bab i,ii,iii,iv fix.docx

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang sedang berkembang memiliki berbagai permasalahan terutama di bidang kesehatan. Berbagai permasalahan kesehatan belum dapat teratasi dengan baik.. Di Indonesia masalah penyakit masih mendominasi penyakit infeksi, salah satu penyakit infeksi yang memiliki angka insiden yang cukup tinggi adalah penyakit diare. Sampai saat ini diare masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare selalu menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data World health Organization (WHO) dan UNICEF, sekitar 2 miliar kasus diaredengan angka kematian 1,9 juta pertahun. Sebagian besar terjadi pada negara berkembang. Kematian anak dibawah umur 5 tahun mencapai 18 %, berarti lebih dari 5000 anak atau balita yang meninggal setiap hari akibat penyakit diare, Di Afrika dan Wilayah Asia Tenggara dengan prevalensi 78 % anak meninggal akibat penyakit diare. Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil kesehatan Indonesia tahun 2011. Diare yang tercatat di fasilitas kesehatan mencapai 9.739.163 orang, dimana lebih dari 1

Upload: jacob-jones

Post on 23-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangIndonesia merupakan sebuah negara yang sedang berkembang memiliki berbagai permasalahan terutama di bidang kesehatan. Berbagai permasalahan kesehatan belum dapat teratasi dengan baik.. Di Indonesia masalah penyakit masih mendominasi penyakit infeksi, salah satu penyakit infeksi yang memiliki angka insiden yang cukup tinggi adalah penyakit diare. Sampai saat ini diare masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare selalu menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data World health Organization (WHO) dan UNICEF, sekitar 2 miliar kasus diaredengan angka kematian 1,9 juta pertahun. Sebagian besar terjadi pada negara berkembang. Kematian anak dibawah umur 5 tahun mencapai 18 %, berarti lebih dari 5000 anak atau balita yang meninggal setiap hari akibat penyakit diare, Di Afrika dan Wilayah Asia Tenggara dengan prevalensi 78 % anak meninggal akibat penyakit diare.Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil kesehatan Indonesia tahun 2011. Diare yang tercatat di fasilitas kesehatan mencapai 9.739.163 orang, dimana lebih dari 70.000 pasien melakukan rawat inap dan sekitar 1.200 pasien meninggal dunia dengan CFR mencapai 1,79 %. 1,2 Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs ) adalah menurunkan kematian anak mencapai 2/ 3 bagian dari tahun 1990 sampai 2015. Studi Mortalitas dan riset Kesehatan Dasar, dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat dan baik di rumah tangga maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian akibat diare perlu tatalaksana yang cepat dan baik serta dilakukannya pencegahan terhadap diare. Pengetahuan ibu tentang diare dan penanganan awal diare dirumah merupakan suatu hal yang sangat penting agar balita tidak jatuh dalam kondisi kehilangan cairan yang lebih berat dan kekurangan nutrisi yang berujung pada kematian. Maka dari itu, peran ibu dalam melakukan penanganan awal diare dirumah sangat penting adalah bagaimana penanganan awal diare pada balita yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi dan tetap memberikan nutrisi. 1,21.2TujuanTujuan dari pembuatan Karya tulis dari analisis paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana penatalaksanaan awal diare pada balita di rumah dan di sarana kesehatan.

13.ManfaatDiharapkan pembuatan Karya tulis dari analisis paper ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan para pembaca tentang bagaimana penatalaksanaan awal diare pada balita di rumah dan di sarana kesehatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiDiare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau lunak, dan kandungan tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Diare tersebut selain konsistensi yang cair atau lunak dapat atau tanpa disetai lendir dan darah. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 kg/kgBB/24 jam. Pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume > 200g/kgBB/24 jam.3

2.2 EtiologiPenyebab diare akut dibagi atas 4 penyebab yaitu: 3,41. Bakteri: Shigella, Salmonela, E. coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridiumperfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.2. Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk like Virus, Coronavirus, Astrovirus.3. Parasit: Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum,balantinum coli.4. Non infeksi: malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, dll.

2.3 Klasifikasi Diare Terdapat pembagian diare yaitu:31. Berdasarkan lamanya diare:a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan selama masa diare berlangsung.2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:a. Diare sekresib. Diare Osmotik

2.4 Patofisiologi DiareDiare dpat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/ patomekanisme dibawah ini: 31. Diare SekretorikDiare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, sehingga menurunkan absorpsi. Yang Khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukannya diare dengan volume tinja banyak sekali. Diare tipe ini akan berlangsung walaupun dilakukan puasa makan dan minum.2. Diare OsmotikDiare tipe ini disebabkan karena adanya perbedaan tekanan osmotic pada usus sehingga cairan tubuh keluar menuju usus. Hal ini disebabkan oleh obat- obatan atau zat kimia yang hiperosmotik, malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus misalnya pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa, dll.

2.5 Gejala KlinisBiasanya anak yang menderita diare mula- mula anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Gejala klinis timbul menurut derajat dehidrasinya dan berat badannya.3,4Tabel 2.1 Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis.KategoriTanda dan gejala

Dehidrasi beratDua atau lebih tanda berikut: Keadaan umum lemah, letargi, penurunan kesadaran Ubun- ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering Tidak bisa minum atau malas minum Turgor kulit perut kembali dengan sangat lambat dan akral dingin

Dehidrasi ringan- sedang

Dua atau lebih tanda berikut: Gelisah dan cengeng Ubun- ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering. Kehausan atau sangat haus Turgor kulit perut kembali dengan lamabat Akral hangat

Tanpa dehidrasi Tidak ditemukan tanda utama dan tanda- tanda tambahan Keadaan umum baik dan sadar Ubun- ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir basah Turgor abdomen baik akral hangat

( Sumber: World Healtha Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children) Tabel 2.2 Derajat Dehidrasi menurut kehilangan berat badanDerajat dehidrasiPenurunan Berat Badan

Tidak dehidrasiDehidrasi ringan- sedangDehidrasi berat< 5 %5-10%>10%

( Sumber: World Healtha Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children)

2.6 DiagnosisMenegakkan diagnosis pada pasien diare, dapat dilakukan dengan melalui tiga aspek yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.2,3,4

2.6.1. AnamnesisPasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari . Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. 2,3,4 Pasien dengan diare infektif datang dengan keluhan khas yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam dan diare yang sering, malabsorpsi atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum pathogen usus halus tidak invasif, dan pathogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan. 2,3,42.6.2. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, dan pernapasan pasien balita. Selanjutnya perlu diperhatikan tanda- tanda utama dehidrasinya. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. 2,3,42.6.3. LaboratoriumPemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak dilakukan. Hanya pada keadaan tertentu saja mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui, atau ada sebab lain selain diare akut pada penderita dengan dehidrasi berat. 2,3,4 Pemeriksaan tinja baik makroskopik atau miskroskopik dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis yang pasti.Secara makroskopik dapat diperhatikan bentuk, warna,konsistensi tinjanya. Ada atau tidak darah, lender, pus, lemak,dan lain- lain. Pemeriksaan mikroskopikmelihat ada atau tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri dan lain- lain. 2,3,4

2.7 Penatalaksanaan Diare Pada BalitaA. Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah berdasarkan LINTAS Diare ( Lima Langkah Tuntaskan Diare) terdiri dari:1. Berikan OralitSalah satu komplikasi diare yang paling sering yaitu dehidrasi. Dalam mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari memberikan balita atau anak lebih banyak cairan daripada biasanya dengan menggunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan yang cair (seperti sup, air mineral, air rebusan yang matang). 2,3,4,5,6 Larutan oralit dapat dibuat dirumah sendiri dengan menggunakan bahan yang terdiri dari 1 sendok the gula pasir, 1 /4 sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 cc) air matang. Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan gula- garam yang siap digunakan. Pada prinsipnya, oralit diberikan sesuai dengan kemampuan balita dan anak untuk meminumnya atau disesuaikan dengan umur anak. Berikan oralit sedikit demi sedikit, apabila balita atau anak muntah hentikan beberapa menit baru dilanjutkan. 2,3,4,5,6 Pemberian cairan pada diare tanpa dehidrasi yaitu pemberian oralit untuk balita dibawah 1 tahun berikan - gelas setiap kali anak diare atau buang air. Untuk balita umur 1- 4 tahun berikan - 1 gelas, setiap kali diare atau buang air, sedangkan untuk anak diatas 5 tahun berikan 6 gelas, selanjutnya 1-1 gelas setiap kali diare. Pemberian cairan pada diare dengan dehidrasi ringan- sedang yaitu pemberian oralit dalam 3 jam pertama 75 ml/kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi. Diare dengan dehidrasi berat yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus. 2,3,4,5,62. Berikan Obat ZincZinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare danmengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kejadian kekambuhan selama 3 bulan berikutnya. Semua balita yang mengalami diare harus diberikan zinc segera saat mengalami diare. Dosis pemberian zinc pada balita: umur < 6 bulan: tablet (10 Mg) per hari selama 10 hari. Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 Mg) per hari selama 10 hari. Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Zinc tersedia dalam kemasan: tablet, bubuk dalam sachet, sirup dalam botol. Untuk tablet terlebih dahulu dilarutkan dalam 1 sendok air minum atau ASI tunggu 30 detik, kemudian segera berikan kepada balita atau anak. 2,3,4,5,63. Pemberian ASI/ MakananPemberian ASI / makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada balita tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan kurang gizi. Bila balita kurang gizi maka akan meningkatkan risiko terkena diare kembali. 2,3,4,5,64. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasiAntibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah ( sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat- obatan antidiare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah hanya dianjurkan apabila muntah berat.Obat anti protozoa hanya untuk indikasi terbukti diare disebabkan oleh parasit. 2,3,4,5,65. Pemberian NasehatIbu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:1. Cara memberikan cairan dan obat dirumah2. Kapan harus membawa kembali balitanya ke petugas kesehatan bila:Diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/ minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah disertai lender, tidak membaik dalam 3 hari. 2,3,4,5,6

B. Penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 berdasarkan derajat dehidrasi yang dialami oleh balita yaitu:Rencana Terapi A, jika penderita diare tidak mengalami dehidrasi a. Menerangkan 5 langkah terapi diare di rumahb. Berikan Cairan lebih banyak dari biasanya: Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang sebagai tambahan Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb) Beri ORALIT sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit. Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak. Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak Anak harus diberi 6 bungkus ORALIT (200 ml) di rumah bila: - Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C - Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk Ajari ibu cara mencampur dan memberikan ORALITc. Berikan Obat ZincBeri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per harid. Berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan Beri makanan kaya Kalium seperti buah segar, pisang, air kelapa hijau. Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu.

e. AntibiotikAntibiotik hanya diberikan sesuai indikasi. Misalnya: disenteri, kolera.f. Nasehat untuk Ibu dan Pengasuh Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang: Cara memberikan cairan dan obat dirumah dan Kapan harus membawa kembali balitanya ke petugas kesehatan bila: Diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/ minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah disertai lender, tidak membaik dalam 3 hari. 2,3,4,5,6Rencana Terapi B, jika penderita diare mengalami dehidrasi ringan-sedang: Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan yaitu 75 ml x BB anak. Bila BB tidak diketahui berikan ORALIT sesuai table di bawah ini:Umur sampai< 4 bulan4-12 bulan12-24 bulan 1-5 tahun

Berat badan< 6 kg6-10 kg 0-12 kg12-19 kg

Jumlah cairan200-400400-700 700-900900-1400

Bila anak menginginkan lebih banyak ORALIT, berikanlah. Dan bujuk ibu untuk meneruskan pemberian ASI kepada balitanya. Untuk bayi < 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan ORALIT. Kemudian beri obat ZINC selama 10 hari berturut-turut. Amati balita dengan seksama dan bantu ibu untuk memberikan ORALITnya.Langkah pertama tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan kemudian berikan sedikit demi sedikit tapi sering, bila masih bayi menggunakan sendok dan bila anak sudah bisa minum menggunakan gelas berikan dengan gelas. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah seperti bila kelopak mata balita atau anak bengkak, hentikan pemberian ORALIT dan berikan air masak atau ASI. Bila pembengkakan sudah hilang tetap lanjutkan Rencana Terapi A. 2,3,4,5,6Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C. Apabila Ibu harus segera pulang karena ada kesibukan sebelum selesai Rencana Terapi B di Puskesmas maka, beritahukan kepada ibu bawha ORALIT harus habis dalam Terapi 3 jam di rumah. Dan berikan ORALIT 6 bungkus untuk persediaan di rumah kemudian jelaskan kembali 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah. 2,3,4,5,6Rencana Terapi C, jika penderita diare mengalami dehidrasi berat: balita dirawat di saran kesehatan. Balita di infuse, segera berikan cairan intravena Ringer Laktat atau NaCL 0,9 % (bila RL tidak tersedia) 100 mg/kg bb. Pada Bayi < 1 tahun pemberian pertama cairan intravena 30 ml/kgbb untuk 1 jam, 70 ml/kg bb untuk 5 jam kemudian. Umur > 1 tahun berikan 30 ml/ kg bb untuk 30 menit, 70 ml/kg bb untuk 2 jam kemudian. Nilai nadi, bila belum teraba berikan tetesan cepat. Juga berikan ORALIT ( 5 ml/kg/ jam)bila balita bisa minum. Tablet Zinc tetap diberikan selama 10 hari berturut- turut. Pantau kembali tanda vital balita setiap 3 sampai 6 jam dan nilai derajat dehidrasinya. Kemudian pilih rencana terapi selanjutnya. 2,3,4,5,6

2.8 Pencegahan Diare Pada BalitaLangkah- Langkah pencegahan yang paling penting dilakukan oleh ibu dan pengasuh balita adalah menjaga hygiene perorangan dengan baik. Ini dapat dilakukan dengan melaksanakan perilaku sehat seperti:a. Memberikan ASI segera setelah bayi lahir, serta berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibody dan zat- zat lain yang dikandungnya. ASI turutmemberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberikan ASI enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare.6b. Menggunakan Air Bersih Yang CukupDimana penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman, atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya tempat makanan / minuman yang dicuci dengan air tercemar, dan dapat juga melalui jari- jari tangan. Maka masyarakat harus menggunakan air bersih dan melindungi air bersih tersebut dari kontaminasi mulai dariSumber air dan tempat penyimpanannya yang menggunakan tutup. Untuk air minum harus dimasak terlebih dahulu. 6c. Mencuci TanganKebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun dan air keran yang mengalir dan sesuai dengan 7 langkah WHO. Mencuci tangan dari kegiatan sebelum mulai menyiapkan bahan makanan, memasak kemudian menyajikan makanan, menyuapibalita atau anak, dan membersihkan balita atau anak setelah buang air besar. Latih balita untuk mencuci tangan sesudah selesai bermain, sebelum dan sesudah makan, buang air besar dan buang air kecil. 6d. Menggunakan JambanKeluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban segera. Supaya setiap anggota keluarga buang air besar maupun buang air kecil pada tempatnya yaitu di jamban. Bersihkan jamban secara teratur, gunakan alas kaki jika ingin buang air besar, cuci tangan setelah buang air besar. Pada balita harus dilatih untuk buang air besar di jamban sedini mungkin. 6e. Makanan Yang SehatHindari balita untuk jajan sembarangan di luar rumah, usahakan ibu atau pengasuhnya memasak makanan dirumah, karena jauh lebih sehat. 6f. Pengolahan SampahSampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vector penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dan sebagainya. Sampah juga dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanaan dan estetika seperti bau tak sedap dan pemandangan yang tidak indah. Untuk menghindari hal tersebut sediakanlah tempat sampah, sampah harus dipisahkan antara sampah organik, plastic, metal kemudian dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tempat pembuangan terakhir tidak terjangkau maka sampah dapat ditimbun. 6

BAB IIIPEMBAHASAN KASUS

3.1Kliping KasusDiare Serang TTU, Puluhan Anak DirawatBeberapa pasien balita saat dirawat di bangsal anak RSUD Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara - NTT akibat terkena diare. Rabu 29 Agustus 2012 (Kompas.com)

Sebanyak 40 pasien anak di bawah lima tahun terbaring di bangsal anak, RSUD Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, lantaran diserang penyakit diare. Penyakit tersebut lebih mendominasi dalam satu bulan terakhir ini, akibat lingkungan yang kurang bersih dan banyaknya virus yang menyebar melalui udara. Sepanjang bulan Agustus tercatat sebanyak 40 pasien yang terserang diare, meningkat dari bulan Juli yang tercatat hanya belasan pasien saja. Pantauan Kompas.com di bangsal anak, Rabu (29/8/2012), tercatat pasien balita yang masih dirawat sebanyak sembilan orang. Sementara yang lainnya sudah diperbolehkan pulang karena sudah sembuh total. Dokter Spesialis Anak RSUD Kefamenanu Dr. Mervin Tri Hadianto mengatakan, saat ini wabah diare menyebar di Kefamenanu karena virus. "Kita menduga diare yang terjadi beberapa bulan terakhir ini penyebabnya yakni virus. Kalau dulu orang beranggapan kalau diare disebabkan karena kurang bersih, tetapi ternyata sekarang penularannya bisa lewat debu yang beterbangan dan bercampur dengan sisa kotoran manusia akibat buang air besar di tempat terbuka.Kondisi itu mengakibatkan anak kecil atau balita yang menghirup debu tersebut terkena diare," jelas Mervin. Lanjut Mervin pasien balita yang terkena diare dirawat inap di rumah sakit karena dehidrasi berat dan muntah-muntah terus. "Biasanya balita yang terkena diare setelah dirawat ke rumah sakit, akan cepat sembuh dalam beberapa hari," kata Mervin.3.2Analisis MasalahDiare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau lunak, dan kandungan tinja lebih banyak dari biasanya dapat disertai dengan darah atau lendir serta dehidrasi. Penyebab diare biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, non infeksi ( keracunan makanan, alergi dan sebagainya). Berdasarkan lamanya diare bisa akut atau kronik .Yang akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan selama masa diare berlangsung. Biasanya anak yang menderita diare mula- mula anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang, mual ,muntah kemudian timbul diare. Dari kasus ini benar bahwa 40 anak dibawah 5 tahun dirawat di RSUD Kefamenanu. Untuk menyelesaikan masalah diare tersebut tidak dapat hanya mengandalkan satu sisi, karena kasus ini melibatkan pihak orang tua balita, puskesmas di daerahnya serta peran serta masyarakat, pemerintah setempat. Sehingga untuk menyelesaikan kasus diare ini harus melihat permasalahan yang terjadi pada tiap pihak tersebut. Peran ibu dalam melakukan penanganan awal diare dirumah sangat penting agar anak tidak jatuh dalam keadaan dehidrasi berat. Penanganan awal di rumah berdasarkan dengan LINTAS diare yaitu: Prinsip penatalaksanaan diare : mencegah dehidrasi dengan pemberian ORALIT, berikan obat Zinc, pemberian nutrisi (ASI/ makanan), pemberian antibiotika hanya untuk indikasi, pemberian nasehat pada ibu atau pengasuh balita dirumah. Serta mengupayakan pencegahan diare dengan melakukan pola hidup bersih sehat (PHBS) di rumah. Pihak puskesmas kurang memberikan pelayanan yang optimal pada balita yang terserang diare ini. Seharusnya di puskesmas dapat memberikan penanganan awal untuk mencegah agar tidak terjadi dehidrasi pada balita tersebut, dengan cara menjelaskan kepada ibu bagaimana cara penangan awal sesuai dengan LINTAS diare di rumah dan petugas yang ada di puskesmas harus tetap melakukan pemantauan (follow up) kepada balita yang terserang diare untuk meneruskan rencana terapi diare yang sesuai. Peran pemerintah maupun swasta juga sangat mempengaruhi kesetan masyarakatnya, seharusnya pemerintah atau swasta menyediakan sumber air bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat yang ada di Nusa Tenggara Timur, memberikan advokasi seperti menyediakan: jamban umum atau jamban di setiap rumah warga yang kurang mampu, tempat pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah dan menghimbau jajaran kesehatan agar secara intensif dan berulang kali melakukan promosi kesehatan untuk membudayakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada masyarakat.

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan dan SaranDiare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau lunak, dan kandungan tinja lebih banyak dari biasanya dapat disertai dengan darah atau lendir serta dehidrasi. Penyebab diare biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, non infeksi ( keracunan makanan, alergi dan sebagainya). Berdasarkan lamanya diare bisa akut atau kronik .Yang akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan selama masa diare berlangsung. Biasanya anak yang menderita diare mula- mula anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang, mual ,muntah kemudian timbul diare. Diare dapat disertai dengan tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan- sedang, dehidrasi berat. Penatalaksanaan awal diare yaitu dengan LINTAS diare. Pencegahan diare dengan meningkatkan pola hidup bersih (PHBS) dan sehat disetiap anggota keluarga. Upaya mencegah terjadinya diare pada balita dapat kita benahi dari sector terkecil yang dapat dilakukan oleh semua pihak, upaya pemerintah hanayalah mendukung dan mengatur segala program serta pembenahan terhadap tingkat kesehatan balita, sedangkan yang paling berperan adalah masyarakat itu sendiri. Pencegahannya untuk menurunkan resiko diare dapat dilakukan dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan selanjutnya didampingi makanan pendamping ASI yang mengandung gizi yang dibutuhkan sampai usia 2 tahun. Mengupayakan selalu pola hidup bersih dan sehat di rumah, lingkungan sekitar.12