bab iii hasil penelitian dan...

64
65 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 3.1. Hasil Penelitian Dalam Sub Bab Hasil Penelitian ini penulis akan memaparkan kasus-kasus sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M 2 . Ada 2 (dua) kasus sengketa terkait dengan kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M 2 . Kasus yang akan dipaparkan terlebih dahulu yaitu putusan Makamah Agung Nomor: 312 PK/PDT/2011 dan selanjutnya dipaparkan putusan Makamah Agung Nomor: 378 PK/Pdt/2006. 1.1.1. Putusan Makamah Agung Nomor: 312 PK/PDT/2011 Kasus pertama yaitu antara GPIB sebagai Penggugat melawan Istamar Sukiswo Raharso sebagai Tergugat I dan Pemerintah RI, Cq. Gubernur KDH Tk.I Jawa Tengah Cq. Bupati KDH Tk.II Kabupaten Semarang sebagai Tergugat II, yang menjadi obyek segketa adalah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123. Dalam sengketa ini GPIB mengaku pada tahun 1978 mengajukan permohonan konversi menjadi hak milik terhadap 2 (dua) bidang tanah yaitu Ex Eigendom Verponding No. 1198 seluas ± 612 M 2 dan Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 1.463 M 2 . Terhadap Ex Eigendom Verponding No. 1198 telah diproses permohonan konversinya sehingga diterbitkan Sertipikat Hak Milik No. 307 atas nama “Vreest God Eert De Koning” seluas ± 612 M 2 . Akan tetapi pada Ex Eigendom Verponding No.

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

65

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

3.1. Hasil Penelitian

Dalam Sub Bab Hasil Penelitian ini penulis akan memaparkan kasus-kasus

sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123

seluas ± 873 M2. Ada 2 (dua) kasus sengketa terkait dengan kepemilikan tanah

(sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2. Kasus yang akan

dipaparkan terlebih dahulu yaitu putusan Makamah Agung Nomor: 312

PK/PDT/2011 dan selanjutnya dipaparkan putusan Makamah Agung Nomor: 378

PK/Pdt/2006.

1.1.1. Putusan Makamah Agung Nomor: 312 PK/PDT/2011

Kasus pertama yaitu antara GPIB sebagai Penggugat melawan Istamar

Sukiswo Raharso sebagai Tergugat I dan Pemerintah RI, Cq. Gubernur KDH

Tk.I Jawa Tengah Cq. Bupati KDH Tk.II Kabupaten Semarang sebagai

Tergugat II, yang menjadi obyek segketa adalah (sisa) Ex Eigendom

Verponding No. 123. Dalam sengketa ini GPIB mengaku pada tahun 1978

mengajukan permohonan konversi menjadi hak milik terhadap 2 (dua) bidang

tanah yaitu Ex Eigendom Verponding No. 1198 seluas ± 612 M2 dan Ex

Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 1.463 M2. Terhadap Ex Eigendom

Verponding No. 1198 telah diproses permohonan konversinya sehingga

diterbitkan Sertipikat Hak Milik No. 307 atas nama “Vreest God Eert De

Koning” seluas ± 612 M2. Akan tetapi pada Ex Eigendom Verponding No.

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

66

123 hanya sebagian yang diproses permohonan konversinya yaitu dari luas

tanah keseluruhan ± 1.463 M2 hanya dikonversi seluas ± 50 M2 sehingga

diterbitkan Sertipikat Hak Milik No. 308 atas nama “De Kerkeraad Der

Protestanche Gementee Te Ambarawa” seluas ± 50 M2.

Dari hal tersebut maka diketahui terhadap Ex Eigendom Verponding

No. 123 masih terdapat sisa tanah seluas ± 1.413 M2 yang belum diproses

menjadi hak milik dan belum bersersetifikat. Sisa tanah pada Ex Eigendom

Verponding No. 123 tersebut tidak dikonversi dikarenakan pada saat itu

digunakan untuk kepentingan pemerintah dan umum yakni berdasarkan Surat

Penangguhan oleh Bupati Kepala Daerah Tk. II Semarang No. AG.210/B/2

tanggal 31 Maret 1978 bahwa pada Gedung Pastori digunakan untuk Kantor

Urusan Perumahan dengan luas tanah ± 873 M2 (yang selanjutnya menjadi

obyek sengketa dalam putusan ini) dan dipergunakan untuk Museum

“Palagan” tanah seluas ± 540 M2 (dikecualikan dalam sengketa ini). Khusus

tanah Ex Eigendom Verponding No. 123 yang diatasnya terletak Gedung

Pastori ± 873 M2 bahwa selain menjadi Kantor Urusan Perumahan Kabupaten

Dati II Semarang juga ditempati atau dihuni oleh Kepala Kantor Urusan

Perumahan Istamar Suskiwo Raharjo.

Penggugat dengan surat tanggal 15 November 1983, No. 348/MjSa-

C3/XI/1983 mengajukan permohonan Kepada Tergugat II agar Gedung

Pastori dikembalikan kepada Penggugat sehingga dapat difungsikan kembali

sebagai rumah pendeta dan untuk kepentingan gerejawi, serta tanah Ex

Verponding No. 123 (sisa) tersebut dapat dilanjutkan pemrosesan konversinya

menjadi milik GPIB. Atas surat yang diajukan Penggugat tersebut maka

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

67

Tergugat II telah dua kali mengundang Tergugat I dalam rangka penyelesaian

penyerahan kembali Gedung Pastori kepada Penggugat akan tetapi Tergugat I

tidak datang sehingga tidak ada penyelesaian dan hingga saat itu Tergugat I

bersikeras menempati tanah dan Gedung Pastori tersebut.

Penggugat selain mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah

Dati II Semarang (Tergugat II) untuk mengembalikan tanah dan Gedung

Pastori tersebut dan juga telah mengajukan permohonan dengan surat tanggal

3 September 1991 No. 202/MjTi-C3/I/91, agar dapat melanjutkan pemrosesan

menjadi hak milik GPIB terhadap bidang tanah (sisa) Ex Eigendom

Verponding No. 123 seluas ± 873 M2 yang ditangguhkan berdasarkan Surat

Bupati Kepala Daerah Tk.II Semarang tangal 31 Maret 1978, No. AG

210/B/2, permohoanan Penggugat diatas didasari sepengetahuan Penggugat

bahwa Gedung Pastori tersebut sudah tidak dipergunakan lagi oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Semarang sejak tahun 1980.

Terhadap permohonan Penggugat diatas tersebut, kantor Pertanahan

Kabupaten Semarang dengan surat tanggal 19 Januari 1991 No.

500/1606/1991 menganjurkan Penggugat agar meminta rekomendasi dari

Pemerintah Daerah tentang tidak dipergunakan lagi Gedung pastori di tanah

Ex Eigendom Verponding No. 123 (sisa) seluas ± 873 M2 tersebut. Pada

tanggal 17 Juni 1993 atas permohonan Penggugat tersebut maka Bupati

Kepala Daerah Tk.II Kabupaten Semarang dengan suratnya No.593/04007

telah menyatakan bahwa Gedung Pastori yang berada diatas tanah (sisa) Ex

Eigendom Verponding No. 123 tersebut sejak tahun 1980 tidak dipergunakan

lagi oleh Pmerintah Daerah Tk. II Kabupaten Semarang.

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

68

Berdasarkan surat Bupati Kepala Daerah Tk. II Kabupaten Semarang

tersebut, Penggugat dengan surat tanggal 30 Juni 1993 No. 180/MjTi-

C3/VI/1993 telah mengajukan permohonan kepada Kantor Pertanahan

Kabupaten Semarang untuk melanjutkan proses konversi atas tanah (sisa) Ex

Eigendom Verponding No. 123 menjadi hak milik. Terhadap permohonan

Penggugat tersebut diperoleh jawaban terurai dalam suratnya tanggal 02

Agustu 1993, No. 500/1461/1993, bahwa Kantor Pertanahan Kabupaten

Semarang pada dasarnya dapat melaksanakan di prosesnya konversi atas tanah

(sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 kepada GPIB dengan mengajukan

permohonan sesuai PMDN No. 5 Tahun 1973, oleh karena masih ada

permasalahan yang perlu diselesaikan dengan penghuni (Tergugat I) yang saat

itu menempati bangunan yang berdiri diatas tanah (sisa) Ex Eigendom

Verponding No. 123 tersebut. Syarat-syarat yang ditentukan dan diatur dalam

PMDN No. 5 Tahun 1973 tersebut telah dipenuhi oleh Penggugat dengan

melengkapi surat-surat tersebut pada posita butir 2, sehingga menjadi kendala

untuk melanjutkannya pemrosesan adalah karena Tergugat I masih menghuni

Gedung Pastori yang terletak diatas diatas tanah (sisa) Ex Eigendom

Verponding No. 123 tersebut.

Bahwa oleh karena itu Penggugat selain dengan surat tanggal 30 Juli

1993 No. 205/MjTi-C3/VII/1993 yang meminta agar Tergugat I

mengosongkan Gedung Pastori dan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No.

123, juga telah beberapa kali mendekati Tergugat I untuk diselesaikan secara

damai dan kekeluargaan tetapi tidak berhasil terakhir dengan Somasi tanggal

14 Maret Tahun 2000. Oleh karena hal tersebut maka Penggugat tidak

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

69

mempunuai jalan lain kecuali melalui jalur hukum dengan mengajukan

gugatan ke Pengadilan Negeri Ungaran terhadap Tergugat I dan Tergugat II.

Setelah dipaparkan bagaimana duduk perkara (kasus posisi) sengketa

diatas maka penulis akan memaparkan bagaimana proses sengketa anatara

GPIB melawan Istamar Sukiswo Raharso dan kawan-kawan, mulai dari proses

Pengadilan Tingkat Pertama, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali.

a) Putusan Pengadilan Tingkat Pertama

Terhadap sengketa GPIB melawan Istamar Sukiswo Raharso dan

kawan kawan sebagaimana sudah dipaparkan sebelumnya diatas, maka

diajukan gugatan kepada Pengadilan Tingkat Pertama oleh GPIB yang

diputuskan oleh Pengadilan Negeri Ungaran dengan Putusan Nomor:

37/Pdt.G/2000/PN.Ung. yang substansi dalam amar putusanya

menyatakan:72

2. Menyatakan menurut hukum bahwa Penggugat untuk

sebagai Badan Gereja Protestan Indonesia bagian Barat

dan sebagai Badan Hukum sesuai Surat Keputusan

Menteri Dalam Negeri tanggal 01 November 1975

Nomor: SK 22/DDA/1969/A/113, adalah yang berhak

dan mendapat prioritas atas tanah sisa tanah hak

eigendom No. 123 seluas ± 873 M2 dengan batas-batas:

UTARA: bekas eigendom 314/Palagan, SELATAN:

Jalan Raya Ambarawa- Magelang, TIMUR: tanah hak

milik GPIB Sertipak Hak Milik No. 307 dan BARAT :

Gedung Pemuda,- untuk dikonversi menjadi hak milik

GPIB termasuk gedung Pastori;

3. Menghukum Tergugat I atau siapa saja yang

mendapatkan hak dari padanya untuk mengosongkan

tanah sengketa (sisa) ex. Eigendom 123 seluas ± 873

M2 dengan batas-batas sebagaimana tersebut diatas

serta gedung Pastori yang terdapat diatasnya dan

72 Pengadilan Negeri Ungaran dengan Putusan Nomor: 37/Pdt.G/2000/PN.Ung, hlm. 78-

79.

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

70

menyerahkan kepada Penggugat dalam keadaan kosong

tanpa syarat apapun juga;

4. Memerintahkan Tergugat I untuk membongkar

bangunan tambahan atau apapun juga yang telah

ditambahkan oleh Tergugat I atas bangunan asal

tersebut dengan biaya Tergugat I sendiri;

5. Memerintahkan Tergugat II sebagai Bupati Kepala

Daerah Tk. II Kabupaten Semarang untuk melakukan

upaya paksa pengosongan tanah dan bangunan

sengketa;

6. Memerintahkan pula Tergugat II untuk membantu

penyelesaian pengkonversian atas tanah sengketa Ex

sisa Eigendom No. 123 seluas ± 873 M2 tersebut untuk

menjadi hak milik atas nama Penggugat;

Berikut pertimbangan hukum terhadap amar putusan tersebut, sesuai

dengan Majelis Hakim yang berpendapat bahwa terdapat substansi

persoalan dari perkara a quo yakni:

a) Status hukum dari tanah sengketa;

b) Siapa yang paling berhak mengajukan konversi;

c) Apakah perbuatan Tergugat I menguasai tanah sengketa

merupakan perbuatan melawan hukum atau tidak.

Terhadap status hukum dari tanah sengketa Majelis Hakim menimbang

berdasarkan alat bukti P.10 (Fotokopi Surat Keterangan Majelis Sinode

No. 4687 18/MS/XI/S.K tanggal 10 April 1978), P.11 (Fotokopi Surat

Mendagri/Dirjen Agraria No.Dph.6/ 765/ 6-78), P.16 (Fotokopi Surat

Bupati KDH. Tk.II Semarang kepada Sub. Direktorat Agraria Dati II

Semarang No.AG.210/7/Tanggal 31 Maret 1978), P.17 (Fotokopi Surat

Keterangan Sub. Direktorat Agraria Salatiga kepada Bupati KDH.Tk.II),

P.20 (Fotokopi Surat Kantor Agraria Semarang kepada pektorat Wilayah

Kab. Dati II Semarang No.549/2606/1985 tanggal 14 Agustus 1985)

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

71

dihubungkan keterangan saksi Edi Sukaryono, saksi M.Chorick, Saksi Hos

Sunaru, SH. Dihubungkan satu dengan yang lain dilihat persesuaianya,

maka terbukti menurut hukum tanah sengketa merupakan bagian dari

tanah Ex Eigendom Verponding No. 123 atas nama De Kerkeraad Der

Protestanche Gementee Te Ambarawa. Berdasarkan alat bukti P.1 sampai

dengan P.12 menurut Majelis Hakim dapat membuktikan bahwa De

Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa termasuk dalam

bagian dari GPIB yang merupakan Badan Hukum dan dapat memiliki hak

milik. Maka berdasarkan hal tersebut secara mutatis, Majelis Hakim

berpendapat tanah Ex Eigendom Verponding No. 123 merupakan aset dari

Penggugat, yang dapat dikonversi menjadi hak milik sebagaimana ternyata

telah sebagian dari luas tanah tersebut yaitu ± 50 M2 telah menjadi hak

milik sesuai bukti P.14 berupa Sertipikat Hak Milik No. 308. Terhadap

pertimbangan tersebut maka menurut Majelis Hakim telah terbukti bahwa

status hukum tanah sengketa merupakan aset dari Gereja Protestan

Indonesia Barat yang masih dalam status hak eigendom atas nama De

Kekeraad der Protestansche Gemeente;

Menimbang, bahwa dari alat bukti T.1-10 sampai dengan T.1-45 hanya

membuktikan bahwa benar Tergugat I Istamar Sukiswo Raharso adalah

sebagai Penghuni dari rumah dan tanah sengketa tersebut. Menimbang

bahwa bukti T.1-49 jo T.1-50 berupa surat dari Balai Harta Peninggalan

Semarang yaitu berita acara penghadapan, dan surat kepada Kepala

Pertanahan Kabupaten Semarang, barulah merupakan bukti Penelusuran

atas riwayat tanah Ex Eigendom No. 123 yang tidak dapat dijadikan alat

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

72

bukti kepemilikan. Atas segala apa yang telah dipertimbangkan mengenai

status tanah sengketa, maka Majelis Hakim berpendapat telah terbukti

menurut hukum bahwa tanah dan bangunan sengketa merupakan sebagian

dari tanah Ex Eigendom Verponding No. 123 yang telah menjadi aset

Penggugat dan bangunan sengketa merupakan bangunan Pastori untuk

rumah tinggal Pendeta.

Kemudian mengenai siapa yang berhak mengajukan konversi maka

Majelis Hakim berpendapat berdasarkan pada alat bukti P.1 sampai

dengan P.16 dihubungkan P.26 serta saksi-saksi Penggugat sebagaimana

dihunbungkan dengan yang lainya dilihat persesuaianya, maka Penggugat

yang paling berhak mendapatkan hak untuk mengajukan konversi atas

tanah sengketa berdasarkan bukti P.26 yaitu berupa Surat Bupati Kepala

Daerah Tingkat II Semarang kepada Majelis Jemaat GPIB Salatiga No.

593/04007 tanggal 17 Juni 1993 yang menyatakan bahwa tanah tersebut

sudah tidak dipergunakan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Semarang.

Menimbang bahwa dalam persidangan baik dari keterangan-

keterangan saksi, maupun surat-surat bukti yang diajukan, tidak pernah

ada ataupun terjadi jual beli, dan/atau menawarkan atas tanah dan

bangunan sengketa tersebut dari yang berhak kepada Tergugat I. Bahwa

berdasarkan bukti P.4 sampai dengan P.28 serta keterangan saksi-saksi

Penggugat bahwa, Penggugat pernah mengajukan permohonan konversi

serta atas tanah sengketa tersebut, namun tertunda karena masih dipakai

sebagai Kantor Urusan Perumahan. Menimbang bahwa berdasarkan

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

73

pertimbangan yang sudah dikemukakan maka Majelis Hakim berpendapat

Petitum 3 (tiga) dari gugatan Penggugat harus dikabulkan.

Mengenai pertimbangan Majelis Hakim terhadap apakah penguasaan

tanah dan bangunan sengketa oleh tergugat I merupakan perbuatan

melawan hukum atau tidak maka menimbang alat bukti T.1-10

dihubungkan dengan T.1-46 serta keterangan saksi-saksi Tergugat I,

dihubungkan satu dengan lainya dilihat persesuaianya, Terugat I telah

terbukti menghuni rumah/tanah sengaketa tersebut adalah berdasarkan

hukum sebagai penghuni bukan pemilik. Sehingga berdasarkan

pertimbangan tersebut maka petitum 4 (empat) haruslah ditolak.

Berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis Hakim berpendapat bahwa

Penggugatlah satu-satunya yang berhak atas tanah dan bangunan sengketa

tersebut. Sehubungan pula dengan alat bukti P.16, P.20, dan P.26, maka

tanah dan bangunan sengketa tersebut haruslah dikembalikan kepada

pemiliknya yaitu Penggugat untuk dikonversikan menjadi hak milik.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Majelis Hakim mengabulkan,

petitum 6 (enam) yaitu permohonan untuk dikosongkanya tanah (sisa) Ex

Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2, petitum 7 (tujuh) yaitu

permohonan agar memerintahkan Tergugat I untuk membongkar kedua

bangunan rumah yang menempel pada dinding Gedung Pastori sebelah

timur dengan biaya Tergugat I sendiri, dan petitum 10 (sepuluh) yaitu

permohonan agar memerintahkan Terguat II memaksa Tergugat I

mengosongkan tanah dan rumah sengketa.

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

74

Terhadap surat penangguhan pemrosesan konversi (sisa) Ex Eigendom

Verponding No. 123 yang dikeluarkan Bupati Kepala Daerah Tk.II

Kabupaten Semarang tertanggal 31 Maret 1978 No.AG.210/3/2, telah

secara implisit dianulir dengan surat Bupati KDH Tk.II Kabupaten

Semarang No.593/04007 tertanggal 17 Juni 1993 maka petitum 9

menganai permohonan untuk mencabut surat penangguhan pemrosesan

konversi haruslah ditolak.

b) Putusan Tingkat Banding

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Ungaran seperti yang telah

dipaparkan sebelumnya, dilakukan upaya banding oleh Tergugat I dan

Tergugat II/dalam putusan ini sebagai para Pembanding melawan

Penggugat/dalam putusan ini sebagai Terbanding ke Pengadilan Tinggi

Semarang, dan diputus dengan Putusan Nomor: 235/Pdt/2001/PT.Smg

yang substansi dari putusan tersebut adalah menerima permohonan

banding dan menguatkan Putusan Nomor: 37/Pdt.G/2000/PN.Ung.

Pertimbangan hukum hakim dalam putusan tersebut menimbang

bahwa permohonan banding yang diajukan oleh Tergugat I dan Tergugat

II harus diterima kaarena diajukan dalam tenggang waktu dan menurut

cara-cara serta syarat-syarat yang ditentukan Undang-Undang. Selanjutnya

menimbang bahwa setelah membaca dan mempelajari berkas perkara

turunan dari Pengadilan Negeri Ungaran terhadap Putusan Nomor:

37/Pdt.G/2000/PN.Ung. Majlis Hakim Pengadilan Tinggi berpendapat

bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim pertama sudah tepat dan benar

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

75

sehingga diambil alih menjadi pertimbangan hukum bagi Pengadilan

Tinggi sendiri.

c) Putusan Tingkat Kasasi

Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Semarang Putusan Nomor:

235/Pdt/2001/PT.Smg diajukan permohonan kasasi ke Makamah Agung

oleh Tergugat I/dalam putusan ini sebagai Pemohon Kasasi I dan Tergugat

II/dalam putusan ini sebagai Pemohon Kasasi II melawan Penguggat/

dalam putusan ini sebagai Termohon Kasasi.

Inti dari alasan-alasan Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi II dalam

mengajukan permohonan kasasi adalah:

a. Memori Kasasi Pemohon Kasasi I

1. Gugatan Kabur dan Telah mencampur 2 (dua) kewenangan

peradilan (Pengadilan Negeri dengan Pengadilan Tata

Usaha Negara)

2. Bahwa Judex Facti tidak memeberikan pertimbangan-

pertimbangan hukum terhadap eksepsi Pemohon Kasasi I

dan pada putusan akhirnya sama sekali tidak memutuskan

apakah eksepsi dari para pihak yang telah diajukan, ditolak

atau dikabulkan

3. Pemohon Kasasi I keberatan dengan putusan Majelis

Hakim yaitu mengabulkan petitum 9 yang isinya

memerintahkan Pemohon Kasasi II untuk mencabut surat

penangguhan pemrosesan Sertipikat Hak Milik No 307 dan

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

76

Sertipikat Hak Milik No. 308. Oleh karena Pemohon Kasasi

II dalam perkara ini adalah Pejabat Tata Usaha Negara

(selanjutnya disingkat TUN) dan surat-surat yang dibuatnya

merupakan Produk TUN harusnya hanya PTUN yang

berhak menilai dan membatalkanya.

4. Dalam hal Sertipikat Hak Milik No. 308 tercatat pemegang

haknya (pemilik) adalah Perkumpulan De Kerkeraad Der

Protestanche Gementee Te Ambarawa. Dengan demikian

bahwa pemilik atas nama Sertipikat Hak Milik No. 308

adalah Badan Hukum Perdata. Maka apabila benar bahwa

Termohon Kasasi bertindak mengurusi kekayaan milik

perkumpulan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa maka perlu dibuktikan apakah Termohon Kasasi

memiliki kuasa untuk melakukan perbuatan hukum

tersebut. Terhadap Judex Facti tidak pernah dibacakan

bahwa Termohon Kasasi mempunyai kuasa dari

perkumpulan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa untuk mengajukan gugatan atas kekayaan milik

De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa.

Dengan begitu maka Judex Facti telah melalaikan hukum

acara karena mengidahkan kualitas Termohon Kasasi yang

mengajukan gugatan tanpa disertai kuasa untuk itu dari

tanah milik perkumpulan De Kerkeraad Der Protestanche

Gementee Te Ambarawa.

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

77

5. Pada Putusan No. 37/Pdt.G/2000/PN. Ung dalam amar

putusanya angka 6 telah memberikan putusan yang juga

dikuatkan Pengadilan Tinggi bahwa “Memerintahkan

Tergugat II untuk membantu penyelesaian pengkonversian

atas tanah sengketa (sisa) Ex Eigendom Verponding No.

123 seluas ±873 M2 untuk menjadi Hak Milik atas nama

Penggugat (Termohon Kasasi)”. Terhadap putusan angka

tersebut ternyata tidak pernah ada dalam tuntutan

Termohon Kasasi saat menjadi Penggugat. Dengan

demikian maka benar bahwa Judex Facti telah

mengabulkan hal-hal yang tidak pernah dituntut.

6. Judex Facti telah melanggar ketentuan Konversi, bahwa

tanah Ex Eigendom adalah suatu status hak atas tanah pada

masa penjajahan Belanda. Untuk pengkonversian maka

yang berhak adalah pemiliknya. Oleh karena pemilik

semula hingga tahun 1980 tidak pernah mengajukan

konversi, maka tanah demikian ini statusnya adalah

menjadi tanah yang langsung dikuasai Negara. Terhadap

tanah yang dikuasai langsung oleh negara tidaklah mungkin

diajukan upaya pengkonversian (karena upaya konversi

sudah ditutup), dan yang mungkin adalah mengajukan

permohonan hak atas tanah dengan men mengganti rugi

kepada Negara.

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

78

7. Bahwa Judex Facti telah salah karena memutuskan bahwa

suatu hak milik atas tanah dapat diperoleh dengan secara

mutatis. Tidak ada yang menyangkal De Kerkeraad Der

Protestanche Gementee Te Ambarawa adalah bagian dari

GPIB, sebab memang ada Surat Keputusan dari Instansi

yang berwenang untuk itu. Tidak ada satu bukti apapun

yang dapat menerangkan secara tegas bahwa seluruh harta

kekayaan, baik harta bergerak maupun tidak bergerak milik

De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa

adalah milik dari GPIB.

8. Setidaknya harus ada pendaftaran sebagaimana amanat

peraturan pertanahan di Indonesia. Tidak secara otomatis

sebagaimana pendapat hakim Tingkat I (tidak ada dasar

hukumnya) yang menyatakan bahwa mutatis tanah Ex

Eigendom Verponding adalah asset GPIB.

b. Memori Kasasi Tergugat II

1. Pengadilan Negeri Ungaran dalam Putusan No.

37/Pdt.G/2000/PN.Ung telah melampaui batas wewenang

sebab Gugatan GPIB merupakan penggabungan 2 (dua)

perkara yang berbeda kewenangan mengadilinya. Disatu

pihak gugatan GPIB melawan Pemohon Kasasi I mengenai

perbuatan melawan hukum merupakan kewenangan

mengadili dari Pengadilan Negeri Ungaran. Dilain pihak

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

79

gugatan yang diajukan oleh GPIB melawan Pemohon

Kasasi II mengenai pencabutan Surat Penangguhan

pemrosesan Sertipikat Tanah (sisa) Ex Eigendom

Verponding No. 123 bukan kewenangan dari Pengadilan

Negeri Ungaran tapi kewenangan Pengadilan Tatata Usaha

Negara Kabupaten Semarang.

2. Bahwa putusan Judex Facti atas tuntutan yang

memerintahkan Pemohon Kasasi II untuk melakukan upaya

pengosongan tanah dan bangunan sengketa merupakan

pelanggaran ketentuan hukum acara sebab dalam

pertimbangan Judex Facti, petitum tersebut tidak pernah

dipertimbangakan baik dari alat ukti maupun keterangan

saksi-saksi dalam persidangan.

3. Terhadap gugatan Termohon Kasasi atas petitumnya tidak

pernah ada petitum yang menyatakan “ Memerintahkan

Pemohon Kasasi II untuk membantu penyelesaian

pengkonversian atas tanah sengketa (sisa) Ex Eigendom

Verponding No. 123 seluas ±873 M2 menjadi Hak Milik

atas nama Penggugat (Termohon Kasasi)”. Hal tersebut

telah melanggar Pasal 178 ayat (3) HIR. Oleh karena itu

putusan Judex Facti harus dibatalkan.

Terhadap alasan-alasan memori kasasi pihak Pemohon Kasasi I dan

Pemohon Kasasi II sebagaimana telah dipaparkan diatas maka dikeluarkan

Putusan Nomor: 19 K/Pdt/2003 yang isi putusan tersebut menolak

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

80

permohonan kasasi. Pertimbangan hukum terhadap Putusan Kasasi

tersebut yaitu:

1. Bahwa alasan kasasi terebut tidak dapat dibenarkan karena

Judex Facti tidak salah menerapkan hukum dengan

pertimbangan sebagai berikut:

a. Bahwa pertimbangan Judex Facti sudah tepat dan

benar, bahwa obyek sengketa adalah bagian dari

tanah Penggugat (GPIB) dan sudah tidak dipakai

lagi oleh Tergugat II selaku Kantor Urusan

Perumahan Kabupaten Dati II Semarang;

b. Bahwa oleh Penggugat (GPIB) telah diajukan

pengajuan konversi sebagai hak milik dan oleh

karena obyek sengketa adalah bagian dari tanah

yang telah dikuasai GPIB maka Penggugat (GPIB)

mendapat hak prioritas;

2. Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

diatas dan ternyata bahwa putusan Judex Facti dalam perkara

ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang,

maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi I

dan Pemohon Kasasi II tersebut, harus ditolak.

d) Putusan Peninjauan Kembali

Terhadap permohonan Kasasi tersebut juga dilakukan peninjauan

kembali ke Makamah Agung oleh Tergugat I (selanjutnya khusus dalam

putusan ini disebut Pemohon Peninjauan Kembali) melawan Penggugat

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

81

(selanjutnya khusus dalam putusan ini disebut Termohon Peninjauan

Kembali) dan Tergugat II (selanjutnya khusus dalam putusan ini disebut

Turut Termohon Peninjauan Kembali).

Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan alasan-alasan

peninjauan kembali dengan alasan-alasan yang pokoknya adalah:

1. Bahwa putusan terdahulu yaitu putusan Makamah Agung Nomor:

19/K/PDT/2003 tertanggal 1 Juli 2008 jo putusan Pengadilan

Tinggi Jawa Tengah Nomor: 235/Pdt/2001/PT.Smg tertanggal 9

Agustus 2001 jo putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang

di Ungaran Nomor: 37/Pdt.G/2000/PN.Ung tertanggal 20

November 2000, terbukti senyatanya didasarkan pada suatu

kebohongan atau tipu muslihat setelah perkara diputus. Hal

tersebut didasarkan atas putusan Makamah Agung dalam perkara

peninjauan kembali Nomor: 378 PK/Pdt/ 2006 tertanggal 14

September 2007 yang menyatakan adanya kebohongan atau tipu

musilhat termuat dalam diktum putusan (halaman 23 dan 24).

2. Dengan dinyatakan bahwa penerbitan Sertipikat Hak Milik No.

307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308 dilakukan secara melawan

hukum dan dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum, maka

tidak bisa dipergunakan lagi sebagai alat bukti termasuk dasar

pertimbangan Majelis dalam memutus perkara a quo Oleh karena

itu secara mutatis mutandis hak Pengggugat a quo mengajukan

permohon konversi sebagai hak milik, dan oleh karena obyek

sengketa adalah bagian dari tanah GPIB sebagaimana dinyatakan

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

82

dalam putusan kasasi Makamah Agung dalam perkara a quo, harus

dibatalkan dengan permohonan peninjauan kembali ini.

Terhadap alasan-alasan peninjauan kembali seperti diatas maka

dikeluarkanlah Putusan Nomor: 312 PK/PDT/2011 yang dalam putusanya

berisi menolak permohonan peninjauan kembali tersebut. Pertimbangan

Hukum terhadap putusan peninjauan kembali tersebut yaitu:

1. Bahwa tidak ternyata ada kekhilafan atau kekeliruan yang

nyata dalam putusan Judex Juris No. 19 K/Pdt/2003, karena

hal-hal yang relevan secara Yuridis telah dipertimbangkan

dengan benar, yaitu Penggugat berhak dan mendapat

prioritas atas tanah sisa hak Eigendom No. 123;

2. Bahwa poin ad. 2 sampai dengan ad. 4 alasan-alasan ini

tidak memenuhi syarat sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 67 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 yang telah

diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan

perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun

2009;

Menimbang berdasarkan hal-hal yang dipertimbangkan diatas

Majelis Hakim berpendapat bahwa Pemohon Peninjauan Kembali oleh

Istamar Sukiswo Raharso tidak beralasan sehingga harus ditolak.

Dari proses hukum yang telah terjadi tersebut dapat dikatakan secara

hukum bahwa kasus tersebut telah memperoleh putusan yang berkekuatan

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

83

hukum tetap (inkracht van gewijsde) sejak diputuskan oleh tingkat kasasi dan

juga setelah diputuskan dalam putusan peninjauan kembali.

1.1.2. Putusan Makamah Agung Nomor: 378 PK/Pdt/2006

Beralih pada kasus sebelumnya, dalam kasus ini yang bersengketa

adalah antara Gereja Kristen Jawa Ambarawa yang dikuasakan kepada Sutopo

Seman (selanjutnya dalam kasus ini disebut sebagai Penggugat) melawan

Pemimpin Perkumpulan Vreest God Eert De Koning (selanjutnya dalam kasus

ini disebut sebagai Tergugat I), De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa (selanjutnya dalam kasus ini disebut sebagai Tergugat II),

Pemimpin Majelis Jemaat Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB)

Tamansari Salatiga (selanjutnya dalam kasus ini disebut sebagai Tergugat III),

Pemimpin Majelis Sinode Greja Protestan Indonesia Bagian Barat

(selanjutnya dalam kasus ini disebut sebagai Tergugat IV), Pemerintah

Republik Indonesia Cq. Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jawa Tengah Cq.

Bupati Kepala Daerah Tk.II Semarang (selanjutnya dalam kasus ini disebut

sebagai Turut Tergugat I) dan Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta Cq.

Kepala Badan Pertanahan Nasional di Jakarta Cq. Kepala Kantor Badan

Pertanahan Nasional Wilayah Jawa Tengah di Semarang Cq. Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten Semarang (selanjutnya dalam kasus ini disebut sebagai

Turut Tergugat II).

Sengketa dalam perkara ini muncul atas dalil yang diajukan oleh

Penggugat bahwa penerbitan Sertipikat Hak Milik No. 307 atas nama Vreest

God Eert De Koning yang merupakan tanah hasil konversi dari Ex Eigendom

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

84

Verponding No. 1198 seluas ± 612 M2 (selanjutnya disebut sebagai Tanah

Sengketa I) dan penerbitan Sertipikat Hak Milik No. 308 atas nama De

Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa yang merupakan tanah

hasil konversi sebagian dari Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 50 M2

(selanjutnya disebut sebagai Tanah Sengketa II) dari kedua Sertipikat tersebut

keduanya diklaim oleh tergugat III dan IV sebagai miliknya.

Penggugat mengaku sejak tahun 1948 telah menghuni, menempati dan

merawat sebagaimana mestinya bapak rumah yang baik terhadap Tanah

Sengketa I dan Tanah Sengketa II, maka Penggugat yang paling berhak untuk

memiliki Tanah Sengketa I dan Tanah Sengketa II yang merupakan tanah

bekas Eigendom Verponding. Bahwa diketahui Kewarganegaaraan Tergugat I

dan Tergugat II tidak jelas sehingga kepemilikan mereka terhadap tanah-tanah

di Indonesia tidak dibenarkan oleh hukum. Maka penerbitan Sertipikat Hak

Milik No. 307 tercatat pemegang Haknya adalah Tergugat I, Serta Sertipikat

Hak Milik No. 308 tercatat pemegang haknya adalah Tergugat II harus

dinyatakan Cacat Hukum. Dengan demikian menurut Penggugat pantas dan

patut apabila kedua Sertipikat tersebut dinyatakan tidak mempunyai kekuatan

pembuktian serta terhadap Tanah Sengketa I dan Tanah Sengketa II

dikembalikan statusnya menjadi Tanah Negara, sehingga yang paling berhak

mendapatkan hak atas Tanah Negara Tersebut adalah Penggugat.

Surat Ijin Perumahan (selanjutnya disingkat SIP) Nomor 24 A / Idz,

tanggal 19 Maret 1976 yang diterbitkan oleh turut tergugat I terhadap tanah

sengketa I dan tanah sengketa II, menurut Penggugat tanah bangunan tersebut

digunakan untuk Tempat Ibadah dengan ijin penghunian diberikan untuk

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

85

jangka waktu tidak terbatas. Sesuai ijin peruntukanya pada SIP tersebut,

hingga gugatan ini ada Penggugat masih tetap menggunakan tanah dan

bangunan sengketa sebagai tempat ibadah. Bahwa dilibatkanya Turut Tergugat

I dan Turut Tergugat II dalam perkara ini sekedar untuk dapat menghormati

dan patuh terhadap putusan ini nantinya, karena Turut Tergugat I yang

menerbitkan SIP dan Turut Tergugat II yang tentu tidak akan melepaskan diri

pada sengketa kepemilikan hak atas tanah yang ada dalam lingkup

wilayahnya. Penggugat mengaku bahwa keberadaan Tergugat III dan Tergugat

IV terhadap Tanah Sengketa I dan Tanah Sengketa II, dikarenakan

memperoleh ijin dari Penggugat untuk menumpang ibadah di Bangunan dan

tanah sengketa tersebut hingga mendapatkan tempat ibadah sendiri nantinya.

Akan tetapi tanpa sepengetahuan Pengguggat justru Tergugat III sendiri

mengaku bahwa bangunan dan tanah sengketa tersebut miliknya. Perlu

diketahui bahwa Tergugat IV mengaku Tanah Sengketa I dan Tanah Sengketa

II merupakan miliknya dikarenakan Tergugat I dan Tergugat II dulunya adalah

Gereja Pemerintah Belanda yang berkedudukan di Ambarawa dan setelah

merdeka perkumpulan tersebut dilebur menjadi GPIB berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Dalam Negeri/ Direktur Jendral Agraria No.

SK.22/DDA/1969 tanggal 14 Maret 1969 dan No. SK./DDA/1969/D/13 Tgl.

20 Maret 1978 sehingga berdasarkan bukti tersebut Tergugat I dan Tergugat II

merupakan bagian dari Tergugat IV.

Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya, maka Penggugat

berpendapat perbuatan Tergugat I dan Tergugat II dalam mendapatkan

Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308 telah

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

86

menghalangi Penggugat untuk mengajukan permohonan hak atas tanah

terhadap Tanah Sengketa I dan Tanah Sengketa II. Melihat identitas Tergugat

I dan Tergugat II yang tidak jelas maka perbuatan tersebut adalah Perbuatan

Melawan Hukum. Terhadap tindakan Tergugat III yang memaksa Penggugat

untuk mengakui dengan surat ancaman bahwa Tanah Sengketa I dan Tanah

Sengketa II adalah milik Tergugat III maka perbuatan tersebut merupakan

Perbuatan Melawan Hukum. Terhadap Tergugat IV yang mengaku bahwa

Tergugat I dan Tergugat II merupakan bagian dari Tergugat IV maka Tanah

Sengketa I dan Tanah Sengketa II adalah aset dari Tergugat IV, Penggugat

berpendapat bahwa alasan tersebut tidak berdasarkan alas hukum yang benar

sehingga menghalangi Penggugat untuk memperoleh hak atas tanah sengketa

tersebut maka perbuatan Tergugat IV merupakan Perbuatan Melawan Hukum.

Setelah dipaparkan bagaimana duduk perkara (kasus posisi) sengketa

diatas maka penulis akan memaparkan bagaimana proses sengketa anatara

GKJ melawan GPIB dan kawan kawan, mulai dari proses Pengadilan Tingkat

Pertama, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali.

a) Putusan Pengadilan Tingkat Pertama

Atas keberatan GKJ Ambarawa atas kasus posisi dan gugatan tersebut

yang telah diapaparkan diatas sebelumnya maka GKJ Ambarawa

mengajukan gugatan terhadap GPIB dan kawan-kawan ke Pengadilan

Negeri Ungaran. Atas gugatan tersebut maka dikeluarkan Putusan Nomor:

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

87

43/Pdt.G/2002/PN.Ung yang substansi dalam amar putusanya sebagai

berikut:73

2. Menyatakan penerbitan Sertifikat Hak Milik No. 307

Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten

Semarang atas nama “PERKUMPULAN VRESST GOD

EART DE KONING” dan Sertifikat Hak Milik No. 308

Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten

Semarang atas nama “DE KERKERAAD DER

PROTESTANCHE TE AMBARAWA” oleh Turut

Tergugat II telah dilakukan secara melawan hukum;

3. Menyatan Sertifikat Hak Milik No. 307 atas nama

“PERKUMPULAN VRESST GOD EART DE KONING"

Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten

Semarang dan Sertifikat Hak Milik No. 308 atas nama “DE

KERKERAAD DER PROTESTANCHE TE

AMBARAWA” Kelurahan Panjang, Kecamatan

Ambarawa, Kabupaten Semarang, tidak memepunyai

kekuatan hukum;

4.1 Tanah Eigendom Verp. No 1198 atas nama Wilhelmina V.

Gelder seluas ± 612 m2 dengan batas-batasnya sebagai

berikut:

Utara : dengan Komplek Museum Palagan Ambarawa;

Timur : dengan Komplek Museum Palagan Ambarawa;

tanah bekas Eig. Verp. Nomor : 123

Selatan : dengan Jl. Mgr. Sugiopranoto;

tanah bekas Eig. Verp. Nomor : 123

Barat : dengan yang ditempati Bp. Istamar Sukiswo

Raharso

1.2 Tanah Eigendom Verp. Nomor 123 atas nama Wilhelmina

V. Gelder seluas ± 123 m2 dengan batas-batasnya sebagai

berikut:

Utara : dengan tanah bekas Eigendom Verp. Nomor

1198;

Timur : dengan Komplek Museum Palagan Ambarawa;

Selatan : dengan Jl. Mgr. Sugiopranoto;

Barat : dengan tanah bekas Eigendom Verp. No. 1198;

adalah tanah-tanah negara.

5. Menyatakan menurut Hukum Pihak penggugat adalah satu-

satunya pihak yang dapat menguasai Tanah Sengketa I dan

Tanah Sengketa II;

6. Menyatakan segala bentuk keterangan dan persetujuan

Penggunaan Tanah Sengketa I dan Tanah Sengketa II yang

dikeluarkan Turut Tergugat II bagi Tergugat III dan

Tergugat IV, tidak mempunyai kekuatan hukum;

73 Putusan Pengadilan Negeri Ungaran Nomor: 43/Pdt.G/2002/PN.Ung, hlm 49-51.

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

88

Substansi pertimbangan hukum Majelis Hakim terhadap amar putusan

tersebut yaitu menimbang, terkait dengan Eksepsi tergugat tentang adanya

Diskwalifikasi in person dari gugatan maka Majelis Hakim berpendapat

sesuai dengan bukti yang diajukan Tergugat III dan Tergugat IV dimana

bukti pada surat tanda T.III.IV.18 dan No.9 serta T.III.IV.10 samapai

dengan T.III. IV.16, jelas bahwa tanah-tanah sengketa adalah atas nama

Tergugat I dan Tergugat II dan pengakuan Tergugat III dan Tergugat IV

bahwa Tergugat I dan Tergugat II adalah bagian Tergugat III dan Tergugat

IV oleh karenanya Eksepsi tersebut haruslah ditolak.

Kemudian menimbang, bahwa tanah-tanah sengketa adalah atas nama

Mevr Wilhelmina sebagai tanah bebas (bekas) eigendom Verponding

No.123 dan (bekas) eigendom Verponding No.1198, menurut ketentuan

konversi dari Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Pasal 1, dapat saja

dikonversi kalau memenuhi Pasal 21 dari Undang-Undang No.5 Tahun

1960, dalam arti hanya Warga Negara Indonesia yang dapat memiliki Hak

Milik. Sedangkan terbitnya Sertipikat Hak Milik atas tanah-tanah sengketa

jelas bukan atas nama Mevr Wilhelmina, yang sekarang tidak diketahui

keberadaanya ( af Wezieg hed), namun atas nama Tergugat I dan Tergugat

II ini berati tidak atas nama Pemilik Pertama (Mevr Wilhelmina), jika

dihubungkan dengan ketentuan pendaftaran tanah yaitu Peraturan

Pemerintah No. 10 Tahun 1961 sebagai ketentuan hukum waktu itu

khususnya pemberian Sertipikat baru, termasuk pergantian nama lama

menjadi nama baru, sebagaimana atas tanah-tanah sengketa, maka sesuai

dengan Pasal 22, dimana pemohon harus dapat menunjukkan Sertipikat

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

89

yang lama dan Pasal 33 ayat (3) tentang adanya Pengumuman, maka

penerbitan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308

atas tanah-tanah sengketa tidak memenuhi Pasal 22 dan Pasal 33 Peraturan

Pemerintah No.10 Tahun 1961.

Karena penerbitan Sertipikat Hak Milik No.307 dan Sertipikat Hak

Milik No. 308 dilakukan secara melawan hukum maka Majelis Hakim

berpendapat terhadap tanah-tanah sengketa tersebut dinyatakan tidak

mempunyai kekuatan hukum. Menimbang oleh karena tidak berkekuatan

hukum sebagaimana dimakasud tersebut maka atas tanah sengketa harus

dinyatakan Pemiliknya dalam keadaan tidak hadir dan sesuai dengan

ketentuan konversi dari Undang-Undang No. 5 tahun 1960, maka atas

tanah-tanah sengketa ditetapkan sebagai Tanah Negara. Kemudian

menimbang, bahwa Turut Tergugat I yang telah mengeluarkan surat

keterangan sebagaimana bukti T III. IV No.14, dan telah diajukan

keberatan oleh Turut Tergugat II dengan bukti surat No. T III. IV.15, yang

kemudian diralat dengan bukti surat T III.IV.16 yang dikeluarkan Turut

Tergugat I, maka otomatis surat keterangan yang pernah dikeluarkan Turut

Tergugat II, dalam konversi tanah-tanah sengketa oleh Tergugat III dan IV

menjadi tidak mempunyai kekuatan hukum.

Selanjutnya, menimbang bahwa oleh karena secara nyata Penguasaan

dan Pengelolaan Gereja diatas tanah-tanah sengketa oleh Penggugat sejak

tahun 1948 tanpa terputus sampai dengan sekarang hal ini berdasarkan

pada keterangan saksi Pinujadi, Kasno, Istamar Sukiswo Raharso, Kamsidi

Hadi Mulyoto, Hardjo Dijoyo, maka Majelis Hakim sesuai dengan

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

90

kepatutan dan rasa keadilan, atas tanah-tanah sengketa dinyatakan kembali

menjadi Tanah Negara dan tetap dikuasai Penggugat serta sebagai pihak

yang diutamakan untuk mengajukan hak-hak diatas tanah sengketa.

b) Putusan Tingkat Banding

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Ungaran tersebut telah dilakukan

banding ke Pengadilan Tinggi Semarang oleh pihak Tergugat III dan

Tegugat IV (selanjutnya khusus dalam sengketa ini disebut Pembanding)

melawan Penggugat (selanjutnya khusus dalam sengketa ini disebut

Terbanding) dan Tergugat I, Tergugat II,Turut Tergugat I, Turut Teergugat

II (selanjutnya khusus dalam sengketa ini disebut Turut Terbanding).

Atas banding yang diajukan oleh Pembanding maka dikeluarkan

putusan Nomor: 4/Pdt./2004/PT.Smg yang dalam amar putusanya berisi

menerima permohonan banding dan menguatkan putusan sebelumnya

yaitu putusan Nomor: 43/Pdt.G/2002/PN.Ung. Substansi pertimbangan

hukum atas amar putusan tersebut yaitu Pengadilan Tinggi berpendapat

bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim pada tingkat pertama sudah

tepat dan benar, oleh karena itu dapat disetujui dengan mengambil alih

pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama untuk dijadikan

pertimbangan hukum Pengadilan Tinggi sebagai alasan dan pendapat

sendiri dalam memutus perkara ini dalam tingkat banding.

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

91

c) Putusan Tingkat Kasasi

Terhadap putusan Nomor: 4/Pdt./2004/PT.Smg diajukan permohonan

kasasi ke Makamah Agung oleh Terugat I, Tergugat II, Tergugat III,

Tergugat IV/dalam putusan ini sebagai para Pemohon Kasasi melawan

Penggugat/dalam putusan ini sebagai Termohon Kasasi dan Turut

Tergugat I, Turut Tergugat II/dalam putusan ini sebagai para Turut

Termohon Kasasi

Oleh karena alasan-alasan seperti yang pada pokoknya tertuang dalam

memori kasasi seperti berikut:

1. Permohonan Kasasi diajukan dikarenakan putusan Nomor:

4/Pdt./2004/PT.Smg yang menguatkan putusan Nomor:

43/Pdt.G/2002/PN. Ung. Amar putusan Nomor:

4/Pdt./2004/PT.Smg tersebut mengambil alih pertimbangan

hukum majelis hakim Tingkat Pertama sebagaimana

tersebut dalam halaman 49 sampai dengan 51 putusan

Pengadilan Negeri Ungaran.

2. Tergugat III dan Terggutat IV keberatan dengan putusan

Nomor: 4/Pdt./2004/PT.Smg sehingga mengajukan kasasi

okeh karena alasan Judex Facti salah dan keliru, tidak

melakukan peradilan seperti yang diharuskan oleh undang-

undang dalam menilai alat bukti yang diajukan di

persidangan.

Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

92

3. Bahwa amar putusan Eksespsi yang menolak Eksepsi

Tergugat III dan Tergugat IV tidak disertai pertimbangan

atau argumentasi hukum yang mendukung karena Eksepsi

Tergugat III dan Tergugat IV mengenai 3 hal yaitu tentang

diskualifikasi in person/gemis ann hoedanigheid, tentang

tidak jelas atau kaburnya batas-batas sengketa, tentang

annhang heiding, tetapi yang dipertimbangkan dan diputus

Judex Facti hanya mengenai batas tanah sengketa.

4. Bahwa mengenai konvensi/pokok perkara putusan Judex

Facti tidak memberikan pertimbangan hukum yang cukup

dan salah menerapkan hukum pembuktian yang berlaku

untuk hukum acara sesuai dalam Pasal 178 (2 dan 3) HIR.

Terhadap alasan-alasan permohonan kasasi seperti diatas maka

dikeluarkan putusan Nomor: 230/K/Pdt./2005 oleh Makamah Agung yang

dalam amar putusan tersebut berisi menolak permohonan kasasi. Dengan

pertimbangan hukum sebagi berikut:

1. Mengenai alasan-alasan pengajuan kasasi seperti yang telah

penulis paparkan diatas yaitu mengenai alasan-alasan

angaka 1 dan 2 maka Majelis hakim berpendapat bahwa,

keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan. Pengadilan

Tinggi berwenang mengambil alih pertimbangan

Pengadilan Negeri yang dianggapnya telah tepat dan benar

menjadikannya sebagai pertimbangan sendiri.

Page 29: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

93

2. Mengenai alasan-alasan pengajuan kasasi seperti yang telah

penulis paparkan diatas yaitu mengenai alasan-alasan

angaka 3 dan 4 maka Majelis hakim berpendapat bahwa,

keberatan tersebut tidak dapat diterima. Judex Facti tidak

salah menerapkan hukum, oleh karena keberatan-keberatan

yang diajukan mengenai penilaian hasil pembuktian yang

bersifat kenyataan maka, hal tersibut tidak dapat

dipertimbanhakan pada pemeriksaan tingkat kasasi.

d) Putusan Peninjauan Kembali

Terhadap putusan Nomor: 230/K/Pdt./2005 Tergugat III dan Tergugat

IV/dalam putusan ini sebagai para Pemohon Peninjauan Kembali yang

mengajukan peninjauan kembali ke Makamah Agung melawan

Penggugat/dalam putusan ini sebagai Termohon Peninjauan Kembali dan

Turut Tegugat I, Turut Tergugat II/dalam putusan ini sebagai para Turut

Termohon Peninjauan Kembali. Dalam mengajukan permohonan

Peninjaun Kembali adapun alasan para Pemohon Peninjauan Kembali

yaitu sebagai berikut:

1. Ditemukan bukti-bukti baru yang bersifat menentukan (novum)

sebagaimana ketentuan Pasal 67 huruf b Undang-Undang No

14 Tahun 1985. Novum sebagaimana dimaksud dalam

permohonan peninjauan kembali dalam sengketa ini yaitu

berupa bukti PPK III.IV.1, PPK.II.IV.2, PPK.III.IV.3,

PPK.III.IV.4, PPK.III.IV.5, dan PPK.III.IV. Penulis

memberikan substansi dari alasan Pemohon Peninjauan

Page 30: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

94

Kembali adalah berdasarkan bukti tersebut Pemohon

berpendapat bahwa terbukti Welhelmina Van Gelder

sebagaimana tercantum dalam amar putusan Nomor:

230/K/Pdt./2005 butir 4.1 dan butir 4.2 tidak ada dalam daftar

kepemilikan tanah dimana Tanah sengketa I dan Tanah

sengketa II tersebut terletak. Justru berdasarkan tersebut

diibuktikan dengan Penetapan Pengadilan Negeri Kabupaten

Semarang tanggal 26 Juni 1995 No. 31/PDT.P/1994/PN.Ung,

tanah atas nama Welhelmina Van Gelder merupakan tanah ex

eigendom verponding No. 578 yang terletak di Kelurahan

Lodoyong, Kecamatan Ambarawa. Hal tersebut semakin

diperkuat dengan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)

No. 485/1981, bersama lampiran gambar situasi yang berisikan

keterangan tentang data fisik dan yuridis tanah bekas eigendom

verponding No. 578 dari Welhelmina Van Gelder yang terletak

di Kelurahan Lodoyong, Kecamatan Ambarawa.

Kemudian Pemohon Peninjauan Kembali juga menemukan

bukti Surat Keterangan Pendaftara Tanah (SKPT), tanggal 27

April 2006 No. 77/2006 merupakan keterangan tentang data

fisik dan yuridis tanah ex eigendom verponding No. 578

terletak di Kelurahan Lodoyong, Kecamatan Ambarawa,

sekarang telah berSertipikat Hak Milik No. 1522 atas nama Edi

Suwarto, tanah ini diperoleh Edi Suwarto berdasarkan akta jual

beli tanggal 25 Januari 2006 No. 12/2006. Kemudian

Page 31: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

95

ditemukan juga Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)

tanggal 27 April 2006 No. 75/2006, yang berisikan keterangan

tentang data fisik dan yuridis tanah ex Eigendom Verponding

No. 123 atas nama De Kerkeraad Der Protestansche Gementee

di Ambarawa, diberi tanda PPK.II.IV.2 dan Surat Keterangan

Pendaftaran Tanah (SKPT) tanggal 27 April 2006 No.76/2006,

yang berisikan keterangan tentang data fisik dan yuridis tanah

ex Eigendom Verponding No. 1198 atas nama Perkumpulan

Vreest God Eart Den Koning di Ambarawa.

2. Dikabulkan hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut

oleh Termohon Peninjauan Kembali semula Penggugat/

Terbanding/ Termohon Kasasi (Pasal 67 huruf c Undang-

Undang No. 14 Tahun 1985) hal tersebut terbukti sebagai

berikut:

a. Mengabulkan apa yang tidak dituntut :

1. Bahwa Gugatan Termohon Peninjauan Kembali

semula Termohon Kasasi/Terbanding/Penggugat

asal, dalam posita gugatannya tidak mendalilkan

bahwa tanah sengketa 1, ex eigendom verponding

No. 1198 dan tanah sengketa 2, ex eigendom

verponding No. 123 tersebut adalah bekas tanah

milik Welhelmina Van Gelder. Demikian juga

dalam petitumnya, Termohon tidak menuntut agar

tanah ex eigendom veponding No. 1198 atas nama

Perkumpulan Vreest God Eard Den Koning dan

anah ex eigendom verponding No. 123 atas nama de

Kerkeraad Der Protestanche Gemeente, dinyatakan

menjadi atas nama Welhelmina Van Gelder; Bahwa

ternyata dalam amar putusan Judex Facti pada butir

4.1 dan butir 4.2 telah dicantumkan nama

Welhelmina Van Gelder pada Eigendom

Verponding 1198 dan 123 tersebut.

Page 32: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

96

2. Bahwa selain itu juga, amar putusan Judex Facti

pada butir 7 yang berbunyi: “Menyatakan segala

bentuk keterangan dan persetujuan penggunaan

tanah sengketa 1 dan tanah sengketa 2 yang

dikeluarkan oleh Turut Tergugat II bagi Tergugat III

dan Tergugat IV tidak mempunyai kekuatan

hukum”; Adalah putusan yang telah mengabulkan

apa yang tidak dituntut oleh Termohon Peninjauan

Kembali,semula Termohon Kasasi/ Terbanding/

Pengggugat asal.

b. Mengabulkan lebih dari yang dituntut :

Bahwa dalam amar putusan butir 4.2 dinyatakan

bahwa luas tanah Tanah Eigendom Verponding No.

1198 ats nama Wilhelmina V. Gelder seluas ± 123

m², padahal yang dituntut oleh Termohon

Peninjauan Kembali semula Termohon

Kasasi/Terbanding/Penggugat asal, atas tanah

sengketa 2 adalah hanya ± 50 m², hal tersebut

bertentangan atau melanggar Pasal 178 ayah (3)

HIR yang berbunyi “ia dilarang menjatuhkan

putusan atas perkara yang tidak dituntut atau

memberikan lebih dari yang dituntut” dan

bertentangan dengan Jurisprudensi Mahkamah

Agung yakni putusan tanggal 26 Oktober 1994 No.

650 PK/Pdt/1994, yang membatalkan putusan

kasasi tanggal 28 Juli 1993, No. 2263 K/Pdt/1991.

c. Bahwa dari uraian di atas disimpulkan bahwa amar putusan

Judex Facti butir 4.1 dan butir 4.2, serta butir 7 tersebut

telah jelas terlihat melanggar dan bertentangan dengan

ketentuan dalam Pasal 178 (3) HIR dan Pasal 67 huruf c

Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 dan Jurisprudensi

Mahkamah Agung sehingga putusan demikian sudah

sepatutnya menurut hukum dibatalkan.

3. Terdapat suatu kekhilafan atau suatu kekeliruan yang nyata

(Pasal 67 huruf f Undang-Undang No. 14 Tahun 1985) hal

Page 33: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

97

tersebut terbukti berdasarkan Surat bukti T-III-IV.11, yakni SK

Dirjen Agraria No. SK 22/DDA/1969/D/13, tanggal 20-3-1978, yang

isinya antara lain menunjuk Gereja Protestan di Indonesia

Bagian Barat yang diatur berdasarkan Staatsblad Tahun 1927

No. 155, 156 dan 532, jo staatblad Tahun 1948 o. 305, sebagai

Badan Hukum yang dapat memiliki tanah dengan hak milik

dan melihat Surat bukti T.III-IV-15, yakni surat kepala Sub

Direktorat Agraria Salatiga kepada Bupati Kepala Daerah Tk.

II Semarang di Ungaran, tanggal 21 Januari 1978, No.

184/PT/1978, yang menyatakan bahwa berdasarkan data yang

ada pada arsip tanah ex Eigendom Verp No. 123 an De

Kerkeraad Der Protestansche Gemeente te Ambarawa semula

seluas ± 2.075 m², kemudian pada tanggal 21 April 1920

dipecah seluas ± 612 m², dan dibalik nama kepada Veeniging

“Vreest God Eard Den Koning” dengan nama hak Eigendom

Verp No. 1198 ;

Melihat pada Surat bukti T.III-IV-6, surat Keterangan

Majelis Sinode GPIB yang menyatakan bahwa “:Vrees God

eerd Den koning adalah merupakan bagian dari “De Kerkeraad

Der Protestansche Gemeente” dan melihat Surat bukti T.III-7,

adalah Surat Dirjen Agraria tanggal 19 Juni 1978, No. Dph

6/765/6-78, yang memperkuat Surat Keterangan Majelis

Sinode GPIB (bukti T.III-6) menyangkut Vreest God Eard Den

Koning. Serta dengan melihat Surat bukti T.III-16, surat

Page 34: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

98

Kepala Daerah Tk II Semarang yang isinya menyetujui

memberikan hak milik hasil konversi ex Eigendom Verp 1198

Veregining Vreest God Eerd Den koning te Ambarawa menjadi

milik Gereja Protestan Bagian Barat (GPIB).

Perlu diketahui dalam pengajuan alasan-alasan peninjauan kembali

tersebut masih ada alasan No. 4 (empat) sampai dengan No.13 (tiga belas)

yang belum di paparkan oleh penulis dikarenakan hanya alasan-alasan para

Pemohon Peninjauan Kembali nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 3

(tiga) yang menurut penulis penting dan alasan tersebut yang nantinya

akan dibahas dan diberikan pertimbangan hukum oleh Majelis Hakim.

Sehingga penulis tidak memaparkan secara keseluruhanya. Dan atas

alasan-alasan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud maka Makamah

Agung dalam perkara peninjauan kembali Putusan Nomor: 378

PK/Pdt./2006 menyatakan:74

2. Menyatakan penerbitan Sertipikat Hak Milik No. 307,

Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten

Semarang atas nama “Perkumpulan Vrees God Eart De

Koning” dan Sertipikat Hak Milik No. 308, Kelurahan

Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang atas

nama “De Kerkeraad Der Protestansche Gementee Te

Ambarawa” oleh Turut Tergugat II telah dilakukan secara

melawan hukum;

3. Menyatakan Sertipikat Hak Milik No. 307 atas nama

“Perkumpulan Vreest God Eart De Koning” Kelurahan

Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang dan

Sertipikat Hak Milik No. 308 atas nama “De Kerkeraad

DerProtestansche Gementee Te Ambarawa” Kelurahan

Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang

tidak mempunyai kekuatan hukum;

4.1 Tanah Eigendom Verp. No. 1198 atas nama Perkumpulan

Vreest God Eart De Koning, seluas ± 612 m² dengan batas-

74 Putusan Makamah AgungNomor: 378/PK/Pdt./2006, hlm. 23-24.

Page 35: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

99

batasnya sebagai berikut Utara : dengan komplek Museum

Palagan Ambarawa;

Timur : dengan Komplek Museum Palagan Ambarawa;

tanah bekas Eig.Verp. Nomor 123;

Selatan : dengan Jl. Mgr. Sugiopranoto;

tanah bekas Eig.Verp. Nomor 123;

Barat : dengan tanah yang ditempati Bp. Istamara ;

4.2 Tanah Eigendom Verp. Nomor 123 atas nama Wilhelmina

De Kerkeraad Der Protestansche Gementhee Te

Ambarawa, seluas ± 50 m² dengan batas-batas sebagai

berikut:

Utara : dengan tanah bekas Eigendom Verp. Nomor 1198;

Timur : dengan komplek Museum Palagan Ambarawa;

Selatan : dengan Jl. Mgr. Sugiopranoto;

Barat : dengan tanah bekas Eigendom Verp. No. 1198;

Adalah tanah-tanah negara;

5. Menyatakan tindakan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III

dan Tergugat IV menguasai tanah sengketa 1 dan tanah

sengketa 2 sebagaimana Posita 4 adalah “Perbuatan

Melawan Hukum”;

6. Menyatakan menurut hukum pihak Penggugat adalah salah

satu pihak yang dapat menguasai tanah sengketa 1 dan

tanah sengketa 2 sebagaimana Posita 4;

7. Menyatakan segala bentuk keterangan dan persetujuan

penggunaan tanah sengketa 1 dan tanah sengketa 2 yang

dikeluarkan turut Tergugat II bagi Tergugat III dan

Tergugat IV, tidak mempunyai kekuatan hukum;

8. Memerintahkan kepada turut Tergugat I dan turut Tergugat

II untuk tunduk,patuh serta hormat pada putusan ini;

Majelis Hakim memberikan pertimbangan hukum substansi dari

pertimbangan hukum tersebut yaitu bahwa pada alasan pemohon penijauan

kembali yaitu:

a. Terhadap Alasan Para Pemohon Penijauan Kembali Nomor 1

(Satu),Tentang Adanya Bukti Baru (Novum).

Seperti yang dikemukakan oleh Pemohon Peninjauan Kembali

Berupa Riwayat Pemilikan Tanah Sertipikat Hak Milik No. 307 dan

Sertipikat Hak Milik No. 308 (bukti Pemohon Peninjauan Kembali IV-

1), Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (bukti Pemohon Peninjauan

Page 36: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

100

Kembali IV-2 (dua), 3 (tiga) dan 4 (empat) ), bukti-bukti tersebut

selain tidak bersifat menentukan, juga dibuat atau diterbitkan setelah

putusan Mahkamah Agung dijatuhkan, yaitu setelah tanggal 7

September 2005, bukti Permohonan Peninjauan Kembali III-IV-1

sampai dengan 4 dibuat pada tahun 2006, sedangkan terhadap bukti

P,PK-III-IV-4 dan 5 tersebut tidak ada keterkaitan dengan tanah

sengketa, karena tidak ada penyebutan tanah sengketa baik Eigendom

Verponding No. 1198 maupun Eigendom Verponding No. 123.

b. Terhadap Alasan Para Pemohon Peninjauan Kembali Nomor 3

(Tiga) Tentang Adanya Kekhilafan Hakim Atau Kekeliruan Yang

Nyata Dalam Putusan A Quo,

Mahkamah Agung berpendapat tidak ternyata terdapat kekhilafan

Hakim atau kekeliruan nyata dari Judex Facti dan judex juris. Alasan

tersebut hanya merupakan perbedaan pendapat belaka antara Pemohon

Peninjauan Kembali dengan Judex Facti maupun judex juris. Bahwa

oleh karenanya asalan Pemohon Peninjauan Kembali ad. 1 dan ad. 2

tidak termasuk dalam salah satu alasan Peninjauan Kembali

sebagaimana dimaksud Pasal 67 huruf a sampai dengan huruf f,

Undang-Undang No.14 Tahun 1985 jo Undang- Undang No. 5 Tahun

2004.

c. Terhadap Alasan Pemohon Peninjauan Kembali Nomor 2 (Dua)

Tentang Dikabulkan Hal Yang Tidak Dituntut Atau Lebih Dari

Yang Dituntut Oleh Termohon Peninjauan Kembali.

Page 37: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

101

Bahwa alasan ini dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti dan

judex juris telah mengabulkan apa yang tidak dituntut atau melebihi

dari yang dimohon, namun hal tersebut hanya merupakan kesalahan

dalam amar putusan saja, yang seharusnya Judex Facti (Pengadilan

Negeri dalam amar putusan No. 4.1 tertulis tanah bekas Eigendom

Verp No. 1198 atas nama Perkumpulan Vreest God Eart De Koning,

namun dalam amar putusan No. 4.1 tersebut tertulis tanah Eigendom

Verp No. 1198 an Wilhelmina Van Gelder, begitu juga Judex Facti

atau Pengadilan Negeri dalam amar putusan No. 4.2 yang seharusnya

tertulis tanah bekas Eigendom Verp. No. 123 a.n De Kerkeraad Der

Protestansche Gementhee Te Ambarawa seluas 50 M², namun dalam

amar putusan tersebut tertulis tanah Eigendom Verp No. 123 a.n

Wilhelmina Van Gelder seluas 123 M².

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas

dengan tidak perlu mempertimbangkan alasan-alasan peninjauan

kembali lainnya. Menurut Mahkamah Agung terdapat cukup alasan

untuk mengabulkan permohonan peninjauan kembali yang diajukan

oleh para Pemohon Peninjauan Kembali : Pemimpin Majelis Jemaat

Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Taman Sari Salatiga

dan kawan, dan membatalkan putusan Mahkamah Agung No. 230

K/PDT/.2005, tanggal 7 September 2005.

Setelah penulis memaparkan semua duduk perkara masing-masing dalam

sengketa putusan Makamah Agung Nomor: 312 PK/PDT/2011 dan sengketa

putusan Makamah Agung Nomor: 378 PK/Pdt/2006, mulai dari Pengadilan

Page 38: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

102

Tingkat Pertama, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali maka dapat

ditemukan adanya isu hukum dalam hasil penelitian ini yaitu adanya kontradiktif

anatara putusan Makamah Agung Nomor: 312 PK/PDT/2011 dengan sengketa

putusan Makamah Agung Nomor: 378 PK/Pdt/2006.

Dengan membaca secara keseluruhan maka dapat ditemukan kontradiktif

kedua kasus sengketa tersebut yaitu dengan dinyatakan bahwa kepemilikan

Sertipikat Hak Milik No. 308 dilakukan secara melawan hukum dan terhadap

sertipikat tersebut tidak memiliki kekuatan hukum lagi, maka dasar perolehan

tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No.123 seluas ± 873 M2 secara tidak

langsung telah digugurkan. Karena Sertipikat Hak Milik No. 308 merupakan dasar

bukti GPIB dalam mengklaim bahwa GPIB merupakan pemilik atas (sisa) Ex

Eigendom Verponding No.123 seluas ± 873 M2 dan hal tersebut juga merupakan

pertimbangan hakim dalam memberikan keputusan atas (sisa) Ex Eigendom

Verponding No.123 seluas ± 873 M2.

Terkait dengan apa yang telah dipaparkan sebelumnya maka, untuk

memudahkan pembaca dalam memahami inti dari sengketa Putusan Makamah

Agung Nomor: 312 PK/PDT/2011 dan Sengketa Putusan Makamah Agung

Nomor: 378 PK/Pdt/2006 penulis membuat tabel seperti berikut:

3.1.3. Tabel Putusan Sengketa Terkait Kepemilikan (sisa) Ex

Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2

No Tingkat

Putusan

Putusan Makamah Agung

Nomor: 312

PK/PDT/2011

Putusan Makamah Agung

Nomor: 378 PK/Pdt/2006

1. Pengadilan

Tingkat

Pertama

Pengggugat berhak atas

kepemikan dan mendapat

prioritas untuk

Menyatakan penerbitan

Sertipikat Hak Milik No. 307

dan No. 308 dilakukan secara

Page 39: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

103

melanjutkan konversi atas

tanah (sisa) Ex Eigendom

Verponding No. 123

seluas ± 873 M2 oleh

karena tanah tersebut

merupakan bagian dari

Sertipikat Hak Milik No.

308.

melawan hukum dan terhadap

sertipikat tersebut dinyatakan

tidak mempunyai kekuatan

hukum. Terhadap tanah-tanah

Eigendom Verp. No 1198 dan

Tanah Eigendom Verp. Nomor

123 merupakan tanah dinyatakan

sebagai tanah negara.

2. Putusan

Tingkat

Banding

Mengambil alih segala

pertimbangan hukum

Majelis Hakim pada

Pengadilan Tingkat

Pertama untuk dijadikan

pertimbangan hukum

Putusan Tingkat Banding

Mengambil alih segala

pertimbangan hukum Majelis

Hakim pada Pengadilan Tingkat

Pertama untuk dijadikan

pertimbangan hukum Putusan

Tingkat Banding

3 Putusan

Tingkat

Kasasi

Menolak permohonan

kasasi karena, Judex Facti

tidak salah menerapkan

hukum dan putusan Judex

Facti dalam perkara ini

tidak bertentangan dengan

hukum dan/atau undang-

undang

Menolak permohonan kasasi

karena, Pengadilan Tinggi

berwenang mengambil alih

pertimbangan Pengadilan

Negeri, Judex Facti tidak salah

menerapkan hukum,

4 Putusan

Peninjauan

Kembali

Menolak permohonan

peninjauan kembali

tersebut karena, tidak

ternyata ada kekhilafan

atau kekeliruan yang

nyata dalam putusan

Judex Juris Nomor: 19

K/Pdt/2003, dan tentang

adanya kontradiktif

putusan Makamah Agung

Nomor: 378 PK/Pdt/2006

dengan putusan Nomor:

19 K/Pdt/2003 tidak

memenuhi syarat

sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 67

Undang-Undang No. 14

Tahun 1985 yang telah

diubah dengan Undang-

Undang No. 5 Tahun 2004

dan perubahan kedua

dengan Undang-Undang

No. 3 Tahun 2009;

Tidak terbuki terdapat

kekhilafan Hakim atau

kekeliruan dari Judex Facti dan

judex Juris. Judex Facti dan

judex juris telah mengabulkan

apa yang tidak dituntut atau

melebihi dari yang dimohon,

namun hal tersebut hanya

merupakan kesalahan dalam

amar putusan saja, yang

seharusnya Judex Facti

(Pengadilan Negeri dalam amar

putusan No. 4.1 tertulis tanah

bekas Eigendom Verp No. 1198

atas nama Perkumpulan Vreest

God Eart De Koning seluas ±

612 M² , namun dalam amar

putusan No. 4.1 tersebut tertulis

tanah Eigendom Verp No. 1198

an Wilhelmina Van Gelder,

begitu juga Judex Facti atau

Pengadilan Negeri dalam amar

putusan No. 4.2 yang seharusnya

tertulis tanah bekas Eigendom

Page 40: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

104

Verp. No. 123 a.n De Kerkeraad

Der Protestansche Gementhee

Te Ambarawa seluas ± 50 M²,

namun dalam amar putusan

tersebut tertulis tanah Eigendom

Verp No. 123 a.n Wilhelmina

Van Gelder seluas 123 M².

Untuk menjawab apakah GPIB tetap berhak terhadap kepemilikan (sisa)

Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2 meskipun Majelis Hakim

dalam putusan Makamah Agung Nomor: 378 PK/Pdt/2006 menyatakan bahwa

kepemilikan Sertipikat Hak Milik No. 308 dilakukan secara melawan hukum dan

menetapkan sertipikat tersebut tidak memiliki kekuatan hukum lagi. Maka hal

tersebut selanjutnya akan penulis bahas dan analisis secara hukum dalam (Sub

Bab 3.2. Anilisis)

3.2. Analisis

Sesuai yang telah dipaparkan dalam hasil penelitian maka penulis akan

menganalisis mengenai berhak atau tidaknya GPIB terhadap kepemilikan (sisa)

Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2. Untuk menjawab

permasalahan tersebut, penulis melihat dari beberapa point pembahasan yaitu:

1. Terhadap adanya perbuatan melawan hukum penerbitan,

kepemilikan dan perolehan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan

Sertipikat Hak Milik No. 308.

2. Terhadap putusan yang menyatakan GPIB berhak untuk

melanjutkan konversi tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No.

123 seluas ± 873 m2 menjadi hak milik.

Page 41: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

105

Berikut penulis akan menganalisis kedua point tersebut dalam masing-

masing pokok pebahasan yang selanjutnya diberikan konklusi dari 2 (dua) point

analisis tersebut.

3.2.1 Terhadap Adanya Perbuatan Melawan Hukum Atas Penerbitan,

Kepemilkan, dan Perolehan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan

Sertipikat Hak Milik No. 308

Terhadap adanya perbuatan melawan hukum atas penerbitan,

kepemilikan, dan perolehan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat

Hak Milik No. 308, penulis menganalisinya atas dasar amar putusan

Makamah Agung Nomor: 378 PK/Pdt/2006 yaitu khusus pada amar

putusan sebagai berikut:

Angka 2 (dua) : Penerbitan sertipikat Sertipikat Hak Milik No. 307

dan Sertipikat Hak Milik No. 308 yang dilakukan

oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang,

telah dilakukan secara melawan hukum.

Angka 5 (lima) : dinyatakan bahwa tindakan Vrees God Eart De

Koning, De Kerkeraad Der Protestansche

Gementee Te Ambarawa, dan pihak GPIB dalam

penguasaan tanah-tanah sengketa merupakan

perbuatan melawan hukum.

Terhadap amar-amar putusan tersebut yaitu angka 2 (dua) dan 5 (lima)

disayangkan pertimbangan hakim mengenai adanya perbuatan melawan

hukum baik oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang dan Vrees God

Page 42: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

106

Eart De Koning, De Kerkeraad Der Protestansche Gementee Te

Ambarawa, dan GPIB tidak di paparkan secara jelas. Untuk itu berikut

analisis penulis tentang adanya perbuatan melawan hukum sebagaimana

dimaksud tersebut.

Mengenai yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum, dapat

dilihat dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan:

Tiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian

pada orang lain, mewajibkan orang yang bersalah

menimbulkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.

Berdasarkan rumusan pasal tersebut dapat diketahui bahwa suatu

perbuatan dikatakan melawan hukum apabila memenuhi empat unsur

yaitu:75

a) Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechmatig)

b) Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian;

c) Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan;

d) Antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada

hubungan kausal.

Terhadap unsur-unsur perbutan melawan hukum tersebut, penulis akan

memparkan unsur-unsur perbuatan melawan hukum apa saja yang

terpenuhi terhadap penerbitan, kepemilikan, dan perolehan Sertipikat Hak

Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308 dan .

75 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,

1990, hlm. 252.

Page 43: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

107

a) Perbuatan Itu Harus Melawan Hukum (Onrechmatig)

Sebelum adanya putusan Makamah Agung Belanda tahun 1919

perbuatan melawan hukum diartikan sebagai “suatu perbuatan yang

melanggar hak orang lain atau jika orang berbuat bertentangan dengan

kewajibanya sendiri” dalam rumusan tersebut yang perlu dipertimbangkan

hanya hak dan kewajiban hukum berdasarkan undang-undang. Hal

tersebut merupakan tafsiran sempit. Sedangkan dalam arti luas yaitu

“bertentangan dengan kesusilaan atau sikap berhati-hati sebagaimana

patutnya dalam lalu lintas masyarakat”. Baik dalam arti sempit atau luas

maka, penulis membaginya dalam berbagai unsur melawan hukum yaitu:

1. Perbuatan yang melanggar undang – undang yang berlaku;

2. Melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum;

3. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si

pelaku;

4. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan atau

kepatutan (goede zedeen)

5. Sikap berhati-hati sebagaimana patutnya dalam masyarakat.

Dalam kaitanya dengan perbuatan melwan hukum terhadap penerbitan

dan penguasaan tanah-tanah Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat

Hak Milik No. 308 penulis menemukan adanya unsur “melawan hukum”

baik dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang, Vrees God

Eart De Koning, De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa,

dan GPIB.

Page 44: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

108

Unsur “melawan hukum” yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Semarang, Vrees God Eart De Koning, De Kerkeraad Der

Protestansche Gementee Te Ambarawa salah satunya adalah melawan

undang-undang. Perbuatan melawan undang-undang tersebut yaitu terkait

“tidak terpenuhinya subyek hukum pemegang hak milik” atas penerbitan

dan kepemilikan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik

No. 308. Berikut adalah analisis penulis mengenai ketentuan sebagai

subyek hukum pemegang hak milik terhadap Sertipikat Hak Milik No. 307

dan Sertipikat Hak Milik No. 308, yang nantinya akan dikaitkan dengan

adanya perbuatan melawan hukum penerbitan dan kepemilikan tanah

Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308.

Penulis berpendapat, meskipun secara fakta GPIB yang memperoleh

Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308 tetapi

secara de jure yang melakukan pengkonversian adalah sesuai atas nama

badan hukum Gereja pemerintah Belanda yaitu terhadap Sertipikat Hak

Milik No. 307 atas nama “Vrees God Eart De Koning” dan Sertipikat Hak

Milik No. 308 atas nama “De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa”. Dari pernyataan tersebut, maka perlu dianalisis apakah Vrees

God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa memenuhi ketentuan sebagai subyek hukum pemegang hak

milik atau tidak.

Menjawab permasalahan tersebut maka perlu dilihat status tanah

tersebut sebelum menentukan ketentuan syarat pemegang hak milik. Oleh

Page 45: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

109

karena tanah tersebut merupakan tanah eigendom, maka melihat pada

Ketentuan Konversi Pasal 1 ayat (1) dinyatakan :

Hak eigendom atas tanah yang ada pada mulai berlakunya

Undang-undang ini sejak saat tersebut menjadi hak milik,

kecuali jika yang mempunyai tidak memenuhi syarat

sebagai yang tersebut dalam pasal 21.

Sesuai dengan amanat pasal tersebut diatas, maka mengacu Pasal 21

UUPA yang menyatakan:

(1) Hanya warganegara Indonesia dapat mempunyai hak

milik.

(2) Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang

dapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya.

Oleh karena sesuai dengan pernyataan GPIB pada kasus posisi yang

telah dipaparkan dalam (Sub bab 3.1.2. Putusan Makamah Agung Nomor:

378 PK/Pdt/2006) yang menyatakan bahwa Vrees God Eart De Koning

dan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa dulunya

merupakan badan hukum gereja pemerintah Belanda, maka Penulis

selanjutnya akan fokus pada ketentuan Pasal 21 ayat (2) UUPA. Badan-

badan hukum sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (2) UUPA secara

khusus ditunjuk dalam Pasal 1 PP No. 38 Tahun 1963.

Oleh karena yang menjadi pembahasan adalah subyek hukum yaitu

badan hukum gereja, maka penulis mengacu pada ketentuan badan hukum

keagamaan dalam Pasal 1 PP No. 38 Tahun 1963 huruf c yang

menyatakan bahwa terhadap badan-badan keagamaan sebagaimana

dimaksud harus ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria. Untuk mendapat

pengakuan secara hukum atas pemilikan hak atas tanah, maka hal itu akan

ditetapkan dengan keputusan oleh Menteri Dalam Negeri, sekarang Kepala

Page 46: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

110

Badan Pertanahan Nasional (BPN), setelah mendapat rekomendasi dari

Menteri Agama. Adapun syarat yang harus dipenuhi lainya juga yaitu

terhadap badan hukum tersebut diharuskan menggunakan tanahnya untuk

kepentingan yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha

keagamaanya.

Terkait dengan perkumpulan-perkumpulan sebagaimana dimaksud

diatas yang merupakan badan hukum asing (gereja pemerintah Belanda),

terbukti bahwa badan hukum asing tersebut tidak mempunyai dasar hukum

sebagai badan hukum keagamaan yang ditunjuk Menteri

Pertanian/Agraria, dan meskipun menggunakan tanahnya sepanjang untuk

kepentingan keagamaan, terhadap badan hukum asing tetap tidak boleh

diberikan hak milik.

Selain tidak ada satu dasar hukumpun yang memberikan hak milik

kepada badan hukum asing, pemberian hak milik kepada badan hukum

asing akan bertentangan dengan prinsip Nasionalitas maka tidak mungkin

badan hukum asing akan diberikan hak milik. Oleh karena itu untuk badan

hukum asing yang perwakilanya di Indonesia hanya dapat diberikan Hak

Pakai sesuai dalam Pasal 42 UUPA dan Hak Sewa sesuai dengan Pasal 7

ayat 1 UU No. 16 Tahun 1985.

Maka dengan pemaparan mengenai ketentuan subyek hukum

pemegang hak milik diatas berikut unsur melawan hukum yang terpenuhi

oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang dan Vrees God Eart De

Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa:

Page 47: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

111

1. Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang

Dalam menerbitkan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan

Sertipikat Hak Milik No. 308 telah tidak sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan atau “melawan undang-undang” mengenai

ketentuan pemegang subyek hak milik dalam Pasal 1 ayat (1)

Ketentuan Konversi UUPA jo Pasal 21 ayat (2) UUPA jo Pasal 1

huruf c PP No. 38 Tahun 1963. Keputusan pemberian sertipikat

oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang tersebut

bertentangan dengan kewajiban hukumnya sebagai pihak yang

mewakili negara dalam penerbitan sertipikat yang menjamin

pemberian sertipikat harus sesuai ketentuan undang-undang.

Dengan penjelasan tersebut maka unusr “melawan hukum” yang

terpenuhi dalam hal ini adalah adanya perbuatan melawan undang-

undang Pasal 1 ayat (1) Ketentuan Konversi UUPA jo Pasal 21

ayat (2) UUPA jo Pasal 1 huruf c PP No. 38 Tahun 1963 dan

adanya perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum

pelaku (Kantor Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang)

2. Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche

Gementee Te Ambarawa

Sebelum masuk dalam analisis terhadap ketentuan subyek

hukum pemegang hak milik, perlu disampaikan oleh penulis bahwa

terhadap amar putusan angka 5 (lima) Makamah Agung Nomor:

378 PK/Pdt/2006 tentang adanya perbuatan melawan hukum oleh

Page 48: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

112

Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestansche

Gementee Te Ambarawa dalam “penguasaan” tanah sengketa yaitu

penguasaan tanah-tanah dengan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan

Sertipikat Hak Milik No. 308 penulis tidak sependapat. Dengan

memaparan mengenai subyek pemegang hak milik maka penulis

berpendapat bahwa Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad

Der Protestansche Gementee Te Ambarawa merupakan pemilik

tanah Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No.

308.

Sehingga dalam amar putusan angka 5 (lima) tersebut terhadap

Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestansche

Gementee Te Ambarawa menurut penulis telah melakukan

perbuatan melawan hukum bukan atas penguasaan tanah akan

tetapi kepemilikan tanah-tanah sengketa yaitu yang tanah dengan

Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikaat Hak Milik No. 308.

Sesuai dengan analisis mengenai subyek pemegang hak milik

diatas maka Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der

Protestanche Gementee Te Ambarawa memenuhi unsur melawan

hukum yaitu “melawan undang-undang” dalam ketentuan

pemegang subyek hak milik yaitu melawan Pasal Pasal 1 ayat (1)

Ketentuan Konversi UUPA jo Pasal 21 ayat (2) UUPA jo Pasal 1

huruf c PP No. 38 Tahun 1963.

Page 49: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

113

Terhadap unsur “melawan hukum” yang dilakukan oleh GPIB maka

penulis memiliki analisis sendiri yaitu sesuai fakta persidangan bahwa

GPIB telah memperoleh tanah bekas Eigendom Verponding No. 1198 atas

nama Vreest God Eart De Koning seluas ± 612 M2 dan tanah bekas

Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 50 M2 atas nama De Kerkeraad

Der Protestansche Gementhee Te Ambarawa menjadi hak milik hingga

disertipikatkan menjadi Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak

Milik No. 308 dengan alas hukum yang tidak benar.

GPIB jelas telah memenuhi unsur “melawan hukum” yaitu

memperoleh Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No.

308 dengan alas hukum yang tidak benar yaitu Surat Keputusan Menteri

Dalam Negeri/Direktur Jendral Agraria No. SK. 22/DAA/1969 tgl 14

Maret 1969 dan SK No. 22 /DDA/1969/ 13 Tgl 20 Maret 1969 yang secara

hukum surat keputusan tersebut merupakan pernyataan bahwa GPIB dapat

menjadi subyek hukum pemegang hak milik, bukan suatu keputusan

bahwa GPIB adalah pemilik atas tanah-tanah sengketa. Sehingga penulis

berpendapat bahwa Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.

22/DAA/69 bukanlah suatu bukti kepemilikan atas tanah-tanah sengketa.

Tidak ada dasar hukum, ataupun kuasa yang menyatakan bahwa aset Vrees

God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa sebagaimana dimaksud untuk kemudian diurus GPIB ataupun

menjadi milik GPIB. Sehingga pernyataan GPIB yang menyatakan bahwa

secara mutatis GPIB berhak terhadap tanah sengketa tersebut tidak dapat

dibenarkan. Melihat hal tersbut jelas bahwa apa yang dilakukan GPIB

Page 50: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

114

dalam perolehan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik

No. 308 tidak dapat dibenarkan secara hukum. Hal tersebut jelas

“melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum” yaitu si pemilik itu

sendiri Vreest God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestansche

Gementhee Te Ambarawa.

Selain itu juga dalam hal unsur “melawan hukum” perlu diketahui dari

fakta persidangan yaitu berdasarkan keterangan saksi Pinujadi, Kasno,

Istamar Sukiswo Raharso, Kamsidi Hadi Mulyoto, Hardjo Dijoyo jelas

terbukti bahwa GKJ Ambarawa lebih dahulu menempati tanah sengketa

daripada GPIB. GKJ Ambarawa terbukti sejak tahun 1948 telah

menempati tanah sengketa. Pada tahun 1977 GPIB menumpang untuk

melaksanakan ibadat di atas tanah bersama GKJ Ambarawa. GPIB yang

sebagai penumpang tanah tersebut justru secara diam-diam mengklaim

tanah sebagai milik GPIB karena memperoleh Sertipikat Hak Milik No.

307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308.

Berdasarkan atas izin GKJ Ambarawa maka GPIB dapat menjalankan

kepentingan keagamaanya diatas tanah tanah bekas Eigendom Verponding

No. 1198 seluas ± 612 M2 dan tanah bekas Eigendom Verponding No. 123

seluas ± 50 M2. Tetapi bukanya menjalankan sesuai kewajibanya sebagai

penumpang, justru GPIB secara diam-diam mengkonversi dan

menyertifikatkan tanah tersebut. Jelas dalam hal ini GPIB telah melakukan

perbuatan yang melanggar kesusilaan dan nilai-nilai kepatutan dalam

masyarakat, hal tersebut dikarenakan dengan status GPIB sebagai

penumpang. GPIB berniat memiliki tanah dari pihak yang memberikanya

Page 51: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

115

izin menumpang yaitu GKJ Ambarawa hal tersebut terbukti oleh karena

GPIB memperoleh Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik

No. 308 tanpa sepengetahuan GKJ Ambarawa.

b) Perbuatan Itu Harus Menimbulkan Kerugian

Kerugian yang dimaksud unsur ini yaitu segala kerugian baik bersifat

material atau immaterial. Terkait perkara GKJ Ambarawa melawan GPIB

dan kawan-kawan maka penulis akan memaparkan kerugian yang

diperoleh GKJ Ambarawa. Seperti yang dipaparkan dalam (Sub Bab 3.1.2.

Putusan Makamah Agung Nomor: 378 PK/Pdt/2006) maka sesuai pada

fakta persidangan dan pengakuan GKJ Ambarawa, penulis menganalisis

adanya kerugian baik material dan immaterial yang dialami GKJ

Ambarawa.

Kerugian material yang dialami oleh GKJ Ambarawa dalam perkara

tersebut adalah, GKJ Ambarawa kehilangan haknya untuk memliki tanah

Eigendom Verponding No. 1198 seluas ± 612 M2 dan Ex Eigendom

Verponding No. 123 seluas ± 50 M2 melalui permohonan hak atas tanah.

Selain kerugian material, kerugian immaterial yang dialami oleh GKJ

Ambarawa terhadap perkara ini yaitu, GKJ Ambarawa tidak mempunyai

hak untuk mengfungsikan kembali tanah Eigendom Verponding No. 1198

seluas ± 612 M2 dan Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 50 M2

untuk melakukan kegiatan di bidang keagamaan, atau dengan kata lain

GKJ Ambarawa tidak dapat memenuhi kebutuhan rohani jemaatnya

seperti ibadat dan lain-lain.

Page 52: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

116

c) Perbuatan Itu Harus Dilakukan Dengan Kesalahan

Kesalahan yang dimaksud dalam Pasal 1365 KUHPerdata adalah

kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja. Dengan melihat pada kasus

terkait pemaparan (3.1.2. Putusan Makamah Agung Nomor: 378

PK/Pdt/2006) terhadap kepemilikan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan

Sertipikat Hak Milik No. 308 maka penulis menemukan unsur kesalahan

baik yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan tekait penerbitan sertipikat,

dan kesalahan Vrees God Eart De Koning, De Kerkeraad Der Protestanche

Gementee Te Ambarawa terkait kepemilikan sertipikat, dan GPIB terkait

perolehan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308.

1. Terhadap Penerbitan Sertipikat Hak Milik No. 307 Dan

Sertipikat Hak Milik No. 308

Penulis menemukan unsur “kesalahan” oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Semarang yaitu kesalahan dalam arti “kesengajaan”.

Pendapat penulis mengenai disengaja ini didasarkan pada alasan

bahwa seharusnya sebagai pihak yang memang berkewajiban

dalam pengurusan dibidang pertanahan maka sudah sepatutnya

Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang mengetahui ketentuan

hukum mengenai pertanahan dalam masalah ini yang dimaksud

adalah ketentuan pemegang subyek hak milik. Tentunya dalam

permohonan sertifikat tanah maka akan diterima mengenai

identitas dari si pemohon. Sesuai dengan Asas Open Baarheid

(Asas Publisitas) asas tersebut memberikan data yuridis tentang

siapa yang menjadi subyek haknya, apa nama hak atas tanah, serta

Page 53: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

117

bagaimana terjadinya peralihan dan pembebananya sehingga tidak

ada alasan bagi Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang dalam hal

ini bila mengaku tidak mengerti identitas dari pemohon.

Maka dari hal tersebut jelas bahwa seharusnya Kantor

Pertanahan Kabupaten Semarang tahu bahwa Pemohon tersebut

memenuhi atau tidak memenuhi ketentuan sebagai pemegang hak

milik. Dalam kasus ini jelas bahwa Vrees God Eart De Koning dan

De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa tidak

memenuhi ketentuan subyek pemegang hak milik sesuai analisis

penulis sebelumnya yaitu dalam Pasal 1 ayat (1) Ketentuan

Konversi UUPA jo Pasal 21 ayat (2) UUPA jo Pasal 1 huruf c PP

No. 38 Tahun 1963. Terhadap hal tersebut Kantor Pertanahan

Kabupaten Semarang justru tetap menerbitkan sertipikat atas nama

Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche

Gementee Te Ambarawa.

2. Terhadap Kepemilkan Sertipikat Hak Milik No. 307 oleh Vrees

God Eart De Koning dan Sertipikat Hak Milik No. 308 oleh De

Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa

Menurut penulis unsur “kesalahan” yang terpenuhi Vrees God

Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa yaitu bisa saja dalam bentuk “kesengajaan” ataupun

“kelalaian” penulis menimbang 2 (dua) kemungkinan tersebut oleh

karena dalam fakta persidangan tidak ada satupun keterangan yang

Page 54: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

118

disampaikan mengenai Vrees God Eart De Koning dan De

Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa.

Kemungkinan pertama, unsur kesalahan yaitu “kesengajaan”

Hal tersebut didasarkan penulis oleh karena Vrees God Eart De

Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa melakukan konversi dan pensertifikatan tanah

Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308

sementara dia jelas mengetahui tidak memenuhi ketentuan sebagai

subyek pemegang hak milik.

Kemuingkinan kedua, apabila Vrees God Eart De Koning dan

De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa memang

tidak mengetahui mengenai ketentuan sebagai subyek pemegang

hak milik maka penulis berpendapat adanya unsur kesalahan yaitu

“kelalaian” oleh karna sesuai dengan Teori Fiksi yaitu

beranggapan bahwa begitu setiap orang dianggap tahu hukum,

sehingga ketidaktahuan seseorang akan hukum tidak dapat

membebaskan orang itu dari tuntutan hukum. Dengan begitu

apabila Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der

Protestanche Gementee Te Ambarawa tetap dinyatakan bersalah.

Dari kedua kemungkinan tersebut maka penulis konklusikan

bahwa baik sengaja atau tidak sengaja tidak terpenuhinya

ketentuan Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der

Page 55: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

119

Protestanche Gementee Te Ambarawa sebagai pemegang subyek

hak milik merupakan suatu kesalahan.

3. Terhadap Unsur “Kesalahan” GPIB

Penulis berpendapat bahwa unsur “kesalahan” yang dilakukan

GPIB adalah kesalahan dalam arti “sengaja”. Dalam kaitanya

perolehan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No.

308. Penulis berpendapat bahwa ada “kesengajaan” GPIB dalam

memperoleh sertipikat-sertipikat tersebut. Terbukti dalam memperoleh

Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308 GPIB

mendasarkan pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri/Direktur

Jendral Agraria No. SK. 22/DAA/1969 tgl 14 Maret 1969 dan SK No.

22 /DDA/1969/ 13 Tgl 20 Maret 1969 yang jelas secara hukum bukan

merupakan alat bukti kepemilikan hak atas tanah. Menurut penulis

surat tersebut bukanlah suatu bukti kepemilikan ataupun berisi kuasa

adanya peralihan hak atas tanah atau berisi hak untuk mengurus tanah-

tanah Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche

Gementee Te Ambarawa.

Dalam perolehan Sertipikat Hak Milik 307 dan Sertipikat Hak

Milik No. 308, GPIB bukanlah pihak yang berhak atas itu atau dapat

dikatakan tidak mempunyai alas hak yang benar dalam mengajukan

baik konversi maupun pensertifikatan tanah-tanah tersebut. Penulis

mengukur kesalahan GPIB secara subyektif maka, seharusnya GPIB

Page 56: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

120

tau jika dia bukan pihak yang berkepentingan dan berhak untuk

melakukan konversi akan tetapi tetap melakukan hal tersebut.

Unsur “sengaja” selanjutnya yang dilakukan oleh GPIB adalah

ketika GPIB telah menerima apa yang bukan menjadi haknya yaitu

memperoleh Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik

No. 308. GPIB tahu bahwa hubungan GPIB dengan tanah-tanah

sengketa hanyalah didasari oleh ijin (menumpang) kepada GKJ

Ambarawa akan tetapi secara diam-diam GPIB telah memperoleh dan

menguasai Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No.

308 yang bukan seharusnya menjadi haknya GPIB. Terhadap

perbuatan tersebut maka unsur kesengajaan yang bersifat obyektif

telah dilakukan oleh GPIB.

Asas Negatif menyatakan bahwa sertipikat bukanlah bukti satu-

satunya. Oleh karena itu kaitanya dengan perolehan Sertipikat Hak

Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308 dan apabila GPIB

mengklaim bahwa sertipikat tersebut merupakan miliknya maka GPIB

harus bisa membuktikan bagaiamana dia memperoleh sertipikat Hak

Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308. Akan tetapi dengan

pemaparan diatas jelas bahwa GPIB tidak mempunyai bukti

kepemilikan ataupun alat bukti yang lainya yang menunjukkan GPIB

berhak sebagai pemilik atas tanah sertipikat Hak Milik No. 307 dan

Sertipikat Hak Milik No. 308.

Page 57: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

121

d) Antara Perbuatan Dan Kerugian Yang Timbul Harus Ada

Hubungan Kausal

Berikut perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Semarang, Vrees God Eart De Koning, De Kerkeraad Der

Protestanche Gementee Te Ambarawa, dan GPIB yang selanjutnya akan

dipaparkan kerugian GKJ Ambarawa atas perbuatan-perbuatan tersebut:

1. Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang

Melakukan penerbitan Sertipikat Hak Milik No. 307 (berasal

dari Ex Eigendom Verponding No. 1198 seluas ± 612 M2 dan

Sertipikat Hak Milik No. 308 (Ex Eigendom Verponding No.

123 seluas ± 50 M2)

2. Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche

Gementee Te Ambarawa

Secara De Jure Melakukan Pengkonversian dan pensertifikatan

terhadap Sertipikat Hak Milik No. 307 (berasal dari Ex

Eigendom Verponding No. 1198 seluas ± 612 M2 dan

Sertipikat Hak Milik No. 308 (Ex Eigendom Verponding No.

123 seluas ± 50 M2)

3. GPIB

Telah memperoleh dan menguasai tanah Sertipikat Hak Milik

No. 307 (berasal dari Ex Eigendom Verponding No. 1198

seluas ± 612 M2 dan Sertipikat Hak Milik No. 308 (Ex

Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 50 M2) dengan alas

hukum yang tidak benar.

Page 58: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

122

Akibat ketiga perbuatan melawan hukum diatas maka secara

hukum tanah tersebut telah berstatus hak milik orang lain sesuai atas nama

yang tertera dalam sertipikat. Terhadap hal tersebut, GKJ Ambarawa

dirugikan karena tidak dapat mengajukan permohonan hak atas tanah

terhadap tanah Ex Eigendom Verponding No. 1198 seluas ± 612 M2 dan

Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 50 M2 menjadi hak milik.

GKJ Ambarawa kehilangan hak untuk mengajukan permohonan hak atas

tanah karena terhadap tanah tersebut sudah dimiliki dengan status hak

milik oleh subyek hukum lain.

Karena tertutup kesempatan GKJ Ambarawa untuk mengajukan

permohonan hak atas tanah tersebut maka GKJ Ambarawa sebagai pihak

yang menguasai dan mengfungsikan lebih dulu tanah-tanah tersbut, justru

kehilangan haknya secara hukum untuk mengfungsikan tanah tersebut

untuk kepentingan kegiatan keagamaan seperti melakukan aktivitas ibadat

dan lain-lain.

3.2.2 Terhadap Putusan Yang Menyatakan GPIB Berhak Untuk

Melanjutkan Konversi Tanah (Sisa) Ex Eigendom Verponding No.

123 Seluas ± 873 M2 Menjadi Hak Milik

Terhadap pemaparan (Sub Bab 3.1.1. Putusan Makamah Agung Nomor:

312 PK/PDT/2011) penulis menganalisis adanya kekeliruan hakim dalam

memutus perkara. Seharusnya dalam pemaparan perkara tersebut baik pada

Pengadilan Tingkat Pertama sampai dengan Peninjauan Kembali memutuskan

bahwa tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2

Page 59: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

123

menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara bukan jutru menyatakan

GPIB untuk melanjutkan konversi terhadap tanah tersebut.

Sesuai dalam kasus posisi bahwa terhadap tanah (sisa) Ex Eigendom

Verponding No. 123 seluas ± 873 M2 memang belum pernah dilakukan

konversi dan oleh karena tanah tersebut kepemilikanya terbukti badan hukum

Gereja Pemerintah Belanda sesuai atas nama Sertipikat Hak Milik No. 307

dan Sertipikat Hak Milik No. 308 maka, secara hukum tanah tersebut

seharusnya menjadi HGB. Pendapat tersebut penulis dasarkan dengan melihat

ketentuan dalam Pasal 1 ayat (3) Ketentuan Konversi UUPA jo Pasal 6 ayat

(1) PMA No. 2 Tahun 1960 jo Pasal 8 PMA No. 2 Tahun 1960 yang

menyatakan:

Pasal 1 ayat (3) Ketentuan Konversi UUPA:

Hak eigendom kepunyaan orang asing, seorang warganegara

yang di samping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai

kewarga-negaraan asing dan badan-badan hukum, yang tidak

ditunjuk oleh Pemerintah sebagai dimaksud dalam pasal 21

ayat (2) sejak mulai berlakunya Undang-undang ini menjadi

HGB tersebut dalam pasal 35 ayat (1) dengan jangka waktu 20

tahun.

Pasal 6 ayat (1) PMA No. 2 Tahun 1960 menyatakan:

Di dalam waktu 6 bulan sejak tanggal 24 September 1960

maka badan-badan keagamaan dan badan-badan sosial yang

mempunyai hak eigendom atas tanah yang dipergunakan untuk

keperluan yang langsung berhubungan dengan usaha-usaha

dalam bidang keagamaan dan sosial wajib mengajukan

permintaan kepada Menteri Agraria melalui Kepala Pengawas

Page 60: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

124

Agraria yang bersangkutan (di daerah-daerah dimana tidak ada

pejabat ini melalui Kepala Inspeksi Agraria), untuk mendapat

penegasan bahwa hak eigendomnya itu dapat dikonversi

menjadi hak milik atas dasar ketentuan dalam Pasal 49

Undang-Undang Pokok Agraria.

Pasal 8 PMA No. 2 Tahun 1960 menyatakan:

Setelah ada ketegasan mengenai badan-badan yang hak

eigendomnya dikonversi menjadi hak milik dan hak pakai

sebagai yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7,

maka hak-hak eigendom kepunyaan badan-badan lainnya

dicatat oleh KKPT pada asli aktanya sebagai dikonversi

menjadi hak guna-bangunan, dengan jangka waktu 20 tahun.

Dengan pemaparan tersebut jelas bahwa status tanah (sisa) Ex

Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2 adalah HGB oleh karena

badan-badan hukum Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der

Protestanche Gementee Te Ambarawa sesuai dalam fakta persidangan tidak

ada surat atau bukti yang meununjukan sebagai Badan Hukum yang ditunjuk

oleh Pemerintah sebagai pemegang hak milik. Selain hal tersebut Vrees God

Eart De Koning dan De Kerkeraad Der juga belum pernah melakukan

penegasan melalui Kepala Inspeksi Agraria, untuk mendapat penegasan bahwa

hak eigendomnya itu dapat dikonversi menjadi hak milik. Sesuai dengan kasus

posisi maka penting untuk selanjutnya dianalisis apakah badan hukum Gereja

Pemernitah Belanda tersebut merupakan badan hukum yang memenuhi syarat

pemegang HGB atau tidak.

Sesuai dengan Pasal 36 ayat (1) huruf b UUPA maka, sebagai

pemegang HGB, badan hukum harus didirikan menurut hukum Indonesia dan

Page 61: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

125

berkedudukan di Indonesia. Sesuai dengan Pasal 36 ayat (2) UUPA, apabila orang

atau badan hukum yang mempunyai HGB dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat

Pasal 36 ayat (1) huruf b tersebut, maka dalam jangka waktu 1 tahun wajib

melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat.

Apabila HGB dilepaskan (yang dimaksud adalah dilepaskan kepada

negara) maka HGB tersebut akan menjadi hapus dan tanahnya menjadi Tanah

Negara. Tetapi jika HGB tersebut dialihkan kepada subyek hukum yang

memenuhi syarat sebagai pemegang HGB, maka HGB tersebut akan

berlangsung terus. Jika kewajiban tersebut tidak terpenuhi, maka HGB akan

menjadi hapus. Konsekuensi dengan hapusnya HGB yakni, bahwa tanah

tersebut akan menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh negara.76

Apabila badan hukum Gereja Pemerintah Belanda tersebut memenuhi

ketentuan sebagai subyek hukum pemegang HGB maka, sampai dengan pada

tanggal 24 September 1980, tanahnya akan menjadi tanah yang langsung

dikuasai oleh Negara. Pendapat tersebut penulis dasarkan dengan melihat

ketentuan dalam Pasal 1 PMDN No. 3 Tahun 1979 jo Pasal 1 ayat (1)

Keppres No. 32 Tahun 1979 jelas bahwa terhadap tanah bekas hak barat

selambat-lambatnya harus dikonversi pada tanggal 24 September 1980 dan

apabila melebihi batas waktu yang ditentukan tersebut maka tanah bekas hak

barat tersebut menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh Negara.

Terkait hal terpenuhi atau tidak sebagai syarat pemegang HGB diatas,

maka penulis berpendapat sesuai Pasal 36 ayat (1) huruf b maka jelas Vrees

76 Christiana Tri Budhayati, Loc.Cit.

Page 62: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

126

God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa tidak memenuhi ketentuan sebagai subyek pemegang HGB. Sesuai

dalam Pasal 36 ayat (2) UUPA, oleh karna terhadap hak atas tanah tersebut

belum pernah dilakukan pelepasan atau dialihkan kepada pihak lain terhitung

dalam jangka waktu 1 tahun sejak HGB tersebut ada maka HGB tersebut hapus

karena hukum. Sehingga sejak 24 September tahun 1961 terhadap tanah (sisa) Ex

Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2 seharusnya statusnya sudah

menjadi Tanah Negara.

Selanjutnya mengenai penangguhan pengkonversian (sisa) Ex

Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2 menurut penulis tidak dapat

dibenarkan. Penulis berpendapat, seharusnya pemerintah daerah Kabupaten

Semarang tidak perlu memberikan surat penangguhan kepada pemilik tanah

apabila pemilik tanah akan melaksanakan konversi. Surat penangguhan tidak

ada artinya dalam konversi, karena seharusnya konversi bisa dilakukan

meskipun tanah tersebut masih difungsikan oleh pihak lain. Masalah Kantor

Pertanahan menggunakan sementara tanah tersebut maka itu adalah hubungan

Pemerintah dengan pemilik tanah atau dapat dikatakan bahwa hal tersebut

diluar masalah konversi. Inti dari pendapat penulis mengenai penangguhan

konversi, penulis berpendapat bahwa, pemilik tanah berhak melakukan

konversi tanah sekalipun diatas tanahya tidak dalam penguasaanya. Dengan

pernyataan tersebut jelas surat penangguhan yang dikeluarkan Pemerintah

Daerah Kabupaten tidak dapat dibenarkan, dan bukan merupakan alasan yang

tepat untuk dijadikan alasan GPIB tidak bisa melakukan konversi.

Page 63: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

127

Dengan uraian keseluruhan menganai analisis penulis diatas, maka dapat

diambil konklusi bahwa terbukti adanya perbuatan melawan hukum oleh Kantor

Pertanahan Kabupaten Semarang dalam penerbitan Sertipikat Hak Milik No. 307

dan Sertipikat Hak Milik No. 308 oleh karena tidak memenuhi ketentuan subyek

pemegang hak milik oleh pemohonya sesuai dalam Pasal 1 ayat (1) Ketentuan

Konversi UUPA jo Pasal 21 ayat (2) UUPA jo Pasal 1 huruf c PP No. 38 Tahun

1963. Selain hal tersebut juga terbukti adanya perbuatan melawan hukum oleh

Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa dalam kepemilikan Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak

Milik No. 308 oleh kerena mengajukan pengkonversian dan pensertifikatan tidak

sesuai ketentuan sebagai subyek pemegang hak milik dalam Pasal Pasal 21 ayat

(2) UUPA jo Pasal 1 huruf c PP No. 38 Tahun 1963. Dari analisis yang sudah

dipaparkan juga terdapat perbuatan melawan hukum oleh GPIB dalam

memperoleh Sertipikat Hak Milik No. 307 dan Sertipikat Hak Milik No. 308

dimana GPIB tidak menggunakan dasar alas hukum yang benar dalam perolehan

sertipikat tersebut.

Dengan pernyataan diatas maka Putusan Makamah Agung Nomor: 312

PK/PDT/2011 yang memberikan hak kepada GPIB untuk melanjutkan konversi

terhadap tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2 dengan

dasar kepemilikan Sertipikat Hak Milik No. 308 tidak dapat dibenarkan. Penulis

tidak sependapat dengan hal tersebut dikarenakan terbukti secara de jure

Sertipikat Hak Milik No. 308 bukan merupakan milik GPIB akan tetapi milik

Vrees God Eart De Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te

Ambarawa. Oleh karena terhadap Sertipikat Hak Milik No. 308 telah dinyatakan

Page 64: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/19394/3/T1_312015047... · sengketa terkait kepemilikan tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas

128

tidak mempunyai kekuatan hukum lagi maka seharusnya tidak dapat dijadikan

dasar alasan oleh Majelis Hakim Putusan Makamah Agung Nomor: 312

PK/PDT/2011 untuk menyatakan Sertipikat Hak Milik No. 308 merupakan bagian

dari tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2.

Terhadap keseluruhan analisis yang telah dipaparkan diatas maka penulis

menyatakan bahwa GPIB tidak berhak terhadap kepemilikan tanah (sisa) Ex

Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2. Selain hal tersebut mengenai

konversi sesuai analisis penulis, maka oleh karena jelas Vrees God Eart De

Koning dan De Kerkeraad Der Protestanche Gementee Te Ambarawa memenuhi

ketentuan Pasal 1 ayat (3) Ketentuan Konversi UUPA maka terhadap tanah

eigendomnya telah dikonversi menjadi HGB dan oleh karena tidak memenuhi

ketentuan sebagai subyek pemegang HGB dan terhadap hak atas tanah tersebut

belum pernah dilakukan pelepasan atau dialihkan kepada pihak lain yang memenuhi

syarat pemegang HGB, maka sejak 24 September tahun 1961 seharusnya terhadap

tanah (sisa) Ex Eigendom Verponding No. 123 seluas ± 873 M2 sudah menjadi

Tanah Negara.