Accouchement force, yaitu pelebaran dan peregangan serviks diikuti dengan pemasangan cunam Willet Gausz atau versi Braxton Hicks

Bila pembukaan sudah lengkap atau hamper lengkap, dan kepala sudah turun sampai Hodge III-IV, maka bila janin hidup lakukan ekstraksi vakum atau forsep, terapi bila janin meninggal, lakukanlah embriotomi.

Seksio sesarea biasanya dilakukan pada keadaan :

1. Abruptio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.2. Abruptio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi pembukaan masih kecil.3. Abruptio plasenta dengan panggul sempit atau letak lintang.4. Berkembangnya keadaan kegawatan janin, dan kelahiran per vagina yang tidak menampakkan kemajuan.

5. Janin Hidup dan terjadi abrupsio berat .

6. Perdarahan bertambah berat serta mengancam hidup ibu.

Histerektomi dapat dilakukan bila terjadi afibrinogenemia atau hipo-fibrinogenemia dan kalu persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup. Selain itu juga pada couvelair uterius dengan kontraksi uterus yang tidak baik.

Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin dipertahankan. Pada hipofibrinogenemia berikan darah segar beberapa kantung , plasma darah, dan fibrinogen 4-6 gram. ( Dr. Amru Sofian, SP.OG (K) . Onk. MWALS. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi,)BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI ABRUPTIO PLASENTA

3.1 Pengkajian Keperawatan

a) Identitas PasienMeliputi Nama, jenis kelamin, Usia, Alamat, Agama, status perkawinan, bahasa yang digunakan, Pendidikan, Pekerjaan, Golongan darah, anggal masuk Rumah sakit, dan Diagnosis medis.b) Pola Fungsi Kesehatan

1. Health Perception Keluhan Utama : Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri. Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang. Perdarahan yang berulang-ulang. Riwayat penyakit sekarang Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll. Riwayat penyakit masa lalu Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek atau trauma uterus. Riwayat psikologis Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan penyebabnya.2. Pola Nutrisi - Metabolic A (Atropometri) = BB : 65 kg, TB : 160 cm.

B (Biokimia) = Hb : 12,5 g/dl, hematokrit : 40.5 %, glukosa darah cito : 121 mg/dl .

C (Clinis) = Kesadaran : compos mentis, mata: konjungtiva pucat, pupil: Isokor, kulit: turgor kulit baik, CRT: >3detik, rambut: warna hitam tebal dan distribusi rambut merata dan tidak mengalami kerontokan.

D (Diet) = Pola makan 3x sehari, jenis nasi, ikan/daging, sayur dan buah (kalau ada), pasien mengatakan tidak mengalami nyeri lambung, tidak mual, nafsu makan baik, porsi makan dihabiskan. 3. Pola Eliminasi

Kebiasaan buang air kecil : sering kencing karena kondisi kehamilannya BAK 8-9 x/hari, warna kuning-kuningan, bau khas, tidak ada keluhan. Pemenuhan cairan : Minum 7-8 gelas/hari, jenis air putih, teh, kopi. Kebiasaan buang air besar : BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning tua, tidak ada keluhan. Kemampuan perawatan diri : biasanya dibantu oleh suami saat ingin ke kamar mandi ataupun jika memerlukan perawatan yang lain. Pemeriksaan fisik : Genetalia: keluar bercak-bercak darah dari alat genital, Abdomen: pasien merasakan nyeri di perut kiri bagian bawah.4. Aktivitas dan Latihan

Pasien biasa melakukan pekerjan sebagai ibu rumah tangga : memasak, membersihkan rumah bagi pasien semua itu sudah merupakan aktivitas yang tidak jauh berbeda dengan berolahraga karena semua kegiatan tersebut mengeluarkan energi, serta semua aktivitas tersebut rutin di lakukan setiap hari.

Kemampuan merawat diri sendiri selama hamil sebagian dibantu oleh suami/keluarganya seperti : berpakaian (pakaian atas dan bawah), mandi, makan, ke kamar mandi

Setelah pasien sakit sebagian aktivitas yang dilakukan pasien perlu bantuan keluarga dan perawat saat MRS.5. Pola Istirahat-Tidur

Kebiasaan tidur pasien biasa tidur pukul 21.30 WIB/ setengah 10 malam dan bangun di pagi hari pukul 05.00 WIB, pemenuhan kebutuhan istirahat pasien 6-7 jam/hari, terkadang pasien sering terbangun di malam hari untuk BAK.6. Pola Cognitif-Presepsi Presepsi ketidaknyamanan/nyeri : merasakan nyeri di perut bagian bawah.

Pasien beranggapan bahwa sakit yang diderita : akibat terjatuh dari tangga rumah. Pasien cemas serta bingung dengan kondisi kehamilannya dan banyak bertanya tentang keadaan janinnya kepada petugas kesehatan.7. Konsep Diri dan Presepsi Diri Keadaan sosial : Pekerjaan wiraswasta, situasi di dalam keluarga cemas bingung setelah mengetahui salah satu anggota keluarganya sakit, masyarakat/tetangga disekitar lingkungan rumah sangat peduli dengan kondisi yang dialami pasien yang dibuktikan dengan kepedulian mereka menjenguk pasien saat MRS.

Pasien mampu menerima kondisi sakitnya, namun saat sakit tak dapat memenuhi tugasnya sebagai ibu rumah tangga karena keterbatasan gerak yang sering dirasakan (nyeri di perut kiri bagian bawah), dan pasien berharap akan mendapatakan pertolongan dari tenaga kesehatan terhadap dirinya dan janin yang di kandungnya.8. Pola Peran-Hubungan

Pasien mengatakan peran dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga dan mengasuh anak.

Pentingnya keluarga : Pasien membuat rencana perawatan bayi yaitu dengan dirawat sendiri bersama suaminya, rencana menyusui dengan memberikan ASI, dan pasiean baru akan belajar tentang cara memandikan bayi dan merawat tali pusat setelah mendapatkan bimbingan dari petugas kesehatan.

Proses pengambilan putusan apabila menghadapi masalah biasanya diselesaikan secara musyawarah anggota keluarga namun tetap kepala keluarga yang berhak untuk menentukan solusinya.

Interaksi sosial : Pasien menggunakan bahasa jawa saat berkomunikasi, hubungan pasien dengan petugas kesehatan dan orang lain di lingkungan sekitarnya baik.9. Pola Seksual-Reproduksi

a) Riwayat Menstruasi dan reproduksi

Siklus mens : teratur sebelum pasien hamil Pasien sering ganti softec apabila telah dirasa penuh dan perlu untuk menggantinya. Lama mentruasi biasanya 5-6 hari Keluhan selama haid biasanya pasien mengalami nyeri pada bagian pinggang dan merasakan lemas pada saat mens.b) Riwayat Reproduksi (Kehamilan, persalinan, nifas/postpartum)

Merupakan kehamilan kedua, usia kehamilan saat ini 9 bulan

Selama persalian anak pertama tidak mengalami kesulitan, tidak mengalami komplikasi saat nifas, BB anak: 3100g yang berjenis kelamin perempuan.

c) Riwayat Menyusui

ASI exlusive selama 6 bulan dan tidak ada hambatan saat pemberian ASI exclusive.

d) Riwayat Keluarga Berncana

Pernah menggunakan alat kontrasepsi

Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan yaitu menggunakan pil, pasien mulai menggunakan kontrasepsi tersebut satu tahun setelah kelahiran anak pertama, dan tidak mengalami keluhan selama memakai alat kontrasepsi tersebut.

e) Riwayat yang berhubungan dengan maslah fisik/psikologis

Pasien dan suaminya pernah mempunyai keinginan untuk memiliki dua anak.

f) Pasien tidak begitu memahami tentang cara perawatan payudara serta dalam melakukan pemeriksaan payudara.

g) Pasien sebagai seorang istri yang masih dapat memenuhi kewajibanya melakukan hubungan suami istri serta melakukan perilaku seksual yang aman tidak pernah menyimpang.

h) Pasien tidak memiliki penegtahuan tentang senam nifas, senam hamil, serta proses persalinan pervagina/section caesarea.10. Pola Coping Stress Masalah yang memicu stress baru-baru ini yaitu pasien merasakan nyeri di perut bagian bawah yang membuatnya kwatir akan kondisi kehamilannya. Mengalami stress dalam tingkat sedang Apabila pasien mempunyai masalah baik masalah kesehatan, atau ekonomi selalu menceritakan atau berbagi cerita kepada suaminya untuk membantu mengurangi beban fikiran.11. Keyakinan dan Kepercayaan

Pasien nampak cemas dalam menghadapi kondisi yang dialaminya,namun dia berusaha menerima keadaan sakitnya, karena mempunyai keyakinan bahwa setiap penyakit yang diturunkan pasti disertai dengan obatnya, serta berharap tidak terjadi apa-apa teerhadap janinnya. Pasien berusaha melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu selalu menunaikan sholat 5 waktu, mesti dalam keadaan sakitpun selalu berusaha melaksanakan kewajiban tersebut. Untuk berharap selalu diberikan kesabaran dalam menghadapi segala cobaan.c) Pengkajian Keperawatan prioritas 1. Anamnesis :

Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut , kadang kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang paling sakit, di mana plasenta terlepas.

Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong konyong (non recurrent ) terdiri dari darah segar dan bekuan bekuan darah.

Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi)

Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang kunang, ibu kelihatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yan keluar.

Kadang kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal lainnya.2. Pemeriksaan Dalam Serviks bisa terbuka atau masih tertutup. Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik sewaktu his atau di luar his. Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan disebut prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan dengan plasenta previa.3. Pemeriksaan Plasenta Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanya. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta yang disebut hematoma retroplasenter. (Dr. Amru Sofian, SP.OG (K) . Onk. MWALS, Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, )d) Pemeriksaan Fisik1. Keadaan umumKesadaran : composmetis s/d apatisPostur tubuh : biasanya gemukRaut wajah : biasanya pucat.

2. Tanda-tanda vitalTensi : normal sampai turun (syok)Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)Suhu : normal / meningkat (> 37oc)RR : normal / meningkat (> 24x/menit)3. Pemeriksaan cepalo caudal Kepala : rambut bersih / tidak, warna, ada ketombe dan benjolan, jika ada rambut yang mudah dicabut maka pertanda kurang gizi.

Wajah : pucat/tidak, adakah cloasma gravidarum (merupakan deposit pigmen yang berlebihan), oedem/ tidak. Pada solusio plasenta wajah terlihat pucat, sianosis , keringat dingin dan Pasien gelisah sering mengerang karena kesakitan. Mata : bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat manandakn anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah ada conjungtifitis, kelopak mata bengkak kemungkinan ada preeklamsi.

Mulut : bibir pucat/tidak, lidah pucat/tidak Leher : adakah bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar thyroid.

Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal Abdomen

Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba dan ligra. adakah bekas jahitan SC, striae alba sebagai tanda pernah hamil yang lalu, striae lividae tanda primigravida, linea nigrae (garis antara sympisis-pusat yang tampak biru atau lebih hitam) dan linea alba (garis antara sympisis-pusat yang tampak putih), gerakan anak.

Palpasi Fundus uteri tambah naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma;uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang di sebut uterus in bois(woonden uterus) baik waktu his maupun di luar his. Nyeri tekan terutama di tempat plasenta yang terlepas. Bagian bagian janin susah di kenali, Karena perut (uterus) tegang.

Auskultasi

Sulit karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga. Genetalia : vulva bersih atau adakah pengeluaran pervaginam (lendir, darah), adakah varises, adakah benjolan abnormal yang menentukan kelancaran jalan lahir, adakah kondiloma lata, adakah kondiloma akuminata, kebersihan, adakah infeksi kelenjar bartholini, adakah infeksi kelenjar skene, juga adanya luka perineum menandakan sudah pernah melahirkan. Pada solusio plasenta terlihat darah keluar pervaginam jika termasuk perdarahan keluar. Anus : adakah hemoroid/tidak.

Ekstrimitas: adakah oedema pada ekstrimitas atas dan bawah (curiga preeklamsia), varises : ada atau tidak.

Punggung : mengetahui bentuk tulang belakang ibu saat hamil. Skoliosis : tulang belakang berbentuk seperti huruf S, Lordosis : tulang belakang bagian lumbal melengkung ke depan dan Kifosis : tulang belakang bagian lumbal melengkung ke belakang. Namun kebanyakan ibu hamil cenderung mempunyai tulang belakang yang bersifat Lordosis karena mengimbangi perbesaran perut.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan : kehilangan darah berlebihan (perdarahan plasenta yang terlihat dan tersembunyi) .2. Nyeri (akut) berhubungan dengan perdarahan akibat pelepasan plasenta yang premature.3. Gangguan perfusi jaringan : perifer yang berhubungan dengan hipovolemia karena kehilangan darah (perdarahan)4. Cemas yang berhubungan dengan hasil akhir kehamilan yang tidak pasti.5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan pengobatan dan prosedur.3.3 Intervensi Kekurangan Volume CairanBerhubungan dengan:kehilangan darah berlebihan (perdarahan plasenta yang terlihat dan tersembunyi)DS :-HausDO:-Penurunan turgorkulit/lidah-Membran mukosa/kulitkering-Peningkatan denyut nadi,penurunan tekanan darah,penurunanvolume/tekanan nadi-Pengisian vena menurun-Perubahan status mental-Konsentrasi urinemeningkat-Temperatur tubuhmeningkat-Kehilangan berat badansecara tiba-tiba-Penurunan urine output-HMT meningkat-KelemahanNOC:Fluid balanceHydrationNutritional Status : Foodand Fluid IntakeSetelah dilakukan tindakankeperawatan selama..defisit volume cairanteratasi dengan kriteriahasil:Mempertahankan urineoutput sesuai denganusia dan BB, BJ urinenormal,Tekanan darah, nadi,suhu tubuh dalam batasnormalTidak ada tanda tandadehidrasi, Elastisitasturgor kulit baik,membran mukosalembab, tidak ada rasahaus yang berlebihanOrientasi terhadapwaktu dan tempat baikJumlah dan iramapernapasan dalambatas normalElektrolit, Hb, Hmtdalam batas normalpH urin dalam batasnormalIntake oral danintravena adekuatNIC :Pertahankan catatan intake danoutput yang akuratMonitor status hidrasi ( kelembabanmembran mukosa, nadi adekuat,tekanan darah ortostatik ), jikadiperlukanMonitor hasil lab yang sesuaidengan retensi cairan (BUN , Hmt ,osmolalitas urin, albumin, totalprotein )Monitor vital sign setiap 15menit 1jamKolaborasi pemberian cairan IVMonitor status nutrisiBerikan cairan oralBerikan penggantian nasogatriksesuai output (50 100cc/jam)Dorong keluarga untuk membantupasien makanKolaborasi dokter jika tanda cairanberlebih muncul meburukAtur kemungkinan tranfusiPersiapan untuk tranfusiPasang kateter jika perluMonitor intake dan urin outputsetiap 8 jam

Nyeri akutberhubungandengan:perdarahan akibat pelepasan plasenta yang premature.

DS:-Laporan secara verbalDO:-Posisi untuk menahan nyeri-Tingkah laku berhati-hati-Gangguan tidur (mata sayu,tampak capek, sulit ataugerakan kacau,menyeringai)-Terfokus pada diri sendiri-Fokus menyempit(penurunan persepsi waktu,kerusakan proses berpikir,penurunan interaksi denganorang dan lingkungan)-Tingkah laku distraksi,contoh : jalan-jalan,menemui orang laindan/atau aktivitas, aktivitasberulang-ulang)-Respon autonom (sepertidiaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahannafas, nadi dan dilatasipupil)-Perubahan autonomicdalam tonus otot (mungkindalam rentang dari lemahke kaku)-Tingkah laku ekspresif(contoh : gelisah, merintih,menangis, waspada,iritabel, nafaspanjang/berkeluh kesah)-Perubahan dalam nafsumakan dan minumNOC :Pain Level,pain control,comfort levelSetelah dilakukan tinfakankeperawatan selama .Pasien tidak mengalaminyeri, dengan kriteria hasil:Mampu mengontrol nyeri(tahu penyebab nyeri,mampu menggunakantehnik nonfarmakologiuntuk mengurangi nyeri,mencari bantuan)Melaporkan bahwa nyeriberkurang denganmenggunakanmanajemen nyeriMampu mengenali nyeri(skala, intensitas,frekuensi dan tanda nyeri)Menyatakan rasa nyamansetelah nyeri berkurangTanda vital dalam rentangnormalTidak mengalamigangguan tidurNIC :Lakukan pengkajian nyeri secarakomprehensif termasuk lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitasdan faktor presipitasiObservasi reaksi nonverbal dariketidaknyamananBantu pasien dan keluarga untuk mencaridan menemukan dukunganKontrol lingkungan yang dapatmempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,pencahayaan dan kebisinganKurangi faktor presipitasi nyeriKaji tipe dan sumber nyeri untukmenentukan intervensiAjarkan tentang teknik non farmakologi:napas dala, relaksasi, distraksi, kompreshangat/ dinginBerikan analgetik untuk mengurangi nyeri:...Tingkatkan istirahatBerikan informasi tentang nyeri sepertipenyebab nyeri, berapa lama nyeri akanberkurang dan antisipasi ketidaknyamanandari prosedurMonitor vital sign sebelum dan sesudahpemberian analgesik pertama kali

Perfusi jaringan cerebraltidak efektifb/d gangguanafinitas Hb oksigen,penurunan konsentrasi Hb,Hipervolemia, Hipoventilasi,gangguan transport O2,gangguan aliran arteri danvenaDO-Gangguan status mental-Perubahan perilaku-Perubahan respon motorik-Perubahan reaksi pupil-Kesulitan menelan-Kelemahan atau paralisisekstrermitas-Abnormalitas bicaraNOC :Circulation statusNeurologic statusTissue Prefusion :cerebralSetelah dilakukan asuhanselamaketidakefektifan perfusijaringan cerebral teratasidengan kriteria hasil:Tekanan systole dan diastoledalam rentang yangdiharapkanTidakadaortostatikhipertensiKomunikasi jelasMenunjukkan konsentrasi danorientasiPupilseimbang dan reaktifBebasdari aktivitas kejangTidakmengalamiNIC :Monitor TTVMonitor AGD, ukuran pupil,ketajaman, kesimetrisan dan reaksiMonitor adanya diplopia, pandangankabur, nyeri kepalaMonitor level kebingungan danorientasiMonitor tonus otot pergerakanMonitor tekanan intrkranial danrespon nerologisCatat perubahan pasien dalammerespon stimulusMonitor status cairanPertahankan parameterhemodinamikTinggikan kepala 0-45otergantungpada konsisi pasien dan order medis

KecemasanberhubunganDenganhasil akhir kehamilan yang tidak pasti.DO/DS:-Insomnia-Kontak mata kurang-Kurang istirahat-Berfokus pada diri sendiri-Iritabilitas-Takut-Nyeri perut-Penurunan TD dan denyutnadi-Diare, mual, kelelahan-Gangguan tidur-Gemetar-Anoreksia, mulut kering-Peningkatan TD, denyutnadi, RR-Kesulitan bernafas-Bingung-Bloking dalam pembicaraan-Sulit berkonsentrasiNOC :-Kontrol kecemasan-KopingSetelah dilakukan asuhanselama klienkecemasan teratasi dgnkriteria hasil:Klien mampumengidentifikasi danmengungkapkan gejalacemasMengidentifikasi,mengungkapkan danmenunjukkan tehnikuntuk mengontolcemasVital sign dalam batasnormalPostur tubuh, ekspresiwajah, bahasa tubuhdan tingkat aktivitasmenunjukkanberkurangnyakecemasanNIC :Anxiety Reduction (penurunankecemasan)Gunakan pendekatan yangmenenangkanNyatakan dengan jelas harapanterhadap pelaku pasienJelaskan semua prosedur dan apayang dirasakan selama prosedurTemani pasien untuk memberikankeamanan dan mengurangi takutBerikan informasi faktual mengenaidiagnosis, tindakan prognosisLibatkan keluarga untukmendampingi klienInstruksikan pada pasien untukmenggunakan tehnik relaksasiDengarkan dengan penuh perhatianIdentifikasi tingkat kecemasanBantu pasien mengenal situasi yangmenimbulkan kecemasanDorong pasien untukmengungkapkan perasaan, ketakutan,persepsiKelola pemberian obat anticemas:........

BAB IV

PENUTUP1.1 Kesimpulan

Abruption plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; solusio plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat.

Penyebab dari Abruption plasenta ini belum pasti namun terdapat beberapa keadaan tertentu yang menyertai terjadinya solusio diantaranya karena hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu < 20 atau > 35 tahun, tali pusar yang pendek.

Adapun komplikasi dari Abruption plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari Abruption plsenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.

Penatalaksanaan dari abruption plaseenta dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya. 4. 2 Saran

Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh. Perawat serta tenaga kesehatan l;ainnya mampu meminimalkan faktor risiko dari abruption plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak.Perdarahan pada pembuluh darah plasenta

Hipertensi, riwayat trauma, kabiasaan merokok, tali pusar pendek, penyalahgunaan alkohol dan obat - obatan

Hematoma di desidua

Plasenta terdesak

Plasenta terlepas

Otot meregang

Otot tidak mampuberkontraksi

Perdarahan

Hematoma retroplasenter

Sebagian/ seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus

Darah terekstraksi diantara serabut serabut uterus

Darah menembus selaput ketuban

Darah masuk ke selaput ketuban

Masuk kedalam kantung ketuban

Keluar melalui selaput vagina

Ekstraksi sangat hebat

Penurunan CO2

Kekurangan vol. cairan

Terasa tegang dan nyeri

Permukaan uterus berwarna biru / ungu

Resiko infeksi

Nyeri (akut)

Perfusi jaringan

Penurunan perfusi jaringan

Page 30